You are on page 1of 15

Pendidikan

dan Perubahan1

Mukaddimah
Sudah lama kita mendengar ungkapan, “jadilah kamu berilmu yang
mengajarkan ilmunya, atau belajar (muta’alliman), atau menjadi
pendengar (mustami’an). Dan sekali jangan menjadi kelompok
keempat, yang tidak memiliki aktifitias keilmuan sama sekali. Yakni
tidak mengajar, tidak pula belajar, serta enggan untuk mendengar”.
Peran Guru adalah sesuatu pengabdian mulia dan tugas sangat
berat.
Kemuliaannya terpancar dari keikhlasan membentuk anak manusia
menjadi pintar, berilmu dan mampu mengamalkan ilmunya, untuk
kebaikan diri sendiri, kerluarga, dan kemaslahatan umat dikelilingnya.
Tugas itu berat, karena umat hanya mungkin dibuat melalui satu
proses pembelajaran dengan pengulangan terus menerus
(kontiniutas) serta pencontohan (uswah) yang baik. Maka, tidak dapat
tidak pekerjaan ini memerlukan ketaletenan dan semangat yang
prima.
Keberhasilan akan banyak ditopang oleh kearifan yang dibangun oleh
kedalaman pengertian serta pengalaman dalam membaca situasi serta
upaya membentuk kondisi yang kondusif (mendukung) disekitar kita.
Pemahaman ini sangat perlu ditanamkan tatkala kita mulai melangkah
ke alaf baru.

Tantangan di alaf Baru, abad ke 21


Alaf Baru, atau Millenium Baru yang diawali dengan abad
keduapuluh satu, ditandai :
(a). mobilitas serba cepat dan modern,
(b). persaingan keras dan kompetitif,

1
Disampaikan oleh H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Sumbar – Padang, dalam pertemuan dengan para pendidik dan Guru dan Pengelola
Sekolah Taman Kanak se Sumatera Barat di Gedung Budi Mulya Padang, dengan judul
Peranan Guru dan Guru Taman Kanak dalam membentuk generasi umat yang
bertanggung Jawab.

1
(c). komunikasi serba efektif, dunia tak ada jarak seakan global
village,
(d). akan banyak ditemui limbah budaya kebaratan
westernisasi.
Alaf baru ini diyakini hadir dengan tantangan global yang tidak bisa
di cegah. Pertanyaan yang segera meminta jawaban adalah,
“Sudahkah kita siap menghadapi perubahan zaman yang cepat dan
penuh tantangan ini?”
Semua elemen masyarakat sangat berkewajiban mempersiapkan
generasi baru yang siap bersaing dalam era global tersebut.
Globalisasi membawa banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi,
politik dan bahkan menyangkut setiap aspek kehidupan kemanusiaan.
Globalisasi menjanjikan pula harapan dan kemajuan seperti
pertumbuhan ekonomi yang pesat, menjadi alat menciptakan
kemakmuran. Masyarakat. Indonesia sebagai bagian dari Asia
Tenggara, sebelum terjadinya krisis ekonomi 1997, dampaknya masih
terasa hingga hingga sekarang, selama tiga dasawarsa 1967-1997
pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang semu secara pesat.
Bank Dunia memasukkan kedalam "The Eight East Asian Miracle",
menjadi macan Asia bersama: Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong
Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.2
Globalisasi membawa perubahan prilaku, terutama pada generasi
muda (para remaja). Para remaja cenderung bergerak menjadi
generasi buih yang terhempas dipantai menjadi dzurriyatan
dhi’afan. Generasi buih adalah suatu generasi yang berpeluang
2
Dalam bidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan rata-rata
7-8 % pertahun, sementara Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan menikmati
tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 % pertahun. Populasi Asean
sekarang 350 juta, diperkirakan tahun 2003 saat memasuki AFTA, populasi ini akan
mencapai 500 juta (Adi Sasono, Cides, 1997).
Sayang sekali, pertumbuhan ekonomi ini tidak dapat dipelihara. Maka scenario
pertumbuhan untuk tahun 2019, atau APEC, dimana termimpikan kawasan ini akan
menguasai 50,7 % kekayaan dunia, Amerika dan Uni Eropa hanya 39,3% dan
selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994),
tampaknya jauh panggang dari api.
Bila mimpi ini menjadi kenyataan, apa artinya semua ini? Kita akan menjadi pasar
raksasa yang akan diperebutkan oleh orang-orang di sekeliling. Bangsa kita akan
dihadapkan pada "Global Capitalism". Kalau kita tidak hati-hati keadaan akan
bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan "Colonialism Imperialis"
yang sudah kita halau 50 tahun silam. Dengan "Capitalism Imperialism" kita akan
terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisik si penjajah.

