You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi tentang data hasil belajar siswa
kelas VI SDN 2 Suka Mulya Kecamatan Pugung pada hasil ulangan akhir
semester ganjil tahun pelajaran 2009–2010 pada mata pelajaran matematika,
siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 hanya 35 % . Ini berarti jumlah siswa
yang mendapat nilai di atas KKM 60 dengan standar ketuntasan 65 % dari
jumlah siswa tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang tidak tuntas dan memiliki nilai rata-rata rendah.

Pada proses pembelajaran,guru sering memberikan kesempatan untuk


bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Selain siswa kurang
aktif mengajukan pertanyaan, kerjasama positif antar siswa dalam kelompok
juga sangat kurang, ini terlihat saat mengerjakan lembar kerja siswa secara
berkelompok hanya siswa yang pintar saja yang aktif mengerjakan. Hal ini
terjadi karena guru masih menggunakan metode yang tidak inovatif dan tidak
bervariasi sehingga kelas menjadi monoton. Disisi lain rendahnya hasil belajar
siswa disebabkan karena pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang
dipelajari pada mata pelajaran matematika juga masih sangat rendah. Oleh
sebab itu diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran
matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan melatih berpikir tingkat tinggi siswa
sehingga dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa,dalam hal ini peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar siswa
melalui pendekatan pemecahan masalah matematika di kelas VI SDN 2 Suka
Mulya”

Pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah matematika diduga


mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi yakni dengan langkah-
langkah memahami masalah, merencanakan penyelesaiannya, melaksanakan
rencana dan melihat kembali hasil yang diperoleh. Dengan melakukan

1
tahapan-tahapan berpikir tingkat tinggi seperti di atas diharapkan hasil belajar
siswa akan lebih meningkat .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditemukan, maka rumusan masalah yang ak-
an diteliti adalah “Apakah melalui pendekatan pemecahan masalah dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya?
C. Pemecahan Masalah
Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah diatas adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah matematika untuk meningkatkan aktivitas
belajar, pemahaman konsep-konsep matematika, melatih keterampilan
berpikir tingkat tinggi serta meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan bagi
guru,untuk memantapkan dalam penguasaan materi.

D. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Hasil belajar siswa
yang akan diukur dalam penelitian ini adalah prestasi dan aktivitas belajar
siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa : Meningkatkan motivasi dan minat belajar,


sehingga aktivitas
dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Guru : Menjadi salah satu alternatif pendekatan
pembelajaran
matematika melalui pendekatan pemecahan masalah.
3. Peneliti : Memberikan bekal untuk menjadi guru
yang professional dan
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
4. Sekolah : Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

2
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Pendekatan pemecahan masalah matematika dapat digunakan untuk
melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan juga untuk menemukan cara atau
jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak mudah menjadi nyata.
2. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang diperoleh dalam pem-
belajaran setiap siklusnya.
3. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah penggunaan perbandingan dan
skala.
4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI semester 2 (genap ) di SDN 2
Suka Mulya tahun pelajaran 2009-2010.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan
kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian atau intelegensi
(Andi Hakim Nasution, 1980:12).

Ruseffendi (1989:23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari


unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,aksioma-aksioma dan
dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Johnson dan Rising (1972:1.39) menyatakan bahwa matematika adalah pola


berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu
adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol yang padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi, matematika adalah
pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma,
sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Menurut Reys (1984:1.40) matematika adalah telaahan tentang pola dan


hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu
alat. Menurut Kline (1973:1.40) matematika itu bukan pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi beradanya itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

4
Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di SD:
1. Pembelajaran matamatika adalah berjenjang (bertahap), yaitu dimulai dari
konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sukar,dimulai dari yang
konkrit, semi konkrit dan berakhir pada yang abstrak.
2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral, memperkenalkan
konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan
yang telah dipelajari sebelumnya.
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif,
matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif
aksiomatik,namun sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SD,
maka pembelajaran matematika perlu ditempuh pola pikir atau pola
pendekatan induktif.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, kebenaran
dalam matematika sesuai dengan stuktur deduktif aksiomatiknya,
kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan
kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu
konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila
didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.

