You are on page 1of 4

Puasa Ramadhan dan Ketaqwaan1

Penyusun; Iqbal Fahri (Abu Akif), Cibinong, Bogor

Pemahaman yang utuh terhadap puasa Ramadhan sangat menentukan kualitas


ibadah puasa yang kita lakukan. Oleh karena itu, pada edisi kali ini akan dikupas lebih
dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan puasa ramadhan sehingga dapat dijadikan
panduan singkat dalam pelaksanaan ibadah puasa. Pembahasan ini akan menjadi sangat
bermakna dan strategis manakala kita bertujuan menggapai derajat taqwa melalui puasa
ramadhan. Suatu derajat yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala.

Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari
sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna puasa seperti ini dipakai
dalam Surat Maryam [19] : 26, Allah Ta’ala berfirman: “Maka makan, minum dan
bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka
aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Sedangkan secara istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat
untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.2

Hikmah dan Faidah Puasa3

Hikmah dan faidah puasa adalah menahan jiwa dan syahwat, memisahkannya dari
hal-hal yang telah menjadi kebiasan (buruk) jiwa, dan mengimbangi kekuatan
syahwatnya, untuk bersiap menyambut apa-apa yang terdapat pada bulan ramadhan
sebagai puncak kebahagiaan dan kenikmatannya, menerima hal-hal yang mensucikannya
berupa perkara yang terdapat petunjuk kehidupan abadi baginya (yaitu; surga),
mengalahkan rasa lapar dan haus dari tuntutannya, mengingatkan akan keadaan fisik-fisik
yang kelaparan dari orang-orang miskin, menyempitkan jalur lintas syetan pada hamba
dengan menyempitkan jalur makanan dan minuman, mengekang kekuatan angota badan
dari kebiasannya menambah hal-hal yang membahayakan dunia akhirnya (berupa dosa
dan kemaksiatan), menenangkan setiap anggota badan dan setiap kekuatan yang liar, dan
mengekang dengan kekangannya. Maka puasa ramadhan adalah pengekang bagi kaum
muttaqin, perisai, teman orang-orang baik dan didekatkan, dan ia (puasa ramadhan)
khusus untuk Rabb semesta alam di antara amal-amal lainnya.

Sesungguhnya orang berpuasa tidak melakukan apa-apa. Hanya saja ia


meninggalkan syahwat makan dan minumnya karena sembahannya (Allah Ta’ala). Maka,

1
Buletin Al-Muhajirin, Vol. 3 No. 2, Edisi Ramadhan 1431 H. Diterbitkan DKM Asl-Muhajirin, Puri
Alam Kencana 2, Nanggewer Mekar, Cibinong, Bogor.
2
Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Jilid 3, Penerjemah: Abu Ihsan Al-
Atsari, Pustaka At-Tazkia, Tahun 1428 H/2007 M.
3
Syaikul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, (e-book) Zaadul Ma’ad, Jilid 2, , Muhaqqiq Abdul Qadir
Al-Arna’uth dan Syu’aib Al-Arna’uth. Disebarluaskan oleh: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin. Tahun
1430 H. (dengan sedikit perubahan dan tambahan penjelasan –ed--)
puasa adalah meninggalkan kecintaan jiwa dan kelezatannya demi mengedepankan
kecintaan Allah dan keridhaan-Nya. Ia adalah amal rahasia antara hamba dan Rabbnya.
Tak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Dia. Para hamba mungkin mengetahui
keadaan seseorang meninggalkan hal-hal nampak yang membatalkan puasa. Adapun
keadaannya meninggalkan makan, minum dan syahwatnya demi sembahannya, maka itu
adalah perkara yang tidak diketahui manusia, dan itulah sesungguhnya hakikat puasa.

Puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara anggota badan


yang nampak dan kekuatan batin, melindunginya dari percampuran yang mendatangkan
zat perusak, di mana bila zat itu mampu menguasainya niscaya akan merusaknya. Puasa
berfungsi pula mengeluarkan za-zat buruk yang menghalangi kesehatan. Maka, puasa
memelihara kesehatan hati dan anggota badan sekaligus serta mengembalikannya kepada
apa-apa yang telah dirampas tangan-tangan syahwat. Ia adalah penolong paling besar atas
ketakwaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:





 

 
 

  
 
 


   
   
  
   
 

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah
[2] : 183).
Dengan demikian puasa merupakan ketaatan yang terbesar untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala sekaligus sebagai pusat pembinaan akhlak yang terbesar yang
didalamnya seorang mukmin berlatih dengan berbagai perkara. Puasa juga akan
menumbuhkan pada diri seseorang perasaan kasih saying, persaudaraan, rasa solidaritas,
dan tolong menolong yang mempererat sesama kaum muslimin.4

Keutamaannya

Puasa Ramadhan memiliki keutamaan yang sangat banyak dan mulia, diantaranya
yaitu:

1. Pengampunan Allah Ta’ala atas dosa-dosa yang telah berlalu. Sebagaimana hadits
Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallaam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.”
(HR. Muttafaq ‘alaihi).
2. Puasa dapat memasukkan orang ke dalam surga. Dari Abu Umamah
Radhiyallaahu ‘anhu berkata, aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallaam, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang dapat
memasukkan aku ke dalam surga,” maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam
menjawab, “ Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingan
(pahala)nya.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban, Al-Hakim)

