You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan

dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status

kesehatan perorangan. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua

penduduk Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang

sering ditemukan pada setiap strata sosial masyarakat Indonesia baik pada kaum

laki-laki maupun kaum perempuan serta anak-anak ,remaja dan dewasa (Tarigan,

Rasinta, 1990).

Total populasi remaja yang berusia mulai dari 10 hingga 19 tahun,

menurut WHO meningkat pada pertengahan kedua abad ke-20 dari 6 menjadi 21

juta di Mexico, yang mewakili 22 persen dari total pertumbuhan populasi. Para

remaja merupakan salah satu kelompok populasi yang lebih sehat, dengan angka

kematian rendah dan penggunaan pelayanan kesehatan yang rendah pula. Akan

tetapi, keterpaparan terhadap beberapa faktor risiko bermula pada usia remaja dan

bisa mengarah pada penyakit-penyakit kronis dan degeneratif di masa dewasa

nanti. Meskipun program-program kesehatan masyarakat dan kebijakan-kebijakan

telah mengenali remaja sebagai kelompok yang rentan, namun kebutuhan dan hak

kesehatan remaja sering diremehkan dalam kebijakan-kebijakan masyarakat atau

1
2

dalam agenda sektor kesehatan, kecuali jika perilaku remaja dianggap rentan

terhadap risiko.

WHO merekomendasikan melakukan kajian-kajian epidemiologi

kesehatan mulut pada kelompok usia remaja mulai dari usia 12 sampai 15 tahun

adalah kategori usia yang dimaksud. Kebanyakan penelitian di Mexico tentang

karies gigi telah berfokus pada yang berusia diatas 12 tahun. Pentingnya

pendeteksian penyakit mulut kronis yang paling prevalen pada remaja terletak

pada sifat kumulatifnya. Signifikansi klinis dan kerugian sosial dari karies gigi

cukup substansial. Karies gigi merupakan penyakit mulut infeksi yang paling

umum pada remaja meskipun berpotensi untuk dapat dicegah, dan mungkin

memerlukan perawatan yang mahal ketika penyakit ini telah berkembang sampai

tahapan yang lebih parah.

Dari sudut pandang epidemiologi, karies gigi banyak tersebar di seluruh

dunia dan bisa dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang umum di

Mexico. Di Amerika Latin, prevalensi karies gigi pada remaja berusia 12 dan 15

tahun lebih dari 70% , dengan rata-rata gigi Decay, Missing, Filled (DMFT) yang

lebih dari 1,5. Walaupun masih sedikit penelitian tentang remaja, namun beberapa

laporan telah mengidentifikasi variabel-variabel status sosial-ekonomi dan sosial-

demografi yang berbeda terkait dengan karies, seperti usia dan jenis kelamin

perempuan. Status sosial-ekonomi (SES) yang diukur dengan menggunakan

indikator atau variabel berbeda seperti pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

tipe sekolah, pendapatan keluarga, kelompok etnis, dan tempat tinggal geografis
3

telah berulang-ulang diidentifikasi terkait negatif dengan prevalensi karies gigi

(semakin baik SES, semakin rendah prevalensi). Strategi-strategi berbeda telah

dilakukan untuk mengontrol masalah karies gigi, utamanya dengan menggunakan

teknik fluoridasi dalam berbagai pendekatannya. Akan tetapi, penggunaan yang

berlebih bisa menyebabkan fluorosis gigi, dan pada beberapa situasi yang ekstrim

telah diamati bahwa individu yang memiliki fluorosis parah memiliki lebih

banyak kejadian atau keparahan karies.

Menurut penelitian, remaja usia sekitar 13 tahun sangat memperhatikan

kesehatan giginya. Laporan SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) gigi

merupakan bagian pola hidup sehat. Sebanyak 15,6% penduduk berumur 12 ahun

ke atas tidak mempunyai kebiasaan menggosok gigi, di pedesaan sebanyak 17,8%

sedangkan di perkotaan 7,9%. Dari survei yang dilakukan pada remaja SLTP di

Bandung pada tahun 1998 ditemukan bahwa kurang lebih 30% responden

memiliki karies dentin.

Karies gigi remaja usia dari 12-15 tahun menurut data bulanan poli gigi

Rumah Sakit Umum Sulawesi Tenggara 2009 .Pada bulan januari jumlah kasus

karies gigi adalah 25%, bulan februari 30%,bulan maret 33%,bulan april

23%,bulan mei 25%,bulan juni 35%,bulan juli 30%,bulan agustus 12,5%,bulan

september 26%,bulan oktober 22%,bulan november 32%,sedangkan pada bulan

desember angka kasus karies gigi remaja usia 12-15 adalah 46%,dari data diatas

dapat disimpulkan bahwa kurang lebih 50% usia remaja 12-15 tahun menderita

sakit gigi yang diakibatkan oleh karies.


4

Karies gigi remaja usia 12-15 Tahun menurut data bulanan Puskesmas

Kombikuno Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2010, dimana pada bulan

Januari jumlah kasus karies gigi adalah 45%, bulan Februari 41%, bulan Maret

52%, dan pada akhir bulan April angka kasus karies gigi remaja usia 12-15 tahun

adalah 50%, dari data diatas menunjukan bahwa angka kasus karies gigi Remaja

puskesmas Kombikuno Kecamatan Napano Kusambi adalah kurang lebih 50%

menderita sakit gigi yang diakibatkan oleh karies.

SMP Negeri 1 Napano Kusambi merupakan salah satu sekolah yang

berada di wilayah Kecamatan Napano Kusambi, Kabupatan Muna. Sekolah ini

dijadikan sebagai sarana yang sangat penting dalam proses belajar mengajar

sebab sekolah ini merupakan sekolah satu-satunya yang terdapat di Kecamatn

Napano Kusambi, oleh karena itu sehubungan dengan uraian latar belakang diatas

peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ HUBUNGAN

PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KARIES

GIGI PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI SMP NEGERI 1 NAPANO

KUSAMBI KABUPATEN MUNA”


5

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010?

2. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang makanan kariogenik yang

buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010?

3. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang frekuensi menyikat gigi

yang buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010?

4. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang

buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Terhadap Status Karies Gigi pada Remaja di SMP Negeri 1 Napano Kusambi,

Kabupaten Muna.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.


