Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan-
Semua itu dapat dilaksanakan bersamaan karena diatur oleh bagian otak yang
berbeda-beda. Ya, otak memiliki banyak bagian yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Secara garis besar otak terbagi atas tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak
kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Masing-masing bagian terbagi lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lebih kecil lagi, dan lebih kecil lagi. Seperti
bagian-bagian tubuh lain, otak bisa terkena tumor maupun kanker. Bedanya, jika pada
bagian tubuh lain tumor jinak kadang tidak mengganggu dan tidak berbahaya, di otak
tumor jinak pun bisa sangat mengganggu dan membahayakan nyawa.
1
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor, dan cepatnya
timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor ke jaringan otak
yang dapat menyebabkan kompresi, infasi ,dan destruksi dari jaringan otak.
Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi
sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan
maligna.
2
BAB II
ISI
II.3. EPIDEMIOLOGI :
Tumor Otak menyerang lebih dari 100.000 orang setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Sedangkan berdasarkan angka yang didapatkan di Rumah Sakit, tumor
metastase adalah yang terbanyak, diikuti oleh Glioma sebagai kedua terbanyak,
meningioma (13-18%), schwanoma (8%), dan Adenoma (3-12%), sedangkan
pinealoma dan tumor yang berasal di garis tengah jarang ditemukan. Insiden tumor
otak yang ditemukan sekitar 10 %, keganasan pada anak sekitar 20-40 %, ± 1,7%
mengakibatkan kematian. Tumor otak insiden banyak ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan tetapi banyak peneliti juga mengatakan bahwa insiden tumor
otak tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Tumor pada orang dewasa
biasanya paling banyak terdapat di Supratentorial (80-85%), sedangkan pada anak-
anak banyak terdapat di Infratentorial (60%).
3
II.4. ETIOLOGI
Penyebab utama belum diketahui, biasanya ada beberapa faktor genetik,
namun ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perkembangan tumor, a.l.:
1. Herediter : pada neurofibromatosis (von reckling housen),
hemangioblastoma (von Hipple lindau), fakomatosis.
2. Embrional : medullablastoma, ependimoma, kraniofaringioma.
3. Virus onkogenik : ependimoma, meningioma, schwannoma diduga
ada hubungan dengan infeksi kronis.
4. Bahan karsinogenik : hidrokarbon polisiklik, metilnitrosid
5. Radiasi
6. Diet
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam
dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada
masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-
4
kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa
muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat
banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih
gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit
LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
5
Antibodi-antibodi lainnya mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
manisfestasi klinisnya. Misalnya kadar dsDNA yang tinggi dikaitkan dengan
timbulnya lupus nefritis dsDNA, histone, Sm, RNP, RO, dan La atau antibody
phospholipids.
II.7. DIAGNOSIS :
Kriteria diagnosis untuk SLE berdasarkan American College of
Rheumatology (revisi 1997) :
1. Malar Rash / butterfly rash : Ruam pada hidung yang berhubungan
dengan ruam pada pipi yang tidak melebihi lipatan nasolabial.
2. Discoid rash : lesi kecil, ruam berwarna merah yang berbentuk seperti
koin. Ruam ini paling umum pada wajah tetapi juga dapat muncul
pada tubuh, lengan dan kaki. Kadang-kadang, ruam berbentuk cakram
muncul di kulit kepala. Karena ruam ini dapat menyebabkan jaringan
parut, keberadaannya di kulit kepala dapat menyebabkan rambut
rontok.
3. Photosensitivity : Bila terpapar sinar ultraviolet menyebabkan ruam.
4. Oral ulcer : luka pada mulut (pallatum dan gusi) yang biasanya tidak
nyeri.
5. Arthritis : arthritis yang tidak erosive dari 2 atau lebih sendi-sendi
perifer, disertai bengkak
6. Serositis : perikarditis atau pleuritis.
7. Renal disorder : proteinuria > 0,5 g/d atau > +3. atau adanya cast
seluler.
8. Neurologic disorder : kejang atau psikosis
9. hematologic disorder :
a. anemia hemolitik
b. leucopenia pada 2 kali pemeriksaan
c. Limfopenia pada 2 kali pemeriksaan
d. Trombopenia < 100.000/mm3
6
10. Imunologic disorder :
a. Peningkatan kadar anti ds-DN atau
b. Antibody anti-Sm atau
c. Antibody anti phospholipids positif berdasar pada :
i. Peningkatan kadar IgG atau IgM antiphospolipid
ii. Lupus koagulan (+)
iii. Positif palsu untuk sifilis ada selama 6 bulan.
11. Antinuclear antibodies
Dignosis SLE dapat ditegakkan apabila memenuhi 4 dari 11 kriteria. Dengan
catatan riwayat pasien dengan gejala-gejala di atas juga diperhitungkan dalam
perhitungan.
II.9 PROGNOSE
Prognose lupus sangat tergantung pada organ yang terlibat, bila organ vital
yang terlibat maka mortalitasnya sangat tinggi. Tetapi dengan kemajuan pengobatan
lupus, mortalitas ini jauh lebih baik disbanding pada 2-3 dekade yang lalu.
