You are on page 1of 20

INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN

Info Pertambangan
MEDIA KOMUNIKASI MASYARAKAT TAMBANG

REDAKSI INFO PERTAMBANGAN Dari Redaksi


Semakin sulit untuk bertahan ditengah badai yang
Penasehat/Penanggung Jawab dimensinya acak. Acapkali hal ini dialami tim Info
Ir. H. Jalal
Pertambangan bila menghadapi deadline untuk
Ir. Heryadi Rachmat, MM
penerbitan. Ada saja kendala yang dihadapi, baik intern
maupun ekstern problema.
Pemimpin Redaksi Seiring jalannya roda pembangunan yang terus
Ir. Muhammad Husni, MSi menggelinding menembus batas dan waktu, tak hentinya
pengurus redaksi Info Pertambangan menhimbau dan
Redaktur Pelaksana menggugah para jurnalis junior untuk menuangkan
Anggawasita M. Fuad, BE. SE opininya bertajuk tambang dan energi serta air bawah
tanah dan juga aspek lain yang bertalian dengan sektor ini,
Dewan Redaksi baik paradigma keuangan, kehutanan, lingkungan,
Drs. I BP Suwatha, M.Si perencanaan dan berbagai tual lainnya.
Drs. H. Djunaidi, MM Untuk mengisi kekosongan kolom kami juga mendownload
Ir. H. Muhammaddin beberapa berita dan artikel aktual yang bersumber dari
Dra. I Gusti Ayu Ketut Suci beberapa situs resmi pemerintah. Diantaranya situs
Ir. Didik Agus Winarno departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Minerba
Drs. I Gusti Lanang Rakayoga Pabum, Ditjen LPE, Ditjen Migas, Badan Geologi, P3G, PSG
dan lain-lain portal dunia maya.
Penyunting Hal ini sengaja kami ketengahkan untuk dapat terus eksis
Ir. Adi Prasetyo di dunia publikasi, khususnya warta swara pemerintah
Mujitahid Iqbal yang belakangan down lantaran kurang aktifnya para
M. Yan Adrian penulis baik senior maupun amatir.
Gunawan Santana Namun kedepan kami tetap berharap publikasi ini dapat
bertahan, apapun rintangan yang coba menghalangi, kami
akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap eksis, sebagai
Sekretariat
komitmen kami untuk menyuarakan nurani masyarakat
1. Subaedah, BA
dan dunia tambang.
2. Wuri Handayani
Dari meja redaksi, kami haturkan terima kasih kepada
3. Cok Sumampan
pemerhati publikasi maupun hati dunia tambang.
Wassalam.
Alamat Redaksi :
Dinas Pertambangan dan Energi Prop. NTB
Jl. Majapahit 40 Mataram, 83010
Telp. (0370) 621356, Fax. (0370) 625766
www.dpentb.com Redaktur
E-Mail: Infotam@dpentb.com

REDAKSI “INFO PERTAMBANGAN” menerima artikel dan tulisan yang telah diedit berdasar estetika jurnalistik, dan bukan
laporan. Tema yang diangkat seputar dunia pertambangan dan energi, serta aspek lain yang berkaitan dengan kinerja
pemerintah yang belum dipublish. Namun untuk menjaga kode etik penulisan, apabila menyadur harap mencantumkan
sumbernya, demikian juga dengan foto dan grafik yang sesuai dengan misi penerbitan, dan bagi artikel yang dimuat akan
mendapat Imbalan sesuai ketentuan. Kata bijak “Mencoba lebih arif ketimbang hanya berteori tanpa karya nyata”

JUNI 2007
Adios e-Info 1
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

2. Memelihara dan meningkatkan


kontribusi minyak dan gas bumi,

ESDM News within 2007 batubara, dan mineral bagi


penerimaan negara, dalam rangka
mempercepat pemulihan dan
pembangunan perekonomian
nasional, dengan tetap
mempertimbangkan konservasi
Sejarah Mengenai Pertambangan dan Gas Bumi. energi pada jangka panjang.
dan Sumber Daya Mineral di 9. Pada tanggal 11 Juni 1965 Menteri 3. Menjaga ketersediaan energi
Indonesia Urusan Minyak dan Gas Bumi nasional secara berkesinambungan
menetapkan berdirinya Lembaga melalui upaya diversifikasi energi,
Minyak dan Gas Bumi (Lemigas). intensifikasi pencarian sumber
1. Tahun 1945 : Lembaga pertama energi dan konservasi energi.
10. Tahun 1966 : Departemen Urusan
yang menangani Pertambangan di 4. Meningkatkan penyediaan tenaga
Minyak dan Gas Bumi dilebur
Indonesia adalah Jawatan Tambang listrik dalam jumlah yang cukup,
menjadi Kementerian
dan Geologi yang dibentuk pada mutu yang baik dengan harga yang
Pertambangan dan Migas yang
tanggal 11 September 1945. terjangkau dan akrab lingkungan.
membawahi Departemen Minyak
Jawatan ini, semula bernama
dan Gas Bumi. 5. Memelihara dan menjamin
Chisitsu Chosajo, bernaung di
11. Tahun 1966 : dalam Kabinet tersedianya pasokan energi dan
Kementerian Kemakmuran.
Ampera, Departemen Minyak dan tenaga listrik serta bahan baku bagi
2. Tahun 1952 :Jawatan dan Geologi sektor industri dalam negeri.
Gas Bumi dan Departemen
yang pada saat itu berada di
Pertambangan dilebur menjadi 6. Mengembangkan, menyesuaikan
Kementerian Perindustrian,
Departemen Pertambangan. dan menyusun perangkat regulasi
berdasarkan SK Menteri
12. Tahun 1978 : Departemen sektor energi dan sumber daya
Perekonomian no. 2360a/M Tahun
Pertambangan berubah menjadi mineral, dibidang geologi sumber
1952, di ubah menjadi Direktorat
Departemen Pertambangan dan daya mineral, pertambangan umum,
Pertambangan yang terdiri atas
Energi. minyak dan gas bumi serta
Pusat Jawatan Pertambangan dan
ketenagalistrikan sesuai tuntutan
Pusat Jawatan Geologi. 13. Tahun 2000 : Departemen zaman dan perkembangan
3. Tahun 1957 : Berdasarkan Keppres Pertambangan dan Energi berubah lingkungan yang sekaligus
no.131 Tahun 1957 Kementerian menjadi Departemen Energi dan diselaraskan dengan semangat
Perekonomian dipecah menjadi Sumber Daya Mineral. penyelenggaraan otonomi daerah.
Kementerian Perdagangan dan Departemen Energi dan Sumber 7. Membangun dan meningkatkan
Kementerian Perindustrian.
Daya Mineral merupakan unsur kesadaran nasional untuk
Berdasarkan SK Menteri
Perindusrian no. 4247 a/M tahun pelaksana Pemerintah yang melakukan konservasi, optimalisasi
mempunyai tugas membantu dan diversifikasi mineral dan energi,
1957, Pusat-pusat dibawah
Presiden dalam menyelenggarakan melalui pengembangan paradigma,
Direktorat Pertambangan berubah
pemikiran, kebijakan dan strategi
menjadi Jawatan Pertambangan sebagian tugas pemerintahan di
yang tepat, yang dikomunikasikan
dan Jawatan Geologi. bidang energi dan sumber daya dan sosialisasikan secara nasional.
4. Tahun 1959 : Kementerian mineral. Dalam melaksanakan
8. Meningkatkan kinerja, efisiensi dan
Perinduntrian dipecah menjadi tugasnya Departemen Energi dan
produktivitas Pertamina dan PT PLN
Departemen Perindustrian Sumber Daya Mineral telah (Persero) melalui langkah-langkah
Dasar/Pertambangan dan menetapkan visi dan misinya restrukturisasi dan informasi
Departemen Perindustrian Rakyat sebagai berikut : pengusahaan baik internal maupun
dimana bidang pertambangan
eksternal.
minyak dan gas bumi berada
dibawah Departemen Perindustrian
Visi
Dasar dan Pertambangan.
Terwujudnya sektor energi dan Lima Pilar Kebijakan DESDM
5. Tahun 1961 : Pemerintah
membentuk Biro Minyak dan Gas sumber daya mineral yang 1. Meningkatkan kinerja Departemen
Bumi yang berada dibawah menghasilkan nilai tambah Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Perindustrian Dasar sebagai salah satu sumber untuk mewujudkan
dan Pertambangan. penyelenggaraan pemerintahan
kemakmuran rakyat melalui
yang baik (good governance) dan
6. Tahun 1962 ; Jawatan Geologi dan pembangunan berkelanjutan dan pemerintah yang bersih (clean
Jawatan Pertambangan diubah ramah lingkungan, adil, governance).
menjadi Direktorat Geologi dan transparan, bertanggungjawab,
Direktorat Pertambangan. 2. Mendukung upaya pemulihan
efisien serta sesuai standar etika ekonomi dengan memaksimalkan
7. Tahun 1963 : Biro Minyak dan Gas yang tinggi. penerimaan negara.
Bumi diubah menjadi Direktorat
Minyak dan Gas Bumi yang berada 3. Mengembangkan kebijakan dan
dibawah kewenangan Pembantu restrukturisasi sektor untuk
Misi
Menteri Urusan Pertambangan dan pengembangan dan efisiensi usaha
1. Meningkatkan pengetahuan, energi dan sumber daya mineral.
Perusahaan-perusahaan Tambang
kemampuan, kualitas dan kinerja
Negara. 4. Mendayagunakan dan meningkatkan
jajaran Departemen Energi dan
8. Tahun 1965 : Departemen pemanfaatan potensi sumber energi
Sumber Daya Mineral yang
Perindustrian Dasar/Pertambangan dan sumber daya mineral secara
mencerminkan pemerintahan yang
dipecah menjadi tiga departemen berkelanjutan.
baik, bersih, transparan dan
yaitu : Departemen Perindustrian akuntabel serta bebas dari 5. Mendorong perwujudan otonomi
Dasar, Departemen Pertambangan korupsi, kolusi, dan nepotisme daerah.
dan Departemen Urusan Minyak (good governnance).

3 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
example : Secretary, Bank

ENGLISH Corner Teller.

Inspite of some theories stated that


working suit on the type will have
success but other factor also
INFORMATION ON CHOOSING CAREER
influence such as : Potency and
BY : Drs Gusti Lanang Rakayoga
Competency. Potency is the
Choosing career is a thing that career choice to become teacher capability that still buried in every
usually done by someone when or lecture can be the right choice body self. This potency will be
they finish studying from school. too because those profession give seen if every body wants to explore
The background of formal and good prospect. it. Meanwhile, competency is the
informal education, aptitude and ability for some one to do work.
interests are guidance to select Many experts said that people During every one wants to work
career. dispose to select job that hard, conscious to get achievement
appropriate of their personality to explore creativity, the possibility
Nowadays, in choosing career we type. Based on John Holland, of success will they get.
need to know what kinds of job Generally Human Being are
vacancy are much liked and devided into six types of In choosing career usually based
needed by the corporation, also personality as follows: on the education background,
match on our personality type and 1. Realistic Type, is people that either formal or informal
another thing that support have skill of work with education. It needs to know the
selection career. machine, tools, or animal. company condition in order we
They are practical and know what kinds of job to
With knowing the condition of the realistic. Specimen of this become our career in the future.
company at least we will get the work are Engineer, Pilot, In selecting career, people tend to
illustration of it and what kinds of Police. relate to the personality they
profession are more needed. For 2. Invegative Type, is people posses, due to it will make them
example: as we know the that be fond of and smart to happier in doing work. Even
economic fields have more field solve problem. Specimen of though, the job not suitable with
of endeavor, but if the economic this works are Chemist, their personality type, they may
sector does not stabilize as Doctor, Mathematician. still get success by possessing
Indonesia possess like inflation, 3. Artistic Type, is people who competency, potency, also desire
raising petroleum, highly rate that like doing activities like: art, and hard work.
make the industry and banking are handicraft, man of latters.
not going well. In the such The example: Dress
condition, so then to choose the Designer, Dancer, Book
field of endeavor at economic Writer, Graphic Designer.
sector is not right. 4. Social Type, They like
helping other people also
According to Budi Hariono from they are smart to do
Insan Performa Consulting stated activities, such as : teaching,
that to choose human relation and counseling, giving
entertainment field are the right information. For example:
career choice for present. It is seen Teacher, Counselor, Nurse,
the higher need for the public Social Worker.
relation work, lustrous 5. Enterprising Type, They like
entertainment, electronic and leading, influencing others
print media need creative people and selling ideas. For
who have the brilliant ideas. example: Sales, Lawyer,
Career choice becomes freelancer Judge, Hotel Manager.
also preferred in the future due to 6. Conventional Type, They
time consideration more flexible like working with numerals,
and more income than working on file, and every thing in
the company. Beside the above perfect arrangement. For Vidtheacolyte.tripod.com

JUNI 2007 2
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

setiap tahapan harus mempunyai izin


tersendiri tetapi dari awal sampai akhir

Economic Corner m e r u p a k a n s a t u ke s a t u a n t i d a k
terpisahkan , tetapi akan membawa resiko
kerugian sangat besar bagi investor jika
salah dalam analisisnya, belum lagi kalau
ditambah dengan persoalan perijinan.
HARAP HARAP CEMAS (H2C) berikut :
a. SWP Pulau Lombok diarahkan Banyak pihak mempersoalkan
ANTARA HARAPAN DAN pada pertambangan bahan k e n a p a m a s i h b a n ya k k e g i a t a n
KENYATAAN galian golongan C; pertambangan ini merusak?, hal ini tentu
b. SWP Pulau Sumbawa Bagian kita harus pahami bersama bahwa
Barat diarahkan pada kegiatan pertambangan dibagi atas
Payung hukum merupakan
pertambangan bahan galian bebera jenis kegiatan usaha : ada bahan
kebutuhan mutlak dari sebuah investasi
golongan C, bahan galian galian gol C (pasir, batu, tanah liat, batu
karena tidak satupun investor di
golongan B; apung tanah urug dll), ada bahan galian B
Indonesia yang berani untuk berspekulasi
c. SWP Pulau Sumbawa Bagian (Emas, Perak, tembaga, mangan, timah
untuk menganggap enteng masalah ini,
Timur diarahkan pada dll) dan Bahan galian A (Uranium dll bahan
dan salah satu persoalan yang ada di
pertambangan bahan galian radio aktif) dari ketiga nya yang sering
republik tercinta ini adalah kepastian
golongan C dan bahan galian bermasalah adalah bahan galian golongan
hukum dalam berinvestasi sehingga
golongan B secara terbatas; C hal ini disebabkan karena kegiatan ini
sampai saat ini boleh dikata investasi di
Dan pada penjelasan pasal 38 merupakan usaha dari masyarakat untuk
Indonesia kata orang seperti jalan
Ayat (2) menyambung hidup sehingga hal-hal yang
ditempat.
a. kegiatan penambangan bahan menyangkut keselamatan diri lingkungan
Disisi lain kita semua
bahan galian golongan B di SWP sangat tidak diperhatikan dan sering-
mengetahui bahwa investasi merupakan
Pulau Lombok yang telah sering mengambil bahan galian tanpa ada
salah satu jalan untuk mengurangi
diterbitkan/memiliki izin, tetap izin disebut dengan PETI (Penambang
pengangguran sehingga pemerintah
berlaku sampai izin berakhir dan Tanpa Izin).
sangat mengharapkan pertumbuhan
investasi asing terutama jangka panjang tidak diterbitkan perpanjangan
izin. Kegiatan pertambangan jelas
terus tumbuh pada masa-masa yang akan
b. Kegiatan penambangan bahan merubah bentang alam dengan
datang karena jumlah angkatan kerja
galian golongan B di SWP Pulau mengambil bahan galian, diproses lalu
dengan jumlah lapangan kerja saat
Sumbawa Bagian Barat yang dimanfaatkan oleh begitu banyak
sangat tidak berimbang, dimana
telah diterbitkan/memiliki izin masyarakat, pada zaman modern saat ini
pertumbuhan anggkatan kerja setiap
dan/atau kontrak karya tetap bahan galian tambang tidak mungkin
tahunnya sudah mencapai 7%,(sumber
berlaku sampai izin dan/atau ditinggalkan karena ini bagian dari
:BPS06) disisi lain kemampuan
kontrak berakhir dan peradaban baik untuk kebutuhan
pemerintah dan swasta saat ini untuk
selanjutnya ditetapkan sebagai infrastruktur, kebutuhan teknologi,
menyediakan lapangan kerja sangatlah
kawasan moratorium. kebutuhan ososories dan sebagainya,
terbatas.
c. Kegiatan penambangan bahan karena menurut falsafah masyarakat
Pada era otonomi, Pemerintah
galian golongan B secara tambang bahwa bila tidak ada bahan
Daerah berusaha untuk menata dan
terbatas di SWP Pulau Sumbawa tambang maka kita kembali kezaman batu
mengatur daerahnya sesuai dengan
Bagian Tiumur adalah kegiatan dimana fasilitas sosial kembali ke bahan
kebutuhan daerah masing-masing
penambangan yang dinilai tidak kebutuhan yang terbuat dari batu yang
merupakan hal yang mutlak oleh
berdampak besar dan penting tentunya sangat primif.
sebabnya membuat peraturan daerah
adalah bertujuan selain ingin terhadap lingkungan
berdasarkan kajian teknis Perlu kita ingat bersama bahwa
memberikan kepastian hukum kepada
sesuai ketentuan yang berlaku. tidak semua daerah yang ada baik di dunia
investor juga diperuntukan peningkatan
maupun di Indonesi punya potensi
pendapatan asli daerah,
Sementara investasi didunia tambang, ini semua menjadi anugerah
Salah satu contoh yang ada di
pertambangan yang berada di P. Lombok buat masyarakat NTB mempunyai potensi
daerah NTB dengan keluarnya perda 11
khususnya galian B cukup potensial dan yang telah teruji dan sudah di eksploitasi
tahun 2006 dimana masyarakat
sudah ada beberapa investor yang dan ini menjadi keunggulan mutlak bagi
pertambangan harap-harap cemas
sudah dalam tahapan penyelidikan daerah kita, tinggal bagaimana kita harus
seperti apa kiranya implementasinya
umum untuk jenis bahan galian mengolah dengan berpedoman pada tata
karena dibatasi ruang gerak menambang
golongan B. Kegiatan pertambangan cara penambangan yang baik, sebagai
bahan galian golongan B di pulau Lombok
khususnya bahan galian golongan B regulator pemerintah harus tegas dalam
tidak diperbolehkan, seperti tersirat
memang sangatlah komplek baik dari sisi penegakan hukum.
dalam :
teknis maupun nonteknis karena harus
melibatkan banyak unsur baik manusia, Saat ini bagi kita masyarakat NTB
Pasal 38 (1)
modal, maupun teknologinya dan butuh marilah bersama-sama membangun
Kawasan pertambangan sebagaimana
waktu yang sangat panjang dalam daerah ini dengan arif, kritiklah yang
dimaksud pada pasal 15 ayat (1)
penentuan layak atau tidaknya dan juga membangun bila ada yang kurang baik,
diarahkan pada SWP Pulau Lombok, SWP
ada tahapan yang harus dilalui. awasilah dan bimbinglah bila ada yang
Pulau Sumbawa Bagian Barat dan SWP
Secara umum kegiatan salah dan luruskanlah, maka kegiatan
Pulau Sumbawa Bagian Timur.
pertambangan dibagi atas : Penyelidikan pertambangan ini kelak akan membawa
(2) Kegiatan pertambangan di masing-
Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi dan kemaslahatan bagi rakyat NTB kelak.
masing SWP diarahkan sebagai