B. Pendekatan Pemecahan Masalah

Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan


pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap pertanyaan
otomatis merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah
tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Suatu pertanyaan
dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi pertanyaan
biasa bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld (1985:9-2)
yaitu bahwa definisi masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori
pertanyaan menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa
ditentukan oleh ada atau tidaknya tantangan serta belum diketahuinya
prosedur rutin pada pertanyaan tersebut. Cooney,(1975:9-2) menyatakan
bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu

5
menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku.

Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima tantangan


dalam menjawab masalah. Memecahkan masalah berarti menemukan cara atau
jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi
nyata.Matematika searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan soal
cerita,membuat pola,menafsirkan gambar atau bangun,membentuk konstruksi
geometri,_membuktikan teorema dan sebagainya. Dengan demikian belajar
untuk memecahkan masalah merupakan prinsip dasar dalam mempelajari
matematika. Dengan kata lain belajar matematika berarti belajar memecahkan
masalah.

Menurut Poyla (dalam Hudoyo, 1979:9-3) definisi pemecahan masalah adalah


sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang
tidak dengan segera dapat dicapai. Langkah-langkah pemecahan masalah
menurut Poyla antara lain:

1. Memahami masalah
Pada langkah pertama ini, pemecah masalah harus dapat menentukan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Dengan mengetahui apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan maka proses pemecahan masalah akan
memunyai arah yang jelas.
2. Merencanakan cara penyelesaian
Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus dapat mene-
mukan hubungan data dengan yang ditanyakan. Pemilihan teorema-
teorema atau konsep-konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan
sehingga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Jadi diperlukan aturan-aturan agar selama proses pemecahan masalah
berlangsung, dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang
terabaikan.

6
3. Melaksanakan rencana
Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah
direncanakan, dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan masalah, setiap
langkah dicek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil
yang diperoleh harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang
dicari.
4. Melihat kembali
Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh mungkin
merupakan bagian terpenting dari proses pemecahan masalah. Setelah
hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk
memastikan semua alternatif tidak terabaikan.

“Belajar pemecahan masalah” mengacu pada proses mental individu dalam


menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi
masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat (Gagne,-
1985:1.37). Kesistematisan berpikir ini terlukis dalam langkah-langkah yang
ditempuh dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Merasakan adanya masalah
2. Merumuskan masalah secara khusus dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan
3. Memberikan jawaban sementara atau hipotesis atas masalah yang diajukan
4. Mengumpulkan serta mengolah data dan informasi dalam rangka menguji
tepat tidaknya jawaban sementara yang diberikan.
5. Merumuskan kesimpulan mengenai pemecahan masalah tersebut dan
mencoba melihat kemungkinan penerapan dari kesimpulan itu.

Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus
memiliki:
1. Kemampuan mengingat konsep, aturan atau hukum yang telah dipelajari.
Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan
matematika, siswa harus mengingat aturan-aturan penghitungan dan dapat
mengingatnya dalam waktu yang cepat.

7
2. Informasi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
3. Kemampuan strategi kognitif, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk
mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan.
Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara
mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini
merupakan keterampilan internal yang terorganisasi,yang mempengaruhi
proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara
menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah,dan
sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah
secara praktis dan efisien.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah


guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah
yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti masalah
tersebut belum pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu masalah
yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki. Agar siswa
berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan
petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan
yang diajukan untuk mengingat kembali konsep,hukum atau aturan yang
relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa
bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.

Kelebihan metode problem solving (pemecahan masalah ):


1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil,apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga,
bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.

8
3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahan.
4. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
5. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
6. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
7. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

Kelemahan metode problem solving (pemecahan masalah ):


1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan
dan keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
4. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau
konsep tersebut.
C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui


pendekatan pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI di SDN 2 Suka Mulya.

BAB III

9
METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VI SDN 2 Suka Mulya, dengan jumlah siswa
14 yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan pada mata
pelajaran matematika semester genap tahun pelajaran 2009-2010.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009-
2010 selama 4 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di
kelas VI yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Prestasi belajar matematika rendah.


