You are on page 1of 202

1

Orang Awam
Mencoba
memahami kata-kata
Yesus di Lukas

Justinus Darmono
2

Mencoba memahami Kata-kata Yesus di Lukas

Santo Lukas, Penginjil:


Santo Lukas adalah pengarang Injil Lukas dan Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul
1:1), dan disebutkan sebagai "tabib yang kekasih" oleh Rasul Paulus (Kolose 4:14),
yang didampinginya selama tugas-tugas misionaris Santo Paulus (Kisah Para Rasul
16:10-40).
Santo Lukas diperkirakan orang Yunani yang menjadi Kristen, dan mungkin satu-
satunya pengarang Injil yang bukan Yahudi. Dalam surat Kolose 4:10-14, Rasul
Paulus menyebutkan sahabat-sahabat yang bersamanya dari golongan mereka yang
bersunat, dengan kata lain Yahudi, dan dia tidak memasukkan Santo Lukas dalam
group ini. Injil Lukas adalah satu-satunya yang menyebutkan perumpamaan "orang
Samaria yang baik hati" (Lukas 10:25-37), Yesus yang memuji iman kaum non-
Yahudi seperti janda di Sarfat di tanah Sidon dan Naaman orang Siria (Lukas 4:25-
27), dan kisah seorang Samaria penderita kusta yang berterima kasih (Lukas 17:11-
19). Hanya dari Injil Lukas kita mendapat nyanyian pujian Maria (magnificat).
Menurut sejarawan Eusebius, Santo Lukas lahir di Antiokia, Siria.
Pada masa kini, kita berasumsi bahwa seorang dokter pastilah kaya-raya. Tetapi
para teolog melontarkan argumentasi bahwa mungkin Santo Lukas dilahirkan
sebagai budak. Tidak jarang bagi keluarga-keluarga kaya pada jaman itu untuk
mendidik budaknya dalam bidang obat-obatan, supaya mereka mempunyai dokter
pribadi. Tidak hanya melalui kata-kata Santo Paulus, tetapi juga Santo Jerome,
Santo Irenaeus, Caius - penulis abad kedua, mereka semua menuliskan bahwa
Lukas adalah seorang tabib.
Untuk mengikuti jejak-jejak pelayanan Santo Lukas, kita harus meneliti Kisah Para
Rasul. Kita tidak memiliki informasi kapan Santo Lukas bertobat dan menjadi Kristen,
tetapi dengan meneliti tulisan pada kitab tersebut, kita bisa melihat dimana dia
bergabung dengan Santo Paulus. Kisah Para Rasul ditulis dengan perspektif orang-
ketiga, seperti seorang sejarahwan menuliskan fakta-fakta sejarah, sampai dengan
pasal ke enam belas. Pada Kisah Para Rasul 16:8-9, kita mendengar pendamping
Paulus "Setelah melewati Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya
tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan
berseru kepadanya, katanya: 'Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!'" Lalu
tiba-tiba di pasal 16:10 kata "mereka" berubah menjadi "kami": "Setelah Paulus
melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke
Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah
memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana." Jadi Santo
Lukas bergabung dengan rombongan Paulus pertama kali diperkirakan di Troas
pada sekitar tahun 51 dan menemaninya ke Makedonia dimana mereka melewati
Samotrake, Neapolis, dan akhirnya Filipi. Santo Lukas lantas kembali merobah gaya
tulisan ke orang ketiga yang agaknya menunjukkan bahwa ia tidak dimasukkan ke
penjara bersama-sama dengan Santo Paulus dan bahwa ketika Paulus dibebaskan
dan meninggalkan Filipi, Santo Lukas tetap tinggal disana untuk mendukung Gereja
disana. Tujuh tahun berlalu sebelum Santo Paulus kembali ke daerah itu dalam
perjalanan misionarisnya yang ketiga. Dalam pasal 20:5, kembali digunakan kata
"kami" yang menunjukkan bahwa Santo Lukas telah meninggalkan Filipi untuk
3
bergabung dengan Santo Paulus pada tahun 58 di Troas, di tempat mereka pertama
kali bergabung. Mereka berkelana bersama melalui Miletus, Tire, Kaisarea ke
Yerusalem. Lukas adalah pendamping yang setia yang tinggal bersama Santo
Paulus ketika ia dipenjarakan di Roma sekitar tahun 61: "Salam kepadamu dari
Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus dan dari Markus, Aristarkhus,
Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku" (Filemon 1:23-24). Dan semua orang
lain meninggalkan Santo Paulus sewaktu ia dipenjara dan sengsara terakhir kalinya,
adalah Santo Lukas yang tetap tinggal bersama Santo Paulus "Hanya Lukas yang
tinggal dengan aku" (2 Timotius 4:11).
Inspirasi dan informasi bagi Injilnya dan Kisah Para Rasul berasal dari hubungannya
yang erat dengan Santo Paulus dan rombongannya seperti yang Lukas jelaskan
dalam pembukaan Injilnya: "Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha
menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi diantara kita,
seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi
mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu
dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk
membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa
segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar."
Perspektif Santo Lukas yang unik akan Yesus bisa dilihat dalam enam mukjijat dan
delapan belas perumpamaan yang tidak ditemui dalam Injil yang lain. Injil Santo
Lukas adalah Injil bagi orang miskin dan keadilan sosial. Hanya Injil Lukas yang
mengisahkan tentang Lazarus dan Orang Kaya (Lukas 16:19-31). Santo Lukas-lah
yang menggunakan "Berbahagialah orang miskin..." dan bukannya "Berbahagialah
orang yang miskin dihadapan Allah" dalam Sabda Kebahagiaan (Lukas 6:20-26,
Matius 5:1-12). Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar Nyanyian Pujian Maria
dimana Maria menyatakan bahwa "Allah menurunkan orang-orang yang berkuasa
dari tahtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala
yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan
hampa" (Lukas 1:52-53)
Santo Lukas juga punya hubungan yang khusus dengan wanita-wanita dalam hidup
Yesus, terutama Bunda Maria. Sepertinya Bunda Maria banyak bercerita kisah
masa lalu dan menarik hati Santo Lukas untuk menulisnya. Hanya dalam Injil Lukas
kita mendengar kisah tentang pemberitahuan akan kelahiran Yesus, kunjungan
Maria ke Elisabet, Nyanyian Pujian Maria, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dan
Yesus yang hilang di Yerusalem. Kepada Santo Lukas-lah kita harus berterima kasih
atas bagian ayat-ayat Alkitab dari doa Salam Maria: "Salam Maria penuh rahmat,
Tuhan sertamu" yang diucapkan oleh malaikat Gabriel dan "Terpujilah engkau
diantara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus" yang diucapkan oleh
sepupunya, Elisabet.
Pengampunan dan belas kasih Allah kepada para pendosa juga sangat penting bagi
Santo Lukas. Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar kisah tentang anak yang
hilang (Lukas 15:11-32). Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar wanita pendosa
yang membasuh kaki Yesus dengan airmatanya (Lukas 7:36-50). Sepanjang Injil
Lukas, Yesus berpihak kepada yang ingin kembali kepada kemurahan Tuhan.
Membaca Injil Lukas memberi gambaran yang jelas akan sifatnya yang mengasihi
orang miskin, yang menginginkan pintu Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang,
yang menghargai para wanita, yang melihat adanya harapan belaskasih Allah bagi
semua orang.
4
Kisah Santo Lukas setelah meninggalnya Santo Paulus tidak diketahui dengan pasti.
Beberapa penulis sejarah mengatakan bahwa ia menjadi martir, sementara lainnya
mengatakan ia berumur panjang. Dalam dunia seni, dia digambarkan dengan seekor
lembu atau domba (karena Injil karangannya dimulai dengan adegan kurban
persembahan di Sinagoga/Bait Suci). Lambangnya adalah seekor lembu yang
bersayap. Santo Lukas adalah santo pelindung para dokter dan ahli bedah.
Dirayakan tiap tanggal 18 Oktober. (dari berbagai sumber)
5

Pengantar dari Penulis


Semakin bertambah umur, penulis baru merasakan bahwa selama
ini hanya berkutat dengan kehidupan duniawi. Apakah sampai
melupakan kewajiban rutin sebagai orang Katolik? Nyatanya tidak
sampai begitu, namun baru sekarang ini penulis merasakan bahwa
itu bukan suatu kewajiban, tetapi lebih karena kebutuhan hidup.

Sebagai orang awam yang betul-betul awam, penulis merasa


“disentuh” oleh Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa orang hidup tidak hanya membutuhkan
makan nasi, roti dan sejenisnya, namun juga membutuhkan Firman dari Tuhan. Dan Firman
Tuhan itu salah satunya tertulis dalam Kitab Suci.

Dari hanya asal membaca Kitab Suci sekenanya, terbersitlah karena sentuhan Tuhan tadi,
untuk mencoba memahami ajaran Tuhan Yesus sendiri. Penulis tidak sampai berpikir apakah
kata-kata Yesus dalam Injil itu betul-betul ucapan-Nya ataukah rangkaian kata-kata yang
disusun oleh pengarangnya, berdasarkan ajaran-Nya.

Yang namanya orang awam, jelas segala pemahaman yang ada disesuaikan dengan “selera”
pengalaman hidup dan kebutuhan penulis untuk kehidupan sehari-hari saat ini. Penulis
hanya merasa yakin bahwa ajaran Tuhan Yesus pada saat itu masih relevan dengan kehidupan
zaman sekarang ini. Jadi akan wajar-wajar saja apabila pemahaman penulis berbeda atau
malahan bertolak belakang dengan para ahli Alkitab. Disinilah penulis membutuhkan
pencerahan hati dari yang berwenang, agar tidak terjerumus ke jalan yang menyesatkan dan
akhirnya malah jatuh ke dalam pencobaan.

Mohon maaf jika ada beberapa hal diambil dari pengalaman komunikasi rohani dengan yang
kudus, bersama kelompok Durpa (sak-dulur, sak-rupa, sak-tuladha, sak-pandonga). Karena
dari pengalaman rohani ini, maka akhirnya disentuh untuk mencoba memahami firman Tuhan
dengan segala kekurangan dan kelemahan. Berkah Dalem;

Salam kasih, damai dan persatuan dalam Yesus,


Justinus Darmono
jl. Jatihandap RT04/08 Kel. Jtihandap
Kec. Mandalajati - Bandung, 40193
tlp. 022-76110413 & 022-7201038
6

Daftar Isi
Halaman
Pengantar dari Penulis...............................................................................................................................................5
Daftar Isi....................................................................................................................................................................6
Bab 1- Pemberitahuan kelahiran Yohanes dan Yesus...............................................................................................9
Pemberitahuan tentang Kelahiran Yohanes Pembaptis.........................................................................................9
Pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus.............................................................................................................11
Maria dan Elisabeth.............................................................................................................................................12
Kidung Maria .....................................................................................................................................................13
Kelahiran Yohanes Pembaptis............................................................................................................................13
Kidung Zakharia..................................................................................................................................................14
Bab 2 - Kelahiran Yesus sampai umur duabelas tahun...........................................................................................15
Kelahiran Yesus..................................................................................................................................................15
Para Gembala......................................................................................................................................................16
Yesus disunat, Simeon dan Hana........................................................................................................................18
Yesus di Bait Allah saat berumur duabelas tahun...............................................................................................21
Bab 3- Yohanes Pembaptis dan Silsilah Yesus.......................................................................................................23
Yohanes Pembaptis mengajar.............................................................................................................................23
Yesus dibaptis dan Silsilah Yesus.......................................................................................................................27
Bab 4- Pencobaan di Padang Gurun sampai Kapernaum........................................................................................28
Yesus Dicobai Iblis.............................................................................................................................................28
Yesus mengajar di Galilea...................................................................................................................................32
Yesus ditolak di Nazaret.....................................................................................................................................32
Yesus di Kapernaum...........................................................................................................................................35
Penyembuhan Mertua Simon Petrus...................................................................................................................36
Bab 5- Penjala Manusia, Penyembuhan dan Hal Bepuasa......................................................................................37
Menjadi Penjala Manusia....................................................................................................................................37
Sakit Kusta disembuhkan....................................................................................................................................39
Sakit Lumpuh disembuhkan................................................................................................................................40
Lewi Pemungut Cukai mengikut Yesus..............................................................................................................42
Hal Berpuasa.......................................................................................................................................................43
Bab 6- Hari Sabat, Ucapan Bahagia dan Peringatan, Dasar Hidup.........................................................................45
Memetik Gandum di hari Sabat..........................................................................................................................45
Menyembuhkan di hari Sabat..............................................................................................................................46
Duabelas Rasul....................................................................................................................................................47
Mengajar dan Menyembuhkan............................................................................................................................48
Ucapan Bahagia dan Peringatan..........................................................................................................................49
Mengasihi Musuh................................................................................................................................................52
Hal Menghakimi..................................................................................................................................................55
Pohon dan Buahnya.............................................................................................................................................57
Dua macam Dasar...............................................................................................................................................58
Bab 7- Penyembuhan, Diurapi Orang Berdosa.......................................................................................................58
Hamba seorang Perwira disembuhkan................................................................................................................58
Membangkitkan Anak Muda di Nain..................................................................................................................60
Yesus dan Yohanes Pembaptis............................................................................................................................61
Yesus diurapi oleh Perempuan Berdosa..............................................................................................................64
Bab 8 Perumpamaan, Meredakan Angin Ribut, Menghidupkan Orang mati.........................................................66
Perempuan-perempuan yang melayani rombongan Yesus.................................................................................66
Perumpamaan tentang Seorang Penabur.............................................................................................................67
Perumpamaan tentang Pelita...............................................................................................................................68
Yesus dan Saudaranya ........................................................................................................................................70
Angin Ribut diredakan........................................................................................................................................71
Mengusir Roh Jahat di Gerasa............................................................................................................................71
Membangkitkan anak Yairus dan Menyembuhkan Sakit Pendarahan................................................................73
Bab 9- Pengutusan, Memberi Makan Orang Banyak dan Transfigurasi.................................................................74
Mengutus keduabelas Murid...............................................................................................................................74
Herodes dan Yesus..............................................................................................................................................75
Memberi Makan limaribu orang.........................................................................................................................76
Pengakuan Petrus................................................................................................................................................77
Pemberitahuan pertama tentang Penderitaan Yesus............................................................................................78
7
Syarat mengikut Yesus........................................................................................................................................79
Dimuliakan di atas Gunung (Transfigurasi)........................................................................................................82
Mengusir Roh Jahat.............................................................................................................................................84
Pemberitahuan kedua tentang Penderitan Yesus.................................................................................................85
Yang Tebesar.......................................................................................................................................................85
Bukan murid Yesus mengusir Setan, Orang Samaria menolak Dia....................................................................86
Hal mengikut Yesus............................................................................................................................................89
Bab 10- Pengutusan, Kecaman, Maria dan Marta...................................................................................................90
Mengutus tujuhpuluh Murid................................................................................................................................91
Peringatan kepada beberapa Kota.......................................................................................................................93
Ke tujuhpuluh Murid Kembali............................................................................................................................95
Ucapan Syukur dan Bahagia...............................................................................................................................96
Perumpamaan Orang Samaria yang murah hati..................................................................................................98
Maria dan Marta................................................................................................................................................101
Bab 11- Hal Berdoa, Roh jahat, Tanda Yunus......................................................................................................102
Doa Bapa Kami.................................................................................................................................................102
Yesus dan Beelzebul.........................................................................................................................................106
Kembalinya Roh Jahat......................................................................................................................................109
Siapakah yang Berbahagia?..............................................................................................................................110
Tanda Yunus.....................................................................................................................................................110
Pelita Tubuh......................................................................................................................................................112
Kecaman kepada orang Farisi dan Ahli Taurat.................................................................................................114
Bab 12- Pengajaran khusus bagi Para Murid........................................................................................................118
Perumpamaan Orang Kaya yang Bodoh...........................................................................................................120
Hal Kekuatiran..................................................................................................................................................123
Hal Kewaspadaan..............................................................................................................................................124
Yesus membawa Pertentangan..........................................................................................................................125
Menilai Zaman..................................................................................................................................................128
Bab 13- Dosa dan Penderitaan, yang Diselamatkan.............................................................................................129
Perumpamaan tentang Pohon Ara.....................................................................................................................130
Menyembuhkan pada hari Sabat.......................................................................................................................131
Perumpamaan tentang Biji Sesawi....................................................................................................................131
Perumpamaan tentang Ragi...............................................................................................................................133
Siapa yang diselamatkan?.................................................................................................................................134
Kematian Nabi di Yerusalem............................................................................................................................134
Bab 14- Paling Utama dan Sebaliknya, Melepas dengan Tulus...........................................................................135
Penyembuhan di hari Sabat...............................................................................................................................135
Tempat paling Utama dan paling Rendah.........................................................................................................136
Siapa yang harus diundang?..............................................................................................................................137
Perumpamaan tentang orang yang Berdalih......................................................................................................138
Hal Melepas untuk mengikut Yesus..................................................................................................................139
Bab 15- Perumpamaan..........................................................................................................................................140
Perumpamaan Domba yang Hilang...................................................................................................................140
Perumpamaan tentang Dirham yang Hilang.....................................................................................................141
Perumpamaan tentang Anak yang Hilang.........................................................................................................142
Bab 16- Kesetiaan, Lazarus...................................................................................................................................144
Perumpamaan tentang Bendahara yang tidak Jujur..........................................................................................144
Setia dalam hal yang Kecil................................................................................................................................145
Perumpamaan Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin......................................................................................147
Bab 17- Nasihat, Orang Kusta, Kerajaan Allah....................................................................................................149
Beberapa Nasihat...............................................................................................................................................149
Tuan dan Hamba...............................................................................................................................................150
Sepuluh Orang Kusta........................................................................................................................................151
Kerajaan Allah...................................................................................................................................................152
Bab 18- Perumpamaan, Memberkati Anak, Upah................................................................................................155
Perumpamaan tentang Hakim yang tidak Benar...............................................................................................155
Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai................................................................................156
Yesus memberkati Anak-anak..........................................................................................................................157
Orang Kaya susah masuk Kerajaan Allah.........................................................................................................157
Upah mengikut Yesus.......................................................................................................................................159
Orang Buta dari Yerikho disembuhkan.............................................................................................................161
Bab 19- Zakheus, Uang Mina, Minggu Palma......................................................................................................162
8
Zakheus Pemungut Cukai..................................................................................................................................162
Perumpamaan tentang uang Mina.....................................................................................................................163
Yesus dielu-elukan di Yerusalem......................................................................................................................164
Yesus mensucikan Bait Allah...........................................................................................................................166
Bab 20- Kuasa Yesus, Pajak kepada kaisar, Kebangkitan....................................................................................167
Pertanyaan tentang Kuasa Yesus.......................................................................................................................167
Perumpamaan tentang Penggarap Kebun Anggur............................................................................................168
Membayar Pajak kepada Kaisar........................................................................................................................169
Pertanyaan orang Saduki tentang Kebangkitan.................................................................................................170
Nasihat supaya waspada terhadap Ahli Taurat.................................................................................................172
Bab 21- Persembahan. Penderitaan dan Nubuat Keruntuhan Yerusalem ............................................................173
Persembahan Janda Miskin...............................................................................................................................173
Bait Allah akan diruntuhkan.............................................................................................................................174
Permulaan Penderitaan......................................................................................................................................174
Tentang runtuhnya Yerusalem..........................................................................................................................176
Kedatangan Anak Manusia...............................................................................................................................177
Perumpamaan tentang Pohon Ara.....................................................................................................................178
Nasihat supaya Berjaga-jaga.............................................................................................................................178
Bab 22- Pengkhianatan, Perjamuan Malam, Getsemani dan Ditangkap...............................................................179
Rencana membunuh Yesus...............................................................................................................................179
Persiapan makan Paskah...................................................................................................................................180
Penetapan Perjamuan Malam............................................................................................................................181
Percakapan waktu Perjamuan Malam...............................................................................................................183
Di Taman Getsemani.........................................................................................................................................185
Yesus ditangkap................................................................................................................................................187
Petrus menyangkal............................................................................................................................................188
Di hadapan Mahkamah Agama.........................................................................................................................189
Bab 23- Diadili, Disalibkan, Wafat dan Dikuburkan............................................................................................190
Di hadapan Pilatus.............................................................................................................................................190
Di hadapan Herodes..........................................................................................................................................191
Yesus kembali di hadapan Pilatus.....................................................................................................................192
Jalan Salib.........................................................................................................................................................194
Yesus disalibkan................................................................................................................................................195
Yesus Wafat......................................................................................................................................................196
Yesus dimakamkan...........................................................................................................................................197
Bab 24- Kebangkitan, Penampakan Diri, Naik ke Sorga......................................................................................198
Kebangkitan Yesus............................................................................................................................................198
Menampakkan Diri di jalan ke Emaus..............................................................................................................199
Menampakkan Diri kepada Semua Murid........................................................................................................200
Kenaikan Yesus ke Sorga..................................................................................................................................201
Pungkasan dari Penulis..........................................................................................................................................202
Gambar dari berbagai sumber
9

Bab 1- Pemberitahuan kelahiran Yohanes


dan Yesus
1:1. Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu
berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, 1:2
seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula
adalah saksi mata dan pelayan Firman. 1:3 Karena itu, setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,
1:4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang
diajarkan kepadamu sungguh benar.
Kelihatannya tulisan Lukas ini dikirimkan kepada Teofilus yang sangat
dipercaya, bahwa pada saatnya akan dikumpulkan dan dibukukan.
Kemungkinan besar Teofilus termasuk orang kaya yang hidup baik dan benar.
Lukas bagaikan wartawan yang mengumpulkan informasi dari sumber berita yang terpercaya.
Semua hasil tulisannya dibukukan dan diserahkan kepada Teofilus, agar suatu ketika
kumpulan tulisan tersebut bisa diperbanyak, sebagi buku pegangan kesaksian iman. Referensi
Lukas langsung dari saksi mata dan pelayan Firman, yang mengalami sendiri hidup di zaman
dan bersama Tuhan Yesus. Penulis tidak tahu persis siapa saja yang menjadi sumber
informasi pada saat itu. Paling tidak Lukas pasti menemui Bunda Maria, para rasul, orang-
orang tua yang bisa dijadikan sebagai sumber berita.

Jika kita cermati, sepertinya pada waktu itu setelah kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus
sangat terkenal. Akhirnya muncul banyak cerita dan ajaran dengan penekanan tertentu, sesuai
maksud pembuat cerita. Rasanya wajar-wajar saja apabila timbul perbedaan disana-sini,
bahkan mungkin sekali jika ada cerita yang sangat bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
Apalagi jika penulis tersebut malahan anti Kristus, pasti ceritanya dibuat sedemikian rupa
halus, dan kemudian berbelok arah.

Santo Lukas mencoba menjadi wartawan, mencari berita yang sebenar-benarnya dari
berbagai sumber yang layak dipercaya. Anggaplah dari tangan pertama yang mengalami
sendiri, yang pernah berhubungan atau tetangga dan kerabat dekat dari Tuhan Yesus. Paulus
malah menekankan bahwa segala sesuatu yang telah diajarkan dan didengar adalah benar.
Agak berbeda dengan ajaran atau gossip yang disebarkan oleh kelompok lain, yang tidak
menyukai kehadiran Tuhan Yesus.

Pemberitahuan tentang Kelahiran Yohanes


Pembaptis
1:5. Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari
rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. 1:6 Keduanya
adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan
tidak bercacat. 1:7 Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya
telah lanjut umurnya. 1:8 Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan
tugas keimaman di hadapan Tuhan. 1:9 Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk
menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan
membakar ukupan di situ. 1:10 Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang.
Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. 1:11 Maka tampaklah kepada Zakharia seorang
malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. 1:12 Melihat hal itu ia
terkejut dan menjadi takut. 1:13 Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai
Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak
laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. 1:14 Engkau akan bersukacita
dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. 1:15 Sebab ia
akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia
10
akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; 1:16 ia akan membuat banyak orang
Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, 1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan
dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan
hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian
menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." 1:18 Lalu kata Zakharia kepada
malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan
isteriku sudah lanjut umurnya." 1:19 Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang
melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan
kabar baik ini kepadamu. 1:20 Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat
berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya
akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." 1:21 Sementara itu orang
banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam
Bait Suci. 1:22 Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah
mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat
kepada mereka, sebab ia tetap bisu. 1:23 Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang
ke rumah. 1:24 Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia
tidak menampakkan diri, katanya: 1:25 "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia
berkenan menghapuskan aibku di depan orang."
Kelihatannya Zakharia dan Elisabet pernah memohon kepada Tuhan agar dikaruniai anak.
Keluarga tanpa anak sepertinya dianggap aib bagi kebanyakan orang pada waktu itu.
Anggapan ada sesuatu yang keliru pada keluarga tersebut, sehingga tidak dikaruniai anak.
Doa permohonan yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang bening, pasti akan dikabulkan
oleh Tuhan. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengabulan doa tersebut.
Mungkin permohonan mereka berdua sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan sudah dilupakan
dan kenyataannya dikabulkan setelah mereka berdua bertambah tua.

Hal yang tidak mungkin menurut manusia, segalanya menjadi mungkin bagi Tuhan. Hal ini
mengajarkan kepada kita bahwa perkenan Tuhan tergantung kepada Tuhan sendiri. Kita
diminta memohon dengan penuh kesabaran, karena yang menentukan bukan kita. Seringkali
kita dibuat tercengang dan bengong karena kita sudah agak lupa dengan doa permohonan,
ketika pengabulan doa terjadi di saat yang tidak kita sangka. Banyak cerita dalam Kitab Suci
bagaimana orang-orang terpilih dikaruniai anak setelah berumur.

Ditulis bahwa mulai dari dalam kandungan Elisabeth, Yohanes sudah dipenuhi oleh Roh
Kudus. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa sebutan Roh Kudus, Roh Allah sendiri sudah
berkarya sebelum kelahiran Tuhan Yesus. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, sebutan Roh
Kudus hanya kita dapatkan dalam Kitab Yesaya. Mungkin hal ini agak berbeda sedikit dengan
pengajaran yang mengatakan bahwa Allah Bapa berkarya sendiri sebelum abad Masehi.
Kemudian zaman Tuhan Yesus yang berkarya sebagai Allah Putera, dan setelah kenaikan-
Nya ke surga yang berkarya adalah Roh Kudus. Allah yang Esa dapat berkarya seturut dengan
kehendak-Nya, yang mungkin bisa tidak sesuai dengan selera kita. Itulah misteri Tuhan yang
tidak bisa masuk ke dalam nalar kita.

Kita bisa memahami bahwa Keluarga Zakharia dan Elisabet termasuk kelompok imam yang
baik dan benar di mata Tuhan. Melalui malaikat Tuhan, Zakharia menerima kabar yang
mengagetkan yang tidak bisa dipercaya. Dan kita juga tahu bahwa anaknya bernama Yohanes
Pembaptis yang dianggap sebagai orang aneh, tidak umum. Hidupnya di padang gurun, tidak
minum anggur, berpakaian kulit bulu onta. Kemungkinan besar termasuk seorang pertapa
yang hidupnya penuh dengan puasa dan doa. Dialah yang disebut nabi besar pada masa itu
dan telah mempertobatkan banyak orang, untuk kembali ke jalan Allah.

Sesuai dengan nubuat nabi terdahulu, sebelum kedatangan Mesias, maka akan didahului oleh
seorang nabi yang seperti Elia. Nabi Elia sangat dikenal oleh orang Yahudi, karena bisa
mengalahkan sekelompok besar dukun dalam lomba menyalakan api korban bakaran. Dia
juga dikenal sebagai nabi yang bisa “terbang,” mendahului perjalanan orang yang naik kuda.
11

Pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus


1:26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat
Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan
seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan
itu Maria. 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria,
ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan
menyertai engkau." 1:29 Maria terkejut mendengar
perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti
salam itu. 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut,
hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di
hadapan Allah. 1:31 Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki
dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud,
bapa leluhur-Nya, 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-
lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." 1:34 Kata Maria kepada malaikat itu:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" 1:35 Jawab malaikat itu
kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi
engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. 1:36 Dan
sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada
hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. 1:37 Sebab bagi
Allah tidak ada yang mustahil." 1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Menurut isteri penulis, bulan keenam kalau dihitung ke tahun Masehi, jatuh pada bulan
Agustus. Dikatakan oleh isteri penulis bahwa bulan kesatu jatuh pada bulan Maret. Darimana
hitungannya penulis sendiri tidak tahu, yang jelas dari membaca buku atau koran. Paling tidak
kita bisa mencoba merenungkan mengapa ada bulan September (tujuh), Oktober (delapan),
November (sembilan) dan Desember (sepuluh). Para ahli sendiri berpendapat bahwa
penampakan malaikat kepada Maria diperkirakan jatuh pada bulan Maret. Jika mengandung
seperti wanita pada umumnya, maka diperkirakan akan melahirkan pada bulan Desember.

Jika bulan Agustus mulai mengandung, maka anaknya akan lahir pada sekitar bulan Mei.
Bagimana kalau Bunda Maria mengandung hanya tujuh bulan saja? Maka kelahiran Tuhan
Yesus akan jatuh di sekitar bulan Maret.

Siapakah Maria sebenarnya, Kitab Suci tidak menjelaskan secara gamblang. Hanya dituliskan
bahwa Elisabet masih sanak saudaranya. Penulis hanya berandai-andai, bahwa Bunda Maria
yang perawan pastilah putih suci bagaikan salju, tanpa cacat dan cela. Dari manakah asalnya
seorang perawan suci, yang pantas untuk menjadi bunda Allah? Jika ajaran gereja tentang
dosa asal yang pasti dimiliki oleh setiap manusia, hal ini agak tidak sesuai dengan benak
penulis. Penulis lebih meyakini bahwa Bunda Maria lebih dari istimewa, tanpa noda tanpa
dosa asal. Mengapa? Karena hanya yang pantas saja yang dapat menjadi atau terpilih oleh
Allah menjadi ibunya Tuhan, Anak Allah. Pastilah keberadaan Bunda Maria di dunia ini
penuh dengan misteri Allah yang tak terjelaskan. Jadi boleh-boleh saja apabila ada orang yang
percaya bahwa Bunda Maria “diciptakan” atau dipersiapkan oleh Tuhan sendiri secara
khusus penuh misteri. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bagaimana kelahiran Bunda
Maria sendiri di dunia, sepertinya tidak ada seorangpun yang tahu. Kitab apokrip sendiri
hanya menuliskan bahwa Bunda Maria “anak” dari Anna dan Yoakhim. Ada juga yang
menulis bahwa Bunda Maria anak Heli atau Eli. Kita boleh berandai andai bahwa kata Eli
bisa berkonotasi Elohim yang berarti Tuhan. Namun bisa juga menjadi Eliyakhim yang
kemudian berubah menjadi Yoakhim.
12
Ada juga yang mengibaratkan Bunda Maria seperti semak berduri yang menyala namun tidak
terbakar karena Yang Kudus berada di situ, seperti penglihatan Musa. Banyak nubuat yang
telah tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang dihubungkan dengan Bunda Maria dan
Tuhan Yesus (Kej.3:15, Kel 3:2, 13:2, Mikha 5:1-2, Yes 7:14, dan mungkin lainnya)

Dengan model jawaban atau pertanyaan yang hampir sama, antara Zakharia dan Maria
menghasilkan buah yang berbeda. “Bagaimana mungkin itu terjadi?” Zakharia menjadi bisu
selama isterinya, Elisabet mengandung. Bunda Maria tidak mengalami apa-apa kecuali kaget
dan heran. Mungkin tanggapan Bunda Maria yang begitu pasrah sebagai hamba Tuhan yang
membedakannya. Mungkin hanya kepasrahan dan kesetiaan yang teguh kepada Tuhan yang
menjadi kunci untuk menuju jalan yang lurus.

(Pengalaman rohani penulis bersama tiga saudara seiman harap diabaikan saja agar jangan
menjadi batu sandungan, namun perlu untuk disampaikan. Ketika kami berempat sedang
berkumpul di rumah penulis, kemudian hadirlah Bunda Maria. Salah satu dari pertanyaan
penulis, Bunda Maria mengatakan :”Aku anaknya Anna, namun aku tidak turun dari Anna,
aku turun dari langit.” (07062006) Penulis tidak tahu harus bagaimana menjabarkannya, karena
komunikasi dalam bahasa Jawa. “Turun” dalam bahasa Jawa bisa ditafsirkan bermacam-
macam)

Maria dan Elisabeth


1:39. Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju
sebuah kota di Yehuda. 1:40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada
Elisabet. 1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 1:42 lalu berseru dengan suara nyaring:
"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 1:43
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 1:44 Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
1:45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana."
Kita bisa membayangkan betapa jauh pada waktu itu, jalan yang harus ditempuh Bunda Maria
dari Nazaret yang di Galilea ke kota di Yehuda. Dari utara menuju ke arah selatan, mungkin
melewati Yerusalem. Dipercaya bahwa tempat tersebut di Ain-Karim yang di pegunungan.
Jarak yang ditempuh pastilah berpuluh-puluh kilometer dan belum ada kendaraan beroda
seperti sekarang. Rasanya tidak mungkin apabila Bunda Maria pergi sendirian begitu saja.
Mungkin seperti rombongan keluarga termasuk bapakYusup yang akan menjenguk
saudaranya yang sudah mendekati akan melahirkan.

Salam tamu yang didengar oleh tuan rumah, bagaikan suara dari sorga dan menggerakkan
Roh Kudus dalam diri Elisabet. Kita bisa membayangkan bagaimana dua keluarga yang
saling mangasihi, lama tidak berjumpa. Betapa pertemuan tersebut akan terisi oleh
kegembiraan, kebahagiaan, keharuan dan macam-macam perasaan menjadi satu. Percakapan
melepas rindu karena lama tidak bersua pastilah ramai sekali. Mungkin mereka saling
bercerita tentang pengalaman rohani masing-masing, dan bagaimana mereka memuji dan
mengagungkan Tuhan. Bagaimana nyonya rumah begitu merendah dan meninggikan tamu
yang datang. Hal ini paling tidak mengajarkan kepada kita, untuk menghormati tamu yang
datang ke rumah kita, siapapun mereka. “Wadhuh, mimpi apa aku semalam. Pantas burung
prenjaknya berkicau terus, Tidak tahunya ada tamu agung yang datang. Mari-mari, silahkan
masuk.”

Disini kita bisa memahami bahwa doa awal “Salam Maria” diambil dari kata-kata malaikat
Gabriel dan Elisabet kepada Bunda Maria. Kita patut berterimakasih kepada mereka yang
13
mengajarkan separoh bagian doa tersebut. Kita diajar juga oleh Elisabeth yang mengatakan
bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah.

Kidung Maria
1:46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 1:47 dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku, 1:48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya,
mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 1:49 karena Yang
Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah
kudus. 1:50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 1:51 Ia
memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang
yang congkak hatinya; 1:52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan
meninggikan orang-orang yang rendah; 1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang
yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 1:54 Ia menolong
Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 1:55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada
nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 1:56 Dan
Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke
rumahnya.
Kidung Maria ini mungkin lebih kita kenal dengan istilah Magnificat. Bagamana Bunda
Maria mengagungkan Tuhan dan betapa semua orang akan menyebut dia berbahagia.
Sepertinya Bunda Maria sudah tahu, apa yang akan terjadi dengan Anak dalam
kandungannya. Anak yang selalu berpihak kepada orang miskin, menderita, rendah hati, yang
teraniaya. Orang-orang yang congkak, yang sombong akan tercerai berai sendiri oleh tingkah
lakunya, dimana Tuhan tidak berkenan.

Rahmat-Nya akan turun kepada siapapun yang takut akan Dia, yang mau melaksanakan
segala kehendak-Nya. Rahmat-Nya tidak pernah habis, yang selalu dicurahkan kepada seluruh
umat ciptaan-Nya. Tergantung apakah kita mau membuka diri dan menyiapkan wadhah untuk
menerima curahan rahmat-Nya tersebut.

Sepertinya pujian kidung Bunda Maria malah mendekati ramalan yang akan terjadi kepada
bangsa Israel maupun bangsa Romawi. Bagaimana orang-orang kecil tidak dikenal, yang
miskin tidak punya apa-apa akan naik daun, mendirikan kerajaan surga di dunia. Bagaimana
para pembesar, raja-raja akan turun dari takhtanya dan hilang ditelan bumi. Mereka pada
waktunya akan hilang tanpa kekuasaan, hanya menjadi bagian dari sejarah. Mungkin hal
tersebut akan terus berlangsung sampai saat ini dan yang akan datang.

Kemungkinan besar Bunda Maria tinggal di rumah Zakharia, sampai Elisabet melahirkan.
Setelah segala sesuatunya selesai, barulah rombongan Bunda Maria pulang ke Nazaret. Ada
tulisan yang menceritakan bahwa perjalanan tersebut kurang lebih tigapuluh jam, yang berarti
bisa sekitar tiga hari atau lebih, jika malam hari beristirahat. Zaman sekarang banyak orang
yang akan mengeluh apabila berjalan empat lima kilometer saja, apalagi jika musim panas
dengan teriknya matahari. Seringkali kita lupa bahwa telah dikaruniai dua kaki yang sehat
untuk berjalan, namun kaki tersebut kita manjakan dengan cara yang lebih praktis, sesuai
kemajuan zaman.

Kelahiran Yohanes Pembaptis


1:57. Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan
iapun melahirkan seorang anak laki-laki. 1:58 Ketika tetangga-
tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah
menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah
mereka bersama-sama dengan dia. 1:59 Maka datanglah mereka pada
14
hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia
menurut nama bapanya, 1:60 tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." 1:61
Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." 1:62
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya
kepada anaknya itu. 1:63 Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah
Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. 1:64 Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan
terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. 1:65 Maka ketakutanlah semua orang
yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan
Yudea. 1:66 Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi
apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Kelahiran Yohanes Pembaptispun sudah membikin geger di seluruh tanah Yudea. Kita bisa
membayangkan pada zaman itu, betapa Zakharia yang mengalami kebisuan selama isterinya
mengandung. Hal tersebut sudah menjadi keanehan luar biasa dan semua orang akan
berandai-andai sesuai selera mereka. Dan bagaimana lidah dalam mulutnya terlepas mulai
dapat berbicara lagi, setelah menamai anaknya Yohanes. Pastilah setelah itu Zakharia
bercerita panjang, awal mula kejadian yang dialaminya selama itu. Perasaan ketakutan,
kecemasan, kegembiraan dan perasaan lain bercampur menjadi satu dan akhirnya hanya satu
yang bisa diucapkan bersama, memuji kebesaran Allah. Tersebarlah cerita getok tular dari
mulut ke mulut ke seluruh pegunungan Yudea.

Kitapun akan terheran-heran apabila mengalami kejadian yang seperti itu. Kita juga akan
bertanya-tanya tentang anak tersebut nanti kalau sudah besar. Paling tidak kita meramalkan
bahwa anak tersebut akan menjadi lain dari yang lain; ada keistimewaan tersendiri entah
apapun itu. Jika kita masih bisa menyaksikan setelah anak tersebut dewasa dan berkarya, kita
akan bercerita bagaimana kejadian sewaktu anak tersebut dilahirkan.

Para saksi mata yang masih hidup sewaktu Yohanes Pembaptis berkarya, pastilah merasa
wajar dan memaklumi apabila dia menjadi seorang nabi besar. Keturunan imam besar yang
menjadi seorang nabi, dimana sudah lama sekali Israel tidak mempunyai nabi, wajar jika akan
diterima secara pro dan kontra. Mungkin dari para saksi mata inilah Lukas mencari berita
kebenaran tentang siapakah sesungguhnya Yohanes Pembaptis.

Kidung Zakharia
1:67. Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: 1:68
"Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan
baginya, 1:69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan
Daud, hamba-Nya itu, 1:70 --seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut
nabi-nabi-Nya yang kudus-- 1:71 untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari
tangan semua orang yang membenci kita, 1:72 untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek
moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, 1:73 yaitu sumpah yang
diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, 1:74 supaya
kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, 1:75 dalam
kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. 1:76 Dan engkau, hai anakku,
akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan
untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, 1:77 untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian
akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, 1:78 oleh rahmat dan
belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang
tinggi, 1:79 untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut
untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." 1:80 Adapun anak itu bertambah
besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus
menampakkan diri kepada Israel.
Kidung Zakharia ini mungkin lebih kita kenal dengan istilah Latin Benedictus. Kidung yang
penuh dengan ungkapan janji Tuhan yang pasti terjadi, kidung yang berisi nubuat tentang
Yohanes yang akan mendahului kedatangan Sang Mesias. Mesias yang dinubuatkan lewat
keturunan Daud. Dituliskan bahwa Yusuf masih keturunan Daud.
15

Karena kuasa Roh Kudus, Zakharia bisa berbicara tentang apa yang akan terjadi. Dia tahu
bahwa anaknya akan menjadi nabi Allah, mendahului berkarya sebelum Nabi segala nabi
sendiri datang. Dialah nabi yang akan mempertobatkan banyak orang dengan pembaptisan
dengan air di sungai Yordan. Kemudian akan datanglah Sang Juru Selamat yang menjadi
jembatan karena jurang kedosaan telah memisahkan manusia dengan Allah. Allah yang
mahakasih dan mahasetia akan memenuhi janji-Nya, dengan hadirnya Sang Anak Manusia.

Jembatan telah menyediakan dirinya untuk dilalui dan diinjak-injak, yang mengarahkan kaki
kepada jalan damai sejahtera. Bersyukurlah kita semua karena Sang Penyelamat berkenan
melawat umat-Nya. Siapapun dimohon dengan kerinduan agar bisa mencapai jalan menuju
damai sejahtera, melalui pertobatan dan pengampunan dosa. Dimata dunia, Sang Jembatan
kelihatannya begitu tidak menjanjikan, malah mengkawatirkan untuk dilalui.

Bab 2 - Kelahiran Yesus sampai umur


duabelas tahun
Kelahiran Yesus
2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2:2 Inilah pendaftaran yang
pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 2:3
Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya
sendiri. 2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke
Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari
keluarga dan keturunan Daud-- 2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan
Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 2:6 Ketika mereka di situ
tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 2:7 dan ia melahirkan seorang
anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di
dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Kita bisa membayangkan bagaimana Yusuf dan Maria berangkat dari Nazaret
menuju Bethlehem, yang melewati tanah gersang berbukit-bukit. Mereka
berangkat menuruti pertintah penjajah, tanpa mengomel atau mencari
alasan karena hamil. Perjalanan yang membutuhkan waktu berhari-hari
karena jauhnya. Yang paling selamat dan aman adalah mengikuti aturan
yang berlaku pada saat itu. Begitu sampai di Bethlehem, kemungkinan
langsung mendaftarkan diri kepada petugas, setelah itu baru mencari
penginapan. Nyatanya mereka berjalan dari satu rumah penginapan ke
rumah penginapan yang lain tanpa hasil. Kita bisa memaklumi bagaimana
penuhnya penginapan saat itu karena semua orang yang asalnya dari Bethlehem berdatangan
dari seluruh penjuru. Orang Israel yang dijajah Romawi, mau tidak mau, suka tidak suka
harus tunduk kepada perintah Kaisar Agustus.

Penulis mencoba membayangkan bahwa saatnya sedang musim panas, matahari pas di atas
wilayah Israel. Perjalanan keluarga Yusuf pastilah tidak secepat keluarga yang lain karena
Bunda Maria sedang hamil. Begitu memasuki Bethlehem atau Rumah Roti, semua tempat
penginapan sudah terisi oleh pendatang yang sampai lebih dahulu. Dengan badan yang letih
dan lesu, setelah segala urusan selesai, akhirnya prioritas pertama bapak Yusuf adalah
mencarikan tempat istirahat sementara bagi Bunda Maria. Yang penting ada tempat untuk
berteduh dan beristirahat sementara. Karena musim panas, maka banyak tempat berlindung
yang ditinggalkan para gembala. Tempat tersebut untuk peristirahatan para gembala dan
ternaknya dikala musim dingin. Pada musim panas, mereka mengembara di padang bersama
16
domba-domba peliharaannya. Tempat yang ditinggalkan gembala itulah yang dituju oleh
Yusuf, yang mungkin jaraknya tidak terlalu jauh dari kampung Bethlehem. Mungkin tempat
tersebut seperti gua batu atau sering disebut groto.

Kemungkinan besar, setelah menemukan tempat sementara pada petang hari, Yusuf pergi lagi
ke kampung Bethlehem untuk mencari tempat penginapan. Siapa tahu masih ada tempat yang
kosong yang sebelumnya tidak terkunjungi. Belum ada tanda-tanda bahwa Bunda Maria akan
melahirkan pada saat itu. Hitungan bulannya belum genap dan masih memungkinkan untuk
melahirkan di Nazaret. Namun pada saat malam itulah terjadi misteri kelahiran bayi Yesus,
dimana tidak ada seorangpun yang tahu. Kelahiran yang tersembunyi, biarlah semua orang
mereka-reka menurut seleranya sendiri.

Sang Maha Kaya, Sang Maha Agung bersedia lahir di tempat yang begitu sederhana, sekelas
dengan kandang hewan ternak. Lahir tanpa bantuan siapapun, tanpa diketahui siapapun. Sang
Anak Manusia dengan rela merendahkan Diri serendah-rendahnya. Menjadi bayi yang
dilahirkan di kandang, tanpa ditunggui sanak saudara. Begitu sepi, begitu terpencil dari orang
lain. Mungkin bagi kita yang dipenuhi dengan gengsi saat ini akan berpikir, jangan sampai
melahirkan anak di tempat yang tidak pantas. Betapa memalukan dan amit-amit jabang bayi.
Kalau bisa, kita menginginkan tempat kelahiran anak kita di tempat yang wah. Rumah sakit
yang hebat, dokter yang jempolan, kalau perlu direkam sedemikian rupa sebagai kenang-
kenangan dan kebanggaan.

(Dalam komunikasi rohani yang kami alami dengan beberapa teman, kami dibikin kaget
setengah mati. Tuhan Yesus berkenan hadir dan mengatakan bahwa Dia lahir pada tanggal
tiga Maret tahun tiga sebelum Masehi. Hal tersebut kalau dihitung mundur. Dia lahir sekitar
pukul sepuluh malam di padang luas (bulak amba) dan matahari sedang berada ditengah. Dia
menyebutkan dirinya sebagai “anak lola, ora bapa ora biyung.” Dikatakan bahwa Bunda
Maria mengandung hanya tujuh bulan dan kelahiran-Nya sendiri sudah seperti bayi tiga
bulan. Dia tidak mempunyai pusar seperti umumnya bayi. Begitu lahir, Bayi Yesus langsung
dipangku Bunda Maria. Dan saat kelahiran waktu itu bapak Yusuf tidak mendampingi, karena
sedang pergi ke kota. Menurut hitungan Jawa, dikatakan bahwa kelahiran-Nya jatuh pada hari
Sabtu Legi; Sabtu adalah Sabat harinya Tuhan, sedangkan Legi adalah hari pertama menurut
hitungan Jawa. Karena bingung dan kaget, kami memohon untuk diberi simbul angka. Simbul
yang terlihat adalah 03-03- -03.
Hal ini tidak perlu diperdebatkan, yang jangan-jangan malah membuat kita semakin jauh dari
harapan Tuhan. Yang lebih penting bagi kita sekarang ini adalah bagaimana agar supaya
Tuhan Yesus selalu ”lahir” di dalam hati kita. Dia mengajar atau mengingatkan kita untuk
berani tidak menonjolkan diri karena pamrih, harapan akan sesuatu yang duniawi. Belajar
menjadi seperti Dia yang berani tampil apa adanya.)

Para Gembala
2:8. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. 2:9 Tiba-tiba
berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan
Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. 2:10
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud. 2:12 Dan inilah tandanya bagimu:
Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan
terbaring di dalam palungan." 2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-
sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang
memuji Allah, katanya: 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai
17
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." 2:15 Setelah malaikat-
malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang
kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana,
seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." 2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan
menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 2:17 Dan
ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka
tentang Anak itu. 2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan
gembala-gembala itu kepada mereka. 2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam
hatinya dan merenungkannya. 2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan
memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai
dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Para gembala sepertinya mewakili orang-orang kecil sederhana yang
mendapat undangan khusus dari Tuhan. Bisa dimaklumi apabila rasa
ketakutan menyelimuti mereka, jika secara tiba-tiba malaikat Tuhan
hadir menemui mereka. Apalagi kemudian melihat pemandangan
yang belum pernah mereka alami, dimana rombongan malaikat
berbondong-bondong mengunjungi Sang Bayi dengan puji-pujian.
Pasti ada peristiwa besar sedang terjadi di bumi ini, namun dunia
mengacuhkannya karena mereka tidak bisa melihat tanda-tanda
zaman.

Penulis membayangkan bahwa para gembala tersebut sedang berada


di luar tenda sambil memandang langit yang bertaburan bintang. Mungkin mereka sedang
ngobrol kesana-kemari atau membicarakan sesuatu. Karena di tempat terbuka yang begitu
luas, mereka mendapat karunia dapat melihat para malaikat surga yang menyambangi Bayi
Kristus. Tanpa karunia rasanya tidak mungkin dapat bertemu dan melihat langsung malaikat
yang begitu kudus. Dan hebatnya mereka langsung percaya, serta bersepakat mencari dimana
bayi yang dibungkus kain lampin itu berada. Biarlah semua ternak ditinggalkan dahulu di
padang beristirahat dan yakin, pasti tidak akan terjadi apa-apa dengan ternak mereka.
Kehadiran malaikat akan mengalahkan semua kekawatiran pada waktu itu.

Penulis mencoba membayangkan bahwa para gembala tersebut memerlukan waktu untuk
mencari dimana seorang bayi terbungkus kain lampin di palungan. Namun sebagai gembala,
mereka tahu tempat-tempat dimana mereka sering beristirahat diwaktu musim dingin. Paling
tidak mestinya ada tanda-tanda khusus jika suatu tempat sedang dihuni manusia. Dan kata
malaikat ternyata benar adanya. Mereka akhirnya menjumpai seorang bayi di palungan yang
sedang ditunggui orang tuanya.

Seperti biasanya hampir semua orang yang mengalami sesuatu yang hebat, merekapun akan
bercerita tentang pengalaman ditemui malaikat dan bagaimana pesannya. Betapa hati mereka
dipenuhi rasa yang berkobar-kobar campur aduk menjadi satu. Betapa Allah telah mengirim
Sang Mesias, Sang Juruselamat dan telah dibuktikannya. Dalam suasana yang begitu itu,
hanya ada satu ungkapan yang bisa dilontarkan, yaitu mendaraskan pujian dan memuliakan
Allah. Rasanya susah sekali menggambarkan suasana yang menggetarkan rohani. Pada saat
yang seperti itu, untuk sementara waktu pasti akan melupakan yang berbau duniawi.
Merekalah para saksi hidup yang mengalami sendiri bertemu dengan Sang Anak Manusia.
Dan kemudian pasti terjadi cerita getok tular di antara mereka.

Bunda Maria sendiri sepertinya menjadi pendengar yang baik, akan cerita pengalaman para
gembala. Sepertinya Bunda Maria begitu tenang hampir tanpa ekspresi yang menggelora.
Tidak terlihat rona wajah yang menyiratkan kegembiraan, kebanggaan, keheranan ataupun
kesedihan minta dikasihani. Semuanya diterima dengan wajar, yang mungkin wujud dari
kesediaan dan kesetiaannya untuk menjadi Bunda Yesus Kristus. Apa yang terjadi, terjadilah.
18
Disinilah penulis merasa bingung atau terheran-heran, siapakah sebenarnya Bunda Maria itu?
Adakah seorang perawan di dunia ini yang pantas untuk menjadi ibunya Sang Mesias?
Mungkin banyak orang baik, bersih hatinya selalu hidup suci, namun sekecil apapun pasti ada
noda yang mungkin pernah timbul dari pikiran, walau tak terucapkan.

Bagi penulis, pastilah Bunda Maria sudah dipersiapkan secara misteri oleh Tuhan sendiri.
Kalau Yoakhim dan Anna masih bisa diajak bicara, mereka berdua pasti bisa menceritakan
bagaimana proses “kelahiran” Bunda Maria. Perawan Maria yang tercipta mulus tanpa dosa,
Bunda segala bangsa. Bunda Maria yang menjadi pengantara kita kepada Allah di surga.

Penulis berandai-andai bahwa pasti dari gembala ada yang trenyuh atau iba menyaksikan
keadaan keluarga bapak Yusuf di groto ini. Mestinya dari mereka ada yang mengajak untuk
pindah ke rumahnya, atau malahan saling berebut menawarkan diri untuk disinggahi. Penulis
tidak tahu apakah mereka pindah atau tetap disitu sampai pada waktunya. Jika para gembala
bisa melihat dan mendengar kata malaikat, mestinya keluarga kudus itu bisa juga menyambut
rombongan malaikat yang datang. Mungkin saja ada obrolan yang disampaikan para malaikat,
untuk dilaksanakan.

Kita pernah membaca atau mendengar bagaimana tiga orang majus dari timur mencari dan
bertemu keluarga kudus ini dalam suatu rumah (Mat.2:11). . Mereka menyembah dan
mempersembahkan emas, kemenyan dan mur.

Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan tentang kelahiran Tuhan Yesus. Dia tidak lahir di
suatu rumah pada umumnya. Dia dibungkus dengan kain lampin dan diletakkan dalam
palungan. Palungan biasanya berhubungan dengan kandang untuk tempat makanan hewan
ternak. Kandang dalam hal ini berbentuk gua-gua berlorong dalam bukit kapur, yang biasa
dihuni oleh keluarga-keluarga miskin dan tidak mampu. Gua-gua tanpa hiasan apapun, karena
memang begitu sederhana dan seadanya.

Para gembala berada di padang bersama ternaknya di waktu malam, yang dapat kita
perkirakan bukan musim dingin, tidak bersalju. Perasaan penulis sewaktu berziarah ke sana,
tidak menjumpai pohon cemara ataupun pinus di wilayah Bethlehem.

Yesus disunat, Simeon dan Hana


2:21. Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama
yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. 2:22 Dan ketika genap waktu
pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk
menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak
laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", 2:24 dan untuk mempersembahkan korban
menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung
tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Adat atau budaya karena perjanjian antara Tuhan dan Abraham yaitu laki-
laki harus disunat. Jadi sunat sendiri bagi anak laki-laki sudah ada sejak
zaman Abraham. Hal tersebut dituangkan dalam Kitab Imamat. Mungkin
yang membedakan dengan zaman sekarang ini, khususnya di Indonesia,
anak disunat sudah mulai berumur lebih dari satu tahun. Penulis tidak tahu
persis proses perubahan umur sunat bagi anak lelaki. Penulispun tidak tahu
apakah sunatnya juga sama persis dengan zaman sekarang, yaitu memotong
kulit khatan.

Nama Yesus dalam pemahaman penulis adalah tetengering urip,


tetengering pepadhang, yang maksudnya tanda jalan kehidupan atau simbul
19
jalan menuju terang. Hanya melalui Yesus Kristus kita bisa menuju hidup, menuju terang
yang tidak akan mati.

Sebagai anak sulung laki-laki, mau tidak mau harus dikuduskan bagi Allah. Anak sulung laki-
laki ataupun binatang ternak sulung jantan adalah milik Allah. Ini semua adalah budaya kaum
Yahudi yang tetap mereka patuhi.

Yang menjadi pertanyaan penulis, pada waktu itu apakah semua anak sulung laki-laki harus
dikuduskan di Yerusalem? Ataukah untuk tempat-tempat yang jauh dari Yerusalem,
pengkudusan dapat dilakukan dimana saja? Atau, adakah batas umur tertentu untuk
dikuduskan? Mungkin hanya sunat yang dapat dilakukan dimana saja, yang dihadiri oleh
sanak saudara atau tetangga. Betapa berat bagi keluarga tersebut untuk melakukan perjalanan,
agar sang anak sulung dapat dikuduskan pada waktunya. Bersyukurlah bahwa Bethlehem
tidak begitu jauh dari Bait Allah yang di Yerusalem.

Jika penulis tidak salah memahami, pentahiran itu sendiri berlaku bagi Bunda Maria yang
sudah melahirkan seorang anak laki-laki setelah empatpuluh hari. Jadi kemungkinan besar
adalah sekalian jalan, pentahiran sang ibu dijadikan satu dengan pengkudusan anak sulung
untuk diserahkan kepada Tuhan.

Kelihatannya istilah sunat agak berbeda pengertian dengan dikuduskan maupun pentahiran.
Sunat berlaku bagi semua anak laki-laki, sedangkan pengkudusan hanya berlaku bagi anak
laki-laki sulung. Pentahiran disini, berlaku bagi perempuan yang melahirkan dimana pada saat
tersebut dianggap tidak suci karena leleran darah atau nifas. Jika anaknya laki-laki, pentahiran
setelah empatpuluh hari; sedangkan bila anaknya perempuan, pentahiran setelah delapanpuluh
hari. (Imamat 12)

Jika kita cermati lebih dalam, hal pentahiran ini tidak secara langsung berkaitan dengan boleh
tidaknya hubungan suami isteri setelah empatpuluh hari melahirkan. Perempuan “dianggap”
terlepas dari ketidak suciannya karena melahirkan, setelah melaksanakan korban penghapus
dosa. Bukan berarti perempuan wajib dan layak melayani suaminya setelah pentahiran.
Bagaimana kalau melahirkan anak perempuan? Banyak faktor yang harus dibicarakan
bersama, antara suami dan isteri untuk hal tersebut.

Dari korban persembahan yang dilakukan oleh keluarga bapak Yusuf, kita dapat
memperkirakan bahwa mereka termasuk keluarga miskin atau sederhana. Korban bakaran
untuk bayi Yesus cukup hanya seekor tekukur atau anak merpati, bukan seekor domba umur
setahun. Demikian juga untuk korban pentahiran atau penghapus dosa bagi Bunda Maria
cukup seekor burung. Yang jelas bukan keluarga kaya yang mampu membeli seekor domba
untuk persembahan. Jika mampu, pastilah bapak Yusuf akan membeli seekor domba. Betapa
bahagianya seorang ayah apabila bisa memberikan suatu persembahan yang pantas, karena
memang mampu untuk hal tersebut. Kita masih bisa berandai-andai, bahwa bapak Yusuf
belum mempersiapkan diri untuk kelahiran yang begitu tiba-tiba, pada saat yang tidak
diperhitungkan. Bekal yang tersedia hanyalah bekal untuk perjalanan pergi pulang karena
perintah Kaisar Agustus.

2:25. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia


seorang yang benar dan saleh yang menantikan
penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 2:26
dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa
ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia
yang diurapi Tuhan. 2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh
Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh
20
orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, 2:28 ia
menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 2:29 "Sekarang, Tuhan,
biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 2:30 sebab
mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 2:31 yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa, 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." 2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan
segala apa yang dikatakan tentang Dia. 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada
Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau
membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan 2:35 --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata
pikiran hati banyak orang."
Karunia Roh Kudus kepada Simeon adalah suatu hal yang penuh misteri. Dia harus bertemu
dahulu dengan Mesias, Yang Terurapi atau Kristus sebelum menghadap ke takhta Allah alias
meninggal. Simeon seperti bernubuat tentang siapa dan bagaimana nantinya Bayi Yesus
setelah dewasa. Sang Penyelamat atau Sang Terang bagi segala bangsa yang mestinya
menjadi kebanggaan bagi kaum Israel. Namun kehadiran dan karyanya nanti akan
menimbulkan pro dan kontra, yang membikin geger banyak orang maupun kelompok, bahkan
bangsa-bangsa.

Kita bisa membayangkan bagaimana keheranan orang tua, apabila ada seseorang yang
mengatakan bahwa anak kita akan menjadi begini atau begitu, yang menonjol diatas umum.
Pikiran akal budi kita bisa membatin, orang itu asal omong agar dapat simpati atau malahan
upah, atau betul-betul suatu ramalan murni dari hati sanubari. Apakah maksudnya dengan
mengungkapkan hal tersebut? Jika bapak Yusuf dan Bunda Maria sudah bertemu dengan
malaikat sendiri, mestinya mereka tidak akan heran. Yang mengherankan bagaimana Simeon
dapat bernubuat begitu? Paling tidak, pada saat itu sudah ada beberapa orang yang
mengetahui atau mendengar tentang Yesus Kristus yang sudah datang kedunia. Dalam tulisan
Lukas ini paling tidak pada saat itu sudah ada beberapa gembala dan Simeon, yang tahu siapa
sebenarnya bayi Yesus. Mungkin hanya karena perjalanan waktu saja, para saksi mata ini
tidak mengetahui lagi keberadaan keluarga Yusuf. Mungkin mereka bertanya-tanya, kemana
keluarga Yusuf ini bertempat tinggal setelah Sang Bayi menginjak dewasa.

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel
dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia
hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 2:37 dan sekarang ia
janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah
meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa
dan berdoa. 2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan
mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada
semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. 2:39 Dan
setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan,
kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan
kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Nabi Hana kelihatannya mengajar kepada kita untuk berani menyediakan waktu untuk
berpuasa dan berdoa, selain beribadah. Betapa seorang perempuan tua yang menyadari bahwa
umurnya tidak akan lama. Mau apa lagi, selain semakin mendekatkan diri kepada Allah. Ia
juga seperti bernubuat tentang bayi Yesus yang akan melepaskan Yerusalem.

Pada saat itu, dimana Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi, jangan-jangan ucapan Hana
dipahami sebagai lepas dari penjajahan. Bayi ini yang nantinya bisa diharapkan menjadi
pembebas dari kekuasaan Romawi. Calon pemimpin duniawi yang siap melawan penjajah dan
melepaskan diri dari belenggu menuju kemerdekaan.
21
Paling tidak, kita bisa melihat bahwa Simeon dan Hana adalah wakil dari orang-orang Israel
yang masih berbakti kepada Allah dengan sepenuh hati, jiwa dan akalbudi, yang selalu
menuruti dan melaksanakan hukum Taurat. Penulis mencoba membayangkan bahwa Hana
boleh dikatakan berdiam di sekitar Bait Allah. Ia hampir selalu bertemu dengan orang-orang
yang datang ke Bait Allah untuk melakukan ritual korban dengan ujub tertentu. Kemungkinan
ia menghidupi dirinya dengan makanan yang diberikan para peziarah.

Jika kita membaca tulisan diatas, kelihatannya keluarga Yusuf tinggal di Bethlehem dan
sekitarnya paling lama berkisar empatpuluh hari. Dari Bethlehem ke Yerusalem, terus
sekalian melanjutkan perjalanan pulang ke utara, menuju Nazaret yang di Galilea. Yang
menjadi pertanyaan dalam hati penulis, kira-kira kapan keluarga bapak Yusuf ini pergi ke
Mesir untuk melarikan diri dari kejaran tentara Herodes. Hal ini kalau dikaitkan dengan
tulisan Matius bahwa dari Mesir mereka melanjutkan perjalanan ke Nazaret di Galilea dan
tinggal di sana.

Yesus di Bait Allah saat berumur duabelas tahun


2:41. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke
Yerusalem pada hari raya Paskah. 2:42 Ketika Yesus
telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke
Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 2:43
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan
pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui
orang tua-Nya. 2:44 Karena mereka menyangka bahwa
Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka,
berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu
mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. 2:45 Karena mereka tidak menemukan
Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 2:46 Sesudah tiga hari mereka
menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil
mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. 2:47 Dan semua
orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-
Nya. 2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-
Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan
cemas mencari Engkau." 2:49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" 2:50 Tetapi mereka
tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka
ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu
di dalam hatinya. 2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-
Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Selama duabelas tahun keluarga Yusuf tidak ada kabar beritanya. Sepertinya pada masa
tersebut segalanya adem ayem, tidak ada hal-hal menakjubkan yang terekam dalam cerita.
Anak Manusia tumbuh berkembang seperti anak-anak sebayanya tanpa ada yang aneh,
walaupun mungkin ada buku lain yang menceritakan kehebatan-Nya. Yang jelas setiap tahun
mereka selalu pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Mereka pergi berombongan seperti
biasanya, demikian juga anak-anak akan berkumpul dan bergurau dengan sebayanya.

Kita bisa merasakan kecemasan orang tua yang kehilangan anak. Biasanya kita saling
berdebat antar suami isteri dengan perkiraan ikut ibu atau bapaknya. Atau malahan sedang
dalam rombongan anak-anak muda seusia. Bagi bapak Yusuf dan Bunda Maria, yang
menerima amanat dan titipan dari Tuhan Allah, sudah selayaknya kuatir akan Anak tersebut.
Pikiran jangan-jangan, lebih besar mengisi benak daripada pikiran positif bahwa Dia pasti
berada dan ada yang mengurusi di Yerusalem. Iya, kalau di Yerusalem. Lha kalau tidak
berada disana, kemana lagi harus mencari?
22
Jika kita mendengar komentar Yesus kepada ibunya pada saat sekarang ini, pastilah kita akan
menganggap bahwa anak tersebut kurang ajar. Jadi mestinya tidak usah dicari saja, dan
biarkan saja tinggal di Bait Allah. Pasti tidak akan kekurangan sesuatu apapun. Hal ini
mungkin suatu kesombongan rohani, mentang-mentang sudah pernah “ngobrol” dengan
malaikat. Yesus muda sudah pasti bisa mandiri dimanapun Dia berada. Dan nyatanya selama
tiga hari bisa ngobrol dengan para alim ulama Yahudi. Mereka malah terkagum-kagum akan
Dia. Bisa kita bayangkan apabila kita yang tua-tua berkumpul bersama dan ditemani seorang
anak sekolah dasar kelas enam. Sang anak bisa nyambung dengan segala macam topik yang
sedang kita bicarakan. Pasti kita akan teheran-heran takjub. Akan jadi apa anak ini nanti?

Tetapi mungkin saja sebenarnya dialek pada saat itu, nada suara dan kata-kata yang diucapkan
Yesus tidak sekasar itu bagi telinga mereka. Kita bisa mengandaikan orang Jawa Tengah yang
baru mendengar pertama kali dialog orang sesama suku Batak dengan bahasa Batak. Jangan-
jangan kita anggap mereka sedang bertengkar, padahal mereka hanya ngobrol biasa.
Penulispun merasa yakin bahwa Bunda Maria dan bapak Yusuf dapat memaklumi akan kata-
kata Yesus pada saat itu. Mereka berdua tahu pasti siapakah Yesus yang menjadi Anaknya di
dunia ini.

Cemas, kawatir adalah bagian dari hidup kita, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi
nanti. Sangat sulit untuk pasrah total, apa yang akan terjadi, terjadilah. Mungkin saja
kekawatiran tersebut tidak terucap dari mulut kita, seolah-olah kita begitu tegar dan yakin.
Sewaktu masih sekolah, kita yakin bahwa kita bisa menjalani ujian karena sudah
mempersiapkan diri, namun masih saja ada secuil kekawatiran sewaktu akan menghadapinya.
Jangan-jangan yang keluar dalam soal ujian hal-hal yang tidak kita perkirakan.

Mungkin kita harus berani berpikir apabila menghadapi suatu permasalahan, kira-kira dampak
negatif apa yang paling ekstrim akan terjadi. Siapkah kita menghadapi hal tersebut apabila
terjadi? Jika kita merasa siap, mestinya tingkat kekawatiran tersebut bisa kita tekan sekecil
mungkin. Setiap langkah yang akan kita perbuat pasti ada risikonya, apakah itu negatif atau
positif menurut pandangan kita.

Namun, bagaimana pikiran kita saat itu kalau kita mendengar kata-kata bahwa Bait Allah
adalah rumah Bapa-Nya Yesus? Berarti Yesus sendiri adalah Anak-Nya Allah. Sejak kapan
orang berani bicara tentang Allah dengan sebutan Bapa? Kelihatannya baru Yesus pada saat
itu yang mulai memperkenalkan bahwa Allah di surga dapat kita sebut Bapa. Mungkin yang
kaget malahan para alim ulama, setelah mendengar kata-kata Yesus kepada orang tuanya.
Ngomong apa anak pandai ini? Apa yang dimaksud dengan rumah Bapa?

Bunda Maria tetap menerima apa adanya dan menyimpannya dalam hati. Sepertinya Bunda
Maria tidak pernah bercerita apapun kepada para tetangga maupun kerabatnya, karena
memang tidak perlu untuk diomongkan. Biarlah semuanya menjadi pengalaman pribadi dan
pada waktunya nanti akan diceritakan kepada orang yang membutuhkan.

Kemudian Lukas hanya menceritakan bahwa Yesus bertambah besar dan bertambah hikmat-
Nya, semakin dikasihi Allah dan manusia. Hal tersebut menggambarkan bahwa Dia tumbuh
besar seperti halnya anak-anak yang lain, yang berkelakuan sesuai dan seiring dengan ajaran
Allah. Setelah itu tidak ada cerita lain lagi tentang Dia. Ngapain saja selama kurun waktu
limabelas sampai duapuluh tahunan?

Untuk mengisi kekosongan waktu yang begitu lama, pastilah banyak orang
yang merasa terpanggil untuk membuat cerita masa kecil dan masa dewasa
Yesus orang Nazaret. Entah cerita itu benar atau salah, pasti ada bumbu-
23
bumbu penyedap yang disajikan untuk pemikat sebagai daya tarik tersendiri. Karena belum
berkarya secara nyata di hadapan khalayak ramai, maka ceritanya belum berkaitan dengan
pengajaran rohani. Mungkin malah cenderung yang hebat penuh mukjizat, bahkan yang
mistik penuh misteri diluar akal manusia. Penulispun merasa yakin bahwa Tuhan Yesus pasti
pernah berbuat mukjizat sebelum berkarya secara nyata di hadapan khalayak ramai, sekecil
apapun mukjizat itu. Mungkin perbuatan yang mengherankan pada waktu itu masih dianggap
seperti kita melihat permainan sulap. Semua orang hanya merasa kagum dan berhenti sampai
disitu, tanpa kelanjutan pemikiran apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Bab 3- Yohanes Pembaptis dan Silsilah


Yesus
Yohanes Pembaptis mengajar
3:1. Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi
wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan
Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, 3:2 pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam
Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. 3:3 Maka
datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu
dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, 3:4 seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-
nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk
Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. 3:5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan
bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan
diratakan, 3:6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan."
Sepertinya Yohanes Pembaptis mengajak semua orang untuk
bertobat melalui pembaptisan. Sebesar apapun dosanya,
apabila mau bertobat, pastilah dosanya akan diampuni oleh
Tuhan. Yohanes Pembaptis memposisikan dirinya sesuai
dengan nubuat Yesaya, bahwa dia sebagai pembuka jalan.
Menyiapkan jalan yang lurus dan rata, mau tidak mau harus
menimbun yang berlembah. Memotong yang berbukit dan meluruskan yang berkelok. Rawe-
rawe rantas, malang-malang putung.

Kita bisa membayangkan bahwa Yohanes Pembaptis harus mengajak semua orang untuk
kerja bakti. Kerja gotong royong untuk membuat jalan yang lurus dan rata. Apabila Sang
Pembesar datang maka jalan tersebut dapat dilalui dengan lebih enak. Jalan bukan sembarang
jalan, namun jalan yang berhubungan dengan rohani, bagaikan jalan yang menuju ke Allah
Bapa. Jalan keselamatan yang sudah terbentang di hadapan kita, dan keputusan akhir
diserahkan kepada kita. Siapkah kita untuk bertobat dan memilih jalan yang disediakan
Yohanes Pembaptis? Di ujung jalan di sana, sudah menunggu Tuhan Yesus Almasih.

Memang, Allah bisa berbuat apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Namun nyatanya rencana
Tuhan betul-betul jauh dari pemikiran kita yang begitu pendek, sependek umur kita.
Sepertinya ada suatu misteri kuasa Allah yang selalu mengharapkan keterlibatan manusia.
Keterlibatan melakukan pertobatan dan berubah, keterlibatan melalui doa, maupun
keterlibatan melaksanakan ajaran Allah itu sendiri.

Dibaptis di sungai Yordan bisa kita bayangkan bahwa dimasukkan ke dalam air sungai, entah
selutut atau sebahu atau malah ditenggelamkan. Hal ini hampir sama dengan dimandikan
dibersihkan dari segala macam kotoran keringat, debu dan kemudian merasa segar.
Dipermandikan bukan karena dipaksa dan terpaksa, tetapi keluar dari kesadaran diri dan ingin
berubah menjadi lebih baik dan benar. Melalui pertobatan dan pembaptisan maka segala
24
macam dosa dan kesalahan dibersihkan dari tubuh ini. Karena bersih maka akan terasa segar
terlihat cemerlang. Yang jelas tidak akan bersih seratus prosen seperti bayi, paling tidak masih
kelihatan bekas-bekas luka namun sudah bersih.

Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana anak-anak yang sudah seharian suntuk
bermain. Semuanya kelihatan kotor, pakaian kusut masai tidak karuan. Pada sore hari anak-
anak tersebut dipanggil pulang setelah cukup bermain. Mungkin ada juga yang menolak
karena merasa belum puas bermain, dan bersungut-sungut. Kemudian mereka semua
dimandikan dan pakaiannya diganti dengan pakaian bersih. Betapa anak-anak tersebut
berubah penampilannya menjadi anak-anak yang manis dan lucu serta segar. Namun yang
bersungut-sungut walaupun sudah dimandikan, akan terlihat berbeda apabila tidak mengikuti
perubahan dengan ikhlas.

3:7 Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: "Hai
kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari
murka yang akan datang? 3:8 Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.
Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata
kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 3:9 Kapak
sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,
akan ditebang dan dibuang ke dalam api."
Sepertinya Yohanes Pembaptis bicara cukup keras dan lugas tanpa tedeng aling-aling.
Bertobat saja tidak cukup apabila tidak menghasilkan buah-buah pertobatan. Buah pertobatan
adalah perbuatan nyata yang memperlihatkan bahwa sudah berubah menjadi lebih baik dan
benar. Memang tidak gampang untuk berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu
yang singkat. Menurut penulis, pertobatan adalah kebangkitan menuju proses berubah dan
berubah, yang selanjutnya berbuah dan berbuah.

Yohanes Pembaptis sepertinya mengingatkan kepada bangsanya agar tidak terpaku kepada
kesombongan rohani, mentang-mentang keturunan Abraham. Merasa sebagai bangsa terpilih
karena perjanjian Tuhan dengan Abraham. Orang pilihan mestinya jumlah pada awalnya lebih
sedikit, dan harus mempunyai nilai lebih dibandingkan yang lain. Namun apabila terlena
dengan kesombongannya, tidak memperhatikan bahwa yang lain juga ingin berubah lebih
baik, jangan-jangan akan terlambat. Juang kehancuran sudah menganga siap menerkam
siapapun yang jatuh. Pohon yang tidak berbuah lagi akan ditebang walaupun pohon itu
sebelumnya menjadi pohon andalan dan pilihan.

Hal tersebut mengingatkan kepada kita juga, agar jangan sampai muncul kesombongan
rohani. Mentang-mentang sudah menjadi pengikut Kristus, maka Kerajaan Surga pasti di
tangan. Perasaan menjadi orang yang dipilih oleh Tuhan sendiri, seringkali malah gampang
jatuh ke dalam godaan yang tidak disadari, karena kesombonan diri. Jangan-jangan kita lupa
bahwa ada kewajiban dan hak yang harus seimbang. Haknya kita minta namun kewajiban kita
abaikan. Kewajiban berbuah dan berbuah. Bagaimana kalau kapak sudah ditempatkan di
hadapan kita?
3:10 Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" 3:11
Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang
tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."
3:12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya:
"Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
3:13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." 3:14
Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?"
Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah
dirimu dengan gajimu."
25
Yohanes Pembaptis secara umum sepertinya mengajarkan kepada kita untuk berani solider
dan peduli kepada orang yang menderita. Berani berbagi apapun kepada orang yang
membutuhkan, tanpa suatu pamrih atau mengharapkan imbalan sesuatu. Mungkin inilah yang
disebut sebagai persaudaraan sejati tanpa pandang bulu, untuk bersama-sama dalam sukacita.
Bukan karena terpaksa, merasa tidak enak, mengganjal di hati dan sejenisnya. Alangkah
indahnya menggapai persaudaraan sejati dengan penuh sukacita. Pasti damai sejahtera ada di
hadapan kita. Pada dasarnya semua orang ingin berbuat baik dan benar, hidup layak dan tidak
dianggap sebagai sampah masyarakat. Jangan-jangan kelebihan yang kita peroleh berdampak
kepada orang lain menjadi berkekurangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, nyatanya kita lebih mudah menyalahkan orang yang tidak
punya tersebut. Sekali dua kali masih bisa dan mau membantu, namun lama kelamaan merasa
bosan. Muncullah gerutu yang terucap ataupun tidak :”Selama ini kerjaannya ngapain? Lha
mbok ya usaha dan usaha, jangan terus-terusan hanya menjadi benalu.” Harapannya kalau
bisa ada suatu timbal balik yang saling menguntungkan atau saling menyenangkan. Mungkin
masih bisa diterima jika orang yang dibantu tersebut dalam kenyataannya memang sudah
tidak mampu berbuat apa-apa. Zaman sekarang ini nyatanya banyak sekali orang yang
kelihatannya mampu berbuat sesuatu yang dapat menghasilkan pendapatan, namun tidak
melakukan apa-apa. Betulkah sekarang ini tidak ada atau jarang sekali lapangan usaha?
Penulis merasa tidak yakin bahwa tidak ada lapangan usaha. Ataukah ada yang salah dalam
dunia pendidikan kita sekarang ini? Paradigma anak bersekolah kalau nanti lulus, sekarang ini
adalah melamar mencari pekerjaan. Bekerja menjadi orang upahan, bukan berkreasi dengan
ilmu yang didapat dan menciptakan lapangan usaha. Pasti banyak akar-akar permasalahan
yang belum diteliti dan dievaluasi, untuk mencari jalan keluarnya.

Kedua, kita diajar untuk berani jujur, tidak membodohi atau menipu, tidak mencari
keuntungan pribadi atau kelompok dengan merugikan pihak lain, malu jika melakukan mark-
up dalam hal apapun. Jadi harus berani melakukan perbuatan yang adil, tidak merugikan
siapapun, tidak menguntungkan siapapun. Alangkah indahnya kalau hal tersebut menjadi
kebiasaan umum dalam masyarakat kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita memanfaatkan jabatan kita untuk mencari uang
tambahan. Syukur kalau uang tambahan tersebut dicari dengan cara-cara yang halal.
Umumnya ya merugikan orang lain yang bisa kita rugikan, dengan seribu satu macam alasan
karena ini dan itu. Sadar tidak sadar, atau sudah menjadi kebiasaan bahwa gaji atau upah yang
kita terima adalah hak yang tidak bisa diganggu gugat. Kalau ada pekerjaan tambahan lain
walaupun masih dalam batas jam kerja, harus ada tambahannya. Tambahannya dari mana,
merugikan orang atau isntitusi, itu urusan lain. Kalau masih bisa diperlama, mengapa mesti
dipercepat; kalau masih bisa dipersulit, mengapa mesti dipermudah, sudah menjadi ungkapan
umum. Untuk mempercepat dan mempermudah bahkan perlu negosiasi terlebih dahulu.

Ketiga, kita diajar untuk menjadi mitra semua orang dengan transparan, tidak mengambil
kesempatan dalam kesempitan. Kita bekerja dan digaji yang mestinya sesuai kesepakatan
yang kita setujui. Gaji menjadi hak kita yang harus kita terima, dan bekerja sesuai aturan atau
kesepakatan menjadi kewajiban kita. Sayangnya, manusia itu tidak pernah cukup dan rasanya
selalu kurang.

Merampas dan memeras dalam kehidupan sehari-hari, bisa dilaksanakan dengan cara-cara
kekerasan, namun juga bisa dengan cara lunak bahkan lembut. Segala macam argumentasi,
alasan peraturan atau hukum, bahasa yang berputar-putar, yang kadang-kadang si korban
malah tidak sadar bahwa sedang dirampas dan diperas. Jangan-jangan malah mengucapkan
26
terima kasih karena merasa telah “dibantu.” Dan kenyataan ini “yang pintar” bisa
membodohi orang yang tidak tahu dengan seribu satu macam alasan.

Penulis merasa heran dan tersenyum sewaktu isteri bercerita tentang temannya yang
meminjam uang ke salah satu bank. Setelah disetujui pinjamannya dan dicairkan, teman
tersebut mengatakan bahwa harus memberikan uang imbalan, ucapan tanda terima kasih. Kan
tidak enak, sudah dibantu koq tidak memberi imbalan terima kasih, dan ... diterima oleh
petugas bank tersebut. Hal tersebut kan sudah menjadi tugas dan pekerjaan petugas bank yang
usaha bisnisnya memang “jual beli uang.” Sang petugas mungkin bisa berkata bahwa ia
tidak meminta dan memaksa, namun diberi ya diterima. Bisa untuk tambah-tambah beli rokok
atau beli bedak.

Pengalaman penulis sewaktu sedang belajar di Inggris dan sedang berhubungan dengan suatu
bank disana, cukup mengagetkan. Penulis memberitahu ke petugas bank bahwa akan ada
uang kiriman dari Indonesia, kalau sudah datang tolong diinformasikan. Dari informasi
petugas bank, diberitahukan bahwa uang kiriman tersebut sudah datang dan mau diapakan.
Sewaktu penulis mengambil uang tersebut dan “recehannya” tidak penulis ambil, petugas
memberitahu bahwa recehan tersebut hak penulis. Dia mengatakan bahwa dia sudah digaji
untuk melayani pelanggan dengan baik.

Pengalaman kedua sewaktu ingin membeli tas yang praktis, bisa untuk setelan jas dan juga
menyimpan sepatu atau sandal. Mungkin karena bahasa, betapa sang penjaga toko
mengeluarkan segala macam tas dan koper untuk diperlihatkan. Karena tidak ada yang cocok,
akhirnya penjaga toko menunjukkan toko lain yang mungkin punya. Hebatnya, sang penjaga
toko tersebut masih mengucapkan terima kasih karena penulis sudi masuk ke tokonya.
Sewaktu penulis ngobrol karena terkesan akan pelayanannya, dia menjawab dengan enteng
saja :”Saya digaji ya untuk melayani dengan baik para calon pembeli yang masuk ke toko.”

Namun ada pengalaman lain yang aneh juga sewaktu mau membeli sesuatu di jalan Braga
Bandung. Mungkin karena penampilan penulis yang begitu sederhana, si penjaga toko
bertanya aneh :”Bapak mau lihat-lihat saja atau mau membeli?”
3:15. Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan
semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah
Mesias, 3:16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku
akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 3:17 Alat penampi
sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan
untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu
jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." 3:18
Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. 3:19 Akan tetapi
setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri saudaranya, dan karena
segala kejahatan lain yang dilakukannya, 3:20 raja itu menambah kejahatannya dengan
memasukkan Yohanes ke dalam penjara.
Sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis dengan rendah hati berkata bahwa dia hanya
seorang agen perubahan. Mengajar orang agar berubah dari kelakuan yang tidak baik dan
benar menjadi lebih baik dan benar. Mengajak orang untuk bertobat dan berubah melalui
baptisan air. Sang Mesias akan datang dan Dia-lah yang akan membaptis dengan Roh Kudus
dan dengan api.

Dalam pemahaman penulis, dicuci dengan air pasti dengan harapan menjadi bersih, namun
noda-noda yang masih menempel ada yang tidak bisa hilang. Yang jelas tidak bisa menjadi
baru kembali seperti sediakala. Mungkin agak berbeda dengan api yang dipakai untuk
27
membersihkan logam mulia dari segala macam campuran. Logam mulia tersebut mungkin
akan mendekati murni walau tidak seratus prosen. Apalagi jika Roh Kudus ikut
“dimasukkan” untuk mencuci dari dalam. Sentuhan Roh Kudus itulah mestinya yang
merontokkan segala kotoran, bagaikan obat pembersih nomor satu. Pertanyaannya, siapkah
kita membuka diri untuk menerima Roh Kudus dan Dia meraja dalam hati kita.

Kita bisa membayangkan kalau membuka tali kasut-Nya saja tidak layak, namun berani
menegur seorang raja Yahudi, pastilah yang akan datang lebih istimewa. Lebih tinggi dari
seorang raja yang masih manusia wadhag, rajanya para raja. Jangan-jangan pada waktu itu
Mesias dibayangkan dan diharapkan sebagai orang yang istimewa segala-galanya secara
duniawi. Gagah, ganteng, sakti, penuh karisma, calon pemimpin dan calon raja yang dapat
membebaskan dari perbudakan. Berani memimpin melawan penjajah Romawi, seorang
orator ulung yang dapat menggerakkan semua orang Yahudi untuk memberontak. Calon
imam agung baru dan seorang nabi baru yang membawa perubahan.

Yesus dibaptis dan Silsilah Yesus


3:21. Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga
dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit 3:22 dan turunlah Roh
Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara
dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan." 3:23 Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-
kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf,
anak Eli, 3:24 anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak
Yusuf, 3:25 anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, 3:26 anak Maat, anak
Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, 3:27 anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel,
anak Sealtiel, anak Neri, 3:28 anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, 3:29
anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, 3:30 anak Simeon, anak Yehuda,
anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, 3:31 anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan,
anak Daud, 3:32 anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, 3:33 anak
Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, 3:34 anak Yakub,
anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, 3:35 anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak
Eber, anak Salmon, 3:36 anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, 3:37
anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, 3:38 anak Enos, anak
Set, anak Adam, anak Allah.
Penulis tidak tahu apakah Yesus dibaptis bersama-sama dengan orang lain, ataukah antri
belakangan dan sedang sendirian. Paling tidak kita bisa membayangkan sewaktu Yesus
dibaptis Yohanes, Dia berlaku patuh dan diam mengikuti upacara pembatisan secara sungguh-
sungguh. Pada saat-saat itulah seekor merpati yang mestinya berbulu putih bersih terbang di
atas-Nya. Penulispun tidak tahu apakah suara dari langit tersebut dapat didengar oleh semua
orang yang berada disitu, atau hanya didengar orang-orang tertentu. Namun kita bisa
memahami atau meyakini bahwa suara dari langit yang mengatakan “Engkaulah Anak-Ku”
adalah suara Allah Bapa sendiri. Kita juga bisa memahami apabila Bapa masih belum
berkenan kepada semua orang termasuk kita ini, yang sekecil apapun pasti pernah berbuat
salah.

Dari catatan Lukas ini, kita dapat memahami bahwa Tuhan Yesus mulai berkarya nyata
setelah berumur sekitar tigapuluh tahun. Kita tidak tahu pasti, apa saja yang telah dikerjakan
selama tigapuluh tahun sebelum berkarya. Mungkin karena dianggap sebagai orang
kebanyakan yang biasa saja, maka tidak ada catatan-catatan yang dianggap penting yang
istimewa. Jikalau toch ada peristiwa yang luar biasa, hal tersebut mungkin bukan pengajaran
rohani secara umum. Jangan-jangan hanya menekankan saja bahwa Dia penuh dengan segala
kuasa dan mukjizat.
28
Dalam benak penulis, pembaptisan Tuhan Yesus sepertinya suatu tanda bahwa Dia mulai
berkarya memasuki zaman baru. Zaman Perjanjian Baru, yang sedikit banyak agak berbeda
dengan keyakinan bangsa Yahudi pada waktu itu. Zaman Perjanjian Lama ditutup oleh nabi
yang disebut sebagai Yohanes Pembaptis.

Dalam hal silsilah, penulis mengalami kebingungan karena agak berbeda dengan tulisan
Matius. Dari Adam sampai kepada Tuhan Yesus sepertinya baru sekejap saja, padahal ilmu
pengetahuan menemukan fosil-fosil manusia purba yang jauh lebih tua dari Adam. Namun
demikian penulis betul-betul merasa kagum bahwa pada zaman dahulu kala bangsa suku
Abraham sudah bisa menyusun silsilah sedemikian rupa. Penulis sendiri meyakini bahwa
cerita dalam Kitab Kejadian mengandung banyak simbol atau ungkapan yang lebih dalam dari
hanya sekedar cerita sejarah. Suku bangsa Uhr menyebut manusia pertama sebagai Adam, dan
mungkin bangsa lain akan menyebut dengan nama lain lagi.

Jangan-jangan setiap bangsa malah mempunyai cerita nenek moyangnya sebagai manusia
pertama di bumi ini. Cerita yang diawali oleh satu pertanyaan, siapakah sebenarnya nenek
moyang kita. Maka disusunlah cerita “Sangkan paraning dumadi” versi masing-masing suku
bangsa. Penulis sendiri tidak mempunyai catatan warisan dari orang tua, siapakah nenek
moyang untuk beberapa generasi saja.