2
menjadi “X-G” the loses generation, tidak berani ikut serta didalam
berlomba melawan gelombang samudera globalisasi.
Penyimpangan prilaku menjadi ukuran atas kemunduran moral dan
akhlak.
Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan bangsa akan
lenyap dengan lemahnya remaja. Penyebab utama karena;
• rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan.
• diperparah oleh hilangnya tokoh panutan,

• berkembangnya kejahatan orang tua,


• luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat,

• impotensi dikalangan pemangku adat,


• hilangnya wibawa ulama,

• bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi bisnis,


• profesi guru dilecehkan.

Prilaku umat juga berubah.


Interaksi dan ekspansi kebudayaan asing bergerak secara meluas.
Pengaruh budaya asing berkembang pesat, seperti ;
a. pengagungan materia secara berlebihan (materialistik),
b. pemisahan kehidupan duniawi dari supremasi agama
(sekularistik),
c. pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan
badani (hedonistik).
Ketiga perangai dimaksud merupakan penyimpangan sangat jauh dari
budaya luhur, yang pada akhirnya berpeluang besar melahirkan
Kriminalitas, perilaku Sadisme, dan Krisis moral secara meluas.
Hilangnya keseimbangan moral (dis-equilibrium) dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat menyebabkan krisis-krisis, diantaranya ;
a. Krisis nilai. Akhlaq, etika individu dan moral sosial berubah
drastik. Prilaku luhur bergeser kencang kearah tidak acuh.
Kadang-kadang sudah mentolerir sesuatu yang sebelumnya
disebut maksiat.

3
b. Krisis konsep pergeseran pandang (view) cara hidup, dan
ukuran nilai jadi kabur. Sekolahan yang merupakan cerminan
idealitas masyarakat tidak bisa dipertahankan.
c. Krisis kridebilitas dengan erosi kepercayaan. Pergaulan
orang tua, guru dan muballig dimimbar kehidupan mengalami
kegoncangan wibawa.
d. Krisis beban institusi pendidikan terlalu besar.Tuntutan
tanggung jawab moral sosial kultural dikekang oleh sisitim dan
aturan birokrasi. Kesudahannya, membelenggu dinamika
institusi, akhirnya impoten memikul beban tanggung jawab.
Krisis relevansi program pendidikan mendukung
kepentingan elitis non-populis, tidak demokratis. Orientasi
pendidikan beranjak dari mempertahankan prestasi kepada
orientasi prestise, keijazahan.
e. Krisis solidaritas, dan membesarnya kesenjangan miskin
kaya, dan kesempatan mendapatkan pendidikan tidak merata,
kurangnya idealisme generasi remaja tentang peran dimasa
datang.

Pergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai agama telah


melahirkan tatanan hidup berpenyakit sosial kronis, antara lain ;
a. kegemaran berkorupsi.
b. Aqidah masyarakat bertauhid namun akhlak tidak
mencerminkan akhlak Islami.
c. Melalaikan ibadah.

Menghidupkan Antisipasi Umat


Umat mesti mengantisipasi dengan penyesuaian-penyesuaian agar
tidak menjadi kalah. Dalam persaingan dimaksud, beberapa upaya
semestinya disejalankan dengan ;
a. Memantapkan watak terbuka,
b. Pendidikan moral berpaksikan tauhid, mengamalkan nilai-
nilai amar makruf nahi munkar seperti tertera dalam
QS.31, Lukman:13-17.

