You are on page 1of 13

Penyakit Al-Isyq (Mabuk Cinta)

Oleh :: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Mukaddimah ::

Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah
mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya.
Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang
bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya
sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah
anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya?
Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya
Zadul Ma’ad.

Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus
disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya.
Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para
dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.

KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ::

Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta)
kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang
penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan
virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari)
Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih” [Yusuf : 24]
Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan
berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang
dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .
Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain
apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:

“ Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia
tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya” [Al-Qasas :11]

Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada Musa dan
bergantungnya hatinya kepada Musa.

BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ? ::

Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang
dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor
ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan
banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan
belum mengena.

MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA::


Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menciptakan
makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik
dengan jenisnya, sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.

Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan adanya
keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak
adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya,
agar dia merasa senang kepadanya” [Al-A raf :189]

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang seorang lelaki terhadap
pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak
bergantung dengan kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan
keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa
hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.
Nabi salallahu’alaihi wasallam pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:
“Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan
menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih “( Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis
Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul )
Umar ibn Khtaab dan setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran wajahum yakni
yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga berfirman
“Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan” [At-Takwir : 7]

Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya dengannya, Allah
akan menggiring antara orang-orang yang saling mencintai kareNya di dalam surga dan akan
menggiring orang orang yang saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap
oran akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau.
Di dalam mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:

“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak”
(Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai)
[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma ad
Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_________

Meremehkan Dosa

Sering melakukan perbuatan dosa, akan melemahkan perasaan. Ia menganggap dosa besar sbg
dosa kecil.
Anas radiyallahu’anhu mengatakan,”Sungguh, kalian melakukan suatu perbuatan, yg dimata
kalian itu lebih kecil dari sehelai rambut. Tapi, pd masa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
kami menganggapnya sbg suatu dosa yg akan membinasakan.”
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhu berkata,”Sungguh, orang mukmin itu melihat dosa2nya seakan
dirinya berada dikaki gunung, ia takut kalau-kalau gunung itu menimpanya. Sedangkan orang
fajita melihat dosa2nya spt lalat yg hinggap di hidungnya, lalu berkata,’Hanya segini?’
Skala perbandingan antara meremehkan dosa & m’jaga diri dr dosa adl relative. Jika iman &
takwa kuat, maka para hamba akan menghormati perintah2 Allah dg cara b’usaha tuk segera
melaksanakannya. Mereka jg akan m’hormati larangan Allah, sehingga mereka berhati-hati &
b’usaha m’jd org yg paling jauh dari larangan-Nya. Allah Berfirman :
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa yg mengagungkan syiar-syiar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dr ketakwaan hati.” (Al-Hajj:32)
Dalam ayat lain disebutkan :
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa yg mengagungkan apa-apa yg terhormat di sisi
Allah, maka itu adl lbh baik baginya di sisi Rabb-Nya…..”(Al-Hajj:30)
Allah ‘azza wa jalla mencela para sahabat yg menyebarluaska kabar dusta (hadist al-ifki). Allah
berfirman :
“Ingatlah di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakana dgn
mulutmu apa yg tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya sesuatu yg ringan
saja. Padahal di sisi Allah adl besar.”(An-Nuur:15)
Seorang mukmin akan menganggap besar hal-hal yg menyelisihi perintah Allah, sehingga ia
akan menjauhinya. Ia jg tdk akan mengangggap remeh suatu p’buatan baik. Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Jangan menganggap remeh sedikit pun dari perbuatan makruf. Meskipun hanya dgn menemui
saudaramu dgn wajah ceria.”(HR. Muslim)

Wallahu’alam Bish Showab…………….

