You are on page 1of 191

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI

PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

TRI ARIESSIANA NUSAWANTI


H34052048

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

TRI ARIESSIANA NUSAWANTI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha


Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal. Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
POPONG NURHAYATI).

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak


perekonomian Indonesia karena telah terbukti mampu bertahan pada masa krisis
ekonomi dan menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan
UKM, dimana pada 2007 menempati urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49
persen. Industri makanan jadi merupakan bagian dari sektor industri pengolahan
yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman
pangan. Roti merupakan salah satu alternatif makanan jadi yang cukup diminati
masyarakat karena tersedia dalam aneka pilihan rasa, praktis penyajiannya, dan
dapat dinikmati mulai anak-anak sampai orang tua. Oleh karena itu, konsumsi
terhadap roti juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini dapat
menjadi peluang pasar yang potensial bagi industri roti yang ingin
mengembangkan usahanya. Kabupaten Kendal juga tidak terlepas dari
perkembangan usaha pembuatan roti, dimana jumlah produsen roti di Kabupaten
Kendal semakin meningkat setiap tahunnya. Bertambahnya jumlah produsen roti
akan berimplikasi terhadap tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara
perusahaan roti. Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten
Kendal. Tingginya persaingan ini menjadi salah satu faktor bagi Bagas Bakery
untuk melakukan pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah (1)
menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas
Bakery, (2) menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman
bagi Bagas Bakery, serta (3) mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang
diberikan dengan strategi yang telah dijalan oleh Bagas Bakery.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di Desa
Kutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Waktu
penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai Mei 2008. Penarikan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan
responden dipilih secara sengaja. Respoden yang digunakan penelitian ini
berjumlah lima orang, yaitu tiga respoden dari pihak internal dan dua responden
dari pihak eksternal. Pihak internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligus
merangkap bagian pemasaran, pengelola keuangan, dan pengawas produksi.
Sedangkan pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal serta Kepala bidang UMKM
Dinas KUKM Kabupaten Kendal. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam
penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih
objektif. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan
analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk
merumuskan strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks
SWOT, dan matriks QSP (QSPM).
Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar 2,752
dan 2,959. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada
pada posisi V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT
diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP (QSPM) diperoleh
prioritas strategi bagi Bagas Bakery secara berturut-turut, yaitu (1) meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (STAS=6,317); (2) meningkatkan mutu produk
dan pelayanan (STAS=6,175); (3) melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan (STAS=6,136); (4) memanfaatkan skim kredit yang
ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini
(STAS=6,084); (5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang
sudah ada (STAS=6,026); (6) memperbaiki label kemasan produk (STAS=5,819);
(7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari
produsen ke konsumen (STAS=5,618); serta (8) membuka outlet khusus untuk
direct selling (STAS=5,548).
Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara
alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas
Bakery. Adapun strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lain
melakukan diversifikasi produk, menggunakan perantara dalam pendistribusian
produk, serta melayani/menerima pesanan untuk acara-acara tertentu. Kesesuaian
ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada Bagas Bakery masih
berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya
mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih
berkaitan dengan strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi
yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih
berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian produk,
serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih berkaitan dengan
strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif strategi tersebut, masih
terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak Bagas Bakery belum
menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan dengan strategi yang sudah ada
sebelumnya, namun secara umum alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu
melengkapi dan mengatasi permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena
penyusunan strategi didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dihadapi Bagas Bakery.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI
PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

TRI ARIESSIANA NUSAWANTI


H34052048

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas
Bakery, Kabupaten Kendal
Nama : Tri Ariessiana Nusawanti
NIM : H34052048

Disetujui,
Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM


NIP. 131 995 654

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Mei 2009

Tri Ariessiana Nusawanti


H34052048
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 10 April 1987. Penulis adalah


anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibunda
Istianah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojonggede pada
tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTP Negeri 2 Kendal. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Kendal.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis
diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai
mayor serta Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian sebagai
minor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di beberapa organisasi
internal maupun eksternal kampus, seperti pengurus Forum Komunikasi
Mahasiswa Bahurekso Kendal pada Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia
periode 2006-2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Manajemen sebagai Wakil Sekretaris II periode 2006-2007, pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai Kepala
Bidang Pemberdayaan Perempuan periode 2007-2008, serta beberapa kepanitian
yang bersifat sementara. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen
Mata Kuliah Ekonomi Umum periode 2007-2009.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery,
Kabupaten Kendal . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal
dan eksternal pada Bagas Bakery serta mengkaji kesesuaian antara alternatif
strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah
penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009


Tri Ariessiana Nusawanti
UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang
telah diberikan kepada penulis selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suharno, MA. Dev selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Orang tua dan keluarga tercinta khususnya Ayah, Ibu, Mbak Dewi, Mas Jon,
Dek Ifa dan A an untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan.
Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan
selama masa perkuliahan.
6. Pihak Bagas Bakery khususnya Bapak Samsudin, Ibu Junarti dan Bapak
Sobari atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
7. Ibu Nur selaku Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai
responden pihak eksternal.
8. Bapak Juni Suhendra selaku Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan
waktunya sebagai responden pihak eksternal.
9. Moch Taufik Prayoga atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan
selama penyusunan skripsi.
10. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu wening, Syahra Zulfa, dan Ferry
atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga
penulisan skripsi.
11. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Pamijahan, yaitu
Rina, Echa, Indry, dan Ferdy serta anak-anak Ciawigebang dan Cibeureum
atas kebersamaan dan pengalaman selama di Kuningan.
12. Ika, Aqsa, Hepi, Tiara, Cila, Sari, Ayu, Mutiara Dewi, Wiwi, Shinta, Tika,
dan seluruh temen-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman,
kebersamaan, dan sharing yang diberikan selama penelitian hingga penulisan
skripsi.
13. Rizkia Amalia atas kesediannya sebagai pembahas dalam seminar dan saran
maupun masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi.
14. Teman-teman satu omda Fokma Bahurekso Kendal , yaitu Eni, Dila, Aji,
Rifka, Rino, Farikhin, dan lain-lain atas kebersamaan, keakraban, dan rasa
kekeluargaan selama di Bogor.
15. Teman-teman satu kosan Putri 26 , khususnya Fitriyah, Upik, Mbak Ria,
Teni, Mbak Desi, Ami, Mbak Ana, Mbak Dona, Gita, Ayu, dan Nia atas
kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Mei 2009


Tri Ariessiana Nusawanti
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii


DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvi
I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 6
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................... 8
1.4. Kegunaan Penulisan ...................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup .............................................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah .............................. 10
2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti.................................... 12
2.3. Bahan Dasar Pembuatan Roti ........................................ 14
2.4. Tahapan Umum Pembuatan Roti ................................... 16
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 18
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 25
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................... 25
3.1.1 Pengertian Strategi .............................................. 25
3.1.2 Klasifikasi Strategi ............................................. 25
3.1.3 Konsep Manajemen Strategis............................... 29
3.1.4 Strategi Pengembangan Usaha ............................. 32
3.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................... 33
3.1.6 Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ 33
3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal .................. 33
3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................ 35
3.1.7 Matriks IFE dan EFE .......................................... 40
3.1.8 Matriks IE ........................................................... 40
3.1.9 Matriks SWOT . .................................................. 41
3.1.10 Matriks QSP (QSPM) .......................................... 41
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................. 42
IV METODE PENELITIAN ....................................................... 45
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 45
4.2. Metode Penentuan Sampel ............................................ 45
4.3. Desain Penelitian ........................................................... 45
4.4. Data dan Instrumentasi .................................................. 46
4.5. Metode Pengumpulan Data ............................................ 46
4.6. Metode Pengolahan Data ............................................... 46
4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ 47
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................ 58
5.1. Sejarah Pendirian Bagas Bakery .................................... 58
5.2. Lokasi Perusahaan ......................................................... 59
5.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................................ 60
5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................... 60
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ....................... 63
6.1. Analisis Lingkungan Internal ......................................... 63
6.1.1. Manajemen ........................................................ 63
6.1.2. Pemasaran .......................................................... 65
6.1.3. Keuangan dan Akuntansi ................................... 71
6.1.4. Produksi dan Operasi ......................................... 72
6.1.5. Sumber Daya Manusia ....................................... 75
6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ............ 77
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 78
6.2.1. Lingkungan Jauh ................................................ 78
6.2.2. Lingkungan Industri ........................................... 98
VII FORMULASI STRATEGI ..................................................... 104
7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan 104
7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ... 107
7.3. Analisis Matriks IFE ..................................................... 111
7.4. Analisis Matriks EFE .................................................... 113
7.5. Analisis Matriks IE ....................................................... 115
7.6. Analisis Matriks SWOT ................................................ 116
7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM) ...................................... 120
7.8. Pengkajian Kesesuaian antara Alternatif Strategi yang
Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh
Bagas Bakery ................................................................ 122
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 127
8.1. Kesimpulan ................................................................... 127
8.2. Saran ............................................................................ 129
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 130
LAMPIRAN ....................................................................................... 132
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi
Per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2002 2007 ...................... 2
2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah
per 100 gram Bahan Zat Gizi ........................................................ 3
3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan
di Indonesia pada Tahun 2004 2007 .......................................... 4
4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti
di Kabupaten Kendal pada Tahun 2003 2008 ............................. 5
5. Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 22
6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .................... 48
7. Matriks IFE ................................................................................... 49
8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ................. 50
9. Matriks EFE ................................................................................... 52
10. Matriks QSP (QSPM) ................................................................... 57
11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery .............................. 68
12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi
pada Bagas Bakery ....................................................................... 77
13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003 2007 ............................. 83
14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 2007 .................................. 83
15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2004 - 2007 (Persen) .......................................................... 84
16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal
Tahun 2003-2007 (Milyar Rp) ....................................................... 85
17. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal
per Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007 .................................... 86
18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk
Kabupaten Kendal pada Tahun 2007 ............................................. 87
19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal
pada Tahun 2004-2007 .................................................................. 88
20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut
Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Kendal
pada Tahun 2006-2007 (Persen) .................................................... 89

21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 .............................. 93


22. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) ................. 94
23. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 .............................. 96
24. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007 ................ 96
25. Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................. 112
26. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................ 114
27. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery ............................. 124
28. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan
dengan Stretegi yang telah Dijalankan oleh Bagas Bakery ............. 123
29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan
Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi ................................... 125
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery
pada Bulan Februari sampai Desember 2008 .................................. 7
2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991) .............................. 27
3. Model Komprehensif Manajemen Strategis ................................... 31
4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ....... 37
5. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................. 44
6. Matriks Internal Eksternal (IE) ...................................................... 53
7. Matriks SWOT .............................................................................. 55
8. Struktur Organisasi Bagas Bakery ................................................. 61
9. Saluran Distribusi pada Bagas Bakery ........................................... 69
10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu .................... 90
11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula ................................... 91
12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur .................................. 92
13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery ............................... 115
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal
dan Eksternal pada Bagas Bakery .................................................. 133
2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan
Faktor Internal ............................................................................... 138
3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ............................... 143
4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 148
5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 149
6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan
Faktor Eksternal ............................................................................ 150
7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis ............................. 155
8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 160
9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 161
10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery ............................ 162
11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery ....................... 163
12. Dokumentasi ................................................................................. 175
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang besar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi
serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Kondisi
ini dapat dilihat dari kontribusi Usaha Kecil Menengah terhadap penyerapan
tenaga kerja, nilai tambah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
dan nilai ekspor hasil produksi UKM.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perkembangan jumlah UKM pada
periode 2006-2007 mengalami peningkatan 1,84 persen, yaitu dari 48,9 juta unit
usaha pada 2006 menjadi 49,8 juta unit usaha pada 2007. Adanya peningkatan
pada jumlah UKM ini berimplikasi terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu
sebesar 91,8 juta orang atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia.
Peningkatan ini tidak hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM dan
penyerapan tenaga kerja saja, akan tetapi peningkatan juga terjadi pada
pembentukan PDB dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Kontribusi UKM
terhadap penciptaan PDB pada 2007 mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat
sebesar Rp 335,1 triliun dari tahun 2006. Dari jumlah ini, UKM memberikan
kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB Indonesia. Selain itu, hasil produksi
UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 122,3 triliun
pada tahun 2006 menjadi Rp 142,8 triliun pada tahun 2007.1 Kondisi ini
menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu motor
penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian
nasional dan daerah.
Menurut jenis lapangan usahanya, maka Usaha Kecil Menengah dibagai
menjadi sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas, dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel,
dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa

1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.
http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [10 Februari 2008]
perusahaan, serta (9) sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor tersebut, industri
pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan oleh UKM
dimana pada tahun 2007 berada pada urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49
persen.2 Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri
pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan
penganekaragaman pangan.
Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang membawa segala
sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien, maka preferensi masyarakat
juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung
oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan
oleh kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi makanan atau
minuman siap saji. Berikut ini merupakan data mengenai pengeluaran rata-rata
makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan
(Tabel 1).

Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulan
di Indonesia Tahun 2002 2007
Tahun Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman
Jadi per Kapita per Bulan (Rp)
2002 20.012
2003 22.068
2004 24.202
2005 27.729
*
2006 30.169
*
2007 37.030

Sumber : Susenas Tahun 2003 - 2007


Keterangan : * mulai tahun 2006 minuman yang mengandung alkohol sudah
tergabung dengan kelompok makanan dan minuman jadi

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui adanya peningkatan terhadap pengeluaran


rata-rata masyarakat Indonesia yang digunakan untuk mengkonsumsi makanan
dan minuman jadi setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa preferensi

2
Loc. cit
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangannya meningkat setiap tahun.
Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang
memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses
produksinya. Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery,
bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Di dalam kelompok
bakery, roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan populer hingga
saat ini. Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula
dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam perkembangannya, budaya
mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa
menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi
sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu
makan. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada roti juga tidak jauh berbeda
bahkan lebih baik daripada nasi atau mi basah. Berikut ini merupakan data
mengenai kandungan gizi roti per 100 gram bahan zat gizi (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan
Zat Gizi
Zat Gizi Roti Putih Roti Coklat Nasi Mi Basah
Energi (Kkal) 248,00 249,00 178,00 86,00
Protein (g) 8,00 7,90 2,10 0,60
Lemak (g) 1,20 1,50 0,10 3,30
Karbohidrat (g) 50,00 49,70 40,60 14,00
Kalsium (mg) 10,00 20,00 5,00 14,00
Fosfor (mg) 95,00 140,00 22,00 13,00
Besi (mg) 1,50 2,50 0,50 0,80
Vitamin A (SI) 0,00 0,00 0,00 0,00
Vitamin B1 (mg) 0,10 0,15 0,02 0,00
Vitamin C (mg) 0,00 0,00 0,00 0,00
Air (g) 40,00 40,00 57,00 80,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992) dalam http://banabakery.wordpress.com


Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa kandungan gizi yang terdapat pada
100 gram roti lebih banyak dibandingan dengan kandungan gizi yang terdapat
pada 100 gram nasi atau mie basah, khususnya dalam hal energi, karbohidrat,
protein, kalsium, fosfor dan besi. Kondisi ini menunjukkan bahwa roti memiliki
keunggulan yang lebih baik daripada nasi atai mie basah terkait dengan
kandungan gizinya.
Roti digemari banyak orang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
karena roti mudah dan praktis penyajiannya, tersedia dalam aneka bentuk maupun
pilihan rasa seperti coklat, strawberry, vanila, keju, nenas, daging sapi, daging
ayam, sosis dan lain-lain serta roti memiliki cita rasa dan tekstur yang khas.
Terkait dengan kelebihan dan kepraktisan yang terdapat pada roti maka konsumsi
rata-rata penduduk terhadap produk roti mengalami peningkatan. Berikut ini
merupakan data mengenai konsumsi rata-rata terhadap produk roti (Tabel 3).

Tabel 3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan di Indonesia pada


Tahun 2004 2007
Konsumsi Rata-Rata Roti Konsumsi Rata-Rata Roti Manis atau
Tahun Tawar Per Kapita Per Bulan Lainnya Per Kapita Per Bulan
(bungkus kecil) (potong)
2004 0,160 1,336
2005 0,152 1,408
2006 0,184 1,520
2007 0,272 2,020

Sumber : Susenas Tahun 2004 2007

Berdasarkan Tabel 3, konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap roti


secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan masyarakat terhadap pangan khususnya roti mengalami
peningkatan dan budaya untuk mengkonsumsi roti sudah tidak menjadi asing lagi
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peluang pasar untuk
industri roti masih cukup besar dan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan roti
untuk mengembangkan usahanya juga masih besar.
Seiring dengan meningkatnya perkembangan perusahaan yang bergerak di
bidang industri roti (bakery) maka skala usaha yang dijalankan juga semakin

4
beragam, mulai dari home industry, kecil, sedang, sampai usaha besar. Kabupaten
Kendal juga tidak terlepas dari perkembangan usaha pembuatan roti. Saat ini,
industri roti merupakan salah satu industri makanan jadi di Kendal yang cukup
berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan roti di Kabupaten
Kendal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4 memberikan
informasi mengenai perkembangan jumlah usaha kecil dan menengah secara
keseluruhan yang terdapat di Kabupaten Kendal.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti di Kabupaten Kendal pada


Tahun 2003 2008
Tahun Jumlah Perusahaan (Unit) Pertumbuhan (%)
2003 10 -
2004 26 61,54
2005 32 18,75
2006 50 36,00
2007 53 5,66
2008 72 26,39

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (2003-2008)

Berdasarkan Tabel 4, jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin


meningkat dan laju pertumbuhan perusahaan roti yang paling tinggi terjadi pada
2008. Hal ini karena pada 2008 kondisi perekonomian Kabupaten Kendal semakin
baik sehingga hal ini berimplikasi terhadap peningkatan seluruh sektor ekonomi,
termasuk industri roti yang merupakan bagian dari sektor industri pengolahan.
Bertambahnya jumlah produsen roti maka bertambah pula jumlah pesaing dalam
industri roti tersebut sehingga kondisi ini berimplikasi terhadap tingkat persaingan
yang juga semakin tinggi untuk merebut pangsa pasar. Oleh karena itu, para
produsen roti harus mampu merumuskan strategi yang tepat untuk menghadapi
persaingan yang semakin ketat sehingga mampu bertahan dalam industri roti
(bakery).

5
1.2. Perumusan Masalah
Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya
perubahan pola konsumsi. Seiring dengan tingkat kesibukan dan aktivitas
masyarakat yang semakin meningkat yang didukung oleh kemajuan di berbagai
bidang maka kondisi tersebut menuntut pada segala sesuatu yang lebih praktis dan
efisien. Salah satunya, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan jadi yang
lebih praktis namun beragam. Oleh karena itu, dengan adanya peluang pasar
tersebut maka saat ini berkembang berbagai industri makanan jadi, misalnya
industri roti.
Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.
Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk jenis roti manis. Pada
awalnya roti yang diproduksi hanya berupa roti bolu, namun seiring
perkembangan usahanya, saat ini Bagas Bakery telah memproduksi lima jenis roti
yaitu roti bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Berdasarkan
definisi Usaha Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat Statistik serta
Kementerian UKM dan Koperasi, jika dilihat dari jumlah tenaga kerja dan omset
penjualannya maka usaha Bagas Bakery dapat digolongkan sebagi usaha
menengah. Hal ini karena saat ini jumlah tenaga kerja yang dimiliki Bagas Bakery
berjumlah 51 orang dan hasil penjualan rotinya sekitar Rp 250-300 juta per bulan.
Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi
roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena
jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu
meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti,
yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya
keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi. Jadi, dapat dikatakan kapasitas
produksi dari Bagas Bakery sekitar 86,67 persen. Meskipun pada umumnya usaha
Bagas Bakery mengalami peningkatan penjualan karena adanya peningkatan
permintaan terhadap produk roti, akan tetapi pada bulan tertentu penjualan Bagas
Bakery mengalami penurunan. Fluktuasi penjualan Bagas Bakery dapat dilihat
pada Gambar 1.

6
Gambar 1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari
sampai Desember 2008
Sumber : Pemilik Bagas Bakery

Gambar 1 menunjukkan bahwa penurunan penjualan Bagas Bakery yang


paling signifikan terlihat pada September 2008. Hal ini karena pada bulan
September 2008 bertepatan dengan bulan Ramadhan dan pada umumnya
keinginan konsumen untuk mengkonsumsi roti cenderung mengalami penurunan
sehingga hal ini berdampak pada penjualan Bagas Bakery yang menurun.
Dari sisi manajemen, terjadi tumpang tindih pekerjaan dimana pemilik
perusahaan selain berperan sebagai pemilik perusahaan juga bertanggung jawab
terhadap pemasaran produk. Hal ini menyebabkan pemilik perusahaan
mengemban tugas yang lebih berat. Selain itu, struktur organisasi Bagas Bakery
juga tidak begitu jelas, tetapi prinsip dasar manajemen telah diterapkan cukup
baik. Selain itu, Bagas Bakery juga menghadapi persaingan antar produsen roti
yang semakin tinggi mengingat jumlah produsen roti yang terdapat di Kabupaten
Kendal semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Melihat kondisi tersebut maka Bagas Bakery memerlukan perancangan
strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usahanya, agar
mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan menghadapi
lingkungan yang selalu berubah. Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi
Bagas Bakery adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika Bagas
Bakery mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki
7
serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Untuk
merumuskan strategi yang efektif maka dibutuhkan serangkaian proses analisis
internal dan eksternal untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang
berkaitan erat dengan pengembangan usaha bagi Bagas Bakery ke depan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apa sajakah faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi
Bagas Bakery?
2. Apa sajakah faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi
Bagas Bakery?
3. Bagaimana kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan
strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan
penelitian ini yaitu :
1) Menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi
Bagas Bakery.
2) Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi
Bagas Bakery.
3) Mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi
yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.

1.4. Kegunaan Penulisan


Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka kegunaan penulisan
penelitian ini, yaitu :
1) Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
bagi penulis mengenai perkembangan industri roti dan strategi yang
diterapkan produsen roti dalam mengelola usahanya.
2) Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal
8
pembuatan suatu perencanaan jangka panjang yang menyeluruh dalam rangka
pengembangan usaha.
3) Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai industri roti dan dapat menjadi referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup


Penelitian ini hanya mencakup pengkajian alternatif strategi
pengembangan usaha bagi Bagas Bakery yang berdasarkan analisis lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Implikasi strategi diserahkan sepenuhnya
kepada pengambil keputusan pada usaha Bagas Bakery.

9
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah


Menurut UU No. 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah
usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki kekekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.
3) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar.
5) Bentuk usaha merupakan orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Menurut Inpres No. 10/1999, yang dimaksud Usaha Menengah adalah
usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha
orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha berbadan hukum termasuk koperasi
2) Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan Usaha Besar
3) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 200 juta - Rp 10 miliar tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp 1 milyar per tahun.3
Disamping kedua definisi tersebut, Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah juga memiliki definisi tersendiri terhadap penggolongan Usaha
Kecil dan Menengah. Suatu usaha digolongkan sebagai sebagai usaha kecil jika
memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun, sedangkan sebuah usaha
digolongkan sebagai usaha menengah jika usaha yang dijalankan memiliki omset

3
Rahmana, Arief. 8 November 2008. Keragaman Definisi UKM di Indonesia
http://infoukm.wordpress.com/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia/. [25 November 2008]

10
antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. Selain itu, Badan Pusat
Statistik juga memiliki definisi tersendiri terkait dengan definisi Usaha Kecil
Menengah, yaitu dengan menggolongkan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1 sampai 19 orang; Usaha
Menengah adalah usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 99 orang; dan Usaha
Besar adalah usaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.4
Menurut UU No. 20/2008, yang dimaksud usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini. Adapun kriteria usaha kecil adalah :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta Rp 500 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta Rp 2,5 milyar.
Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria dari Usaha
Menengah yaitu :
1) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 500 juta Rp 10 milyar tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp 2,5 milyar - Rp50 milyar.5

4
[Anonim]. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
http://logika-hati.com/bisnis/Definisi-Usaha-Mikro-Kecil-Menengah-UMKM.html.
[7 Februari 2009]
5
[Anonim]. 9 Januari 2009. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2008. http://ukm88.blogspot.com/2009/01/kriteria-umkm-kriteria-
usaha-mikro.html. [10 Februari 2009]

11
2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya dan kemudian dipanggang. Pada
awalnya, roti dibuat dari bahan yang sederhana dan cara pembuatan yang
sederhana pula, yaitu roti dibuat dari dari gandum yang digiling menjadi terigu
murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas atau oven. Namun
dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi
ukuran, penampilan, bentuks, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya yang
disebabkan adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang
meliputu aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan
adonan.
Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2007), roti dapat dibedakan
berdasarkan rasa, warna, nama daerah/negara asal, bahan penyusun, dan cara
pengembangan adonan.
1) Roti Berdasarkan Rasa
Berdasarkan rasanya, roti dibagi menjadi dua, yaitu roti manis dan roti tawar.
Roti manis adalah roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol,
bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Selain rasa, daya tarik
yang dimiliki oleh roti manis terdapat pada bentuk yang menarik. Sedangkan
roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau
bahkan tidak sama sekali. Biasanya penggunaan gula pada pembuatan roti
tawar hanya digunakan dalam percepatan proses fermentasi.
2) Roti Berdasarkan Warna
Berdasarkan warnanya, roti dibedakan menjadi roti putih (white bread) dan
roti cokelat (brown bread). Pada umumnya semua produk roti putih dibuat
dari tepung terigu dan roti tersebut mempuntai isi atau remah (crumb)
berwarna putih cerah serta kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sedangkan
roti cokelat, pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan
gelap. Jenis roti cokelat ini lebih kaya rasa dan gizi dibandingkan dengan
produk roti putih.

