Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas
Bakery, Kabupaten Kendal
Nama : Tri Ariessiana Nusawanti
NIM : H34052048
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery,
Kabupaten Kendal . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal
dan eksternal pada Bagas Bakery serta mengkaji kesesuaian antara alternatif
strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah
penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang
telah diberikan kepada penulis selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suharno, MA. Dev selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Orang tua dan keluarga tercinta khususnya Ayah, Ibu, Mbak Dewi, Mas Jon,
Dek Ifa dan A an untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan.
Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan
selama masa perkuliahan.
6. Pihak Bagas Bakery khususnya Bapak Samsudin, Ibu Junarti dan Bapak
Sobari atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
7. Ibu Nur selaku Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai
responden pihak eksternal.
8. Bapak Juni Suhendra selaku Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan
waktunya sebagai responden pihak eksternal.
9. Moch Taufik Prayoga atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan
selama penyusunan skripsi.
10. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu wening, Syahra Zulfa, dan Ferry
atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga
penulisan skripsi.
11. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Pamijahan, yaitu
Rina, Echa, Indry, dan Ferdy serta anak-anak Ciawigebang dan Cibeureum
atas kebersamaan dan pengalaman selama di Kuningan.
12. Ika, Aqsa, Hepi, Tiara, Cila, Sari, Ayu, Mutiara Dewi, Wiwi, Shinta, Tika,
dan seluruh temen-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman,
kebersamaan, dan sharing yang diberikan selama penelitian hingga penulisan
skripsi.
13. Rizkia Amalia atas kesediannya sebagai pembahas dalam seminar dan saran
maupun masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi.
14. Teman-teman satu omda Fokma Bahurekso Kendal , yaitu Eni, Dila, Aji,
Rifka, Rino, Farikhin, dan lain-lain atas kebersamaan, keakraban, dan rasa
kekeluargaan selama di Bogor.
15. Teman-teman satu kosan Putri 26 , khususnya Fitriyah, Upik, Mbak Ria,
Teni, Mbak Desi, Ami, Mbak Ana, Mbak Dona, Gita, Ayu, dan Nia atas
kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Halaman
Nomor Halaman
1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi
Per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2002 2007 ...................... 2
2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah
per 100 gram Bahan Zat Gizi ........................................................ 3
3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan
di Indonesia pada Tahun 2004 2007 .......................................... 4
4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti
di Kabupaten Kendal pada Tahun 2003 2008 ............................. 5
5. Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 22
6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .................... 48
7. Matriks IFE ................................................................................... 49
8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ................. 50
9. Matriks EFE ................................................................................... 52
10. Matriks QSP (QSPM) ................................................................... 57
11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery .............................. 68
12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi
pada Bagas Bakery ....................................................................... 77
13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003 2007 ............................. 83
14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 2007 .................................. 83
15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2004 - 2007 (Persen) .......................................................... 84
16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal
Tahun 2003-2007 (Milyar Rp) ....................................................... 85
17. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal
per Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007 .................................... 86
18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk
Kabupaten Kendal pada Tahun 2007 ............................................. 87
19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal
pada Tahun 2004-2007 .................................................................. 88
20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut
Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Kendal
pada Tahun 2006-2007 (Persen) .................................................... 89
Nomor Halaman
1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery
pada Bulan Februari sampai Desember 2008 .................................. 7
2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991) .............................. 27
3. Model Komprehensif Manajemen Strategis ................................... 31
4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ....... 37
5. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................. 44
6. Matriks Internal Eksternal (IE) ...................................................... 53
7. Matriks SWOT .............................................................................. 55
8. Struktur Organisasi Bagas Bakery ................................................. 61
9. Saluran Distribusi pada Bagas Bakery ........................................... 69
10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu .................... 90
11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula ................................... 91
12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur .................................. 92
13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery ............................... 115
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal
dan Eksternal pada Bagas Bakery .................................................. 133
2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan
Faktor Internal ............................................................................... 138
3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ............................... 143
4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 148
5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 149
6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan
Faktor Eksternal ............................................................................ 150
7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis ............................. 155
8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 160
9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal
pada Bagas Bakery ........................................................................ 161
10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery ............................ 162
11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery ....................... 163
12. Dokumentasi ................................................................................. 175
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang besar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi
serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Kondisi
ini dapat dilihat dari kontribusi Usaha Kecil Menengah terhadap penyerapan
tenaga kerja, nilai tambah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
dan nilai ekspor hasil produksi UKM.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perkembangan jumlah UKM pada
periode 2006-2007 mengalami peningkatan 1,84 persen, yaitu dari 48,9 juta unit
usaha pada 2006 menjadi 49,8 juta unit usaha pada 2007. Adanya peningkatan
pada jumlah UKM ini berimplikasi terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu
sebesar 91,8 juta orang atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia.
