Professional Documents
Culture Documents
Oleh,
H. MAS'OED ABIDIN
Direktur PPIM/Ketua MUI Sumbar Bidang Dakwah
MUKADDIMAH
Sudah lama kita mendengar ungkapan, “jadilah kamu berilmu yang mengajarkan
ilmunya ('aaliman), atau belajar (muta’alliman), atau menjadi pendengar (mustami’an), dan
jangan menjadi kelompok keempat (rabi'an), yakni tidak tersentuh proses belajar mengajar
dan enggan pula untuk mendengar. Kemulian pengabdian seorang pendidik terpancar
dari keikhlasan membentuk anak manusia menjadi pintar, berilmu, berakhlak dan
pengamal ilmu yang menjelmakan kebaikan pada diri, kerluarga, dan di tengah umat
kelilingnya.
1
pemujaan kesenangan indera dengan mengejar kenikmatan badani (hedonistik).
Hakekatnya, telah terjadi penyimpangan perilaku yang sangat jauh dari budaya luhur –
adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah-. Kesudahannya, rela atau tidak, pasti
mengundang kriminalitas, sadisme, dan krisis secara meluas.
pengulangan contoh baik (uswah) terus menerus. Jati diri bangsa terletak pada peran
maksimal ibu bapa – yang menjadi kekuatan inti masyarakat – dalam rumah tangga.2
Pekerjaan ini memerlukan ketaletenan dengan semangat dan cita-cita yang besar
ditopang kearifan. Kedalaman pengertian serta pengalaman di dalam membaca situasi
dan upaya menggerakkan masyarakat sekitar yang mendukung proses pendidikan.
Usaha berkesinambungan mesti sejalan dengan,
a. pengokohan lembaga keluarga (extended family),
b. pemeranan peran serta masyarakat secara pro aktif,
c. menjaga kelestarian adat budaya (hidup beradat).
Setiap generasi yang dilahirkan dalam satu rumpun bangsa (daerah) wajib
tumbuh menjadi,
a. Kekuatan yang peduli dan pro-aktif dalam menopang pembangunan
bangsanya.
b. Mempunyai tujuan yang jelas, menciptakan kesejahteraan yang adil
merata melalui program-program pembangunan.
c. Sadar manfaat pembangunan merata dengan,
1. prinsip-prinsip jelas,
2. equiti yang berkesinambungan,
3. partisipasi tumbuh dari bawah dan datang dari atas,
4. setiap individu di dorong maju
5. merasa aman yang menjamin kesejahteraan.3
2
MENGHADAPI ARUS KESEJAGATAN
Kesejagatan (global) yang deras secara dinamik perlu dihadapi dengan
penyesuaian kadar apa yang di kehendaki. Artinya, arus kesejagatan tidak boleh mencabut
generasi dari akar budaya bangsanya. Sebaliknya, arus kesejagatan itu mesti dirancang dapat
ditolak mana yang tidak sesuai.4
Abad keduapuluhsatu (alaf baru) ini ditandai mobilitas serba cepat dan modern.
Persaingan keras dan kompetitif seiring dengan laju informasi dan komunikasi serba
efektif tanpa batas. Bahkan, tidak jarang membawa pula limbah budaya ke barat-baratan,
menjadi tantangan yang tidak mudah dicegah. Menjadi pertanyaan, apakah siap
menghadapi perubahan cepat penuh tantangan, tanpa kesiapan Sumber Daya Manusia
(SDM) berkualitas yang berani melawan terjangan globalisasi itu?”
Lemahnya jati diri akan dipertajam oleh tindakan isolasi diri lantaran kurang
kemampuan dalam penguasaan “bahasa dunia” (politik, ekonomi, sosial, budaya).
Ujungnya, generasi bangsa menjadi terjajah di negerinya sendiri. Mau tidak mau, tertutup
peluang berperan serta dalam kesejagatan.7 Kurang percaya diri lebih banyak disebabkan
oleh,
3
HILANGNYA AKHLAK MENJADIKAN SDM LEMAH
4
perilaku tidak Islami yang senang melalaikan ibadah.
