You are on page 1of 36

“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

MUHAMMADIYAH
GERAKAN AQIDAH DAN DAKWAH
Oleh : H Mas’oed Abidin

KEBANGKITAN DUNIA ISLAM


Dunia Islam kembali bangkit dipertengahan abad ke
18. Kebangkitannya ditandai oleh munculnya pembaruan
pemikiran Islam. Tampilnya Sheik Muhammad bin Abdul
Wahab di Saudi Arabia, dan Sheik Muhammad Abduh
serta Rasyid Ridha dan Sayyed Jamaluddin al Afghani
di Mesir ikut memberi warna kebangkitan ummat Islam
diabad itu.
Gerakan pembaruan ini sangat cepat berkembang
kejazirah Balkan dan Turki. Kemudian menjalar ke
Nusantara Malaysia, Birma, Thailand, Philipina, Fiji dan
Indonesia.
Seruan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As
Sunnah, serta ajakan kepada Izzul Muslimin dan
kebangkitan Ummat Islam semakin deras.

Kelahiran partai-partai Islam seperti Partai Nasional


Hizbul Wathan yang didirikan Sayyed Musthafa Kamal di
Mesir pada tahun 1894, secara jelas bertujuan
mencerdaskan Bangsa Mesir dan membebaskannya dari
belenggu perbudakan penjajah.
Semangat mencerdaskan dan membebaskan ummat
Islam dari keterbelakangan dan ketertinggalan telah

H Mas’oed Abidin 1
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

melahirkan semangat pantang menyerah dan tidak rela


dijajah. Dan yang lebih penting berjuang merebut
kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Tarikan nafas gerakan pembaruan ini berhembus deras


hingga kejantung Nusantara. Berpengaruh sangat kuat
terhadap setiap gerak dakwah Islamiyah didaerah-daerah
jajahan diseluruh dunia. Terutama dijazirah Asia dan Afrika.
Para penjajah yang dimasanya adalah “penguasa
tunggal” menganggap pemilik koloni tanah jajahan melihat
gerakan pembaruan yang dibawa oleh para pembaru
pemikiran Islam ini amat berbahaya.
Para penguasa penjajah menyadari bahwa
kelangsungan kekuasaan dan kkepentingan penjajah bisa
menghadapi ancaman bahaya sangat besar bila gerakan
dakwah Islam kearah pembaruan ini dibiarkan berkembang.
Setiap gerakan kearah pembaruan pemikiran Islam ditanah
jajahan perlu diawasi secara ketat. Satu upaya yang paling
efektif dilakukan penguasa penjajah melalui “politik belah
bambu” dengan memberi angin dan peluang berkembang
dengan pesat untuk kelompok tradisional yang ternyata
banyak menghidupkan ajaran bid’ah.
Gerakan Pembaruan Islam pada hakikatnya adalah
kembali kepada ajaran Agama menurut aslinya. Yaitu
merujuk kepada Wahyu Allah dan Al Qur^an dan Hadist-
Hadist shahih dari Rasulullah SAW.

H Mas’oed Abidin 2
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Berdasarkan pemahaman inilah pembaruan tersebut


lebih banyak diartikan “Reform”. Sehingga orang menyebut
Sheik Muhammad Abduh adalah seorang Reformer.
K. H. Ahmad Dahlan yang beberapa kali menunaikan
haji ke Makkah, pertama ditahun 1890, berada disana
selama delapan bulan. Kedua kalinya pada tahun 1902. Lalu
mendalami ilmu agama, mempelajari kitab-kitab kuning dan
kitab yang populer dimasa itu. Terutama tentang
“pembaruan pemikiran Islam”.

Jauh sebelum gerakan pembaruan mencuat, seringkali


Al Qur’an dan Al Hadist tidak lagi diambil menjadi rujukan
utama bagi kehidupan Muslimin.
Seringkali rujukan agama Islam telah digantikan oleh
fatwa Ulama dan pendapat Ahli Fiqhih.
Diantara Imam yang berempat terkenal pula Imam
Ahmad bin Hanbal. Imam terakhir yang hidup diantara
tahun 780 – 855. Beliau terkenal karena sangat teguh
berpegang kepada Al Qur’an dan Al Hadist.
Imam Ahmad bin Hanbal sendiri masyhur sebagai
salah seorang ahli Hadist yang langsung menafsirkan
kandungan isi Al Qur’an. Beliau sangat sedikit sekali
memakai Qiyas. Kecuali kalau sudah tidak ditemukannya
dalam Al Qur^an dan Hadist.
Imam Ahmad Bin Hanbal selalu berupaya sejauh
mungkin menghindari sikap menterjemahkan Al Qur’an
secara akal atau rakyu.

H Mas’oed Abidin 3
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Hal ini juga disebabkan karena Imam Ahmad bin


Hanbal ini hidup dizaman Khalifah Al-Makmun yang
berfaham Muktazilah.
Seruan kembali kepada Al Qur’an dan Hadist
dicanangkan kembali oleh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah
yang hidup 1263 – 1329 yang terkenal dengan gerakan
Tauhidnya. Kemudian dilanjutkan oleh muridnya Ibnu
Qayim Al-Jauziyah.
Pada pertengahan abad ke 18 gerakan tajdid ini
dikumandangkan lebih keras lagi oleh Muhammad bin
Abdul Wahhab.
Dinegara-negara Islam yang tadinya tidak tampak
adanya gerakan kemajuan Ummat Islam, kini mulai timbul
dengan derasnya gerakan yang bertujuan membuka
kembali lembaran Al Qur’an dan Hadist. Mempelajari Al
Qur^an serta memahami dan mengamalkannya dengan
organisasi yang rapi dan sempurna.
Kondisi ini telah mengangkat derajat serta memacu
Kaum Muslimin agar mampu bersaing dengan bangsa-
bangsa didunia yang telah mengklaim diri mereka lebih
maju.

UMMAT DIBELENGGU KEJAHILAN DAN KEJUMUDAN


Sedari awal gerakannya para pembaharu atau
Reformis melihat bahwa Ummat Islam jauh tertinggal
terbelakang. Jumud dan beku.

H Mas’oed Abidin 4
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Ajaran agama Islam hanya tampil sebagai upacara-


upacara ibadah yang beku. Jarang sekali difahami makna
dan hikmahnya. Pengamalan agama yang banyak dilakukan
hanya sebagai suatu tradisi atau wiridan. Bahkan banyak
dibumbui oleh segala macam bid’ah dan khurafat yang
menyesatkan.
Disisi lain Ulama sering dikultuskan. Makam
kuburannya mulai dikeramatkan. Bacaan kalimat Thaiyibah
La Ilaaha illallah sering disalahgunakan. Kalimat Thayyibah
tidak lagi untuk mengingatkan diri kepada Allah serta
taqarrub kepada Nya. Tetapi dijadikan sekadar bacaan
dalam upacara-upacara untuk maksud-maksud tertentu.
Al Qur’an tidak banyak untuk dibaca dan difahami.
Bahkan jauh dari diamalkan.
Sering dijadikan untuk pelengkap acara seremonial,
dibaca dengan mengutamakan dendang irama atau hanya
sekedar untuk diambil barakahnya.
Shalawat kepada Nabi dijadikan sebagai satu lagu
yang didendang-dendangkan. Kalau dibaca dalam wiridan
dengan jumlah tertentu pada waktu yang ditentukan
ditanamkan keyakinan akan memperoleh keberhasilan
tertentu, seperti untuk menjadi kaya, naik pangkat atau
guna mendapatkan jodoh, menyembuhkan penyakit dan
lain-lain sebagainya. Ajaran agama banyak dikaitkan
dengan perbuatan mistik.
Dalam suasana kejumudan itu, para pemimpin agama
selalu digiring kearah perlengkapan penguasa. Dengan

H Mas’oed Abidin 5
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

tujuan melestarikan kekuasaan semata. Ulama harus


berada dibelakang Amir sebagai pemberi stempel
kewenangan dan legitimasi terhadap ummat. Disisi lain
amir dan ulama tanpa tertolak telah membiarkan ummat
menjadi bodoh. Tidak jarang kolusi kekuasaan selalu
berakhir dengan membodohi rakyat. Padahal rakyat
sebenarnya sudah lama tenggelam dalam kebodohan.
Dalam jangka waktu yang panjang turun temurun, satu
demi satu wilayah Islam mulai berpindah kedalam
genggaman tangan kekuasaan.

