You are on page 1of 3

TUGAS SINOPSIS

SISTEM BIOETIKA, MEDIKOLEGAL, DAN HAM

MORTUI VIVOS DOCENT


PAHLAWAN TAK BERNYAWA BAGI DUNIA KEDOKTERAN

Dr.Anwar Wardy W,Sp.S,DFM

Disusun Oleh :

Rido Maulana (2009730158)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010
Mortui Vivos Docent

Pahlawan Tak Bernyawa Bagi Dunia Kedokteran

Mungkin sampai detik ini kita sebagai mahasiswa kedokteran tidak mengetahui
pahlawan sebenarnya bagi dunia kedokteran, sang pahlawan tersebut bukanlah
seseorang yang pernah melakukan sesuatu yang berharga pada masa hidupnya tetapi
sebaliknya, dia melakukan sesuatu yang sangat berharga pada saat dia meninggal
dunia dan sudah seharusnya kita menghormatinya sebagai guru walaupun jantungnya
sudah berhenti berdetak. Mortui Vivos Docent adalah pepatah Yunani yang tepat
untuk menggambarkan sang pahlawan tersebut yang berarti ‘yang hidup belajar dari
yang mati’. Sang pahlawan tersebut bisa disebut dengan ‘cadaver’, yaitu mayat yang
digunakan oleh Fakultas Kedokteran sebagai media pembelajaran anatomi untuk
mahasiswa dan mahasiswinya. Kadang kala kita sebagai mahasiswa tidak menghargai
hak-hak dari cadaver tersebut, sudah seharusnya kita mendoakan beliau sebelum
melakukan pembelajaran pada tubuhnya dan kita tidak boleh menganggap mereka
(baca : cadaver) adalah hanyalah suatu benda mati yang digunakan untuk belajar.
Kadaver sendiri berasal dari bangsal-bangsal rumah sakit yang tidak jelas
keluarganya dan pengambilan suatu mayat menjadi media pembelajaran sudah diatur
dengan jelas oleh Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981 Bab II pasal 2 bahwa
pengambilan suatu mayat menjadi media bedah anatomis hanya boleh dilakukan jika
terdapat tiga kriteria yaitu, mendapat persetujuan tertulis dari keluarganya, tidak
mendapat persetujuan tetapi, dalam hal ini mayat mengidap suatu penyakit yang
membahayakan masyarakat, dan yang terakhir adalah dalam kurun waktu 2x24 jam
tidak ada keluarga terdekat yang mendatangi rumah sakit tersebut. Peraturan
pemerintah tersebut dibuat bukan hanya untuk mengatur pengambilan suatu mayat
menjadi suatu media pembelajaran, tetapi dibuat dengan tujuan untuk menghormati
hak-hak dari mayat tersebut. Peraturan yang mengatur tentang pemeliharaan dari
cadaver itu sendiri juga sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981
Bab II pasal 4 bahwa Perawatan mayat sebelum, selama dan sesudah bedah mayat
klinis dilakukan sesuai dengan masing-masing agama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Penggunaan mayat atau cadaver dalam pembelajaran mahasiswa
dan mahasiswi kedokteran adalah suatu hal yang wajar tetapi, disamping kita
mengambil ilmu dari sang mayat, kita harus menghormati sang mayat tersebut
dikarenakan mereka adalah sebenarnya guru bagi mahasiswa kedokteran. Mayoritas
cadaver berasal dari mayat-mayat gelandangan di pinggir jalan dan tidak terurus
jasadnya, ketika mereka hidup mungkin sama sekali tidak terbesit dipikirannya bahwa
ketika mereka meninggal jasad mereka akan dipakai sebagai cadaver dan mungkin
organ-organ dari jasad mereka akan diambil sebagai bahan pembelajaran. Lalu lantas
apa hubungannya dengan mahasiswa kedokteran? Sekarang ini, teknologi informasi
berkembang pesat untuk membantu sistem pembelajaran khususnya mahasiswa
kedokteran, seperti adanya kamera handphone dan handycam yang berguna untuk
mengabadikan suatu objek dalam hal ini “cadaver” yang bertujuan untuk dikonsumsi
pribadi sebagai bahan materi dan tidak untuk dipublikasikan di media masa.
Faktanya, sekarang banyak mahasiswa dan mahasiswi kedokteran yang
menyalahgunakan teknologi informasi tersebut, mereka dengan bangganya
mengabadikan foto mereka dengan sang pahlawan (baca : cadaver) dan
dipublikasikan pada media masa seperti internet. Mungkin dalam benak mereka,
mereka tidak memikirkan hak-hak dari cadaver itu sendiri, tindakan mereka itu sama
sekali bertentangan dengan Peraturan Pemerintah dan sama sekali tidak menghormati
sang pahlawan bagi dunia kedokteran. Untuk itu, perlu kita sadari dan introspeksi
bahwa terkadang kita sebagai manusia yang dalam hal ini mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Kedokteran telah melewati batas-batas norma dan etika. Selain diatur oleh
Peraturan Pemerintah, terdapat satu peraturan yang lebih kuat namun tidak terlihat
yaitu agama. Sebagai makhluk yang beragama kita harus senantiasa menghormati
sesama manusia walaupun dia sudah meninggal.

You might also like