4
c. Integrasi moral yang kuat, berakhlak dan memiliki
penghormatan terhadap orang tua, mempunyai adab
percakapan ditengah pergaulan,
d. Pendalaman ajaran agama tafaqquh fid-diin, dan berpijak
pada nilai-nilai ajaran Islam yang universal, tafaqquh fin-
naas.
e. Perhatian besar terhadap masalah sosial atau umatisasi,
teguh memilih kepentingan bersama dengan ukuran
moralitas taqwa, responsif dan kritis terhadap
perkembangan zaman,
f. Mengenal kehidupan duniawi yang bertaraf perbedaan,
memacu penguasaan ilmu pengetahuan,
g. Kaya dimensi dalam pergaulan mencercahkan rahmatan
lil ‘alamin menampilkan kecerahan bagi seluruh alam.
h. Iman dan ibadah, menjadi awal dari ketahanan bangsa.
Ketahanan umat bangsa terletak pada kekuatan ruhaniyah keyakinan
agama dengan iman taqwa dan siasah kebudayaan.
Intinya adalah tauhid. Implementasinya akhlaq.
Maka umat masa kini hanya akan menjadi baik dan kembali berjaya,
bila sebab-sebab kejayaan umat terdahulu dikembalikan. Bertindak
atas dasar mengajak orang lain untuk menganutnya. "Memulai dari diri
sendiri, mencontohkannya kepada masyarakat lain", (Al Hadist). Inilah
cara yang tepat.
Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan untuk mereka
keberkatan langit dan bumi (QS.7,al-A’raf:96).

Mengajak Umat mempelajari


dan mengamalkan Ajaran Islam
Ajakan kepada umat itu, tidak lain adalah seruan kepada Islam.
Yaitu agama yang diberikan Khaliq untuk manusia, yang sangat sesuai
dengan fithrah manusia itu. Islam adalah agama Risalah, yang
ditugaskan kepada Rasul, dan penyebaran serta penyiarannya
dilanjutkan oleh da'wah, untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup
manusia 3.
3
Tugas seperti ini, menjadi tugas para Rasul sebelumnya. Menjadi

5
Perintah untuk melaksanakan tugas-tugas da'wah itu, secara
kontinyu diturunkan oleh Allah SWT seperti,
a) Supaya menyeru kejalan Allah, dengan petunjuk yang
lurus (QS.Al-Ahzab, 33 : 45-46).
b) Seruan untuk menyembah Allah, kepada seluruh manusia
. Perintah untuk menyeru Allah, tidak boleh musyrik,
supaya meminta kepadaNya dan persiapan diri untuk
kembali kepada-Nya (QS.Al Qashash, 28 : 87).

Pelaksananya setiap muslim.


Setiap mukmin adalah umat da'wah pelanjut Risalah Rasulullah yakni
Risalah Islam. Umat yang menjadi harapan masyarakat dunia,
semestinya meniru watak-watak, yang ditunjukkan oleh penda'wah
pertama, Rasulullah SAW 4
Untuk itu diperlukan setiap saat meneladani pribadi Muhammad SAW
yang berguna sekali membentuk effectif leader di Medan Da'wah.
Da'wah itu, menuju kepada inti dan isi Agama Islam (QS. Al Ahzab, 33 :
21).
Keberhasilan suatu upaya da'wah (gerak da'wah) memerlukan
pengorganisasian (nidzam) (Al Hadist).5
Perangkat dalam organisasi selain dari orang-orang, adalah juga
peralatan.
Satu dari peralatan terpenting adalah penguasaan kondisi umat,
tingkat sosialnya dan juga budaya mereka ini bisa terbaca dalam peta
da'wah (Yusuf Qardhawi, 1990). Peta da'wah, bagaimanapun kecilnya,
memuat data-data tentang keadaan umat yang akan diajak tersebut.