K. H. Ahmad Dahlan memperhatikan keadaan


Ummat Islam di Indonesia yang sangat memprihatinkan ini.
Disamping ummat dikurung oleh kebodohan dan
kejumudan, terasa pula dihimpit dan dibelenggu dengan
kemiskinan. Pikiran ummat beku. Jiwa terjerat dalam
isti’adat tradisi yang sangat jauh jaraknya dari tuntunan
serta pemahaman ajaran Islam yang benar.
Ajaran Islam hanya dilaksanakan sebagai formalitas.
Amalan Islam itupun terbatas pada ibadah shalat, puasa
dan haji. Sedangkan ajaran Islam mengenai
kemasyarakatan, social politik, ilmu pengetahuan dan
pendidikan serta kemajuan dan ekonomi sama sekali tidak
diketahui bahkan tidak pernah boleh diajarkan. Prilaku
kehidupan social ummat sebahagian yang dipupuk dan
dihidupkan mengarah kepada perbuatan syirik yang amat

H Mas’oed Abidin 6
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

berbahaya. Semarak dengan ajaran kepatuhan menjurus


kepada taqlid buta.
Berdasarkan itu K. H. Ahmad Dahlan tergerak
hatinya untuk mendirikan organisasi yang bergerak dalam
memperbaiki aqidah (Tauhid).
K. H. Ahmad Dahlan yang beberapa kali melakukan
perjalanan menunaikan ibadah haji ke Makkah. Pertama
kali ditahun 1890 dan berada disana selama delapan bulan.
Kedua kalinya pada tahun 1902. Lalu mendalami ilmu
agama, mempelajari kitab-kitab kuning dan kitab yang
populer dimasa itu. Terutama tentang “pembaruan
pemikiran Islam”. Pembaruan seperti yang dilihatnya
didunia Islam. Dengan memberantas kejumudan serta
menjauhkan ummat dari segala macam kemusyrikan.

Pada awal abad 20 di Nusantara Indonesia mulai


tumbuh pergerakan pencerdasan bangsa. Pada tahun 1908
Dokter Soetomo dan Dokter Wahidin Soedirohusodo telah
mendirikan organisasi Budi Oetomo. Organisasi ini bercita-
cita untuk mencerdaskan rakyat serta menghidupkan
semangat kemerdekaan.
Pada tahun 1911 Haji Samanhoedi di Surakarta juga
telah mendirikan perserikatan yang bernama Sarekat
Dagang Islam. Dengan tujuan mula-mula menghadapi
tindakan pemerintah jajahan yang memberi hak monopoli
atas penjualan bahan pembatikan, sehingga mereka
dengan sewenang-wenang memberi harga yang amat

H Mas’oed Abidin 7
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

mahal yang mengancam kehidupan pengusaha batik


bangsa Indonesia.
Boedi Oetomo belakangan melebur diri dan berfungsi
dalam Partai Indonesia Raya (PARINDRA) pada tahun 1935
dan Serikat Dagang Islam menjelma jadi Partai Politik
Sarikat Islam pada tahun 1912.

PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
Pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H
bertepatan dengan 18 November 1912 Miladiyah, K. H.
Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan dengan nama
Muhammadiyah yang artinya adalah organisasi yang
bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri
dari kaum Priyayi Jawa, pegawai dan intelektual.
Syarikat Dagang Islam para pendukungnya
kebanyakan terdiri dari pengusaha, pedagang dan pekerja.
Sedangkan, Persyarikatan Muhammadiyah
beranggotakan rakyat awam, para santri kaum pengusaha
dan cerdik pandai dari berbagai lapisan dan kalangan
ummat.

K. H. Ahmad Dahlan yang lahir pada tahun 1868 di


kampung Kauman Yogyakarta, putra dari seorang Kiyai Haji
Abu Bakar bin Kiyai Haji Sulaiman yang menjabat sebagai
Khatib Mesjid Besar Yogyakarta. Sedangkan Ibu K. H.
Ahmad Dahlan atau yang disebut Nyai Abu Bakar yang

H Mas’oed Abidin 8
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

bernama Siti Aminah adalah putri dari Kiyai Haji Ibrahim


menjabat Penghulu Keraton. Dari segi ayah dan ibu beliau
dilahirkan dari keluarga yang ta’at melaksanakan ajaran
agama Islam.

Kiyai Haji Abu Bakar adalah Khatib Amin Keraton


Yogyakarta, yang dalam logat Jawa sehari-hari disebut
“Ketibamin”, setelah Kiyai H. Abu Bakar wafat jabatan
Ketibamin beralih kepada puteranya K. H. Ahmad Dahlan.

K. H. Ahmad Dahlan belajar kepada ayahnya sendiri


ilmu-ilmu agama selain belajar kepada Kiyai Haji
Muhammad Nur di Kauman, Kiyai Haji Abdul Hamid dari
Lempuyangan.
Beliau juga belajar ilmu Falak dari Sheik Muhammad
Jamil Jambek sewaktu bermukim di Mekah.
Penguasaan ilmu agama yang luas serta keyakinan
aqidah yang kuat serta pergaulan yang sangat supel
dengan lapisan masyarakat menggerakkan K. H. Ahmad
Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.
Menurut penelitian sejarah K. H. Ahmad Dahlan
mendirikan organisasi dalam rangka memahami Firman
Allah:

“Hendak adalah diantara kamu sekalian satu


Ummat yang menyeru kepada kebaikan dengan
menyuruh unutuk berbuat makruf serta

H Mas’oed Abidin 9
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

mencegah terjadinya kemungkaran. Dan mereka


itulah orang-orang yang beruntung.”
Surat Ali
Imran, ayat 104.

Pengertian kata (ummat) menurut K. H. Ahmad


Dahlan adalah sekelompok atau segolongan orang yang
mempunyai persamaan, niatnya sama, tujuannya sama dan
mau pula untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan. Itulah
yang dimaksudkan dengan persyarikatan atau organisasi.
Firman Allah untuk menggerakkan manusia kepada
kebaikan, mengerjakan yang makruf dan melarang berbuat
mungkar hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika
melalui organisasi yang baik.

