Professional Documents
Culture Documents
Dari 126 unit kapal yang diproduksi oleh galangan kapal Indonesia, 37 unit
diantaranya merupakan kapal jenis pengangkut barang sementara sisanya 89 unit kapal
merupakan kapal-kapal dalam kategori non-cargo vessels. Hingga tahun 2009, seluruh usaha
galangan kapal Indonesia masih akan menyerahkan sekitar 62 unit kapal dengan asumsi tidak
ada kontrak pemesanan baru dalam periode 2008-2009.
Dilaporkan oleh majalah Newbuildings edisi September 2007 paling tidak ada sekitar
13 usaha galangan kapal yang sangat aktif di Indonesia seperti; PT. PAL Surabaya, Labroy
Shipbuilding Batam, Pan-United Batam, Dumas-Surabaya, ASL Shipyard-Batam, Batamec-
Batam, Bristoil Offshore Indonesia-Batam, Jaya Asiatic-Batam, Kodja bahari-Jakarta, Mariana
Bahagia-Palembang, Noahtu Shipyard-Panjang, Dok Perkapalan Surabaya, dan Tunas Karya
Bahari. Dari sejumlah galangan kapal aktif tersebut sebagian besar berada di Batam. Namun
dari segi kuantitas PT. PAL memiliki pangsa pasar sekitar 76% total DWT kapal yang
dibangun diikuti oleh galangan kapal di Batam sekitar 21% dan sisanya oleh galangan kapal
lain selain itu.
Dari 37 unit kapal kargo yang sedang dan akan dibangun di Indonesia dalam periode
2007-2009, diperkirakan bahwa kapal tipe dry bulk-carrier (pengangkut curah kering)
merupakan pangsa pasar terbesar bangunan baru kapal saat ini yaitu dengan total kapasitas
sekitar 306.000 DWT dengan jumlah sekitar 6 unit kapal yang kemudian diikuti dengan tipe
kapal lain utamanya general-cargo, chemical product tanker, oil-product tanker, cement-
carrier dan live-stock carrier.
Untuk itu industri galangan kapal nasional perlu lebih reaktif di dalam memenuhi
kebutuhan penyediaan pangsa bangunan kapal baru hingga periode 2020 sesuai dengan
target pencapaian asas cabotage dalam negeri. Salah satu faktor krusial yang segera harus
ditangani adalah kebutuhan pengembangan fasilitas bangunan baru yang saat ini masih
relatif terbatas. Waktu tunggu pembangunan kapal (time to build) di galangan kapal utama
Indonesia rata-rata sudah mencapai angka 5 bulan. Hal ini dibuktikan dengan fakta empiris
masih rendahnya pemanfaatan galangan kapal nasional oleh pemilik kapal nasional yaitu
hanya 14%. Mereka justru lebih memilih melaksanakan pembangunan kapal-kapal barunya
di sejumlah galangan kapal luar negeri. Sekitar 86% pekerjaan galangan kapal nasional saat
ini justru merupakan pesanan luar negeri seperti Hongkong, Denmark, Jerman, Italia, Turki,
Singapura, Afrika Selatan dan Panama.
Faktor kelemahan utama galangan kapal nasional bukanlah pada variabel time to
deliver, biaya (harga) ataupun kinerja yang sebenarnya secara regional galangan kita relatif
kompetitif. Yang paling kritis adalah kebutuhan pengembangan dan investasi fasilitas
produksi yang perlu diperhatikan dengan sangat serius. Diperkirakan dari sekitar 240 usaha
galangan kapal nasional, kapasitas terpasang bangunan barunya berada pada kisaran
3
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
380.000-390.000 GT per tahunnya. Sementara lewat pengamatan di 13 galangan kapal
utama Indonesia di tahun 2007 ini diperkirakan bahwa utilitas galangan-galangan tersebut
telah mencapai angka rata-rata 70% yang konsekuensinya adalah memperkecil optimasi
performansi produksi bangunan baru di tahun-tahun mendatang di lokasi galangan utama
tersebut. Apalagi saat ini galangan kapal Indonesia secara umum hanya mampu mengerjakan
kapal-kapal dengan bobot mati di bawah 50.000 ton.
Untuk itu, idealnya guna memenuhi target asas cabotage hingga tahun 2010,
seharusnya kapasitas terpasang galangan kapal nasional berada pada kisaran 750.000-
800.000 per tahunnya atau ada peningkatan sekitar dua kali dari kapasitas terpasang saat ini.
Karenanya program pengembangan fasilitas galangan kapal nasional saat ini merupakan
sesuatu yang perlu segera direalisasikan oleh industri galangan kapal nasional dan
pemerintah.
Sumber : Jurnal Maritim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, diolah.
4
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008