4
Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh (566-568/2)
3. Memasuki surga melalui pintu khusus yang diberi nama ar-Rayyan. Sebagaimana
hadits Sahl bin Sa’ad Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallaam bersabda: Sesungguhnya di Surga itu terdapat satu pintu yang diberi
nama ar-Rayyan. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari
Kiamat kelak, tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka…”
(HR. Muttafaq ‘alaih).
4. Setiap malam Allah Ta’ala membebaskan orang-orang yang berpuasa dari siksa
api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: “Sesungguhnya
setiap hari Allah Ta’ala membebaskan beberapa orang dari api neraka yaitu pada
bulan Ramadhan, dan sesungguhnya bagi setiap muslim apabila memanjatkan doa,
maka pasti akan dikabulkan.” (HR. Bazzar, Ahmad, dan Ibnu Majah).
5. Puasa akan memberikan syafaat bagi yang menjalankannya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan
syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti.. (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan
Abu Nu’aim).

Adab-Adab Puasa

Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk memperhatikan beberapa adab


berikut ini:

1. Mengakhirkan makan sahur, Zaid bin Tasbit Radhiyallaahu ‘anhu berkata : “Kami
pernah makan sahur bersama Rasulullah, setelah itu beliau langsung berangkat
shalat. Aku bertanya, Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?, Dia menjawab,
Kira-kira sama seperti bacaan 50 ayat.” (HR. Ibnu Hibban)
2. Menahan diri dari pembicaraan yang tidak bermanfaat dan kata-kata kotor, atau yang
semisal dengannya dari hal-hal yang bertentangan dengan tujuan puasa. Rasulullah
Shallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta dan mengerjakannya, maka Allah Ta’ala tidak memerlukan orang
itu untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR. Bukhari).
3. Sifat dermawan dan memperbanyak bacaan al-Qur’an. Ibnu Abbas Radhiyallaahu
‘anhu berkata: Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallaam adalah orang
yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-
hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril dating menemuinya dan adalah
Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan,
hingga Ramadhan selesai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam membacakan
al-Qur’an kepada Jibril. Dan di saat bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut)
dari angin yang berhembus dengan lembut.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).
4. Menyegerakan berbuka (ta’jil). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda:
“Umat manusia akan tetap baik selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR.
Muttafaq ‘alaihi).
5. Berbuka puasa dengan apa yang mudah didapatkan baginya. Dari Anas
Radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi biasa berbuka dengan ruthab (kurma segar)
sebelum mengerjakan shalat. Jika beliau tidak mendapatkan ruthab, maka beliau
berbuka dengan beberapa buah tamr (kurma masak yang sudah lama dipetik) dan
jika tidak mendapatkan tamr, maka beliau meminum air.” (HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi)
6. Berdo’a ketika berbuka puasa. Diantaranya sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu
Umar Radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Bahwasannya Rasulullah jika berbuka
puasa selalu membaca; Dzahabazh zhamau wabtallatil ‘uruuqu watsabatal ajru
insya Allah (telah hilang rasa haus dan telah basah urat-urat, serta telah ditetapkan
pahala, insya Allah).” (HR. Abu Dawud).

Permasalahan Sekitar Puasa

1. Untuk puasa Ramadhan, wajib berniat berpuasa sebelum habis waktu sahur.
2. Saat berpuasa seorang suami boleh mencium isterinya, dengan syarat dapat
menahan nafsu dan tidak merangsang syahwat.
3. Orang yang menunda mandi besar (janabah) setelah sahur atau setelah masuk
waktu subuh, puasanya tetap sah. Begitu juga dengan orang yang berpuasa dan
mendapat mimpi basah di siang hari, puasanya tetap sah.
4. Dilarang suami-istri berhubungan badan di siang hari ketika berpuasa. Hukuman
bagi orang yang bersenggama di siang hari pada bulan Ramadhan adalah
memerdekakan budak. Jika tidak mampu memerdekakan budak, suami-istri itu
dihukum berpuasa dua bulan penuh secaara berturut-turut. Jika tidak mampu juga,
mereka dihukum memberi makan 60 orang miskin sekali makan.
5. Orang yang terlupa bahwa ia berpuasa kemudian makan dan minum, maka
puasanya tetap sah. Setelah ingat, ia harus melanjutkan puasanya hingga waktu
berbuka di hari itu juga.
6. Hanya muntah yang disengaja yang membatalkan puasa. Ada tiga perkara yang
tidak membatalkan puasa: bekam, muntah (yang tidak disengaja), dan bermimpi
(ihtilam). Sikat gigi atau membersihkan gigi dengan syiwak diperbolehkan. Hal ini
biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam.
7. Bagi mereka yang bekerja dengan fisik dan terkategori berat –seperti pekerja
peleburan besi, buruh tambang, tukang sidang, atau yang lainnya– jika berpuasa
menimbulkan kemudharatan terhadap jiwa mereka, boleh tidak berpuasa. Tapi, wajib
mengqadha’. Jumhur ulama mensyaratkan orang-orang yang seperti ini wajib baginya
untuk sahur dan berniat puasa, lalu berpuasa di hari itu. Kalau tidak sanggup, baru
boleh berbuka. Berbuka menjadi wajib, kalau yakin kondisi ketidaksanggupan itu
akan menimbulkan kemudharatan.

Demikian hal-hal penting yang perlu kita perhatikan terkait dengan pelaksanaan
puasa Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala mempermudah amal ibadah puasa kita menuju
ketaqwaan. Amiin.

Wallaahua’lam.

You might also like