Muhammadiyah sejak dari awal berdirinya


mengajarkan untuk kembali kepada Al Qur’an dan Hadist-
Hadist Rasulullah SAW, kembali kepada sumbernya yang
asli dengan meninggalkan segala macam bentuk yang tidak
ada dasarnya dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah sendiri adalah nama yang dinisbahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, mengembalikan kepada
sumbernya yang asli itulah yang dinamakan pembaharuan
(tajdid) sebagaimana yang dilakukan oleh Sheik Muhammad
Abduh, Sheik Muhammad Abdul Wahab, Ibnu Tamiyah di
Timur Tengah.

H Mas’oed Abidin 10
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Hal yang pertama dan yang mendasarkan dilakukan


oleh K. H. Ahmad Dahlan adalah membersihkan aqidah
dari segala macam bentuk kemusrikan, memberantas
takhayul dan khurafat yang telah mendarah daging bagi
kaum Muslimin.
Kemudian K. H. Ahmad Dahlan melakukan dakwah
dengan memurnikan ibadah yang jauh dari bid’ah yang
sudah mentradisi ditengah-tengah masyarakat.

Pada hakekatnya Organisasi Muhammadiyah didirikan


adalah untuk membersihkan aqidah dan melakukan dakwah
serta amal kegiatan social bagi ummat.
Segala macam kegiatan yang dilakukan
Muhammadiyah adalah berdasarkan hakikat tujuan yang
dirintis oleh K. H. Ahmad Dahlan.

Perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh tokoh-


tokoh Muhammadiyah seperti antara lain Bapak Jenderal
Sudirman yang dididik dalam Pandu Hizbul Wathan (H.W.)
Muhammadiyah dan pernah jadi guru sekolah
Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Abd.
Kahar Mudzakar dan lain-lain adalah dalam rangka
dorongan aqidah untuk memerdekakan rakyat Indonesia
dari penjajah Belanda.
Pendidikan yang begitu banyak dilakukan oleh
Muhammadiyah dalam membantu mencerdaskan bangsa

H Mas’oed Abidin 11
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

tidak terlepas dari membentuk manusia muslim yang


beraqidah dan menjalankan syari’ah.
Jaringan pendidikan Muhammadiyah, tersebar dari
pusat kota sampai kepelosok desa.
Sasarannya juga jelas yaitu kaum muslimin yang
jumlahnya 88 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Memang Muhammadiyah terkenal dengan dakwahnya
disektor pendidikan yang pada awalnya sangat dibutuhkan
ummat. Tetapi, perkembangan zaman tidak saja menuntut
menginginkan bisa tulis baca, tetapi sudah jauh dari itu,
terutama sekali teknologi "Apakah keunggulan kompetitif
Muhammadiyah ?"
Para pemimpin Muhammadiyah sejak dari K. H.
Ahmad Dahlan telah mencoba menjwab
persoalan-persoalan yang ada dan tampil ditengah
kehidupan pergaulan masyarakat melalui gerakan dakwah
dan amal-amal Muhammadiyah.
Disamping itu Muhammadiyah mesti ingat selalu
bahwa globalisasi merupakan kecemasan bagi hampir
seluruh lapisan masyarakat. Muhammadiyah yang berjuang
untuk amar ma'ruf nahi munkar harus mempersiapkan diri
membentengi ummat Islam. Untuk menjawab globalisasi,
bagaimana peningkatan kualitas pelayanan produk
pendidikan tersebut. Perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh di era persaingan yang semakin tajam
ini.

H Mas’oed Abidin 12
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Kekayaan Muhammadiyah dari segi sumber daya


manusia dan benda adalah merupakan kelebihan organisasi
ini dari masa dulu. Termasuk sangat diperhitungkan oleh
potensi di luar Muhammadiyah.
Maka yang lebih penting adalah memelihara
kekerabatan yang mendalam yang menjadi kekuatan besar
dari pada tokoh-tokoh besar tersebut.
Kegiatan sosial, memelihara anak yatim membangun
poliklinik dan Rumah Sakit adalah dalam kerangka Dakwah
ibadah kepada Allah.

Kerja besar kita sekarang adalah bagaimana potensi


yang potensial itu menjadi potensi yang riil.
Soalnya, generasi sekarang memang dilingkupi
pertanyaan-pertanyaan.
Apakah generasi sekarang masih berminat untuk
mempertahankan nilai-nilai agama ? Apakah nilai-nilai
yang dibawakan oleh Muhammadiyah itu masih perlu ?
Dari segi historis, peran Muhammadiyah dengan
tokoh-tokohnya yang terdiri dari berbagai unsur dapat
bersama-sama mengembangkan Muhammadiyah.
Sesungguhnya jauh di balik itu kita ummat Islam
memiliki suatu aset besar. Masih sangat relevan kita
ungkapkan sekarang, di saat persatuan dan rasa ukhuwah
serta kekerabatan hanya tampil dipermukaan, tidak tampak
berurat kedalam hati ummat.

H Mas’oed Abidin 13
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip ukhuwah


dan kepedulian ini rasanya perlu kita tumbuh kembangkan
lagi.
Hari ini lahir pertanyaan, apakah yang dapat kita
usahakan untuk mencapai hubungan kekeluargaan,
kekerabatan, ukhuwah yang menjadi kunci persatuan dalam
berbagai struktur kegiatan sosial, ekonomi, politik, budaya
dan kehidupan keberagamaan, dalam masa kita sekarang
ini (era globalisasi) ???.
Kadang-kadang jawaban ini harus kita masukkan
dalam satu agenda besar yang mencakup jangka pendek
maupun jangka panjang. Walaupun dalam bentuk yang
sederhana.
Kalau kita belum bisa mengerjakan semua, jangan kita
tinggalkan semua.

AQIDAH TAUHID DAN UKHUWWAH ISLAMIYAH


SUMBER KEKUATAN
Goresan sejarah jua adanya, yang membuktikan
bahwa kekerabatan yang mendalam itu, telah memberi
kekuatan melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar,
ditengah berbagai tekanan dan pemaksaan kehendak.1
1
Contoh sejarah menyebutkan, tatkala 19 Agustus 1928 di Bukititnggi (Fort de Kock) berlangsung satu
rapat besar "Majlis Permusyawaratan Ulama Minangkabau" pertama yang dihadiri 800 ulama-ulama, dan
200 utusan-utusan dari 115 Persyarikatan Ummat Islam di Minangkabau, dan menelorkan MOSI
MENOLAK GURU ORDONANSI 1925 yang terkenal itu.
Hanya selang tiga bulan berikut (3 - 4 Nopember 1928) di tempat yang sama (Surau Inyiak Jambek),
berlangsung lagi Permusyawaratan Ulama Mingakabau Kedua, dengan jumlah yang hadir lebih banyak
(1500 orang). Inilah buah dari keakraban iman.
---- (Mungkin di waktu peristiwa besar itu, sebagian besar dari kita belum lahir, namun dapat
terbaca kemabali di dalam buku PERINGATAN (Verslag) dari Majelis Permusyawaratan Oelama
Minangkabau, dikumpulkan oleh A. 'Imran Djamil dan H. Abdul Malik Karim (Hamka), diterbitkan oleh
Bhoekandel en Taman Poestaka "Summatera Thawalib" Fort de Kock, di cetak pada Snelpers Drukkerij
Gebr. "LIE" Fort de Kock, 1928). ----

H Mas’oed Abidin 14
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Hasil besar ini di perdapat karena adanya satu landa-


san kuat (Tauhid, Aqidah Islamiyah) di dukung oleh persa-
tuan dan Ukhuwah Islamiyah serta rasa kekeluargaan juga.
Soal persatuan dan kesatuan semata-mata
bukanlah soal ilmu pengetahuan dfan teknologi. Tidak
hanya semata masalah HAM dan demokratisasi.
Tidak bisa dibantah, bahwa ruh persatuan dan
kesatuan itu akan berpengaruh besar bagi perkembangan
iptek maupun HAM dan demokratisasi itu.
Persatuan adalah aplikasi dari Tauhid (iman),
yang akan mampu melahirkan "persaudaraan".
Bersaudara tumbuh dari adanya Keimana Kepada Allah
(sekaligus adalah aplikasi Ad Dinul Islam).
Jadi konsekwensinya bila keimanan (Tauhid) melemah,
maka akan hilanglah pula "rasa bersaudara".
Punahnya rasa bersaudara ini danpaknya ikatan
persatuan akan menjadi lemah.