Bab 4- Pencobaan di Padang Gurun sampai


Kapernaum
Yesus Dicobai Iblis
4:1. Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai
Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. 4:2 Di situ
Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di
situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. 4:3
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
suruhlah batu ini menjadi roti." 4:4 Jawab Yesus kepadanya:
"Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."
Berpuasa empat puluh hari tanpa makan menurut penulis adalah
suatu usaha yang bukan main. Berpuasa sehari semalam saja rasanya sudah cukup berat,
apalagi empat puluh hari. Namun inilah niat untuk mengalahkan keinginan daging,
mengalahkan pencobaan yang akan muncul setelah merasakan lapar. Peperangan dalam diri
sendiri, menang atau kalah.

Mungkin kita bisa membayangkan daerah padang gurun yang gersang yang banyak batu-
batunya. Batu yang kecoklat-coklatan dalam keadaan lapar dapat kita renungkan, kita
bayangkan apabila menjadi roti. Betapa enak roti tersebut jika kita sedang lapar. Bayang
fatamorgana seringkali mengisi pikiran kita secara instan begitu saja. Begitu gampang kita
berandai-andai membayangkan sesuatu karena pada saat itu kita sedang sangat membutuhkan.
Kalau bisa, segalanya langsung mak jleg berada di hadapan kita.

Di era tahun tujuhpuluhan semasa ramai-ramainya demam judi nalo, kita sering mengharap
kaya mendadak. Uang sedikit untuk makan tidak cukup, lebih baik untuk pasang nalo. Siapa
tahu dapat, kan menjadi berlipat bisa untuk beberapa hari. Kehausan kita akan uang yang
cukup dalam situasi yang sulit, maka kita berpikir pendek untuk berjudi. Dan nyatanya kita
jarang berpikir bagaimana kalau kalah; yang muncul dalam benak siapa tahu menang. Jika
29
yang terjadi kalah, ya semakin panjang waktunya untuk berpuasa. Anehnya pada waktu itu
jarang orang yang jera, walaupun sudah kalah berkali-kali. Kita lebih sering lupa bahwa
hampir tidak ada orang yang kaya karena judi. Siapakah yang paling beruntung? Mestinya
bandar atau pengelola judi tersebut.

Jawaban Tuhan Yesus sepertinya mengingatkan kepada kita. Hidup ini bukan hanya untuk
makan keperluan tubuh saja. Ada makanan jasmani dan ada juga makanan rohani yang lebih
penting. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk hidup di alam dunia ini, tubuh kita
memerlukan makanan. Namun jangan dilupakan dampaknya kalau kita sampai kebanyakan
makan tanpa batas. Jangan-jangan kita malah tidak bisa apa-apa karena kekenyangan, malah-
malah sakit yang berkelanjutan. Ada makanan penyeimbang yang dibutuhkan oleh rohani
kita, yaitu firman Allah.

Dalam menapaki kehidupan ini, ada banyak hal yang kita


butuhkan agar kita bisa menikmati hidup dengan penuh
sukacita. Mulai dari kecil, mungkin kita bercita-cita yang
bagus-bagus, hebat-hebat dan umumnya positif. Penulis belum
pernah mendengar anak yang bermimpi atau bercita-cita ingin
menjadi pelacur, perampok, pembunuh dan sejenisnya. Kalau
toch hal tersebut terpaksa dijalankan setelah menginjak dewasa,
pasti banyak faktor yang mempengaruhinya. Jangan-jangan, langsung atau tidak langsung,
sadar atau tidak, kita ikut terlibat atau andil terjadinya perbuatan yang tidak disukai
masyarakat umum tersebut.

Kita diajar untuk bisa menahan diri, teguh dan setia dengan niat yang sudah ditetapkan. Kita
diajar untuk mengerti bahwa setiap niat apapun ada risikonya dan itulah pencobaan yang
harus dihadapi dan dikalahkan. Mungkin kita bisa bercermin kepada para nabi dan pertapa
yang hidupnya sederhana, seadanya. Mereka malahan lebih sering berpuasa, berpantang dan
mati raga. Firman Allah disampaikan oleh para nabi yang menjadi utusan-Nya untuk
disebarkan kepada umat-Nya. Mungkin hanya nabi tertentu saja yang hidupnya penuh dengan
hura-hura mengikuti hawa nafsu duniawi.

4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan


dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia. 4:6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta
kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu
telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa
saja yang kukehendaki. 4:7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku,
seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." 4:8 Tetapi Yesus berkata
kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Mari kita bayangkan suatu tempat yang tinggi dan kita bisa melihat
gemerlapnya dunia. Betapa hebat dan indahnya isi kerajaan dunia
yang serba wah. Dan nyatanya, kitapun ingin juga mencicipi yang
namanya wah tersebut. Yang mengagetkan dalam ayat di atas adalah
kita tidak menyadari bahwa kerajaan dunia tersebut sudah dikuasai oleh Iblis. Siapa yang mau
menyembah Iblis, pasti akan diberi sepotong kuasa dan kemuliaan dunia oleh si Iblis.

Mungkin kita pernah mendengar bagaimana orang mencari kekayaan dunia dengan cara
mendatangi tempat-tempat tertentu. Mungkin membuat “kontrak” tertentu dengan segala
macam risiko yang harus dihadapi. Demi kekuasaan dan kemuliaan dunia yang ditawarkan,
banyak orang memilih jalan pintas dan siap teken kontrak dengan si Iblis. Roh jahat ini
menyelusup sewaktu kita dalam kondisi gelap, menjadi satu dengan nafsu keinginan yang
30
berlebih yang cenderung serakah. Apabila kita tidak bisa mengendalikan sang nafsu ini, maka
segala jalan untuk mencapai kekuasaan dunia ini bisa kita tempuh. Sudah disediakan seribu
satu macam alasan untuk pembenaran diri.

Apabila kita membaca Kitab Wahyu tentang peperangan antara malaikat Tuhan dengan
kelompoknya si ular tua, kita akan tahu bahwa para pemberontak ini dikalahkan oleh bala
tentara malaikat Mikhael dan dilemparkan ke bumi. Si ular tua atau naga, atau yang disebut
Setan kelihatannya sudah menguasai bumi ini, sebelum manusia dijadikan. Jangan-jangan
semua laut, semua gunung, semua sungai dan danau, semua bukit dan lembah, sudah dihuni
dan dikuasai oleh Iblis dan kelompoknya. Banyak orang mengenal atau mendengar cerita
tentang penguasa laut selatan, dengan nama yang bermacam-macam. Mulai dari pesisir
selatan Indonesia sampai pesisir timur Afrika.

Jawaban Tuhan Yesus sepertinya mengajarkan kepada kita agar hanya menyembah kepada
Tuhan Allah Sang Pencipta. Jangan sampai menyembah dan berbakti kepada allah-allah lain.
Akibatnya kita akan menduakan Allah yang benar dan allah yang palsu. Allah benar yang
tidak kelihatan secara kasat mata, namun tidak pernah tidur yang selalu menyertai kita.
Sedangkan allah palsu bisa kita lihat, kita rasakan dengan indera kita, karena memang kita
ciptakan sendiri.

Sadar atau tidak, seringkali kita membuat dan memfokuskan waktu kepada allah palsu. Demi
allah-allah palsu ini, kita bisa melupakan hal-hal lain termasuk kepada Tuhan Allah sendiri.
Kita bisa menciptakan seribu satu macam allah palsu ini sesuai dengan selera kita. Salah
satunya, mungkin sering kita dengar ungkapan “keuangan yang kuasa.” Begitu berkuasanya
uang, maka demi berbakti kepada uang apapun kita lakukan. Dengan uang, kita bisa
menikmati kekuasaan dan kemuliaan dunia ini bagaikan raja.

Jika kita renungkan, sebenarnya kita lebih sering menjadi raja. Raja dalam diri sendiri dimana
Sang Ego merajai dan bertakhta di hati kita. Mungkin jarang sekali kita merelakan diri agar
Tuhan yang bertakhta dan merajai hati kita, dan sang aku ini menjadi hamba-Nya. Demi
kerajaan dunia, Tuhan kita pinggirkan atau malah kita singkirkan dari dalam hati ini. Sang
Raja Agung ya hanya Tuhan Allah sendiri yang sudah semestinya dan seharusnya kita
sembah dan kita turuti ajaran-Nya.

4:9 Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, 4:10
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk
melindungi Engkau, 4:11 dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu
jangan terantuk kepada batu." 4:12 Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan
engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 4:13 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia
mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Kita bisa membayangkan betapa tinggi bubungan Bait Allah pada waktu
itu. Orang jatuh dari atasnya paling tidak akan mengalami patah tulang,
kalau tidak sampai meninggal. Jika ada orang yang berani terjun dari atas
Bait Allah dan bisa mendarat ke tanah dengan pelan, pastilah orang
tersebut akan terkenal. Pujian, kekaguman, menjadi berita utama, pasti
akan dinikmatinya. Cerita tentang kehebatan itu akan menyebar dan betapa
bangganya kita. Nyatanya kitapun menginginkan juga untuk dikagumi,
dipuji, dihormati oleh orang lain. Mungkin dalam situasi tertentu, kita
berkhayal sejenak menjadi pahlawan. Betapa semua orang akan memperhatikan kita dengan
penuh decak kagum.
31
Bait Allah yang begitu suci namun atapnya diinjak-injak oleh Iblis. Kurang ajar benar dia!
Tidak semua imam dapat memasuki tempat-tempat terkudus dalam Bait Allah. Mungkin
hanya tingkatan imam agung saja yang dianggap pantas dan boleh merayakan ibadat di tempat
tersebut.

Jawaban Tuhan Yesus sendiri terdengar begitu tegas, jangan mencobai Allah. Jangan-jangan
dalam hidup kitapun seringkali mencobai Allah. Seringkali kita menginginkan mukjizat dari
Tuhan secara nyata. Mukjizat yang mengherankan dan sulit diterima akal. Biarlah dari
mukjizat tersebut kita semakin percaya dan memuliakan Dia. Kita meminta bukti nyata dalam
waktu sekejap, yang kita sesuaikan dengan kondisi waktu itu. Mungkin disinilah bahkan roh
jahat yang sebenarnya mencobai kita dengan pintarnya. Karena tidak bisa mencobai Allah,
maka roh jahat ini akan selalu mencobai kita manusia.

Kira-kira apakah Tuhan Yesus bisa melakukan mukjizat merubah batu jadi roti, loncat dari
atas Bait Allah dan tidak cedera? Kalau Tuhan Yesus itu pikiran-Nya seperti penulis, pasti
bisa melakukan dan dilaksanakan, biar terkenal dan semua orang tertarik. Nyatanya, semua itu
disembunyikan oleh Tuhan Yesus. Dia siap menjadi manusia biasa yang tidak perlu pamer
dan berpromosi seperti pedagang. Cara berpikir kita sepertinya bertolak belakang denga
kehendak Tuhan sendiri.

Mungkin kita pernah mengalami sendiri bagaimana kita ingin menjual atau menyewakan
sesuatu. Dalam hati kita berkata dengan diri sendiri :”Kalau laku sekian rupiah saja,
bolehlah.” Biasanya harga penawaran pertama kita tinggikan dahulu. Begitu ada orang yang
secara langsung menerima harga kita tanpa menawar lagi, kita dibuat kaget. Sekecil apapun
itu, biasanya ada rasa sesal mengapa ditawarkan sekian. Kalau tahu begitu, kenapa tidak
ditinggikan sekalian. Jarang sekali kita langsung mengucap syukur, karena harapan kita
dipenuhi. Namun malah kita mengeluh, ekstrimnya menghujat diri sendiri. Jangan-jangan hal
ini secara tidak langsung kita telah menghujat Tuhan karena tidak mensyukurinya.

Ada suatu hal yang mengajarkan kepada penulis, bahwa untuk berkarya dalam segala hal,
perlu persiapan matang. Persiapan tersebut salah satunya adalah dengan “berpuasa”, mati
raga. Belajar berpuasa adalah belajar melawan segala macam hawa nafsu yang timbul di
dalam diri kita. Hawa nafsu jelas tidak terbatas hanya kepada masalah makan dan minum.
Makan dan minum pasti kita butuhkan supaya kita bisa hidup dan sehat selama menjalani
kehidupan ini. Segala macam nafsu duniawi bisa menyelusup lewat seluruh panca indera yang
kita miliki, yang akan merangsang pikiran kita untuk berbuat yang tidak benar.

Di Jawa sering kita mendengar orang yang melakukan puasa Senin dan Kamis. Mungkin kita
pernah mendengar orang menyebut puasa “mutih” atau puasa “ngebleng.” Bunda Maria
dalam penampakannya di Medjugorje mengajarkan puasa Rabu dan Jumat. Kita bisa
memperkirakan hubungan mengapa hari Rabu dan hari Jumat. Orang Katolik pasti mengenal
apa itu hari Rabu Abu dan hari Jumat Agung. Mungkin ada adat atau budaya lain yang
mengajarkan puasa tertentu lagi.

Setelah segala persiapan dilakukan dengan matang (anggaplah berpuasa tadi), maka perlu
diuji coba dengan segala macam persoalan. Bagaimana kita menghadapi suatu situasi
permasalahan, apakah kita bisa lulus. Terus bagaimana cara mencari solusi terbaik yang dapat
dirumuskan, dan diterima oleh umum. Jika dianggap lulus, berarti potensi diri yang sudah
disiapkan tadi dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ungkapan Jawa “Jer basuki mawa
bea” yang kurang lebih berarti, untuk menuju ke suatu tujuan baik pasti memerlukan
pengorbanan. Puasa dan sejenisnya hanya menjadi salah satu sarana untuk menuju kepada
32
kekuatan moral yang baik dan benar. Segala sesuatunya perlu digembleng lebih dahulu agar
tahan uji.

Kita diajar untuk tidak memanjakan mulut dan perut; tidak memanjakan keinginan untuk
berkuasa dengan segala macam iming-imingnya. Demikian juga, kita diajar agar tidak
memanjakan keinginan untuk dipuji dan dihormati. Semakin tinggi kita di atas maka akan
semakin sakit dan menderita, apabila kita mengalami kejatuhan. Semakin tinggi maka tiupan
angin akan semakin kencang, yang akan mempengaruhi keseimbangan hidup kita.

Yesus mengajar di Galilea


4:14. Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh
daerah itu. 4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji
Dia.
Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus dalam kuasa Roh, terbang dari
satu tempat ke tempat lain. Dari sungai Yordan ke padang gurun, terus ke gunung yang tinggi,
kemudian di atas bubungan Bait Allah. Setelah itu kembali ke Galilea. Jawaban paling
gampang, ya karena Tuhan bisa menembus batas ruang dan waktu, sebab Dia yang punya
kuasa.

Kelihatannya Tuhan Yesus mengajar pertama kali di daerah


Galilea. Dia tidak mengajar di jalan-jalan, namun di
tempat-tempat ibadat bangsa Yahudi. Sepertinya pada awal
pengajaran hanya diperuntukkan bagi orang-orang terpilih
yaitu bangsa Israel. Menurut pemahaman penulis, Tuhan
Yesus tidak ingin menonjolkan diri atau berpromosi. Dia
bagaikan manusia biasa yang betul-betul melangkah
setapak demi setapak. Biarlah semua oang yang mendengar
pengajaran-Nya memuji dengan wajar, tanpa harus melihat
kehebatan yang tidak kasat mata pada waktu itu. Biarlah
hatinya tersentuh terlebih dahulu dan menyadari segala
kekurangan diri, bukan karena dipojokkan atau dituduh
langsung.

Kesadaran diri yang berhubungan dengan rohani lebih


penting, karena dari rohani yang sadar dapat membangkitkan niat untuk berubah. Keinginan
atau niat berubah akan menggerakkan jasmani untuk melakukan sesuatu sebagai ungkapan
nyata.

Coba kalau kita yang mempunyai kasaktian, mungkin yang kita tonjolkan dahulu malahan
kehebatan kita. Mereka tertarik dan memuji mungkin karena kesaktian kita, bukan memuji
tujuan inti pengajaran, bahwa semua orang harus berani merubah diri dan kembali kepada
Allah melalui pertobatan. Jangan-jangan yang mereka bicarakan di belakang kita, hanyalah
kemampuan kita beratraksi. Kehebatan kita berdemonstrasi yang mengagumkan hanya
mereka saksikan, sedangkan obat yang kita jual malah tidak laku.

Pada tahap selanjutnya barulah Tuhan Yesus membuat banyak orang terpesona dan terheran-
heran. Kemungkinan besar Dia sudah melakukan penyembuhan bagi orang sakit dan
menderita, bagaikan seorang tabib.

Yesus ditolak di Nazaret


4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia
masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan
33
kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 "Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia
menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang
dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya:
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Menurut pemahaman penulis, kelihatannya Tuhan Yesus dengan sengaja membuka nas kitab
nabi Yesaya tersebut. Kemungkinan besar semua orang yang mendengarkan bacaan lebih
terfokus pada isi bacaan bahwa Mesias akan datang. Yang Terurapi akan memberi
penghiburan, membebaskan dari penjajahan serta membuka mata hati mereka yang selama ini
sudah menjauh dari ajaran Tuhan. Begitu mendengar pengajaran-Nya, mereka mengangguk-
angguk tanda sependapat dengan perkataan-Nya.

Isi nas tersebut telah digenapi pada saat itu, yang sudah semestinya bahwa Mesias terjanji
sedang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Israel. Mereka dalam keadaan miskin dan
menderita, dijajah serta ditindas oleh bangsa Romawi. Banyak orang sakit dan menderita
karena kehidupan yang tidak terjamin. Para pimpinan dan rohaniwan yang ada tidak bisa
diharapkan. Harapannya hanya satu, segera datang Sang Mesias yang bisa melepaskan dari
penderitaan, menyelamatkan bangsa dan negara dari penjajahan, memimpin bangsa menuju
kehidupan yang adil dan makmur.

Sekarang ini setelah hal itu terjadi, penulis merasa yakin bahwa sebenarnya Tuhan Yesus
berbicara tentang diri-Nya sendiri. Dan nas tersebut digenapi dengan berkata bahwa Dia
sendiri yang membaca dan semua orang mendengarkan. Mereka belum sadar dan belum
mengerti bahwa yang berbicara waktu itu Sang Mesias sendiri, yang telah dijanjikan oleh
Tuhan.

4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang
diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 4:23 Maka berkatalah Ia kepada
mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-
Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah
terjadi di Kapernaum!"
Perkataan :”Bukankah Ia ini anak Yusuf?” sepertinya terkandung rasa tidak percaya.
Kelihatannya Keluarga Kudus Yusuf sudah cukup lama meninggalkan kampung Nazaret dan
mereka ragu-ragu dengan Dia. Penulis tidak tahu apakah bapak Yusuf pada waktu itu masih
hidup atau sudah tiada. Jika masih hidup, dimanakah pada waktu itu dia bertempat tinggal?

Disinilah kita sebagai manusia yang pada dasarnya mempunyai ego pribadi tinggi, merasa
lebih dan akhirnya sering meragukan kemampuan orang lain. Seringkali kitapun akan
bertanya sedikit heran atau setengah tidak percaya akan seseorang yang pernah kita kenal,
kemudian hidupnya berhasil. Kita mengenal sewaktu kecil dan kehidupannya sehari-hari,
terus kita mengklasifikasikan kurang lebih tingkatan pengetahuannya sekian. Koq bisa
menjadi begitu ya? Dan Tuhan Yesus tahu apa yang ada di hati semua orang.

Kelihatannya mereka pernah mendengar perbuatan Tuhan Yesus yang mengherankan di


Kapernaum Galilea. Dia disebut tabib yang berarti bisa menyembuhkan orang yang sakit.
Karena hanya berpegang bahwa dulu pernah mengenal Dia seperti apa, maka rasa tidak
percaya atau ragu menyelimuti hati mereka. Darimana dan kapan Dia belajar menjadi tabib?
Menurut sepengetahuan rasanya tidak pernah belajar atau mendalami pengobatan.

Pikiran tanda tanya yang terpendam dalam hati mereka, langsung diceploskan saja oleh Tuhan
Yesus. Mungkin kita akan gelagapan atau tesentak, begitu apa yang ada di dalam hati kita
34
diketahui dan disampaikan langsung. Mau bilang iya malu dan segan, mau bilang tidak malah
tidak enak, yang paling cocok ya diam dan menunggu.

Keraguan dan kebimbangan sama dengan tidak percaya seratus prosen. Keraguan akan
menumbuhkan penolakan atau pertahanan diri. Mungkin inilah yang menyebabkan tidak
adanya atau begitu sedikit mukjizat yang terjadi di Nazaret. Iman yang menyembuhkan tidak
terjadi karena kebimbangan tersebut.

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan bahwa seorang dokter tidak bisa mengobati
dirinya sendiri. Seorang pekerja bangunan bisa membuat istana, namun rumahnya sendiri
biasa-biasa saja. Mungkin hampir sama dengan pohon yang memberikan buah atau bunga
untuk dimakan atau dinikmati manusia. Pohon itu sendiri tidak pernah menikmatinya.

4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di
tempat asalnya. 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia
terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam
bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 4:26 Tetapi Elia
diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda
di Sarfat, di tanah Sidon. 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan
tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 4:29 Mereka bangun,
lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak,
untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka,
lalu pergi.
Rasanya betul juga dan kita bisa memaklumi akan kata-kata Tuhan Yesus, bahwa tidak ada
nabi yang dihargai di tempat asalnya. Kita bisa merasakan dan membayangkan seseorang
yang terkenal di luar, entah di kalangan akademisi, keagamaan, sosial dan yang lainnya. Di
lingkungan tempat dia tinggal menetap, maka akan dianggap biasa saja sebagai warga
penduduk. Jangan-jangan dirumahnya oleh keluarga dianggap biasa juga, malah-malah masih
bisa diomeli kalau sedang tidak cocok. Keluarga boleh dikatakan sudah tahu dan kenal luar
dalamnya. Tidak ada lagi yang istimewa, malah-malah yang terlihat kekurangannya di dalam
keluarga.

Kita bisa merenungkan kata-kata Tuhan Yesus, mengapa nabi Elia dan nabi Elisa pada saat itu
berkarya yang mengherankan kepada orang lain di tempat lain. Mungkin kita bisa
berpendapat bahwa orang Israel begitu bebal, tidak bisa menghargai dan mempercayai nabi
Elia maupun nabi Elisa. Ajakannya tidak bisa mereka terima karena tidak menuju yang
duniawi yang diperlukan dalam kehidupan ini. Ajakan untuk berbalik kembali kepada Tuhan,
yang berarti bertobat, dirasakan begitu berat. Tidak ada lagi foya-foya, hura-hura, tidak bisa
hidup bebas lepas yang penuh gemerlapan duniawi. Anggaplah menjadi tidak bisa lagi
mengumbar hawa nafsu duniawi.

Sependapat atau tidak, seringkali kitapun tidak siap jika diajak untuk bertobat total kembali ke
haribaan Tuhan. Mengikut dan belajar menjadi seperti Kristus nyatanya begitu berat. Penulis
secara jujur harus berani mengakui bahwa nyatanya masih terikat oleh tali duniawi yang
begitu menggairahkan, menarik dan mempesona. Betapa begitu sulit melepaskan tali pengikat
yang selama ini begitu menjerat dengan segala macam iming-iming.

Ungkapan tentang nabi Elia dan nabi Elisa ini secara tidak langsung menohok telak dan
mereka sadar bahwa ditujukan kepada mereka yang tidak percaya. Disamakan dengan
kelakuan nenek moyang dahulu, maka mereka menjadi marah besar.
35
Ada satu hal yang mungkin terlepas dari pemahaman kita, bagaimana mungkin Tuhan Yesus
dengan begitu mudahnya lolos. Kita bisa membayangkan bagaimana banyak orang yang
sedang marah dan ingin menganiaya-Nya. Kalau memang harus mati biarlah mati sekalian
dilempar kebawah tebing. Siapa yang akan protes dan berani menghalangi mereka? Kalau
seluruh massa sudah kompak, dampaknya bisa begitu hebat dan cukup sulit untuk dilawan
pada saat itu. Namun anehnya, Tuhan Yesus dengan begitu gampangnya lolos dan lewat di
antara mereka. Pasti ada suatu kekuatan yang tidak kasat mata, yang susah diterangkan
dengan segala macam bahasa dan logika. Zaman sekarang kita lebih gampang mengucapkan,
kalau belum takdirnya pasti segalanya mungkin terjadi. Rasanya lebih susah untuk
mengatakan, bahwa kehendak Tuhanlah yang memungkinkan segala sesuatu dapat terjadi di
luar pikiran nalar kita. Perbuatan Tuhan yang mengherankan dapat dialami oleh setiap orang,
yang mungkin akan berseberangan dengan hukum sebab akibat.

Orang boleh berpendapat bahwa tidak semua orang Nazaret menjadi marah besar karena
perkataan-Nya. Kemarahan yang tiba-tiba pada waktu itu, seiring dengan berjalannya waktu
ketika menuju bukit, ada yang mulai sadar. Mereka mulai berbicara bahwa Dia kan anaknya
Yusuf, saudara kita. Tidak enak juga kalau keluarganya menanyakan tentang Dia. Mengapa
sampai harus dianiaya? Diusir saja dari kampung halaman-Nya, biar tinggal di tempat lain.
Kalau toch memang hebat, paling tidak dapat membawa nama kampung halaman kita.

Yesus di Kapernaum
4:31. Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-
hari Sabat. 4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara
keras: 4:34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang
hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 4:35 Tetapi Yesus
menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan
orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak
menyakitinya. 4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya:
"Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah
kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 4:37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-
mana di daerah itu.
Di awal-awal pengajaran-Nya, dapat kita ketahui bahwa Tuhan Yesus
mengajar di hari Sabat atau Sabtu. Penulis tidak tahu, apakah Dia
mengajar sejak hari Jumat petang yang dianggap sudah masuk hari
Sabat. Ataukah hanya di hari Sabat setelah matahari terbit pada jam
atau waktu tertentu. Kemungkinan besar memang di siang hari. Namun
yang lebih penting dalam hal ini, bagaimana Dia mengusir setan di
rumah ibadat. Di dalam rumah ibadat nyatanya setan masih bisa merasuki seseorang yang dia
inginkan. Pertanyaannya, mengapa orang tersebut sampai bisa dirasuki setan? Sebenarnya
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi seseorang sampai kerasukan setan? Dan nyatanya
setan lebih mengenal siapakah Yesus orang Nazaret tersebut, daripada kita. Yesus Yang
Kudus dari Allah.

Kelihatannya Tuhan Yesus pada waktu itu lebih senang dianggap sebagai manusia sejati,
orang biasa-biasa saja. Setan disuruh diam, yang maksudnya jangan memperkenalkan kepada
manusia bahwa Dialah Sang Mesias yang ditunggu-tunggu. Sang Anak Manusia, Allah
sendiri yang turun ke dunia menjadi manusia kebanyakan. Biarlah semua manusia berpikir,
merenung dan menyimpulkan sendiri dengan kemampuan akal budinya. Biarlah mereka bebas
memanfaatkan jiwa hati, pikiran akal budi menurut seleranya. Lebih tertarik kepada ajaran-
Nya ataukah kepada mukjizat yang dilakukan-Nya.
36
Terjadilah berita gethok tular, dari mulut ke mulut bahwa ada seseorang yang hebat. Bisa
menyembuhkan dan bahkan mengusir roh jahat dari dalam diri seseorang. Namun jangan-
jangan berita terpenting bahwa Dia Yang Kudus dari Allah malah tidak tersampaikan. Banyak
orang berbondong-bondong mencari Dia dengan tujuan utama memohon kesembuhan jasmani
dan pelepasan dari kuasa setan. Betapa setan-setan begitu takut akan Dia, yang bisa
membinasakan dan memenjarakan mereka ke dalam neraka.

Penyembuhan Mertua Simon Petrus


4:38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua
Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. 4:39 Maka Ia
berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia.
Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. 4:40 Ketika matahari terbenam, semua orang
membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun
meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. 4:41 Dari
banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia
dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu
bahwa Ia adalah Mesias.
4:42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang
banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan
meninggalkan mereka. 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus
memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." 4:44 Dan Ia memberitakan
Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Menurut pemaham penulis, Simon ini adalah murid-Nya yang akan disebut sebagai Petrus.
Kelihatannya Kapernaum menjadi kampung kedua bagi Tuhan Yesus, setelah Nazaret.
Disinilah Tuhan Yesus banyak melakukan penyembuhan penyakit dan pengusiran setan.
Setanlah yang malah menyebut Yesus sebagai Anak Allah.

Mungkin zaman sekarangpun hampir sama dengan zaman dahulu. Orang berbondong-
bondong ke suatu tempat karena bermaksud untuk penyembuhan dirinya. Paling tidak
mengantar saudara atau kenalan yang sedang sakit agar mendapatkan kesembuhan dalam
ritual tertentu. Masalah ibadat atau pujian dalam ritual tersebut akan menjadi perhatian nomor
dua, karena yang lebih penting ya kesembuhan tadi.

Kalau bisa, kita selalu ingin dekat dengan Sang Tabib. Kalau ada apa-apa kan gampang
dihubungi dan langsung dapat menyembuhkan. Ada rasa tenang aman tidak kawatir karena
dekat. Nyatanya dalam hidup ini kita lebih cenderung hanya kepada “sakit” yang
berhubungan dengan tubuh, jasmani badan wadhag. Kita malah lebih sering lupa bahwa
masih ada di dalam diri kita yang bukan jasmani juga sakit. Sakit hati, sakit jiwa, sakit rohani,
kehilangan akal dan sejenisnya. Kita bisa mengibaratkan bahwa setan sedang bercokol di
dalam diri kita, menguasai kita. Maka perlu pelepasan dan dijauhkan dari pencobaan, agar
setan tersebut tidak menghantui kita.

Penulis kadang-kadang bingung dan malah tersenyum sewaktu mendengar berita atau ajakan
untuk mengikuti Misa Penyembuhan. Apakah betul ada istilah misa penyembuhan dan
bagaimana dengan misa-misa yang lainnya? Dalam pemahaman penulis, semua misa kudus
atau perjamuan ekaristi adalah sama, selama dipimpin oleh imam tertahbis dan tidak terkena
ekskomunikasi. Dalam setiap perjamuan ekaristi, Tuhan Yesus pasti hadir memberikan Diri-
Nya untuk kita santap. Penulis meyakini bahwa Tuhan Yesus berkenan menyatu dengan kita
dan kita bisa mengobrol dengan bebas dengan-Nya. Kita bisa menyampaikan segala macam
uneg-uneg, kedongkolan, kemarahan, kesakitan, ketidakberdayaan maupun kegembiraan dan
kebahagiaan yang kita alami. Yang paling sulit memang keyakinan iman dan kepasrahan
bahwa Dia beserta kita. Mungkin bahasa Jawa lebih sreg “Gusti manunggal” dan aku tidak
sendirian. Bukan lagi aku dengan Dia yang jauh, namun berubah menjadi kita. Aku dan Dia
yang menyatu, yang bisa berbicara dimana saja dan kapan saja.
37

Tuhan Yesus menjawab bahwa tempat lain juga membutuhkan berita kabar keselamatan
tentang Kerajaan Allah. Kedatangan-Nya lebih ditekankan kepada kabar baik Kerajaan Allah.
Dia tidak menyebutkan bahwa di tempat lain juga membutuhkan kesembuhan dari sakit
penyakit.

Kelihatannya setelah mengajar berkeliling di wilayah Galilea, Tuhan Yesus melanjutkan


perjalanan menuju ke selatan di wilayah Yudea. Pastilah banyak kampung dan desa yang
dilewati, sebelum sampai ke Yudea. Secara umum dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus mulai
mengajarkan pertobatan dan kabar baik Kerajaan Allah dari utara menuju selatan. Dari ujung
utara danau Galilea sampai selatan atau sebelah barat laut Mati. Penulis tidak bisa
membayangkan, apa yang dilakukan Tuhan Yesus di luar hari Sabat pada awal-awalnya.

Bab 5- Penjala Manusia, Penyembuhan dan


Hal Bepuasa
Menjadi Penjala Manusia
5:1. Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret,
sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan
firman Allah. 5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-
nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 5:3 Ia
naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan
menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari
pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas
perahu. 5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:
"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu
untuk menangkap ikan." 5:5 Simon menjawab: "Guru, telah
sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap
apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga." 5:6 Dan setelah mereka melakukannya,
mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka
mulai koyak. 5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya
mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua
perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun
tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang
berdosa." 5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena
banyaknya ikan yang mereka tangkap; 5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak
Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari
sekarang engkau akan menjala manusia." 5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya
ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Adegan diatas dapat kita bayangkan bahwa Tuhan Yesus di pagi hari sedang berdiri di pantai
danau Genesaret atau danau Galilea. Banyak orang sudah berkumpul ingin mendengarkan
firman Allah dari-Nya. Ada dua hal yang harus dilakukan oleh Tuhan Yesus, yaitu mengajar
orang banyak dan mengajar khusus untuk Simon dan teman-temannya. Betapa saat itu Simon
begitu menghormati dan menuruti kata-kata Tuhan Yesus, padahal semalam suntuk kurang
istirahat. Mau tidak mau, sadar tidak sadar, Simon dan teman-temannya juga mendengarkan
firman Allah dan ajaran yang disampaikan Tuhan Yesus. Penulis memperkirakan bahwa para
nelayan ini sudah pernah mendengarkan kotbah Tuhan Yesus sewaktu di sinagoga. Sedikit
banyak mereka sudah mengenal-Nya walaupun belum memikirkan untuk mengikuti-Nya.

Kita berani memastikan bahwa Simon dan kawan-kawan pastilah nelayan yang ahli. Mereka
tahu persis disaat kapan, dimana banyak ikan yang dapat dijala. Mereka juga tahu kapan saat-
saat paceklik mencari ikan, namun tetap berusaha mencari karena kehidupannya, mata
38
pencaharian yang pokok. Sebagai orang yang menghormati seorang guru, walaupun
sebenarnya tidak sependapat dan segan melaksanakan, Simon menuruti permintaan-Nya.
Secara nalar akal budi mestinya Simon lebih pintar dalam hal menjala ikan, dibandingkan
dengan Tuhan Yesus. Namun mungkin lebih kedalam lagi, Simonpun berkata dalam hati
:”Apa sich ruginya kalau menuruti kehendak Sang Guru? Biarlah Sang Guru lega keinginan-
Nya dituruti. Kalau tidak mendapatkan ikan, ya biar tahu bahwa Dia bukan nelayan.”

Apa yang terjadi pastilah diluar pemikiran Simon sang nelayan. Kejadian yang tak
terbayangkan, tidak masuk di akal si nelayan pasti membikin ternganga, terpesona,
bergembira, merasa bersalah campur menjadi satu. Ikan yang berlimpah masuk kedalam
jaringnya sewaktu diangkat. Untuk sesaat keterbengongan tadi agak dilupakan, karena Simon
membutuhkan bantuan kawan lain untuk mengangkat semua ikan yang terjaring.

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana sikap Tuhan Yesus pada waktu itu; apakah
duduk dan melihat saja, atau ikut membantu Simon yang kelabakan. Namun setelah segalanya
beres dan tersadar, Simon langsung tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Mau tidak mau akan
terbersit perasaan bersalah atau dosa, perasaan tidak percaya. Mengapa tadi berkomentar yang
mengindikasikan bahwa lebih tahu tentang mencari ikan.

Perubahan sikap yang begitu mendadak melalui pertobatan seketika, mungkin hanya dapat
dilakukan melalui suatu peristiwa yang hebat dan mencekam. Peristiwa yang susah untuk
dibayangkan, karena setiap orang mungkin akan berbeda sentuhannya.

Mungkin disaat itulah Simon, Yakobus dan Yohanes menjadi murid-murid pertama Tuhan
Yesus. Dari menjala ikan berubah menjadi menjala manusia. Yang namanya menjala, pastilah
dengan penuh kesabaran dan tidak pernah memilih-milih apa yang harus masuk ke dalam
jaringnya. Yang dipikirkan atau diharapkan, semoga mendapat tangkapan banyak, tanpa
membeda-bedakan. Segala macam yang terjaring dalam jala tetap akan diangkat, sebelum
nantinya dipilah-pilah dan dipisahkan. Tidak jarang sampahpun masuk ke dalam jaring,
menyatu dengan tangkapan yang lainnya.

Ada sesuatu yang selama ini tidak pernah kita sentuh atau kita dalami, karena merasa sudah
puas atau merasa memang sudah sebegitu saja karena situasi dan kondisi. Merasa puas atau
merasa mentok membuat kita diam tidak berusaha semakin gigih. Kita diajar untuk semakin
berani keluar dari paradigma yang selama ini sudah dianggap mapan. Kita diajar untuk berani
masuk semakin ke dalam, yang selama ini belum kita ketahui. Pasti ada sesuatu yang tidak
pernah kita duga dan mestinya cukup menarik karena belum pernah mengalami. Menarik
dalam hal ini bisa dianggap positif maupun negatif, tergantung cara kita menerimanya. Kita
diajar untuk berani keluar dari kemandhegan yang kita buat sendiri, entah berhenti karena
perasaan puas ataupun buntu dan mentok. Kedalaman kehidupan ini tidak ada batasnya karena
memang kita tidak pernah bisa tahu apa yang akan terjadi kemudian.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali waktu ini kita habiskan untuk segala macam
kesibukan. Sampai-sampai tidak ada waktu untuk berelasi dengan Tuhan. Kita diajar
meluangkan waktu untuk semakin mendalami suasana dalam keheningan rohani. Kita diajar
untuk semakin masuk ke dalam hati sanubari yang paling dalam, dimana Tuhan bersemayam,
agar kita bisa berdialog dengan Dia. Dialog berbagai macam topik, situasi, kondisi,
kegembiraan maupun penderitaan yang kita alami. Jangan-jangan kita akan kaget dan
terpesona bahwa di kedalamam tersebut kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak pernah
kita duga.
39
Jika selama ini Tuhan yang kita agungkan hanya sebagai penolong yang kita harapkann
sewaktu ada masalah; menghadap hanya untuk memohon dan memohon, mungkin tanpa kita
sadari akan terjadi perubahan. Kita bisa ngobrol dari hati ke Hati, bahkan lupa dengan
rencana permohonan kita. Betapa dalam obrolan tersebut tidak lagi membutuhkan tata bahasa
yang diatur sesuai etika yang berlaku, berpikir mencari kata bahasa yang pas dan sopan penuh
hormat. Betapa masuk ke kedalaman yang begitu intim dengan Allah sering membuat kita
sendiri kaget. Allah yang kita anggap begitu jauh tak terjangkau dengan segala macam
kemahaan-Nya, ternyata bisa begitu dekat, begitu intim sampai terasa tidak ada jarak ataupun
batas.

Mungkin kita bisa berpendapat bahwa jala atau jaring adalah simbul dari kecintaan atau
kasih yang berharap. Kasih yang tidak pernah memilih dan membedakan, kasih yang tanpa
syarat, tanpa membuat kasta. Kasih yang sabar menunggu kedatangan. Menjala bagaikan
menebarkan kasih dengan harapan bisa merangkul siapapun yang mau masuk ke dalam jaring
kita. Menjala sangat berbeda dengan memancing, sebab memancing masih memerlukan
umpan tertentu dengan tujuan ikan tertentu juga. Kadang kala malah mempergunakan umpan
palsu untuk mengelabui si ikan. Namun jika tidak bisa menjadi penjala, menjadi
pemancingpun sudah lumayan, selama masih bisa mendapatkan ikan.

Sakit Kusta disembuhkan


5:12. Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta.
Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat
mentahirkan aku." 5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata:
"Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 5:14 Yesus
melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah,
perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan
seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." 5:15 Tetapi kabar tentang Yesus
makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk
mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan
diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Kita bisa membayangkan bahwa orang kusta pasti dijauhi oleh orang banyak. Atau malahan
mereka dikucilkan dan tidak boleh mendekati tempat-tempat orang berkumpul. Secara bodoh
kita bisa menganggap bahwa penyakit kusta itu menular atau malahan karena kutukan.
Pengalaman karena kutukan bisa dilihat dalam Kitab Perjanjian Lama. Kita bisa
membayangkan bahwa si kusta itu mempunyai keyakinan bahwa Tuhan Yesus pasti bisa
mentahirkannya, kalau Dia mau. Mau dan tidak, diserahkan kepada kehendak Tuhan sendiri.
Dan kenyataanya Tuhan Yesus seketika itu juga mau tanpa berpikir dua kali. Betapa Tuhan
Yesus begitu berbelas kasih dan tanpa merasa jijik tangan-Nya mau menjamah seseorang
yang berpenyakit kusta dan ia sembuh. Berbelas kasih tidak pernah berpikiran negatif dan
menghitung untung rugi, adanya hanya ingin menolong dan membantu kepada yang
membutuhkan.

Berbeda dengan kita yang mungkin lebih sering berhitung untung rugi, kenal atau tidak.
Berpikir jangan-jangan, dampaknya bagaimana untuk diri kita dan masih seribu satu macam
analisa. Kalimat :”Ya, aku mau.” dalam banyak hal sangat sulit keluar dari mulut kita. Kalau
masih ada orang lain, mbok yang lain saja. Berbeda kalau tawarannya materi atau pengakuan
yang mempunyai nilai menguntungkan. Jangan-jangan tanpa berpikir akan konsekuensinya,
langsung menjawab:”Ya, aku mau.”

Selanjutnya dapat kita bayangkan bahwa Tuhan Yesus tidak mau berpromosi, dan lebih
menyukai untuk tetap tersembunyi. Berbeda jauh dengan kita yang lebih senang kalau orang
lain mengetahui “kelebihan” kita. Kalau perlu malah mempromosikan diri sendiri dengan
seabreg kelebihan dan menyembunyikan kekurangan.
40

Tuhan Yesus nyatanya lebih suka menyuruh si kusta untuk bersyukur kepada Tuhan, sesuai
dengan adat orang Yahudi pada waktu itu. Disuruh mendatangi imam, memberi korban
persembahan untuk pentahiran dan setelah semuanya selesai, maka berubahlah statusnya.
Bukan lagi sipenderita kusta, melainkan diakui sebagai warga masyarakat pada umumya.

Ayat selanjutnya dapat kita pahami bahwa orang berbondong-bondong ingin bertemu Tuhan
Yesus. Ada dua maksud mengapa mereka berdatangan. Pertama, ingin mendengarkan ajaran
kabar baik Kerajaan Allah. Yang kedua mungkin lebih menonjol atau cenderung menjadi
prioritas, yaitu ingin disembuhkan dari penyakit dan kelemahan. Mungkin disinilah mengapa
Tuhan Yesus lebih memilih mengundurkan diri dan berdoa. Kemungkinan besar Dia
mengharapkan agar semua orang termasuk kita ini memprioritaskan ajaran Injil Kerajaan
Allah daripada kesembuhan dari sakit penyakit. Yang utama harus dilakukan dan yang
lainnya jangan diabaikan.

Penulispun dengan jujur berani mengatakan bahwa kesehatan jasmani menjadi hal yang
penting dalam hidup ini. Kita mempunyai banyak alasan untuk itu. Bagaimana kita bisa
berkarya kalau jasmani kita sedang sakit? Yang namanya sakit itu pasti tidak enak dan
menyengsarakan. Padahal Tuhan Yesus kelihatannya lebih mengutamakan kesehatan rohani
lebih dahulu, dan barulah kesehatan jasmani mengiringinya. Kita dapat membaca riwayat
orang-orang kudus yang dalam hidupnya masih bisa berkarya, walaupun melalui penderitaan
karena sakit jasmani.

Sakit Lumpuh disembuhkan


5:17. Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk
mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem.
Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. 5:18 Lalu datanglah
beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia
masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. 5:19 Karena mereka tidak dapat membawanya
masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu
membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang
banyak tepat di depan Yesus. 5:20 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai
saudara, dosamu sudah diampuni." 5:21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir
dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah sendiri?"
5:22 Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang
kamu pikirkan dalam hatimu? 5:23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah
diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? 5:24 Tetapi supaya kamu tahu,
bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang
lumpuh itu--:"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke
rumahmu!" 5:25 Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat
tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. 5:26 Semua orang itu takjub, lalu
memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal
yang sangat mengherankan."
Kabar gethok tular tentang Yesus kelihatannya sudah menyebar kemana-mana. Kita bisa
membayangkan di suatu tempat dimana Tuhan Yesus berkarya di hadapan banyak orang.
Mereka berdatangan dari wilayah Galilea, Yudea dan Yerusalem, termasuk orang Farisi dan
ahli Taurat.
Orang Farisi menurut penulis adalah segolongan para rabi dan ahli Taurat yang berpengaruh
pada waktu itu. Mereka sangat berpegang teguh kepada adat istiadat nenek moyang serta
Taurat. Sedangkan ahli Taurat sendiri adalah para pengajar dan penafsir Kitab Taurat atau
Kitab Musa. Dipercayai bahwa Kitab Musa terdiri dari lima kitab yang sering disebut
Pentateukh. Mungkin kita pernah mendengar atau membaca Kitab Kejadian, Kitab Keluaran,
Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan.
41

Mari kita bayangkan bagaimana orang-orang mengusung tempat tidur yang berisi orang
lumpuh. Mereka sangat ingin untuk bertemu langsung dengan TuhanYesus si penyembuh.
Situasi yang begitu berjubel banyak orang, rasanya tidak mungkin bisa bertemu muka dengan
Dia. Harus dengan cara lain yang mungkin tidak umum dilakukan. Masalah mau diomeli atau
dimarahai orang lain, itu belakangan saja; yang penting harus bisa bertemu muka dengan
Sang Penyembuh. Iman keyakinan dan usaha bertemu inilah yang mungkin lebih disukai oleh
Tuhan Yesus. Dosanya langsung diampuni atau sembuh dari sakit lumpuhnya.

Karena iman dan usaha untuk berubah lebih baik, seringkali membuat orang berani
melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak umum. Malahan seringkali dianggap aneh bagi
orang kebanyakan. Tetapi mungkin ya begitulah iman yang berkobar-kobar, yang tidak jarang
malahan menembus segala kebiasaan yang masih berlaku.

Pada saat itu, rasanya kitapun dapat memaklumi jikalau kaum Farisi dan ahli Taurat
mengernyitkan dahi dan bertanya di dalam hati. Dalam dogma mereka, mengampuni dosa
hanya hak dan milik Allah, bukan milik orang lain dan tidak bisa dilimpahkan. Sampai
sekarangpun, masih banyak orang Katolik yang tidak mau melaksanakan sakramen
pengakuan dosa atau sakramen tobat. Mungkin mereka agak sepaham dengan saudaranya
yang Protestan. Jika bisa langsung kepada Tuhan, ngapain melalui perantaraan orang lain. Hal
ini mungkin perlu penjelasan dari hierarki, termasuk sejarahnya. Kita bisa melihat fakta
bahwa sakramen ini mulai meluntur tidak seperti dulu lagi.

Sebelum tahun tujuh puluhan pada setiap hari Sabtu sore para imam sudah siap melayani
pengakuan dosa di kamar pengakuan. Kadang-kadang para imam juga menyediakan waktu
untuk pengakuan sebelum misa kudus dimulai. Penulis tidak tahu apakah hal ini dampak dari
hasil konsili Vatikan bahwa lama kelamaan kebiasaan baik ini meluntur. Di sisi lain sekarang
ini para umat merasa segan apabila mengganggu waktu imam pada hari-hari biasa untuk
pengakuan dosa. Banyak umat sekarang ini yang belum mengerti bahwa pengakuan dosa
dapat diminta sewaktu-waktu kepada imamnya. Jelas sewaktu-waktu tersebut dalam artian
melihat situasi dan kondisi. Ekstrimnya bukan tengah malam menggedor pintu pastoran dan
mendesak saat itu juga dilayani.

Kelihatannya pada saat itulah Tuhan Yesus memproklamirkan dirinya sebagai Anak
Manusia. Allah yang berperan sebagai manusia biasa seperti lainnya, namun di balik itu
semua penuh dengan segala kuasa. Kuasa-Nya dipergunakan apabila memang dikehendaki-
Nya. Mungkin kita lebih mengenal dengan sebutan Tuhan Yesus Kristus. Allah yang di
sorga, yang tak kelihatan dan tak terjangkau, diajarkan kepada kita dengan sebutan Allah
Bapa. Secara gampang, begitu kita meyebut Bapa, berarti Allah yang bertahta di dalam
Kerajaan Surga. Jikalau kita menyebut Tuhan, hal ini lebih cenderung kepada Allah yang
turun ke dunia menjilma menjadi manusia sejati, Tuhan Yesus.

Penulis sendiri bingung, mudah mana mengatakan “dosamu sudah diampuni” dengan
“bangunlah dan berjalanlah.” Jika memperhatikan makna kalimat tersebut, pasti yang
pertama mempunyai maksud lebih dalam. Mau tidak mau orang berdosa dapat juga kita sebut
sebagai orang yang sedang sakit, sakit rohani. Mungkin penyebab sakitnya rohani karena
keinginan jasmani yang lebih. Paling tidak, dampak dari dosa yang diampuni, maka hasilnya
dapat menjalar sampai ke jasmani dan tersembuhkan. Maksud yang lebih dalam lagi mungkin
adalah agar jangan berbuat dosa lagi. Hal ini mungkin berbeda dengan bangun dan berjalan
yang hanya bertumpu kepada kesembuhan jasmani saja.
42
Ataukah dalam bahasa Aramis atau bahasa Yahudi “dosamu sudah diampuni” begitu pendek
dibandingkan dengan mengatakan “bangunlah dan berjalanlah.” Biarlah hal ini urusan ahli
bahasa bersangkutan.

Lewi Pemungut Cukai mengikut Yesus


5:27. Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama
Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" 5:28 Maka
berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. 5:29 Dan Lewi mengadakan
suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-
orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
5:30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus,
katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang
berdosa?" 5:31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit; 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."
Lewi si pemungut cukai mungkin lebih kita kenal sebagai Matius. Kata-kata sentuhan atau
sapaan Tuhan Yesus “ikutlah Aku” nyatanya dapat mengubah seseorang dalam waktu
seketika. Kita mungkin berpikir, jangan-jangan pada waktu itu terjadi dialog yang cukup
panjang lebar, antara Tuhan Yesus dengan Lewi. Dari hasil dialog tersebut, maka berubahlah
pola pandang Lewi dan mau dengan sukarela mengikut Tuhan Yesus. Hanya rasa sukacita
yang tulus yang dapat menghasilkan perbuatan spontan tanpa menghitung untung rugi. Dialog
yang menyentuh tersebut yang menggerakkan Lewi mengadakan perjamuan besar untuk Dia
dan para murid beserta handai taulan.

Menurut pemahaman penulis yang sering tidak kita sadari, kita lebih gampang menyebut atau
menunjuk seseorang berkelakuan tidak baik karena perbuatannya. Malah yang lebih kejam
lagi, mereka kita ketegorikan sebagai orang-orang berdosa. Kita memisahkan diri atau
menjauh karena menganggap diri berkelakuan lebih baik atau ekstrimnya tidak berdosa. Kita
kawatir jangan-jangan kita digosipkan atau malah ketularan. Sewaktu kita menunjuk
seseorang tersebut, satu jari telunjuk kita arahkan ke yang bersangkutan, sedangkan tiga jari
tengah, kelingking dan jari manis malah mengarah ke diri sendiri.

Kata-kata Tuhan Yesus begitu jelas, bahwa Dia datang untuk orang-orang berdosa agar
bertobat. Dia datang untuk kita semua yang merasa bersalah dan berdosa, agar mau bangkit
dan berubah dari kedosaan dan bertobat. Dialah Sang Juru Selamat sejati yang mau
berkorban segala-galanya demi kita manusia yang dikasihinya. Bersyukurlah kita semua yang
masih merasa memiliki dosa, karena Dia datang untuk kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, kenyataannya kita berpikir seribu kali apabila diundang oleh
seseorang yang bisa menimbulkan gosip negatif. Padahal orang tersebut benar-benar
membutuhkan bantuan kita. Anggap saja seorang janda muda yang membutuhkan bantuan
kekuatan, penghiburan ataupun nasihat-nasihat untuk keluarganya. Dalam hal lain, kita selalu
membuat jarak pembatas dengan orang-orang yang pernah mendapat cap tidak baik.
Padahal, ..... jangan-jangan Tuhan ingin berkarya melalui diri kita.

Selama kita berkeinginan untuk berbuat baik, sudah semestinya kita hilangkan segala macam
kasta yang dibuat masyarakat pada umumnya. Biarlah orang berpikir macam-macam, selama
kita memang berkehendak baik dan benar. Dan hal tersebut perlu dibuktikan melalui
perbuatan nyata yang bisa dirasakan oleh orang banyak.

Pada dasarnya semua orang mempunyai hati nurani dan juga ingin berbuat baik dan benar.
Hanya karena situasi dan kondisi lingkungan yang membuat seseorang cenderung kalah
43
dalam pencobaan dan terjerat oleh kejahatan. Virus dan bakteri roh jahat memang demikian
gampang untuk menular, yang masuk melalui panca indera kita, menyelusup sampai ke
pikiran kita. Penyakit rohani itulah yang diutamakan untuk disembuhkan.

Hal Berpuasa
5:33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa
dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan
minum." 5:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh
berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? 5:35 Tetapi akan datang waktunya, apabila
mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Kelihatannya menurut pandangan orang Farisi, orang yang sering berpuasa dan berdoa itu
pasti lebih baik dibandingkan dengan orang yang hanya makan dan minum saja. Jangan-
jangan pada masa itu yang namanya berpuasa dan sembahyang perlu untuk dipamerkan.
Biarlah semua orang tahu bahwa sedang berpuasa maupun sedang berdoa. Biar mereka
menghormati atau mengakui bahwa termasuk orang yang baik, mengikuti aturan adat istiadat
yang berlaku. Yang penting, kelihatan di mata orang lain bahwa berkelakuan baik. Masalah
lain yang tersembunyi biarlah diri sendiri yang tahu, semoga Allah memaklumi. Pasti ada
pembenaran diri bahwa perbuatan baik sudah lebih banyak dirasakan orang lain dibandingkan
dengan perbuatan keliru yang disadari.

Kita bisa membayangkan suasana dalam suatu pesta pernikahan, apabila semua tamu tidak
mau makan karena berpuasa. Mungkin akan terlihat aneh dan menggelikan, karena semua
jamuan yang disediakan masih utuh tidak tersentuh. Jangan-jangan pengantin dan keluarganya
malah marah dan tersinggung. Atau malahan diambil sisi enaknya, kalau mau mengadakan
hajatan lebih baik diambil hari-hari dimana semua orang berpuasa. Tidak perlu menyediakan
suguhan, hidangan seperlunya saja bagi yang tidak berpuasa. Namun sebaliknya yang lebih
lugas dan tegas, apabila dijadikan suatu pedoman atau aturan, diwaktu banyak orang berpuasa
maka tidak boleh ada hajatan, pesta dan sejenisnya.

Puasa adalah niat pribadi seseorang dengan niat atau harapan sesuatu. Niat atau harapan
tersebut bisa untuk kepentingan pribadi, tetapi bisa juga untuk hal yang lebih besar. Puasa
adalah niat melawan segala macam hawa nafsu yang timbul karena interaksi mata, telinga,
hidung, mulut, rasa dan perasaan. Ungkapan Jawa “mateni (nutupi) babahan hawa sanga”
mungkin malah lebih dekat dengan maksud puasa tersebut. Membunuh atau menutup
sembilan lobang hawa (nafsu) yang ada di tubuh kita. Mungkin hampir sama dengan
mematikan panca indera dari segala macam nafsu yang merangsangnya. Tempat dan suasana
yang sepi mungkin akan lebih mendukung untuk konsentrasi, sehingga semuanya lebih tertuju
kepada Tuhan.

Berpuasa yang diharapkan Bunda Maria dalam penampakannya di Medjugorje terasa lebih
berat, karena meminta setiap hari Rabu dan Jumat. Ujubnya juga lebih besar karena untuk
dunia yang tidak ada damai dan sejahtera ini. Tanpa kita sadari, kita sudah tenggelam dalam
jeratan penguasa dunia yang mengakibatkan kematian rohani. Bunda kita mengharap agar
kita bangkit dan hidup bersama Sang Putera.

5:36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan
secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian,
yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang
dikoyakkan dari yang baru itu. 5:37 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang
baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan
mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. 5:38
Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 5:39 Dan tidak
seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan
berkata: Anggur yang tua itu baik."
44
Bacaan diatas menginspirasi penulis tentang pemahaman yang agak lain. Setiap generasi
mempunyai kebiasaannya sendiri; mempunyai nilai-nilai, norma yang berbeda dengan
generasi sebelum atau sesudahnya. Dalam perjalanan waktu, muncullah kebiasaan-kebiasaan
yang seringkali sangat dipertahankan, walaupun situasi sudah berubah. Seringkali generasi
yang lebih tua mengecam “kelakuan” generasi yang lebih muda. Mereka merasa lebih banyak
makan asam dan garam, merasa lebih baik dan akhirnya lebih sulit untuk berubah. Padahal
jangan-jangan yang muda malah bukan hanya asam dan garam saja yang dimakan. Malah
sudah makan gula yang manis, makan buah zaitun yang pahit dan yang getir lainnya.

Kata-kata “biasanya” begini begitu, sepertinya berkonotasi masih terpaku kepada kebiasaan
sebelumnya, dan itu pakem. Pakem tidak boleh diubah dan yang penting pokoknya. Mungkin
kita akan bingung sendiri jika ditanya mengapa pakem tersebut muncul. Kebiasaan timbul
mestinya karena ada sesuatu yang terjadi, yang mungkin sebelumnya muncul juga pro dan
kontra.

Mungkin kita pernah mengalami kebiasaan membawa kado atau buah tangan, sewaktu
menghadiri resepsi pernikahan. Mungkin perlengkapan makan atau minum, perlengkapan
tidur, jam dinding dan sebagainya. Di kampung mungkin masih terjadi, yang dibawa berbagai
jenis kebutuhan makan dan minum, apakah itu beras, gula dan teh, sayur-sayuran atau yang
lainnya. Begitu selesai hajatan, tuan rumah malah mempunyai koleksi yang banyak, walaupun
tidak termanfaatkan semuanya. Yang tidak diperlukan paling dibagikan dalam keluarga atau
tetangga terdekat.

Kado yang berubah menjadi amplop berisi uang, pada awal mulanya muncul juga pro dan
kontra. Lama kelamaan yang berlaku berubah amplop berisi uang karena lebih praktis,
langsung dapat dimanfaatkan oleh yang punya hajat.

Rasanya tidak salah bahwa yang langgeng itu perubahan. Dari suatu saat ke saat yang lain
saja sudah perubahan, paling tidak waktunya sudah berubah. Yang tidak berubah dan kekal
mungkin hanya Allah sendiri. Yang lebih tua akan gampang terkoyak apabila dicampurkan
dengan yang lebih muda dan sebaliknya. Biarlah perubahan itu menggelinding dengan
sendirinya, dan kita berusaha untuk menyesuaikan diri karena perubahan tersebut. Siapa yang
bertahan dan melawan perubahan akan tergilas dengan sendirinya. Harapannya hanya satu,
semoga perubahan itu menuju ke yang lebih baik dan benar.

Jangan-jangan perumpamaan tersebut mengajarkan kepada kita bahwa perbuatan baik dan
benar itu bersifat universal. Perbuatan yang disukai Tuhan yang tidak memerlukan embel-
embel tambahan. Tidak memerlukan syarat, penjabaran dan diatur. Begitu perbuatan nyata
baik dan benar tersebut dibikin aturan dan jabarannya, pada suatu saat malah tidak cocok lagi
dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Jangan-jangan malah aturan dan jabaran tersebut
menjadi batu sandungan dan lupa akan inti perbuatan baik dan benar itu sendiri. Untuk
kembali kepada inti ajaran perbuatan baik dan benar jangan-jangan akan menghadapi
pertentangan.

Manusia ini pada dasarnya senang mengotak-atik tentang apapun. Dari hasil otak-atik tadi koq
bisa menghasilkan sesuatu, maka semakin diteliti. Namun kelihatannya memang ada tempat-
tempat atau kolong-kolong tertentu yang dapat diotak-atik dan tidak ada habisnya. Namun ada
relung-relung tertentu juga yang katakanlah sulit untuk diteliti, atau malahan seperti tidak
mungkin untuk ditelusuri. Kita anggap saja bahwa itu masih suatu misteri yang pada saatnya
nanti pasti terbuka. Biarlah hal ini menjadi bagian para ahlinya di bidang itu.
45

Bab 6- Hari Sabat, Ucapan Bahagia dan


Peringatan, Dasar Hidup
Memetik Gandum di hari Sabat
6:1. Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di
ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir
gandum dan memakannya, sementara mereka
menggisarnya dengan tangannya. 6:2 Tetapi beberapa
orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu
yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 6:3 Lalu
Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa
yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka
yang mengikutinya lapar, 6:4 bagaimana ia masuk
ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian,
lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak
boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" 6:5 Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat."
Kelihatannya pada hari Sabat bagi orang Yahudi begitu sakral sekali. Pada zaman dahulu
pasti ada penyebabnya mengapa dibuat peraturan yang menjadi adat istiadat. Sepengetahuan
penulis, mulai sejak Jumat petang sampai Sabtu petang, yang disebut hari Sabat tersebut, bagi
penganut agama Yahudi tidak boleh bekerja. Menyentuh tombol penunjuk lantai di lift-pun
tidak boleh. Maka hampir semua hotel di Israel pada saat tersebut dibuat otomatis. Pintu lift
akan membuka dan menutup sendiri di setiap lantai secara otomatis.

Mungkin hal-hal yang seperti inilah yang akan diluruskan oleh Tuhan Yesus. Mana ajaran
pokok yang harus dilakukan malah dilupakan, mana ajaran penjabaran dari pokok yang salah
kaprah dan malah dipegang. Mungkin hampir sama dengan suatu peraturan daerah namun
tidak mengacu kepada undang-undang diatasnya atau bahkan tidak sesuai dengan undang-
undang dasar yang disepakati bersama. Anak Manusia adalah Tuhan atas segala peraturan
yang dibuat manusia.

Secara jujur kitapun harus mengakui bahwa kita juga sering seperti orang Farisi. Kita yang
mengaku sebagai pengikut Kristus kadang-kadang juga masih berpegang kepada adat istiadat
yang sudah tidak sejalan dengan kepercayaan kita. Mungkin juga masih bias dengan
kepercayaan yang pernah kita anut atau oleh lingkungan sekitar kita. Kalau bisa malah kita
lestarikan dan kita masukkan ke dalam ibadat yang sudah ada. Yang baru diikuti yang lama
juga tidak ditinggalkan. Kita masih bisa berlindung dibalik ungkapan inkulturasi atau
akulturasi. Hal tersebut tidak keliru selama masih seiring dan sejalan dengan ajaran Allah
sendiri.

“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Lha kalau sudah begini, mau apa kita
sekarang? Suka-suka Tuhan dalam memanfaatkan hari Sabat. Penulispun sampai sekarang
masih bingung memahami salah satu dari lima perintah gereja. “Janganlah melakukan
pekerjaan yang dilarang pada hari itu.” Sewaktu penulis belajar agama dahulu, pekerjaan
yang dilarang adalah pekerjaan berat, senada dengan kerja keras. Pertanyaannya, kerja berat
yang bagaimana yang dilarang? Ataukah pekerjaan “yang berat” dalam mencari uang,
sehingga melupakan kewajiban yang diajarkan gereja? Mungkin hierarki perlu menjelaskan
secara gamblang maksud atau makna dari larangan tersebut. Dalam kenyataannya, hampir
semua orang awam tidak lagi mendalami ajaran gereja. Yang penting dibaptis, menerima
sakramen Penguatan, menerima komuni setiap hari Minggu, jika masih ada waktu ikut
kumpul di lingkungan. Demi cinta yang menggebu, sering kali sakramen pernikahan dinomor
46
sekiankan. Jika hampir sekarat baru minta tolong agar diberikan sakramen pengakuan,
sekalian minyak suci.

Demikian juga dengan hari-hari raya yang disamakan dengan hari Minggu. Mungkin untuk
saat-saat Natal dan Paskah semua umat sudah tahu, namun bagaimana dengan hari raya yang
lain, yang tidak jatuh pada hari Minggu? Yang paling gampang ya minta maaf karena tidak
tahu, dan Allah pasti memaklumi karena dapur harus ngebul.

Menyembuhkan di hari Sabat


6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang
yang mati tangan kanannya. 6:7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus,
kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk
mempersalahkan Dia. 6:8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang
mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan
berdiri. 6:9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang
diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang
atau membinasakannya?" 6:10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu
berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan
sembuhlah tangannya. 6:11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang
akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Jika kita perhatikan, sepertinya para ahli Taurat dan orang Farisi begitu iri bahkan dengki
kepada Tuhan Yesus. Mungkin dalam hal ini mereka merasa disaingi dan kalah dalam segala
hal. Mereka lupa atau tidak mengerti bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat,
malah Tuhan atas segala hari dan atas segala sesuatu.

Kelihatannya Dia sengaja meminta orang yang sakit tersebut berdiri di tengah, agar bisa
dilihat oleh semua orang. Tuhan Yesus lebih menekankan apakah diperbolehkan berbuat baik
atau berbuat jahat di hari Sabat. Sepertinya orang Yahudi lebih berpegang adat kebiasaan
daripada mengasihi sesama. Hari Sabat harinya Tuhan dikembangkan dan dijabarkan
sedemikian rupa, pokoknya tidak boleh bekerja atau berbuat apapun. Mungkin yang
diperbolehkan hanya makan minum serta mendaraskan pujian kepada Tuhan.

Tuhan Yesus dengan tenangnya menyembuhkan orang sakit tadi, yang disaksikan oleh semua
orang yang hadir. Kebiasaan yang sudah berlaku beratus-ratus tahun Dia langgar demi
menyembuhkan orang yang membutuhkan. Tuhannya hari Sabat malah lebih mendahulukan
kebutuhan orang daripada adat kebiasaan yang tidak berpihak kepada orang menderita.

Berbuat baik dan benar menolong atau membantu orang lain, dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja, yang mungkin harus diprioritaskan lebih dahulu. Pekerjaan atau kewajiban
rutin masih bisa ditunda, karena masih ada hari-hari dan waktu lain. Bisa kita bayangkan
apabila terjadi gempa dahsyat atau tsunami hebat di Israel dan banyak orang menderita, pas di
hari Jumat siang. Apakah semua orang yang beragama Yahudi akan diam saja karena Sabat
hampir tiba? Biarkan orang non Yahudi yang mau menolong pada waktu tersebut, itu semua
sudah kehendak Yahwe.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita tidak siap menolong orang lain yang sangat
membutuhkan. Kita mempunyai banyak alasan untuk tidak berbuat, dan biarlah orang lain
saja yang menolong. Kita terburu-buru karena mungkin takut telat, ada keperluan yang
mendesak dan tidak bisa ditunda, jangan-jangan malah urusannya tambah panjang.

Sewaktu penulis di Yerusalem pas di hari Jumat malam, penulis bersama isteri mencari
telepon umum di suatu hotel. Penulis dan isteri ingin ngobrol dengan anak-anak yang kami
tinggalkan sudah seminggu. Kami melihat ada suatu ruangan di hotel yang mungkin disewa
47
oleh orang-orang beragama Yahudi. Di ruangan tersebut banyak nyala lilin-lilin dan
sepertinya mereka sedang mendaraskan mazmur. Namun yang menyebalkan, ada beberapa
anak muda yang keluar dari ruangan tersebut dalam keadaan setengah mabuk. Mereka
mengganggu kami dan akhirnya meminta rokok. Penulis memberikan rokok kretek buatan
Indonesia yang memang sengaja penulis bawa untuk persediaan beberapa hari.

Bangun dan berdiri, kemudian mengulurkan tangan pada saat ini pasti bisa ditafsirkan
macam-macam. Jangan menyerah kepada keadaan walaupun kelihatannya hampir tidak
mungkin untuk berubah. Segalanya masih mungkin berubah kalau kita mau berusaha secara
jasmani dan rohani. Kita juga bisa menafsirkan agar tidak diam saja walaupun sudah
mendengar firman-Nya. Kita diminta untuk bangkit dan berkarya menjadi pelaku firman.

Duabelas Rasul
6:12. Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa
kepada Allah.
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus adalah seorang pendoa ulung. Dia bisa ngobrol
berlama-lama dengan Allah Bapa, yang mungkin begitu asyik dan menyenangkan. Bisa kita
bayangkan bagaimana seorang bapak yang begitu telaten penuh kasih ngobrol berjam-jam
dengan anaknya. Mereka berdialog dari hati ke hati dengan asyiknya, sampai lupa waktu.
Kemungkinan lain Tuhan Yesus juga ngobrol dengan para malaikat dan orang kudus. Penulis
tidak tahu persis bagamana Tuhan Yesus berdoa. Apakah ada tata gerak tubuh tertentu yang
kemudian diajarkan kepada kita sekarang ini, atau bebas merdeka karena ngobrol dari hati ke
hati yang tidak terikat oleh pakem.

Bagaimana dengan doa kita? Rasanya begitu lama, kalau kita berdoa rosario tiga peristiwa.
Satu jam saja sudah terasa lama, apalagi kalau berjam-jam. Mau bicara apalagi jika segala
permohonan sudah disampaikan? Mungkin ada satu hal yang belum bisa kita selami dalam
berdoa. Selama ini yang namanya doa adalah pakem, mulai dari sikap dan gerak tubuh
maupun beberapa doa hafalan atau malahan membaca doa. Ada jarak yang begitu jauh antara
aku dan Dia. Aku di sini dan Tuhan di sana yang tak terjangkau dan tak terlihat. Padahal
jarak tersebut, kitalah yang menciptakan, membayangkan dan merasakan, sesuai kemampuan
nalar kita.

Bagi penulis, berdoa adalah ngobrol dengan Yang Kudus dari hati kehati dan begitu dekat.
Yang namanya ngobrol, bisa dimana saja dan kapan saja serta bicara apa saja, bisa sambil
bekerja atau melakukan sesuatu. Memang, yang paling sulit membuat suasana yang tidak
duniawi, yang penuh etika sopan santun bikinan manusia. Disinilah sulitnya membentuk
suasana yang rohani, masuk kedalam ruang bahwa hati ini sedang berbicara dengan Hati-Nya
yang begitu terbuka dan bersahabat. Dalam suasana tersebut, kemungkinan hanya sebentar,
namun bisa juga lupa waktu sampai berjam-jam tidak terasa. Yang jelas Tuhan pasti
menembus batas ruang dan waktu ataupun jarak, karena Dia mahakuasa. Pasti Dia sangat
senang mendengarkan obrolan kita walaupun mungkin dianggap tidak bermutu oleh orang
lain.

Doa pribadi tidak ada pakem atau aturan yang mengikat, bagaikan dua orang yang sedang
asyik berbicara. Kita bisa mengeluh bahkan jengkel dan marah, kita bisa tersenyum dan
melaporkan hal hal yang lucu dan menarik. Kita bisa meneteskan air mata sendirian karena
terharu akan kebaikan-Nya, ataupun penuh penyesalan akan dosa dan salah yang kita lakukan.
Kita bisa ngobrol sewaktu mengendarai sepeda motor ataupun jalan kaki, di lain saat kita
memberikan sembah sujud yang begitu dalam penuh hormat.
48
6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara
mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: 6:14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus,
dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, 6:15 Matius dan
Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, 6:16 Yudas anak Yakobus,
dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Dari ayat diatas, kita bisa memahami bahwa murid Tuhan
Yesus sebenarnya cukup banyak. Dari semua murid-Nya
tersebut, dipilihlah duabelas orang yang disebut rasul.
Mengapa rasul yang dipilih hanya duabelas, koq tidak
kurang atau tidak lebih? Dalam pemahaman penulis,
semuanya tergantung kepada Tuhan Yesus sendiri. Namun
jika dilihat dari adat orang Yahudi, mereka selama ini
terdiri dari duabelas suku keturunan Yakub atau Israel.
Sebagai orang Yahudi, kelihatannya Tuhan Yesus betul-
betul manusiawi sejati dengan memperhatikan adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan
kehendak Allah Bapa. Mereka mungkin menjadi simbul dari keduabelas suku Israel,
walaupun tidak diwakili oleh setiap suku tersebut. Mungkin rasul Paulus yang bergabung di
kemudian hari, yang mewakili pewartaan untuk bangsa lain.

Kita bisa merasakan bagaimana Lukas sejak awal menyebutkan Yudas Iskariot sebagai
pengkhianat. Sepertinya Yudas inilah yang pada saatnya akan menjadi batu sandungan,
sebagai aktor yang tidak baik. Penekanan ini terasa sudah menyiratkan kepada kita, agar tidak
menjadi seperti Yudas Iskariot. Mungkin akan menjadi perdebatan, apakah Yudas itu seorang
berdosa tak terampuni atau hanya penggenap sejarah yang harus terjadi. Salah satu rasul-Nya
juga bernama Yudas namun anak Yakobus, yang kita kenal dengan nama Yudas Tadeus.
Demikian juga ada dua nama Yakobus, yang satu anak Zebedeus dan yang lain anak Alfeus.

Lukas juga menyebutkan bahwa mereka berdua-dua. Penulis tidak tahu apakah dibalik itu ada
maksud tertentu. Bersaksi akan lebih baik jika tidak sendirian namun ada kawannya. Ada
teman ngobrol yang bisa saling mengisi, saling menguatkan dan saling berbagi pengalaman.

Mengajar dan Menyembuhkan


6:17 Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul
sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan
dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. 6:18 Mereka datang untuk mendengarkan
Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat
beroleh kesembuhan. 6:19 Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa
yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Penulis tidak tahu dimana daerah datar tersebut, yang mungkin tempatnya cukup luas.
Perkiraan penulis tempat tersebut saat ini mungkin yang dikenal sebagai jalan atau daerah “be
attitude”. Suatu daerah yang sekarang terlihat rimbun dan tertata rapi di dekat pantai danau
Galilea. Terkenal dengan gerejanya yang berbentuk segi delapan, yang sepertinya dikelola
oleh para suster. Mungkin dapat kita sebut sebagai gereja delapan sabda bahagia.

Kita bisa membayangkan bahwa kehebatan Tuhan Yesus sudah tersiar kemana-mana. Yudea
di daerah selatan sampai Tirus dan Sidon yang terletak di daerah pantai utara. Boleh dikatakan
bahwa yang datang hampir meliputi orang-orang dari seluruh Israel. Mereka datang untuk
mendengarkan firman, setelah itu mengharapkan kesembuhan.

Mungkin dari sinilah banyak kategorial atau kelompok tertentu yang melakukan ritual,
dimulai dengan pujian dan pembacaan firman. Kemudian barulah dilakukan ritual
penyembuhan. Bedanya, pada waktu itu Tuhan Yesus mungkin menyembuhkan semua orang
yang datang mohon kesembuhan. Bahkan hanya dengan menjamah jubah-Nya saja
49
memperoleh kesembuhan. Sedangkan di zaman sekarang, tidak semua orang merasa
mendapatkan kesembuhan. Perbedannya mungkin pada waktu itu Tuhan Yesus berkarya
sendiri dan semua orang percaya kalau Dia menghendaki semuanya akan disembuhkan, tanpa
membeda-bedakan. Dizaman sekarang, mungkin karena tingkat kepercayaan dan kepasrahan
yang membedakan. Seringkali malah melupakan untuk mendengarkan firman itu sendiri,
kadang-kadang lebih cenderung hanya untuk kesembuhan jasmani.

Ucapan Bahagia dan Peringatan


6:20. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang
miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. 6:21 Berbahagialah, hai kamu yang
sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini
menangis, karena kamu akan tertawa. 6:22 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia
orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak
namamu sebagai sesuatu yang jahat. 6:23 Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah,
sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang
mereka telah memperlakukan para nabi.
Dalam hal ini, mungkin kita lebih mengenalnya dengan istilah ajaran delapan sabda bahagia
menurut tulisan Matius. Memahami tentang kebahagiaan nyatanya begitu sulit untuk
disamakan, atau minimal kesepakatan tentang arti bahagia. Banyak orang saling berpendapat
yang agak berbeda tentang apa itu bahagia. Mungkin rasa bahagia itu sendiri dapat
dikelompok-kelompokkan, sesuai selera yang mengalaminya.

Pertama, bahagia yang dirasakan seseorang yang bukan berasal dari duniawi. Siap dan
berani menghadapi kenyataan apapun yang terjadi dengan penuh rasa syukur. Menjalani
kenyataan hidup yang merupakan konsekuensi logis dari suatu pilihan, tanpa mengeluh dan
tidak pernah menyerah.

Ada juga yang menganggap bahagia karena kepenuhan dari sisi materi. Rasa bahagia itu
muncul setelah berhasil mencapai sesuatu, dan kemudian pada suatu saat rasa bahagia itu
menipis karena keinginan mengharapkan yang lainnya lagi. Mungkin rasa bahagia itu sifatnya
sesaat, tergantung dari sutuasi, suasana, keadaan, atau kondisi yang dapat mempengaruhinya.

Kelihatannya Sabda Bahagia yang diajarkan Tuhan Yesus lebih ditekankan kepada yang
rohani, bukan duniawi. Mungkin, malah agak bertentangan dengan duniawi yang kasat mata.
Kebahagiaan yang lebih ditekankan kepada suatu harapan untuk masa akan datang. Mungkin
bagi orang kebanyakan malah dianggap bahagia yang aneh, tidak masuk akal, atau malahan
bodoh dan konyol.

Orang miskin yang empunya Kerajaan Allah menurut pemahaman penulis bisa bersayap.
Miskin karena tidak mampu yang selalu menderita selama hidup di dunia. Miskin karena
ketidak adilan, yang menjadi obyek kekuasaan atau kekuatan sekelompok orang. Dalam
keterpurukannya, yang bersangkutan hanya bisa berpasrah kepada Sang Pencipta. Dan Tuhan
Yesus memberikan penghiburan kepada mereka yang menyerahkan segala sesuatunya kepada
Tuhan. Suatu harapan lain tentang surga yang tidak bisa dinikmati secara kasat mata. Paling
tidak harapan surgawi tersebut memberikan rasa sukacita di dalam hati dan jiwa.

Pemahaman kedua adalah orang yang berani menyebutkan dirinya miskin di hadapan Allah
yang Maha Kaya. Kaya segala-galanya dalam hal kebaikan dan kebenaran. Merasa miskin di
hadapan Tuhan, maka segala macam kelebihan yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang dapat
disombongkan ataupun dipamerkan. Suatu ungkapan yang mengatakan bahwa di atas langit
masih ada langit, mengajarkan kepada kita untuk tidak sombong, angkuh karena merasa
lebih. Kelebihan tersebut bisa saja dilihat dari sisi materi, pendidikan, kekuasaan,
pengalaman, kejuaraan dan sebagainya.
50

Kerendahan hati yang tulus bisa membentuk seseorang untuk dapat menikmati rasa sukacita.
Sukacita tersebut muncul karena bisa mensyukuri dengan sepenuh hati apa yang diperoleh
dengan benar, entah banyak entah sedikit. Mensyukuri dengan sukacita mestinya jauh dari
sifat serakah yang merasa selalu kurang. Buah-buah syukur dan sukacita adalah kebahagiaan
yang sulit untuk dijelaskan dengan kat-kata, mungkin hanya bisa dirasakan oleh yang
bersangkutan.

Yang lapar akan dipuaskan menurut pemahaman penulis juga bermakna majemuk. Obat atau
pemuas lapar ya makan. Kita bisa menikmati enaknya makan ya sewaktu merasa lapar.
Apapun bisa terasa enak dan nikmat, sampai batas waktu makan mendekati kenyang. Apabila
rasa kenyang tersebut sudah tercapai, maka setelah itu ada suatu rasa yang menggerakkan
seluruh tubuh ini untuk menolaknya. Jika kita berhenti pada saat itu, maka rasa puas
menikmati makanan tadi akan berlangsung cukup lama. Namun apabila kita teruskan makan
karena mumpung masih banyak tersedia, maka sadar atau tidak akan mengalir suatu rasa lain.
Mungkin mulut masih terasa enak makan, tetapi di bagian perut dan sekitarnya jangan-jangan
muncul penolakan. Rasa puas yang dialami akan cepat menurun drastis, tergantung keadaan si
orang yang sedang makan tersebut.

Pemahaman lainnya adalah lapar akan sesuatu, yaitu keinginan atau harapan yang sangat
akan apapun. Dalam hal ini tentunya berhubungan dengan yang menuju kearah baik dan
benar. Dan Tuhan Yesus memberikan penghiburan dan harapan bahwa keinginan tersebut
akan dapat dicapai. Sewaktu kita melaksanakan suatu keinginan yang berkobar-kobar dan
akhirnya tercapai, pastilah muncul rasa kepuasan yang sulit dirangkai dengan kata-kata.
Disitulah kebahagiaan yang akan menyelimuti orang tersebut.

Yang menangis akan tertawa menurut pemaham penulis bisa bermacam-macam. Mengapa
seseorang menangis? Secara umum mungkin seseorang menangis karena kehilangan sesuatu,
yang mengakibatkan kesedihan mendalam. Tuhan Yesus memberikan penghiburan dan
harapan bahwa yang hilang tersebut dapat diketemukan. Atau malahan mendapatkan ganti
yang lebih bernilai dari yang hilang tersebut. Betapa akan gembiranya menemukan atau
mendapat ganti dari sesuatu yang hilang tadi. Kebahagiaan dapat membuahkan senyuman,
bahkan tertawa saking senangnya. Memang ada juga orang menangis karena saking terharu
atau malahan kegembiraan yang datangnya tidak terduga.

Sesuatu yang hilang disini mestinya bisa bermacam-macam, bisa berbentuk materi atau yang
non materi. Mestinya Tuhan Yesus lebih menekankan kepada sesuatu yang bernilai secara
rohani atau yang tidak kasat mata. Hilangnya kemerdekaan atau kebebasan diri, hilangnya
kasih persaudaraan, hilangnya keadilan dan sejenisnya.

Karena Anak Manusia, kita dibenci dan dikucilkan bahkan dianggap tidak ada. Karena
Tuhan Yesus dan menjadi pengikutnya, maka dicela dan dianggap jahat. Disinilah Tuhan
Yesus memberikan penghiburan dan harapan yang sangat besar; upah surga atau papan
minulya. Kita diajar untuk dapat menerima segala cemoohan dengan penuh sukacita. Hal ini
menjadi konsekuensi karena mengikut Yesus Kristus, Sang Anak Manusia. Sang pencela
tidak tahu siapakah Dia, yang mestinya perlu dikasihani dan diampuni, semoga mereka sadar
tentang perbuatannya.

Sepertinya di zaman dahulu banyak nabi-nabi beneran, nabi yang dipilih Allah yang
mengalami penganiayaan. Nabi-nabi model ini pastilah tidak mengenal korupsi, kolusi
maupun nepotisme. Pastilah mereka orang-orang yang tegas, tidak mendua, berani mengecam
para pembesar atau penguasa yang berlaku tidak benar. Mengapa para nabi ini bisa dan berani
51
bertindak melawan kebatilan? Penulis merasa yakin, bahwa mereka dipilih dan “disentuh”
sendiri oleh Allah. Sentuhan Tuhan-lah yang dapat merubah dan mempengaruhi seseorang
secara mengherankan. Perubahan tersebut pastilah disadari dengan segala macam risiko
kesengsaraan yang akan diterima.

Siapkah kita dianiaya karena berani menjadi pengikut Tuhan Yesus? Jawabnya ada di hati kita
masing-masing.

Mungkin yang namanya nabi palsu juga banyak, dan jangan-jangan malah lebih dekat dengan
para penguasa. Ajarannya tetap berpegang kepada Kitab Taurat dan para nabi, yang
penafsirannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

6:24 Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah
memperoleh penghiburanmu. 6:25 Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu
akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan
menangis. 6:26 Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga
nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Kata-kata “celakalah” sepertinya lebih mendekati suatu kutukan atau peringatan keras yang
mengancam. Peringatan atau kecaman ini ditujukan kepada orang-orang yang sudah merasa
kaya, kenyang, yang bisa tertawa, dan menerima pujian dimana-mana. Sangat berlawanan
dengan kata-kata “berbahagialah.”

Seringkali ucapan ini secara harafiah menjadi batu sandungan. Sepertinya Tuhan Yesus tidak
bersimpatik kepada orang-orang yang kaya, berkecukupan sampai kenyang, yang dapat selalu
tertawa, mendapat penghormatan berlebih dibanding yang lain. Apakah kita tidak boleh
menjadi kaya dan berkuasa? Padahal hampir semua orang menginginkan kehidupan yang
seperti itu. Betulkah demikian?

Mungkin kita harus menyamakan pendapat terlebih dahulu, bahwa pada dasarnya semua
orang ingin dan berharap menjadi orang baik-baik. Hidup yang cukup, damai aman sejahtera,
guyub rukun tidak ada perselisihan. Pertanyaannya, mengapa hal-hal yang begitu
didambakan, begitu diimpikan tidak bisa dicapai? Mungkin para sosiolog, filosof, humanis
dan sejenisnya, secara teori bisa mengupas hal ini sampai beratus-ratus halaman. Penulis
hanya menjawab secara bodoh saja, bahwa selama Iblis masih boleh berkarya di dunia ini,
maka ketidak adilan tetap akan mewarnai bumi ini.

Kita mungkin masih ingat sewaktu Tuhan Yesus dicobai Iblis. Keinginan lebih atau
keserakahan menjadi bibit atau malahan virus yang cepat sekali berkembang, yang akan
menggerogoti seluruh sendi-sendi kehidupan yang tadinya baik. Dan hebatnya virus
keserakahan ini begitu cepat menular dan sulit untuk disembuhkan. Dari virus serakah
tersebut, dapat berkembang menjadi perbuatan yang menghalalkan segala cara. Mungkin
obatnya hanya dari Sang Penyembuh, yaitu firman Allah yang harus dimakan atau diminum
secara rutin. Itu saja masih belum cukup apabila tidak mengikuti anjuran atau malahan
perintah dari Sang Tabib.

Disinilah muncul nabi-nabi palsu yang bisa memberikan solusi semu. Nabi-nabi yang bisa
ditawar dan diatur sesuai selera yang membutuhkan, yang bisa diajak kompromi. Nabi palsu
tersebut bisa kita andaikan seorang konsultan yang begitu menyenangkan. Pendapatnya selalu
seiring dan seirama dengan selera kita, selalu menyetujui bahwa kita sudah bertindak benar
dan menyiapkan segala macam alasan meyakinkan. Sang konsultan tidak pernah
menyodorkan mana yang benar mana yang tidak, mana yang boleh mana yang tidak, mana
yang baik mana yang tidak. Selalu ada saja alternatif lain yang disodorkan, dengan
52
memberikan argumentasi yang dapat diterima akal budi. Semuanya dapat direkayasa
sedemikian rupa, sehingga kita bingung, sebenarnya mana yang benar. Mereka adalah ahli-
ahli di bidangnya, dan kita hanya orang-orang awam.

Ada ungkapan bahasa Jawa “sing salah bakal seleh” yang berarti siapa yang salah pada
waktunya akan kelihatan dan akhirnya angkat tangan. Jika tidak cepat berubah, maka yang
akan diterima adalah celaka. Kesedihan, kelaparan akan sesuatu, dukacita dan kehinaan.
Bagaimana terjadinya? Penulis tidak bisa berandai-andai karena menyangkut perasaan yang
paling dalam dan sulit diuraikan. Paling gampang adalah, apabila orang tersebut mengalami
kebangkrutan total. Kita hanya bisa membayangkan bagaimana yang tadinya kaya menjadi
miskin, yang tadinya selalu tersedia makanan menjadi tidak mempunyai, yang tadinya selalu
bergembira menjadi murung, yang selalu dipuji terus tidak dianggap malah dihinakan.

Kebangkrutan total tersebut bisa juga dipahami sebagai kematian yang tidak membawa apa-
apa. Pertanggung jawaban di hadapan Tuhan dan diganjar sesuai amal perbuatan selama
masih hidup di dunia. Kesengsaraan yang tanpa batas waktu, yang mestinya cukup
mengerikan. Mereka akan bertemu dengan para korban perbuatan mereka, namun di tempat
yang berbeda.

Mengasihi Musuh
6:27. "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang
mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Bagi penulis, yang bisa mengajarkan hal-hal seperti ini hanyalah yang kuasa, yang Ilahi.
Manusia biasa rasanya tidak mungkin mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kehidupan duniawi ini. Pengajaran seperti ini hanya bagi orang-orang yang mau
mendengarkan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi.

Berani mengasihi sesama berarti tidak mempunyai musuh. Bukan kita yang menganggap
musuh, tetapi mereka yang memusuhi kita. Itu urusan mereka. Oleh karena itu kita diajar
untuk berani mengasihi, berbuat baik, memintakan berkat dan mendoakan mereka.

Seringkali penulis mendapat gurauan dari teman-teman dekat, bahwa ajaran yang diberikan
Sang Guru dinilainya ajaran konyol. Ajaran yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis hanya tersenyum dan kalau diminta komentar, maka penulis hanya berkata bahwa
yang bisa berbicara seperti itu jelas bukan manusia biasa. Hanya yang Ilahi karena Maha
Pengasih dan Maha Pengampun. Maha Memaklumi terhadap kelakuan manusia.