7
8
BAB III
PENATALAKSANAAN
III. TATALAKSANA
Prinsip pengobatan adalah untuk menekan aktivitas penyakit, untuk mencegah
progresivitas, dan memantau efek samping obat.
Untuk penatalaksanaan, pasien SLE dibagi menjadi :
- Kelompok ringan
Penderita SLE dengan gejala-gejala panas, arthritis, perikarditis
ringan, efusi pleura/perikard ringan, kelelahan, dan sakit kepala.
- Kelompok berat
Penderita SLE dengan gejala-gejala efusi pleura dan perikard
massif, penyakit ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia, lupus
serebral, vaskulitis akut, miokarditis, pneumonitis lupus, dan
perdarahan paru.
9
10.00 – 15.00
7. Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang
mengandung hormon estrogen
10
Perikarditis Ringan
Obat anttiinflamasi nonsteroid atau anti malaria. Bila tidak
efektif, dapat diberikan prednisone 20-40 mg/hari.
Perikarditis Berat
Diberikan prednisone 1 mg/kgBB/hari
Miokarditis
Prednison 1 mg/kgBB/hari dan bila tidak efektif dapat
dikombinasikan dengan siklofosfamid.
Efusi Pleura
Prednison 15-40 mg/kgBB/hari. Bila efusi massif, dilakukan
punksi pleura/drainase
Lupus Pneumonitis
Prednison 1-1,5 mg/kgBB/hari selama 4-6 minggu
Lupus Cerebral
Metil Prednisolon 2 mg/kgBB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil
dilanjutkan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan perlahan.
Dapat diberikan Metil Prednisolon pulse dosis selama 3 hari
berturut-turut.
11
BAB IV
KEGAWATDARURATAN SLE
12
BAB V
RANGKUMAN
SLE : penyakit multisistem yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat deposisi
immune complex.
Gejala Klinis dari SLE tidak spesifik antara lain : Lemah, Lesu, panas,mual,nafsu
makan menurun, dan berat badan menurun. Dalam klinis sering menimbulkan
kesulitan karena gejala dari SLE mirip dengan gejala penyakit lainnya. Sehingga
digunakan juga Kriteria Diagnosa dari ARA ( American College of Rheumatology )
yang mana mempunyai sensitivitas 96 % dan spesivitas 96 %.Diagnosis pasti dapat
ditegakan bila 4 atau lebih dari 11 kriteria ARA , yaitu:
• Malar Rash ( Butterfly Rash )
• Discoid Rash
• Fotosensitifitas
• Luka Mulut
• Artritis
• Serositis
• Kelainan ginjal
• Kelainan neurologi
• Kelainan darah
• Kelainan imunologi
• Peningkatan antibody antinuclear
Dari pemeriksaan Laboratorium didapatkan :
• Darah lengkap : Anemia, Leucopenia, Limfopenia, Trombopenia, dan
LED meningkat.
• Urine Lengkap : +/- Protein di urin ditunjang Faal ginjal
• Faal Hati : untuk melihat autoimun hepatitis, hemolitik anemia, kadar
albumin rendah
13
• Kadar C-Reaktive Protein ( CRP ) untuk bedakan :
- Lupus aktif ( CRP normal atau peningkatan tidak bermakna )
- Infeksi ( CRP meningkat sangat tinggi )
• Komplemen C3 dan C4 rendah pada keadaan aktif
• Serologi : kadar ANA Test tinggi ( untuk tegakkan diagnosis dan nilai
akttivitas penyakit )
Selain itu pada SLE juga ditemukan Kegawatdaruratan antara lain:
1. Pada Kehamilan
2. Stroke
3. Acute Myocardial Infarction
4. Hemopthysis
5. Respiratory distress
6. Pulmonary Emboli
14
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sophia.dagdigdug.com/archives
2. http://doktersehat.com/2007/09/04/lupus-apa-itu-penyakit-lupus
3. http://emedicine.medscape.com/article/809378-overview
4. Prof. Dr. Askandar Tjokroprawito,dr.,Sp.PD,K-EMD, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam,FK UNAIR, 2007; 239-240
5.Kapita Selekta Kedokteran, JILID 1;570-571Aru W. Sudoyo, Bambang
Setyohadi, Idrus Alwi, Mercellus Simadibrata K, Siti Setiati, editor. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV. Hal. 1215 – 1221, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
6.Kurt J. Isselbacher, A.B, M.D, Eugene Braunwald, A.B, M.D.(hon), M.D.(hon),
Sc.D.(hon), Jean D.Wilson, M.D, Joseph B Martin, M.D, ph.D, F.R.R.C.P.
(C).M.A. (hon), Anthony S Fauci, M.D, Dennis L. Kasper, M.D, editor.
Harisson’s Principles of Internal Medicine, 17th edition volume II. USA :
2008. page : 2075- 2081.
7.Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi Setiawan, Djoko Santoso, Gatot
Soegiarto editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya : 2007. halaman : 235-241
15
16