Professional Documents
Culture Documents
MUHAMMADIYAH
GERAKAN AQIDAH DAN DAKWAH
Oleh : H Mas’oed Abidin
H Mas’oed Abidin 1
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 2
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 3
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 4
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 5
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 6
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 7
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
Pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H
bertepatan dengan 18 November 1912 Miladiyah, K. H.
Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan dengan nama
Muhammadiyah yang artinya adalah organisasi yang
bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri
dari kaum Priyayi Jawa, pegawai dan intelektual.
Syarikat Dagang Islam para pendukungnya
kebanyakan terdiri dari pengusaha, pedagang dan pekerja.
Sedangkan, Persyarikatan Muhammadiyah
beranggotakan rakyat awam, para santri kaum pengusaha
dan cerdik pandai dari berbagai lapisan dan kalangan
ummat.
H Mas’oed Abidin 8
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 9
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 10
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 11
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 12
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 13
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 14
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
Bahwa para ulama, intelektual dan pemimpin Ummat Islam, Ninik Mamak dan Muslimat juga
telah terbisaa dengan perbentengan Adat dan Agama di Minangkabau, dapatlah terbukti dengan
diterbitkannya satu Seroean dan Harapan yang ditujukan kepada pemerintah (Penguasa Hindia Belanda)
pada tahun 1941. Seruan itu diterbitkan berkenan dengan undang-undang yang dikeluarkan oleh
Resident Sumatera Barat tentang "Verordening betreffende vergrijpen tegen de adat" atau "Aturan
tentang melanggar adat" yang berdampak menghilangkan "nilai-nilai adat itu sendiri".
Yang sangat menarik dari seruan pemimpin ummat Islam Minangkabau (Sumatera Barat) tersebut adalah
persatuan yang mereka miliki. BIla penanda tanganan seraun itu terdiri dari lima orang ulama besar
(Syeikh Daoed Rasyidi, Syeik Mohammad Djamil Djambek, Syeik Mohammad Dajmil Djaho, Syeikh
Sulaiman ar Rasoeli, dan Syeik Ibrahim Moesa), lima orang Ninik Mamak Alam Minangkabau (Dt. Simarajo
Simabur Pariangan Padang panjang, Datuk Maharajo Dirajo Batipuh, Datuk Tungga Air Angat, Datuk
Bandaro Sati bukit Surungan, dan Datuk Majo Indo Batu Sangkar). Kemudian di tambah oleh para
intelektual, organisator, para pendiri pendidikan, saudagar (pedagang), yang dapat digolongkan
cendikiawan di masa itu. Tokoh-tokoh berbobot di zamannya itu adalah A.R. St. Mansoer
(Muhammadiyah), Anwar (Bank Nasional), S.J. St. Mangkoeto (Bank Moeslimin Indonesia), Rky. Rahmah el
Junusijjah (Muslimat, Diniyah Putri), A. Kamil dan Zoelkarnaini (Angkatan Moeda Muhammadiyah) - Buya
Zoel (?).
Akibat nyata dari Seruan bertanggal 1 Januari 1941 itu, maka Resident Sumatera Barat tidak
jadi mengeluarkan undang-undang yang membatasi wewenang adat ini.
(lihat Typ. Tandikat PP - 1941).
H Mas’oed Abidin 15
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 16
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
2
Perlu kita simak kembali pesan Bapak M. Natsir, "carilah keredhaan Allah Yang Satu, supaya
kita dapat bersatu".
Atau apa yang diamanatkan Ki Bagus Hadikusumo, 50 tahun silam "jangan cari
benda-benda bertebaran, nanti kita akan bertebarab lantarannya".
H Mas’oed Abidin 17
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 18
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 19
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 20
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 21
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 22
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 23
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 24
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 25
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 26
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 27
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 28
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 29
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 30
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
5
-- yang tadinya terisolir, atau tertinggal, dan nyatanya sekarang seluruh atau sebagian isolasi itu
setekah di buka -- dan menjadi sentra dari perkebunan-perkebunan besar (seperti Pasaman, Sitiung dan
Solok Selatan).
Mereka sebahagian berada di luar kegiatan perkebunan itu. Walau sebahagian masyarakat transimigrasi
tadinya -- sekarang telah menjadi masyarakat Sumatera Barat, dan menjadi anak kemenakan orang
Minangkabau -- di Sitiung, Sungai Kunyit, Pasaman, mempunyai harapan besar dan ikut berperan aktif
dalam perkembangan perkebunan besar di maksud. Umpamanya keikut sertaan mereka dalam
Proyek-proyek Perkebunan (PIR) dan sebagainya. Tapi, masyarakat asli -- pembauran, menurut istilah di
Sitiung -- seringkali tertingalkan (disebabkan karena berbagai sebab antara lain karakter yang melekat
malas, tidak acuh, ingin senang tanpa usaha, belum terbisaa dengan usaha-usaha pertanian atau
perkebunan besar, atau karena belum/tidak di beri kesempatan). Sesungguhnya mereka adalah ummat
kita, yang berhak mendapat perlakuan utama dalam proses pembangunan di daerah dimana mereka
telah ditakdirkan hidup turun temurun dan memiliki ulayat (dalam garis turunan nenek moyang).
H Mas’oed Abidin 31
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 32
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 33
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 34
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 35
“ Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah”
H Mas’oed Abidin 36