Mungkin kita perlu untuk selalu bertanya pada diri sendiri, mengapa seseorang atau malahan
kelompok mencacimaki, mengutuk bahkan membenci. Ada apa dibalik semuanya itu?
Adakah suatu kesalahan yang disengaja atau tidak disadari yang telah kita perbuat kepada
mereka? Yang jelas, pasti ada “sesuatu yang menyinggung” perasaan yang terus
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga membentuk iri dengki, kebencian yang akhirnya
dianggap sebagi musuh. Musuh yang kelihatan secara jelas masih bisa diajak berkomunikasi,
lha kalau musuh dalam selimut? Ini yang berabe!

Jika dipikir-pikir, sebenarnya yang dibenci itu Tuhan Yesus sendiri, bukan kita. Karena kita
menjadi pengikut Kristus maka dibenci dan dicaci. Coba, kalau kita pindah haluan dan
mengikut mereka. Pasti yang datang pujian, rangkulan bahkan malah dielu-elukan.

Disini kita diajar untuk berani melawan diri sendiri, mengalah melalui perbuatan nyata.
Berbuat baik, mendoakan, memintakan berkat, dan akhirnya mengasihinya. “Tuhan Yesus,
53
aku berdoa bagi mereka yang Engkau kasihi, walaupun mereka membenci dan tidak tahu
bagaimana mengasihi kita. Semoga mereka Engkau sembuhkan dan Engkau murnikan, agar
mereka juga terbebas dari yang jahat. Amin.”

Kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika semua orang melaksanakan ajaran di atas.
Pasti tidak akan ada permusuhan, kebencian, kutukan maupun cacian. Yang ada hanya
perbuatan baik saling mengasihi, saling memberkati dan saling mendoakan. Mungkin yang
ada suatu bangsa yang hidup rukun aman damai sejahtera yang selalu tercukupi kebutuhan
hidupnya.

6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain,
dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
Ajaran yang bukan main susah untuk diterima dan dilaksanakan secara nalar. Kita diajar
untuk berani menghilangkan keinginan balas dendam dengan cara apapun. Kita diajar untuk
berani mengalah dalam segala hal dengan tulus ikhlas. Meng-Allah bagaikan Allah yang
selalu memaklumi akan kelakuan manusia, termasuk kita.

Kita bisa mendefinisikan menurut selera kita, siapakah orang yang suka “menampar dan
mengambil” yang bukan haknya. Ditampar, pada awalnya pasti ada rasa sakit, entah sedikit
atau banyak. Demikian juga yang namanya milik kita diambil, rasa sakit itupun ada.

Dalam kehidupan sehari-hari, secara umum kita paling tidak suka atau tidak mau untuk
menerima apa itu yang disebut sakit. Sakit yang begitu bermacam-macam, dari yang jasmani
sampai yang rohani. Hal ini hampir sama dengan lidah kita yang diberi dengan segala macam
rasa; dan namanya pahit kalau bisa kita hindari.

Sakit dan pahit adalah suatu hal yang tidak mengenakkan dan lebih sering kita keluhkan.
Dalam keadaan tertentu yang mendekati keterpaksaan, kita baru mau menerima apa itu yang
disebut sakit dan pahit. Contoh sederhananya adalah minum jamu pahit atau pijatan yang
memberikan rasa sakit. Rasa sakit dan pahit itu terpaksa kita terima karena kita ingin sembuh.

Untuk mencapai kesembuhan inilah pada hakekatnya kita dengan rela mau menerima rasa
sakit dan pahit. Kalau proses penyembuhan ini kita lakukan berkali-kali, maka lama-kelamaan
kita akan menjadi tahan banting. Rasa sakit dan pahit tidak akan lagi menjadi batu sandungan,
mungkin malah bisa dirasakan dan dinikmati bahwa dibalik itu ada nilai-nilai hikmah
tersendiri.

Semua rasa tersebut akhirnya akan menyatu dengan rasa-rasa yang lain, seperti tidak ada
bedanya. Dan akhirnya kita bisa menerima dengan tulus dan senang hati, malahan bisa
bersyukur. Bersyukur kepada Tuhan bahwa kita boleh ikut mencicipi segala rasa, yang selama
ini hanya dirasakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Mungkin hanya para orang kudus yang rela
mencicipi segala macam rasa tersebut.

6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah
meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
Disini kita diajar untuk berani menjadi orang yang murah hati yang tulus,
tidak pernah mengingat-ingat kembali apa yang sudah pernah kita lakukan.
Tidak ada kelekatan dengan materi duniawi yang pernah kita miliki. Yang
sudah tidak ada, yang hilang biarlah demikian adanya, tidak perlu dipikirkan
dan disesali.
54
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kesal menghadapi orang meminta-minta. Banyak
alasan dapat kita kemukakan mengapa kita kesal kepada pengemis. Kita lebih sering lupa
bahwa pada dasarnya tidak ada seorangpun ingin menjadi pengemis. Mereka melakukan hal
tersebut karena suatu sebab, dan jangan-jangan kita terlibat langsung atau tidak langsung,
yang mengakibatkan mereka mengemis. Namun demikian ada pula yang memanfaatkan
peluang ini, meminta-minta dengan berbagai alasan.

Hebatnya lagi, kita malahan lupa bahwa kita juga termasuk pengemis jempolan. Setiap saat
kita mengharap, meminta, memohon atau bahasa halus lainnya, terus kta bungkus dalam
bentuk ungkapan yang kita namakan doa. Hampir tidak pernah lowong bahwa sebagian besar
doa kita berisi permintaan. Tuhan tidak pernah bosan mendengar permintaan kita, namun
kitalah yang sering bosan mendengar permintaan saudara kita.

6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga
demikian kepada mereka.
Ajaran ini kelihatannya sederhana namun yang sering kali muncul bisa kebalikannya. Kalau
ingin dihormati, hormatilah orang lain terlebih dahulu. Kalau dipukul itu sakit, jangan
memukul orang lain. Kita tidak menginginkan orang lain berpikiran negatif terhadap kita,
tidak membuat gosip, ngrasani di belakang kita. Namun apa ang kita lakukan sewaktu kita
berkumpul dan ngobrol? Membicarakan orang lain dan yang paling sering selalu
mengomentari kekurangannya. Seolah-olah secara tidak sadar kita merasa lebih baik
ketimbang dia. Dan sebenarnya kita tidak mendapatkan apa-apa. Jarang sekali kita
membicarakan orang lain karena kelebihannya, agar kita bisa belajar untuk mawas diri.
Membicarakan kelebihan berarti kita mengakui bahwa masih ada yang kurang dalam diri kita.
Dan disinilah kita akan mendapatkan sesuatu yang baru, karena kita bisa belajar dari
kelebihan seseorang.

Sering kali kita begitu sulit untuk mengucapkan kata-kata “Maaf, terima kasih, tolong dan
pujian” padahal kita akan senang kalau orang lain yang mengatakan hal itu kepada kita. Kata
yang begitu pendek dan menyenangkan orang lain, kenapa begitu sulit keluar dari mulut kita.
Mungkin ada unsur budaya atau kebiasaan yang menghalangi, antara lain “kasta” yang telah
kita buat sendiri. Kasta sebagai anak, pembantu, bawahan, pelayan, pesuruh, yang kita anggap
sudah kewajibannya.

Disinilah kita diajar untuk selalu berpikir positif bahwa orang lain itu mempunyai perasaan
yang sama dengan kita. Kita diajar untuk bisa memaklumi keadaan orang lain, bukan menurut
ego kita. Setiap orang mempunyai kelebihan, disamping ada kekurangannya. Yang namanya
kelebihan, pasti beraneka macam dan ragamnya, serta tidak selalu yang lebih baik dan benar.

6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang
yang mengasihi mereka. 6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada
orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang
berdosapun berbuat demikian.
Secara jujur penulispun mengakui bahwa yang namanya mengasihi itu
bergradasi, ada tingkatannya. Sadar atau tidak, kasih kita dipenuhi dengan
segala macam persyaratan. Demikian juga dengan perbuatan baik yang
masih melalui seleksi dan persyaratan tertentu. Aku mau mengasihi kamu atau berbuat baik
kepadamu, kalau ......... .

Kelihatannya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk berani melepaskan segala macam
persyaratan tersebut. Kasih yang tanpa syarat kepada siapapun, berbuat baik yang tanpa syarat
kepada siapapun.
55

Menjadi pengikut Kristus sudah sewajarnya dan selayaknya jika berbeda dan lebih dari yang
lainnya. Harus lebih dalam segala hal di bidang kebenaran dan kebaikan, harus bisa menjadi
contoh dan panutan. Menjadi contoh dan panutan hanya bisa terwujud apabila bisa
menyatukan antara pikiran, perkataan dan perbuatan nyata, sesuai dengan ajaran-Nya.

6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan
menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan
kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
Kalau berani jujur kepada diri sendiri, sebenarnya kita-kita ini termasuk dalam kelompok
orang-orang berdosa. Apa yang kita pinjamkan kepada seseorang, selalu terbersit dalam benak
kita pada suatu saat akan dikembalikan. Syukur-syukur dengan bunganya atau sesuatu yang
mempunyai nilai tambah. Secara tidak langsung hampir sama dengan rentenir atau bank atau
pegadaian.

Kita diajar untuk berani melepaskan diri dari kelekatan dengan apa yang pernah kita miliki.
Apa yang sudah terlepas atau kita lepaskan, berarti itu sudah bukan milik kita pada saat itu.
Mungkin kita perlu belajar kepada tetumbuhan atau pohon yang hidup. Dia lepaskan daun-
daun keringnya, jatuh tertiup angin. Kadang-kadang daun hijau dan buahnya menjadi
makanan binatang, termasuk manusia. Pohon tersebut tidak pernah membela diri ataupun
melawan, namun ikhlas melepaskan apa yang dia punyai diambil. Kemudian malah akan
muncul terubus baru dan malahan tumbuh semakin lebat.

6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan
dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-
anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima
kasih dan terhadap orang-orang jahat. 6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti
Bapamu adalah murah hati."
Kembali Tuhan Yesus memberikan suatu harapan yang menghibur, apabila kita berani
melaksanakan semua ajaran di atas dengan tulus dan ikhlas. Upah menjadi anak-anak Allah
Yang Mahatinggi. Allah yang Mahabaik dan murah hati kepada siapapun, tanpa pandang
bulu. Dia bagaikan matahari ciptaan-Nya yang memberikan cahaya dan panasnya kepada
siapapun dan apapun yang membutuhkannya.

Kita diajar untuk menjadi murah hati, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Kita
diajar untuk berani mengasihi dan berbuat baik kepada yang memusuhi kita tanpa
mengharapkan balasan duniawi. Harapannya hanya satu, menjadi anak-anak Allah.

Tidak semudah itu untuk melaksanakan ajaran Tuhan Yesus. Mungkin diperlukan proses dan
waktu untuk berubah. Proses perubahan tersebut bisa cepat namun bisa juga lambat. Bagi
penulis, bersyukurlah kita karena masih diberi kesempatan untuk berubah dan berubah,
selama kita masih mau berubah. Tidak ada kata terlambat selama kita masih diberi waktu
untuk hidup.

Hal Menghakimi
6:37. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah
kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Sadar tidak sadar, dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menghakimi dan menghukum
seseorang. Penghakiman dan penghukuman ini bisa bermacam-macam model atau ungkapan.
Mungkin dengan cara mencela, menyalahkan, kurang begini kurang begitu dan sebagainya.
56
Rasanya kita ini sudah yang paling benar, paling tahu. Dan anehnya, kita akan
mempertahankan diri jika balik dicela atau disalahkan.

Secara tidak sadar, seringkali kita ingin memaksakan kehendak kepada orang lain. “mBok
begini atau begitu! Kalau aku ....... .” Apalagi kalau kita dianggap sesepuh, dituakan atau
dihormati malah disegani. Jangan-jangan di belakang kita mereka juga ngedumel :”Orang
tua tidak menyadari tuanya, tidak bisa jadi panutan.”

Mungkin akan berbeda kalau secara terbuka ataupun empat mata, dari hati ke hati,
memberikan sumbang saran, kritik membangun. “Salah” itu merupakan bagian dalam
kehidupan kita, karena kita memang penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Disinilah
perlunya bahasa komunikasi yang tidak menghakimi dan menghukum. Bahasa yang dapat
membesarkan hati, yang mendorong orang lain untuk semakin berubah maju.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal hakim yang memutuskan suatu perkara.
Keputusan akan diambil setelah mendengarkan, melihat fakta, yang disampaikan oleh kedua
belah pihak. Susahnya adalah mengungkapkan segala macam bukti pendukung, kalau perlu
saksi-saksi, entah memberatkan entah meringankan, sehingga menghasilkan keputusan yang
seadil-adilnya. Jika ada yang tidak puas dari keputusan tersebut, masih ada kesempatan untuk
naik banding sampai yang tertinggi. Pada umumnya salah satu pihak tetap ada yang tidak
puas, tidak adil atau ungkapan lainnya.

Disinilah kita diajar untuk tidak menghakimi dan menghukum, agar hal tersebut tidak
berbalik menimpa kita. Kita diajar untuk melihat segala sesuatu dengan hati bening tanpa
emosi, meraba-rasakan, meneliti dengan cermat, mengapa terjadi begitu. Semua orang tahu
bahwa mencuri itu keliru dan dapat disalahkan. Mengapa dia sampai mencuri? Apa yang akan
muncul di benak kita, apabila kita melihat bahwa isteri dan anak-anak pencuri tersebut sedang
menunggu bapaknya membawa makanan. Mereka sedang kelaparan belum terisi sesuap
apapun dan begitu menderita. Pasti akan panjang dan muncul pro dan kontra, tergantung cara
memandangnya.

Mengampuni sendiri rasanya perlu belajar dan belajar. Penyadaran diri bahwa kitapun bukan
tanpa kekurangan, masih sama dengan orang lain. Kita diajar untuk berani memaklumi tentang
keadaan orang lain, bahwa setiap manusia itu mempunyai keunikan-nya sendiri-sendiri.
Keunikan dengan segala kelebihan dan kekurangan, sesuai dengan perjalanan hidup yang
telah dilaluinya. Selanjutnya kita diajar yang mengarah untuk selalu berpikir positif terlebih
dahulu.

6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang
dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai
untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Tuhan Yesus sepertinya mengajarkan kepada kita untuk lebih berani memprioritaskan
memberi daripada menerima. Memberi dalam bentuk apa saja, yang bisa secara materi
maupun yang bukan materi. Memberi dengan ikhlas dan pantas sesuai kemampuan rasanya
lebih bernilai. Akan lebih hebat lagi apabila pemberian tersebut diatas kepantasan yang begitu
relatif. Janji Tuhan, dengan memberi dan memberi maka akan dibalas oleh Tuhan sendiri.
Kita akan diberi sesuai dengan amal perbuatan kita. Kalau dihitung-hitung, maka pemberian
Tuhan tersebut malah lebih besar nilainya. Percayakah kita bahwa semakin banyak kita
memberi, maka semakin banyak pula balasan Tuhan? Penulis percaya akan hal itu.

Kita bayangkan saja apabila kita cukup mampu, dibandingkan tetangga di sekeliling kita.
Dengan murah hati yang ikhlas, kita bisa memberi dari kelebihan yang kita punya. Memberi
57
materi, memberi nasihat, memberi pengajaran, memberi tenaga dan yang lainnya. Apa yang
akan kita dapat? Minimal adalah ucapan terima kasih atas kemurahan hati kita. Kemudian
persaudaraan yang terjalin di antara kita. Selanjutnya adalah mendoakan kita yang baik-baik.
Tuhan tidak pernah menutup telinga-Nya akan doa-doa yang tulus. Nilainya pasti bukan main.

6:39 Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta
menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? 6:40 Seorang murid
tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama
dengan gurunya.
Kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi, bila seorang buta menuntun orang buta.
Makna buta yang tidak melihat dapat kita pahami sesuai selera kita dalam kehidupan sehari-
hari. Mungkin kita akan tersenyum mendengarkan seseorang menjelaskan sesuatu yang dia
tidak tahu, kepada orang lain yang juga tidak tahu. Jangan-jangan Tuhanpun tersenyum
sewaktu kita membicarakan perjalanan roh seseorang setelah mati. Pasti yang menjadi
referensi atau acuan adalah katanya si Anu atau siapapun. Dan mereka semua nyatanya belum
pernah mati dan berkelana di dunia orang mati.

Disinilah perlunya kita belajar dan belajar kepada guru yang tahu betul sesuai keahliannya.
Apabila guru tersebut memberikan semuanya yang dia ketahui, maka pengetahuan kita pada
saat itu akan sama dengan sang guru, khususnya untuk materi tersebut. Kita tidak akan
berdebat bahwa bagaimana kalau suatu ketika ajaran sang guru tersebut tidak selamanya
benar, setelah melalaui penelitian.

Sang mahaguru sejati ya hanya Tuhan Yesus sendiri, namun kita tidak akan pernah bisa tamat
belajar, walaupun sampai mati.

6:41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di
dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 6:42 Bagaimanakah engkau dapat berkata
kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu,
padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
selumbar itu dari mata saudaramu."
Tuhan Yesus sepertinya sedang menegur karena kelakuan kita. Kita yang tidak mau
bercermin diri, yang bisanya hanya mencela orang lain. Begitu mau bercermin, kacanya sudah
berdebu tebal sehingga tidak terlihat jelas. Kita malas untuk bercermin karena sebenarnya
wajah kita tidak mulus. Maka cermin tersebut kita biarkan agar semakin berdebu, kalau perlu
malah dipasang di tempat yang agak temaram.
Kita diingatkan untuk selalu mawas diri, sebelum berkomentar tentang orang lain. Diajar
untuk selalu melihat ke dalam diri seberapakah kekurangan yang dimiliki. Bukan melihat dan
berpatokan kepada kelebihan diri, yang sering menjadi akar kesombongan.

Pohon dan Buahnya


6:43 "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah
yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang
menghasilkan buah yang baik. 6:44 Sebab setiap pohon dikenal
pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah
ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. 6:45 Orang yang
baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya
yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat
dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan
mulutnya, meluap dari hatinya."
Ajaran ini sering kali kita dengarkan dalam kotbah dan renungan. Kita
diajar untuk tidak mudah begitu cepat menilai sesuatu. Penilaian yang
58
begitu cepat jangan-jangan meleset atau tidak tepat. Masih menduga, yang seringkali disertai
dengan rekayasa subyektif. Malahan akhirnya kitalah yang akan dinilai sebagai si cepat
jawab, si asal ngomong.
Kita diajar untuk sabar menunggu buah-buah yang dihasilkan. Setelah mendengar, melihat
dan merasakan buahnya, barulah kita bisa berkomentar dengan obyektif. Ungkapan bahasa
Jawa “ajining dhiri saka kedaling lathi” yang kurang lebih mengatakan bahwa nilai
seseorang itu dapat dirasakan dari yang keluar melalui bibirya.

Dua macam Dasar


6:46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa
yang Aku katakan? 6:47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-
Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--,
6:48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan
meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah
itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. 6:49 Akan tetapi barangsiapa
mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang
mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera
rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Penulis dengan jujur akan berani mengatakan bahwa sebenarnya masih tanpa pondasi yang
benar. Hanya masih beruntung bahwa rumahnya berada di tempat yang agak tinggi, sehingga
belum terkena banjir. Malahan angin dan cuaca yang menggerus tembok serta membuat lapuk
kayu-kayunya. Penulis akan mengakui dengan jujur bahwa belum bisa melakukan semua
yang dikatakan Tuhan Yesus. Sewaktu berpegang kepada-Nya, masih sering lepas. Mungkin
hampir sama dengan orang yang belajar dan belajar, sewaktu ulangan atau ujian belum pernah
lulus.

Melakukan kehendak Tuhan nyatanya lebih gampang untuk diucapkan, namun begitu sulit
untuk dipraktekkan. Kedagingan dan akalbudi kita lebih berpihak kepada nafsu duniawi,
walaupun hati dan jiwa ini agak memilih yang surgawi. Seringkali atau bahkan lebih banyak
kedagingan dan akalbudi yang menang. Jangan-jangan kita bukan berseru : “Tuhan, Tuhan”
tetapi keliru mengatakan :”Hantu, hantu.”

Pengajaran di atas sepertinya mengajak kita untuk merenung serta menghayati dengan hati
yang bening. Kita dihadapkan kepada dua pilihan yang ekstrim dengan segala konsekuensi
yang harus dihadapi. Memilih yang rohani atau yang jasmani, melakukan ajaran-Nya atau
tidak, berpihak atau menolak. Biasanya kita akan mencari pilihan alternatif antara rohani dan
jasmani. Kita ingin berpihak kepada kedua-duanya, yang satu kenyataan duniawi dan lainnya
harapan surgawi. Dengan kata lain, kita tidak bergeming.

Padahal Tuhan Yesus mengharapkan kita berubah, walaupun proses perubahan itu sendiri
mungkin memerlukan waktu lama. Berubah dari yang tadinya berpihak kepada duniawi,
bergerak menuju yang lebih surgawi. Bangkit bergerak dan berubah inilah, bagi penulis
bermakna pertobatan.

Bab 7- Penyembuhan, Diurapi Orang


Berdosa
Hamba seorang Perwira disembuhkan
7:1. Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. 7:2 Di
situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu
sedang sakit keras dan hampir mati. 7:3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh
59
beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan
hambanya. 7:4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya,
katanya: "Ia layak Engkau tolong, 7:5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang
menanggung pembangunan rumah ibadat kami." 7:6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan
mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya
untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak
menerima Tuan di dalam rumahku; 7:7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk
datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 7:8 Sebab
aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah
seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang,
ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 7:9 Setelah Yesus
mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang
mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai,
sekalipun di antara orang Israel!" 7:10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke
rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.
Kita bisa memperkirakan bahwa perwira tersebut di atas bukan orang Yahudi namun
berkelakuan baik kepada siapapun. Perwira tersebut nyatanya tidak fanatik karena mau
membangun rumah ibadat yang bukan kepercayaannya. Disini kita bisa belajar bahwa dalam
suatu kelompok, suku atau apapun namanya, tidak semuanya jahat atau sebaliknya. Kita tidak
boleh nggebyah uyah atau menjeneralisir bahwa semuanya sama saja. Kita sering
menganggap bahwa bangsa penjajah itu, dari bayi sampai nenek moyangnya semua jahat.
Memang kita mempunyai peribahasa :karena nila setitik maka rusak susu sebelanga.

Kita bisa merasakan betapa sang perwira tersebut begitu menghargai dan menghormati Tuhan
Yesus, walaupun belum pernah bertatap muka. Dia tidak ingin diprioritaskan untuk diri
sendiri dan menghabiskan waktu kerja Tuhan Yesus. Masih banyak orang sakit yang perlu
ditolong dan disembuhkan. Dia percaya dan yakin akan “kehebatan” Tuhan Yesus, seperti
yang didengarnya. Dengan cukup satu ucapan dari jarak jauh, apa yang akan dikatakan pasti
terjadi. Dengan begitu, maka Tuhan Yesus tidak perlu repot-repot meluangkan waktu demi
satu orang saja.

Inilah yang disukai oleh Tuhan Yesus, iman, kepercayaan atau keyakinan yang tanpa syarat.
Dan tidak pernah dijumpai di antara orang Israel. Mengapa? Apakah hal ini suatu ungkapan
bahwa jangan memandang rendah orang lain, mentang-mentang merasa sebagai bangsa
terpilih? Ataukah bangsa Israel sudah dipenuhi oleh kesombongan rohani, merasa paling
dekat dengan Allah?

Memang harus diakui, bahwa kedekatan dengan pejabat atau penguasa sering kali membuat
orang merasa lebih dibandingkan orang lain. Perasaan lebih tersebut bisa berubah menjadi
sombong dan egonya semakin menonjol. Apa lagi jika perasaan dekat tersebut berhubungan
dengan Allah, perasaan sebagai bangsa terpilih. Dampaknya malah sering lupa diri karena
menganggap enteng. Sudah dijajah namun masih bisa sombong, karena tidak ada lagi yang
bisa ditonjolkan.

Yang jelas orang Katolik selalu mengucapkan kata-kata yang hampir sama dengan perwira
tadi, sewaktu akan menerima Tubuh (dan Darah) Kristus dalam wujud Roti (dan Anggur).
Pertanyaannya, apakah ucapan tersebut dirasakan dan dimaknai dengan sepenuh hati dan jiwa,
atau hanya sekedar hapalan bibir. Hanya kita masing-masing yang bisa merasakan, betapa
Tuhan Yesus dengan senang hati mau beserta kita. Yang bisa menyembuhkan hati dan jiwa
apabila pasrah, dan biarlah Dia yang menguasai kita. Kita belajar mengalahkan diri sendiri
dan memberi tempat kepada Tuhan untuk menguasai jiwa dan raga kita. Disinilah kita bisa
bersyukur dan berterima kasih, karena berkat-Nya bersama kita.
60

Membangkitkan Anak Muda di Nain


7:11. Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-
sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 7:12 Setelah Ia
dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang
sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. 7:13 Dan ketika Tuhan melihat
janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan
menangis!" 7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" 7:15 Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada
ibunya. 7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang
nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." 7:17 Maka
tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Kota Nain kira-kira sebelah selatan agak ke barat dari danau Galilea. Kita bisa
membayangkan bahwa Tuhan Yesus pergi seperti suatu rombongan besar. Kemanapun Dia
pergi, selalu diikuti oleh banyak orang. Dan mereka inilah mestinya yang menjadi saksi-saksi
hidup, yang dapat bercerita kepada anak cucu maupun handai taulan.

Kita bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus begitu berbelas kasihan kepada orang yang
sedang sedih. Seorang janda yang ditinggal mati anak tunggalnya, pasti akan merasakan
kesedihan yang luar biasa. Mengapa dia yang dipanggil duluan? Mengapa bukan aku yang
sudah tua? Itulah kasih pengorbanan seorang isteri, seorang ibu yang rela menderita demi
keluarganya. Betapa keluarga itu akan punah tanpa ada penerusnya. Kematian seorang anak
tunggal berarti janda tersebut akan sendirian. Pasti ada pengharapan bahwa anak laki-laki
tersebut akan menjadi penerus keluarga, beranak pinak. Lha kalau dia mati duluan, maka
hilanglah pengharapan tersebut. Mengapa tidak mati sekalian, biar bisa bersama-sama dengan
sang anak masuk ke dalam kerajaan surga.

Rombongan pengantar mayat tersebut bertemu rombongan Tuhan Yesus, dan mereka
sepertinya berhenti barang sejenak. Sewaktu Tuhan Yesus berkata :”Jangan menangis,”
kemungkinan janda tersebut untuk sejenak merasa heran dan kaget. Itu bukan kata-kata yang
menghibur, tetapi dibalik ucapan tersebut sepertinya ada sesuatu yang tersembunyi.
Sepertinya ada secercah harapan yang masih dalam tanda tanya besar. Kita bayangkan Tuhan
Yesus berjalan perlahan mendekati usungan, lalu menyentuhnya. Semua orang berhenti dan
melihat, apa yang akan diperbuat oleh Tuhan Yesus dan apa yang akan terjadi. Pada saat itu
pastilah tidak akan terbayangkan bahwa akan terjadi mukjizat diluar nalar mereka. Paling-
paling Tuhan Yesus menyentuh dan mendoakan jiwa anak tersebut, agar diampuni dan
diterima di surga.

“Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” dapat kita bayangkan suatu suara memerintah yang
tidak terbantahkan. Dan yang diperintah saat itu sepertinya bukan anak muda yang sedang
“tidur”, melainkan takdir kematian yang sudah menguasai si anak muda. Membangkitkan
orang mati bukanlah perkara kecil, tetapi suatu mukjizat yang bukan main menakjubkan.
Pantaslah jika semua orang geger, ketakutan dan bermacam-macam perasaan campur aduk
menjadi satu. Sadar tidak sadar, dalam keadaan demikian hanya bisa mengucap syukur dan
memuliakan Allah. Tuhan Yesus disebut sebagai nabi besar, malahan Allah yang sedang
melawat umat-Nya. Hanya kuasa Allah yang dapat membangkitkan orang mati.

Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut pastilah tidak bisa menahan diri untuk tidak
bercerita kepada orang lain. Mungkin saja sewaktu bercerita dengan berkobar-kobar dan tidak
akan luput dengan bumbu-bumbu penyedap, sebagai penekanan pada hal yang menakjubkan.
Kabar getok tular itu begitu cepat menyebar, yang mau tidak mau pasti akan menarik
perhatian bagi yang membutuhkan pertolongan.
61
Hal ini menjadi suatu pelajaran bagi para murid, bahwa Sang Guru bukan hanya sakti
mandraguna. Dia bisa mengalahkan kematian, maut yang sudah datang menjemput. Hanya
dengan ucapan-Nya saja orang mati bisa bangkit lagi. Kuasa seperti itu hanya Allah saja yang
empunya, dan hanya orang-orang yang diberi kuasa-Nya yang bisa berbuat seperti itu.

Yesus dan Yohanes Pembaptis


7:18 Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, 7:19. ia
memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah
yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" 7:20 Ketika kedua orang itu
sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu:
Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" 7:21 Pada saat
itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh
jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. 7:22 Dan Yesus menjawab
mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar:
Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar,
orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 7:23 Dan
berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Menurut pemahaman penulis, dua orang murid Yohanes Pembaptis tersebut bertanya dengan
suatu harapan mendapat jawaban langsung, iya atau bukan. Ada semacam keraguan yang
mengganjal di hati sanubari Yohanes Pembaptis. Penulis hanya bisa membayangkan adanya
suatu rasa yang begitu percaya, namun ada sedikit ganjalan ragu :”Benar tidak ya?” Mungkin
keraguan tersebut muncul, salah satunya karena Tuhan Yesus berani menentang adat istiadat
Yahudi. Adat kebiasaan yang menjadi dogma dan sudah berlaku anggaplah ribuan tahun,
didobrak begitu saja. Keraguan atau ganjalan ini harus mendapat kepastian dari yang
bersangkutan sendiri, dan tidak boleh ditunda-tunda.

Coba, percayakah kita bahwa Sangkuriang dengan cerita Tangkuban Perahu itu benar-benar
ada, bukan legenda? Atau, percayakah kita bahwa nabi Nuh dengan perahu besarnya itu suatu
legenda, bukan seorang nabi yang benar-benar ada? Perkiraan penulis, kebanyakan dari kita
akan bingung atau ragu. Mengapa Sangkuriang dengan Tangkuban Perahunya dibandingkan
dengan nabi Nuh dengan perahu besar dan Gunung Araratnya? Jika menjadi ganjalan yang
serius, pasti akan bertanya kepada orang-orang yang dianggap tahu, untuk meyakinkan diri.

Jawaban Tuhan Yesus begitu sederhana, tanpa mau menonjolkan diri secara langsung. Dia
tidak mau mempromosikan diri-Nya seperti para pedagang dan sejenisnya. Dalam bayangan
penulis, Tuhan Yesus begitu rendah hati, membalikkan pertanyaan dengan permintaan dengan
datar. Biarlah orang melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan telinganya
sendiri. Dengan melihat dan mendengar sendiri, mestinya tidak ada lagi kebimbangan yang
menghantui.

Namun sudah menjadi dasarnya manusia, seringkali kita menginginkan jawaban langsung
dari sumber berita. Rasanya kurang puas kalau hanya menyaksikan hasil perbuatannya saja,
walaupun buah-buahnya sudah dinikmati banyak orang. Harapannya ada jawaban tegas, “Ya
benar, ini lho Aku yang ditunggu-tunggu. Coba perhatikan, .... bla-bla-bla.”

Kita diajar untuk tidak kecewa dan menolak Dia, karena tidak menyaksikan sendiri. Kita
mendengar atau membaca tulisan para saksi iman yang melihat dan mengalami, atau paling
tidak mengumpulkan cerita dari para saksi mata yang mengalami sendiri. Mestinya kita malah
berterima kasih kepada para penulis Injil yang telah menyempatkan diri untuk memberikan
tinggalan kepada kita. Merekalah para saksi mata yang melihat, mendengar dan mengalami
sendiri, siapakah sebenarnya Yesus orang dari Nazaret itu.
62
7:24 Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang
Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan
angin kian ke mari? 7:25 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian
halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. 7:26
Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan
lebih dari pada nabi. 7:27 Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku
mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 7:28 Aku berkata
kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih
besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari
padanya."
7:29 Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai,
mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes.
Tuhan Yesus kelihatannya menekankan bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi.
Bukan sembarang nabi, karena memang sudah dipersiapkan sebagai pembuka jalan, sebelum
Tuhan Yesus berkarya. Kebanyakan dari para murid-Nya pernah mengikuti Yohanes dan
dibaptis. Kita bisa membayangkan bahwa murid-murid Yohanes adalah orang-orang yang
sudah siap untuk berubah. Berubah melalui pertobatan dan pembaptisan. Kita bisa
mengumpamakan mereka seperti buah-buah yang hampir masak. Pohon buah tersebut
dipersiapkan oleh Yohanes, yang kemudian diteruskan oleh Tuhan Yesus agar berbuah.

Ayat selanjutnya membikin penulis bingung. Hampir atau malah semua anak dilahirkan oleh
seorang perempuan. Namun dikatakan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada
Yohanes Pembaptis. Bagaimana dengan Tuhan Yesus sendiri yang selama ini kita yakini, juga
dilahirkan oleh seorang perempuan, Bunda Maria. Apakah Tuhan Yesus sengaja tidak
memperhitungkan diri-Nya sendiri karena kerendahan hati-Nya? Apakah Tuhan Yesus
termasuk perkecualian karena begitu misteri? Ataukah, kelahiran Tuhan Yesus sendiri melalui
Bunda Maria adalah misteri Allah yang tak terungkapkan? Kita anggap saja menurut selera
kita yang asal kira-kira, bayi Tuhan Yesus tidak dilahirkan seperti umumnya manusia; tidak
melalui rahim dan juga tidak melalui operasi ceasar, atau sejenisnya. Bunda Maria tetap utuh
sebagai perawan sejati, seperti perempuan yang belum pernah berhubungan dengan seorang
priapun. Disinilah misteri itu dan tak seorangpun tahu selain Bunda Maria dan Tuhan Yesus
sendiri.

Yohanes Pembaptis sebagai manusia kebanyakan memang telah dipersiapkan secara khusus
oleh Tuhan. Sebagai pembuka jalan lurus dan rata, dialah manusia terbesar sepanjang sejarah
peradaban dunia. Sayang sekali bahwa cerita Yohanes Pembaptis begitu sedikit, yang
malahan matinya dipenggal oleh raja orang Yahudi.

Sub ayat selanjutnya juga sulit untuk memahaminya. Yang terkecil dalam Kerajaan Allah
lebih besar dari padanya. Nabi yang begitu besar namun masih dianggap lebih kecil dari yang
paling kecil. Apakah karena keraguannya maka dianggap kecil? Ataukah karena ia masih
hidup di dunia, yang berarti masih bisa berubah? Yang terkecil dalam Kerajaan Allah pastilah
orang kudus, yang sudah bersih dari segala macam dosa. Segala kotoran yang pernah melekat
sudah “dicuci” sampai bersih total. Anggap saja seputih kapas atau seputih salju yang tanpa
noda sama sekali. Sedangkan di dunia orang hidup ini, belum ada yang disebut sebagai orang
kudus. Seputih apapun bagi yang masih hidup di dunia ini, pasti masih ada saja kotoran atau
noda yang menempel. Noda disengaja ataupun tidak disengaja yang mengotori, walaupun
hanya kecil sekali.

7:30 Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka,
karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.
7:31 Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan
dengan apakah mereka itu sama? 7:32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar
dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami
menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 7:33 Karena Yohanes Pembaptis
63
datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.
7:34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia
seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 7:35 Tetapi
hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."
Dalam pemahman penulis, mungkin orang Farisi dan ahli Taurat merasa tidak selayaknya jika
dibaptis oleh Yohanes. Jangan-jangan mereka merasa lebih pandai dan lebih taat dalam aturan
dan adat yang berlaku. Menurut anggapan mereka, Yohanes bukan imam agung dan juga
bukan nabi yang lebih tinggi dari mereka walaupun keturunan imam. Dia diproklamirkan
sebagai nabi kan bukan oleh kelompok mereka, namun oleh masyarakat biasa, kelompok akar
rumput. Konyolnya lagi, malah dianggap gelandangan yang kerasukan setan. Orang tidak
umum yang makanan dan minumnya juga tidak umum.

Yohanes Pembaptis tidak larut dan mengikuti adat kebiasaan tersebut, dan dianggap aneh,
tidak umum. Secara tidak langsung terkucilkan atau malahan memisahkan diri dan hidup
menyatu dengan alam yang begitu luas. Alam telah mencukupi kebutuhan makan dan minum
serta pakaian yang diperlukan. Ia malah terbebas dari segala macam belenggu yang mengikat
dan tidak perlu memakai topeng macam-macam.

Jika kita renungkan, seringkali kitapun berbuat seperti mereka sewaktu bertemu atau melihat
gelandangan yang bukan pengemis. Berpakaian compang-camping kotor berdebu dan
rambutnya gimbal tidak terurus. Makanannya dari tempat sampah sisa-sisa buangan. Yang
langsung terbersit dalam benak kita, dia itu orang kurang waras, stress berat atau depresi.
Malahan mungkin orang yang berguru namun tidak kuat menerima ilmu dan akhirnya begitu.
Jangan-jangan oleh mereka malah kitalah yang dianggap kurang waras. Jangan-jangan
kitapun hampir sama dengan orang Farisi dan ahli Taurat. Mari Kita renungkan dalam hati
kita masing-masing.

Begitu juga dengan Tuhan Yesus, malahan lebih dekat dengan orang-orang yang dianggap
berdosa. Orang-orang yang semestinya dijauhi, bagaikan kumpulan orang yang berpenyakit
menular. Hal tersebut juga tidak umum dalam pandangan mereka, yang merasa sebagai orang-
orang terhormat, yang merasa selalu hidup dijalan Allah.

Perumpamaan Tuhan Yesus terhadap mereka cukup sulit untuk memahaminya. Kita hanya
bisa membayangkan bahwa adat kebiasaan meniup seruling bagi anak-anak, sebagian dari
mereka akan tergerak untuk menari. Demikian juga dengan lantunan kidung duka, akan
membawa pengaruh bagi yang lain untuk merasakan kesedihan dan tidak sadar menangis,
minimal mengeluarkan air mata.

Mungkin orang Farisi dan ahli Taurat dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai
kepedulian terhadap situasi, khususnya yang berhubungan dengan kemiskinan dan rohani.
Mereka acuh tak acuh terhadap panggilan bertobat yang disuarakan Yohanes Pembaptis
maupun Tuhan Yesus sendiri. Mereka menjadi kelompok eksklusif yang membikin tembok
pemisah, dan mengangkat diri sebagai kasta terbaik. Hidup di lingkaran aman dan mapan
serta tidak ingin keluar dari lingkungannya. Namun dari sisi lain mereka mengangkat diri
sebagai wakil Allah, dari sisi lainnya lagi mengaku sebagai wakil rakyat.

Ungkapan Jawa “sing becik ketitik, sing ala ketara” semuanya akan kelihatan pada waktunya.
Setiap orang suatu ketika bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Pada suatu
ketika kebenaran akan diakui dan diterima oleh orang-orang yang sadar. Kebenaran dan
kebaikan bukan hanya dari mulut saja, namun harus dinyatakan dalam perbuatan nyata.
64
Kita mungkin bisa merasakan dan mengenal bagaimana orang yang pintar bicara dengan
bahasa indah, teori text book, namun tidak berbuat apa-apa. Di lain pihak, kita juga mengenal
seseorang yang tidak banyak omong namun berbuat nyata, untuk kepentingan banyak orang.
Jelas, kita akan cenderung memilih orang yang bisa mengajar dan memberi contoh langsung,
satunya pikiran, kata dan perbuatan.

Yesus diurapi oleh Perempuan Berdosa


7:36. Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah
orang Farisi itu, lalu duduk makan. 7:37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai
seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang
Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. 7:38 Sambil
menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan
air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan
meminyakinya dengan minyak wangi itu. 7:39 Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus
melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang
apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang
berdosa."
Orang Farisi mengundang makan seseorang yang tidak ia sukai, termasuk hal yang agak aneh.
Secara nalar pasti ada suatu tanda tanya besar, ada apa dibalik undangan tersebut. Yang sering
muncul di benak kita adalah berpikir negatif lebih dahulu. Jika berpikir positif, mungkin dia
ingin berdiskusi panjang lebar tentang sesuatu yang diajarkan Tuhan Yesus. Yang paling enak
ya tidak usah berpikir macam-macam, kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi.

Bagi penulis untuk saat sekarang ini, malah berpikir sangat kebetulan; di zaman susah dimana
bahan kebutuhan pokok begitu mahal bagi kantong yang pas-pasan, ech ada undangan makan
datang. Mengapa harus disia-siakan karena tinggi hati atau kesombongan diri yang berlebih?
Makan tuh, kerasnya kesombongan diri! Mereka mengundang pasti ada sesuatu yang
diharapkan, walau sekecil apapun. Pasti ada secercah keingin tahuan, penghormatan dan
sejenisnya, sehingga mengundang.

Kemudian mari kita bayangkan seorang perempuan yang begitu dikenal sangat berdosa. Kita
bisa berandai-andai bahwa dia seorang pelacur yang langganannya begitu banyak, maka
sangat dikenal. Paling tidak pernah mendengar dari mulut ke mulut, apabila tidak
menyaksikan sendiri. Orang-orang seperti ini sebaiknya tidak didekati karena dapat
menggoncangkan iman apabila tidak kuat. Paling tidak, apa kata dunia jika berdekat-dekat
dengan dia.

Kita sering lupa untuk bertanya, mengapa dia sampai melacurkan diri? Jangan-jangan secara
langsung atau tidak langsung kita terlibat, sekecil apapun yang menyebabkan dia melacur.
Jika kita berpikir bahwa sebenarnya tidak ada orang yang bercita-cita untuk menjadi pelacur,
kira-kira apa yang ada di benak perempuan tersebut? Menurut penulis yang juga selalu
berbuat keliru, pada saat-saat sepi akan selalu terbersit perasaan bersalah dan ingin berubah.
Hanya karena waktu dan situasi duniawi, untuk bangkit dan berubah seringkali tidak sejalan.
Selanjutnya masih ada pertanyaan, apakah aku masih bisa diterima oleh masyarakat. Cap atau
stigma sebagai orang berdosa sepertinya akan dibawa seumur hidup, dan masyarakat sering
atau malahan selalu curiga, jangan-jangan ..

Perempuan tesebut kelihatannya sudah mendengar akan kehebatan Tuhan Yesus. Guru yang
lebih sering berpihak kepada orang-orang kecil, yang tersisihkan dan dianggap sebagai
sampah masyarakat, bukan masyarakat terhormat. Ini suatu kesempatan yang baik untuk
menemui-Nya, dan terserah mau dikatakan apa saja. Yang lebih penting bisa bertemu
langsung dengan Tuhan Yesus, menyentuh-Nya, atau cara lainnya. Lihat saja nanti bagaimana
situasinya, pokoknya harus berani dipermalukan.
65

Si orang Farisi sendiri melihat situasi yang demikian, memanfaatkan ungkapan “pucuk
dicinta ulam tiba.” Mumpung kebetulan, coba kita lihat apa yang terjadi atau yang akan
diperbuat oleh Sang Guru yang terkenal tersebut.

7:40 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut
Simon: "Katakanlah, Guru." 7:41 "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas
uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. 7:42 Karena mereka
tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara
mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" 7:43 Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling
banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
Yang mengagetkan, Tuhan Yesus bertanya kepada Simon Petrus yang orang biasa, bukan
kepada orang Farisi yang pandai. Kelihatannya ungkapan yang disampaikan Tuhan Yesus di
atas hanya sebagai pembuka. Pertanyaan yang begitu gampang untuk dijawab, hampir semua
orang tahu. Namun hampir semua orang yang berada disitu belum dapat menangkap makna
dan akan di bawa kemana. Lebih baik kita dengarkan saja apa yang akan dikatakan
selanjutnya.

Paling tidak kita bisa menangkap bahwa ungkapan tersebut menyangkut orang Farisi dan
perempuan berdosa. Dosa orang Farisi lebih kecil, hanya sepersepuluhnya saja dari dosa
perempuan tadi. Hal ini menurut pandangan mata manusia biasa, termasuk kita-kita ini. Para
anti Kristus yang mendapatkan pencerahan dan kemudian berbalik mengikuti perintah-Nya,
pasti akan lebih giat berkarya di ladang-Nya, sesuai kemampuan.

7:44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat
perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk
membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan
rambutnya. 7:45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya
mencium kaki-Ku. 7:46 Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia
meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. 7:47 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya
yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit
diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." 7:48 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu
telah diampuni."
7:49 Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini,
sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" 7:50 Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu:
"Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
Nyatanya Tuhan Yesus tidak memberikan suatu penjelasan atau apapun kepada semua orang.
Dia malahan bicara kepada Simon yang secara tidak langsung menyindir kelakuan kita. Kita
yang sering mengaku orang beradab dan beradat namun melalaikan perbuatan yang sesuai
adat. Adat istiadat yang baik untuk umum, seringkali kita kembangkan dengan bertingkat, kita
buat kasta-kasta yang membedakan. Betapa kita lakukan lebih baik penuh hormat kepada
seseorang yang kita segani, namun berbeda apabila seseorang tersebut kita anggap rendah
tidak sederajat. Jika kita renungkan, sindiran tersebut begitu mengena bagaikan bumerang
yang membalik memukul kita.

Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus sepertinya tidak begitu peduli dengan bahasa kata-
kata dari si perempuan. Perbuatan nyata yang dilakukan si perempuan sudah cukup
menyiratkan harapannya. Dan Tuhan Yesuspun hanya berkata pendek “Dosamu telah
diampuni.” Jawaban pendek itu lebih dari cukup bagi si perempuan tersebut, namun menjadi
batu sandungan bagi yang lain.

Bagi penulis, Tuhan Yesus seringkali mengungkapkan diri-Nya secara tersamar bahwa Dialah
Allah yang hadir ke dunia ini. Allah yang bisa mengampuni dosa manusia, seberapapun
besarnya dosa itu. Dan yang bisa merasakan ke-Allahan-Nya pada saat itu, hanya orang-orang
yang mengakui dirinya berdosa. Ada suatu kekuatan luar biasa yang tidak bisa dijelaskan,
66
yang bisa mengubah seseorang dari kondisi, situasi, suasana, keadaan yang selama ini
dialami. Perubahan yang dirasakan tersebut begitu mengherankan, yang menimbulkan
kelegaan, kegembiraan, kebahagiaan, kepuasan, pengakuan dan sejenisnya.

Namun Kuasa ke-Allahan-Nya seringkali diselimurkan kembali melalui kata-kata lanjutan


“Imanlah yang menyelamatkan.” Sang Anak Manusia lebih memilih untuk menjadi manusia
sejati tanpa mau menonjolkan diri. Ajaran kerendahan hati malah lebih diperlihatkan, biarlah
orang lain yang menilai sesuai seleranya masing-masing.

Penulis sering kali berpikir dan bertanya-tanya, mengapa kita ini begitu mudah membuat
kelompok, kasta, golongan dan membeda-bedakan. Padahal kita tahu dan sadar bahwa di
hadapan Allah semuanya sama. Sewaktu lahirpun sama-sama telanjang. Yang membedakan
sebenarnya hanyalah tingkat atau status dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin masih
ditambah sidik jari yang membedakan setiap orang, sehingga setiap orang begitu unik hampir
tidak ada yang sama. Apabila ada persamaan dan mirip sekali, pasti tetap ada yang berbeda.

Karena keunikan yang membedakan tersebut, mestinya kita duduk sama redah dan berdiri
sama tinggi. Pada akhirnya semua orang saling membutuhkan, saling memberi, saling
berbagi, saling berkomunikasi, sehingga terjalinlah persaudaraan yang menembus batas ruang
dan waktu.

Jika kita renungkan, sepertinya Tuhan Yesus memang mengajak kita semua untuk
melaksanakan hukum kasih tanpa pandang bulu. Jika itu berjalan, maka kerajaan-Nya pasti
turun ke bumi, dan hal tersebut bisa terjadi apabila kita ambil bagian di dalamnya.

Bab 8 Perumpamaan, Meredakan Angin


Ribut, Menghidupkan Orang mati
Perempuan-perempuan yang melayani
rombongan Yesus
8:1. Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, 8:2 dan
juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit,
yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, 8:3 Yohana isteri
Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini
melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Dari ayat di atas, kita bisa memperkirakan bahwa Tuhan Yesus berkarya dari satu tempat ke
tempat lainnya, tidak hanya bersama para rasul. Masih ada beberapa orang termasuk
perempuan yang dengan suka rela mengikuti rombongan tersebut. Tersirat bahwa banyak
perempuan kaya yang bertobat mengikuti rombongan ini, dan mereka merelakan kekayaannya
untuk dimanfaatkan bersama.

Kita bisa membayangkan bagaimana para perempuan menyiapkan keperluan sehari-hari untuk
kebutuhan mereka bersama. Yang laki-laki sesuai “kodratnya” berkarya dan bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Mereka bagaikan keluarga besar yang selalu berkelana untuk
memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah.

Penulis tidak tahu persis siapakah Yohana dan Susana, kecuali bahwa mereka disembuhkan.
Perkiraan penulis saja bahwa Maria Magdalena dulunya seorang pendosa yang terkenal. Dosa
tersebut digambarkan dengan kerasukan tujuh roh jahat, sebagai ungkapan betapa berdosanya
67
dia. Tujuh adalah angka yang mengungkapkan betapa besar atau betapa banyak. Orang Jawa
khususnya Solo mengenal istilah “ping pitulikur (27)” yang berarti berkali-kali sampai tak
terhitung.

Perumpamaan tentang Seorang Penabur


8:4. Ketika orang banyak berbondong-bondong datang,
yaitu orang-orang yang dari kota ke kota
menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam
suatu perumpamaan: 8:5 "Adalah seorang penabur
keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan,
lalu diinjak orang dan burung-burung di udara
memakannya sampai habis. 8:6 Sebagian jatuh di
tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. 8:7
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan
menghimpitnya sampai mati. 8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh
berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai
telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. 8:10 Lalu Ia
menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang,
mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. 8:12 Yang jatuh di pinggir
jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil
firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 8:13 Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu,
menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja
dan dalam masa pencobaan mereka murtad. 8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang
yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh
kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah
yang matang. 8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar
firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Menurut pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus lebih condong untuk selalu
memberikan perumpamaan. Biarlah setiap orang mencoba untuk menafsirkannya, sesuai
kemampuan masing-masing. Intinya Tuhan Yesus berbicara tentang benih yang ditaburkan
dimana-mana. Terus ungkapan siapa bertelinga hendaknya mendengar, yang rasanya
mengajak kita untuk lebih merenungkan dengan hati. Penulis tidak tahu mengapa rahasia
perumpamaan tersebut hanya diberikan untuk para murid. Segalanya seperti tersembunyi
walaupun kelihatan, dan pada saat itu banyak orang mungkin tidak mengerti maksudnya.

Jangan-jangan banyak orang malah berpikir, mengapa si penabur tidak langsung ke ladang
saja. Di ladang sudah pasti tanahnya baik dan dipersiapkan dengan matang. Kalau hanya asal
menabur, siapapun pasti bisa. Jika penulis hidup di zaman waktu itu, pasti ikut berpikir dan
bertanya, apa maksudnya? Apakah kita diajak untuk menyimpulkan, bahwa jangan seperti si
penabur yang asal menyebarkan benih di segala tempat. Dan nyatanya kesimpulan ini sangat
berbeda dengan maksud perumpamaan yang dikehendaki Tuhan Yesus.

Firman Allah dan manusia, dimana manusia dibagai dalam empat jenis atau golongan.
Marilah kita akui dengan segala kejujuran, kita termasuk golongan yang mana untuk saat ini?
Jika bukan termasuk golongan tanah yang baik, masih ada kesempatan untuk
memperbaikinya, selama masih ada tanahnya.

Mengolah tanah berbatu sedemikian rupa, yang mungkin memerlukan waktu proses cukup
lama. Zaman sekarang, batu-batu masih bisa diambil dan dikumpulkan. Bisa dijual atau
malahan untuk pondasi bangunan dan pagar. Setelah itu segala macam semak duri dicabut
sampai ke akar-akarnya, dikeringkan dan dibakar sehingga mati. Kemudian dipasang pagar
68
pelindung dengan harapan, agar tidak terinjak orang yang lewat, tidak terhimpit onak duri.
Pengolahan tanah tersebut masih memerlukan siraman air secara berkala.

Penulispun mengakui bahwa melawan rerumputan semak dan duri nyatanya begitu sulit.
Kelihatannya seperti sudah bersih namun, begitu datang hujan mereka sudah tumbuh lagi.
Selama masih ada akar dan bonggol rumput yang tertinggal, maka pada waktunya ia akan
tumbuh kembali.Rasanya begitu sulit melawan kekuatiran yang sering menghantui,
khususnya dalam menjalani kehidupan ini. Sadar tidak sadar, kita begitu terikat dan terbelit
oleh akar-akar kekayaan dan kenikmatan dunia. Inilah nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat
umum dan kita tidak bisa mengingkarinya.

Dalam banyak hal apabila kita dihadapkan kepada dua pilihan prioritas, kita hampir selalu
memilih alternatif lain di antara dua pilihan tersebut. Kita merasa lebih aman bila bisa
memilih antara ya dan tidak, padahal semuanya memiliki risikonya masing-masing. Memilih
jalan tengah yang kelihatannya mendapat hak lebih, dibandingkan dengan kewajiban yang
bisa ditawar.

Mari kita renungkan bersama, apabila kita berkeluarga dan mempunyai anak. Apa dulu yang
kita harapkan kepada anak tersebut kalau nanti sudah besar? Kita sekolahkan supaya menjadi
anak pintar, kemudian bekerja dengan pendapatan yang berkecukupan. Bisa memberikan
kebanggaan, mengangkat nama bagi orang tua. Mungkin harapan yang ini malah menjadi
prioritas yang ke sekian; semoga menjadi anak yang saleh, selalu berbuat baik dan benar.
Bekerja menjadi apapun tidak ada masalah, selama bisa menikmati dan mensyukuri hidup
dengan penuh sukacita dan bahagia. Kita hampir pasti tidak pernah mengharapkan anak kita
menjadi (maaf) tukang becak, kuli angkut, pembantu dan sejenisnya. Kita sudah membikin
kasta-kasta yang diukur dengan tingkat kehidupan, kemapanan, keberhasilan dan sebagainya.

Dari dua pilihan tersebut, pada umumnya kita akan cenderung memilih menjadi anak yang
pintar, berkecukupan, dihormati dan disegani. Kehidupan rohaninya juga memadai sesuai
aturan yang berlaku. Ekstrimnya, hidup kaya raya bahagia dan mati masuk surga.

Perumpamaan tentang Pelita


8:16 "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya
semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. 8:17 Sebab tidak ada
sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia
yang tidak akan diketahui dan diumumkan. 8:18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu
mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak
mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
Perumpamaan ini bagi penulis cukup sulit memahaminya. Cahaya pelita memang kita
harapkan untuk dapat menerangi suatu ruangan. Karena dari cahaya tersebut, kita
bisa melihat apapun yang tidak tersembunyi. Dalam kegelapan di waktu malam, kita
tidak bisa melihat apa-apa, kecuali merasakan atau sedikit bayangan karena sudah
hafal dengan ruangan tersebut. Mungkin agak berbeda apabila didalam suatu rumah
lampu kita matikan, dan lampu luar kita nyalakan. Harapannya kita bisa melihat
apapun yang ada di luar rumah dan yang diluar tidak bisa melihat keadaan di
dalam rumah. Cahaya dari luar rumah masih bisa kita manfaatkan untuk melihat situasi dalam
rumah.

Karena cahaya, kita bisa melihat sekitar kita, kita melihat orang lain sedang berbuat apa.
Semakin kuat terang cahaya tersebut, maka semakin jelas apa yang kita lihat. Yang tadinya
69
begitu samar-samar menjadi semakin kelihatan nyata. Seakan-akan tidak ada yang tertutupi
atau tersembunyi. Segalanya menjadi begitu terbuka, jelas, gamblang.

Pelita bisa menyala terus apabila ada tersedia minyak yang menjadi inti munculnya cahaya
pelita tersebut. Tanpa minyak maka sumbu pelita akan terbakar habis dan mati. Dalam
pemahaman penulis, minyak itulah simbul firman Tuhan yang harus kita proses sedemikian
rupa sehingga menjadi cahaya. Kita membutuhkan “Cahaya” itu di dalam hati, jiwa dan
akalbudi kita. Semakin terang cahaya itu merasuki diri kita, maka mestinya semakin
terbukalah segalanya yang selama ini tidak kelihatan. Malahan yang selama ini kita coba
untuk ditutup-tutupi, kita sembunyikan, semakin terlihat nyata. Cahaya itulah yang harus
dikeluarkan agar orang lain dapat ikut menikmatinya.

Perhatikanlah cara kamu mendengar. Kelihatannya cara mendengarpun ada tingkatannya


yang perlu kita perhatikan. Mendengar dengan telinga saja tidak cukup, karena ada ungkapan
mendengar di telinga kanan keluar di telinga kiri. Mungkin Tuhan Yesus meminta kepada kita
untuk belajar mendengar firman-Nya dengan hati, jiwa dan akalbudi yang bening. Dirasakan,
direnungkan, dihayati, dimengerti, dipahami dan dilaksanakan atau diamalkan melalui
perbuatan secara nyata.

Semakin kita memahami dan menghayati, maka sepertinya kita semakin haus dan lapar.
Kehausan dan kelaparan tersebut seakan-akan dimanjakan karena selalu diberi. Mungkin
inilah yang disebut berkelimpahan sejati. Penulis merasa yakin walaupun tidak bisa
membuktikannya bahwa berkelimpahan disini lebih ditekankan kepada yang rohani. Apabila
hati jiwa dan akalbudi yang tidak kasat mata ini bisa menyatu menuju yang rohani, maka yang
jasmani hanya membutuhkan secukupnya saja.

Yang tidak mempunyai malah akan diambil semuanya, termasuk yang dianggap ada padanya.
Sepertinya suatu ungkapan peringatan yang cukup menakutkan, kebalikan dari yang tertulis
diatas. Kita bisa membayangkan ungkapan “gelap mata” yang kurang lebih buta segala-
galanya. Yang kelihatan karena adanya cahaya seakan-akan sudah tidak kelihatan lagi.
Apalagi kalau berada di kegelapan yang begitu pekat, segalanya akan menjadi hitam kelam,
buta total walaupun mata terbuka untuk mencoba melihat.

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan ilmu padi yang kalau semakin banyak buahnya
akan semakin menunduk. Banyak orang bijak yang mengatakan bahwa semakin belajar
mengetahui sesuatu maka akan semakin tidak tahu karena kedalamannya tidak terukur.
Namun banyak orang merasa sok tahu seperti penulis, padahal hanya tahu sedikit sekali.
Jangan-jangan orang bijak hanya tersenyum saja melihat kesombongan yang sok tahu ini.
Nyatanya penge-tahu-an itu sendiri berproses dan bertahap-tahap.

Supaya terang cahaya itu dapat menyebar luas, maka diperlukan kaki dian. Kita bisa
membayangkan kaki dian pada zaman dulu, yang ditopang dengan tiga kaki agar tidak
terguling. Nyatanya dalam hidup ini kita juga selalu bertopang kepada Tuhan Yesus, Bunda
Maria maupun para kudus dan malaikat. Mungkin juga ada yang berpendapat bahwa topangan
kita hanya Allah Tri Tunggal Yang Maha Kudus. Yang jelas tanpa kaki dian tadi kita akan
terguling, yang jangan-jangan malah akan membakar seluruh isi rumah.

Dalam pemahaman penulis yang lain, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa
semuanya harus ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan. Memang Tuhan Yesus kita
yakini maha kuasa, yang bisa berbuat apa saja seturut kehendak-Nya. Namun sebagai manusia
sejati, Dia berkehendak melibatkan semua orang. Cahaya-Nya akan semakin terang menyinari
70
apabila kita semua ikut mengangkat-Nya ke atas. Semua berpartisipasi, maka Tuhan akan
menyelesaikan sisanya.

Penulis teringat akan pesan Bunda Maria di Medjugorje maupun pesan Tuhan Yesus melalui
Vassula. Kita diminta bahkan dimohon dengan sangat agar mendoakan Rusia agar kembali ke
pangkuan-Nya. Sepuluh tahun kemudian terjadilah perubahan yang begitu misteri, Rusia bisa
berubah. Kemudian mereka berdua juga meminta agar kita mendoakan Amerika yang sudah
menciptakan allah-allah lain dan berpaling dari padanya. Penulis pribadi meyakini bahwa
hancurnya WTC pada tanggal 11 September 2001 atas kehendak-Nya. Dan itulah bagian
misteri karya Allah yang tidak mungkin untuk dijelaskan.

Yesus dan Saudaranya


8:19 Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia
karena orang banyak. 8:20 Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-
Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." 8:21 Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku
dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
Ayat ini bisa dimaklumi apabila menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Bagi
penulis sendiri Bunda Maria adalah perempuan yang suci tanpa cela, yang tetap hidup
suci sebagai Bunda Allah. Perempuan yang tidak lagi memikirkan hubungan nafsu
badani karena alasan kebutuhan biologis. Mungkin hanya kita saja yang menyama-
ratakan, mensejajarkan Bunda Maria dengan kita; orang biasa yang masih dipenuhi
dengan segala macam nafsu. Padahal kita tahu bahwa Bunda Kita bukan orang biasa
namun yang terpilih, lebih dari segala-galanya.

Saudara tidak selalu berarti masih satu keturunan satu bapak dan atau satu ibu.
Keponakan dari bapak atau dari ibu, juga masih saudara. Kita bisa membayangkan
Bunda Maria sewaktu mengunjungi Elisabet saudaranya. Berapa puluh tahun perbedaan
usia kedua perempuan tersebut?

Mungkin kita perlu membedakan antara yang rohani dan yang jasmani, yang surgawi
dan yang duniawi. Menurut pemahaman penulis, Tuhan Yesus pada waktu itu lebih
menekankan keluarga yang rohani yang surgawi, yang menerima firman Allah dan
melakukannya. Bukan keluarga dari satu hubungan darah dan daging yang begitu
jasmani.

Kita bayangkan pada saat itu Tuhan Yesus sedang mengajarkan firman Allah. Saat itu
suasananya begitu serius, penuh dengan aroma rohani. Tuhan Yesus berharap agar
semua orang mau menjadi keluarga besar dalam kerajaan-Nya. Menjadi satu keluarga
yang dipertalikan oleh pertobatan melalui perbuatan melakukan firman Allah.
Kemudian ada orang yang menyela memberitahukan sesuatu yang juga berhubungan
dengan keluarga. Disinilah Tuhan Yesus malah semakin menekankan arti keluarga yang
Dia harapkan. Tuhan Yesus sebagai kepala keluarga dan kita semua diharapkan menjadi
anggota tubuh-Nya. Setiap titik dari anggota tubuh ini mempunyai nilai guna masing-
masing, yang tidak bisa disama ratakan.

Jelas, Tuhan Yesus sangat mengasihi Bundanya maupun saudara-saudara yang lain.
Kita diajar untuk lebih menghayati perbedaan makna saudara sedarah-daging dan
saudara seiman, sebagai pelaku firman Tuhan. Hubungan sedarah bisa pecah berantakan
dan terjadi perang saudara. Hubungan saudara karena seiman, se -pelaku firman, malah
mempersatukan yang tadinya tidak saling mengenal.
71

Angin Ribut diredakan


8:22. Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan
murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak
ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. 8:23 Dan ketika mereka
sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke
danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam
bahaya. 8:24 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia,
katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin
dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu
menjadi teduh. 8:25 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah
kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain:
"Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat
kepada-Nya?"
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus sepertinya sengaja mengajak para murid untuk
menyeberangi danau Galilea. Dan dengan sengaja pula Dia tidur seperti orang kelelahan.
Tuhan Yesus kepada khalayak ramai tidak ingin memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah.
Namun kepada para murid-Nya Dia ingin menguji, sampai seberapa besar iman kepercayaan
mereka. Masih bimbangkah mereka bahwa gurunya betul-betul maha kuasa terhadap apa
saja? Yakinkah mereka bahwa bersama Sang Guru pasti akan selamat, tidak ada yang perlu
dikuatirkan?

Nyatanya ketakutan masih juga menghinggapi mereka, padahal kebanyakan adalah nelayan
yang sudah berpengalaman. Mestinya diantara mereka sudah bisa dan mampu memperkirakan
cuaca seperti apa yang mengakibatkan badai. Angin taufan yang sekonyong-konyong
datangnya mungkin diluar perkiraan, atau malahan dapat dianggap aneh yang mengerikan.
Badai tersebut sudah diluar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Dalam ketakutan luar
biasa karena merasa akan binasa, satu-satunya jalan hanya pasrah kepada Sang Guru.

Kita bisa memperkirakan bahwa para murid masih menganggap gurunya hanya orang biasa,
namun mempunyai ilmu kesaktian yang hebat. Mereka pasti tahu dongeng nabi Musa dengan
tongkatnya ataupun nabi Elia dan nabi Elisa dengan jubahnya. Sang Guru ini tidak
menggunakan apapun, namun cukup dengan perkataan saja segalanya menurut. Rasanya
belum pernah ada seorang nabi yang kehebatannya seperti Sang Guru. Mereka masih berpikir
dan bertanya, siapakah gerangan Dia sebenarnya. Belum terpikirkan dan tidak bisa masuk
kedalam benak mereka bahwa Anak Manusia adalah Allah sejati yang hadir sebagai manusia.

Pada zaman sekarangpun pasti akan sangat sulit untuk mempercayai, apabila sekonyong-
konyong Tuhan Yesus hadir di hadapan kita. Masa iya, Tuhan Yesus sudi dan berkenan
melawat umatnya yang penuh dosa. Pasti roh lain yang mencoba mengganggu dan mengaku-
aku sebagai Dia. Repotnya lagi, tidak semua orang dapat melihat-Nya, hanya yang diberi
karunia saja yang bisa mendengar dan melihat. Misteri penglihatan tersebut pasti sulit untuk
dipercayai, apalagi dibuktikan secara ilmiah. Namun kalau kita renungkan, nyatanya Tuhan
Yesus menembus segala macam teori yang berlaku. Ya suka-suka Tuhan saja, apabila
memang dikehendaki-Nya.

Satu hal yang menjadi pegangan penulis, selama mau dekat dan pasrah kepada-Nya, mengapa
mesti kawatir akan segala hal. Jika kita mau ketempatan Roh-Nya dan Dia bersama kita, yang
jahat pasti akan pergi menjauh.

Mengusir Roh Jahat di Gerasa


8:26 Lalu mendaratlah Yesus dan murid-murid-Nya di tanah orang Gerasa yang terletak di
seberang Galilea. 8:27 Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu
menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak
72
tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan. 8:28 Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu
tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai
Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa
aku." 8:29 Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu.
Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu,
tetapi ia memutuskan segala pengikat itu dan ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang
sunyi. 8:30 Dan Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena
ia kerasukan banyak setan. 8:31 Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan
memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. 8:32 Adalah di sana sejumlah besar babi
sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia
memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka. 8:33
Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun
dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. 8:34 Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa
yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung
sekitarnya. 8:35 Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang
kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki
Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. 8:36 Orang-orang yang telah
melihat sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk setan itu
telah diselamatkan. 8:37 Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia
meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu
berlayar kembali. 8:38 Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia
diperkenankan menyertai-Nya. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kata-Nya: 8:39 "Pulanglah ke
rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Orang itupun
pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas
dirinya.
Kita bisa membayangkan seseorang yang kerasukan roh jahat, yang mempunyai kekuatan
tenaga tidak seperti biasanya. Apalagi kalau roh jahat yang merasukinya bukan hanya satu
atau dua, tetapi banyak sekali. Rantai dan belenggu yang memasungnya dapat diputuskan,
yang dapat membikin semua orang ketakutan. Untunglah ia lebih senang tinggal di pekuburan
dan tempat sunyi. Daerah pekuburan dan tempat-tempat sunyi sampai sekarang ini masih
dirasakan oleh banyak orang sebagai tempat yang membikin bulu roma berdiri. Tempat yang
sering membuat merinding, apalagi diwaktu petang sampai malam hari.

Kita bisa membayangkan bagaimana wajah para murid, ketika mendengar ucapan orang yang
kerasukan setan tersebut. “Yesus Anak Allah yang Mahatinggi” sepertinya menjawab
pertanyaan yang mereka lontarkan sewaktu masih di dalam perahu, setelah badai diredakan.
Roh jahat bahkan lebih mengenal siapakah sebenarnya Yesus, dibanding para murid yang
masih bingung dalam kebimbangan. Dan para roh jahat tersebut nyatanya takut serta
memohon jangan dimasukkan ke dalam jurang maut. Mereka bersedia diusir dari tubuh
manusia, dan memohon boleh pindah ke babi piaraan. Yang ditakuti oleh para roh jahat
adalah apabila dimasukkan ke dalam jurang maut. Jurang ini mungkin lebih kita kenal sebagai
neraka api kekal, yang tidak seorangpun bisa lepas dari tempat ini. Penderitaan abadi yang
tidak berkesudahan, pasti mengerikan.

Disini kita diajar betapa Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia. Satu jiwa manusia lebih
berharga dibandingkan sekawanan babi. Kitapun mendapat tugas pewartaan untuk membawa
jiwa-jiwa kembali ke pangkuan Tuhan, malalui proses perubahan dan pertobatan. Perubahan
menjadi lebih baik dan benar memang tidak segampang seperti yang kita ucapkan. Namun roh
kecil yang ditanamkan oleh Tuhan ke dalam diri kita, tahu persis mana yang baik dan benar,
maupun sebaliknya. Kita tidak bisa mengingkari bahwa ada juga rumput ilalang yang masih
hidup di dalam diri kita. Disinilah kita harus selalu rajin menyiangi ilalang agar jangan
sampai membesar.

Dalam kehidupan sehari-hari, malahan seringkali kita menghargai binatang bisa sebegitu
mahalnya. Nyawa manusia bahkan kadang-kadang dirasakan begitu murah. Tanpa
menyalahkan siapa-siapa, kita bisa melihat atau mendengar bagaimana nilai seekor anjing,
73
kuda, domba aduan, burung perkutut, ikan, bahkan termasuk jenis tumbuhan sebegitu
mahalnya. Berapa biaya perawatan untuk menjaga kesehatan binatang atau tumbuhan
tersebut? Penulispun pernah mengalami betapa memelihara berpuluh-puluh burung begitu
menyita waktu, sampai-sampai melupakan atau mengabaikan pekerjaan lain yang seharusnya
lebih utama.

Menurut pendapat penulis, orang Gerasa yang di seberang Galileapun sama dengan kita.
Mereka lebih takut kehilangan binatang peliharaan yang bisa mendatangkan keuntungan
materi daripada nilai seorang yang kerasukan iblis. Jangan-jangan keluarganyapun tidak
merasa rugi atau kehilangan, jika orang tersebut minggat bahkan mati. Kalau Tuhan Yesus
berlama-lama berada di Gerasa, jangan-jangan semua peliharaan dirasuki setan karena diusir
dari tubuh manusia.

Nyatanya si orang yang bekas kerasukan setan tersebut malah menjadi saksi Kristus. Dia
mewartakan kabar baik penuh sukacita, bagaimana Allah berkarya atas dirinya. Saksi-saksi
Kristus Yesus kelihatannya tidak harus selalu mengikuti-Nya kemana Dia pergi. Pengalaman
rohani dan jasmani yang dialami karena “disentuh” Tuhan Yesus, kelihatannya malah perlu
disampaikan kepada orang lain. Pengalaman pribadi yang menjadi bukti nyata bagaimana
seseorang berubah, itulah bagian dari kabar baik yang disampaikan. Mungkin itulah kesaksian
nyata yang perlu disampaikan bahwa Allah sudah hadir dan berkarya dengan penuh belas
kasih, tanpa pandang bulu.

Kita diajar untuk bersaksi, bagaimana kita disentuh Tuhan Yesus dengan penuh misteri.
Semua orang bisa menyaksikan bahwa kita telah bangkit dan berubah, tidak seperti dulu lagi.
Perubahan yang dapat dirasakan oleh banyak orang melalui perbuatan nyata. Biarlah orang
lain mendengar dan melihat perubahan kita. Masalah orang lain tergerak atau tidak, itu pribadi
masing-masing dan biarlah kita serahkan kepada Dia untuk menggerakkannya.

Membangkitkan anak Yairus dan Menyembuhkan


Sakit Pendarahan
8:40. Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan
Dia. 8:41 Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil
tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya, 8:42
karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir
mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.
8:43 Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak
berhasil disembuhkan oleh siapapun. 8:44 Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah
jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. 8:45 Lalu kata Yesus: "Siapa
yang menjamah Aku?" Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang
banyak mengerumuni dan mendesak Engkau." 8:46 Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang
menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku." 8:47 Ketika perempuan itu
melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan
menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu
juga menjadi sembuh. 8:48 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
8:49 Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan
berkata: "Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!" 8:50 Tetapi Yesus
mendengarnya dan berkata kepada Yairus: "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan
selamat." 8:51 Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk
dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. 8:52 Semua
orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: "Jangan menangis; ia tidak
mati, tetapi tidur." 8:53 Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah
mati. 8:54 Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: "Hai anak bangunlah!"
8:55 Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh
74
mereka memberi anak itu makan. 8:56 Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang
mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.
Tulisan di atas ada dua peristiwa yang hampir bersamaan; keduanya membutuhkan
pertolongan Tuhan Yesus untuk disembuhkan. Kita bisa membayangkan bagaimana situasi
waktu itu, banyak orang berdesakan ingin bertemu Tuhan Yesus. Orang yang berdesakan itu
pasti mempunyai maksud, paling tidak ingin disembuhkan dari sakit. Sakit penyakit yang
jasmani maupun rohani. Ngapain berdesakan kalau tidak mempunyai keinginan apapun?

Kita bisa belajar dari seorang perempuan yang menderita pendarahan begitu lama. Kita coba
merenung bagaimana kekuatan iman dan usaha yang begitu gigih untuk “menjamah” Dia,
pasti akan diselamatkan. Bagaimana omongan ataupun bahasa tubuh orang lain yang tidak
suka, tidak perlu dihiraukan dan menjadi batu sandungan. Yang lebih penting bertemu Sang
Penyembuh dan percaya, maka segalanya bisa terjadi. Tidak gampang membangun
kepasrahan dengan penuh iman, kemudian berusaha menemui-Nya.

Kemudian kita diajar kembali untuk percaya bahwa Dia begitu maha kuasa. Yang dianggap
mustahil atau tidak mungkin, segalanya bisa terjadi. “Percayalah!” Disinilah yang amat
berat, karena kita begitu mudah untuk bimbang dan ragu. Apa iya, ya? Jangan-jangan ..., dan
kata sejenisnya sering muncul dalam benak ini. Kelihatannya Yairus dan isterinya lebih
pasrah kepada Tuhan Yesus. Mau diapakan saja terserah. Jika sekiranya memang sudah
kehendak-Nya untuk meninggal, pastilah ada satu perbuatan yang akan dilakukan Tuhan
Yesus. Kalau Tuhan berkehendak lain sesuai dengan yang diharapkan, itulah buah-buah dari
kepasrahan. Tuhan Yesus sengaja memilih untuk memberikan mukjizat yang mengherankan
bagi banyak orang.

Pada zaman sekarang ini, apakah menghidupkan orang mati masih bisa dilakukan oleh
pengikut Kristus Yesus? Kita tahu bahwa pada waktunya nanti Simon Petrus dan Yohanes
menerima kuasa untuk menghidupkan orang mati. Penulispun merasa yakin bahwa apabila
Dia menghendaki, kuasa-Nya menghidupkan masih bisa terjadi sampai sekarang ini. Mungkin
banyak ahli akan membantah bahwa yang bersangkutan belum mati, namun masih dalam taraf
mati suri dan mungkin istiah-istilah lainnya.

Penulis mecoba melihat bahwa hanya Petrus, Yohanes dan Yakobus murid-Nya yang boleh
menyaksikan peristiwa terjadinya mukjizat. Rasul-rasul lainnya tidak boleh ikut masuk ke
dalam kamar anak tersebut. Tiga rasul istimewa yang mendapat perlakuan berbeda dibanding
dengan yang lain. Pastilah ada maksud tertentu mengapa Tuhan Yesus memilih tiga rasul ini,
sewaktu ada kejadian atau peristiwa yang begitu khusus. Mereka bertiga sepertinya memang
dipersiapkan lebih khusus, apapun itu.

Bab 9- Pengutusan, Memberi Makan Orang


Banyak dan Transfigurasi
Mengutus keduabelas Murid
9:1. Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada
mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. 9:2 Dan Ia
mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, 9:3 kata-
Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat
atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. 9:4 Dan apabila kamu sudah diterima dalam
suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. 9:5 Dan kalau ada orang
75
yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari
kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."
9:6 Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan
menyembuhkan orang sakit di segala tempat.
Menurut pemahaman penulis, kelihatannya para murid mendapat tugas pengutusan
memberitakan Kerajaan Allah. Untuk itu mereka dibekali dengan kekuatan dan kuasa yang
hebat. Namun ada suatu hal yang menarik bahwa para murid dilarang membawa apapun.
Mereka tidak boleh kuatir tentang bekal makanan maupun pakaian, karena sering kali hal ini
yang menjadi batu sandungan. Masih ada orang baik yang mau menerima mereka. Kalau toch
ada yang menolak, janganlah tolakan itu menjadi suatu hambatan yang dapat menimbulkan
dendam, mengganjal di hati. Hanya karena ditolak, jangan sampai hal tersebut menjadi
sandungan sewaktu mewartakan Kerajaan Allah.

Kelihatannya perbuatan mengebaskan debu dari tubuh mempunyai makna yang tidak disukai
orang. Mungkin hampir sama kalau seseorang meludah di hadapan orang lain dengan sikap
tertentu. Perbuatan-perbuatan tersebut tentunya meninggalkan bekas bagi orang lain yang
merasa, bahwa ada sesuatu yang membikin tidak suka. Namun dari sisi lain dapat dipahami
bahwa kebasan debu menjadi simbul pakaian yang tidak berdebu, alias hati pikiran yang
jangan sampai terkotori oleh hal-hal yang kecil atau sepele.

Kita diajar untuk melupakan segala macam yang tidak mengenakkan hati, walaupun badan ini
tidak ada sedikitpun yang terluka. Kita diajar untuk mengerti perbuatan orang lain, dan
kemudian memaklumi mengapa melakukan seperti itu. Dengan bisa memaklumi maka kita
akan terbebas dari pikiran-pikiran negatif, yang akan menjadi beban dan batu sandungan.
Tidak ada ingatan lagi yang mengisi memori yang membuat kesal kepada seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya setiap orang yang sudah dibaptis akan menjadi
keluarga Allah atau warga gereja. Mereka mendapat tugas atau kewajiban untuk mewartakan
Kerajaan Allah. Tugas pewartaan ini tidak selalu menenteng Kitab Suci kemana-mana, namun
dapat disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Menurut penulis, yang paling
gampang adalah menjadi orang baik dan benar, yang dapat menjadi contoh di sekitarnya.
Contoh inilah mungkin wujud nyata menjadi murid Tuhan Yesus, yang merupakan orang
pilihan. Yang disebut pilihan atau panutan, biasanya lebih sedikit daripada umumnya.
Memberitakan Injil atau kabar keselamatan adalah perbuatan nyata yang dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar. Perbuatan ini nyatanya tidak selalu membutuhkan materi, tidak
memerlukan imbalan, tidak mengharuskan merubah agama dan sebagainya.

Sebenarnya para murid Kristus dapat menyembuhkan orang yang sakit. Sakit disini tidak
melulu sakit jasmani, namun bisa sakit yang lain-lain. Kita bisa mengklasifikasikan bahwa
orang yang kelakuannya tidak baik dan tidak benar termasuk orang yang sedang sakit. Hampir
semua orang sebenarnya merindukan kesehatan jasmani dan rohani, lahir dan batin. Satu
orang saja berubah menjadi baik dan benar, keluarga di surga akan sangat bersukacita.
Mungkin saja untuk yang seorang ini diperlukan waktu khusus untuk “menyembuhkan”
sehingga perhatian tertumpah hanya kepadanya untuk beberapa saat.

Herodes dan Yesus


9:7 Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan iapun merasa cemas, sebab ada
orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. 9:8 Ada lagi yang
mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang
dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. 9:9 Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal
kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Lalu ia
berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.
76
Kelihatannya pada waktu itu kabar tentang Yesus menjadi bermacam-macam. Cerita
reinkarnasi sepertinya sudah dikenal di zaman Yahudi. Penulis tidak tahu persis apakah
sebelumnya pernah ada suatu nubuat yang mengatakan bahwa akan ada nabi yang telah tiada
akan datang kembali. Penulis hanya mengetahui bahwa ada cerita nabi Elia akan datang
kembali. Dan kabar seperti itu pasti membuat geger, cepat menyebar kemana-mana. Mungkin
saja cerita tersebut penuh dengan bumbu penyedap, agar semakin terasa misterinya. Nyatanya
raja Herodespun merasa cemas, dan jangan-jangan Dia yang dapat menggeser kedudukannya.
Sayangnya sebagai seorang raja, ia tidak dapat keluyuran seenaknya seperti orang biasa.
Paling yang dapat dilakukan memerintah anak buah untuk mengundang Dia datang ke istana.
Namun Tuhan Yesuspun sepertinya tidak ingin berjumpa dengan Herodes, sebelum tiba
waktunya.

Sekecil apapun, mestinya Herodes diliputi rasa bersalah dan kawatir, jangan-jangan akan ada
suatu pembalasan. Membunuh adalah melawan salah satu ajaran dari sepuluh perintah Allah.
Dan mestinya Herodes tahu persis akan hal itu, karena dia orang Yahudi. Siapapun orang
yang diliputi rasa bersalah pada umumnya membutuhkan pelepasan agar tidak selalu menjadi
ganjalan. Tempat pelepasan ataupun curahan hati ini biasanya juga bukan sembarang tempat
atau sembarang orang. Mereka harus mempunyai kelebihan nilai tertentu menurut pandangan
umum. Mungkin inilah mengapa Herodes ingin bertemu Tuhan Yesus.

Memberi Makan limaribu orang


9:10. Sekembalinya rasul-rasul itu menceriterakan kepada Yesus apa yang telah mereka kerjakan.
Lalu Yesus membawa mereka dan menyingkir ke sebuah kota yang bernama Betsaida, sehingga
hanya mereka saja bersama Dia. 9:11 Akan tetapi orang banyak mengetahuinya, lalu mengikuti
Dia. Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia
menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan.
9:12 Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-Nya kepada-Nya dan berkata:
"Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung
sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat
yang sunyi." 9:13 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!"
Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali
kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." 9:14 Sebab di situ ada kira-
kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka
duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok." 9:15 Murid-murid
melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. 9:16 Dan setelah Ia mengambil lima
roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu
dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
9:17 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan
roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.
Betsaida kalau tidak salah terletak di pinggir pantai utara danau Galilea. Dikenal dengan
gerejanya yang bermozaik lima roti dan dua ikan. Penulis tidak bisa membayangkan
suasana pada waktu itu, bagaimana orang berkumpul lebih dari lima ribu orang.
Hebatnya lagi, bagaimana orang sebanyak itu bisa mendengarkan kotbah Kerajaan
Allah. Gereja zaman sekarang yang tempat duduknya berisi penuh, anggaplah seribu
orang saja, yang di belakang tidak dapat mendengar kotbah pastor jika tanpa pengeras
suara. Tuhan Yesus berbicara di tempat terbuka, di pinggir danau. Kemungkinan besar
kalau dipikir secara nalar, tempat tersebut bagaikan amphitheater yang dapat
memantulkan gelombang suara dengan jelas.

Di zaman sekarang, suasana seperti di atas adalah peluang bisnis untuk mendapatkan
keuntungan. Karena tempat yang sunyi, apabila berjualan makanan pasti
menguntungkan. Pasti banyak orang yang membutuhkan makanan pengisi perut, paling
tidak bagi anak-anak yang bersama dengan orang tuanya.
77

Nyatanya Tuhan Yesus penuh dengan belas kasihan kepada mereka semua. Mukjizat
besar terjadi karena banyak orang dikenyangkan dari pecahan roti yang hanya lima
buah. Ikan yang hanya dua ekor. Penulis merasa yakin bahwa mukjizat tersebut benar-
benar terjadi, maka sampai dituliskan oleh Lukas. Hanya saja jumlah orang yang hadir
mungkin tidak sampai sebanyak itu. Menekankan inti mukjizat memberi makan banyak
orang, maka perlu dituliskan angka yang relatif besar agar semakin punya nilai lebih.

“Kamu harus memberi mereka makan!” Kata-kata ini yang sering penulis rasakan
sewaktu doa makan dalam kelompok lingkungan. Dalam doa tersebut, kita sering
mendoakan saudara-saudara kita yang belum mendapat rezeki. Seolah-olah kita
menyuruh Tuhan agar menyediakan rezeki bagi mereka yang belum makan. Jadi
sewaktu kita sedang menikmati makanan dari tuan rumah, biarlah yang di luar sana
diurusi oleh Tuhan sendiri. Kita merasa terbebas dari segala macam pikiran, beban atau
apapun namanya, karena Tuhan yang berkarya.

Dalam suatu doa, penulis mengucap juga demikian, dan agak tersentak ketika seperti
ada suara yang menggema di dalam hati. Suara tersebut kurang lebih berkata :”Itu
kewajibanmu!” Sejak saat itu penulis tidak berani lagi memohon untuk mereka yang
belum bisa makan. Mungkin malah mendekati janji, semoga dari segala makanan dan
minuman tersebut akan memberikan berkat, kekuatan untuk bekerja dan berkarya agar
dapat membantu kekurangan orang yang membutuhkan.

Tuhan Yesus meminta kepada mereka untuk duduk berkelompok sekitar limapuluhan
orang dalam satu kelompok. Dengan duduk berkelompok, maka akan lebih mudah
menghitung berapa banyak orang yang harus diberi makan. Kita mungkin bisa
membayangkan bagaimana mereka berkelompok, saling berbicara atau ngobrol.
Mungkin istilah kerennya sedang sharing atau berbagi pengalaman hidup, setelah
mendengarkan kotbah Tuhan Yesus. Dari sharing tersebut, pasti ada sesuatu hal yang
dapat menggugah atau menyentuh hati. Sentuhan hati inilah yang diharapkan dapat
merubah pikiran dan hati untuk berbuat yang lebih baik dan benar.

Dan terjadilah mukjizat yang sisanya sampai duabelas bakul. Mungkin saja angka
duabelas ini mengandung suatu ungkapan yang lebih dalam dan kita masing-masing
bisa berandai-andai. Dari mana mereka mendapatkan bakul kosong yang kemudian diisi
sisa roti?

Pengakuan Petrus
9:18. Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" 9:19 Jawab mereka:
"Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa
seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." 9:20 Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut
kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." 9:21 Lalu Yesus melarang mereka
dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun.
Simon Petrus kelihatannya tanpa ragu-ragu berkata bahwa Sang Guru adalah Mesias dari
Allah. Yang Terurapi dari Allah dapat dikatakan orang yang benar-benar terpilih oleh Allah
sendiri. Menurut pemahaman penulis, pada saat itu Petrus menjawab secara spontan begitu
saja. Dia merasa yakin bahwa gurunya bukan Yohanes Pembaptis, bukan Elia dan bukan juga
nabi-nabi yang bangkit. Dia lebih tinggi dan lebih hebat dari itu, lebih segala-galanya, dan
yang paling pas ya Mesias. Mungkin pada waktu itu Roh Kudus yang berkarya dalam diri
Petrus.
78

Hanya satu hal, penulis merasa bahwa Petrus maupun rasul lainnya belum berpikir bahwa
gurunya adalah Tuhan, Allah sendiri yang hadir menjadi manusia sejati. Pada saat itu,
anggapannya adalah bagaimana mungkin Allah mau menjilma menjadi manusia biasa.
Mungkin bagi para ahli Taurat, sebutan Mesias mempunyai makna tersendiri, yang lebih
tinggi lagi dibanding pemikiran para rasul. Disinilah Tuhan Yesus melarang jangan sampai
orang lain tahu bahwa Dialah Mesias yang dinubuatkan para nabi terdahulu. Biarlah semua
orang lain menduga-duga atau menganggap Dia sebagai siapapun.