6

2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang makanan

kariogenik yang buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun

di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang frekuensi menyikat

gigi yang buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di

SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang cara menyikat gigi

yang buruk terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dan

mahasiswa.

b. Sebagai bahan kajian ilmiah yang dikembangkan lebih lanjut.

2. Manfaat Bagi Institusi

Agar dapat memperkaya bahan bacaan yang berguna pada proses

pembelajaran tenaga Ahli Madya Kesehatan Gigi.

3. Manfaat Praktis,

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan

ilmu kesehatan gigi yang telah diperoleh selama pendidikan / kuliah di

Akademi Kesehatan Gigi Bina Husada Kendari


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu“ yang berarti mengerti sesudah

melihat, menyaksikan, atau setelah mengalami atau diajarkan.Sedangkan kata

pengetahuan sendiri berarti segala sesuatu yang diketahui (Kamus Besar

Bahasa Indonesia,1990).

Umumnya pengetahuan remaja tentang kesehatan masih sangat

dangkal, remaja tidak memahami bahwa kerusakan gigi dapat megakibatkan

gangguan kesehatan yang lainnya, seperti pencernaan (Susilo, 1998).

Pengetahuan adalah upaya yang telah diketahui dan mampu diingat

oleh setiap individu setelah menyaksikan, mengamati atau diajarkan sejak

lahir sampai dewasa. Pengetahuan pada dasarnya bisa didapatkan dari

pendidikan formal maupun informal.

Jika dikaitkan dengan pengembangan, pemanfaatan pelayanan

puskesmas, maka apa yang akan diketahui tentang segala sesuatu yang

mendukung atau menghambat pelayanan kesehatan adalah merupakan

pengetahuan yang dimiliki oleh remaja mengenai manfaat pemeriksaan

kesehatan.

Pengetahaun tentang manfaat pemeriksaan kesehatan akan

mempengaruhi perilaku remaja didalam memilih fasilitas kesehatan untuk

7
8

memeriksakan kesehatannya. Pengetahuan sangat penting perannya didalam

meberikan masukan terhadap bentuknya, sikap selanjutnya akan diikuti

dengan tindakan memilih pelayanan kesehatan yang dinyakini kemampuaa.ny

Menurut Soekirjo Notoatmojo (1993), pengetahuan yang cukup dalam

daerah kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know) adalah mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya.kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari sebelumnya antara lain menyebutkan,menguraikan

mengidentifikasi ,dan menyatakan.

2. Memahami (Comprehension) adalah kemampuan untuk memahami secara

benar tentang obyek yang dapat diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tesebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau lokasi real (sesungguhnya).

4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Syinhesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (EvaluatioI) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objektifity.


9

2. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu aspek dari seluruh

kesehatan yang merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik mental dan

sosial. Aspek khusus yaitu keadaan kebersihan gigi dan mulut, bentuk gigi

dan air liur yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Dimana

kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang berada dalam

rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang

berada diatas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, ataupun sisa

makanan. Adapun hal-hal yang dilakukan untuk mencapai kesehatan gigi dan

mulut adalah

a. Perilaku mengosok gigi

Survey kesehatan Rumah Tangga 2001 menujukkan hanya 9,3%

penduduk yang menyikat gigi dengan sangat sesuai anjuran program

(menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur malam), 12,6%

penduduk menyikat gigi sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah

makan pagi atau sebelum tidur malam saja), 61,5% penduduk menyikat

gigi kurang sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah bangun tidur),

bahkan 16,6% yang tidak menyikat gigi. Keadaan ini menunjukkan perlu

ditingkatkan program sikat gigi masal sesuai anjuran, program disekolah

dengan mempertimbangkan saran dan media informasi kesehatan gigi dan

mulut terutama pada anak usia dini, karena perilaku merupakan kebiasaan

yang akan lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini. Selain waktu
10

mengosok gigi juga pemilihan sikat gigi yang baik untuk kesehatan gigi

dan gusi, dimana telah ditentukan bahwa waktu mengosok gigi yaitu

sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan menggunakan

pasta gigi yang mengandung fluoride. Adapun cara mengosok gigi yang

baik yaitu:

1. Menyiapkan sikat gigi dan pasta gigi, banyaknya pasta gigi

kurang lebih sebesar sebutir kacang tanah.

2. Berkumur-kumur sebelum menyikat gigi.

3. Seluruh permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur,

pendek-pendek atau memutar kurang lebih selama 2 menit(sedikitnya

8 kali gerakan setiap 3 permukaan gigi).

4. Menyikat permukaan gigi yang menghadap kelangit-langit

mulut dan lidah.

5. Menyikat permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan bibir.

6. Menyikat permukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah.

7. Berkumur setalah menyikat gigi setalah menyikat gigi cukup

satu kali, sikat gigi dibersihkan dengan air dan disimpan tegak dengan

kepala sikat diatas.

Adapun memilih sikat gigi yang baik:

1. Pilihlah sikat gigi yang berpegangan rata dan dibagian bulu

sikat gigi berujung kecil.

2. Bulu sikat gigi tidak kasar dan tidak terlalu halus.


11

3. Upayakan ganti sikat gigi apabila bulu sikat gigi sudah mekar.

b. Pola Makan yang Baik untuk Kesehatan Gigi dan Mulut.

Biasakan mengkonsumsi makanan berserat dan menyehatkan gigi

ataupun gusi seperti buah-buahan ataupun sayur-sayuran, mengurangi

megkonsumsi makanan yang mengandung gula dan lengket (tidak lebih

dari dau kali waktu makan).

c. Motivasi konsultasi kesehatan gigi dan mulut

Telah ditentukan bahwa konsultasi kesehatan gigi dan mulut

dilakukan setiap enam bulan sekali pada dokter gigi, dan bias juga

dilakukan konsultasi dirumah sakit ataupun puskesmas kepada yang

berprofesi sebagai ahli kesehatan gigi dan mulut.

3. Tinjauan Umum Karies

a. Definisi Karies

Karies berasal dari bahasa latin yaitu Caries yang artinya

kebusukan. Definisi sederhana karies gigi adalah suatu proses kronis

regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat

terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang

disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga

timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi

kavitas (Schuurs, 1992).


12

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal,1991).