GENERASI PENYUMBANG
5
yang akan lahir saintis tak bermoral agama. Kesudahannya, ilmu banyak dengan iman
yang tipis, berujung dengan sedikit kepedulian di tengah bermasyarakat.
Langkah-langkah ke arah pembentukan generasi mendatang sesuai bimbingan
Kitabullah QS.3:102 mesti dipandu pada jalur pendidikan, formal atau non formal.
Mencetak anak bangsa yang pintar dan bertaqwa (QS.49:13), oleh para pendidik
(murabbi) yang berkualitas pula. Keberhasilan gerakan dengan pengorganisasian
(nidzam) yang rapi. Menyiapkan orang-orang (SDM) yang kompeten, dengan peralatan
memadai. Penguasaan kondisi umat, dengan mengenali permasaalahan keumatan.
Mengenali tingkat sosial dan budaya daerah, hanya dapat di baca dalam peta dakwah
yang bagaimanapun kecilnya, memuat data-data tentang keadaan umat yang akan diajak
berperan tersebut. Disini terpampang langkah pendidikan yang strategis itu.
Di samping itu perlu pula menanamkan kesadaran serta tanggung jawab terhadap
hak dan kewajiban asasi individu secara amanah. Sikap penyayang dan adil, akan dapat
memelihara hubungan harmonis dengan alam, sehingga lingkungan ulayat dan ekosistim
dapat terpelihara. Melazimkan musyawarah dengan disiplin, akan menjadikan
masyarakat teguh politik dan kuat dalam menetapkan posisi tawar. Kukuh ekonomi serta
bijak memilih prioritas pada yang hak, menjadi identitas generasi yang menjaga nilai
puncak budaya Islami yang benar. Sesuatu akan selalu indah selama benar. Semestinya
disadari bahwa budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kekuatan budayanya.
6
generasi) agar tidak terlahir generasi yang lemah. Kegiatan utama diarahkan kepada
kehidupan sehari-hari. 10
Bila pendidikan ingin dijadikan modus operandus didalam membentuk SDM, maka
di samping kurikulum ilmu terpadu dan holistik, sangat perlu dirancang kualita pendidik
(murabbi) yang sejak awal mendapatkan pembinaan terpadu. Pendekatan integratif
dengan mempertimbangkan seluruh aspek metodologis berasas kokoh tamaddun yang
holistik, dan bukan utopis.
sumber daya manusia yang handal. Mereka, mesti mempunyai daya kreatif dan
inovatif, dipadukan dengan kerja sama berdisiplin, kritis dan dinamis. Mempunyai
vitalitas tinggi, dan tidak mudah terbawa arus. Generasi yang sanggup menghadapi
realita baru, dengan memahami nilai-nilai budaya luhur. Selalu siap bersaing dalam basis
ilmu pengetahuan dengan jati diri yang jelas dan sanggup menjaga destiny, mempunyai
perilaku berakhlak. Berpegang teguh kepada nilai-nilai mulia iman dan taqwa,
mempunyai motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat beragama.
Mereka, akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan. Memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual, memberikan motivasi
emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material, tanpa harus
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Semestinya dipahami bahwa kekuatan hubungan
ruhaniyah (spiritual emosional) dengan basis iman dan taqwa akan memberikan
ketahanan bagi umat. Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada
hubungan struktural fungsional. Karena itu, perlulah domein ruhiyah itu dibangun
dengan sungguh-sungguh;
a. pemantapan metodologi,
b. pengembangan program pendidikan,
7
c. pembinaan keluarga, institusi, dan lingkungan,
d. pemantapan aqidah (pemahaman aktif ajaran Agama)
Kita berkewajiban membentuk SDM menjadi sumber daya umat (SDU) yang
berciri kebersamaan dengan nilai asas "gotong royong", berat sepikul ringan sejinjing,
atau prinsip ta'awunitas. Beberapa model dapat dikembangkan di kalangan para
pendidik. Antara lain, pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir, penajaman visi,
perubahan melalui ishlah atau perbaikan. Mengembangkan keteladanan (uswah hasanah)
dengan sabar, benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui pengamalan warisan
spiritual religi serta menguatkan solidaritas beralaskan iman dan adat istiadat luhur.