12
3) Roti Berdasarkan Asal Daerah/Negara Asal
Penggolongan roti berdasarkan asal daerah/negara dibedakan menjadi roti
perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis adalah roti yang
terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak dari adonan asam.
Biasanya roti perancis berbentuk panjang seperti tongkat dan berkerak tebal,
keras, bersifat asam, serta berlubang besar sehingga remahnya kurang. Roti
italia adalah adalah roti yang terbuat dari formula yang tidak mengandung
lemak sama sekali. Roti italia memiliki ciri-ciri berbentuk panjang dan
runcing sehingga mudah dipatahkan, kerak rotinya tebal dank eras, serta
remahnya kering. Roti wina adalah roti yang butiranyya lebih terbuka dan
berlubang-lubang, remahnya kering, dan susunannya kasar. Pada umumnya
roti wina memiliki bentuk runcing dan terdapat gurat-gurat diagonal serta
dihiasi taburan wijen. Sedangkan roti belanda pada umumnya berupa roti sup
(dinner roll), bentuk permukaannya mengerak dan garing tetapi bagian
dalamnya sangat lembut.
4) Roti Berdasarkan Bahan Penyusun
Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti
kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain-lain. Roti kismis adalah
jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa
pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread adalah jenis roti yang terbuat
dari tepung gandum hitam yang pembuatannya ditambahkan asam, seperti
susu asam dan mengalami proses peragian yang cukup lama sekitar 18 24
jam. Egg twist adalah jenis roti yang dibuat dalam dua bentuk, yaitu roti
berputar melingkar atau cara lurus seperti roti biasa. Sementara roti gandum
pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari gandum
yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan.
5) Roti Berdasarkan Cara Pengembangan Adonan
Berdasarkan cara pengembangan adonan, roti dibedakan menjadi roti tanpa
pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau
mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti
tanpa pengasaman adalah roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan
bahan pengembang sehingga tidak terjadi fermentasi sama sekali. Bentuk roti

13
ini berupa lembaran seperti pancake. Roti yang dikembangkan dengan ragi
akan menghasilkan produk yang seragam, rasa dan aroma yang khas, serta
tekstur yang lembut. Pizza merupakan salah satu contoh roti dengan
pengasaman ragi. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat
dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan
pengembang kimia, seperti baking soda. Contoh roti cepat adalah muffin,
coffe cake, waffle, dan pancake.

2.3. Bahan Dasar Pembuatan Roti


Untuk menghasilkan roti yang berkualitas baik, maka dalam proses
pembuatan roti harus menggunakan bahan dasar bermutu. Menurut Mudjajanto
dan Yulianti (2007), bahan dasar pembuatan roti terdiri dari bahan baku dan
bahan penunjang.
1) Bahan Baku
Terigu merupakan satu-satunya tepung yang dapat digunakan untuk membuat
roti karena mengandung gluten sebagai kerangka dasar roti. Tepung terigu
berasal dari gandum yang digiling. Pada umumnya tepung terigu dibagi
menjadi tiga, yaitu :
a) Terigu protein rendah
Terigu protein rendah berasal dari penggilingan gandum jenis soft atau
lunak. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang lemah, kandungan
protein 8 9 persen, sifat elastisitasnya kurang, dan mudah putus.
Biasanya jenis terigu ini digunakan untuk bahan pembuatan cake,
cookies, dan kue kering. Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran
adalah cap Kunci Biru.
b) Terigu protein tinggi
Terigu jenis ini dihasilkan dari penggilingan gandum jenis hard atau
keras. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang kuat, kandungan
protein 11 12 persen, sifat elastisitasnya baik, dan tidak mudah putus.
Terigu jenis hard biasanya digunakan untuk membuat mi dan roti.
Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran adalah cap Cakra
Kembar.

14
c) Terigu protein sedang
Terigu protein sedang merupakan terigu campuran dari terigu jenis soft
dan hard. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten sedang dan kadar
protein 10 11 persen. Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk
membuat mi, roti, dan keperluan rumah tangga. Contoh terigu jenis ini
yang beredar di pasaran adalah cap Segitiga Biru.
2) Bahan Penunjang
Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah air, garam, yeast atau ragi,
gula, susu, lemak, telur, dan mineral yeast food. Pemilihan bahan penunjang
yang baik akan membantu pembentukan roti yang berkualitas baik. Bahan
penunjang ini berbeda fungsi antara yang satu dengan lainnya.
a) Air
Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya
gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air juga
berperan sebagai pelarut garam, penahan dan penyebar bahan-bahan
bukan tepung secara seragam, dan memungkinkan adanya aktifitas
enzim.
b) Garam
Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih,
pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari
adonan beragi, penambah kekuatan gluten, pengatur warna kulit, dan
pencegah timbulnya bakteri-bakteri dalam adonan.
c) Yeast atau ragi
Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama
pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas.
Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi
gas CO2 nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunak
gluten dengan asam yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.
d) Gula
Gula memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan roti, antara
lain sebagai makanan ragi, member rasa, mengatur fermentasi,
memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi,

15
membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberikan daya
pembasahan pada roti, dan memberikan warna cokelat yang menarik
pada kulit karena proses milliard atau karamelisasi.
e) Susu
Dalam pembuatan roti, penambahan susu pada tepung jenis lunak (soft)
atau berprotein rendah lebih banyak dibandingkan pada tepung jenis
keras atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya berupa susu
padat. Hal ini dikarenakan susu padat menambah penyerapan air dan
memperkuat adonan, susu padat menjadikan remah roti lebih baik dan
halus sehingga mudah dipotong, mempertinggi volume roti,
meningkatkan mutu simpan, mempertahankan keempukan roti pada saat
penyimpanan, serta menambah nilai gizi karena mengandung mineral,
protein, lemak, dan vitamin.
f) Lemak (shourtening)
Lemak berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
mempermudah sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak,
dan dapat menahan air sehingga shelf life roti lebih lama. Selain itu,
lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan
membantu pengembangan susunan fisik roti yang dibakar (baked bread).
g) Telur
Telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk warna, perbaikan asa,
dan penambah nilai gizi.
h) Mineral yeast food
Mineral yeast food digunakan sebagai makanan ragi, pengatur kegiatan
enzim, pengatur kerja gluten, penyesuaian jumlah makanan ragi dengan
jenis tepung yang digunakan, dan pengatur berbagai jenis air yang
tersedia. Bentuknya menyerupai vetsin dan penggunaannya hanya sekitar
0,25 0,50 persen.

2.4. Tahapan Umum Pembuatan Roti


Pada umumnya tahap pembuatan roti sama, baik untuk pembuatan roti
tawar, roti manis, maupun roti cepat. Adapun tahap pembuatan roti adalah sebagai
berikut :
16
1) Seleksi bahan
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap seleksi bahan,
yaitu harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup, dan tempat penyimpanan.
2) Penimbangan
Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan. Oleh karena itu, dalam
penimbangan, hindarkan penggunaan sendok atau cangkir sebagai takaran.
3) Pengadukan atau pencampuran (mixing)
Mixing berfungsi untuk mencampur secara homogen semua bahan,
mendapatkan hidrasi yang sempuna pada karbohidrat dan protein,
membentuk dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan
mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Pada proses
mixing harus dilakukan secara hati-hati karena jika mixing dilakukan secara
berlebihan maka dapat mengakibatkan rusaknya susunan gkuten, adonan
semakin panas, dan proses peragian akan semakin lambat. Namun sebaliknya,
jika mixing yang dilakukan kurang maka akan menyebabkan adonan roti
menjadi kurang elastic, volume roti sangat kurang, dan roti yang dihasilkan
akan mudah hancur ketika mengembang sebelum dibakar atau ketika dalam
oven.
4) Peragian (fermentation)
Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses
peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada suhu sekitar 35°C. Tahap
peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume.
5) Pengukuran atau penimbangan adonan (dividing)
Penimbangan adonan bertujuan untuk memperoleh ukuran roti yang seragam.
Sebelum ditimbang, adonan harus dipotong-potong dalam beberapa bagian.
Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi
tetap berjalan.
6) Pembulatan adonan (rounding)
Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan sesuai
dengan keperluan.

17
7) Pengembangan singkat (intermediate proof)
Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat
pada suhu 35 - 36°C dengan kelembapan 80 83 persen selama 6 10 menit.
8) Pembentukan adonan (moulding)
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistirahatkan digiling dengan menggunakan roll pin, kemudian digulung atau
dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan.
9) Peletakkan adonan dalam cetakan (panning)
Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara
bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang
mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya adonan diistirihatkan
dalam cetakan sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran.
10) Pembakaran (baking)
Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kita-kira 205°C. Sebelum
pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 3 menit.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu


Sitompul (2005) melakukan penelitian mengenai analisis pengendalian
bahan baku di Bogor Permai Bakery. Metode yang digunakan adalah metode
Material Requiretment Planning (MRP), teknik Lot for lot, teknik EOQ, teknik
POQ dan teknik PPB. Metode MRP dalah metode yang lazim digunakan dalam
manajemen persediaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan telah melakukan
sistem pengendalian bahan baku tertentu dalam proses produksinya. Sistem yang
digunakan lebih berdasarkan pengalaman historis perusahaan sebab perusahaan
menilai bahwa sistem ini masih cukup efisien dan perusahaan belum pernah
menemui kendala dalam penggunaannya. Berdasarkan perhitungan dengan
metode MRP diperoleh kesimpulan bahwa untuk bahan baku terigu penggunaan
teknik POQ atau PPB menghasilkan penghematan biaya persediaan tertinggi
sebesar 46,2 persen. Untuk bahan baku mentega, penghematan tertinggi diperoleh
dengan menggunakan teknik POQ sebesar 43,7 persen. Untuk bahan baku gula
dengan menggunakan teknik PBB, perusahaan dapat menghemat sebesar 25,6

18
persen dari biaya perusahan. Untuk bahan baku telur, penghematan sebesar 86,3
persen didapatkan dengan penggunaan teknik POQ. Pengendalian susu fullcream
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PBB yang lebih hemat 25,8 persen
dari metode perusahaan. Untuk bahan baku ragi dan protea, perusahaan dapat
menghemat sebesar masing-masing 15,3 persen dan 9,8 persen.
Ebenheard (2007) meneliti tentang alokasi optimal distribusi roti Unyil
Venus produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan
yaitu program linier untuk mengatasi masalah pengalokasian sumberdaya yang
terbatas secara optimal dan model transportasi untuk meminimumkan biaya
pengiriman barang dari daerah asal ke daerah tujuan.
Berdasarkan hasil pengolahan bahwa distribusi aktual yang dilakukan oleh
Venus Bakery untuk bulan Maret 2007 belum optimal dalam menghemat biaya
distribusi dan biaya yang dikeluarkan oleh Venus Bakery juga belum optimal.
Selain itu, pengiriman yang terbesar dari Venus Bakery terdapat pada Ruko CFC
dan Tas Tajur yang kemungkinan disebabkan oleh murahnya biaya angkut per roti
unyil dari Venus Bakery.
Nababan (2007) meneliti tentang analisis strategi pemasaran produk home
industry roti (studi kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu,
Bogor). Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks
IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, dan matriks SWOT.
Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE yaitu 2,35 dan
matriks EFE yaitu 2,80 yang menempatkan posisi home industry Marinda berada
pada sel V. Strategi yang dapat diambil adalah hold and maintain berupa strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis CPM bahwa
home industry Marinda memperoleh skor 4,06 dan berada pada urutan kedua
diantara kedua pesaingnya. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tujuh alternatif
strategi yaitu (1) meningkatkan kualitas dan jaringan distribusi, (2) melakukan
promosi produk home industry Marinda, (3) kerjasama distributor yang potensial,
(4) menekan biaya operasional tanpa mengurangi nilai produk, (5) melakukan
kerjasama dengan investor untuk mengatasi permodalan, (6) diversifikasi dengan
produk baru, dan (7) koordinasi internal dalam menghadapi persaingan.

19
Budi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha
susu kedelai bubuk instan pada PD Mas Adam Berdasi, Kecamatan Rumpin,
Bogor. Dalam penelitian tersebut, metode pengolahan dan analisis data yang
digunakan terdiri dari analisis data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi
strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi
perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan
Matriks QSP.
Hasil penelitian menunjukkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar
2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat
ini dalam matriks IE PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold
and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT menghasilkan delapan buah strategi
yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan analisis matriks QSP. Urutan
prioritas strategi yang dilaksanakan meliputi pertama, mencari alternatif modal
kerja untuk membiayai kegiatan promosi dan memperluas jaringan distribusi
pemasaran (TAS = 6,031); kedua, mempertahankan hubungan baik dengan
stakeholder perusahaan (TAS = 5,905); ketiga, melakukan pengembangan atau
diversifikasi produk (TAS = 5,899); keempat, melakukan efisiensi biaya produksi
(TAS = 5,886); kelima, memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk
menjaga image produk (TAS = 5,876); keenam, mempertahankan kualitas susu
kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS
=5,830); ketujuh, optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784); dan
kedelapan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS =
5,706).
Kristiyani (2008) melakukan penelitian mengenai strategi bersaing
Merdeka Bakery, Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam merumuskan
strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, matriks
SWOT, dan matriks QSP.
Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE adalah 2,7901 yang
berarti Merdeka Bakery berada dalam kondisi internal rata-rata. Sedangkan total
skor matriks EFE adalah 2,3491 yang berarti Merdeka Bakery memiliki respon
sedang terhadap peluang dan ancaman eksternal yang terjadi. Hasil analisis

20
matriks CPM menunjukkan bahwa Merdeka Bakery berada di peringkat keempat
di bawah venus, BreadTalk, dan Bogor Permai. Hasil analisis matriks IE
menggambarkan posisi perusahaan berada pada posisi V, yaitu tahap hold and
maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh sembilan alternatif strategi dan
dari hasil AHP diperoleh prioritas strategi bersaing Merdeka Bakery secara
berurut-urut adalah (1) melakukan riset pasar, (2) memperluas wilayah distribusi
produk dan memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3)
meningkatkan mutu produk, (4) meningkatkan kegiatan promosi, (5)
meningkatkan pelayanan kepada konsumen, (6) meningkatkan diferensiasi
produk, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8)
mengkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko, dan (9)
melakukan efisiensi biaya.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian tentang roti telah banyak
dilakukan. Akan tetapi dari keempat penelitian di atas belum pernah melakukan
penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada Bagas Bakery di Kendal.
Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pernah dilakukan tetapi bahan
kajian yang diamati berbeda, yakni dalam penelitian sebelumnya, produk yang
diteliti adalah produk minuman susu kedelai bubuk instan. Oleh karena itu,
dengan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha diharapkan
dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat
perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan
usaha di masa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan
dalam menghadapi persaingan dalam industri bakery yang semakin ketat.

21
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Alat Analisis
Faisal 2005 Analisis Pengendalian Bogor Permai Bakery tidak § Melakukan identifikasi § Metode Material
Rahman Bahan Baku Di Bogor melakukan perhitungan terhadap sistem Requiretment
Syarif Permai Bakery berdasarkan metode pengendalian persediaan Planning (MRP)
Sitompul pengendalian bahan baku bahan baku di Bogor § Teknik Lot for lot
tertentu dalam hal Permai Bakery § Teknik EOQ
penentuan jumlah bahan § Mendapatkan model § Teknik POQ
baku yang dipesan sehingga alternatif pengendalian § Teknik PPB
sering terjadi kelebihan atau persediaan bahan baku
kekurangan pesanan bahan yang lebih efisien bagi
baku yang berdampak pada Bogor Permai Bakery
tingginya biaya persediaan.
Ronald 2007 Alokasi Optimal Adanya pengalokasian § Menganalisis alokasi § Program linier
Ebenheard Distribusi Roti Unyil produk roti venus yang distribusi optimal Roti § Model transportasi
Venus Produksi Venus belum optimal ke masing- Unyil dari Venus Bakery
Bakery Bogor, Jawa masing outlet sehingga ke daerah tujuan atau
Barat menyebabkan meningkatnya outlet
biaya penyimpanan dan § Menganalisis
biaya transportasi. penyimpanan distribusi
actual terhadap distribusi
optimal
§ Menganalisis perbedaan
biaya distribusi riil dengan
biaya distribusi optimum
yang dilakukan venus
Bakery

22
Togar 2007 Analisis Strategi Belum adanya landasan § Mengidentifikasi faktor § Matriks IFE dan
Rusman Pemasaran Produk strategi dalam memasarkan internal dan eksternal EFE
Nababan Home Industry Roti produk Marinda Bakery yang mempengaruhi § Mtriks CPM
(Studi Kasus di Home yang berdampak terhadap strategi pemasaran home § Matriks IE
Industry Marinda, menurunnya omzet industry Marinda Bakery § Matriks SWOT
Kelurahan Gunung penjualan. § Menganalisis posisi
Batu, Bogor) persaingan yang tengah
dihadapi home industry
Marinda Bakery
§ Menyusun dan mencari
solusi dalam penentuan
alternatif strategi
pemasaran yang tepat dan
efektif pada home industry
Marinda Bakery
Agus Satrio 2008 Analisis Strategi Perusahaan menghadapi 3)Mengidentifikasi faktor- 5)Matriks IE
Budi Pengembangan Usaha baik kendala internal seperti faktor lingkungan 6)Matriks SWOT
Susu Kedelai Bubuk kendala suberdaya manusia, eksternal dan internal PD 7)Matriks QSP
Instan (Studi Kasus : keuangan, produksi operasi, Mas Adam Berdasi.
PD Mas Adam Berdasi dan pemasaran maupun 4)Merumuskan alternatif
Kec. Rumpin, Bogor kendala eksternal seperti strategi yang dapat
persaingan yang ketat antar diterapkan pihak PD Mas
perusahaan sejenis dan Adam Berdasi sesuai
peningkatan harga kedelai dengan kondisi
impor sebagai bahan baku lingkungan usaha.
utama dalam pembuatan
susu kedelai bubuk instan.

23
Dian 2008 Analisis Strategi Tingkat persaingan yang § Mengidentifikasi faktor § Matriks IFE dan
Kristiyani Bersaing Merdeka semakin tinggi dalam eksternal dan internal EFE
Bakery, Kota Bogor industri bakery dan hasil yang dihadapi Merdeka § Mtriks CPM
penjualan yang belum Bakery. § Matriks IE
mencapai target penjualan. § Menganalisis posisi § Matriks SWOT
bersaing Merdeka Bakery. § AHP
§ Merumuskan alternatif
strategi yang dapat
dilakukan oleh Merdeka
Bakery untuk menjalankan
usahanya.

24
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pengertian Strategi


Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang .
Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang
dituju. Menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2008), strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi yang disertai penyususnan suatu cara atau
upaya agar suatu tujuan dapat tercapai. Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad
dalam Umar (2008), bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi,
akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi,
likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah
yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam
jangka panjang. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi
serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi
perusahaan.

3.1.2. Klasifikasi Strategi


Berdasarkan teori manajemen strategi maka strategi perusahaan dapat
diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas, yaitu strategi generik (generic
strategy), strategi utama atau strategi induk (grand strategy), dan strategi
fungsional. Istilah strategi generik pertama kali dikemukakan oleh Michael E.
Porter. Menurut Porter (1991), strategi generik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (cost leadership)
Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di
keseluruhan industri. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas
skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan
25
overhead yang ketat, penghindaran pelanggan marginal dan minimisasi biaya
dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan, armada penjualan,
periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah
memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa
persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan
memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya
karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang
murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri
dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin.
2) Strategi diferensiasi (differentiation)
Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah
produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik.
Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam
bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan atau
ciri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika
penerapan strategi diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi
aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena
adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen
terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan
berfungsi sebagai penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan
baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan
produk mereka melalui cara-cara tertentu.
3) Strategi fokus (focus)
Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik.
Strategi fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus
diferensiasi. Strategi fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen
sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani
target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada
pesaiang yang bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi
berkonsentrasi pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar
geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu

26
pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran
yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya.
Berikut ini merupakan model strategi generik dari Porter, yaitu :

KEUNGGULAN STRATEGIS
Kekhasan yang
Posisi Biaya Rendah Dirasakan Pelanggan
Seluruh Industri

Kepemimpinan
Diferensiasi
Biaya Menyeluruh
TINGKAT STRATEGIS

(Differentiation)
(Cost Leadership)
Hanya Segmen
tertentu

Fokus
Fokus Biaya
Diferensiasi

Gambar 2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991)


Sumber : Porter (1991)

Menurut David (2006), strategi generik dibagi empat, yaitu strategi


integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi devensif.
1) Strategi Integrasi Vertikal
Strategi integrasi vertikal merupakan suatu strategi yang memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok dan atau
pesaing. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Strategi Integrasi ke Depan (forward integration)
Strategi ini melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol
atas distributor atau pengecer. Biasanya cara yang efektif untuk
mengimplementasikan integrasi ke depan adalah waralaba (franchising).
b) Strategi Integrasi ke Belakang (backward integration)
Strategi ini merupakan strategi untuk mencari mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Integrasi ke belakang

27
sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan,
terlalu mahal, atau tidak dapat memnuhi kebutuhan perusahaan.
c) Strategi Integrasi Horisontal
Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan
atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan
2) Strategi Intensif
Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif
perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini
dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Strategi Penetrasi Pasar (market penetration)
Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat
ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup
meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan
promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas.
b) Strategi Pengembangan Pasar (market development)
Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area
geografi yang baru.
c) Strategi Pengembangan Produk (product development)
Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan
dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini.
Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar.
3) Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu :
a) Strategi Konsentrik
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau
jasa baru yang masih berhubungan.
b) Strategi Horizontal
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk tau jasa
baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini
adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk
memuaskan pelanggan yang sama.

28
c) Strategi Konglomerat
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau
jasa baru, yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama. Tujuan strategi
ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk
pasar yang berbeda.
4) Strategi Defensif
Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrenchment, divestasi, dan
likuidasi.
a) Strategi Retrenchment
Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang
melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan
laba yang menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi
berputar atau reorganisasi.
b) Strategi Divestasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagaian dari suatu
organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis
atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari
keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis
perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal,
atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.
c) Strategi Likuidasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik
secara tepisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya.

3.1.3. Konsep Manajemen Strategis


Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai
seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu formulasi
strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
1) Formulasi Strategi
Hal-hal yang termasuk dalam formulasi strategi antara lain mengembangkan
visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
29
menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka
panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang
akan dilaksanakan.
2) Implementasi Strategi
Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam
manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali
dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena
implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan
pengorbanan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan
dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya
yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja
karyawan dengan kinerja organisasi.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan
mengambil tindakan korektif.
Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan mengaplikasikan
proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, dimana setiap model
mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan model manajemen
strategis menurut David (2006), yaitu :

30
31
Melakukan
Audit
Eksternal
Implementasi
Strategi
Isu-Isu
Pemasaran,
Membuat Menetapkan Merumuskan, Implementasi Keuangan, Mengukur dan
Pernyataan Tujuan Jangka Mengevaluasi, Strategi Akuntansi, Mengevaluasi
Visi dan Misi Panjang dan Memilih Isu-Isu Penelitian dan Kinerja
Strategi Manajemen Pengembangan,
Sistem
Informasi
Manajemen
Melakukan
Audit
Internal

Formulasi Implementasi Evaluasi


Strategi Strategi Strategi

Gambar 3. Model Komprehensif Manajemen Strategis


Sumber : David (2006)

31
3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha
Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan
untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya.
Pentingnya keputusan strategi berkaitan dengan sumber daya perusahaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi
yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Menurut Nurdjannah (2006), strategi yang berhasil pada
umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal berdasarkan perencanaan yang
telah dilakukan yaitu :
1) Sasaran sederhana jangka panjang
Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak,
strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan.
Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi pada tanggung
jawab terhadap pemegang saham, para pegawai dan konsumen.
2) Melalui analisis lingkungan persaingan
Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen
dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam
memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian
pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta
kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumber daya manusia
perusahaan.
3) Penilaian sumber daya yang objektif
Kesadaran akan kondisi sumber daya dan kemampuan perusahaan, termasuk
reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk,
kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani
kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan
mengendalikan mutu produk.
4) Penerapan yang efektif
Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika
tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan
pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang

32
mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai
dan mobilisasi sumber daya sebagai pelengkap strategi.

3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan


Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal
berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita
peroleh di masa depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang
jelas akan menjadi dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang
komprehensif (David 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang
menyatakan tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah,
pemasok perusahaan dan lain-lain.
Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan.
Pernyataan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah organisasi.
Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan
formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan : Apa
Bisnis Kita? (David 2006).

3.1.6. Analisis Lingkungan Perusahaan


Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan
memberi interaksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan, serta
kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan. Analisis lingkungan
merupakan suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk memonitor
sektor lingkungan dalam menentukan peluang-peluang ataupun ancaman-ancaman
terhadap perusahaan (Jauch dan Glueck 1988, diacu dalam Kristiyani 2008).
Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal.

3.1.6.1. Analisis Lingkungan Internal


Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor
yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan
merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di
dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan

33
merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan
kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi.
Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam
lingkungan internal perusahaan, yaitu :
1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan
pengendalian.
2) Pemasaran
Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat
macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
3) Keuangan/Akuntansi
Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi, adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal
tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,
pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan
penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal (Umar 2008).
4) Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen
produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.
5) Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan

34
karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek
sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai
manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem
imbalan (Umar 2008).
6) Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan
pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk
memperbaiki kualitas produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk
menurunkan biaya.