Newburn dalam Darwita 2004, mendefinisikan karies gigi sebagai

penyakit bakterial yang menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi

mengalami destruksi, sedangkan bagian anorganiknya mengalami

dekalsifikasi. Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa karies gigi adalah suatu proses kronis regresif , dimana prosesnya

terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga

membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh

melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang

disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada

permukaan gigi dan waktu.

b. Etiologi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil

kombinasi daari 4 faktor utama yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di

dalam plak, substrat dan waktu (Pine, 1997).

1) Mikroorganisme

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah

besar. Bakteri plak sangat dominant dalam karies gigi adalah

Streptococcus Mutans. Bakteri ini sangat kariogenik karena mampu

membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Dapat


13

menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat

polisakarida kstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.

Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks

plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-

bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu

sama lain.

2) Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang

dikonsumsi sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya

mengkonsumsi gula akan menambah pertumbuhan plak dan

menambah jumlah Streptococcus mutans didalamnya. Sukrosa

merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap

berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi,

maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd &

Bechal,1991)

3) Inang atau Gigi

Faktor-faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan

karies, yaitu :

a. Bentuk

Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies
14

b. Posisi

Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar

dibersihkan. Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal

dan karies

c. Struktur

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan

gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd &

Bechal, 1991)

4) Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada

ketiga factor sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif

lambat dan secara klinis terlihat kehancuran dari email lebih dari

empat tahun (Pine, 1997) Adanya kemampuan saliva untuk

mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,

menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode

kerusakan dan perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di dalam

lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam

hitungan hari atau minggu.

c. Makanan Kariogenik

Berdasarkan perhitungan hubungan antara frekuensi makan

makanan kariogenik dengan kajadian frekuensi penyakit karies gigi

dengan keeratan hubungan sebesar 0,435 yang artinya ada hubungan yang
15

sedang antara frekuensi makan makanan kariogenik dengan kejadian

penyakit karies gigi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian

Sugiharta (2005) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi

makan makanan kariogenik dengan kejadian penyakit karies gigi .sebagian

besar sampel mengkonsumsi makan makanan kariognik pada waktu diluar

jam makan utama .sejalan dengan pendapat besfort ,john (1996:153)

bahwa konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan

lebih berbahaya daripada saat jam makan utama .Terdapat dua alasan :

yaitu kontak gula akan diperpanjang dengan makanan manis yang

menghasilkan pH rendah dan karenanya asam dapat cepat menyerang

gigi .kedua yaitu adanya gula kosentrasi tinggi yang normal terkandung

Makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut,

pengaruh ini dapat dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Isi dari makanan yang menghasilkan energi, misalnya

karbohidrat, lemak, protein dll.

b) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan, makanan yang

bersifat membersikan gigi.

Kesehatan gigi termasuk dalam golongan makanan kariogenik,

yaitu makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi adalah

makanan yang kaya akan gula (Houwink, B. et al, 1993)

Proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lama dapat

menurunkan derajat keasaman (pH) untuk waktu yang lama pula. Keadaan
16

seperti ini akan memberikan kesempatan yang lebih lama untuk terjadinya

proses pelepasan kalsium dari gigi (determinalisasi). Gula pasir (sukrosa)

dalam makanan merupakan penyebab utama gigi berlubang. Jika makanan

yang dimakannmengandung gula pasir, pH mulut akan turun dalam waktu

2,5 menit dan tetap rendah sampai 1 jam. Bila gula pasir dikonsumsi 3 kali

sehari, artinya pH mulut selama 3 jam akan berada di bawah 5,5. Proses

determinalisasi yang terjadi selama periode waktu ini sudah cukup untuk

mengikis email. Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan

erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies. Konsumsi makanan manis

pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat

waktu makan utama.

4. Tinjauan Umum Tentang Remaja

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa ,masa

ini harus lebih diperhatikan oleh orang tua karena apabila tidak ditanggapi,

remaja dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan moral dan etika yang

dapat merusak dirinya sendiri dalam masa remaja sifat kesadaranya masih

entropi (Keadaan dimana kesadaran manusia belum tersusun rapi) walaupun

sudah memiliki ilmu, pengetahuan dan perasaan. Adapun arti dari remaja itu

sendiri adalah :

a. Individu yang berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.


17

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

Tetapi tak jarang remaja yang melakukan tindakan-tinakan yang

berbahaya karena telah terjerumus narkoba dan pergaulan bebas lainya,

terkadang hanya demi narkoda para remaja nekat melakukan tindakan

kriminal demi mengharapkan barang haram tersebut. Adapun tindakan orang

tua dan remaja itu sendiri untuk menanggulangi keadaan tersebut adalah :

a. Ciptakan kondisi lingkungan yang stabil, sehingga remaja dapat

mengembangkan diri secara lebih optimal khususnya dalam lingkungan

kelurga.

b. Remaja mampu melewati masa transisinya dengan baik dan tidak

melakukan penyimpangan yai didukung oleh hubungan orang tua yang

harmonis.
18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Survey Analitik

dengan pendekatan cross sectional. Dimana pengukuran dan pengamatan variabel

bebas dan variabel terikat dilakukan secara bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas I dan

kelas II, dan kelas III SMP Negeri 1 Napano Kusambi yang terdiri dari 6

kelas dengan perincian bahwa kelas IA sebanyak 27 siswa. kelas IB sebanyak

26 siswa, kelas IIA sebanyak 28 siswa,dan kelas IIB sebanyak 29 siswa, kelas

IIIA sebanyak 20 siswa,kelas IIIB sebanyak 19 siswa sehingga jumlah

keseluruhan populasi adalah 149 siswa.

2. Sampel

Dari ke 3 kelas paralel yang menjadi sampel penelitian ini adalah kelas

I dan kelas II, sedangkan kelas III tidak dimasukan dalam sampel penelitian

karena, kelas III adalah kelas yang baru menyelesaikan ujian akhir, dimana

selama penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Mei siswa kelas III

sudah tidak aktif lagi dalam proses pembelajaran di Sekolah.

18
19

C. Besar sampel

Tehnik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yaitu

pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Dimana besar sampel dapat diperoleh dari rumus sebagai

berikut :

N
n = _________
1 + N (d²)

Ket:

N = Besar Populasi.

n = Besar Sampel.

d = Tingkat Kepercayaan/Ketepatan Yang Diinginkan (Notoatmodjo, 2002).


