Professional Documents
Culture Documents
A. Deskripsi Teori
susunan kata-kata Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis, yang
merupakan sumber utama umat Islam, dengan ilmu Nahwu Shorof ini
seseorang dapat memahami agama yang ditulis dalam bahasa Arab. (2)
untuk dapat menyusun kata-kata Arab dalam susunan yang benar dan sesuai
19
20
suatu yang dinamakan, apakah sebutan itu pada jenis atau pada unsurnya.
adalah nominal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata
4
Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm. 4
5
Lulu Fikar, Dasar-dasar Ilmu Nahwu, (Jakarta : Gramedia, 2006), hlm 10
21
Isim memiliki beberapa tanda yang terletak pada suatu kata yang
tersebut adalah:
dilihat dari maknanya, atau kata tersebut bisa disandarkan kepada kata
yang lain baik dia itu subjek (fail) atau pemulaan kalimat (mubtada).
(1) Tanwin التنوين yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat yang
ditandai dengan harakat double ـًــ ـٍــ ـٌــ ـ. Contohnya, خالـٌدatau
زيٍد,dan ت
ٍ قانتا. Maka kata-kata dalam semua contoh ini adalah Isim
karena boleh dimasuki oleh tanwin. Tanwin secara garis besarnya
6
Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm. 5
22
(2) Dapat dimasuki dan dihubungkan dengan Alif dan Lam, ألـ pada
awal kata. Setiap kata yang didahului oleh AL atau boleh menerima
Semua kata ini adalah Isim ditandai dengan adanya AL di awal kata.
(3) Dapat dimasuki oleh Jarr الجر. Baik jarr disebabkan oleh adanya
huruf jarr maupun karena Idhafah. Contohnya, ح
ِ السط الحراس على
على, kata Sathi dibaca kasrah karena dimasuki oleh huruf jarr yaitu
Ála. Contoh Idhafah ب كتاب
ِ الطال kata At Thalibi dibaca kasrah
7
Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 11
23
dalam bahasa Indonesia adalah kata kerja atau verbal. Sedangkan dalam
istilah Nahwu, Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu makna tersendiri
dan terikat dengan salah satu dari tiga bentuk waktu; masa lampau, masa
Ibid, hlm. 12
24
Contohnya َ َكَت
ب adalah kata yang menunjukkan makna penulisan
ْ أكُت
ب juga adalah kata yang menunjukkan makna penulisan dan terikat
dengan masa yang akan datang. Demikian juga contoh-contoh lain seperti
صر
ُ صر ان
ُ صَر ين
َ = َنmenolong, عَلْم
ْ عِلم يعَلم ا
َ = mengetahui, جَلس يجِلس
ْ = اجِلـ
س duduk, ْ = ضـَرب يضـِرب اضـِر
ب memukul, = فِهـم يفَهــم افَهـم
mengerti, memahami.
merupakan pembahasan Ilmu Sharaf atau dalam istilah yang lebih luas;
kata dasar dalam bahasa Arab banyak mempunyai varian bentuk kata sesuai
Fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada tiga macam saja, yaitu kata
kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu, kata kerja masa sekarang,
dan kata kerja perintah. Fi’il terdiri dari beberapa jenis,10 antara lain:
9
Ghaziadin Djupri, Op. Cit., hlm 25
10
tandanya secara Lafdzi yaitu: Pertama: dapat dimasuki oleh Lam لــ.
oleh sin السين dan saufa سوف. Juga dapat dimasuki oleh huruf jazm
tuntutan. Nun Taukid ada dua macam yaitu Khafifah (ringan) dan
اكتــب. Kedua kata aslinya yang untuk laki-laki adalah Fi’il karena
menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya Mukhathabah. Dan dua
11
Ibid, hlm. 16
27
(4) Tanda Fi’il keempat adalah suatu kata yang menunjukkan makna
tuntutan dan kata tersebut bisa menerima Ya Mukhathabah ياء المخاطبة
atau Nun Taukid ن الّتوكيد
َ ُنو.
3) Huruf الحرف
Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai kata bantu, yaitu kata
yang mengandung makna yang tidak berdiri sendiri. Maknanya hanya bisa
diketahui dengan bersandingan dengan kata lain, baik Isim atau Fi’il Tanda
Huruf adalah tidak menerima tanda-tanda Isim atau tanda-tanda Fi’il, atau
dengan ungkapan lain, Huruf adalah tanpa tanda pengenal. Kalau kita
mengenal Jim dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas, kita
mengenal Ha tanpa titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan
Fi’il dengan tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal
jenis kata Huruf tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim atau
Fi’il.