5 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN

Aktualita
PT. Newmont Nusa Tenggara menandatangani Kontrak Karya Generasi ke-4 dengan Pemerintah
Cared by Iqbal

Indonesia pada Desember 1986. Setelah 10 tahun melakukan eksplorasi, proyek konstruksi senilai US$1,8
miliar dimulai pada awal 1997 dan diselesaikan pada akhir 1999 diikuti dengan tahap uji coba
(commissioning/start up). PTNNT memulai produksi komersialnya pada 1 Maret 2000.
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) menyelesaikan kewajiban keuangan pembayaran royalti
sepanjang 2006 (Januari - Desember) kepada Pemerintah Indonesia sebesar US$16juta lebih atau setara
dengan Rp144,5 miliar. Penyelesaian kewajiban tersebut ditandai dengan dibayarkannya royalti triwulan
IV/2006 )Oktober - Desember) sebesar US$6,1juta yang diserahkan baru-baru ini (30/1).
Royalti triwulan IV sebesar US$6.122.010,47 (Enam juta seratus dua puluh dua ribu sepuluh dolar Amerika
dan empat puluh tujuh sen) ini setara Rp55 miliar lebih pada kurs Rp9.000. Pembayaran disetorkan ke
rekening Menteri Keuangan nomor 508.000.071, Bank Indonesia, Jakarta.
Pembayaran royalti tersebut meliputi logam tembaga (Cu) US$3.808.213,94; logam emas(Au)
US$2.195.659,44; dan logam perak(Ag) US$118.137,08.
Pembayaran royalti serta pajak-pajak lainnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 13
kontrak Karya antara PTNNT dengan Pemerintah Indonesia dan Surat Dirjen Pertambangan Umum Nomor
310/20.01/DJP/2000 tanggal 24 Februari 2000.
Sampai dengan Triwulan ketiga 2007, kewajiban keuangan berupa royalti yang dibayarkan PTNNT
berjumlah sebagaimana tabel dibawah ini:

Jumlah Pembayaran Royalty Tembaga, Emas dan Perak


PT. NEWMONT NUSA TENGGARA s/d Triwulan III TAHUN 2007
NO. LOGAM DALAM TRW. I TRW. II TRW. III TOTAL
KONSENTRAT (USD) (USD) (USD) (USD)
1 TEMBAGA (Cu) TON 1.944.844,67 2.116.873,46 4.251.697,85 8.313.415,98
2 EMAS (Au) KG 1.103.179,22 1.256.821,37 2.855.280,88 5.215.281,47
3 PERAK (Ag) KG 75.518,62 77.523,65 135.809,74 288.852,01
Justment -
Jumlah Royalty 3.123.542,51 3.451.218,48 7.242.788,47 13.817.549,46
Sumber : PT. NNT Laporan Pembayaran Royalty

1 Pusat (20%) 624.708,50 690.243,70 1.448.557,69 2.763.509,89


2 Propinsi (16%) 499.766,80 552.194,96 1.158.846,16 2.210.807,91
3 Kab. Sumbawa Barat (32%) 999.533,60 1.104.389,91 2.317.692,31 4.421.615,83
4 Kab. Lainnya (32%) 999.533,60 1.104.389,91 2.317.692,31 4.421.615,83
Jumlah 3.123.542,51 3.451.218,48 7.242.788,47 13.817.549,46

Rincian Kab. Lainnya


1 Kota Mataram 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
2 Kab. Lobar 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
3 Kab. Loteng 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
4 Kab. Lotim 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
5 Kab. Sumbawa 124.941,70 157.769,99 - 282.711,69
6 Kab. Dompu 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
7 Kab. Bima 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
8 Kota Bima 124.941,70 157.769,99 331.098,90 613.810,59
Jumlah 999.533,60 1.262.159,90 2.317.692,31 4.579.385,81
Data di olah dari Royalty PT. Newmont Nusa Tenggara

JUNI 2007 4
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

titik acuan terdekat yang salah satu


STUDI KASUS PENGUKURAN BATAS WILAYAH KP/KK titik terdekat Jaring Kontrol Horizontal
Oleh: Suparno Nasional (JKHN) yang
diselenggarakan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
I. PENDAHULUAN dari bermukaan bumi sekitar 20.200 Koortdinat Geografis titk titk batas
Km , yang beratnya lebih dari 800 kg pemegang KP/KK dan PKP2B sesuai
Sejalan dengan bergerak dalam orbitnya dengan SK ( selanjutnya disebut koordinat
berlakunya pada tahun 1989 System kecepatan kira-kira 4 km/detik dan definitif titik batas ), yang akan
Informasi Geografi (SIG) di bidang mempunyai periode 11 jam dan 58 direalisasikan/ ditentukan letak
p e r t a m b a n g a n u m u m menit. keberadaannya dilapangan, tidak
(Pertambangan dengan sistem  Penentuan posisi relatif : perlu ditranformasikan ke system
terkomputerisasi), untuk memenuhi Pengukuran dilakukan dengan koordinat DGN-95 dan dapat
kewajiban pemegang KP/KK dan menggunakan dua reciever GPS diasumsikan koordinat dalam ID-74
PKP2B dalam pengukuran batas tipe navigasi maupun tipe sama dengan koordinat dalam DGN-
wilayah harus mengacu kepada Surat geodetik. Untuk pengukuran 95.
Ke p u t u s a n D i re k t u r J e n d e ra l dengan GPS tipe navigasi ,
Pertambangan Umum Nomor : pengukuran terikat satu titik Dalam pelaksanaan
697.K/DDJP/1996 tanggal 31 acuan atau lebih yang pengukuran titik-titik batas pada
Desember 1996, tentang Penataan mempunyai koordinat dalam wilayah KP/KK dan PKP2B dilakukan
Batas Wilayah Pertambangan Umum. sistem WGS-84, posisi koordinat dengan tahapan :
Prosedur penentuan posisi titik batas yang diperoleh bisa setiap saat
wilayah pertambangan dan titik-titk atau melelui tahap pengolahan 1. Pertama ditentukan 2 (dua) titik
perapatannya dilaksanakan dengan setelah sesi pengamatan dalam BM (T.141 dan T.141.A) Pemilihan
memanfaatkan konstelasi satelit sistem WGS-84 . Ketelitian yang titik BM ini dipilih sedemikian rupa
Global Positioning System (GPS). dapat diperoleh 5 m atau lebih. agar terletak secara radial dengan
Pemanfaatan sistem satelit  Penentuan posisi absulut : jarak ke titik-titik batas definitif
NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Pengukuran dilakukan dengan relatif dekat.
Timing and Ranging Global menggunakan satu reciever
Positioning System) untuk penentuan GPS umumnya tipe navigasi 2. Didalam menempatkan satu unit
posisi/koordinat suatau tempat untuk mengetahui dimana kita reciever di titik No. 12206 yang
dipermukaan bumi yang makin hari berada, posisi/koordinat yang telah mempunyai koordinat teliti
semakin luas penggunaannya. diperoleh adalah sesaat dala dalam sistem DGN-95 dan satu
Penentuan posisi GPS dapat sistem ellipsoid WGS-84 dengan unit reciever dipatok BMT 141
dihasilkan koordinat suatu titik yang ketelitian koordinat bervariasi dan BM.T 141.A yang sudah terikat
relatif teliti dalam waktu yang relatif dengan ketelitian puluhan /relatif terhadap sistem nasional,
singkat, serta dapat digunakan sampai ratusan meter kemudian setelah melalui
dimana dan kapan saja tanpa tergantung lamanya perhitungan data lanjutan (post
tergantung cuaca. pengamatan. prosessing) dengan menggunakan
Pe n e n t u a n p o s i s i G P S Sofwere SKI , yaitu berupa pilar
merupakan suatu langkah terobosan KRONOLOGIS PELAKSANAAN yang dibuat/ didirikan diwilayah
, karena dapat memberikan koordinat PENGUKURAN DILAPANGAN KP/KK dan PKP2B sebagai patok
stasiun-stasiun kontrol horizontal /pilar yang permanen.
(lintang dan bujur) maupun vertikal ( Wilayah KP/KK dan PKP2B
tinggi ellpsoid) dalam suatu yang mempunyai titik-titik batas 3. Dari titk BPN N.12206 sebagai
pengukuran. akan dinyatakan dalam koordinat referensi serta titik BM sebagai
geografis ( lintang dan bujur) pada rover, titik-titk batas definitif
II. METODE PENENTUAN POSISI sistem koordinat nasional Datum dengan menggunakan GPS
GPS WGS-84. diperoleh koordinat titik batas
Penentuan posisi untuk pemegang KP/KK dan PKP2B
GPS adalah sistem radio mendapatkan koordinat titik/patok dalam satu sistem koordinat
navigasi dan penentuan posisi batas, dilakukan pengukuran nasional.
menggunakan dari 24 satelit. dengan memanfaatkan teknologi
Konstelasi 24 satelit GPS menempati GPS. Untuk menpatkan koordinat 4. D a r i h a s i l p e n g h i t u n g a n
6 orbit yang bentuknya seperti titik-titik batas dalam sistem pengukuran GPS titk/patok
lingkaran, dimana setiap orbit koordinat nasional Datum Geodesi s e m e n t a ra a k a n d i p e r o l e h
ditempati 4 satelit dengan interval Nasional 1995 (DGN-95) yang nilai koordinat geografi. Sedangkan
tidak sama . Orbit satelit GPS p a ra m e t e r n ya s a m a d e n g a n koordinat geografi ini selanjutnya
berinklinasi 55º terhadap bidang parameter World Geodetic System dikonversi ke bidang proyek
ekuator dengan ketinggian rata-rata 1984 (WGS-84), pengukuran /bidang datar untuk mendapatkan
dilakukan dengan mengikatkan ke koordinat ( X = Timur : Y = Selatan

7 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
). Dari koordinat UTM titik/patok Ditjen Pertambangan Umum. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
sementara dan koordinat UTM
c. Pilar untuk titik-titik batas Kesimpulan
definitif titk batas dapat dihitung
pertambangan dan titk-titik 1. P e m a s a n g a n p i l a r b a t a s
jarak dan azimuth dari titk/patok
perapatannya terbuat dari
sementara ke titik batas definitif
dilapangan sesuai koordinat SK
campuran semen, pasir, batu
wilayah KP/KK dan PKP2B.
k o r a l d a n a i r d e n g a n 2. Pemasangan pilar batas
III. KENDALA perbandingan 1 : 2 : 3 . dilapangan tidak sesuai dengan
Campuran ini dimasukkan koordinat SK karena terletak
Untuk kasus pengukuran dapat kedalam Pipa PVC Ø 12 cm ditempat yang tidak
menjadi dalam beberapa hal : dengan bentuk dan ukuran memungkinkan untuk dipasang
 sebagai berikut : pilar ( seperti ditengah sungai,
1. Sistem koordinat perbatasan jalan, tebing,curam, pohon besar,
antara dua wilayah yang berbeda bangunan rumah)
bidang datum dan bidang
proyeksinya.
2. Tumpang tindih lahan, diantaranya 50 m
Permukaan Tanah
terdiri dari kesalahan pengukuran
dengan torensi kesalahan tidak
disesuaikan dengan skala
tertentu. 100 m
3. Faktor peralatan dan operatornya,
hal ini dapat menimbulkan kurang
akuratnyaa data-data hasil dari
pengukuran.
d. Untuk setiap pilar GPS harus dibuat
 Dalam hal terjadi batas fotonya dan bila memungkinkan
dibuat diskripsi letak pilar.
wilayah tumpang tidih antara
pemegang KP/KK dan PKP2B , maka
2. Peralatan
KP/KK dan PKP2B yang berdasarkan
penilaian Direktorat Jenderal  Untuk keperluan survei, peralatan
Pertambangan Umum telah alat penerima sinyal satelit GPS
mencapai tahap Eksploitasi/ Produksi yang gunakan harus dari tipe
harus diutamakan sepanjang geodetik, harus mampu melayani
kegiatannya sesuai dengan batas penentuan posisi metode
wilayah yang telah ditetapkan. penentuan posisi relatif statik.
Apabila terjadi sengketa  Jumlah reseiver GPS yang
batas wilayah antara pemegang digunakan minimum 2 ( dua ) unit .
KP/KK dan PKP2B , maka
penyelesaiannya dilakukan oleh Tim  Receiver GPS yang digunakan
yang ditunjuk oleh Direktorat harus mempunyai kemampuan
Jenderal Pertambangan Umum. merekam data pengamatan paling
sedikit 4 (empat) jam pengamatan.
Prosedur Penentuan titik batas 
Receiver GPS,antena berikut semua
wilayah Pertambangan dan titik-titik yang digunakan sebaiknya dari
perapatannya : merk, model dan tipe yang sama
sesuai peruntukannya .
1. Pembuatan pilar
a. Pembuatan piular/tugu untuk 
Receiver GPS harus dilengkapi
dengan komputer lapangan yang
setiap titk harus dirancang dan
mempunyai perangkat lunak
dibuat agar dapat bertahan
selama mungkin, dan pilar Azimuth = 360º - azimuth ( Titik
tersebut harus stabil ke arah GPS RM) + azimuth (Titik GPS Titik
horizontal dan vertikal. Batas )
b. Tanda (marker) dari setiap pilar
harus dari logam yang tahan
karat, Keterangan dan lambang
yang dicantumkan pada pilar
harus sesuai dengan spesifikasi
teknis yang ditepkan oleh pihak