sempurna dan lengkap dengan keutusan Muhammad. Maka, manusia


(umat) menjadi penerus dan pelaksana da'wah itu terus menerus sepanjang
masa (QS. Ar-Ra’d, 13 : 35). Ditegaskan dalam kalimat sederhana tapi
padat, bahwa da'wah kita adalah Da'wah Ila-Allah (QS. Ali Imran, 3 : 104).
4
(Mohammad Natsir, Tausiyah 24 tahun Dewan Dakwah, Media Dakwah,
Jakarta 1992, Da'wah kita adalah Da'wah Ila-Allah).
5
Menurut bimbingan Rasulullah bahwa al haqqu bi-laa nizham yaghlibuhu al baathil
bin-nizam bermakna bahwa yang hak sekalipun, tetapi tidak mengindahkan
pengaturan (organisasi) senantiasa akan di kalahkan oleh yang bathil tetapi
dijalankan terorganisir. Allah menghendaki, kelestarian Agama ini dengan
kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak bersifat bersitegang.

6
Membentuk Generasi Masa Depan
Perkembangan kedepan banyak ditentukan oleh peranan remaja
sebagai generasi penerus dan pewaris dengan kepemilikan ruang
interaksi yang jelas menjadi agen sosialisasi guna menggerakkan
kelanjutan survival kehidupan kedepan.
Kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa
sikap;
a. daya kreatif dan innovatif, dipadukan dengan kerja sama
berdisiplin,
b. kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
c. tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita
baru di era kesejagatan.
d. memahami nilai-nilai budaya luhur,
e. siap bersaing dalam knowledge based society,
f. punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi yang
menjaga destiny,
g. individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai mulia
iman dan taqwa,
h. motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan
taat beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen
perubahan,
i. memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam
sebagai kekuatan spritual, yang memberikan motivasi
emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan
fisik-material, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Semestinya dipahami bahwa kekuatan hubungan ruhaniyah
(spiritual emosional) dengan basis iman dan taqwa akan memberikan
ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada hubungan
struktural fungsional.
Generasi baru yang mampu mencipta akan menjadi syarat
utama keunggulan. Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan
masyarakat yang mampu mempersatukan seluruh potensi yang ada.

7
Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas
kesejagatan di alaf (millenium) baru. Karena itu, generasi muda
(remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai
dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi.
Generasi masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir
dengan
a. budaya luhur (tamaddun),
b. berpaksikan tauhidik,
c. kreatif dan dinamik,
d. memiliki utilitarian ilmu berasaskan epistemologi Islam yang
jelas,
e. tasawwur (world view) yang integratik dan umatik sifatnya
(bermanfaat untuk semua, terbuka dan transparan).
  
Prakarsa umat Islam di Indonesia terhadap perguruan Islam, lazimnya
disebut Madrasah atau Pesantren, sangat signifikan bahkan sangat
dominan. Sepanjang sejarah pendidikan Islam di Indonesia, khususnya
di Minangkabau sejak lama, dalam pendirian, pengembangan,
pemberdayaan pendidikan madrasah sangat besar.
Buktinya bertebaran pada setiap daerah, bahkan sampai kepelosok
kampung-kampung. Sumatera Thawalib, Madrasah Diniyah Islamiyah,
baik tingkat awaliyah, tsanawiyah, bahkan ‘aliyah, sudah dikenal sejak
lama. Sebagai contohnya ditemui dimana-mana.6
Pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan akhlak,
budi pekerti.

6
Para thalabah lulusan madrasah dan pendidikan sistim surau, umumnya berkiprah
dikampung halaman setelah selesai menuntut ilmu, dengan mendirikan sekolah-
sekolah agama, bersama-sama dengan masyarakat, memulainya dari akar rumput.
Pemberdayaan potensi masyarakat digerakkan secara maksimal dan terpadu untuk
menghidupkan pendidikan Islam, untuk mencerdaskan umat dan menanamkan budi
pekerti (akhlak Islami), seiring dengan berlakunya kaedah adat bersendi syarak,
syarak bersendi Kitabullah. Semuanya didorong oleh pengamalan Firman Allah,
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang.
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah,
ayat 122).