Kata yang termasuk dalam jenis Huruf ini terbagi bermacam-macam
sesuai dengan fungsinya yang mempengaruhi status kata yang dimasukinya,
sesuai dengan fungsi maknanya, dan terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Huruf yang dapat masuk ke Isim maupun Fiíl, dan huruf tersebut tidak
ْ َهdalam هل
mempunyai kedudukan apa apa dalam I’rab. Contoh, kata Hal ل
mempunyai kedudukan dan fungsi dalam I’rab. Contoh, huruf Nashab dan
Jazam.12
12
28
a) Al BINA البناء
suatu kata tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-
faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata, atau simpelnya, Bina
adalah kata yang tidak berubah harakah akhir hurufnya. Contohnya, kata
aina ن
َ ( أيــdimana) dan amsi س
ِ ( أْمــkemarin), dimana baris (harakah)
Tanda-tanda bina suatu kata dalam I’rab terbagi menjadi empat, yaitu:
(1) Sukun ن
ُ سكو
ّ الyaitu tidak adanya harakah, yang mana terdapat pada
huruf, fiíl serta isim, contoh mabni dengan sukun dari huruf ل
ْ ه, dan
dari fiíl, قْم, dan dari isim, كْم.
(2) Fatha ح
ُ الَفْت, berbaris atas dengan fatha, hal ini pun terdapat pada Isim,
contohnya ن
َ أيـــ, dan Huruf, contohnya ف
َ ســـو, juga pada Fi’il,
contohnya, قاَم.
(3) Kasrah سُر
ْ الَكberbaris bawah dengan kasrah, terdapat pada Isim,
contohnya س
ِ أْمdan huruf, contohnya huruf Lam Al Jarr لِم الجر
misalnya dalam kalimat ﻝ ِلَزْيٍد
ُ الما.
(4) Dhamma ضّم
ّ الberbaris atas dengan Dhamma, terdapat pada huruf,
contohnya مْنُذdan isim yang menunjukkan arah misalnya ت
ُ تحdengan
syarat harus Idhafah secara makna tanpa Lafadz.
Bentuk-bentuk Mabni, setelah mengetahui macam-macam tanda
bina, seyogyanyalah untuk mengetahui apa-apa saja dari Isim, Fi’il dan
Muhamad Latif Kurniawan, Cara mudah Mempelajari Tata Bahasa Arab ( Nahwu dan
Shorof, (Jakarta : Gema Insani, 2008) hlm. 17
29
Huruf yang Mabni agar tidak salah dalam menempatkan letak serta
hukumnya dalam suatu kalimat.13
6) Huruf ف
ُ حُرو
ُ ال
Semua huruf adalah Mabni, baik dengan Fatha seperti ثّم، ف،ك
َ ،َو
,maupun Sukun, seperti ْ هل، إلى، في،ن
ْ م, dan Kasrah seperti ِبـ )كتبت،(ﻝ ِلَزْيٍد
ُ ِلـ )الما
)بالقلم, dan juga Dhamma sperti منُذ.
7) Af’al الفعال
Semua Fi’il adalah Mabni kecuali Fi’il Mudhari’ yang tidak
dimasuki oleh salah satu dari Nun Niswah نون النسوةmaupun Nun Taukid ن
َ ُنو
الّتوكيد.
a) Bentuk-bentuk Bina Fi’il Madhi
(1) Fatha: Jika tidak berhubungan dengan kata apa pun, contohnya تكلَم, سمَع
ْ جلس, ت
ت ْ فهَمatau Fi’il tersebut berhubungan dengan Al Alif Al Itsnain
َ سعْيُت،سعْيتما.
ن
Fi’il Mudhari’ Mabni apabila dimasuki oleh salah satu dari Nun
Taukid dan Nun Niswah, dan tanda binanya adalah, Sukun: Apabila
13
Ibid, hlm. 17
14
Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 20
30
yang berbicara) misalnya بيتي, Ha ( هاءorang ketiga tunggal) misalnya بيتُه. Kaf
d) Isim (kata benda) yang mengandung arti fi’íl (kata kerja), contohnya, مْه،صْه
(cukup!), ي
ّ ( حterimalah), ف
ّ ( أmakian), ي
ْ ( وmakian), ت
َ ( هيهاjauh). Dan lain-
ْ أ.15
أّيان,ي
9) AL I’RAB العراب
I,rab adalah kebalikan dan lawan dari Bina, dimana harakah (baris) akhir
dari suatu kata akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang
merubah harakah dan kedudukan kata dalam kalimat. Yang mana tanda-tanda I’rab
itu terbagi menjadi dua, ada tanda yang asli dan farí (bukan asli).