2. Aktivitas belajar siswa masih kurang.
3. Kerjasama antar siswa kurang baik.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas


yang terdiri dari dua siklus tindakan dan setiap siklus terdiri dari satu materi
pokok. Setiap siklus terdiri dari 1-2 kali pertemuan dan setiap selesai satu
materi pokok akan diadakan tes formatif untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap konsep yang telah dipelajari pada materi pokok. Pada setiap
siklus juga akan dilaksanakan observasi oleh guru lain yang diberi peran
sebagai observer untuk mengamati guru peneliti yang sedang mengajar,
ataupun terhadap siswa yang sedang belajar guna melihat aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.Selain itu, juga diadakan refleksi bersama oleh
guru peneliti dan observer untuk membicarakan hal-hal yang sudah
tepat,ataupun kekurangan-kekurangan yang ada untuk dijadikan bahan
perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun langkah-langkah penelitian
tindakan kelas ini meliputi :

1. Perencanaan (persiapan )

10
Kegiatan dalam perencanaan meliputi :
a. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang
akan diterapkan di kelas.
b. Membuat skenario pembelajaran yang akan dilakukan.
c. Menyusun soal-soal latihan yang akan dikerjakan siswa saat
pembelajaran.
d. Menyiapkan lembar pengamatan.
e. Menyiapkan perangkat tes hasil tindakan
f. Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan lembar observasi.
g. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan
respon terhadap.tindakan yang akan dilakukan, baik data kuantitatif
maupun data kualitatif.
h. Menetapkan cara refleksi yang akan dilakukan oleh observer dan
peneliti pada setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2. Pelaksanaan (implementasi tindakan )


Kegiatan ini berupa penerapan pembelajaran yang telah disusun dalam
perencanaan penelitian. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam
beberapa siklus. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan dalam skenario
pembelajaran yang sudah dibuat, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir pada setiap siklusnya.

Siklus pertama : Pada siklus ini materi pokok yang menjadi inti
pembelajaran adalah perbandingan. Pelaksanaan pembelajaran diawali
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengetahuan
siswa terhadap konsep perbandingan yang dimiliki siswa yang terkait
dengan materi yang akan diberikan. Selanjutnya guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari yang berhubungan
dengan materi yang akan diberikan misalnya seseorang mengendarai sepeda
motor sejauh 18 km dan menghabiskan bensin sebanyak 2 liter. Berapa
literkah bensin yang dibutuhkan untuk menempuh jarak sejauh 36 km?

11
Semua hipotesis jawaban siswa dicatat di papan tulis,jawaban yang salah
dan benar tidak perlu dikomentari sebelum dijelaskan cara menyelesaikan
soal dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Setelah
dijelaskan dengan contoh-contoh soal, dalam hal ini siswa akan menyadari
bahwa untuk menjawab soal seperti contoh di atas tidak bisa langsung
menuliskan hasil dari jawaban,melainkan harus dengan langkah-langkah
pemecahan masalah yaitu,memahami masalah pada soal dengan menuliskan
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Langkah selanjutnya adalah merencanakan cara penyelesaian. Untuk dapat


menyelesaikan masalah, siswa harus dapat menemukan hubungan data
dengan yang ditanyakan,

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana penyelesaian.


Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah diren-
canakan, dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan masalah, setiap langkah di-
cek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil yang diperoleh
harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang dicari.

Langkah terakhir adalah melihat kembali, Setelah hasil penyelesaian


diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk memastikan semua
alternatif tidak terabaikan.

Pada kegiatan inti,siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk memecahkan


masalah matematika yang berhubungan dengan perbandingan dibawah
bimbingan guru melalui kegiatan tanya jawab guru dengan siswa maupun
antar kelompok satu dengan lainnya. Selama pembelajaran berlangsung,
guru harus tetap memandu dan membimbing siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah sehingga siswa benar-benar dapat memahami hal-hal
yang diketahui dan ditanyakan, untuk selanjutnya dapat memecahkan
masalah perbandingan dengan langkah-langkah yang benar.