JUNI 2007 6
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

Secara umum peranan


sektor pertambangan dalam PROSPEK BAHAN GALIAN DAN
pengembangan ekonomi di
indonesia telah diketahui dan PERMSALAHANNYA
diterima sejak lama, namun Oleh: Arifuddin, BE
demikian secara tradisional
pengertian umum
pertambangan ini hanya konsumsi bahan galian industri Hal ini dikaitkan dengan potensi
terbatas kepada beberapa sangat erat kaitannya dengan sumberdaya bahan galian yang
macam komoditi logam tingkat populasi penduduk dan berlimpah. Memang banyak kendala,
seperti timah, nikel, bauksit, pendapatan perkapita. Oleh karena masalah atau tantangan yang harus
itu, pada skala nasional, regeonal dihadapi dalam pengelolaan bahan
tembaga,emas dan perak. maupun global, peningkatan jumlah galian industri, antara lain :
penduduk dan perumbuhan
perdapatan perkapita merupakan 1. Pemasaran bahan galian industri
Bahan galian industri faktor faktor yang sangat di dalam dan luar negeri sering
sebagai bagian yang tidak mempengaruhi tingkat terganggu dan mengalami pasang
terpisahkan dari sumberdaya pwermintaan akan bahan galian surut yang disebabkan oleh :
mineral, arti dan perannya dalam industri, baik untuk saat ini maupun  Nilai komoditas rendah,
pengembangan sektor ekonomi di masa yang akan datang.  Kualitas besar,
dalam negeri belum begitu diketahui Selain untuk memenuhi kebutuhan  Nilai tambah rendah,
u m u m . Ku r a n g n y a d a t a d a n sektor industri konstruksi dan  Pe r u b a h a n t e k n o l o g i
informasi yang menyangkut bahan pertanian di dalam negeri, bahan penggunaan dan pengolahan
galian industri menyeabkan arti dan galian industri mempunyai peranan sangat cepat dan
perananya kurang begitu menggema lain yang tidak kalah penting antara  Biaya transportasi yang
dalam masyarakat. lain untuk : tinggi.
Bahan galian industri 1. Industri penunjang terhadap 2. Komonikasi dua arah antara
merupakan komoditi yang pengembangan industri industri hulu (pemasok) dan
memainkan peranan sangat penting moderen, atara lain industri industri hilir (pemakai)
dalam kehidupan manusia. Peranan refraktori sebagai penunjang belumterjalin dengan baik.
dan kehadiarannya dalam kehidupan industri logam paduan, industri
manusia seringkali tidak disadari , 3. Pembakuan mutu agak sulit
semi/super konduktor;
seperti halnya manusia tinggal di karena cara penambangan dan
2. Meningkatkan pendapatan aseli pengolahan yang beraneka
dalam rumah yang sebagian besar
daerah seperti dari iuran ragam, khususnya yang
komponen- komponennya secara
e k s p l o r a s i , i u r a n dilakukan oleh pengusaha dan
langsung terbuat dari bahan galian
ekploitasi/proiduksi dan penduduk yang sering
industri , seperti bata, genteng,
beberapa jenis pajak ; melupakan pentingnya kontrol
semen, batu, pasir lantai keramik
dan kaca atau seperti kebutuhan 3. Menyediakan kesempatan kerja kualitas, cara penambangan
kitan sehari- hari ( Sabun mandi, kepada masyarakat baik secara yang baik.
tapal gigi bedak, kertas,plastik, cat langsung maupun tidak langsung 4. Ke l e m b a g a a n p e n a n g a n a n
dll. ) ; bahan galian industri di
4. M e n y e d i a k a n k e s e m p a t a n Indonesia yang belum mantap,
Banyak orang beranggapan bahwa
berusaha bagi pengusaha- hal ini dengan adanya
bahan galian industri hanya
pengusaha kecil dan menengah ; keterkaitan beberapa
memegang peran kecil dalam
Departemen dalam perijinan
pembangnan di Indonesia. 5. Mengembangkan keahlian dalam
dan pengusahaan bahan galian
Sebenarnya anggapan ini kurang bidang pertaamangan dan
industri, misalnya DESDM,
benar, sebab bahan galian industri pengolahan meneral ;
Dep.Kehutanan, Menteri Negara
berperan sangat penting dalam 6. Meningkatkan pendaapatan Lingkungan Hidup dll.
kehidupan sehari hari, sejak eksport ;
bangunan tidur dan bahkan selama 5. Dampak lingkungan dalam
tidurpun orang memerlukan atau 7. Menciptakan kesempatan dalam pengusahaan bahan galian
tidak terlepas dari barang, pengembangan wilayah. industri cukup besar, sehingga
peralatan atau keperluan yang penyajian Studi ANDAL
sebagian atau seluruhnya terbuat Akhir- akhir ini tercatat merupakan keharusan, bagi
dari bahan galian industri. atau teramati kemajuan yang pengusaha besar hal ini tidak
mengembirakan dalam menjadi masalah, namun bagi
Pe r a n a n b a h a n g a l i a n pengusaha kecil dan penduduk
pengusahaan bahan galian industri
industri terhadap ekonomi suatu merupakan kendala karena
di Indonesia , namun sebenarnya
daerah dapat dilihat antara lain penyajian Studi ANDAL yang baik
masih jauh dari yang diharapkan.
pada tingkat konsumsinya. Tingkat cukup mahal.

9 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
6. Rencana untuk tata ruang saja. Dalam pelaksanaannya bagian dari desain seluruh
(RUTR) daerah atau wilayah pembuatan studi AMDAL kawasan. Artinya desain rinci
belum memadai karena data umumnya dikontrakan kepada penambangan harus
dan informasi bahan galian di konsultan, sehingga banyak berdasarkan sifat, kondisi
wilayah bersangkutan belum bermunculan konsultan AMDAL batuan dan topografi masing
lengkap. Kadang- kadang dengan berbagai bentuk dan masing wilayah termasuk dalam
penataan ruang tersebut wujudnya. Ada yang menentukan arah peruntukan
berdasarkan inventarisasi mensinyalir bahwa pasca penambangan.
bahan galian yang tidak pembuatan AMDAL oleh
sempurna karena dilakukan 2. Seluruh kelompok penambang
sebagian konsultan yang hanya
oleh orang atau intansi yang yang kecil- kecil digabung
beroreantasi pada pemenuhan
tidak profesional. menjadi satu kesatuan sistim
syarat formal saja, sehingga
pengelolaan. Kalau
bobot dan kebenarannya
memungkinkan dapat dicoba
Dari beberapa permasalahan k u r a n g d a p a t
dibuat suatu model pilot proyek
atau tantangan yang harus dihadapi dipertanggungjawabkan.
sistim pengusahaan
dalam pengelolaan bahan galian 2. Kebanyakan pengusaha pertambangan yang baik dan
industri tersebut diatas, maka tambang Bahan Galian Industri benar oleh pemerintah daerah
masalah kerusakan lingkungan adalah pengusaha kecil, yang masing- masing.
sering dikatakan sebagai penyebab umumnya lemah dalam modal,
utama banyaknya tudingan dan 3. Oleh karena masalah lingkungan
teknologi, manajemen dan
sorotan yang menyatakan bahwa ini adalah tanggung jawab
kesadaran pentingnya
pertambangan adalah perusak semua pihak, maka sebaiknya
lingkungan hidup. Dengan
lingkungan utama di Indonesia. Hal pembebanan dampak
kondisi yang serba terbatas ini
ini memang sangat beralasan, kalau lingkungan didistribusikan
, maka keuntungan yang
dilihat dari kerusaakan fisik yang kepada semua pihak, terutama
diperoleh umumnya rendah
nampak jelas dan dapat dilihat siapa pihak pengusaha, pihak
sehingga tidak akan mampu
saja. Akan tetapi kalau dilihat dari konsumen (pembeli) dan juga
untuk dibebani biaya
segi kualitas dampaknya barangkali pihak pemerintah yang
penanggulangan.
tudingan dan sorotan itu tidak bertanggung jawab terhadap
seluruhnya benar. 3. Terlambat adanya suatu wilayahnya. Misalnya salah satu
perencanaan terpadu untuk contoh yang perlu dipikirkan
Untuk dapat memikirkan dan suatu/seluruh kawasan adalah adanya pungutan beban
mencari alternatif pemecahan penambangan dan tidak pengendalian lingkungan untuk
permasalahan lingkungan akibat adanya sistim koordinasi yang setiap satuan produksi uyang
penambangan Bahan Galian Industri, baik antara kelompok/ dijual oleh setiap pengusaha
sebaiknya terlebih dahulu perlu perorangan para penambang, tambang.
dikaji atau diteliti penyebab utama sehingga sudah barang tentu
kerusakan lingkungan akibat bekas areal penambangan
penambangan bahan galian industri Daftar Pustaka;
akan ditinggalkan begitu saja.
di Indonesia.
4. Tidak tersedia dana khusus 1. Kosim Gandataruna
Menurut pengamatan kami, ada yang dapat digunakan untuk Perkembangan dan Prospek
beberapa faktor yang merupakan mengendalikan dan Bahan Galian industri dalam
penyebab utama tersebut, yaitu : menanggulangi masalah- dekade 1990AN, 1991
1. Rendahnya kesadaran dan masalah lingkungan
itikad baik sebagai pengusaha pertambangan di daerah- 2. Madyadipoera,T.,Ir, Bahan
tambang Bahan Galian Industri daerah . Galian Industri di Indonesia,
untuk menjaga keserasian dan Untuk menanggulangi kemungkinan Direktorat Sumberdaya Mineral,
kelestarian daya dukung adanya kerusakan lingkungan akibat Dit.Jen Geologi dan
lingkungan. Masalah penambangan perlu ada beberapa Sumberdaya Mineral Dep.
penanganan lingkungan masih langkah yang dapat dilakukan, Pertambangan dan Energi RI,
dianggap momok atau hal yang antaranya : Bandung (1990) .
merepotkan saja, yang sedapat
mungkin akan dihindari karena 1. Dengan penerapan prinsip
dianggap sebagai beban sistim perencanaan terpadu,
belaka. yaitu setiap daerah kawasan
penambangan harus
Ketentuan peraturan yang merupakan bagian dari
mensyaratkan agar dibuat PIL rencana pola tata ruang
atau ANDAL termasuk RKL dan daerah yang sudah ditetapkan.
RPLnya untuk mendapatkan Desain penambangan dari
Kuasa Pertambangan, dianggap masing masing wilayah KP
oleh sebagian pengusaha hanya yang termasuk di dalam
sebagai persyaratan formal kawasan itu harus merupakan

JUNI 2007 8
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17
hijau'/greenbelt untuk industri-industri yang
menggunakan bahan-bahan yang mudah

Sepintas Ulasan seputar Penataan Ruang 


meledak, beracun, dan/atau mudah
terbakar
P e n g e n d a l i a n t e r h a d a p
Oleh: Ir. Heryadi Rachmat, MM pemanfaatan/pelaksanaan Rencana Tata
Ruang Wilayah, khususnya dengan
meningkatkan peran perizinan dan
penertiban pemanfaatan ruang dilandasi
dengan konsep-konsep mitigasi bencana,
I. PENDAHULUAN dampak/korban yang disebabkan oleh suatu
terutama untuk meningkatkan fungsi-
bencana padajiwa manusia, harta benda, dan
fungsi: Izin prinsip dan Izin tetap; Izin
1.1. Latar Belakang lingkungan. Mitigasi pada prinsipnya harus
Lokasi; Izin Perencanaan; Izin (UU)
dilakukan untuk segalajenis bencana, baik
Gangguan; Izin Mendirikan Bangunan
Penyelenggaraan penataan ruang mulai yang termasuk kedalam bencana alam
(IMB); Izin Penghunian Bangunan (IPB),
dari Pemerintah Pusat sampai Pemerintah (natural disasters) maupun bencana non-
Izin Pembangunan Prasarana (IPP), dll.
Daerah bertujuan untuk mewujudkan ruang alam sebagai akibat dari perbuatan atau ulah
 Pemasangan tanda-tanda
wilayah nasional yang aman, nyaman, manusia (man-made disaster).
peringatan/larangan di daerah yang
produktif, dan berkelanjutan (psl. 3 UUPR Secara sederhana, "mitigasi bencana"
dinyatakan rawan bencana
2007). dapat didefinisikan sebagai tindakan yang
 Melakukan relokasi atau meninggikan
 Aman berarti situasi masyarakat dapat berkesinambungan untuk menurunkan atau
bangunan-bangunan dari dataran banjir
m e n g k r e a s i k a n s e l u r u h a k t i f i t a s menghilangkan resiko jangka panjang
 Pembuatan Cek dam, kolam parkir air, dan
kehidupannya secara utuh dengan terhadap manusia dan harta benda dari
rehabilitasi aliran sungai untuk
terlindungi dari berbagai ancaman. bahaya-bahaya alamiah (natural hazards)
mengendalikan/ mencegah banjir
 Nyaman berarti adanya kesempatan yang maupun buatan/ulah manusia (man-made
Pembelian polis asuransi kebakaran,
l u a s b a g i m a s y a r a k a t u n t u k hazards) dan akibat-akibatnya. Untuk itu,
banjir, atau bencana lainnya
mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya pemerintah daerah harus memberikan
 Mengatur dan memonitor transportasi
dan fungsinya sebagai manusia. perhatian khusus terhadap kegiatan mitigasi
bahan-bahan berbahaya dan beracun serta
 Produktif mengandung pengertian bahwa bencana, yang diharapkan dapat digunakan
menentukan rute yang aman untuknya
proses produksi dan distribusi berjalan sebagai titik tolak untuk mengembangkan
s e c a r a e f i s i e n s e h i n g g a m a m p u dan memadukan berbagai program
Secara umum, jenis-jenis mitigasi dalam
memberikan nilai tambah ekonomi untuk pembangunan ruang wilayah dan kota yang
praktek tersebut dapat dikelompokkan ke
kesejahteraan masyarakat sekaligus berwawasan keamanan dan keselamatan
dalam mitigasi struktural dan mitigasi non-
meningkatkan daya saing. dari bencana yang mungkin terjadi, dan
struktural. Mitigasi struktural berhubungan
 Berkelanjutan mengandung pengertian menjaga keberlanjutan pembangunan.
dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi
dimana kualitas lingkungan fisik dapat
fisik (seperti pembuatan cek dam, tanggul,
dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, 1.4. Mitigasi Bencana dalam Praktek
kolam parkirair, dan rehabilitasi aliran sungai
untuk kepentingan generasi saat ini,dan
untuk mengendalikan/ mencegah banjir;
generasi yang akan datang. Mitigasi merupakan langkah-langkah untuk
membangun dengan konstruksi yang tahan
Tujuan ini diarahkan untuk mewujudkan mengurangi dampak bencana terhadap
gempa; tembok penahan tsunami, dan lain-
kehidupan yang sejahtera; keterpaduan kehidupan masyarakat, baik kerugian jiwa
lain). Sementara itu, mitigasi non struktural
penggunaan sumber daya alam dan sumber maupun harta, dengan mengurangi
antara lain meliputi penataan ruang, khususnya
daya buatan dengan memperhatikan sumber kerentanan (vulnerability), seperti:
tata guna lahan dan peruntukan lahan yang
daya manusia; dan mewujudkan perlindungan  Identifikasi sumber bencana dan
disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya,
fungsi ruang dan mencegah serta memetakannya, terutama di wilayah
zoning regulation, pemberlakuan peraturan
menanggulangi dampak negatif terhadap dan/atau kawasan yang sudah
pembangunan dan penegakannya (law
lingkungan. menunjukkan ciri-ciri perkotaan dan/atau
enforcement} seperti penggunaan standar dan
terbangun
peraturan bangunan yang efektif, pengenaan
1.2. Undang-undang Penataan Ruang  Menyebarkan informasi tentang
tarif pajak yang cukup tinggi (perangkat
Berbasis Mitigasi manajemen resiko (risk management)
disinsentit) bagi wilayah yang memiliki
untuk mengurangi kerentanan
kerentanan tinggi terhadap bencana alam.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 (vulnerability) sosial penduduk yang
tentang Penataan Ruang yang baru membuat bermukim di wilayah dan/atau kawasan
II. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN
terobosan yang sangat mendasar dengan rawan bencana
PENATAAN RUANG
menyatakan dalam konsideran "menimbang"  Penyiapan perangkat lunak dan
bahwa wilayah kita rawan terhadap bencana perangkat keras serta pelatihan,
Selama ini, penanggulangan bencana
sehingga, 'diperlukan penataan ruang penyuluhan dan pendidikan bagi petugas
masih ditekankan pada 'saat' dan 'setelah
berbasis mitigasi bencana'. Bahaya yang dan masyarakat secara terencana,
(pasca)' terjadinya saja. Sementara itu, pada
terjadi di suatu kawasan yang penataan sistematis, dan disusun sesuai dengan
tahap 'sebelum (pra)' bencana yang telah
ruangnya berbasis mitigasi bencana jenis rencana (program yang ada untuk
diakomodasikan masih terbatas pada tahapan
seharusnya tidak akan menimbulkan korban mendukung kesiapsiagaan)
pencegahan (prevention), yaitu dengan
jiwa, rusaknya lingkungan, kerugian harta  Pengembangan sistem informasi
menghindari pemanfaatan kawasan yang
benda, atau trauma psikologis yang signifikan, penanggulangan bencana dan
"rawan bencana" untuk dikembangkan sebagai
karena 'bahaya' tersebut tidak bertransformasi pemanfaatan informasi mengenai
kawasan budidaya. Hal ini terlihat pada
menjadi "bencana". Sebagai bagian yang tidak kerawanan suatu daerah dalam
ketentuan yang diacu dalam konteks
terpisahkan, munculnya UU No. 24 Tahun perencanaan pembangunan dan dalam
perencanaan tata ruang sebelum UU No. 26
2007 tentang Penanggulangan Bencana penyusunan rencana umum tata mang
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; yaitu dari
seharusnya menjadi penguat fungsi penataan pada setiap tingkat wilayah dan/atau
UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan
ruang tersebut sebagai alat mitigasi non- kawasan
Ruang, PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana
struktural, yang penting dalam manajemen  Mempromosikan perencanaan tata ruang
Tata Ruang Wilayah Nasional, sampai dengan
penanggulangan bencana di Indonesia. yang tepat berdasarkan bahaya-bahaya
Keputusan Presiden (Keppres) No. 32 tahun
Penegakan hukum atas rencana tata ruang (hazards) yang telah diketahui
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
wilayah yang sudah disusun dengan potensinya untuk terjadi;
kesemuanya berusaha mencegah
pertimbangan mitigasi bencana menjadi  Mengembangkan, memberlakukan dan
pemanfaatan suatu wilayah dan/atau kawasan
prosedur penting yang diamanatkan pula oleh memaksakan (law enforcement)
yang mengandung potensi bahaya (hazardous
UL) No. 24 Tahun 2007 tersebut. penggunaan standar dan peraturan-
area) untuk suatu kegiatan produktif. Untuk
peraturan bangunan yang efektif, seperti
kawasan seperti itu, satu-satunya altematif
1.3.Mitigasi Bencana peraturan Koefisien DasarBangunan
pemanfaatan yang direkomendasikan adalah
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
untuk 'kawasan lindung'. Disamping itu, secara
Mitigasi merupakan titik tolak utama dari Koefisien Dasar Hijau (KDH), Tinggi
khusus, kebijaksanaan operasional penataan
manajemen penanggulangan bencana. Bangunan, dan lain-lain, untuk
ruang yang ada juga belum memadukan
Dengan mitigasi, dilakukan usaha-usaha mengurangi vulnerability (kerentanan)
berbagai program pembangunan wilayah dan
untuk menurunkan dan/atau meringankan secara fisik, termasuk ketentuan 'sabuk