110
Jadi, besar sample :n = ___________
1 + 110(0,05²)
110
n = ____________
1 + 110(0,0025)

110
n = __________
1,275

110
n = ________
1 + 0,275
n = 86 Orang
20

D. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Makanan
Kariogenik

Frekuensi
Menyikat Gigi Status
Karies
Cara Menyikat
Gigi

Mikroorganisme

Waktu Terjadinya
Karies

Ket:

= Dependen

= Independent

= Diteliti

= Tidak Di Teliti
21

E. Diagram Alir

Remaja

Pengetahuan

Karies Gigi

Frekuensi Cara Menyikat Makanan


Menyikat Gigi Gigi Kariogenik

Kuisioner
Dan Pemeriksaan klinis

Analisis
Data

Hasil
Analisis
22

F. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Napano Kusambi Kabupaten

Muna Tahun 2010.

G. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18-23 Juni Tahun 2010.

H. Metode Pengumpulan Data

Secara garis besar metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah

Metode deskripritif yaitu suatu metode yang mencakup tentang survei studi kasus,

studi perkembangan, studi kepustakaan, studi perbandingan dan analisis

dokumen.

Untuk memperoleh data-data yang relevan dan akurat sehubungan dengan

penelitian ini maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai

berikut:

1) Studi kepustakaan, yaitu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan berbagai literature-literatur berupa buku-buku, makalah

dan artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.

2) Penelitian lapangan, yaitu cara pengumpulan data yang langsung pada objek

penelitian yang meliputi:

a) Kuisioner yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar

pertanyaan.

b) Pemeriksaan klinis karies pada siswa SMP Negeri 1 Napano Kusambi


23

I . Instrumen Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data primer dengan instrument

kuisioner yang akan dijawab oleh siswa, dan pemeriksaan klinis gigi geligi,

dilakukan pemeriksaan dengan:

a. Kaca Mulut

b. Nierbekken

c. Kapas

d. Alkohol

e. Kuisioner

f. Polpen

g. kertas

h. Format penilaian karies

J . Tehnik Analisis Data

Adapun tehnik analisis data yang dapakai dalam penelitian ini adalal

tehnik analisis kuantitatif, dimana pengolahaan data dianalisis melakui dua tahap

yaitu:

1. Analisis univariat

Analisis ini digunakan secara deskriptif menggunakan perhitungan

statistik secara sederhana berupa persentase dengan menggunakan rumus :


24

F
P = X 100%
N

Keterangan : P : Persentase yang dicari

F : Frekuensi responden untuk setiap pertanyaan

N : Jumlah responden ( Chandra. B, 1995)

2. Analisis Bivariat

Untuk menguji hipotesis maka digunakan rumus statistik yaitu analisis

X² (Chi Square), yaitu:

Keterangan :

X² hitung = Chi kuadrat hitung

n = Frekwensi observasi

a, b, c, d = Isi sel

Pada tingkat kepercayaan 95% (α: 0,05) pada tabel konfigurasi statistik.

Jika X² hitung >X²tabel berarti Ha diterima; Ho ditolak

Jika X²hitung <X²tabel berarti Ha ditolak; Ho diterima (Notoatmodjo, 1995).


25

K. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Adapun tehnik pengolahan data yang akan digunakan adalah :

a. Editing yaitu dengan memeriksa semua halaman lembar kuisioner apakah

telah diterima semua, cara pengisian serta kelengkapan jawaban apakah

sudah sesuai petunjuk pengisian.

b. Coding yaitu pemberian dan penentuan simbol/kode untuk masing-

masing pilihan jawaban pada tiap variabel yang diteliti.

c. Skoring yaitu pemberian nilai pada setiap jawaban dari tiap variabel

yang dijawab responden. Tahapan skoring berikutnya dilaksanakan dalam

program SPSS komputer untuk mendapatkan nilai X² hitung

d. Tabulating yaitu setelah melalui proses skoring, selanjutnya data-data

dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekwensi.

L. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status karies gigi pada remaja

usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano Kusambi, Kab. Muna tahun 2010.

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang makanan kariogenik terhadap

status karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano Kusambi,

Kab. Muna tahun 2010.


26

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang frekuensi menyikat gigi

terhadap status karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano

Kusambi, Kab. Muna tahun 2010.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan cara menyikat gigi terhadap status

karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano Kusambi, Kab.

Muna tahun 2010.

M. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Skala
Variabel Definisi Operasional Kategori
Ukur
Pengetahua Merupakan segala sesuatu yang Nominal 1. Benar
n Kesehatan diketahui tentang kesehatan gigoi dan 2. Salah
Gigi dan mulut.
Mulut Baik : jika jawaban responden ≥ 80%
dari total skor.
Buruk : jika jawaban responden <
80% dari total skor
Makanan Merupakan makanan yang Nominal 1. Benar
Kariogenik menyebabkan kerusakan (karies) pada 2. Salah
gigi.
Baik: jika jawaban responden ≥ 80%
dari total skor.
Buruk : jika jawaban responden < 80%
dari total skor
Frekuensi Merupakan berapa kali menyikat gigi. Nominal 1. Benar
Menyikat Baik : jika jawaban responden ≥ 80% 2. Salah
Gigi dari total skor.
Buruk : jika jawaban responden < 80%
27

dari total skor

Cara Merupakan tata cara menyikat gigi. Nominal 1. Benar


Menyikat Baik : jika jawaban responden ≥ 80% 2. Salah
Gigi dari total skor.
Buruk : jika jawaban responden < 80%
dari total skor
Karies Karies merupakan suatu penyakit Nominal 1. Ya
jaringan keras gigi yaitu email, dentin, 2. Tidak
dan sementum yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan
28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Dan Luas Wilayah

Kecamatan Napano Kusambi merupakan salah satu Kecamatan baru

pemekaran dari kecamatan Napabalano dan Kecamatan Kusanbi, dan

terletak dipulau Muna dengan Ibu kotanya Lahaji. Kecamatan Napano

Kusambi tediri dari 8 Desa, dengan luas wilayah 33,09 km² .