Muhasabah Harian Seorang Muslim

1. Apakah anda setiap hari selalu shalat shubuh berjamaah di masjid ? (bagi ikhwan)
2. Apakah anda selalu menjaga shalat yang 5 waktu berjamaah di masjid ? (bagi ikhwan)
3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur’an?
4. Apakah anda rutin membaca dzikir setelah selesai melaksanakan shalat wajib?
5. Apakah anda selalu menjaga shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat wajib?
6. Apakah anda hari ini khusyu’ dalam shalat, menghayati apa yang anda baca?
7. Apakah anda hari ini mengingat mati dan kubur?
8. Apakah anda hari ini mengingat hari kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya?
9. Apakah anda telah memohon kepada Allah sebanyak 3 kali agar dimasukkan ke dalam
syurga?
10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah sebanyak 3 kali agar diselamatkan
dari api neraka? Karena: "Barang siapa yang memohon syurga kepada Allah sebanyak 3 kali,
Syurga berkata, "Wahai Allah! Masukkanlah ia ke dalam syurga", dan barang siapa yang
meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak 3 kali, Neraka
berkata, "Wahai Allah! Selamatkan ia dari api neraka"." (Shahih Al-Jami’ No. 6151 Jilid 6)
11. Apakah anda hari ini membaca hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik?
13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau?
14. Apakah anda hari ini menangis karena takut kepada Allah?
15. Apakah anda selalu membaca dzikir pagi dan sore hari?
16. Apakah anda hari ini telah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah anda
perbuat?
17. Apakah anda telah memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid? Karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang memohon kepada Allah
dengan benar untuk mati syahid, maka Allah akan memberikan kedudukan sebagai syuhada
meskipun ia meninggal di atas tempat tidurnya." (HR. Muslim)
18. Apakah anda telah berdo’a kepada Allah agar Ia menetapkan hati anda di atas agama-Nya?
19. Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo’a kepada Allah di waktu –waktu yang
mustajab?
20.Apakah anda telah membeli buku-buku islam untuk memahami islam? (Tentu dengan memilih
buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang diikuti oleh para sahabat Nabi, karena banyak
juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar).
21. Apakah anda memintakan ampun kepada Allah untuk saudara-saudara mukminin dan
mukminah? Karena dengan mendo’akan mereka anda mendapat kebaikan pula. (Shahih Al-Jami’
No. 5902)
22. Apakah anda telah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat Islam?
23. Apakah anda telah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat mata, telinga, hati
dan segala nikmat lainnya?
24. Apakah hari ini anda telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang
membutuhkan?
25. Apakah anda dapat menahan amarah yang disebabkan karena urusan pribadi dan berusaha
untuk marah karena Allah semata?
26. Apakah anda telah berusaha untuk selalu menjauhkan diri dari sikap sombong dan
membanggakan diri?
27. Apakah anda telah mengunjungi saudara –saudara seiman dan seagama (ikhlas karena Allah
semata)?
28. Apakah anda telah berdakwah untuk keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja
yang yang ada hubungannya dengan diri anda?
29. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua?
30. Apakah anda selalu mengucapkan "Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun – Sesungguhnya
kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya" jika anda mendapat
musibah dari Allah? Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Hendaklah
masing-masing kalian melakukan istirja’ (mengucapkan Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun)
pada setiap hal meskipun ketika tali sandalnya putus karena hal itu termasuk musibah." (Hadits
hasan, lihat Shahih Al-Kalimut Thayyib No. 140)
31. Apakah anda hari ini mengucapkan do’a: "Allahumma Innii A’uudzubika an Usyrikabika wa
Anaa A’lam wa Astaghfiruka Limaa laa A’lam – Ya allah sesungguhnya aku berlindung kepada-
Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui dan aku memohon ampunan-Mu
terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui." (Shahih Al-Jami’ No. 3625). Barang siapa yang
mengucapkannya maka Allah akan menjauhkan darinya dari syirik besar dan syirik kecil.
32. Apakah anda selalu berbuat baik kepada tetangga?
33. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad dan dengki?
34. Apakah anda telah membersihkan lisan anda dari perkataan dusta, mengumpat, mengadu
domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata yang tidak ada manfaatnya?
35. Apakah anda selalu takut kepada Allah dalam hal penghasilan, makanan, minuman dan
pakaian?
36. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala
waktu atas segala dosa dan kesalahan?
"Akhi muslim, jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan nyata, agar engkau
mendapat ridla Allah dan menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan di akherat, Insya
Allah."

Sumber:
- Zaadul Muslim Al-Yaumi , Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah .
- Al-Qabru ‘Adzaabuhu wa Na’iimuhu, Syaikh Husain Al-‘Awaisyah

Sang Aray, Members of CINTA ISLAM, FACEBOOK.com

Jagalah Pandanganmu

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa maksiat itu semuanya racun, penyebab sakit dan binasanya
hati. Maka tundukkanlah pandanganmu, jangan kau umbar pada yang diharamkan, karena ini
adalah kemaksiatan"

Saudaraku, sesungguhnya kemaksiatan itu dapat menjadikan hatimu kotor, maka bersihkanlah
hatimu dengan menjaga pandangan dan sibukkanlah dirimu untuk memperbaiki hatimu, agar
terpancar dari hatimu akhlaq yang mulia dan tercapai apa yang kau rindukan yaitu manisnya
iman.

Allah Taala telah berfirman : "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya", yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah
kepada wanita beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya." (QS. An-Nuur : 30-31). Abu Bakr Al-Jazairi mengenai ayat diatas berkata :
"Hendaknyalah mereka menahan pandangannya sehingga tidak melihat kepada wanita yang
tidak halal
baginya." Larangan ini juga berlaku bagi wanita yaitu haram memandang laki-laki yang tidak halal
baginya.

Pada ayat ini Allah memulai perintah-Nya dengan menahan pandangan sebelum perintah
menjaga kemaluan, karena pandangan itu petunjuk bagi hati, sebagaimana demam yang tinggi
petunjuk bagi kematian. Rasulullah telah memperingatkan hal ini melalui riwayat Ibnu Abbas :
"Fadl bin Abbas membonceng Rasulullah pada waktu Haji Wada, maka datanglah wanita dari
(bangsa) Khatsam maka mulailah Fadl melihat kepadanya dan dia (wanita itu) mulai melihat
kepadanya (Fadl) dan Nabipun memalingkan muka Fadl ke arah lain" (Muttafaq alaih lafadz
Bukhari).