11 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
kota yang berwawasan keamanan dan melibatkan partisipasi masyarakat setempat, munculnya bencana (terutama Izin
keselamatan warga masyarakat-nya dari sesuai dengan paradigma perencanaan Perencanaan dan Izin Mendirikan
bencana yang mungkin terjadi.. pembangunan partisipatif. Dengan Bangunan)
Untuk mendorong berfungsinya perencanaan pembangunan wilayah dan kota
penataan ruang untuk mitigasi bencana, UU yang partisipatif tersebut, diharapkan Seperti telah disebutkan di atas, hasil-
26 Tahun 2007 sangat menekankan pengetahuan masyarakat (public awareness) hasil identifikasi tersebut kemudian dipakai
dilaksanakannya penegakan hukum dengan di wilayah tersebut semakin meningkat dalam sebagai dasar per-encanaan pembangunan
mengatur pemberian sanksi administrasi, m e n g h a d a p i s e r t a m e n g u r a n g i wilayah dan kota dan rencana tata ruang
perdata, dan bahkan pidana yang jelas dan dampak/resiko bencana, sekaligus dapat dengan mengintervensi sedemikian rupa
tegas untuk pelanggar rencana tata ruang, meningkatkan kesiapsiagaan mereka, dan kondisi-kondisi awal di masing-masing daerah
baik itu masyarakat luas maupun pejabat akhirnya masyarakat dapat hidup dan bekerja sehingga sedapat mungkin:
pemerintahan yang memberikan izin. dengan aman (safe), atau dengan kalimat lain 1. Meminimasi kemungkinan munculnya
Oleh karena itu, salah satu sebab masyarakat lebih 'akrab' dengan bencana di bahaya;
pentingnya perencanaan pembangunan dan sekitarnya. 2. Menurunkan tingkat kerentanan (fisik,
penataan ruang wilayah dan kota sebagai Secara lebih rinci, beberapa aktivitas sosial, ekonomi), dan
usaha mitigasi bencana ini, disamping yang harus dilakukan teriebih dahulu dalam 3. Meningkatkan ketahanan wilayah.
mengurangi dampak dari bencana itu sendiri, rangka menunjang kegiatan perencanaan
adalah juga untuk menyiapkan masyarakat pembangunan daerah dan tata ruang, Kendala dalam Perencanaan Pembangunan
akrab dan/atau "membiasakan diri" hidup identifikasi tipologi bahaya yang mungkin Daerah dan/ atau Penataan Ruang dalam
bersama dengan bencana,khususnya untuk timbul di masing-masing wilayah dan kota Kaitan Mitigasi Bencana
lingkungan yang sudah (terlanjur) terbangun (bahaya alamiah, non-alam/ulah manusia dan
seperti hampir di seluruh wilayah dan kota di sosial) identifikasi kondisi kerentanan fisik Seperti telah disebutkan di atas, sifat
Nusa Tenggara Barat. kawasan-kawasan terhadap masing-masing perencanaan pembangunan daerah dan
 tipologi bahaya (kepadatan bangunan, penataan ruang adalah komprehensif,
III. PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH k o n s t r u k s i b a n g u n a n , b a h a n - b a h a n sehingga akan sama sekali tidak efektifdan
DAERAH bangunan, dll.) efisien untuk berpikir parsial dalam konteks
  identifikasi kondisi kerentanan sosial mitigasi bencana. Perencanaan pembangunan
Perencanaan Pembangunan (kepadatan penduduk, struktur umur pada dasamya adalah tindakan optimasi,
UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 24 balita dan lansia, segregasi sosial, sinergi, dan minimasi konflik dari seluruh jenis
tahun 2007 pada prinsipnya menegaskan disparitas sosial-ekonomi, dll.) dan bentuk sumberdaya (resources) yang
bahwa kegiatan pengelolaan bencana (pra-  identifikasi kondisi kerentanan ekonomi dimiliki suatu wilayah. Sumberdaya ini dapat
bencana, saat bencana, mau-pun pasca- (tingkat kemiskinan penduduk, dll.) berupa sediaan modal alam (natural capital
bencana) di kota dan kabupaten adalah  identifikasi kondisi ketahanan wilayah stocks), sediaan modal manusia (human capital
menjadi kewajiban pemerintah dari segi kelengkapan fasilitas flsik stocks), sediaan modal sosial (social capital
kota/kabupaten. Oleh karena itu, pemerintah prasarana (fasilitas kesehatan/gawat stocks), sediaan modal buatan (man-made
daerah mempunyai peran dan fungsi yang darurat, fasilitas pemadam kebakaran, capital stocks), dan dalam konteks tertentu
besar dalam hal mitigasi bencana di wilayah tempat-tempat evakuasi potensial -ruang ditambah pula dengan sediaan modal finansial.
yurisdiksinya. terbuka/gedung-gedung publik yang Seluruh sumberdaya modal tersebut harus
Perencanaan pembangunan wilayah dan kota k o k o h , f a s i l i t a s b a n g u n a n / r u a n g sedemikian rupa direncanakan pengelolaan
sebagai mitigasi bencana, dalam kaitan ini sekretariat komando penanggulangan pembangunannya sekaligus dalam rangka
merupakan suatu kerangka konseptual bencana, dll.) mitigasi bencana.
perencanaan sosial, ekonomi, fisiktata ruang  identifikasi kondisi ketahanan wilayah UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33
dan lingkungan hidup daerah yang disusun dari segi kelengkapan sarana dan utilitas tahun 2004 memberikan kewenangan yang

untuk mengurangi dampak negatif yang ( s i s t e m p e r i n g a t a n d i n i , s a r a n a sangat besar kepada Pemerintah Kota dan
ditimbulkan oleh bencana alam dan bencana koordinasi/telekomunikasi/ informasi, Kabupaten untuk mengelola pembangunan
buatan lainnya. Kerentanan (vulnerability) sarana transportasi/ perhubungan, daerahnya, khususnya dalam administrasi
merupakan kondisi yang akan menentukan ambulans, mobil pemadam kebakaran pemerintahan dan keuangan. Oleh karena itu
apakah bahaya (hazard) yang terjadi akan yang sesuai dengan kebutuhan, hidran, sekarang ini pemerintah daerah kabupaten/

menimbulkan bencana {disaster). Bencana tandon air bersih, alat-alat berat, dll.) kota mempunyai peran dan fungsi yang sangat
akan terjadi pada kelompok orang/fisik yang  identifikasi kondisi ketahanan wilayah strategis dalam rangka melaksanakan
rentan terhadap bahaya. Bahaya alam (natural dari segi ketersediaan sumber daya pembangunan di segala bidang, yang bertujuan
hazard) adalah alamiah, namun bencana alam manusia terlatih (tenaga medis, m e n i n g k a t k a n p e r t u m b u h a n d a n
(natural disaster) bukan alamiah karena terjadi paramedis, polisi, petugas pemadam pengembangan wilayah. Akan tetapi, adalah
pada kondisi kerentanan yang dihasilkan oleh kebakaran, hansip, militer, kelompok kenyataan bahwa daerah kabupaten/kota di

sistem manu-sia (human systems). sukarelawan, dll.) Indonesia pada umumnya terletak pada lokasi-
Kerentanan ("vulnerability") dapat dalam  i d e n t i f i k a s i s e m u a k e m u n g k i n a n lokasi yang rawan terhadap bencana alam, dan
bentuk sosial, ekonomi, budaya, organisasi konfigurasi pola dan struktur fisik tata karena sangat heterogen dan pluralnya sistem
atau politis, dan kondisi bangun-bangunan. ruang yang aman dan berwawasan sosial dan perekonomian yang ter-jadi juga
Oleh karena itu beberapa peran dan keamanan terhadap bencana sekaligus rawan terhadap bencana sosial,
fungsi pemerintah daerah yang mendasar  identifikasi semua kebijakan dan bencana teknologi, atau bencana buatan
dalam kaitan dengan mitigasi bencana ini peraturan perundang-undangan yang manusia lainnya.

adalah: berlaku saat ini yang terkait dengan Persoalan mendasar dan cenderung
1. Merencanakan dan mengembangkan manajemen bencana, misalnya klasik yang dihadapi dalam proses
pola dan struktur sosial, ekonomi, dan tata mengenai Satuan Pelaksana (SATLAK) perencanaan pembangunan dan penataan
ruang wilayah/kawasan yang mampu Penanggulangan Bencana atau yang ruang adalah kurang/ tidak tersedianya data
mengurangi resiko/ dampak yang nantinya berbentuk Badan dan/atau informasi yang diperlukan sehingga
ditimbulkan oleh bencana alam dan Penanggulangan Bencana Daerah (UU optimalisasi hasil tidak dapat dicapai.
bencana buatan manusia lainnya, sesuai No. 24 Tahun 2007) identifikasi semua Dalam konteks bencana alam, persoalan
dengan peta resiko bencana yang ada. kemungkinan berwawasan 'mitigasi semakin jelas dengan tidak tersedianya

2. Mengidentifikasi dan menyusun program- bencana' akan mencakup: data/peta yang memadai mengenai bahaya
program pembangunan wilayah dan kota  usaha, kegiatan, dan pengaturan alam tersebut. Hal ini lebih didramatisir lagi
sebagai pedoman usaha, kegiatan dan pemanfaatan ruang (program dan dengan kenyataan bahwa pemerintah daerah
pengaturan bagi pemanfaatan ruang proyek pembangunan, pengaturan biasanya beralasan tidak mempunyai biaya

wilayah/ kawasan yang berwawasan perangkat insentif-disinsentif, dll.) cukup untuk pekerjaan menyiapkan data/peta
keselamatan dan aman terhadap yang berorientasi pada keamanan yang dibutuhkan, dan ironisnya seringkali justru
bencana. dan pengamanan ruang wilayah dan pemerintah daerah dalam melakukan
3. Mengidentifikasi dan menyusun pedoman kota dari bencana perencanaan pembangunan kota dan/atau
pengendalian pembangunan dan  identifikasi semua kemungkinan perencanaan tata ruang hanya berasumsi
pemanfaatan ruang yang berwawasan usaha-usaha proaktif pengendalian bahwa data, informasi, peta dan lain-lainnya
mitigasi bencana. p e m a n f a a t a n r u a n g t e r u t a m a telah tersedia.
Pelaksanaan keseluruhan peran dan perizinan untuk penanggulangan Perencanaan pembangunan daerah dan
fungsi tersebut di atas harus sebesar mungkin preventif maupun represif pada penataan ruang adalah sebuah proses yang

JUNI 2007 10
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17
menerus, dan berisi keputusan dan pilihan- berbeda, misalnya harus melakukan ditolerir oleh lingkungan hidup atau
pilihan mengenai berbagai altematif mikrozonasi untuk gempa, tetapi justru melampaui daya dukung
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk makro-zonasi jika iintuk banjir, dan lingkungannya.
mencapai tujuan tertentu pada waktu tertentu sebagainya. Untuk memperoleh Peta Risiko c. B a n y a k t e r d a p a t p e n e r a p a n
di masa mendatang. Sudah seharusnya Bencana tersebut, harus pula dilakukan pengelolaan kegiatan di kawasan
bahwa salah satu tujuan perencanaan tersebut terlebih dahulu analisis atau penilaian rawan bencana alam yang tidak
adalah terciptanya kesejahteraan wilayah terhadap kerentanan wilayah jika dihadapkan menunjang upaya konservasi
(place prosperity) dan kesejahteraan pada kemungkinan terjadinya suatu hazard lingkungan hidup, yang dipengaruhi
masyarakatnya (people prosperity) yang bahaya. Untuk kemudian dibuat pula oleh faktor kesadaran masyarakat dan
tercipta karena dapat dihindarinya korban jiwa, penilaian agregat kerentanan wilayah skala ekonomi kegiatan.
harta-benda, dan lingkungan, yang tersebut untuk semuajenis bahaya. Penilaian d. Kurangnya penyebarluasan informasi
sebenamya tidak perlu akibat bencana alam berikutnya adalah kondisi kapasitas tentang faktor penyebab, potensi
maupun ulah manusia, melalui usaha-usaha penanggulangan yang dipunyai wilayah kejadian, dan akibat yang ditimbulkan
mitigasi. Untuk itu analisis penilaian resiko setempatj ika terjadi serangan oleh bencana longsor ke seluruh
bencana (risk assessmenf) adalah suatu hazard/bahaya, baik satu demi satu lapisan masyarakat yang secara
keharusan. maupunjika bersamaan. langsung mengelola kawasan-
Untuk pengendalian pemanfaatan kawasan rawan bencana longsor.
IV. MODEL PENETAAN RUANG BERBASIS ruang wilayah, perlu dipikirkan kembali 4. RTRWN, sebagai pedoman spasial
MITIGASI kedinamisan aspek sumberdaya alam dan pelaksanaan pembangunan, telah memuat
lingkungan yang terjadi seiring dengan kebijakan dan strategi pengelolaan
UU No. 24 tahun 2007 tentang proses pembangunan wilayah sehingga kawasan rawan bencana alam, yang harus
Penanggulangan Bencana telah menetapkan dapat segera dilakukan penyesuaian yang ditindaklanjuti dengan tindakan nyata dari
bahwa pemerintah daerah menjadi dianggap perlu berdasarkan kesepakatan seluruh pemangku kepentingan.
penanggung jawab dalam penyelenggaraan baru yang dicapai di antara para stakeholders 5. Kebijakan Bidang Penataan Ruang masih
penanggulangan bencana di daerahnya perencanaan dan pembangunan yang perlu diterjemahkan ke dalam langkah-
masing-masing. Salah satu tanggung jawab berimplikasi pada penilaian dan penyesuaian langkah operasionalisasi sebagai berikut
pemerintah daerah adalah untuk kembali risiko bencana dan persoalan a. Tahap perencanaan tata ruang
"pengurangan risiko bencana dan pemaduan lingkungan yang dapat ditanggung bersama  analisis dalam rangka perencanaan
pengurangan risiko bencana dengan program di wilayah yang bersangkutan. tidak dibatasi pada wilayah
pembangunan" (Pasal 8 butir c.). Sementara Oleh karena itu, aspek perencanaan perencanaan saja, namun
itu salah satu kewenangan pemerintah daerah tata ruang yang lebih komprehensif ke depan, mencakup wilayah yang lebih luas
adalah untuk "pembuatan perencanaan basis perencanaan tata ruang seharusnya hingga mencakup satu kesatuan
pembangunan yang memasukkan unsur- diubah ke skala kawasan fungsional yang wilayah ekologi;
unsur kebijakan penanggulangan bencana" lebih luas, misalnya Wilayah Aliran Sungai  dilakukan perhitungan neraca
(Pasal 9 butir b.). Dalam situasi tidak/belum (DAS), mengingat bahwa fenomena lingkungan sebagai dasar alokasi
terjadi bencana, penyelenggaraan terjadinya bencana alam, non-alam, maupun pemanfaatan ruang;
penanggulangan bencana diantaranya sosial seringkali tidak dapat dimitigasi secara  perhatian terhadap daya dukung
meliputi "pelaksanaan dan penegakan parsial dalam batas-batas administratif dan daya tampung lingkungan;
rencana tata ruang" (Pasal 35 butir f.). Hal itu daerah saja. Hal ini diperlukan khususnya  alokasi ruang yang sesuai antara
tentunya hanya bisa dilaksanakan jika rencana untuk memperoleh kesepakatan regional jenis kegiatan dan karakteristik
tata ruangnya telah disusun berbasis mitigasi yang memang secara hazard/bahaya tidak ruang/ lokasi;
bencana, dalam artian telah memasukkan dapat dipisahkan oleh batas administratif.  penyusunan rencana detail
pertimbangan perencanaan penanggulangan sebagai operasionalisasi rencana
bencana, pengurangan risiko bencana, V. PENUTUP tata ruang yang bersifat umum;
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan  konsistensi substansi pengaturan
pembangunan, dan persyaratan analisis risiko Dari berbagai uraian di atas, diperlukan antar tingkat rencana, mulai dari
bencana. Penegasan fungsi pelaksanaan perhatian sebagai berikut: RTRWN, RTRWP, hingga RTRWK;
penataan ruang sebagai kegiatan mitigasi 1. Dilihat dari sudut pandang penataan  keterlibatan stakeholders dalam
bencana ini lebih lanjut ditegaskan dalam ruang, salah satu tujuan pembangunan proses perencanaan tata ruang.
Pasal 47, dan bahkan "perencanaan tata yang hendak dicapai ditemui kendala
ruang"-nya harus diawasi oleh pemerintah masih banyaknya permasalahan yang b. Tahap pemanfaatan ruang:
daerah sebagai bagian dari tahapan dihadapi seperti semakin meningkatnya  peningkatan kepatuhan pemangku
penanggulangan bencana [Pasal 71 ayat(2)]. frekuensi dan cakupan bencana, kepentingan terhadap rencana tata
Berdasarkan berbagai ketentuan UU lingkungan perumahan kumuh terutama ruang yang telah ditetapkan;
Penanggulangan Bencana tersebut di atas, di kawasan perkotaan besar dan  penerapan pola pengelolaan
berikut ini beberapa gambar proses dan metropolitan, semakin menurunnya kegiatan berwawasan lingkungan;
prosedur perencanaan kota berbasis mitigasi kualitas lingkungan hidup di kawasan  penerapan rekayasa perlindungan
bencana yang harus diperhatikan dan perkotaan akibat penurunan luas ruang kawasan dari ancaman bencana;
dilaksanakan oleh pemerintah daerah ke terbuka hijau, dan sebagainya.  rehabilitasi lingkungan hidup untuk
depan, terutama dalam evaluasi dan revisi 2. Bencana alam akhir-akhir ini mendapat mengembalikan kualitas
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal ini perhatian besar sehubungan dengan lingkungan yang mengalami
sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 berbagai kejadian yang menimbulkan penurunan akibat
tentang Penataan Ruang khususnya dalam kerugian besar berupa korban jiwa,
masa transisi 2 tahun untuk RTRW Provinsi kerusakan lingkungan permukiman, C. Tahap pengendalian pemanfaatan
dan 3 tahun untuk RTRW Kabupaten/Kota, hilangnya harta benda masyarakat, serta ruang:
maupun UU No. 24 Tahun 2007 yang kerusakan sarana dan prasarana  penetapan dan penerapan
menyatakan bahwa pelaksanaan dan penunjang dan aktivitasnya. Hal ini telah peraturan zonasi;
penegakan rencana tata ruang untuk menyadarkan kita semua akan perlunya penerbitan izin pemanfaatan ruang
mengurangi risiko bencana perlu dipantau dan reposisi perilaku manusia dalam secara selektif;
dievaluasi secara berkala (Pasal 42). Untuk mengelola lingkungan hidupnya. pengenaan sanksi secara tegas
melakukan perencanaan tata ruang berbasis 3. Meningkatnya frekuensi kejadian dan konsisten terhadap
mitigasi bencana, diperlukan Peta Risiko bencana alam tidak dapat dilepaskan dari pelanggaran pemanfaatan ruang;
Bencana Wilayah yang merupakan agregat isu strategis yang berkembang saat ini, penerapan mekanisme insentif dan
dari keseluruhan penilaian terhadap berbagai antara lain: disinsentif untuk meningkatkan
jenis bencana yang berpotensi untuk terjadi di a. Tingginya alih fungsi lahan berfungsi perlindungan kawasan rawan
wilayah tersebut, baik sebagai bahaya utama lindung yang mengakibatkan bencana.
(main hazard} atau bahaya ikutan (collateral penurunan kualitas lingkungan hidup. Catatan:
hazard). Untuk itu Peta Risiko Kebencanaan b. Maraknya pengembangan kegiatan Diperoleh dari berbagai sumber yang
harus segera distudi dan dibuat, sesuai yang tidak sesuai dengan berkaitan dengan Undang-undang Penataan
dengan karakteristik bahaya (hazards) yang karakteristik kawasan, baik dilihat Ruang Nomor 26 tahun 2007 dan Undang-
mungkin timbul, sehingga misalnya nanti dapat dari jenis maupun intensitasnya, undang Penanggulangan Bencana Nomor 24
diidentifikasi kebutuhan tindakan yang sehingga dampaknya tidak dapat tahun 2007.