Dalam pemahaman penulis, Simon Petrus mungkin termasuk orang baik yang keras hati,
gampang ceplas-ceplos, bahasanya tidak halus. Dari sisi lain, dia termasuk orang yang
gampang menyesali diri sampai sedih, apabila disadari perbuatannya keliru. Dia termasuk
orang yang kokoh, kukuh dan keukeuh, ya wataknya ya percayanya maupun tangisnya.
Dalam bahasa Jawa temuwa yang kurang lebih merasa lebih tua mewakili rasul yang lain dan
dituakan. Mungkin hanya dia yang sudah berkeluarga, entah sudah berputera atau belum.

Dan hebatnya, Tuhan Yesus memilih para rasul dari orang kebanyakan, yang pasti diluar
perkiraan banyak orang pada umumnya. Sepertinya yang dipilih orang-orang sederhana,
polos, apa adanya. Bukan dari kalangan ilmiah, para ahli Kitab Suci, ahli tafsir dan
sejenisnya. Apakah hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berpikir secara sederhana,
apa adanya, yang tidak memerlukan penilitian dan perenungan yang sulit? Mengajarkan
kepada kita untuk berani pasrah total, biar Roh Kudus bisa berkarya dengan bebas dalam diri
kita?

Pemberitahuan pertama tentang Penderitaan


Yesus
9:22 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada
hari ketiga."
Menurut pemahaman penulis, pada saat itu para rasul pasti bertanya-tanya apa yang dimaksud
dengan kata-kata tersebut di atas. Pasti tidak terbayangkan bahwa Sang Guru akan menderita
sampai mati di salib, seperti yang kita ketahui sekarang ini. Kata-kata tersebut mereka catat
dalam hati, dengan harapan suatu ketika nanti gurunya mau menjelaskan lebih rinci. Kata-kata
tersebut pasti mempunyai makna yang sangat penting, apapun yang akan terjadi kemudian.

Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini, para pengikut Kristus-pun harus berani mengalami
penderitaan dan ditolak dimana-mana. Dicemooh dan dilecehkan karena menjadi pengikut
Kristus. Siapkah kita mengalami penderitaan dan pembunuhan? Pembunuhan zaman sekarang
ini tidaklah harus mati dan dikubur, namun dapat dijabarkan banyak sekali. Pembunuhan
karakter, mata pencaharian, menyampaikan pendapat, kesempatan untuk maju dan
sebagainya. Dan semua itu gara-garanya hanya satu, karena berani menjadi pengikut Tuhan
Yesus Kristus. Pada saatnya nanti pasti akan dibangkitkan dari “kematian” tersebut.

Mungkin kita harus selalu berdoa secara tekun, memohon kasih dan damai-Nya agar
memancar, menyelusup ke setiap hati manusia. Rasanya tidak ada cara lain kecuali dengan
doa yang sungguh-sungguh, untuk kedamaian dunia yang tidak ada damai dan sejahtera ini.
Sekali lagi Tuhan Yesus mengajak kita untuk ambil bagian dalam karya keselamatan.
79
Kita diajak untuk menderita dan mematikan diri kita, ego kita, agar Roh Allah bisa
menghidupkan kita menjadi manusia baru, anak-anak Allah. Lepas dari jeratan kerjaaan dunia
yang begitu mempesona dan menggiurkan, walaupun untuk itu harus siap menderita.

Syarat mengikut Yesus


9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 9:24 Karena barangsiapa
mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. 9:25 Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? 9:26 Sebab
barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu
karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa
dan malaikat-malaikat kudus.
Penulis merasa bingung dengan ajaran dan ungkapan yang disampaikan Tuhan Yesus ini.
Apalagi di kalimat terakhir yang lebih mengherankan, kalau kita terima dengan nalar.
Bagaimana melaksanakan penyangkalan diri? Dalam benak penulis yang terlintas adalah
berani mengalah. Mengalahkan diri sendiri yang berarti belajar mematikan ego pribadi.
Mungkin berani mengakui bahwa diri ini bukan apa-apa, tidak berarti yang buahnya adalah
mematikan kesombongan. Kita ini sebenarnya buka apa-apa dan bukan siapa-siapa di hadapan
Allah. Begitu kecil dan tidak berarti, begitu lemah dan gampang jatuh dalam dosa.

Disisi lain yang lebih rohani, penulis harus berani mengatakan bahwa penulis masih termasuk
kedalam kelompok orang munafik. Contoh sederhana adalah melarang anak untuk tidak
merokok, sedangkan diri sendiri menjadi perokok berat. Tahu bahwa rokok tidak baik untuk
kesehatan, seperti tercantum dalam bungkusnya. Dalam debat gurauan, penulis beralasan
bahwa merokok adalah salah satu cara menyelamatkan para pegawai pabrik rokok agar tidak
menganggur. Jika semua perokok di Indonesia berhenti merokok, berapa ribu orang yang
akan terkena PHK, karena bekerja di pabrik rokok? Dengan masih bergurau, menyatakan
betapa para perokok itu berani berkorban bagi kelangsungan hidup orang lain. Seringkali kita
tahu bahwa kita telah berbuat salah, namun tidak mau terbuka mengakui bahwa telah keliru.
Kita lebih senang untuk bersilat lidah, mempertahankan diri dengan seribu satu macam
alasan, demi pembenaran diri. Kita bisa merasakan bahwa pembenaran diri nyatanya
berlawanan dengan penyangkalan diri.

Penyangkalan diri rasanya perlu dilatih mulai dari sekarang. Belajar berani mengakui bukan
hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan orang lain. Jika keliru, ya berani berterus
terang bahwa keliru, walaupun di hadapan anak kecil sekalipun. Berarti belajar untuk berani
mengakui kebenaran orang lain, walaupun dihadapan orang banyak. Rasanya jika berani
mengakui kekurangan ataupun kesalahan, mestinya tidak ada perdebatan ataupun perselisihan.
Kita bukan orang yang paling baik maupun yang paling benar.

Memikul salib dalam pemahaman penulis adalah keberanian dan kesiapan menerima
“aniaya,” sebagai konsekuensi logis karena mengikut Tuhan Yesus. Yang agak dalam lagi,
sepertinya makna salib malah lebih merupakan “beban” yang harus ditanggung setiap waktu
karena mengikuti dan melaksanakan ajaran Tuhan Yesus. Secara gampangnya, jika kita
konsekuen berpihak kepada kebenaran, kebaikan, keadilan, kesejahteraan bersama, maka kita
harus siap menerima dan memanggul salib.

Kita bisa merasakan sendiri bagaimana antara hati dan jiwa yang sering bertentangan dengan
pikiran akalbudi. Pertentangan tersebut nyatanya yang sering menang adalah pikiran akalbudi
ini, yang lebih berpihak kepada kenikmatan duniawi. Kalau mengikuti suara hati, anggaplah
sesuatu itu harus ditolak karena tidak sesuai, maka itu pilihan. Namun kebutuhan yang lebih
80
jasmani membisikkan agar jangan ditolak, terus pikiran akalbudi ini mulai membuat rekayasa
model argumentasi. Jika dalam perang batin suara hati yang menang, maka jasmani yang
kasat mata ini harus siap memikul beban yang dipilihnya. Beban itu sendiri nyatanya akan
menjalar kemana-mana sampai ke yang tidak kasat mata. Setiap pilihan mempunyai risikonya
masing-masing, entah risiko positif atau negatif tergantung kita menilainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengeluh karena beban yang kita pikul terasa
begitu berat. Model keluhan kita bisa macam-macam, yang ujung-ujunnya sering
menyalahkan situasi, kondisi, orang atau kelompok lainnya. Dalam hal ini kembali lagi kita
terjebak dalam lingkaran, tetap ingin mempertahankan pembenaran diri. Kalau bisa, semoga
Tuhan mau meringankan beban tersebut. Kita sering lupa bahwa beban tersebut adalah salib
yang telah kita pilih sendiri.

Yang lebih konyol lagi apabila segala macam beban kita anggap sebagai salib. Sebagai
contoh, kita ngebut naik motor tanpa memperhatikan situasi dan kemungkinan yang akan
terjadi. Tejadilah tabrakan atau kecelakaan tunggal yang mengakibatkan kita luka parah.
Terus kita anggap ini sebagai salib yang harus kita pikul. Inginnya semua beban tersebut kita
serahkan kepada Tuhan, terus kita berharap semoga Dia memberikan solusi instan sehingga
kita terbebas dari beban secepat mungkin. Kita lupa bahwa beban salib Tuhan Yesus sudah
terlalu berat.

Beranikah kita mengurut melihat ke belakang, introspeksi, mawas diri, mencari akar
penyebab dari segala macam datangnya beban. Kalau kita berani jujur dengan diri sendiri,
jangan-jangan kita malah mengucap syukur dan melakukan penyangkalan diri. Kita bisa
berjalan bersama sambil memikul salib dan Tuhan Yesus mendampingi kita, menunjukkan
jalan lurus yang harus kita tempuh.

Selanjutnya, siapkah kita kehilangan nyawa karena ikut Dia? Kehilangan nyawa dapat
diibaratkan sebagai suatu perjalanan ziarah yang sudah sampai di akhir. Mati dan tidak dapat
diulang ingin hidup kembali. Dan semua orang akan mengalami hal ini, entah kapan
waktunya dan tidak bisa ditolak. Upah setelah kehilangan nyawa adalah menerima kembali
nyawa tersebut. Dan itulah keselamatan jiwa yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri.

Mari kita bayangkan jika kematian telah merenggut kehidupan kita di dunia ini. Jasmani yang
terbujur kaku atau hancur lebur atau apapun, diurus keluarga dan dikuburkan atau dibakar.
Nyawa kita terlepas dari jasmani dan apa yang akan dibawa oleh nyawa kita? Menurut
penulis, nyawa kita tidak membawa apa-apa kecuali (mungkin) memori perjalanan hidup
yang kita pilih. Nyawa atau jiwa kita akan memasuki suasana atau keadaan kehidupan baru
yang kekal, entah seperti apa. Kita bayangkan saja bahwa ada dua macam keadaan setelah
tubuh badan wadhag ini mati, jiwa akan dibawa ke suatu tempat atau keadaan yang kita sebut
surga atau neraka. Surga sebagai tempat mulia yang kekal dan neraka sebagai tempat
sengsara yang kekal. Kekal berarti tidak ada batas waktunya sampai kapanpun. Hidup mulia
bahagia selamanya bersama Tuhan atau hidup sengsara selamanya bersama Iblis?

Yang namanya hidup mulia, bahagia, diakui dalam keluarga Allah pasti menjadi dambaan.
Kita bisa beranggapan bahwa siapa yang tidak dikuasai dunia, maka dia yang akan
diselamatkan dan dikaruniai surga. Yang jelas, kerajaan surga adalah karunia dari Allah
sendiri, bukan dari keinginan kita. Kita hanya bisa berharap, semoga Tuhan berkenan
mengampuni kesalahan dan dosa kita.

Sengsara yang mengerikan tanpa batas waktu, jelas tidak diinginkan oleh semua orang. Dan
siapa yang dikuasai dunia, maka dia yang akan dicampakkan ke neraka. Untungnya masih
81
ada dua macam neraka, yaitu neraka sementara dan neraka kekal. Semuanya ini karena kasih
Allah kepada umat ciptaan-Nya. Neraka sementara mungkin lebih kita kenal sebagai Api
Penyucian. Apabila kita dimasukkan ke dalam Api Penyucian, berarti kita dibakar untuk
dibersihkan dari segala macam kotoran. Sebutan jiwa sudah berubah menjadi anggaplah
sukma. Begitu sukma sudah menjadi bersih, entah berapa lama disucikannya, maka kita sebut
saja sebagai roh yang sudah suci. Roh tersebut terangkat dan boleh bersatu dengan semua
keluarga kudus di surga.

Kita bayangkan saja kira-kira seperti apa hukuman neraka kekal yang akan kita alami, kalau
dimasukkan kesana. Nyawa yang dihukum dan nyawa tersebut tidak bisa mati lagi.
Merasakan “kesakitan” yang tanpa ada batas waktunya lagi. Mungkin membayangkan hal ini
sudah cukup mengerikan, namun itulah pilihan yang ditawarkan kepada kita. Kita semua pasti
tidak mau dan menolak untuk tinggal disana selamanya.

Kemudian kita kembali merenungi perjalanan hidup kita selama ini, kira-kira apa sudah sesuai
dengan ajaran-Nya atau malahan melenceng jauh. Bagi penulis sendiri, nyatanya masih
merasa jauh dari apa yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus. Berbahagialah karena masih ada
waktu untuk merubah pilihan, sebelum batas waktunya berakhir. Kapan lagi kalau tidak mulai
sekarang ini! Mulai belajar menyangkal diri, memanggul salib pribadi dan mengikut Tuhan
Yesus melalui perbuatan nyata.

9:27 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak
akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah."
Ayat ini sangat membingungkan untuk dipahami secara nalar jasmani. Mungkin kita perlu
kejelasan tentang arti Kerajaan Allah itu sendiri. Kerajaan Allah sering ditafsirkan sebagai
surga dimana Allah sendiri yang memerintah dan dimuliakan. Tafsiran tersebut akan menjadi
lain jika dalam kalimat “Kerajaan Allah sudah dekat, atau Kerajaan Allah berada ditengah-
tengahmu.” Dalam kalimat ini seolah-olah Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa Dialah
Kerajaan Allah itu sendiri. Sang Kerajaan Allah yang menjadi manusia biasa, tanpa terlihat
kemuliaan-Nya. Berarti bicara tentang Kerajaan Allah, mau tidak mau harus menggunakan
bahasa rohani, bukan bahasa jasmani.

Dari sekian banyak yang hadir di hadapan Tuhan Yesus, ada beberapa orang yang tidak akan
mati, sebelum melihat kemuliaan-Nya. Penulis tidak tahu seberapa banyak murid yang
sedang berkumpul pada waktu itu, dan berapa orang dari muridnya yang lain yang sudah dan
akan meninggal. Kalimat diatas sepertinya menekankan bahwa yang mayoritas lebih dahulu
mati, sedangkan yang sedikit masih tetap hidup.

Pemahaman pertama adalah ketika Tuhan Yesus berubah rupa di gunung Tabor, disaksikan
oleh ketiga murid-Nya. Tuhan Yesus terlihat berubah penuh dengan kemuliaan. Penulis tidak
bisa membayangkan seperti apa kira-kira kemuliaan yang diperlihatkan Tuhan Yesus pada
waktu itu. Namun rasul yang lain nyatanya juga masih hidup.

Pemahaman kedua adalah saat Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Dalam
kuasa Roh Kudus mereka dapat “melihat” kemuliaan Tuhan dalam Kerajaan-Nya. Mereka
pasti merasakan sesuatu yang sungguh-sungguh mengherankan, karena kuasa Roh Kudus, dan
susah diterima dengan akal atau nalar kita. Namun siapakah yang sudah meninggal duluan?

Pemahaman ketiga, apakah Stefanus yang dianiaya sampai mati? Sebelum mati dalam
kesengsaraan dia melihat langit terbuka, kemudian ia melihat kemuliaan Allah. Tuhan Yesus
terlihat berdiri di sisi kanan Allah seperti akan menyambutnya. Mungkin dialah martir
pertama yang menjadi pengikut Kristus.
82

Pemahaman keempat mungkin agak nyeleneh atau aneh. Pemahaman secara rohani, bukan
yang duniawi dan ilmiah. Penulis merasakan bahwa tidak semua orang baik sewaktu
meninggal langsung masuk kerajaan surga. Sebaik apapun kita, disadari atau tidak, pasti
pernah berbuat sesuatu dimana Tuhan tidak berkenan. Pada dasarnya, jiwa kita ini tidak bisa
mati. Seperti apa dan berada dimana roh itu, penulis tidak tahu persis, yang jelas berada di
dalam diri kita masing-masing. Anggap saja di hati sanubari yang paling dalam. Hanya orang-
orang terpilih saja yang begitu meninggal jiwanya “tidak mati”, tetapi bangkit dan langsung
mencari atau dijemput yang kudus, menjadi roh yang memasuki Kerajaan Allah. Yang
mayoritas atau yang banyak ini sepertinya “istirahat, atau tiduran dulu” menunggu di alam
yang lain lagi. Kemungkinan alam lain ini yang bukan surga ataupun neraka yang kekal.
Mereka belum mendapat karunia melihat dan menikmati Kerajaan Allah. Mereka sepertinya
harus melewati keadaan tertentu untuk jangka waktu, sesuai kehendak Tuhan.

Mungkin kita perlu merenungkan kata-kata Stefanus martir :"Sungguh, aku melihat langit
terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah" sebelum dia meninggal. Rohnya tidak
mati namun langsung dijemput masuk ke dalam kemuliaan Allah.

Ajaran gereja memperkenalkan kepada kita tentang Api Penyucian, demikian juga dalam
syahadat diperkenalkan juga Tempat Penantian. Disinilah penulis susah untuk memahami
secara pasti, seperti apa itu Api Pencucian ataupun Tempat Penantian. Mungkin malah ada
suatu istilah lain untuk tempat-tempat tersebut, yang mungkin begitu luas. Namun secara
bodoh kita bisa menganggap bahwa tempat-tempat tersebut berada di antara surga dan neraka.

Dimuliakan di atas Gunung (Transfigurasi)


9:28. Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus
membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung
untuk berdoa. 9:29 Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah
dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. 9:30 Dan tampaklah
dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. 9:31 Keduanya
menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan
kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. 9:32 Sementara
itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka
terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua
orang yang berdiri di dekat-Nya itu. 9:33 Dan ketika kedua orang itu
hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru,
betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan
sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu
untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. 9:34
Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke
dalam awan itu, takutlah mereka. 9:35 Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata:
"Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." 9:36 Ketika suara itu terdengar, nampaklah
Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak
menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.
Gunung dimana Tuhan Yesus memperlihatkan kemuliaan-Nya, dikenal sebagai Gunung
Tabor. Transfigurasi Tuhan Yesus disaksikan hanya oleh tiga murid terpilih-Nya. Mereka
melihat bahwa Musa dan Elia sedang ngobrol dengan Tuhan Yesus. Dalam pemahaman
penulis, nabi Musa dan nabi Elia sepertinya mempunyai nilai tersendiri yang agak berbeda
dengan nabi-nabi lain.

Nabi Musa kita kenal sebagai pembebas bangsa Israel dari tanah Mesir menuju tanah
perjanjian. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh untuk memasuki tanah Kanaan yang
dijanjikan, nyatanya diperlukan waktu empatpuluh tahun. Nabi Musa sendiri tidak ikut masuk
ke Kanaan dan hanya sampai Gunung Nebo di Yordania dan meninggal disana.
83
Kepadanyalah diberikan sepuluh Perintah Allah yang masih berlaku sampai sekarang dan
selamanya.

Nabi Elia kita kenal sebagai nabi yang sakti dan dapat “terbang”, yang mengalahkan banyak
para dukun atau tukang sihir sewaktu lomba mempersembahkan korban bakaran. Akhirnya
para dukun tersebut dibunuh karena telah menyesatkan banyak orang Yahudi. Dialah nabi
yang (tidak) mati naik ke sorga dengan jiwa dan raganya dijemput kereta.

Dari hal tersebut penulis merasakan bahwa yang namanya ngobrol rohani dengan yang kudus
(istilah kerennya berdoa), nyatanya tidak selalu harus atau hanya dengan Allah sendiri. Tuhan
Yesus sendiri dalam berdoa, memberi contoh nyata berbicara dengan Musa dan Elia. Disini
kita diajar bahwa devosi kepada orang kudus dan minta bantuannya tidaklah keliru karena
Tuhan maha baik. Minta bantuan untuk menuju kebaikan dan kebenaran nyatanya sah-sah
saja.

Kita bisa merasakan bahwa pada awalnya para rasulpun bukan pendoa yang baik, karena
seringkali malah ketiduran membiarkan gurunya berdoa sendirian. Mungkin disinilah Tuhan
Yesus ingin mengajarkan sesuatu yang begitu rahasia. Dia ingin memperlihatkan bahwa diri-
Nya betul-betul Tuhan Allah yang penuh kemuliaan. Demikian juga Musa dan Elia yang
sudah menjadi penghuni Surga terlihat penuh kemuliaan. Berempat semalaman di gunung,
pastilah banyak ajaran penting yang diberikan untuk mereka bertiga. Sepertinya rasul Petrus,
Yohanes dan Yakobus dipersiapkan untuk menjadi rasul yang penuh dengan pengetahuan
rohani, sampai pada waktunya. Rasul lainnya mungkin akan menjadi rasul sesepuh yang dapat
menjadi panutan.

Kita bisa membayangkan bagaimana situasi pada saat itu, bahwa para murid sepertinya hanya
mengantarkan Tuhan Yesus untuk berdoa sendiri. Setelah Tuhan Yesus mulai bedoa, maka
mereka merebahkan diri untuk melepaskan lelah dan tiduran. Dalam asyiknya tiduran tersebut
koq dirasakan ada yang tidak wajar. Sepertinya terdengar suara bahwa Tuhan Yesus tidak
sendirian dan berbicara dengan orang lain. Maka bangunlah mereka dan terkaget-kaget karena
disitu Tuhan Yesus ngobrol bertiga, berubah rupa dengan penuh kemuliaan.

Pasti ada suatu perasaan terkejut, agak takut namun dipenuhi hati sukacita, bahagia yang
susah untuk dilukiskan. Maka secara spontan terpikir untuk tinggal disitu selamanya bersama-
sama. Perasaan sukacita yang sulit digambarkan karena bertemu para kudus, kalau bisa jangan
sampai pergi dan semoga mau tinggal bersama-sama disitu. Untuk sejenak melupakan
saudara-saudara lain yang ditinggalkan.

Awan hitam kalau berada diatas pada umumnya kita anggap bahwa hari mau hujan. Namun
apabila awan gelap tersebut turun dan menyelimuti kita yang berada di atas bukit, rasa kawatir
atau takut memang dapat menghinggapi setiap orang. Demikian juga para murid yang merasa
takut. Dalam kegelapan terselimuti awan, seringkali kita lupa bahwa Tuhan Yesus sedang
bersama kita, yang semestinya percaya bahwa tidak akan ada masalah selama bersama-Nya.

Pada saat kegelapan awan tersebut, nabi Musa dan nabi Elia lengser atau mundur dari
hadapan Tuhan Yesus. Mungkin mereka berdua lebih tahu bahwa Allah Bapa berkenan hadir
dalam awan serta memberi perintah kepada para rasul. Perintah pendek cukup jelas yang
mengisyaratkan bahwa pengalaman rohani saat itu cukup mewakili dan membuka mata dan
hati para rasul. Kristus Yesus gurunya betul-betul Tuhan sendiri yang menjadi pilihan Allah
Bapa. Hal ini harus dirahasiakan kepada orang lain, sampai pada waktunya nanti baru akan
diceritakan.
84

Mengusir Roh Jahat


9:37. Pada keesokan harinya ketika mereka turun dari gunung itu, datanglah orang banyak
berbondong-bondong menemui Yesus. 9:38 Seorang dari orang banyak itu berseru, katanya:
"Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku.
9:39 Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-
goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir
tidak mau meninggalkannya. 9:40 Dan aku telah meminta kepada murid-murid-Mu supaya
mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." 9:41 Maka kata Yesus: "Hai kamu
angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara
kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" 9:42 Dan ketika anak itu
mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya. Tetapi
Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu mengembalikannya
kepada ayahnya.
Penulis tidak tahu persis mengapa seseorang kesurupan, malahan ada kesurupan massal.
Kesurupan itu sendiri apakah selalu roh jahat yang merasuki atau roh gentayangan lain,
penulis juga tidak tahu. Ada orang mengatakan bahwa dalam keadaan kosong, maka roh lain
dapat masuk. Dan nyatanya tidak semua murid-Nya bisa mengusir roh jahat yang merasuki
seseorang. Sepertinya Tuhan Yesus agak jengkel mendengar laporan seorang ayah yang
anaknya kerasukan roh jahat.

Penulis tidak tahu persis mengapa rasul-rasul lain pada waktu itu tidak dapat mengusir roh
jahat. Mungkin kepercayaan dan keyakinan pada saat itu agak menjadi luntur dan ragu-ragu.
Apakah mungkin para rasul bisa mampu seperti gurunya? Jangan-jangan mereka belum siap
menghadapi roh-roh jahat tertentu. Ketidak percayaan inilah yang dimanfaatkan oleh roh jahat
untuk tetap bercokol dalam diri si anak. Kuasa Tuhan yang ditakuti roh jahat hanya akan
berkarya dalam diri seseorang, apabila orang tersebut penuh dengan iman. Bukan dia pribadi
yang punya kuasa tetapi kuasa Tuhan sendiri, dimana yang bersangkutan atau si penyembuh
hanya menjadi perantara.

Menurut pemahaman penulis, kita diminta untuk percaya lebih seratus prosen bahwa Tuhan
Yesus melalui Roh KudusNya selalu menyertai kita. Dengan kuasa-Nya, apapun dapat
dilakukan, termasuk mengusir roh jahat. Disinilah yang cukup berat dan sering membuat kita
tersesat dalam pencobaan. Karena kebimbangan, keraguan, apakah betul Roh Kudus
menyertai kita, sehingga kita tidak mempercayakan segalanya kepada Tuhan. Ketidak
percayaan membuat kita mencoba dengan kekuatan sendiri, walaupun mungkin mulut ini
berkomat-kamit seperti berdoa. Mungkin doa yang kosong tanpa disertai bersatunya hati, jiwa
dan akalbudi yang pasrah kepada Tuhan. Dalam komunikasi yang satu arah ini dan ditujukan
kepada siapa, menjadi tidak jelas. Mungkin kalau bisa mendengar, jangan-jangan Tuhan
Yesus mengatakan sesuatu agar kita konsentrasi mau berbicara kepada siapa. Roh Allah tidak
diberi tempat di dalam diri kita agar selalu beserta kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah merasakan sesuatu yang kurang “sreg”
sewaktu pertama kali menerima Tubuh Kristus dari tangan seorang Prodiakon. Kepenginnya
sich langsung dari tangan seorang imam, kalau bisa malah dari tangan seorang Uskup.
Sewaktu rasa tidak sreg tersebut muncul, jangan-jangan yang kita terima ya hanya sepotong
hosti biasa dan bukan Tubuh Kristus.

Kita mungkin bisa mengandaikan iman kepercayaan itu bagaikan benda logam yang menjadi
penghantar listrik. Arus listrik tidak mau mengalir melalui pohon bambu ataupun karet yang
kita pegang. Namun begitu kita berpegangan besi tembaga dan kita tempelkan ke arus listrik,
kita bisa merasakan arus listrik yang mengenai tubuh kita. Energi atau kuasa Tuhanlah yang
mengalir, dan kita hanya sebagai penghantar arus-Nya saja, selama kita teguh dalam iman
bagaikan logam tadi.
85

Pemberitahuan kedua tentang Penderitan Yesus


9:43. Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah. (9-43b) Ketika semua orang itu
masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 9:44
"Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke
dalam tangan manusia." 9:45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi
bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan
arti perkataan itu kepada-Nya.
Apabila kita hidup di zaman itu, penulis yakin bahwa kita juga tidak bisa menangkap atau
memahami kata-kata Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin Anak manusia diserahkan ke tangan
manusia? Saat itu semua orang biasa membutuhkan bantuan dari Sang Anak Manusia.
Dihormati dan disegani, bisa menyembuhkan dan memberi makan banyak orang, koq
diserahkan. Siapa yang akan menyerahkan dan diserahkan kepada siapa? Apa maksud dibalik
kata-kata atau ungkapan tersebut?

Sekarang ini saja kita sudah bisa menebak maksud kata-kata tersebut, setelah segalanya
terjadi. Para murid pasti mengingat kata-kata ini karena dianggap tidak umum dan aneh,
maka disimpan dalam hati dan kemudian setelah semuanya terjadi, baru disadari dan perlu
diwartakan. Hal ini perlu disampaikan bahwa Sang Guru sebenarnya sudah tahu apa yang
akan terjadi di kemudian hari. Hal tersebut harus diberitakan karena mempunyai nilai yang
cukup menggugah hati. Sang Anak Manusia sudah bernubuat akan diri-Nya dan tidak hanya
sekali dua kali.

Sering kita mendengar atau membaca dalam media, apakah seseorang menerima firasat atau
tanda-tanda sebelum mengalami suatu kejadian yang mencekam. Orang tersebut terus
mengingat-ingat apakah ada tanda, firasat atau mimpi yang dapat dihubungkan dengan
peristiwa tersebut. Kebanyakan akan mengatakan bahwa sebenarnya ada firasat namun tidak
disadarinya.

Yang Tebesar
9:46 Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di
antara mereka. 9:47 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang
anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, 9:48 dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa
menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia
menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah
yang terbesar."
Pemahaman penulis dalam pertengkaran tersebut menyiratkan bahwa para muridpun pada
waktu itu masih berebut “jabatan.” Semuanya masih ingin menjadi yang terbesar, terhebat,
terpilih secara duniawi. Pokoknya yang terhebat mestinya mendapat kedudukan duniawi yang
paling enak dan dihormati. Dalam kehidupan sehari-haripun, kita juga ingin dikenal,
dipandang lebih, dihormati, paling tidak mendapat pengakuan walau sekecil apapun. Ada
ungkapan “biar bodoh asal gaya.” Tidak ada apapun yang dapat ditonjolkan ataupun
dibanggakan, maka perlu bergaya agar diingat orang lain.

Namun kata-kata Tuhan Yesus sepertinya membikin bingung para murid. Anak kecil itu
belum tahu apa-apa, tidak pantas berkumpul dengan yang sudah besar. Dia tidak dianggap
karena masih polos, belum mengerti sesuatu, selain disuruh bermain dengan anak sebayanya.
Jangan-jangan malah mengganggu dan bikin repot saja. Mengapa anak kecil yang
ditempatkan di sampingNya? Apakah disuruh menjadi anak kecil kembali?

Menurut pemahaman penulis, yang terkecil dapat diartikan sebagai yang tidak bernilai, yang
bukan apa-apa, malah sering diremehkan. Sepertinya kita diajar untuk berani menjadi yang
86
terkecil menurut pandangan duniawi. Kita diajar untuk berani mengalah dan pasrah dalam
segala hal, merendahkan diri serendah-rendahnya. Mungkin kita bisa membayangkan
bagaimana Tuhan Yesus sebagai Allah yang maha kuasa, raja segala raja. Yang disembah dan
dimuliakan di surga, yang ditakuti oleh segala macam roh jahat.
Terus kita bayangkan bagaimana Dia turun ke bumi menjelma sebagai manusia biasa,
merendahkan diriNya yang begitu mulia dan menjadi rakyat jelata yang tidak berarti. Lahir
tidak diketahui kapan pastinya kecuali di gua tandus, mati disalibkan dan terhina. Menjadi
kecil berarti mencontoh langsung kepada Sang Guru. Sekecil apapun dalam pandangan
manusia, Tuhan tetap memperhatikan dengan penuh kasih. Mungkin disinilah Tuhan Yesus
selalu berpihak kepada orang kecil sederhana, terpinggirkan dan yang menderita. Munculnya
orang-orang kecil dan menderita pasti karena perbuatan orang besar yang suka memaksa.
Pemaksaan kehendak tidak harus dengan cara frontal, namun juga bisa dengan segala macam
cara yang halus dan sepertinya masuk akal.

Orang kecil, sederhana yang apa adanya sering kali kita jadikan kasta yang lebih rendah.
Seringkali malah dijadikan obyek oleh yang merasa menjadi orang lebih besar demi
kepentingan tertentu. Umumnya yang kecil atau yang lemah “melayani” yang besar atau yang
kuat. Muncullah klasifikasi kelas atau kasta yang bermacam-macam, yang satu merasa lebih
dibandingkan dengan yang lain. Dan hampir semua orang berlomba dan berkeinginan untuk
menjadi semakin besar di mata dunia. Dan inilah dinamika kehidupan di dunia yang harus
dijalani. Biasanya kita memilih jalan tengah yang enak. Secara jasmani dan duniawi ingin
diakui bahwa memiliki sesuatu yang lebih. Secara rohani ingin diakui juga bahwa telah
merendahan diri di hadapan Tuhan, seperti anak kecil.

Tuhan Yesus mengajarkan yang bukan kehidupan lahiriah ini, dan kelihatannya lebih dalam
dan lebih rohani. Menjadi yang bukan apa-apa, dihadapan dunia maupun surga. Yang berani
melayani inilah yang akan menjadi juragan pada waktunya nanti. Dan semua ini adalah janji
Tuhan Yesus sendiri, yang empunya langit dan bumi serta segala isinya. Yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan.

Bukan murid Yesus mengusir Setan, Orang


Samaria menolak Dia
9:49 Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita." 9:50 Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah,
sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu."
Siapa yang tidak melawan kita, berarti berada di pihak kita. Hal ini mengajarkan kepada kita
untuk tidak menjadi fanatik. Kita diajar untuk tidak tergesa-gesa mengambil suatu kesimpulan
yang bertentangan dengan kebenaran sejati. Dalam masyarakat yang begitu majemuk, kita
diajar untuk bisa berkomunitas dan menyatu dengan semuanya berdasarkan kasih. Demikian
juga dalam masyarakat yang begitu bermacam agama dan kepercayaan, kita diajar untuk bisa
berdoa bersama siapa saja, dimana saja. Iman kepercayaan memang begitu pribadi, makanya
perlu juga berkomunitas dalam satu iman.

Mungkin ada saja suatu kelompok yang menganggap dan mengajarkan bahwa Allah kita
berbeda dengan Allah mereka. Buku atau Kitab Sucinya saja sudah berbeda. Bagi penulis
Allah Sang Maha Pencipta ya hanya satu. Mau disebut apapun nama-Nya tidak ada masalah.
Allah pasti tidak akan marah bila nama tersebut ditujukan hanya untuk Dia. Pada pokoknya
Tuhan Allah hanya mengajarkan satu hal, yaitu kasih yang tanpa syarat. Penjabarannya
mungkin saja agak berbeda, karena cara pengungkapan, situasi, kondisi, budaya dan hal-hal
lain yang mempengaruhinya.
87

Alangkah indahnya jika dalam masyarakat yang begitu bermacam-macam, kita bisa sehati
sepikir setujuan menuju damai sejahtera bersama. Menurut penulis, pada dasarnya setiap
orang menginginkan kehidupan yang aman dan damai, berpenghasilan cukup, tidak
merepotkan orang lain. Namun demikian, begitu Iblis menyebarkan virus keserakahan,
kesombongan, iri dengki ingin menang sendiri, merasa paling benar, segalanya menjadi
runyam. Impian yang begitu harmonis mulai runtuh, pecah berantakan dan tinggal impian
belaka. Muncullah pemaksaan kehendak, yang bisa dilakukan secara halus maupun kasar;
apalagi kalau merasa sudah kuat dan menangan. Persatuan yang didambakan sedikit demi
sedikit mulai runtuh dan timbullah perpecahan. Perbedaan pendapat sampai perbedaan
keyakinan dianggap menjadi sandungan, terus dimasukkan dalam hati dan diproses menjadi
iri dengki yang berbuah benci. Kebencian bagaikan virus yang sangat berbahaya karena
buahnya keinginan untuk “mematikan” yang dia benci.

Jika kita rasakan kata-kata Yohanes di atas, sepertinya pada saat itu Yohanes masih termasuk
orang yang sombong. Merasa lebih berhak, lebih tinggi lebih benar atau apapun namanya,
apabila berkaitan dengan gurunya. Dia merasa sebagai salah seorang murid pilihan,
dibandingkan dengan orang lain. Apalagi bagi yang bukan pengikut gurunya, jangan coba-
coba.

Dalam kehidupan sehari-haripun seringkali kita berbuat dan berkelakuan seperti Yohanes
pada waktu itu. Merasa lebih mempunyai wewenang, mempunyai hak dibanding orang lain
karena kedekatan kita kepada yang kita hormati atau segani. Sepertinya kita lebih tahu
segalanya dibandingkan orang-orang lain yang tidak sedekat kita. Apalagi untuk orang-orang
yang tidak mengenal orang yang kita segani tadi. Mereka kita anggap tidak tahu apa-apa dan
perlu kita beri pengajaran khusus.

Nyatanya Tuhan Yesus tidak sependapat dengan Yohanes. Banyak orang yang mungkin
sehaluan dan selaras dengan apa yang diajarkan Tuhan Yesus, namun belum pernah bertemu
sendiri dengan Dia. Disinilah salah satu hebatnya Tuhan Yesus yang tidak pernah mencegah
perbuatan baik seseorang dalam nama-Nya, walaupun mereka bukan pengikut-Nya. Berarti
siapapun orang yang berkehendak baik dan benar, tanpa memandang ras, suku, agama,
kepercayaan dan segalanya, mereka sehaluan dengan ajaran Tuhan Yesus. Mereka tidak perlu
dicegah karena tidak bertentangan dengan kita.

Secara tidak langsung sepertinya kita diajar untuk tidak fanatik, merasa paling benar, paling
dekat dengan Allah. Nyatanya Allah bisa saja berkarya kepada orang lain yang kelihatannya
tidak sehaluan dengan kita. Kebenaran dan kebaikan nyatanya milik kita bersama bagi semua
orang yang mau melakukannya. Dan Allah tidak pernah membedakannya, seperti kita
manusia ini.

9:51. Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya
untuk pergi ke Yerusalem, 9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu
pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju
Yerusalem. 9:54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka
berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk
membinasakan mereka?" 9:55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. 9:56 Lalu mereka
pergi ke desa yang lain.
Kita bisa melihat bagaimana Yakobus dan Yohanes pada waktu itu diliputi oleh rasa marah
yang berkobar-kobar. Makanya mereka berdua sering disebut sebagai putra halilintar,
menggelegar menakutkan yang kekuatan petirnya bisa menghanguskan. Kemarahan
88
berkembang menjadi kebencian menuju antipati sampai ingin mematikan orang Samaria.
Karena merasa mempunyai Guru yang begitu sakti, tumbuhlah kesombongan bahwa bisa
berbuat apa saja kepada orang lain yang tidak sehaluan. Inginnya mau pamer kekuatan biar
ditakuti oleh semua orang. Beruntunglah Tuhan Yesus menegor mereka. Sayang tidak
dijelaskan bagaimana ucapan Tuhan Yesus sewaktu menegor mereka. Mungkin seperti
mengebaskan debu dari jubah yang dipakai.

Kita bisa membayangkan bagaimana wajah Yakobus dan Yohanes pada waktu mereka ditegor
Tuhan Yesus. Mereka yang terpilih khusus, mendapat pembelajaran baru agar tidak
mengumbar kemarahan namun mengembangkan kesabaran dan legowo. Kita diajar untuk bisa
memaklumi pemikiran dan perbuatan orang lain, walau tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Diajar untuk tidak memaksakan kehendak walaupun kita anggap keinginan tersebut
positif.

Kemungkinan besar orang Yahudi memang tidak menyukai orang Samaria; begitu juga
sebaliknya. Pasti pernah ada suatu konflik dalam sejarah yang membuat mereka saling tidak
menyukai. Ada yang menceritakan bahwa orang Samaria adalah keturunan orang Yahudi
yang kawin campur dengan orang non Yahudi. Mereka dianggap sudah tidak murni dan tidak
sekelas lagi dengan orang Yahudi yang masih murni. Merekapun berbeda kepercayaan dan
adat kebiasaan. Kebanyakan orang Samaria bertempat tinggal di perbatasan antara daerah
Galilea dan daerah Yudea. Orang-orang dari utara yang melakukan perjalanan ke Yerusalem
kemungkinan besar akan melewati desa orang-orang Samaria. Dan umumnya orang Yahudi
ke Yerusalem pasti ke Bait Allah. Itu tidak sepaham dengan kepercayaan orang Samaria yang
masih menyembah berhala. Mungkin agak berbeda apabila yang lewat adalah pengembara
yang tidak berkaitan dengan Yerusalem dengan Bait Allahnya.

Disini Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita yang lebih dalam lagi. Jika sebelumnya tidak
mencegah perbuatan bukan pengikut-Nya namun yang selaras dengan ajaran-Nya, sekarang
untuk tidak membalas perlakuan yang tidak menyenangkan. Padahal keinginan Yakobus dan
Yohanes pada waktu itu begitu menggelora ingin membinasakan. Bukan mendapatkan
persetujuan namun malahan menerima tegoran. Jangan membalas!

Dalam kehidupan sehari-haripun sering kita alami, kalau kita merasa kuat dan mampu. Sering
kita tonjolkan kekuatan dan kemampuan kita untuk menekan yang lemah, yang tidak sehaluan
dengan kita. Mungkin tidak sampai tingkat membinasakan, namun kepenginnya menggencet,
menginjak sampai tidak bisa bergerak. Paling tidak kita pojokkan terus kita kucilkan. Segala
pendapatnya kita mentahkan dengan seribu satu macam teori dan argumentasi sampai tidak
bisa bicara lagi. Bisa kita terjemahkan menurut selera kita.

Apabila kita yang ditekan dan dipojokkan, tidak diberi kebebasan dan merasa kalah, jangan-
jangan kitapun lapor kepada Tuhan agar mereka dibalas dengan keras oleh-Nya. Kita juga
sama dengan Yakobus dan Yohanes walaupun dalam situasi dan kondisi yang agak berbeda.
Dan nyatanya Tuhan Yesus tidak berkenan dan tidak setuju.

Membalas tersebut bisa bermacam-macam cara, dari yang halus sampai yang kasar. Intinya
tetap ingin membalas agar gantian merasa tidak senang, biar impas. Namun jika kita
renungkan dengan hati yang bening, terus apa bedanya kita dengan orang tersebut? Ungkapan
bahasa Jawa “sing waras ngalah” mungkin lebih selaras dengan ajaran Tuhan Yesus. Tidak
boleh, tidak sependapat ya tidak apa-apa. Ini semua kan bagian dari kehidupan kita yang harus
kita jalani dengan bebas, tanpa beban dan penuh sukacita. Bukan pemaksaan kehendak yang
memuaskan kita, yang kalau tidak sejalan ingin membalas.
89
Tuhan Yesus, aku ingin berdoa seperti Engkau. Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu
apa yang mereka lakukan. Amin.

Hal mengikut Yesus


9:57. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di
tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." 9:58 Yesus
berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
9:59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah
aku pergi dahulu menguburkan bapaku." 9:60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang
mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di
mana-mana."
9:61 Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku
pamitan dahulu dengan keluargaku." 9:62 Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk
membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."
Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus menunjukkan sulitnya, sengsaranya
apabila ingin mengikut Dia. Namun kalau Dia mengajak seseorang untuk ikut, ya saat itu
spontan ikut tidak usah memikirkan hal-hal lain yang dapat menjadi batu sandungan. Ikut Dia
berarti harus bebas dari ikatan duniawi, pertalian darah dalam keluarga atau apapun. Fokus
tugasnya hanya memberitakan Kerajaan Allah untuk semua orang, dimana saja. Semua orang
di dunia ini pada dasarnya adalah saudara, entah saudara dekat atau saudara jauh, bahkan jauh
sekali.

Karena timbul ketidak sepahaman, perbedaan pendapat, apalagi menyangkut agama dan
dogmanya, muncullah perpecahan, perselisihan paham yang dampaknya luas sekali. Salah
satunya muncul saudara menjadi musuh, musuh menjadi saudara. Zaman sekarang ini kita
sering mendengar bahkan mungkin mengucapkan sendiri istilah “saudara seiman.”

Penulis tidak bisa membayangkan suasana pada waktu itu. Kelihatannya perjalanan mereka
akan sangat jauh yang memerlukan waktu berhari-hari. Mungkin malahan sampai kapan bisa
kembali ke kampung halaman saja tidak jelas. Kitapun seringkali dengan begitu mudahnya
berkata, siap ditempatkan dimana saja. Siap mengikut Tuhan Yesus dan bersedia memikul
salib. Dalam keadaan kritis atau kepepet yang begitu ekstrim, tidak sadar dengan ucapan diri,
maka malah siap untuk berkhianat. Paling tidak, siap untuk melarikan diri dari aniaya atau
kesengsaraan.

Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Yang dapat penulis
tangkap dan pahami, Tuhan Yesus tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. Istirahat atau
tidur dapat dimana saja di seluruh alam terbuka yang sudah tersedia ini. Tidur beralaskan
bumi yang tersedia, berlampukan bintang gemintang dan beratapkan langit yang tanpa batas.
Mungkin kita bisa menyebutkan bahwa hidup yang seperti itu bagaikan seorang kelana,
pengembara atau malahan gelandangan. Siapkah kita menjadi gelandangan? Yang
mengherankan bagi penulis, sepertinya gelandangan itu hidupnya bebas merdeka, bersatu
dengan alam, cuek. Hebatnya lagi, sepertinya tidak pernah merasa kepanasan ataupun
kedinginan, segala macam makanan dilahapnya dengan nikmat. Seringkali kita sebut sebagai
orang tidak waras. Cara hidup yang paling tidak diharapkan oleh hampir semua manusia.

Biarlah orang mati menguburkan orang mati. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan Yesus
berkata secara rohani yang sulit untuk dipahami secara duniawi. Bagaimana mungkin orang
mati menguburkan orang mati? Dalam benak penulis, sepertinya Tuhan Yesus mengibaratkan
bahwa orang Israel yang hidup pada waktu itu rohaninya sudah mati. Segalanya hanya dilihat
dari sisi duniawi yang penuh dengan segala macam intrik. Secara badani mereka hidup namun
90
rohaninya dianggap mati. Mungkin sudah dianggap melupakan atau melalaikan pengamalan
sepuluh perintah Allah. Jangan-jangan sepuluh perintah Allah tersebut malah dijadikan
senjata untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Jadi biarlah orang mati
menguburkan orang mati. Tuhan Yesus mengajak kita semua menjadi orang yang hidup,
jasmaninya dan rohaninya. Tuhan Yesus lebih berpihak kepada nilai-nilai rohani yang tidak
membutuhkan gemerlapnya duniawi. Makanya Sang Guru meminta kita untuk memberitakan
Kerajaan Allah dimana-mana.

Kata-kata Tuhan Yesus selanjutnya cukup membikin bingung jika diterapkan secara begitu
saja. Mau pamitan dulu koq tidak pantas, kelirunya dimana? Dalam pemahaman penulis, di
kehidupan ini kita sudah terbiasa dengan adat istiadat yang berlaku. Kita sepertinya sudah
diikat oleh pertalian darah dalam segala hal. Pamitan dapat dijabarkan sebagai suatu
pemberitahuan bahwa kita akan meninggalkan keluarga. Secara tidak langsung kita
mengharapkan suatu pendapat atau komentar dari keluarga kita. Komentar bisa macam-
macam, apakah mendorong ataupun malahan tidak menyetujui keinginan kita. Jika mengarah
ke tidak setuju, kita akan menjadi ragu atau bimbang, minimal ada suatu rasa yang
mempengaruhi niat kita dan akan kita bawa dalam perjalanan nantinya. Pengaruh perasaan ini
yang dapat menjadi batu sandungan, dan nyatanya memang sangat sulit untuk memotong tali
persaudaraan dalam keluarga.

Kelekatan dalam tali keluarga ikatan darah memang begitu rumit yang kadangkala
menimbulkan fanatisme namun juga perpecahan. Seringkali karena ikatan darah dalam
keluarga bisa melupakan nalar akal sehat. Demi keluarga walaupun keliru namun tetap dibela
mati-matian. Ada rasa ewuh pakewuh karena masih kerabat, maka perlu disokong dibela agar
tidak memalukan nama keluarga. Jika sedang berbeda pendapat dalam pembagian warisan
keluarga, antar saudara bisa terjadi perang tanding sampai ke pembunuhan. Dalam ikatan
keluarga umumnya tidak ada kebebasan bertindak atau berbuat sesuatu, karena perlu
dibicarakan atau dimusyawarahkan dahulu. Yang lebih tua biasanya lebih mendominasi
dalam segala keputusan; yang anak-anak harus mengikuti dan menerima saja. Kelekatan ini
bisa menjadi batu sandungan dalam berkarya, yang pada batas tertentu malah berlawanan
dengan tujuan karya tersebut. Maka dianggap tidak layak.

Mungkin disini terkandung makna bahwa setiap orang harus mempunyai kemerdekaan,
kebebasan, hak asasi untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Ikatan darah hanyalah
suatu proses terciptanya manusia baru yang harus dipelihara, dibesarkan dan kemudian
dilepas bebas. Jelas kebebasan tersebut harus dilambari dengan rasa kasih yang dipancarkan
melalui perkataan dan perbuatan baik dan benar. Kasih yang tanpa syarat apapun pasti tidak
akan memutuskan tali persaudaran.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk berani secara tegas memilih jalan kita sendiri.
Jika kita berpihak kepada Kerajaan Allah, maka harus berani berbeda pendapat apabila
keluarga kita tidak bersepaham.

Bab 10- Pengutusan, Kecaman, Maria dan


Marta
91

Mengutus tujuhpuluh Murid


10:1. Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka
berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 10:2 Kata-
Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah
kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
10:3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah
serigala. 10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi
salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. 10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah,
katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 10:6 Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika
tidak, salammu itu kembali kepadamu. 10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan
minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 10:8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah
kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 10:9 dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan
Allah sudah dekat padamu. 10:10 Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu
tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 10:11 Juga debu
kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini:
Kerajaan Allah sudah dekat.
10:12 Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada
kota itu."
Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus mengutus murid-murid mendahului
sebagai pembuka jalan, sebelum Dia sendiri datang ke kampung itu. Jumlah tujuhpuluh
sepertinya menunjukkan bahwa yang diutus mendahului begitu banyak dan mereka tidak
sendirian. Berdua berarti ada teman seperjalanan, teman ngobrol segala macam, bisa saling
mengisi, saling menguatkan, saling berbagi dan saling bersaksi. Para murid ini kelihatannya
berbeda dengan para rasul yang duabelas.

Meminta kepada yang empunya tuaian agar mengirimkan pekerjanya, sepertinya mengajarkan
kepada kita untuk selalu berdoa dan memohon agar selalu ada yang bersedia menjadi para
gembala bagi domba-domba-Nya. Seringkali kita merasakan bahwa kita kekurangan gembala,
apalagi yang di pelosok-pelosok. Gembala yang ada menjadi begitu sibuk sampai tidak
sempat menyambangi para domba yang begitu mendambakan kunjungan. Dan kenyataannya,
gereja tetap hidup sampai sekarang dan selama-lamanya.

Para murid ini dikatakan seperti anak domba yang dilepas ke tengah-tengah serigala. Pasti
disaat mereka berkarya akan banyak yang tidak suka kepada mereka. Ketidak sukaan ini bisa
karena bermacam-macam alasan, tergantung dari sudut mana para serigala ini
memandangnya. Dalam Matius dikatakan bahwa mereka perlu cerdik seperti ular namun tulus
seperti merpati dan selalu waspada terhadap segala sesuatu.

Dalam benak kita sepertinya sudah terisi bahwa ular itu simbul yang jahat. Mungkin hal ini
karena sudah terkontaminasi terlebih dahulu oleh ular yang mengganggu Hawa. Namun
Tuhan Yesus malah memilih simbul ular untuk kecerdikan, agar tetap bisa bertahan hidup.
Cerdik saja belum cukup karena dalam kecerdikan sering bisa merugikan pihak lain. Makanya
perlu tulus seperti merpati, yang juga menjadi simbul Roh Kudus. Ungkapan Jawa sepertinya
cukup cocok untuk karya keselamatan, “nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake.”
Maju tanpa membawa bala tentara dan menang tanpa mengalahkan. Bagaikan perang merebut
jiwa-jiwa yang dikuasai Iblis tanpa perang phisik yang berdarah-darah.

Hebatnya, dalam perjalanan mereka dilarang membawa apapun yang berhubungan dengan
duniawi. Mereka diminta hanya untuk fokus mewartakan Kerajaan Allah. Ungkapan Jawa
“lumaku tumuju” rasanya agak sesuai dengan ajaran-Nya. Sampai-sampai diungkapkan tidak
usah ber-hai-hallo yang tidak perlu. Mungkin hal ini dapat menimbulkan pemikiran yang
92
melenceng dari fokus pewartaan itu sendiri. Karena bersalam-salaman dan ngobrol sewaktu
dalam perjalanan, bisa saja obrolan yang terjadi malah melantur kemana-mana, yang ujung-
ujungnya malah tidak sesuai dengan misi pewartaan. Profanisasi inilah yang perlu dihindari,
bukan kerena meninggalkan adat istiadat yang selama ini dianggap baik.

Di zaman sekarang ini biasanya kebutuhan duniawi malah yang diutamakan lebih dahulu. Jika
kita diutus untuk apapun, kita akan bertanya bagaimana dengan biaya transportasi, biaya
makan, biaya nginap dan uang saku. Terus kita berpikir berapa banyak pakaian yang harus
disiapkan untuk perjalanan tersebut. Kalau di tempat tujuan nanti dijamu atau mendapatkan
akomodasi maka kita akan “bersyukur” karena ada biaya-biaya yang utuh di kantong. Lama
kelamaan malahan biaya-biaya ini yang selalu kita harapkan, dan kita akan menyusun
seribusatu macam alasan untuk pembenaran diri. Kita kan masih hidup di dunia, bukan di
surga; dan kita masih sangat membutuhkan hal-hal duniawi.

Ucapan salam damai sejahtera nyatanya sudah diajarkan sendiri oleh Tuhan Yesus. Mau
diterjemahkan kedalam bahasa apapun hal tersebut tidak masalah karena yang lebih penting
adalah ucapan tulus dari hati nurani. Seringkali kita menghindari ucapan-ucapan karena
bahasanya kita identikkan tidak sesuai dengan pengertian kita. Pada batas-batas tertentu bisa
jadi kita jangan-jangan malah akan mengkultuskan suatu bahasa.

Jangan berpindah-pindah rumah, dalam pemahaman penulis mengajarkan kepada kita untuk
menerima apa adanya, segala sesuatu yang sudah kita pilih, kita setujui. Jangan hanya karena
tidak sesuai dengan selera kita, terus kita berpindah tempat. Kalau diurut ke belakang,
mengapa rumah tersebut yang kita tuju, bukan yang lainnya dahulu. Yang kedua mungkin saja
dengan kepindahan tersebut malah membuat batu sandungan, membuat orang tidak enak hati.

Hal tersebut di atas ditekankan lagi, makanlah apa yang dihidangkan tidak usah komentar
macam-macam. Sudah diberi hidangan saja mestinya berterima kasih. Anggaplah hidangan
tersebut adalah yang terbaik yang bisa dihidangkan. Komentar gurau tanpa kita sadari
seringkali membuat orang bersangkutan merasa tidak enak, malahan sakit hati. Seringkali kita
begitu pintar untuk berkomentar akan sesuatu, padahal belum tentu kita bisa berbuat seperti
itu. Belajar memaklumi akan kekurangan atau kelebihan orang lain nyatanya tidak begitu
mudah. Inginnya kita berkomentar hanya disesuaikan dengan selera kita, padahal kalau selera
kita yang dikomentari jangan-jangan malah meradang.

Mungkin hal ini bisa juga kita terapkan sewaktu kita berkarya atau bekerja, bahkan berumah
tangga yang menjadi bagian perjalanan hidup kita. Seringkali kesuksesan atau keberhasilan
selalu kita hubungan dengan hal-hal duniawi dan mengejar materi.

Ajaran Kerajaan Allah sudah dekat, karena Tuhan Yesus sendiri sudah hadir di dunia secara
nyata. Dalam pemahaman penulis, seolah-olah Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid
yang diutus :”Apapun yang kalian alami, jangan lupa untuk mengatakan bahwa Aku sudah
dekat. Sebentar lagi akan sampai dan menemui mereka sendiri.” Tandanya adalah
penyembuhan yang dilakukan oleh para murid. Jikalau murid-Nya saja bisa membuat
mukjizat, apalagi guru-Nya. Demikian juga untuk kota-kota yang tidak mau menerima murid-
murid-Nya, pesan tersebut masih juga berlaku.

Satu hal lagi bahwa Tuhan Yesus memberi kecaman atau peringatan keras kepada mereka
yang tidak mau menerima para murid-Nya. Mereka dikecam karena dianggap telah
meninggalkan budaya tolong menolong, memberi tumpangan kepada pengelana yang
membutuhkan tempat berteduh. Namun juga harus tetap disampaikan bahwa Kerajaan Allah
sudah dekat kepada mereka juga.
93

Mengebaskan debu dari kaki dalam pemahaman penulis adalah jangan ada rasa dendam atau
benci yang menjadi ganjalan. Mungkin kata-kata tersebut suatu ungkapan yang berarti
sebaliknya. Masalah menghakimi bukan urusan kita karena ada Sang Hakim yang akan
mengadili pada waktunya. Seringkali suatu tanda, omongan, atau apapun namanya,
mengingatkan kita kepada kejadian masa lalu yang membuat tidak menyenangkan atau
sebaliknya. Pengalaman yang tidak mengenakkan biasanya lebih lengket daripada
pengalaman yang menyenangkan. Sedikit banyak pasti akan menjadi beban karena bisa
mengganggu pikiran. Mengapa hal tersebut dipertahankan, padahal tahu melukai batin.
Mungkin akan lebih baik kalau debu-debu beban tersebut kita bersihkan dari dalam diri kita.

Dari awal Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa para murid yang diutus bagaikan anak
domba di tengah-tengah serigala. Kita bisa membayangkan ungkapan tersebut bahwa
segalanya tidak selalu berjalan mulus dan mudah. Banyak hambatan dan halangan yang
menghadang yang harus tetap dihadapi dan dilalui. Tanpa kecerdikan dan ketulusan, jangan-
jangan akan dirobek-robek oleh taring serigala yang ganas. Mungkin merekalah misionaris-
misionaris pertama yang mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

Mereka diajar untuk tidak kawatir akan apapun yang berhubungan dengan kebutuhan jasmani.
Namun ada satu hal yang membuat bingung karena dilarang memberi salam sewaktu dalam
perjalanan. Mengapa dilarang memberi salam di perjalanan? Menurut pemahaman penulis,
salam agaknya berbeda dengan ucapan “say hello” ataupun anggukan dan senyuman biasa.
Salam yang diucapkan sembarangan jangan-jangan malah menjadi penghambat di perjalanan.
Bisa-bisa lupa kepada tujuan pokok yang direncanakan sejak awal.

Sejak awal juga Tuhan Yesus sudah mengajarkan ucapan salam damai sejahtera, kalau kita
mengunjungi ke rumah seseorang. Yang penting untuk tidak melupakan ucapan salam damai
sejahtera tersebut, kepada siapapun saja mereka. Selanjutnya kita diajar juga untuk menerima
apapun yang disuguhkan oleh tuan rumah. Sepertinya kita diajar untuk menghargai segala
macam pemberian, entah enak atau tidak. Itulah kemampuan dan keikhlasan yang dapat
diberikan kepada pengelana yang mampir ke rumahnya. Kitapun diajar untuk kerasan atau
betah tinggal di rumah singgah tersebut.

Hebatnya, para murid dibekali dengan kuasa menyembuhkan bagi orang yang membutuhkan.
Kuasa tersebut bagaikan bekal yang dapat habis, bukan untuk selama hidup. Kuasa yang
dititipkan untuk sementara, yang lebih menekankan bahwa Tuhan Yesus berkarya atas para
murid. Yang disembuhkan jangan sampai keliru memuji para murid, namun pujilah yang
mengutus-Nya. Sang Kerajaan Allah sudah dekat kepada mereka, yang pada waktunya akan
berada di hadapan mereka.

Peringatan kepada beberapa Kota


10:13 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di
Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka
bertobat dan berkabung. 10:14 Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan
Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. 10:15 Dan engkau Kapernaum, apakah
engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia
orang mati! 10:16 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa
menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang
mengutus Aku."
Kelihatannya disini Tuhan Yesus memberikan peringatan keras bagi beberapa kota.
Khorazim, Betsaida dan Kapernaum dimana Tuhan Yesus pernah tinggal, karena tidak
melaksanakan ajaran-Nya. Padahal Tuhan Yesus telah banyak berbuat dan berkarya yang
94
menakjubkan. Apakah mungkin pada waktu itu Tuhan Yesus hanya dianggap sebagai dukun
sakti saja? Ataukah hanya sedikit saja yang mau berubah? Apakah mereka begitu dingin
dengan ajaran-Nya? Apakah mereka lebih memikirkan perut dengan aneka makanan dan
buah-buahan?

Tirus dan Sidon di pesisir utara yang belum dikunjungi dan belum mengenal Tuhan Yesus,
dikatakan tanggungan hukumannya akan lebih ringan. Mungkin hal ini mengajarkan kepada
kita, untuk bisa memaklumi orang yang belum tahu dan mengerti siapa itu Tuhan Yesus.

Dalam pemahaman penulis, berbahagialah mereka yang tidak tahu sama sekali bahwa mereka
telah berbuat dosa. Perasaan berbuat dosa atau melakukan yang salah boleh dikatakan hanya
berlaku bagi orang yang sudah tahu bahwa itu disadari memang dosa atau salah.

Kita bisa melihat anak-anak kecil yang belum tahu apa-apa, akan berbuat apapun dan tidak
merasa keliru. Sewaktu merangkak dan belajar berjalan, apapun yang dilihatnya apabila
menarik bisa dimakan. Bagi orang dewasa mungkin yang dimakan tersebut barang kotor atau
malah menjijikkan. Anak-anak tersebut tidak takut untuk memegang cacing ataupun ulat.
Dengan gembiranya mereka bermain dalam keadaan telanjang dan tidak ada perasaan malu.
Mereka bisa bertengkar dan menangis, namun setelah itu main bersama kembali tanpa rasa
dendam.

Sudah tahu itu keliru, tetapi tetap nekat melakukannya memang pantas untuk dikecam.
Contoh gampangnya saja, para penegak hukum yang berbuat salah menurut undang-undang,
mestinya hukumannya lebih berat dibanding orang awam yang tidak tahu hukum. Bukan
sebaliknya, karena pandai bersilat lidah dan melupakan kata hati nurani yang paling dalam.
Menang dalam berdebat, maka ada kemungkinan akan lebih ringan hukumannya. Yang
penting harus dapat dibuktikan secara nyata ataupun adanya pengakuan diri. Kita sering lupa
bahwa ada Sang Hakim Tunggal yang selalu melihat apapun, termasuk yang tidak kelihatan
secara kasat mata.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun sering berbuat yang sama dengan mereka. Sering kali
kita begitu menginginkan adanya misa penyembuhan, dan orang berduyun-duyun
berdatangan. Padahal kita tahu bahwa misa adalah misa, dimanapun sama saja. Kita tahu
bahwa pada saat misa kudus Tuhan Yesus sendiri berkenan hadir. Sedangkan yang namanya
penyembuhan dapat terjadi dimanapun, apakah melalui penyembuh ataupun karunia Tuhan
yang diberikan kepada kita. Mestinya di dalam misa kudus kapanpun, kita bisa ngobrol
dengan Tuhan sendiri, menyampaikan segala macam uneg-uneg. Kita bisa berbicara apa saja
dengan Dia yang selalu menyertai atau malahan bersatu dengan kita.

Selanjutnya Tuhan Yesus menekankan bahwa semua utusan-Nya tidak usah memaksakan
kehendak dalam mewartakan Kerajaan Allah. Setiap orang boleh mendengarkan ataupun
menolak kabar keselamatan. Tuhan sendiri yang akan menilai dan menentukan apakah setiap
orang dianggap mendengarkan atau menolak Dia.

Ada janji Tuhan Yesus yang menyejukkan, siapa saja yang mendengarkan ajaran-Nya, berarti
mendengarkan Dia. Jika ditolak, berarti yang ditolak adalah Tuhan Yesus, yang sama saja
menolak Allah Bapa. Jadi kalau utusan-Nya dianiaya, sebenarnya yang dianiaya itu Tuhan
Yesus sendiri. Jangan-jangan kitapun sering menolak dan menganiaya Tuhan Yesus dan
utusan-Nya. Mari kita renungkan masing-masing.
95

Ke tujuhpuluh Murid Kembali


10:17. Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga
setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." 10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. 10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa
kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan
musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. 10:20 Namun demikian
janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena
namamu ada terdaftar di sorga."
Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu. Kalimat ini sepertinya suatu
peringatan kepada kita agar hati-hati dan tetap merendah. Hal-hal seperti inilah yang biasanya
kita banggakan dan kita merasa hebat, masuk dalam kelompok orang pilihan. Mungkin akan
banyak orang yang mengundang untuk berbicara atau berbuat sesuatu. Dan Tuhan
menegaskan bahwa semua itu karena karya dan kuasa Tuhan Yesus sendiri yang disalurkan
melalui murid-murid-Nya. Sukacita yang berlebihan seringkali malah menjadikan batu
sandungan dalam perjalanan selanjutnya. Karena pujian sering membuat lupa diri bahwa
semua karunia kuasa tersebut hanya titipan yang tidak selalu langgeng. Apa jadinya kalau
karunia kuasa tersebut diambil lagi oleh yang empunya?

Tuhan Yesus lebih menekankan yang rohani dan itu lebih penting. Bersukacita karena
namanya tercatat di sorga. Semua ini janji Tuhan Yesus sendiri, dimana Dia maha setia
dengan janji-Nya. Pada saat sekarang ini pertanyaannya, bagaimana caranya agar janji Tuhan
Yesus tersebut juga berlaku bagi kita. Apa yang harus kita lakukan, bagaimana langkah
tahapannya dan lain-lain. Penulis merasa yakin banyak orang bisa menjawabnya, namun
untuk melaksanakan melalui perbuatan nyata, hanya kita masing-masing yang tahu.

Penulis mencoba membayangkan apabila kata-kata tersebut ditujukan kepada penulis. Pasti
pada saat tersebut hati begitu gembira penuh sukacita yang susah untuk diungkapkan. Niat
awal pasti menggebu ingin berbagi kegembiraan kepada saudara-saudara yang lain. Mungkin
ada yang mau menerima, namun pasti ada juga yang ragu-ragu dan menolak entah secara
halus atau sebaliknya. Komitmen awal yang menggebu-gebu tersebut bila tidak mendapat
respon yang baik, jangan-jangan secara perlahan akan meluntur. Antusias mewartakan kabar
keselamatan semakin kabur, karena harapan yang dikhayalkan terasa semakin jauh. Apalagi
dalam situasi dan kondisi yang serba sulit, dimana kebutuhan untuk hidup duniawi semakin
dirasakan.

Mungkin Roh Kudus menyentuh hati ini untuk tidak lupa dengan niat awal yang diikrarkan.
Akalbudi jahat menjawab dengan seribusatu macam alasan. “Tuhan, mohon maaf. Saat-saat
ini aku sedang sibuk dengan kebutuhan duniawiku. Nanti kalau sudah beres dan ada waktu
akan aku teruskan karya tersebut.” Dan dalam perjalanan waktu selanjutnya, sepertinya tetap
tidak ada waktu untuk melaksanakan karya yang diminta oleh Tuhan. Nyatanya berdoa dan
bangkit berubah saja tidak cukup. Harus ada niat yang teguh dan setia dengan janji, siap
menerima risiko apapun. Lumaku tumuju yang kurang lebih berjalan terus, pada saatnya pasti
sampai tujuan.

Banyak hal yang harus dilaksanakan dan memerlukan pengorbanan. Menyediakan waktu yang
cukup secara rutin. Waktu untuk membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani lainnya. Waktu
untuk ngobrol rohani dengan Tuhan dan yang kudus. Waktu untuk ngobrol rohani dengan
keluarga dan orang lain. Waktu untuk berkarya dalam perbuatan nyata, apapun itu. Mungkin
masih banyak lagi waktu-waktu untuk yang lainnya.

Masih ada hal-hal lain yang mungkin lebih penting dan berat, menyangkut hati, perasaan
akalbudi ketulusan dan sejenisnya. Pengorbanan total, harus siap tersakiti karena melayani,
96
siap menjadi alas kaki (kesed) atau keranjang sampah dengan penuh sukacita. Pengorbanan
diri dari waktu, tenaga, materi, pikiran dan perkataan, dan mungkin teraniaya. Setiap pekerja
akan mendapat upah pada waktunya

Seringkali kita merasa terbentur waktu dan tenaga yang tidak mencukupi, kemudian mencoba
mengatur waktu yang sebaik-baiknya. Padahal kita tahu dan mengerti bahwa waktu tidak
pernah habis, selama kita masih diberi hidup. Kita sudah terbiasa membagi waktu siang hari
untuk bekerja dan berkarya, kemudian malam hari untuk keluarga dan istirahat. Pertengahan
malam sampai pagi hari untuk tidur, mengistirahatkan jiwa dan raga. Mestinya kita meniru
apa yang dilakukan oleh pelayan atau pembantu rumah tangga. Jam berapapun diminta untuk
melaksanakan sesuatu selalu siap, walupun capai dan mengantuk.

Ucapan Syukur dan Bahagia


10:21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur
kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi
orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah
yang berkenan kepada-Mu. 10:22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak
ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
Penulis membayangkan bahwa Tuhan Yesus sedang ngobrol bertiga dengan Bapa dalam Roh
Kudus. Sebagai Anak Manusia sejati, Dia memberi contoh nyata bagaimana berdoa spontan
kepada Allah Bapa yang tidak kelihatan. Tanpa ada penjelasan tata gerak tubuh yang
dilakukan Tuhan Yesus, kita bisa membayangkan bahwa Dia sepertinya menengadah ke atas
dan berkata begitu saja kepada Allah Bapa. Orang-orang di sekitarnya bisa melihat dan
mendengar apa yang dilakukan secara spontan tersebut.

Dalam pemahaman penulis, sepertinya banyak ajaran Tuhan Yesus pada waktu itu yang sulit
untuk diterima oleh para cerdik pandai. Mungkin hati nurani dapat menerima namun akalbudi
yang kelihatan selalu menolak. Orang bijak dan orang pandai lebih banyak memakai nalar
atau akalbudinya. Hampir segalanya diperhitungkan dengan logika, sebab dan akibat yang
dapat diterima. Mereka jangan-jangan melihat sesuatu yang sederhana malah diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi sulit dan kompleks. Segala sesuatunya yang mungkin
sepele harus dapat dijabarkan secara ilmiah, yang jangan-jangan malah melenceng dari inti
kesederhanaan itu sendiri.

Jangan-jangan di zaman sekarangpun masih banyak orang bijak dan pandai yang belum bisa
menemukan apa yang tersembunyi tersebut. Dengan kepandaian dan kebijakannya, malahan
mereka hebat dalam berdebat, mengomentari segala sesuatu. Begitu debatnya selesai karena
waktu, keadaan kembali seperti semula. Tidak bisa menjadi agen perubahan yang membawa
ke arah kesejahteraan dan keadilan, serta dinikmati banyak orang. Mestinya orang-orang
kecil ini dapat merasakan dengan penuh syukur, bagaimana para bijak dan pandai ini berbuat
nyata. Masyarakat kecil mendukung dan bergotong royong untuk menuju ke perubahan yang
lebih baik.

Orang kecil dan sederhana lebih merasa sebagai orang yang bukan apa-apa, merasa tidak
berarti. Mereka dengan kesederhanaannya malah lebih mudah untuk menerima ajaran Tuhan.
Segalanya diterima apa adanya tanpa perlu berpikir mengasah otak untuk menguraikannya.
Segalanya dirasakan sebagai karunia dan kehendak Yang Kuasa, sehingga yang dapat
dilakukan hanya bersyukur.

Kelihatannya semakin kecil, semakin bukan apa-apa, semakin tidak berarti seseorang, Tuhan
Yesus semakin berkenan. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, harus kita akui bahwa
97
inginnya diakui orang lain. Diakui orang lain berarti ada kelebihan yang kalau bisa harus
kelihatan nyata, apapun itu. Nyatanya cukup berat dan susah untuk menjadi tidak berarti
dianggap orang kecil dan sederhana. Mungkin hati dan jiwa ini harus bisa mengalahkan
akalbudi lebih dahulu, agar kedagingan takluk oleh roh yang lebih penurut.

Semua orang tahu bahwa mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan yang empunya
adalah perbuatan keliru dan tidak baik. Bagi orang pandai, jangan-jangan setelah dianalisa
dan ditelusuri secara mendalam untuk mencari pembenaran, orang yang mengambil tersebut
malah dibenarkan. Padahal awal mulanya hanya bicara perbuatan yang keliru dan tidak baik.

Pada ayat selanjutnya dikatakan bahwa tidak semua orang mengenal siapa sebenarnya Anak
Manusia ataupun Allah Bapa. Dan hal tersebut masih berjalan sampai sekarang entah sampai
kapan. Yang tahu hanya orang-orang yang mendapatkan perkenan dari Tuhan Yesus sendiri.
Jangan-jangan kitapun sebenarnya juga tidak tahu siapakah Dia, dan hanya ikut-ikutan saja
bagaimana kata orang. Kita tidak sadar bahwa sebenarnya Dialah yang memilih kita dengan
cara yang begitu misteri.

Kalau kita renungkan secara mendalam, siapakah yang tahu bahwa Tuhan Yesus adalah
manusia sejati namun juga Allah sejati? Banyak orang tidak percaya bahwa Sang Anak
Manusia adalah Allah sendiri. Masak Allah turun ke dunia menjelma menjadi manusia.
Dengan segala kuasa-Nya kan bisa berbuat sesuatu untuk menghardik manusia ini karena
berkelakuan yang tidak benar. Memang dalam hal ini sepertinya kita merasa lebih mengenal
siapakah itu Allah Sang Maha Pencipta. Kita sesuaikan dengan kemampuan hati nalar pikiran
kita. Sepertinya pernah bertemu sendiri dan menggambarkan begini dan begitu serta patent.
Seolah-olah kita lebih tahu dan seringkali tanpa sadar Allah itu malah dibawah pengaruh kita.
Allah Bapa Yang Maha Kuasa kita jadikan penunggu sorga dan kuasa-Nya kita ambil alih
untuk kita manfaatkan di dunia ini.

Yang tahu siapakah Allah Bapa sebenarnya ya hanya Allah Putera sendiri karena ya Dia-Dia
juga. Manusia yang tahu siapakah Dia sebenarnya ya hanya mereka yang mendapat perkenan-
Nya untuk tahu. Mengerti dan tahu yang bukan berarti tahu segala-galanya. Manusia tidak
akan mungkin tahu persis siapakah Sang Pencipta. Seperti halnya tidak akan mungkin tahu
persis apa dan bagaimana itu sorga dan neraka. Kecuali yang merasa pernah ke sana dan
keliling sampai tuntas dari ujung ke ujung tanpa batas. Mungkin nalar kita tidak akan sampai,
untuk bisa menjelaskan dengan begitu gamblang. Tuhan Yesus malah lebih menekankan
untuk percaya dulu. Gambaran surga atau Kerajaan Allah malah diberikan dalam
perumpamaan-perumpamaan.

10:23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata:
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 10:24 Karena Aku berkata kepada
kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan
ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."
Penulis hanya bisa mengatakan :”Berbahagialah orang yang pernah melihat Tuhan Yesus,
dari dahulu sampai sekarang.” Kalimat Tuhan Yesus sebenarnya hanya ditujukan kepada
para murid-Nya. Dan pada waktu itu banyak orang yang sudah melihat Dia, bahkan melihat
atau merasakan kemampuan-Nya. Mungkin banyak yang tidak bahagia menurut Tuhan Yesus,
karena tidak mau bangkit dan berubah setelah melihat Dia.

Kembali kepada nalar manusia, penulispun merasa yakin bahwa Tuhan Yesus masih berkarya
sampai sekarang. Mungkin masih banyak orang dari setiap generasi yang pernah melihat Dia,
bahkan ngobrol bersama Dia. Jangan-jangan kita semua dalam hati kecil juga mengharapkan
dapat melihat dan ngobrol dengan-Nya secara nyata. Bila Tuhan Yesus berkenan
98
memperlihatkan diri-Nya kepada manusia setelah kenaikan-Nya ke sorga, itu hak dan kuasa
Dia. Bukan manusia yang mengatur Tuhan. Pasti ada sesuatu yang penting yang perlu
disampaikan sendiri oleh Tuhan Yesus.

Contoh nyata adalah Saulus yang sampai berubah nama menjadi Paulus. Di awalnya pasti
banyak orang tidak percaya kalau Saulus bisa berubah menjadi pembela Kristus. Saulus yang
begitu menuntut dan ingin menyingkirkan serta membunuh para pengikut Kristus dibuat
terpana dan buta sesaat, ketika ditemui Tuhan Yesus. Kemudian Saulus mematikan dirinya
yang lama, menemukan hidup baru dengan nama baru. Paulus menjadi pelayan Tuhan dan
mengecilkan dirinya sendiri, agar Tuhan Yesus bisa berkarya dengan bebas melalui dia.
Masalah percaya dan tidak percaya, mungkin itu soal waktu yang akan bekerja. Nyatanya
banyak nabi dan raja yang sangat ingin melihat dan mendengarkan ajaran-Nya, namun tidak
kesampaian.

Jika kita membaca nubuat-nubuat akan kedatangan Tuhan Yesus dalam Kitab Perjanjian
Lama, kita bisa membayangkan bagaimana para nabi dan raja mendambakan-Nya. Mereka
ingin berhadapan langsung dengan Sang Mesias, ingin mendapat pengajaran dari tangan
pertama. Mungkin nabi yang pernah bertemu dan ngobrol dengan Tuhan Yesus hanya
Yohanes Pembaptis dan orang tuanya.

Kitapun inginnya bisa bertemu langsung dengan Tuhan Yesus, memandang wajah-Nya dan
mendengarkan ajaran-Nya. Tetapi jangan-jangan malah menyangkal dan tidak percaya, dan
akhirnya tidak melaksanakan segala kehenak-Nya. Sama seperti penulis yang hanya bisa
menulis, namun belum bisa melakukan ajaran-Nya dengan baik dan benar secara sungguh-
sungguh. Ketularan penyakit orang pandai dan bijak.

Perumpamaan Orang Samaria yang murah hati


10:25. Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa
yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 10:27 Jawab orang itu:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri." 10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka
engkau akan hidup."
Tuhan Yesus dalam hal ini mengamini kata-kata ahli Taurat yang berpegang kepada hukum
Taurat. Untuk memperoleh hidup kekal kelihatannya begitu mudah dan sederhana sekali.
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan dan segenap
akal budi. Kemudian mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Siapapun yang berbuat
demikian maka akan memperoleh hidup kekal. Yang kelihatan sederhana tadi akan menjadi
begitu sulit dan susah melakukannya, begitu ego ini tidak mau mengalah. Bagaimana caranya
mengasihi Tuhan Allah kita secara nyata? Padahal harus dengan segenap jiwa, hati, akal budi
dan kekuatan kita. Dan bagaimana mengasihi sesama itu, praktek nyatanya itu seperti apa.
Adakah tahapan-tahapan proses atau menggelinding begitu saja?

Penulispun bingung untuk menguraikannya, namun yang terbersit dalam hati adalah
kehidupan yang kasat mata ini. Mengasihi memerlukan proses perubahan terus menerus.
Setiap orang harus berani bangkit dan berubah untuk belajar mengasihi diri sendiri. Mengasihi
diri sendiri secara jasmani dan yang lebih penting secara rohani. Mengasihi rohani yang tidak
kasat mata diungkapkan melalui perbuatan jasmani yang kasat mata. Gampangnya, diri ini
harus bisa dan mau berdamai dengan Allah melalui rekonsiliasi, pertobatan dan perubahan
atau istilah lainnya. Pamrihnya hanya satu atau bahasa Alkitab harapannya, iman
99
kepercayaan bahwa Allah Maha Memaklumi karena kasih-Nya kepada kita manusia. Kalau
Allah maha memaklumi, maka gantian kita belajar untuk memaklumi orang lain atau sesama
kita. Bagaimana mungkin bisa mengasihi orang lain apabila tidak bisa mengasihi diri sendiri.

Mungkin proses mengasihi sesama ini tidak semudah menuliskannya atau diobrolkan dengan
segala macam teori dan referensi. Mau tidak mau harus disadari atau dimaklumi bahwa setiap
orang adalah unik, berbeda antara satu dan lainnya. Seribusatu macam orang pasti seribusatu
macam kelakuan, karakter atau sifat. Namun pada dasarnya setiap orang ingin hidup baik,
aman sejahtera, walaupun disusupi juga oleh sifat serakah ingin memiliki lebih, ego untuk
diakui.

Jika lulus dalam ujian kehidupan untuk mengasihi sesama, mungkin barulah bisa
terungkapkan bagaimana mengasihi Tuhan Allah yang tidak kasat mata. Mengasihi Tuhan
Allah yang diungkapkan melalui perbuatan nyata, melalui mengasihi sesama. Ada gambaran
Allah di setiap orang yang kita jumpai setiap saat. Apakah orang lain tersebut mulai dari
keluarga kita masing-masing, yang kemudian berkembang kepada orang lain tanpa ada batas
suku, ras, bangsa, agama ataupun kepercayaan.

Mari kita bertanya dalam diri sendiri, apakah kita sudah bisa melaksanakan ajaran tersebut.
Bagi penulis jawabannya masih belum bisa seratus prosen, bahkan kecil sekali, yang
seringkali masih diisi dengan syarat-syarat tertentu. Akal budi ini lebih sering berhitung
matematis, dimana untung dan ruginya. Padahal orang bijak sering mengatakan bahwa lawan
kata cinta adalah benci, sedangkan lawan kata kasih adalah egois. Melaksanakan kasih berarti
harus berani mengalahkan diri sendiri, menyangkal diri. Disinilah munculnya batu sandungan
yang sering menjatuhkan bahkan menyakitkan. Kita sering lupa bahwa di balik itu ada
hikmah yang melegakan, membebaskan dan membahagiakan.

Coba kita bayangkan sewaktu kita sembuh dari sakit, perasaan apa yang kita dapatkan?
Sepertinya kita hidup kembali dan mulai berhati-hati dalam segala hal. Maukah kita jatuh
sakit lagi?

10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah
sesamaku manusia?" 10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke
Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-
habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah
mati. 10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia
melewatinya dari seberang jalan. 10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu;
ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 10:33 Lalu datang seorang
Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu,
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,
sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke
atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya:
Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku
kembali. 10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus
kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Jika seorang ahli Taurat bertanya siapakah sesamanya, hal ini membuat bingung penulis.
Yang muncul dalam hati, apakah zaman dahulu mereka hanya menganggap bahwa sesamanya
hanya sesama orang Yahudi, yang menjadi pilihan Allah. Suku atau bangsa lain termasuk
yang campuran apakah dianggap bukan sesama? Jangan-jangan kesombongan rohani sebagai
bangsa terpilih, membuat mereka memandang rendah bangsa-bangsa lain.
100

Dan perumpamaan yang dikemukakan Tuhan Yesuspun cukup ekstrim, agar semuanya
tersadar dan merasa dalam dirinya masing-masing. Perumpamaan seorang imam berarti
tingkat religiusitasnya tinggi, yang bisa menjadi panutan atau contoh dalam bertindak. Imam
adalah wakil Allah yang mahakasih di dunia yang sudah sewajarnya kalau diapun penuh
kasih. Nyatanya menghindar pura-pura tidak tahu bahwa di seberang jalan ada yang
memerlukan pertolongan.

Seorang Lewi adalah keturunan Yakub yang tugasnya antara lain menyelenggarakan ibadat
dalam bait Allah. Orang-orang yang begitu dekat dengan Tuhan Allah, yang juga mestinya
penuh dengan kasih. Dalam cerita dinyatakan diapun menghindar agar tidak ikut repot
mengurusi orang yang perlu bantuan. Paling gampang ya acuh tak acuh, tidak perduli, pura-
pura tidak melihat agar tidak disalahkan.

Orang Samaria yang selama itu dianggap tidak selevel dengan orang Yahudi menjadi orang
ketiga yang lewat. Anggap saja orang yang tinggal di bukit-bukit pegunungan, jauh dari kota
besar. Agak berbeda dengan kaum imam dan Lewi yang hidupnya di tengah kota, yang relatif
lebih maju dalam segala hal. Dan kepada orang Samaria inilah hatinya digerakkan oleh belas
kasihan. Dia tidak hanya menolong di tempat, membalut luka dan menyirami balutan dengan
minyak dan anggur. Dia lebih puduli dan rela berkurban waktu, tenaga dan materi dengan
merawatnya di penginapan.

Belas kasihan mestinya tidak mengenal batas ruang dan waktu, tidak memperhitungkan
perbedaan suku, ras, agama maupun kepercayaan ataupun yang lainnya. Belas kasihan tidak
mengenal kriteria, syarat ataupun perkecualian. Mungkin perlu direnungkan bahwa Allah
tidak menciptakan agama atau kepercayaan, namun menciptakan manusia yang dipenuhi
dengan jiwa, hati dan akal budi. Semuanya adalah sama dan menjadi sesama. Yang
membedakan hanyalah status yang diciptakan oleh kelompok manusia itu sendiri. Padahal
status bisa berubah sewaktu-waktu dan bisa tidak terduga. Orang kaya tahu-tahu menjadi
orang miskin mendadak, karena harta bendanya ludes dilalap api. Orang terhormat dan
disegani tahu-tahu dihinakan dan dicaci maki, karena ketahuan perbuatan jahatnya sampai
dimasukkan ke penjara.

Jadi, sebenarnya semua orang adalah sesama apabila berani mendahulukan perbuatan belas
kasihan kepada siapapun tanpa adanya syarat. Kata-Nya singkat namun berisi penuh makna
:”Pergilah dan perbuatlah demikian.”

Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari kalau kita melihat orang yang mengalami
kecelakaan? Anggaplah kecelakaan lalulintas atau yang lainnya. Kita tinggal memilih apakah
sebagai seorang imam, seorang Lewi atau seorang Samaria. Siapkah kita berbagi belas
kasihan kepada siapapun yang membutuhkan? Jawabnya ada di hati kita sendiri. Secara jujur,
penulispun tidak menghampiri orang yang kelihatan sakit di pinggir jalan. Alasannya sepele,
karena hampir telat masuk kantor dan penulis memang menekankan perlunya disiplin dari hal
yang kecil-kecil. Mungkin itu suatu ujian bagi penulis yang sok disiplin sehingga
mengabaikan belas kasihan. Pengalaman ini rasanya tidak akan hilang dari ingatan. Penulis
yakin bahwa ada seorang Samaria yang menolong orang tersebut, karena siangnya sudah tidak
ada lagi.

Pengalaman penulis sewaktu berziarah ke Israel salah satunya membeli sebotol minyak
zaitun, anggur Kana dan anggur untuk perjamuan ekaristi. Boleh dikatakan setiap ketemu
pastor, apa saja yang penulis beli minta diberkati, termasuk sampai di Vatikan. Sesampai di
rumah minyak zaitun tersebut penulis bagikan sedikit-sedikit dengan botol kecil kepada para
101
saudara di lingkungan. Anggur Kana dan lainnya habis termanfaatkan pada waktu itu juga.
Penulis baru tahu bahwa minyak zaitun tersebut dimanfaatkan para saudara sebagai sarana
penyembuhan, dan ternyata menyembuhkan!

Maria dan Marta


10:38. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung.
Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 10:39 Perempuan itu
mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus
mendengarkan perkataan-Nya, 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan
berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang
diri? Suruhlah dia membantu aku." 10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau
kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu:
Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Dalam cerita Marta dan Maria di atas seringkali membuat bingung dalam hidup ini. Dalam
pemahaman penulis, Tuhan Yesus sepertinya lebih menekankan kepada yang rohani. Ajaran-
ajaran yang diucapkan-Nya tidak akan diulang kembali, maka perlu disimak dengan seksama.
Itulah yang dilakukan oleh Maria, sedangkan Marta seperti layaknya perempuan sebagai
nyonya rumah.

Mungkin perlu dibedakan antara bahasa rohani atau bahasa hati, dengan bahasa duniawi atau
akal budi. Ajaran Tuhan Yesus kelihatannya lebih ditujukan kepada manusia dalam bahasa
rohani bukan bahasa akal budi. Dalam hal ini ajaran Tuhan yang rohani atau firman lebih
penting dari segala macam hal duniawi

Dengan bahasa akalbudi dan segala alasan etika duniawi, Marta merasa kuatir jika tidak bisa
melayani secara baik dan akhirnya menyusahkan diri sibuk ini itu. Dilihat dari kehidupan
duniawi, pelayanan Marta terhadap tamu tersebut amat baik. Setiap orang ingin melayani
tamu dengan baik dan mengharap pujian secara langsung atau tidak langsung. Alangkah
senangnya apabila para tamu merasa puas atas pelayanannya. Martha memprovokasi Tuhan
Yesus agar Maria mau membantu. Betapa pahit bekerja sendirian di belakang, sedangkan
saudara perempuannya tidak membantu.