Ibnu Bathal mengatakan bahwa hadits ini mengandung perintah untuk menahan pandangan
karena dikhawatirkan fitnah. Begitu pula sabda Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib : "Hai Ali,
jangan sampai pandangan yang pertama diikuti dengan pandangan yang lain, karena pandangan
yang pertama itu untukmu dan yang terakhir (berikutnya) itu
bukan untukmu." (dikeluarkan oleh AL-Hakim dan Ahmad dari jalan Hamid bin Salamah, berkata
Al-Albany : Hadits hasan).

Dari Abu Said AL-Khudri berkata : Rasulullah bersabda : "Jauhilah duduk-duduk di jalan !"
Mereka (para sahabat) berkata, Ya Rasulullah, kami terpaksa perlu tempat duduk untuk
berbincang-bincang. Maka Nabi bersabda :
"Jika kalian enggan, maka berilah (jalan itu) haknya." Mereka berkata, Apa hak jalan itu ? Beliau
bersabda : "Menundukkan pandangan, menahan sesuatu yang menyakitkan (tidak mengganggu
orang yang sedang lewat), membalas salam dan memerintahkan kepada yang maruf dan
mencegah dari kemungkaran." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud).

Saudaraku, demikianlah peringatan Allah dan Rasul-Nya yang wajib kita kita yakini dan amalkan,
karena barangsiapa yang berani melawan perintah Allah dan Rasul-Nya, nerakalah tempatnya,
sebagaimana firmannya : "Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya baginyalah neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." (QS.
Al-Jin : 23).

Sudah jelas bagi kita bahwa Allah dan Rasul-Nya melarang kita untuk mengumbar pandangan.
Saudaraku, segala peristiwa dan petaka itu bermula dari pandangan, maka jaga dan hati-hatilah.

Ibnul Qayyim telah menuturkan bahwa secara umum segala kejadian yang menimpa manusia
bersumber dari pandangan, karena pandangan itu melahirkan bahaya, kemudian bahaya itu
melahirkan pikiran, pikiran melahirkan syahwat, kemudian syahwat itu melahirkan keinginan,
kemudian semakin kuat dan terjadilah perbuatan dan pasti tidak akan ada penahan yang dapat
membendungnya.

Karena itu dikatakan : Bersabar untuk menahan pandangan itu lebih mudah daripada sabar atas
sakit yang terjadi sesudahnya. Beliau juga menerangkan bahwa diantara bahaya pandangan
adalah kerugian, keluhan dan percikan api.

Saudaraku, hendaklah kita takut kepada Allah, karena Dia Maha Meliputi segala sesuatu. Dia-
pun mengetahui kerdipan mata yang berkhianat dan bisikan hati. Allah telah berfirman : "Dia
mengetahui khianatnya mata dan apa yang tersembunyi dalam hati." (QS. Ghafir : 19).

Saudaraku, hanyalah pandangan yang diizinkan yaitu pandangan kepada yang halal,
memandang mahram dan pandangan (nadhar) seorang laki-laki kepada wanita yang hendak
dipinangnya, sebagaimana dalam hadits dari Jabir,
Rasulullah bersabda : "Apabila seorang daripada kamu meminang seorang wanita, maka kalau ia
dapat melihat kepada apa yang menarik untuk menikahinya, hendaklah ia lakukan." (HR.
Ahmad).

Begitu pula sebuah hadits dari Abu Hurairah behwasannya Rasulullah telah berkata kepada laki-
laki yang hendak menikahi seorang wanita : "Sudah engkau lihat dia ?" Lelaki itu menjawab :
Belum. Sabda beliau : "Pergi dan lihatlah !" (HR. Muslim).

Saudariku, mengumbar pandangan kepada yang diharamkan Allah adalah kemaksiatan yang
harus kita jauhi. Ibnu Qayyim menasehatkan bahwa kemaksiatan yang satu dapat melahirkan
kemaksiatan yang lain, dan kemaksiatan itu bisa melemahkan dan menutup/menggelapkan hati,
serta dapat merusak akal.

Semoga Allah menjaga kita dari segala perbuatan maksiat. Amin.


Oleh : Rahmah Al

Jangan Terlena Dengan Kenikmatan Semu Itu

Di saat Allah menghendaki terjadinya hari kiamat, Dia pun memerintahkan malaikat Israfil untuk
meniup terompetnya dua kali. Tiupan pertama sebagai pertanda untuk membinasakan seluruh
makhluk yang ada di muka bumi dan langit, sedangkan tiupan kedua untuk membangkitkan
mereka kembali.

Allah ta’ala berfirman: "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba
mereka berdiri (menunggu (putusannya masing-masing)." (QS. Az-Zumar: 78 )

Maka, setelah malaikat Israfil meniupkan terompetnya yang kedua kalinya, seluruh makhluk pun
dibangkitkan dari kuburnya oleh Allah ta’ala, lalu mereka dikumpulkan dalam suatu padang yang
amat luas yang rata dengan tanah (QS. Thaha: 107. Lihat Tafsir As-Sa’di hal. 462), dalam
keadaan tidak berpakaian, tidak memakai sandal, tidak berkhitan dan tidak membawa sesuatu
apapun.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: "Pada hari kiamat nanti para manusia akan
dikumpulkan dalam keadaan tidak memakai sandal, tidak berpakaian dan dalam keadaan belum
berkhitan. Aisyah bertanya, ’Wahai Rasulullah, kaum pria dan wanita (berkumpul dalam satu
tempat semuanya dalam keadaan tidak berbusana?!) apakah mereka tidak saling melihat satu
sama lainnya?’ Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ’Wahai Aisyah kondisi
saat itu amat mengerikan sehingga tidak terbetik sedikit pun dalam diri mereka untuk melihat satu
sama lainnya!’" (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya, saat itu masing-masing dari mereka memikirkan dirinya sendiri dan tidak sempat untuk
memikirkan orang lain, meskipun itu adalah orang terdekat mereka. Allah ta’ala berfirman:
"Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya." (QS. ’Abasa:
34-37)