3.1.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal


Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya
lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan
Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan
lingkungan industri.
1) Lingkungan Jauh
Menurut Pearce dan Robinson (1997) lingkungan jauh terdiri dari faktor-
faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan
situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial,
politik, dan faktor teknologi.
a) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di
segmen-segmen yang mempengaruhi industri yang bersangkutan
tersebut, misalnya pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum,
tingkat penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income),
kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga
primer, laju inflasi, dan kecenderungan pertumbuhan PNB (Pearce dan
Robinson 1997).

35
b) Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi
kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di
lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan
dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi
etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat
upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat
melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor
lingkungan (Pearce dan Robinson 1997).
c) Faktor Politik
Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting
bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor
politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi
perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui
keputusan tentang perdagangan yang adil, Undang-Undang antitrust,
program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi
dan penetapan harga, batasan administrative dan tindakan-tindakan
lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,
masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan
dan undang-undang bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut
cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi,
beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan member
manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi
pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat
membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson
1997).
d) Faktor Teknologi
Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk
menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus
mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi
industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka

36
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang
sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran
(Pearce dan Robinson 1997).
2) Lingkungan Industri
Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat
dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar
perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi
pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok,
dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.

Pendatang
baru

Ancaman masuknya
Kekuatan tawar- pendatang baru
menawar pemasok
Persaingan di
kalangan anggota
industri
Pemasok Pembeli

Persaingan di antara
perusahaan yang ada Kekuatan tawar-
menawar pembeli

Ancaman produk
atau jasa pengganti
Produk
Pengganti

Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri


Sumber : Porter (1997)

a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru


Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi
terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah,
terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi
yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi
37
perusahaan yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat
pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut
hambatan masuk. Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah :
i) Skala ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost)
suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala
ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan
memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala
besar dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing yang
ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang
tidak menguntungkan.
ii) Diferensiasi produk
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa
pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi
kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak
terhadap kerugian di saat awal dan seringkali bertahan untuk waktu
yang cukup panjang.
iii) Kebutuhan modal
Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang besar
agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi
pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk
periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan
riset dan pengembangan yang penuh risiko.
iv) Biaya beralih pemasok
Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan
pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk
pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang
baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya
atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama.
v) Akses ke saluran distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari
pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila

38
saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh
perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit
memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang
besar untuk membangun saluran sendiri.
vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan
biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang
akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan
yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan
atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah,
dan kurva belajar atau pengalaman.
b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi para peserta industri melalui kemampuan
pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau
jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat
apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak
menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri
bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok,
produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli,
produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya
peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang
meyakinkan untuk melakukan integrasi maju.
c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga
turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik.
Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau
membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari
biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli
standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli
menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri

39
tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki
informasi lengkap.
d) Ancaman Produk Substitusi
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat
jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk
substitusi memiliki harga yang lebih murah tapi dengan kualitas sama
bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
e) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah
competitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya
tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

3.1.7. Matriks IFE dan EFE


Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal
dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang
dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan
eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit
yang dianalisis.

3.1.8. Matriks IE
Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh dari
matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks
ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda,
yaitu :
1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)
Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).

40
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)
Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat
dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Tuai atau Divestasi
Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat
dianjurkan adalag strategi divestasi.

3.1.9 Matriks SWOT


Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis
ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi
berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, adan
ancaman. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO
(Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).

3.1.10. Matriks QSP (QSPM)


QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi
alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis
tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada
tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara
objektif di antara alternatif strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-
masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal.
Adapun keunggulan QSPM antara lain set strategi dapat dievaluasi secara
bertahap atau bersama-sama; tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat dievaluasi; membutuhkan penyusun
strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke
dalam proses keputusan; penggunaan QSPM dapat diadaptasikan untuk
diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba, dan
41
dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Akan tetapi, disamping
memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki keterbatasan, yaitu QSPM selalu
membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar, serta QSPM hanya
dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional


Bertambahnya jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal maka bertambah
pula jenis roti yang diproduksi. Skala usahanya pun semakin beragam, mulai dari
skala rumah tangga, usaha kecil, menengah, sampai skala usaha besar. Kondisi ini
berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara produsen roti.
Adanya persaingan dalam industri roti (bakery) ini menjadi salah satu faktor bagi
Bagas Bakery untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya mengingat
kapasitas produksi Bagas Bakery yang belum mampu mengatasi kelebihan
permintaan konsumen. Oleh karena itu, Bagas Bakery perlu merumuskan strategi
pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dalam lingkungan industri
yang selalu berubah.
Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang dihasilkan dapat menjadi
masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan
eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan proses
identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan
ancaman perusahaan.
Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian bidang manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta
penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan internal ini dianalisis melalui
matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi lingkungan jauh dan
lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor yang bersumber dari
luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan
42
yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi, sedangkan lingkungan
industri meliputi persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya
pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar
penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. Untuk
lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan
tahap input.
Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks
IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah untuk mengetahui
posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya,
setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya
alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak
belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian
dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang
terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah
matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap
pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Secara lebih
lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 5.

43
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin
meningkat yang berimplikasi pada tingkat persaingan
yang semakin ketat

Kapasitas produksi Bagas Bakery yang belum


mampu mengatasi kelebihan permintaan konsumen

Perlunya perumusan strategi pengembangan usaha


yang tepat bagi Bagas Bakery

Identifikasi visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery

Analisis lingkungan Analisis lingkungan eksternal


internal melaui melaui matriks EFE
matriks IFE a. Lingkungan Jauh
• Manajemen • Faktor politik
• Pemasaran • Faktor ekonomi
• Keuangan/akuntansi • Faktor sosial
• Produksi dan operasi • Faktor teknologi
• Sumberdaya manusia b. Linkungan Industri
• Penelitian dan • persaingan antar
pengembangan perusahaan sejenis
• Masuknya pesaing baru
• Produk substitusi
• Kekuatan tawar-menawar
penjual/pemasok
• Kekuatan tawar-menawar
pembeli/konsumen.

Tahap pencocokan melalui


matriks IE dan matriks SWOT

Tahap Keputusan melalui


matriks QSP

Strategi pengembangan usaha Bagas Bakery

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional


44
IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di Desa
Kutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Bagas
Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009, yaitu mulai dari pembuatan
proposal sampai penyerahan skripsi.

4.2. Metode Penentuan Sampel


Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Respoden yang
digunakan penelitian ini terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal. Pihak
internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligus merangkap bagian pemasaran,
istri pemilik sekaligus pengelola keuangan, dan pengawas produksi. Pemilihan
responden internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut dapat
mewakili Bagas Bakery dan memiliki wewenang mengenai data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan
Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (satu orang) dan
Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten
Kendal (satu orang). Pemilihan responden eksternal didasarkan bahwa para pihak
tersebut mengetahui kondisi atau lingkungan bisnis di Kabupaten Kendal. Adanya
keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan
alternatif strategi yang lebih objektif.

4.3. Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian juga menunjukkan cara
menggunakan variabel-variabel secara efisien dan ekonomis. Dalam desain
penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode deskriptif
adalah pencarian fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney dalam
Nazir, 2005). Adapun metode deskriptif yang diterapkan selama pelaksanaan
penelitian adalah metode kasus (case study). Metode kasus adalah prosedur dan

45
teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok
atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang
latar belakang, sifat-sifat, karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status
dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif melalui metode kasus dilakukan
untuk mendeskripsikan gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan
perkembangan perusahaan; visi, misi, dan tujuan perusahaan; struktur perusahaan;
karakteristik produk yang dihasilkan; fasilitas usaha; sumber daya perusahaan
baik sumber daya fisik, sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan,
produksi dan operasi serta pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan
kondisi riil perusahaan. Adapun hasil informasi yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabulasi, gambar, maupun grafik.

4.4. Data dan Instrumentasi


Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara, dan pengisian
kuesioner oleh responden terpilih. Data sekunder diperoleh dari data-data
perusahaan, artikel atau literatur yang terkait dengan topik penelitian ini, serta
instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yang akan dikaji,
misalnya Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal, serta Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal.

4.5. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan
Januari sampai Maret 2009. Data ini digunakan baik untuk pembuatan proposal
maupun pembuatan skripsi. Metode yang digunakan selama pengumpulan data,
antara lain metode observasi langsung, wawancara, kuesioner, maupun browsing
internet.

46
4.6. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan
analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat
bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor
internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan
matriks QSP (QSPM).

4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan


Menurut David (2006), untuk menganalisis lingkungan perusahaan baik
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dapat dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan
tahap keputusan (decision stage).
1) Tahap Input
Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan
matriks IFE dan matriks EFE.
a) Matriks IFE
Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap
penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah
sebagai berikut :
i) Identifikasi faktor internal perusahaan kemudian, dilakukan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi internal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan
menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot
setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
47
Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
Faktor Strategi A B C D . Total Bobot
Internal
A
B
C
D
..
Total

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap


veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan
menggunakan rumus :

Keterangan :
= bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel ke-i


i = 1,2,3, .
= jumlah variabel

Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan
kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting
relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.
Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan
kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling
besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling
tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

48
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan
utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2),
kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat =
4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4
dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah
berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah dua adalah
berdasarkan industri.
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada
tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal
untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan
akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan IFE 3,0 4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi
atau kuat, kemudian jika 2,0 2,99 berarti kondisi internal
perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0 1,99 berarti kondisi
internal perusahaan rendah atau lemah.

Tabel 7. Matriks IFE


Faktor-Faktor Internal Bobot Peringkat Skor
Kunci (Bobot x Peringkat)
Kekuatan :
1.
2.
.
10.
Kelemahan :
1.
2.

10.
Total 1,00

Sumber : David (2006)

49
b) Matriks EFE
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang
menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri
dimana perusahaan berada, dan data ekternal relevan lainnya. Seperti
halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan
kerja dalam membuat matriks EFE :
i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian, dilakukan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi eksternal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih
dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk
menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan


Faktor Strategi A B C D . Total Bobot
Eksternal
A
B
C
D
..
Total

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)

50
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap
veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan
menggunakan rumus :

Keterangan :
= bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel ke-i


i = 1,2,3, .
= jumlah variabel

Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan
kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting
relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.
Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan
ancaman, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar
dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi.
Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang
atau ancaman, yaitu :
1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-
rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut di atas rata-rata

51
4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut superior
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada
tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal
untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan
akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan EFE 3,0 4,0 berarti perusahaan merespon kuat
terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan,
kemudian jika 2,0 2,99 berarti perusahaan merespon sedang
terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0 1,99 berarti
perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.

Tabel 9. Matriks EFE


Faktor-Faktor Bobot Peringkat Skor
Eksternal Kunci (Bobot x Peringkat)
Peluang :
1.
2.
.
10.
Ancaman :
1.
2.

10.
Total 1,00

Sumber : David (2006)

2) Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap
input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan
dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan
menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.

52
a) Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata
tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada
sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal
dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah;
nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0
adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambrkan
posisi eksternal dimana dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga
1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan
nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi
mengenai matriks IE (Gambar 6).

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE


Kuat Rata-rata Lemah
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE

3,0 - 4,0 2,0 2,99 1,0 1,99


4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi I II III
3,0 - 4,0

3,0

Menengah V VI
IV
2,0 2,99

2,0

Rendah
1,0 1,99 VII VII IX

1,0

Gambar 6. Matriks Internal Eksternal (IE)


Sumber : David (2006)

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki


implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang
masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan
kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi
intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III,

53
V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan
pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga,
rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel
VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai
untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat,
dan strategi likuidasi.
b) Matriks SWOT
Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT)
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan
empat tipe strategi, yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesess-
opportunities), ST (strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats).
i) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal.
iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal.
Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 7.
Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
i) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan
ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan
iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan
iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan
v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat
strategi SO dalam sel yang ditentukan
vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
strategi WO dalam sel yang ditentukan

54
vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
strategi ST dalam sel yang ditentukan
viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
strategi WT dalam sel yang ditentukan

KEKUATAN KELEMAHAN
(STRENGTHS S) (WEAKNESESS - W)

Biarkan selalu
kosong

PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO


(OPPORTUNITIES O)

Gunakan kekuatan Atasi kelemahan


untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan
peluang peluang

ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT


(THREATS - T)

Gunakan kekuatan Meminimalkan


untuk menghindari kelemahan dan hindari
ancaman ancaman

Gambar 7. Matriks SWOT


Sumber : David (2006)

3) Tahap Keputusan
Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka
langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut

55
David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan
alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan
Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix QSPM). QSPM
menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari
analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antar alternatif
strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor
keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk
mengembangkan QSPM.
a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini
harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum
sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor
keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM.
b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot
tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.
c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores AS). Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau
eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.
e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores TAS). Total
Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot
(langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-
masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif
dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan
pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat.
Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif
strategi tersebut.

56
f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya
Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan
Total Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling
menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti
strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.

Tabel 10. Matriks QSP (QSPM)


Alternatif Strategi
Faktor Nilai Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Kunci Rata
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Total

Sumber : David (2006)

57
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Pendirian Bagas Bakery


Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.
Usaha ini didirikan oleh Bapak Samsudin bersama istrinya, Ibu Junarti pada tahun
1998. Pendirian usaha roti oleh Bapak Samsudin dilatarbelakangi oleh
keinginannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Hal ini karena sebelum
Bapak Samsudin memiliki usaha roti, beliau hanya merupakan karyawan swasta
dengan penghasilan yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu, Bapak Samsudin
berencana untuk memiliki suatu usaha yang nantinya mampu memberikan
tambahan penghasilan bagi keluarganya. Akhirnya, beliau memutuskan untuk
mendirikan usaha roti karena termotivasi oleh keluarganya yang berada di daerah
Yogyakarta yang berhasil mengembangkan usaha roti bolu. Oleh karena itu, pada
awal pendirian usahannya, Bagas Bakery berupaya untuk mengembangkan dan
memproduksi roti bolu di Kabupaten Kendal.
Adapun kapasitas produksi Bagas Bakery pada saat awal berdirinya ialah
sekitar satu sak tepung terigu atau 25 kg tepung terigu, namun kegiatan produksi
ini tidak dilakukan setiap hari. Kondisi ini disebabkan oleh belum adanya
pelanggan tetap yang membeli produk Bagas Bakery. Untuk memasarkan produk
Bagas Bakery, biasanya dengan cara menitipkan ke warung-warung atau toko
makanan yang ada di Kabupaten Kendal. Seiring berjalannya waktu, usaha roti
yang didirikan oleh Bapak Samsudin beserta dukungan istrinya semakin
berkembang dan daerah pemasarannya pun bertambah luas, yaitu hampir di
seluruh Kabupaten Kendal. Untuk mendukung pemasaran produk Bagas Bakery,
khususnya dalam meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijualnya tersebut
aman dikonsumsi, maka pada tahun 2003 pihak Bagas Bakery mengajukan nomor
PIRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Akan tetapi karena prosedur yang
lama dalam proses registrasi tersebut, akhirnya pihak Bagas Bakery baru
mendapat nomor PIRT pada tahun 2006 dengan nomor seri yaitu P-IRT NO.
206332401216.
Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk dalam kategori roti
manis. Saat ini jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery ada lima, yaitu roti
bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Disamping jenis roti yang
58
diproduksi oleh Bagas Bakery semakin beragam, maka saat ini Bagas Bakery juga
telah memiliki beberapa agen atau sales untuk memasarkan produknya. Selain itu,
berbeda dengan saat awal berdirinya Bagas Bakery yang masih menggunakan
peralatan sederhana dan tradisional, maka saat ini untuk menunjang proses
produksinya, Bagas Bakery telah menggunakan beberapa peralatan modern yang
cara kerjanya tidak menggunakan tenaga manusia, misalnya mesin penggiling
dengan kapasitas 25 kg serta mesin mixer untuk mengaduk cokelat sebagai salah
satu isi roti. Penjualan Bagas Bakery pun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat
dari permintaan pasar terhadap produk roti Bagas Bakery yang semakin tinggi.
Oleh karena itu, dalam rangka pengelolaan Bagas Bakery yang lebih terorganisir
maka saat ini Bapak Samsudin memutuskan untuk berhenti bekerja dari
pekerjaannya sehingga lebih fokus dan memiliki waktu lebih banyak untuk
mengembangkan usaha Bagas Bakery.
Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi
roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena
jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu
meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti,
yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya
keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi.

5.2. Lokasi Perusahaan


Bagas Bakery terletak di Jalan Kyai Guru Asyari Mranggen, Desa
Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Lokasi ini merupakan
tempat produksi Bagas Bakery sementara tempat tinggal pemilik usaha berada di
samping lokasi produksi. Adapun luas bangunan tempat usaha sekitar 150 m2.
Lokasi produksi yang dimiliki oleh Bagas Bakery ini dapat dikatakan strategis
karena berada dekat dengan jalan raya dan dapat dilalui alat transportasi dengan
mudah. Oleh karena itu, dengan lokasi strategis yang dimiliki oleh Bagas Bakery
dapat memudahkan selama pengangkutan barang dan mendukung kelancaran
usaha.

59
5.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Pada dasarnya, Bagas Bakery belum memiliki pernyataan secara tertulis
mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi secara umum ketiga hal
tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik Bagas Bakery. Visi
merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan kita ingin
menjadi apa di masa depan. Sedangkan misi menyatakan langkah apa yang harus
dilakukan atau dikerjakan. Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang
menyatakan tujuan perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Bagas Bakery, maka
pernyataan mengenai visi dan misi Bagas Bakery tersirat dalam slogan perusahaan
yang terdapat pada kemasan kardus pembungkus produk Bagas Bakery, yaitu
Anda Puas Kami Bangga, Anda Senang Beritahu Teman . Jadi dapat
digambarkan bahwa visi Bagas Bakery adalah menjadi produsen roti yang
memiliki kualitas terbaik sehingga mampu menciptakan loyalitas di hati
pelanggan. Sedangkan misi Bagas Bakery adalah mengutamakan kualitas baik
dari segi rasa, variasi bentuk, variasi ukuran, serta kualitas pelayanan terhadap
pelanggan. Berdasarkan visi dan misi Bagas Bakery tersebut, maka tujuan
perusahaan adalah dapat memperbaiki perekonomian keluarga pada khususnya
dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya.
Usaha roti merupakan salah satu usaha makanan jadi yang mampu menyerap
tenaga kerja cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada Bagas Bakery mencapai 51 orang, dimana hampir 80 persen tenaga
kerjanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Bagas Bakery dan
sisanya, 20 persen berasal dari luar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,
keberadaan Bagas Bakery tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi
pemilik usaha, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar
lokasi produksi.

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan
tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu,
struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktifitas
tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan.
60
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Bagas Bakery belum memiliki struktur
organisasi secara tertulis, akan tetapi secara umum gambaran mengenai struktur
organisasi Bagas Bakery telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha.
Gambaran umum mengenai struktur organisasi Bagas Bakery dapat dilihat pada
Gambar 8.

PEMILIK BAG.
PEMASARAN

BAG. BAG.
KEUANGAN PRODUKSI

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Gambar 8. Struktur Organisasi Bagas Bakery


Sumber : Data Primer

Gambar 8 menunjukkan bahwa struktur organisasi Bagas Bakery termasuk tipe


organisasi fungsional, dimana pihak Bagas Bakery telah melakukan pembagian
tugas dalam operasionalisasinya meskipun pembagian kerja tersebut masih terlihat
sederhana.
Pemilik Bagas Bakery adalah Bapak Samsudin yang bertugas sebagai
pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang
terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan. Selain sebagai pengelola utama,
Bapak Samsudin juga bertanggung jawab terhadap pemasaran produk Bagas
Bakery sehingga hal-hal yang berkaitan dengan agen atau sales Bagas Bakery
menjadi tenggung jawab Bapak Samsudin. Keberhasilan Bapak Samsudin dalam
mengembangkan Bagas Bakery juga tidak terlepas dari dukungan istrinya, yaitu
Ibu Junarti. Dalam pengelolaan Bagas Bakery ini, Ibu Junarti bertugas sebagai
pihak yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berkaitan dengan masalah
keuangan Bagas Bakery, misalnya pembayaran upah karyawan, pengadaan bahan
baku, kasir, serta keluar masuk arus kas keuangan Bagas Bakery. Untuk bagian
61
produksi, pihak yang bertanggung jawab terhadap proses produksi roti adalah
Bapak Sobari. Dalam proses produksi ini, Bapak Sobari bertanggung jawab untuk
mengawasi aktivitas produksi mulai dari penggilingan, penimbangan,
pengepresan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan pengemasan roti dengan
menggunakan pembungkus plastik atau kardus untuk roti pesanan. Karyawan
pada Bagas Bakery hampir sebagian besar bertugas dalam proses produksi
pembuatan roti, hal ini karena bidang produksi adalah bagian yang paling banyak
membutuhkan tenaga kerja manusia, meskipun ada beberapa bagian pada bidang
produksi yang telah menggunakan peralatan modern, yaitu proses penggilingan
dan pencampuran adonan. Biasanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan,
hubungan antara pemilik Bagas Bakery dengan karyawannya lebih bersifat
hubungan kekeluargaan sehingga hubungan yang terbentuk antara pemilik dan
karyawan lebih cenderung ke arah hubungan yang informal.

62
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan


dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan
perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan
jauh dan lingkungan industri.

6.1. Analisis Lingkungan Internal


Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam
perusahaan serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan.
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh Bagas Bakery. Faktor-faktor internal yang
dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi,
produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan.

6.1.1. Manajemen
Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha Bagas Bakery, terdapat
beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian.
1) Perencanaan
Saat ini usaha roti Bagas Bakery belum memiliki perencanaan tertulis baik
untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari
belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan
secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak
mempengaruhi pemilik Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal
ini terlihat dari keputusan yang diambil oleh pemilik Bagas Bakery pada saat
akan meningkatkan produksi rotinya, dimana memperhatikan permintaan
pasar tehadap produk Bagas Bakery. Biasanya jika jumlah agen dan sales
serta konsumen Bagas Bakery semakin bertambah, maka dilakukan
peningkatan produksi roti. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk Bagas
Bakery semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan
pasar.

63
2) Pengorganisasian
Struktur organisasi Bagas Bakery seperti yang terlihat pada Gambar 9
menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh
pemilik, dimana pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap
pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha dan
sekaligus bertanggung jawab terhadap bidang pemasaran. Untuk bagian
keuangan ditempati oleh istri pemilik Bagas Bakery, dimana pada posisi ini
istri pemilik bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan
mulai dari pembayaran upah karyawan, persediaan bahan baku, kasir, dan
berbagai hal yang terkait dengan arus keluar masuk keuangan perusahaan.
Sedangkan pihak yang diberi wewenang oleh pemilik untuk bertanggung
jawab pada bidang produksi berasal dari luar keluarga, dimana pada posisi ini
bertugas untuk mengawasi jalannya proses pembuatan roti mulai dari
penggilingan, penimbangan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan
pengemasan. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik Bagas
Bakery menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando
dilakukan langsung oleh pemilik usaha kemudian unit-unit di bawahnya
hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.
3) Pemberian Motivasi
Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik Bagas Bakery lebih
bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pemilik
tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja.
Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu
usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan
motifasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri (pemilik bersama istri
pemilik) untuk ikut serta dalam proses produksi. Pemberian motivasi terhadap
karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan
terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman
selama bekerja.
4) Pengelolaan Staf
Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim
kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja

64
adalam kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang
ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam Bagas Bakery, budaya atau iklim
kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu,
komunikasi yang terjalin antara pemilik Bagas Bakery kepada para
karyawannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan
pemilik dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para
karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada pemilik yang terkait dengan
masalah kerja.
5) Pengendalian
Pada umumnya pihak Bagas Bakery melakukan pengendalian hanya terbatas
pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan
pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting
dilakukan karena terkait langsung dengan proses produksi pembuatan roti
sehingga kontinuitas pembuatan roti tetap terjaga. Sama halnya dengan
pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting
dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu roti yang dihasilkan. Oleh
karena itu, untuk menjaga kualitas roti biasanya pihak Bagas Bakery
melakukan sortasi terhadap roti yang dihasilkan. Proses sortasi dilakukan
setelah pengovenan atau roti matang.