“Nan kuriak kundi nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso”. Akhirnya, intensif menjauhi
kehidupan materialistis, “dahulu rabab nan batangkai kini langgundi nan babungo, dahulu adat
nan bapakai kini pitih nan paguno”.
Para pendidik (murabbi) adalah bagian dari suluah bendang dengan uswah hidup
mempunyai sahsiah13 ( )شخصصيةbermakna pribadi yang melukiskan sifat individu mencakup
gaya hidup, kepercayaan, kesadaran beragama dan harapan, nilai, motivasi, pemikiran,
perasaan, budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap dan watak akan mampu menghadirkan
kesan positif masyarakat Nagari. Faktor kepribadian tetap diperlukan dalam proses
pematangan sikap perilaku anak didik yang mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif,
emosi, sosial dan rohani seseorang.14 Ciri kepribadian syarak yang mesti ditanamkan
merangkum sifat-sifat,
8
3. Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani, meliputi,
3.1. Sikap Mental,
a. Cerdas -- pintar teori, amali dan sosial --, menguasai spesialisasi
(takhassus),
b. Mencintai bidang akliah yang sehat, fasih, bijak penyampaian.
c. Mengenali ciri, watak, kecenderungan masyarakat Nagari
3.2. Sifat Kejiwaan,
a. emosi terkendali, optimis dalam hidup, harap kepada Allah,
b. Percaya diri dan mempunyai kemauan yang kuat.
c. Lemah lembut dan baik dalam pergaulan dengan masyarakat.
3.3. Sifat Fisik,
a. mencakup sehat tubuh,
b. berpembawaan menarik, bersih,
c. rapi (kemas) dan menyejukkan.
Satu daftar senarai panjang menerangkan sikap pendidik adalah berkelakuan baik
(penyayang dan penyabar), berdisiplin baik, adil dalam menerapkan aturan. Memahami
masalah dengan amanah dan mampu memilah intan dari kaca. Mempunyai kemauan
yang kuat serta bersedia memperbaiki kesalahan dengan sadar. Selanjutnya tidak
9
memfungsikan lembaga-lembaga pendidikan (surau) dengan ikhlas.
8) Tanggung jawab kepada Rumah Tangga dan Ibu Bapa, dengan menghormati
tanggungjawab utama ibu bapa dengan mewujudkan hubungan mesra dan
kerjasama yang erat di antara institusi pendidikan dengan rumahtangga.
Umat mesti mengantisipasi berbagai krisis dengan kekuatan agama dan budaya
(adat dan syarak) agar tidak menjadi kalah di tengah era persaingan.
Memantapkan watak terbuka dan pendidikan akhlak berlandaskan ajaran tauhid.
Mengamalkan nilai-nilai amar makruf nahi munkar seperti tertera dalam QS.31, Lukman:13-
17. Menghadapi degradasi akhlak dapat dilakukan berbagai program, antara lain ;
10
3. JALINAN KERJASAMA yang kuat rapi – network, nidzam – antara lembaga
perguruan secara akademik dengan meningkatkan pengadaan pengguna
fasilitas.
11
masalah hubungan sosial masyarakat, sosial ekonomi, kebudayaan dan pembinaan alam
lingkungan yang dikenal sebagai sustainable development atau pengembangan
berkesinambungan.
MELAKSANAKAN TUGAS DAKWAH terus menerus dengan petunjuk yang lurus (QS.Al-
Ahzab, 33 : 45-46) dibuktikan dengan beribadah kepada Allah. Mengawal generasi Agam
tetap beragama, dan tidak musyrik. Mengingatkan selalu untuk bersiap kembali kepada-
Nya (QS.Al Qashash, 28 : 87). Setiap muslim hakikinya adalah umat dakwah pelanjut
Risalah Rasul yakni Islam. Dari sini, berawal gerakan syarak mangato adat memakai, artinya
hidup dan bergaul dengan meniru watak pendakwah pertama, Muhammad Rasulullah
SAW. Meneladani pribadi Muhammad SAW untuk membentuk effectif leader di medan
dakwah dalam menuju inti agama Islam (QS. Al Ahzab, 33 : 21). Dakwah selalu akan
berkembang sesuai variasi zaman yang senantiasa berubah.