Bahwa para ulama, intelektual dan pemimpin Ummat Islam, Ninik Mamak dan Muslimat juga
telah terbisaa dengan perbentengan Adat dan Agama di Minangkabau, dapatlah terbukti dengan
diterbitkannya satu Seroean dan Harapan yang ditujukan kepada pemerintah (Penguasa Hindia Belanda)
pada tahun 1941. Seruan itu diterbitkan berkenan dengan undang-undang yang dikeluarkan oleh
Resident Sumatera Barat tentang "Verordening betreffende vergrijpen tegen de adat" atau "Aturan
tentang melanggar adat" yang berdampak menghilangkan "nilai-nilai adat itu sendiri".
Yang sangat menarik dari seruan pemimpin ummat Islam Minangkabau (Sumatera Barat) tersebut adalah
persatuan yang mereka miliki. BIla penanda tanganan seraun itu terdiri dari lima orang ulama besar
(Syeikh Daoed Rasyidi, Syeik Mohammad Djamil Djambek, Syeik Mohammad Dajmil Djaho, Syeikh
Sulaiman ar Rasoeli, dan Syeik Ibrahim Moesa), lima orang Ninik Mamak Alam Minangkabau (Dt. Simarajo
Simabur Pariangan Padang panjang, Datuk Maharajo Dirajo Batipuh, Datuk Tungga Air Angat, Datuk
Bandaro Sati bukit Surungan, dan Datuk Majo Indo Batu Sangkar). Kemudian di tambah oleh para
intelektual, organisator, para pendiri pendidikan, saudagar (pedagang), yang dapat digolongkan
cendikiawan di masa itu. Tokoh-tokoh berbobot di zamannya itu adalah A.R. St. Mansoer
(Muhammadiyah), Anwar (Bank Nasional), S.J. St. Mangkoeto (Bank Moeslimin Indonesia), Rky. Rahmah el
Junusijjah (Muslimat, Diniyah Putri), A. Kamil dan Zoelkarnaini (Angkatan Moeda Muhammadiyah) - Buya
Zoel (?).
Akibat nyata dari Seruan bertanggal 1 Januari 1941 itu, maka Resident Sumatera Barat tidak
jadi mengeluarkan undang-undang yang membatasi wewenang adat ini.
(lihat Typ. Tandikat PP - 1941).

H Mas’oed Abidin 15
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Persatuan yang sesungguhnya tidak bisa di beli


dengan uang ataupun materi. Soal persatuan adalah soal
hati (qalb).
Tujuan yang akan di capai -- sebagai khittah yang telah
digariskan -- terpulang kepada nawaitu yang telah diniatkan
oleh hati.
Disinilah terdapat kemurnian (pure, kebersihan) amal
perbuatan untuk mencapai tujuan sesuai yang diikhlaskan
(bersih) hati.
Bukanlah niat kita untuk sekedar membalik-balik
lembar sejarah dalam memenuhi hasrat nostalgia.
Tujuan kita sudahlah jelas. Wijhah itu adalah satu.
Yaitu "keridhaan Allah" semata.
Keridhaan Allah itu lah bagi kita yang menjadi motivasi
bagi mewujudkan amal nyata "membentuk masyarakat
utama" (khaira ummah) yang memotivasi kita untuk
memilih berbuat atau tidak berbuat, bahkan memotivasi
untuk bertindak dan kalau perlu adamasanya mesti diam.
Mencari keridhaan Allah yang di pegang oleh
setiap mukmin, adalah menjadi tujuan hidup dan menjadi
tujuan mati, dan menjadi ikatan pemersatu ummat.
Sebelum satu program yang dihasilkan bisa
diwujudkan dalam satu langkah oleh satu ummat di dalam
Persyarikatan Muhammadiyah, kerja nomor satu adalah
menyatukan wijhah yakni keredhaan Allah.

H Mas’oed Abidin 16
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Bukan keredhaan orang lain. Bukan pula asal aku


senang, atau juga tidak karena demi golongan.2
Ini suatu agenda besar bagi "ummat utama",
yakni Ummat Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam.
Apabila perpegangan ini tetap adanya dalam setiap
tindak tanduk perjuangan, Insya Allah akan terhindar dari
perpecahan (tafarruq) dan terjauh pula dari tanazu' (sikut
menyikut). Yang akan lahir adalah perlombaan sehat dan
jujur (fastabiqul khairaat).

Ada lagi yang berbahaya, berobah niat ditengah perja-


lanan. Apa yang tadi telah dirumuskan semula menjadi
kabur tak terbaca.
Pada awalnya hendak menanam "cinta dan Takut
kepada Allah" berubah menjadi "cinta kekuasaan dan takut
mati".
Yang diniatkan pada awalnya "dakwah Ilallah"
(mengajak ummat utama kepada Allah), berobah tumbuh
menjadi "dakwah ghairullah (kepentingan diri, jual tampang
untuk aku).
Yang berbuat jadinya 'aku-isme" atau "ananiyah",
inilah yang menyuburkan tafarruq dan tanazu' itu.
Ada beberapa tindakan yang mungkin dilakukan
segera.

2
Perlu kita simak kembali pesan Bapak M. Natsir, "carilah keredhaan Allah Yang Satu, supaya
kita dapat bersatu".
Atau apa yang diamanatkan Ki Bagus Hadikusumo, 50 tahun silam "jangan cari
benda-benda bertebaran, nanti kita akan bertebarab lantarannya".

H Mas’oed Abidin 17
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

a. Melakukan introspeksi di kalangan kita sendiri.


mulai dari kelompok yang terkecil, bahkan keluarga.
Masihkah prinsip-prinsip utama masih kita
pertahankan.
b. Masing-masing berusaha mengambil inisiatif dan
aktif untuk mengikat kembali tali ukhuwah,
kekerabatan dan kekeluargaan di antara keluarga
tanpa gembar-gembor, namun secara jujur dalam
mengatasi satu dua persoalan di tengah ummat
yang kita pandu.
c. Memelihara kesempatan-kesempatan yang ada dan
tersedia dalam melakukan tatanan kekerabatan di
tengah "keluarga" kita, dengan memperbesar
frekwensi pertukaran fikiran secara informal dalam
berbagai masalah ummat, dalam suasana jernih,
tenang dan bersih serta tidak berprasangka.
d. Berusaha mencari titik-titik pertemuan (kalimatun
sawa) di antara kalangan kita, antara kalangan dan
pribadi-pribadi para intelektual muslim (zu'ama),
para pemegang kendali sistim *umara), dan para
ikutan ummat utama, para ulama dan aktifis
pergerakan baik tua maupun muda, dalam
ikatan-iakatan yang tidak tegang dan kaku, karena
kekuatan terletak pada keluwesan pikiran dan
keteguhan prinsip.
e. Menegakkan secara sungguh dan bertanggung
jawab Nizhamul Mujtama' (tata hidup

H Mas’oed Abidin 18
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

bermasyarakat) diatas dasar 'Aqidah Islamiyah dan


Syari'ah, dengan memelihara mutu ibadah di
kalangan ummat utama, Mu'amalah (sosial,
ekonomi, siyasah) dan Akhlak (pemeliharaan tata
nilai melelui pendidikan dan kaderisasi yang
terarah).
Ummat utama tentu tidak bisa ditegakkan dan di ben-
tengi secara dadakan, namun melalui didikan, latihan, ujian
lahir dan bathin, setaraf demi setaraf, mengutamakan per-
baikan dari dalam.