8
Maka akhlak karimah (budi pekerti sempurna) adalah tujuan
sesungguhnya dari proses pendidikan, dan menjadi wadah diri dalam
menerima ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu yang benar membimbing umat kearah amal karya,
kreasi, inovasi, motivasi yang shaleh (baik).
Dapat diyakini bahwa Akhlak merupakan,
- jiwa pendidikan,
- inti ajaran agama,
- buah dari keimanan.

Bahasa Dakwah adalah Bahasa Kehidupan


Mendidik tidak dapat dipisah dari satu gerakan dakwah.
Menggalang saling pengertian, koordinasi sesamanya
mempertajam faktor-faktor pendukungnya, membuka pintu dialog
persaudaraan (hiwar akhawi). Ada baiknya di pelajari pembentukan
efektif leader dari Rasulullah SAW dan ini merupakan salah satu kunci
keberhasilan da'wah Rasulullah.
Aktualisasi dari nilai-nilai Al-Qur'an itu, hanya bisa diselesaikan
dengan satu gerak amal nyata yang berkesinambungan (kontinyu),
berkapasitas terhadap seluruh aktivitas kehidupan manusia, melalui ;
kemampuan bergaul, mencintai, berkhidmat, menarik,
mengajak (da'wah) , merapatkan potensi barisan (shaff),
mengerjakan amal-amal Islami secara bersama-sama
(jamaah),

Gerakan ini membuahkan agama yang mendunia (globalisasi


agama). Usaha ini akan menjadi gerakan antisipatif terhadap arus
globalisasi negatif pada abad-abad mendatang. Al-Qur'an telah
mendeskripsikan peran agama Allah (Islam) sebagai agama yang
kamal (sempurna) dan nikmat yang utuh, serta agama yang diridhai
(QS.Al Maidah, 5 : 3).
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
menyerahkan dirinya kepada Allah secara ikhlas, yakni orang Muslim,
merekapun mengerjakan kebaikan-kebaikan" (QS. An Nisak, 4 :

9
125).
Karena itu setiap Muslim, dengan nilai-nilai Al Qur'an wajib
mengemban missi yang berat dan mulia (mission sacre), yaitu
merombak kekeliruan ke arah kebenaran. Inilah yang dimaksud secara
hakiki "perjalanan kepada kemajuan (al madaniyah, modernitas)".
Semuanya berkehendak kepada gerak yang kontinyu, utuh dan
terprogram. Hasilnya tidak mungkin diraih dengan kerja sambilan.
Karena buah yang dipetik adalah sesuai dengan bibit yang ditanam.
Begitu suatu natuur-wet (sunnatullah, = undang-undang alami).
Dalam langkah da'wah Ila-Allah, setiap muslim berkewajiban
menapak tugas tabligh (menyampaikan), kemudian mengajak (da'wah)
kemudian mengwujudkan kehidupan agama yang mendunia (dinul-
harakah al-alamiyyah). Inilah tugas dan peran "umat da'wah" menurut
nilai-nilai Al-Qur'an (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).
"Perjalanan kepada kemajuan" ini tidak perlu ditunggu waktu
sampai besok, kerjakan dari sekarang mana yang bisa dikerjakan,dan
mulailah dengan apa yang ada, karena yang ada itu sebenarnya sudah
amat cukup untuk memulai. Begitu mabda' (prinsip) satu gerak amal
yang disebut "harakah Islamiyah" di masa persaingan ketat sekarang.
Setiap Muslim harus memulai melakukan perbaikan (ishlah).
Dimulai dengan,
(1). Ishlahun-nafsi, yaitu perbaikan kualitas diri sendiri,
sebagaimana arahan Rasulullah "Mulailah dari diri kamu
kemudian lanjutkan kepada keluargamu dan kepada
lingkunganmu" (Al Hadist).
(2) Islahul-ghairi yaitu perbaikan kualitas terhadap lingkungan
menyangkut masalah keluarga, hubungan sosial masyarakat,
sosial ekonomi, kebudayaan dan pembinaan alam lingkungan
yang dikenal sebagai pembangunan yang bersifat sustainable
development atau pengembangan pembangunan yang
berkesinambungan.
Da'wah ini tidak akan berhenti dan akan berkembang terus
sesuai dengan variasi zaman yang senantiasa berubah. Jumlah
pendidikan Islam (madrasah, taman kanak-kanak Islam) berkembang
atas inisiatif masyarakat Muslim ditengah komunitasnya. Ekspansi
ormas Islam seperti Muhammadiyah, Perti dan lainnya gesit sekali.