12
formal secara nyata, akan sangat menentukan dalam membentuk generasi muda masa
datang. Ajaran tauhid mengajarkan agar kita menguatkan hati, karena Allah selalu
beserta orang yang beriman.
Dengan bermodal keyakinan tauhid ini, niscaya generasi terpelajar akan bangkit
dengan pasti dan sikap yang positif.
a. Menjadi sumber kekuatan dalam proses pembangunan
b. Menggerakkan integrasi aktif,
c. Menjadi subjek dan penggerak pembangunan nagari dan daerahnya
sendiri.17
Semoga Allah memberi kekuatan memelihara amanah bangsa ini dan senantiasa
meredhai. Amin.
13
1
Catatan
Pepatah Arab meyebutkan ل تنه عن خلق وتأتي مثله عار عليك اذا فعلت عظيم artinya, Jangan lakukan perbuatan yang anda tegah,
karena perbuatan demikian aibnya amatlah parah.
2
Lihat QS.66:6 bandingkan dengan QS.5:105.
3
Lihat QS.4:58, selanjutnya dasar equiti (keadilan) adalah bukti ketaqwaan (QS.5:8)
4
Lihat QS.3:145 dan 148, lihat juga QS.4:134, dan bandingkan QS.28:80.
5
Lihat QS.30:41
6
Melemahnya jati diri tersebab lupa kepada Allah atau hilangnya aqidah tauhid, lihat QS.9:67, lihat juga
QS:59:19.
7
Lihat QS.9:122, supaya mendalami ilmu pengetahuan dan menyampaikan peringatan kepada umat supaya
dapat menjaga diri (antisipatif).
8
QS.3:139 menyiratkan optimisme besar untuk penguasaan masa depan. Masa depan – al akhirah – ditentukan
oleh aktifitas amaliyah (QS.6:135) bandingkan dengan QS.11:93 dan QS.11:121, bahwa kemuliaan (darjah) sesuai dengan
sumbangan hasil usaha.
9
Lihat QS.9:105, amaliyah khairiyah akan menjadi bukti ditengah kehidupan manusia (dunia).
10
Lihat QS.4:9, mengingatkan penanaman budaya taqwa dan perkataan (perbuatan) benar.
11
Generasi yang tumbuh dalam persatuan yang kokoh kuat dengan I’tisham kepada Allah dan menjauhi setiap
perpecahan (lihat QS.3:103, perbandingkan QS.4:145-146, sesuai QS.22:78).
12
Lihat QS.28:83.
13
Syakhshiyah didifinisikan sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem psyikofisikal di dalam diri seorang yang
menentukan tingkah laku dan fikirannya yang khusus. Sistem psyikofisikal merangkum segala unsur-unsur psikologi
seperti tabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisikal seperti bentuk tubuh, saraf,
kelenjar, wajah dan gerak gerik seseorang (G.W Allport, dalam ”Pattern and Growth in Personality”, lihat juga, Mok Soon
Sang, 1994:1).
14
Syakhshiyah mempunyai tiga ciri keunikan dengan arti kebolehan atau kemampuan untuk berubah dan di ubah;
sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman dan organisasi. Maka syakhshiyah bukan sekadar himpunan tingkahlaku,
tetapi melibatkan corak tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.
15
Lihat QS.6:54 dan QS.16:97, bandingkan QS.25:70-71.
16
Lihat QS.19:40, dan QS.21:105, pewaris bumi adalah hamba Allah yang shaleh (baik), bandingkan dengan QS.7:128.
17
“wa man yattaqillaha yaj’allahuu makhrajan”(QS.65:2-3) Lihat pula QS.3:160, dan QS.47:7.