6.1.2. Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang
dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga,
distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
masing-masing bauran pemasaran pada Bagas Bakery :
1) Produk
Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk roti manis, yaitu
roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan
diberi bermacam-macam isi. Produk roti yang dijual oleh Bagas Bakery tidak
hanya terdiri dari satu macam saja, namun saat ini Bagas Bakery telah
memproduksi lima macam roti dengan variasi ukuran dan bentuk yang
65
berbeda, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti pisang, dan roti cokelat.
Aneka macam roti yang dihasilkan oleh Bagas Bakery merupakan salah satu
hal yang membedakan Bagas Bakery dengan produsen roti lainnya. Selain
melakukan variasi bentuk dan ukuran, pihak Bagas Bakery juga selalu
mengutamakan kualitas rasa terhadap setiap produk yang dijualnya. Kualitas
rasa ini dapat dilihat dari tekstur roti atau bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan roti Bagas Bakery. Hal inilah yang dilakukan oleh Bagas Bakery
terhadap produk rotinya, dimana kualitas rasa menjadi faktor penting yang
menjadi perhatian Bagas Bakery. Bagas Bakery merupakan nama perusahaan
sekaligus nama merek dari roti yang dihasilkan. Pemberian nama Bagas
Bakery diambil dari nama anak sulungnya, dimana kata bagas berarti sehat,
sehingga jika diimplemantasikan arti kata Bagas Bakery adalah harapan dari
pemilik (Bapak Samsudin) agar usahanya semakin berkembang dan mampu
bersaing dengan produsen roti bahkan produsen makanan jadi lainnya.
Segmentasi pasar untuk produk Bagas Bakery adalah kelas menengah ke
bawah dengan target utamanya adalah anak-anak sekolah atau ibu rumah
tangga.
Kemasan yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk membungkus
roti adalah plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan hampir untuk
sebagian besar produk roti. Sedangkan kemasan kardus hanya digunakan
untuk roti sobek ukuran sedang sampai besar yang biasanya merupakan
pesanan untuk acara-acara pengajian, syukuran atau acara-acara tertentu
lainya. Untuk labelisasi kemasan roti Bagas Bakery sudah cukup baik karena
telah dilengkapi nomor PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal,
komposisi bahan baku, nama merek, dan lokasi produksi Bagas Bakery. Akan
tetapi, terdapat kekurangan pada labelisasi kemasan roti Bagas Bakery, yaitu
tidak adanya pencantuman tanggal kadaluarsa, padahal pencantuman tanggal
kadaluarsa pada produk makanan sangat penting untuk menginformasikan
kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Oleh
karena itu, kemungkinan hal ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen
terhadap produk yang ditawarkan.

66
Bentuk jaminan yang diberikan oleh pihak Bagas Bakery jika seandainya
produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan
maka pihak Bagas Bakery bersedia untuk menggantinya dengan produk lain
sesuai dengan produk yang ditukarkan tersebut. Oleh karena itu, biasanya
pihak Bagas Bakery akan meminta kepada para pelanggannya untuk
mengecek barang yang dipesan tersebut apakah telah sesuai dengan
pesanannya. Upaya ini dilakukan oleh pihak Bagas Bakery guna
meminimalisasi terjadinya pemesanan barang yang tidak sesuai.
2) Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya
menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam
persaingan. Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu
(1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu
mark up baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan
konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah
pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan
sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok;
(3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang
yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada
konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan
setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka
penetapan harga pada produk Bagas Bakery didasarkan atas pendekatan
persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk roti
yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak
Bagas Bakery dengan mengikuti harga roti yang sudah ada di pasaran. Oleh
karena itu, tidak ada perbedaan harga antara pihak Bagas Bakery dengan
produsen roti lainnya. Secara umum penetapan harga jual pada Bagas Bakery
dibagi menjadi dua, yaitu penetapan harga jual untuk tipe pelanggan A dan
harga jual untuk tipe pelanggan B. Tipe pelanggan A adalah para pelanggan

67
Bagas Bakery yang membeli produk bukan untuk dikonsumsi sendiri
melainkan untuk dijual kembali, misalnya agen, sales, dan pengecer.
Sedangkan tipe pelanggan B, adalah para pelanggan Bagas Bakery yang
membeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau melakukan pemesanan untuk
acara-acara tertentu misalnya syukuran, pengajian, dan arisan. Oleh karena
itu, penetapan harga jual pada pelanggan A akan lebih murah daripada
pelanggan B. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai penetapan
harga jual pada produk Bagas Bakery (Tabel 11).

Tabel 11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery


Penetapan Harga Jual (Rp/bungkus)
No Nama Roti
Tipe Pelanggan A Tipe Pelanggan B
1 Roti Bolu
a. Bolu ukuran kecil 350 500
b. Bolu ukuran sedang 1200 1.500
c. Bolu ukuran besar (20 cm) - 7.500
d. Bolu ukuran besar (30 cm) - 14.000
2 Roti Pia 350 500
3 Roti Sobek
a. Sobek kecil 350 500
b. Sobek Kombinasi 3 rasa 750 1.000
c. Sobek kombinasi 6 rasa
- 6.000
ukuran kecil
d. Sobek kombinasi 6 rasa
- 8.500
ukuran sedang
e. Sobek kombinasi 6 rasa
- 12.500
ukuran besar
4 Roti Pisang 750 1.000
5 Roti Cokelat 750 1.000

Sumber : Bagas Bakery

Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa Bagas Bakery telah melakukan


penetapan harga jual yang berbeda kepada para pelanggannya. Penetapan
harga jual yang lebih rendah untuk tipe pelanggan A karena produk yang
dibeli tersebut akan didistribusikan kembali kepada pihak lain, sehingga harus
68
memperoleh keuntungan dari proses pendistribusian tersebut. Pada umumnya,
pihak Bagas Bakery tidak memberikan potongan harga dalam bentuk uang
melainkan hanya berupa tambahan roti jika pelanggan membeli dalam jumlah
yang cukup banyak. Adapun batas minimal kuota yang ditetapkan oleh Bagas
Bakery agar pelanggan mendapat tambahan roti adalah jika jumlah roti yang
dipesan sebanyak 100 bungkus dan itupun tambahan bonus roti yang
diberikan hanya satu bungkus saja. Kecilnya tambahan bonus yang diberikan
oleh Bagas Bakery kepada pelanggan mengingat harga jual yang diberikan
tersebut telah mengikuti harga roti yang ada di pasaran.
3) Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan
untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang
dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir
sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara
pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu
saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam
keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa
tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna
industrial. Secara umum, pihak Bagas Bakery dalam mendistribusikan produk
rotinya melalui empat pola saluran. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai masing-masing saluran distribusi pada Bagas Bakery (Gambar 10).

Agen Sales Pengecer Konsumen

Sales Pengecer Konsumen


Bagas
Bakery
Pengecer Konsumen

Konsumen

Gambar 9. Saluran Distribusi Roti pada Bagas Bakery


Sumber : Bagas Bakery

69
Gambar 9 menunjukkan saluran distribusi roti pada Bagas Bakery terdiri dari
empat pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah Bagas Bakery
menyalurkan produknya kepada agen kemudian disalurkan ke sales,
kemudian dari sales disalurkan kepada pengecer dan dari pengecer
selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Pada umumnya, para agen ini
berada di luar Kabupaten Kendal, seperti Mijen, Semarang, dan Demak.
Untuk pendistribusian produk dari Bagas Bakery ke lokasi para agen,
biasanya pihak Bagas Bakery sendiri yang mengantarkan sampai ke lokasi
tujuan dan hal ini tidak dipungut biaya transportasi, karena jika jumlah
pembelian roti lebih dari 3.000 bungkus maka pihak Bagas Bakery akan
memberikan fasilitas jasa pengiriman secara gratis. Pola saluran yang kedua
adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada sales, kemudian dari
sales disalurkan kepada pengecer, dan dari pengecer selanjutnya disalurkan
kepada konsumen. Pada umumnya, para sales ini berlokasi di sekitar
Kabupaten Kendal dan untuk pengambilan produk dilakukan dengan
mendatangi langsung lokasi produksi Bagas Bakery. Biasanya jumlah roti
yang diambil oleh para sales sekitar 200 sampai 500 bungkus. Pola saluran
yang ketiga, adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada pengecer
tanpa melalui agen atau sales dan dari pengecer selanjutnya disalurkan
kepada konsumen. Para pengecer yang dimaksud adalah kios atau toko yang
berada di sekitar lokasi produksi Bagas Bakery sehingga untuk pengambilan
produk dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi produksi Bagas
Bakery. Pola saluran yang keempat adalah Bagas Bakery melakukan
penjualan langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung
datang ke lokasi produksi Bagas Bakery. Untuk pola saluran yang keempat
ini, selain melakukan penjualan langsung, Bagas Bakery juga menerima
pesanan untuk acara pengajian, syukuran, arisan, atau acara pernikahan. Jenis
roti yang sering dipesan oleh konsumen adalah roti sobek kombinasi enam
rasa ukuran sedang sampai besar atau roti bolu ukuran besar (30 cm). Sistem
pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery adalah pembayaran secara
tunai dan biasanya pembayaran dilakukan pada saat pengambilan produk.
Kondisi ini berlaku untuk semua pelanggan Bagas Bakery, baik untuk agen,

70
sales, pengecer, maupun konsumen akhir. Hal inilah yang menjadi salah satu
kekuatan bagi Bagas Bakery karena adanya perputaran keuangan yang cepat.
Biasanya jika produk yang dijual terdapat sisa atau tidak laku maka dapat
ditukarkan dengan produk baru yang sejenis pada saat pengambilan produk
Bagas Bakery selanjutnya. Namun kondisi ini jarang terjadi, karena pada
umumnya produk Bagas Bakery sering habis terjual dan meskipun terdapat
roti yang dikembalikan, biasanya telah ada pihak yang bersedia untuk
menampung roti sisa tersebut. Pihak ini adalah para peternak bebek atau
bandeng dan untuk memperoleh roti sisa tersebut, peternak tersebut dapat
membelinya dengan harga Rp 1.000/kg.
4) Promosi
Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga
produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk
ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan
promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah melakukan
penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal
dilakukan melalui penerimaan pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian,
syukuran, atau acara pernikahan. Sedangkan untuk promosi penjualan,
dilakukan dengan memberikan gratis satu bungkus roti jika melakukan
pembelian roti sebanyak 100 bungkus. Akan tetapi, salah satu hal terpenting
yang dilakukan oleh pihak Bagas Bakery untuk membina loyalitas pelanggan,
yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan kualitas
rasa dengan harga yang terjangkau.

6.1.3. Keuangan dan Akuntansi


Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal
ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-
alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat
berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Bagas Bakery, modal awal
yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari modal sendiri.
Hal ini karena pada saat awal berdirinya, kapasitas produksi pada Bagas Bakery
tidak seperti sekarang ini. Meskipun demikian, pihak Bagas Bakery juga pernah
71
melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan, yaitu Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Nusamba yang berada di Kabupaten Kendal. Adapun tujuan
peminjaman modal ini digunakan untuk pembelian mobil guna menunjang
pemasaran produk Bagas Bakery. Hal ini karena pada waktu itu, sarana
transportasi yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk mendistribusikan
produknya ke pengecer dengan menggunakan becak. Padahal penggunaan becak
sebagai sarana transportasi tidak cukup efektif apalagi jika lokasi pengecer tesebut
jauh dari lokasi produksi Bagas Bakery.
Salah satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya
UKM adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik.
Kondisi ini juga terjadi pada Bagas Bakery dimana perusahaan tidak memiliki
sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan. Selain itu,
adanya anggapan dari pihak Bagas Bakery bahwa usaha yang dijalankan tersebut
telah berlangsung lama sehingga mampu untuk memperkirakan besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan dan total pendapatan yang diperoleh tanpa harus
membuat pembukuan secara jelas dan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi.
Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan itupun tidak
disimpan dengan baik sehingga sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara
efektif untuk pengembangan usaha bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut
terpakai untuk kebutuhan rumah tangga. Meskipun pengelolaan keuangan pada
Bagas Bakery belum tertata rapi, akan tetapi untuk hal yang berkaitan dengan
absensi karyawan dan kegiatan selama proses produksi biasanya dicatat oleh istri
pemilik yang digunakan sebagai kontrol dalam pemberian upah kepada karyawan
setiap minggunya.

6.1.4. Produksi dan Operasi


Ketersediaan bahan baku secara kontinyu merupakan salah satu faktor
utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses
produksi pembuatan roti, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari :
1) Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung
terigu. Pada Bagas Bakery, tepung terigu yang digunakan untuk membuat roti
adalah tepung terigu cap Cakra Kembar dan Naga Hijau. Penggunaan tepung
72
cap Cakra Kembar digunakan untuk pembuatan roti sobek, roti pisang, dan
roti cokelat, sedangkan tepung terigu cap Naga Hijau digunakan untuk
pembuatan roti bolu dan roti pia.
2) Bahan Penunjang
Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah telur, gula, susu, mentega,
ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing bahan penunjang
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda sehingga tanpa adanya bahan
penunjang, tidak akan terbentuk roti.
3) Bahan Bakar
Pembuatan roti pada Bagas Bakery tidak menggunakan minyak tanah sebagai
bahan bakar, melainkan menggunakan gas elpiji. Biasanya untuk menunjang
kelancaran selama proses pembuatan roti, pihak Bagas Bakery menggunakan
tujuh buah tabung gas elpiji ukuran 12 kg.
4) Pengemasan
Jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus roti ada dua, yaitu
plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan untuk seluruh jenis roti yang
diproduksi oleh Bagas Bakery, sedangkan kemasan kardus digunakan sebagai
pembungkus luaran setelah roti dikemas dengan plastik. Biasanya kemasan
kardus digunakan untuk jenis roti sobek kombinasi enam rasa yang sering
dipesan untuk acara-acara pengajian, arisan, pernikahan, atau syukuran. Baik
kemasan plastik maupun kemasan kardus tercantum nama merek, nomor
PIRT dari Dinas Kesehatan, komposisi bahan baku, dan lokasi produksi.
Akan tetapi, pada kemasan kardus terdapat tambahan slogan Bagas Bakery.
yaitu Anda Puas Kami Bangga dan Anda Senang Beritahu Teman .
Akses bahan baku sangat penting diperlukan untuk menjaga
keberlangsungan suatu produksi tertentu. Terkait dengan hal tersebut, pihak Bagas
Bakery telah memiliki beberapa pemasok yang berbeda untuk masing-masing
bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan roti. Hal ini dilakukan guna
mengantisipasi terjadinya kekurangan barang salah satu pemasok yang dapat
menghambat proses produksi. Biasanya pembelian bahan baku langsung
dilakukan ke distributor yang berlokasi di Kabupaten Kendal. Untuk mendapatkan
kepastian tentang bahan baku yang dipesannya, biasanya pihak Bagas Bakery

73
melakukan pemesanan melalui telepon dua hari sebelum pembelian barang,
sehingga pihak distributor dapat menyiapkan terlebih dahulu.
Untuk menunjang proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini pihak
Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern yang tidak dikerjakan
secara manual, misalnya mixer listrik dan mesin penggiling. Selain itu, peralatan
yang digunakan dalam proses pembuatan roti adalah alat pengepres, timbangan,
loyang, oven, pisau, gunting, dan baki. Untuk menjaga loyalitas pelanggaannya,
pihak Bagas Bakery sangat mengutamakan kualitas rasa dan melakukan sortasi
terhadap roti yang diproduksinya sehingga pelanggan benar-benar memperoleh
produk yang berkualitas. Berikut ini akan diperlihatkan proses produksi
pembuatan roti pada Bagas Bakery, yaitu :
1) Penimbangan Bahan Baku
Siapkan bahan baku yang akan digiling, seperti tepung terigu, telur, gula,
mentega, susu, ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing
bahan baku tersebut sebelum diproses akan dilakukan penimbangan terlebih
dahulu.
2) Penggilingan
Proses penggilingan tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan
mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg. Pada proses ini akan memerlukan
waktu sekitar 30 menit.
3) Penimbangan adonan
Adonan yang telah kalis dan tidak lengket di tangan menunjukkan bahwa
adonan roti ini siap untuk diproses selanjutnya, yaitu proses penimbangan.
Pada proses penimbangan, besarnya ukuran adonan yang ditimbang harus
disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.
4) Pengepresan Adonan
Proses pengepresan bertujuan untuk menyeragamkan berat adonan roti
sebelum proses pencetakan. Adapun hasil pengepresan adonan juga akan
berbeda karena disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.
5) Pencetakan Adonan
Adonan yang telah dipres kemudian dicetak sesuai dengan jenis roti yang
diinginkan.

74
6) Pengovenan
Setelah adonan selesai dicetak kemudian diletakkan pada loyang dan siap
untuk dioven. Lamanya proses pengovenan tergantung dengan jenis roti yang
dibuat. Biasanya semakin besar ukuran roti maka proses pengovenan juga
akan semakin lama.
7) Pengemasan
Setelah roti selesai dioven kemudian dipindahkan ke rak roti untuk menunggu
roti tersebut dingin. Selanjutnya dilakukan proses pengemasan dengan
menggunakan plastik. Untuk roti tertentu, seperti roti sobek kombinasi enam
rasa ukuran sedang sampai besar, selain menggunakan plastik pada
pengemasannya juga menggunakan kardus dan kantong pembungkus
berbahan baku kertas.

6.1.5. Sumber Daya Manusia


Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
Oleh karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas
tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam
menentukan pertumbuhan perusahaan.
Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada Bagas Bakery tidak melalui
prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau
kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki
keterampilan tentang cara pembuatan roti. Satu hal terpenting yang harus dimiliki
oleh calon tenaga kerja Bagas Bakery ialah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan
cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Disamping itu, tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh Bagas Bakery tidak dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi.
Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para pekerjanya yang sebagian besar hanya
lulusan SLTP. Oleh karena itu, biasanya pihak Bagas Bakery akan melakukan
training selama satu minggu kepada setiap calon tenaga kerja. Bentuk training ini
adalah dengan melibatkan para calon tenaga kerja tersebut pada setiap proses
produksi pembuatan roti. Jika hasil kerjanya baik setelah melalui proses training
maka para calon tenaga kerja tersebut dapat diterima sebagai tenaga kerja tetap
Bagas Bakery. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan kelemahan bagi
75
perusahaan karena tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dapat
membantu pihak Bagas Bakery dalam mengelola manajemen perusahaan,
misalnya terkait dengan pembukuan keuangan.
Pada umumnya tenaga kerja Bagas Bakery berasal dari sekitar lokasi
produksi, meskipun terdapat beberapa tenaga kerja yang berasal dari luar Propinsi
Jawa Tengah. Oleh karena itu, kemudahan pihak Bagas Bakery dalam
memperoleh tenaga kerja merupakan kekuatan bagi perusahaan. Saat ini jumlah
tenaga kerja Bagas Bakery sebanyak 51 orang, terdiri dari 31 tenaga kerja
perempuan dan 20 tenaga kerja laki-laki. Secara umum, para tenaga kerja tersebut
hampir sebagian besar berada di bagian produksi. Hal ini karena bagian produksi
merupakan bagian yang menghasilkan suatu produk yang akan dijual kepada
pembeli, mulai dari persiapan bahan baku sampai pengemasan produk, sehingga
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Sedangkan sisanya yang 10 persen,
membantu pemilik saat pemasaran produk sebagai sopir dan kernet.
Untuk hari kerja pada Bagas Bakery selama enam hari, yaitu mulai dari
hari Sabtu sampai hari Kamis dan untuk hari Jum at libur. Waktu kerja yang
digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua shift, yaitu shift satu, mulai
pukul 06.00 18.00 WIB dan shift dua, dari pukul 13.00 - 00.00 WIB. Untuk
yang shift dua biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Waktu kerja yang
padat pada usaha Bagas Bakery karena keterbatasan mesin penggiling dan mesin
pengaduk (mixer listrik) dimana pihak Bagas Bakery hanya memiliki satu unit
saja padahal dalam satu kali proses produksi harus mengolah tepung terigu
sebanyak 650 kg, sehingga jika kegiatan produksi pada shift satu belum selesei
maka dilanjutkan pada shift dua. Akan tetapi, untuk penentuan tenaga kerja yang
berada pada shift satu atau shift dua, biasanya secara bergiliran dan sesuai
kesepakatan. Untuk pembagian dan penempatan kerja ini diatur oleh penanggung
jawab bagian produksi yang telah dikomunikasikan sebelumnya dengan pemilik
Bagas Bakery.
Sistem pembayaran upah atau kompensasi yang diterapkan oleh pihak
Bagas Bakery adalah seminggu sekali, dimana pembayaran upah diberikan setiap
hari Kamis. Besarnya upah yang diberikan tergantung jenis pekerjaan yang

76
lakukan. Berikut ini akan diperlihatkan besarnya kompensasi yang diberikan
untuk masing-masing unit produksi pada Bagas Bakery (Tabel 12).

Tabel 12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi pada


Bagas Bakery

No. Jenis Pekerjaan Besarnya Kompensasi per


Minggu (Rp)
1 Persiapan bahan baku sampai pencetakan 85.000
2 Pengovenan atau pemasakan roti 110.000
3 Pengemasan 60.000
4 Sopir 200.000
5 Kernet 120.000
Sumber : Bagas Bakery

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pihak Bagas Bakery telah memberikan


kompensasi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Selain pemberian kompensasi,
pihak Bagas Bakery juga memberikan makan kapada para tenaga kerjanya
sebanyak tiga kali, sehingga upah yang diterima oleh pekerjanya merupakan gaji
bersih. Pihak Bagas Bakery juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) berupa
uang yang jumlahnya sebesar gaji pokok. Disamping itu, khusus bagi tenaga
Bagas Bakery yang berasal dari luar Propinsi Jawa Tengah juga disediakan tempat
tinggal secara gratis oleh perusahaan. Pemberian kompensasi tersebut merupakan
bentuk perhatian pihak Bagas Bakery terhadap para pekerjanya karena perusahaan
menyadari bahwa tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang secara
tidak langsung mendukung kelancaran usaha Bagas Bakery.

6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)


Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari
suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru
atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri
untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan
memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak
memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola
manajemen perusahaan. Disamping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi
penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini.
77
Saat ini Bagas Bakery termasuk salah satu Usaha Kecil Menengah yang
tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil
sampai menengah biasanya orientasinya terbatas pada bagaimana modal yang
digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan
dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh manajemen perusahaan
yang belum tertata rapi karena keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk
mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam
perusahaan merupakan kelemahan bagi Bagas Bakery.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal


Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan
industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha Bagas Bakery.

6.2.1. Lingkungan Jauh


Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari
luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan
tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor
politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai lingkungan jauh, yaitu :
1) Politik
Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang
mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan
yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan
suatu usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha
yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu,
pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara
hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan
beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan industri roti.

78
a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota
melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji.
Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap
orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan
siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan
pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memperhatikan
aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji
harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan
nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk
kelompok produk pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga
diberi kode registrasi PIRT, untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode
registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML.
sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri Rumah Tangga). Bentuk
sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha
untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud
kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan
konsumen.
b) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 07/PMK.011/2009 tentang
Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif bea masuk atas impor
tepung terigu sebesar 5 persen merupakan bentuk perlindungan
pemerintah terhadap industri dalam negeri agar industri dapat
berkembang. Penetapan peraturan ini terkait dengan penurunan harga
gandum dunia. Oleh karena itu, dengan adanya kenaikan bea masuk
tepung terigu tersebut akan memberikan dampak positif terhadap industri
di dalam negeri karena akan menggairahkan investasi terigu di Indonesia.

79
c) Peraturan Menteri Keuangan No.02/PMK.011/2009 mengenai pencabutan
subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP)
atas Tepung Terigu
Kebijakan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2009. Pemerintah
menghapus subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas gandum dan
tepung terigu sebesar 10 persen karena harga gandum dan tepung terigu
di dalam negeri telah terjangkau dan stabil. Seharusnya dengan adanya
pencabutan subsidi PPN-DTP atas tepung terigu maka diperkirakan akan
meningkatkan harga tepung terigu di pasar domestik. Namun
kenyataannya terjadi sebaliknya, dimana harga tepung terigu cenderung
turun. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga
gandum di pasaran dunia dan adanya penurunan komponen-komponen
biaya lain seperti TDL dan bahan bakar. Oleh karena itu, dengan adanya
kecenderungan penurunan harga tepung terigu di pasar domestik maka
akan memberikan dampak positif terhadap para pelaku usaha yang
menggunakan tepung terigu sebagai bahan bakunya.
d) Peraturan Menteri ESDM No.16 Tahun 2008 tentang penurunan BBM
Sejak tanggal 15 Januari 2009, harga BBM kembali mengalami
penurunan menjadi Rp 4.500/liter untuk premium dan minyak solar,
serta Rp 2.500/liter untuk minyak tanah. Dengan adanya penurunan BBM
maka dapat memberikan dorongan bagi pelaku usaha yang menggunakan
BBM sebagai salah satu faktor pendukung kelancaran produksinya untuk
semakin berkembang.
e) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
i) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi
kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga
daerahnya sendiri, termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini
karena dengan adanya otonomi daerah maka peluang untuk
mengembangan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh

80
karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (KUKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim
usaha yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya
memuat pasal-pasal tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
maka Dinas KUKM memiliki tanggung jawab terhadap penumbuhan
iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah terhadap sumber pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
maka Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan
kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk
memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan,
dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit.
ii) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota
Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan
Perusahaan Penjamin
Sesuai dengan kebijakan tersebut, maka pemerintah telah
meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas
penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit
Indonesia (PT. Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha.
Adapun Bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri, dan
Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas
pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama
yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan.
Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi
peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal
dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan
usahanya.