Semua manusia saat itu berada di dalam ketidakpastian, masing-masing menunggu apakah ia
termasuk orang-orang yang beruntung dimasukkan ke taman-taman surga, ataukah mereka
termasuk orang yang merugi dijebloskan ke dalam lembah hitam neraka. Dalam kondisi seperti
itu Allah ta’ala mendekatkan matahari sedekat-dekatnya di atas kepala para hamba-Nya, hingga
panasnya sinar matahari yang luar biasa itu mengakibatkan keringat mereka bercucuran.
Al-Miqdad bin al-Aswad bercerita: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda, "Pada hari kiamat nanti matahari turun mendekati para makhluk hingga hanya berjarak
satu mil... Pada saat itu kucuran keringat masing-masing manusia tergantung amalannya; di
antara mereka ada yang keringatnya sampai di mata kakinya, ada pula yang keringatnya sampai
lututnya, ada yang keringatnya sampai perutnya serta ada yang tenggelam dalam keringatnya
sendiri!" (HR. Muslim)

Demikianlah para manusia saat itu berada di dalam kesusahan, kebingungan dan ketidakpastian
yang tiada bandingannya, padahal satu hari pada saat itu bagaikan 50 ribu tahun hari-hari dunia!
(Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn Utsaimin (II/23))

Allah ta’ala berfirman: "Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam sehari
yang kadarnya lima puluh ribu tahun." (QS. Al-Ma’arij: 4)

Seandainya kita mau berpikir betapa mengerikannya hari-hari itu lantas kita merenungkan jalan
hidup kebanyakan manusia di dunia yang kita lihat selama ini, niscaya kita akan sadar betul
bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang telah terlena dengan keindahan dunia yang
semu ini dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia yang sementara ini masih ada kehidupan lain
yang kekal abadi yang lamanya satu hari di sana sama dengan 50 ribu tahun di dunia!

Kita telah terlena dengan gemerlapnya dunia dan lupa untuk beribadah kepada Allah dan
beramal saleh, padahal pada hakikatnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja!
Tidak lebih dari itu. Suatu waktu yang amat singkat!

Ya, kalaupun umur kita 60 tahun, sebenarnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun
saja. Karena umur yang 60 tahun itu akan dikurangi masa tidur kita di dunia yang jika dalam satu
hari adalah 8 jam, berarti masa tidur kita adalah sepertiga dari umur kita yaitu: 20 tahun Lalu kita
kurangi lagi dengan masa kita sebelum balig, karena seseorang tidak berkewajiban untuk
beramal melainkan setelah ia balig, taruhlah jika kita balig pada umur 10 tahun, berarti umur kita
hanya tinggal 30 tahun!

Subhanallah, bayangkan, pada hakikatnya kita diperintahkan untuk bersusah payah dalam
beramal saleh di dunia hanya selama 30 tahun saja! Alangkah naifnya jika kita enggan untuk
bersusah payah selama 30 tahun di dunia beramal saleh, sehingga akan berakibat kita mendapat
siksaan yang amat pedih di akhirat selama puluhan ribu tahun!

Allah telah memperingatkan supaya kita tidak tertipu dengan kehidupan duniawi yang fana ini
dalam firman-Nya: "Wahai para manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayai kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan)
yang pandai menipu, memperdayakan kalian dari Allah." (QS. Faathiir: 5)

Mengapa orang yang tertipu dengan kehidupan duniawi benar-benar telah merugi? Karena
kenikmatan dunia seisinya tidak lebih berharga di sisi Allah dari sebuah sayap seekor nyamuk!

Sahl bin Sa’d bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya
dunia sepadan dengan (harga) sayap seekor nyamuk; niscaya orang kafir tidak akan
mendapatkan (kenikmatan dunia meskipun hanya seteguk air." (HR. Tirmidzi)

Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar
beribadah kepada Allah ta’ala, mulai dari mencari ilmu, shalat lima waktu berbakti kepada orang
tua, berbuat baik kepada sesama terutama tetangga, mendidik keluarga sebaik-baiknya. Juga
berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang-Nya. Jangan sampai kita termasuk orang-orang
yang disebutkan Allah ta’ala dalam firman-Nya:
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ’Ya Rabbi, keluarkanlah kami. niscaya kami akan
mengerjakan amalan saleh berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan.’ Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup bagi orang yang mau berpikir?! Maka
rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun."
(QS: Faathir: 37)

Namun mereka tidak akan mungkin bisa kembali lagi ke dunia. Demikian pula mereka tidak akan
mati di neraka. Allah ta’ala bercerita:

"Mereka berseru, ’Wahai Malik, biarlah Rabb-Mu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ’Kalian
akan tetap tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran
kepada kalian, namun kebanyakan kalian benci terhadap kebenaran tersebut.’" (QS. Az-Zukhruf:
77-78)

Jangankan untuk menghentikan siksaan, untuk mendapatkan setetes air pun mereka tidak bisa.
Allah ta’ala mengisahkan:

"Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, ’Berilah kami sedikit air atau makanan yang
telah diberikan Allah kepada kalian.’ Mereka (penghuni surga) menjawab, ’Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.’ (Yaitu) orang-orang yang menjadikan
agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.
Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan
pertemuan mereka dengan hari ini dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami." (QS. Al-A’raf: 50-51)

Semoga kita semua bukan termasuk golongan tersebut di atas, amin ya Rabbal ’alamin.

Penulis: Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.


Tulisan ini terinspirasi dari salah satu nasihat yang disampaikan guru kami Syaikh Prof. Dr.
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-’Abbad dalam salah satu kajian beliau dalam kitab Al-’Aqidah
Al-Wasithiyyah yang diadakan di masjid al-Jami’ah al-Islamiyah Madinah tiap Kamis pagi.

Nurun Nisa Maulida, Members of CINTA ISLAM, FACEBOOK.com

Metode Syaitan Menggoda Manusia

Setan menggunakan metode yang bertahap dalam menyesatkan manusia, baik dalam materi
ajakannya maupun dalam caranya.

Ibnu Qayyim menyebutkan 6 tahapan ajakan setan sebagai berikut:

Tahap pertama: setan berusaha agar manusia menjadi kafir atau musyrik. Jika orang tersebut
adalah orang Islam, usahanya diturunkan ke tahap berikutnya.

Tahap kedua: yaitu tahapan bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Manusia dibuatnya
untuk membuat dan menerapkan bid’ah. Jika orang tersebut termasuk ahlussunnah, dimulailah
tahap ketiga.

Tahap ketiga : yaitu tahap kabaa-ir, maksiat, berupa dosa-dosa besar. Jika orang tersebut dijaga
Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk terus menggoda.

Tahap keempat : yatiu tahap shagaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa kecil. Jika orang tersebut
terjaga juga darinya, mulailah setan menyibukkan orang itu dengan metode lain.

Tahap kelima : yaitu setan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh), sehingga
orang itu menghabiskan waktunya dalam hal mubah, tidak sibuk dalam hal yang berpahala, yang
kita semua diperintahkan mengamalkannya.

Tahap keenam : yaitu setan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang
utama) sehingga lalai dari amal yang afdhal (lebih utama) yang lebih baik dari amal mafdhul
tersebut. Misalnya seseorang disibukkan dengan perkara sunat daripada fardhu, maka sibuklah
dia dengan yang disunatkan dan meninggalkan yang difardhukan.

Setan sangat bersungguh-sungguh dalam dakwahnya, dengan mengajak secara bertahap dalam
materi ajakannya. Adapun dalam cara mengajaknya, maka setan itu menjerumuskan manusia
selangkah demi selangkah. Sebagaimana Allah berfirman:

“Makanlah dari apa yang dirizkikan Allah kepada kalian, dan janganlah kalian mengikuti langkah-
langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al An’aam :
142).

Pada mulanya setan berusaha menggelincirkan manusia sedikit-sedikit, kemudian bertahap


menuju tujuannya. Setan masuk pada siapapun dengan metode yang cocok dengan jati diri
manusia yang digodanya.

- Setan masuk pada orang yang zuhud (sederhana) dengan kezuhudannya.


- Setan masuk pada orang alim (berilmu) dengan melalui pintu ilmu.
- Masuk pada orang jahil (bodoh) dengan kebodohannya pula.

Aer Sunyi, Members of CINTA ISLAM, FACEBOOK.com

Kekeliruan Masa Muda (part2)