Batas wilayah Kecamatan Napano Kusambi

- Sebelah Utara berbatasan lautan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Napabalano

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kusambi

- Sebelah Barat berbatasan dengan lautan

2. Demografi dan Pendidikan

Penduduk Kecamatan Napano Kusambi berjumlah 5.813 jiwa

terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 2.672 jiwa dan perempuan

sebanyak 3.141 jiwa, dan terdiri dari 1.792 Kepala keluarga (KK).

Dilihat dari kepemelukan agamanya semua Masyarakat Kecamatan

Napano Kusambi memeluk Agama Islam. Tingkat partisipasi dan

semangat gotong royong masyarakat masih sangat tinggi. Hal ini dapat

28
29

dilihat dari partisipasi masyarakat dalam kerja bakti, acara perkawinan,

musyawarah Desa, yang masih sering diadakan serta gotong royong dalam

membangun dan memperbaiki sarana umum, Di Kecamatan Napano

Kusambi terdapat 1 SMP, 4 SD, dan 3 TK.

Sebagian besar masyarakat Kecamatan Napano Kusambi bekerja

sebagai Petani, dan Nelayan Kondisi ini memperlihatkan bahwa sektor

pertanian dan kelautan menjadi sumber penghasilan masyarakat

Kecamatan Napano Kusambi, dan ada juga yang berprofesi sebagai

Pegawai Negeri Sipil, pedagang atau wiraswasta, dan sopir mobil

3. Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Napano Kusambi

terdiri atas 1 Pukesmas, 2 Puskesmas Pembantu, 4 Posyandu. Jumlah Tenaga

kesehatan yang tersedia terdiri atas 1 Dokter umum, 1 Dokter gigi, 6

Perawat/Mankes, 6 Bidan, 1 Gizi, 1 Kesmas, serta 1 Kesling

Sebagai pusat pelayanan kesehatan utama di wilayah ini adalah

Puskesmas Kombikiuno yang terletak di Desa Kombikuno. Kec. Napano

Kusambi, jenis pelayanan yang diberikan yaitu:

a. KIA

b. Poli Umum

c. Poli P2M

d. Apotik
30

e. Kesling

f. Imunisasi

g. Gizi

h. Survailens (Puskesmas Kombikuno 2010)

4. SMPN 1 Napano Kusambi

SMPN 1 Napano Kusambi terletak di Jl. Poros Raha- Latawe, Desa

Latawe Kec. Napano Kusambi. SMPN ini resmi di buka sejak 7 tahun yang

lalu yakni tahun 2003, maka sampai kini SMPN 1 Napano Kusambi telah

melawati 7 tahun ajaran pendidikan dan sudah menghasilkan 7 alumni

lulusan sekolah (SMPN 1 Napano Kusambi, 2009).

Tenaga pendidik yang terdapat di SMPN 1 Napano Kusambi yakni 1

Kepala sekolah, 13 guru, dan 4 Staff. Kelas yang dibuka sampai tahun ajaran

2009/2010 yakni 3 kelas dan terdiri dari 6 ruangan dimana jumlah siswa

untuk kelas IA 27 siswa, kelas IB 28 siswa, kelas IIA 28 siswa, dan kelas IIB

sebanyak 29 siswa, jumlah siswa keseluruhan SMPN 1 Napano Kusambi 110

siswa.
31

B. Hasil Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Terhadap Status Karies Gigi pada Remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano

Kusambi Kabupaten Muna, dilaksanakan pada tanggal 18 Juni sampai dengan 23

Juni 2010.

1. Analisis Unifariat

a. Gambaran Karakteristik Responden

1) Jenis Kelamin

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Remaja Usia
12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna Tahun 2010

No Jenis Kelamin N %

1. Laki-laki 40 46,5
2. Perempuan 46 53,5

Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 86

sampel yang diteliti terdapat 46 siswa (53,5%) berjenis kelamin

perempuan dan 40 siswa (46,5%) berjenis kelamin laki-laki.

34
32

2) Umur

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Remaja Usia 12-15
Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi
Tahun 2010

No Umur N %
1. 12 tahun 7 8,1
2. 13 tahun 22 25,6
3. 14 tahun 40 46,5
4. 15 tahun 17 19,8
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 86

sampel, sampel umur paling banyak adalah responden yang berusia 14

tahun yaitu 40 responden (46,5%) kemudian responden yang berusia 13

tahun yaitu 22 responden (25,6%) responden berusia 15 yaitu 17

responden (19,8) dan 15 dan pada usia 12 tahun merupakan responden

paling sedikit yaitu 7 responden (8,1).


33

b. Gambaran Responden berdasarkan Variabel Penelitian

1) Distribusi Frekuensi Karies Gigi

Tabel 3
Distribusi Frekuensi kejadian Karies berdasarkan Ada Tidaknya Karies
Gigi Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten
Muna Tahun 2010

No Karies N %
1. Ada 74 86
2. Tidak ada 12 14
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 86

sampel yang diteliti, terdapat 74 siswa (86%) yang ada karies gigi

sedangkan yang tidak ada karies gigi sebanyak 12 siswa (14%).

2) Distribusi Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

terhadap Karies Gigi

Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Remaja Usia12-
15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna Tahun 2010
Pengetahuan Kesehatan
No N %
Gigi dan Mulut
1. Baik 36 41,9
2. Buruk 50 58,1
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan pada tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 86

responden yang diteliti terdapat 36 siswa (41,9%) mempunyai


34

pengetahuan baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan 50 siswa

(58,1%) mempunyai pengetahuan buruk tentang kesehatan gigi dan

mulut.

3) Makanan Kariogenik

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Tentang Makanan Kariogenik pada
Remaja Usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten
Muna Tahun 2010
Pengetahuan Tentang
No N %
Makanan Kariogenik
1. Baik 47 54,7
2. Buruk 39 48,3
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat diketahui bahwa

pengetahuan siswa tentang makanan kariogenik dari 86 sampel terdapat

47 siswa (54,7%) mempunyai pengetahuan baik tentang makanan

kariogenik dan 39 siswa (48,3%) mempunyai pengetahuan buruk

tentang makanan kariogenik.