POLITIK DAKWAH AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR


Diwaktu pemberontakan Gestapu/PKI, Muhammadiyah
memutuskan dalam Musyawarah Kerja Nasional pada bulan
November 1965 yang berlangsung di Asrama Haji Jalan
Kemakmuran Jakarta bahwa pembubaran Partai Komunis
Indonesia adalah ibadah.
Dalam waktu yang bersamaan Organisasi Nahdatul
Ulama yang disampaikan oleh K.H. Abdul Wahid Hasbullah
dan K.H. Masykur mengatakan bahwa wajib hukumnya
membubarkan PKI.
Kegiatan Politik yang dilakukan oleh Muhammadiyah
pada hakikatnya adalah dalam kerangka dakwah ,amar
makruf nahi munkar.
Untuk itu kita dituntut harus mampu membangun
kualitas kehidupan yang mampu bersaing. Dengan segera

H Mas’oed Abidin 19
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

melakukan konsolidasi internal, mampu mengembangkan


tata pergaulan antar kelompok.3
Arus perubahan itu bisa berbentuk makin meluasnya
tuntutan terhadap hak-hak asasi dan keadilan, dan
demokratisasi (sosial politik), bisa pula berbentuk makin
berkembangnya dominasi dari sistim ekonomi kapitalis
yang berakibat makin meluasnya jurang antara dhu'afa dan
aghniya dalam pandangan ekonomi.
Bahkan bisa berkembang menjadi di abaikannya
nilai-nilai agama yang berakibat dapat menjungkir balikkan
nilai-nilai moral dan spiritual yang sudah mapan dimiliki
oleh masyarakat kita.
Semuanya karena pengaruh pandangan bahwa materri
(budaya kebendaan) adalah diatas segala-galanya, sebagai
suatu gambaran kehidupan "laa diniyah", sehingga
terbukalah pintu kemaksyiathan dan kemungkaran,
kriminalitas dan krisis moral.
Ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak pula ke arah
perubahan posisi menjadi "berhala baru", yang berujung
kepada terbukanya peluang terciptanya masyarakat
"dahriyyin", dan pada akhirnya hilanglah sibgah (jati diri)
manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulia, -- yang punya
fithrah dan hati nurani --.
3
Diantara tahun 1966 - 1980 sering sekali dilakukan kunjungan kepelosok-pelosok desa -- oleh para da'i
dan mubaligh --, mengunjungi ummat. Di kala itu, hubungan kedesa-desa sangat sulit. Tidak jarang
harus ditempuh berjalan kaki, paling-paling berboncengan dengan sepeda, di sambung bendi atau
pedati. Program waktu itu sedrhana sekali, "hidupkan dakwah bangun negeri". Begitu yang dilakukan
kedaerah-daerah di Binjai, Rao Mapat Tunggul, Lawang dan Baringin, terus ke Palembayan dan Tantaman.
Dari Maninjau, Lubuk Basung, terus ke Padusunan dan Pariaman dan Kurai Taji. Menyatu
kunjungan-kunjungan itu ke Guguk Kubang tujuh Koto, ke Pangkalan Muara Paiti, bahkan sampai ke
Muara Mahat dan Bangkinang. Sama juga halnya ke Taram, Situjuh dan Lintau serta selingkar Padang
Panjang dan Tanah datar, hingga ke Koto Baru dan Sungai Rumbai di Sijunjung, malah tidak jarang
diteruskan pula ke Muara Bungo.

H Mas’oed Abidin 20
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Semuanya adalah ancaman serius bagi kualitas


lingkungan serta rusaknya sistim kebudayaan dan
menurunnya kualitas manusia.
Hampir selalu pertemuan itu dilangsungkan pada
sarana-sarana yang dibangun ummat milik persyarikatan.
Ummatpun datang dari sekitar, dari gubuk-gubuk reot
di ladang tepi hutan, memakai suluh daun kelapa, bila
kebetulan malam telah tiba.
Yang dibicarakan adalah masalah ummat itu
sendiri. Bagaimana mereka bisa membenahi kehidupan
ekonominya degan memanfaatkan alam sekitarnya, hidup
dan tenaga yang dianugerahkan Allah kepada-Nya.
Memelihara kesatuan yang sudah ada, memupuk
kekeluargaan sesama, membudayakan "berat sepikul
ringan sejinjing" dalam mengangkat dan mempersamakan
amal berat yang di hadapi, sehingga lahirlah motivasi dan
inovasi ditengah lingkungan mereka.
Selalu saja terjadi, pertemuan-pertemuan ini berjalan
sedari malam sampai pagi, bahkan di sambung sore
harinya, ditutup dengan "tabligh akbar" di malam hari,
dengan menghadirkan seluruh lapisan ummat tanpa
kecuali.
Yang terjadi adalah proses integrasi, dan penyebaran
informasi.
Para remaja, generasi muda duduk selingkar
ustadz-nya selesai mengaji, berbincang-bincang sampai

H Mas’oed Abidin 21
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

pagi. Untuk selanjutnya besok hari, da'i pun pergi


meninggalkan desa dengan segudang perasaan di hati,
untuk kemudian akan disampaikan kepada teman-teman
dan "orang-orang tua" di tingkat propinsi.
Yang lahir seketika itu adalah :
a. terbentengi ummat dari proses pemurtadan yang
sedang mengintai,
b. pemantapan kaderisasi,
c. pemeliharaan aqidah secara langsung
d. pembinaan kerukunan antar warga, lahirnya
partisipasi aktif, dalam membangun diri dan
membangun negeri
e. menyebarnya informasi, diperkenalkannya khittah,
diingatkan kembali bahaya dan ancaman zaman
f. tumbuhnya ummat yang mandiri (sosial, ekonomi,
dan musyawarah, demokrasi)
g. terbentuknya persepsi dalam menyatukan langkah
positif memelihara nilai-nilai luhur yang sudah
mapan, pada setiap lapisan dan kalangan.