81
2) Ekonomi
Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung
terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah
tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan
pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung
kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula
mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi,
jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat
terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu
usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun
beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara
lain :
a) Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Kendal secara agregat menunjukkan
adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebesar 4,28 persen lebih tinggi jika
dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 yang sebesar 3,66
persen. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun
maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana
dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini
merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun
2004 sampai tahun 2007 (Tabel 13):

82
Tabel 13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2003 - 2007
Tahun Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal
(persen)
2004 2,61
2005 2,63
*
2006 3,66
**
2007 4,28

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)


Keterangan : *) angka diperbaiki
**
) angka sementara

Berdasarkan Tabel 13, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada


tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan
laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik maka kondisi ini
diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai
kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Kendal. Laju
pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga ditandai dengan nilai
PDRB atas dasar harga konstan yang semakin meningkat. Adapun nilai
PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 14 :

Tabel 14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 - 2007
Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan
(Milyar Rp)
2004 4.167,63
2005 4.277,35
*
2006 4.433,80
**
2007 4.623,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)


Keterangan : *) angka diperbaiki
**
) angka sementara

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar


harga konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Kendal mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan
adanya korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan
83
nilai PDRB yang dihasilkan, dimana laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kendal pada tahun 2007 semakin baik yang diiringi dengan
peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan.
b) Struktur Ekonomi
Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah tertentu maka dapat
digunakan PDRB atas harga belaku. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini
merupakan struktur ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2004 sampai
2007 (Tabel 15) :

Tabel 15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga


Berlaku Tahun 2004 - 2007 (Persen)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006* 2007 **
Pertanian 23,92 23,40 24,88 25,04
Pertambangan dan Penggalian 1,00 1,05 1,11 1,11
Industri Pengolahan 37,52 37,59 35,57 35,48
Listrik, Gas, dan Air Minum 1,38 1,48 1,55 1,71
Bangunan 3,83 3,72 3,92 3,63

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 17,68 17,69 17,23 17,33


Pengangkutan dan Komunikasi 2,72 2,88 3,26 3,27
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
2,70 2,77 2,81 2,85
Perusahaan
Jasa-Jasa 9,25 9,41 9,67 9,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)


Keterangan : *) angka diperbaiki
**
) angka sementara

Berdasarkan Tabel 15, secara keseluruhan dalam empat tahun terakhir


tidak terjadi pergesaran struktur ekonomi yang berarti, dimana masing-
masing sektor masih dalam posisi yang sama. Pada tahun 2007, sektor
industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan
terbesar di Kabupaten Kendal. Hal ini ditandai dengan sumbangannya
terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu berkisar di atas 35 persen,
84
paling tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Adapun nilai sumbangan
sektor industri pengolahan yang diberikan terhadap total PDRB
Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp
2.727.99 milyar. Berikut ini merupakan data tentang PDRB Kabupaten
Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 sampai tahun 2007
(Tabel 16):

Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006* 2007**
Pertanian 1.316,71 1.418,74 1.720,43 1.924,91
54,93 63,58 76,44 85,68
Pertambangan dan Penggalian
2.066,00 2.278,84 2.459,05 2.727,99
Industri Pengolahan
75,79 89,84 107,19 131,82
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan 211,02 225,55 271,35 279,29
Perdagangan, Hotel, dan
973,60 1.072,31 1.191,50 1.332,12
Restoran
149,80 174,68 225,35 251,38
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 148,85 167,95 194,07 218,79
Perusahaan
Jasa-Jasa 509,04 570,66 668,34 736,61
Total PDRB 5.505,72 6.062,14 6.913,71 7.688,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)


Keterangan : *) angka diperbaiki
**
) angka sementara

Berdasarkan Tabel 16, sektor industri pengolahan merupakan salah satu


sektor ekonomi yang menjadi kontributor terbesar terhadap total PDRB
Kabupaten Kendal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kendal, pembentukan PDRB sektor industri pengolahan didominasi oleh
subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Industri roti
merupakan salah satu bagian dari subsektor industri makanan, minuman,
dan tembakau. Struktur ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin
membaik khususnya sektor industri pengolahan merupakan stimulus bagi
kelompok usaha-usaha tertentu yang akan mengembangkan usahanya.

85
c) Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah
tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan
konsumsi non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan,
pajak, asuransi, dan lain-lain). Persentase pengeluaran makanan dan non
makanan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat
kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari distribusi pengeluaran
menurut kelompok pendapatan. Berikut ini merupakan data tentang
pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal per kapita sebulan
(Tabel 17) :

Tabel 17. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal per


Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007
Pengeluaran Rata-Rata per Pengeluaran Rata-Rata per
Kapita Sebulan untuk Kapita Sebulan untuk
Tahun
Kelompok Makanan Kelompok Non Makanan
(Rp) (Rp)
2003 106.282 69.493
2004 109.709 81.388
2005 114.678 99.887
2006 148.844 115.332
2007 161.965 92.862

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)

Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun


terakhir sebagian besar pengeluaran penduduk Kabupaten Kendal
digunakan untuk kebutuhan makanan daripada kebutuhan non/bukan
makanan. Masih besarnya pengeluaran untuk kelompok makanan
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kendal masih
mementingkan kebutuhan pokok. Untuk mengetahui pola konsumsi
makanan penduduk Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 18:

86
Tabel 18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten
Kendal pada Tahun 2007
Jenis Makanan Persentase Pola Konsumsi Makanan
(Persen)
Padi-padian 20,96
Umbi-umbian 0,61
Ikan/ Udang/ Cumi/ Kerang 3,96
Daging 2,90
Telur dan Susu 5,99
Sayur-sayuran 6,58
Kacang-kacangan 4,96
Buah-buahan 3,19
Minyak dan Lemak 3,61
Bahan Minuman 4,09
Bumbu-bumbu 2,68
Konsumsi Lainnya 2,93
Makanan dan Minuman Jadi 27,54
Tembakau dan Sirih 10,02

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)

Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa sebagian besar pola konsumsi


makanan penduduk Kabupaten Kendal adalah makanan dan minuman
jadi, dimana nilainya mencapai 27,54 persen dari total pengeluaran
penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan. Roti merupakan
salah satu dari berbagai macam makanan jadi. Oleh karena itu, kondisi
ini dapat menjadi peluang bagi kelompok usaha yang berbasis makanan
dan minuman jadi untuk mengembangkan usahanya.
d) Laju Inflasi
Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa
kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk menggambarkan laju inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen ialah suatu angka yang dapat
menggambarkan perbandingan harga yang terjadi pada dua periode

87
waktu yang berbeda. Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen
Kabupaten Kendal, maka pada tahun 2007 kembali terjadi inflasi. Berikut
ini merupakan data tentang perkembangan laju inflasi selama periode
2004-2007 dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Tabel 19):

Tabel 19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal pada Tahun


2004-2007
Tahun Tingkat Inflasi (%)
2004 6,62
2005 16,73
2006 6,06
2007 6,96

Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa perkembangan laju inflasi


Kabupaten Kendal cukup fluktuatif. Meskipun pada tahun 2007, angka
inflasi lebih tinggi dari tahun 2006 namun masih dikategorikan cukup
baik karena angka inflasi ini masih jauh di bawah inflasi pada tahun
2005. Adapun penyebab kenaikan tingkat inflasi secara tajam pada tahun
2005 karena terjadi kenaikan harga BBM sebanyak dua kali pada periode
tersebut. Dari ketujuh komponen yang digunakan dalam perhitungan
IHK, maka pada tahun 2007 kelompok makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau memberikan kontribusi terbesar terhadap tingkat inflasi di
Kabupaten Kendal, yaitu 18,53 persen. Selain itu, kelompok makanan
jadi juga sering menempati peringkat tiga besar terhadap pembentukan
tingkat inflasi di Kabupaten Kendal. Berikut ini akan disajikan data
tentang perubahan IHK menurut kelompok pengeluaran selama periode
2006-2007 (Tabel 20).

88
Tabel 20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok
Pengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007
(Persen)
Tahun
Kelompok Pengeluaran
2006 2007
I. Makanan 12,90 8,18
II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 7,52 18,53
III. Perumahan 2,81 3,66
IV. Sandang 3,09 11,71
V. Kesehatan 5,69 5,30
VI. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 11,66 0,95
VII.Transportasi dan Komunikasi 1,58 0,67
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa pada tahun 2007, kelompok


makanan jadi merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan
tingkat inflasi dan pada tahun 2006 kelompok makanan jadi menempati
peringkat ketiga terhadap pembentukan inflasi di Kabupaten Kendal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa bahwa kelompok pengeluaran ini
mudah terpengaruh terhadap perubahan politik maupun ekonomi
nasional. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi ancaman bagi kelompok
usaha yang beroperasi di bidang makanan jadi. Tingginya tingkat inflasi
menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa tingkat
konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan
daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain,
tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak terhadap daya beli
masyarakat yang rendah.
e) Perkembangan Harga-Harga
Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan
harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi pembuatan
roti, yaitu harga tepung terigu, gula, telur, dan harga bahan bakar.
i) Harga Tepung Terigu
Industri roti (bakery) merupakan salah satu bagian dari industri
makanan jadi dimana menggunakan tepung terigu sabagai bahan
baku utama dalam proses produksinya. Saat ini harga tepung terigu
89
di dalam negeri cenderung turun meskipun pemerintah menghapus
Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk
komoditas tepung terigu sejak 1 Januari 2009, karena adanya tren
penurunan harga gandum di pasar internasional. Terjadinya
penurunan harga tepung terigu dibandingkan dengan harga
komoditas tersebut pada awal tahun 2008 juga berdampak terhadap
kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan bea masuk tepung
terigu dari 0 persen menjadi 5 persen. Dengan adanya kenaikan bea
masuk tepung terigu maka akan memberikan dampak positif
terhadap industri di dalam negeri karena akan menggairahkan
investasi terigu di Indonesia. Adapun perkembangan harga tepung
terigu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu


Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 10 menunjukkan adanya tren atau kecenderungan penurunan


harga rata-rata tepung terigu di dalam negeri. Kondisi ini tentunya
dapat menguntungkan bagi para pelaku usaha yang bergerak di
bidang industri makanan jadi khususnya yang menggunakan bahan
baku tepung terigu. Hal ini karena dengan adanya penurunan harga
tepung terigu maka dapat mengurangi biaya produksi.

90
ii) Harga Gula
Selain tepung terigu, bahan baku lain yang juga digunakan dalam
jumlah cukup besar untuk pembuatan roti adalah gula. Berbeda
dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka harga gula
terjadi sebaliknya dimana harga gula justru menunjukkan tren
kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula di dalam
negeri (Gambar 11) :

Gambar 11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula


Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 11 menunjukkan adanya tren kenaikan terhadap harga gula


di dalam negeri. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri
makanan jadi yang menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku
dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya
kenaikan harga gula berarti akan meningkatkan pula biaya produksi.
iii) Harga Telur
Selain tepung terigu dan gula, bahan baku lain yang memiliki
proporsi besar dalam pembuatan roti, adalah telur. Seperti halnya
dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka
perkembangan harga telur juga menunjukkan adanya tren penurunan
harga. Berikut ini merupakan perkembangan harga rata-rata telur di
dalam negeri (Gambar 12).
91
Gambar 12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur
Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 12 menunjukkan adanya tren penurunan terhadap harga


telur di dalam negeri. Meskipun penurunannya tidak cukup besar,
namun menurut Departemen Perdagangan diperkirakan harga telur
akan turun. Kondisi ini dapat menguntungkan keberadaan industri
makanan jadi yang menggunakan telur sebagai salah satu bahan baku
dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya
penurunan harga telur berarti akan menurunkan pula biaya produksi.
iv) Harga Bahan Bakar
Bahan bakar juga memiliki fungsi yang sama besarnya dalam proses
produksi pembuatan roti. Harga Bahan Bakar Minyak yang semakin
menurun dapat menjadi peluang dan stimulus tumbuhnya usaha-
usaha lainnya. Perkembangan harga BBM dapat dilihat pada Tabel
21.

92
Tabel 21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009
Harga BBM (Rp/liter)
Terhitung Mulai
No. Minyak Minyak
Tanggal Premium
Tanah Solar
1 24/05/2008 6.000 2.500 5.500
2 01/06/2008 6.000 2.500 5.500
3 15/06/2008 6.000 2.500 5.500
4 01/08/2008 6.000 2.500 5.500
5 15/08/2008 6.000 2.500 5.500
6 01/09/2008 6.000 2.500 5.500
7 15/09/2008 6.000 2.500 5.500
8 01/10/2008 6.000 2.500 5.500
9 15/10/2008 6.000 2.500 5.500
10 01/11/2008 6.000 2.500 5.500
11 15/11/2008 6.000 2.500 5.500
12 01/12/2008 5.500 2.500 5.500
13 15/12/2008 5.000 2.500 4.800
14 01/01/2009 5.000 2.500 4.800
15 15/01/2009 4.500 2.500 4.500
16 01/02/2009 4.500 2.500 4.500
17 15/02/2009 4.500 2.500 4.500
Sumber : PT. Pertamina (2009)

Tabel 21 menunjukkan bahwa perkembangan harga Bahan Bakar


Minyak cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini dapat menjadi
peluang bagi kelangsungan suatu usaha karena dengan adanya
penurunan harga Bahan Bakar Minyak maka dapat menekan biaya
transportasi. Selain menggunakan Bahan Bakar Minyak, saat ini
hampir sebagian besar industri menggunakan gas elpiji sebagai
bahan bakarnya. Beralihnya pelaku industri atau rumah tangga dari
minyak tanak ke gas elpiji karena pada saat itu terjadi kelangkaan
minyak tanah yang menyebabkan harga minyak tanah menjadi
tinggi. Selain itu, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya
himbauan dari pemerintah untuk melakukan konversi dari kompor
minyak ke kompor gas. Pada Tabel 22 berikut ini ditunjukkan
perkembangan harga gas elpiji.

93
Tabel 22. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)
Harga Gas Elpiji
Tahun
3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg
2005 - 25.500 51.000 212.500
2006 - 25.500 51.000 212.500
2007 12.750 25.500 51.000 312.950
Jan-08 12.750 25.500 51.000 396.600
Apr-08 12.750 25.500 51.000 340.150
Jul-08 12.750 31.500 63.000 343.900
Agust-08 12.750 - 69.000 362.750
Sumber : PT. Pertamina (2009)

Tabel 22 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami


kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang
menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya
karena dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh
karena itu, pemerintah harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga
yang terjadi sehingga kebijakan yang keluarkan oleh pemerintah
dapat menjamin kelangsungan hidup para pelaku usaha.
f) Ketersediaan Kredit secara Umum
Masalah keterbatasan modal sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil
dan menengah dalam mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi
masalah permodalan bagi pelaku usaha telah dilakukan beberapa upaya
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bekerjasama
dengan lembaga keuangan, diantaranya skim kredit yang ditawarkan oleh
BRI (Bank Rakyat Indonesia) melalui program KUR (Kredit Usaha
Rakyat). Bahkan rencananya Kementerian Koperasi dan UKM akan
memperluas KUR dengan melibatkan bank swasta dan Bank
Pembangunan Daerah (BPD) yang disebabkan oleh banyaknya peminat
KUR. Selain program KUR, pemerintah daerah juga berupaya
menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui pemberdayaan
UMKM oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau
pemberdayaan IKM (Industri Kecil dan Menengah) oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. Terkait dengan program penguatan

94
modal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Dinas KUKM
Kabupaten Kendal telah memberikan bantuan pinjaman permodalan
dengan bunga rendah yaitu 6 persen per tahun sebesar Rp 200 juta pada
tahun 2008, dan rencananya pada tahun 2009 Dinas KUKM Kabupaten
Kendal telah mempersiapkan bantuan pinjaman permodalan sebesar Rp
250 juta. Selain Dinas KUKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
juga berperan dalam membantu akses permodalan, misalnya Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal berperan sebagai
pendamping dalam pengajuan kredit ke PT Phapros untuk mendapatkan
pinjaman modal dengan bunga rendah. Dengan adanya skim kredit yang
ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga perbankan, maupun lembaga
bukan perbankan maka dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk
meningkatkan modal kerja.
g) Tarif Dasar Listrik
Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh
pemerintah untuk para pelanggan PLN. Penurunan TDL penting
dilakukan sebagai stimulus fiskal bagi sektor riil di tengah dampak krisis
ekonomi global. Oleh karena itu, bersamaan dengan kebijakan
pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009,
pemerintah juga menetapkan penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL)
sebesar 8 persen. Akan tetapi penurunan TDL ini hanya berlaku bagi
pelanggan industri I-3 dengan daya tersambung 14-200 kVA dan industri
I-4 dengan daya tersambung 201 kVA. Penurunan itu juga hanya
pengurangan disinsentif bagi pelanggan industri yang menggunakan
listrik melebihi daya tertentu saat beban puncak. Dengan kata lain,
penurunan TDL belum berdampak terhadap pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku
usaha yang menggunakan listrik dalam proses produksinya.
3) Sosial
Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar
bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah
penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

95
penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar
ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk
memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama
periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008

Tahun Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Pertumbuhan (%)


2005 219.852,0 -
2006 222.550,7 1,21
2007 225.642,0 1,37
*
2008 228.523,3 1,26
Rata-Rata 1,28
Keterangan : *) angka sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Tabel 23 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap


tahunnya selama periode 2005-2008 sebesar 1,28 persen. Pertumbuhan
jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk
yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu wilayah di
Indonesia yang terjadi peningktan jumlah penduduk adalah Kabupaten
Kendal. Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Kendal selama periode
2001-2007 dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)


2001 882.929 -
2002 887.286 0,49
2003 891.166 0,44
2004 899.211 0,89
2005 905.451 0,69
2006 918.495 1,42
2007 937.420 2,02
Rata-Rata 0,99
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

96
Tabel 24 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal
setiap tahunnya selama periode 2001-2007 sebesar 0,99 persen. Jumlah
penduduk Kabupaten Kendal yang semakin meningkat merupakan pangsa
pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan
produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Roti
merupakan salah satu produk makanan jadi yang cukup diminati. Hal ini
terlihat dari penjualan produk Bagas Bakery dimana terjadi kelebihan
permintaan terhadap produk roti yang dijualnya.
4) Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-
kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya
mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.
a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi
Dalam industri roti, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat
dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama
proses pembuatan roti, misalnya penggunaan mixer listrik dimana dalam
proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses pengadukan
adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu, juga terdapat
mesin penggiling, dimana fungsinya hampir sama dengan mixer yaitu
untuk menggiling adonan roti tetapi kapasitas alatnya lebih besar
daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg
dalam satu kali proses penggilingan adonan. Selanjutnya juga terdapat
alat pengepres yang berfungsi untuk membentuk adonan roti sehingga
memiliki bobot dan ukuran yang seragam. Dengan pemanfaatan
teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan
mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada
jika dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam
pembuatan roti, saat ini Bagas Bakery telah memiliki mesin/peralatan
tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas.

97
b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran
Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja
melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya
perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi.
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi,
seperti telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara
pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha
dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan
perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman
akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga
akan memperlancar proses pemasaran produk. Untuk mendukung
pemasaran produk, pihak Bagas Bakery telah melengkapi rumah
produksinya dengan fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan
pengangkutan bahan baku dari pemasok atau digunakan untuk
pendistribusian produk ke pengecer atau pelanggan.

6.2.2. Lingkungan Industri


Lingkungan industri merupakan lingkungan yang barada di sekitar usaha
yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter
(1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas
lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya
pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar
penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
1) Persaingan antar Perusahaan Sejenis
Persaingan yang terjadi dalam industri roti cukup kompetitif. Kondisi ini
dapat dilihat dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Kendal yang menunjukkan bahwa pelaku usaha yang begerak pada bidang
pembuatan roti semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah
perusahaan roti di Kabupaten Kendal mencapai 72 unit dibandingkan pada
tahun 2007 yang hanya berjumlah 53 unit. Bertambahnya jumlah perusahaan
roti berarti semakin tinggi pula tingkat persaingan yang terjadi diantara
produsen roti. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin
beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah.
98
Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri roti adalah persaingan
pangsa pasar, mutu produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar
terjadi jika jumlah pelaku usaha roti yang beropersi semakin banyak sehingga
para pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan daerah atau
pasar mana yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya. Disamping
itu, juga terdapat persaingan mutu produk. Persaingan ini terjadi karena setiap
pelaku usaha roti berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang
dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen baik melalui kualitas rasa,
variasi bentuk, maupun variasai ukuran. Oleh karena itu, agar produknya
dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka para pelaku usaha harus
mampu melihat selera konsumen tentang produk roti seperti apa yang
diminati. Selanjutnya juga terdapat persaingan harga jual produk. Biasanya
persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak persaingan
pangsa pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu
industri merupakan sebuah hal wajar, karena dengan adanya persaingan maka
para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam memposisikan
produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima
oleh pasar.
2) Ancaman Pendatang Baru
Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya
pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat
berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa
pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya
perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan
para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada.
Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang
baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk,
kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan
biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.
a) Skala Ekonomis
Untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala usaha
yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha roti dari skala

99
usaha yang kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas
produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan roti
yang telah ada.
b) Diferensiasi Produk
Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan roti hampir
sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan roti dapat
dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau
ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti pencantuman
merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan
(No. PIRT).
c) Kebutuhan Modal
Meskipun untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala
usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan
untuk membuka usaha roti cukup besar. Hal ini karena modal tersebut
digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan roti, seperti oven,
mixer, dan loyang dimana harga masing-masing peralatan tersebut cukup
mahal.
d) Biaya Beralih Pemasok
Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh
pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha roti yang telah ada untuk
pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku
usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga
pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha roti
yang telah ada agar beralih dari pemasok lama.
e) Akses ke Saluran Distribusi
Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya
telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya
sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran
yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun
saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak
terjadi pada industri roti. Hal ini karena para pendatang baru pun masih
berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh

100
perusahaan roti yang telah ada, asalkan mampu memproduksi roti dengan
mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif
lebih murah.
f) Biaya tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Para produsen roti yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan
biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru
yang akan masuk ke dalam industri roti, misalnya dalam hal pengalaman,
teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang
menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih
berpotensi untuk masuk ke dalam industri roti karena bahan baku
maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan roti cukup banyak
tersedia.
3) Ancaman Produk Substitusi
Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki
fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan
produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat
menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut
mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama
dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga
jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam
menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri roti (bakery), produk
yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal,
wafer, brownies, mi instan dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk
substitusi roti dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat
memberikan ancaman bagi Bagas Bakery sebagai salah satu produsen roti.
Meskipun keberadaan produk substitusi roti ini tinggi, tetapi keputusan
pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang
memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan
seleranya. Pada kenyataannya, produk Bagas Bakery tetap mampu bersaing
dengan dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan
konsumen terhadap produk Bagas Bakery yang semakin meningkat.

101
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi
hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk
mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi Bagas Bakery, keberadaan
pemasok bahan baku seperti tepung terigu, telur, dan gula memiliki peranan
yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena
itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Bagas Bakery
tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Bagas Bakery telah
memiliki beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pada
umumnya para pemasok tersebut berada di sekitar Kabupaten Kendal
sehingga pihak Bagas Bakery tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi
pada saat berganti pemasok jika seandainya salah satu pemasok tidak mampu
mencukupi kebutuhan bahan baku pada Bagas Bakery atau jika bahan baku
yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas,
maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan di atas, kekuatan tawar-
menawar pemasok terhadap Bagas Bakery dapat dikatakan tidak terlalu kuat,
karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke
pemasok lainnya.
5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika
konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam
jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan
pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen Bagas
Bakery dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat
dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. Hal ini karena
pada umumnya pembeli Bagas Bakery sebagian besar berasal dari agen atau
sales dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar di setiap
transaksinya, meskipun pihak Bagas Bakery juga tetap melayani pembelian
oleh pengecer atau konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi.
Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam
sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga

102
yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah
perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten Kendal, dimana masing-masing
perusahaan roti menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin
banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk.
Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil
karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan roti
ke perusahaan roti yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang
lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko
dan harga jual dari masing-masing perusahaan roti. Meskipun sampai saat ini,
Bagas Bakery mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi
Bagas Bakery harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana
pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk
roti. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif
Bagas Bakery dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu
menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk
Bagas Bakery.

103
BAB VII FORMULASI STRATEGI

7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh
beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha
Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi internal yang
menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery adalah sebagai berikut :
1) Lokasi Perusahaan strategis
Lokasi perusahaan yang strategis dapat mempengaruhi kelancararan suatu
usaha. Lokasi usaha Bagas Bakery dapat dikatakan strategis karena dekat
dengan bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, lokasi Bagas Bakery juga
dekat dengan jalan raya dan mudah dilalui oleh alat transportasi, sehingga
akan memudahkan pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi
produk.
2) Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan Terjalin Baik
Suasana kerja dalam Bagas Bakery lebih cenderung ke arah kekeluargaan,
sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik dan karyawan tidak bersifat
kaku. Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan
lingkungan kerjanya, yang pada nantinya dapat menciptakan loyalitas
karyawan terhadap perusahaan.
3) Koordinasi Pembagian Tugas Cukup Baik
Koordinasi dalam pembagian tugas penting karena berpengaruh terhadap
kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang
dilakukan tidak terhambat. Pada Bagas Bakery, pembagian tugas cukup baik
karena antara pemilik dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus
dikerjakan.
4) Mutu Produk yang Dihasilkan Baik
Pihak Bagas Bakery selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik
dari segi rasa, variasi bentuk atau ukuran, maupun harga jual produk. Oleh
karena itu, untuk menjaga mutu produk yang dihasilkannya, pihak Bagas
Bakery menggunakan bahan baku yang berkualitas, misalnya menggunakan
tepung Cakra Kembar sebagai bahan baku pembuatan roti.