35

4) Frekuensi Menyikat Gigi

Tabel 6
Distribusi Pengetahuan Tentang Frekuensi Menyikat Gigi pada
Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten
Muna Tahun 2010
Pengetahuan tentang
No N %
Frekuensi Menyikat Gigi
1. Baik 43 50
2. Buruk 43 50
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 6 dapat diketahui bahwa

pengetahuan siswa tentang frekuensi menyikat gigi dari 86 siswa yang

menjadi sampel, antara siswa berpengetahuan baik dan berpengetahuan

buruk memiliki persentase yang sama yaitu 50%.

5) Cara Menyikat Gigi

Tabel 7
Distribusi Pengetahuan Tentang Cara Menyikat Gigi pada
Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi
Kabupaten Muna Tahun 2010
Pengetahuan tentang Cara
No N %
Menyikat Gigi
1. Baik 61 70,9
2. Buruk 25 29,1
Jumlah 86 100
Sumber: data primer 2010

Berdasarkan data pada tabel 7 dapat diketahui bahwa

pengetahuan siswa terhadap cara menyikat gigi dari 86 sampel, terdapat


36

61 siswa (70,9%) mempunyai pengetahuan baik tentang cara menyikat

gigi dan 25 siswa (29,1%) mempunyai pengetahuan buruk tentang cara

menyikat gigi.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan dengan tabulasi silang antara kejadian karies

pada responden dengan variabel pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut,

variabel makanan kariogenik, variabel frekuensi menyikat gigi dan variabel

cara menyikat gigi.

a. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

dengan kejadian Karies Gigi

Tabel 8
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies Gigi
pada Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten
Muna Tahun 2010
Pengetahuan Karies
Jumlah
Kesehatan Ya Tidak p-value
Gigi dan X²
Mulut N % N % N %

Baik 27 31,4 9 10,5 36 41,9


6,293
Buruk 47 54,7 3 3,5 50 58,1
0,012
Jumlah 74 86 12 14 86 100,0
Sumber : data primer 2010

Hasil analisis pada tabel 8 dengan uji statistik chi-square diperoleh

nilai X² hit (6,293) >X² tab ( 3, 84) atau p (0,012) < 0.05 maka H0 ditolak.

Interpretasi : Ada Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Gigi

dan Mulut terhadap Kejadian Karies Gigi.


37

b. Hubungan Pengetahuan Makanan Kariogenik terhadap


kejadian Karies Gigi
Tabel 9
Hubungan Pengetahuan Tentang Makanan Kariogenik dengan kejadian
Karies Gigi Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi
Kabupaten Muna Tahun 2010
Pengetahuan Karies
Jumlah p-value
Makanan Ya Tidak

Kariogenik N % N % N %
Baik 37 43,0 10 11,6 47 54,7
4,629
Buruk 37 43,0 2 2,3 39 45,3
0,013
Jumlah 74 86,0 12 14,0 86 100
Sumber : data primer 2010

Hasil analisis pada tabel 9 dengan uji statistik chi-square diperoleh

nilai X² hit (4,629) > X² tab (3, 84) atau p (0,013) < 0,05 maka H0 ditolak.

Interpretasi : A da Hubungan antara Pengetahuan tentang Makanan

Kariogenik terhadap Karies Gigi.

c. Hubungan Pengetahuan Frekuensi Menyikat Gigi terhadap kejadian


Karies Gigi

Tabel 10
Hubungan Pengetahuan terhadap Frekuensi Menyikat Gigi dengan
Kejadian Karies Gigi Pada Remaja Usia 12-15 Tahu di SMPN 1 Napano
Kusambi Kabupaten Muna Tahun 2010
Pengetahuan Karies
Jumlah p-value
Frekuensi Ya Tidak

Menyikat Gigi N % N % N %
Baik 33 38,4 10 11,6 43 50
6,198
Buruk 41 47,7 2 2,3 43 50
0,013
Jumlah 74 86 12 14 86 100
Sumber : data primer 2010
38

Hasil analisis pada tabel 10 dengan uji statistik chi-square

diperoleh nilai X² hit (6,198) > X² tab ( 3, 84) atau p (0,013) <0,05 maka H 0

ditolak.

Interpretasi : Ada Hubungan antara Pengetahuan tentang Frekuensi

Menyikat Gigi terhadap kejadian Karies Gigi.

d. Hubungan Pengetahuan Cara Menyikat Gigi terhadap Kejadian


Karies Gigi

Tabel 11
Hubungan Pengetahuan Cara Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies
Gigi pada Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 1 Napano Kusambi
Kabupaten Muna Tahun 2010

Pengetahuan Karies
Jumlah p-value
Cara Menyikat Ya Tidak

Gigi N % N % N %
Baik 32 37,2 9 10,5 41 47,7
4,174
Buruk 42 48,8 3 3,5 45 52,3
0,041
Jumlah 74 86 12 14 86 100
Sumber : data primer 2010

Hasil analisis pada tabel 11 dengan uji statistik chi-square

diperoleh nilai X² hit (4,174) >X² tab (3, 84) atau p (0,041) <0,05 maka H 0

ditolak.

Interpretasi : Ada Hubungan antara Pengetahuan Cara Menyikat

Gigi terhadap kejadian Karies Gigi.


39

B. Pembahasan

Karies gigi merupakan kelainan pada jaringan gigi dimulai dari

permukaan gigi sampai ke akar gigi yang disebabkan oleh banyak faktor antara

lain daya tahan email, kebiasaan makan, kebersihan gigi, keturunan,

mikroorganisme, kekurangan flour dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian pada 86 remaja pada siswa SMPN 1 Napano

Kusambi Kabupaten Muna maka pembahasan dilakukan untuk mengetahui dan

menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan status karies, hubungan

pengetahuan makanan kariogenik dengan status karies, hubungan pengetahuan

frekuensi menyikat gigi dengan status karies, hubungan pengetahuan cara

menyikat gigi dengan status karies

1. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap

Kejadian Karies Gigi

Pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang berarti mengerti sesudah

melihat, menyaksikan, atau setelah mengalami atau diajarkan.Sedangkan kata

pengetahuan sendiri berarti segala sesuatu yang diketahui (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1990).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai X² hitung = 6,297 >X²

tabel = 3,84 atau ρ= 0,012< 0.05 yang berarti menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

terhadap kejadian karies gigi di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna


40

tahun 2010, senada dengan hasil uji statistik dari penelitian Kurniasih (2004)

Padang Sari Diponegoro Unversity menunjukkan bahwa ada hubungan

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian karies dimana (nilai

p = 0,014), dengan jumlah sampel penelitian 105 responden remaja usia 12-

15 tahun.