12
Dalam kegiatan penutup guru memberikan pemantapan, sehingga apa yang
dipelajari dapat benar-benar menjadi pengetahuan milik siswa. Observer dan
peneliti selain sebagai pengamat pada saat diskusi berlangsung juga
berperan sebagai fasilitator. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes
formatif untuk mengukur pemahaman siswa terkait dengan materi yang baru
dibahas. Kriteria keberhasilan pada siklus pertama ditunjukkan dengan rata-
rata nilai 6,0. Sementara untuk aktivitas siswa pada saat pembelajaran
berlangsung mencapai 70% dari jumlah siswa. Pada akhir siklus, dilakukan
refleksi oleh peneliti dan observer untuk mengkaji pembelajaran yang sudah
dilaksanakan oleh guru peneliti, baik mengenai kelebihan maupun
kekurangannya.

Siklus kedua : Materi pokok yang akan diberikan pada siklus kedua adalah
skala,pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus kedua ini sama
dengan siklus I,guru masih tetap harus membimbing siswa dalam
memecahkan masalah matematika yang berhubungan dengan skala.
Observer selain melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa
pada saat pembelajaran,juga sekaligus membantu guru memfasilitasi
kegiatan pembelajaran. Kriteria keberhasilan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi, observasi dan refleksi sama seperti yang dilakukan pada siklus
pertama.

3. Observasi dan Evaluasi


Observasi (pengamatan) adalah kegiatan mendokumentasikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan
dilakukan oleh guru sejawat (observer) dengan menggunakan lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan. Objek pengamatannya adalah siswa
dan guru (peneliti ).Lembar observasi yang digunakan meliputi lembar
observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung.

13
Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan melalui tes
formatif,untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
yang telah dipelajari pada setiap siklusnya.

4. Analisis dan Refleksi


Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh guru sejawat
(supervisor) dan peneliti untuk merinci dan menganalisa kendala-kendala
yang dihadapi siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung serta
mencari alternatif dan solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan dan
kelemahan yang terjadi sebagai dasar tindakan perbaikan perencanaan dan
tindakan pada siklus berikutnya. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan ).

Pada kegiatan refleksi akan ada beberapa pertanyaan yang akan dijadikan
acuan keberhasilan misalnya, apakah proses pembelajaran sudah berjalan
dengan baik yang berarti sudah mengikuti metodologi pembelajaran,
bagaimana dengan teknik bertanya, pemberian motivasi, pengelolaan kelas
dan sebagainya, apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan
kompetensi dasar sudah tercapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran
secara kuantitatif (ditinjau dari ketuntasan belajar siswa sesuai dengan yang
telah ditetapkan, yaitu 6,0),bagaimana respon siswa terhadap proses
pembelajaran tersebut, dan sebagainya. Hasil analisis ini akan digunakan
sebagai bahan untuk membuat rencana tindakan baru pada siklus berikutnya.

D. Instrumen Penelitian

14
Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :
1. Lembar pengamatan aktivitas belajar siswa.
2. Lembar pengamatan terhadap guru yang sedang
melaksanakan pembelajaran di kelas
3. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa guna melihat hasil belajar yang diperoleh.

Tabel 1: Jenis dan Metode pengumpulan data.


No Jenis Data Metode
Aktivitas siswa dalam proses Lembar observasi
1.
pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran oleh Lembar observasi
2.
guru

3. Penguasaan konsep siswa Tes akhir

E. Tehnik Analisa Data

Tehnik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Semua data dari hasil
observasi akan dianalisis yang meliputi lembar pengamatan aktivitas siswa
dalam pembelajaran,lembar aktivitas guru mengajar dan tes formatif untuk
megukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi yang telah disajikan pada
setiap akhir pokok bahasan dari siklus ke siklus..

Tabel 2: Hasil belajar tiap siklus


No Nama Siswa Nilai Kriteria

15
Tes awal Tes akhir Meningkat Tidak
1.
2.
3
4

Keterangan :
Nilai = Jumlah jawaban benar
Meningkat = Nilai tes akhir > nilai tes awal.

Tabel 3: Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan ( % ) Makna


Lebih dari 80 Sangat tinggi
70-80 Tinggi
60-69 Sedang
50-59 Rendah
Kurang dari 50 Sangat rendah

F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dari siklus ke
siklus.
2. Meningkatnya prestasi belajar dari siklus ke siklus.