10
Fenomena diakhir abad keduapuluh menggambarkan telah terjadi
stagnasi yang signifikan.7

Dibawah Konsep Redha Allah


Jika kondisinya demikian, peran serta bagaimana yang dituntut
kepada masyarakat ? Rasanya tidak adil kalau pihak pemerintah
menuntut lebih banyak dari masyarakat, khususnya dalam bidang
dana dan daya (tenaga pengajar).
• Langkah awal menanamkan kesadaran tinggi (to create
the high level awareness), kesadaran tentang perlunya
perubahan dan dinamik yang futuristik. Langkahnya perlu
dengan penggarapan secara sistematik dan pen-dekatan
proaktif mendorong terbangunnya proses pengupayaan (the
process of empowerment).
• Langkah kedua melakukan tahapan perencanaan
dengan rangka kerja yang terarah, terencana mewujudkan
keseimbangan dan minat (motivasi) dan gita kepada iptek,
keterampilan dan pemantapan siyasah. Aspek pendidikan dan
latihan adalah faktor utama dalam peng-upayaan. Konsep-
konsep visi, misi, selalu terbentur dalam pencapaian oleh
karena lemahnya metodologi dalam operasional
pencapaiannya.
• Langkah ketiga memantapkan tahapan pelaksanaan
aktualisasi secara sistematis (the level of actualization). Bila
pendidikan ingin dijadikan modus operandus disamping
kurikulum ilmu terpadu dan holistik, sangat perlu
pembentukan kualita pendidik (murabbi) yang sedari awal
mendapatkan pembinaan. Pendekatan integratif dengan
mempertimbangkan seluruh aspek metodologis berasas
kokoh tamaddun yang holistik dan bukan utopis.

Peran Masyarakat Yang dituntut

7
Merosotnya peran kelembagaan pendidikan madrasah di Minangkabau dalam
bentuk surau, mendorong para elit untuk mengadopsi istilah pondok pesantren
yang semula nyaris diidentikkan dengan perguruan tradisional di Jawa.

11
1. Dalam pemberdayaan manajemen pendidikan, yakni dalam
peningkatan managemen yang lebih accountable, baik dari segi
keuangan maupun organisasi. Melalui peningkatan ini, sumber
finansial masyarakat dapat dipertanggung jawabkan secara lebih
efisien dan peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai. Segi
organisasi lebih menjadi viable (dapat hidup terus, berjalan,
bergairah, aktif dan giat) dan juga durable (dapat tahan lama)
sesuai perubahan dan tantangan zaman.
2. Peran serta masyarakat dalam pengembangan dengan quality
oriented., berkualitas unggulan, sehingga mendorong madrasah
menjadi lembaga center of exellence, yang menghasilkan anak
didik berparadigma ilmu yang komprehensif, yakni
pengetahuan agama plus keterampilan.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber
sumber belajar yang terdapat didalam masyarakat sehingga sistim
pendidikan Islam tidak terpisah dan menjadi bagian integral dari
masyarakat Muslim keseluruhan.
Melalui pengembangan ini madrasah bisa menjadi core, inti,
mata dan pusar dari learning society, masyarakat belajar.
Sasarannya, membuat anak didik menjadi terdidik, berkualitas,
capable, fungsional, integrated ditengah masyarakatnya.
Setiap Muslim harus jeli ('arif) dalam menangkap setiap
pergeseran yang terjadi karena perubahan zaman ini. Harus mampu
menjaring peluang-peluang yang ada, sehingga memiliki visi jauh ke
depan. "Laa tansa nashibaka minaddunya", artinya "jangan sampai
kamu melupakan nasib/peranan kamu dalam percaturan hidup dunia
(Q.S. 28: 77).