Hal diatas sangat dimungkinkan karena ynag


melibatkan diri dalam kegiatan tersebut adalah seluruh
unsur-unsur yang ada di dalam negeri. Bahkan sejak dari
perangkat dusun, desa hingga kecamatan, serta kalangan
ninik mamak, pemuka masyarakat serta alim ulama,
pemuda pemudi generasi muda, yang semuanya adalah

H Mas’oed Abidin 22
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

potensi yang berpotensi dalam pembangunan berwawasan


lingkungan.
Perjalanan dakwah seperti itu mengasyikkan, sehingga
lelah dan jarak tidak menjadi halangan, karena yang
terpaut adalah "taalaful qulub" -- pertautan hati dengan
hati --.
Bagaimanakah potret itu kini ? Setelah tiga
dasawarsa musim berlalu ??.
Sering terjadi, ustadz dan da'i -- yang juga
berpredikat penggerak amal usaha persyarikatan atau da'i
pembina organisasi -- mereka telah cepat-cepat
meninggalkan ummat secepat dia datang.
Sehingga yang di kupas hanya sebatang kulit luar.

Memang pernah terjadi, ada usaha-usaha terencana


dan sistematik untuk memisahkan nilai-nilai kehidupan
bangsa yang beradab dan beradat terutama di Nusantara
Indonesia ini dari ajaran Agama Islam. Sungguhpun itu
terjadi di penghujung abad 19 dan permulaan berada
diawal abad ke 20.
Namun keadaaan sedemikian itu segera terantisipasi
oleh kearifan dan kecekatan para ulama dan cendikiawan
kita. Kondisi kita pun di saat itu berada di dalam suasana
tekanan penjajah dengan sistem imperialsime dan
kapitalisme.

H Mas’oed Abidin 23
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Sederetan nama-nama para pemimpin kita, secara


sambung bersambung telah mengukir sejarah dinegeri ini,
dengan masuknya kita ke era-pembaruan (tajdid) itu.
Nama-nama itu tidak akan terhapuskan oleh
sejarah, mulai dari Panglima Diponegoro, Hasanuddin,
T. Cik Di Tiro, Panglima Polem, sampai kepada Syaikh
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dengan serentetan
murid-murid beliau, diantaranya K. H. Ahmad Dahlan,
Syeikh Haji Abdul Karim Amarullah (Ayahanda HAMKA)
dan banyak lagi yang tidak tersebutkan dari pada yang
mampu diungkapkan.
Deretan para pemimpin ummat itu, semuanya
memiliki prinsip kekerabatan yang mendalam, ukhuwah
yang jernih, ilmu yang resikh, dan pendirian yang tak
tergoyahkan dan khittah yang jelas.
Diatas segalanya itu, Tauhid yang kokoh serta
istiqamah dalam menajalnkan khittah yang telah
digariskan.
Menarik untuk disimak, dari tauladan
keperjuangan dakwah beliau-beliau itu, adalah hampir
seluruhnya memiliki "surau" dan “lahan” tempat pembinaan
kader (mengaji), dan punya sekolkah (madrasah)
mempersiapkan ummat pengganti.

Satu suasana yang indah, bila kita ungkapkan yang


sudah terjadi "masa doeloe" dari pimpinan-pimpinan

H Mas’oed Abidin 24
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

pergerakan dakwah persyarikatan. , sebatas yang kita kutip


dari pengalaman pendahulu-pendahulu kita.4
Bila kita teruskan menyebut contoh lain dari tanggap-
nya K. H. A. Malik Ahmad yang pada waktu itu memangku
jabatan sebagai Kepala Jawatan Sosial Propinsi Sumatera
Tengah. Beliau bertanya tentang amal-amal usaha
Muhammadiyah ini, antara lain terjadi tatkala beliau sampai
di Bukitinggi dan bertanya kepada pengelola Panti Asuhan
Muhammadiyah Mandiangin.
"Bagaimana keadaan anak-anak panti … ?".
Dengan sedikit kecut dan mengeluh pengurus
pengelola menyatakan bahwa sekarang ini bantuan untuk
panti sedikit macet. Beliau langsung tanggap dan
mengatakan baiklah, Insya Allah "sebentar lagi saya akan
datang ke sana, tolong beri tahu keluarga".
Dengan sedikit tergopoh-gopoh pengelola panti
asuhan yatim Muhammadiyah (A'syiyah) ini pulang dengan
sebuah tugas mengumpulkan keluarga dan kerabat.
Selang beberapa lama K. H. A. Malik Ahmad
datang di Panti Asuhan Yatim yang menjadi amal usaha
persyarikatan ini.
4
Suatu ketika, pada hari pekan di Padang Panjang, konsul Muhammadiyah Minangkabau (Sumatera
Barat) yaitu Buya A.R. St. Mansur bertemu dengan pimpinan Muhammadiyah dari Lintau. Beliau
bertanya "Bagaiman perkembangan sekolah di Lintau". Sekolah yang ditanyakan itu, tentulah sekolah
Muhammadiyah, yang merupakan satu sarana amal usaha Muhammadiyah. Sang pengurus
Muhammadiyah Lintau ini, menjawab dengan gugup, sebab perkembangannya sedikit menurun, karena
murid mulai kurang dan dan guru Muhammadiyah mulai pindah ke daerah lain. Mendengar ini Buya A.R.
St. Mansur berkata, "Baiklah Insya Allah hari Kamis depan saya akan ke Lintau".
Berita tersebut segera menyebar di sekeliling Lintau, sejak dari Batu Bulek sampai ke buo,
bahwa Konsul Muhammadiyah akan datang. Sibuklah masyarakat -- ummat utama -- itu, dan tepat pada
hari yang dijanjikan Buya A.R. St. Mansur datang di Lintau, dan menginap di rumah pegurus
Persyarikatan.
Pimpinan-pimpinan persyarikatan dari daerah sekeliling menyempatkan betul untuk hadir,
bahkan ada yang dari Halaban sampai ke Tanjung Ampalu. Ummat umumpun merasakan nikmat
kehadiran beliau dengan satu "tabligh besar". Beliau telah menanamkan urat di hati ummat. Akhirnya
persoalan segera teratasi.

H Mas’oed Abidin 25
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Bertanya dan menampung permasalahan yang ada.


Rupanya, inti masalah adalah terhentinya bantuan dari
Jawatan Sosial.
Buya K. H. A. Malik Ahmad segera meminta,
buatlah surat dan saya akan tanda tangani. Surat pun
dibuat saat itu, K. H. A. Malik Ahmad pun menanda tangani
seketika, dan urusan selanjutnya menjadi tanggung jawab
pengurus. Besar yang kita kutip dari peristiwa kecil ini.
a. Dengan nilai-nilai "mawaddah fil qurba"
(kekerabatan yang mendalam), dapat dihindari
perbedaan visi, dan bersih dari
kepentingan-kepentingan konflik internal
maupun interes pribadi, sehingga pengambilan
keputusan cepat dilakukan (atisipasi aktif).
b. Ummat di dorong aktif memiliki mutu (kualitas)
kemandirian dan percaya diri, karena pemimpin
persyarikatan memiliki komitmen yang jelas
dan terhindar dari pelunturan akhlak (status,
organisasi, khittah).
c. Terpeliharanya hubungan kerjasama yang
terpogram, atas dasar sama-sama bekerja
dengan berbagai pihak sehingga
kepentingan-kepentingan gerak persyarikatan
menjadi sangat strategis (diterima oleh semua
kalangan).