13 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
g. Terciptanya kegiatan produktif yang
merupakan dampak dari kegiatan
Pengembangan Desa Mandiri Energi h.
pemanfaatan energi setempat
Penyerapan tenaga karja baru baik
di Provinsi NTB secara langsung yang menangani unit
pembangkit energi atau pun tidak
Oleh: Ir. M. Ilham Israil, MM langsung dengan menangani kegiatan
produktif yang ditumbuhkan.
Komponen, Kriteria dan Kategori Dalam perencanaan pengembangannya,
Latar Belakang Program DME terdapat 2 (dua) tipe DME yaitu 1) DME berbasis
Pengembangan Desa Mandiri Komponen program DME adalah : Non BBN meliputi: Mikro Hydro, tenaga angin /
Energi baru-baru ini dicanangkan oleh a. Penyediaan energi lokal terbarukan bayu, tenaga surya, biogas dan biomassa; 2)
Presiden DR. Susilo Bambang yang terjangkau dan berkelanjutan baik DME berbasis BBN meliputi energi berbasis
Yudhoyono di Desa Tanjungharjo, Kecamatan berupa pembangkitan dan distribusi atau pun jarak pagar, kelapa, kelapa sawit, singkong dan
Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah pada proses pengolahan BBN dan lainnya; tebu. Namun kenyataan di lapangan,
tanggal 21 Februari 2006. Saat ini di b. Pemberdayaan masyarakat untuk dimungkinkan terjadi kombinasi antar kedua
Indonesia, lk 45% desa dari 70 ribu desa se- pengoperasian, pemeliharaan, dan jenis tersebut. Misalnya satu desa dapat
Indonesia dikategorikan sebagai desa pengelolaan kegiatan produksi dan mengembangkan jarak pagar sekaligus
tertinggal dan minim infrastruktur, termasuk distribusi energi lokal terbarukan yang mengembangkan mikrohidro, tenaga angin,
akses masyarakat pada ketersediaan energi. terjangkau dan berkelanjutan; dan biogas asecara bersamaan.
Desa Mandiri Energi (DME) adalah c. Pemberdayaan masyarakat bagi
d e s a ya n g m a s ya ra k a t nya m e m i l i k i p e m a n f a a t a n e n e r g i u n t u k Program Desa Mandiri Energi (DME)
kemampuan dan mampu memenuhi lebih dari peningkatan produktivitas, Untuk mewujudkan DME sesuai
60% kebutuhan listrik dan bahan bakar dari kesempatan kerja dan kesejahteraan dengan apa yang diharapkan harus
sumber energi terbarukan. Sumber energi
 rumah tangga dilaksanakan beberapa program yang saling
t e r b a r u k a n i n i d i h a s i l k a n m e l a l u i Kriteria penentuan lokasi DME sebagai berikut mendukung yaitu:
pendayagunaan potensi sumberdaya : 1. Pemanfaatan sumber daya
setempat. Desa Mandiri Energi merupakan a. Desa\kawasan adalah satu atau energi setempat, baik untuk menghasilkan
salah satu program agar desa bisa memenuhi sekelompok desa yang masyarakat serta e ne rgi l is tr ik maupun bahan bakar.
kebutuhan energinya sendiri, sekaligus wilayahnya kurang berkembang Pengembangan listrik perdesaan yang

menciptakan lapangan kerja, mengurangi b. Tersedianya sumber energi terbarukan merupakan proyek pemerintah untuk
pengangguran dan kemiskinan, dengan c. Harga bahan bakar minyak mahal memanfaatkan energi setempat non BBN dapat
mendorong kemampuan masyarakat akan d. Adanya partisipasi masyarakat dalam dijadikan” pembuka” untuk pengembangan

penggunaan sumberdaya setempat. Melalui proses penyediaan dan pengelolaan DME. Penyediaan listrik dapat dilakukan dengan
program tersebut, diharapkan ketergantungan energi sistem off-grid atau on-grid. Prioritas utama

pasokan enegi kepada pihak/ daerah lain dapat e. Adanya kelembagaan di masyarakat diberikan pada tenaga air skala kecil (mikro
dikurangi dan masyarakat perdesaan tidak dalam proses penyediaan dan hidro, PLTMH), kemudian tenaga angin dan
melulu hanya bergantung pada BBM
 pengelolaan energi tenaga surya (PLTS) sebagai prioritas terakhir.
khususnya minyak tanah dalam memenuhi f. Adanya dukungan/komitmen dari Selanjutnya, pengembangan tanaman
kebutuhannya sehari- hari. pemerintah daerah berupa penyediaan penghasil bahan bakar nabati dapat menjadi
 l a h a n , p e n d a n a a n , r e g u l a s i entry point dalam meningkatkan perumbuhan
Maksud dan Tujuan infrastruktur dan lain-lain. ekonomi perdesaan.
Maksud dari pengembangan DME

adalah untuk memenuhi kebutuhan energi
masyarakat perdesaan dengan potensi energi
yang tersedia di lokasi setempat. Tabel-1 Daftar Desa Usulan DME Provinsi NTB Tahun 2007
 Tujuannya adalah 1) meningkatkan
produktivitas, kesempatan kerja dan
Kabupaten Kecamatan Lokasi / Desa Sumber Energi Terbarukan Pemanfaatan Awal Instansi
kesejahteraan melalui penyediaan energi
t
 e r b a r u k a n y a n g t e r j a n g k a u d a n
berkelanjutan. 2) mengurangi penggunaan Sekotong Tengah Buwun Mas Tenaga Surya Untuk Penerangan ESDM
Lombok Barat BBN Untuk Bahan Bakar Deperin
minyak tanah, 3) menjadikan kegiatan

Bayan Akar-Akar BBN Untuk Bahan Bakar PDT
penyediaan energi sebagai entry point dalam

pengembangan kegiatan ekonomi perdesaan Lombok Batukliang Utara Lantan Tenaga Air Skala Kecil Untuk Penerangan ESDM
Tengah
dan 4) menggunakan semua sumberdaya dari Tenaga Surya Untuk Penerangan ESDM

pemerintah, pemerintah daerah, BUMN dan Pujut Prabu BBN dan Biogas Untuk Penerangan/ ESDM
Bahan Bakar
swasta. Tumpak Tenaga Angin Untuk Penerangan ESDM
Pangengat BBN Untuk Bahan Bakar Deptan
Sasaran dan Target Tahun 2007
Lombok Timur Pringggabaya Menanga Baris BBN Untuk Bahan Bakar Deptan
 Sasaran yang diinginkan dalam
BBN Untuk Bahan Bakar Deptan
pengembangan DME di Provinsi Nusa
BBN Untuk Bahan Bakar Deperin
Tenggara Barat adalah memenuhi kebutuhan

energi desa miskin, desa tertinggal, desa BBN Untuk Bahan Bakar PDT

transmigrasi, desa pesisir dan desa di pulau-


 Jerowaru Pemokong Tenaga Surya Untuk Penerangan ESDM
pulau kecil. DME dilaksanakan bertahap dan Sekongkang Talonang Tenaga Surya Untuk Penerangan ESDM
dapat dimulai dengan prioritas desa binaan Sumbawa BBN Untuk Bahan Bakar Deperin
 Barat
yang saat ini sedang dikembangkan oleh BBN Untuk Bahan Bakar PDT
berbagai instansi terkait: Departemen Batulanteh Baturotok Accu Untuk Penerangan ESDM
Perindustrian, Departemen Pertanian, BBN Untuk Bahan Bakar Deperin
Sumbawa
Departemen ESDM, dan Kementerian PDT.
BBN Untuk Bahan Bakar PDT
Target Pemerintah Provinsi NTB
Kilo Teropo Tenaga Surya/Bayu Untuk Penerangan ESDM
tahun 2007, pengembangan DME berbasis Dompu
Manggelewa Sukadamai BBN Untuk Bahan Bakar
bahan bakar nabati (BBN) dan Non BBN dapat
mencapai 15 desa sebagaimana tersebut Langgudu Kerampi Tenaga Surya/Bayu Untuk Penerangan ESDM
Bima Waduroka
dalam Tabel-1. Tambora Kawindatoi Tenaga Air Skala Kecil Untuk Penerangan PDT

JUNI 2007 12
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

2. Pengembangan/penciptaan kegiatan pengembangan DME dalam bentuk: pusat


produktif yang menggunakan energi pembibitan, pengembangan perkebunan, 2. Listrik Pedesaan
konvesional unit pengolahan, Unit pengelolaan dan
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam distribusi dan capacity building. Melalui program listrik perdesaan, Pemerintah
memenuhi kebutuhan energi (pompa air Pengembangan DME juga dikoordinasikan dan PT PLN mengembang-luaskan jaringan
tenaga surya / angin, pengering tenaga dengan anggaran dari sumber-sumber lain listrik di desa terpencil dengan memanfaatkan
surya/ biomassa, telekomunikasi berbasis yaitu APBN / APBD, BUMN dan Swasta. Pada sumber energi terbarukan yang ada di daerah
tenaga surya, dll) T.A. 2007, pengembangan DME berbasis tersebut. Pemanfaatan itu terutama ditujukan
energi setempat sebagian pendanaannya untuk memenuhi kebutuhan energi dan memicu
Untuk memperlancar program telah tersedia melalui APBN (program listrik tumbuhnya kegiatan produktif. Rencana
tersebut, perlu adanya dukungan perdesaan) dan APBD, dan yang masih pengembangan listrik perdesaan
kelembagaan seperti pola inti plasma untuk diperlukan lagi adalah anggaran tambahan memprioritaskan pemanfaatan tenaga air skala
DME berbasis BBN dan kelembagaan di tingkat untuk penciptaan kegiatan produktif sehingga kecil dengan pertimbangan lingkungan, biaya
masyarakat untuk mengelola pembangkit tujuan DME dapat tercapai. Beberapa jenis dan penciptaan kegiatan produktif. Adapun
energi (maintenance dan operasi) untuk DME kegiatan produktif yang tersedia dan yang pemanfaatan tenaga angin dan tenaga surya
berbasis non BBN. Kelembagaan yang sesuai akan dibangun disajikan dalam Tabel-2.
kondisi masyarakat setempat dibentuk untuk berikut ini.
menjamin keberlanjutan program. Bentuk
kelembagaan dapat berupa koperasi,
penguyuban atau badan usaha desa, yang Tabel-2. Contoh Kegiatan Produktif
pembentukannya dilakukan secara terbuka,
selektif dan objektif. Lembaga masyarakat No. Teknologi / peralatan Lokasi pengembangan Penyerapan tenaga
tersebut diharapkan mampu mengidentifikasi kerja permesin
permasalahan, memilih sumber energi, 1. Mesin penggiling padi pada setiap lokal PLMTH 2-3 orang
melakukan perencanaan dan pengelolaan 2. Mesin penggiling kopi/ produk pertanian Lokasi perkebunan rakyat 2-3 orang
proyek DME. Peran pemerintah pusat dan lainnya
daerah tetap dalam koridor fasilitasi dan 3. Pengering Pengering produk pertanian seperti
memberikan bantuan pembangunan kakoa,kopi, ikan 2 orang
pembangkit energi.
4. Pendingin Sentra produksi ikan 2 orang
Kegiatan Desa Mandiri ENERGI 5. Mesin lainnya yang digerakkan oleh motorl perumahan 1 orang
listrik seperti mesin bordir, pertukangan,
1. Pendanaan DME perbekalan, jahit pakaian/border,dll
6. Peternakan Sentra peternakan 2 orang
Dalam pembiayaan DME, pemerintah pusat
memberikan dana inisiasi untuk 7. Pabrik pengolah makanan (tahu, tempe,dll) Sentra industri kecil 2 orang

''Program pengembangan DME dilaksanakan secara anggota DPRD serta tokoh masyarakat serta para
Pengembangan Desa Mandiri bertahap dan dimulai dengan desa binaan instansi kelompok tani dan masyarakat sekitar desa Tanjung
Energi Berbasis Plasma pemerintah, BUMN maupun swasta,'' papar Menteri Harjo.
Rabu, 21 Februari 2007 ESDM Purnomo Yusgiantoro. Diuraikan oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro,
Seperti sejumlah desa di Kabupaten Grobogan. pada acara pencanangan DME tersebut terdapat 1200
Misal, di desa Tanjung Harjo tempat acara hektar kebun jarak pagar yang tersebar di berbagai
Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) yang akan
pencanangan DME, yang masuk Kecamatan Brati, desa di Kabupaten Grobogan yang dikembangkan
dilakukan secara tersebar ke seluruh pelosok
Grobogan terdapat 500 hektar kebun jarak binaan menjadi basis pengembangan DME. Sejumlah BUMN
Indonesia menggunakan pola plasma-inti. Pola inilah
Perum Perhutani. Sedang di desa Kaladung sari dan terlibat sebagai pembinanya, antara lain Perum
yang selanjutnya diterapkan sebagai penggerak
Kalungbendo seluas 100 hektar binaan PT Rajawali Perhutani dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
pengembangan produk bahan bakar nabati berbasis
Nusantara Indonesia (RNI). Serta 400 hektar kebun Acara pencanangan pengembangan DME ditandai
jarak pagar yang diharapkan bisa mengurangi
jarak rakyat di 16 kecamatan lainnya. dengan penyerahan secara simbolis buku Panduan
ketergantungan masyarakat desa terhadap bahan
Pengembangan Desa Mandiri Energi kepada sejumlah
bakar minyak, khususnya minyak tanah.
Gubernur, Bupati dan Kepala Dinas Pertamina oleh
''Secara umum pengembangan DME berbasis jarak
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Buku-buku
pagar terdiri 6 plasma yang masing-masing
tersebut merupakan terbitan Departemen ESDM, Tim
mengelola 50 hektar,'' papar Menteri ESDM Purnomo 1200 Hektar Jarak Pagar Di Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati dan PT
Yusgiantoro saat menyampaikan laporan kepada
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat Grobogan Awali Desa Mandiri RNI.
Selain penyerahan buku panduan, Presiden Susilo
pencanangan Desa Mandiri Energi di desa Tanjung Energi Bambang Yudhoyono juga menyerahkan bantuan dana
Harjo, Kecamatan Brati, Grobogan, Jawa Tengah,
Rabu, 21 Februari 2007 sebesar Rp 10 miliar kepada 15 Kelompok Tani.
Rabu (21/2).
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dana
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, setiap
Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah terpilih sebagai tersebut berasal dari Program Kemitraan dan Bina
plasma akan memiliki alat pengepres dan penyaring
lokasi pencanangan pengembangan Desa Mandiri Lingkungan (PKBL) PT Pertamina. ''Dana tersebut
biji jarak serta alat untuk membuat briket ampas
Energi (DME). Hari Rabu (21/2) ini, pencanangan sebagai dana inisiasi untuk mengembangkan Desa
biji jarak. Setiap plasma membutuhkan sedikitnya 3
DME dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Mandiri Energi melalui budidaya tanaman jarak pagar
orang untuk mengolah bijih jarak menjadi minyak
Yudhoyono bertempat di desa Tanjung Harjo, sampai dengan produk minyak,'' papar Menteri ESDM
kasar. Tenaga itu belum termasuk tenaga kerja
Kecamatan Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah. Purnomo Yusgiantoro.
untuk budidaya tanaman jarak pagar.
''Desa Mandiri Energi merupakan program Pada acara tersebut juga melakukan kunjungan ke
Selanjutnya ke enam plasma akan berkoordinasi dan
melepaskan ketergantungan masyarakat desa lokasi desa percontohan Desa Mandiri Energi (DME).
membentuk satu inti dengan tenaga kerja sedikitnya
terhadap minyak tanah,'' ujar Menteri Energi dan Selanjutnya dilangsungkan temu wicara antara
5 orang. ''Mereka inilah yang akan mengolah semua
Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan para
minyak jarak kasar menjadi minyak jarak lebih
menyampaikan laporan dihadapan Presiden Susilo pemangku kepentingan dari Desa Mandiri Energi.
murni sebagai pengganti minyak tanah,'' papar
Bambang Yudhoyono yang didampingi Ibu Ani Susilo Tampak sebagai peserta mengenakan kaos t-shrit
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Selain itu juga
Bambang Yudhoyono. Selain itu program ini juga berwarna hijau pupus sebagai lambang warna bahan
bisa untuk bahan bakar industri maupun
bertujuan menciptakan lapangan kerja serta bakar nabati.
transportasi.
mengurangi kemiskinan. [Sumber: www.esdm.go.id]
Indonesia yang memiliki 70 ribu desa, 45%
diantaranya adalah desa tertinggal berpotensi Hadir pada acara tersebut sejumlah Menteri
dikembangkan sebagai basis DME. Selain bisa untuk Kabinet Indonesia Bersatu, Pimpinan Komisi VII
memenuhi kebutuhan energi sendiri, DPR-RI, Kepala LPND terkait, Tim Nasional
pengembangan DME juga akan menciptakan Pengembangan Bahan Bakar Nabati, sejumlah
lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan. Gubernur, para Bupati. Selain itu juga dihadiri para