104
5) Produk Telah Memiliki Izin dari Dinas Kesehatan
Saat ini produk Bagas Bakery telah dilengkapi nomor PIRT dengan nomor
registrasi, yaitu PIRT No. 206332401216. Upaya Bagas Bakery untuk
melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan adalah bentuk perlindungan
konsumen, karena produk yang telah memiliki nomor PIRT berarti produk
tersebut secara legal aman untuk dikonsumsi.
6) Akses Perusahaan terhadap Bahan Baku Terjamin
Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan
suatu proses produksi. Pada umumnya bahan baku dalam pembuatan roti
cukup mudah diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Kabupaten Kendal.
Oleh karena itu, sampai saat ini akses Bagas Bakery terhadap bahan baku
terjamin sehingga proses pembuatan roti dapat berjalan lancar.
7) Perusahaan memiliki Saluran Distribusi yang Efisien
Saluran distribusi yang efisien dapat menunjang sebuah perusahaan dalam
proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum, proses
pendistribusian produk Bagas Bakery melalui empat saluran distribusi.
Dengan adanya saluran distribusi yang efisien, saat ini produk Bagas Bakery
tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Kendal saja, akan tetapi telah
mencapai beberapa daerah di sekitar Kabupaten Semarang dan Demak.
8) Hubungan yang Terjalin Baik antara Pemilik dan Pelanggan
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan merupakan salah
satu upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan guna menumbuhkan
loyalitas pelanggan. Secara umum, pihak Bagas Bakery selalu berupaya
membangun hubungan baik dengan pelanggannya, dengan cara memberikan
pelayanan secara optimal pada saat proses transaksi berlangsung maupun
memberikan produk yang berkualitas untuk kepuasan konsumen.
9) Sistem Pembayaran secara Tunai
Secara umum, sistem pembayaran yang terjadi pada Bagas Bakery dilakukan
secara tunai. Dengan adanya pembayaran tunai ini maka dapat memberikan
beberapa keuntungan kepada pihak Bagas Bakery, misalnya proses
perputaran modal yang lancar sehingga dapat menunjang biaya produksi
selanjutnya dan proses produksi Bagas Bakery tidak terhambat.

105
10) Penggunaan Peralatan Modern dalam Proses Produksi
Penggunaan peralatan modern sangat membantu Bagas Bakery selama proses
produksi pembuatan roti. Hal ini karena dengan adanya peralatan modern
tersebut dapat menghasilkan adonan roti yang baik dan produk yang
dihasilkan memiliki mutu yang seragam, baik dari bentuk maupun ukuran
roti. Adapun peralatan modern yang digunakan Bagas Bakery untuk
mendukung proses produksinya, adalah mesin penggiling, mixer, dan alat
pengepres.
Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi
Bagas Bakery adalah sebagai berikut :
1) Labelisasi Kemasan Belum Lengkap
Meskipun Bagas Bakery telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan berupa
nomor PIRT, akan tetapi pada kemasan produk tidak dilengkapi keterangan
mengenai tanggal kadaluarsa produk. Padahal pencantuman tanggal
kadaluarsa produk pada sebuah kemasan penting untuk memberikan
informasi kepada konsumen tentang jangka waktu sebuah produk aman
dikonsumsi.
2) Keterbatasan Modal Sendiri
Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh
suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga
terjadi pada Bagas Bakery dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak
Bagas Bakery untuk memperluas tempat produksi maupun penambahan
peralatan modern untuk mendukung proses produksinya. Oleh karena itu, hal
ini mempengaruhi Bagas Bakery untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
3) Tempat Produksi (Bangunan) Kurang Luas
Dengan kapasitas produksi saat ini, maka tempat produksi yang dimiliki
Bagas Bakery dapat dikatakan kurang cukup luas sehingga ruang gerak
menjadi terbatas. Padahal hampir semua aktivitas usaha Bagas Bakery
terpusat di tempat tersebut, yaitu mulai dari aktivitas penyimpanan bahan
baku, produksi pembuatan roti, pengemasan, sampai dengan transaksi jual
beli.

106
4) Keterbatasan Jumlah Peralatan Modern yang Dimiliki Perusahaan
Meskipun saat ini Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern,
akan tetapi jumlah peralatan yang dimiliki tersebut dirasakan kurang. Oleh
karena itu, kondisi ini menghambat Bagas Bakery untuk meningkatkan
kapasitas produksinya.
5) Sistem Pembukuan atau Pengelolaan Keuangan Kurang Rapi
Pengelolaan keuangan yang dilakukan Bagas Bakery tergolong sederhana
bahkan cenderung kurang rapi. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat
dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber
dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha
bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut terpakai untuk kebutuhan
rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari pihak Bagas
Bakery mengenai pentingnya melakukan pembukuan untuk menganalisis
usaha.
6) Kurangnya Keterampilan dalam Pengelolaan Manajemen Perusahaan
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilan cukup berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usaha Bagas Bakery, khususnya dalam hal
pembukuan keuangan dan catatan usaha. Padahal kemampuan sebuah
perusahaan dalam mengelola keuangan sangat penting karena hal ini terkait
dengan pengalokasian modal untuk aktifitas usaha, yaitu mulai dari
ketersediaan bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembelian peralatan,
dan lain-lain.
7) Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada
Saat ini Bagas Bakery tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan
(litbang). Padahal bidang litbang memiliki peran yang cukup besar terkait
dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan
keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya
bidang litbang dalam sebuah usaha yang berskala kecil dan menengah.

7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka
diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman
107
bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi
eksternal yang menjadi peluang bagi Bagas Bakery, antara lain :
1) Dukungan Pemerintah Terhadap Akses Sumber Pembiayaan Bagi UMKM
Untuk mengatasi masalah permodalan bagi pelaku usaha khusunya bagi
UMKM, maka telah dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang bekerjasama dengan lembaga keuangan
maupun lembaga non keuangan, misalnya Kredit Usaha Rakyat,
pendampingan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk pengajuan kredit,
atau bantuan pinjaman permodalan dengan bunga rendah dari Dinas KUKM.
Dengan adanya skim kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga
perbankan, maupun lembaga bukan perbankan maka dapat menjadi peluang
bagi Bagas Bakery untuk meningkatkan modal kerja.
2) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Semakin Baik
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin baik maka
diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai
kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,
kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk
mengembangkan usahanya.
3) Sektor Industri Pengolahan Masih Mendominasi Struktur Ekonomi
Kabupaten Kendal
Secara umum, perkembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten
Kendal sangat baik. Hal ini karena dari tahun ke tahun sektor industri
pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di
Kabupaten Kendal. Kondisi ini diperlihatkan dengan kontribusinya terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, kondisi ini
merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk
mengembangkan usahanya.
4) Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal untuk Kelompok
Makanan Masih Tinggi
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal yang tinggi untuk
kelompok makanan merupakan peluang bagi Bagas Bakery untuk
menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga produk Bagas

108
Bakery dapat menjadi alternatif masyarakat guna memenuhi kebutuhan
pangan yang semakin beragam. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi
peluang bagi Bagas Bakery untuk memperluas pangsa pasarnya.
5) Kecenderungan Harga Tepung Terigu dan Telur Semakin Turun
Tepung terigu dan telur merupakan dua komponen utama dalam pembuatan
roti. Dengan adanya kecenderungan harga tepung terigu dan telur yang
semakin turun maka kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi
Bagas Bakery. Hal ini karena biaya produksi akan semakin turun sehingga
mampu memperbesar keuntungan yang diperoleh Bagas Bakery.
6) Kecenderungan Harga BBM Semakin Turun
Kecenderungan harga BBM yang semakin turun merupakan peluang bagi
Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena penurunan
harga BBM dapat menyebabkan biaya produksi juga semakin turun.
7) Kebutuhan Pangan yang Semakin Meningkat Seiring dengan Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat berimplikasi terhadap
peningkatan kebutuhan pangan. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi
Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena jumlah
penduduk yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial
untuk memasarkan produknya.
8) Perkembangan Teknologi yang Cepat
Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar
bagi Bagas Bakery. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini dapat
mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran.
9) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Terhadap Perusahaan Tergolong Kecil
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Bagas Bakery tergolong kecil,
hal ini karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu
pemasok ke pemasok lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan roti.
Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi
Bagas Bakery, antara lain :

109
1) Tingkat Inflasi yang Fluktuatif
Tingkat inflasi yang fluktuatif dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu
usaha. Hal ini karena inflasi yang tinggi menunjukkan adanya kenaikan harga
rata-rata barang atau jasa di tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga
terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau
jasa. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan suatu usaha, termasuk
juga usaha Bagas Bakery.
2) Kecenderungan Harga Gula dan Gas Elpiji Semakin Meningkat
Harga gula dan gas elpiji yang cenderung meningkat dapat menjadi ancaman
bagi Bagas Bakery, khususnya pada aspek produksinya. Hal ini karena gula
merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses pembuatan
roti dan gas elpiji digunakan oleh pihak Bagas Bakery sebagai bahan bakar
pada saat proses pengovenan. Oleh karena itu, peningkatan harga gula dan
gas elpiji dapat menyebabkan biaya produksi juga naik.
3) Tarif Dasar Listrik untuk Skala UMKM belum Turun
Saat ini pemerintah belum menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk skala
UMKM, meskipun telah terjadi penurunan harga BBM. Penurunan TDL
hanya berlaku bagi pelanggan industri yang menggunakan listrik melebihi
daya tertentu saat beban puncak. Padahal banyak pelaku usaha yang berskala
kecil dan menengah yang mengunakan listrik dalam proses produksinya. Oleh
karena itu, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.
4) Jumlah Produsen Roti di Kabupaten Kendal Semakin Meningkat
Jumlah produsen roti yang semakin meningkat juga berimplikasi terhadap
tingkat persaingan yang semakin tinggi. Selain itu, skala usaha yang
dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga,
kecil, sampai menengah. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produsen roti di
Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.
5) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Roti Kecil
Hambatan masuk ke dalam industri roti yang kecil menyebabkan setiap orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha roti. Kondisi ini
tentunya dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang telah ada termasuk

110
Bagas Bakery karena adanya perebutan pangsa pasar atau sumber daya
produksi.
6) Perkembangan Mi Instan, Biskuit, atau Jenis Makanan Jadi Lain yang
Tergolong Produk Substitusi Roti
Produk substitusi roti yang semakin beragam baik dari segi harga maupun
mutu produk, misalnya mi instan, biskuit, brownies, sereal, atau wafer
merupakan salah satu ancaman bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten
Kendal.
7) Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan Diantara Perusahaan
Roti yang Ada
Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan dalam
membeli produk roti sesuai dengan seleranya. Hal ini disebabkan oleh
semakin meningkatnya jumlah perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten
Kendal, dimana masing-masing perusahaan roti menawarkan produk yang
semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu
produk dan harga jual produk. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi
ancaman bagi Bagas Bakery.

7.3. Analisis Matrik IFE


Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha roti Bagas Bakery
yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner
kepada lima responden, yaitu pemilik Bagas Bakery, istri pemilik, pengawas
bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Pengisian kuesioner ini tidak
hanya melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal
di luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif.
Kuesioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan
menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan
untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan
peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing
responden dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Setelah diperoleh hasil
pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan
111
pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh
responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan
atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan
dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil
pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha
roti Bagas Bakery dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5. Setelah diperoleh nilai bobot
dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari
tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan
peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada usaha
roti Bagas Bakery (Tabel 25).

Tabel 25. Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery


Bobot Rating Bobot
Faktor Strategi Internal Rata- Rata- Skor Rata-
Rata Rata Rata
KEKUATAN
- Lokasi Perusahaan yang strategis 0,044 3,4 0,149
- Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 0,058 3,8 0,219
- Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 0,050 3,8 0,191
- Mutu produk yang dihasilkan baik 0,064 3,8 0,244
- Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 0,051 3,6 0,183
- Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 0,062 3,8 0,236
- Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 0,057 3,8 0,217
- Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 0,062 4,0 0,248
- Sistem pembayaran secara tunai 0,064 3,6 0,230
- Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 0,052 3,4 0,177
2,094
KELEMAHAN
- Labelisasi kemasan belum lengkap 0,066 1,8 0,118
- Keterbatasan modal sendiri 0,076 1,2 0,091
- Tempat produksi (bangunan) kurang luas 0,068 1,4 0,095
- Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki
0,056 1,8 0,101
perusahaan
- Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 0,070 1,2 0,084
- Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen
0,042 1,8 0,075
perusahaan
- Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 0,058 1,6 0,094
0,658
Jumlah 1,000 2,752
Sumber : Data Primer

112
Tabel 25 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahan utama bagi Bagas Bakery. Kekuatan utama bagi Bagas Bakery
adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan
kelemahan utama bagi Bagas Bakery adalah variabel kelemahan dengan nilai
bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi Bagas Bakery adalah
hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan dengan bobot skor rata-
rata sebesar 0,248. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel
tersebut karena pihak Bagas Bakery selalu berupaya dalam membangun loyalitas
pelanggan sehingga para pelanggan merasa puas dengan produk Bagas Bakery
dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Kelemahan utama bagi Bagas
Bakery adalah kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,075. Kondisi ini memiliki implikasi
terhadap pengelolaan manajemen perusahaan yang belum terorganisir secara baik
misalnya masalah administrasi dan pembukuan keuangan Bagas Bakery. Akan
tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar
2,752 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di atas rata-
rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa
usaha roti Bagas Bakery memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu
menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.

7.4. Analisis Matriks EFE


Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha roti Bagas
Bakery yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner
kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan
internal perusahaan. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman
juga menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan
untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan
peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden
dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan
peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai
rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara
membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari
seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan
113
jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk
variabel peluang dan ancaman pada usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat di
Lampiran 8 dan 9. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap
variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini
merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini
merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha roti Bagas Bakery (Tabel 26).

Tabel 26. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery


Bobot Rating Bobot
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rata- Rata- Skor
Rata Rata Rata-Rata
PELUANG
- Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi
0,054 2,8 0,151
UMKM
- Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 0,072 2,8 0,202
- Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur
0,064 3,0 0,193
ekonomi Kabupaten Kendal
- Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk
0,065 3,2 0,210
kelompok makanan masih tinggi
- Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 0,080 3,2 0,256
- Kecenderungan harga BBM semakin turun 0,075 3,6 0,269
- Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan 0,059 3,2 0,189
pertumbuhan jumlah penduduk
- Perkembangan teknologi yang cepat 0,062 2,4 0,148
- Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan
0,064 3,0 0,193
tergolong kecil
1,810
ANCAMAN
- Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,062 2,8 0,174
- Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 0,060 3,4 0,203
- Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 0,062 3,0 0,185
- Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 0,057 3,0 0,170
- Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 0,057 2,6 0,148
- Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain
0,053 2,2 0,116
yang tergolong produk substitusi roti
- Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara
perusahaan roti yang ada 0,054 2,8 0,152
1,149
Jumlah 1,000 2,959
Sumber : Data Primer

114
Tabel 26 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi
peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Peluang utama bagi Bagas Bakery
adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu kecenderungan
harga BBM yang semakin turun dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,269.
Sedangkan ancaman utama bagi Bagas Bakery adalah variabel yang memiliki
bobot skor rata-rata terkecil, yaitu perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis
makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti dengan bobot skor rata-
rata sebesar 0,116. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE
sebesar 2,959 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di
atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.

7.5. Analisis Matriks IE


Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matiks IFE (2,752)
maupun EFE (2,959) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada
usaha roti Bagas Bakery (Gambar 13).

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG


Kuat Rata-rata Lemah
3,0 - 4,0 2,0 2,99 1,0 1,99
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG

4, 3, 2, 1,0

2,752
Tinggi I II III
3,0 - 4,0
3,0
2,959
EFE

Menengah V VI
IV
2,0 2,99 Pertahankan
dan pelihara
2,0

Rendah VI IX
VI
1,0 1,99
1,0

Gambar 13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery


Sumber : Data Primer

115
Gambar 13 menunjukkan bahwa posisi Bagas Bakery berada pada kuadran
V yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang sedang.
Perusahaan seperti ini paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi hold and
maintance (pertahankan dan pelihara). Strategi yang biasa digunakan oleh
perusahaan yang terletak pada kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih
besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran
yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan
dengan memperbaiki pproduk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan
yang baru.

7.6. Analisis Matriks SWOT


Analisis matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari
matriks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO
(strength and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strength and
threats) dan WT ( weakness and threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi
yang dapat diberikan untuk pengembangan usaha roti pada Bagas Bakery adalah
sebagai berikut :
1) Strategi S-O
Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk
memanfaatkan peluang. Berikut ini merupakan alternatif strategi yang dapat
ditawarkan untuk pengembangan usaha roti Bagas Bakery :
a) Membuka Outlet Khusus untuk Direct Selling
Selain melalui perantara, pihak Bagas Bakery juga melakukan penjualan
langsung (direct selling) kepada konsumen. Adapun produk Bagas
Bakery yang sering dibeli oleh konsumen akhir adalah jenis roti bolu atau
roti sobek ukuran besar dimana pihak Bagas Bakery tidak
mendistribusikannya kepada perantara. Biasanya para pembeli tersebut
datang langsung ke lokasi produksi Bagas Bakery. Cukup tingginya
minat konsumen dalam membeli produk Bagas Bakery dapat menjadi
peluang bagi perusahaan untuk membuka outlet sendiri yang terpisah
116
dengan tempat produksi Bagas Bakery, sehingga dengan adanya outlet
dapat memudahkan para konsumen dalam pembelian produk. Selain itu,
proses pendistribusian produk kepada konsumen akhir juga lebih
terkontrol dan efisien.
b) Mengoptimalkan Saluran Distribusi yang Ada dalam Penyampaian Produk
dari Produsen ke Konsumen
Perantara merupakan unsur yang penting dalam saluran distribusi, karena
adanya perantara dalam saluran distribusi akan membantu mengatasi
kesenjangan waktu antara proses produksi dengan pemakaian produk
oleh konsumen. Adapun perantara yang digunakan oleh pihak Bagas
Bakery dalam mendistribusikan produknya, adalah agen, sales, dan
pedagang eceran (pengecer). Dengan menggunakan perantara dalam
pendistribusian produk, saat ini produk Bagas Bakery tidak hanya
dipasarkan di Kabupaten Kendal saja, tetapi juga telah merambah ke
daerah Semarang dan Demak. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
saluran distribusi yang ada maka pihak Bagas Bakery harus memelihara
kerjasama yang terjalin baik dengan masing-masing perantara sehingga
kondisi ini dapat berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat penjualan
bahkan pangsa pasar Bagas Bakery.
2) Strategi W-O
a) Memperbaiki Label Kemasan Produk
Secara umum, kemasan produk Bagas Bakery sudah cukup baik, karena
dalam kemasan tersebut telah tercantum nomor registrasi dari Dinas
Kesehatan berupa nomor PIRT, yang menunjukkan bahwa produk Bagas
Bakery secara legal aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, terdapat satu
komponen penting yang belum dicantumkan pada kemasan produk Bagas
Bakery, yaitu tanggal kadaluarsa. Padahal pencatuman tanggal
kadaluarsa pada sebuah produk sangat penting yang bertujuan untuk
menginformasikan kepada konsumen tentang jangka waktu produk
tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, untuk
kedepannya pihak Bagas Bakery harus memperbaiki labelisasi kemasan

117
produknya sehingga loyalitas konsumen terhadap produk Bagas Bakery
semakin meningkat.
b) Memanfaatkan Skim Kredit yang Ditawarkan oleh Pemerintah untuk
Meningkatkan Kapasitas Produksi sehingga Mampu Mengatasi
Kelebihan Permintaan terhadap Produk Bagas Bakery Saat Ini
Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar bagi Bagas
Bakery, karena dengan modal yang terbatas tersebut, pihak Bagas Bakery
belum mampu untuk memperluas tempat produksinya saat ini. Kondisi
ini juga menghambat pihak Bagas Bakery untuk menambah jumlah
peralatan modern yang digunakan selama proses produksi karena di
tempat produksi tersebut sudah tidak ada ruang lagi yang dapat
digunakan untuk meletakkan peralatan. Padahal untuk memenuhi seluruh
permintaan konsumen maka pihak Bagas Bakery harus meningkatkan
kapasitas produksinya. Oleh karena itu, pihak Bagas Bakery dapat
memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan modal kerjanya.
3) Strategi S-T
a) Meningkatkan Mutu Produk dan Pelayanan
Seiring dengan persaingan dalam industri roti yang semakin meningkat
maka pihak Bagas Bakery harus mampu mempertahankan pasar
konsumen yang sudah ada. Dalam kondisi seperti ini, pihak Bagas
Bakery harus mampu menjaga bahkan meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan, misalnya melanjutkan pengawasan mutu produk dalam hal
pemilihan bahan baku utama seperti tepung terigu, sortasi produk, tekstur
roti, penampilan fisik roti, nilai gizi yang dikandung oleh roti, rasa, dan
aroma roti. Selain peningkatan mutu produk, pelayanan kepada
pelanggan juga harus ditingkatkan, sehingga loyalitas pelanggan terhadap
produk Bagas Bakery semakin meningkat.
b) Mengembangkan Produk Baru pada Pasar Konsumen yang Sudah Ada
Dengan adanya pengembangan produk baru, baik dari segi variasi rasa,
jenis, ukuran, maupun bentuk roti berarti jenis roti yang ditawarkan
kepada konsumen semakin beragam sehingga konsumen memiliki

118
banyak pilihan dalam menentukan jenis roti yang sesuai seleranya. Oleh
karena itu, dengan adanya variasi produk Bagas Bakery yang semakin
beragam maka diharapkan respon konsumen terhadap produk Bagas
Bakery semakin tinggi, serta dapat menjadi alternatif strategi bagi Bagas
Bakery dalam menghadapi persaingan dalam industri roti yang semakin
ketat.
4) Strategi W-T
a) Melakukan Pengaturan dalam Pengalokasian Keuangan Perusahaan
Bagas Bakery harus mampu melakukan pengaturan dalam
mengalokasikan keuangan usahanya, khususnya jika terjadi kenaikan
harga bahan baku seperti tepung terigu, telur, atau gula. Hal ini karena
jika terjadi kenaikan harga bahan baku maka akan berdampak terhadap
kenaikan biaya produksi, yang nantinya dapat berimplikasi terhadap
harga jual produk. Padahal jika suatu perusahaan yang berada pada
industri yang tingkat persaingannya sangat tinggi, maka dengan adanya
kenaikan harga jual produk dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan.
Oleh karena itu, Bagas Bakery harus mampu mengalokasikan
keuangannya dengan baik sehingga mampu mengatasi kondisi dimana
terjadi kenaikan harga bahan baku.
b) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung
kelancaran usaha. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas
SDM Bagas Bakery, perusahaan dapat melakukan seleksi pada saat
rekrutmen atau menempatkan karyawan sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki. Selain itu, bentuk pelatihan yang dapat dilakukan, adalah
pelatihan pembukuan atau administrasi perusahaan.

119
7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM)
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari
analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat
analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks
Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-
QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil
pencocokan dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif
diantara alternatif strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan
atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-
masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS
diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kelima responden yaitu
pemilik Bagas Bakery, istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery,
pengawas bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala bidang Perindustrian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Nilai TAS (Total
Attractiveness Scores) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil
perkalian antara bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis.
Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores)
dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari
masing-masing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari
masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11. Selanjutnya, setelah
diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden kemudian dilanjutkan
perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden dengan cara membagi
hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan jumlah responden.
Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat prioritas strategi pada
usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat pada Tabel 27.