H Mas’oed Abidin 26
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

MENGHADAPI ARUS PERUBAHAN GLOBALISASI


Derasnya arus perubahan di abad mendatang -- Abad
Duapuluh Satu -- tersebab globalisasi adalah karena tinggi-
nya tingkat persaingan dan konflik kepentingan yang
sangat keras dan komptetitif dalam seluruh bidang
kehidupan.
Menariknya, ada pertanyaan yang kelihatannya --
suka atau tidak suka -- harus dijawab organisasi besar ini.
Pertanyaan-pertanyaan tentang potensi bisnis
Muhammadiyah dan bagaimana menjalankannya dimasa
datang. Dan tanggung jawab aqidah organisasi ini
terhadap generasi Islam di zaman yang termasuk "berat"
ini.
Pada intinya, bagaimana Muhammadiyah menggali
sumber dana dan bagaimana menggunakan.
Bagaimana Muhammadiyah sebagai organisasi sosial
tetapi perbaharuan yang dilakukan organisasi ini dengan
aspek dagang, kelihatannya harus dipertanyakan lagi.
Sudah kah Muhammadiyah efisien dan dapat
menjawab tuntutan konsumennya yaitu ummat Islam ?.
Bagaimanapun, mekanisme ekonomi harus berjalan,
karena Muhammadiyah punya asset yang sangat banyak.
"Kunci untuk itu adalah sense of belonging dan self-
esteem terhadap organisasi harus hidup dikalangan
anggota. Tanpa ini organisasi akan melempem, hidup segan
mati tunggu dulu."

H Mas’oed Abidin 27
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Artinya, produk yang dihasilkan Muhammadiyah


memang masuk dalam daftar konsumsi anggotanya.
Sebenarnya kesempatan kita berbentuk "peluang"
terbuka lebar. Kita memiliki da'i-da'i yang berperan dalam
sistim, ada juga dikalangan birokrasi, banyak pula para
ilmuan dan inteletual, kalangan pengusaha dan penguasa,
legislatif maupun eksekutif.
Yang sering muncul adalah pejabat anggota
persyarikatan. Jarang sekali tampil hadir pengurus
persyarikatan yang kebetulan sedang memegang suatu
jabatan penting dalam negara.
Maka perlu rasanya digerakkan kembali sesudah ini,
kunjungan-kunjungan kebawah oleh persyarikatan, yang
berbicara tentang ummat dan persyarikatan.
Karena itu kita masih sangat di tuntut untuk
membentuk pribadi-pribadi yang utuh dan unggul dengan
iman dan taqwa, berlimu pengetahuan dan teknologi,
berjiwa wiraswasta, ber-moral akhlak, ber-adat dan
ber-agama. Yang akan kita kembangkan adalah "hidup
modern dan maju dengan keimanan yang kokoh".
Tentu mendesak pula ada program pelatihan
ketrampilan, yang khusus-khusus yang diperlukan oleh
bidang-bidang yang membutuhkan, sebelum kesempatan
itu di isi oleh tenaga-tenaga lainnya.
Di tuntut pula melakukan idealisme dalam
membangun sosok dan tatanan, peradaban modern yang

H Mas’oed Abidin 28
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Islami yang diredhai oleh Allah , kearah suatu kemajuan


peradaban tanpa terbelahnya "iman" dan "kepribadian".
Ini mungkin akan merupakan upaya nyata kita dalam
membuat pagar-pagar kokoh menyambut
perubahan-perubahan yang akan datang, dalam bentuk
antisipasi aktif. Lebih jauh lagi ;
a. Potensi sumber daya yang di miliki (intelektual,
kader, praktisi) dikembangkan secara optimal.
b. Asset persyarikatan yang di miliki, digerakkan
dengan loncatan jauh ke depan.
c. Prinsip-prinsip perjuangan persyarikatan
Muhammadiyah dimasyarakatkan secara
konsisten dan dinamis
d. Berbagai pemikiran yang timbul di integrasikan
dengan pemikiran-pemikiran Muhammadiyah
e. Kualitas Amal Usaha Muhammadiyah dapat
dikendalikan dengan memadukan misi
Muhammadiyah dan manajemen terapan yang
efektif dan efisien, akhirnya amal usaha
Muhammadiyah ini menduduki potensi
strategis di dalam perkembangan kehidupan
ummat.

PANDAI MEMILIH DAN MEMILAH

H Mas’oed Abidin 29
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Marilah sekarang kita mulai lagi memilih dan memilah


mana-mana yang mungkin dan masih relevan di abad
mendatang ini. Program yang berat itu kita sederhanakan,
sehingga lebih ringan mengangkatnya.
Tidak sederhana barangkali menterjemahkan
ungkapan kita dalam program mendatang yaitu : "kita
mulai dengan apa yang ada, karena yang ada pada kita
sekarang sebenarnya sudah amat cukup untuk memulai".
Hubungan pemuda-pemudi tidak hanya tersungkup
oleh kehidupan kampung, tapi sudah bisa meniru kota.
Mereka mulai terbuka meniru segala perkembangan,
hampir-hampir tidak punya batas.
Hubungan kekerabatan dalam keluarga mulai menipis.
Peran ninik mamak masih terlihat hanya dalam batas-batas
seremonial.
Peran da'i dan khatib mulai di batasi sekedar pengisi
ceramah di mesjid, khutbah jum'at, atau mengaji kalau ada
yang lahir dan mati.
Kedudukan orang tua, hanya menyediakan serba
kebutuhan fisik dan materi.
Guru-guru disekolah punya tugas mengajar, peran
pendidikan menjadi kabur dan melemah.
Kondisi beginilah sebenarnya yang sangat rawan
dalam menanti sepanjang abad ke duapuluh satu ini.
Bagaimana kehidupan masyarakat didesa-desa.
Kondisi ini sekarang menjadi lahan kerawanan, bila tidak

H Mas’oed Abidin 30
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

segera teratasi berdampak besar dalam menerima abad


Duapuluh Satu.5
Akhirnya, Mentawai juga daerah kita. Dia minta
di-awasi dalam segala segi. Disana ada ummat Islam.
Pertambanhannya setiap tahunbertendens menanjak terus.
Karena keberadaan Islam bagi banyak mereka adalah citra
kehidupan.
Masalah utama mereka adalah keterbelakangan,
kebodohan (karena kurangnya kesempatan), ketinggalan
(sosial ekonomi), kurangnya pemahaman dan isolasi
transportasi.
Sumber daya alamnya potensial untuk dikembangkan.
Daerahnya bisa menjadi sentra peternakan sapi,
kerbau, ataupun kambing.
Yang diperlukan hanya latihan-latihan praktis
bagaimana memeliharanya, dan di tambah dengan sedikit
ilmu manajemennya.
Siapa yang akan memulai ?. Secara ekonomis dapat di
lihat potretnya. Menjual sapi dan kerbau ke luar Mentawai
nantinya, lebih berpendapatan besar dari berdagang babi.

5
-- yang tadinya terisolir, atau tertinggal, dan nyatanya sekarang seluruh atau sebagian isolasi itu
setekah di buka -- dan menjadi sentra dari perkebunan-perkebunan besar (seperti Pasaman, Sitiung dan
Solok Selatan).
Mereka sebahagian berada di luar kegiatan perkebunan itu. Walau sebahagian masyarakat transimigrasi
tadinya -- sekarang telah menjadi masyarakat Sumatera Barat, dan menjadi anak kemenakan orang
Minangkabau -- di Sitiung, Sungai Kunyit, Pasaman, mempunyai harapan besar dan ikut berperan aktif
dalam perkembangan perkebunan besar di maksud. Umpamanya keikut sertaan mereka dalam
Proyek-proyek Perkebunan (PIR) dan sebagainya. Tapi, masyarakat asli -- pembauran, menurut istilah di
Sitiung -- seringkali tertingalkan (disebabkan karena berbagai sebab antara lain karakter yang melekat
malas, tidak acuh, ingin senang tanpa usaha, belum terbisaa dengan usaha-usaha pertanian atau
perkebunan besar, atau karena belum/tidak di beri kesempatan). Sesungguhnya mereka adalah ummat
kita, yang berhak mendapat perlakuan utama dalam proses pembangunan di daerah dimana mereka
telah ditakdirkan hidup turun temurun dan memiliki ulayat (dalam garis turunan nenek moyang).