15 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN

Sumber Dampak dan Pengelolaan Lingkungan


pada PLTU Batubara Tahap Operasi
Oleh: Ir. Yuliadi Ismono, Msi

Meningkatnya pembangunan dan lingkungan dari operasi PLTU bahan bakar minyak pelabuhan sedemikian rupa sehingga dinding
dan gas. kapal dapat masuk di bawah dermaga dan
percepatan pertumbuhan ekonomi batubara yang tercecer dapat ditampung.
menuntut pasokan energi listrik yang Tabel-1 Performa Lingkungan pada PLTU
cukup dan murah. Harga minyak
mentah (crude oili) dunia ke level US Bahan Bakar Batubara Minyak Bumi Gas
$ 95 per barrel membuat kecemasan Performa Lingkungan
berbagai pihak termasuk pelaku
usaha karena akan memicu kenaikan Carbon content (kg C/GJ) 23.2 - 26.4 20.2 13.8
biaya produksi dan produk ekspor CO2 emission (g CO2/kWh) 900 - 1,000 720 - 800 500 - 550
tidak mampu bersaing dengan SO2 emission (g SO2/kWh) 5 - 502 3 - 303 < 0.003
kompetitornya. NOx emission (g NOx/kWh) 3 - 64 1.5 - 3.85 0.7 - 2.5
Emisi partikel (g/kWh) 1-5 0.2 - 2.0 < 0.01
Upaya alih sumber energi dari bahan
bakar minyak ke batubara terus menggelinding,
demikian juga pada industri penyedia jasa Sumber : Skeates, 1995
pembangkitan seperti PLN dan PT Power B. Penimbunan batubara
Indonesia. SUMBER DAMPAK Pengelolaan rembesan air dari penimbunan
Menipisnya cadangan minyak bumi Operasi PLTU Batubara dapat menimbulkan dampak batubara dapat dilakukan yakni melapisi dasar
dan menurunnya kegiatan eksplorasi migas pada terhadap lingkungan, di antaranya bersumber dari lokasi penimbunan dengan bahan kedap air untuk
era otonomi ini, memaksa Pemerintah lokasi pembongkaran dan penimbunan batu bara, meminimalisir rembesan ke bawah permukaan
penimbunan bottom ash dan air pendingin (air tanah. Drainase air limpasan perlu dibuat termasuk
mencanangkan percepatan pembangunan PLTU
bahang). pembangunan kolam atau bak air penirisan
Batubara 10.000 Mega Watt pada 2007 2010.
Sumber dampak dan dampaknya terhadap sehingga limbah yang memiliki pH di luar batas
Pencanangan ini berdasar pada melimpahnya ambang baku mutu dapat diolah atau di-treatment,
lingkungan pada operasi PLTU Batubara adalah :
cadangan batubara nasional sebanyak 6,7 milyar sebelum digelontorkan ke perairan umum.
a. Pembongkaran batubara di pelabuhan dan
ton tersebar di Sumatra, Kalimantan,. Sulawesi, c. Penanganan Fly dan Bottom Ash.
lokasi penimbunan
Kepulauan Maluku dan Papua. Pada saat pembongkaran dapat terjadi Pengelolaan fly ash dapat dilakukan dengan
PLTU batubara adalah salah satu tipe ceceran batubara ke dalam perairan ( laut ) memasang cerobong yang tingginya telah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) selain PLTU sehingga menurunkan kualitas air laut. Adanya diperhitungkan, memperhitungkan arah angin
Minyak dan Gas Bumi. Ditilik dari sisi lingkungan, rembesan dan air larian yang membawa dominan dan kecepatan angina normal,
pengoperasian PLTU Batubara berpotensi ceceran batubara pada lokasi penimbunan sehingga fly ash dapat tersebar ke areal yang
menimbulkan dampak negatif besar dan penting sehingga pH air larian di sekitar proyek lebih luas. Air batubara yang jatuh di bawah
yakni menurunkan kualitas udara dengan adanya meningkat dan bila tidak dikelola secara cerobong Bottom Ash harus dijebak oleh
emisi gas dan debu, menurunkan kualitas air benar, dapat menyebabkan pencemaran peralatan khusus (electrostatic presipitator)
permukaan oleh limbah air pendingin dan perairan di sekitarnya serta kontaminasi yang dipasang dekat cerobong sehingga bottom
airtanah. ash dapat langsung jatuh ke bawah cerobong.
ceceran bahan bakar. Ceceran, rembesan dan
b. Cerobong d. Emisi Gas ( SOx, NOx, CO )
limpasan air pencucian pada timbunan batubara
Energi gas SOx , NOx ,CO yang dihasilkan dari Pemasangan cerobong yang ketinggiannya telah
bila tidak ditangani dapat meresap, kemudian diperhitungkan dapat dilakukan untuk mengurangi
operasi PLTU Batubara bila tidak dikendalikan
mencemari air tanah. pencemaran udara. Pemasangan peralatan FGD (
(dikontrol) akan menimbulkan pencemaran
Adanya dampak negatif yang terjadi Flow Gas Desulfurization) dapat dilakukan bila
kualitas udara, meskipun untuk kadar emisi SOx
sudah pasti akibat adanya sumber dampak pada bergantung pada kandungan sulfur (belerang) pengelola memiliki dana, karena peralatan ini cukup
area pembangkitan. Sehingga, identifikasi pada batubara. mahal. Besar kecilnya emisi gas juga tergantung dari
sumber dampak harus dilakukan sejak dini agar c. Fly dan Bottom Ash. kandungan sulfur yang ada pada bahan baku
dampak negatif yang mungkin terjadi dapat Produk operasi PLTU Batubara yang menjadi batubara sehingga pengadaan batubara dengan
dikelola sedemian rupa oleh penyedia jasa sumber dampak terhadap kualitas udara kadar Sulfur (S) rendah sangat dianjurkan.
pembangkitan serta tidak melebihi ambang adalah adanya debu abu (Ash) batubara yang e. Limbah Bahang
batas baku mutu lingkungan. bertebangan (Fly Ash) dan yang jatuh di bawah Suhu limbah bahan umumnya tinggi sehingga
cerobong (Bottom Ash) harus diturunkan sebelum digelontor ke
TUJUAN d. Limbah Bahang. perairan terbuka. Untuk itu perlu dibuat kanal-
Operasi PLTU Batubara membutuhkan sistem kanal discharge channel yang panjang,
Tujuan mengetahui sumber dampak
pendinginan turbin yang mengakibatkan berkelok-kelok, dasar berombak sedemikian
pengoperasian PLTU Batubara ini adalah agar
adanya limbah bahang. Air limbah bahang ini rupa sehingga suhunya relatif sama dengan suhu
diketahui bobot dampaknya sehingga dapat perairan umum. Pembuatan dasar kanal yang
memiliki temperature (suhu) yang tinggi
dikelola lebih lanjut, dampak yang terjadi berombak dengan riak-riak mampu untuk
sehingga perlu pendinginan sampai suhunya
seminimal mungkin bila tidak dapat mempercepat penurunan suhu limbah bahang.
sama dengan suhu perairan di sekitarnya. Bila
menghilangkannya sama sekali. Diketahuinya pendinginan alamiah melalui kanal-kanal
sumber dampak pada operasi PLTU Batubara akan tidak tercapai hingga suhu umum perairan KESIMPULAN
membantu bagaimana langkah pengelolaan maka akan terjadi perubahan terhadap Sumbar dampak dan jenis dampak atas beroperasinya
lingkungan selanjutnya dilaksanakan terhadap kondisi ekosistem perairan di sekitarnya. PLTU Batubara perlu di identifikasi secara cermat
dampak negatif penting yang timbul. sehingga dampak negatif yang mungkin timbul, dapat
Sumber dampak tersebut di atas perlu dikelola untuk diminimalisir apabila dampak negatif
KARAKTERISTIK PLTU Batubara diketahui dan diidentifikasi secara cermat sehingga tidak dapat dihilangkan sama sekali. Pengelolaan
PLTU berbahan bakar batubara sudah akan berpengaruh pada disain pembangkitan lingkungan pada PLTU Batubara harus lebih
cukup lama dibangun dan digunakan di negara- termasuk sarana pendukungnya. Hal itu sebagai diperhatikan pelaksanaannya, karena PLTU Batubara
negara maju. PLTU terbagi atas tiga jenis bahan pedoman untuk langkah pengelolaan dampak yang diketahui sebagai pembangkit listrik yang kurang
bakar yakni PLTU berbahan bakar batubara (coal), mungkin terjadi. ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU minyak
minyak (oil) dan gas. Ketiganya memiliki dan gas bumi.
kelemahan dan kelebihan. Meskipun operasional PENGELOLAAN
PLTU Batubara relatif murah, pembangkit ini Beberapa langkah pengelolaan lingkungan DAFTAR PUSTAKA
dikenal kurang ramah lingkungan. Pada Tabel-1 di terhadap adanya dampak negatif pada 1. P.S. Marodjahan, 2007. Pengelolaan dan Sumber
bawah ini ditunjukkan bahwa performa lingkungan pengoperasian PLTU Batubara. Dampak Lingkungan pada Pembangkit Tenaga Listrik.
pada pengoperasian PLTU Batubara khususnya A. Pembongkaran Batubara di pelabuhan Kumpulan Bahan Kursus, Pusditek KEBT Jakarta
Carbon Contents, Emisi Carbon Monoksida (CO), Pengelolaan dampak ceceran batubara di 2. R.S. Skeates, Kenneth King, 1995. Environmental
SO2 dan NOx lebih tinggi dibandingkan performa perairan adalah dengan mendisain dermaga Consideration in Energy Development. Page 141.

JUNI 2007 14
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17
d. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan
atas kegiatan dan telah ditetapkan suatu tolok
ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya;
PARADIGMA PENGANGGARAN 2007 e. Salah satu syarat utama penerapan sistem ini
adalah digunakannya sistem akuntansi biaya
Sebuah sinopsis Perencanaan Anggaran sebagai alat untuk menentukan biaya masing-
masing program dan akuntansi biaya sebagai alat
Berbasis Kinerja untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran
dana;
Oleh: Mujitahid Iqbal f. Tolok ukur keberhasilan sistem ini adalah prestasi
dari tujuan atau hasil anggaran itu dengan
menggunakan dana secara efisien.
Penyusunan penganggaran APBN 2007 Pembantuan yang telah dilakukan kontrak dengan Prinsip lain yang perlu mendapat perhatian adalah
didasarkan pada Rencana Kinerja Pemerintah 2007, pihak ketiga. Pada kontrak terdapat selisih selbih sebagai berikut:
sebagai hasil kesepakatan dalam Musyawarah anggaran, dan demi efisiensi dilakukan revisi a. Pada kenyataannya semua dokumen anggaran,
Perencanaan Pembangunan Nasional diantaranya berupa penambahan volume pada baik perencanaan maupun pelaksanaan, seperti
[Musrebangnas] 2006 yang berlangsung cukup a lot. belanja modal di kegiatan pembangunan dan RKA-SK, RKA-KL, SAPSK, SRAA dan DIPA
Pada kesempatan tersebut, Departemen pemasangan PLTS, serta penambahan satu mata masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip
Energi dan Sumber Daya Mineral banyak anggaran kegiatan {MAK} berupa belanja Modal dasar Anggaran Berbasis Kinerja.
mendapatkan sorotan dari daerah, terutama Peralatan dan Masin pada kegiatan Pembangunan b. Keluaran (output) kegiatan dan harga satuan
Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia, yang Sumur Bor produksi/eksplorasi, yang berpengaruh yang dicantumkan, beberapa diantaranya tidak
mengklaim bahwa anggaran APBN 2006 tidak terhadap volume kegiatan. Dengan demikian terjadi termasuk jenis keluaran sesuai tupoksi satuan
memiliki kegiatan fisik sehingga tidak tampak adanya tiga kali revisi selam tahun anggaran 2007. kerja, melainkan termasuk jenis masukan
kegiatan yang mengarah ke belanja publik. (input).
Dengan berbagai pertimbangan dan HAL-HAL YANG BELUM DIATUR c. Keluaran (output) kegiatan harus sesuai
kebijakan, Departemen ESDM menjaga komitmen Dalam implementasi Real/Add Cost perencanaan dan dimuat dalam dokumen RKT
bahwasannya Dekonsentrasi sampai saat ini masih perjalanan dinas, aspirasi instansi teknis belum (Rencana Kerja Tahunan), dalam rangka
belum memiliki payung hukum yang memadai, terakomodir terutama dalam kegiatan perjalanan penyusunan LAKIP (Laporan Akuntabilitas
karena baru terdapat rancangan Keppres tentang eksplorasi dan survei lapangan. Hal ini perlu Kinerja Instansi Pemerintah).
dekonsentrasi yang pada intinya menggaris bawahi dipertimbangkan oleh pemerintah, terutama d. Harga satuannya harus sesuai dengan Harga
beberapa kewenangan provinsi di bidang energi dan Departemen Keuangan RI, dalam hal ini BPK dan Satuan Pokok Kegiatan, [Pada tahun 2007
sumberdaya mineral. Lembaga independen KPK. Permasalahan yang diubah menjadi Standar Biaya Khusus];
mendasar diantaranya: e. Tetapi ada Harga Satuan Pokok "Kegiatan"
KRONOLOGIS PENGANGGARAN 1. Bagaimana pertanggungan jawab atas biaya beberapa Kementerian/ Lembaga yang belum
survei yang tidak memanfaatkan akomodasi semua dicantumkan, melainkan masih ada yang
Setelah dilakukan koordinasi dan konsultasi hotel, sedangkan survei kebanyakan dilakukan merupakan Harga Satuan Pokok "Pekerjaan".
antara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral di lapangan dengan metode flying Camp, dan f. "Kegiatan" merupakan serangkaian tindakan
dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen bagaiman pula kasusnya bila lokasi hotel yang dilaksanakan satuan kerja sesuai tugas
Keuangan Republik Indonesia di Jakarta, dapat berjarak 4 hingga 5 jam perjalan dari lokasi pokoknya untuk menghasilkan keluaran. Jadi
didelegasikan beberapa aturan main dalam survei. Hal ini justru menimbulkan inefisiensi dalam satu "Kegiatan" akan terdapat beberapa
penyusunan RAPBN 2007, antara lain: terutama dalam pencapaian indikator sasaran tindakan dan tindakan inilah yang dapat
1. Penyusunan Anggaran APBN tetap mengacu kinerja; dikatakan sebagai "Pekerjaan".
pada RKP 2007, hasil kesepakatan dalam 2. K a s u s l a i n , d i a d a k a n s e b u a h g. Untuk suatu kegiatan dituntut adanya keluaran
Musrenbangnas 2006, yang tetap mengarah seminar/lokakarya atau Bimtek pada sebuah (output) yang jelas dan terukur sebagai akibat
pada Visi dan Misi Kabinet Pemerintahan yang hotel berbintang empat, sementara para panita dari pelaksanaan kegiatan
berlaku; pelaksananya terdiri dari pegawai non h. Harga Satuan Pokok setiap Kegiatan dapat
2. Acuan yang berlaku terutama satuan harga struktural dengan pangkat golongan III dan II. dihitung dengan membuat Analisa Biaya Satuan
dalam penyusun Rencana Kerja Anggaran Sedangkan dalam PMK 96 tahun 2006 ditaur, Keluaran (output) Kegiatan yang sudah
Kementerian/Lembaga [RKA-KL] dan Daftara bahwa akomodasi hotel bintang empat ditetapkan menurut tugas pokok dan fungsi,
Isian Pelaksanaan Anggaran [DIPA] berpatokan diperuntukkan bagi pejabat eselon II, dan kemudian ditentukan besarnya Biaya Per
pada Peraturan Menteri Keuangan RI No. akomodasi hotel bintang tiga diperuntukkan Satuan Keluaran (output) Kegiatan, dengan
96/PMK/2006, dan bila terdapat hal yang belum bagi pejabat eselon III, sedangkan hotel bintang memperhitungkan semua Input (masukan) yang
diatur didalamnya dapat mengacu pada Harga dua diperuntukkan bagi pejabat eselon IV dan diperlukan seperti :
Satuan Pokok dan Kegiatan yang berlaku di staf golongan III. Apa iya, semua panitia yang - Kebutuhan biaya untuk pegawai.
Pemerintahan Daerah masing-masing; notabene staf tersebut harus menginap dilain - Kebutuhan biaya untuk sarana dan
3. Kegiatan yang tidak mengarah ke belanja publik hotel seperti yang diatur dalam PMK tersebut. prasarana.
tetap dikategorikan sebagai kegiatan Apakah ini efektif dan efisien? - Kebutuhan biaya untuk pekerjaan-
Dekonsentrasi, sedangkan yang mengarah Alasan-alasan ini hendaknya dijadikan pekerjaan non fisik (rapat, sosialisasi,
kepada belanja publik dikategorikan psebagai pertimbangan pemerintah dalam hal ini Departemen seminar, dsb).
kegiatan Tugas Pembantuan, dan pada Keuangan Republik Indonesia untuk meninjau
aplikasinya diberikan tanda contengan rumput. kembali terhadap beberapa aturan yang telah
ditetapkan, hal ini tidak lain adalah untuk menjaga PERMASALAHAN YANG ADA
Dalam pelaksanaannya, menjelang sinergitas dan pengukuran kinerja sebagaimana a.
kinerja dalam bentuk outcome adalah sesuatu
semester kedua di awal juli 2007, barulah dikeluarkan dituntut dalam Peraturan Pemerintah nomor 39 yang tidak bisa dilihat dalam kurun waktu satu
edaran Menteri Keuangan yang mengatur tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan atau dua tahun, sehingga yang bisa dilihat
pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan. dalam kurun waktu tersebut hanya output;
96 tahun 2006 terutama terkait dengan belanja b. produk kegiatan pemerintahan seringkali tidak
perjalanan dinas yang mengarah pada Real Cost. KONSEPSI SISTEM PENGANGGARAN dapat diukur dalam satuan ukuran kuantitatif,
Adapun Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi sehingga pengukuran kinerja atas produk
NTB, telah melakukan revisi Anggaran pada awal  “Performance based budgeting direct link tersebut juga bukanlah hal yang mudah;
bulan Juni 2007 yang menitik-beratkan pada between allocating resources through the c. tidak mudah mengukur kinerja dalam bentuk
pemisahan Anggaran Dekonsentrasi dengan Tugas budget and performance in reaching stated outcome, pun dalam praktik kompetensi sumber
Pembantuan, sehingga terdapat Two in One DIPA. objectives” (Jack Diamond, IMF, 2003) daya manusia yang bisa merumuskan tolok
Berikutnya, keluar Surat Edaran Menteri  “Performance budgeting can be broadly ukur output dan outcome secara tepat tidaklah
Keuangan No. 2.343/MK.02/07 tanggal 30 Juli 2007, defined as any budget that presents banyak;
yang berisi aturan pemangkasan biaya perjalanan information on what agencies have done or d. bukanlah hal yang mudah untuk bisa mencapai
Dinas tidak mengikat lainnya sebesar 70%, dari sisa expect to do with the money provided”.(Allen praktik penganggaran berbasis kinerja yang
realisasi per 31 Juli 2007 sesuai SP2D dari KPPN. Schick, 2003) paling ideal;
Untuk kedua kalinya dilakukan Revisi RKA-KL dan e. Hingga saat ini di pemerintahan pusat maupun
DIPA, yang mana pada tataran pelaksanaannya tidak Pada dasarnya konsepsi memiliki sebuah daerah tidak ada Standar Pelayanan Minimum
diatur mengenai jumlah OH dan OT perjalanan, oerumusan sederhana, meliputi: (SPM) yang dapat digunakan sebagai dasar
semua sub kegiatan perjalanan dinas dijadikan 1 a. berorientasi kepada pendayagunaan dana menetapkan target outcome minimum, Padahal,
(satu) paket dengan pemblokiran anggaran sebesar yang tersedia untuk mencapai hasil yang konsep teoritis sistem penganggaran berbasis
70%, artinya anggaran bisa diatur fleksibel dengan optimal; kinerja mengharuskan keberadaan SPM, dan
satuan paket. Untuk selanjutnya, sisa anggaran b. tidak hanya didasarkan kepada apa yang juga sebuah Analisis Standar Biaya (ASB).
perjalanan yang masih bisa dipergunakan, diatur dibelanjakan saja, tetapi juga didasarkan F. belum ada unit kerja pemerintahan yang telah
sesuai kebijakan internal sebagai sebuah kepada tujuan atau rencana dengan dukungan memiliki ASB baku, ini beralasan, karena dasar
kesepakatan Kuasa Pengguna Anggaran dan anggaran memadai dan dijalankan secara penyusunan ASB adalah keberadaan suatu
Pejabat Pembuat Komitmen serta para pengguna efektif dan efisien; sistem akuntansi yang baik. Saat ini, praktik
anggaran, dalam hal ini para Kepala Sub Dinas. c. menitikberatkan pada segi penatalaksanaan akuntansi pemerintah masih dalam tahap
Dua bulan menjelang anggaran berakhir, dilakukan (management control), sehingga selain pengembangan, sehingga data akuntansi yang
revisi ketiga untuk mengatur kembali volume efisiensi penggunaan dana, juga hasil kerjanya dihasilkan untuk menyusun standar biaya untuk
kegiatan khususnya pada kegiatan Tugas diperiksa; kegiatan pemerintahan masih diragukan.