Tanda Asli dari I’rab adalah Dhamma الضمُةuntuk Rafa’, Fatha الفتحُةuntuk
Nashab, Kasrah الكسرةuntuk Jarr, dan Sukun السكونuntuk Jazam. Tanda-tanda ini
ada yang dikhususkan untuk Isim dan Fiíl saja yaitu Rafa’dan Nashab, contohnya
Mu’min dan yutqinu dengan Dhamma, contoh lain dari yang Nashab, ن القطاَر لن
ّإ
15
Muhamad Latif Kurniawan, Op. Cit., hlm. 22
32
يغادَر قبل المساءNashab Isim Qitara karena dimasuki Inna (huruf Nashab isim dan
rafa’khabarnya) dan Fiíl Yughadir dengan Fatha karena dimasuki oleh huruf
nashab yaitu Lan. Dan dari tanda-tanda I’rab tersebut ada juga yang dikhususkan
terhadap isim yaitu Jarr, contohnya في مسجِد المدينِة عالمKata masjidi dibaca kasrah
karena di dahului huruf Jarr dan kata Madinah di baca kasrah karena Idhafaf.
Adapun tanda Jazam dikhususkannya kepada Fiíl, contohnya لم يفْز بالنجاح كسوﻝkata
harakat lainnya seperti kasrah mengganti fatha pada Jamak Muzakkar Salim dan
digantikan oleh huruf, misalnya Wau menggantikan dhamma pada jamak muzakkar
salim. Menurut Lulu Fikar16 kesemuanya itu dapat diperincikan secara garis
besarnya (baik harakah yang menggantikan posisi harakah lainnya maupun huruf
16
Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 23
33
dengan Kasrah, contohnya: المساجِد في, karena kata masajid dimasuki oleh
AL.17
b) Harakah digantikan oleh Huruf
(1) Mutsanna المثنىyaitu yang menunjukkan kepada dua (bernyawa atau tidak
bernyawa), antara tunggal dan jamak. Yang ditambahkan Alif ألفdan Nun
(2) Jamak Muzakkar Salim جمــع مــذكر ســالمyang menunjukkan tiga atau lebih
(3) Asma Sittah السماء الستةyaitu ( أبbapak), ( أخsaudara lk), ( حمpanan), ( ذوyg
contohnya حضر أبو علي, Manshub dengan Alif اللف, contoh ت أبا علي
ُ ورأي, dan
haruslah tunggal (mufrad) tidak boleh mutsanna (dua) dan Jamak. Syarat
lainnya adalah harus Idhafah, contohnya حضر أبـوه. Dan tidak boleh jika
(1) Al Af’al Al Khmasa الفعال الخمسةyaitu setiap Fi’il yang berhubungan dengan
تفعلون، يفعلون,تفعلين. Hukum I’rab Fi’il yang lima ini adalah menghilangkan
huruf Nunnya apabila Ia Mnshub atau Majzum, contohnya يريد التاجران ان
dengan huruf nashb. Atau majzum karena dimasuki oleh huruf jazm seperti
(2) Mudhari’ Mu’tal Akhir, yaitu fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya adalah
huruf Illat (alif, wau dan ya). Apabila ia berada pada posisi Majzum maka
wannya ش أعداءه
َ خالد لم يخ. Dihilangkan huruf yanya.
I’rab terbagi menjadi tiga macam, yaitu I’rab Dhahir (nampak) إعراب
ظاهر, I’rab Muqaddar (tersembunyi) إعراب مقدرdan I’rab Mahalli إعراب محلي
(berdasarkan tempat dan kedudukan dalam kalimat). I’rab Dhahir إعراب ظاهر
adalah nampak dan terlihatnya tanda-tanda I’rab seperti kasrah, dhamma dan
fatha pada akhir suatu kata, contohnya في المساجدdimana terlihat dengan jelas
kasrah pada kata masajidi. I’rab Muqaddar yaitu tidak nampaknya tanda-tanda
I’rab dengan jelas pada akhir kata disebabkan oleh beratnya lidah untuk
menempatkannya pada suatu posisi dengan harakat yang sesuai ataupun karena
dimasuki oleh huruf jarr tambahan (zaid). Dan semua itu terdapat pada:
(1) Isim Manquush السم المنقوصyaitu isim yang diakhiri dengan huruf Ya dan
(2) Isim Maqshur السم المقصورyaitu isim yang diakhiri dengan Alif dan huruf
ً ت بفــت
ى ُ ومــررI’rabnya adalah dengan menyembunyikan semua harakatnya
sesuai.