G. Jadwal Kegiatan

16
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu
4 bulan sesuai dengan jadwal berikut:

Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April


No
SIKLUS I 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Koordinasi Tim X
2 Persiapan bahan ajar X
Penyusunan silabus dan
3 X X
rencana pembelajaran
Penyusunan Instrumen
4 X X
observasi dan evaluasi
Penentuan topik dan
5 X X
penyusunan prosedur
6 Pelaksanaan siklus I X
7 Pelaksanaan siklus II X
8 Analisis data dan refleksi X
9 Penyusunan laporan X X
10 Pelaporan terakhir X

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, dkk, 2009. Penelitian Pendidikan SD, Dirjen Dikti Departemen


Pendidikan Nasional

17
Clara Ika Sari Budhayanti, dkk, 2008.Pemecahan Masalah Matematika,Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan Nasional

Drs.Karso, M.Pd, dkk, 2000. Pendidikan Matematika I, Universitas Terbuka

http: // www. Google.com, Kelebihan dan kelemahan metode problem solving


(down loud 15 Januari, 2010.)

Soli Abimanyu, dkk, 2009. Strategi Pembelajaran, Dirjen Dikti Departemen


Pendidikan Nasional

Udin S. Winataputra, dkk, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran, Universitas


Terbuka

LAMPIRAN 1 :

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA ( ON TASK )


PADA PEMBELAJARAN

18
Nama :………………………………
Kelas :………………………………
Mata Pelajaran:………………………………
Materi :………………………………
Siklus :………………………………

Berilah tanda ( √ ) di bawah skor

1. Bila tidak di lakukan


2. Bila di lakukan tapi tidak tepat
3. Bila di lakukan tapi kurang tepat
4. Bila di lakukan dengan tepat
No Aspek Aktivitas Skor
1 2 3 4
1 Bertanya pada guru
2 Menjawab pertanyaan guru
3 Menjawab pertanyaan teman
4 Memberikan pendapat dalam diskusi
5 Menyelesaikan tugas yang diberikan
guru
6 Ketepatan dalam mengumpulkan tugas

Kriteria penilaian aktivitas siswa pada pembelajaran dilihat dari skor yang
di peroleh siswa.

Skor 20 – 24 = Sangat Baik


Skor 15 – 19 = Baik
Skor 1 – 14 = Kurang

Pugung, 2010
Observer,

LAMPIRAN 2 :

LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR

Nama guru : NARIMO

19
Mata Pelajaran : Matematika
Materi :
Pertemuan ke / Siklus ke :
Kelas / Semester : VI / 2

Berilah tanda (√ ) pada kolam di bawah ini untuk skor :


1. Bila aktivitas tidak di lakukan
2. Bila aktivitas di lakukan tapi kurang sempurna
3. Bila aktivitas di lakukan dengan sempurna

No Aspek yang di amati 1 2 3


A Pendahuluan
1 Persiapan sarana pembelajaran
2 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
3 Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
4 Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-
hari
5 Memotivasi siswa
B Kegiatan Inti
1 Menguasai materi dengan baik
2 Kesesuaian materi dengan indikator
3 Berperan sebagai fasilitator
4 Mengajukan pertanyaan pada siswa
5 Memberikan waktu tunggu pada siswa untuk
menjawab pertanyaan
6 Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
7 Menguasai kelas dengan baik
8 Memberikan bimbingan pada kegiatan diskusi
9 Kejelasan penyajian konsep
10 Memberikan contoh konkrit kejadian yang ada
dalam kehidupan
11 Memberikan motivasi
C Penutup
1 Membimbing siswa membuat catatan / rangkuman
2 Mengaitakan materi dengan pelajaran yang akan
datang
3 Memberi tugas pada siswa
4 Mengadakan evaluasi

Kriteria penilaian berdasarkan jumlah skor yang di peroleh.

Skor 45 – 60 = Sangat Baik


Skor 30 – 44 = Baik
Skor 16 – 29 = Cukup
Skor 1 - 15 = Kurang

20
Saran / Pendapat Observer

………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………….

Pugung, ………………..2010

Observer

21

You might also like