17 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
Dewasa ini sudah banyak tersedia peta
dengan berbagai macam skala dan theme
yang disajikan. Namun dengan
berkembangnya kebutuhan kita akan
PETA DIGITAL VECTOR UNTUK
informasi yang ada di dalam peta, maka tidak
mungkin semua kebutuhan informasi kita bisa
KEPERLUAN SIG
tercakup oleh peta-peta tersebut, updating
peta adalah merupakan sesuatu yang mutlak Oleh: Farid Ariyanto, ST
harus dilakukan. Mengapa peta yang sudah
ada belum bisa sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan kita? Diantaranya : pertama
cakupan peta dan ketelitan; sementara ini peta untuk kemudian disimpan dalam basis data. format jpg, bmp, tiff,dll bisa kita lakukan digitasi
Rupabumi terbitan Bakosurtanal telah d. Data Tabular, data berbentuk tabel on Screen.
menyediakan peta dengan skala 1: 25.000 dan berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data tabular dan data hasil pengukuran
skala 1: 10.000 dengan detail yang lengkap contoh data ini yang umumnya digunakan tersetris dapat kita munculkan secara otomatis
Namun tidak semua dari kita memilikinya. adalah data sensus penduduk, data sosial, dengan metode yang sesuai dengan software
Kemudian area yang membutuhkan informasi data ekonomi, dll. Data tabular ini kemudian di yang digunakan. Hal penting yang harus
lebih detail menuntut skala lebih besar Kedua, relasikan dengan data spasial untuk diperhatikan dalam membuat peta vektor
keperluan yang spesifik akan suatu tematik; menghasilkan tema data tertentu. adalah model data vektor merupakan model
misalnya peta geologi, peta tanah dan e. Data Survei (Pengamatan atau data yang berbasiskan pada titik (points)
sebagainya. Ketiga, data baru, bisa berupa pengukuran dilapangan), data ini dihasilkan dengan nilai koordinat (x,y) untuk membangun
hasil survey pengukuran atau data GPS. dari hasil survei atau pengamatan langsung obyek spasialnya. Obyek yang dibangun
Keempat, peta membutuhkan updating secara dilapangan. Contohnya adalah pengukuran terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa
berkala karena satu detail di saat ini bisa batas administrasi, pengukuran zonasi bahan titik (point), garis (line), dan area (polygon).
berbeda dengan detail itu pada lima atau galian dengan menggunakan metode survei Maka kita harus memisahkan mana obyek yang
sepuluh tahun yang lalu. Masih banyak lagi terestris. merupakan titik, garis atau poligon.
faktor yang membuat kita perlu mengupdate Cara yang paling cepat untuk dapat kita  Titik (point), merupakan representasi
suatu peta. lakukan adalah memebuat peta baru dengan grafis yang paling sederhana, tidak mempunyai
Untuk menutupi kebutuhan tersebut kita harus peta Raster sebagai peta dasar; data raster dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk
mencoba membuat peta sendiri diatas peta bisa digunakan sebagai tampilan latar simbol baik pada peta maupun dalam layar
yang sudah ada dengan cepat dan praktis. belakang (background) untuk suatu layer dari monitor. Contoh : Lokasi bor, Lokasi Fasilitas
Data yang dapat kita tambahkan bisa didapat obyek yang lain (vektor). Sebagai contoh foto pengamatan gunung berapi, dll.
dari berbagai macam sumber, diantaranya; udara ortho ditampilkan sebagai latar dari  Garis (line) bentuk linear yang
a. Citra Satelit, dapat dikatakan obyek jalan (lihat Gambar 8). Tiga sumber menghubungkan dua atau lebih titik dan
sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG utama dari peta dasar raster adalah foto merepresentasikan obyek dalam satu dimensi.
karena ketersediaannyasecara berkala. udara, citra satelit, dan peta hasil scan ( a, b, Contoh : Jalan, Sungai, dll. Harus diperhatikan
Dengan adanya bermacam-macam satelit di c) kapan satu garis dipenggal atau bersambung
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing- bergantung atributnya, misal jalan dapat kita
masing, data ini menggunakan satelit yang penggal, di titik perempatan
dapat merekam kondisi atau gambaran dari titik pertigaan. Ini berguna
permukaan bumi. Kita bisa menerima jika kita melakukan analisis
berbagai jenis citra satelit untuk beragam GIS berikutnya.
tujuan pemakaian. data ini biasanya Area (Poligon) Poligon
direpresentasikan dalam format merupakan representasi
raster.Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan obyek dalam dua
yang berhubungan dengan pemantauan dimensi.Contoh : Danau,
sumber daya alam di permukaan bumi Persil Tanah, kawasan
(bahkan ada beberapa satelit yang sanggup tambang dll. Kesalahan
merekam hingga dibawah permukaan bumi), membuat area diantaranya
studi perubahan lahan dan lingkungan, dan adalah bentuk visual yang
aplikasi lain yang melibatkan aktifitas manusia menggambarkan area ,
di permukaan bumi. tetapi ia merupakan
b. Foto Udara (Aerial Photographs), penggalan-penggalan garis
merupakan salah satu sumber data yang yang berhubungan sehingga berkesan suatu area.
banyak digunakan untuk menghasilkan data Gambar : Foto Udara (Raster) ditampilkan Sebagai
spasial selain dari citra satelit. Perbedaannya Latar dari Layer Jalan (Vektor)
dengan citra satelit adalah hanya pada
wahana dan cakupan wilayahnya. Biasanya Cara Kedua adalah mengkonversi peta raster
foto udara menggunakan pesawat udara. menjadi peta digital. Lebih lanjut dinyatakan
Secara teknis proses pengambilan atau oleh Karsidi (1996), bahwa untuk mengubah
perekaman datanya hampir sama dengan citra data peta menjadi data sistem informasi
satelit. Sebelum berkembangan teknologi geografi digital, maka ada dua proses yang
kamera digital, kamera yang digunakan dapat dilakukan yaitu melalui digitasi garis
adalah menggunakan kamera konvensional dan penyapuan (scanning). Dengan digitasi
menggunakan negatif film, saat ini sudah maka obyek-obyek di peta digambarkan
 ulang dalam bentuk digital menggunakan
menggunakan kamera digital, dimana data
hasil perekaman dapat langsung disimpan peralatan meja digitasi. Meja digitasi adalah
dalam basis data. Sedangkan untuk data lama alat perekam koordinat yang akan mencatat
(format foto film) agar dapat disimpan dalam posisi dan kursor yang dipakai untuk
basis data harus dilakukan conversi dahulu menggambar ulang obyek peta, diperlukan
dengan mengunakan scanner, sehingga ketelitian operator yang mengkonversi data,
dihasilkan foto udara dalam format digital. sehingga data yang diperoleh masih sesuai
Lebih lanjut mengenai spesifikasi foto udara (mendekati) seperti asl inya. Dilain pihak
akan dibahas dalam bab tersendiri. dengan teknik scanning, maka obyek-obyek Gambar : Contoh Representasi Data Vektor dan
c. Peta Analog, sebenarnya jenis data peta direkam ulang dengan alat optik yang Atributnya
ini merupakan versi awal dari data spasial, kemudian akan mengubah data rekaman
dimana yang membedakannya adalah hanya gambar ke dalam format raster (perlu Demikian uraian singkat ini yang hanya berupa
dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta diperhatikan resolusi scanner yang bekal permulaan untuk membuat peta digital
analog merupakan bentuk tradisional dari data digunakan agar data yang tersimpan tidak vektor. Tulisan berikutnya akan membahas
spasial, dimana data ditampilkan dalam banyak mengalami kehilangan detilnya atau yang lebih bersifat terapan yaitu membuat
bentuk kertas atau film. Saat ini peta analog mengalami degradasi resolusi). Dengan model 3D Pulau Lombok menggunakan
tersebut dapat di scan menjadi format digital mempergunakan format data image dengan perangkat lunaka ArcView

JUNI 2007 16
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

tersebut diatas, maka diberikan uraian


penjelasan untuk masing-masing SWP
sebagai berikut:
INVESTASI PERTAMBANGAN DI NTB, a. Kegiatan penambangan bahan
ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN galian golongan B di SWP Pulau
L o m b o k y a n g t e l a h
diterbitkan/memiliki izin, tetap
Oleh: Ir. Muhammad Husni, MSi berlaku sampai izin berakhir dan
tidak diterbitkan perpanjangan izin.
b. Kegiatan penambangan bahan
1. PENDAHULUAN Nomor 11 tahun 2006 tentang Rencana galian golongan B di SWP Pulau
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tata Ruang Wilayah Provinsi NTB. Sumbawa Bagian Barat yang telah
apabila ditinjau dari sudut pandang Arahan untuk pengembangan dan diterbitkan/memiliki izin dan/atau
geologi, disamping memiliki potensi pembangunan sektor pertambangan kontrak karya, tetap berlaku
sumber daya mineral, panasbumi dan dan energi diatur dalam Pasal 39 (untuk sampai izin dan/atau kontrak karya
airtanah, juga memiliki potensi bencana sub sektor energi) dan Pasal 38 (untuk berakhir dan selanjutnya
geologi seperti tanah longsor, letusan sub sektor pertambangan) serta Pasal ditetapkan sebagai kawasan
gunungapi, gempa bumi dan masalah 24 (khusus untuk ketenagalistrikan). moratorium.
lingkungan geologi. Pengembangan Struktur ruang Provinsi NTB c. Kegiatan penambangan bahan
pemanfaatan sumber daya kebumian sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 galian golongan B secara terbatas
tersebut, untuk saat ini dan kedepan tidak huruf a Perda Provinsi NTB Nomor 11 di SWP Pulau Sumbawa Bagian
lepas dari paradigma nasional yaitu Pasal Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Timur adalah kegiatan
33 UUD 1945, Otonomi daerah dan NTB, mencakup: penambangan yang dinilai tidak
Prinsip-prinsip dasar pembangunan a. Satuan Wilayah Pengembangan; berdampak besar dan penting
berkelanjutan (sustainable b. Pusat-pusat Kegiatan; terhadap lingkungan berdasarkan
development). c. Sistem Jaringan.” kajian teknis sesuai ketentuan
Pemberlakuan Undang-undang Satuan Wilayah Pengembangan yang berlaku.
N o m o r 11 Ta h u n 1 9 6 7 t e n t a n g sebagaimana dimaksud pada uraian
Ketentuan-Ketentuan Pokok tersebut diatas meliputi: 3. KONDISI PENGUSAHAAN SAAT
Pertambangan beserta aturan a. SWP Pulau Lombok mencakup INI
pelaksanaannya, diakui telah berhasil Kota Mataram, Kabupaten Penerapan berbagai kebijakan
menarik investor ke Indonesia. Namun Lombok Barat, Kabupaten dengan dukungan peraturan perundang-
demikian, disadari bahwa harus Lombok Tengah dan Kabupaten undangan yang berlaku saat ini oleh pihak
dilakukan penyesuaian dengan kondisi Lombok Timur dengan pusat pemerintah Provinsi NTB dalam
kritis masa kini yaitu Otonomi Daerah pengembangan di Kota Mataram; pengelolaan usaha di bidang
(UU No. 22/1999 sebagaimana telah b. SWP Pulau Sumbawa Bagian pertambangan umum, tidaklah semudah
diubah dengan UU No. 32/2004), Barat mencakup Kabupaten yang dibayangkan. Berbagai kendala
Pembagian Revenue (UU No. 25/1999 Sumbawa Barat dan Kabupaten muncul seiring dengan berkembangnya
sebagaimana telah diubah dengan UU Sumbawa dengan pusat investasi yang berpotensi mengurangi
No. 33/2004) dan Community pengembangan di Sumbawa minat investor dalam berusaha di bidang
Development (masa lalu yang sentralistik Besar; pertambangan.
menyebabkan rendahnya partisipasi c. SWP Pulau Sumbawa Bagian Investasi usaha di bidang
masyarakat lokal dan daerah). Timur mencakup Kabupaten pertambangan umum (PMA maupun
Upaya regulasi di bidang Dompu, Kabupaten Bima dan PMDN) yang ada di Provinsi NTB saat ini
pertambangan, telah pula dilakukan oleh Kota Bima dengan pusat umumnya dalam bentuk Kuasa
pemerintah Provinsi NTB melalui pengembangan di Kota Bima. Pertambangan (KP), Surat Izin
Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 5 Sementara itu, kawasan Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) dan
Tahun 2004 tentang Pengelolaan budidaya dimanfaatkan sebagai Kontrak Karya (KK) yang lokasinya
Pertambangan yang pada intinya kawasan hutan produksi, pertanian, tersebar di masing-masing SWP dengan
bertujuan untuk mengatur pengusahaan pertambangan dan energi, industri, rincian pada Tabel 1.
bahan galian lintas Kabupaten/Kota pariwisata, perdagangan dan jasa, dan
sesuai prinsip-prinsip “good mining permukiman. Untuk kawasan Keberadaan investasi tersebut telah
practice” sehingga dapat memberikan pertambangan diarahkan pada SWP memberikan kontribusi yang cukup
manfaat yang sebesar-besarnya bagi Pulau Lombok, SWP Pulau Sumbawa
signifikan terhadap perekonomian di
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bagian Barat dan SWP Pulau Sumbawa
Regulasi tersebut dimaksudkan untuk Bagian Timur, dimana kegiatan wilayah Provinsi NTB, baik langsung
mendukung keberhasilan pelaksanaan pertambangan di masing-masing SWP maupun tidak langsung yang merupakan
program pemanfaatan sumber daya diarahkan sebagai berikut: bagian dari ”multiplier effect” keberadaan
mineral sebagaimana diamanatkan investasi. Sejak tahun 2001, kontribusi
dalam Rencana Strategis Daerah a. SWP Pulau Lombok diarahkan sektor pertambangan dan penggalian
Provinsi NTB Tahun 2003-2008 dengan pada pertambangan bahan galian terhadap pembentukan PDRB Provinsi
sasaran “tercapainya peningkatan golongan C; NTB menempati urutan teratas dengan
kesejahteraan masyarakat, khususnya b. SWP Pulau Sumbawa Bagian besaran 30,53% (2001), 30,63% (2002)
yang berada dibawah garis kemiskinan” Barat diarahkan pada dan 28,41% (2003).
pertambangan bahan galian Disamping itu, dari aspek
2. KEBIJAKAN DAERAH DALAM golongan C, bahan galian penerimaan Pemerintah, sebagai contoh
PENGEMBANGAN SEKTOR golongan B;
dapat dikemukakan bahwa sejak tahun
PERTAMBANGAN DAN ENERGI c. SWP Pulau Sumbawa Bagian
Timur diarahkan pada 1997 sampai dengan Triwulan II tahun
Pada tahun 2006, Pemerintah pertambangan bahan galian 2007 PT. NNT telah melaksanakan
Provinsi NTB telah mengeluarkan golongan C dan bahan galian kewajiban keuangannya kepada
kebijakan pengaturan tata ruang wilayah golongan B secara terbatas. Pemerintah sesuai Pasal 13 Kontrak Karya
melalui Peraturan Daerah Provinsi NTB Guna memperjelas arahan sebesar Rp. 5.525.968.330.923,-. Dari