Pembangunan SDM menjadi SDU


Kita berkewajiban membentuk Sumber Daya Manusia (SDM)
menjadi Sumber Daya Umat (SDU) yang bercirikan kebersamaan
dengan nilai asas "gotong royong", berat sepikul ringan sejinjing, atau
prinsip ta'awunitas.
Untuk itu, beberapa model perlu dikembangkan dikalangan para
pendidik.

12
• pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir,
• penajaman visi,

• perubahan melalui ishlah atau perbaikan,


• mengembangkan keteladanan uswah hasanah,

• sabar, benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui


pengamalan warisan spiritual religi.
• Menguatkan solidaritas beralaskan pijakan iman dan
adat istiadat luhur, “nan kuriak kundi nan sirah sago,
nan baik budi nan indah baso”
Intensif menjauhi kehidupan materialistis, “dahulu rabab nan
batangkai kini langgundi nan babungo, dahulu adat nan
bapakai kini pitih nan paguno”.

Khatimah
1. Menetapkan langkah kedepan
a. pembinaan human capital melalui keluasan ruang gerak
mendapatkan pendidikan,
b. pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan
berkualiti, memiliki jati diri, padu dan lasak, integreted
inovatif.
c. Mengasaskan agama dan akhlak mulia sebagai dasar pembinaan
generasi muda.
d. Langkah drastik mencetak ilmuan Muslim yang benar-benar
beriman taqwa.
e. Pembinaan minat dan wawasan generasi muda kedepan yang
bersatu dengan akidah, budaya dan bahasa bangsa.
f. Secara sungguh-sungguh mewujudkan masyarakat madani yang
berteras kepada prinsip keadilan (equity) sosial yang terang.
Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain syakartum la
adzidannakum", bila kamu mampu menjaga nikmat Allah (syukur),
niscaya nikmat itu akan ditambah.
2. Meyakini Peran krusial Ajaran Islam ,

13
a. Kemenangan hanya disisi Allah. Sesuai Firman Allah yang
artinya, “(Ingatlah!), ketika kamu memohon pertolongan
kepada Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang dating berturut-turut”.
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirimkan bantuan itu),
melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi
tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (QS.8, Al-Anfal : 9-10).
b. Allah akan menolong setiap orang yang membantunya.
Firman Allah menyebutkan : Artinya, “Jika Allah menolong
kamu, maka tidak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan
pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu selain dari Allah sesudah itu ? Karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakkal” (QS.3, Ali
“Imran : 160).
c. Kuatkan hati, karena Allah selalu beserta orang yang
beriman. Sesuai Firman Allah Artinya, “Jikalau kamu tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya, yaitu ketika orang kafir (musyrikin Makkah)
mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia
berkata kepada temannya “Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita” Maka Allah menurunkan
ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya
dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang
rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.9, at-Taubah : 40).

3. Generasi penerus harus taat hukum,


Upaya ini dapat dilakukan dengan cara ;
• memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga,

• memperkokoh peran orang tua, ibu bapak ,

14
• fungsionalisasi peranan ninik mamak dan unsur
masyarakat secara efektif,
• memperkaya warisan budaya, setia, cinta dan rasa
tanggung jawab patah tumbuh hilang berganti
• menanamkan aqidah shahih (tauhid), dan istiqamah pada
agama yang dianaut,
• menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi
luhur (Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan
akhlaq akan melahirkan saintis tak bermoral agama,
konsekwensinya ilmu banyak dengan sedikit kepedulian )
• Menanamkan kesadaran, tanggung jawab terhadap hak
dan kewajiban asasi individu secara amanah
• penyayang dan adil dalam memelihara hubungan
harmonis dengan alam
• melazimkan musyawarah dengan disiplin dan teguh
politik, kukuh ekonomi
• bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai
puncak budaya Islam yang benar. Sesuatu akan selalu
indah selama benar.

Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya


suatu bangsa ditentukan oleh kekuatan budayanya.
Demikianlah semoga Allah senantiasa Meridhai.

Padang , 7 Pebruari 2000.

15

You might also like