(4) Isim yang dijarr dengan huruf jarr tambahan, contohnya ما حضر من أحٍد.
(5) Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf illat, baik huruf akhirnya
suatu isim dalam kalimat, dan kebanyakan terdapat pada semua isim yang
mabni, contoh dari kata penunjuk هذا كريم, contoh dari kata penghubung أكرمت
الذي نجح.18
tertentu atau dengan kata lain nakirah adalah sesuatu yang belum tentu dan
tersebut belum jelas ketentuannya, manusia yang manakah atau lelaki yang
kepada susuatu yang tertentu, yang terbagi menjadi tujuh bagian yaitu Dhamir,
álam, kata penunjuk, kata penghubung, kata yang ber alif lam ()أﻝ, bersandar
(orang pertama tunggal) atau mukhatab (lawan berbicara) dan ghaib (orang
ketiga). Yang terbagi menjadi dhamir Munfashil (terpisah) yaitu dhamir yang
boleh dimulai dengannya pada awal kalimat atau terletak setalh Illa (kecuali).
kata lain, contoh dhamir munfashil, saya ()أنا, kamu laki-laki (ت
َ )أن, kami/kita (
)نحن, dia laki-laki ()هو, dia perempuan ()هي, mereka ( )همkesemuanya adalah
adapaun yang menempati nashab yaitu saya ()إّياي, kamu ()إّياك, mereka ()إياهم
18
Lulu Fikar, Op. Cit., hlm. 30
37
yang meliputi Kunyah (gelar) yaitu kata yang dimulai dengan ibn, abu atau
umm, contohnya ( )أم المـــؤمنين,( )ابـــن الـــوردي,()أبـــو بكـــر. Laqab (gelar) yang
contohnya (= الفاروقyang dapat membdakan baik dan buruk) dan (= العشىyang
cacat matanya). Ataupun nama-nama orang selain kuniyah dan laqab, baik
yang tunggal maupun yang tersusun dari dua kata, contohnya (,( )هنــد,(أحمـد
yang tertentu baik dekat ataupun jauh, contoh (= هذاini lk), (= هذ هini pr), (ذلك
susuatu yang tertentu yang berhubungan, contohnya (= الذيyang lk) dan (التي
=yang pr).
Alif Lam ( )ألyaitu isim nakirah yang dimasuki oleh alif dan lam, dan
menjadikan sesuatu itu menjadi tertentu (ma’rifat), contohnya kata buku ()كتاب
yang belum diketahui buku yang mana maka ditambahkan alif dan lam guna
dalam contoh ini adalah nakirah namun karena diidafahkan pada isim ma’rifat
19
Taufiqul Hakim, Op. Cit., hlm 32
38
I’rab Fi’il Mudhari’ ada tiga yaitu Nashab, Jazam dan Rafa’.
Dinashabkan Mudhari’ apabila dimasuki oleh salah satu dari huruf Nashab
yaitu, An ن
ْ أcontohnya َن َتُموت
ْ س َأ
ٍ ن ِلَنْف
َ َوَما َكا, Lan لن, contohnya ل َما
ّ صيَبَنا ِإ
ِ ُقل ّلن ُي
َ َكَت, Izan إذنcontohnya إذن ُأكرَمك. أريد أن أزورك, Kay كي, contohnya
ّ با
ل
َ ل فتكس
ب ْ تعم, atau Athaf kepada isim sebelumnya.
Fi’il Mudhari’ itu Majzum apabila didahului oleh salah satu dari
والذى. Dan Fi’il Mudhari’ juga majzum apabila di masuki oleh salah satu dari
huruh Syarth. Apabila Fi’il Mudhari’ kosong dari huruf Nashab dan Jazam
20
Ibid, hlm. 33
21
Ibid, hlm. 32
39
tatanan realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-
24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm.
161.
40
kebutuhan dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau dapat
tetapi jauh lebih dalam lagi yaitu dapat memahami gagasan yang dapat
simbol-simbol bahasa yang tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk
memahami bacaan.
yang melibatkan berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam diri
Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang
dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Sedangkan pengertian Hadits
sebagai berikut:
kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan
28
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Aksara,
Bandung,1987.hlm 8.
29
Ibid, hlm. 9.