19 JUNI 2007
INFO EDISI 17 INFO PERTAMBANGAN
Tabel-1
Rekapitulasi KP, KK dan SIPP
di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Kondisi s/d Semester-I 2007)

No. SWP KP KK SIPP Keterangan


-2 KP Penyelidikan Umum
1. Pulau Lombok 9 - 1 -7 KP Eksplorasi.
Pulau Sumbawa Bagian -8 KP Penyelidikan Umum
2. 8 1 1 -1 KK Eksploitasi
Barat
-3 KP Eksploitasi
Pulau Sumbawa Bagian -3 KP Eksplorasi
3. 7 1 - -1 KP Pemb. Fas. Eksploitasi
Timur
-1 KK (Suspensi kedelapan)
Jumlah 24 2 2
Keterangan: 1. SWP = Satuan Wilayah Pengembangan.
2. Bahan galian golongan-B meliputi: emas, mangan, tembaga, biji besi, timbal, dan pasir
besi.

jumlah tersebut, yang langsung c. Penilaian masyarakat yang


diserahkan kepada Pemerintah Daerah hingga kini masih menganggap
sebesar Rp. 30.118.531.194,- (0,545%) kegiatan pertambangan sebagai
dan yang melalui Pemerintah dalam kegiatan yang berpotensi besar b. Melakukan evaluasi terhadap data
bentuk royalty dan landrent sebesar 80% merusak lingkungan, baik fisik potensi bahan galian yang memiliki
bagian daerah yaitu Rp. maupun non-fisik. cadangan terbatas untuk dinilai pola
1.004.883.668.800,- (18,19%). d. Ketidakpastian hukum pada pengusahaan yang paling cocok.
Daerah Otonom. c. Melaksanakan sosialisasi secara
4. PERMASALAHAN e. Konflik peraturan antar sektor intensif kepada stakeholders tentang
t e r k a i t d a l a m p e n g a t u ra n berbagai hal terkait dengan
Berbagai permasalahan yang pemanfaatan ruang wilayah. pertambangan bahan galian.
dihadapi dalam upaya pengembangan f. Hubungan perusahaan dengan d. Melakukan koordinasi dan
investasi pengusahaan bidang lingkungan sosial yang berada di komunikasi yang intensif dengan
pertambangan umum di Provinsi NTB sekitar wilayah pengusahaan. pemerintah Pusat dan
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai Dari enam masalah tersebut Kabupaten/Kota guna menjamin
berikut. diatas, maka konflik peraturan terwujudnya kepastian hukum dalam
a. Data/informasi potensi bahan menempati posisi teratas dalam pengelolaan usaha di bidang
galian masih belum optimal untuk dapat menghambat kelancaran investasi pertambangan umum.
dijadikan bahan pertimbangan dalam pengusahaan di bidang pertambangan e. Membentuk Tim Koordinasi Perizinan
pengambilan keputusan melakukan umum. Konflik peraturan antar sektor Bidang Pertambangan Umum yang
investasi. terkait, terkadang menutup ruang akan melakukan penilaian
b. Sebagian potensi bahan galian kompromi bagi pengembangan menyeluruh terhadap permohonan
yang ada umumnya dinilai tidak investasi. investasi pengusahaan di bidang
ekonomis apabila dieksploitasi, pertambangan umum dengan
baik dari segi kualitas (kadar) 5. PENUTUP melibatkan unsur-unsur terkait.
dan/atau kuantitas (cadangan). Pe m e r i n t a h m e m b u t u h k a n f. Menyusun norma-norma standar
sumber-sumber penerimaan untuk yang perlu dijadikan pedoman oleh
membiayai aktivitas pembangunan perusahaan dalam mengelola
dalam rangka meningkatkan hubungan dengan masyarakat guna
kesejahteraan masyarakat. Hingga saat memperoleh kepercayaan dan
ini, penerimaan dari sub sektor dukungan dari masyarakat (social
pertambangan masih menjadi harapan license).
Pemerintah dengan membuka ruang
investasi sesuai kriteria yang telah Disamping itu, ketentuan dalam distribusi
ditetapkan walaupun di sisi lain selalu penerimaan Pemerintah dari kewajiban
mendapat kritikan dan hambatan dari keuangan perusahaan yang langsung
para pemerhati lingkungan. diterima oleh Daerah dinilai masih terlalu
Untuk mendukung peningkatan kecil. Oleh karena itu, berdasarkan
investasi pengusahaan di bidang kenyataan tersebut pada butir 3,
pertambangan umum, maka berbagai diharapkan adanya kebijakan khusus dari
upaya telah dan akan dilaksanakan guna Pemerintah untuk periode tertentu guna
mengurangi daya hambat dari masalah- memberikan kesempatan kepada Daerah
masalah tersebut diatas melalui strategi penghasil agar dapat memanfaatkan
sebagai berikut. bagian yang lebih besar dari kewajiban
a. Melakukan eksplorasi, pemetaan keuangan perusahaan secara langsung,
dan inventarisasi detail terhadap sehingga keberadaan industri
potensi bahan galian yang telah dan pertambangan dapat lebih dirasakan
belum terindikasi keterdapatannya manfaatnya oleh masyarakat NTB
serta dilengkapi dengan data-data khususnya.
Wordpress.com penunjang lainnya.

JUNI 2007 18
INFO PERTAMBANGAN INFO EDISI 17

E-Xtra Vaganza
BBN tersebut terbagi dalam lima kelompok yang mencapai Rp 5,38 triliun. ''Dari alokasi
yaitu kelompok Lembaga Pembiayaan, dana sebesar itu sebesar Rp 3,26 triliun atau
kelompok Kerjasama Usaha Patungan, 50% lebih untuk PT PLN,'' ujar Sekjen
kelompok Pengembangan Investasi, Departemen ESDM Waryono Karno.
kelompok pengembangan R&D dan kelompok
67 Kontrak Pengembangan Pengembangan kemitraan Masyarakat. Hadir pada acara tersebut para pejabat eselon
satu antara lain Sekretaris Jenderal
Biofuel Ditandatangani Pada acara tersebut yang melakukan Departemen ESDM Waryono Karno, Dirjen
Selasa, 09 Januari 2007 penandatangan antara lain adalah PT PLN Migas Luluk Sumiarso, Dirjen Minerbapabum
dengan JBIC untuk MoU pembuatan studi Simon F Sembiring, Dirjen Listrik dan
kelayakan pengembangan off grid power Pemanfaatan Energi J Purwono dan Irjen
Sebanyak 67 kontrak komitmen plant dengan BBN dan energi terbarukan Departemen ESDM.
pengembangan biofuel senilai US$ 12,4 miliar lainnya. Bank Mandiri dengan SMART, MEDCO
ditandatangani. Acara pelaksanaan Etanol Indonesia dengan PT PN VIII, Selain itu hadir pula para Kepala Badan di
penandatanganan dilakukan pada acara Joint Mitsubhisi dengan Timnas BBN dsbnya. lingkungan Departemen ESDM, para Staf Ahli
Initiative for Biofuel Development yang dan Staf Khusus Menteri ESDM, Direktur Utama
dihadiri beberapa Menteri yang terkait PT PLN Eddie Widiono, Direktur Pembangkitan
dengan pengembangan biofuel dan dan Energi Primer PT PLN Ali Herman Ibrahim
berlangsung di lobby Departemen Energi dan Menteri ESDM Purnomo dan Direktur Transmisi PT PLN Herman Darnel
Ibrahim serta para Kepala Dinas Pengelola
Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa (9/1). Yusgiantoro Beri Arahan Bidang ESDM se Indonesia.
Para menteri yang hadir antara lain Menko Pengelolaan APBN 2007
Koordinator Perekonomian Budiono, Menteri Jumat, 26 Januari 2007
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Menteri ESDM Purnomo
Bakrie, Menteri Pertanian Anton Apriantono, Yusgiantoro Serahkan Proyek SHS
Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Bertempat di Auditorium gedung dan Air Bersih
Witoelar, Menteri Perdagangan Mari Elka Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Pangestu serta Menteri Negara BUMN (ESDM), Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro Rabu, 21 Maret 2007
Sugiharto. memberikan pengarahan pada Rapat
Koordinasi Pengelolaan APBN 2007 Sektor
Sedang Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro ESDM, Jum'at (26/1). Acara yang dihadiri 186 Bersamaan dengan acara peresmian proyek
selaku tuan rumah diwakili oleh Sekjen peserta itu juga diisi oleh nara sumber dari minyak dan gas bumi serta penandatanganan
Departemen ESDM Waryono Karno. Selain itu Depkeu dan BPK. kontrak proyek sektor Energi dan Sumber Daya
juga hadir ketua Timnas Pengembangan Bahan Mineral (ESDM) yang dilakukan Presiden Susilo
Bakar Nabati (BBN) Al Hilal Hamdi. Hadir pula ''Sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Bambang Yudhoyono, juga diserahkan secara
7 Gubernur dan 18 Bupati dari berbagai B a r a n g ( PA / P B ) y a n g m e n i t i p k a n simbolis proyek Solar Home System (SHS) dan
daerah di Indonesia. kepercayaan pengelolaan Keuangan Negara pengembangan air bersih kepada dua
ini untuk dilaksanakan dengan sebaik- Gubernur.
Acara juga dihadiri wakil para investor asing baiknya,'' ujar Menteri ESDM Purnomo
maupun dalam negeri yang terlibat dalam Yusgiantoro saat memberikan pengarahan. Penyerahan dilakukan oleh Menteri ESDM
pengembangan BBN. Serta sejumlah direksi Meski tanggungjawab utama pengguna APBN Purnomo Yusgiantoro. Untuk proyek SHS
BUMN yang juga aktif terlibat dalam adalah Menteri selaku PA/PB. secara simbolis diserahkan kepada Gubernur
pengembangan BBN antara lain PT Pertamna, NAD Irwandi Yusuf. Sedang untuk proyek
PT PLN, PT RNI serta sejumlah bank BUMN dan Untuk itu, diungkapkan bahwa guna pengeboran air bersih diserahkan kepada
Bank Pembangunan Daerah. melaksanakan tanggungjawab penggunaan Gubernur Jawa Barat Dani Setiawan.
APBN, telah diangkat para eselon I-A sebagai Penyerahkan disaksikan langsung oleh
Ketua Timnas Pengembangan BBN Al Hilal Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Hamdi mengungkapkan sejak diluncurkannya Barang, para Eselon II sebagai Penanggung
program ini hingga saat ini sejumlah aksi Jawab Kinerja serta para Pejabat Pembuat Acara penyerahkan tersebut berlangsung
nyata telah dilakukan. Baik oleh pemeirntah, Komitment (P2K). lokasi peresmian proyek migas di area sumur
swasta, BUMN, perguruan tinggi serta migas Subang 17, desa Cidahu, Subang, Jabar.
kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat ''Dalam melaksanakan penggunaan APBN saya Selain dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang
(LSM). ''Baik dari hulu hingga hilir,'' ujar Al Hilal tekankan perlunya mematuhi prinsip taat Yudhoyono, acara juga dihadiri oleh sejumlah
Hamdi. aturan, tertib anggaran dan auditable,'' ujar menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Untuk pejabat pemerintah, direksi BUMN serta
Diungkapkan komitment investasi untuk itulah para pejabat yang telah dipilih untuk pimpinan perusahaan swasta.
pengembangan BBN ini mencapai US$ 12,4 melaksanakan penggunaan anggaran
miliar. ''Angka ini belum termasuk pembiayaan memegang teguh azas profesionalisme, Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro
kredit Perbankan Nasional sekitar Rp 25 triliun memiliki kejujuran dan berdedikasi tinggi. pada tahun 2007 ini Departemen ESDM akan
untuk petani dan plasma yang memperoleh membangun 33 ribu unit SHS yang tersebar di
subsidi bunga kredit,'' ujar Al Hilal Hamdi. Sekretaris Jenderal Departemen ESDM 30 propinsi dengan dana mencapai Rp 253
Wa r y o n o K a r n o d a l a m l a p o r a n n y a miliar. ''Ini untuk masyarakat di daerah
Untuk ditingkat hulu ia mneyebut upaya 14 mengungkapkan acara ini bertujuan agar terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan
provinsi yang telah mengembangkan tanaman pelaksanaan APBN 2007 berjalan lancar dan listrik PT PLN,'' ujar Menteri ESDM Purnomo
bahan baku BBN. Antara lain di Gorontalo, sesuai dengan paraturan yang berlaku. Yusgiantoro.
Pacitan, Gunung Kidul dan Wonogiri. Sedang ''Sehingga pertanggungjawabannya bisa
pihak swasta antara lain Wilmar Energi di dilakukan dengan baik,'' ujar Sekjen Sengaja dipilih SHS mengingat potensi sumber
Dumai yang mulai Februari memperoduksi Departemen ESDM Waryono Karno. daya matahari (surya) berlimpah di bumi
biofuel berkapasitas 350 ribu ton/th serta Indonesia. Selain itu, sumbar daya matahari
akan bertambah menjadi 1 juta ton/th di Selain pengarahan dari Menteri ESDM yang diubah menjadi energi listrik melalui SHS
akhir 2007. Purnomo Yusgiantoro pada acara tersebut merupakan sumber daya energi baru dan
para peserta juga mendapat pembekalan terbarukan (EBT). Pilihan ini melengkapi
''Selain itu sejumlah perusahaan juga telah mengenai Pengelolaan Keuangan Negara pengembangan EBT setelah air dan angin.
mulai mengembangkan dan memproduksi dengan nara sumber dari pejabat
biofuel. Antara lain Medco di lampung, Departemen Keuangan. Sedang Sosialisasi Sedang pengembangan sumber air bersih
Eterindo Grup di Jatim, Sugar Grup di Tentang Pertanggungjawaban Keuangan dilakukan dengan pengeboran pada 72 titik
Lampung,'' ujar Al Hilal. Pengembangan Negara dari pejabat BPK-RI. sumur bor yang berlokasi di 19 provinsi.
biofuel juga dilakukan oleh kalangan Koperasi Kegiatan ini akan menyerap dana hingga Rp
yang dimotori oleh Dewan Koperasi Indonesia Diungkapkan oleh Sekjen Departemen ESDM 43,8 miliar. Pengembangan sumber air bersih
serta sejumlah LSM. Waryono Karno dalam APBN 2007, sektor ini diharapkan akan membantu masyarakat
ESDM mendapat alokasi anggaran sebesar Rp luas untuk bisa mengkonsumsi air yang bersih,
Penandatanganan komitment pengembangan 6,45 triliun. Meningkat 20% dari tahun 2006 layak dan mudah.

20 JUNI 2007

You might also like