3. Menyia-Nyiakan Waktu/Umur.
Hal ini disebabkab karena kitidak-tahuan terhadap hakekat fase masa muda, serta tujuan dari
kehidupan. Seandainya para pemuda menyadari, bahwa waktu adalah kehidupannya dan umur
adalah segala-galanya, tentu mereka tidak akan membuangnya dengan percuma.
Sebagian salaf berkata,”Wahai anak Adam! kalian adalah hari-hari yang berputar, tatkala lewat
satu hari, maka bagian dari dirimu telah hilang.”
4.Mabuk-Mabukan dan Mengkonsumsi Narkoba
Ini merupakan bala’ yang sangat besar bagi kawula muda, karena dengan terjurumus di
dalamnya berarti ia telah menyerahkan jiwanya untuk dikendali-kan setan dan hawa nafsu yang
buruk.
Khamer adalah biang kekejian sedangkan narkoba tak ada bedanya dengan khamer karena
sama-sama memabukkan dan merusak akal. Nabi Shallallahu alahi wassalam dalam sabdanya
telah menegaskan,
“Setiap yang memabukkan adalah khamer dan setiap yang memabukkan adalah haram.”
(Muttafaq ‘alaih).
5. Merokok
Merokok memang bukan kategori miras atau narkoba, namun tetap saja merupakan sesuatu
yang membahayakan ditinjau dari berbagai segi, baik kesehatan, kejiwaan, sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu banyak ulama yang menyatakan keharamannya berdasarkan banyak dalil yang
terkait dengan bahaya-bahaya tersebut. Di antara dampak negatif merokok adalah
membahayakan kesehatan, jika dilakukan di tempat umum asapnya mengganggu dan
membahayakan orang lain serta termasuk menyia-nyiakan uang untuk sesuatu yang tidak
berguna.
6. Kebiasaan Rahasia ….maaf, (Onani)
Biasanya para pemuda yang melakukan ini karena khawatir terjerumus ke dalam dosa zina,
maka dengan itu ia berharap agar dapat meredam gejolak syahwatnya. Namun kenyataannya
tidak sesuai yang di harapkan, malahan justru menambah besar dorongan hawa nafsunya. Ia
bukanlah obat penyembuh, dan bukanlah cara penyaluran yang sesuai syariat.
Obat yang dianjurkan adalah menikah, menjaga pandangan, puasa, menyibukkan diri dengan
kegiatan positif, mencari teman yang baik, menjauhi tempat-tempat yang banyak fitnah, tidak
menonton acara-acara yang merusak dll.
7. Suka Meniru Trend Orang Kafir (Tasyabbuh)
Masalah ini cukup serius dan membahayakan, muncul akibat pera-saan kurang dan rendah
kemauan yang membawanya berputar dalam lingka-ran keburukan. Tidak mau menghiasi diri
dengan tingginya akhlak yang diajarkan oleh agamanya sendiri. Mereka lupakan sabda Nabi
Shallallahu alahi wassalam ,
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongannya.” (HR Ahmad dan Abu
Dawud dishahihkan oleh Al-Albani)
8. Hobi Mengumbar Lisan
Bentuknya berupa mengejek dan mengolok-olok orang, menggunjing dan adu domba, dusta,
mencela dan melaknat serta mengucapkan perkataan perkataan buruk dan jorok. Di antara
firman Allah Shubhanahu wata’ala yang melarang hal-hal tersebut adalah surat Al-Hujurat :11-12.
9.Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Allah Shubhanahu wata’ala telah mengingatkan kita semua dengan firman-Nya
“Dan Kami perintahkan kepada manu-sia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya”
(QS.Luqman :14)
Dan sabda Nabi Shallallahu alahi wassalam , “Terlaknatlah siapa saja yang mendurhakai kedua
orang tuanya.” (HR. Ath-Thabrani dishahihkan oleh Al-Albani)
10. Mendengarkan Nyanyian dan Musik
Para pemuda dan juga kebanyakan manusia amat perhatian dengan musik dan nyanyian-
nyanyian, hingga rumah-nya penuh dengan koleksi lagu-lagu yang boleh dibilang sebagian
besarnya berbicara tentang cinta, syahwat dan segala yang memancing tindakan buruk.
Nabi telah mensinyalir melalui sabdanya, “Sungguh akan datang suatu zaman pada umatku ini
dimana saat itu orang-orang menganggap halal perzina-an, sutra, khamer dan musik.”(HR. Al-
Bukhari)
11.Bangga dengan Perbuatan Dosa
Amat banyak anak muda yang merasa bangga apabila dapat mencelakai sesamanya, memukul
atau menghajar hingga terluka, kuat minum sekian botol, tidak puasa Ramadhan dan lain
sebagainya. Andaikan ia tidak terang-terangan dan merasa bangga dengan dosanya, maka
besar kemungkinan Allah akan mengampuninya, karena dalam Hadits Muttafaq ‘Alaih, Nabi
Shallallahu alahi wassalam telah bersabda, bahwa seluruh umatnya akan diampuni kecuali al-
mujahirun (orang yang terang-terangan dalam berbuat dosa).
12. Tidak mensyukuri nikmat Allah Shubhanahu wata’ala dan menyia-nyiakannya.
13. Mengganggu dan menyakiti orang lain, tidak menghormati yang tua.
14. Memutuskan hubungan silatur rahmi.
15. Suka mengikuti program obrolan dengan lawan jenis via telepon.
16. Menunda taubat dan panjang angan-angan.
17. Terlalu banyak tertawa dan bercanda
18. Bergaul dengan teman yang buruk perangai.
19. Tidak perhatian dengan urusan-urusan kaum muslimin.

Sumber: Kutaib “Min Akhtha’ Asy Syabab” Qism Al-Ilmi Darul Wathan Riyadh.