30
Wikepedia Indonesia
42
pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada saat ini
ataupun hukum32
suatu daya yang ada pada diri manusia untuk melaksanakan suatu perbuatan
memahami yang tersirat dalam hal yang tersurat, melihat pikiran yang
dan kekuatan seseorang dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits secara tartil
bacaan dan yang membaca Al-Qur'an adalah ibadah sesuai dengan firman
Allah SWT :
31
Ibid
32
Ibid
33
Ibid, hlm. 3.
43
4).34
(10-8 : الم نجعل له عينين ولسانا وشفتين وهد ينه الّنجد ين )البلد
Artinya : “Bukanlah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan”.35
Dasar membaca yang terdapat dalam ayat tersebut adalah mata untuk
melihat teks atau tulisan, lidah dan dua buah bibir untuk melafalkan dan
agar tidak menjadi manusia yang asing akan informasi-informasi baru yang
pengetahuan.36
Dan dasar yang kedua adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi :
الــذي. اقــرأ وربــك الكــرم. خلق النسان من علــق.اقرأ باسم ربك الذي خلق
34
Al-Qur’an, Surat Muzammil Ayat 4, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf
Asy-syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi.2008 hlm. 988.
35
Al-Qur’an, Surat Al-Balad Ayat 8-10, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf
Asy-syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi, 2008. hlm. 1061.
36
Rahayu S. Hidayat, Op.cit, hlm. 31.
44
memerlukan suatu proses, maka tidak mungkin dapat terlepas dari aktivitas
seseorang berjalan tanpa tujuan, arah geraknya, kecepatan, lama dan cara
berjalannya tentu berbeda dengan orang yang berjalan dengan tujuan yang
jelas.39
37
Al-Qur’an, Surat Al-Alaq Ayat 1-5, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf
Asy- syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kerajaan Arab Saudi, 2008. hlm. 1079.
38
Rahayu S. Hidayat, Op.cit, hlm. 25.
39
Ibid, hlm. 29.
40
DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca, Angkasa, Bandung, 1980, hlm. 71.
45
membaca ketika usia mereka masih sangat muda adalah sebagai berikut :
sampai sepuluh tahun pada puncaknya dan tidak akan pernah terulang
lagi.
2) Jauh lebih mudah mengajarkan anak membaca pada usia dini daripada
3) Anak yang diajar membaca pada usia yang sangat dini dapat menyerap
lebih mudah mengerti dari pada anak yang tidak membaca seperti itu.
bidang studi, membaca bukan mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi
bahasa saja, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.42
41
Gleen Doman, Mengajar Bayi Anda Membaca, Gaya Favorit Press, Jakarta, 1998, hlm.
94.
42
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta,
1998, hlm. 207.
46
yang sangat penting dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam belajar
nahwu dan sharaf, sebab jika seseorang itu mampu menguasai pelajaran nahwu
dan Sharaf dengan baik maka akan lebih mudah dalam memahami Al-Qur'an
pelajaran nahwu dan sharaf, maka dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits dan
sebagai berikut :
ول بّد من الجّد والمواظبة والمل زمة لطا لب العلم ول بـّد لطــا لــب العلــم
. ول بّد لطا لب العلم من الهّمة العالية فى العلم,من المواظبة على الّد رس
44
Artinya : “Bagi pelajar harus mempunyai kemauan yang keras, bagi pelajar
harus kontinyu dalam belajar, bagi pelajar harus mempunyai cita-
cita yang tinggi dalam mencari ilmu”.
Bagi siswa atau anak didik yang mempelajari nahwu dan sharaf akan
43
Ibid, hlm. 209.
44
Syeh Az-Zarnuji, Al-Ta’limul Muta’alim, Surabaya, Al-Ma’arif, t.th, hlm. 20-23.
47
kurang perhatian, kurang usaha dan kurang aktif dalam belajar, maka
Maka pelajaran Nahwu dan Sharaf juga merupakan mata pelajaran yang
dalam memahami bahasa Arab secara lisan maupun secara tulisan, sehingga
diharapkan akan dapat memahami ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al-Hadits. 45
Mempelajari nahwu dan sharaf adalah syarat wajib untuk menguasai isi
nahwu dan sharaf.46 Dengan demikian penguasaan pelajaran nahwu dan sharaf
pelajaran pendidikan agama Islam yang memiliki tujuan yang sama yaitu
B. Rumusan Hipotesis
45
Depag RI, GBPP Baca Tulis Al-Qur’an, Dirjen Kelembagaan Islam, Jakarta, 2000, hlm.
23.
46
Ibid, hlm. 188.
48