120
Tabel 27. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery
Respon- Respon- Respon- Respon- Respon- STAS Prioritas
den 1 den 2 den 3 den 4 den 5 Rata-Rata Strategi
STAS 1 5,863 5,485 5,390 4,857 6,143 5,548 8
STAS 2 6,154 5,814 5,512 4,547 6,060 5,618 7
STAS 3 6,682 5,341 5,558 4,885 6,632 5,819 6
STAS 4 7,267 6,171 5,284 4,851 6,847 6,084 4
STAS 5 7,076 6,124 5,864 4,820 6,993 6,175 2
STAS 6 6,790 5,699 5,590 5,102 6,949 6,026 5
STAS 7 7,076 6,545 5,810 4,739 6,512 6,136 3
STAS 8 6,835 5,874 6,511 4,873 7,491 6,317 1
Sumber : Data Primer
Keterangan :
Responden 1 = Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Responden 2 = Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus Pengelola Keuangan Bagas
Bakery)
Responden 3 = Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Responden 4 = Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawas Industri
Disperindag Kab. Kendal)
Responden 5 = Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM
Kab. Kendal)

Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 27 maka


prioritas strategi terbaik yang dilakukan saat ini adalah meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dengan STAS (Sum Total Attractiveness Scores)
rata-rata tertinggi sebesar 6,317. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan
usaha roti pada Bagas Bakery, adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (STAS = 6,317)
2) Meningkatkan mutu produk dan pelayanan (STAS = 6,175)
3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan
(STAS = 6,136)
4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan
kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan
terhadap produk Bagas Bakery saat ini (STAS = 6,084)

121
5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
(STAS = 6,026)
6) Memperbaiki label kemasan produk (STAS = 5,819)
7) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari
produsen ke konsumen (STAS = 5,618)
8) Membuka outlet khusus untuk direct selling (STAS = 5,548)

7.8. Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan


dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Bagas Bakery, maka dapat di
identifikasi beberapa strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lain :
1) Melakukan Diversifikasi Produk
Diversifikasi produk yang telah dilakukan oleh Bagas Bakery termasuk
diversifikasi konsentris, dimana produk baru yang ditawarkan oleh
perusahaan masih berkaitan dengan produk yang telah ada. Bertambahnya
jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery dibandingkan pada saat awal
pendiriannya merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam
rangka menyediakan produk roti yang lebih beragam dan bervariasi. Oleh
karena itu, saat ini pihak Bagas Bakery telah mampu memproduksi lima jenis
roti, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti cokelat, dan roti pisang.
2) Menggunakan Perantara dalam Pendistribusian Produk
Pertimbangan pihak Bagas Bakery untuk melibatkan perantara dalam
pendistribusian produknya karena dengan menggunakan perantara,
perusahaan dapat mengurangi biaya distribusi dan dana tersebut dapat
dipergunakan untuk investasi lain dalam bidang usahanya, misalnya untuk
pembelian peralatan produksi. Selain itu, adanya anggapan dari pihak Bagas
Bakery (produsen) bahwa perantara merupakan sarana yang cukup efektif
dalam menyalurkan hasil produksinya karena adanya pengalaman dan
spesialisasi dalam bidangnya. Oleh karena itu, penggunaan perantara dalam
saluran distribusi Bagas Bakery juga memiliki kontribusi yang cukup besar
terhadap penyaluran produk dari produsen ke konsumen, dimana saat ini,
produk Bagas Bakery tidak hanya tersebar di wilayah Kendal saja, melainkan
juga telah mencapai beberapa daerah di Semarang dan Demak.
122
3) Menjaga Mutu Produk
Untuk menjaga mutu produk, pihak Bagas Bakery telah melakukan beberapa
upaya diantaranya menggunakan bahan baku yang berkualitas seperti tepung
terigu cap Cakra Kembar, melakukan sortasi, menggunakan peralatan modern
seperti mesin penggiling atau alat pres untuk menyeragamkan bentuk maupun
ukuran adonan, serta mendaftarkan produk Bagas Bakery ke Dinas Kesehatan
untuk mendapatkan nomor PIRT. Pentingnya menjaga mutu produk bagi
Bagas Bakery karena untuk mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap
perusahaan.
4) Melayani atau Menerima Pesanan untuk Acara-Acara Tertentu
Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah
dengan menerima pesanan untuk acara-acara tertentu misalnya arisan,
syukuran, atau pernikahan. Melalui upaya ini maka secara tidak langsung
dapat dijadikan sebagai media promosi dalam menawarkan produk Bagas
Bakery kepada pembeli.
Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai alternatif strategi yang
diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh pihak Bagas Bakery :

Tabel 28. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan dengan
Strategi yang telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery
Strategi yang telah
Alternatif Strategi yang Diberikan kepada Perusahaan
Dijalankan Perusahaan
Ø Melakukan diversifikasi Ø Membuka outlet khusus untu direct selling
produk Ø Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam
Ø Menggunakan perantara penyampaian produk dari produsen ke konsumen
dalam pendistribusian Ø Memperbaiki label kemasan produk
produk Ø Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan
Ø Menjaga mutu produk pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi
Ø Melayani atau menerima sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan
pesanan untuk acara- terhadap produk Bagas Bakery saat ini
acara tertentu Ø Meningkatkan mutu produk dan pelayanan
Ø Mengembangkan produk baru pada pasar
konsumen yang sudah ada
Ø Melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan
Ø Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM)

123
Tabel 28 menunjukkan adanya kesesuaian antara strategi yang telah
dijalankan oleh Bagas Bakery dengan alternatif strategi yang diberikan kepada
perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada
Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh
perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang
sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk,
mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari
produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan
perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan
pelayanan yang masih berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Strategi-
strategi tersebut masih dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh Bagas Bakery
karena alternatif strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan
perusahaan saat ini yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang
sudah ada bahkan memperluas pasar Bagas Bakery saat ini. Selain ketiga
alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi lain yang belum
pernah diterapkan oleh pihak Bagas Bakery, yaitu membuka outlet khusus untuk
direct selling, memperbaiki label kemasan produk, memanfaatkan skim kredit
yang ditawarkan pemerintah, melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Meskipun kelima alternatif strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh
perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan
mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini. Hal ini karena pada
dasarnya alternatif-alternatif strategi tersebut dibuat dengan melihat kondisi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery saat ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang
diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.
Formulasi strategi yang telah diberikan kepada Bagas Bakery diharapkan
dapat menjadi pelengkap strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk
mengatasi permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.
Berikut ini merupakan beberapa persiapan (prakondisi) yang harus dilakukan
Bagas Bakery sebelum penerapan strategi (Tabel 29).

124
Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery
Sebelum Penerapan Strategi
Persiapan yang Harus Dilakukan
Strategi
(Prakondisi)
Membuka outlet khusus untuk direct 1. Menentukan lokasi pendirian outlet.
selling 2. Merancang lay out outlet.
3. Menentukan karyawan yang akan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan
outlet.
4. Menentukan besarnya proporsi produk
roti yang akan dijual melalui outlet atau
perantara.

Mengoptimalkan saluran distribusi 1. Membuat daftar jumlah agen, sales, dan


yang ada dalam penyampaian produk pengecer secara rapi untuk mengetahui
dari produsen ke konsumen besarnya produk roti yang
didistribusikan melalui saluran
perantara.
2. Menjaga hubungan baik dengan para
perantara.

Memperbaiki label kemasan produk 1. Menyiapkan karyawan yang akan


bertugas untuk mencantumkan atau
menempelkan tanggal kadaluarsa pada
kemasan produk.

Memanfaatkan skim kredit yang 1. Mengajukan kredit usaha kecil kepada


ditawarkan pemerintah untuk lembaga keuangan, baik bank maupun
meningkatkan kapasitas produksi non bank.
sehingga mampu mengatasi
kelebihan permintaan terhadap
produk Bagas Bakery saat ini
Meningkatkan mutu produk dan 1. Melakukan pengawasan mutu, baik
pelayanan dalam hal pemilihan bahan baku,
peralatan produksi, penampilan fisik roti,
tekstur roti, higienitas roti, maupun
kandungan gizi roti.
2. Hasil produksi harus selalu segar.
3. Memberikan garansi atau kesediaan
untuk menerima pengembalian produk
yang cacat atau rusak.
4. Menyiapkan pramuniaga yang terampil
dan cekatan dalam memberikan
pelayanan kepada pembeli.

125
Lanjutan Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan
Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi
Persiapan yang Harus Dilakukan
Strategi
(Prakondisi)
Mengembangkan produk baru pada 1.Melakukan variasi produk, baik dari segi
pasar konsumen yang sudah ada rasa, bentuk, maupun ukuran yang
bertujuan agar pembeli tidak mudah
bosan.
2.Menjaga hubungan baik dengan
pembeli.

Melakukan pengaturan dalam 1. Memisahkan keuangan antara


pengalokasian keuangan perusahaan keperluan usaha dengan kebutuhan
rumah tangga.
2. Mencoba untuk melakukan pencatatan
secara sederhana mengenai biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang
diterima.
3. Menambah karyawan baru yang
mengerti tentang pembukuan keuangan
untuk membatu istri pemilik dalam hal
pengelolaan keuangan.

Meningkatkan kualitas Sumber Daya 1. Perbaikan pola rekrutmen


Manusia (SDM) 2. Membuat daftar pembagian tugas,
wewenang, atau tanggung jawab yang
jelas kepada tiap karyawan.
3. Memberikan pelatihan khususnya
kepada karyawan baru mengenai proses
produksi roti.

Tabel 29 menunjukkan beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh


Bagas Bakery sebelum penerapan strategi. Untuk menentukan strategi mana yang
terlebih dahulu harus diprioritaskan maka urutan penerapan strateginya dapat
melihat hasil dari matriks QSP (QSPM). Meskipun demikian, implementasi dari
formulasi strategi ini diserahkan sepenuhnya kepada perusahaan.

126
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha roti Bagas
Bakery, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada Bagas Bakery, maka
perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor-faktor strategi
internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi
perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara pemilik dan karyawan terjalin
baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik, (4) Mutu produk
yang dihasilkan baik, (5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan,
(6) Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin, (7) Perusahaan memiliki
saluran distribusi yang efisien, (8) Hubungan yang terjalin baik antara
pemilik dan pelanggan, (9) Sistem pembayaran secara tunai, dan (10)
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi. Sedangkan faktor-
faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah
(1) Labelisasi kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3)
Tempat produksi (bangunan) kurang luas, (4) Keterbatasan jumlah peralatan
modern yang dimiliki perusahaan, (5) Sistem pembukuan atau pengelolaan
keuangan kurang rapi, (6) Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan
manajemen perusahaan, serta (7) Bidang penelitian dan pengembangan tidak
ada.
2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, yaitu lingkungan
jauh dan lingkungan industri, maka perusahaan mempunyai peluang dan
ancaman. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi
Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber
pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal
semakin baik, (3) Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur
ekonomi Kabupaten Kendal, (4) Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten
Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi, (5) Kecenderungan harga
tepung terigu dan telur semakin turun, (6) Kecenderungan harga BBM
semakin turun, (7) Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk, (8) Perkembangan teknologi yang
127
cepat, dan (9) Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan
tergolong kecil. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi
ancaman bagi Bagas Bakery, adalah (1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2)
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat, (3) Tarif Dasar
Listrik untuk skala UMKM belum turun, (4) Jumlah produsen roti di
Kabupaten Kendal semakin meningkat, (5) Hambatan masuk ke dalam
industri roti kecil, (6) Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan
jadi lain yang tergolong produk substitusi roti, serta (7) Pembeli memiliki
kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada.
3) a) Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan delapan buah strategi
dimana prioritas pelaksanaan strategi tersebut diurutkan dengan
menggunakan matriks QSP (QSPM). Adapun urutan prioritas strategi
yang dilaksanakan oleh pihak Bagas Bakery, adalah (1) Meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (2) Meningkatkan mutu produk
dan pelayanan, (3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan, (4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan
pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini,
(5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada,
(6) Memperbaiki label kemasan produk, (7) Mengoptimalkan saluran
distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke
konsumen, serta (8) Membuka outlet khusus untuk direct selling.
b) Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara
alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan
oleh Bagas Bakery. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang
diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang
sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk
baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan
strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada
dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih
berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian
produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih

128
berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif
strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak
Bagas Bakery belum menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan
dengan strategi yang sudah ada sebelumnya, namun secara umum
alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu melengkapi dan mengatasi
permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena penyusunan strategi
didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang dihadapi Bagas Bakery.

8.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada usaha roti Bagas Bakery,
adalah :
1) Bagas Bakery sebaiknya memperluas tempat produksi dan menambah jumlah
peralatan modern, khususnya mesin penggiling adonan. Hal ini dilakukan
dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Bagas Bakery saat ini yang
masih dinilai kurang.
2) Bagas Bakery harus menjaga konsistensi mutu produk bahkan jika perlu
melakukan peningkatan mutu produk baik pada jenis produk, pilihan rasa
produk, bentuk produk, maupun ukuran produk secara terus-menerus agar
mampu bertahan dalam industri roti (bakery).
3) Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan pola rekrutmen. Hal ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

129
DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. 30 Juni 2008. Roti Lebih Baik dari Mie dan Nasi.
http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-
dan-mie/. [18 November 2008].

[BPS] Badan Pusat Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia


Tahun 2004-2007. Jakarta.

.Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal 2007. Kendal.

. Pemerataan Penduduk dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah 2007.


Jawa Tengah.

. Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Tahun 2003-2007. Kendal.

. Statistik Indonesia 2008. Jakarta.

Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk
Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah;


Rahoyo S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan
dari: Strategic Management Concepts and Cases, 10th ed .

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Statistik Perdagangan.


Jakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2008. Data Industri Kecil dan Menengah di
Kabupaten Kendal. Kendal.

Ebenhear R. 2007. Alokasi Optimal Distribusi Roti Unyil Venus Produksi


Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta: Prehallindo.

Kristiyani D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor.


[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mudjajanto ES, Lilik NY. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nababan TR. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Produk Home Industry Roti
(Studi Kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia

130
Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis.
http://tumoutou.net/mm_ku/sm/0667/nurdjannah.pdf. [10 Februari 2009]

Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi,


dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. Terjemahan dari: Strategic Managemen :Formulation,
Implementation, and Controlling.

Porter ME. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Competitive Strategy.

Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Sitompul FRS. 2005. Analisis Pengendalian Bahan Baku di Bogor Permai Bakery.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

131
LAMPIRAN

132
Lampiran 1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal dan
Eksternal pada Bagas Bakery

1) Daftar wawancara mengenai gambaran umum perusahaan


a) Siapa nama pemilik Bagas Bakery? Sejak kapan Bagas Bakery didirikan?
b) Bagaimana sejarah berdirinya Bagas Bakery?
c) Mengapa Anda menggeluti bisnis di bidang makanan?
d) Mengapa Anda memilih roti sebagai produk yang Anda akan
kembangkan?
e) Bagaimana perkembangan Bagas Bakery saat ini dibandingkan ketika
awal pendiriannya?
f) Produk roti apa saja yang dihasilkan oleh Bagas Bakery? Dan berapa
harganya?
g) Apa dan bagaimana visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery?
h) Bagaimana struktur organisasi yang terdapat pada Bagas Bakery?
i) Apakah sudah terdapat pembagian kerja yang jelas pada Bagas Bakery?
j) Dimana lokasi Bagas Bakery dibangun dan mengapa Bagas Bakery
didirikan di lokasi tersebut?
k) Apakah tempat tinggal pemilik terpisah dengan tempat produksi?
l) Berapa luas lahan yang dimiki dan luas bangunan yang digunakan
perusahaan?
m) Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bagas Bakery?

2) Daftar wawancara mengenai lingkungan internal


a) Struktur Organisasi dan Manajemen
i) Apakah Bagas Bakery memiliki perencanaan secara tertulis untuk
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang?
ii) Bagaimana bentuk struktur organisasi yang diterapkan oleh Bagas
Bakery?
iii) Dari bentuk struktur organisasi tersebut, apakah pendekatan yang
digunakan oleh Bagas Bakery (top down atau bottom up)?
iv) Pengendalian dalam bidang apa yang dilakukan oleh Bagas Bakery
ketika menjalankan usahanya?
b) Sumberdaya manusia
i) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian khusus yang bertugas untuk
menangani sumberdaya manusia?
ii) Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat pada Bagas Bakery?
iii) Bagaimana proses perekrutan tenaga kerjanya? Dan bagaimana
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja Bagas Bakery?
iv) Bagaimana pembagian kerja (job description) para karyawan?
v) Bagaimana status tenaga kerja para karyawan (berapa jumlah tenaga
kerja yang tetap dan yang sementara)?
vi) Bagaimana kualifikasi karyawan yang dibutuhkan dalam
menjalankan dan memenuhi target perusahaan?
vii) Bagaimana sistem pembagian jam dan hari kerja karyawan?
viii) Apakah karyawan dilibatkan oleh pemilik Bagas Bakery dalam
pengambilan keputusan?
ix) Bagaimana sistem pengupahan yang dilakukan oleh Bagas Bakery?
133
x) Bagaimana Bagas Bakery memberikan kesejahteraan kepada
karyawannya?
xi) Fasilitas apa saja yang diberikan oleh Bagas Bakery kepada
karyawannya?
c) Produksi dan operasi
i) Bahan baku apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan roti?
ii) Bagaimana Bagas Bakery memperoleh kepastian penyediaan bahan
baku?
iii) Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh Bagas Bakery
untuk menghasilkan roti?
iv) Berapa jumlah mesin atau peralatan yang dimiliki oleh Bagas
Bakery?
v) Apakah Bagas Bakery melakukan periksaan terhadap mesin-mesin
atau peralatan yang digunakan untuk proses produksi?
d) Pemasaran
i) bauran produk
• Ada berapa jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery?
• Apa yang membedakan roti Bagas Bakery dengan produk sejenis
lainnya?
• Berapa total omzet penjualan bulanan yang dihasilkan oleh Bagas
Bakery?
• Bahan kemasan seperti apa yang digunakan oleh Bagas Bakery
untuk mengemas produknya?
• Bentuk jaminan seperti apa yang diberikan oleh Bagas Bakery
kepada konsumennya jika seandainya produk yang dibeli atau
pesanan tidak sesuai keinginan konsumen?
ii) bauran harga
• Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh Bagas Bakery?
• Apakah terdapat perbedaan harga antara produk Bagas Bakery
dengan harga produk perusahaan sejenis?
• Apakah terdapat potongan harga atau pemberian bonus yang
diberikan kepada konsumen jika melakukan pembelian dalam
jumlah banyak?
• Berapa jumlah minimal yang ditetapkan oleh Bagas Bakery agar
konsumen memperoleh potongan harga?
iii) bauran distribusi
• Bagaimana cara Bagas Bakery memasarkan produknya?
• Apakah Bagas Bakery memiliki armada distribusi sendiri?
• Apakah Bagas Bakery telah memiliki agen untuk memasarkan
produknya?
• Daerah mana saja yang merupakan daerah pemasaran Bagas
Bakery?
• Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery
dalam menjual produknya?
iv) bauran promosi
• Kegiatan promosi apa saja yang telah dilakukan oleh Bagas
Bakery?
134
• Apakah kegiatan promosi yang dilakukan oleh Bagas Bakery sudah
efektif?
e) Keuangan
i) Bagaimana pemilik Bagas Bakery mendapatkan modal?
ii) Apakah pemilik Bagas Bakery mendapatkan tambahan modal dari
lembaga keuangan?
iii) Apakah pemilik Bagas Bakery melakukan pencatatan secara akuntasi
terhadap pengelolaan keuangan dan modal perusahaan?
f) Penelitian dan pengembangan
i) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian atau divisi penelitian dan
pengembangan? Jika ada, kegiatan apa yang dilakukan oleh divisi
tersebut?

3) Daftar wawancara mengenai lingkungan eksternal


a) Lingkungan Jauh
i) Ekonomi
• Bagaimana pertumbuhan kondisi perekonomian Kabupaten Kendal
saat ini berdasarkan indikator PDRB?
• Bagaimana perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga di
Kabupaten Kendal?
• Bagaimana perkembangan harga tepung terigu sebagai bahan baku
utama dan bahan baku penolong seperti telur dan gula?
• Bagaimana perkembangan laju inflasi di Kabupaten Kendal?
ii) Sosial
• Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia?
• Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten
Kendal?
iii) Politik
• Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan yang
mempengaruhi perkembangan usaha roti di Kabupaten Kendal?
• Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah tentang penghapusan
Pajak Pertambahan Nilai dan penetapan bea masuk 5 persen
terhadap harga tepung terigu?
• Apakah terdapat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang
berkaitan dengan upaya pengembangan industri pangan
(misalnya kebijakan tentang keamanan dan kesehatan pangan,
tarif BBM atau tariff gas elpiji, tarif dasar listrik, kebijakan
otonomi daerah, tarif upah, kredit usaha kecil, dan sebagainya)?
• Apakah terdapat tindak lanjut maupun program-program yang
dilaksanakan pemerintah terkait dengan kebijakan yang berlaku
tersebut?
• Siapa saja pihak yang berwenang dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan progam tersebut?
• Bagaimana pengaruh kebijakan politik yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah terhadap keberlangsungan
usaha roti di Kabupaten Kendal?

135
iv) Teknologi
• Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan
dalam industri industri roti di Kabupaten Kendal, dilihat dari
segi:
- produksi (baik metode maupun peralatan)
- pemasaran
- komunikasi dan informasi
- transportasi
• Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi?

b) Lingkungan Industri
i) Pendatang baru
• Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akan
masuk ke dalam industri roti jika dilihat dari segi:
- Skala ekonomis
- Diferensiasi produk
- Kebutuhan modal
- Keunggulan biaya
- Akses saluran distribusi
- Kebijakan pemerintah
• Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri roti?
ii) Pemasok
• Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagi
Bagas Bakery?
• Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolah
produk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yang
dihasilkan oleh Bagas Bakery?
• Apakah produk yang dijual Bagas Bakery unik sehingga sangat
bergantung hanya kepada satu pemasok tertentu?
• Apakah Bagas Bakery membeli dalam jumlah besar atau kecil
terhadap bahan baku yang dijual oleh pemasok?
iii) Pembeli
• Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk
Bagas Bakery?
• Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang
diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produk
yang dijual Bagas Bakery?
• Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjual
produk yang hampir sama dengan produk Bagas Bakery?
• Apakah produk Bagas Bakery memiliki andil besar terhadap
kebutuhan pembeli?
• Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga pada
Bagas Bakery jika membeli dalam jumlah besar?
iv) Barang substitusi
• Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk
pengganti atau substitusi bagi roti Bagas Bakery?

136
• Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualan
roti Bagas Bakery?

v) Persaingan di antara perusahaan sejenis


• Bagaimana tingkat persaingan dalam industri roti di Kabupaten
Kendal?
• Jika dilihat dari bentuk persaingannya, bagaimana struktur pasar
yang terjadi pada industri roti di Kabupaten Kendal?
• Strategi apa yang biasanya diterapkan untuk menghadapi
persaingan pada industri roti di Kabupaten Kendal?

137
Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total Bobot


A Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 17 0,031
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 3 2 33 0,061
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 1 X 2 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 3 1 26 0,048
D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 2 X 3 3 1 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 37 0,068
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 3 2 1 1 X 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 23 0,042
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 2 3 1 3 X 2 2 2 3 3 1 3 3 1 3 2 37 0,068
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 2 2 3 2 2 X 2 2 2 3 1 1 1 1 3 2 32 0,059
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 2 2 3 2 2 X 2 2 2 1 1 3 2 3 3 35 0,064
I Sistem pembayaran secara tunai 3 2 3 2 3 2 2 2 X 3 2 1 2 2 1 3 3 36 0,066
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 1 3 2 3 1 2 2 1 X 2 1 1 1 1 2 2 28 0,051
K Labelisasi kemasan belum lengkap 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 X 1 1 2 1 3 2 27 0,050
L Keterbatasan modal sendiri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 1 3 2 3 2 44 0,081
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 X 3 3 3 2 41 0,075
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 3 3 2 3 1 3 1 2 3 2 1 1 X 1 3 2 34 0,063
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 X 3 3 42 0,077
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 X 1 19 0,035
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 X 33 0,061
554 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

138
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total Bobot


A Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 25 0,046
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 24 0,044
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 2 2 X 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 24 0,044
D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 3 X 3 3 3 1 2 3 3 2 1 1 1 3 3 38 0,070
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 2 3 2 1 X 2 2 1 1 3 2 1 1 1 3 3 3 31 0,057
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 3 1 2 X 2 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 28 0,051
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 3 2 1 2 2 X 2 1 3 3 1 1 2 1 3 2 32 0,059
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 3 3 3 3 2 X 1 2 1 1 3 1 3 3 3 37 0,068
I Sistem pembayaran secara tunai 3 3 3 2 3 3 3 3 X 1 3 3 1 1 3 3 3 41 0,075
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 3 3 1 1 3 1 2 3 X 3 2 1 2 3 3 3 37 0,068
K Labelisasi kemasan belum lengkap 2 3 3 1 2 3 1 3 1 1 X 1 2 2 1 3 1 30 0,055
L Keterbatasan modal sendiri 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 X 3 3 1 3 3 42 0,077
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 X 2 3 3 3 42 0,077
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 1 2 X 1 3 3 39 0,072
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 1 3 1 3 1 3 3 1 1 1 3 3 1 3 X 3 3 34 0,062
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 16 0,029
Q perusahaan
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 1 1 3 1 1 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 3 X 25 0,046
545 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

139
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total Bobot


A Lokasi Perusahaan yang strategis X 2 3 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 26 0,048
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 2 1 2 1 1 3 3 3 3 2 3 2 35 0,064
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 1 1 X 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 3 2 3 2 28 0,051
D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 2 2 X 1 1 2 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 31 0,057
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 1 2 2 3 X 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 25 0,046
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 2 2 2 3 2 X 2 1 2 1 2 1 2 2 1 3 2 30 0,055
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 3 2 2 2 2 X 3 2 2 1 2 1 3 2 3 2 35 0,064
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 2 2 3 3 3 3 1 X 1 2 2 1 1 2 2 3 2 33 0,061
I Sistem pembayaran secara tunai 3 3 3 3 3 2 2 3 X 3 1 1 2 3 2 2 1 37 0,068
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 3 1 3 2 3 2 2 1 X 2 1 1 2 1 3 2 32 0,059
K Labelisasi kemasan belum lengkap 3 1 3 2 3 2 3 2 3 2 X 2 3 3 3 3 2 40 0,074
L Keterbatasan modal sendiri 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 X 2 3 2 3 2 39 0,072
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 2 1 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 X 3 2 3 2 37 0,068
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 X 1 2 2 24 0,044
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 3 X 3 2 37 0,068
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 X 1 19 0,035
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 X 36 0,066
544 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

140
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Tota Bobot


A Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 1 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 1 3 3 26 0,048
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 1 3 1 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 35 0,064
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 2 X 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 2 3 3 3 32 0,059
D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 3 X 3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 43 0,079
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 3 1 2 1 X 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 34 0,063
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 46 0,085
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 2 2 2 1 2 1 X 1 3 3 1 1 3 2 2 3 3 32 0,059
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 3 2 2 2 1 3 X 3 3 2 3 3 3 2 3 3 41 0,075
I Sistem pembayaran secara tunai 2 1 1 1 2 1 1 1 X 3 1 3 3 3 2 3 3 31 0,057
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 1 1 3 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 3 1 3 1 22 0,040
K Labelisasi kemasan belum lengkap 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 X 1 3 3 2 3 3 40 0,074
L Keterbatasan modal sendiri 3 2 3 2 2 2 3 1 1 3 3 X 3 3 3 3 3 40 0,074
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 X 3 1 3 3 28 0,051
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 X 1 3 1 21 0,039
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 3 3 X 3 3 34 0,063
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 17 0,031
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 X 22 0,040
544 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical

141
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Tota Bobot


A Lokasi Perusahaan yang strategis X 2 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 l25 0,046
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 2 X 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 30 0,055
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 3 X 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27 0,050
D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 2 2 X 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 26 0,048
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 1 1 1 2 X 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 25 0,046
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 2 2 1 X 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 28 0,052
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 2 2 2 1 1 X 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 24 0,044
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 2 2 1 1 2 X 2 2 1 1 1 1 1 1 1 24 0,044
I Sistem pembayaran secara tunai 3 2 3 2 3 2 2 2 X 2 1 1 1 1 1 1 1 28 0,052
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 1 2 2 2 1 2 2 2 2 X 1 1 1 1 1 1 1 23 0,042
K Labelisasi kemasan belum lengkap 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 2 3 3 2 2 2 42 0,077
L Keterbatasan modal sendiri 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 2 2 2 2 2 41 0,076
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 X 3 1 1 1 37 0,068
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 X 1 1 1 34 0,063
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 X 2 2 43 0,079
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 X 2 43 0,079
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 X 43 0,079
543 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

142
Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

143
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas
Bakery)

Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

144
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

145
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

146
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v


B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

147
148
Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery

Bobot
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Rata-Rata
Lokasi Perusahaan yang strategis 0,031 0,046 0,048 0,048 0,046 0,044
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 0,061 0,044 0,064 0,064 0,055 0,058
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 0,048 0,044 0,051 0,059 0,050 0,050
Mutu produk yang dihasilkan baik 0,068 0,070 0,057 0,079 0,048 0,064
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 0,042 0,057 0,046 0,063 0,046 0,051
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 0,068 0,051 0,055 0,085 0,052 0,062
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 0,059 0,059 0,064 0,059 0,044 0,057
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 0,064 0,068 0,061 0,075 0,044 0,062
Sistem pembayaran secara tunai 0,066 0,075 0,068 0,057 0,052 0,064
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 0,051 0,068 0,059 0,040 0,042 0,052
Labelisasi kemasan belum lengkap 0,050 0,055 0,074 0,074 0,077 0,066
Keterbatasan modal sendiri 0,081 0,077 0,072 0,074 0,076 0,076
Tempat produksi (bangunan) kurang luas 0,075 0,077 0,068 0,051 0,068 0,068
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 0,063 0,072 0,044 0,039 0,063 0,056
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 0,077 0,062 0,068 0,063 0,079 0,070
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 0,035 0,029 0,035 0,031 0,079 0,042
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 0,061 0,046 0,066 0,040 0,079 0,058
Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Keterangan :
Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

149
Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery

Rating Rata-
Faktor-Faktor Strategi Internal Rating 1 Rating 2 Rating 3 Rating 4 Rating 5
Rata
Lokasi Perusahaan yang strategis 4 4 3 3 3 3,4
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 4 4 4 3 4 3,8
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 4 3 4 4 4 3,8
Mutu produk yang dihasilkan baik 4 4 3 4 4 3,8
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 4 3 4 3 4 3,6
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 4 4 4 4 3,8
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 4 4 4 3 4 3,8
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 4 4 4 4 4 4,0
Sistem pembayaran secara tunai 4 4 3 3 4 3,6
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 4 3 3 4 3,4
Labelisasi kemasan belum lengkap 2 2 2 1 2 1,8
Keterbatasan modal sendiri 1 1 2 1 1 1,2
Tempat produksi (bangunan) kurang luas 1 1 1 2 2 1,4
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 2 1 2 2 2 1,8
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 2 1 1 1 1 1,2
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 2 2 2 2 1 1,8
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 2 2 1 1 2 1,6

Keterangan :
Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Rating 4 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Rating 5 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

150
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot


A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 3 22 0,046
B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 2 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 39 0,082
C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 2 X 2 1 2 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 35 0,073
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 1 2 X 1 1 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 35 0,073
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 3 X 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 0,092
F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 2 3 2 X 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 42 0,088
G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah 2 1 1 1 1 1 X 1 1 3 3 3 3 3 3 3 30 0,063
H Perkembangan teknologi yang cepat 2 1 2 2 1 2 3 X 2 2 3 3 2 3 3 2 33 0,069
I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 1 1 1 1 3 2 X 2 3 3 3 3 3 2 32 0,067
J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 1 1 3 1 1 1 2 2 X 3 3 2 3 2 1 28 0,059
K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 3 3 2 22 0,046
L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 X 1 3 3 3 25 0,052
M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 X 3 2 3 30 0,063
N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 2 16 0,034
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 X 2 22 0,046
O
produk substitusi roti
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 2 2 X 22 0,046
P
perusahaan roti yang ada
477 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

151
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot


A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 2 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0,042
B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 1 3 2 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 35 0,073
C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 2 3 X 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 41 0,085
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 1 1 1 X 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 3 1 28 0,058
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 2 3 2 X 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 39 0,081
F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 1 2 2 X 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 38 0,079
G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1 1 1 1 1 2 X 1 3 1 1 3 1 1 1 1 20 0,042
H Perkembangan teknologi yang cepat 3 2 1 2 2 2 3 X 1 1 1 1 3 3 3 3 31 0,065
I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 3 1 1 1 1 1 3 X 3 1 1 1 3 1 1 25 0,052
J Tingkat inflasi yang fluktuatif 3 3 2 2 2 2 3 3 1 X 2 3 1 3 3 3 36 0,075
K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 1 1 1 1 3 3 3 2 X 3 1 1 1 3 28 0,058
L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 1 1 2 2 1 1 3 3 1 1 X 1 1 1 1 23 0,048
M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 X 1 3 3 33 0,069
N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 X 3 3 31 0,065
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk
O 3 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 3 1 1 X 3 27 0,056
substitusi roti
P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 X 25 0,052
480 1,000
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

152
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot


A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 3 3 3 3 2 29 0,060
B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 3 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 36 0,075
C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 1 X 2 1 1 2 1 3 2 1 3 3 1 2 3 29 0,060
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 2 2 X 1 1 1 2 1 1 3 2 3 1 2 3 28 0,058
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 2 3 3 3 X 2 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 32 0,067
F Kecenderungan harga BBM semakin turun 1 1 3 3 2 X 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 23 0,048
G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 2 3 3 3 X 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 0,079
H Perkembangan teknologi yang cepat 3 2 3 2 2 2 1 X 2 2 1 2 3 2 2 3 32 0,067
I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 1 3 1 3 2 2 X 3 2 1 2 3 1 2 30 0,063
J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 2 2 3 2 2 1 2 1 X 1 2 3 3 1 2 29 0,060
K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 3 1 1 3 2 3 2 3 X 2 3 2 3 3 35 0,073
L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 1 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 X 2 2 3 3 33 0,069
M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 1 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 X 1 2 3 24 0,050
N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 3 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 X 2 3 31 0,065
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk
O 1 2 2 2 2 3 1 2 3 3 1 1 2 2 X 2 29 0,060
substitusi roti
P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 2 1 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 X 22 0,046
480 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

153
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot


A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 3 3 31 0,065
B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 1 X 3 2 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 34 0,071
C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 1 1 X 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 2 3 3 24 0,050
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 2 3 X 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 3 34 0,071
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 2 X 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 0,081
F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 3 2 2 X 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 0,081
G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 3 3 3 3 23 0,048
H Perkembangan teknologi yang cepat 1 1 3 1 1 1 3 X 1 1 1 1 3 3 3 3 27 0,056
I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 3 2 2 2 3 3 X 2 2 2 3 1 3 3 35 0,073
J Tingkat inflasi yang fluktuatif 3 1 3 3 2 2 3 3 2 X 2 2 3 3 3 3 38 0,079
K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 X 2 1 1 3 3 36 0,075
L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 X 3 3 3 3 40 0,083
M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 X 2 1 1 18 0,038
N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 X 1 1 21 0,044
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk
O 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 X 1 20 0,042
substitusi roti
P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 X 21 0,044
480 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

154
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot


A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 3 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 27 0,056
B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 1 X 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 1 1 1 29 0,060
C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 1 1 X 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 25 0,052
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 1 1 1 X 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 1 32 0,067
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 2 X 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 38 0,079
F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 3 2 2 X 2 3 3 3 3 3 3 2 1 1 37 0,077
G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 3 1 1 1 2 2 X 3 2 3 3 3 2 2 2 1 31 0,064
H Perkembangan teknologi yang cepat 2 3 3 2 1 1 1 X 1 3 3 1 1 1 1 1 25 0,052
I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 3 1 1 1 2 3 X 3 3 3 2 2 2 2 32 0,067
J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 X 3 1 1 1 1 1 18 0,037
K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 3 1 3 3 22 0,046
L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 2 1 1 1 2 1 1 3 1 3 3 X 3 1 3 1 27 0,056
M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 3 3 1 2 1 2 3 2 3 1 1 X 2 3 1 31 0,064
N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 X 3 1 38 0,079
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk
O 1 3 3 1 2 3 2 3 2 3 1 1 1 1 X 2 29 0,060
substitusi roti
P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 X 40 0,083
481 1,000

Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

155
Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Esternal Strategis
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi


C v
Kabupaten Kendal
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok
D v
makanan masih tinggi

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan


G v
jumlah penduduk

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang


O v
tergolong produk substitusi roti
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara
P v
perusahaan roti yang ada

Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior

156
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas
Bakery)

Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi


C v
Kabupaten Kendal
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok
D v
makanan masih tinggi

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan


G v
jumlah penduduk

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang


O v
tergolong produk substitusi roti
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara
P v
perusahaan roti yang ada

Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior

157
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi


C v
Kabupaten Kendal
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok
D v
makanan masih tinggi

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan


G v
jumlah penduduk

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang


O v
tergolong produk substitusi roti
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara
P v
perusahaan roti yang ada

Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior

158
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)

Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi v


Kabupaten Kendal
D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok v
makanan masih tinggi
E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan v


pertumbuhan jumlah penduduk
H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang v


tergolong produk substitusi roti
P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara v
perusahaan roti yang ada

Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior

159
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM
Kabupaten Kendal)

Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi


C v
Kabupaten Kendal
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok
D v
makanan masih tinggi

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan


G v
jumlah penduduk

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang


O v
tergolong produk substitusi roti
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara
P v
perusahaan roti yang ada

Keterangan :
1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut
rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang
(respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas
rata-rata
4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut
superior

160
Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery

Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot


Faktor-Faktor Strategi Eksternal
1 2 3 4 5 Rata-
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM 0,046 0,042 0,060 0,065 0,056 Rata
0,054
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 0,082 0,073 0,075 0,071 0,060 0,072
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 0,073 0,085 0,060 0,050 0,052 0,064
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 0,073 0,058 0,058 0,071 0,067 0,065
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 0,092 0,081 0,067 0,081 0,079 0,080
Kecenderungan harga BBM semakin turun 0,088 0,079 0,048 0,081 0,077 0,075
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 0,063 0,042 0,079 0,048 0,064 0,059
Perkembangan teknologi yang cepat 0,069 0,065 0,067 0,056 0,052 0,062
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 0,067 0,052 0,063 0,073 0,067 0,064
Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,059 0,075 0,060 0,079 0,037 0,062
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 0,046 0,058 0,073 0,075 0,046 0,060
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 0,052 0,048 0,069 0,083 0,056 0,062
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 0,063 0,069 0,050 0,038 0,064 0,057
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 0,034 0,065 0,065 0,044 0,079 0,057
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti 0,046 0,056 0,060 0,042 0,060 0,053
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 0,046 0,052 0,046 0,044 0,083 0,054
Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Keterangan :
Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

161
Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery

Rating
Rating Rating Rating Rating Rating
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rata-
1 2 3 4 5
Rata
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM 4 4 2 2 2 2,8
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 4 1 3 3 2,8
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 4 3 2 3 3,0
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 4 3 3 3 3 3,2
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 4 2 4 3 3,2
Kecenderungan harga BBM semakin turun 4 4 3 4 3 3,6
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 3 3 4 3 3 3,2
Perkembangan teknologi yang cepat 3 3 2 1 3 2,4
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 3 3 3 3 3,0
Tingkat inflasi yang fluktuatif 4 4 2 2 2 2,8
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 4 4 4 3 2 3,4
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 3 3 4 2 3,0
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 4 4 3 2 2 3,0
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 4 2 2 2 2,6
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti 2 3 2 2 2 2,2
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 2 3 3 3 3 2,8

Keterangan :
Rating 1 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Rating 2 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Rating 3 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Rating 4= hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Rating 5 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

162
Lampiran 10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery
STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
1. Lokasi perusahaan strategis 1. Labelisasi kemasan belum
2. Komunikasi terjalin baik lengkap
antara pemilik dan karyawan 2. Keterbatasan modal
3. Koordinasi dalam pemba- sendiri
gian tugas cukup baik 3. Tempat produksi kurang
4. Mutu produk yang dihasilkan luas
baik 4. Keterbatasan jumlah
5. Produk telah memiliki izin peralatan modern yang
dari Dinas Kesehatan dimiliki
6. Akses perusahaan terhadap 5. Sistem pembukuan atau
bahan baku terjamin pengelolaan keuangan
7. Memiliki saluran distribusi kurang rapi
yang efisien 6. Kurangnya keterampilan
8. Hubungan baik antara dalam pengelolaan
pemilik dan pelanggan manajemen perusahaan
9. Sistem pembayaran secara 7. Bidang penelitian dan
tunai pengembangan tidak ada
10. Penggunaan peralatan
modern dalam proses
produksi
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Dukungan pemerintah ter-hadap akses 1. Membuka outlet khusus 1. Memperbaiki label kema-san
sumber pem-biayaan bagi UMKM untuk direct selling (S4, S5, produk (W1, O2, O3, O4,
2. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal S9, O2, O4, O7,) O7)
semakin baik 2. Mengoptimalkan saluran 2. Memanfaatkan skim kredit
3. Sektor industri pengolahan masih distribusi yang ada dalam yang ditawarkan oleh
mendominasi struk-tur ekonomi Kab. penyampaian produk dari pemerintah untuk mening-
Kendal produsen ke konsumen (S1, katkan kapasitas produksi
4. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. S7, S8, O2, O4, O7) sehingga mampu mengatasi
Kendal untuk kelompok makanan kelebihan permintaan
masih tinggi terhadap produk Bagas
5. Kecenderungan harga tepung terigu Bakery saat ini (W2, W3,
dan telur semakin turun W4, W7, O1, O2, O3, O4,
6. Kecenderungan harga BBM semakin O5, O6, O7, O8, O9)
turun
7. Kebutuhan pangan yang semakin
meningkat seiring pertumbuhan jumlah
penduduk
8. Perkembangan teknologi yang cepat
9. Kekuatan tawar-menawar pemasok
terhadap peru-sahaan tergolong kecil
THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Tingkat inflasi yang fluktuatif 1. Meningkatkan mutu produk 1. Melakukan pengaturan
2. Kecenderungan harga gula dan gas dan pelayanan (S4, S5, S8, dalam pengalokasian
elpiji semakin meningkat S10, T4, T5, T6, T7) keuangan perusahaan (W2,
3. TDL untuk skala UMKM belum turun 2. Mengembangkan produk W5, T1, T2, T3, T4)
4. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal baru pada pasar konsumen 2. Meningkatkan kualitas
meningkat yang sudah ada (S2, S3, S4, Sumber Daya Manusia
5. Hambatan masuk industri roti kecil S5, S6, S10, T4, T6, T7) (SDM) (W5, W6, W7, T4,
6. Perkembangan mi instan, biskuit, atau T5, T6)
jenis makanan jadi lain yang termasuk
produk substitusi roti
7. Pembeli memiliki kekua-tan untuk
menentukan pilihan di antara peru-
sahaan roti yang ada

163
Lampiran 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175
B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228
H 0,062 3 0,187 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 4 0,209 3 0,157
Kelemahan
K 0,066 3 0,197 2 0,132 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197 3 0,197 3 0,197
L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 4 0,303 3 0,227 3 0,227 3 0,227
M 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 4 0,272 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204
N 0,056 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168
O 0,070 1 0,070 2 0,140 3 0,210 4 0,279 3 0,210 3 0,210 3 0,210 3 0,210
P 0,042 1 0,042 2 0,084 3 0,126 2 0,084 4 0,168 3 0,126 3 0,126 3 0,126
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 3 0,175 3 0,175
Peluang
R 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215
S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289
T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257

164
Lanjutan Lampiran 11A. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Samsudin)
Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
AS TAS
Peluang
U 0,065 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 3 0,224 4 0,299 4 0,299 3 0,224
X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178 3 0,178
Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185
Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193
Ancaman
AA 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186
BB 0,060 1 0,060 3 0,179 2 0,119 3 0,179 3 0,179 3 0,179 4 0,238 3 0,179
CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,185 3 0,185 1 0,062 3 0,185 3 0,185
DD 0,057 4 0,227 4 0,227 3 0,170 4 0,227 4 0,227 4 0,227 3 0,170 3 0,170
EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 4 0,212
GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163
STAS 5,863 6,154 6,682 7,267 7,076 6,790 7,076 6,835

165
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)

Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175
B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 3 0,152 3 0,152 3 0,152 4 0,203 4 0,203 4 0,203 3 0,152 3 0,152
F 0,062 3 0,186 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 3 0,186 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171
H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 1 0,062 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 3 0,197 4 0,263 3 0,197 3 0,197 4 0,263 1 0,066 4 0,263 1 0,066
L 0,076 3 0,227 3 0,227 1 0,076 3 0,227 1 0,076 1 0,076 3 0,227 1 0,076
M 0,068 1 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068
O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 3 0,210 1 0,070
P 0,042 2 0,084 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 2 0,117
Peluang
R 0,054 3 0,161 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 3 0,161
S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 3 0,216
T 0,064 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 4 0,257
U 0,065 2 0,131 3 0,196 1 0,065 3 0,196 4 0,262 4 0,262 3 0,196 3 0,196
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
166
Lanjutan Lampiran 11 B. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Junarti)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237
Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 1 0,064 3 0,193 3 0,193 4 0,257
Ancaman
AA 0,062 3 0,186 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 2 0,124
BB 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 3 0,179 1 0,060
CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 4 0,247 2 0,123
DD 0,057 3 0,170 3 0,170 1 0,057 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 2 0,113
EE 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 3 0,171 1 0,057 1 0,057 3 0,171
FF 0,053 1 0,053 1 0,053 1 0,053 3 0,159 2 0,106 1 0,053 3 0,159 3 0,159
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 3 0,163 4 0,217 3 0,163
STAS 5,485 5,814 5,341 6,171 6,124 5,699 6,545 5,874

167
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 3 0,131 3 0,131 4 0,175 3 0,131 4 0,175
B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 3 0,173 3 0,173 4 0,231 3 0,173
C 0,050 3 0,151 3 0,151 3 0,151 3 0,151 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 3 0,193
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 3 0,186 4 0,249 3 0,186 4 0,249 4 0,249 3 0,186 3 0,186 4 0,249
G 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228
H 0,062 4 0,250 4 0,250 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187
I 0,064 3 0,191 3 0,191 3 0,191 3 0,191 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 4 0,209 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 1 0,066 1 0,066 3 0,197 1 0,066 2 0,132 1 0,066 3 0,197 3 0,197
L 0,076 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 3 0,227
M 0,068 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068 2 0,136 1 0,068 3 0,204 2 0,136
N 0,056 3 0,168 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 1 0,056 2 0,112 3 0,168
O 0,070 1 0,070 2 0,140 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140
P 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 1 0,058 1 0,058 2 0,117
Peluang
R 0,054 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 4 0,215
S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 3 0,216 3 0,216 3 0,216 3 0,216 4 0,289
T 0,064 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 2 0,128 3 0,193
U 0,065 3 0,196 2 0,131 2 0,131 2 0,131 3 0,196 3 0,196 2 0,131 3 0,196

168
Lanjutan Lampiran 11 C. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Sobari)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
V 0,080 2 0,160 4 0,320 3 0,240 3 0,240 3 0,240 3 0,240 4 0,320 4 0,320
W 0,075 2 0,149 4 0,299 3 0,224 3 0,224 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 2 0,118 2 0,118 1 0,059 2 0,118 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178
Y 0,062 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 1 0,064 2 0,128 1 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193
Ancaman
AA 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 3 0,186 3 0,186
BB 0,060 1 0,060 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 2 0,119
CC 0,062 3 0,185 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185
DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 4 0,227 3 0,170 4 0,227
EE 0,057 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 1 0,057 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 2 0,106 3 0,159 3 0,159 2 0,106 2 0,106 2 0,106 3 0,159
GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 2 0,108 2 0,108
STAS 5,390 5,512 5,558 5,284 5,864 5,590 5,810 6,511

169
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 3 0,131 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088
B 0,058 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 3 0,173
C 0,050 2 0,101 2 0,101 2 0,101 2 0,101 3 0,151 2 0,101 2 0,101 3 0,151
D 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 4 0,257 2 0,129 3 0,193
E 0,051 2 0,101 3 0,152 4 0,203 2 0,101 3 0,152 3 0,152 2 0,101 2 0,101
F 0,062 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124
G 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 2 0,114 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,114
H 0,062 3 0,187 2 0,125 2 0,125 2 0,125 3 0,187 3 0,187 2 0,125 3 0,187
I 0,064 2 0,127 3 0,191 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127
J 0,052 2 0,104 2 0,104 3 0,157 3 0,157 2 0,104 3 0,157 2 0,104 3 0,157
Kelemahan
K 0,066 2 0,132 2 0,132 4 0,263 2 0,132 3 0,197 2 0,132 2 0,132 3 0,197
L 0,076 2 0,151 2 0,151 2 0,151 4 0,303 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151
M 0,068 2 0,136 1 0,068 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136
N 0,056 2 0,112 2 0,112 1 0,056 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 3 0,168
O 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 2 0,140 3 0,210
P 0,042 1 0,042 1 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 3 0,126
Q 0,058 1 0,058 2 0,117 2 0,117 3 0,175 2 0,117 2 0,117 2 0,117 3 0,175
Peluang
R 0,054 3 0,161 2 0,108 2 0,108 4 0,215 3 0,161 4 0,215 2 0,108 2 0,108
S 0,072 4 0,289 3 0,216 3 0,216 2 0,144 3 0,216 3 0,216 2 0,144 2 0,144

170
Lanjutan Lampiran 11D. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
T 0,064 3 0,193 3 0,193 2 0,128 2 0,128 2 0,128 3 0,193 3 0,193 2 0,128
U 0,065 4 0,262 2 0,131 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196
V 0,080 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160
W 0,075 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149
X 0,059 3 0,178 2 0,118 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 2 0,118 2 0,118
Y 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185
Z 0,064 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128
AA 0,062 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124
BB 0,060 2 0,119 3 0,179 2 0,119 3 0,179 2 0,119 2 0,119 3 0,179 2 0,119
CC 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123 3 0,185 1 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123
DD 0,057 4 0,227 3 0,170 4 0,227 2 0,113 3 0,170 3 0,170 3 0,170 3 0,170
EE 0,057 3 0,171 2 0,114 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 1 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 2 0,106 3 0,159
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 4 0,217 2 0,108 4 0,217 4 0,217 2 0,108 2 0,108
STAS 4,857 4,547 4,885 4,851 4,820 5,102 4,739 4,873

171
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175
B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228
H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 2 0,132 1 0,066 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197
L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 3 0,227 3 0,227 4 0,303 3 0,227
M 0,068 2 0,136 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 4 0,272 3 0,204
N 0,056 2 0,112 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 2 0,112 3 0,168
O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 4 0,279
P 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 4 0,234
Peluang
R 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215
S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289
172
Lanjutan Lampiran 11E. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Juni Suhendra)

Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
U 0,065 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237
Y 0,062 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
AA 0,062 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124
BB 0,060 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119
CC 0,062 2 0,123 1 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 4 0,247
DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 4 0,227 4 0,227 1 0,057 4 0,227
EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228 4 0,228 2 0,114 4 0,228
FF 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 2 0,106 4 0,212
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 2 0,108 4 0,217
STAS 6,143 6,060 6,632 6,847 6,993 6,949 6,512 7,491

Keterangan :
Faktor-Faktor Strategi Internal-Eksternal
A. Lokasi perusahaan strategis F. Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
B. Komunikasi terjalin baik antara pemilik dan karyawan G. Memiliki saluran distribusi yang efisien
C. Koordinasi dalam pemba-gian tugas cukup baik H. Hubungan baik antara pemilik dan pelanggan
D. Mutu produk yang dihasilkan baik I. Sistem pembayaran secara tunai
E. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan J. Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi

173
K. Labelisasi kemasan belum lengkap
L. Keterbatasan modal sendiri
M. Tempat produksi kurang luas
N. Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki
O. Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
P. Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
Q. Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada

R. Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM


S. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal semakin baik
T Sektor industri pengolahan masih mendominasi struk-tur ekonomi Kab. Kendal
U. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
V. Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
W. Kecenderungan harga BBM semakin turun
X. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
Y. Perkembangan teknologi yang cepat
Z. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil

AA. Tingkat inflasi yang fluktuatif


BB. Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
CC. TDL untuk skala UMKM belum turun
DD. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal meningkat
EE. Hambatan masuk industri roti kecil
FF. Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang termasuk produk substitusi roti
GG. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan di antara perusahaan roti yang ada

174
Alternatif Strategi
Strategi 1 : membuka outlet khusus untuk direct selling
Strategi 2 : mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen
Strategi 3 : memperbaiki label kemasan produk
Strategi 4 : memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan
terhadap produk Bagas Bakery saat ini
Strategi 5 : meningkatkan mutu produk dan pelayanan
Strategi 6 : mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
Strategi 7 : melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan
Strategi 8 : meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

AS = 1, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 2, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 3 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 4 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

175

You might also like