Sang - Aray, Members of CINTA ISLAM, FACEBOOK.com


Kekeliruan Masa Muda (part1)

Masih amat banyak para pemuda yang jatuh dalam pergaulan yang salah, senang dengan
tindakan brutal dan kekerasan, ugal-ugalan, hura-hura dan bahkan kemaksiatan seperti, minum
minuman keras, pergaulan bebas dan sebagainya. Termasuk tingkat yang mengkhawatirkan
adalah meninggalkan kewajiban yang seharusnya dilaku-kan oleh setiap muslim yang telah
baligh, seperti shalat dan puasa Ramadhan. Alasannya sangat sederhana, yakni memang
begitulah seharusnya seorang pemuda itu, kalau tidak demikian namanya bukan anak muda.
Kita semuanya tanpa kecuali pasti menyadari, bahwa masing-masing kita mempunyai kesalahan
dan pernah berdosa, terlupa serta khilaf. Hanya saja orang yang mendapatkan taufiq dan mau
menyadari kekeliruannya pasti akan bersegera untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah
Azza wa jalla. Menyesali perbuatan itu dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi-nya,
sebagaimana difirmankan Allah,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah- dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan
Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. 3:135-136)
Betapa Maha Besarnya Allah! Seseorang telah melakukan tindak kekejian, menganiaya diri
sendiri, kemudian mau bertaubat, menyesal, minta ampunan dan meninggalkan kemaksiatan itu
lalu Allah mengampuni dan memberikan untuknya kenikmatan abadi di Surga.Mengalir di
bawahnya sungai-sungai, disediakan buah-buahan ranum tak kenal musim, keteduhan dan
kedamaian, bidadari yang jelita dan memandang wajah Allah Yang Agung lagi Mulia yang
merupakan nikmat paling besar bagi penduduk Surga.
Pangkal Kekeliruan
Berbagai tindakan menyimpang yang dilakukan para pemuda ternyata memiliki muara yang
boleh dikatakan sama, yaitu kekeliruan dalam memahami dan menyikapi masa muda. Hampir
sebagian besar pemuda memiliki persangkaan dan persepsi, bahwa masa muda adalah masa
berkelana, hura-hura, bersenang-senang, main-main, berfoya-foya dan mengabiskan waktu
untuk bersuka ria semaunya.
Untuk menimbang dan memandang dari sudut syar’i dikatakan belum waktunya dan bukan
trendnya. Padahal kenyataannya syari’at berbicara lain, yaitu masa muda adalah masa
dimulainya seseorang untuk memikul suatu beban tanggung jawab sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi, bahwa ada tiga golongan yang pena
diangkat (tidak ditulis dosanya) yang salah satunya adalah seorang anak hingga ia dewasa
(menjadi pemuda). Maka bagaimanakah seorang pemuda muslim yang ketika itu catatan
keburukan sudah mulai ditulis malah justru memperbanyak keburukannya?
Yang sebenarnya adalah, masa muda merupakan masa dimulainya seseorang memulai
menumpuk dan memperbanyak amal kebajikan, masa menghitung dan introspeksi diri, masa
penuh semangat dan jiwa membara untuk membangun dan beramal sebanyak-banyaknya. Masa
di mana segenap kemampuan dan tenaga dicurahkan serta masa yang penuh dengan
kesempatan emas untuk melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan.
Bentuk-Bentuk Kesalahan yang Sering Dilakukan Pemuda
1. Meremehkan Kewajiban
Banyak sekali di antara para pemuda yang meremehkan kewajiban-kewajiban yang telah di
tetapkan oleh Allah Shubhanahu wata’ala mereka lupa, bahwa Allah menciptakan manusia tidak
lain adalah agar beribadah kepada-Nya. Allah Shubhanahu wata’ala telah berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi
Aku makan”. (QS. 51:56-57)
Allah Shubhanahu wata’ala dalam hadits qudsi, berfirman,
“Tidaklah hamba-Ku melakukan taqarrub (ibadah) dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada
apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)
Kewajiban paling pokok yang sering dilupakan oleh kebanyakan anak-anak muda adalah shalat
(lima waktu) yang merupakan ibadah paling agung setelah syahadatain. Nabi telah menegaskan
dalam sabdanya,
“Pemisah antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah (dalam hal)
meninggalkan shalat.” (HR Muslim). Dan sabdanya yang lain, “Perjanjian antara kita (muslimin)
dengan mereka (orang kafir) adalah shalat, maka barang siapa meninggalkannya ia telah kafir.”
(HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasai dishahihkan oleh Al-Albani).
Apabila seseorang telah menyia-nyiakan shalatnya, maka terhadap selain shalat biasanya lebih
menyia-nyiakan lagi.
2. Terlalu Menuruti Hawa Nafsu
Yakni dengan tanpa memperhati-kan halal dan haram lagi, yang penting kemauannya terpenuhi.
Jika saja ia mau bersungguh-sungguh memegang aturan Islam serta mau berpegang dangan
talinya, maka tentu Allah akan menjaganya dari hal-hal yang haram. Kemudian Allah
Shubhanahu wata’ala akan memberikan untuknya kesenangan yang halal yang dapat
mencukupinya. Namun karena keimanan yang lemah dan rasa malu yang tipis, maka ia malah
enggan dengan pemberian Allah tersebut dan lari darinya sehingga melanggar batas-batas yang
telah ditetapkan Allah azza wa jalla. Maka ia berhak mendapatkan celaan dari Allah Shubhanahu
wata’ala dalam firmanNya,
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. 19:59)

bersambung..........