Maria bisa dicap sebagai perempuan yang tidak tahu adat, sopan santun, etika. Saudaranya
sibuk koq malah enak-enakan bersimpuh di dekat kaki-Nya. Perempuan macam apa itu?
Maria bisa kita katakan memberontak dari kebiasaan yang selama ini menjeratnya. Perempuan
tugasnya di belakang ingin dia rubah, khususnya untuk hal yang lebih rohani. Yang rohani
berlaku bagi sesama manusia tanpa membedakan gender, mengalahkan yang duniawi dan
yang terikat oleh kebiasaan

Seringkali Tuhan Yesus mencelikkan akal budi kita yang begitu duniawi. Mungkin perlu
ditanyakan tujuan keluarga Marta untuk menerima Tuhan Yesus dan para murid singgah.
Apakah hanya ingin melayani dan menjamu para tamu ataukah ingin mendengarkan
pengajaran-Nya. Kemungkinan besar ya menjamu sembari ngobrol namun bisa disambil
menyiapkan hidangan untuk rombongan. Yang sambilan ini jelas tidak akan bisa fokus ke
satu hal, apalagi kepada dua-duanya.

Mungkin Maria lebih memilih ajaran rohani secara langsung kepada Tuhan Yesus. Kapan lagi
Dia bisa mampir ke rumahnya, maka waktu tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Maria bisa
melihat dan mendengar secara langsung dan komplit dari Sang Guru, bukan dari katanya dan
katanya. Biarlah kalau nantinya diomeli oleh saudaranya dan dianggap tidak tahu sopan
santun sebagai perempuan. Dan sokurlah Tuhan Yesus sendiri yang berbicara kepada Marta
saudaranya.
102

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin akan berpihak kepada Marta yang melayani para
tamu. Jika tidak ada pembantu, maka nyonya rumah pasti akan menyiapkan segala sesuatu
yang diperlukan. Dia akan mendongkol jika saudaranya tidak ikut membantu, tetapi malah
ikut bergabung dengan para tamu. Jangan-jangan dalam mempersiapkan pertemuan, yang
tumbuh malah stress seperti dikejar waktu. Perasaan yang semestinya sukacita malah tersapu
oleh kegelisahan yang menghantui, karena sajian belum semuanya siap.

Kita bisa membayangkan bagaimana jika dirumah kita diselenggarakan sembahyangan atau
malahan misa kudus. Mungkin nyonya rumah tidak bisa bergabung sepenuhnya, selama
proses peribadatan masih berlangsung. Sang Marta ingin segala sesuatunya yang disiapkan
berjalan dengan baik, jangan sampai ada tamu yang tidak berkenan. Proses peribadatan bisa
disambil dari belakang, jika ada yang belum beres. Seringkali malah proses ingin melayani
tamu dunia dengan sebaik-baiknya ini menjadi prioritas utama. Tamu yang kudus dan tidak
kelihatan, walaupun disembah menjadi setengah sambilan. Alasan pembenaran diri pasti ada
:”Tuhan pasti memaklumi kesibukanku.”

Sepertinya Tuhan Yesus ingin mengajar kepada kita bahwa tujuan berkumpul untuk beribadat
harus menjadi nomor satu. Hal ini berlaku bagi keluarga tuan rumah maupun para tamu, tidak
terkecuali. Yang lainnya hanyalah “ubarampe” atau lampiran saja. Semua orang yang datang
untuk berkumpulpun tujuan pokoknya beribadat, bukan untuk yang lampiran tadi. Nanti kalau
segalanya sudah selesai, maka silahkan saja ubarampe tersebut keluar. Kalau perlu,
bagaimana caranya agar segalanya sudah selesai dan siap, sehingga yang punya rumah bisa
total terlibat dalam yang rohani. Yang jasmani tidak menjadi batu sandungan yang bisa
membuat jatuh.

Mungkin ceritanya menjadi lain, apabila para tamu yang datang tujuan utamanya memang
mencari makanan jasmani. Menu makanan yang rohani dari awal harus sudah disesuaikan
dengan situasi.

Bab 11- Hal Berdoa, Roh jahat, Tanda Yunus


Doa Bapa Kami
11:1. Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia
berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya:
"Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada
murid-muridnya." 11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu
berdoa, katakanlah:
Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 11:3
Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun
mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan
janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Semua orang Kristen apakah Ortodox, Katolik ataupun Protestan pasti mengenal doa Bapa
Kami. Mungkin doa tersebut sudah merupakan santapan setiap hari sampai hafal di luar
kepala. Saking hafalnya, jangan-jangan mulut ini mendaraskan doa namun hati akal budi
keluyuran kemana-mana. Pikiran melamun atau mengembara ke sasaran lain, sedangkan
mulut berkomat-kamit Bapa Kami. Dari sinilah penulis lebih senang menyebut doa sebagai
ngobrol dengan yang kudus. Ngobrol mempunyai kesan lebih asyik, lebih dekat dan saling
memperhatikan, lebih bebas bertutur kata dan akan lebih fokus dengan lawan bicara.
103
Dalam pemahaman penulis, doa Bapa kami ini berisi beberapa hal pokok. Pertama memuji
dan memuliakan Allah yang mahakudus dan semoga kedamaian-Nya turun merajai setiap hati
yang mendaraskan. Jika semua orang berdoa dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, maka
damai sejatera-Nya pasti akan merajai bumi. Kedua memohon rezeki makanan sehari-hari
yang secukupnya saja. Ketiga memohon ampun dan belajar mengampuni orang lain. Dan
yang keempat agar dijauhkan dari segala pencobaan. Penulis tidak tahu isi doa yang diajarkan
Yohanes kepada para muridnya.

Doa yang kelihatan begitu mudah tetapi sulit untuk dilaksanakan jika dengan sepenuh hati.
Kita semua tahu bahwa Asma Allah begitu kudus, jangan sembarangan mengucapkan atau
mengatas namakan nama Tuhan. Dialah yang termulia yang harus disembah dan dihormati.
Kenyataan dalam hidup ini? Kita bisa merasakan di dalam diri kita masing-masing, kapan kita
tidak memuliakan dan mengkuduskan nama-Nya sewaktu melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan kasih-Nya. Menyebut asma Allah yang mahabesar sambil melakukan perbuatan
yang keliru, melampiaskan kekerasan, melontarkan kebencian. Berlindung dibalik nama-Nya
yang kudus. Sering kita mengakui bahwa Allah begitu mengasihi dan menyayangi umat-Nya.
Apakah Dia setuju jika kita berlindung pada-Nya dan melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan kasih sayang itu sendiri?

Selanjutnya dalam pemahaman penulis, kita diminta untuk selalu dan terus memohon agar
Kerajaan-Nya masuk kedalam diri kita, merajai kita, menguasai kita. Mengharapkan Roh
Kudus-Nya merasuk dan memimpin kita. Kita mengakui sebagai manusia lemah yang tidak
bisa apa-apa; tanpa Roh Kudus-Nya kita begitu gersang dan tandus. Apabila Roh Kudus yang
berkarya dalam diri kita, semestinya benih-benih yang ditaburkan adalah benih kasih yang
ilahi dan disemai di ladang subur. Sayangnya seringkali akal budi kita menolak Kerajaan-Nya
yang ditawarkan kepada kita, walaupun mulut ini berucap. Alangkah indahnya apabila di
dunia ini hanya berisi kasih, damai dan sejahtera. Kerajaan-Nya betul-betul turun atas kita
semua, yang menghapuskan segala macam kebencian, keserakahan dan perselisihan.

Meminta makanan setiap hari yang secukupnya dalam pemahaman penulis adalah ajaran
untuk tidak serakah. Kita diajar untuk meminta setiap hari yang berarti ngobrol dengan Tuhan
setiap hari. Makanan jasmani dan makanan rohani yang secukupnya saja untuk setiap hari.
Biarlah proses kehidupan ini menggelinding begitu saja tanpa keserakahan. Jika semua orang
melaksanakan seperti itu, maka mestinya tidak akan ada kelaparan karena tidak ada yang
serakah. Semua orang bisa saling berbagi dengan penuh ikhlas dan tulus.

Jika direnungkan, penulis merasa yakin bahwa kebutuhan makanan jasmani di seluruh dunia
ini cukup bagi kita semua. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan telah menyediakan segala
sesuatunya bagi kehidupan kita, seberapapun banyak manusia itu. Banyak jenis makanan yang
bisa dinikmati untuk hidup ini, bukan hanya beras atau terigu. Karena kekawatiran dan
keserakahan, mulailah memohon rezeki untuk seumur hidup, malahan untuk tujuh turunan.
Kita lupa bahwa semua orang juga membutuhkan makanan sehari-hari, sama seperti kita.
Jangan-jangan jika terjadi kelaparan kepada sekelompok orang, secara tidak langsung kita
termasuk penyebabnya.

Mulailah muncul pemikiran bisnis karena menjadi barang kebutuhan pokok, maka jenis
makanan pokokpun diklasifikasi. Dengan segala macam cara dan proses panjang, manusia
mulai tergantung kepada bahan makanan pokok tertentu saja. Sampai muncul salah satu
ungkapan “kalau belum kemasukan nasi, rasanya belum makan.”

Mestinya dilakukan dahulu apa yang tertulis dalam doa tersebut, baru setelah itu berdoa.
Penulispun mengakui secara jujur bahwa hal tersebut tidak gampang. Penulis pernah
104
membaca pengalaman Vassula yang menulis buku True Life in God (Hidup sejati dalam
Allah). Vassula diminta untuk berdoa Bapa kami oleh Tuhan Yesus dan diuji sampai semalam
suntuk. Doanya selalu dikatakan kurang ini dan kurang itu, tidak sesuainya mulut dan hati dan
sebagainya. Baru keesokan harinya Tuhan Yesus merasa puas dan meminta yang seperti
itulah yang diharapkan Tuhan.

Memberi ampun kepada orang yang bersalah kepada kita, dalam kenyataan hidup ini nyatanya
tidak mudah. Rasa sakit hati yang tidak kelihatan masih bisa ditutupi dengan topeng wajah
ceria, walaupun rona merah yang hanya sekejap muncul dapat dihilangkan. Seringkali muncul
pertanyaan dalam hati. yang bersalah kepada kita itu yang bagaimana. Kedua belah pihak
mengakui itu salah dan tidak peduli, atau salah menurut anggapan kita sendiri saja.

Kita bisa merenungkan di dalam diri kita masing-masing, masih adakah luka batin, rasa sakit
hati yang kita simpan. Jika memang masih menempel di relung-relung hati ini, kita bertanya
diri dengan jujur apakah sudah bisa mengampuni. Mungkin saja bekas-bekas luka itu masih
menempel dan tinggal kenangan saja. Apabila masih belum juga bisa mengampuni, kita bisa
bertanya diri lagi adakah faedah yang kita dapatkan dari luka batin tersebut. Mungkin saja
merasa enak sewaktu menggaruk-garuk luka yang sebenarnya sudah mengering. Dalam rasa
keenakan, bisa saja luka tersebut terbuka lagi. Mau tidak mau, sekecil apapun pasti ada suatu
beban, ganjalan yang tidak akan hilang selama tidak kita buang.

Konyolnya, apabila kita merasa sakit hati kepada seseorang padahal orang tersebut sama
sekali tidak menyadari bahwa pernah menyakiti orang lain. Orang tersebut biasa-biasa saja
sewaktu bertemu kita karena merasa tidak bersalah. Mungkin kitalah yang salah tingkah harus
berbuat bagaimana. Mungkin yang paling baik adalah segera konfirmasikan dengan dialog
kepada yang bersangkutan, mengungkapkan perasaan yang mengganjal. Apapun
tanggapannya, sebaiknya segera untuk diselesaikan, rekonsiliasi sehingga tidak ada
sedikitpun beban yang mengganjal. Dan yang namanya memberi maaf seringkali kita
gradasikan, tergantung banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Padahal pengampunan tidak
mengenal syarat, seperti mengasihi yang tanpa syarat.

Selama roh jahat masih boleh berkarya di dunia ini maka kejahatan akan tetap berjalan
seiring dengan kehidupan itu sendiri. Dia akan selalu berusaha untuk memasuki hati dan akal
budi kita, mempengaruhi dengan segala macam iming-iming. Dia akan mencari segala sisi
kelemahan kita agar mudah masuk. Dan itulah pencobaan dimana kita sering begitu rapuh
karena kelemahan kita sendiri. Karena kelemahan kita, seringkali kita tidak sadar telah masuk
ke dalam perangkap pencobaan, sekecil apapun itu. Pasti kita pernah mengalami rasa jengkel,
marah, tidak puas walau tidak sampai terungkap keluar. Dan disitulah kita diajar untuk selalu
memohon agar dijauhkan dari pencobaan.

11:5 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke
rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti,
11:6 sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan
aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; 11:7 masakan ia yang di dalam
rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-
anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. 11:8 Aku
berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena
orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun
juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.
11:9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 11:10
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan
setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 11:11 Bapa manakah di antara kamu,
jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
105
11:12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 11:13 Jadi jika
kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Janji Tuhan yang teguh dan setia ditawarkan kepada kita. Jika kita meminta yang baik dan
benar pasti akan diberi, entah kapan pemberian itu diserahkan kepada kita. Jika kita mau
mencari yang baik dan benar, pasti pada saatnya akan menemukan apa yang kita cari. Jika kita
mau mengetuk dengan sabar, pasti pada saatnya nanti pintu akan dibukakan. Janji yang bukan
main karena Allah Bapa sendiri yang akan memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita. Hal ini
berlaku sampai sekarang dan selamanya. Tuhan Yesus sendiri selalu menawarkan diri-Nya
untuk kita melalui Roh Kudus-Nya. Tuhan maha memaklumi akan kelemahan kita. Tanpa Dia
kita bukan apa-apa dan gampang terpeleset untuk jatuh ke dalam jurang menganga yang
sudah menunggu di hadapan kita.

Persoalannya sekarang, siapkah kita membuat ruangan di dalam hati kita untuk Roh Kudus-
Nya agar bersemayam dan memimpin kita dalam segala hal. Menguasai kita untuk hidup
sejati dalam Allah Tritunggal agar memperoleh kehidupan kekal. Dia selalu ingin masuk ke
dalam diri kita, apabila memang diberi tempat untk bersemayam.

Dalam kehidupan sehari-hari nyatanya tawaran Allah Bapa seringkali kita tolak. Paling tidak
kita pinggirkan dan selanjutnya akal budi kita yang berkuasa kembali. Pada awalnya kita
siapkan ruang khusus yang indah untuk Roh Kudus. Kita merasakan sukacita pada saat itu dan
bisa berpasrah dengan tulus mengikuti perintah-Nya. Karena kelemahan kita dan iming-iming
duniawi, seringkali kita silau dan takjub akan gemerlapnya keindahan yang ditawarkan dunia.
Akhirnya Roh Kudus kita perintahkan untuk meninggalkan singgasana yang kita buat, karena
kita ingin mendudukinya sendiri.

Tuhan, berilah kami Kerajaan-Mu dan kuasailah agar kami bisa mencapai kemurnian dan
kesucian untuk mendapatkan hidup kekal seperti yang Engkau tawarkan. Amin.

Janji Tuhan Yesus inilah yang menjadi kekuatan dalam hidup kita. Allah Bapa akan
memberikan Roh Kudus kepada siapapun yang meminta kepada-Nya. Persoalannya, kita tidak
selalu yakin malahan ragu dan bimbang, apakah Roh Kudus sebenarnya selalu berkarya di
dalam diri kita. Segala macam permohonan, curhat, ataupun pertanyaan yang kita sampaikan
kepada Tuhan, akan selalu dijawab. Jawaban Roh Kudus yang masuk ke dalam diri kita, pasti
isinya begitu baik dan bijaksana. Jawaban tersebut bercampur baur menjadi satu dengan
jawaban-jawaban lain yang juga masuk ke dalam diri kita. Entah jawaban dari akal budi kita
sendiri, entah jawaban dari orang lain ataupun yang lainnya lagi. Disinilah sulitnya memilah-
milah segala jawaban yang berada di perbendaharaan hati kita. Seringkali kita dapat
menangkap jawaban Roh Kudus yang begitu indah namun koq tidak sesuai dengan keinginan
daging akal budi kita. Atau jawaban tersebut malah kebalikannya dari yang kita inginkan,
akhirnya kita memilih jawaban yang berasal dari dunia ini.

Kita sadar dan tahu bahwa dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan permohonan
rezeki secukupnya untuk hari ini saja. Besok pagi memohon kembali seperti itu, dan begitu
seterusnya. Dari doa atau obrolan setiap hari ini, maka akan tumbuh keintiman, kedekatan
dengan Allah Bapa. Keintiman yang begitu misteri karena sulit untuk diungkapkan dengan
kata-kata. Dari hanya sekadar doa Bapa Kami, kemudian akan tumbuh berkembang
komunikasi yang lebih akrab, tanpa ada batas. Mungkin saja kata-kata “aku dan Engkau”
pada saat tertentu akan bergeser menjadi “kita.” Allah yang selalu beserta kita, sehingga
sebenarnya kita tidak sendirian lagi. Kita malah akan lupa dengan permohonan, tetapi
berbicara kehidupan sehari-hari.
106
Yang sering terjadi seiring dengan keinginan daging kita, kalau boleh memohon rezeki untuk
jangka waktu yang panjang, jadi tidak usah setiap hari berdoa Bapa kami. Sering kali kita
berhenti hanya meminta saja, lupa dengan mencari maupun mengetok. Padahal janji Tuhan
Yesus di atas merupakan satu kalimat utuh, antara meminta, mencari dan mengetok.

Menurut pemahaman penulis, kita diajar untuk selalu berhubungan dengan Tuhan sendiri
melalui doa atau ngobrol dengan-Nya. Dalam obrolan tersebut tidak lupa kita sampaikan
permintaan yang diinginkan. Kita diajar juga bahwa dalam dunia ini kita harus selalu mencari
atau berusaha dalam mencapai keinginan kita. Seringkali kita merasa bahwa sepertinya
semua jalan tertutup bagi kita, tidak ada yang berpihak kepada kita, semuanya buntu. Maka
kita diajar juga untuk selalu mengetok pintu Hati-Nya, dan disanalah kita akan dibukakan.
Kita bisa terheran-heran, mengapa sebelumnya pintu-pintu itu tidak terlihat. Mungkin Tuhan
Yesus berkata :”Berusahalah dahulu, nanti Aku yang menyelesaikan sisanya.”

Apabila kita merenung ke belakang, seringkali baru kita sadari bahwa Tuhan-lah yang
memberi dan membukakan jalan hidup kita. Pada saat-saat yang seperti inilah kita baru ingat
dan sadar bahwa selama itu lupa mengucap syukur kepada Tuhan. Apa saja yang kita peroleh
dengan benar dan baik, sebetulnya berasal dari perkenan Allah. Setiap pekerja sudah
sewajarnya mendapatkan upah, dan itu harus kita syukuri

Bagi penulis sendiri, janji Tuhan Yesus ini merupakan pengalaman yang tidak akan
terlupakan. Meminta mencari dan mengetok nyatanya selalu dikabulkan oleh Tuhan Yesus
yang seringkali tidak terduga. Pemberian-Nya macam-macam, ada yang sesuai dengan
permohonan namun ada juga yang berbeda. Ada yang hanya beberapa waktu saja, ada juga
yang bertahun-tahun baru dikabulkan. Betapa baik dan mahakasih-Nya Dia kepada semua
orang yang mau datang kepada-Nya. Pernah juga dengan segala kesombongan diri tidak mau
memohon karena malu. Masak hal yang begitu duniawi koq merepotkan Tuhan. Karena sudah
sepuluh tahun tidak juga bisa, maka dengan sepenuh malu penulis ungkapkan segala
kesombongan diri ini. Dan doa dikabulkan! Puji Tuhan!

Yesus dan Beelzebul


11:14. Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu
keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. 11:15 Tetapi ada di antara
mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." 11:16 Ada
pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. 11:17 Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan
setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 11:18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-
bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu
berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. 11:19 Jadi jika Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?
Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 11:20 Tetapi jika Aku mengusir setan
dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 11:21
Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka
amanlah segala miliknya. 11:22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang
dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang
diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia
melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
Penulis seringkali bertanya dalam diri sendiri, saat kapan sebenarnya Iblis mulai berkarya di
dalam diri ini. Sepertinya Tuhan Yesus berkata bahwa Iblis tak henti-hentinya berusaha
mempengaruhi kita. Sering dia muncul melalui telunjuk kita, suara dari mulut kita ataupun
bahasa tubuh kita. Sewaktu kita marah besar, cobalah untuk bercermin. Maka kita akan bisa
melihat secara sekilas wajah iblis menghiasi roman muka kita di cermin.
107
Tuhan Yesus secara tidak langsung sudah menunjukkan siapa sebenarnya Dia. Kuasa Allah
ada dikarya-Nya setiap hari karena memang Dia sendiri Allah yang turun ke dunia. Kerajaan
Allah sudah datang kepada kita. Kita diajak dan diajar agar selalu bersama Dia, diajar
mengumpulkan anak-anak domba bersama Dia.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali Iblis berkarya tanpa kita sadari. Yang semestinya
berkumpul bersama malah tercerai berai akibat telunjuk, mulut dan sikap kita. Seringkali kita
berlindung dibalik umur, pengalaman maupun selera kita. Kita mengkritik, menyindir ataupun
bahasa lain yang tidak kita sadari menyebabkan perpecahan. Seringkali dengan ego kita, kita
ingin merubah orang lain sesuai kehendak kita. Jangan-jangan orang tersebut juga ingin
merubah kita. Buntut-buntutnya terjadi perbedaan pendapat, yang buahnya bisa jadi berbentuk
perpisahan, perceraian atau perpecahan. Dengan alasan apapun, perpecahan ini jelas tidak
dikehendaki oleh Tuhan Yesus.

Jika Tuhan Yesus saja selalu dicobai oleh rekayasa jahat, apalagi kita manusia ini yang begitu
lemah. Banyak pengalaman mengajarkan kepada kita, kerajaan atau rumah tangga yang
terpecah-pecah pasti akan runtuh. Terpecah-pecah dalam artian perbedaan tujuan, pamrih, ego
pribadi atau kelompok tanpa adanya keinginan dialog untuk rekonsiliasi dari kedua belah
pihak. Biasanya telunjuk jari kanan ini ditumpangi oleh roh jahat, ketika menyalahkan pihak
lain. Sewaktu menyalahkan atau bicara kekurangan pihak lain, secara tidak sadar mengakui
diri lebih benar dan lebih baik. Merasa lebih baik dan benar ini maka langsung atau tidak,
menuntut pihak lain yang harus berubah. Padahal umumnya semua merasa benar dan saling
menyalahkan, terus muncullah perselisihan yang menimbulkan perpecahan. Dan roh jahatpun
akan tersenyum sampai tertawa karena berhasil dalam karyanya memecah belah.

Mungkin kita harus berani mengadakan perubahan total dari kebiasaan ini, apabila ingin
mengikuti ajaran Tuhan Yesus. Berani melakukan penyangkalan diri, mengakui kesalahan,
kekurangan, kelemahan, mengalahkan ego pribadi sebelum diberondong dari luar. Pihak lain
tidak akan menyalahkan, mengkritik lagi karena sudah ada pengakuan segala kekurangan.
Jika kedua belah pihak berani melakukan pengakuan ini, barulah dialog dapat dilakukan
dengan lebih tenang untuk menuju perdamaian dan persatuan yang menjadi harapan semua.
Masalahnya akan berbeda kalau dari sejak awal memang berkeinginan untuk pecah, bercerai.
Seribu satu macam alasan, rekayasa atau apapun akan tetap dipertahankan untuk tujuan pecah.
Pertanyaannya hanya satu, mengapa ingin pecah, berpisah atau bercerai?

Iri dengki, tersinggung, tidak mau kalah, serakah biasanya dapat menimbulkan rekayasa jahat.
Dalam kebiasaan berpikir dan berucap negatif kepada seseorang yang berhasil, dalam bidang
apapun, jarang kita bisa belajar bagaimana orang tersebut bisa sukses. Yang seringkali muncul
dalam obrolan mengomentari orang berhasil, ujung-ujungnya adalah kelemahannya. Bahkan
tidak jarang dikait-kaitkan dengan kuasa setan, roh jahat, kafir dan sebagainya. Dari obrolan
dan komentar negatif tersebut, kita tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin inilah yang disebut
sebagai berkata yang sia-sia.

Kata-kata Tuhan Yesus:“Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya
Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” pada saat itu kelihatannya begitu sulit diterima oleh
mereka. Siapa sich sebenarnya Dia ini, koq beraninya mengaku dengan kuasa Allah. Memang
diakui bahwa kenyataannya Dia dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, sulit diterima akal,
melebihi nabi-nabi yang pernah ada dengan segala dongeng kehebatannya. Bahasa akal budi
lebih merasuki akal sehat dibandingkan dengan bahasa rohani yang mengakui bahwa Tuhan
itu maha kuasa. Segalanya mungkin bagi Tuhan, yang bagi manusia sering menganggap tidak
masuk akal. Ya memang harus tidak mempergunakan nalar kita yang begitu kecil di hadapan
Tuhan. Sebutan-Nya saja Yang Maha Kuasa.
108

Permasalahan yang muncul adalah, seringkali kita merasa bahwa kita sudah begitu hebat,
pandai bahkan jenius. Segalanya di dunia ini harus bisa dijelaskan dengan nalar kita. Apabila
belum diketahui, ya kita anggap saja masih dalam percobaan dan penelitian. Hal itu syah-syah
saja. Kita pasti tidak akan bisa menjelaskan dengan nalar mengapa Saulus tiba-tiba berganti
nama menjadi Paulus. Hukum sebab akibat kelihatannya tidak berlaku.

“Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan." Dalam benak penulis, perkataan Tuhan Yesus ini harus menjadi
perhatian khusus bagi kita. Dalam kehidupan sekarang ini seringkali kita mengajak berkumpul
untuk memuliakan Allah. Entah namanya doa bersama, retreat, sembahyangan, ngobrol rohani
atau apapun. Maksud tersebut jelas tujuannya baik, namun begitu apabila disertai kata-kata
“harus” maka hasilnya bisa berubah bertolak belakang. Harus tersebut bisa diungkapkan
dengan kata-kata tegas ataupun yang halus namun tersirat memaksa. Kata yang keluar dari
mulut ini seringkali jadi batu sandungan yang dapat mencerai-beraikan. Ajakan yang awal
mulanya tidak memaksa, yang begitu bebas bagi siapapun untuk bergabung, karena sesuatu
hal tadi mulai menyusut pelan-pelan.

Para ahli, para pimpinan gereja mungkin perlu merenungkan kembali dengan hati yang bersih,
mengapa pengikut Kristus ini sampai pecah tercerai berai seperti sekarang ini. Mengapa
Gereja Awal sampai pecah dua menjadi Ortodox dan Katolik, yang sering disebut sebagai
Gereja Barat dan Gereja Timur. Kemudian mengapa gereja Katolik pecah dan muncul
kelompok Kristen Protestan. Selanjutnya mengapa Gereja Protestan sampai beratus bahkan
beribu-ribu macam denominasi.

Penulis merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa pasti ada alasan-alasan yang dapat
dikemukakan dari setiap kelompok tersebut. Setiap argumentasi yang dibuat, sadar atau tidak
umumnya menuju ke arah pembenaran diri, yang disesuaikan, diselaraskan dengan Alkitab.
Terus muncul masalah-masalah dari yang sepele sampai yang prinsip diperdebatkan. Jangan-
jangan Tuhan Yesus sedih dan menangis melihat para pengikut-Nya pecah tercerai-berai.
Tuhan Yesus pasti tidak akan menyalahkan awam yang tidak tahu asal muasal perpecahan ini,
tetapi akan ditagih kepada para pimpinan yang menyebabkan perselisihan.

Kita bisa membayangkan apabila Tuhan Yesus sebagai kepala gereja-Nya, maka anggota
tubuh-Nya “ tiwikrama” menjadi tiga. Mungkin saja dari setiap tubuh itu ada yang cacat,
disambung dengan yang palsu. Satu tangan asli ada di tubuh si A, satu kaki asli di tubuh si B,
satu pinggul asli di tubuh si C.

Alangkah indahnya apabila gereja yang satu dari awalnya, bisa bersatu kembali seperti
semula. Mungkin dibutuhkan kerendahan hati yang bening dari setiap kelompok, berani
mengakui setiap kelemahan masing-masing dan mengakui kebenaran dari yang lain. Mungkin
inilah rekonsiliasi global yang ditunggu Tuhan Yesus dengan hara-harap cemas. Masalah
ritual atau ibadat yang sudah menjadi kebiasaan selama ini, mungkin menjadi topik yang ke
sekian.

Yang mengagetkan penulis, nyatanya perayaan Paskah waktunya berbeda antara Gereja
Ortodox dengan Gereja Katolik dan Protestan. Tuhan Yesus disalibkan dua kali dalam
setahun! Tubuh-Nya dipecah-pecah sampai tidak terhitung! Maafkan penulis ini.
Tuhan, ampunilah kalau ungkapan ini membuat Engkau tidak berkenan. Amin.

Ada kata-kata Tuhan Yesus yang perlu direnungkan, bahwa berkarya dengan kuasa roh jahat,
maka dialah yang akan menjadi hakim kita. Bisa kita bayangkan bahwa roh Jahat akan
109
meminta kita untuk meneken kontrak perjanjian. Dia akan memberikan hak yang kita minta,
namun akan menagih kewajiban yang harus kita penuhi. Pada waktunya roh jahat tersebut
pasti akan menghakimi kita, sesuai dengan seleranya. Penghakiman Allah jelas lebih
bijaksana dan adil, karena Dia Sang Maha Adil yang selalu teguh dan setia dengan janji-Nya..

Kembalinya Roh Jahat


11:24 "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang
tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke
rumah yang telah kutinggalkan itu. 11:25 Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih
tersapu dan rapih teratur. 11:26 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat
dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih
buruk dari pada keadaannya semula."
Sadar atau tidak, mungkin kita semua pernah dimasuki oleh roh jahat. Hal ini dapat
dibuktikan sewaktu kita berbuat jahat, sekecil apapun kejahatan itu. Biasanya akal budi kita
sudah mempersiapkan segala macam alasan untuk pembenaran diri. Itu ini bukan suatu hal
yang jahat, namun .......... . Manusiawi kita langsung ditonjolkan terlebih dahulu bahwa masih
banyak kelemahan daging dan itu kita pertahankan sebagai senjata.

Mari kita bayangkan rumah kita yang bersih tersapu dan rapih teratur, apalagi kalau ada
beberapa tamu yang akan datang. Betulkah semuanya bersih teratur? Dimanakah kita
sembunyikan yang selama ini terlihat berantakan? Jangan-jangan malah kita letakkan ke
dalam kamar pribadi kita, dimana orang lain tidak akan melihatnya. Kalau mempunyai
gudang tersendiri, tempat jauh kurang praktis. Nanti kan mau dikeluarkan lagi.

Biarpun kita diajar untuk menjadi kecil seperti anak yang perbendaharaannya masih sedikit,
rasanya enggan jika diminta membersihkan diri dari segala macam arsip pribadi.
Perbendaharaan yang kita punya entah baik entah buruk entah bersih ataupun kotor, tetap
tersimpan dalam hati. Jika yang baik dan bersih yang tersimpan masih mendingan, namun
seringkali kita masih menyimpan dan memelihara kotoran kita. Kotoran tersebut antara lain
iri dengki, dendam, marah, sombong, serakah, ego ingin diakui dan lainnya lagi. Bukan kita
buang dan lenyapkan namun kita singkirkan ditempat tersembunyi bagaikan arsip yang begitu
penting dan berharga. Sekali waktu dapat dibuka kembali untuk nostalgia. Jangan-jangan
malah menjadi musium langka yang bernilai.

Mungkin disinilah berbahayanya segala simpanan kotoran apabila kita menghadapi situasi
yang begitu ekstrim berkenaan dengan iman kita. Tujuh roh jahat dapat kita samakan bahwa
angka tersebut begitu banyak, yang berarti begitu hebatnya. Mereka akan membongkar
seluruh simpanan kita dan mengorek seluruh kotoran yang tersimpan. Kotoran tersebut yang
akan dipupuk dan dikembangkan sehingga menjadi besar.

Kita bisa membayangkan apabila kita menyapu segala kotoran dan sampah lalu kita
kumpulkan. Halaman terlihat bersih dan rapi enak dipandang. Bersyukurlah kalau tumpukan
sampah tersebut segera kita buang atau kita lenyapkan. Apa yang akan terjadi jika menunggu
nanti saja dibuangnya? Jangan-jangan akan datang sekelompok ayam, anjing atau kucing dan
memporak porandakan tumpukan sampah tersebut, menjadi berserakan kemana-mana.

Beruntunglah orang yang telah bisa membuang bahkan melenyapkan kotoran dari dalam
perbendaharaan hatinya. Roh jahat yang datang tidak akan menemukannya walaupun sudah
diobrak-abrik dan dibongkar.

Roh jahat sepertinya bagaikan tentara dari tingkat prajuirt sampai jendral. Semakin jahat dia
maka pangkatnya akan naik. Mereka menginginkan semua hati manusia ini menjadi padang
110
tandus dan gersang. Mereka akan marah dan paling tidak suka melihat hati yang suci bagaikan
ruangan bersih tersapu dan rapih teratur. Maka tidak usah heran apabila yang namanya
pencobaan akan datang silih berganti. Kadang-kadang pencobaan tersebut datang melalui
keadaan yang kelihatannya sepele dan begitu sederhana.

Mungkin kita bisa merasakan bahwa rasa tidak suka, mengeluh, mendongkol, tersinggung
sampai marah merupakan benih-benih yang disebarkan roh jahat. Keinginan memiliki lebih
yang sering dikaitkan dengan tingkat kebutuhan adalah bibit-bibit keserakahan yang
disemaikan roh jahat. Dalam hal ini mungkin agak berbeda dengan dongkol dan marahnya
Tuhan Yesus yang tersirat dalam tulisan Injil, sewaktu mengusir pedagang di Bait Allah.

Siapakah yang Berbahagia?


11:27. Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan
berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah
menyusui Engkau." 11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang
mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Setiap orang tua khususnya ibu, pada umumnya menginginkan anak-anaknya
menjadi orang. Menjadi orang dalam artian berhasil dalam hidupnya, dilihat
dari sisi materi, kedudukan, pandangan masyarakat umum. Betapa seorang ibu
menyediakan wadah selama sembilan bulan lebih dengan segala
penderitaannya. Betapa bahagianya begitu sang anak lahir, dan masih
menyediakan dirinya untuk menyusui selama beberapa bulan. Di dunia ini
adalah wajar jika mengharapkan anaknya menjadi orang. Jika anaknya sukses
maka akan muncul pertanyaan, siapakah orang tuanya, siapakah ibunya,
bagaimana dahulu mendidiknya dan sebagainya. Siapakah yang tidak bangga dan bahagia
apabila memiliki anak yang berhasil, dalam pandangan masyarakat umum?

Tidak kita pungkiri bahwa seringkali orang tua memaksakan kehendak kepada anaknya, harus
begini dan begitu. Niatnya kan baik, dengan harapan kelak berhasil dan tidak menyesal.
Sebagai anak walupun tidak sependapat, biasanya ya mematuhi keinginan orang tua. Setelah
dewasa dan bisa berpikir sendiri atau malahan sudah mandiri, barulah berani untuk berbeda
pandangan.

Namun jawaban Tuhan Yesus memang seringkali mengagetkan orang dan memaksa untuk
merenung diri. Dia tidak melihat keberhasilan yang hanya duniawi ini, tetapi lebih jauh lagi.
Keberhasilan duniawi yang hanya akan dinikmati selama delapanpuluh-seratus tahun saja,
kemudian dipanggil menghadap-Nya alias almarhum. Paling-paling hanya tercatat dalam
sejarah atau silsilah. Tuhan Yesus lebih menekankan kepada kebahagiaan yang kekal,
kebahagiaan yang rohani. Kebahagiaan tersebut bisa dicapai hanya apabila manusia mau
mendengarkan firman Allah dan memeliharanya melalui perbuatan nyata di dunia ini. Dan itu
semua janji Tuhan Yesus yang teguh, adil dan setia dengan janji-Nya.

Hampir setiap kali kita mengikuti misa kudus, kita akan mendengar seruan yang mirip dengan
ucapan Tuhan Yesus ini setelah pembacaan Injil. Kemudian kita akan memberi tanggapan
dengan sepenuh hati dan sepenuh sukacita. Sabda-Nya menjadi jalan, kebenaran dan hidup
kita.

Tanda Yunus
11:29. Ketika orang banyak mengerumuni-Nya,
berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan
111
yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda
selain tanda nabi Yunus. 11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe,
demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 11:31 Pada waktu
penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan
menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat
Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! 11:32 Pada waktu
penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan
menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan
pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"
Tuhan Yesus Sang Anak Manusia sudah mengungkapkan diri-Nya bahwa Dia lebih dari
Salomo maupun Yunus. Kita mungkin sudah tahu siapakah raja Salomo yang begitu besar,
yang sudah membangun Bait Allah yang begitu hebat. Kita juga mungkin sudah tahu siapakah
nabi Yunus yang pernah tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari. Tanda yang kita ketahui
sekarang ini bahwa Tuhan Yesus akan masuk ke dalam rahim bumi selama tiga hari. Setelah
tiga hari maka Dia akan bangkit untuk menyatakan bahwa maut telah dikalahkannya.

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana jahatnya angkatan zaman Tuhan Yesus.
Mungkin saja zaman sekarang ini sama saja bahkan bisa lebih jahat dari zaman itu. Kita hanya
bisa membandingkan dengan perkiraan bahwa ada zamannya Yunus, zamannya Salomo,
zamannya Tuhan Yesus dan zaman sekarang. Zaman Yunus dan Salomo belum mengenal
siapakah Tuhan Yesus. Mereka dapat dimaklumi karena belum mengalami bertemu dengan
Tuhan sendiri secara kasat mata. Maka ada nabi-nabi yang mendapat wahyu yang mendahului
sebelum kedatangan-Nya. Zaman sekarang mendapat tinggalan cerita, kesaksian iman yang
ditulis yang semestinya lebih banyak tahu walaupun tidak mengalami sendiri.

Kita membaca pengalaman nabi Yunus selama tiga hari dalam perut ikan besar dan
dimuntahkan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Kejadian tersebut menjadi tanda dari
Allah yang membuat orang Niniwe bertobat, berubah dari kelakuan jahatnya selama itu. Kita
juga membaca atau mendengar Tuhan Yesus bangkit dari kematian setelah tiga hari menyatu
dengan bumi. Kita juga mengerti bagaimana banyak orang bertobat dan menjadi pengikut
Kristus setelah kenaikan-Nya ke sorga. Sang Anak Manusia ini menegaskan bahwa Dia lebih
dari Salomo maupun Yunus. Jangan-jangan angkatan zaman Tuhan Yesus itu bingung dengan
apa yang dimaksudkan tanda Yunus. Mereka jelas tahu cerita nabi Yunus dan pewartaan yang
dilakukannya kepada bangsa Niniwe.

Mungkin pada zaman sekarang ini kita akan mengernyitkan dahi atau bahkan mencibir, jika
mendengar seseorang mengatakan :”Bertobatlah segera! Murka Tuhan sudah diambang
batas dan akan memuntahkan Lahar-Nya, mengalir seperti sungai menghampiri kita.”
Ungkapan itu dari dulu sudah pernah ada. Bencana alam yang terjadi itu kan fenomena alam
yang memang harus terjadi. Itu bukan bagian murka Allah.

Memang, akan sangat sulit untuk membedakan apakah itu fenomena alam ataukah tanda dari
Tuhan untuk mengingatkan kita. Yang jelas, kita sadar dan tahu bahwa kebenaran, kebaikan
dan keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia ini telah diperkosa oleh
manusia sendiri. Mungkin tanda-tanda dari Tuhan memang yang fenomena alami, bukan yang
aneh-aneh tidak masuk akal. Biar manusia bisa merenung dan menyadari betapa tidak
berdayanya dan tidak berartinya kemampuan yang selama ini dibanggakan. Sampai sekarang
manusia belum bisa menduga secara pasti, kapan dan dimana akan akan terjadi gempa bumi.

Dalam pemahaman penulis, sepertinya bangsa Yahudi angkatan pada waku itu begitu jahat.
Sepertinya tidak ada panutan atau nabi yang dapat diterima oleh masyarakat banyak. Yohanes
Pembaptispun tidak mereka anggap sebagai nabi yang mendapat karunia dari Tuhan sendiri.
Apalagi Tuhan Yesus yang selalu mencela perbuatan mereka yang malah menimbulkan iri
112
dengki dan kebencian. Segala peringatan yang disampaikan tidak pernah digubris malah
disepelekan. Mestinya seperti orang Niniwe dan ratu dari Selatan yang berubah dan bertobat,
setelah mendengar kata-kata Yunus maupun Salomo. Yohanes Pembaptis masuk penjara
karena mencela raja Herodes dan akhirnya dipenggal kepalanya.

Jangan-jangan kitapun sama dengan mereka, tahu yang diinginkan Allah agar kita berubah
namun nyatanya tetap melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Hanya kita sendiri
yang tahu, apakah kita mendengar dan melaksanakan firman Allah ataukah sebaliknya.

Jangan-jangan penghakiman untuk bangsa zaman sekarang ini akan lebih mengerikan. Semua
orang yang telah bertobat beramai-ramai akan menghakimi dan menghukum kita. Apa lagi
yang kurang? Dari zaman Abraham sampai zaman Kristus Yesus sudah pernah kita dengar.
Perang Dunia pertama dan kedua sudah kita lewati; apakah tetap bertahan menantikan perang
yang ketiga?
Tuhan Yesus, ubahlah hati kami semua orang, untuk kembli ke jalan-Mu. Amin.

Pelita Tubuh
11:33 "Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di
bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat
cahayanya. 11:34 Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. 11:35 Karena itu perhatikanlah supaya
terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. 11:36 Jika seluruh tubuhmu terang dan
tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita
menerangi engkau dengan cahayanya."
Kita semua tahu kegunaan cahaya dan kita semua membutuhkannya. Cahaya matahari
yang menyinari dunia ini tidak pernah membeda-bedakan, siapa yang akan diberi
sinarnya. Cahayanya memancar begitu saja kemana-mana, siapa yang membutuhkan
silahkan memanfaatkan. Yang tidak menginginkan silahkan bersembunyi atau
menghindar dari cahayanya. Dengan adanya cahaya, kita bisa melihat sesuatu yang
tadinya tidak kelihatan. Dan kita juga bisa membayangkan bagaimana rasanya mengalami
situasi atau suasana gelap gulita tanpa cahaya sedikitpun.

Kita semua tahu kegunaan pelita dan kapan dimanfaatkan. Pasti dinyalakan pada saat gelap
atau malam hari, agar cahayanya menerangi seluruh ruangan. Zaman sekarang mungkin
bukan memakai perumpamaan pelita tetapi lampu listrik. Kaki lampu listrik dipasang di
taman, sedangkan dalam rumah tertancap atau tergantung di langit-langit. Dikatakan bahwa
mata yang menjadi pelita tubuh. Dari matalah memancar sinar yang dikeluarkan dari lubuk
hati. Kita bisa membayangkan apa arti ungkapan gelap mata. Dari sinar mata yang terpancar,
kita bisa merasakan kira-kira bagaimana orang tersebut. Dari matalah kita bisa melihat segala
sesuatu dan dari sanalah pikiran akal budi kita akan mengasosiasikan atau menterjemahkan
apa yang dilihat.

Mari kita bayangkan pelita zaman dahulu yang diletakkan di atas kaki dian. Tanpa kaki dian
maka pelita tersebut tidak akan berada di atas, yang tidak dapat menerangi seluruh ruangan.
Dengan adanya kaki dian, maka efektifitas cahaya yang dipancarkan akan lebih terasa.
Apabila kita yang menjadi simbol pelita, terus simbol siapakah yang akan menjadi kaki
diannya? Bagi bayangan penulis sendiri, paling tidak ada tiga penopang agar kaki dian bisa
berdiri tegak dan tidak mudah terguling. Kita bisa berandai-andai bahwa kaki dian adalah
simbol dari Allah Tritunggal. Kita juga bisa mengandaikan bahwa kaki dian simbol dari
Tuhan Yesus, Bunda Maria dan para kudus yang menopang kita.
113
Kita mungkin bersepakat bahwa melalui mata, segala sesuatu yang dilihat dapat merangsang
kita untuk berasosiasi. Maksud penulis adalah bahwa apa yang kita lihat dapat menimbulkan
berbagai-bagai macam pikiran dan tafsiran, bisa positif ataupun negatif. Dari mata turun ke
hati, menjalar ke pikiran akal budi. Mata yang letaknya relatif di atas, dikatakan Tuhan Yesus
sebagai pelita tubuh. Gerak dan sinar mata yang terpancar dari dalam diri kita bisa
mencerminkan pribadi kita.

Kita bisa membedakan sinar mata yang berbinar-binar penuh sukacita, dengan yang bernyala
penuh kemarahan atau kejengkelan. Kita juga bisa membedakan pandangan yang
menyejukkan dengan pandangan yang menyebalkan. Demikian juga sinar mata yang kosong
seperti melamunkan sesuatu ataupun pancaran kesedihan. Kita juga mengerti maksud dari
ungkapan gelap mata yang berkonotasi negatif. Dalam pikiran yang jahat segalanya bisa
diterjemahkan menjadi jahat, dan pancaran sinar matapun akan berindikasi tidak baik. Begitu
juga sebaliknya, dari akal budi yang bersih, segala sesuatu yang dilihat akan diterima apa
adanya dan diterjemahkan secara positif.

Sepertinya kita diajar oleh Tuhan Yesus untuk melihat segala sesuatu dari sisi yang terang,
yang positif terlebih dahulu. Diajar untuk memaklumi orang lain, meraba-rasakan keadaan,
kondisi dan situasi seseorang yang diungkapkan melalui perbuatan. Positif atau terang secara
rohani mungkin agak berbeda dengan etika atau adat kebiasaan yang berlaku. Kita bisa
membayangkan anak-anak balita yang mandi bersama dalam keadaan telanjang. Mereka
dengan penuh kegembiraan tanpa ada rasa malu atau jengah karena masih bersih dari
masukan lain-lain. Begitu semakin dewasa, perbendaharaan hati dan pikiran sudah ditambah
dari mana-mana dan mulailah muncul yang namanya macam-macam. Kepatutan, kepantasan,
peradaban, yang dikemas dalam etika atau adat kebiasaan. Kemudian kita membuat klasifikasi
bagaimana cara melihat, memandang, mendengar maupun berbicara sampai bahasa tubuh
yang baik. Hal inipun masih diperluas sesuai tingkatan umur, pangkat, jabatan dan lainnya
lagi.

Apabila kita sebagai orang tua, seringkali begitu mudah mengatakan seseorang anak muda
tidak sopan dalam berbicara. Kurang begini kurang begitu dan masih perli diajar. Kita
mestinya berpikir positf, jangan-jangan anggapan tidak sopan tersebut karena kebisaannya ya
memang sebegitu. Mungkin kita lupa untuk memandang sinar mata yang dipancarkan anak
tersebut. Anak orang Jawa lahir di Batak secara umum pasti bahasa Jawanya tidak sebagus
yang lahir di Jawa Tengah. Demikian juga sebaliknya anak orang Batak yang lahir dan besar
di Jawa, bahasa Bataknya pasti tidak komplit. Yang kita pikirkan hanya bahwa anak muda
harus sudah tahu sendiri yang namanya sopan santun, adat istiadat ataupun kebiasaan. Mereka
harus tahu sendiri yang namanya “sasmita” atau bahasa isyarat tubuh, anggaplah dari suatu
pancaran lirikan mata yang mempunyai arti tertentu. Apalagi pada zaman sekarang ini dimana
masyarakat sudah bercampur baur menjadi multi kultur. Kita sering lupa bahwa dahulu juga
pernah mengalami menjadi anak muda.

Apabila kita sebagai anak muda, seringkali juga kaget melihat cara ngomong orang tua dalam
suatu pertemuan. Para orang tua sepertinya menganggap yang muda seperti anak-anak terus,
lupa bahwa sudah berkembang menuju dewasa. Jangan-jangan malah pengalamannya lebih
dewasa daripada yang tua-tua.

Kita sering lupa bahwa setiap kata atau ungkapan bisa dikatakan halus untuk suatu daerah,
namun dikatakan kasar untuk daerah lainnya. Kita sering lupa bahwa setiap angkatan atau
generasi mempunyai adat budayanya yang khas masing-masing, yang seringkali membuat
heran angkatan diatasnya.
114
Menjadi pelita berarti memancarkan terang cahayanya kepada siapapun atau apapun agar
semakin terlihat jelas. Terang dibutuhkan untuk mengalahkan kegelapan. Mestinya Roh
Terang sangat kita dambakan dan kita butuhkan, agar kegelapan di dalam diri kita masing-
masing menjadi menipis dan kalau bisa sirna sama sekali. Allah sendiri adalah Sang Terang,
yang dari pada-Nya tidak ada kegelapan.

Kecaman kepada orang Farisi dan Ahli Taurat


11:37. Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya.
Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia
heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. 11:39 Tetapi Tuhan berkata
kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan
pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 11:40 Hai orang-orang
bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan
menjadi bersih bagimu. 11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu
membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu
mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan.
Adat kebiasaan orang Yahudi salah satunya adalah mencuci tangan sebelum makan.
Kebiasaan yang tidak keliru agar segala makanan yang masuk ke tubuh ini tidak tercemar
karena tangan yang bersih. Mungkin hampir sama maknanya dengan kebiasaan masuk ke
gereja mengambil air suci dan membuat tanda salib. Hampir sama dengan imam yang akan
mempersembahkan ekaristi mencuci tangannya.

Secara jujur penulispun sering merasakan seperti orang Farisi, munafik tidak konsisten antara
perkataan dan perbuatan. Mewartakan lima senjata keselamatan yang disampaikan Bunda
Maria di Medjugorje, berdoa, membaca Kitab Suci, berpuasa, bertobat dan Ekaristi,
nyatanya malah belang bentong sendiri. Mengajak membantu orang lain yang menderita
kekurangan, ech malah diri sendiri tidak pernah berderma.

Sepertinya Tuhan Yesus lebih menegaskan dan mengajar kita untuk lebih transparan dalam
segala hal. Satunya hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Jika perlu meninggalkan adat
istiadat yang penuh basa basi yang selalu berlindung dibalik etika atau sopan santun semu.
Secara frontal Tuhan Yesus langsung makan tanpa mencuci tangan. Tuhan Yesus pasti tahu
bahwa mencuci tangan agar bersih, suatu ajaran yang baik. Namun secara rohani, apapun
yang kita makan haruslah bersih dari segala macam. Bukan hanya bersih dari sisi berbagai
macam penyakit tubuh, bahkan yang lebih penting bersih dari segala macam perbuatan yang
tidak diperkenankan Tuhan. Bisa jadi tangan mulut dan yang dimakan sudah suci bersih dari
hama penyakit, namun bagaimana kalau makanan itu sendiri diperoleh dari merugikan orang
lain, rampasan, korupsi dan sejenisnya?

Dalam pemahaman penulis, yang dikecam oleh Tuhan Yesus adalah bahwa mereka
melakukan itu semua hanya demi kebiasaan, bukan makna yang lebih dalam dibalik cuci
tangan. Segala makanan atau rezeki yang diperoleh harus didapatkan dengan cara yang bersih
tanpa merugikan orang lain atau siapapun. Jadi yang masuk kedalam tubuh ini juga bersih,
sebersih sewaktu memperolehnya sehingga tidak menjadi batu sandungan di tenggorokan.
Dengan kata lain harus bersih rohani dan juga bersih jasmani, yang satu harus dilakukan yang
lain jangan diabaikan. Terjadilah keseimbangan antara rohani dan jasmani seperti yang
dikehendaki Allah sendiri. Yang rohani harus diutamakan lebih dahulu, namun yang jasmani
jangan sampai diabaikan.

Sepertinya kita diajar untuk semakin sempurna luar dalam; bersih secara duniawi juga bersih
secara rohani. Dalam pandangan Tuhan, rohani lebih penting dibandingkan yang duniawi,
115
walaupun jasmani jangan diabaikan. Kita diajar untuk berpihak dan melakukan kehendak-
Nya, juga melakukan perbuatan baik yang dibikin manusia. Bikinan manusia itulah yang kita
kenal dengan istilah adat istiadat, etika, sopan santun ataupun budi pekerti.

Mari kita renungkan bersama, apa yang ada di dalam hati kita sewaktu masuk gereja,
mencelupkan tangan ke air suci dan membuat tanda salib. Setelah segala sesuatunya selesai,
sewaktu mau keluar dari gereja, mengapa kita mencelupkan tangan ke air suci lagi dan
membuat tanda salib?

11:43 Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di
rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. 11:44 Celakalah kamu, sebab kamu
sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak
mengetahuinya."
Kecaman selanjutnya ditujukan kepada orang-orang yang gila hormat yang sebenarnya tidak
pantas untuk dihormati. Mereka tidak akan mendapatkan pujian dari Allah, bahkan diabaikan.
Mungkin sudah selayaknya apabila orang-orang yang berhasil dan bisa menjadi contoh,
orang-orang tua bijak sebagai panutan untuk dihormati.

Sewaktu penulis berziarah ke Kapernaum, dikatakan oleh pemandu bahwa orang-orang Farisi
suka berdiri di suatu tempat yang dia tunjukkan. Tempat tersebut boleh dikatakan selalu
dilewati banyak orang dan mereka akan mengangguk memberi hormat kepada orang Farisi.
Dan kita semua umumnya juga senang kalau dihormati, disegani bahkan kadang ditakuti.

Namun kecaman Tuhan Yesus membikin merinding, karena diumpamakan bagaikan kubur
tanpa tanda. Tersirat bahwa kubur yang memakai tanda bahwa itu pusara terakhir seseorang,
siapapun orang itu maka perlu dihormati. Jangan diinjak-injak sembarangan, yang tidak
menyiratkan penghormatan kepada yang sudah meninggal. Malahan mungkin perlu didoakan
semoga yang sudah meninggal tersebut dapat diampuni dosanya dan diterima Allah di surga.

Kita bisa membayangkan suatu kubur yang tidak ada tandanya, sehingga banyak orang tidak
tahu bahwa itu kuburan. Bagaimana kita tahu bahwa itu kuburan seseorang, apabila rata dan
tidak ada tanda-tanda yang menyiratkan bahwa itu kubur.

Kita juga bisa membayangkan bagaimana sewaktu hidup dihormati, namun begitu meninggal
dilupakan sama sekali malahan dicaci maki penuh benci. Bahkan bekas kuburannya diinjak-
injak dipakai jalan atau tempat bermain, sepertinya dihinakan. Betapa kasihan keluarganya
yang masih hidup, apalagi jika dicatat dalam sejarah sebagai orang yang tidak baik. Hal
tersebut masih mendingan kalau hanya dilupakan manusia, bagaimana jika Tuhan juga tidak
mengingatnya?

11:45 Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan
berkata demikian, Engkau menghina kami juga." 11:46 Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu
juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang,
tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.
Ahli Tauratpun terkena kecaman yang langsung menusuk dan menyakitkan karena
disampaikan secara terbuka. Mungkin mereka dianggap sebagai kelompok yang bisa
ngomong doang namun tidak memberi contoh nyata. Terjun langsung bagaimana caranya
berbuat dan berkarya. Namun karena mempunyai kekuasaan dan keahlian di bidangnya, siapa
yang berani membantah? Disinilah bahayanya suatu kekuasaan yang diberikan kepada
manusia. Bidang apapun kekuasaan itu, tidak jarang dimanfaatkan oleh yang berkuasa untuk
kepentingan pribadi atau kelompok, sekecil apapun. Mestinya aturan, dogma, hukum,
undang-undang dan sejenisnya, berlaku untuk semuanya di kelompok, organisasi, masyarakat
116
ataupun bangsa yang bersangkutan, tidak ada perkecualian. Termasuk yang membikin dan
mengundangkannya.

Sepertinya para ahli Taurat dalam salah satu dogmanya, terbebas dari suatu kewajiban
tertentu, dan itu menjadi tanggung jawab orang awam. Dengan segala macam alasan,
argumentasi, kalau perlu mengatas namakan Tuhan agar tak terbantahkan, beberapa hal
menjadi kewajiban dan beban kaum awam. Terus dikatakan bahwa para ahli Taurat juga
mempunyai kewajiban yang tidak bisa dilakukan oleh awam. Mungkin contoh ekstrimnya
memberikan dogma untuk berani berperang melawan penjajah Romawi; kalau mati upahnya
menjadi pahlawan dan masuk sorga. Jangan-jangan malahan mereka menganggap bahwa
sorga berada di tangan atau mulut mereka. Lha kalau sorga itu merupakan dambaan dan
harapan setiap orang, mengapa tidak maju sendiri agar meraih sorga. Pasti ada lagi seribu satu
macam pembelaan diri yang dikemukakan karena mereka para ahli.

Siapakah yang berani melawan suatu dogma atau adat yang sudah diajarkan sejak lahir? Jika
ditanyakan mengapa begini mengapa begitu, jangan-jangan malah disemprot dianggap tidak
tahu adat. Pokoknya harus dilaksanakan dan tidak boleh dibantah. Melawan adat yang sudah
ada dampaknya bisa dikucilkan, pamali, ora ilok bisa kuwalat atau ancaman lainnya. Unik
dan anehnya, ada beberapa adat yang terbalik-balik, disini boleh namun disana tidak boleh.
Dimanakah letaknya suatu kebenaran sejati yang dikehendaki Allah?

Mungkin orang awam hanya berani ngobrol warung kopi, sebagai wacana yang tak
terjawabkan. Mungkin hanya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang
selama ini agak tersembunyi, semakin lama semakin tersingkap dengan sendirinya.

Coba kita renungkan bersama pertanyaan ini :”Betulkah manusia pertama di dunia ini
namanya Adam? Betulkah Hawa itu tercipta dari tulang rusuknya Adam?” Jika betul
dasarnya apa, jika tidak dasarnya apa? Adakah referensi dari kitab lainnya? Dan nyatanya hal
ini saja sudah menjadi beban berat bagi kita. Maka rasanya tidak keliru apabila seorang bijak
mengatakan bahwa iman itu adalah suaru proses berpikir, merenungkannya. Sepertinya kita
diajar untuk merenungkan makna yang lebih dalam lagi, di balik cerita tersebut.

11:47 Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu
telah membunuh mereka. 11:48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan
perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan
kamu membangun makamnya. 11:49 Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus
kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu
akan mereka bunuh dan mereka aniaya, 11:50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua
nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 11:51 mulai dari darah Habel sampai kepada
darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata
kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.
Kitab Suci Perjanjian Lama jika kita renungkan, ada beberapa bagian yang merupakan sejarah
perjalanan bangsa Israel. Kita bisa membaca bagaimana beberapa umat pilihan Allah, yang
disebut nabi mengalami penganiayaan dan dibunuh. Kita pernah mendengar Habel saudara
Kain, tetapi mungkin Zakharia anak Yoyada di zaman raja Yoas tidak begitu mengenal.
Namun kita bisa merasakan bahwa setiap kali orang Israel melawan Tuhan, mereka akan
mengalami kesengsaraan; dan itu terjadi berkali-kali.

Penulis mengalami kebingungan mengapa segala kesalahan zaman dahulu, dituntut dari
angkatan pada waktu itu. Sepertinya angkatan di zaman Tuhan Yesus memang begitu tegar
tengkuk, melebihi zaman-zaman Sodom dan Gomora atau zaman air bah. Orang-orang yang
semestinya menjadi panutan, menjadi contoh, sudah tidak bisa diharapkan. Dengan segala
kepandaiannya, mereka membodohi orang lain demi kepentingan pribadi atau kelompoknya
117
masing-masing. Hal tersebut semakin diperparah dengan terjajahnya mereka oleh bangsa
Romawi. Pada saatnya nanti, nyatanya angkatan inilah yang telah membunuh Yohanes
Pembaptis maupun Tuhan Yesus.

Yang terbersit dalam benak penulis pada zaman sekarang ini, bagaimana dengan membangun
monumen untuk para martir padahal sebelumnya ada yang dibunuh dan dianiaya juga oleh
pemimpin agama setempat. Apakah semua itu akan dituntut kepada angkatan tersebut?

Di zaman sekarangpun, kebenaran sejarah sudah selayaknya mesti ditegakkan. Kita membaca
sejarah atau perjalanan hidup para martir yang dibeatifikasi sebagai santo atau santa. Jangan-
jangan mereka dan keturunannya, yang mengakibatkan kematian para kudus ini akan dituntut
oleh Tuhan. Bagaimana kalau yang menjadi pemicu pembunuhan orang kudus tersebut para
imam? Masih beruntung karena mereka tidak mempunyai keturunan, sesuai dengan kaulnya
yang selibat (?).

11:52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan;
kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu
halang-halangi."
11:53 Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-
menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. 11:54 Untuk itu mereka berusaha
memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Kembali para ahli Taurat dikecam habis-habisan. Mereka yang semestinya menjadi sumber
ilmu pengetahuan rohani sepertinya malah lebih condong ke yang duniawi. Ilmu pengetahuan
yang rohani malah disembunyikan rapat-rapat, jangan sampai orang awam tahu. Jika sampai
orang awam mempelajari dan memahami betul-betul isi pengetahuan rohani. Jangan-jangan
nanti terbuka kedoknya, bahwa selama ini sudah melenceng dari ajaran Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, sekarang inipun yang namanya umat awam, hanya tahu ajaran
gereja, baru di lapisan kulit arinya saja. Hampir apa yang dikatakan oleh para imam, pendeta,
kiai maupun biksu atau yang lainnya dianggap paling benar. Mereka inilah yang dijadikan
panutan dalam menuntut ilmu kehidupan rohani. Kunci pengetahuan kebenaran dan kebaikan
yang hakiki seolah-olah hanya milik mereka dan orang awam cukup mengetahui kulitnya saja.
Pengalaman hidup dan berguru yang selama ini sudah mereka jalani, seolah-olah sudah yang
paling tinggi. Repotnya kalau sudah memproklamirkan diri sebagai wakilnya Allah di tempat
tersebut, dimana mereka menetap. Jangan-jangan yang terjadi malahan pembohongan yang
direkayasa sedemikian rupa, seolah-olah sesuai firman Allah. Penulis merasa yakin bahwa
kecaman Tuhan Yesus masih berlaku sampai sekarang, sampai selama-lamanya.

Sebagai contoh ekstrim, apabila ada orang awam yang mendengar, melihat, mengalami atau
merasakan sentuhan Tuhan, jangan-jangan sudah dipotong dahulu oleh si ahli Taurat bahwa
itu mistik, klenik dan sejenisnya. Itu bisa dijelaskan dengan analisa ilmiah dari disiplin ilmu
tertentu. Tidak mungkin Tuhan berbuat begini dan begitu karena ada tertulis dalam kitab suci.
Padahal Tuhan sudah kita akui sebagai Sang Maha Kuasa, Sang Maha Bisa, cara apapun yang
bagi manusia dianggap tidak mungkin, Dia pasti bisa. Tuhan tidak bisa diatur oleh manusia,
sehebat dan sekuasa apapun manusia tersebut. Mungkin disinilah kita diajar untuk bijaksana
dengan hati terbuka, menunggu dan melihat buah-buah yang dihasilkan oleh orang awam
tersebut. Peringatan bagi para ahli Taurat ini mau tidak mau harus direnungkan dalam-dalam,
jangan sampai menghalangi orang yang ingin masuk ke dalam pengetahuan rohani yang
sejati. Jangan-jangan sejarah akan berulang terus menerus, selama roh kejahatan masih boleh
berkarya.
118

Bab 12- Pengajaran khusus bagi Para Murid


12:1. Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-
desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
"Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. 12:2 Tidak ada sesuatupun yang
tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan
diketahui. 12:3 Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam
terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap
rumah. 12:4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap
mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 12:5 Aku
akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang
setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 12:6 Bukankah burung pipit dijual lima
ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,
12:7 bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu
lebih berharga dari pada banyak burung pipit. 12:8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-
malaikat Allah. 12:9 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal
di depan malaikat-malaikat Allah. 12:10 Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak
Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.
12:11 Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-
pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus
kamu katakan untuk membela dirimu. 12:12 Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan
mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."
Ragi dalam pemahaman penulis adalah suatu zat yang menjadi pemicu atau pendorong
berubahnya benda lain. Karena ragi maka singkong ubi kayu berubah menjadi tapai
(peuyeum), kedelai berubah menjadi tempe, gandum berubah menjadi roti. Namun kita
diminta untuk waspada dengan ragi yang disebarkan orang Farisi. Penulis tidak tahu siapakah
kelompok Farisi di zaman sekarang, yang harus kita waspadai ajarannya. Namun kita
disemangati dengan janji bahwa segalanya akan terlihat jelas, yang bisa diketahui melalui
buah-buah yang dihasilkan.

Kita bisa membayangkan bagaimana duaribu tahun yang lalu Tuhan Yesus mengajar para
murid-Nya di malam hari yang gelap. Mungkin hanya cukup disinari dengan bulan dan
bintang atau api unggun. Sekali waktu di dalam kamar dimana mereka menginap. Mereka
duduk berkeliling dan begitu dekat dengan Sang Guru, mendengarkan apa yang diucapkan
Sang Guru. Sewaktu-waktu saja mereka bertanya atau berkomentar apabila ada sesuatu yang
perlu penjelasan khusus. Pada umumnya murid sangat segan dan takut kepada guru. Suasana
malam yang sepi dan hening, maka Sang Guru cukup berbicara dengan pelan namun jelas.
Bisikan halus Sang Guru akan masuk mengalir melalui telinga untuk dicerna dalam hati
sanubari. Mungkin saja pada waktu itu banyak hal yang sulit diterima dengan akal dan untuk
sementara ditelan dahulu. Yang penting adalah menerima dahulu dengan penuh percaya dan
ikhlas apa yang telah disampaikan Sang Guru.

Pada saat siang hari dimana suasana berubah dan bertambah ramai, maka pewartaan yang
akan disampaikan harus dengan suara lantang, kalau perlu naik ke atas atap atau bukit apabila
pendengarnya begitu banyak. Pada saat pewartaan, pasti tidak semua orang dapat menerima
ajaran Tuhan Yesus. Malahan dapat muncul perbedaan dan pertentangan yang menimbulkan
perselisihan hebat. Hal tersebut adalah biasa saja, yang harus diterima dengan tulus dan sabar.
Banyak ajaran baru yang mungkin akan bertentangan dengan kelompok Kaum Farisi. Setiap
perubahan pada awalnya pasti menimbulkan gejolak, pro dan kontra. Kebiasaan yang sudah
mendarah daging akan cukup sulit untuk diubah begitu saja. Mau tidak mau perlu proses dan
pencerahan yang berkelanjutan.
119
Kita diajar untuk berani menjadi saksi Kristus dan hanya takut kepada Allah saja. Kita diajar
hanya untuk menjadi corong atau pengeras suara mewartakan Kerajaan Alah. Pengeras suara
akan mati apabila aliran listrik atau batterynya dicabut. Kekuatan daya listrik ini sendiri
bagaikan Roh Kudus yang menguasai hati jiwa dan akal budi, agar Dialah yang berkarya.
Kelihatannya begitu mudah, padahal dalam kenyataan hidup sehari-hari begitu sulit. Siapkah
kita menjadi martir? Utusan Tuhan yang siap teraniaya bahkan mati menjadi tumbal?
Sepertinya di zaman sekarang ini sudah mulai jarang terdengar adanya martir-martir yang siap
menjadi tumbal demi membela kebenaran ajaran-Nya.

Jika burung-burung saja dipelihara Tuhan, apalagi kita manusia yang lebih berharga di
hadapan Tuhan. Keyakinan sampai ke tingkat keimanan inilah yang kadang susah untuk
dipertahankan, ketika menghadapi hal-hal ekstrim menyangkut keselamatan badan dan jiwa.
Padahal semuanya ini janji Tuhan yang mahasetia yang pernah disampaikan kepada manusia.
Kita lebih sering berkelit bahwa Tuhan akan memaklumi, karena Dia maha pengampun,
sehingga kita setengah-setengah atau bahkan tidak berani menjadi pewarta. Kita malahan
tetap melakukan perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Seringkali Roh Tuhan kita usir dari
singgasana yang telah kita siapkan dalam hati kita untuk sementara waktu, agar akal budi kita
bisa lebih bebas memutuskan menurut selera sendiri.

Tuhan Yesus sendiri berjanji kepada siapapun yang berani mengakui Dia, akan diakui-Nya di
hadapan para malaikat Allah. Demikian juga sebaliknya bagi yang menyangkal. Dan Dia
sebagai Yesus begitu pemaaf kepada siapapun yang mengolok-olok-Nya. Dia tidak marah
walau disebut apapun dan akan tetap mengampuni karena ketidak tahuan mereka. Inilah
hebatnya Sang Anak Manusia yang tidak pernah sakit hati, walaupun sedih karena melihat
kelakuan kita. Dan Dia siap mengampuni bagi siapapun yang mau kembali kepada-Nya.

Yang paling menakutkan bahkan mengerikan dan harus dihindari, adalah jangan sampai
menghujat Roh Kudus karena tak terampunkan. Permasalahannya, apakah yang dimaksud
dengan menghujat Roh Kudus tersebut? Mungkin para hierarki perlu turun tangan untuk
menjelaskan hal ini dengan gamblang. Jangan-jangan kita pernah menghujat Roh Kudus dan
tidak sadar, tidak tahu bahwa hal tersebut tidak akan diampuni. Celakalah kita!

Dalam pemahaman penulis, Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri yang selalu berkarya di
dalam diri kita. Roh Kudus menginginkan masuk dan mengharapkan kesediaan kita untuk
membuka pintu hati kita. Dia memaklumi akan kelemahan kita, karena itu Dia berharap
dengan penuh gairah agar bisa menguasai kita, tanpa bosan-bosannya. Kadangkala kita
membuka pintu hati dan mempersilahkan Roh Kudus masuk menguasai kita, namun
seringkali juga Dia kita usir keluar. Paling tidak dipinggirkan untuk sementara waktu karena
kita ingin bebas mengungkapkan keinginan daging kita.

Itu semua masih bisa diterima dan diampuni oleh Tuhan Yesus. Namun jika kita menghujat
Roh Kudus, hal ini sama saja dengan meniadakan Roh Allah. Meniadakan Roh Allah sama
saja dengan tidak percaya bahwa Allah Sang Pencipta itu ada. Buntut-buntutnya kita hanya
percaya dengan kekuatan sendiri. Kita lebih dikuasai oleh akal budi atau pikiran sendiri yang
merasa bisa menciptakan segala macam. Dan selanjutnya menciptakan allah-allah menurut
selera kita, yang bisa mengatur banyak orang untuk tunduk. Agar semakin banyak orang
tunduk dan mengakui kekuatannya, maka diciptakan perangkat-perangkat pendukung yang
dapat diterima oleh nalar orang banyak tersebut. Disinilah kita berandai-andai dan
menciptakan piranti, jika menghadapi suatu masalah yang mungkin saja akan terjadi. Kita
sudah mencoba-coba merangkai bermacam-macam alternatif. Jika situasinya begini maka
harus dengan strategi seperti ini, jika begitu dengan strategi yang itu dan seterusnya.
120
Terciptalah Mamon atau berhala yang kuasa yang meniadakan dan menghilangkan Sang
Maha Kuasa.

Mungkin yang lebih mengerikan apabila kuasa Roh Kudus kita anggap sebagai kuasa Iblis,
roh kuda dan sejenisnya. Yang Mahatinggi disamakan dengan yang paling rendah, paling
jahat. Bisa kita bayangkan jika seorang pemimpin negara dilecehkan dan disamakan dengan
penjahat dan pembunuh. Yang bersangkutan bisa dimasukkan penjara karena berbuat yang
tidak menyenangkan.

Sejarah kehidupan telah menjadi saksi bahwa apabila Allah menghendaki, murka-Nya dapat
menghancurkan dan melenyapkan segala macam jenis Mamon dalam waktu sekejap. Namun
mereka perlu diakui kehebatannya. Mereka akan mencari, meneliti dan menganalisa penyebab
hancurnya Mamon, yang dapat diterima oleh akal manusia. Muncullah penjelasan pers yang
sedemikian ilmiah mengapa Mamon tersebut hancur.

Dalam hal yang lebih rohani, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk lebih pasrah
kepada karya Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus yang berkarya, karena pada dasarnya kita bukan
apa-apa dan tidak berarti tanpa Dia. Yang jelas karya Roh Kudus pasti lebih baik dan benar,
pasti lebih bijaksana dalam segala hal. Buah-buah kebenaran-Nya dapat dirasakan oleh semua
orang secara universal dan tak terbantahkan. Biarlah semua orang menilai apapun menurut
seleranya, kita diminta untuk tetap berpegang teguh kepada kuasa Roh Kudus.
Tuhan Yesus, aku percaya bahwa Engkau Allah sejati yang mengasihi semua manusia.
Engkau telah turun ke bumi menjadi Manusia Sejati, mengorbankan diri untuk menebus
kami. Darah-Mu telah menyelamatkan kami.

Perumpamaan Orang Kaya yang Bodoh


12:13. Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku
supaya ia berbagi warisan dengan aku." 12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara,
siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu."
Dalam pemahaman penulis sepertinya Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ketamakan,
kerakusan atau keserakahan menjadi salah satu batu sandungan dalam hidup kita. Tidak bisa
kita pungkiri apabila orang tua kita termasuk kaum berada, akan terbersit dalam hati, sekecil
apapun itu bahwa suatu ketika akan dapat warisan. Warisan itu harus dibagi dengan adil
kepada seluruh anak-anaknya. Padahal yang disebut adil itu kadang-kadang sulit. Adil paling
tidak harus memenuhi keseimbangan antara hak dan kewajiban. Seringkali malahan harta
warisan duniawi ini yang menjadi pemicu awal perselisihan, pertengkaran bahkan perang
saudara.

Tuhan Yesus tidak mau menjadi hakim atau pengantara dalam hal warisan duniawi ini. Begitu
berbicara tentang hakim dan pengantara, pastilah ada sesuatu hal yang tidak dapat
diselesaikan oleh keluarga tersebut. Mestinya keluarga tersebut bisa menyelesaikan segala
macam masalah keluarga apabila dilandasi oleh kebenaran kasih, perdamaian, persatuan
dalam ikatan darah. Segala macam ganjalan yang tersimpan dalam hati harus dikeluarkan
dengan hati yang bening dan sabar, penuh kasih kekeluargaan agar semuanya menjadi jelas
dan maklum. Jika tidak ingin pecah, maka keadilan harus ditegakkan terlebih dahulu sesuai
kesepakatan dan pesan-pesan yang sebelumnya diterima. Batu sandungan yang sering muncul
adalah, begitu ada yang menginginkan lebih, karena serakah. Biasanya keserakahan tersebut
dibungkus dengan kata-kata indah, alasan-alasan yang sepertinya masuk akal. Dan yang
121
masuk akal itu sendiri sudah kena bias kebiasaan, adat istiadat dan sejenisnya. Sebagai
pengikut Kristus, mestinya malah berani mengalah, demi persaudaraan, perdamaian yang
dilandasi kasih sejati.

Dalam pengadilan mungkin sang hakim ingin bertindak adil seadil-adilnya, namun demikian
apakah adilnya dapat memuaskan hati semua pihak yang bersengketa? Apalagi dengan
munculnya pengantara yang mau tidak mau akan ada keberpihakan. Dengan kepandaian dan
kepintaran bicara sang pengantara, seringkali hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan
hakim. Karena ketok palu sudah dijatuhkan, mau tidak mau semua pihak harus menerima.
Jika tidak puas dengan keputusan tersebut, masih bisa naik banding sampai yang paling tinggi
di dunia ini. Keputusan tertinggi di dunia sudah dijatuhkan dan harus dilaksanakan. Apakah
betul dapat memuaskan semua pihak yang bersengketa? Jika ya, bersyukurlah! Lha kalau
masih ada yang tidak puas, terus bagaimana? Jangan-jangan orang tua yang sudah almarhum
menangis sedih karena telah meninggalkan warisan dan berbuahkan sengketa dan
perselisihan keluarga.

Dalam benak kita yang paling awal pada umumnya akan berpikir, bahwa harta yang
berkelimpahan akan membawa kita kepada kehidupan yang bahagia, damai sejahtera. Apakah
betul? Hampir semua orang mendambakan harta yang berlimpah-limpah, segalanya
berkecukupan. Apapun yang diinginkan dapat terpenuhi dalam waktu sesaat. Pada saat itu
muncul perasaan puas, senang, bangga, yang diidentikkan dengan bahagia. Dalam
kenyataannya tidak selalu betul. Seringkali kekayaan malah membawa suasana yang tidak
selalu bahagia, dan berbuahkan kekawatiran. Yang jelas, kekayaan tidak bisa memperpanjang
usia, umur tidak bisa dibeli dengan kelimpahan harta. Kekayaan tidak menjamin bebas dari
kemurungan dan kesedihan. Seringkali malahan bisa membuahkan kekawatiran yang
menjadikan beban. Kemudian mencari solusi bagaimana agar kekawatiran tersebut bisa
dihilangkan. Secara ekstrim, siapkah hati kita apabila kekayaan berlimpah yang kita
kumpulkan selama ini, hilang lenyap begitu saja?

Pengkotbah mengatakan bahwa pada akhirnya semua sia-sia. Yang paling dibutuhkan
hanyalah takut akan Allah dan melaksanakan firman-Nya.

12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang
kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang
harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil
tanahku. 12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-
lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya
segala gandum dan barang-barangku. 12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku:
Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;
beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 12:20 Tetapi firman Allah
kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu,
dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 12:21 Demikianlah jadinya dengan
orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Dalam hal ini sepertinya kita diajar bahwa Tuhanlah yang empunya hidup kita. Kapanpun
Tuhan menghendaki memanggil kita, pasti terjadi. Caranya sekehendak Tuhan karena Dialah
yang maha kuasa. Dan disini terungkap bahwa sebenarnya siapapun diperbolehkan kaya
selama masih dalam koridor ajaran Tuhan. Kekayaan yang diperoleh dengan baik dan benar,
tanpa merugikan atau menyengsarakan orang lain. Kekayaan tersebut bukan hanya untuk diri
sendiri ataupun keluarga, namun juga dapat untuk membantu orang miskin dan menderita.
Kita harus dapat mensyukuri berkat Tuhan dengan benar. Kita kaya karena berkat Tuhan dan
kekayaan tersebut bukan milik kita sendiri, yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh yang
empu-Nya.
122
Dalam benak penulis seringkali muncul pikiran hati, jangan-jangan semakin aku kaya maka
akan semakin bertambah orang miskin. Sebagian kecil orang semakin kaya maka akan
menumbuhkan sebagian besar masyarakat semakin menderita. Jangan-jangan kekayaan dunia
ini hanya dikuasai oleh sebagian kecil orang saja dan dampaknya begitu hebat, semakin
banyak masyarakat yang menderita dan teraniaya.

Penulis merasa yakin bahwa dunia dengan segala isinya ini diciptakan Tuhan lebih dari cukup
untuk kita semua. Tetap akan cukup untuk menghidupi manusia walaupun terus bertambah
dan bertambah. Ketamakan menjadi biang keladi ketidak adilan, yang mengajar manusia
untuk selalu merasa tidak cukup. Buah-buah keserakahan adalah menghalalkan segala macam
cara untuk mencapai keinginan berlebih tersebut. Begitu keinginannya tercapai maka akan
merasa puas. Dalam kenyataannya, kepuasan itu sendiri hanya berlaku sesaat seperti orang
yang terlena sejenak. Begitu sadar dari terlena, muncul keinginan atau harapan baru yang
lebih besar lagi.

Dari sisi makanan untuk kebutuhan sehari-hari, sepertinya ada sejenis“pencucian otak” yang
membawa kita untuk membeda-bedakan mana yang disebut makanan pokok dan mana
makanan tambahan atau selingan. Mungkin kita tahu di zaman dulu bahwa tiap-tiap daerah
mempunyai makanan pokoknya masing-masing. Bahan makanan pokok tersebut antara lain
jagung, sagu, singkong ubi kayu, padi atau gandum. Mungkin masih ada bahan makanan
pokok yang lain dari jenis umbi-umbian atau buah-buahan, bahkan dari binatang darat atau
laut dan sungai. Muncul ungkapan, kalau belum makan makanan pokok berarti belum makan.
Seiring dengan perjalanan waktu, sadar atau tidak bangsa kita seperti digiring untuk
memahami bahwa makanan pokok kita adalah beras. Negara lain mungkin yang menjadi
makanan pokok adalah gandum. Ketergantungan kepada satu jenis makanan pokok bisa
menjadi batu sandungan dalam kehidupan.

Untuk generasi sekarang mungkin banyak yang tidak merasakan makanan pokok yang terbuat
dari jagung, sagu, singkong ataupun umbi-umbian lain. Jangan-jangan mereka menganggap
makanan tersebut hanya makanan selingan, tidak seperti nasi yang sudah menjadi makanan
pokok. Apabila suatu saat mengalami kesulitan dalam masalah pengadaan beras, jangan-
jangan akan bingung dan gelisah, pusing tujuh keliling. Mereka tidak siap untuk
menerimanya, protes dengan segala macam cara. Tidak siap dan tidak mau menerima
makanan alternatif lain kecuali roti yang lebih keren.

Sadar tidak sadar, kita sudah terbiasa dan tergantung dengan segala macam fasilitas yang
selama ini tersedia. Jangan-jangan pada suatu ketika nanti kita akan gelisah dan kebingungan
menghadapi keadaan tidak keruan karena ketergantungan tersebut. Beras sulit didapat, sumber
minyak mulai mengering, pasokan listrik dan gas tersendat, sentral telepon mengalami
kerusakan, alat transportasi tidak jalan dan sebagainya. Penulis tidak dapat membayangkan
apabila kita seolah-olah kembali ke zaman dulu, anggap saja di abad pertengahan. Jika semua
kekayaan alam ini dirombak total oleh Yang Empu-Nya, bagaimana dengan segala macam
ciptaan manusia ini dapat berfungsi?

Mungkin hanya orang-orang kecil sederhana di pelosok dusun yang bisa menerima keadaan,
karena sudah terbiasa dengan apa adanya. Mereka tidak bingung dengan tidak adanya beras,
listrik, bahan bakar minyak ataupun gas, telepon dan HP. Mereka tidak tergantung kepada alat
tranportasi. Mereka bisa makan untuk hidup saja sudah bersyukur. Berjalan kaki sudah
menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
123

Hal Kekuatiran
12:22. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah
kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan
tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. 12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada
makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. 12:24 Perhatikanlah burung-burung
gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung,
namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!
12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada
jalan hidupnya? 12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil,
mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? 12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak
memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala
kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 12:28 Jadi, jika rumput
di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih
lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! 12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa
yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 12:30
Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu
tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya,
maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 12:32 Janganlah takut, hai kamu
kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. 12:33 Juallah
segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat
menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan
yang tidak dirusakkan ngengat. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu
berada."
Ajaran jangan kuatir tentang makanan dan pakaian. Hidup dan tubuh lebih penting. Jangan
kuatir akan hal-hal lain jika yang kecil dan sepele saja tidak bisa. Percaya saja kepada Tuhan
dan jangan cemas. Yang terpenting adalah mencari Kerajaan-Nya terlebih dahulu, harta
sorgawi kekal yang tidak akan lenyap.

Secara jujur penulis harus mengakui bahwa masih termasuk salah satu orang yang belum
mengenal Allah secara benar. Mengapa? Karena nyatanya masih mempunyai rasa kawatir
tentang makan dan minum serta pakaian. Kawatir dan kawatir yang membuahkan jangan-
jangan. Masih kalah oleh semua binatang bebas yang selalu bekerja mencari makan dan
minum dengan segala macam caranya. Makanan hanya sekedar untuk hidup, yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tidak akan dimakan. Demikian juga dengan segala tumbuhan bebas
yang tumbuh untuk hidup. Dia percaya diri dengan kemolekannya masing-masing dan tidak
pernah iri dengan kecantikan dari yang lainnya.

Kita masih bisa beralasan karena semuanya itu berbeda dengan manusia yang mempunyai
jiwa, hati dan akal budi. Binatang dan tumbuhan kan tidak memilikinya sesempurna manusia.
Semua yang diciptakan kan demi kehidupan manusia itu sendiri. Dan ya disinilah kelebihan
Tuhan menciptakan manusia, yang sering disebut seperti citra-Nya. Kita bisa membedakan
bahwa kita bukan binatang, namun tanpa disadari sering berbuat seperti binatang.

Hidup dikatakan lebih penting dari makan dan minum. Mungkin kita perlu kembali ke ajaran
yang sebelumnya, biarlah orang mati menguburkan orang mati. Dalam pemahaman penulis,
hidup disini lebih ditekankan kepada hidup rohani yang lebih penting, namun tidak
mengabaikan hidup jasmani. Tuhan maha memaklumi akan kebutuhan kita untuk hidup yang
sewajarnya. Hidup rohani dan jasmani yang berbeda dengan hidupnya binatang dan
tumbuhan.

Pakaian dalam bahasa Jawa sering disebut sebagai “ageman.” Agama sering dikaitkan
dengan ageman tersebut. Dikatakan bahwa tubuh lebih penting dari pada pakaian atau
ageman. Tubuh yang bisa menjadi Bait Allah, yang dapat memancarkan cahaya ilahi melalui
perbuatan nyata. Mungkin bisa kita katakan, sebagai manusia yang makan Tubuh-Nya dan
124
minum Darah-Nya, kemudian Tuhan beserta kita. Jika Tuhan beserta kita maka yang
terungkap dan terpancar adalah perbuatan nyata.

Hidup rohani yang hanya mengutamakan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama, berarti
menghormati hak setiap orang untuk hidup. Menghargai kehidupan, semestinya membuahkan
kesetaraan untuk hidup dan saling berbagi, agar semuanya dapat hidup. Kesadaran untuk
hidup bersama yang setara berbuah kebenaran, keadilan dan kebaikan yang universal. Betapa
indahnya hidup ini apabila semua orang bisa saling mengasihi, saling memahami, pasti tidak
ada perselisihan. Kekayaan alam raya yang dimiliki Tuhan ini akan dilimpahkan kepada kita
dan pasti mencukupi. Jika Sang Kasih itu berkuasa dalam hati setiap orang, pastilah kita akan
bisa mensyukuri keindahan seluruh isi alam raya untuk kita nikmati. Dengan kesadaran
seperti itu, maka kita merasa berkewajiban untuk memeliharanya.

Allah Bapa telah berkenan memberikan Kerajaan-Nya dengan datangnya Tuhan Yesus,
menunjukkan betapa belas kasih-Nya kepada manusia ini begitu berlimpah. Dia selalu
mengingatkan agar kita kembali ke jalan yang benar, sesuai ajaran-Nya. Menjadi manusia
yang hidup, yang dapat menghormati kehidupan itu sendiri. Semuanya dan segalanya berhak
untuk hidup dan saling menghidupi.

Namun sayang, masih ada banyak pencuri yang selalu ingin mengambil yang bukan haknya.
Karena tidak bisa mendekati harta surgawi yang rohani, si pencuri selalu meninggalkan
kotoran-kotoran yang seharusnya selalu dibersihkan agar tidak ada bekasnya. Kotoran
tersebut menjadi sumber penyakit menular yang tidak disukai Tuhan. Virus penyakit yang
ditularkan tersebut antara lain keserakahan, kesombongan, kemarahan, kedengkian, iri hati,
dendam, ketidak-puasan. Mungkin masih banyak yang lainnya lagi.

“Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Kelekatan dengan harta mau tidak
mau, sadar tidak sadar seringkali menjadi batu sandungan. Kekawatiran meninggalkan harta
benda di tempat jauh, jangan-jangan nanti dicuri, kan bisa rugi. Jangan-jangan semakin kaya
harta duniawi malahan tingkat kekawatiran semakin tinggi. Kalau ditinggal lama-lama, lha
nanti yang menunggu siapa? Bagaimana kalau hilang? Jika betul-betul hilang dan tidak bisa
kembali, maka perlu kita renungkan dalam-dalam.

Dengan kehilangan tersebut apakah aku tidak bisa hidup? Jika tidak bisa hidup apakah mau
mati? Jika masih bisa hidup atau tidak mau mati, baru kita berandai-andai. Dimana untung
ruginya jika dihadapkan kepada dua pilihan, harta yang hilang dicuri ataukah harta yang habis
disedekahkan. Dan nyatanya tidak mudah untuk merenung kesitu, karena yang kita inginkan
adalah pilihan ketiga; tidak hilang malahan bertambah.

Berbahagialah orang yang berlimpah harta rohaninya, karena selalu terbawa kemana saja.
Kelekatan kepada duniawi sudah bisa mereka lepaskan, sehingga tidak perlu untuk merasa
kawatir akan sesuatu. Kita bisa bergurau dengan diri sendiri, anggaplah sedang berdoa Bapa
Kami di gereja namun teringat apakah rumah tadi sudah dikunci atau belum. Atau kompor
minyak tadi sudah dimatikan atau belum. Bahasa gerak tubuh melalui mulut berkomat-kamit
menyiratkan doa namun dalam hati akal budi sedang melayang ke tempat lain. Hati kita masih
tertinggal di rumah, walaupun tubuh ini sepertinya sedang menghadap Tuhan.