H Mas’oed Abidin 31
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Karena konsumen untuk sapi dan kerbau -- di daratan


tanah tepi -- lebih banyak dari konsumsi lokal babi di
Mentawai.
Untuk semua pengembangan ekonomi ummat ini, kita
dapat menggerakkan potensi Baitul Maal Wat Tamwil, Bank
Muamalat, Lembaga-Lembaga Keuangan dan Perbankan
milik BUMN atau swasta, BAZIS, ataupun pribadi-pribadi
muhsinin, tentu mengikutsertakan peran penelitian dari
Lambaga-Lembaga Perguruan Tinggi Nageri maupun
Swasta.
Disinilah peran persyarikatan Muhammadiyah
membentuk kader-kader terarah yang selektif dengan misi
Muhammadiyah.
Universitas Muhammadiyah menjadi salah satu
tumpuan harapan kita semua untuk menyaring
pokok-pokok pikiran yang berkembang menjadi satu
program nyata. Insya Allah.
Bagaimana sekarang ?,
Maka jawabannya terletak kepada kemampuan
organisasi persyarikatan Muhammadiyah untuk melakukan
introspeksi, inisiatif, dan pro-aktif untuk mengikat ukhuwah,
memelihara kesempatan yang ada, mencari titik pertemuan
dan menegakkan secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab dalam gerakan aqidah dan dakwah
amar makruf nahi munkar.
Karena, memang, Muhammadiyah dengan asset
trilyunan rupiah tidak menutup kemungkinan masuknya

H Mas’oed Abidin 32
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

oknum-oknum yang mengambil kesempatan untuk


kepentingan pribadi. Muhammadiyah harus menjawab dan
mencari jalan keluar dari pertanyaan sabalik secara
terbuka. Terutama sekali tentu, memperbaiki niat. Kita
harus jujur melihat, semakin banyak ummat yang rusak
pada zaman yang tak berketentuan ini. Hanya dengan
memanfaatkan seluruh petensi yang ada, maka kita
percaya organisasi Muhammadiyah di Indonesia ini akan
lebih berkembang dengan baik.
Sebaliknya, kalau Muhammadiyah dengan
pengurusnya hanya berkemampuan membentuk kelompok
yang hanya mementingkan kepentingan sesaat saja, ada
harapan untuk masa-masa mendatang Muhammadiyah di
Nusantara ini akan merosot perkembangannya.
Warga persyarikatan Muhammadiyah hendaknya
memaklumi bahwa mengembangkan Muhammadiyah
masa-masa mendatang tidak akan mampu dikerjakan oleh
warga Muhammadiyah saja.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan kerjasama dengan
berbagai pihak. Menciptakan hal-hal demikian, sangatlah
wajar untuk membesarkan Muhammadiyah perlu seayun
selangkah.
Perlu kerja sama yang mantap, baik sesama
cendikiawan persyarikatan maupun dengan kalangan diluar
Muhammadiyah.
Pengurus Muhammadiyah, sama saja dengan
pengurus organisasi lain, punya kekurangan-kekurangan

H Mas’oed Abidin 33
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

yang perlu diatasi bersama-sama. Untuk itu, sangat


diharapkan kerja sama yang saling isi mengisi menutupi
segala kekurangan tersebut.
Sekaligus sistem memanjat batang pinang perlu
dijauhi.
Hanya dengan memanfaatkan potensi yang ada, maka
Muhammadiyah akan bisa berkembang dengan baik.
Bagaimanapun juga harapan masyarakat masih tetap
besar pada Muhammadiyah.
Oleh sebab itu kepercayaan yang sudah diberikan
kepada pengurus hendaknya dipegang sebagai amanat
ummat.
Sebaliknya, amanah yang diberikan ummat tersebut
jangan disalahartikan. Jangan dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.
Akhirnya akan tersua premis hidup bahwa, “Siapa saja
yang memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi,
maka yang memanfaatkan organisasi untuk kepentingan
pribadi itu akan di hukum oleh pribadinya sendiri”.

Muhammadiyah memiliki sangat banyak amal usaha


milik persyarikatan. Diantaranya lembaga pendidikan,
lembaga keagamaan dan lembaga sosial lainnya.
Adakalanya lembaga tersebut berjalan sendiri-sendiri,
tanpa pengarahan yang jelas dari pimpinan
Muhammadiyah.

H Mas’oed Abidin 34
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

Bahkan tidak jarang terjadi, lembaga yang


berkembang dikalangan Muhammadiyah dijadikan pusat
persengketaan. Terjadilah saling tuding menuding. Saling
mejelekkan sesama pengurus dan sebagainya.
Terjadinya berbagai kasus tersebut tidak bisa dilepas-
kan dari kepentingan pribadi yang terlalu menonjol.
Padahal dalam Muhammadiyah sudah ada satu
aturannya, yaitu kaidah persyarikatan.
Jadi, semua gerak dalam organisasi sudah ada
pedomannya, yaitu kaidah organisasi.
Dengan taat asas kepada kaidah-kaidah persyarikatan
serta teguh aqidah dengan ditopang oleh kemampuan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada, kitapun percaya,
gerak roda organisasi Muhammadiyah akan berjalan
dengan mulus.
Sebaliknya, kalau pengurus dan anggota persyarikatan
lupa memperhitungkan potensi yang ada, bisa saja
nantinya sesama pengurus akan berjalan sendiri-sendiri.
Tentu saja Muhammadiyah di Nusanatara ini akan
mundur.
Jelas hal demikian tidak diharapkan.
Akhirnya marilah kita kembali memulai musim
bertanam. Bertanam amal dan kebijaksanaan mencari
Redha Allah itu, dan membuat masyarakat utama yang
ber-aqidah, Aqidah Islamiyah.

H Mas’oed Abidin 35
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”

    

        

            

      

" .... ibarat tanaman yang mengeluarkan tunasnya,


lalu Ia teguhkan dia, maka dijadikan ia gemuk dan
tegap berdiri atas pangkalnya, menggembirakan
penanamnya ......
ialah karena Ia hendak menjengkelkan kaum kafir
(yang menolak) itu dengan (kesuburan) mereka yang
(mukmin) .....
Allah janjikan mereka yang beriman dan beramal
saleh - dari mereka, keampunan dan ganjaran yang
besar .-----"
(Al Fath - 29)

Menebar benih, menanam, memupuk, bersiang,


melindungi - dari gangguan-gangguan cuaca (panas dan
dingin) itu, itulah tugas persyarikatan dan pemimpin
ummatnya.-
Demikianlah, "semoga Allah selalu memberikan
redha-Nya".
Wal hamdulillahi Rabbil 'alamin,
Wa ladzikurullahi Akbar .----***

H Mas’oed Abidin 36

You might also like