Masih amat banyak para pemuda yang jatuh dalam pergaulan yang salah, senang dengan
tindakan brutal dan kekerasan, ugal-ugalan, hura-hura dan bahkan kemaksiatan seperti, minum
minuman keras, pergaulan bebas dan sebagainya. Termasuk tingkat yang mengkhawatirkan
adalah meninggalkan kewajiban yang seharusnya dilaku-kan oleh setiap muslim yang telah
baligh, seperti shalat dan puasa Ramadhan. Alasannya sangat sederhana, yakni memang
begitulah seharusnya seorang pemuda itu, kalau tidak demikian namanya bukan anak muda.
Kita semuanya tanpa kecuali pasti menyadari, bahwa masing-masing kita mempunyai kesalahan
dan pernah berdosa, terlupa serta khilaf. Hanya saja orang yang mendapatkan taufiq dan mau
menyadari kekeliruannya pasti akan bersegera untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah
Azza wa jalla. Menyesali perbuatan itu dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi-nya,
sebagaimana difirmankan Allah,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah- dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan
Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. 3:135-136)
Betapa Maha Besarnya Allah! Seseorang telah melakukan tindak kekejian, menganiaya diri
sendiri, kemudian mau bertaubat, menyesal, minta ampunan dan meninggalkan kemaksiatan itu
lalu Allah mengampuni dan memberikan untuknya kenikmatan abadi di Surga.Mengalir di
bawahnya sungai-sungai, disediakan buah-buahan ranum tak kenal musim, keteduhan dan
kedamaian, bidadari yang jelita dan memandang wajah Allah Yang Agung lagi Mulia yang
merupakan nikmat paling besar bagi penduduk Surga.
Pangkal Kekeliruan
Berbagai tindakan menyimpang yang dilakukan para pemuda ternyata memiliki muara yang
boleh dikatakan sama, yaitu kekeliruan dalam memahami dan menyikapi masa muda. Hampir
sebagian besar pemuda memiliki persangkaan dan persepsi, bahwa masa muda adalah masa
berkelana, hura-hura, bersenang-senang, main-main, berfoya-foya dan mengabiskan waktu
untuk bersuka ria semaunya.
Untuk menimbang dan memandang dari sudut syar’i dikatakan belum waktunya dan bukan
trendnya. Padahal kenyataannya syari’at berbicara lain, yaitu masa muda adalah masa
dimulainya seseorang untuk memikul suatu beban tanggung jawab sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi, bahwa ada tiga golongan yang pena
diangkat (tidak ditulis dosanya) yang salah satunya adalah seorang anak hingga ia dewasa
(menjadi pemuda). Maka bagaimanakah seorang pemuda muslim yang ketika itu catatan
keburukan sudah mulai ditulis malah justru memperbanyak keburukannya?
Yang sebenarnya adalah, masa muda merupakan masa dimulainya seseorang memulai
menumpuk dan memperbanyak amal kebajikan, masa menghitung dan introspeksi diri, masa
penuh semangat dan jiwa membara untuk membangun dan beramal sebanyak-banyaknya. Masa
di mana segenap kemampuan dan tenaga dicurahkan serta masa yang penuh dengan
kesempatan emas untuk melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan.
Bentuk-Bentuk Kesalahan yang Sering Dilakukan Pemuda
1. Meremehkan Kewajiban
Banyak sekali di antara para pemuda yang meremehkan kewajiban-kewajiban yang telah di
tetapkan oleh Allah Shubhanahu wata’ala mereka lupa, bahwa Allah menciptakan manusia tidak
lain adalah agar beribadah kepada-Nya. Allah Shubhanahu wata’ala telah berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi
Aku makan”. (QS. 51:56-57)
Allah Shubhanahu wata’ala dalam hadits qudsi, berfirman,
“Tidaklah hamba-Ku melakukan taqarrub (ibadah) dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada
apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)
Kewajiban paling pokok yang sering dilupakan oleh kebanyakan anak-anak muda adalah shalat
(lima waktu) yang merupakan ibadah paling agung setelah syahadatain. Nabi telah menegaskan
dalam sabdanya,
“Pemisah antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah (dalam hal)
meninggalkan shalat.” (HR Muslim). Dan sabdanya yang lain, “Perjanjian antara kita (muslimin)
dengan mereka (orang kafir) adalah shalat, maka barang siapa meninggalkannya ia telah kafir.”
(HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasai dishahihkan oleh Al-Albani).
Apabila seseorang telah menyia-nyiakan shalatnya, maka terhadap selain shalat biasanya lebih
menyia-nyiakan lagi.
2. Terlalu Menuruti Hawa Nafsu
Yakni dengan tanpa memperhati-kan halal dan haram lagi, yang penting kemauannya terpenuhi.
Jika saja ia mau bersungguh-sungguh memegang aturan Islam serta mau berpegang dangan
talinya, maka tentu Allah akan menjaganya dari hal-hal yang haram. Kemudian Allah
Shubhanahu wata’ala akan memberikan untuknya kesenangan yang halal yang dapat
mencukupinya. Namun karena keimanan yang lemah dan rasa malu yang tipis, maka ia malah
enggan dengan pemberian Allah tersebut dan lari darinya sehingga melanggar batas-batas yang
telah ditetapkan Allah azza wa jalla. Maka ia berhak mendapatkan celaan dari Allah Shubhanahu
wata’ala dalam firmanNya,
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. 19:59)

bersambung..........

http://www.kajian.net/home

You might also like