Hal Kewaspadaan
12:35 "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. 12:36 Dan
hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari
perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. 12:37
125
Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka
duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. 12:38 Dan apabila ia datang pada tengah
malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah
mereka. 12:39 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang,
ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 12:40 Hendaklah kamu juga siap sedia,
karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."
Pinggang yang terikat tali mengungkapkan orang yang sudah siap berkarya. Pelitapun tidak
boleh padam seperti pelita atau lampu kecil dekat tabernakel di gereja yang tidak pernah
padam, karena Tuhan bersemayam dalamnya.

Dalam pemahaman penulis, kita diharapkan untuk terus menerus berkarya dengan cahaya
yang tidak pernah padam. Dimanapun dan kapanpun tanpa pernah bosan untuk selalu
berkarya mewartakan kabar keselamatan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kemampuan tersebut dapat diungkapkan melalui perbuatan nyata sehari-hari seperti yang
diperintahkan Sang Tuan. Kita tidak pernah tahu saat persisnya kapan Anak Manusia datang
menjemput kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita merasa letih, capai serta bosan, apalagi jika
menghadapi persoalan yang sepertinya tidak pernah habis. Namun kalau kita renungkan
kembali, yang namanya orang hidup maka akan selalu terisi berbagai macam persoalan
duniawi ini. Mungkin kita akan berhenti berpikir apabila sedang istirahat tidur, walaupun
masih mungkin pikiran tersebut akan terbawa dalam mimpi. Kita bisa terlena dan kurang
waspada sewaktu rasa bosan dan capai menghinggapi diri. Betapa nikmatnya keindahan
duniawi kita rasakan sewaktu kita mencoba keluar dari dekapan Tuhan. Daya tarik duniawi
yang begitu kuat, nyatanya dapat mengendorkan ikatan tali pinggang yang selama ini kita
pakai. Jika tidak waspada dan kebablasan, jangan-jangan tali ikat pinggang malah kita lepas
bahkan kita buang.

Muncullah istilah perlunya penyegaran kembali, minyak perlu diisi lagi agar tidak sampai
padam. Penyegaran yang paling penting adalah rohani walau tidak mengabaikan yang
jasmani. Mungkin inilah proses untuk tumbuh berkembang yang pada saatnya menghasilkan
buah-buah segar dan manis. Hal inipun bukan berarti berhenti dari berkarya. Yang selama ini
kita anggap sebagai karya keluar, namun pada saat penyegaran kembali kita berkarya ke
dalam. Segala macam piranti yang ada di dalam ini, jiwa, hati, pikiran akal budi yang tidak
kasat mata perlu disegarkan. Demikian juga kekuatan jasmani yang semakin menua perlu
dicharge dengan berbagai macam cara. Biarlah Tuhan Sang Anak Manusia berbahagia
melihat bahwa hamba-hamba-Nya selalu setia berjaga menantikan kedatangan-Nya.

Yesus membawa Pertentangan


12:41. Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga
semua orang?" 12:42 Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana
yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan
makanan kepada mereka pada waktunya? 12:43 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya
melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 12:44 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 12:45
Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-
datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan
makan minum dan mabuk, 12:46 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak
disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan
membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. 12:47 Adapun hamba yang tahu
akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa
yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. 12:48 Tetapi barangsiapa tidak
tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan
menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan
126
banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak
lagi dituntut."
Dalam pemahaman penulis, untuk sesaat sepertinya ajaran tersebut ditujukan kepada Petrus
yang tersirat bahwa akan menjadi pengawas atau pemimpin gereja-Nya. Namun untuk
selanjutnya ajaran-Nya berlaku untuk semua murid bahkan untuk kita semua.

Hamba yang jahat dan tidak setia akan dibunuh, yang tahu kehendaknya namun tidak setia
akan dipukul banyak, yang tidak tahu kehendaknya akan dipukul sedikit. Yang banyak diberi
akan dituntut banyak, yang dipercayakan akan semakin banyak dituntut.

Dibunuh berarti mati dan senasib dengan mereka yang tidak setia yaitu hukuman mati. Mati
yang menyiratkan bahwa tidak akan hidup lagi. Hal ini sama dengan hukuman kekal yang
tidak terampuni dan tempatnya kita kenal dengan sebutan neraka. Anggap saja suatu keadaan
atau suasana tersiksa yang tidak akan ada habisnya. Jiwanya merasakan suatu siksaan yang
tidak terperikan sedemikian rupa. Kepingin istirahat dari siksaan tersebut namun sudah tidak
bisa bersantai lagi. Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksa kekal. Yang jelas
pasti mengerikan!

Bagi yang tahu kehendak-Nya, tahu ajaran-Nya namun tidak siap melakukannya dalam
perbuatan nyata tidak dibunuh, hanya menerima banyak pukulan. Ekstrimnya dipukuli sampai
setengah mati namun tidak sampai mati. Beruntunglah bagi yang tidak tahu kehendak-Nya
karena akan menerima pukulan sedikit. Dalam pemahaman penulis, inilah yang disebut
tempat api pencucian. Betapa kasih dan maha memakluminya Tuhan kepada manusia! Kita
akan dipukuli sesuai dengan amal perbuatan kita, bagaikan emas tidak murni yang akan
dibakar sampai bersih dari segala macam kotoran. Kita bayangkan saja bahwa waktunya bisa
pendek dan bisa panjang bertahun-tahun, tergantung tingkat kotoran yang menempel dalam
diri kita. Yang namanya dipukul pasti rasanya sakit sekali dan kita tidak bisa mengelak atau
meminta berhenti sebentar saja. dari pukulan. Menakutkan juga kalau kita bayangkan.

Bagi orang-orang pilihan-Nya, yang pasti orang-orang yang setia, jangan kaget bahwa
tuntutan yang adil dari Tuhan juga ada. Semakin banyak menerima karunia dari Dia maka
akan dituntut semakin banyak seberapa panenannya. Apalagi yang mendapat kepercayaan
khusus dari-Nya, maka tuntutan Tuhan juga semakin banyak lagi. Jika berhasil lulus maka
jelas bahwa upahnya akan setimpal dan adil. Telah disediakan papan minulya kang tanpa
siksa alias surga.

Sepertinya tingkat kesetiaan kepada Tuhan menjadi kunci untuk memperoleh upah atau
hukuman. Kesetiaan yang didasari kasih ini agaknya perlu dibuktikan secara jelas melalui
perbuatan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Demikian juga dengan
tingkat ketidaktahuan akan mempengaruhi tingkat hukuman.

12:49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah
menyala! 12:50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal
itu berlangsung! 12:51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas
bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 12:52 Karena mulai
dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan
dua dan dua melawan tiga. 12:53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya
laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak
perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu
perempuan melawan ibu mertuanya."
Tuhan Yesus telah melemparkan api dan diharapkan telah menyala! Penulis merasa bingung
untuk memahaminya. Api yang menyala dapat diibaratkan seperti pelita yang menyala,
127
namun ukurannya besar sekali. Namun tidak jarang api sebagai simbul jiwa yang bergelora,
kemurkaan atau kemarahan.

Memahami dari yang positif saja, api yang telah dilemparkan Anak Manusia adalah api kasih
yang bernyala-nyala. Setiap orang diharapkan membuka diri dan mengambil api tersebut agar
menyala di dalam hatinya. Api yang bisa membakar dan menghanguskan sesuatu yang lapuk.
Namun bisa juga menghasilkan emas murni, batu mulia yang sangat bernilai. Api adalah
sumber Terang, sekecil apapun api itu apabila berada di kegelapan akan terlihat nyalanya.
Kita pernah mendengar cerita Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api di atas kepala para
murid pada peristiwa Pentakosta.

Kita bisa membayangkan kunang-kunang, binatang kecil yang terbang bernyala di malam
hari. Dalam keadaan gelap gulita di malam hari, kita akan bisa merasakan keindahan cahaya
kunang-kunang yang berterbangan. Selanjutnya mari kita bayangkan apabila kunang-kunang
tersebut jumlahnya ribuan bahkan jutaan. Betapa daerah tersebut akan bercahaya dan kita bisa
melihat kumpulan cahaya kecil itu nyatanya bisa menerangi sekitarnya yang tadinya gelap.
Inilah fenomena alam yang dikaruniakan Tuhan kepada kita untuk kita syukuri.

Akhirnya kita bisa membayangkan juga, apabila Api Tuhan Yesus yang telah dilemparkan
kepada kita ini menyala dalam diri kita. Jika ribuan dan bahkan jutaan orang menyala bersama
dengan lidah api-Nya, bersatu, berkumpul, berjemaah bersama dan berkarya, betapa hebat
dan indahnya.

Sepertinya Tuhan Yesus mengisyaratkan bahwa betapa selama kurang lebih tigapuluh tahun
Dia mendambakan baptisan. Baptisan sebagai simbul pertobatan dan pembaharuan diri. Disini
menyiratkan bahwa Anak Manusia yang tidak berdosa mau melakukan baptisan dengan penuh
gairah, yang menjadi tradisi pada waktu itu. Mestinya kita bisa bersukacita menerima
panggilan-Nya untuk dibaptis, diubah menjadi anak-anak Allah dan disatukan dalam Gereja-
Nya. Sebagai anak-anak Allah, maka tugas pelayanan sudah menunggu di hadapan kita.

Setiap keluarga, kelompok, organisasi atau kumpulan apapun, umumnya mempunyai tujuan,
ketentuan atau aturan, entah tertulis atau tidak. Di dalamnya diatur kewajiban dan hak bagi
seluruh warganya, tidak terkecuali. Pimpinan atau kepala sudah semestinya menjadi contoh
dan panutan dalam segala hal, maka dia terpilih jadi ketua.. Apabila tidak setuju dengan
aturan yang sudah ada, ya silahkan keluar dari kelompok tersebut. Mungkin saja pada suatu
ketika aturan tersebut semakin disempurnakan, yang kurang digenapi, yang berlebih
dikurangi.

Masuk menjadi anggota tubuh Gereja dimana Anak Manusia sebagai Kepalanya, mau tidak
mau ya harus tunduk kepada aturan yang ada. Sumber aturan tersebut adalah firman Tuhan
sendiri yaitu hukum kasih. Kunci diberikan kepada Petrus sebagai penerusnya, yang bertindak
sebagai pewaris tradisi yang dilakukan Kristus. Kuasa mengajar diteruskan oleh para
penggantinya sampai sekarang dan seterusnya. Sudah selayaknya komitmen itu dipegang
teguh dengan setia dan tidak harus ditawar-tawar lagi.

Disinilah mulai timbul pertentangan bahkan perselisihan yang hakiki, antara anak-anak Allah
dengan anak-anak dunia. Bahkan dalam keluarga besar anak-anak Allahpun terjadi perbedaan
pendapat, penalaran, penafsiran dan sejenisnya. Semuanya merasa benar menurut
pendapatnya masing-masing. Batu sandungan akan menghadang apabila sudah merasa paling
benar, sehingga kekeliruan sebesar apapun tidak akan kelihatan. Apalagi yang kecil dan
lembut, pasti akan diabaikan. Yang tercetak di mata adalah kekeliruan pihak lain, apalagi
128
mempergunakan kaca pembesar. Perbedaan bahkan pertentangan lama kelamaan membesar
dan buahnya perpecahan dan perpisahan.

Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, satu keluarga bisa terjadi saling berbeda dan
bertentangan yang pada akhirnya perpecahan dalam keluarga. Tinggal mau memilih yang
mana yang diprioritaskan. Mestinya Allah yang nomor satu namun yang lainnya jangan
diabaikan.

Menilai Zaman
12:54. Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah
barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. 12:55 Dan
apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu
memang terjadi. 12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya,
mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? 12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak
memutuskan sendiri apa yang benar? 12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi
menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya
jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya
dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. 12:59 Aku berkata kepadamu:
Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."
Sepertinya kita diajar untuk bisa membaca tanda-tanda zaman, bukan hanya meramalkan
cuaca dan keadaan alam yang duniawi. Kita diajar untuk mengetahui kebenaran yang hakiki.
Secara universal, kita tahu apa yang disebut benar dan salah apabila untuk hal-hal yang pasti.
Satu ditambah satu sama dengan dua adalah jawaban benar, selain itu salah.

Dalam pemahaman penulis, orang Yahudi yang penuh dengan para ahli pada waktu itu
sepertinya dianggap bodoh dan buta. Mestinya mereka sudah bisa membaca tanda-tanda
zaman, apabila disesuaikan dengan nubuat para nabi. Sang Kebenaran sudah dinubuatkan dan
sudah terjadi dan hadir di tengah-tengah mereka. Mereka tidak percaya, ragu-ragu, sepertinya
tidak mungkin bahwa yang ditunggu sudah datang dan hanya seperti ini. Mungkin harapannya
terlalu tinggi dan hebat, begitu istimewa, berbeda dengan yang lain pada umumnya. Mesias
itu harus wah! Jika menunggu dan menunggu lagi, maka akan ketinggalan kereta, alias sudah
terlambat.

Dalam kenyataan hidup yang penuh dinamika ini, nyatanya kebenaran itu sendiri masih bisa
diklasifikasikan, didegradasikan sesuai selera masing-masing. Kita bisa mengatakan bahwa
satu ditambah satu adalah satu setengah untuk hari ini, sisanya yang setengah untuk besok
lusa. Seringkali kita membikin garis dengan tanda-tanda tingkat kebenaran. Ada kebenaran
seribu, kebenaran seratus, kebenaran sepuluh, kebenaran nol. Dibawah titik nol tersebut kita
sebut kebenaran yang negatif atau kesalahan. Titik nol tersebut bisa kita geser sesuai selera,
tergantung situasi dan kondisi. Jangan-jangan kebenaran itu sendiri lama kelamaan menjadi
abu-abu. Muncullah istilah mencari benarnya sendiri-sendiri, yang pasti dengan segala
alasannya. Dampaknya yang paling hebat adalah saling menyalahkan orang lain.

Anak Manusia mengajarkan kepada kita untuk berdamai yang berarti bisa saling memaklumi.
Kita umpamakan orang yang berhutang tetapi tidak membayar hutangnya. Kita mestinya
bersepakat bahwa yang namanya berhutang harus dibayar; tidak membayar hutang adalah
tidak benar. Titik. Kita belajar mengakui ini dahulu bahwa tidak membayar hutang itu salah.
Berani mengakui kesalahan diri nyatanya memang tidak mudah, mungkin perlu proses yang
cukup panjang. Setelah berani mengakui kesalahan, barulah berdialog untuk berdamai.
Mengapa sampai hutangnya belum lunas dibayar semua, perlu diterangkan sejelas-jelasnya
sampai tuntas. Ke-terang-an inilah yang diperlukan sipemberi hutang agar bisa memaklumi.
Dicarilah solusi, jalan keluar yang bisa diterima kedua belah pihak dan tidak perlu sampai ke
pengadilan. Lha kalau sampai masuk penjara, siapakah yang akan melunasi hutang?
129
Mungkinkah di penjara berkarya yang menghasilkan dan dapat melunasi hutang? Tetap saja
saudara dan teman-temannya yang di luar penjara akan berusaha menyelesaikan hutang
tersebut.

Jika kita berani jujur kepada diri sendiri, segala salah dan dosa yang kita kumpulkan setiap
waktu jangan-jangan begitu besarnya. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
Salahnya orang lain kepada kita, kalau dihitung-hitung nyatanya begitu kecil dibanding
jumlah salah kita. Beranikah kita saling berdamai dengan saudara kita? Untuk itu kita diajar
untuk bisa berdamai dengan Tuhan sendiri yang maha memaklumi, kita diajar untuk berani
mengakui kesalahan tanpa tedeng aling-aling. Kita diajar untuk berubah agar bisa melunasi
segala hutang, segala salah yang telah kita perbuat sampai batas waktunya.

Apabila waktunya habis terus kita dipanggil oleh Sang Hakim dan nyatanya masih ada
beberapa hutang yang belum lunas, ya bersiap-siaplah untuk dimasukkan penjara. Mungkin
inilah api pencucian dimana kita menanti kebebasan dari penjara. Apa yang bisa kita perbuat
dalam penjara? Mungkin kita hanya bisa menunggu para saudara yang mendoakan,
melakukan silih atas hutang-hutang kita sampai lunas terbayar. Beruntunglah Manusia yang
hidup ini masih diberi karunia boleh mendoakan yang sudah meninggal. Mungkin doa
tersebut tidak manjur apabila yang didoakan sudah masuk neraka.

Bab 13- Dosa dan Penderitaan, yang


Diselamatkan
13:1. Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang
Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.
13:2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari
pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? 13:3 Tidak!
kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara
demikian. 13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam,
lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 13:5
Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas
cara demikian."
Sepertinya bangsa Romawi mempersembahkan korban kepada dewanya dengan darah. Darah
tersebut bisa dari binatang atau malahan manusia yang mereka anggap sebagai pemberontak
atau kriteria lainnya. Kemungkinan lain, ada beberapa orang Galilea yang memberontak dan
dibunuh. Darahnya dicampurkan dengan darah korban persembahan, yang berarti melecehkan
agama mereka. Harapannya, Tuhan Yesus bisa tergerak oleh semangat nasionalisme dan
kebangsaan. Namun jawaban-Nya malah mengagetkan semua orang.

Yang dapat penulis pahami pada intinya adalah pertobatan, berubah lebih baik dan lebih baik
lagi dalam kebaikan dan kebenaran. Kematian massal tidak ada hubungannya dengan
tingkatan dosa. Kita tidak bisa mengatakan bahwa bencana alam yang mengakibatkan banyak
orang meninggal, karena dosa-dosa mereka yang besar. Jangan-jangan dengan mengatakan
hal tersebut, sadar tidak sadar malah akan mengakui diri sendiri bahwa dosanya lebih kecil.

Mungkin yang perlu diakui oleh semua orang bahwa kita semua tidak ada yang luput dari
salah dan dosa. Jika kita menyadari bahwa kita orang berdosa, ajaran-Nya hanya satu, yaitu
bertobat dan bertobat, kembali ke jalan kebenaran yang hakiki. Bertobat adalah bangkit dari
kesalahan dan berubah menuju yang lebih baik dan benar secara nyata. Kelihatannya Tuhan
Yesus hanya menekankan saja perlunya bertobat, agar tidak mengalami cara kematian seperti
yang kita sangkakan.
130

Orang-orang yang menjadi pilihan-Nya, dalam kematian massal tetap akan dijemput Tuhan
sendiri atau oleh utusan-Nya. Yang tidak terpilih kemungkinan besar akan dijemput oleh
penguasa kejahatan. Kejadian kematian hanya suatu sarana untuk dipanggil, tidak ada
hubungannya dengan salah dan dosa. Manusia hanya bisa berharap, sedangkan belas kasihan
Allah adalah karunia yang diberikan oleh-Nya. Surga dan neraka bukan manusia yang
menentukan. Yang masih hidup ini belum pernah tahu persis seperti apa itu surga dan neraka.
Jangan-jangan yang kita bayangkan tidak sesuai dengan sebenarnya. Kita diajar untuk hanya
percaya kepada-Nya, melaksanakan amal kasih dan mengharap belas kasih-Nya.

Paling tidak hal ini mengingatkan kita untuk jangan “sok suci.” Sewaktu mendengar atau
menyaksikan suatu bencana, terus kita berucap bahwa itu karena kelakuannya. Sudah
sepantasnya mereka diganjar dengan kejadian seperti itu. Jika bencana itu jatuh kepada kita,
terus kita bertanya :”Salahku dimana, sehingga mendapat cobaan seperti ini?”

Perumpamaan tentang Pohon Ara


13:6. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh
di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak
menemukannya. 13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun
aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon
ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! 13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah
dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk
kepadanya, 13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Perumpamaan pohon ara sepertinya mengisyaratkan kepada kita bahwa permohonan seorang
hamba tetap diperhatikan oleh tuannya. Apalagi Tuhan Allah sendiri yang maha mengasihi
umat-Nya. Setiap doa permohonan umat-Nya pasti didengarkan, apalagi yang berhubungan
dengan rohani seseorang. Kuasa doa memang suatu misteri yang tak terpahami secara nalar.
Mungkin kita pernah mendengar bagaimana Abraham tawar menawar dengan Tuhan untuk
keselamatan Sodom dan Gomora.

Murka Allah sepertinya bisa ditunda apabila semua orang mau melakukan pertobatan secara
serentak. Pertobatan yang sungguh-sungguh yang dapat diungkapkan melalui perbuatan
nyata. Berdamai dengan-Nya sungguh-sungguh didambakan dengan penuh gairah oleh Allah
yang maha pengasih dan pengampun. Buah-buah berdamai dengan Allah mestinya bisa
berdamai penuh kasih dengan orang lain.

Memperhatikan kelakuan seseorang atau bahkan kelompok yang berbuat kejahatan,


kekerasan, ketidak adilan bukanlah membalas dengan kebencian. Sama tidak warasnya.
Mestinya dengan suatu keprihatinan bagaimana agar mereka sadar, berubah dan mau
berdamai. Paling gampang adalah dengan doa permohonan agar Tuhan berkenan membuka
segala jalan yang selama ini sepertinya tertutup karena kelemahan kita.

Penulis masih teringat pesan-pesan Bunda Maria di Medjugorje maupun Tuhan Yesus melalui
Vassula di tahun delapanpuluhan : “Berdoalah buat putriku Rusia.” Kita semua tahu bahwa
telah terjadi perubahan di Rusia. Setelah tahun sembilanpuluhan pesannya adalah berdoa
buat Amerika.

Dalam percakapan rohani, penulis pernah mendengar bahwa kepanjangan pohon ara itu
adalah arabi, yang berarti konjuk atau sujud mengucapkan nama Tuhan. Maka jika konjuk
atau membuat tanda salib harus sepenuh hati, tubuh diam tegak bukan sambil berjalan atau
lari. Tangan kiri di dada, tangan kanan membuat tanda salib sampai pusar, jari yang dipakai
131
adalah jempol, telunjuk dan jari tengah. Jika bisa sepenuh hati jiwa dan akal budi, maka sinar
Roh Kudus pasti hadir.

Yang jelas, para pengikut Kristus harus berbuah. Apakah buahnya banyak atau sedikit, yang
penting berbuah. Berbuah berarti menghasilkan sesuatu yang dapat dirasakan oleh orang lain.
Bukan buah busuk namun manis, sehingga banyak orang bisa menikmatinya.

Menyembuhkan pada hari Sabat


13:10. Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.
13:11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit
sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. 13:12 Ketika Yesus
melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah
sembuh." 13:13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga
berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.
13:14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu
ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah
satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." 13:15 Tetapi Tuhan menjawab dia,
kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan
lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat
minuman? 13:16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis,
harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" 13:17 Dan waktu
Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena
segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.
Jika kita perhatikan dan kita simak, sosok Anak Manusia ini betul-betul begitu penuh dengan
belas kasih kepada orang-orang yang menderita. Kemana saja Dia berjalan selalu ada berita
penyembuhan dan penghiburan. Kita bisa membayangkan bagaimana banyak orang
bersukacita dan memuliakan Allah Bapa di surga karena mukjizat-Nya. Pada saat seperti itu
rasanya tidak ada lain kecuali berpikir betapa kasih-Nya Tuhan kepada umat-Nya. Apabila
Dia menghendaki maka segalanya akan terjadi walaupun bagi manusia sepertinya tidak masuk
akal.

Kelihatannya orang Israel mempunyai aturan tertentu dengan hari Sabat. Hari Sabat atau
Sabtu adalah harinya Tuhan, hari untuk istirahat dari pekerjaan dan dipakai untuk
memuliakan Allah. Adat kebiasaan tersebut masih kita jumpai sampai sekarang, sampai-
sampai lift di hotelpun dibuat otomatis agar orang tidak bekerja memencet tombol lantai.
Mungkin bagi kita agak aneh malahan lucu, apabila pada hari Sabat binatang peliharaan diberi
makan dan minum, namun orang sakit didiamkan saja. Penulis tidak tahu bagaimana rumah
sakit Yahudi pada hari Sabat. Mungkin orang Yahudi pada libur sedangkan yang bekerja
orang non agama Yahudi.

Tuhan Yesus secara ekstrim menolak adat kebiasaan yang bertentangan dengan sepuluh
perintah Allah. Berbuat baik dan benar adalah bagian dari hidup ini dan tidak mengenal saat
serta waktu tertentu. Setiap saat semua orang sudah selayaknya berbuat baik dan benar, saling
berbagi dalam segala hal. Berhentinya mungkin di kala tidur dan itulah istirahat. Karena
kedagingan kita saja maka kita sering mengembangkan suatu kasus tertentu menjadi ketetapan
dan akhirnya menjadi adat kebiasaan. Jangan-jangan malah menyeleweng dari maksud
sepuluh perintah Allah. Di Mata Tuhan, manusia lebih berharga dibandingkan apapun di
dunia ini.

Perumpamaan tentang Biji Sesawi


13:18. Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan
mengumpamakannya? 13:19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di
kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada
cabang-cabangnya."
132
Biji sesawi yang penulis lihat di Israel sana, nyatanya begitu kecil dan pohonnya tidak sesuai
dengan bayangan penulis selama ini. Dalam pemikiran penulis, sesawi adalah jenis sayuran
berdaun lebar yang tingginya tidak seperti pohon perdu, paling tinggi berkisar satu meter.
Bagaimana mungkin bisa dimanfaatkan burung-burung untuk bersarang? Begitu melihat
pohon sesawi seperti yang diceritakan pemandu, barulah penulis mengetahui dan
menerimanya, karena cukup tinggi dan rimbun.

Kerajaan Allah sering disamakan dengan surga, namun juga sering disamakan dengan Tuhan
Yesus sendiri dengan Roh Kudus-Nya. Rasanya tidak keliru juga kalau diibaratkan itu Firman
Tuhan. Allah sendiri sering disebut Firman.Yang jelas Kerajaan Allah selalu berkaitan dengan
yang rohani, yang baik dan benar, yang suci. Dalam doa, kita sering memohon supaya
Kerajaan-Nya datang menguasai kita. Jika Roh Kudus menguasai dan bersinggasana di dalam
hati kita, maka semestinya kita ini menjadi Kerajaan-Nya.

Yang dapat penulis pahami adalah sesuatu yang begitu kecil awalnya, namun melalui proses,
biji kecil tersebut mati dari bentuk asalnya dan berubah sehingga menjadi pohon yang besar.
Bahkan bisa untuk bernaung bagi yang membutuhkan. Pada saatnya pohon tersebut juga akan
menghasilkan buah dan biji. Dan pohon itu sendiri malah tidak pernah menikmati buah dan
bijinya. Dia hidup untuk menghidupkan yang membutuhkannya.

Bila penulis renungkan, Tuhan Yesus lahir tidak ada yang tahu dan sama sekali tidak dikenal.
Berkarya setelah lebih dari dewasa dan hanya beberapa tahun yang diakhiri dengan
penderitaan dan kematian di salib. Kematian di salib adalah dihinakan dan direndahkan
seperti penjahat besar. Namun benih-benih yang disebarkan pada waktu itu, sekarang ini
sudah menjadi pohon Gereja yang tersebar di seluruh dunia. Dalam perjalanan waktu,
mungkin ada orang yang ingin juga menanam benih dengan varietas yang sudah dimodifikasi.

Jika seperti itu, dalam pemikiran penulis malah menjalar semakin jauh. Dalam lamunan
penulis, sebelum segala abad sebenarnya Allah telah menyebarkan benih-Nya. Benih tersebut
roh yang dihidupkan oleh Allah sendiri. Kita mengenal Kitab Kejadian yang bercerita tentang
Adam dan Hawa. Dalam kebudayaan Jawa ada istilah “Sangkan paraning dumadi” yang
kurang lebih tentang terjadinya alam raya dan manusia ini.

Benih tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan yang
terjadi pada waktu itu. Adam dan Hawa boleh saja kita sebut sebagai Alma dan Huma,
sebagai manusia pertama. Dalam bayangan penulis malahan Alma dan Huma tersebut
diciptakan bersama-sama. Mungkin saja manusia pertama belum sepandai orang zaman
sekarang. Yang jelas mereka beranak pinak semakin banyak dan menyebar, menyesuaikan
diri dengan alam sekitarnya. Mereka percaya bahwa Sang Pencipta itu ada, pengertian akan
baik dan buruk, salah dan benar secara universal sudah ada di dalam benih atau jiwanya.

Dengan berjalannya waktu, tempat, situasi, kondisi, keadaan dan sebagainya, maka
kepercayaan kepada Sang Pencipta juga mengalami pergeseran. Anggap saja kepercayaan
tersebut sebagai pohon yang subur dan lebat daun serta buahnya. Namun ada juga yang tidak
subur bahkan sedikit daun dan buahnya, malahan kekeringan. Rasa buahnyapun kadang kala
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan selera.

Jangan-jangan inilah yang disebut kepercayaan awal, tumbuh menjadi aliran kepercayaan dan
yang bisa berkembang, semakin besar menjadi agama. Sewaktu aliran kepercayaan tersebut
masih kecil, yang berkembang di kelompok atau suku, mungkin sebutannya kepercayaan atau
agama lokal. Allah pasti selalu berkarya dengan cara-Nya sendiri kepada semua suku dan
bangsa, dengan penuh misteri. Seiring berjalannya waktu, maka muncullah pemikiran
133
rekayasa membuat pohon yang berbuah lebat dan rasanya disukai serta diakui oleh orang
banyak.

Mungkin sudah kodratnya manusia bahwa yang besar selalu merasa lebih kuat, menangan
daripada yang kecil. Ujung-ujungnya merasa lebih baik dan lebih benar dan sebagainya.
Sepertinya Tuhan Yesus mengingatkan kita kepada benih dasar yang pernah disebarkan, yaitu
jiwa atau nyawa yang penuh nutrisi Kasih.

Mungkin kita harus belajar kepada hutan belantara, dimana segala macam benih tumbuhan
bisa hidup, saling berbagi saling menghidupi, saling menyesuaikan. Mereka bisa tumbuh
bersama-sama dan tidak ada yang protes dengan membinasakan yang lainnya. Jika toch ada
yang saling memangsa, semua disadari bahwa hidup itu harus bisa saling memberi.

Perumpamaan tentang Ragi


13:20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? 13:21
Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga
sukat sampai khamir seluruhnya."
Kita juga mungkin sepintas mengenal ragi, dimana dengan ragi yang begitu sedikit dapat
merubah tepung terigu menjadi khamir. Ragi sedikit yang bisa merubah kedelai menjadi
tempe atau yang merubah singkong menjadi tapai. Yang kecil atau yang sedikit yang
dijadikan perumpamaan untuk Kerajaan Allah. Hubungannya selalu dengan proses dan
selanjutnya berubah, tumbuh berkembang dan berbuah. Ragi yang sedikit tersebut menjadi
pemicu atau penggerak atau mempengaruhi sehingga berubahlah tepung, kedelai ataupun
singkong.

Kembali lagi kepada yang kecil atau yang sedikit, jika diterima dengan akal budi atau bahasa
nalar kelihatannya begitu sulit. Mungkin agak lebih mudah untuk dipahami apabila dengan
hati atau bahasa rohani. Ungkapan dalam bahasa Jawa “wani ngalah dhuwur wekasane”
sepertinya sejalan. Mengalah bisa diibaratkan meng-Allah, belajar seperti Allah. Murid-murid
pilihan Tuhan Yesus nyatanya orang kebanyakan, orang kecil dan sederhana. Jumlahnya juga
tidak banyak. Yang kecil dan sedikit, yang tidak berarti dan bukan apa-apa biasanya
diremehkan. Yang namanya pilihan memang selalu lebih sedikit dibandingkan dengan yang
tidak terpilih. Mungkin kita bisa bercermin kepada cerita Maha Bharata, antara Pandawa dan
Kurawa. Pandawa hanya berjumlah lima orang, sedangkan Kurawa berjumlah seratus orang.
Bagaimana Pandawa yang berhak sebagai ahli waris kerajaan ditipu dipermainkan sampai
diusir dari istana. Pada akhir cerita, yang lima orang mengalahkan yang seratus orang dalam
perang Bharata Yudha.

Sekarang, bagaimana caranya yang sedikit ini bisa mengubah atau mempengaruhi dunia.
Tanpa “api” yang dilemparkan Anak Manusia, yang membakar semangat memberikan
kekuatan rasanya tidak mungkin. Semangat menyala yang dijiwai oleh Roh Kudus dengan
kepasrahan, kerendahan hati yang dapat melumerkan kekerasan hati. Tanpa Dia, harus kita
akui bahwa kita bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa. Disinilah yang berat untuk menjadi
panutan, contoh bersatunya hati, jiwa, akal budi, perkataan dan perbuatan. Menjadi contoh
berarti tidak ada pemaksaan kehendak, karena perubahan orang lain muncul dari kesadaran
dirinya sendiri.

Jika kita merenung bagaimana Tuhan Yesus berkarya di suatu wilayah yang begitu kecil,
terus kita bandingkan dengan zaman sekarang. Pengikut Kristus sudah tersebar di seluruh
dunia, dan jumlahnya tidak terhitung. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.
134

Siapa yang diselamatkan?


13:22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar
dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
13:23. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang
diselamatkan?" 13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk
melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha
untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. 13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup
pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah
kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu
datang. 13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan
Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. 13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku
tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang
melakukan kejahatan! 13:28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu
akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi
kamu sendiri dicampakkan ke luar. 13:29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan
dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. 13:30 Dan
sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada
orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."
Sang Juru Selamat sudah berkata kepada kita untuk berjuang melalui pintu yang sesak.
Hampir semua orang berusaha ingin memasukinya. Dalam peziarahan hidup ini jika kita
bertanya, hampir semuanya menjawab kalau nanti sudah meninggal harapannya masuk surga.
Selama kita masih bernafas, perjalanan hidup kita ini diisi dengan segala macam kesibukan.
Entah kesibukan yang rohani atau yang duniawi, atau malah kedua-duanya hanya kita sendiri
yang tahu. Perjalanan masih kita lalui dan nun jauh disana kita bisa melihat pintu yang masih
terbuka. Semua orang berbondong-bondong, kadang kala seperti saling berebut. Pada saatnya
ada yang berhenti beristirahat, atau malahan santai-santai saja. Yang jadi persoalan, kita tidak
tahu persis kapan saatnya pintu tersebut akan ditutup. Dapatkah pada waktunya kita sudah
mulai memasuki pintu sebelum ditutup?

Kita mungkin pernah membaca atau mendengar Kitab Suci, bahwa Israel sebagai bangsa yang
terpilih karena perjanjian Abraham dengan Yahwe. Merekalah yang pertama dan merasa
sebagai yang terpilih dan konyolnya diterjemahkan sebagai janji yang menjamin sampai
memasuki pintu Kerajaan. Mungkin batu sandungan bagi orang pertama atau yang terpilih
adalah kesombongan rohani. Buah-buah kesombongan adalah lupa diri, karena sudah merasa
lebih tadi.

Tuhan Yesus di dalam kesedihan melihat kelakuan orang Yahudi pada waktu itu, malah
berkata bahwa bangsa-bangsa dari segala penjuru yang akan menikmati Kerajaan Allah. Ada
orang yang terakhir menjadi terdahulu dan sebaliknya ada orang yang terdahulu malahan yang
akan menjadi orang yang terakhir. Yang empunya pintu Kerajaan tidak bisa diajak ber-KKN,
seperti dalam kehidupan di dunia ini.

Ucapan Tuhan Yesus tersebut menurut penulis masih berlaku untuk angkatan sekarang ini.
Sadar atau tidak seringkali kesombongan kita terungkap keluar begitu saja. Merasa lebih tua,
lebih senior, lebih dahulu dibaptis, lebih ahli, lebih rajin dan sebagainya. Secara tidak sadar
karena kesombongan, meremehkan atau menganggap enteng, belum berpengalaman dan
macam-macam kepada yang baru bergabung. Kita lupa bahwa harapan semua orang
sebenarnya sama, upah surgawi. Yang bekerja sehari, setengah hari atau satu jam saja
upahnya sama, sedinar. Yang pertama bekerja malah mendapat upah yang terakhir kali.

Kematian Nabi di Yerusalem


13:31. Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah,
tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." 13:32 Jawab Yesus kepada
mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan
135
menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
13:33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah
semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. 13:34 Yerusalem, Yerusalem,
engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus
kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 13:35
Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah
Dia yang datang dalam nama Tuhan!"
Dalam pemahaman penulis, pada kalimat pertama sepertinya Tuhan Yesus memberi siratan
yang mengisyaratkan kesengsaraan dan kematian serta kebangkitan-Nya. Dan Herodes
disebutnya sebagai serigala, yang mungkin keturunan raja terakhir orang Israel. Betapa
beraninya Dia menyebut seorang raja sebagai serigala. Dialah yang membunuh Yohanes
Pembaptis dengan memenggal kepalanya. Pada saatnya nanti Herodes akan bertemu dengan
Tuhan Yesus dan tidak mendapatkan apa-apa..

Kalimat selanjutnya seperti lebih menekankan bahwa pembunuhan itu harus terjadi di
Yerusalem. Dia tahu persis bahwa selama di perjalanan tidak ada orang yang berani dan bisa
membunuh-Nya. Perjalanan menuju Yerusalem tetap akan dimanfaatkan untuk berkarya dan
berkarya, menyebarkan belas kasih kepada semua orang yang membutuhkan.

Kemudian sepertinya Tuhan Yesus berbicara dengan diri-Nya sendiri, sedih dan prihatin
terhadap Yerusalem. Betapa dengan kerinduan Dia berkali-kali mengutus para nabi agar
orang Israel bertobat, berkumpul kembali dalam satu jemaat Allah di jalan lurus, namun
selalu ditolak. Selanjutnya seperti suatu nubuat bagi Yerusalem yang akan mengalami
kehancuran total. Yerusalem dengan Bait Allahnya yang hebat suatu ketika akan dibumi
hanguskan oleh tentara Romawi. Sekarang ini yang tersisa hanya sedikit tembok Bait Allah
yang sering disebut sebagai Tembok Ratapan. Sang Bait Allah sendiri sudah berpindah, dan
mendambakan dengan penuh kerinduan ingin mendiami dan meraja di hati kita yang percaya
kepada-Nya.

Di dalam perjamuan Ekaristi Kudus kita pasti memuji dan memuliakan Allah dengan
mendaraskan Kudus-kudus ...... Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Kemudian
dilanjutkan dengan Doa Syukur Agung, dimana Dia hadir sendiri memberikan berkat-Nya
kepada kita. Roti dan anggur yang berubah menjadi Tubuh dan Darah-Nya, yang menjadi
santapan rohani agar supaya meraja di hati kita.

Bab 14- Paling Utama dan Sebaliknya,


Melepas dengan Tulus
Penyembuhan di hari Sabat
14:1. Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang
Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 14:2 Tiba-tiba
datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. 14:3 Lalu Yesus berkata kepada
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang
pada hari Sabat atau tidak?" 14:4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang
sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.
14:5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik
ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari
Sabat?" 14:6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
Kembali pada hari Sabat Tuhan Yesus malah di rumah orang Farisi, melakukan penyembuhan
karena belas kasih-Nya kepada yang menderita. Pertanyaan-Nya tidak ada yang berani
136
menjawab karena serba salah. Dijawab tidak boleh koq kebangetan, dijawab boleh koq tidak
sesuai dengan adat kebiasaan. Mungkin hal ini menjadi paradigma baru bahwa berbelas
kasihan, berbuat baik dan benar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Memang, berubah dari kebiasaan yang telah mendarah daging tidaklah gampang. Walau
perubahan itu menuju ke yang lebih baik dan benar, sering kali ada sesuatu yang menahan dan
sulit dilepaskan. Agak repot berkomentar apabila seseorang sudah berkata :”Biasanya kan
begini atau begitu.” Kelekatan kepada kebiasaan bagaikan sudah berakar masuk ke relung-
relung paling dalam. Dalam beberapa hal, sering kita kaitkan dengan sifat, watak, karakter
atau apapun namanya. Orang Jawa sering menyebut “ciri wanci ilange digawa mati” yang
artinya watak tersebut tidak bisa berubah, hilangnya kalau sudah meninggal. Apakah betul
demikian? Penulis tidak yakin. Siapapun bisa berubah apabila memang menyadari dan
berkehendak untuk berubah. Pertanyaannya, apakah katak berani dan siap untuk keluar dari
tempurung?

Penulispun pernah mengalami melewati orang tua yang kelihatan sakit di pinggir jalan.
Penulis lebih berpihak kepada disiplin waktu kerja karena hampir terlambat. Biarlah orang
lain yang menolong kalau yang bersangkutan memang membutuhkan bantuan. Pengalaman
tersebut sering mengganggu pikiran dan hati penulis. Apa salahnya bertanya kepada orang
tersebut dan membantu ke rumah sakit atau poliklinik, apabila memang sakit beneran.
Terlambat sekali-kali kan tidak merupakan masalah besar dan masih bisa dijelaskan kepada
atasan. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi penulis pribadi.

Tempat paling Utama dan paling Rendah


14:7. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia
mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke
pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah
mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 14:9 supaya orang itu, yang
mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada
orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 14:10
Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan
rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan
demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 14:11 Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia
akan ditinggikan."
Dalam kebiasaan orang Yahudi, sepertinya untuk pesta makan saja sudah ditentukan mana
tempat terhormat, mana tempat biasa. Mungkin kalau zaman sekarang tempat duduk paling
depanlah yang terhormat. Semakin ke belakang ya semakin tidak dikenal. Mungkin hanya
sewaktu nonton bioskop di gedung saja yang belakang lebih terhormat.

Perumpamaan Tuhan Yesus sepertinya langsung ditujukan kepada semua orang yang datang
berebut tempat terdepan. Kelihatannya wajar-wajar saja dan dapat diterima dengan nalar.
Penulispun pernah mengalami sewaktu mendapat undangan wisuda anak. Gedung sudah
penuh tamu undangan yang berdandan cantik dan tampan. Penulis bersama isteri masuk ke
gedung dan mencari tempat kosong di belakang. Namun penerima tamu melihat kartu
undangan penulis dan diminta duduk di depan, yang terpaksa dengan halus mempersilahkan
yang sudah duduk untuk pindah. Penulis baru menyadari mengapa duduk di depan, setelah
upacara wisuda berjalan beberapa saat.

Dalam pemahaman penulis, ada hal hal lain yang lebih penting dari perumpaan tersebut. Kita
diajar untuk berani rendah hati dan mengalah, memberi tempat atau kesempatan kepada orang
lain. Biarlah di mata manusia dianggap sebagai bukan apa-apa, tidak dikenal dan diacuhkan.
137
Pandangan Tuhan sangat berbeda dengan cara pandang duniawi, yang seringkali terbalik-
balik. Kesombongan dan kebanggan diri selalu bertolak belakang dengan kerendahan hati.

Dalam pandangan dunia yang namanya gubernur, bupati, uskup, pendeta, kiai pasti mendapat
tempat yang terhormat. Dalam setiap acara apapun pasti duduknya mengelompok di depan.
Biasanya jamuan yang dihidangkan juga berbeda kualitasnya. Pasti akan banyak orang biasa
yang ingin duduk di dekat mereka untuk bisa ngobrol apapun. Ada suatu kebanggan yang
mungkin saja bisa dipamerkan kepada orang lain yang belum pernah mengalami. Akan sangat
aneh apabila yang dihormati malah duduk menyendiri di belakang.

Jangan-jangan di Mata Tuhan malahan si pemulung yang belum pernah mendapat kehormatan
duniawi, menerima tempat terhormat di surga. Boro-boro masuk ke dalam gedung pertemuan
menjadi bagian pada acara tersebut. Kemungkinan besar malah sudah dijauhkan dari area
pertemuan tersebut. Dianggap mengotori pemandangan, apalagi bila sampai dilihat oleh tamu
yang terhormat. Akan kelihatan bahwa masih banyak yang harus dibenahi, termasuk
mengentaskan orang miskin dan menderita.

Siapa yang harus diundang?


14:12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau
mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang
sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-
tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. 14:13 Tetapi apabila engkau mengadakan
perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan
orang-orang buta. 14:14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-
apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari
kebangkitan orang-orang benar."
Ajaran Tuhan Yesus memang membikin kita terhenyak karena tidak umum untuk ukuran
duniawi. Mungkin sekarang ini sudah ada yang memulai melakukan pesta makan bersama
dengan kaum jelata. Misalnya dengan anak-anak panti asuhan, panti wreda dan yang lainnya
lagi. Penulis tidak tahu lagi maksud dan tujuannya, apabila acara tersebut sampai disiarkan
lewat radio dan televisi.

Saling berbagi dan saling berbalas dalam kelompok memang sudah menjadi kebiasaan. Secara
perlahan kadang-kadang tumbuh menjadi seperti kelompok eksklusif. Sebagai pengikatnya,
dibuatlah arisan dengan maksud baik agar bisa berkumpul dan bersilaturahmi. Dalam
perjalanan waktu, malahan arisan ini yang sering menimbulkan perselisihan.

Sekarang, bagaimana caranya untuk menumbuhkan kepedulian kepada kaum yang menderita.
Kelompok yang betul-betul membutuhkan bantuan dan pertolongan. Mungkin hanya
ketulusan untuk berbagi saja yang menjadi dasarnya. Pengalaman penulis sewaktu bersyukur
hampir setiap bulan Desember, banyak tetangga berdatangan, melebihi sewaktu
sembahyangan. Para tetangga itu mulai berdatangan bersilaturahmi, malahan saat ramai-
ramainya issue bom merebak di Bandung. Kabar bom meledak sendiri yang menewaskan si
pembuat, sebelum disebarkan ke gereja-gereja pada saat natal. Kedatangan para tetangga jelas
membuat kaget seisi rumah karena tidak biasanya. Isteri penulis yang sibuk menyiapkan
hidangan, entah membuat sendiri entah dari warung, dibantu anak-anak. Setelah itu ada
kebiasaan ia selalu berkeliling mengundang orang-orang yang “malu” datang karena
keadaannya. Jika tidak, setelah selesai acara makan bersama barulah berkeliling untuk
berbagi. Ada suatu kepuasan yang sulit dijelaskan apabila semua yang disuguhkan habis
tandas. Bingungnya apabila yang datang di luar perkiraan, sampai kekurangan seperti saat
138
pertama. Penulis tidak tahu sampai kapan kebiasaan ini akan berlanjut, atau pada saatnya akan
berhenti sendiri.

Perumpamaan tentang orang yang Berdalih


14:15. Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang
yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." 14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang
mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. 14:17 Menjelang perjamuan
itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab
segala sesuatu sudah siap. 14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama
berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta
dimaafkan. 14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku
harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. 14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin
dan karena itu aku tidak dapat datang. 14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan
semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya:
Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang
miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. 14:22
Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan,
tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. 14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya:
Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk,
karena rumahku harus penuh. 14:24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari
orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
Seringkali dalam hidup ini kita merasa bahwa telah melaksanakan ajaran Allah dengan
secukupnya. Kadang-kadang merasa lebih baik dari orang lain yang selama ini terlihat tidak
karuan. Perasaan menilai diri dan yang lainnya, terus membandingkan yang hanya terbatas
yang dapat dilihat, sepertinya malah menjadi batu sandungan. Mungkin disinilah kita seperti
orang Farisi pada waktu itu yang menilai dirinya lebih baik dari orang kebanyakan. Apalagi
dibandingkan dengan yang miskin, menderita dan cacat lagi. Bikin repot saja!

Dalam pemahaman penulis, ada yang lebih dalam dari cerita tersebut. Pada dasarnya Allah
maha pengasih dan maha rahim menginginkan semua orang dapat ikut menikmati perjamuan-
Nya. Kerajaan Allah sepertinya tidak terbatas luasnya, cukup untuk menampung seluruh umat
manusia sampai kapanpun. Syarat untuk memasuki Kerajaan-Nya sepertinya setiap waktu
semakin lunak. Karena para undangan terpilih tidak mau datang, maka semua orang
bermasalah dan yang tidak karuan malah dicari untuk menikmati hidangan perjamuan.
Kelihatannya memang ditujukan kepada orang Yahudi yang merasa sebagai orang pilihan.

Kenikmatan gemerlapnya duniawi disadari ataupun tidak, menjadi hambatan dan halangan
untuk menghadiri undangan-Nya. Kesibukan dalam menikmati dunia ini sepertinya tidak ada
habisnya. Kalau bisa waktu yang hanya duapuluhempat jam sehari diubah menjadi
empatpuluh jam sehari. Waktu untuk Tuhan, untuk berbuat baik dan bersilaturahmi sudah
tidak kebagian. Banyak alasan untuk menolak ajakan pesta perjamuan. Kalau bisa diundur,
nanti saja kalau sudah senggang.

Pasti ada maksud terdalam, bagaimana seseorang memperluas tanah ladangnya, yang lain
memperbanyak binatang piaraan, dan yang lainnya lagi terpaku menikmati hubungan laki-laki
dan perempuan. Mereka sedang sibuk dengan kenikmatan duniawi, sesuai dengan seleranya
masing-masing. Karena kelekatan duniawi ini, kita sering melalaikan undangan Tuhan.
Seribu satu macam alasan bisa kita persiapkan dengan baik dan masuk akal.

Dalam pemahaman penulis, Misa Kudus adalah upacara perjamuan yang paling tinggi, paling
hebat, paling mulia di dunia ini. Tuhan Yesus sendiri berkenan hadir dan memberikan berkat-
Nya bagi semua orang yang hadir mencari Dia. Sering kali kita tidak siap untuk menyongsong
139
kehadiran-Nya. Alasan capai, ngantuk karena bergadang, ada urusan bisnis besar, sedang
bermasalah dalam keluarga dan lain sebagainya

Kata-kata Tuhan Yesus cukup membikin bulu kuduk berdiri. Tidak ada seorangpun dari
kelompok undangan ini yang akan menikmati jamuan-Nya. Jamuan yang telah disiapkan
malah akan dinikmati oleh orang-orang yang selama ini kita abaikan, kita remehkan, tidak
kita pedulikan, malahan yang tidak kita sukai, kita benci menurut pandangan kita.

Kita bisa merasakan betapa bangganya sewaktu mendapat undangan pesta dari gubernur,
apalagi presiden. Rasanya pada waktu itu seolah-olah kita termasuk orang pilihan, kita
ceritakan kepada orang lain, kalau perlu undangannya dibawa dan diperlihatkan. Seiring
perjalanan waktu dan sudah berkali-kali mendapat undangan, lama-lama menjadi biasa.
Persiapan untuk menghadiri undangan dengan pakaian pesta mulai menjadi batu sandungan.
Mulailah muncul alasan-alasan untuk tidak menghadiri undangan tersebut. Jangan-jangan
setelah itu tidak akan menerima undangan lagi. Jangan-jangan gubernur dan presiden malah
membuka acara bertemu dengan rakyatnya, terbuka bagi siapa saja yang mau hadir.

Ada satu hal yang penting untuk direnungkan, sebetapa besarpun dosa dan kesalahan kita di
hadapan manusia, Allah tetap mengharapkan kedatangan kita ke hadapan-Nya. Serendah
apapun kita dinilai masyarakat, Allah tetap memperhatikan kita dengan penuh kasih. Intinya,
kita mau berbalik dan pasrah kepada-Nya. Tangan-Nya tetap terbuka menantikan dengan
harap-harap cemas penuh kerinduan, yang sulit diuraikan.

Hal Melepas untuk mengikut Yesus


14:25. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia
tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:27 Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:28 Sebab
siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu
membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya,
jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 14:30 sambil berkata: Orang itu
mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 14:31 Atau, raja manakah yang
kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan,
apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan
dua puluh ribu orang? 14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih
jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di
antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-
Ku. 14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? 14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang
membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Cukup membingungkan! Dalam pemahaman penulis dengan bahasa hati atau bahasa rohani,
kita diajar untuk berani membenci kesalahan, kedosaan kita masing-masing. Berani mengakui
bahwa tidak ada seorangpun yang suci bersih seratus prosen. Kebencian yang membuahkan
perasaan antipati kepada kejahatan, yang dapat merubah orang untuk menjadi murid-Nya.
Seringkali ilalang kejahatan itu malah kita pelihara, siapa tahu nanti ada gunanya. Sayang,
sudah pernah dimiliki koq dibuang begitu saja.

Kita diajar untuk berani menyangkal diri bahwa kita ini sebenarnya penuh dengan kesalahan,
kekurangan. Demikian juga dengan semua keluarga kita, mereka mempunyai kesalahan dan
kekurangannya masing-masing. Yang negatif inilah yang kita benci, sehingga kita bisa
dianggap pantas untuk menjadi murid-Nya.
140
Kita diajar untuk memikul salib kita sendiri. Salib adalah bagian perjalanan hidup kita yang
merupakan konsekuensi logis karena mengikut Dia. Kita diajar untuk merenung apakah sudah
siap mengikuti Dia dengan syarat memikul salib pribadi. Salib memang cukup berat dan
selalu dibawa kemana-mana. Namun kadang-kadang salib yang berat tersebut ada hikmahnya.
Salib bisa menjadi jembatan sewaktu menyeberangi celah gunung batu yang curam. Bisa
menjadi alat bantu mengapung untuk menyeberangi sungai. Bisa menjadi alat bantu setengah
tangga untuk mengambil sesuatu yang di atas.

Kita diajar untuk melepaskan kelekatan yang selama ini menempel dalam diri kita, apapun itu,
termasuk keluarga. Kita akan berjalan sendiri dan mengikut Kristus yang menuntun kita.
Hidup bersama Kristus berarti harus berdamai dahulu dengan-Nya, yang tidak memerlukan
harta duniawi yang bisa lenyap dalam sekejap. Walaupun seluruh keluarga juga ikut
memanggul salib masing-masing, berat bebannya pasti berbeda. Salib tersebut tidak bisa kita
tukar dengan yang lainnya. Menjadi murid-Nya berarti sangat pribadi dan siap melepaskan
segala macam ikatan yang membelenggu.

Garam menjadi rawar memang agak aneh di benak kita untuk sekarang ini. Namun apabila
kita mencoba membayangkan masa duaribu tahun lalu, kita bisa memaklumi bahwa garam
diambil dari batu di Laut Mati. Batu tersebut yang sudah terlapisi garam bertahun-tahun
diambil dibawa pulang untuk keperluan segala macam. Pada suatu saat maka batu tersebut
akan kehilangan garamnya karena terus dimanfaatkan, sehingga menjadi batu biasa. Batu
tersebut dibuang di halaman rumah untuk pengeras jalan agar tidak licin.

Kita diharapkan untuk selalu bisa menjadi garam, selama masih hidup. Garam yang tidak
pernah habis, yang berguna untuk orang lain. Walaupun sedikit, garam menjadi penyedap
utama setiap masakan. Garam juga bisa menjadi bahan pengawet maupun untuk pupuk.
Betapa dalam perumpamaan garam tersebut secara rohani, apabila dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Kita diajar untuk mendengar dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Hubungan


ikatan keluarga sering kali menjadi batu sandungan dan sangat sulit untuk melepaskan. Hal ini
bukan berarti cuek atau tidak mempunyai kepedulian dengan keluarga. Alangkah indahnya
apabila dalam suatu keluarga bisa saling bersepakat untuk belajar memanggul salibnya
masing-masing dan saling menolong. Yang jelas salib kita tidak seberat salib yang dipanggul
oleh Tuhan Yesus.

Bab 15- Perumpamaan


Perumpamaan Domba yang Hilang
15:1. Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk
mendengarkan Dia. 15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 15:3
Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 15:4 "Siapakah di antara kamu yang
mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak
meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang
sesat itu sampai ia menemukannya? 15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya
di atas bahunya dengan gembira, 15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat
dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan
aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada
sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
141
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita berpihak kepada yang sembilan
puluh sembilan orang yang masih mau berkumpul. Yang satu dan tersesat
kita biarkan saja, karena itu sudah menjadi pilihannya sendiri. Dibujuk diajak
jangan-jangan malah marah karena dikira mencampuri urusan orang lain.
Ungkapan bahasa Jawa “ilang-ilangan endog siji” yang berarti kehilangan
telur satu tidak apa-apa. Telur busuk dan berbau dapat mencemari telur-telur
lainnya, dapat mencemarkan nama keluarga. Kita lebih bisa menikmati
kehidupan ini di dalam lingkaran aman, mapan. Kita ragu-ragu malahan
kawatir keluar dari lingkaran nyaman, jangan-jangan di luar banyak hal yang tidak kita
kehendaki. Bagaimana kalau domba yang hilang itu dibawa harimau atau serigala untuk
disantap?

Jika kita renungkan, angka seratus adalah angka bulat, angka penuh yang bisa kita ibaratkan
bundar sempurna. Betapa seringkali pikiran kita terjebak oleh iklan penjualan yang
mencantumkan harga dengan angka belakangnya sembilan sembilan. Ach murah tidak sampai
seribu, sejuta dan seterusnya. Padahal sebenarnya sejuta kurang satu atau seribu kurang satu
menjadi angka yang tidak bulat.

Dengan berkurang satu maka yang bulat atau sempurna tadi menjadi berubah dan tidak utuh
lagi. Betapa Tuhan Yesus begitu mengasihi semua orang, betapapun jahatnya mereka. Kalau
bisa semua orang dapat dirangkul ke dalam pelukan-Nya dengan segala cara. Orang-orang
yang tersesat inilah malah yang menjadi target utamanya. Orang-orang benar tidak perlu
dikuatirkan karena mereka sudah tahu jalan kembali ke kandang-Nya.

Mungkin kita bersetuju apabila kita katakan bahwa persembahan yang paling tinggi bagi
Tuhan adalah membawa seseorang kembali ke jalan yang benar. Pertobatan dan perubahan
menjadi lebih baik dan benar yang harus diwartakan kepada semua orang, khususnya mereka
yang tersesat dalam lembah kekelaman. Berani dan mau menerima mereka kembali tanpa
kecurigaan dan kekawatiran, karena pernah mendapat stigma buruk. Rasanya, tidak ada
seorangpun sejak kecil bercita-cita menjadi perampok, pembunuh, pelacur dan sejenisnya.
Jangan-jangan penyebabnya karena hilangnya kasih dan persaudaraan sejati, dan kita secara
tidak sadar ikut andil di dalamnya.

Perumpamaan tentang Dirham yang Hilang


15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu
di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat
sampai ia menemukannya? 15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-
sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku,
sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. 15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang
bertobat."
Tuhan Yesus masih memberikan perumpamaan seorang perempuan yang kehilangan satu
dirham. Perumpamaan tersebut berarti berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Gembala
seringkali menjadi tugas seorang laki-laki dan perempuan menjadi ibu rumah tangga yang
mengatur keadaan di rumah. Segala keperluan sehari-hari di rumah disiapkan oleh
perempuan.

Laki-laki bekerja di luar dan perempuan bekerja di dalam rumah. Kedua-duanya bekerja
sesuai dengan kodrat, tradisi dan situasi pada waktu itu. Ada sesuatu yang hilang pasti akan
menjadi beban pikiran, perasaan kehilangan. Kalau bisa yang hilang itu harus dicari dan
diketemukan. Semuanya mempunyai nilai dan berharga, yang untuk mendapatkannya juga
melalui perjuangan, sekecil apapun perjuangan itu. Tidak ada domba dan dirham yang datang
142
sendiri. Kalau toch ada dirham atau domba yang datang sendiri, pasti dibalik itu semua ada
cerita panjangnya, kecuali mukjizat.

Sudah semestinya apa yang hilang dan akhirnya diketemukan menjadi suatu sukacita,
perasaan puas, senang dan lainnya lagi. Menjadi utuh kembali rasanya menjadi dambaan
setiap orang yang berkehendak baik dan benar. Keutuhan keluarga yang saling mengasihi
saling mendoakan maupun saling berbagi. Keutuhan dan kesatuan anggota Gereja yang
sekarang ini masih tercerai berai, padahal kepalanya hanya satu, Tuhan Yesus sendiri.

Ada baiknya kalau para gembala gereja diajak keliling melihat para domba, khususnya yang
sedang “tersesat,” mengalami krisis rohani ataupun sedang berantakan sehingga menjauh
dari gereja. Banyak faktor yang mempengaruhi yang seringkali membutuhkan perhatian
khusus, sapaan dan kepedulian dari gembalanya. Ada sesuatu yang khusus yang membedakan
antara awam dan imam, yang dalam hal-hal tertentu membutuhkan kehadiran dan sapaan
gembala.

Perumpamaan tentang Anak yang Hilang


15:11. Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 15:12 Kata yang
bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi
hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 15:13 Beberapa
hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh.
Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 15:14 Setelah
dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai
melarat. 15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu
menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan
ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya
kepadanya. 15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan
bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan
bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap
sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku
sebagai salah seorang upahan bapa. 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 15:21 Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa
ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya
dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan
marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup
kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 15:25 Tetapi
anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar
bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan
bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan
ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan
berbicara dengan dia. 15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku
melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah
bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 15:30
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-
sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala
kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena
adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Seringkali penulis bingung dengan perumpamaan ini. Yang satu dapat dipahami dan yang lain
malah membuat hati bertanya-tanya, apa maksudnya. Pemahaman yang paling gampang
adalah masuk ke zaman dulu sewaktu Tuhan Yesus menghadapi para ahli Taurat dan kaum
Farisi. Ada tiga tokoh utama dalam perumpamaan tersebut, yaitu bapa, anak sulung dan anak
bungsu.
143

Kita bisa menggambarkan bahwa bapa adalah Allah yang hati-Nya selalu tergerak oleh belas
kasihan kepada anak-anak-Nya. Perhatian dan kasih-Nya begitu misteri yang kadang-kadang
susah diterima oleh akal budi ini. Seringkali kita merasa sulit untuk menangkap belas kasih-
Nya yang tak terungkapkan. Padahal yang diharapkan Allah hanya satu, agar semua umat-
Nya menjelajahi kehidupan ini melalui jalan lurus, agar pulangnya tidak tersesat dan sampai
ke haribaan Tuhan. Memang umat-Nya diberi kebebasan dalam mengarungi kehidupan ini,
namun apabila tidak berhati-hati bisa tersesat. Tersesat dan tidak bisa kembali ke rumah Bapa.
Betapa sedihnya hati seorang bapa yang menunggu anaknya pulang. Kadang-kadang sampai
mengutus orang untuk mencarinya, paling tidak mencari informasi kira-kira berada dimana.

Anak bungsu bisa kita gambarkan sebagai orang awam yang disebut pendosa, pelacur dan
pemungut cukai, sampah masyarakat dan sejenisnya. Anak bungsu ini ingin bebas dari ikatan
bapa yang mengasihinya. Padahal segalanya dipenuhi dan dibahagiakan dan tidak
berkekurangan. Namun sulitnya ada sesuatu yang muncul dalam diri yang merayu, mengajak
bertualang, bahwa di dunia luar ada sesuatu yang berbeda. Kebebasan itu dimanfaatkan untuk
berfoya-foya menikmati gemerlapnya duniawi, dengan segala daya tariknya. Segala macam
nafsu duniawi dapat direngkuh dan dinikmati sepuasnya, tanpa peduli kepada yang lain. Pada
batas tertentu habislah kekuatannya sehingga tidak mempunyai apa-apa lagi yang bisa
dibanggakan atau dipamerkan. Terpaksalah dia makan ampas makanan babi. Bagi orang
Yahudi, babi adalah binatang yang najis dan haram. Bisa kita bayangkan bagaimana anak
juragan yang jatuh ke lembah kemiskinan rohani, sehingga memakan jatahnya babi yang
najis. Martabatnya seakan-akan sudah seperti binatang najis.

Di saat merenungkan nasibnya, teringatlah ia kepada bapanya yang mengasihi sepenuh hati.
Timbulah penyesalan atau pertobatan dan ingin kembali kepada bapanya. Dia mengakui telah
berdosa terhadap surga maupun bapanya. Karena sudah menghabiskan warisan, maka
menganggap dirinya sudah tidak layak sebagai anaknya lagi. Biarlah jadi upahan juga tidak
apa-apa, masih terjamin hidupnya.

Anak sulung adalah anak yang merasa dirinya sebagai anak penurut, melaksanakan perintah
bapanya. Sayangnya dia tidak tahu persis kehendak bapanya yang begitu mengasihi. Dia
menjadi orang tertutup yang hanya dekat dengan kelompoknya saja, tidak peduli dengan yang
lainnya. Merasa lebih baik dan lebih benar dibandingkan dengan orang lain atau si bungsu.
Yang lainnya tidak dianggap karena tidak selevel dengan dia. Si sulung melaksanakan
kehendak bapanya karena mengharapkan ganjaran atau imbalan agar dilihat dunia sebagai
yang lebih baik, lebih terhormat. Ia sebagai anak sulung yang tertutup sehingga tidak dapat
menerima adiknya yang pendosa. Tidak mengetahui secara persis bagaimana mengasihi yang
sebenarnya. Dampaknya dia tidak mau tahu dan tidak dapat mengambil bagian dalam pesta
bapanya. Dalam pemikiran penulis, para ahli Taurat dan kaum Farisilah yang diumpamakan
sebagai anak sulung. Si anak sulung diajak untuk lebih peduli kepada saudaranya yang
membutuhkan dukungan. Bukan cuek dan egois mencari enaknya sendiri.

Dalam pemahaman yang lain, orang Yahudi adalah anak sulung yang dipilih Allah dan
merasa sudah mengenal-Nya dengan baik. Bangsa lain yang juga sama-sama manusia ciptaan
Allah bagaikan si anak bungsu yang sudah lari dari Bapa. Mereka menjadi penyembah
berhala yang diciptakannya sendiri. Kekayaan rohaninya sudah digadaikan atau malah dijual
sampai habis. Pada kenyataannya si bungsu ini begitu dirindukan Bapa untuk kembali ke
rumah. Orang tua mana yang tidak mendambakan dan merindukan anaknya yang telah
minggat entah kemana?
Bagimana dengan kita? apakah sebagai anak sulung atau sebagai anak bungsu? Mari kita
renungkan sendiri-sendiri.
144

Bab 16- Kesetiaan, Lazarus


Perumpamaan tentang Bendahara yang tidak
Jujur
16:1. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang
bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang
engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja
sebagai bendahara. 16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku
perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak
dapat, mengemis aku malu. 16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku
dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah
mereka. 16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya.
Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 16:6 Jawab orang itu:
Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah
dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 16:7 Kemudian ia berkata
kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum.
Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh
pikul. 16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak
dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-
anak terang. 16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan
Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di
dalam kemah abadi."
Perumpamaan Tuhan Yesus semakin lama semakin sulit dipahami dan semakin dalam tak
terselami. Bendahara itu memang cerdik dan yang berhutang diuntungkan karena tidak harus
membayar semuanya. Hutang budi ini pasti akan dibalas oleh si terhutang kalau si bendahara
pada suatu ketika menghadapi masalah.Yang dirugikan adalah si orang kaya karena tidak
akan menerima semuanya. Karena saking kayanya, mungkin saja si juragan tidak merasa
kehilangan materi karena perbuatan si bendahara.

Memang ada betulnya bahwa di dalam kehidupan sehari-hari anak dunia lebih cerdik
daripada anak terang. Anak dunia dengan kecerdikan akal budinya dapat berbuat sesuatu
yang menguntungkan diri sendiri atau kelompok. Malahan yang dicerdiki kadang kadang
tidak sadar bahwa sudah diakali, saking lugunya bahkan mengucapkan terima kasih.
Sedangkan anak terang dengan kejujurannya tidak bisa mengakali yang seperti itu. Yang
benar dikatakan benar, yang salah dikatakan salah dengan polosnya.

Mengikat persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur? Dalam benak
penulis muncul pertanyaan apakah kalimat ini “nglulu” seperti sindiran yang berarti
sebaliknya, tidak menyuruh. Atau memang ajaran benar-benar yang harus diikuti, karena kita
masih hidup di dunia ini yang selalu berhubungan dan berkaitan dengan Mamon.

Mamon adalah materi atau uang sehingga sampai muncul ungkapan keuangan yang kuasa.
Yang namanya pemegang uang, mendapat kepercayaan dan wewenang mengurus uang. Jika
tidak jujur pasti akan dimanfaatkan untuk kepentingan diri atau kelompok. Pertanggungan
jawab masalah keuangan dapat direkayasa, selama belum diperiksa dengan benar.

Kalau dipikir dan direnungkan dalam-dalam, memang uang itu sendiri tidak pernah jujur.
Setiap saat nilai uang itu bisa berubah-rubah, suka-suka “bendahara” yang memainkan uang.
Kita bisa membayangkan kalau kita bekerja mendapatkan upah, anggaplah seratus ribu rupiah
sehari. Uang senilai seratus ribu rupiah tersebut kalau dibelanjakan beras pada saat itu, anggap
saja mendapat duapuluh lima kilogram. Seiring berjalannya waktu, upah kita masih seratus
145
ribu rupiah namun kalau kita belanjakan beras lagi hanya mendapat duapuluh kilogram.
Rasanya tidak masuk akal apabila kita bekerja dengan energi atau tenaga yang sama, namun
upahnya bisa berubah-rubah nilainya, justru semakin menurun. Bisa jadi jumlah uangnya
bertambah namun nilainya sudah berbeda. Pasti ahli keuangan bisa menjelaskan dengan
teorinya yang begitu hebat, namun tetap saja sulit diterima oleh yang bodoh ini. Apakah ini
kecerdikan anak-anak dunia?

Pada batas tertentu, memang uang dan materi tidak bisa menolong kita. Kita bisa
membayangkan jikalau kita menjelajah ke puncak gunung lewat hutan belukar, atau
mengarungi lautan yang luas. Apabila bekal makanan habis, bergunakah uang dan materi
yang berlimpah tersebut di tengah hutan atau lautan? Kita tidak bisa bertransaksi dengan uang
kita karena tidak berjumpa dengan orang. Mungkin pada saat tersebut akal budi kita akan
menggerutu, mengapa tidak membawa bekal makan minum yang berlimpah. Jalan lainnya
kalau sampai hati ya makan dan minum apa yang kita jumpai, yang mungkin saja kita sebut
tidak layak dan menjijikkan kalau pas berada di kota. Dalam keadaan kelaparan dan kehausan
yang tak tertahankan, segalanya bisa menjadi layak dan halal. Alternatif terakhir mungkin
yang dapat kita lakukan hanya pasrah dan berdoa kepada yang kuasa. Ingat Tuhan! Dan
bertobat minta tolong agar datang mukjizat!

Dari sisi lain, kita bisa merasakan bahwa segala sesuatu materi yang ada pada kita sebenarnya
bukan milik kita. Materi tersebut dalam sekejap bisa hilang, luluh lantak hancur berantakan.
Anggap saja karena terjadi bencana yang tidak bisa kita duga. Semuanya adalah titipan dan
kita diminta untuk mengelolanya dengan baik. Harta duniawi di hadapan Tuhan tidak
menjadikan kita lebih hebat atau lebih besar, namun hal tersebut dimaklumi bahwa kita tidak
bisa lepas dari yang duniawi selama masih hidup di dunia. Kita diajar untuk menjalin
persahabatan dan persaudaraan dengan semua orang, khususnya mereka yang membutuhkan
bantuan kita.

Apabila harta duniawi ini sudah tidak bisa kita manfaatkan lagi, masih ada harta rohani yang
tidak bisa hancur sebagai bekal menuju rumah Tuhan. Tabungan harta rohani ini kita peroleh
karena perbuatan baik melalui persahabatan, saling berbagi kasih dan saling menghargai
sesama.

Setia dalam hal yang Kecil


16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara
besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur,
siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau
kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri
kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada
yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah
dan kepada Mamon."
Kesetiaan sepertinya menjadi kata kunci dalam segala hal. Maksud penulis adalah kesetiaan
dalam hal positif, kerena yang negatifpun dibutuhkan kesetiaan. Buah-buah kesetiaan adalah
dipercaya. Menjadi setia kadang-kadang diperlukan pembuktian melalui ujian. Ujian dari
yang kecil-kecil dan sederhana, dan semakin lama semakin besar. Belajar ke-benar-anpun
dimulai dari yang kecil dan sederhana, bagaikan orang yang sekolah semakin tinggi.

Ungkapan selanjutnya agak membingungkan, apakah karena kita hidup di dunia dengan
segala macam aturannya, ataukah terkandung pemahaman yang lebih dalam. Mau tidak mau,
suka tidak suka di zaman sekarang ini segalanya diperhitungkan dengan uang. Tanpa uang
nyatanya menumbuhkan kekawatiran, karena tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah jarang sekali
146
seseorang melakukan barter untuk kebutuhan sehari-hari. Jika hari ini harga bensin tiga ribu
rupiah satu liter, besok pagi menjadi empat ribu rupiah, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Semuanya tergantung yang menentukan harga, pada saat kapan harganya akan dirubah. Kalau
semuanya sudah menjadi kebutuhan pokok dan sangat diperlukan, apa boleh buat, dengan
sangat terpaksa semuanya dipenuhi. Sayangnya hampir tidak ada atau jarang sekali sesuatu
yang harganya turun. Inilah dinamika hidup yang sering kita alami.

Kemudian Tuhan Yesus sepertinya menegaskan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada Uang secara bersamaan. Jika kita kembali ke ajaran pokok, mengasihi Allah
dan sesama, jelaslah bahwa Allah segala-galanya, yang diungkapkan melalui perbuatan kita
kepada sesama. Mengasihi sesama berarti bisa hidup bermasyarakat yang bisa saling berbagi.
Mau tidak mau akan berhubungan dengan kebutuhan rohani dan jasmani, materi dan uang.
Mungkin pemahamannya adalah mengabdi kepada Allah dinomor satukan, sedangkan uang
hanya bagian dari kehidupan ini yang tidak boleh diabaikan. Tuhan maha memaklumi akan
fenomena yang terjadi di dunia ini. Jika kita menomor satukan uang, maka segalanya akan
dipandang dari sudut uang. Keuangan yang kuasa! Jangan-jangan Allah hanya menjadi bagian
kecil, yang kalau perlu dapat dibeli dengan uang. Jangan kaget apabila suatu ketika ada orang
yang menginvestasikan kekayaannya untuk mencari cara agar hidup panjang dan sehat. Paling
tidak tubuhnya yang sudah tanpa roh itu tidak mengalami rusak selama-lamanya.

Mungkin kita harus belajar dari sejarah, bagaimana Gereja dicemooh oleh umatnya sendiri,
dikala pengaruh uang merasuki tubuhnya. Uang memiliki kekuasaan yang secara tidak sadar
dijabarkan memiliki kebenaran. Dampak jangka panjangnya bisa melunturkan nilai-nilai
ajaran Tuhan Yesus sendiri. Dengan kekayaan seolah-olah segalanya bisa dibeli, termasuk
kebenaran itu sendiri.
16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka
mencemoohkan Dia. 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di
hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci
oleh Allah. 16:16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes;
dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut
memasukinya. 16:17 Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum
Taurat batal. 16:18 Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan
lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya,
ia berbuat zinah."
Kaum Farisi disebut sebagai hamba uang, mungkin mereka memang menyukai uang. Dengan
uang hampir segalanya dapat dibeli. Dalam pandangan umum, tidak bisa kita pungkiri bahwa
yang ber-uang itu dikagumi, disegani dan dihormati. Yang mengagetkan, hal ini malah
dibenci oleh Allah. Kalau kita mencoba masuk semakin dalam dan kita renungkan, memang
sebenarnya yang dikagumi manusia itu hanya kelebihannya saja. Segalanya dilihat dari
kekayaannya, materinya, jabatannya dan sejenisnya lagi. Coba kita bayangkan jika orang
tersebut kita kenal sebagai yang tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Pasti tidak akan
terbersit rasa kekaguman tersebut, dan akan kita anggap sebagai yang biasa-biasa saja.
Disinilah yang dibenci oleh Allah karena tanpa sadar kita telah mengagumi Mamon. Bukan
mengagumi seseorang karena pribadinya, kebaikannya, kebenarannya, kesederhanaannya,
keadilannya, ketulusannya dan sebagainya.

Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes. Kalimat ini sedikit
agak berbeda dengan tulisan Matius dan sering diperdebatkan. Seolah-olah dengan mendalami
Kitab Suci Pejanjian Baru sudah cukup. Cukup atau tidak, sebenarnya kembali kepada setiap
orang. Akan sangat sulit menilai keimanan seseorang kepada Yahwe, bahkan rasanya tidak
mungkin. Yang kita lihat pada umumnya hanya kulit luar, perkataan dan perbuatan setiap
hari.
147

Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus sudah mulai menggenapi apa yang tertulis di dalam
Hukum Taurat maupun kitab para nabi. Allah sendiri berkenan hadir di dunia sebagi Anak
Manusia yang kenyataannya tidak dipandang sebelah mata. Padahal yang dibutuhkan adalah
percaya bahwa Dialah yang ditunggu-tunggu selama ini. Yohanes Pembaptispun sudah
pernah mengatakan tentang siapakah Dia sebenarnya. Jangan kaget apabila setelah saat itu
akan banyak muncul para mesias palsu dengan pamrih tertentu. Tuhan Yesus meluruskan
untuk kembali ke ajaran yang benar, yang penjabarannya seringkali malah melenceng dan
dijadikan adat kebiasaan. Saat itu Kitab Suci Perjanjian Baru belum ada.

Makanya dikatakan bahwa hukum Taurat tidak akan batal setitikpun. Nubuat para nabi harus
digenapi, yaitu kedatangan-Nya. Kita mengenal semuanya itu yang terangkum dalam Kitab
Perjanjian Lama. Mungkin pada saat itu akan lebih mudah mengikuti aturan atau kewajiban
agama yang sudah ada daripada mengimani bahwa Yesus Kristus si Anak Manusia adalah
Tuhan. Pikir mereka seharusnya Tuhan yang hadir di dunia ini seperti begini dan begitu, yang
kita sesuaikan dengan selera kita pada waktu itu. Yang datang nyatanya tidak sesuai dengan
harapan, dan dampaknya ya tidak berani untuk mengambil risiko mengikut Dia. Yang muncul
dalam hati malahan iri dan dengki karena menjadi pesaing mereka.

Selanjutnya Tuhan Yesus menekankan bahwa cerai dan kawin lagi adalah perbuatan zinah.
Hal ini mengacu kepada salah satu sepuluh perintah Allah yang diterima oleh nabi Musa.
Bercerai dengan alasan apapun berarti memutuskan ikatan cinta kasih yang sebelumnya sudah
dijalin. Mengasihi berarti berani mengalahkan ego pribadi demi kasih itu sendiri. Dan itu
berlaku bagi semua pihak untuk saling mengasihi, saling mengalah, saling berbagi, saling
menguatkan. Saling dan saling diri sisi yang positif.

Perumpamaan Orang Kaya dan Lazarus yang


Miskin
16:19. "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari
ia bersukaria dalam kemewahan. 16:20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,
badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 16:21 dan ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-
anjing datang dan menjilat boroknya. 16:22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa
oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 16:23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.
Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh
dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 16:24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa
Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam
air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 16:25 Tetapi
Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau
sangat menderita. 16:26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang
yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka
yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 16:27 Kata orang itu: Kalau
demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 16:28
sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-
sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. 16:29 Tetapi kata
Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan
kesaksian itu. 16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang
datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 16:31 Kata Abraham
kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak
juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Perumpamaan ini hanya kita temukan di Lukas. Kita semua bisa memahami bahwa kemudian
si kaya masuk ke dalam neraka sedangkan si miskin di pangkuan Abraham di surga. Tuhan
Yesus hanya menyebut si kaya tanpa diberi nama, padahal biasanya orang-orang terhormatlah
yang dikenal namanya. Masyarakat kecil kaum sederhana biasanya tidak pernah disebutkan
148
namanya, bahkan tidak dikenal. Namun perumpamaan Tuhan Yesus malah sebaliknya,
memberi nama si miskin Lazarus. Bersyukurlah bahwa Allah tidak pernah melupakan nama
setiap umatnya yang disayangi. Sekecil dan serendah apapun orang tersebut di dunia,
namanya tidak pernah dilupakan oleh Allah. Anehnya mereka yang begitu dikenal di dunia,
malah tidak dikenal oleh Tuhan Yesus.

Lazarus yang hanya menunggu jatuhnya makanan yang jatuh dari meja, dapat kita katakan
bahwa si kaya tidak mau tahu dan tidak peduli kepada si miskin. Si miskin begitu hinanya
sehingga hanya ditemani binatang anjing yang menjilati boroknya. Ada tembok pemisah yang
tinggi antara si kaya dengan Lazarus. Si kaya dengan teman-temannya berpesta pora,
sedangkan Lazarus kelaparan sendirian di luar tembok. Lazarus yang berbaring dengan
boroknya menandakan betapa menderitanya dia di dunia ini. Padahal di atas sana sedang ada
pesta makan-makan sampai bersisa. Si pengemis merasa cukup dengan hanya remah sisa-sisa
yang jatuh.

Begitu keduanya mati, yang kaya di neraka dan Lazarus di surga. Keadaannya menjadi
terbalik, Lazarus banyak temannya yaitu para malaikat dan orang kudus, sedangkan si kaya
kesepian menderita panasnya api neraka. Mungkin yang lain sibuk dengan penderitaannya
masing-masing. Mereka terpisahkan oleh jurang yang tak terseberangi. Yang kuduspun sudah
tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membantu yang tersiksa. Si Kaya ini minta tolong ingin
memberitahu saudaranya agar jangan sampai masuk ke tempat penderitaan. Namun dijawab
Abraham bahwa sudah banyak kesaksian dari para nabi yang semestinya diikuti dan dipatuhi.
Namun si kaya bersikeras bahwa para nabi kan belum pernah mengalami mati. Jadi yang
masih hidup tidak tahu persis seperti apa itu neraka dan surga. Kalau yang bersaksi datang
dari antara orang mati pasti mereka percaya dan bertobat.

Jawaban Abraham yang diungkapkan Tuhan Yesus selanjutnya sepertinya tersirat,


mengindikasikan bahwa yang bangkit dari antara orang mati adalah Tuhan Yesus sendiri.
Walaupun ada orang mati dan bangkit lagi, tetap saja bahwa banyak orang tidak bisa
diyakinkan. Kita tahu di zaman sekarang inipun banyak orang tidak bisa diyakinkan oleh
kebangkitan Tuhan Yesus. Banyak orang tidak percaya dan bahkan melecehkan bahwa Dia
adalah Allah sendiri yang hadir di dunia. Hanya Dialah yang bisa mengalahkan alam maut.

Perumpamaan tersebut mengajar kita bahwa setelah melalui peziarahan hidup ini, semua
orang akan mengalami kematian. Kematian tubuh atau badan wadhag, namun rohnya tidak
akan pernah mati. Ada kehidupan lain yang harus tetap dijalani oleh roh, tergantung
bagaimana yang Empunya roh akan menempatkan. Semuanya dikembalikan bagaimana
sewaktu masih hidup di dunia dengan kedagingannya ini. Tidak ada seorangpun yang bisa
mengklaim bisa memberikan surga atau neraka. Ajaran-Nya kelihatan sepele, hanya diminta
untuk mengasihi dan mengasihi sesamanya. Mengasihi berarti mempunyai rasa peduli kepada
orang lain, apalagi yang membutuhkan uluran tangan. Mengasihi jelas bertentangan dengan
balas dendam, iri dengki dan sejenisnya. Membalas dengan perbuatan yang sama, berarti tidak
ada bedanya dengan yang dibalas.
149

Bab 17- Nasihat, Orang Kusta, Kerajaan


Allah
Beberapa Nasihat
17:1. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan,
tetapi celakalah orang yang mengadakannya. 17:2 Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan
salah satu dari orang-orang yang lemah ini. 17:3 Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat
dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. 17:4 Bahkan jikalau ia berbuat
dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku
menyesal, engkau harus mengampuni dia."
Sejak awal Tuhan Yesus sudah menasihati bahwa akan selalu ada penyesatan. Si penyesat
memang tidak disukai namun itulah dunia yang tidak akan terlepas dari mereka selama roh
kejahatan masih boleh berkarya. Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, kita dinasihati
untuk selalu waspada. Kita diminta untuk selalu memperingatkan saudara kita apabila dia
tersesat. Kita diminta untuk selalu memberi maaf kepada siapapun yang meminta maaf.
Perbendaharaan maaf yang tulus tidak boleh habis, yang harus selalu tersedia kapan saja.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih sering merasa bosan untuk memberi maaf terus
menerus. Akhirnya malah menjaga jarak agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan yang buntut sebenarnya merasa malas untuk memaafkan. Mungkin disinilah kita
merasa sulit untuk berdoa Bapa Kami dengan sepenuh hati. Rasanya masih ada saja ganjalan
karena sakit hati atau tersakiti yang belum terlepaskan. Ilmu melepas dari segala batu
sandungan, segala beban ataupun apa namanya, perlu direnungkan dan dihayati. Akhirnya
bisa melepaskan diri dari himpitan tersebut, yang sebenarnya bersumber dari ego kita sendiri.
Pada kenyataannya memang sulit untuk belajar memaafkan dan memaafkan tanpa henti.
Namun kita harus lulus dari ujian tersebut, walaupun nilainya tidak sempurna.

Seringkali penulis mencoba menggali pengalaman hidup yang pernah menyakitkan yang
buntutnya menyalahkan orang lain. Penulis bertanya kepada diri sendiri mengapa merasa
tersakiti dan dimanakah letaknya sakit tersebut. Dalam penelusuran ini yang penulis dapatkan
nyatanya berada di pikiran akal budi. Akal budi yang tidak mau kalah dan ingin menang
sendiri, tidak mau memaklumi orang lain dan merasa benar sendiri. Seringkali hati dan jiwa
ini memberitahu bahwa kita yang salah, namun akal budi berargumentasi tidak mau kalah.
Terjadilah perang batin dalam diri sendiri. Malahan menyusun strategi, rekayasa ingin
membalas dengan menyimpan rasa sakit tersebut dalam memori. Rasa sakit itu tersimpan
bagaikan virus komputer yang kadang kala keluar mengganggu dan menjadikan beban.
Penulis bertanya lagi kepada diri sendiri bagaimana kalau beban tersebut dibuang, apa yang
akan terjadi. Dalam perang batin tersebut munculah pilihan untuk berani mengakui kesalahan
diri, memaklumi orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anti virus tersebut
ternyata firman Tuhan! Muncullah perasaan plong, lega, bebas dari segala beban.

Nyatanya virus tersebut tidak bisa hilang total, namun sudah jinak tidak ganas dan tidak
mengganggu lagi. Mungkin penulis perlu belajar lagi untuk semakin memahami dan
menghayati bagaimana virus tersebut bekerja, serta menyiapkan anti virus yang kebal
sehingga imun dari segala gangguan.
17:5 Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" 17:6 Jawab Tuhan:
"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada
pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu."
150
Dalam benak penulis kadang-kadang muncul perasaan bahwa sebenarnya untuk beriman itu
tidak gampang. Mungkin perlu tahapan-tahapan atau proses yang cukup panjang. Jika kita
renungkan, kita memeluk suatu agama berawal dari mendengar dan atau melihat. Mulailah
muncul ketertarikan dan keinginan yang dilandasi dengan kepercayaan bahwa ada sesuatu
yang menggelitik, menyentuh hati jiwa dan akal budi. Percaya saja tidak cukup, belum
menumbuhkan perbuatan yang semakin baik, yang sering lupa diri karena nafsu kedagingan.
Iblispun percaya akan Allah namun murtad dan melawan-Nya.

Perasaan disentuh oleh Tuhan yang mungkin melalui ajaran-Nya, atau sentuhan rohani yang
merasuk hati jiwa dan akal budi dan membekas dalam, mungkin yang dapat menumbuhkan
iman. Beriman berarti percaya penuh akan ajaran-Nya, dan dapat diungkapkan melalui
perbuatan nyata, sesuai dengan ajaran yang diterima. Beriman berarti berpikir dengan seluruh
hati jiwa dan akal budi, selanjutnya membuahkan energi, kekuatan yang menggerakkan badan
wadhag ini menjadi perbuatan nyata. Energi itu sendiri kadang-kadang begitu besar berkobar-
kobar, kadang-kadang begitu kecil dan meredup. Mungkin tergantung kepada kesepakatan
antara hati jiwa dan akal budi, untuk membuka diri menerima Roh Kudus-Nya, yang menjadi
inti kekuatan yang tak terselami.

Mungkin pada saat itu yang bisa dilihat adalah pohon ara dan Tuhan Yesus berkata demikian.
Jangan-jangan ada juga beberapa rasul atau bahkan kita yang berkata dalam
hati :”Terbantunlah dan tertanamlah engkau di dalam laut!” Nyatanya tidak terjadi apa-apa!
Terus muncul di dalam benak kita, wach imanku belum sampai sebesar biji sesawi. Padahal
biji sesawi di Israel sana boleh dikatakan lebih kecil dari biji tembakau. Nach!