2. Hubungan antara Pengetahuan Makanan Kariogenik terhadap

Kejadian Karies Gigi

Berdasarkan perhitungan hubungan antara pengetahuan frekuensi

makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi dengan keeratan

hubungan sebesar 0,435 yang artinya ada hubungan yang sedang antara

pengetahuan frekuensi makan makanan kariogenik dengan kejadian karies

gigi.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai X² hitung = 4,629 > X²

tabel = 3, 84 atau ρ= 0,031 < 0.05 yang berarti menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan makanan karogenik terhadap

kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1 Napano Kusambi

Kabupaten Muna tahun 2010.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Sugiharta (2005)

yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan makanan kariogenik

dengan status karies gigi dimana (nilai p = 0,037) dengan jumlah sampel 150

siswa SLTP usia 12-15 tahun Kabupaten Langkat, sebagian besar sampel

mengkonsumsi makan makanan kariognik pada waktu diluar jam makan


41

utama, sejalan dengan pendapat Besfort John (1996:153) bahwa konsumsi

makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya

daripada saat jam makan utama.

Konsumsi dan pemilihan jenis makanan menjadi hal penting karena

beberapa jenis makanan ditinjau dari kandungan dan sifatnya dicurigai

menjadi fakor utama yang mempercepat terjadinya karies gigi. Jenis makanan

yang jauh lebih banyak mengandung karbohidrat (Glukosa dan fruktosa)

adalah jenis makanan yang sangat baik dan cepat insteraksinya untuk

dimetabolisme bakteri dalam mulut untuk menghasilkan zat asam, jenis

pemanis buatan ini banyak ditemukan pada zaman sekarang pada jenis

makanan-makanan produksi yang justru menjadi kegemaran remaja karena

dari segi rasanya yang lebih manis dibanding rasa manis makanan dengan

kandungan karbohidrat alami.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Susarti (2004) pada anak remaja di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati

Semarang yang didapatkan hasil uji Chi-Square p= 0,035 (p < 0,05) atau ada

hubungan antara pengetahuan makanan kariogenik terhadap kejadian karies

gigi sulung dengan jumlah sampel 213 responden siswa SLTP.

3. Hubungan Pengetahuan Frekuensi Menyikat Gigi terhadap kejadian

Karies Gigi

Frekuensi menyikat gigi merupakan suatu aktivitas membersihkan/

menghilangkan sisa-sisa makanan dari gigi geligi sebelum tidur malam


42

dimana merupakan suatu kondisi yang rentan meningkatnya proses

pembusukan makanan oleh bakteri dalam mulut sehingga mempercepat

kerusakan gigi karena keadaan rongga mulut yang pasif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mirati (2007 menyatakan bahwa berdasarkan data hasil penelitian dari 145

sampel menunjukkan bahwa 98 responden tidak membersihkan gigi sesuai

dengan anjuran yaitu 2 kali sehari.

Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur, banyak faktor yang

mempengaruhi mulai dari kekurangan informasi, perilaku yang sering

lupa/lalai atau bahkan keengganan untuk melakukan kebiasaan tersebut,

demikianlah gambaran fenomena yang terjadi pada anak-anak dan remaja

masa kini yang justru masih perlu sering diingatkan atau bahkan dituntun agar

rutin dengan kebiasaan tersebut.

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai X² hitung = 6,198 > X²

tabel = 3,84 atau ρ= 0,013 < 0.05 yang berarti menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan frekuensi menyikat gigi

terhadap kejadian karies gigi siswa di SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten

Muna tahun 2010.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh

Sumarti (2007) pada anak remaja di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati

Semarang yang didapatkan hasil uji Chi-square didapatkan p= 0,023 < 0,05

atau ada hubungan antara pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap


43

kejadian karies gigi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang

sebelumnya (Heru Pratikto) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pola makan dan pengetahuan frekuensi menyikat gigi dengan preikat valensi

karies gigi pada remaja.

Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur menurut aturan menyikat gigi

yang baik dan benar adalah suatu kewajiban yang menjadi syarat mutlak

menjaga kesehatan gigi dan mulut dari penyakit-penyakit yang sering timbul

salah satunya adalah karies gigi. Alasan perlunya menyikat gigi sebelum tidur

adalah untuk menghindari tertinggalnya sisa-sisa makanan pada permukaan

gigi yang mungkin menempel karena saat tidur akan membuat aktivitas

rongga mulut juga akan pasif (diam). Pentingya menghindari hal ini

dikarenakan aktifitas rongga mulut yang pasif juga akan membuat produksi

dan gerakan saliva (air ludah) menjadi berkurang yang baik sebagai

pembersih sisa makanan dari dalam rongga mulut (self cleansing) yang secara

tidak langsung disadari saat kita melakukan aktifitas rongga mulut seperti

bicara, makan dan lain sebagainya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rasinta Tarigan (1993), frekuensi

menyikat gigi yang dianjurkan adalah 2 kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan

dan malam hari sebelum tidur. Idealnya adalah menggosok gigi setelah

makan, namun yang paling penting adalah malam hari sebelum tidur.

Tujuannya adalah untuk memperoleh kesehatan gigi dan mulut serta nafas

menjadi segar.
44

4. Hubungan Pengetahuan Cara Menyikat Gigi terhadap Kejadian Karies

Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi sehingga

penumpukan plak dapat dihindari.Belum ada kesadaran remaja dalam

menjaga kebersihan mulut, untuk itulah remaja setidaknya memiliki

pengetahuan tentang cara menyikat gigi.