Dalam pemahaman penulis, beriman berarti bisa mengalahkan nafsu keinginan daging yang
tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Pohon ara yang buahnya dapat dimakan, dapat diibaratkan
sebagai simbul duniawi yang menumbuhkan nafsu keinginan untuk menikmatinya. Karena
iman kepada-Nya yang hanya sebesar biji sesawi saja, kita sudah bisa mengalahkan nafsu
kedagingan. Nafsu tersebut kita campakkan ke dalam laut, sehingga hilang dari pandangan
kita, karena tenggelam sampai di bawah permukaan laut. Betapa hebatnya jika iman tersebut
lebih besar lagi dari biji sesawi. Bukan hanya pohon ara yang akan ditenggelamkan ke dalam
laut, mungkin gunungpun dengan segala macam pepohonannya akan dipindahkan ke dalam
laut. Gunung pencobaan yang menghalangi pandangan kita untuk melewati jalan rata yang
lurus. Jalan lurus yang akan kita tempuh tersebut, dan tujuan akhirnya berada dibalik gunung.

Kita bisa membayangkan sesuai dengan selera kita apabila gunung pencobaan tersebut kita
lemparkan ke dalam laut sehingga tenggelam dan tidak terlihat lagi. Terbentanglah jalan yang
lurus dan rata dan di kejauhan nun disana akan terlihat cahaya gemerlapan yang mempesona.
Mungkin saja ditengah perjalanan akan kita temui jurang curam dan kaget, apakah bisa
melompatinya. Mestinya kita tidak bingung dan mulai gelisah. Salib yang kita bawa masih
bisa dimanfaatkan untuk menyeberang. Oleh sebab itu salib yang kita bawa jangan sampai
digergaji agar lebih ringan dan praktis.

Tuan dan Hamba


17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari
ladang: Mari segera makan! 17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu:
Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan
dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 17:9 Adakah ia berterima kasih
kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? 17:10
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami
hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
151
Dalam kehidupan sehari-hari, kelihatannya yang namanya pelayan selalu melayani tuannya.
Bangun paling dulu menyiapkan segala sesuatu, tidur paling belakang membereskan
pekerjaan hari itu. Hampir tidak ada yang namanya pelayan akan makan semeja dengan
tuannya dalam saat bersamaan. Biasanya makan belakangan dan tempatnya di belakang.
Kalau toch makan di meja tuannya, paling-paling ketika tuannya tidak berada di rumah. Kata-
kata “tolong, maaf, terima kasih dan pujian” hampir tidak pernah keluar dari mulut sang
juragan. Semua itu adalah tugasnya dan untuk itulah pelayan dibayar. Beruntunglah keluarga
penulis yang belum pernah mempunyai pelayan atau pembantu, karena merasa tidak mampu
membayar dengan layak.

Dalam pemahaman penulis selama kita hidup ini, sebenarnya kita dicipta hanya untuk
menjadi pelayan Allah. Kita hanya disuruh melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang
ditugaskan kepada kita. Hamba-hamba kecil yang tidak berarti dan tidak berguna karena
kelemahan kita. Sering kali kita begitu bodoh dan bebal sehingga tidak bisa menangkap apa
yang dikehendaki oleh-Nya. Atau kita lalai malahan malas karena keberatan dan kebosanan
melaksanakan tugas yang harus dilakukan.

Sang Tuan selalu mengawasi kita dengan tersembunyi, apakah kita telah melakukan apa yang
harus dilakukan. Jiwa atau roh yang kecil yang ditanam ke dalam diri kita bagaikan chip yang
tersambung tanpa henti dengan Allah. Chip tersebut sudah diisi program dasar bagaikan
benih dan akan merekam segala macam tingkah laku kita selama hidup.

Upah akan kita terima setelah segala sesuatunya selesai kita lakukan. Selesai berarti mati.
Tubuh boleh hancur namun chip akan diambil kembali oleh yang Empunya. Jelas kita
mengharapkan upah yang layak menurut selera kita. Mungkin kita bisa menggambarkan
bahwa Sang Tuan akan menayangkan slide rekaman kelakuan kita selama masih hidup, agar
upah yang akan kita terima adil, seadil-adilnya tanpa bisa protes.

Mungkin sekali waktu, akal budi ini perlu berdialog dengan hati dan jiwa :”Hai Jiwa yang
telah diberikan kepadaku oleh Allah dan hidup bersamaku. Kita telah bersama-sama sampai
saatnya nanti Allah memanggil kita. Sering kali aku lupa denganmu, he Jiwaku, karena
kelemahanku. Aku selalu ingin berkuasa dan mengabaikanmu. Tolong ingatkan aku selalu
akan tanggungjawabku karena aku bersamamu. Aku tidak dapat melihat dan merasakan
engkau, hai Jiwaku. Tetapi Kasih Allah membantuku bahwa engkau ada bersamaku.”

Sepuluh Orang Kusta


17:11. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.
17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal
berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang
mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara
mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia
telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di
depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17:17
Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di
manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk
memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu:
"Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Dalam hal ini kita boleh memahami bahwa sepuluh orang kusta tersebut satu diantaranya
seorang Samaria. Yang sembilan pasti orang Yahudi. Mereka berdiri agak menjauh karena
memang tidak boleh dekat-dekat dengan orang-orang yang sehat. Kita bisa membayangkan
bagaimana Tuhan Yesus dari jauh berkata kepada mereka, karena belas kasih-Nya. Dan
152
betapa mereka menuruti kata-kata Dia, pergi menemui imam-imam tanpa harus dijamah.
Mukjizat terjadi di perjalanan dan semuanya tahir.

Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Samaria yang dianggap sebagai warga kelas
dua, berbalik kembali kepada Tuhan Yesus untuk mengucap syukur dan memuliakan Allah.
Yang sembilan orang Yahudi mungkin saking gembiranya malah lupa diri untuk berterima
kasih kepada yang menyembuhkan. Yang dipentingkan adalah segera bertemu imam-imam
agar eksistensinya segera diakui kembali sebagai orang-orang sehat, berkumpul dengan
keluarga dan kelompoknya.

Jangan-jangan kita juga seperti sembilan orang Yahudi ini, lupa mengucap syukur dan
memuliakan Allah sewaktu menerima rezeki, berkat dan karunia-Nya. Rezeki bisa bermacam-
macam, yang tidak selalu enak dalam pandangan kita. Sering kali dalam benak kita bahwa
rezeki selalu yang positif, dan yang negatif bukan rezeki. Mulailah kita membuat ukuran
tingkat rezeki. Titik nol kita tentukan menurut selera kita masing-masing. Kita baru ingat Dia
sewaktu mengalami masalah dan berkata :”Yesus, Guru, kasihanilah kami!”

Saudara kita yang kita anggap kelas dua atau bahkan lebih rendah lagi, malahan selalu pasrah
dan mudah mengucap syukur. Mungkin kita perlu belajar kepada budaya Jawa yang selalu
mengatakan untung atau bersyukur, walaupun terkena musibah. Masih bersyukur sewaktu
mengalami kecelakaan, tangannya patah satu, tidak kedua-duanya.

Imanlah yang sebenarnya telah menyelamatkan kita. Menyelamatkan dari segala macam
pencobaan yang menghadang dan menghambat kita. Syaratnya paling tidak hanya sebesar biji
sesawi. Iman lebih menekankan yang rohani, walaupun tidak mengabaikan yang jasmani.
Bukan dibalik, jasmani dahulu baru yang rohani. Hambatannya, yang satu kasat mata dan
yang lainnya tidak kelihatan

Kerajaan Allah
17:20. Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab,
kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, 17:21 juga orang tidak dapat
mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada
di antara kamu."
Sekarang ini kita bisa berkata bahwa Kerajaan Allah adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia sendiri
mengatakan dan berada di antara mereka pada waktu itu. Dalam diri-Nya sebagai Anak
Manusia tidak ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat, yang dapat membedakan dengan
manusia lainnya. Disinilah manusia duniawi yang selalu mengharapkan akan tanda-tanda
khusus. Mungkin hanya orang yang bisa melihat dan mendengar dengan mata telinga hati saja
yang tahu.

Di zaman sekarang inipun penulis merasa yakin bahwa Dia selalu berada di antara kita. Kita
sering sekali mendaraskan doa Bapa Kami dan memohon supaya Kerajaan-Nya datang.
Namun kita hampir tidak pernah merasakan kehadiran-Nya, padahal begitu dekat bahkan
sangat dekat sekali. Bukan di sana atau di sini. Dia melalui atau dengan Roh Kudus-Nya
sangat mendambakan untuk selalu bersatu dengan kita. Mengharapkan kesediaan kita untuk
menyerahkan diri secara total, pasrah bongkokan kepada-Nya. Mungkin ungkapan bahasa
Jawa pas sekali :”Gusti, manunggala kaliyan kawula.”

Mengapa kita menginginkan tanda-tanda khusus apabila Dia hadir? Mengapa kita begitu sulit
untuk percaya bahwa Dia sudah hadir di antara kita? Jika kita berani jujur dengan diri sendiri,
mungkin salah satu penyebabnya adalah ego kita yang dibentuk oleh akal budi ini. Kita tidak
berani mengalah kepada kegairahan Tuhan untuk menyatu dengan kita. Kita merasa kawatir
153
apabila Tuhan menguasai diri kita, bersinggasana menjadi sumber hidup kita. Jangan-jangan
kita tidak bisa menikmati dan merasakan iming-iming dunia ini.

Yang sering terjadi adalah kita menutup diri kita agar bisa mengumbar hawa nafsu keinginan
daging. Apabila sedang ingin membuka diri dan mempersilahkan Roh-Nya masuk, pintu
hanya kita buka sedikit. Terus kita berkata :”Tuhan, Engkau boleh tinggal di hatiku. Tetapi
janganlah Engkau yang menjadi Raja karena ini rumahku. Biarlah aku saja yang jadi raja
untuk diriku sendiri. Engkau cukup di pojok sana saja.”

Jika Tuhan beserta kita, berarti orang lainpun disertai oleh Tuhan. Dan sebenarnya Tuhan
ingin sekali menyertai semua orang. Hal tersebut bisa kita katakan bahwa Tuhan berada di
antara kita. Kita bisa melihat Wajah Tuhan yang menempel di setiap orang. Begitu juga
seluruh tubuh-Nya bisa kita lihat di setiap orang.

Tuhan yang penuh dengan belas kasih, sudah semestinya juga menempel di dalam diri kita,
dengan harapan belas kasih-Nya juga menyatu dengan kita. Belas kasih yang tanpa syarat
yang selalu memancar kepada siapapun yang membutuhkan kasih itu. Kita bisa
membayangkan betapa indahnya apabila Kerajaan Allah berada di antara kita dan kita pasrah
kepada-Nya untuk dikuasai. Kuasa Kasih-Nya pasti mendorong kita untuk selalu berbuat
kasih. Saling mengasihi yang buah-buahnya pasti damai sejahtera, aman sentosa.

Batu sandungan yang menghalangi ya itu tadi, ego kita tidak mau dikuasai oleh Kasih-Nya.
Demi ego tadi maka akal budi menyusun segala macam alasan untuk pembenaran diri sang
ego. Rasanya tidak keliru apabila dikatakan bahwa lawan kata egois adalah kasih.
Pembenaran diri bertolak belakang dengan penyangkalan diri.

17:22 Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat
satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. 17:23 Dan orang
akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ,
jangan kamu ikut. 17:24 Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke
ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-
Nya. 17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan
ini. 17:26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-
hari Anak Manusia: 17:27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai
kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka
semua. 17:28 Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum,
mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. 17:29 Tetapi pada hari Lot
pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan
mereka semua. 17:30 Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia
menyatakan diri-Nya. 17:31 Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan
barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan
demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. 17:32 Ingatlah akan isteri
Lot! 17:33 Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan
barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. 17:34 Aku berkata kepadamu:
Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang
lain akan ditinggalkan. 17:35 Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang
seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan."
17:36 (Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.)
17:37 Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada
mayat, di situ berkerumun burung nasar."
Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus bernubuat tentang apa yang akan terjadi
kemudian. Dalam kegelisahan yang amat sangat akan banyak orang yang mengharapkan
kehadiran-Nya. Keadaan yang seperti itu akan memunculkan banyak mesias palsu dimana-
mana. Kita sudah diingatkan untuk tidak mendatanginya agar jangan sampai tersesat. Dia
sudah hadir namun tidak dipercaya bahwa Dialah Mesias yang ditunggu-tunggu.
154
Kita juga bisa membayangkan kilat di langit dan tidak bisa mengetahui dari mana awal dan
akhirnya kilat tersebut. Pandangan mata kita hanya melihat kilatannya saja, tanpa mengetahui
persis titik awal munculnya maupun titik akhir hilangnya. Yang begitu sekejap jelas tidak
akan memberi kesempatan untuk berpikir apapun. Sudah tidak ada waktu untuk menghindar,
menyelamatkan diri atau berbuat yang lainnya. Digambarkan bagaikan zaman air bah, atau
hancurnya Sodom yang begitu tiba-tiba.

Jika kita memperhatikan perkataan Tuhan Yesus bahwa Dia akan menanggung penderitaan
dan ditolak oleh angkatan-Nya, sepertinya menggambarkan akan kematian-Nya di salib.
Setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, barulah akan terjadi sesuatu, kedatangan-
Nya kembali. Kita bisa membaca sejarah bagaimana kehancuran Israel yang diluluh lantakkan
oleh tentara Romawi. Bagaimana Yerusalem dengan Bait Allahnya dilindas rata dengan tanah
oleh kereta perang, tinggal puing-puing berantakan.

Mari kita bayangkan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita sedang makan dan minum,
ada yang sedang resepsi pernikahan, ada yang di pasar, ada yang di sawah atau sedang
membangun rumah. Pikiran kita pasti sedang tertuju dengan kesibukan kita masing-masing.
Bagaimana obrolan di meja makan, suasana gembira dalam resepsi, ramainya tawar menawar
di pasar, maupun kesibukan dalam bekerja. Tidak sedikitpun terbersit akan kedatangan Anak
Manusia yang bagaikan kilat.

Dalam pemahaman penulis, ada satu hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita. Jangan
memikirkan hal yang duniawi! Kita masih ingat bahwa hidup lebih penting daripada makanan
dan tubuh lebih penting daripada pakaian. Menghilangkan kekawatiran dan hanya pasrah
kepada-Nya. Gampangannya, kita tidak akan tahu persis kapan saatnya kita mati dan
bagaimana terjadinya kematian tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan saatnya Anak Manusia
datang menjemput kita. Segala kekayaan duniawi yang dimiliki tidak akan bisa menolong
apa-apa.

Yang satu dibawa dan yang lainnya ditinggal, hal ini sepertinya menggambarkan bahwa
hubungan kita dengan Tuhan sangat pribadi sekali. Kita tidak bisa lagi berbicara suami isteri,
keluarga, saudara, teman bahkan kelompok. Setiap orang bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri sewaktu berhubungan dengan Tuhan. Kita bisa membayangkan bagaikan setiap orang
yang mempunyai HP atau telepon genggam pribadi. Jumlah pemakaian atau pulsa yang
dipergunakan akan tercatat masing-masing. Allah bagaikan penguasa tunggal dari sentral
telepon yang maha besar dan maha canggih. Segalanya akan terdeteksi dan tercatat tanpa bisa
menghindar, walaupun kita rekayasa HP kita. Pada saatnya kita akan ditagih sesuai dengan
amal perbuatan kita.

Dimana ada mayat, disitu berkerumun burung nasar. Tuhan tidak menjawab pertanyaan
dimana akan terjadi. Ungkapan ini membingungkan penulis untuk memahaminya. Mungkin
kita tahu burung nasar yang pemakan bangkai. Bangkai binatang sampai bangkai manusia
yang tidak terkubur menjadi makanan mereka. Bila kita kembali ke ungkapan sebelumnya
“biarlah orang mati menguburkan orang mati” rasanya ada kaitan tertentu. Roh atau jiwa
orang benar dimana Dia berkenan akan dibawa ke hadirat Allah Bapa, sedangkan roh yang
lainnya ditinggalkan. Roh yang ditinggalkan ini bagaikan mayat atau bangkai yang
ditinggalkan di padang gurun yang gersang. Biarlah burung nasar berpesta pora menikmati
daging santapannya. Apabila orang tersebut dalam keadaan sekarat, belum sampai mati tetapi
tidak berbuat apa-apa, menjadi santapan burung nazar suatu penderitaan yang bukan main
hebatnya.
155

Bab 18- Perumpamaan, Memberkati Anak,


Upah
Perumpamaan tentang Hakim yang tidak Benar
18:1. Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka
harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. 18:2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang
hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. 18:3 Dan di kota itu
ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap
lawanku. 18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam
hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, 18:5
namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan
terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
18:6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! 18:7 Tidakkah Allah
akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan
adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? 18:8 Aku berkata kepadamu: Ia
akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia
mendapati iman di bumi?"
Dalam pemahaman penulis, betapa Allah begitu memperhatikan umat-Nya. Betapa kuasa doa
yang tidak jemu-jemunya akan selalu diperhatikan Allah. Tuhan Yesus sendiri memberi
contoh sebagai seorang pendoa, yang bisa berlama-lama bercengkerama dengan Allah Bapa
atau orang kudus-Nya. Berbicara dengan Tuhan untuk kehendak baik dan mohon
pertolongan-Nya harus selalu didaraskan dengan sepenuh hati jiwa dan akal budi. Niscaya
pasti akan dikabulkan, sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan sendiri. Allah Bapa akan segera
membenarkan doa-doa kita, apabila doa tersebut memang sesuai dengan kehendak-Nya.
Mungkin itulah yang disebut misteri kuasa doa.

Mungkin disinilah sulit dan susahnya untuk menyeleksi permohonan yang sesuai dengan
kehendak-Nya. Si janda hanya meminta kepada si hakim untuk membela haknya, bukan yang
lainnya. Hak itu sendiri sering kali kita kaitkan dengan kewajiban agar ada keseimbangan dan
keadilan. Kehendak-Nya pasti berkaitan dengan kasih dan keadilan, walaupun seringkali
pengabulan doa itu sendiri nyatanya penuh misteri. Paling tidak kita bisa merenungkan bahwa
untuk mendapatkan hak yang kita mohon, ada kewajiban yang juga harus kita lakukan. Secara
bodoh, jika kita berdoa memohon agar bisa lulus ujian, mestinya ada kewajiban belajar yang
mengiringi demi terkabulnya doa.

Pertanyaan Tuhan Yesus membikin penulis tercenung, tercengang dan merenung, adakah Ia
mendapati iman di bumi? Apakah kedatangan-Nya pas pada saat dunia ini begitu jahatnya?
Apakah orang-orang beriman begitu minoritas dan hanya sedikit sekali yang menjadi pilihan-
Nya? Bagaimana dengan zaman sekarang ini yang kelihatannya semakin egois, walaupun
mengaku sebagai orang-orang beriman?

Mungkin betul juga apabila kita memperhatikan hiruk pikuknya dunia sekarang ini.
Peperangan yang tidak pernah berhenti, kekerasan dan kejahatan dalam segala bentuk meraja
lela, kesetia kawanan yang mulai pudar, kasih yang semakin dingin dan banyak lagi. Bahkan
pertumpahan darah bisa dianggap sebagai bagian dari ajaran Allah, malahan menjadi
pahlawan kebenaran. Sikap berani meng-Allah sudah dipinggirkan, diganti dengan tidak mau
ngalah. Dimanakah letak kesalahannya? Mungkinkah penjabaran iman yang sudah bergeser
secara pelan-pelan dan berubah arti serta maksudnya?

Adakah sebutan Allah yang pencemburu dapat diartikan sebagai Allah yang menyetujui
terjadinya kekerasan, balas dendam dan peperangan? Bahkan dalam satu agama terjadi
perselisihan, saling berperang dan saling membunuh. Pasti semuanya akan mengaku benar
156
dan lawannya yang salah. Kemudian mempertahankan kebenarannya masing-masing,
melupakan bahkan menghilangkan kesalahan diri. Bagaimana dengan sebutan Allah yang
mahapengasih dan mahapengampun, yang maharahim?

Dalam benak penulis, semuanya seperti terbalik-balik tidak keruan. Allah yang sering kita
sebut mahapengasih dan memberikan hukum kasih, pasti tidak berkenan dengan perbuatan
yang melawan kasih. Pasti kembali kepada manusianya yang menafsirkan ajaran, yang
disesuaikan dengan tujuan tertentu dan itu condong ke duniawi. Mari kita renungkan masing-
masing, apakah Dia mendapati iman di bumi ini?

Perumpamaan tentang Orang Farisi dan


Pemungut Cukai
18:9. Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua
orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah
untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 18:11 Orang Farisi
itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan
pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 18:12 aku berpuasa dua kali seminggu,
aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 18:13 Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri
dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 18:14 Aku berkata kepadamu:
Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak.
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,
ia akan ditinggikan."
Perumpamaan ini sepertinya menggambarkan seseorang yang merasa telah benar di jalan
Tuhan namun merendahkan orang lain, dan seorang lainnya yang merasa selalu berbuat dosa
dan kesalahan. Contohnya hampir selalu orang Farisi dan pemungut cukai. Dan si pemungut
cukailah yang dibenarkan Allah.

Jika kita cermati, perbuatan baik orang Farisi tersebut jelaslah tidak keliru. Mengucap syukur,
memberi sepersepuluh penghasilan, berpuasa dua kali seminggu yang kalau tidak salah setiap
hari Rabu dan Jumat seperti yang dipesankan Bunda Maria di Medjugorje. Dia tidak
merampok, tidak berbuat lalim dan juga bukan pezinah.

Yang tidak dibenarkan Tuhan Yesus adalah menganggap diri benar, lebih baik dari orang
lain.

Bersyukurlah para perampok, orang lalim, pezinah dan pemungut cukai yang berani
mengakui segala kesalahnnya! Berani mengakui dosanya bahkan tidak berani menengadah ke
langit, mungkin juga tidak berani berkumpul dengan orang-orang yang dihormati banyak
masyarakat. Berani mengakui sebagai sampah masyarakat, sebagai orang-orang yang
terpinggirkan.

Bagaimana dengan kita? Jangan-jangan di hadapan Tuhan Yesus, kita disamakan dengan
orang Farisi. Kita merasa sebagai orang yang telah menuruti ajaran Tuhan dan ajaran Gereja,
kalau sampai keliru tidak fatal-fatal amat. Namun kalau sedang berkumpul dan ngobrol,
biasanya membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain. Apa yang kita peroleh? Tidak
mendapatkan apa-apa! Karena kita merasa lebih baik dari pada orang yang sedang
dibicarakan. Kita tidak belajar apa-apa, selain membuang waktu secara sia-sia. Pasti akan
berbeda jikalau kita membicarakan hal-hal positif akan kelebihan dan kekuatan seseorang.
Kita akan merasa bahwa kita kalah, masih kurang, dan ingin belajar. Disini kita akan
mendapatkan sesuatu yang selama ini belum kita peroleh. Di atas langit masih ada langit, dan
kita tidak tahu sampai dimana batasnya.
157

Mari kita bayangkan sewaktu kita masuk ke gereja untuk berdoa, inginnya khusuk berdialog
dengan Tuhan. Kemudian masuklah anak-anak kecil yang ramai dan gaduh. Selanjutnya
datang anak anak muda dengan pakaian seksi seperti mau ke diskotik. Yang datang kemudian
adalah orang-orang berpakaian lusuh memakai sandal jepit. Sewaktu bernyanyi memuji Allah
terdengar suara cempreng seseorang yang tidak sesuai dengan nada orang banyak. Apa yang
kita rasakan pada saat itu? Masih bisakah kita konsentrasi berdoa kepada Allah tanpa
memikirkan yang lain? Masihkah kita membuat kasta yang membedakan, walaupun di
hadapan Allah?

Yesus memberkati Anak-anak


18:15. Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil
kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya
memarahi orang-orang itu. 18:16 Tetapi Yesus memanggil mereka dan
berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan
kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah. 18:17 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti
seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
Anak kecil yang polos dan belum mengenal topeng, akan berbuat apa adanya. Ingin tertawa
ya tertawa, ingin menangis ya menangis, ingin berlari ya berlarian kesana kemari. Mereka
belum mengenal betul yang namanya sopan santun, rasa malu, jijik, dan sebagainya.
Mungkin yang ditakuti hanyalah kesendirian, kegelapan dan suara keras. Dalam perjalanan
waktu, mulailah anak-anak tersebut diisi, diprogram, bahasa kerennya diajar. Sianak akan
belajar dari orang tua, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya, maupun alam yang
dilihatnya. Secara pelan tetapi pasti, anak yang polos dan bebas tadi mulai diikat sedikit demi
sedikit. Segala macam benih, mulai dari gandum sampai ilalang mulai tertanam dalam benak.
Semuanya akan dimasukkan ke dalam memori otaknya, terus direkam. Orang dewasa sudah
diajar dan diprogram mengenal topeng, bagaimana harus berperan pura-pura. Diikat oleh adat
kebiasan, etika, sopan santun, budi pekerti dan banyak lagi yang kadangkala menjadi batu
sandungan.

Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk kembali seperti anak kecil yang polos, apabila
ingin memasuki Kerajaan Allah. Pribadiku berkomunikasi dengan Allahku secara bahasa
rohani tanpa tedeng aling-aling. Aku yang telanjang bulat dan transparan di hadapan-Nya.
Relasi tersebut sifatnya sangat pribadi sekali. Dalam hal ini tidak ada kaitannya dengan
kehidupan duniawi yang diikat oleh aturan sosial. Bahasa hati yang sangat berbeda dengan
bahasa dunia yang kita kenal. Bahasa hati yang tidak berpegang kepada tata bahasa, kalimat
indah sesuai kriteria.

Jika kita tidak mau lepas dari ikatan yang kita terima, mestinya sewaktu berhadapan dengan
Tuhan, maka ikatannya harus semakin kita kencangkan. Dia lebih berkuasa dari segala
macam tali ikatan yang dibuat manusia. Jika aku mengangguk hormat kepada seseorang,
maka aku harus membungkuk lebih dalam lagi kepada Tuhan. Jika aku mempersiapkan
jasmaniku karena akan bertemu presiden, maka aku harus semakin mempersiapkan jasmani
dan rohaniku sesuai kemampuanku karena akan bertemu Tuhan. Nyatanya sulit dan sering
jadi perdebatan, dan itu sah-sah saja. Membuat jalan lurus dan rata memang memerlukan
waktu dan usaha secara konsisten.

Orang Kaya susah masuk Kerajaan Allah


18:18. Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus
aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 18:19 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan
Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. 18:20 Engkau tentu
158
mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri,
jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." 18:21 Kata orang itu:
"Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus
kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku." 18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat
kaya. 18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang
masuk ke dalam Kerajaan Allah. 18:25 Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang
jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
18:26 Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?" 18:27 Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi
Allah."
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang
baiknya sempurna kecuali Allah saja. Untuk memperoleh hidup yang kekal, nyatanya tidak
cukup dengan hanya menuruti ajaran begitu saja. Mungkin banyak orang yang menghormati
orang tua, tidak berzinah, membunuh, mencuri, berdusta maupun perbuatan buruk lainnya. Itu
semua belum cukup dan masih kurang! Masih ada satu hal lagi yang penting, dan disebutkan
sebagai perbuatan nyata, yaitu peduli kepada orang-orang yang membutuhkan uluran
tangannya. Kalau perlu segala yang dapat dibagikan dihabiskan semua. Biarlah mereka
berterima kasih dan tidak dapat membalas kepedulian dan belas kasih tersebut. Paling tidak
akan berkata dalam doanya, semoga dibalas oleh Allah yang mahamurah.

Kita diajar dengan tegas untuk berani lepas dari ikatan duniawi, yang sering kita jabarkan
sebagai kekayaan materi yang kasat mata. Dan kita diajar untuk mengikatkan diri kita kepada
kekayaan surgawi, dengan cara mengikuti Dia. Mungkin kita bisa berkata bahwa agama
duniawi sangat berbeda dengan agama kasih yang surgawi. Persoalannya adalah bahwa kita
masih hidup di dunia, yang mau tidak mau akan berhubungan dengan uang dan materi.

Menjual dan membagikan harta yang dimiliki kepada kaum miskin, nyatanya sering menjadi
batu sandungan. Betapa susahnya setelah mengumpulkan harta, lha koq dengan mudahnya
harus dibagikan. Mengapa mereka tidak berusaha sendiri mencari dan mengumpulkan? Untuk
mencapai taraf pemimpin atau pengaruh dengan kekayaannya, kan sudah memerlukan
perjuangan tersendiri. Mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk mencapai taraf hidup lebih
dari cukup.

Kalau dipikir-pikir, memang semakin kaya seseorang, maka orang tersebut akan semakin
pelit. Lho koq bisa? Anggap saja memberi dengan persepuluhan dari penghasilan.
Sepersepuluh dari seratus ribu mungkin masih ikhlas, tetapi kalau sepersepuluh dari satu
milyard? Wuach! Besar betul seratus juta, kan bisa untuk segala macam. Dan umumnya akan
lupa dengan miliknya yang masih sembilan ratus juta. Melepaskan yang seperduapuluhpun
masih akan terasa besar sekali, karena limapuluh juta. Nyatanya penulispun masih enggan
untuk mengeluarkan seratus ribu dari penghasilan sejuta sebulan. Mungkin bisa dimaklumi
karena dengan uang tersebut masih pas-pasan. Kadang lebih sedikit kadang kurang.

Mungkin, berbahagialah orang yang hidupnya pas-pasan dan dapat bersyukur. Jika ada
kelebihan masih bisa mempedulikan orang lain yang membutuhkan. Jika tidak ada lagi, ya
apa boleh buat, yang jpenting tidak merepotkan orang lain. Mereka malah tidak pernah
kawatir dicuri atau dirampok karena memang tidak ada yang bisa diambil.

Kalau kita mencoba merenung dengan sungguh tanpa emosi, anggap saja jiwa ini bertanya
kepada akal budi yang penuh kedagingan. Apa yang paling dibutuhkan untuk hidup ini,
mungkin kita bisa bersetuju bahwa yang pertama dan utama adalah makan dan minum
secukupnya. Tidak makan dan minum selama sebulan mungkin sudah almarhum. Kebutuhan
159
selanjutnya adalah pakaian secukupnya. Pasti kita akan malu kalau sampai telanjang.
Mungkin inilah kebutuhan dasar untuk sekedar kelangsungan hidup, yang diharapkan oleh
setiap manusia.

Jika si jiwa ini bertanya lebih lanjut kepada si akal budi, apa lagi yang dibutuhkan setelah
sandang dan pangan. Mulailah si akal budi berandai-andai dan melihat sekelilingnya yang
begitu menggoda. Muncullah klasifikasi tingkat kebutuhan yang buntutnya mungkin tidak
akan terpuaskan sampai kapanpun. Kan perlu tempat tinggal sendiri, mulai dari kost, kontrak
sampai mempunyai rumah dengan segala isinya. Masak kemana-mana koq jalan kaki, kan ada
kendaraan yang bisa membuat lebih nyaman. Rumahku adalah istanaku. Maka rumah tersebut
kalau bisa dibuat sedemikian rupa agar kerasan tinggal di rumah. Mulai muncul perasaan
kawatir, jangan-jangan mengundang keinginan orang berbuat jahat. Kemudian membuat
pagar tinggi, kalau perlu dilengkapi dengan segala macam alarm.

Ech, nyatanya masih belum memuaskan juga, masak malah terkurung dalam istana sendiri.
Perasaan ingin lebih ini harus mendapat pengakuan dari orang lain, paling tidak di sekitarnya.
Si akal budi berkata :”Keberadaan kita yang sudah lebih ini masih belum cukup. Kita kan
harus mengikuti perkembangan dunia ini. Kalau tidak begitu, bagaimana kita bisa maju?
Kita harus berusaha bagaimana keberadaan kita bisa diakui oleh orang lain. Kita kan masih
hidup di dunia nyata dan harus kita nikmati. Masalah kewajiban agama juga sudah kita
jalankan”

Dan si akal budi ini dengan akalnya memang pandai bersilat lidah dengan segala macam
alasannya. Kenyataannya semua argumentasi tersebut bisa diilmiahkan, diakui dunia dan
masuk akal. Jawaban Tuhan Yesus untuk menjual seluruh harta, menjadi tidak masuk akal
dunia, malah mendekati aneh. Berlawanan dengan kehendak dunia yang masuk akal.

Ada satu hal yang masih melegakan hati kita. Allah Bapa maha memaklumi akan kelemahan
manusia. Pada dasarnya manusia itu serakah, ingin memiliki lebih sesuai tingkat kebutuhan
yang semakin bertambah. Selalu merasa tidak cukup, walaupun yang telah dimiliki sering
tidak pernah disenggol lagi karena lupa. Sepertinya tidak ada atau sedikit sekali yang
diselamatkan. Namun apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah! Hal
tersebut menyiratkan bahwa hidup kekal itu bukan karena karya manusia, namun lebih dari
itu, karena karunia Allah. Manusia hanya bisa berharap saja, semoga diterima di pangkuan-
Nya. Agar mendekati kehendak Allah maka kita diajar hal-hal pokok yang berhubungan
dengan rambu-rambu kehidupan. Hukum kasih kepada Allah dan sesama, Allah yang lebih
rohani dan manusia yang lebih jasmani. Rohani yang diutamakan, jasmani jangan diabaikan.
Penerapannya diungkapkan mulai dari yang kasat mata yang ujung-ujungnya menuju yang
tidak kasat mata.

Upah mengikut Yesus


18:28 Petrus berkata: "Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut
Engkau." 18:29 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap
orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang
tuanya atau anak-anaknya, 18:30 akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan
pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal."
Jika kita renungkan dengan sedikit gurauan, Petrus dan kawan-kawannya telah meninggalkan
segala-galanya. Mereka mengikut Kristus langsung begitu saja, tanpa persiapan dan bekal.
Bagaimana dengan keluarganya yang ditinggalkan? Apakah setelah itu mereka menjadi
miskin? Kelihatannya tidak juga. Mereka mempunyai pengikut atau saudara baru yang
semakin banyak, berkelana kemana-mana mewartakan firman Tuhan. Kebutuhan hidup
160
sehari-hari sepertinya tidak ada masalah karena semakin banyak penderma yang dengan tulus
ikhlas saling berbagi. Mereka menerima berlipat ganda sehingga kita masih bisa melihat
tinggalan karya mereka. Gereja-gereja megah dan agung yang tersebar dimana-mana, yang
tak terhitung lagi berapa nilainya.

Dengan segala kemegahan dan penderitaan yang dialami pada waktu itu, sekarang ini mereka
sudah menerima dan menikmati hidup kekal di surga. Merekalah para santo dan santa atau
orang kudus, yang telah berani meninggalkan segalanya bahkan nyawanya sekalipun, demi
Kerajaan Allah. Ditegaskan oleh Tuhan Yesus bahwa Kerajaan Allah begitu pribadi sekali,
tidak mengenal ikatan keluarga atau kedekatan yang lainnya.

Bagaimana dengan kita? Rasanya terlalu jauh jika membandingkan dengan mereka yang
berani segala-galanya. Zaman sekarang ini rasanya begitu sulit menemukan martir-martir
seperti zaman dahulu. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mungkin
rekayasa pengemasannya mengalami perubahan. Atau malahan sebaliknya, bahkan
ketergantungan kepada ilmu dan teknologi dunia lebih mengikat manusia.

Kelekatan akan sesuatu bisa menjadi batu sandungan dalam perjalanan ziarah hidup ini. Yang
pertama mungkin kelekatan akan pertalian darah, marga, fam atau sejenisnya. Hal tersebut
tidak keliru selama masih bisa mengutamakan kelekatan kepada Tuhan. Harta warisan
duniawi malahan sering kali menjadi perpecahan dan perselisihan. Harta warisan surgawi
malahan tidak pernah habis dan bahkan tidak pernah diperdebatkan dan diperebutkan.

Yang kedua mungkin kelekatan akan materi, harta benda yang bisa mengakibatkan lupa
daratan. Contoh besarnya adalah rebutan warisan, rebutan kekuasaan dan pengaruh, dimana
semua pihak merasa benar. Contoh yang sederhana saja, apabila kita memberikan sesuatu
kepada seseorang. Dalam hati kita berkata bahwa pemberian tersebut dengan tulus ikhlas.
Bukan lagi menjadi milik kita namun sudah menjadi kepunyaan yang kita beri. Apa yang
akan terjadi dalam hati pikiran kita, apabila kita menyaksikan si penerima tadi membuang
pemberian, atau bahkan menginjak-injaknya? Benarkah bahwa hati kita penuh dengan
keikhlasan ataukah sebenarnya dengan syarat tertentu? Pasti akan berbeda jikalau pemberian
tersebut dibuang atau diludahi tanpa sepengetahuan kita. Persoalannya sama persis,
pemberian yang dibuang, namun ada perbedaan karena dilihat dan tidak.

18:31. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: "Sekarang kita
pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia
akan digenapi. 18:32 Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, 18:33 dan mereka menyesah dan membunuh Dia,
dan pada hari ketiga Ia akan bangkit." 18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti
semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang
dimaksudkan.
Dalam pemahaman penulis, kita bisa memaklumi apabila para rasul pada saat itu tidak
mengerti karena memang belum terjadi. Setelah segalanya lewat dan sudah terjadi, maka
sadarlah bahwa perkataan Anak Manusia adalah suatu nubuat dan penggenapan. Anak
Manusia sudah tahu apa yang akan terjadi di Yerusalem. Dia akan diserahkan kepada bangsa
yang tidak mengenal Allah, yang kita tahu adalah bangsa Romawi. Bangsa yang masih
menyembah para dewa-dewa yang mereka ciptakan sendiri. Kita semua sudah tahu secara
umum sesuai yang tertulis dalam Injil.

Kita bisa membayangkan bagaimana rasanya diolok-olok, dihina dan diludahi. Suatu
penghinaan yang luar biasa. Bagi kita pasti menyakitkan hati, tidak kelihatan bekasnya di
tubuh namun sakitnya bukan main. Kita juga bisa membayangkan bagaimana rasanya disesah,
161
dianiaya secara badani, dimana seluruh kulit dan daging tersobek-sobek dan berdarah-darah.
Segala macam pukulan dan siksaan yang menyakitkan namun tidak sampai langsung
mematikan. Pasti penderitaan yang luar biasa. Hal itu belum cukup, karena setelah itu
dibunuh di kayu salib, dengan paku-paku yang menembus kedua belah tangan dan kaki-Nya.
Namun hebatnya dan yang menakjubkan adalah, pada hari ketiga bangkit dari antara orang
mati. Dia mengalahkan kematian dan hidup kembali.

Tuhan Yesus tidak menghindar dari malapetaka yang bakal dihadapi dan dialami, namun jalan
terus. Skenario harus tetap berjalan sesuai cerita, walaupun harus menderita dan wafat di kayu
salib. Dia tidak membalas dengan kemarahan dan dendam, namun malahan mendoakan yang
menganiaya. Hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Yang Illahi. Dia memberikan hidup-
Nya agar manusia bisa hidup.

Orang Buta dari Yerikho disembuhkan


18:35. Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan
mengemis. 18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" 18:37
Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat." 18:38 Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud,
kasihanilah aku!" 18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam.
Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" 18:40 Lalu Yesus berhenti dan
menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus
bertanya kepadanya: 18:41 "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang
itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" 18:42 Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau,
imanmu telah menyelamatkan engkau!" 18:43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti
Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.
Jika kita cermati, nama Yesus begitu terkenal dimana-mana sebagai Sang Penyembuh dan
Penghibur. Getok tular dari mulut ke mulut nyatanya sampai juga di telinga seorang pengemis
yang buta. Dia mengenal Yesus sebagai anak Daud dan meminta dikasihani. Permintaannya
hanya satu, supaya dapat melihat dan dia percaya bahwa apapun yang dikatakan Sang Anak
Daud pasti terjadi. Mukjizat terjadi karena iman yang telah menyelamatkan. Karena imannya
maka dia mengikut Tuhan Yesus sambil memuliakan Allah. Demikian juga rombongan rakyat
yang mengikuti Dia.

Kita bisa semakin memahami bahwa betapa Tuhan Yesus penuh belas kasih kepada orang
yang membutuhkan uluran tangan-Nya. Dia memberikan penghiburan kepada kaum miskin
dan menderita, memberi penyembuhan kepada yang sakit. Namun Dia malah mengecam
orang-orang yang tidak mempunyai rasa keadilan dan kepedulian kepada sesamanya.
Kebanyakan yang dikecam adalah kelompok orang yang mampu dalam segala hal.

Sepertinya kita diminta untuk mencontoh Dia, yang berbicara dan langsung melakukan.
Satunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk lebih peduli kepada orang-orang yang
membutuhkan uluran tangan. Dengan kekayaan yang kita miliki masing-masing, maka kita
bisa membagikan kekayaan kita. Dalam pemikiran penulis, kaya tidak selalu materi dan harta
duniawi. Ada kekayaan rohani, kekayaan ilmu, kekayaan pengalaman hidup dan mungkin
masih banyak yang lain. Dan kita bisa membagikan kekayaan tersebut kepada yang
membutuhkan, tanpa harus menghitung untung dan rugi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun sering menjadi buta dan tuli dengan kehidupan di
sekitar kita. Kebutaan tersebut malah kita bikin sendiri dan dipelihara, sehingga tidak tahu apa
saja yang terjadi di sekeliling kita. Mata hati kita juga sering buta sehingga tidak tahu bahwa
Tuhan berada begitu dekat.
Tuhan, sembuhkanlah aku agar aku bisa melihat Engkau yang menghampiri aku. Bukalah
mata wadagku dan mata hatiku agar bisa memuliakan Engkau.
162

Bab 19- Zakheus, Uang Mina, Minggu Palma


Zakheus Pemungut Cukai
19:1. Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 19:2 Di situ ada seorang
bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 19:3 Ia berusaha untuk
melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya
pendek. 19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat
Yesus, yang akan lewat di situ. 19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan
berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." 19:6
Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 19:7 Tetapi semua orang yang
melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 19:8 Tetapi
Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada
orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat
kali lipat." 19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini,
karena orang inipun anak Abraham. 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang."
Kita bisa membayangkan bahwa Tuhan Yesus begitu terkenal bagaikan selebritis. Kepala
pemungut cukai sampai-sampai berusaha mencari tempat yang strategis agar bisa melihat
seperti apakah Tuhan Yesus itu. Zakheus pasti sadar bahwa dia termasuk orang yang tidak
disukai oleh banyak orang Yahudi, karena pekerjaannya. Betapa terkejutnya bahwa Tuhan
Yesus tahu namanya, malahan akan menumpang di rumahnya.

Zakheus yang berani mengakui diri sebagai orang berdosa, merasa mendapat kehormatan.
Sang Pengibur dan Penyembuh mau tinggal di rumahnya, makan semeja bersama-sama.
Perasaan sukacita yang tak terungkapkan dengan kata-kata, nyatanya dapat menyentuh hati
sanubari yang paling dalam. Zakheus dengan tulus ikhlas berani membagikan setengah harta
miliknya.

Itulah sentuhan Tuhan yang sulit untuk diterima dengan nalar akal budi. Siapapun yang dapat
merasakan dan menerima sentuhan Tuhan, pasti akan terjadi keselamatan kepada mereka.
Perubahan itu bisa sekonyong-konyong seperti Zakheus maupun Saulus, ataupun melalui
proses panjang. Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dia
tidak pernah membuat rencana ataupun melontarkan ide-ide secara khusus, namun langsung
bergerak, berjalan terus, berbuat kasih dan kasih, sampai ke tujuan akhir. Orang Jawa
menyebutnya “lumaku tumuju” yaitu berjalan dan berjalan, pasti akan sampai ke tujuan.

Jika kita renungkan, kita juga termasuk orang yang hilang dan diketemukan oleh Tuhan,
namun belum seberani Zakheus. Mungkin kita mempunyai alasan bahwa Zakheus atau Saulus
kan bertemu sendiri dengan Tuhan Yesus. Kita kan belum pernah bertemu secara kasat mata
ataupun melalui kejadian yang menghebohkan. Jangan-jangan yang terjadi, Tuhan selalu
menyentuh kita namun sering kita abaikan. Tangan-Nya kita singkirkan dari pundak kita
karena baru konsentrasi atau serius dengan hal-hal duniawi yang ada di hadapan kita. Dengan
tiada bosannya Dia selalu menyentuh untuk mengingatkan kita, mengajar kita melalui segala
macam sarana yang berada di depan kita.

Di zaman sekarang ini kalau kita berjalan-jalan lewat komplek pelacuran, secara tiba-tiba
bertemu tetangga yang juga sedang lewat. Jangan-jangan dalam benak kita yang muncul
adalah pikiran dan dugaan negatif. Dia sedang bermain di rumah orang berdosa. Mulailah
gosip menyebar, tetangga kita juga mengabarkan bahwa kita masuk ke rumah orang berdosa.

Penulis tidak tahu apa kata orang, karena dahulu sering berkunjung ke kompleks lokalisasi,
apabila pulang kampung. Harap dimaklumi karena penulis mempunyai saudara yang
bertempat tinggal di situ. Dia adalah uwak (kakak dari ayah) yang paling tua yang masih
163
hidup pada waktu itu. Sewaktu sakit keras dan mendekati ajal, kami ajak berdoa dan mohon
pengampunan, dia hanya menggelengkan kepala. Sewaktu tuguran malam menunggu ajal,
tetangga yang datang bukan berdoa namun bermain kartu dan berjudi. Permainan judi selesai
menjelang pagi, sesaat setelah beliau meninggal. Lahir Selasa Kliwon dan dipanggil pada hari
Selasa Kliwon.

Perumpamaan tentang uang Mina


19:11. Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan
suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan
Allah akan segera kelihatan. 19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke
sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka,
katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. 19:14 Akan tetapi orang-
orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan:
Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. 19:15 Dan terjadilah, ketika ia kembali,
setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah
diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. 19:16
Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan
sepuluh mina. 19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang
baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh
kota. 19:18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima
mina. 19:19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. 19:20 Dan hamba
yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu
tangan. 19:21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan
mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.
19:22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau
menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang
mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. 19:23 Jika
demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka
sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. 19:24 Lalu katanya kepada
orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah
kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. 19:25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia
sudah mempunyai sepuluh mina. 19:26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan
diambil, juga apa yang ada padanya. 19:27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku
menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."
Kita semua tahu bahwa Tuhan Yesus pernah dielu-elukan di Yerusalem bagaikan raja. Saat
tersebut kita peringati sebagai Minggu Palem. Namun beberapa hari kemudian Dia dianiaya
dan dibunuh di kayu salib bagaikan penjahat hina. Kita peringati sebagai hari Jumat Agung.
Kemudian Dia akan bangkit dari kematian, setelah itu kembali ke surga.

Ada hal yang membingungkan antara sangkaan akan melihat Kerajaan Allah dan
perumpamaan raja yang membagikan uang mina. Sepertinya Tuhan Yesus mengabaikan
mereka yang menyangka bahwa sebentar lagi akan melihat Kerajaan Allah. Dia lebih
menekankan bahwa setiap orang yang telah diberi harus bisa melipatgandakan pemberian itu.
Yang penting setiap orang harus berkarya sesuai kemampuannya, menghasilkan buah walau
sekecil apapun buah itu. Sang raja sedang pergi, namun kita tidak boleh berleha-leha
menganggur dan tidak waspada. Setiap saat sang raja pasti akan kembali, entah kapan. Kita
akan diminta pertanggung jawaban, apa yang telah kita hasilkan dari pemberian itu.

Perumpamaan sepuluh uang mina dan sepuluh hamba. Pada zaman sekarang ini mungkin kita
bisa mengatakan bahwa kitalah yang menjadi hamba. Hamba yang harus melakukan karya,
sesuai dengan tugas yang telah diberikan oleh Sang Raja. Yang diberikan kepada kita adalah
uang mina. Uang seringkali kita kaitkan dengan berdagang sehingga uang itu menghasilkan
keuntungan, berbunga dan berbunga. Berdagang adalah berkarya, berusaha sesuai
164
kemampuan. Kemampuan setiap orang tidaklah sama, sehingga ada yang berlipat sepuluh ada
yang berlipat lima. Semakin besar keuntungannya maka akan mendapat ganjaran semakin
besar. Celakalah orang yang tidak mau berkarya dan menyembunyikan mina yang telah
diberikan.

Dalam benak penulis selalu terlintas, mengapa Tuhan Yesus memakai perumpamaan
membungakan uang? Dalam kehidupan kita sekarang ini, seringkali istilah membungakan
uang itu berkonotasi tidak baik. Namun kita tahu juga bahwa yang namanya bank
pekerjaannya membungakan uang dan kita terima juga. Yang dipersoalkan biasanya berapa
besar bunga yang dikenakan, masih dalam tingkat wajar atau terlalu mencekik. Mungkin
istilah keren membungakan uang bagi rentenir sekarang ini, disebut berdagang atau berjualan
uang, yang caranya bisa macam-macam sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.

Dalam perenungan diri, penulis mencoba membayangkan bahwa uang zaman dahulu
berbentuk bulat tipis, hampir semodel dengan koin zaman sekarang. Mungkin saja bahwa
uang mina mempunyai nilai tinggi namun masih dibawah uang talenta. Apakah tidak
mungkin bahwa uang itu simbul dari iman dan perbuatan? Dilihat dari sisi kepala uang
tersebut simbul iman, namun dilihat dari sisi ekor uang tersebut simbul perbuatan. Iman dan
perbuatan harus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisah. Iman itu sendiri sudah
diberikan oleh Allah kepada semua orang yang pernah dan atau masih hidup. Dengan iman
mestinya setiap orang semakin tumbuh berkembang, namun ada yang positif dan ada yang
negatif. Semakin besar imannya maka akan semakin banyak karya perbuatan yang dilakukan,
sehingga semakin bertumbuh berbunga dan berbuah. Semakin tidak berbuat maka iman itu
sendiri juga tidak berkembang, jangan-jangan semakin lama disimpan malah berkarat dan
keropos dimakan cuaca, kondisi dan keadaan.

Bisa kita bayangkan, bagaimana kalau uang tersebut diminta oleh sang pemilik, padahal
sudah keropos. Bisa-bisa sang pemilik meminta dengan bunganya dan mengambil semua
yang kita miliki sebagai denda.

Yang lebih mengerikan adalah pembalasan sang pemilik kepada musuh-musuhnya, yang tidak
mau menerima keberadaannya sebagai raja. Mereka akan dibunuh di depan matanya yang
tidak bisa ditolak. Dibunuh berarti mati yang tidak bisa hidup lagi alias kematian kekal. Dan
yang membenci itu malah bangsanya sendiri, karena kekerasan hati, ketidak-percayaan, dan
dianggap pesaing. Tuhan, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu akan apa yang
mereka perbuat.

Yesus dielu-elukan di Yerusalem


19:28. Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka
dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 19:29 Ketika Ia telah dekat
Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun,
Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 19:30 dengan pesan: "Pergilah ke
kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu
akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah
ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 19:31
Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu
melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." 19:32 Lalu
pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu
seperti yang telah dikatakan Yesus. 19:33 Ketika mereka melepaskan
keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu
melepaskan keledai itu?" 19:34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya."
19:35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya
dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya. 19:36 Dan sementara Yesus
165
mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. 19:37 Ketika Ia dekat
Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia
bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka
lihat. 19:38 Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai
sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!" 19:39 Beberapa orang Farisi yang
turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu." 19:40
Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."
Kita mengenal peristiwa ini dan memperingatinya sebagai Minggu Palma, atau Minggu
Palem. Tuhan Yesus menunggang keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang. Pasti
murid yang diutus heran karena guru-Nya sudah tahu bahwa di sana ada keledai muda dan
bingung karena yang punya tidak keberatan sama sekali. Kita bisa berandai-andai bahwa
antara Tuhan Yesus dan si pemilik keledai sudah saling mengenal dengan baik. Namun
anehnya, bagaimana Dia bisa tahu bahwa keledai tersebut belum pernah ditunggangi orang.
Yang jelas, Dia mahatahu dan mahamelihat apapun yang belum terjadi.

Para murid memuji dan memuliakan Dia dengan penuh sukacita. Mereka telah melihat segala
macam mukjizat, yang hanya bisa dilakukan oleh Anak Manusia dalam nama Tuhan. Dialah
yang pantas menjadi Raja dalam nama Tuhan, yang harus dimuliakan di tempat yang
mahatinggi. Dengan tulus dan sukacita, mereka menghamparkan jubahnya untuk dilewati
Sang Raja. Mungkin Dia inilah yang ditunggu-tunggu untuk menjadi pemimpin dan
pembebas dari penjajahan dan penderitaan. Pantas menjadi raja, nabi dan imam,
menggantikan raja yang selama ini tidak mempedulikan nasib rakyatnya.

Namun ada saja yang tidak puas dan merasa risih mendengar pujian tersebut. Mungkin
mereka berpikir kan masih ada raja Herodes yang berkuasa di Yerusalem. Jangan-jangan
Herodes nanti marah apabila mendengar ada raja baru yang diproklamirkan oleh rakyatnya.
Kalau hal ini dianggap sebagai kudeta, maka akan dicari siapa saja yang telah bersama dengan
Sang Anak Manusia. Betapa kagetnya beberapa orang Farisi yang turut bersama mereka
mendengar jawaban Tuhan Yesus. Pasti mereka tahu akan mukjizat yang telah dilakukan-Nya
termasuk menghidupkan orang mati. Betapa akan terjadi kegegeran dan hebohnya suasana,
apabila batu-batu mulai berteriak.

Dalam pemahaman penulis, sebenarnya banyak juga masyarakat yang mempercayai Dia
sebagai utusan Allah. Namun mereka masyarakat biasa yang tidak mempunyai kekuatan
untuk mendudukkan Dia sebagai raja Israel. Biarlah sehari itu untuk meluapkan rasa sukacita,
memuji-muji dan memuliakan yang datang atas nama Tuhan. Paling tidak, masih ada banyak
orang yang percaya dengan ajaran-Nya dan menjadi murid-murid selain para rasul.
19:41. Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 19:42 kata-Nya:
"Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai
sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. 19:43 Sebab akan datang
harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau
dan menghimpit engkau dari segala jurusan, 19:44 dan mereka akan membinasakan engkau
beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun
tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah
melawat engkau."
Kita bisa merasakan betapa sedihnya hati Tuhan Yesus melihat kota Yerusalem. Dia tahu
persis apa yang akan terjadi dengan kota Yerusalem dan Bait Allahnya. Penyebabnya karena
mereka tidak mengetahui bahwa Allah melalui Anak Manusia telah melawatinya. Kita bisa
berandai-andai, apabila mereka tahu siapakah Tuhan Yesus dan mereka mau bertobat,
kejadiannya bisa berubah. Damai sejahtera hanya dapat dicapai melalui pertobatan secara
massal dan berubah. Kembali menjadi anak-anak Allah yang bisa saling berbagi, saling peduli
serta saling lainnya
166
Mungkin masih banyak para murid-Nya yang menyaksikan hancurnya Yerusalem, dan
mengakui bahwa hal tersebut sudah pernah dikatakan Sang Guru. Sejarah Israel kembali
terulang apabila bangsa ini tegar tengkuk, menonjolkan kesombongan sebagai bangsa terpilih.
Mereka akan tercerai berai seperti anak ayam kehilangan induk-Nya. Berkisar empatpuluh
tahun kemudian, Yerusalem menjadi rata dengan tanah. Dihancur leburkan oleh tentara
bangsa Romawi sehingga menjadi puing-puing berserakan.

Tegar tengkuk, keras kepala dan kesombongan rohani, menjadi halangan untuk melihat dan
mengerti akan kehenak Allah yang sebenarnya. Biarpun dicelikkan matanya dengan segala
macam kejadian yang mengherankan, tetap saja tidak bisa menerima. Malahan akan
menyusun suatu argumentasi yang seakan-akan alkitabiah.

Betapa sedih melihat Bait Allah, dimana orang-orang berdatangan untuk mencari dan
berdamai dengan Allah hancur lebur. Kemana lagi mereka akan mencari Allah jika tempat
tersebut sudah tidak ada? Yang terbayang hanyalah orang yang tercerai berai, selanjutnya
ratapan kesedihan, mengapa hal tersebut harus terjadi.

Yesus mensucikan Bait Allah


19:45 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 19:46
kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun." 19:47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-
imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk
membinasakan Dia, 19:48 tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh
rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Penulis mencoba membayangkan, bagaimana Tuhan Yesus dengan diiringi banyak orang
masuk ke pelataran Bait Allah. Dilihatnya para pedagang berjualan segala macam, yang
berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Mengapa mereka diusir oleh Tuhan Yesus? Malah
dikatakan bahwa mereka menjadikannya sarang penyamun.

Kita hanya bisa memperkirakan bahwa banyak orang Yahudi datang ke Yerusalem, pasti ke
Bait Allah. Mereka melakukan upacara korban sesuai tradisi yang berlaku. Pasti ada sesuatu
yang dipersembahkan, tergantung dari ujub yang dikehendaki. Hal ini pasti tidak terlepas dari
pandangan mata para pebisnis, bahwa banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Akan lebih
afdol tak terbantahkan, apabila bisa bekerjasama dengan para penentu kebijakan peraturan,
termasuk para imam. Para pedagang ini menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan
pasti memenuhi kriteria sah, layak dan pantas menurut pandangan para imam. Segala
sesuatunya sudah dibicarakan terlebih dahulu dengan para penentu sah tidaknya suatu
persembahan. Harga bisa kita bayangkan pasti lebih mahal dari harga-harga pada umumnya.
Bisa jadi segala macam barang dan binatang persembahan yang dibawa dari rumah
dinyatakan tidak memenuhi syarat, kurang begini dan begitu. Ujung-ujungnya harus membeli
kepada para pedagang yang sudah ada. Mungkin juga berlaku ungkapan “sesama bis kota
dilarang mendahului” untuk kelompok tertentu. Para peziarah diibaratkan masuk sarang
penyamun karena segalanya harus dipatuhi, dirampok secara halus. Mungkin banyak orang
menggerutu namun tidak bisa berbuat apa-apa. Siapakah yang berani menentang kalau
semuanya sudah disetujui para penguasa Bait Allah?

Niat berdoa dengan sungguh-sungguh malah ternoda oleh rasa kesal dan gerutuan karena
perbuatan para pedagang. Seiring berjalannya waktu karena sudah berpengalaman seperti itu,
kemungkinan besar malah diambil hikmahnya saja. Datang ke Bait Allah tidak usah
membawa apa-apa dari rumah, lebih praktis membawa uang saja walaupun mahal.
167
Pengalaman penulis sewaktu berziarah ke Israel, mengunjungi Gunung Tabor cukup
mengagetkan. Penulis ngobrol dengan pedagang cinderamata secara umum saja, kemudian
penulis berkata kepada saudara-saudara seperjalanan :”Ayo belanja, belanja!” secara
bergurau. Sewaktu kami serombongan sudah naik bis kembali, ada pedagang yang mencari
penulis di dalam bis dan memberikan cinderamata. Pedagang tersebut pasti hafal dengan
penulis karena tandanya berbeda sendiri. Penulis selalu mengenakan peci hitam khas
Indonesia, yang sering dianggap kopiah saudara kita yang beragama Islam. Demikian juga di
gereja Lazarus, di sini para pedagang menawarkan imbalan apabila mengajak rombongan
mau berbelanja kepada mereka. Paling tidak kita bisa memperkirakan bahwa harganya di atas
harga wajar. Tinggal bagaimana kecerdikan tawar menawar saja.

Bab 20- Kuasa Yesus, Pajak kepada kaisar,


Kebangkitan
Pertanyaan tentang Kuasa Yesus
20:1. Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil,
datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua-tua ke situ, 20:2 dan mereka berkata
kepada Yesus: "Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu,
dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!" 20:3 Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga
akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku: 20:4 Baptisan
Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?" 20:5 Mereka mempertimbangkannya di antara
mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Mengapakah kamu tidak
percaya kepadanya? 20:6 Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, seluruh rakyat akan
melempari kita dengan batu, sebab mereka yakin, bahwa Yohanes adalah seorang nabi." 20:7
Lalu mereka menjawab, bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu. 20:8 Maka kata Yesus
kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah
Aku melakukan hal-hal itu."
Jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan para ahli Taurat dan kaum Farisi sering membuat
kita terhenyak dan terkaget-kaget. Seringkali juga ajaran-Nya terasa bertolak belakang dengan
akal budi kita selama ini. Rasanya kita diajar untuk selalu membedakan antara bahasa nalar
akal budi dengan bahasa hati yang rohani. Bahasa dunia jasmani sering bertolak belakang
dengan bahasa terang rohani.

Nyatanya Tuhan Yesus mengembalikan pertanyaan dengan pertanyaan dan akhirnya tidak
menjawab pertanyaan tersebut. Mungkin kita hanya akan terheran-heran dan bertanya-tanya
tentang imam kepala, ahli Taurat dan para tua-tua. Pastilah mereka orang-orang yang
dianggap ahli kelas profesor di bidangnya, yaitu kepercayaan agamanya. Tersirat bahwa
mereka tidak percaya kepada Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi yang diutus Allah.
Malahan jangan-jangan dianggap sebagai orang gila gembel dari padang gurun. Namun
tersirat juga bahwa mereka takut kepada orang banyak yang telah mengakui Yohanes
Pembaptis sebagai seorang nabi. Nyatanya mereka takut juga dengan massa, yang membuat
mereka menjadi orang-orang munafik. Memang kekuatan massa sering kali menakutkan dan
membuat nyali semakin ciut, walaupun tadinya berkobar.

Jika Yohanes Pembaptis saja sudah tidak mereka percayai, pasti mereka tetap tidak percaya
juga kepada Tuhan Yesus. Keterkaitan antara Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus sudah
dinubuatkan sejak dahulu kala. Segala sesuatu harus dimulai dan diawali dari yang kecil-kecil
dan sederhana. Mungkin itulah yang disebut sebagai proses tumbuh dan berkembang,
kemudian berbuah.
168
Di zaman sekarang inipun sepertinya hal tersebut juga berlaku. Yang berbeda mungkin
jawabannya yang begitu diplomatis, antara ya dan tidak, antara percaya dan belum. Misal
pertanyaan :”Apakah penampakan Bunda Maria di Medjugorje itu benar? Atau percayakah
komunikasi Vassula dengan Yesus itu benar?” Sebelum bisa menjawab atas pertanyaan
tersebut, maka Tuhan Yesuspun tidak akan memberi jawaban. Penulis dapat memahami
bahwa gereja harus ekstra hati-hati menilai, dan hal tersebut memerlukan penyelidikan
dengan hati yang bersih, tanpa embel-embel apapun. Banyak kejadian tentang penampakan,
namun di kemudian hari ternyata penipuan. Di sisi lain ada penampakan yang betul-betul dari
yang kudus namun tidak dipercaya, dan baru di kemudian hari diakui setelah terjadi hal-hal
yang mengherankan.

Penulis berpendapat bahwa apa yang datang dari Allah pasti tetap akan terlaksana, walaupun
untuk mencapainya seperti tidak mungkin. Jika kita renungkan dan kita simpulkan, Allah
hanya meminta untuk percaya bahwa Dia Ada. Kemudian meminta untuk melakukan
perbuatan baik dan benar dalam hidup ini, tanpa syarat apapun. Hati nurani kita yang terdalam
anggaplah roh yang kecil, sebenarnya sudah tahu apa yang disebut baik dan benar itu.

Perumpamaan tentang Penggarap Kebun Anggur


20:9. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada orang banyak:
"Seorang membuka kebun anggur; kemudian ia menyewakannya
kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk
waktu yang agak lama. 20:10 Dan ketika sudah tiba musimnya, ia
menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu, supaya
mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepadanya.
Tetapi penggarap-penggarap itu memukul hamba itu dan menyuruhnya
pulang dengan tangan hampa. 20:11 Sesudah itu ia menyuruh seorang
hamba yang lain, tetapi hamba itu juga dipukul dan dipermalukan oleh
mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. 20:12 Selanjutnya
ia menyuruh hamba yang ketiga, tetapi orang itu juga dilukai oleh
mereka, lalu dilemparkan ke luar kebun itu. 20:13 Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah
yang harus kuperbuat? Aku akan menyuruh anakku yang kekasih; tentu ia mereka segani.
20:14 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya:
Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. 20:15 Lalu
mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang
akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu dengan mereka? 20:16 Ia akan datang dan
membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur itu kepada
orang-orang lain." Mendengar itu mereka berkata: "Sekali-kali jangan!"
20:17 Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian apakah arti nas ini: Batu
yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? 20:18 Barangsiapa
jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk." 20:19
Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab
mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, tetapi mereka
takut kepada orang banyak.
Dengan keahliannya para imam kepala dan ahli Taurat dapat menangkap perumpamaan
tersebut di atas. Mereka dipercaya untuk menggarap kebun anggur-Nya, namun dalam
perjalanan waktu seringkali merasa bahwa kebun anggur tersebut seperti miliknya sendiri.
Mungkin karena kebablasan, kadang-kadang malah merasa sudah menjadi wakilnya Allah
dalam segala hal di dunia ini. Begitu para wakil si pemilik resmi datang, mereka malah demo
melawan karena sudah seperti miliknya sendiri. Lupa diri bahwa nenek moyangnya dahulu
hanyalah seorang penggarap kebun.

Dengan akal budi pada waktu itu, kita bisa merasakan bahwa hutang nyawa harus diganti
nyawa. Ajaran membalas sudah mendarah daging dan perlu dipertahankan, agar tidak diinjak-
injak. Karena sudah membunuh sang ahli waris, maka para pembunuhnya tersebut harus
mendapat ganjaran yang adil, yaitu dibinasakan. Namun sekarang mereka mencoba
169
berkomentar :”Semoga tidak demikian hendaknya.” Apakah tidak ada jalan lain yang lebih
bijaksana? Seolah-olah dengan komentar tersebut ingin menunjukkan bahwa keputusannya
jangan begitu. Masih ada hukum yang berlaku yang akan dipimpin oleh hakim. Namun kita
masih bisa berkomentar, bagaimana kalau para hakim tersebut masih satu kelompok dengan
para penggarap kebun?

Bagi kita mungkin perumpamaan tersebut berhubungan dengan diri Allah Bapa sendiri dan
Putera-Nya, serta bangsa Israel. Bagaimana Allah selalu mengutus para nabinya namun selalu
ditolak dan dianiaya, bahkan dibunuh. Demikian juga dengan Putera-Nya yang akan dianiaya
dan dibunuh di kayu salib. Bahkan akhirnya kebun tersebut akan diserahkan ke bangsa lain
yang mau mengikat kontrak dengan-Nya.

Salah seorang teman penulis malah pernah berkomentar, kemanakah perginya tuan kebun
anggur itu untuk waktu agak lama. Jangan-jangan pergi ke daerah lain bahkan planet lain
untuk membuka kebun baru. Jenis tanaman akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yang
jelas tetap menjadi kebutuhan pokok di daerah tersebut.

Pada zaman sekarangpun, sebenarnya banyak para penggarap kebun yang lupa diri bahwa itu
bukan tanah miliknya. Repotnya pasti akan terjadi kepada keturunan para penggarap tersebut.
Mungkin mereka lahir dan dibesarkan ya di kebun tersebut, sehingga merasa bahwa tanah
tersebut warisan dari nenek moyangnya. Jika hanya satu penggarap masih lebih mudah untuk
diajak berdialog, lha kalau sudah puluhan atau ratusan penggarap? Bisa-bisa berdemo
mengerahkan massa untuk berontak, yang kalau perlu membunuh sang pewaris kebun.

Bagaimana dengan kita? Jika kita renungkan dalam-dalam, kitapun hanya ikut numpang
hidup di bumi ini. Yang Empunya menyewakan tempat di bumi ini kepada kita secara bagi
hasil sesuai kontrak. Secara tidak langsung kita diminta untuk mengelola bumi kecil yang
dipercayakan kepada kita, agar berdaya guna dan berhasil guna. Pada saatnya kitapun akan
ditagih sesuai kewajiban yang harus kita bayar. Nach!

Membayar Pajak kepada Kaisar


20:20. Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh
kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya
dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri. 20:21
Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: "Guru, kami tahu, bahwa segala
perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur
mengajar jalan Allah. 20:22 Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak?" 20:23 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu, lalu berkata kepada mereka:
20:24 "Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?"
Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." 20:25 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Kalau
begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" 20:26 Dan mereka tidak dapat menjerat Dia dalam
perkataan-Nya di depan orang banyak. Mereka heran akan jawab-Nya itu dan mereka diam.
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus tidak mau terlibat dalam urusan yang duniawi.
Sebagai Anak Manusia keturunan Yahudi, mereka mengharapkan muncul rasa bela negara
karena dijajah bangsa Romawi. Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan yang mungkin malah
menjurus, agar kita bisa membedakan antara urusan duniawi dengan urusan rohani.

Secara tidak langsung kita diajar untuk selalu mentaati aturan yang sedang berlaku pada saat
itu. Kita menjadi bagian dari suatu masyarakat, apakah merdeka ataupun dijajah yang mau
tidak mau harus menurut kepada sang penguasa. Melawan penguasa harus dilakukan dengan
cerdik dan tulus, agar tidak menimbulkan kesengsaraan bahkan kematian banyak orang.
Melawan secara frontalpun harus penuh perhitungan, agar jangan sampai dampaknya
170
mempengaruhi seluruh masyarakat dan menjadi korban. Para pemimpinlah yang harus
bertanggung jawab kepada rakyatnya dengan penuh konsekuen. Ada keseimbangan timbal
balik antara kelompok penguasa, pejabat dan jajarannya dengan masyarakat umum yang
diperintah. Mungkin hal ini disebut sebagai kewajiban dan hak yang harus saling ditaati, yang
akan selalu berubah sesuai situasi dan kondisi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kelihatannya kita perlu bertanya kepada diri sendiri, apakah
sudah menjadi warga masyarakat yang baik atau belum. Mau tidak mau kita menjadi salah
satu warga dalam masyarakat dimana kita tinggal, yang harus bisa menyatu dan membaur.
Bukan membentuk kelompok eksklusif yang membangun pagar pemisah. Sudahkah kita
melakukan kewajiban yang berlaku, sebelum kita berbicara tentang hak. Rasanya akan
menjadi aneh apabila kita menjadi orang asing di tempat lingkungan kita tinggal, tidak kenal
dan tidak dikenal oleh para tetangga.

Demikian juga halnya dengan kewajiban sebagai manusia yang masih hidup di dunia ini,
masih ada kewajiban lain yang berhubungan dengan yang rohani, dengan Allah Sang
Pencipta. Kita sepakati bahwa Allah-lah yang mahasetia dengan segala janji-Nya. Janji Allah
bagaikan hak yang diberikan kepada manusia, dengan catatan selama manusia mentaati
kewajibannya kepada Allah. Allah hanya meminta untuk mengasihi melalui perbuatan nyata,
tanpa membeda-bedakan. Mengelola bumi kecil dengan sebaik-baiknya yang telah dititipkan
kepada setiap manusia. Secara rutin selalu lapor dan menyetorkan kewajiban yang menjadi
hak Allah.

Pertanyaan orang Saduki tentang Kebangkitan


20:27. Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya
kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 20:28 "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk
kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia
tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan
keturunan bagi saudaranya itu. 20:29 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin
dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. 20:30 Lalu perempuan itu
dikawini oleh yang kedua, 20:31 dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh
saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. 20:32 Akhirnya perempuan
itupun mati. 20:33 Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang
itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
20:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, 20:35 tetapi
mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam
kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. 20:36 Sebab mereka
tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak
Allah, karena mereka telah dibangkitkan. 20:37 Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa
telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. 20:38 Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah
orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup."
Kaum Saduki kalau tidak salah keturunan imam agung Zadok yang masih keturunan Harun.
Dia menjadi imam pada zaman raja Daud. Mereka termasuk orang-orang terhormat dalam
Sanhedrin yang berpegang teguh kepada Kitab Taurat. Penulis tidak tahu mengapa kelompok
Saduki tidak percaya akan kebangkitan. Penulis tidak tahu apakah dari penganut agama
Yahudi itu sendiri dalam perjalanannya juga berbeda-beda dalam keyakinan, walaupun sama
dalam hal Kitab Taurat.

Banyak teori atau keyakinan tentang kebangkitan setelah mati, yang sebenarnya begitu
misteri. Kebanyakan dari kita pasti belum pernah mengalami kematian jasmani sesaat atau
beberapa waktu, dan rohnya bangkit mengembara belajar di kehidupan alam lain. Begitu
pulang kembali ke dalam badan wadhagnya, terus bercerita bahwa di alam sana begini dan
171
begitu. Jikalau toch ada orang yang pernah mengalami mati suri selama sesaat tadi, mungkin
belum keuber mengelilingi semua tempat sampai tuntas. Pikiran penulis inipun masih
manusiawi dan mereka-reka karena belum pernah ke sana.

Jawaban Tuhan Yesuslah yang harus kita renungkan secara mendalam, walaupun dengan
keterbatasan kemampuan duniawi. Kehidupan duniawi yang kita alami berbeda sama sekali
dengan kehidupan setelah mati dari dunia fana ini. Kebangkitan roh atau jiwa yang dalam hal
ini adalah mereka yang dianggap layak oleh Allah, karena mendapat karunia-Nya. Roh
tersebut tidak akan bisa mati lagi alias baka, menjadi anak-anak Allah seperti malaikat karena
sudah dibangkitkan. Jika roh tersebut kita ibaratkan chip yang sudah di program dengan benih
Allah, maka begitu manusia itu mati, chip tersebut diambil Allah. Chip yang pernah diisi
dengan segala macam kelakuan selama hidup, rekamannya diambil menjadi chip kosong lagi.
Chip-chip yang bersih inilah yang menjadi anak-anak Allah, yang hidup namun sudah bersih
dari ajaran duniawi. Kehidupan kekal tanpa batas waktu.

Seperti apakah tempat itu, jelas tidak ada yang bisa menerangkan sampai puas. Namun secara
gampangnya saja kehidupan kekal adalah “papan minulya kang tanpa siksa” alias surga
mulai tanpa siksa. Dikatakan bahwa Dia adalah Allah orang hidup, roh hidup yang bisa
menyembah dan memuliakan Allah dengan penuh sukacita. Roh yang hidup itu seperti apa,
mungkin tidak perlu untuk direka-reka dan dibayangkan. Biarlah itu menjadi misteri, dan
akan kita ketahui dan kita nikmati setelah dipanggil oleh-Nya.

Bagaimana dengan mereka yang tidak dibangkitkan oleh Allah? Ya terserah saja kepada Sang
Mahahakim yang adil. Pikiran manusia lagi, disuruh nunggu ya nunggu, dibiarkan keliaran ya
gentayangan, dipanggil untuk diadili ya datang. Hukumannya seperti apa ya terserah Allah.
Mau dihukum sehari, setahun, seabad atau seumur hidup alias kekal, itu misteri Tuhan.
Mungkin disinilah mereka yang mendapat hukuman kekal disebut “mati” yang tidak
mungkin bisa bangkit lagi berkumpul di hadapan Allah. Mungkin inilah chip-chip yang rusak
dan dilemparkan ke tempat pembuangan, sebut saja tempat kematian kekal.

Mungkin kita perlu merenungkan bab 12:41-48, perumpamaan dibunuh karena tidak setia dan
berontak, mendapat pukulan banyak karena tahu namun malas atau melanggar, dan pukulan
sedikit karena tidak tahu bahwa keliru.

20:39. Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." 20:40
Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus. 20:41 Tetapi Yesus berkata
kepada mereka: "Bagaimana orang dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud?
20:42 Sebab Daud sendiri berkata dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada
Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, 20:43 sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi
tumpuan kaki-Mu. 20:44 Jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya
pula?"
Kelihatannya para ahli Taurat tidak begitu sependapat dengan pemikiran kaum Saduki.
Penulis tidak tahu mengapa kaum Saduki tidak percaya akan adanya kebangkitan setelah mati.
Maka sering dikatakan sebagai pemikiran yang sesat. Para ahli Taurat dalam hal ini bersetuju
dengan perkataan Tuhan Yesus.

Perkataan Tuhan Yesus selanjutnya membikin pusing untuk mencernanya. Mungkin harus
dipahami secara bahasa rohani. Mesias yang di dalam dunia disepakati sebagai anak Yusuf,
padahal bukan karena karya Yusuf namun karya Roh Kudus. Yusuf sendiri diakui masih
keturunan Daud, entah dari mana jalur silsilahnya. Daud menyebut Mesias sebagai Tuan yang
datang dari Allah, dan duduk di sebelah kanan-Nya. Jika raja besar seperti Daud menyebut
Mesias sebagai Tuan, pastilah bahwa Dia di atas segala-galanya. Bagaimana mungkin Mesias
masih keturunan Daud? Mungkin inilah misteri Sang Mesias yang membuat kita semua
172
bingung, dan kemudian mereka-reka sesuai kemampuan akal budi kita. Akal budi yang masih
duniawi, mau tidak mau ya disesuaikan dengan kemampuan yang masih duniawi ini.

Paling tidak, dengan adanya silsilah yang disusun oleh Matius dan Lukas, maka akan terlihat
benang merah secara duniawi bahwa Yesus masih keturunan Daud. Kita harus mengakui
betapa tekunnya mereka menelusuri nenek moyang Yusuf, sehingga bisa membuat silsilah
sedemikian rupa.

Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus ingin membuka cara pandang kita yang
manusiawi ini. Secara hubungan darah Tuhan Yesus bukan keturunan Daud yang manusia
biasa. Mesias datang dari Allah menjadi manusia sejati yang dikandung dari Roh Kudus,
melalui Bunda Maria. Karena menjadi bagian dari manusia, maka harus ada yang menjadi
bapak, dan kebetulan yang terpilih adalah Yusuf. Allah dari Allah, bukan karena perbuatan
manusia. Mungkin disinilah yang sulit untuk diterima pada waktu itu.

Nasihat supaya waspada terhadap Ahli Taurat


20:45 Ketika semua orang banyak mendengarkan, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 20:46
"Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan
suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat
dan di tempat terhormat dalam perjamuan, 20:47 yang menelan rumah janda-janda dan yang
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima
hukuman yang lebih berat."
Dalam permenungan penulis, para ahli Taurat itu rasanya seperti kita juga, kecuali berjubah
panjang sebagai tanda khusus. Penulis tidak munafik bahwa masih mempunyai rasa ingin
menerima penghormatan, duduk di depan dan tempat terhormat. Mungkin kapasitasnya yang
agak berbeda. Yang jelas ahli Taurat pasti ahli Kitab Suci, khususnya lima kitab tinggalan
zaman Musa.

Dalam bayangan penulis, kaum berjubah panjang ini pandai bersilat lidah. Jika sedang
melakukan perjalanan sepertinya suka berkunjung dan menginap di rumah para janda. Para
janda akan merasa senang menerima tamu terhormat ini dan bisa mencurahkan apa yang
dialami selama menjanda. Terjadilah konsultasi alkitabiah dan dialog panjang lebar. Si ahli
Taurat bisa memberikan doa-doa yang panjang mengalir seperti air dengan halusnya. Begitu
enak dan memuaskan untuk didengar telinga, yang haus akan ungkapan yang merdu merayu
menyentuh kalbu. Dengan perasaan puas tadi, maka keluar dari ketulusan hati yang murni,
segala macam hidangan dan bekal di perjalanan bisa diterima oleh sang pendoa. Jika dalam
bersilat lidah mengena, siapa tahu warisan si janda malahan akan diberikan kepada dia. Dari
pandangan si janda, jelas akan selalu dilihat dari sudut dan segi yang positif. Dia kan ahli
Taurat, orang terhormat, dekat dengan Tuhan, dan sebagainya. Mungkin saja sekali waktu si
janda mengernyitkan dahi, menyaksikan kelakuan si ahli Taurat yang dianggap tidak umum.
Namun dipupus dalam dirinya sendiri bahwa bisa dimengerti, kan dia juga masih manusia
biasa yang tidak luput dari keliru.

Dengan jelas dan tegas dinyatakan agar selalu waspada terhadap ahli-ahli Taurat yang
kelakuannya seperti itu. Jangan-jangan sewaktu memimpin doa dan mengajak hening
sebentar, matanya melihat ke sekeliling untuk memastikan bahwa semuanya sedang
memejamkan mata, konsentrasi. Sewaktu mulut berkomat kamit mendaraskan doa, mata yang
setengah terpejam selalu memperhatikan bahasa tubuh umatnya, apakah “mantra” yang
diucapkan sudah mulai menyentuh hati. Jurus-jurus mantra ini yang dikembangkan dan diolah
sedemikian rupa agar bisa semakin menghipnotis. Kalau sudah terbuai dengan mantra, pasti
mereka akan mengamini. Buntut-buntutnya, mereka akan bersetuju dan mengangguk-angguk
terhadap omongannya. Dan komentar Tuhan Yesus, hukuman terhadap mereka akan lebih
173
berat. Jangan-jangan tanpa kita sadari kita malah terperosok, terbuai dan sering seperti
mereka.

Penulis sering termenung, mengapa doa yang panjang sepertinya tidak disukai oleh Tuhan
Yesus? Apakah doa panjang tersebut karena sudah dipersiapkan untuk mengelabui dan
menyenangkan manusia saja? Apakah Tuhan Yesus lebih bersetuju dengan doa pendek,
langsung ke tujuan, karena Dia mahatahu? Tidak perlu kata-kata bersayap yang muluk, yang
hanya disukai oleh manusia pada umumnya? Akhirnya, dalam pandangan penulis Tuhan
Yesus lebih senang dengan bahasa hati kita, yang mungkin malah tidak mengenal tata bahasa
dan etika yang berlalu umum.
Tuhan, sekarang aku membaca apa yang Engkau katakan. Berilah aku pengertian dengan
terang Roh Kudus-Mu, agar tidak ngayawara. Amin.

Bab 21- Persembahan. Penderitaan dan


Nubuat Keruntuhan Yerusalem
Persembahan Janda Miskin
21:1. Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan
persembahan mereka ke dalam peti persembahan. 21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin
memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 21:4 Sebab
mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Betapa Tuhan Yesus berpihak kepada janda miskin yang memberi lebih banyak dari pada
orang lain. Kita bisa membayangkan persembahan seratus rupiah pada saat ini begitu tak
bernilai bagi pandangan umum. Namun seratus dua ratus rupiah bagi si miskin pasti punya
nilai tersendiri. Dari seratus duaratus yang dikumpulkan yang menjadi nafkah hidupnya,
apabila dipersembahkan pasti ada sesuatu yang kurang dan tidak utuh. Prosentasi
persembahan yang diberikan bernilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan segala miliknya.
Mereka tidak bisa membayangkan betapa banyaknya uang dalam jumlah jutaan atau miliaran
rupiah.

Mari kita bayangkan bahwa ada seorang miskin yang mau memberikan persembahan. Uang
yang dimiliki hanya berjumlah sepuluh ribu rupiah, dan dia persembahkan yang seribu rupiah.
Kita juga memberikan persembahan sebesar duapuluh lima ribu rupiah dengan tulus ikhlas.
Dalam dompet kita masih berisi uang lima lembar ratusan ribu. Duapuluh lima ribu rupiah
jelas lebih besar dari yang hanya seribu rupiah, duapuluh lima kali lipat. Si miskin memberi
sepersepuluh miliknya, sedangkan kita memberi hanya seperduapuluh kurang.

Bagaimana dengan penulis? Sangat benar bahwa hanya memberikan persembahan dari
kelebihan, yang sebenarnya amat sangat kecil sekali dibandingkan dengan semua harta benda
yang dimiliki. Kita akan selalu beralasan bahwa persembahan itu kan sudah cukup besar
dibandingkan dengan pada umumnya. Kan masih ada keperluan lain yang membutuhakan
dana dan harus dibayar.

Persembahan yang pantas dan ikhlas memang sangat relatif yang tidak bisa diperdebatkan
dengan mudah. Dalam hal ini Tuhan Yesus hanya ingin mengetuk hati kita untuk
merenungkan apakah perkataan-Nya keliru atau benar. Jika perkataan-Nya kita anggap benar,
bagaimana tindak lanjutnya. Apa yang akan kita lakukan?
174
Kita diajar untuk tidak pelit, karena semua kepunyaan yang kita miliki berasal dari Dia. Kita
diajar untuk tidak kuatir akan hidup kita di dunia ini, walaupun telah memberikan derma
cukup besar. Jika kita renungkan dalam-dalam, sewaktu masih muda, apakah yang kita
miliki? Kekayaan? Jangan-jangan karena warisan orang tua, sejak muda sudah kaya raya.
Namun kalau kita melihat dari pekerjaan yang kita lakukan, kita mestinya akan menerima
upah yang sesuai dengan hasil kerja kita. Hasil jerih payah ini yang kita kumpulkan dan pada
waktunya untuk membeli segala macam. Karena berderma, kita tidak akan bangkrut seperti
mulai dari nol lagi. Akan sangat berbeda kalau kita terkena musibah, yang bisa memunahkan
segalanya.

Bait Allah akan diruntuhkan


21:5. Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang
dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah
Yesus: 21:6 "Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Sekali lagi Tuhan Yesus meramalkan atau lebih cocok menubuatkan, atau malah meyakinkan
apa yang akan terjadi sebentar lagi. Beberapa puluh tahun kemudian Bait Allah akan luluh
lantak rata dengan tanah. Tinggal sejengkal saja tembok yang berdiri tersisa, dan dikenal
sebagai Tembok Ratapan. Kita bisa berkata karena sudah terjadi.

Pada saat itu pasti semua orang bingung berpikir, apa yang dimaksud dengan perkataan
tersebut. Apakah itu suatu ramalan kejadian ataukah suatu ungkapan terselubung, atau masih
ada maksud lain yang tersembunyi. Daripada bingung memikirkan dan tidak tahu apa
jawabannya, ya disimpan dalam hati saja. Paling-paling ya kita lihat saja nanti apa dan
bagaimana perkembangannya, apabila masih bisa mengalami kejadian tersebut.

Bagaimana dengan Bait Allah di dalam hati kita? Hanya kita sendiri yang tahu. Tuhan
mengharapkan agar kita menyiapkan singgasana di dalam hati kita, dimana Roh-Nya yang
kudus meraja. Jiwa, hati dan akal budi kita menjadi hamba-Nya, yang seharusnya taat kepada
Sang Raja. Kita bisa menyebutnya sebagai Bait Allah kecil dan menjadi pusat pemerintahan
yang rohani. Apakah akan kita pertahankan ataukah kita biarkan dihancurkan oleh mereka
yang ingin menjajah kita?

Sang raja kegelapan dunia yang ingin menjajah, biasanya mempengaruhi akal budi ini melalui
panca indera kita. Dengan pintarnya dia membujuk melalui rasa yang diterima indera, betapa
indah dan nikmatnya duniawi ini. Tanpa bosan secara pelan menyentuh emosi, mengapa mau
menjadi hamba. Geserlah yang duduk di singgasana itu sedikit demi sedikit makin ke pinggir.
Penguasa dunia ini berkata :”Hai Akal Budi, engkau tidak usah berdialog dengan Hati dan
Jiwa. Mereka berdua itu menjadi batu sandunganmu untuk berkuasa.”

Dan hebatnya Penguasa Dunia, dia bisa mempengaruhi dengan segala macam cara, dari yang
sederhana sampai yang ilmiah kelas tinggi. Mungkin disinilah misteri Tuhan Yesus
mengatakan bahwa pewartaan-Nya malah tersembunyi bagi orang pandai dan orang bijak,
namun dinyatakan kepada orang sederhana.

Permulaan Penderitaan
21:7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi?
Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" 21:8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu
jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata:
Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. 21:9 Dan apabila
kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab
semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."
175
Mungkin kita bisa menangkap isyarat tentang terjadinya peperangan dan pemberontakan.
Dalam keadaan terjajah maka muncullah segala macam issue atau gosip untuk menuju ke
kemerdekaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka segala macam perlu ditempuh, termasuk
memanfaatkan agama maupun kepercayaan yang ada. Mereka diingatkan untuk selalu
waspada, jangan sampai disesatkan. Pada saat itu akan muncul mesias-mesias palsu yang
memanfaatkan situasi. Mereka tetap tidak percaya kepada Tuhan Yesus Sang Mesias asli. Hal
ini menyiratkan bahwa kejadian tersebut akan terlaksana setelah Tuhan Yesus sudah tidak
bersama para murid, mekrad kembali ke surga mulia.

Karena tidak percaya akan Yesus Kristus, maka sampai sekarangpun bangsa Israel yang
beragama Yahudi masih tetap menantikan datangnya Mesias. Entah Mesias yang seperti apa
yang mereka nantikan tersebut. Penulis tidak tahu apakah hal tersebut hampir sama dengan
penantian akan datangnya imam mahdi ataupun ratu adil di dalam tradisi kita.