Survey kesehatan Rumah Tangga 2001 menujukkan hanya 9,3%

penduduk yang menyikat gigi dengan sangat sesuai anjuran program

(menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur malam), 12,6%

penduduk menyikat gigi sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan

pagi atau sebelum tidur malam saja), 61,5% penduduk menyikat gigi kurang

sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah bangun tidur), bahkan 16,6%

yang tidak menyikat gigi. Keadaan ini menunjukkan perlu ditingkatkan

program sikat gigi masal sesuai anjuran, program disekolah dengan

mempertimbangkan saran dan media informasi kesehatan gigi dan mulut

terutama pada anak usia dini, karena perilaku merupakan kebiasaan yang akan

lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini. Selain waktu mengosok gigi

juga pemilihan sikat gigi yang baik untuk kesehatan gigi dan gusi, dimana

telah ditentukan bahwa waktu mengosok gigi yaitu sesudah sarapan pagi dan

sebelum tidur malam dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluoride.
45

Pengetahuan terhadap cara menyikat gigi, banyak faktor yang

mempengaruhi mulai dari kekurangan informasi, perilaku yang sering

lupa/lalai atau bahkan keengganan untuk melakukan cara menyikat yang baik

dan benar, demikianlah gambaran fenomena yang terjadi pada anak-anak dan

remaja masa kini yang justru masih perlu sering diingatkan atau bahkan

dituntun agar rutin dengan kebiasaan tersebut. Pada umumnya kebiasaan

remaja dalam menyikat gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut

saja, bukan karena mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi dan

mulutnya, sehingga kebanyakan remaja cenderung menyikat gigi dengan

semaunya sendiri (Tomasowa,1981).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai X² hitung = 4,174 > X²

tabel = 3,84 atau ρ= 0,041 < 0.05 yang berarti menyatakan bahwa ada

hubungan pengetahuan cara menyikat gigi terhadap kejadian karies di SMPN

1 Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Kurniasih (2004) dari 243 responden

pada anak remaja 12 - 15 tahun di Desa Padang Sari Ponegoro yang

didapatkan hasil uji Chi-square didapatkan p= 0,023 > 0,05 atau ada

hubungan pengetahuan tentang cara menyikat gigi terhadap kejadian karies

gigi, senada dengan hasil uji statistik dari penelitian Rosdewati (2004) padang

sari diPonegoro Unversity menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan

cara menyikat gigi terhadap kejadian karies dimana (nilai p = 0,028).


46

5. Keterbatasan Penelitian

a. Waktu penelitian yang singkat sehingga penelitian ini tidak

maksimal

b. Jumlah sampel yang sangat minim sehingga kemungkinan

kesalahan/bias dalam penelitian ini sangat besar

c. Kurangnya buku-buku literatur yang dapat mendukung teori hasil

penelitian

d. Masih banyak faktor-faktor pencetus lain yang tidak dimasukkan

peneliti sebagai faktor pengetahuan lain terthadap status karies yang

semestinya jadi diteliti sehingga kesimpulan hasil penelitian bisa lebih

akurat.
47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

5. Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang buruk

(54,7%) terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

6. Ada hubungan pengetahuan tentang makanan kariogenik yang buruk

(43,0%) terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

7. Ada hubungan pengetahuan tentang frekuensi menyikat gigi yang

buruk (47,7%) terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di

SMPN 1 Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

8. Ada hubungan pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang buruk

(48,8%) terhadap kejadian karies pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 1

Napano Kusambi Kabupaten Muna tahun 2010.

B. Saran

1. Diharapkan agar peningkatan pengetahuan remaja seputar merawat

dan mencegah terjadinya karies pada masa puberitas karena pada beberapa

kasus ada potensi akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.

47
48

2. Diharapkan konsumsi makanan kariogenik agar dikontrol oleh remaja,

karena jenis makanan ini merupakan salah satu faktor resiko penyebab karies

apalagi jika tidak didukung kebiasaan membersihkan gigi yang baik dan rutin.

3. Diharapkan kebiasaan menyikat gigi lebih ditingkatkan lagi frekwensi

menyikat giginya, meski dengan keadaan gampang

4. Diharapkan cara menyikat gigi yang efektif agar tetap ditingkatkan

pada gigi geligi yang berada pada posisi belakang karena cenderung tidak

terjangkau dengan alasan gampang muntah karena masuknya sikat gigi yang

terlalu dalam.

5. Diharapkan kepada pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan

Dinas Kesehatan agar menetapkan masalah karies sebagai salah satu prioritas

program kesehatan serta mengalokasikan dana yang cukup dalam upaya

promotif dan prefentif.


49

DAFTAR PUSTAKA

Arisman , ( 2004)” Gizi dalam Daur Kehidupan”, EGC, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, (1997) “Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi


Refisi 4”, Jakarta.

Chandra, ( 2008) ”Metodologi penelitian kesehatan” EGC, Jakarta.

Chaniago, ( 1990) “ Kamus Bahasa Indonesi “, Bandung.

Depkes, RI. (2004),” Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat “, Jakarta.

Hurlock EB. (2007)” Penyalahgunaan Minuman keras/narkoba”, Fakultas


IlmuKeperawatan Universitas Padjadjaran: Semarang.

Ircham, ( 1995),” Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut”, Liberty. Yogyakarta.

Kidd,Edwin, (1991),” Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulanganya” EGC,


Jakarta.

Kecamatan Napano Kusambi. Profil Kecamatan Napano Kusambi. Raha. 2010

Notoatmodjo, S .( 2002)” Metodologi penelitian kesehatan” Rineke Cipta, Jakarta.

, 1995, “Metodologi Penelitian Kesehatan”, Jakarta, Rineka Cipta

Puskesmas Kombikuno. Profil Puskesmas Kombikuno, Raha. 2010

Rumah Sakit Propinsi. Profil Rumah Sakit Propinsi. Kendari. 2009.

SMP Negri I Napano Kusambi Kabupaten Muna, profil SMP Negeri 1 Napano
Kusambi Kabupaten Muna Tahun Ajaran 2009-2010.

Sumber : www. Kesgi .Geoogle. Com.

Sumber :www. Makanan KariogeniK Geoogle. com

Sumber : www. Frekuensi Karies Gigi Dunia,Indonesia, Geoogle. com

Sumber: www. Karies Gigi, Goeogle. Com


50

Sumber : www. Penelitian, Pengetahuan, Karies, Remaja, Geoogle. Com

Sumber : www. Hubungan, Makanan Kariogenik, Remaja, Geoogle. Com

Sumber : www. Hubungan, Frekuensi Menyikat Gigi, Remaja Geoogle. Com

Sumber : www. Hubungan, Cara Menyikat Gigi, Remaja, Geoogle. Com

Tarigan, Rasinta, ( 1989)” Kesehatan gigi dan mulut” Hipokrates, Jakarta.

Tarigan, Rasinta, ( 1990)” Karies gigi” Hipokrates, Jakarta.

You might also like