Karena pemberontakan ingin merdeka dari penjajahan, maka akan datanglah pembalasan yang
lebih kejam dari tentara bangsa Romawi. Peperangan tersebut yang meluluh lantakkan Israel,
sehingga tercerai berai. Yerusalem dengan Bait Allahnya hancur lebur berserakan.
21:10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan
kerajaan, 21:11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada
penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-
tanda yang dahsyat dari langit. 21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan
dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan
dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. 21:13 Hal itu
akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. 21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam
hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. 21:15 Sebab Aku sendiri
akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau
dibantah lawan-lawanmu. 21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-
saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu
akan dibunuh 21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. 21:18 Tetapi
tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. 21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu
akan memperoleh hidupmu."
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus berbicara lebih jauh lagi ke masa depan. Akan
terjadi peperangan dahsyat yang menewaskan ribuan orang demi suatu pengakuan kekuasaan.
Zaman itu sepertinya menuju zaman peperangan dimana-mana, mungkin setingkat dengan
perang dunia atau bahkan lebih bengis lagi. Bangsa bangsa dan kerajaan saling berperang,
menjelajah kemana-mana, saling menaklukkan. Bangkai-bangkai manusia bergeletakan
dimana-mana tidak ada yang menguburkan. Mungkin dari hal tersebut dampaknya muncul
penyakit sampar, pes yang menular dan mematikan. Cangkul dan bajak diolah kembali
menjadi alat perang. Tanah pertanian terinjak-injak tak terurus yang menurunkan produksi
pangan. Dampaknya terjadi kelaparan global yang menghantui semua penduduk. Kengerian
itu masih diperparah oleh kejadian-kejadian hebat gempa bumi, fenomena dahsyat dari langit
dan yang lainnya. Mungkin pada saat tersebut banyak orang yang mengira bahwa kiamat
sudah dekat.

Kematian begitu banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, apalagi kematian bukan karena
perang, membuat semua penguasa bingung. Dari mana datangnya kematian tersebut?
Kemungkinan besar pada waktu itu para ahli agama dan kepercayaan, para ahli nujum dan
sejenisnya mulai didengar kesaksiannya. Dengan sendirinya peperangan akan berhenti tanpa
dikomando untuk beberapa waktu. Mungkin sejarah hanya mencatat bahwa ada jedah
peperangan antar bangsa, yang tidak begitu jelas mengapa terjadi demikian.

Sewaktu para rasul mulai berkarya mewartakan kabar gembira, hal mengerikan tersebut
mungkin sedang akan terjadi. Namun mereka sudah diberitahu bahwa akan ada penganiayaan
176
dan bahkan kematian yang akan mereka alami. Pada saat itu mereka akan berkesempatan
untuk bersaksi kepada para raja dan penguasa. Mereka diajar untuk tidak usah mereka-reka
atau menyiapkan argumentasi pembelaan. Biarlah Roh Kudus yang menguasai seluruh hati
jiwa dan akal budi, sehingga Dia bisa berkarya dengan kata-kata hikmat. Siapa yang bertahan
akan memperoleh hidup, yang tidak bisa mati lagi.

Jelas banyak orang dan mungkin penguasa yang tidak setuju dengan ajaran Tuhan Yesus.
Ajaran kasih yang lebih berpihak dan peduli kepada orang miskin dan sederhana menjadi
tidak populer. Kehidupan yang kita hadapi dari dahulu sampai sekarang sepertinya tidak
berubah. Saling berebut dan saling menyikut agar bisa di depan sudah menjadi bagian hidup.
Kalau perlu memakai ilmu katak yang menekan ke bawah agar bisa meloncat ke atas.

Sepertinya harus ada rekayasa sedemikian rupa, agar ajaran-Nya dapat diterima di dunia ini.
Paling tidak bisa mencerminkan adanya keseimbangan antara yang rohani dan duniawi. Yang
rohani didahulukan, kemudian yang duniawi tidak diabaikan. Bukan sebaliknya, yang
duniawi diprioritaskan yang rohani tidak dilupakan.

Jika kita renungkan dalam-dalam mengapa mereka atau bahkan kita sekarang ini, dibenci
oleh kelompok lain yang tidak sepaham; Jawabnya hanya sederhana, karena yang dibenci itu
sebenarnya Yesus Kristus sendiri yang menjadi juru selamat kita. Coba kalau kita tidak
menjadi pengikut Kristus dan menjadi sepaham dengan mereka, jangan-jangan malah akan
dielu-elukan dan dihormati.

Tentang runtuhnya Yerusalem


21:20. "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa
keruntuhannya sudah dekat. 21:21 Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus
melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 21:22 sebab
itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 21:23 Celakalah ibu-ibu
yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan
yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 21:24 dan mereka akan tewas oleh
mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."
Ramalan Tuhan Yesus tentang bangsa Israel, dengan segalanya tanda-tandanya sudah
disampaikan. Bangsa yang tidak mengenal Allah salah satunya adalah bangsa Romawi. Bala
tentaranya bisa jadi dari segala macam bangsa, anggaplah sebagai tentara bayaran. Kita bisa
membayangkan bagaimana bala tentara yang begitu kuat menggilas bangsa Israel yang begitu
rapuh karena kesombongannya.

Mengungsi dan melarikan diri dalam kepanikan, bagi rakyat biasa benar-benar neraka yang
menyesakkan. Yang paling celaka adalah ibu-ibu hamil dan sedang menyusui. Kita bisa
membayangkan bagaimana kacau balau dan paniknya mereka, saat akan mengungsi atau
melarikan diri dari tentara Romawi. Hari pembalasan terhadap kelakuan mereka akan tiba
bagaikan kiamat, mungkin muncul pemikiran bahwa murka Tuhan sudah tidak dapat
dihalangi. Mereka akan tercerai berai tidak karuan, melarikan diri, mengungsi ataupun
menjadi tawanan dan dijadikan budak. Namun pada saatnya nanti, pasti penindasan itu akan
berakhir juga, entah sampai kapan.

Kita bisa membaca sejarah tentang runtuhnya kejayaan bangsa-bangsa, termasuk dinasti
Romawi sampai dinasti kaum Monggol. Sepertinya tiada hari tanpa peperangan, kejayaan dan
keruntuhan yang selalu berulang-ulang, silih berganti. Kita juga pernah mendengar cerita
tentang perang dunia pertama maupun kedua. Perang dan perang, mulai dari perang batin,
tawuran, perang antar suku sampai perang antar bangsa. Perang secara halus tidak terasa
177
sampai perang berdarah-darah. Dan semuanya itu pasti tidak dikehendaki oleh Allah, yang
selalu mengajarkan kasih dan kasih. Termasuk perang yang mengatas- namakan agama
maupun asma Tuhan Yesus itu sendiri. Salah satu akar penyebab perang itu sendiri pasti
bersumber dari ego keinginan lebih yang cenderung serakah. Bukan masalah agama ataupun
kepercayaan, namun sebagai pemicu memang keyakinan bisa menjadi bahan bakar yang
mujarab. Mau dibungkus atau dikemas dengan cara apapun, ya silahkan saja. Dan nyatanya ya
sah-sah saja di dunia ini serta malah dibesar-besarkan karena bisa mempengaruhi massa yang
sealiran.

Kita mungkin hanya bisa membayangkan saja bagaimana megahnya Yerusalem dan Bait
Allah-nya pada waktu selesai dibangun oleh Salomo. Setelah pembuangan orang Yahudi ke
Babel, isi Bait Allah pasti sudah banyak berubah karena penjarahan dan pencurian. Zaman
sekarang ini yang bisa kita lihat hanya tembok sisa peninggalan dan sering disebut sebagai
Tembaok ratapan.

Kedatangan Anak Manusia


21:25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi
bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 21:26 Orang akan
mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini,
sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 21:27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak
Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 21:28 Apabila
semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah
dekat."
Penulis bingung dengan kalimat selanjutnya. Sepertinya Tuhan Yesus
berbicara tentang zaman akhir dunia. Tanda-tanda dahsyat dari matahari
bulan bintang dan bumi sepertinya menunjukkan tanda kiamat. Jika
matahari, dan bintang-bintang berulah aneh tidak seperti biasanya, pasti
akan mempengaruhi gerak bumi dan bulan. Mungkin yang paling terasa
adalah perubahan gerak air laut dan gempa bumi yang dahsyat. Seperti apa
itu, penulis tidak bisa membayangkan. Tuhan Yesus sendiri akan datang
dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan. Siapa yang bisa
bangkit dan mengangkat wajahnya akan diselamatkan.

Jika hal ini bercerita tentang kiamat dunia, rasanya kita akan sulit bahkan tidak mungkin
untuk membayangkan dan memperkirakan kapan terjadinya. Kata-kata Tuhan Yesus sudah
lebih dua ribu tahun yang lalu diucapkan. Sudah berapa generasi yang dilewati sampai
sekarang ini. Maka yang lebih gampang untuk dicerna adalah kiamat pribadi yang akan kita
alami masing-masing.

Jika penulis renungkan, jangan-jangan kitapun akan mengalami ketakutan menghadapi


kematian kita. Dan kematian tersebut pasti terjadi, entah kapan atau dengan cara bagaimana
kita tidak tahu. Banyak hal dan alasan yang membuat kita takut dan kawatir, kalau mati
kemudian bagaimana. Mungkin, yang paling baik adalah berjaga-jaga dan mempersiapkan
diri, bagaikan besok kita akan mati. Mempersiapkan dan memperbanyak harta rohani yang
selalu melekat dalam diri kita, sehingga kapanpun dipanggil akan selalu siap. Yang jelas
bukan hal yang mudah, karena sekecil apapun sering muncul kebimbangan. Masih bisakah
melihat Anak Manusia yang datang, dan mampukah untuk bangkit menatap Wajah-Nya dan
mengulurkan tangan menyambut Tangan-Nya?

Mungkin kita pernah merasakan yang namanya sakit kepala sampai berkunang-kunang.
Pandangan kita sepertinya melihat bagaimana bintang-bintang berjatuhan, langit berputar
seakan terbalik-balik. Bumi yang kita pijak bagaikan gempa bumi, bergoyang tidak karuan,
178
bagaikan di atas kapal ditengah laut yang bergelora. Pada saat seperti itu mungkin yang
terpikir adalah bahwa kiamat diri sudah dekat, kemudian segalanya menjadi gelap. Apabila
kita sudah bisa sadar kembali, kita dapat bercerita pengalaman tersebut seperti apa. Versi
ceritanya bisa bermacam-macam, tergantung pengalaman masing-masing.

Perumpamaan tentang Pohon Ara


21:29. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau
pohon apa saja. 21:30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu
dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. 21:31 Demikian juga, jika kamu melihat
hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 21:32 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 21:33
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk bisa melihat tanda-tanda zaman yang
mengisyaratkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Angkatan atau era ini tidak akan berlalu
sebelum semuanya terjadi, dan ini cukup membingungkan penulis.

Pertama, firman Tuhan Yesus ditujukan kepada bangsa Israel pada waktu itu. Angkatan yang
mengenal Tuhan Yesus secara langsung tersebut akan mengalami keruntuhan bangsanya.
Banyak yang akan mati binasa, entah dalam peperangan ataupun penganiayaan hebat. Yang
sadar dan mau bertobat, mengakui ke-Allah-an Tuhan Yesus, akan bisa merasakan bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat. Musim panas sudah dekat mungkin bisa diibaratkan saat yang
mulai memanas antara yang dijajah dengan yang menjajah. Tinggal menunggu waktu kapan
peperangan akan dimulai dan meledak. Yang mendengarkan sabda ini pasti akan teringat,
bahwa hal tersebut sudah pernah dikatakan.

Kedua, firman Tuhan Yesus ditujukan kepada kita sekarang ini. Secara pribadi mungkin kita
pernah merasakan dan mengalami yang namanya perang batin hebat. Perang antara
mengikuti ajaran Tuhan dengan melawan ajaran-Nya. Perang antara hati jiwa dengan akal
budi, sebelum mereka bisa berdamai. Perang antara mengikuti nafsu dengan melawan nafsu,
dan masih banyak perang yang lain. Pada saat peperangan tersebut, sebenarnya Kerajaan
Allah sudah dekat. Dia begitu dekat dengan kita, namun kita belum bisa merasakan
kehadiran-Nya.

Ketiga, firman Tuhan yang ditujukan kepada kita dan lebih pribadi sekali. Perang sewaktu
menghadapi sakratul maut. Secara umum, pasti banyak orang akan mengalami ketakutan dan
kengerian, apabila akan dipanggil Tuhan. Perang pungkasan antara mau bertobat, mengakui
segala macam kesalahan, atau tidak usah mengakui karena merasa sudah cukup baik selama
hidup. Siapa yang bisa melihat Anak Manusia, akan bangkit menengadah dan mengulurkan
tangan untuk menyambut Dia, berarti keselamatan akan diraihnya. Rohnya bangkit
meninggalkan badan wadag, mengikuti Dia dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Langit dan bumi boleh berlalu, tetapi firman-Nya tidak akan berlalu. Firman-Nya berlaku
sampai akhir zaman, yang akan dialami oleh setiap angkatan, setiap orang.

Nasihat supaya Berjaga-jaga


21:34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke
atas dirimu seperti suatu jerat. 21:35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. 21:36
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari
semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
21:37 Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam
di gunung yang bernama Bukit Zaitun. 21:38 Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-
Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.
179
Dalam pemahaman penulis, jerat adalah sesuatu yang bagaikan perangkap dan harus
diwaspadai karena mengakibatkan tidak bisa lolos apabila masuk ke dalamnya. Di sekitar atau
malahan di dalam jerat pasti ada sesuatu yang menarik, bahkan bisa kebalikannya tidak
menarik sama sekali tergantung cara pandang kita.

Untuk menghadapi hal tersebut di atas, kita diajar untuk selalu berjaga-jaga dan berdoa
dengan sepenuh hati jiwa dan akal budi. Kuasa doa adalah suatu misteri yang memberi
kekuatan dahsyat. Kekuatan untuk terbebas dari jerat, kekuatan untuk tahan berdiri di hadapan
Anak Manusia. Kita diajar untuk berdiri tegak dan percaya diri, seperti seseorang yang akan
diinterogasi, karena memang tidak berbuat keliru. Selama tidak berbuat salah dan keliru, apa
yang harus ditakuti? Akan sangat berbeda jikalau memang kita akui di dalam diri sendiri,
bahwa memang berbuat salah. Apalagi jika kesalahan tersebut disaksikan oleh orang lain.
Bahasa tubuh, rona wajah, pandangan mata maupun bicara mulut ini akan sangat sulit untuk
diajak kompak berdusta. Jangan-jangan yang terjadi merasa mual sakit perut, malahan
pingsan menggelosor.

Apabila hari Tuhan datang kepada kita, kita sudah siap sedia menyambutNya, tidak tersipu-
sipu jengah dan salah tingkah. Tidak seorangpun penduduk bumi ini bisa terlepas dari harinya
Tuhan, yang akan luput dari kematian. Dalam peziarahan hidup ini kita diajar untuk selalu
setiti ngati-ati selama lumaku tumuju. Dalam perjalanan akan banyak dijumpai hambatan,
halangan, tidak rata, naik turun dan berkelok-kelok. Dan semuanya itu tetap harus ditempuh,
agar bisa sampai ke tujuan akhir yang didambakan. Itulah peziarahan hidup yang memang
harus dilewati, dan tidak boleh menyerah walaupun sulit dan menderita. Jer basuki mawa
beya.

Bab 22- Pengkhianatan, Perjamuan Malam,


Getsemani dan Ditangkap
Rencana membunuh Yesus
22:1. Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat. 22:2 Imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut
kepada orang banyak. 22:3 Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang
dari kedua belas murid itu. 22:4 Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala
pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus
kepada mereka. 22:5 Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang
kepadanya. 22:6 Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik
untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.
Dalam hal ini kita bisa berandai-andai bahwa telah terjadi konspirasi antara Yudas Iskariot
dengan beberapa imam kepala dan ahli Taurat serta para pengawal Bait Allah. Kemungkinan
besar ada sesuatu hal yang membuat Yudas merasa tidak puas dengan Sang Guru.
Mungkinkah Yudas keliru dengan harapannya yang terlalu berlebih dan nyatanya tidak
sesuai? Penulis bisa memaklumi situasi pada saat itu dimana orang Israel sedang dalam
penjajahan. Keinginan merdeka pasti ada dalam pikiran banyak orang. Jangan-jangan Yudas
mengharapkan semoga gurunya bisa menjadi pemimpin bahkan raja, yang dapat
menggerakkan semua hati untuk berontak melawan penjajah. Sebagai salah seorang yang
terpilih menjadi murid-Nya, paling tidak bisa ikut mengenyam suatu jabatan, anggap saja
menteri keuangan.

Kenyataannya Sang Guru sepertinya mengabaikan hal-hal duniawi, malahan memberikan


gambaran nubuat bagaimana Yerusalem akan mengalami kehancuran. Sepertinya Tuhan
Yesus tidak peduli dengan perebutan kekuasaan, pemberontakan dan sejenisnya. Buntut-
180
buntutnya pasti penderitaan yang akan dialami oleh masyarakat bawah. Masyarakat yang
tidak tahu apa-apa, yang hanya mengharapkan kedamaian dan kesejahteraan sesuai ukuran
mereka, pasti akan menjadi korban. Rasa tidak puas sesaat pada waktu itu perlu disalurkan,
yang diterima dengan penuh kegembiraan oleh imam-imam kepala dan kelompoknya. Dari
penyaluran ketidak puasan itu malahan nyatanya memperoleh uang sebagai tanda ucapan
terima kasih.

Kita semua mungkin setuju bahwa perbuatan khianat tersebut jelas salah dan keliru. Namun
dalam perjalanan waktu selanjutnya, rasanya kita tidak ada hak untuk menghakimi bahwa
Yudas berdosa dan pantas masuk neraka. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi hakim yang
pasti adil. Kemungkinan besar Yudas Iskariot tidak sampai berpikir jauh bahwa gurunya akan
dianiaya sampai dihukum mati di kayu salib. Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana
kalau guru kita dipertemukan dengan para tokoh-tokoh agama yang berkuasa pada waktu itu.
Harapan awal pasti hal-hal yang baik, yang membawa perubahan bagi semuanya.
Kemungkinan yang muncul tinggal siapa yang bisa mempengaruhi siapa, atau tidak terjadi
kesepakatan bersama karena perbedaan cara pandang. Jika pertemuan tersebut sudah selesai,
pasti guru kita akan kembali lagi kepada kita. Tidak terbayangkan bahwa nubuat harus terjadi
dan kita menjadi sarana pemicu yang tidak pernah terlupakan oleh sejarah.

Pertanyaannya, jika tidak ada sosok seorang Yudas Iskariot padahal nubuat harus terjadi,
siapakah yang harus menjadi aktor pengkhianatnya? Skenario sejarah penyelamatan tetap
harus berjalan sesuai nubuat, maka aktor pengkhianat tetap harus ada.

Persiapan makan Paskah


22:7. Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih
domba Paskah. 22:8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah,
persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." 22:9 Kata mereka kepada-Nya:
"Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?" 22:10 Jawab-Nya: "Apabila kamu
masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air.
Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya, 22:11 dan katakanlah kepada tuan rumah itu:
Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-
murid-Ku akan makan Paskah? 22:12 Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah
ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya."
22:13 Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus
kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.
Sekali lagi Tuhan Yesus sudah tahu lebih dahulu sebelum terjadi. Petrus dan Yohanes diberi
petunjuk yang begitu jelas, mengikuti seseorang yang membawa kendi berisi air. Sepertinya
tuan rumah sudah tahu bahwa Tuhan Yesus akan datang, dan dia sudah menyiapkan ruangan
atas untuk keperluan hari raya roti tak beragi. Semua orang Yahudi sudah tahu dan mengerti
bagaimana cara menyiapkan pesta makan Paskah tersebut.

Kita bisa membayangkan bagaimana herannya kedua murid akan perkataan tersebut, namun
mereka percaya dan berjalan begitu saja. Mungkin saja mereka berdua sedikit berkomentar
harus lewat jalan mana, atau mengikuti jalan yang sudah biasa mereka tempuh. Pokoknya
jalan saja, sampai masuk ke dalam kota dan nanti dilihat apa yang akan terjadi. Yang jelas
hari masih terang, maka pasti akan berjumpa dengan orang. Kenyataannya mereka berjumpa
dengan orang yang membawa kendi berisi air. Rasa percaya kepada Sang Guru, mau tidak
mau akan mengangkat keyakinan bahwa yang dikatakan-Nya tidak akan meleset. Pengalaman
bertahun-tahun akan kehebatan Sang Guru jelas tidak diragukan lagi. Yakin dan percaya
kepada Mesias, menjadi kunci pembuka untuk melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya.
Tanpa keyakinan dan kepercayaan, maka kita akan berbuat menurut selera kita pribadi.
181
Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk percaya bahwa apa yang dikatakan-Nya tidak
pernah keliru. Yang penting adalah, lakukanlah dahulu dan setelah itu lihat buah-buah
perbuatan itu. Banyak komentar dan pertimbangan, apa lagi menghitung untung rugi, akan
menghambat perjalanan mencapai tujuan yang kita arah. Berpikir positif dan berbuat lebih
penting daripada hanya membayangkan yang tidak-tidak.

Hal ini mungkin bisa kita analogikan apabila kita sedang sakit. Kita mendatangi seorang
dokter, kita ceritakan keluhan kita dan kita ingin sembuh. Yang perlu kita pikirkan adalah
bahwa kita percaya akan dokter tersebut. Jika sudah tidak percaya, buat apa kita datang
kepada dia. Tidak ada seorangpun dokter yang ingin mencelakakan pasiennya. Mestinya
segala saran dan pengobatan yang diberikan, kita terima dan kita laksanakan. Baru kemudian
kita rasakan buah-buah dari hasil pengobatan tersebut.

Kita bisa memahami bahwa Tuhan Yesus sebagai orang Yahudi, tetap melaksanakan upacara-
upacara sesuai tradisi yang berlaku. Kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Yesus tetap sebagai
orang Yahudi dan beragama Yahudi. Dia tetap menghormati kebiasaan baik dan mengoreksi
bahkan mengecam penjabaran yang kebablasan yang malah menjauh dari makna sepuluh
perintah Allah. Alangkah baiknya kalau kitapun melakukan tradisi yang menjadi keyakinan
kita, selama hal tersebut baik dan benar adanya.

Penetapan Perjamuan Malam


22:14 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-
sama dengan rasul-rasul-Nya. 22:15 Kata-Nya kepada
mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini
bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.
22:16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan
memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya
dalam Kerajaan Allah."
22:17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan,
mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan
bagikanlah di antara kamu. 22:18 Sebab Aku berkata
kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai
Kerajaan Allah telah datang."
22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini
menjadi peringatan akan Aku." 22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan;
Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
22:21. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja
ini. 22:22 Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi,
celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"
Penulis tidak tahu apakah rombongan Tuhan Yesus sebatas rasul-rasul-Nya ataukah termasuk
para murid yang lain, yang selalu bersama mereka. Logikanya rombongan tersebut bukan
hanya para rasul tetapi ada murid lain, yang mungkin ikut membantu persiapan pesta makan
tersebut. Sepertinya ada suatu kebiasaan dimana murid yang lain tidak duduk bersama,
mungkin di belakang lingkaran para rasul dan Sang Guru.

Betapa Tuhan Yesus sangat merindukan makan Paskah bersama, yang mungkin hanya sekali
setahun. Petang itu adalah hari yang istimewa dan tidak akan dialami lagi, karena Dia akan
menderita. Mungkin banyak hal yang dibicarakan, yang diisi dengan dongeng tentang hari
raya Paskah dengan segala maknanya.

Mungkin acara malam itu adalah cikal bakal perjamuan ekaristi yang kita kenal selama ini.
Tuhan Yesus mengambil cawan berisi anggur dan mengucap syukur, kemudian dibagikan
kepada murid-murid-Nya. Satu hal yang membingungkan bahwa Dia tidak akan minum
182
anggur lagi sampai Kerajaan Allah telah datang. Apakah hal ini melambangkan bahwa Dialah
pokok anggur yang selalu kita minum? Tidak ada pohon anggur yang meminum anggurnya
sendiri. Dia memberikan hidup-Nya agar kita semua menjadi hidup. Mungkin minum anggur
ini baru sebagai pembukaan sebelum awal acara makan sebenarnya.

Kemudian Dia mengambil roti dan mengucap syukur lagi, memecahkannya dan diberikan
kepada para murid. Mereka makan potongan roti, yang jelas lebih besar dari hosti yang kita
kenal sekarang ini. Kita tahu dan bisa membayangkan bahwa makanan pokok orang Yahudi
adalah roti dan bukan nasi. Roti kita butuhkan sebagai makanan, agar kita bisa bertahan hidup
dan berkarya. Roti adalah salah satu sumber kekuatan jasmani agar kita tetap hidup dan
bertumbuh.

Disini roti tersebut menjadi simbul Tubuh Kristus yang diberikan kepada para murid. Roti
Kudus inilah yang harus menjadi sumber kekuatan rohani kita, agar rohani tersebut hidup dan
bertumbuh. Dengan menerima Tubuh-Nya, sudah layak dan sewajarnya kalau kita mengucap
syukur dan berterima kasih. Tubuh-Nya yang kita santap akan melebur menjadi satu dengan
kita. Dialah sumber dari segala sumber. Jika Sang Sumber Hidup sudah menyatu dengan kita
dan kita percaya, kurang apa lagi? Mestinya yang tumbuh di dalam diri kita adalah suatu rasa
sukacita, gembira, puas, bahagia, mulia dan sejenisnya. Segala rasa tersebut mestinya akan
mengalahkan rasa-rasa negatif yang sedang atau akan kita alami. Mungkin kita pernah
mendengar atau membaca tulisan Santo Paulus kepada umat di Galatia, tentang sembilan
buah-buah roh. Bunda Maria di Medjugorje mengatakan bahwa berkat yang paling besar di
dunia adalah Ekaristi dan menerima Tubuh Puteranya. Berkat penampakannya tidak berarti
jika dibandingkan dengan kehadiran Tuhan Yesus dalam Ekaristi dan menerima Tubuh-Nya.

Selanjutnya cawan anggur berputar kembali untuk diminum bersama-sama. Cawan berisi
anggur sebagai perjanjian baru oleh darah-Nya yang ditumpahkan bagi kita semua. Kita bisa
membayangkan bagaimana suatu perjanjian darah, yang mengharuskan setiap orang tetap
setia dan konsekuen dengan janji yang telah diucapkan. Darah adalah sumber kehidupan atau
keselamatan, sebab tanpa darah manusia tidak akan bisa hidup. Kita tahu bagaimana Tuhan
Yesus menumpahkan darah-Nya sampai tuntas, demi keselamatan manusia. Dia rela menjadi
tumbal yang dikorbankan.

Dalam permenungan penulis, ada satu hal yang mencekam yaitu perjanjian darah. Darah yang
bukan sembarang darah, namun Darah Kristus yang maha kudus. Secara gampangnya, siapa
yang berani meminum Darah-Nya, walaupun itu sudah berwujud Anggur, harus berani hidup
seperti Dia. Harus berani hidup suci, sportif dengan konsekuen, satunya hati jiwa dan akal
budi yang diungkapkan melalui satunya pikiran perkataan dan perbuatan.

Sering kali penulis berkelahi dalam batin, antara keinginan dan kerinduan dengan ketakutan
untuk mencicipi Darah-Nya. Kerinduan untuk memuaskan dahaga akan Darah Tuhan Yesus
dan rasa iri mengapa hanya dinikmati oleh para imam. Betapa bahagianya bisa ikut mencicipi
Anggur yang begitu kudus. Di balik itu ada rasa takut, kawatir tidak siap, tidak layak dan
tidak pantas, belum waktunya. Penulis merasa ragu dan bimbang untuk berjanji terikat dalam
perjanjian darah. Jika melihat diri sendiri yang masih jatuh bangun, terasalah bahwa belum
layak dan pantas untuk ikut minum Anggur Perjanjian. Mungkin hati dan jiwa ini
berkata :”Kapan lagi kalau tidak mulai sekarang? Berubahlah!” Namun akal budi menjawab
:”Aku kan masih terikat oleh duniawi dan masih kunikmati. nanti sajalah.” Mestinya penulis
membayangkan bahwa Darah-Nya akan menyelusup ke seluruh tubuh, sampai ke relung-
relung yang paling kecil. Sebagian masuk ke aliran darah dan menyatu dengan darah penulis.
Yang sedikit itu bisa menjadi ragi dan memberi pengaruh besar untuk berubah. Mungkin
diperlukan proses beberapa waktu untuk itu.
183

Para rasul diminta untuk selalu melakukan upacara perjamuan tersebut, sebagai peringatan
akan Dia. Dan sampai sekarang setiap hari selalu dilaksanakan Misa kudus. Jika kita
renungkan, kita bisa merasakan bahwa pujian kepada Allah itu sambung menyambung tanpa
putus-putusnya. Setiap saat selalu ada sekelompok orang yang selalu memuji dan memuliakan
Allah dalam Misa Kudus. Di daerah Anu pada saat ini sedang dirayakan perjamuan kudus.
Sesaat kemudian di daerah baratnya juga dirayakan, sesuai waktu yang ditetapkan. Demikian
seterusnya semakin ke barat, dari utara sampai selatan. Duapuluh empat jam kemudian daerah
Anu tadi kembali merayakan perjamuan kudus.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan tangan seseorang yang menyerahkan-Nya, mungkin pada
saat itu Tuhan Yesus berbicara tanpa melihat kepada seseorang, khususnya Yudas Iskariot
yang sudah diketahui akan mengkhianatinya. Biarlah semua yang hadir bertanya-tanya sendiri
dalam dirinya. Setelah semuanya terjadi, maka kita bisa merenungkan bahwa semuanya itu
sudah diketahui Tuhan Yesus dan memang harus terjadi.

Percakapan waktu Perjamuan Malam


22:23 Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara
mereka yang akan berbuat demikian. 22:24 Terjadilah juga
pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat
dianggap terbesar di antara mereka. 22:25 Yesus berkata kepada
mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas
mereka disebut pelindung-pelindung. 22:26 Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu
hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin
sebagai pelayan. 22:27 Sebab siapakah yang lebih besar:
yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang
duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu
sebagai pelayan. 22:28 Kamulah yang tetap tinggal bersama-
sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. 22:29 Dan Aku menentukan hak-
hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, 22:30 bahwa kamu
akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di
atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. 22:31 Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau,
supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-
saudaramu."
Mungkin hal yang biasa apabila kita mendengar pemimpin kita menegur namun tidak
langsung. Kita dibuat bingung dan bertanya-tanya siapakah yang dimaksud oleh teguran boss
kita. Dalam hati muncul prasangka mungkin si dia atau si anu atau jangan-jangan aku yang
ditegur. Kemudian muncul pembelaan diri, bahwa selama ini aku kan sudah melaksanakan
perintahnya, malahan termasuk berprestasi. Mestinya cukup pantas untuk naik jabatan
menjadi pemimpin.

Tuhan Yesus mencelikkan mata kita, karena berbeda dengan kenyataan kehidupan yang
duniawi. Siapa yang menjadi pemimpin malahan harus bisa melayani mereka yang akan
dipimpin. Yang terbesar malahan harus menjadi yang terkecil bagaikan yang paling muda,
yang yunior. Semakin tinggi harus bisa semakin menunduk bagaikan ilmu padi. Belajar
menjadi orang yang selalu mengalah dan merendah, mau mendengarkan orang lain.

Sepertinya Tuhan Yesus memberikan janji-Nya yang setia, bahwa siapa yang teguh bertahan,
upah Kerajaan Surga sudah menanti. Para rasul yang bertahan sampai akhir akan duduk di
atas takhta dan ikut menjadi hakim. Bagaimana dengan Yudas Iskariot? Terserah saja
kehendak Tuhan, karena dia sudah menjadi aktor untuk penggenapan nubuat.
184

Kaya gabah diinteri, adalah istilah Jawa yang maksudnya bagaikan menampi gandum untuk
memisahkan dengan kulitnya setelah ditumbuk. Beras atau gandum tersebut digetarkan dan
diputar-putar tidak karuan. Pada saatnya beras yang besar mengumpul dan yang kecil
berkumpul dengan yang kecil, sedang kulit gabah kabur saat ditiup dengan mulut sewaktu
penampi diputar.

Ungkapan tersebut sepertinya hanya ditujukan untuk Simon Petrus. Mungkin Petrus termasuk
orang yang cepat jawab, berani dengan bahasa yang termasuk kasar, namun polos dan setia.
Apa yang dirasakan langsung diucapkan tanpa berpikir panjang. Pada saatnya setelah
merenung bahwa itu keliru, dia akan sangat menyesal dan tanpa rikuh akan menangisi
kesalahannya. Nyatanya dialah yang akan terpilih untuk menjadi pemimpin, melanjutkan
karya Tuhan Yesus. Di dalam penyesalannya, dia malah bisa memberikan kesaksian yang
meneguhkan buat yang lain.

Sepertinya kita diajar oleh Tuhan Yesus sendiri, apabila kita sedang kacau menghadapi suatu
hal yang cukup ekstrim. Antara bertahan untuk tetap bersama Dia, atau dengan keraguan
karena sesuatu yang menggetarkan hati. Yang menggetarkan tersebut bisa bermacam-macam
situasi. Mungkin berhubungan dengan keselamatan jiwa, tergulingnya periuk nasi,
kebimbangan akan ajaran-Nya dengan ajaran lain yang sepertinya begitu hebat. Iman
kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus jangan sampai gugur, walaupun dalam berdebat
sepertinya kita kalah. Justru dalam kekalahan tersebut sudah seharusnya dan selayaknya jika
semakin mendalami ajaran-Nya. Ajaran-Nya sudah barang tentu ada di dalam Kitab Suci.

Tuhan Yesus memaklumi keadaan tersebut dan Dia tetap mengharap agar kita kembali insaf.
Mengharap dengan penuh kerinduan kapan kembali ke pangkuan-Nya. Jika dalam
permenungan diri kita insaf dan kembali, maka pengalaman tersebut bisa menjadi suatu
kesaksian untuk meneguhkan orang lain.

22:33 Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan
Engkau!" 22:34 Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan
berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."
22:35 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa
pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" 22:36 Jawab mereka:
"Suatupun tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-
pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak
mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. 22:37 Sebab Aku berkata
kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara
pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." 22:38 Kata
mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Tanggapan Petrus nyatanya penuh keberanian dan kesetiaan bahwa siap mati bersama Sang
Guru. Mungkin jawaban Tuhan Yesus yang langsung seperti itu, membuat semua rasul cukup
terhenyak dan kaget. Apakah maksudnya? Biarlah apa yang terjadi terjadilah. Kita lihat saja
nanti apa yang akan terjadi, dan apakah sesuai dengan perkataan Sang Guru.

Mungkin hal ini sering kita alami juga, bahwa kita siap untuk berkarya, siap ditempatkan
dimana saja. Dalam wawancara melamar pekerjaan, siap dengan segala yang baik, pokoknya
siap menjadi pahlawan. Dalam perjalanan waktu, sumpah atau janji tersebut mulai meluntur
bagaikan embun pagi. Penyakit tersinggung, merasa tersakiti, tidak diperhatikan, ketidak
puasan dan sejenisnya menjadi batu sandungan. Kesetiaan memang perlu diuji melalui proses
waktu yang panjang.
185
Ungkapan Tuhan Yesus selanjutnya membuat penulis bingung untuk memahaminya. Apakah
yang dimaksud berhubungan dengan rencana penangkapan Tuhan Yesus sendiri? Dalam
keadaan seperti itu, mau tidak mau mereka masih mempunyai rasa ketakutan dan perlu
bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Dalam persembunyian, maka akan dibutuhkan
pundi-pundi dan bekal untuk penyambung hidup. Yang tidak mempunyai bekal supaya
mempersiapkan pedang, dua saja sudah cukup. Senjata untuk menghadapi hal-hal yang tidak
terduga perlu dipersiapkan.

Setiap orang mempersiapkan diri sesuai dengan kemampuan, kemudian digabungkan menjadi
satu menjadi kelompok yang bersatu padu dan saling mengisi. Alangkah indahnya apabila
semua orang bisa saling memberi sesuai kemampuan, menghilangkan kesombongan ataupun
rendah diri. Setiap orang pasti mempunyai sesuatu betapapun kecilnya, yang dapat dibagikan
kepada orang lain yang tidak mempunyai sesuatu tersebut.

Penggenapan nubuat tentang Tuhan Yesus sedang berjalan seiring waktu yang semakin dekat.
Dalam sejarah duniawi Dia akan menderita sebagai pesakitan, kelompok penjahat dan
diperlakukan seperti seorang pemberontak. Hukuman didera dan disalib yang melambangkan
kehinaan yang bukan main.

Di Taman Getsemani
22:39. Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-
murid-Nya juga mengikuti Dia. 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada
mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." 22:41
Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu
Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: 22:42 "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau,
ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi." 22:43 Maka seorang malaikat dari langit
menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. 22:44
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik
darah yang bertetesan ke tanah. 22:45 Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-
murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. 22:46 Kata-Nya kepada
mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke
dalam pencobaan."
Perintah Tuhan Yesus kepada para rasul untuk berdoa, sepertinya berlaku juga untuk kita saat
ini. Berdoa dan berdoa agar diluputkan dari pencobaan, seperti dalam doa Bapa Kami. Berdoa
dan berdoa dengan sepenuh hati jiwa dan akal budi, tidaklah gampang. Nyatanya akan banyak
gangguan dan halangan yang menghambat niat tersebut. Menurut penulis, dalam
kenyataannya hambatan tersebut malahan datang dari dalam diri sendiri. Mungkin kita semua
pernah mengalami sewaktu doa rosario sendirian dengan niat sepenuh hati. Pada awalnya
terasa mulus teratur, lama kelamaan ada perasaan kantuk yang tidak bisa ditolak. Pendarasan
doa mulai tidak karuan, kelupaan sampai dimana tadi dan diulang kembali. Pada suatu saat
segalanya hilang dari pikiran dan kemudian mata meram dan kebablasan tidur.

Dalam pemahaman penulis sewaktu Tuhan Yesus lapor kepada Allah Bapa, Dia betul-betul
sebagai manusia sejati. Perasaan ngeri dan ketakutan itu harus dinyatakan karena Dia betul-
betul manusia seperti kita. Peran manusia sejati pada saat itu harus dipisahkan dengan
keallahan-Nya. Sampai-sampai malaikat dari langit datang menyertai Dia dan memberi
penghiburan dan kekuatan. Dia tahu persis apa yang akan terjadi dengan diri-Nya sebentar
lagi. Penyiksaan di luar batas kemanusiaan namun tidak sampai mati. Segala macam
cemoohan, pukulan, penghinaan dan siksaan lainnya sudah menanti. Dan semuanya itu masih
belum cukup, Dia harus menderita sampai mati di kayu salib.
186
Segala macam ketakutan sebagai manusia sejati harus dinyatakan secara jelas dalam doa-Nya.
Betapa Dia sampai berkeringat darah, membasahi bumi yang menunjukkan bagaimana Dia
bertekun dalam doa dengan hati yang bergetar. Dia tidak mau menyombongkan diri walaupun
Dia Allah yang mahakuasa, yang dapat berbuat apa saja. Segalanya harus terjadi sesuai
skenario yang telah disusun sebelumnya. Pada akhirnya Dia pasrah total kepada Bapa di
surga, demi penebusan untuk semua manusia yang mau bertobat. Dia secara langsung
memberi contoh bagaimana berdoa dengan bersungguh-sungguh, sepenuh hati jiwa dan akal
budi serta kekuatan.

Memang ada suatu hal yang menggelitik pikiran penulis, bagaimana Lukas tahu bahwa Tuhan
Yesus berdoa sampai meneteskan keringat darah. Jika Lukas mendengar dari para rasul,
bagaimana rasul tersebut juga tahu dan melihat-Nya, karena mereka terlelap dan agak jauh
dari tempat Tuhan Yesus berdoa.

Setelah semuanya dianggap cukup, Dia menemui para murid yang didapati sedang tidur.
Dalam dukacita yang tak terhingga, sepertinya dapat menghabiskan semua kekuatan tubuh.
Kecapaian pikiran yang dialami para murid menyebabkan mereka tertidur. Tidur berarti
terlena tanpa ketahanan diri, yang akan mempermudah untuk jatuh dalam pencobaan. Yang
paling gampang adalah kalah oleh rasa kantuk yang tak tertahankan. Dalam keadaan tidur,
seluruh hati jiwa dan akal budi bagaikan terlena, istirahat penuh. Tidak ada persiapan untuk
bertahan atau membela diri sewaktu pencobaan datang.

Pengalaman penulis sewaktu ke Taman Getsemani, ada sebuah pohon Zaitun yang begitu
besar, yang diperkirakan sudah tumbuh di zaman itu. Pohon tersebut tumbuh di samping
gereja yang diberi nama gereja segala bangsa. Tempat Tuhan Yesus berdoa berada di dalam
gereja, yang berbentuk bongkahan atau gundukan batu cadas yang keras, persis di depan altar.

Sewaktu penulis memimpin doa bersama rombongan, penulis mencoba membayangkan


situasi dan keadaan pada waktu itu. Dalam bayangan penulis, Tuhan Yesus berlutut di atas
batu cadas yang keras dan tidak rata. Bagi penulis, sangat terasa betapa sakit lutut ini sewaktu
berlutut. Sepertinya Tuhan Yesus agak merebahkan tubuh-Nya di gundukan batu cadas di
depannya. Kedua tangan-Nya merentang keatas berpegangan batu. Bukan seperti lukisan pada
umumnya dimana tubuh Tuhan Yesus berlutut tegak, mengatupkan kedua belah telapak
tangan di depan dada agak keatas.

Begitu mulai berdoa, getaran hati yang bergelora membuat tembok air mata runtuh, isakan
tangis membuat kata terbata-bata. Terjadilah koor isakan tangis dari sebagian besar
rombongan, tanpa dikomando. Kita bisa merasakan bahwa kesakitan yang selama ini kita
rasakan, kita alami, sebenarnya bukan apa-apa jika kita bandingkan dengan kesakitan yang
dialami Tuhan Yesus. Kita begitu mudah untuk mengeluh, merasa beban begitu berat,
sepertinya kita ini sudah yang paling sengsara di dunia.

Kita bisa merasakan bergeriming sedikit mengangkat bahu, sewaktu kita diberi cawan berisi
cairan obat yang pahit, walaupun obat itu sebagai penyembuh. Lidah ini sepertinya sudah
merasakan pahitnya walaupun belum diminum. Kita lebih sering lupa bahwa ada bagian lidah
yang memang bisa merasakan pahit dan harus bisa kita nikmati. Mungkin ini suatu contoh
kehidupan, bahwa kalau bisa lidah ini hanya merasakan yang manis, asin, gurih, pedas,
pokoknya enak dan jangan yang pahit.

Ada suatu hal yang cukup menyentuh hati penulis, adalah berdoa dan berdoa. Berdoa dalam
pengertian penulis adalah berbicara dengan yang kudus, namun konotasi kata doa sendiri
sering membutuhkan syarat tertentu. Bagi penulis sendiri, kata doa tersebut sering diganti
187
dengan kata ngobrol dengan yang kudus. Ngobrol dari hati ke hati, yang tidak memerlukan
pakem, yang dapat dilakukan setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Yang namanya ngobrol,
berarti apapun bisa dibicarakan. Bukan hanya pujian dan permohonan serta ucapan syukur.
Pasti yang kudus akan senang apabila sering diajak ngobrol, walau yang kudus tersebut tidak
bisa kita lihat dan kita dengar secara nyata. Penulis merasakan bahwa sebenarnya ada suara
dari yang kudus di dalam hati, yang merasuk kalbu. Sering seperti sapaan, nasihat bijaksana,
mengingatkan, untuk direnungkan dan sebagainya.

Namun kembali, akal budi ini sering tidak tanggap, mengabaikan, membantah, enggan dan
sejenisnya. Menjadi pelayan yang tempatnya di bawah, harus mengalah, direndahkan tidak
boleh membantah, tidak mengumbar ketersinggungan, memang sangat sulit. Sering kita
menyebunya sebagai manusiawi, padahal katanya sudah diangkat menjadi anak-anak Allah
melalui pembaptisan.

Yesus ditangkap
22:47. Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang
bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati
Yesus untuk mencium-Nya. 22:48 Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau
menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" 22:49 Ketika mereka, yang bersama-sama
dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami
menyerang mereka dengan pedang?" 22:50 Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam
Besar sehingga putus telinga kanannya. 22:51 Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia
menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
22:52 Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah
serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka
kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? 22:53 Padahal tiap-tiap hari Aku ada di
tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat
kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu."
Peristiwa penangkapan ini bisa kita bayangkan bahwa terjadi di
malam hari, ketika semua orang sedang tidur. Dalam kegelapan
tanpa lampu di taman Getsemani, pastilah yang terlihat hanya
bayangan sekelompok orang yang tidak begitu jelas. Selama ini
boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus selalu berkarya di luar kota
Yerusalem. Yudas Iskariot sebagai penunjuk jalan sudah pasti hafal
dengan gurunya. Yudas sudah tahu dimana Guru dan kawan-
kawannya akan berkumpul di malam hari. Agar tidak sampai keliru
menangkap orang, maka Yudas mempergunakan tanda dengan
ciuman. Rombongan penangkap pastilah jumlahnya cukup banyak,
karena Tuhan Yesus selalu bersama para murid yang setia
mendampinginya.

Mungkin yang terjadi pada saat gelap tersebut, begitu mendengar perkataan Sang Guru, maka
para murid bersiap untuk berperang, kalau perlu mendahului. Mungkin Petrus yang
menyerang lebih dahulu sehingga melukai telinga hamba Imam Besar. Betapa kagetnya
mereka menerima serangan, dan mungkin semua orang yang berada di situ sudah bersiap
untuk tawuran. Yang ketakutan akan terjadi sesuatu, ekstrimnya pembantaian, pastilah lari
terbirit-birit berusaha menghindar.

Tuhan Yesus mendahului sebagai penengah dan melerai mereka. Dia masih sempat
menyembuhkan orang yang terluka. Pasti yang terluka tersebut mendapat pengalaman pribadi
tak terlupakan karena disembuhkan seketika.
188
Sindiran Tuhan Yesus kepada para penangkapnya pasti dirasakan cukup menohok hati. Pasti
rona wajah mereka memerah dan tidak mampu menjawab sindiran tersebut. Untunglah
kegelapan menutupi kejengahan dan kenyataannya mereka memang berusaha menangkap di
waktu malam. Dalam kegelapan pastilah mereka dapat berlindung agar tidak diketahui oleh
orang banyak. Akan sangat sulit untuk menuduh, siapa saja yang terlibat dalam penangkapan
tersebut.

Ada kekawatiran kalau siang hari dapat menimbulkan huru hara. Para pengikut-Nya yang
masih mendambakan penghiburan dan penyembuhan jangan-jangan malah menyerang
mereka. Disinilah kuasa kegelapan menyelimuti mereka yang bisa kita katakan bahwa mereka
melakukan penculikan secara sembunyi-sembunyi.

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Yudas pada waktu itu. Perasaan yang
bercampur baur ketika disindir, menerima uang dan anggapan para murid lainnya. Anggapan
sebagai pengkhianat dan pastilah para murid lainnya menggerutu akan kelakuan Yudas yang
tidak tahu berterima kasih.

Kita bisa belajar dalam kehidupan ini bahwa sesuatu yang baik dan kokoh bisa hancur
berantakan karena adanya pengkhianat. Ketidak puasan karena tidak sesuai harapan yang
diinginkan, sadar tidak sadar bisa menjadi benih yang berbahaya. Benih tidak puas tersebut
bila dilontarkan ke luar, apalagi disambut baik dan disemaikan orang lain, krisis bisa terjadi
setiap saat.

Petrus menyangkal
22:54. Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan
Petrus mengikut dari jauh. 22:55 Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan
mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. 22:56 Seorang hamba
perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: "Juga orang ini
bersama-sama dengan Dia." 22:57 Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal
Dia!" 22:58 Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga
seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!" 22:59 Dan kira-kira sejam
kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan
Dia, sebab ia juga orang Galilea." 22:60 Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang
engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. 22:61 Lalu
berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata
kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
22:62 Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Dalam pemahaman penulis, Petrus sebagai orang Kapernaum di Galilea, tidak begitu dikenal
secara khusus di Yerusalem. Api unggun yang dinyalakan tidak memberikan pandangan
secara jelas. Mungkin logat bicaranya juga agak berbeda dengan orang Yerusalem pada
umumnya. Dalam kumpulan dimana Petrus sebagai orang asing, maka bisa ditebak pastilah
dia salah satu pengikut Tuhan Yesus. Mungkin bentuk tubuh, raut wajah dan logat bicara
mempunyai peran penting untuk membedakan asal seseorang.

Dengan yakin dan nekadnya Petrus menyangkal mereka, seolah-oleh tidak kenal dengan Sang
Guru. Dia hanya ikut-ikutan berkumpul karena malam-malam koq ada keramaian di rumah
Imam Besar. Pasti ada suatu kejadian besar yang perlu ditengok dan didatangi. Menyangkal
kenal Sang Guru sampai tiga kali, dengan segala macam alasan. Mungkin yang dipikirkan
Petrus pada waktu itu campur aduk tidak karuan. Hasrat bergelora ingin melihat bagaimana
keadaan gurunya bercampur dengan kekawatiran manusiawi apabila ikut ditangkap dan
diadili. Akal budi yang kacau bagaikan beras diinteri dalam penampi. Roh jahat ikut
menyelinap ke dalam tubuh Petrus dan membantu akal budi untuk menyangkal dengan
alasannya.
189

Kokok ayam di waktu menjelang pagi dan pandangan Tuhan Yesus yang berpaling
kepadanya, seakan-akan langsung menyentuh hati sanubari. Teringatlah dia akan kata-kata
Tuhan Yesus kepadanya. Dia merasakan dan mengerti apa yang dimaksud kata-kata Tuhan
Yesus sebelumnya. Betapa imannya begitu kecil dan kalah oleh pengaruh iblis, sehingga
terjadi perang batin bagai gandum diinteri atau ditampi. Keberanian yang baru beberapa
waktu lalu dipertunjukkan, dengan begitu cepat berubah menjadi penyangkalan. Dia insyaf,
sedih dan menyesal sepenuh hati sampai menangis seperti anak kecil. Tangisan penyesalan
yang tulus dan tidak bisa ditahan. Hal tersebut menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Kemungkinan besar Petrus pergi menemui para rasul lainnya dan menceritakan apa yang
terjadi dengan dirinya. Kita bisa membayangkan bagaimana raut wajah Petrus yang masih
lebam bekas tangis, mengakui tanpa malu-malu. Betapa kata-kata Sang Guru benar apa
adanya bahwa dia akan menyangkal. Biarlah apa yang sudah terjadi, dan mulai sekarang perlu
bersatu padu agar tetap teguh dalam iman. Berdoa dan berdoa agar dijauhkan dari segala
macam pencobaan. Kesombongan rohani tidak perlu dipertahankan malah harus dilepaskan,
agar tidak menjadi batu sandungan di kemudian hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah mengalami sutiasi yang hampir mirip
dengan Petrus. Kita berani berbicara dengan lantang sewaktu masih di dalam kelompok
sendiri. Begitu dihadapkan kepada situasi sendirian dimuka orang-orang lain yang berbeda
pandangan, apalagi jika wajahnya garang, kelantangan tersebut hilang lenyap tak berbekas.
Bedanya mungkin hanya satu, kita tidak berani mengakui secara langsung di dalam
kelompok, bahwa telah kalah oleh iblis. Mungkin jawaban gurau sebagai alasan pembenaran
diri, yang waras ngalah.

Di hadapan Mahkamah Agama


22:63. Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-
olokkan Dia dan memukuli-Nya. 22:64 Mereka menutupi
muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang
memukul Engkau?" 22:65 Dan banyak lagi hujat yang
diucapkan mereka kepada-Nya. 22:66 Dan setelah hari siang
berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-
imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan
Dia ke Mahkamah Agama mereka, 22:67 katanya: "Jikalau
Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab
Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu,
namun kamu tidak akan percaya; 22:68 dan sekalipun Aku
bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan
menjawab. 22:69 Mulai sekarang Anak Manusia sudah
duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa."
22:70 Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak
Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." 22:71 Lalu kata
mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya
sendiri."
Kitab Suci tidak menceritakan bagaimana kesengsaraan dan penganiayaan yang dialami
Tuhan Yesus. Mungkin kita pernah membaca cerita “penampakan” Tuhan Yesus kepada
beberapa orang kudus. Betapa Dia menceritakan penderitaan yang dialami begitu sadis dan
mengerikan. Jika tidak kuat, jangan-jangan kita akan menangis membayangkan penderitaan
tersebut. Dalam sepenggal sisa malam itu, Dia dihajar habis-habisan oleh para penahan-Nya.
Dan waktu tersebut masih cukup lama untuk menganiaya dan memukuli sepuasnya. Demi
manusia, Dia rela menderita sampai mati dan Dia hanya meminta tidak banyak. Bertobat dan
kembali ke jalan Allah yang lurus!
190
Pengalaman penulis sewaktu mengunjungi rumah Imam Besar, oleh pemandu kami
ditunjukkan ruangan tersebut yang berada di bawah rumah. Ruangan tersebut seperti gua batu
keras tidak rata dengan langit-langitnya yang tinggi. Sepertinya banyak ruang di bawah tanah
dengan lorong-lorongnya yang berliku-liku. Di langit-langit batu yang tidak begitu tinggi ada
dua lobang untuk memasukkan tangan pesakitan. Dijelaskan bahwa disitulah Tuhan Yesus
pernah dianiaya, dipukuli sampai mata sebelah kanan bengkak besar dan hidung patah.

Sewaktu penulis membacakan sepenggal Injil dan memimpin doa bersama dengan
rombongan, penulis tidak kuasa menahan sedu tangis sehingga terbata-bata. Isteri penulis
bersandar di dinding batu yang tidak rata sambil berdoa dalam bisu. Setelah selesai doa
bersama, pemandu bercerita bahwa dinding tempat sandaran isteri tersebut persis bekas Tuhan
Yesus terpelanting kena hajaran dan darah dari kepala-Nya muncrat ke dinding.

Pada pagi harinya Tuhan Yesus dihadapkan ke Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi. Tuhan
Yesus tidak mau bersilat lidah dengan mereka karena tidak akan bisa nyambung. Dia hanya
menekankan bahwa pertanyaan mereka adalah jawaban yang keluar dari mulut mereka
sendiri. Berani menyebut diri sebagai Anak Allah pada waktu itu, berarti dianggap menghujat
Allah. Hukuman menghujat Allah adalah mati dan pengadilan agama sudah menjatuhkan
putusan. Hal ini perlu disampaikan kepada penguasa pada waktu itu.

Tuhan Yesus hanya menjawab :”Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan
percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab.” Hal ini
mengisyaratkan bahwa apapun yang akan dikatakan-Nya, walaupun segala macam nubuat
para nabi diungkapkan satu persatu, mereka tetap tidak akan percaya. Demikian juga
sebaliknya apabila mereka dikejar dengan pertanyaan Tuhan Yesus, pasti tidak akan
menjawab. Jangan-jangan jawabannya malah akan memperlihatkan betapa mereka buta dan
tuli dari segala macam tanda-tanda yang mendahului-Nya.

“Mulai sekarang Dia sudah duduk di sebelah kanan Allah” membuat penulis sulit untuk
memahami. Apakah yang dimaksud dengan sekarang adalah sebentar lagi, ataukah ada
ungkapan lain yang tersembunyi. Kemaha-kuasaan Tuhan Yesus yang begitu misteri,
menembus segala batas, ruang dan waktu serta yang lainnya. Kita yang masih hidup ini
masih penuh dengan batas-batas yang kita ciptakan, sesuai dengan kemampuan nalar kita.
Kita masih mengenal batas siang dan malam, matahari terbit dan tenggelam. Coba kalau kita
bayangkan, kita bisa naik terbang tinggi keluar batas bumi dan bulan. Mungkin kita tidak
mengenal apa itu malam, karena matahari dengan sinarnya selalu kita lihat. Bumi yang kita
lihat sepertinya berputar pelan-pelan, tergantung kita berada dimana.

Bab 23- Diadili, Disalibkan, Wafat dan


Dikuburkan
Di hadapan Pilatus
23:1. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan
Yesus dibawa menghadap Pilatus. 23:2 Di situ
mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah
kedapatan oleh kami, bahwa orang ini
menyesatkan bangsa kami, dan melarang
membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang
diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah
Kristus, yaitu Raja." 23:3 Pilatus bertanya
kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?"
191
Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala
dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." 23:5
Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di
seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini." 23:6 Ketika Pilatus mendengar itu
ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. 23:7 Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari
wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di
Yerusalem.
Di hadapan Pilatus pada pagi hari itu, Tuhan Yesus hanya berkata sedikit sekali. Pertanyaan
Pilatus dikembalikan sebagai jawaban itu sendiri. Kelihatannya Pilatus tidak begitu suka
dengan Sanhedrin yang begitu pandai bicara dan mengolah kata-kata, apalagi kalau
dihubungkan dengan agamanya. Para pemuka agama ini, yang seharusnya menjadi panutan
dalam kebenaran, malah kebablasan mengaku sebagai wakil Allah di dunia. Merekalah yang
perlu dicermati karena bisa sebagai pemicu timbulnya huru hara, apalagi kalau dibumbui
dengan penyedap Kitab Suci. Mereka adalah kelompok yang hanya berani berkoar jikalau
dalam kerumunan massa. Maka Pilatus mencoba untuk membebaskan Tuhan Yesus. Pasti
Pilatus tahu dari para informannya, bahwa Tuhan Yesus selama ini tidak pernah berbicara
tentang pemberontakan dan sejenisnya.

Teriakan para penangkap malah menjadikan suatu kesempatan dan alasan untuk melepaskan
dari keinginan massa. Karena Galilea di bawah kekuasaan Herodes, maka si Terdakwa supaya
dibawa kesana. Biarlah Dia diadili oleh rajanya sendiri, yang masih satu kepercayaan dalam
agamanya. Urusan ajaran agama bukan kewajiban pemerintah Romawi. Mungkin inilah
bahasa diplomasi yang dipergunakan oleh Pilatus.

Kita mungkin bisa membayangkan bagaimana lelah dan lunglainya Tuhan Yesus pada waktu
itu. Semalaman tidak istirahat, malahan dianiaya dengan kejam dan ditambah dengan
cemoohan oleh orang-orang yang mengaku begitu dekat dengan Allah. Dari satu tempat
digiring ke tempat lain dengan keadaan terluka luar dalam. Hebatnya Dia tidak melawan
maupun memberontak dan mandah saja seperti domba yang akan dibawa ke tempat
penyembelihan.

Mungkin kalau kita pasti akan membuat pembelaan, penyangkalan dan meminta bukti. Kalau
perlu malah menuntut balik kepada mereka yang telah menawannya. Tuhan Yesus tetap
berpegang kepada skenario yang telah dinubuatkan. Yang harus terjadi, terjadilah dan harus
dihadapi dan dialami sampai selesai tugas-Nya.

Di hadapan Herodes
23:8 Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama
ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula
ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.
23:9 Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak
memberi jawaban apapun. 23:10 Sementara itu imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang
berat terhadap Dia. 23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya
menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran
kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. 23:12 Dan pada
hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka
bermusuhan.
Keinginan Herodes akhirnya terwujud untuk bertemu dengan Tuhan
Yesus. Sayangnya Tuhan Yesus tidak mau menjawab segala pertanyaan
ataupun komentar yang dilontarkan Herodes. Pada saat itu mungkin Herodes begitu gemas
terhadap sikap Tuhan Yesus. Herodes sebagai seorang raja kan mempunyai kekuasaan, yang
dapat memutuskan sesuai dengan seleranya. Kalau bisa berkompromi dan membuat tanda-
192
tanda yang ajaib, siapa tahu akan dibebaskan. Dari kegemasan tersebut, kemudian timbul
kegeraman untuk menista dan menghinakan Dia. Mana buktinya cerita getok tular yang
selama ini tersebar sehingga dia ingin bertemu Tuhan Yesus. Nyatanya tidak ada apa-apa,
malah lebih banyak diam seribu bahasa.

Dengan dikenakan jubah pakaian kebesaran yang mungkin berwarna putih, Tuhan Yesus
dikirim kembali kepada Pilatus. Mungkin Dia dianggap sebagai orang gila yang mimpi
sebagai raja. Dengan jubah kebesaran, Tuhan Yesus diarak kembali, berjalan di depan dan
rombongan berjalan di belakangnya. Saat itu suasananya seperti raja yang berkeliling diiringi
oleh para punggawa. Bedanya hanya satu, Tuhan Yesus dalam keadaan menderita karena
siksaan dan mungkin dibelenggu seperti pesakitan. Pasti terjadi cemoohan, umpatan dan
hujatan yang merendahkan dan menghina Dia, selama di perjalanan.

Yesus kembali di hadapan Pilatus


23:13. Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat,
23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang
yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari
kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 23:15
Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak
ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 23:16 Jadi aku akan
menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:17 (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka
pada hari raya itu.) 23:18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah
Barabas bagi kami!" 23:19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu
pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 23:20 Sekali lagi Pilatus
berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 23:21 Tetapi
mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" 23:22 Kata Pilatus
untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini?
Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati.
Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:23 Tetapi dengan berteriak mereka
mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.
23:24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 23:25 Dan ia melepaskan
orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai
dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-
maunya.
193
194
Penulis memahaminya bahwa Pilatus mencuci
tangan dan tidak mau bertanggung jawab atas
kematian Tuhan Yesus. Sepertinya Pilatus
kalah dengan massa yang menuntut. Namun
rasanya Pilatus tidak akan kalah apabila memang diperlukan kekerasan dalam bertindak.
Sebagai penjajah, Pilatus berkuasa di wilayah tersebut dan bisa berbuat apa saja. Sepertinya
ada sesuatu yang terjadi di dalam diri Pilatus yang tidak bisa dijelaskan. Dia yakin bahwa
Tuhan Yesus tidak bersalah yang dapat mengakibatkan hukuman mati. Dia memerintahkan
untuk dihajar habis-habisan, namun jangan sampai mati. Prajurit Pilatus menghajar Tuhan
Yesus sampai setengah hidup. Kita bisa membayangkan penderitaan yang dialami Tuhan
Yesus sewaktu didera para algojo, seperti di film Sengsara Kristus.

Kita semua tahu bahwa akhirnya Barabas dilepaskan dan Tuhan Yesus diserahkan kepada
mereka yang akan menyalibkan. Teriakan massa yang begitu banyak dan bergemuruh jelas
tidak menciutkan nyali Pilatus. Jika dipikir-pikir, tidak ada keuntungannya juga melepaskan
Tuhan Yesus. Jika menyetujui dan memerintahkan hukuman mati, juga tidak pas. Biarlah
semua kesalahan ditimpakan kepada bangsanya sendiri. Semua yang harus terjadi terjadilah,
supaya penggenapan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita bisa membayangkan
betapa Tuhan Yesus begitu sedih bagaimana para pemimpin agama dengan kesombongannya
menganggap diri sebagai kepanjangan tangan Allah. Mungkin inilah bibit-bibit awal yang
ditanamkan dan akan tumbuh menjadi malapetaka dahsyat bagi bangsa Isrel pada waktu itu.

Jalan Salib
23:26. Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari
Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya
dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 23:27 Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya
banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. 23:28 Yesus berpaling kepada mereka dan
berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah
dirimu sendiri dan anak-anakmu! 23:29 Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata:
Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang
susunya tidak pernah menyusui. 23:30 Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-
gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit:
Timbunilah kami! 23:31 Sebab jikalau orang berbuat
demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi
dengan kayu kering?"
Kita pasti mengenal simon dari Kirene apabila sering mengikuti
ibadat jalan salib. Simon yang tidak tahu apa-apa dipaksa oleh
kelompok massa untuk memanggul salib. Dalam pemahaman
penulis, Simon terpaksa mau memanggul salib karena kalah
oleh massa. Perkiraan penulis, apabila salib tersebut dipanggul
sendiri oleh Tuhan Yesus yang sudah setengah sekarat,
dikawatirkan Dia akan wafat sebelum sampai ke tujuan untuk
disalib. Kita bisa membayangkan bagaimana kejam dan
dengkinya mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka ingin
memuaskan dirinya dengan menyaksikan bagaimana Dia dipaku
dan disalibkan.

Dari keterpaksaan bisa berkembang menjadi simpati untuk membantu meringankan


penderitaan Tuhan Yesus. Nyatanya namanya tercatat dalam Kitab Suci dan selalu diucapkan
sewaktu kita mengenang dalam ibadat jalan salib. Penulis tidak tahu berapa jauh Simon ikut
memanggul salib. Mungkin saja masih ada orang lain yang iba dan membantu Tuhan Yesus,
walaupun hanya mengangkat dan meletakkan di bahu-Nya.
195
Kita bisa memaklumi perasaan perempuan yang tidak sampai hati melihat penderitaan orang
lain. Apalagi jika sampai melihat dengan mata sendiri, luka-luka sekujur tubuh yang masih
berdarah. Meratap dan menangis serta membayangkan kalau yang mengalami itu saudaranya,
betapa tak terbayangkan. Mungkin dalam bahasa jawa “welas tanpa alis” agak tepat
mengungkapkannya. Kita kasihan namun tidak bisa berbuat sesuatu yang dapat meringankan
beban yang kita kasihani. Mungkin hanya seorang perempuan, yang kita kenal dengan nama
Veronika yang berani berbuat nyata dengan caranya sendiri.

Ungkapan Tuhan Yesus yang menghibur para perempuan cukup membingungkan untuk
dipahami umum pada waktu itu. Mungkin hal ini berhubungan dengan nubuat akan
kehancuran Israel. Anak-anak mereka akan cukup dewasa untuk mengalami saat-saat
keruntuhannya bahkan mengalami penderitaan dan kematian. Lebih baik tidak dilahirkan
apabila hanya akan menghadapi penderitaan hebat bagaikan kiamat. Mau bersembunyi
dimana? Kepenginnya menyelusup sembunyi di dalam tanah yang dalam sehingga tidak
kelihatan.

Ungkapan kayu hidup dan kayu kering, mungkin mempunyai arti tersendiri. Pikiran penulis
sendiri, kayu hidup sudah semestinya dipelihara untuk diambil buahnya atau diambil kayunya
setelah cuku besar. Agak aneh jika pohon kayu yang sedang berbuah malahan ditebang. Kayu
kering yang sudah mati dan lapuk tinggal dipotong-potong dijadikan kayu bakar atau
dimanfaatkan untuk keperluan lain. Di tempat-tempat tertentu malahan kayu kering tersebut
tidak dipandang sebelah mata, dibiarkan begitu saja.

Pada kenyataannya, dalam penderitaan malah memunculkan iman yang terus berkembang dan
berbuah. Sebaliknya, dalam kesenangan yang bergelimangkan kekayaan dan kekuasaan malah
mengkerdilkan iman untuk tumbuh.

Yesus disalibkan
23:32. Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama
dengan Dia. 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka
menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya
dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi
pakaian-Nya. 23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin
mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya
sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah."
23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia;
mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 23:37
dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi,
selamatkanlah diri-Mu!" 23:38 Ada juga tulisan di atas
kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". 23:39 Seorang
dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:
"Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-
Mu dan kami!" 23:40 Tetapi yang seorang menegor dia,
katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah,
sedang engkau menerima hukuman yang sama? 23:41
Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi
orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 23:42 Lalu ia
berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 23:43 Kata Yesus
kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-
sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Disini kita bisa mengagumi Kristus Yesus yang tersalib, bahwa Dia bukan manusia biasa.
Dalam keadaan teraniaya, Sang Anak Manusia masih bisa mendoakan orang banyak. Dia
tidak mendendam bahkan malah memaklumi kelakuan manusia, memohon kepada Allah Bapa
196
agar mereka diampuni. Yang bisa berbicara seperti itu pasti bukan mulut orang biasa, tetapi
Yang Illahi. Sudah berbuat begitu saja masih dicemooh dan diejek. Dan itulah manusia yang
sedang diliputi oleh kedengkian yang begitu hebat. Dalam keadaan marah yang disertai
dengan kegusaran ataupun kedengkian, ucapan apapun bisa terlontar dari mulut kita. Padahal
mungkin kita tidak terlibat langsung dengan orang tersebut, dan hanya didasarkan kata orang
atau media. Kita bisa menghujat seseorang atau kelompok yang tidak sejalan atau sepaham
dengan kita, apalagi bila berseberangan jalan.

Kita diajar secara langsung oleh Dia, agar kitapun berani mengampuni dan mengampuni.
Belajar memaklumi perkataan dan perbuatan orang lain, mengapa melakukan begini dan
begitu. Kita diajar untuk selalu berpikir positif. Seringkali kita dibuat sakit hati atau
tersinggung oleh orang lain karena mendengar atau melihat bahasa gerak tubuh atau cara
lainnya, padahal belum tentu ditujukan kepada kita. Namun kita akan santai saja selama tidak
mendengar dan melihat sendiri, bahwa di belakang sudah digosipkan macam-macam yang
tidak baik. Jangan-jangan orang tersebut akan kita terima dengan ramah, karena pandai
memakai topeng yang menyenangkan.

Dalam bayangan penulis, kedua penjahat tersebut disalibkan terlebih dahulu. Baru kemudian
Tuhan Yesus yang disalibkan secara istimewa, dipaku kedua tangan dan kakinya. Tempatnya
tidak sejajar dengan yang dua orang, namun agak lebih maju ke depan. Dia dihinakan
bagaikan pemimpin penjahat yang paling besar, maka tempatnya perlu dibedakan juga.

Pembicaraan salah seorang penjahat di kanan Tuhan Yesus dengan Dia mengajarkan kepada
kita bahwa surga atau Firdaus adalah karunia Allah. Karunia itu bisa diberikan kepada siapa
saja yang Tuhan kehendaki. Salah satu syaratnya adalah berani mengakui kesalahan dan
bertobat, selama masih diberi kesempatan hidup. Salah satu penjahat tersebut menerima
karunia pengampunan hari itu juga dan diajak berjalan-jalan, turun menemui roh orang-
orang yang sudah mati, baru kemudian ke Firdaus. Seperti apa itu Firdaus tidak usah
dibayangkan, jangan jangan malah keliru karena kita sesuaikan dengan kemampuan akalbudi
kita yang terbatas. Dia sudah menembus segala nalar, batas, ruang dan waktu maupun yang
lainnya.

Yesus Wafat
23:44. Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu
kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, 23:45
sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.
23:46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah
berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 23:47 Ketika
kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah,
katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" 23:48 Dan
sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ
untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah
mereka sambil memukul-mukul diri. 23:49 Semua orang yang
mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan
yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat
semuanya itu.
Dalam bayangan penulis, orang yang paling dekat berdiri
dibawah kaki salib Kristus hanyalah Bunda Maria. Mereka berdua saling berbicara sebagai
ibu dan anak, yang mungkin tidak didengar oleh orang lain. Percakapan dalam imajinasi
penulis kurang lebih begini, kata Tuhan Yesus :” Ibu, ya beginilah ini Anakmu. Semuanya
harus terjadi. Waktu-Ku sudah hampir sampai.” Bunda Maria menjawab :”Kalau begitu,
aku ikut Engkau saja kembali ke Firdaus. Semuanya kan sudah terlaksana.” Namun Tuhan
Yesus menyahut :”Ibu, belum bisa. Tugas Ibu kan masih ada yang harus dilaksanakan.
197
Tugas momong manusia, termasuk para rasul. Menjadi Ibu segala bangsa. Pada saatnya
nanti Ibu akan menyusul Aku.” Dengan segala kesedihan dan kesetiaannya, Bunda Maria
menjawab :”Jikalau itu yang memang Engkau kehendaki, aku mengikuti saja semua
perkataan-Mu.”

Setelah itu percakapan tersebut berhenti sejenak. Seluruh alam raya menyaksikan saat-saat
yang begitu mencekam. Mereka ikut tergoncang dan sedih sehingga matahari ikut sembunyi
di balik awan yang gelap yang menakutkan. Bumi berdebar keras yang membangkitkan
gempa bumi, sehingga tabir Bait Suci terbelah. Kemudian Tuhan Yesus berseru dengan suara
nyaring dan terkulai layu. Saat yang begitu mencekam dan menggoncangkan hati yang
menyaksikan, yang mau tidak mau akan mengakui Kristus Yesus sebagai orang benar.

Seluruh tubuh dan wajah Tuhan Yesus sudah tidak berwujud seperti manusia lagi. Segala
macam luka-luka menghiasi sekujur tubuh-Nya sehingga sulit dikenali lagi. Seluruh dosa,
kesalahan dan kelemahan manusia masuk ke dalam diri-Nya, menyatu bagaikan tersedot oleh
suatu kekuatan hebat yang tak terlihat. Dan semuanya itu Dia bawa mati. Saat inilah
keselamatan manusia digenapi, sudah terlaksana. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai
korban tebusan kepada Allah Bapa di surga. Dia mempersembahkan hidup-Nya untuk semua
manusia melalui kematian di kayu salib. Salib-Nya bagaikan jembatan untuk menyeberangi
jurang dalam, agar manusia memperoleh hidup yang kekal.

Menurut tradisi nama kepala pasukan tersebut adalah Longinus, yang di kemudian hari
menjadi martir karena imannya.

Yesus dimakamkan
23:50. Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan
seorang yang baik lagi benar. 23:51 Ia tidak setuju dengan putusan dan
tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia
menanti-nantikan Kerajaan Allah. 23:52 Ia pergi menghadap Pilatus dan
meminta mayat Yesus. 23:53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia
mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur
yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.
23:54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 23:55 Dan
perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari
Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya
dibaringkan. 23:56 Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-
rempah dan minyak mur.
Hari Jumat Wage sore hari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Yusuf Arimatea dan
kawan-kawan. Pekerjaan menurunkan mayat Tuhan Yesus, mengapaninya dengan kain lenan
panjang dan membaringkan dalam kubur harus selesai sebelum pukul 18.00 sore. Untuk
mengejar waktu, tempat kubur tersebut harus tidak begitu jauh, masih di sekitar bukit
Tengkorak. Setelah jam itu mereka tidak boleh bekerja lagi sesuai adat dan aturan yang
berlaku bagi orang Yahudi, karena sudah memasuki hari Sabat. Mayat Tuhan Yesus dikapani
tanpa dibersihkan dari darah yang masih menempel di tubuh. Mungkin inilah mukjizat misteri
kain kapan yang sekarang masih disimpan di Turin.

Sebagai kuburan baru yang belum pernah dipakai, maka tempat tersebut harus ditutupi
dengan batu besar. Mungkin mereka menggali di bukit batu dan tidak sulit untuk menemukan
batu penutup liang kubur. Mestinya batu tersebut cukup besar dan berat, agar tidak mudah
digulingkan oleh seorang manusia atu binatang.
198
Para perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus menyiapkan segala keperluan untuk
penguburan yang layak. Harapannya akan dikerjakan setelah hari Sabat sudah lewat atau
mungkin Minggu pagi-pagi sekali.

Bab 24- Kebangkitan, Penampakan Diri,


Naik ke Sorga
Kebangkitan Yesus
(23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum
Taurat,2 4:1. tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka
pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
24:2 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, 24:3 dan
setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. 24:4
Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada
dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
24:5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua
orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang
hidup, di antara orang mati? 24:6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang
dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, 24:7 yaitu bahwa Anak Manusia harus
diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang
ketiga." 24:8 Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. 24:9 Dan setelah mereka kembali
dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua
saudara yang lain. 24:10 Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan
Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka
memberitahukannya kepada rasul-rasul. 24:11 Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-
akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. 24:12
Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke
dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang
kiranya telah terjadi.
Kita bisa membayangkan bagaimana rombongan perempuan pengikut Tuhan Yesus berangkat
ke tempat kubur pagi-pagi sekali. Mereka membawa segala macam rempah-rempah dan
minyak mur. Begitu sampai di tempat kubur, alangkah terkejutnya karena batu penutup telah
terguling dan mayat Tuhan Yesus tidak ada. Dengan termangu-mangu mereka bertanya-tanya
dalam hati, siapakah gerangan yang telah mengambilnya.

Lebih terkejut lagi sewaktu dua malaikat datang dengan tiba-tiba, tahu-tahu sudah berada di
dekat mereka. Mereka tidak berani memandang langsung ke wajah kedua malaikat yang
berkilauan. Perkataan malaikat tersebut yang menyadarkan mereka bahwa Sang Guru sudah
bangkit dari mati, sesuai yang dikatakan-Nya kepada mereka semua, sewaktu di Galilea.
Mereka baru mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan gurunya, yang selama ini masih
teka-teki. Sulit untuk diterima nalar bahwa orang yang sudah mati bisa hidup kembali.

Perasaan yang bercampur aduk tidak karuan tidak bisa diuraikan dengan kata-kata. Mereka
pulang dan menceritakan kepada semua murid yang dijumpai, bahwa Sang Guru sudah
bangkit dari mati, namun tidak tahu dimana Dia sekarang.

Kemungkinan besar para murid itu tinggal berkumpul di rumah lantai atas, yang
dipergunakan untuk pesta Paskah bersama Guru. Dan nyatanya para rasul tersebut sulit untuk
menerima perkataan para perempuan, yang mungkin bercerita dengan gugup. Jalan yang
paling baik adalah datang sendiri menengok ke kubur. Dengan terbengong-bengong nyatanya
yang dilihat hanya kain kapan pembungkus mayat. Sang Guru sudah pergi entah kemana dan
bagaimana caranya, tidak tahu. Mungkin yang muncul dalam benak adalah jangan-jangan,
dengan berbagai kemungkinan.
199

Menampakkan Diri di jalan ke Emaus


24:13. Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama
Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 24:14 dan mereka bercakap-
cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan
bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan
mereka. 24:16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat
mengenal Dia. 24:17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan
sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. 24:18 Seorang dari
mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di
Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
24:19 Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus
orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di
hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. 24:20 Tetapi imam-imam kepala dan
pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah
menyalibkan-Nya. 24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu
terjadi. 24:22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi
buta mereka telah pergi ke kubur, 24:23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang
dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa
Ia hidup. 24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa
memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."
24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu,
sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 24:26 Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci,
mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 24:28 Mereka mendekati kampung yang
mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 24:29 Tetapi mereka
sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah
menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama
dengan mereka. 24:30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap
berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. 24:31 Ketika itu
terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
24:32 Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 24:33
Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas
murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. 24:34 Kata
mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon."
24:35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana
mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Emaus adalah kampung kecil yang tidak begitu jauh dari Yerusalem, arahnya ke barat dan
menjadi terkenal karena kesaksian ini. Pada hari itu dua orang murid-Nya pergi dari
Yerusalem menuju ke Emaus. Kemungkinan mereka berasal dari sana dan akan pulang ke
rumahnya. Di tengah perjalanan mereka ketemu Tuhan Yesus namun tidak dikenalnya. Hal
ini yang mengherankan jika ditinjau dari akal budi. Secara nalar harusnya para murid tersebut
bisa mengenali wajah-Nya ataupun perkataan-Nya. Kenyataannya mereka tidak mengenal
Dia, hanya ada suasana hati yang berkobar-kobar tidak bisa dijelaskan. Segala penjelasan
Kitab Suci disampaikan kepada mereka, dan ini semakin membuat mereka tersentuh dan
tertarik, siapakah Dia gerangan. Kita bisa meraba rasakan situasi yang seperti itu akan
menghanyutkan kita, seolah-olah kita tidak mau berpisah dan akhirnya mengundang untuk
bermalam. Pasti banyak pengajaran atau pengalaman yang bisa mereka terima untuk semakin
meneguhkan hati. Nyatanya ada orang asing yang bisa berbicara sedemikian rupa, yang dapat
mengugah hati.

Namun ketika Tuhan Yesus mengambil roti dan mengucap berkat, memecah-mecahkan dan
memberikan kepada mereka, barulah matanya terbuka. Mereka mulai mengenal Dia bahwa
itulah Sang Guru yang tadi sebagai bahan pembicaraan di perjalanan. Sayang Tuhan Yesus
lalu menghilang begitu saja. Perasaan yang berkobar-kobar ini harus segera disampaikan
200
kepada para rasul maupun murid yang lain di Yerusalem. Rasanya tidak kuat untuk menahan
diri sampai besok pagi. Ini suatu peristiwa yang besar dimana Tuhan Yesus telah melawat
umat-Nya. Segala rasa capai seperti hilang begitu saja diganti dengan kekuatan untuk segera
kembali ke Yerusalem. Kita bisa membayangkan bagaimana mereka berdua menempuh
perjalanan kurang lebih duapuluh kilometer pergi pulang.

Seringkali kita dibuat terbengong-bengong oleh kehendak Tuhan, yang tidak selaras atau
sesuai dengan nalar kita. Mungkin kita juga begitu bodoh dan lamban hati, hanya
mendasarkan kepada akal budi saja. Yang ini tidak mungkin, yang itu tidak masuk akal dan
sebagainya. Mestinya kan begini atau begitu, yang sepertinya kita begitu paling benar.

Tuhan Yesus tidak langsung menampakkan diri kepada para rasul yang sudah dipilih-Nya.
Yang dilakukan malah kepada murid lainnya, padahal mereka sedang pergi dari Yerusalem.
Mungkin disinilah kita diajar untuk dapat menerima dengan kebeningan hati, bahwa Tuhan
dapat berkarya kepada atau melalui siapapun yang dikehendaki-Nya. Pasti dibalik itu ada
rencana-rencana khusus dari Allah dimana kita tidak tahu. Paling tidak kita diajar untuk selalu
rendah hati dan tidak menonjolkan kesombongan rohani, apabila dipilih menjadi pemimpin
yang berhubungan dengan rohani. Kita bisa belajar bagaimana Tuhan Yesus memilih Saulus
untuk menjadi pewarta yang hebat, walaupun pada awalnya timbul pro dan kontra.

Menampakkan Diri kepada Semua Murid


24:36. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-
tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" 24:37 Mereka terkejut
dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 24:38 Akan tetapi Ia berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati
kamu? 24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 24:40
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 24:41 Dan
ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka:
"Adakah padamu makanan di sini?" 24:42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan
goreng. 24:43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. 24:44 Ia berkata kepada
mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-
sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam
kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." 24:45 Lalu Ia membuka pikiran
mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
24:46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem. 24:48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini. 24:49 Dan Aku akan mengirim
kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai
kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Kita bisa menangkap bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya dengan segala jiwa dan
raga-Nya. Dia tunjukkan bekas luka-luka di kaki dan tangan-Nya, malahan Dia minta makan
dan melahap sepotong ikan goreng. Kitapun bisa membayangkan bagaimana para murid
begitu terkejut, takut, girang dan rasa-rasa yang lainnya campur aduk menjadi satu. Antara
percaya dan tidak pasti menyelimuti pikiran mereka. Bagaimana mungkin seseorang bisa
langsung tiba-tiba sudah dihadapan mereka. Hal seperti ini belum pernah dialami, sehingga
membuat kaget tidak bisa bicara untuk sesaat. Paling gampang pada saat itu adalah menyebut
hantu.

Kita bisa menangkap juga bahwa yang disebut hantu adalah zat atau roh yang dapat terlihat
namun tanpa daging dan tulang. Entah bagaimana caranya sehingga mata bisa melihat
gambaran seseorang yang tanpa daging dan tulang. Mungkin kata hantu dan tuhan
201
perbedaannya begitu tipis, dan kalau kita ucapkan berulang-ulang kita bisa salah
menangkapnya. Tu-han-tu-han-tu-han-tu-han-tu-han.

Tuhan Yesus membuka pikiran para murid yang berkumpul, agar mengerti apa yang
dimaksud dalam Kitab Suci tentang diri-Nya. Semuanya sudah digenapi dan dilaksanakan
dengan sempurna. Sekarang para penerus harus bersiap untuk mewartakan kabar keselamatan
kepada segala bangsa. Keselamatan dapat diraih apabila melalui pertobatan dan
pengampunan, yang diungkapkan melalui perbuatan dalam kehidupan nyata. Semuanya akan
dimulai dari Yerusalem, setelah Roh Kudus dikirim kepada mereka pada waktunya nanti.

Merekalah saksi-saksi hidup yang mengalami sendiri bertemu dan bersama Tuhan Yesus,
Sang Juru Selamat. Bersama-sama dengan Dia selama kurang lebih tiga tahun, pastilah
banyak hal telah mereka terima, mereka saksikan dan mereka rasakan.

Kesaksian merekalah yang disebarkan dan diwartakan ke seluruh dunia sampai sekarang ini
dan yang akan datang. Kitapun diminta untuk mewartakan dan memberikan kesaksian apa
yang kita alami sehari-hari sewaktu bersama Tuhan Yesus. Kita bisa merasakan betapa baik
dan bijaksananya Dia kepada kita, jika kita mau merenungkannya secara rohani.

Kenaikan Yesus ke Sorga


24:50. Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania.
Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. 24:51 Dan
ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan
terangkat ke sorga. 24:52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu
mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. 24:53 Mereka
senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Pada akhir cerita kesaksian iman ini, Lukas menulis bahwa Tuhan Yesus
membawa para murid ke luar kota Yerusalem, sampai dekat kampung
Betania. Kita boleh saja membayangkan bagaimana Tuhan Yesus
mengangkat tangan-Nya dan memberkati, seraya perlahan-lahan naik
terangkat ke atas tidak menginjak bumi. Dia semakin tinggi dan berpisah dengan murid-
murid-Nya, kemudian hilang dari pandangan, terangkat ke surga.

Kita bisa membayangkan bagaimana situasi pada saat itu, pasti ada suatu rasa yang tidak bisa
dijelaskan bercampur menjadi satu. Perasaan campur aduk tadi seolah-olah menumbuhkan
kekuatan untuk rebah sujud menyembah kepada-Nya. Menyembah yang sedang naik ke surga,
penuh sukacita namun ada juga kesedihan. Kesedihan bercampur haru karena di tinggalkan di
bumi.

Apa yang harus dilakukan kemudian? Tidak ada jalan lain yang lebih baik kecuali pulang
kembali ke Yerusalem, masuk ke dalam bait Allah dan memuliakan-Nya. Mungkin pada
malam hari mereka berkumpul bersama di suatu tempat, saling berbincang, saling berbagi
cerita menurut pendapatnya masing-masing.

Merekalah para saksi hidup yang mengalami dan merasakan segala macam kejadian selama
mengikut Tuhan Yesus. Segala macam pengalaman yang dirasakan mereka kumpulkan
semua di dalam hati masing-masing, yang pada saatnya nanti harus disampaikan kepada
segala bangsa sebagai kabar keselamatan.
202

Pungkasan dari Penulis


Demikianlah pemahaman penulis tentang pengalaman dan kesaksian Lukas tentang Tuhan
Yesus, Sang Kristus sebagai Sang Guru. Betapa Tuhan Yesus begitu memahami dan maha
memaklumi akan kelakuan manusia. Dia datang dan hadir ditengah-tengah kita untuk menjadi
penyelamat.

Kita menyadari bahwa kita semua bukanlah orang yang baik dan benar seratus prosen. Bahasa
agak kerennya kita adalah pendosa. Oleh karena itu kita diminta untuk bangkit dari kedosaan
kita dan berubah menjadi manusia baru. Dicuci dan dibersihkan dari kotoran, menjadi anak-
anak Allah, bukan anak-anak dunia. Setelah itu diberi tugas mewartakan kabar keselamatan.

Sebagai orang pilihan, mestinya berbeda dengan yang lain yang belum terpilih. Sasarannya
menjadi contoh dan panutan dalam segala hal kebenaran dan kebaikan. Berbuat baik dan
benar dalam kenyataannya belum tentu bisa diterima oleh banyak orang. Apapun keputusan
yang kita ambil pastilah ada risiko-risiko yang harus dihadapi. Kita diminta untuk teguh
bertahan dan tetap setia kepada-Nya.

Salah satu hambatan terbesar untuk mengikut Dia adalah apabila kita terpaku kepada Mamon.
Yang pada akhirnya malah menomorsatukan harta benda dan kekuasaan duniawi. Tuhan
begitu memaklumi apabila kita jatuh bangun dalam perjalanan ziarah ini, karena nafsu
kedagingan kita. Tangan Tuhan selalu terbuka untuk menerima anak-anak-Nya yang ingin
kembali ke pangkuan-Nya. Syaratnya hanya apabila kita mau bertobat, menyesali semua salah
dan dosa, bangkit dan berubah melalui perbuatan nyata, selama kita masih hidup.

Kematian adalah batas akhir yang diberikan Tuhan kepada kita untuk bertobat. Dan kita tidak
tahu kapan dan bagaimana prosesnya itu terjadi. Saat sekarang inilah kita diminta untuk
bangkit dan berubah, agar jangan sampai terlambat.

You might also like