Peningkatan ini tidak hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM dan
penyerapan tenaga kerja saja, akan tetapi peningkatan juga terjadi pada
pembentukan PDB dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Kontribusi UKM
terhadap penciptaan PDB pada 2007 mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat
sebesar Rp 335,1 triliun dari tahun 2006. Dari jumlah ini, UKM memberikan
kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB Indonesia. Selain itu, hasil produksi
UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 122,3 triliun
pada tahun 2006 menjadi Rp 142,8 triliun pada tahun 2007.1 Kondisi ini
menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu motor
penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian
nasional dan daerah.
Menurut jenis lapangan usahanya, maka Usaha Kecil Menengah dibagai
menjadi sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas, dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel,
dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa
1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.
http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [10 Februari 2008]
perusahaan, serta (9) sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor tersebut, industri
pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan oleh UKM
dimana pada tahun 2007 berada pada urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49
persen.2 Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri
pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan
penganekaragaman pangan.
Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang membawa segala
sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien, maka preferensi masyarakat
juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung
oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan
oleh kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi makanan atau
minuman siap saji. Berikut ini merupakan data mengenai pengeluaran rata-rata
makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan
(Tabel 1).
Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulan
di Indonesia Tahun 2002 2007
Tahun Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman
Jadi per Kapita per Bulan (Rp)
2002 20.012
2003 22.068
2004 24.202
2005 27.729
*
2006 30.169
*
2007 37.030
2
Loc. cit
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangannya meningkat setiap tahun.
Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang
memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses
produksinya. Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery,
bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Di dalam kelompok
bakery, roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan populer hingga
saat ini. Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula
dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam perkembangannya, budaya
mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa
menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi
sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu
makan. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada roti juga tidak jauh berbeda
bahkan lebih baik daripada nasi atau mi basah. Berikut ini merupakan data
mengenai kandungan gizi roti per 100 gram bahan zat gizi (Tabel 2).
Tabel 2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan
Zat Gizi
Zat Gizi Roti Putih Roti Coklat Nasi Mi Basah
Energi (Kkal) 248,00 249,00 178,00 86,00
Protein (g) 8,00 7,90 2,10 0,60
Lemak (g) 1,20 1,50 0,10 3,30
Karbohidrat (g) 50,00 49,70 40,60 14,00
Kalsium (mg) 10,00 20,00 5,00 14,00
Fosfor (mg) 95,00 140,00 22,00 13,00
Besi (mg) 1,50 2,50 0,50 0,80
Vitamin A (SI) 0,00 0,00 0,00 0,00
Vitamin B1 (mg) 0,10 0,15 0,02 0,00
Vitamin C (mg) 0,00 0,00 0,00 0,00
Air (g) 40,00 40,00 57,00 80,00
4
beragam, mulai dari home industry, kecil, sedang, sampai usaha besar. Kabupaten
Kendal juga tidak terlepas dari perkembangan usaha pembuatan roti. Saat ini,
industri roti merupakan salah satu industri makanan jadi di Kendal yang cukup
berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan roti di Kabupaten
Kendal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4 memberikan
informasi mengenai perkembangan jumlah usaha kecil dan menengah secara
keseluruhan yang terdapat di Kabupaten Kendal.
5
1.2. Perumusan Masalah
Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya
perubahan pola konsumsi. Seiring dengan tingkat kesibukan dan aktivitas
masyarakat yang semakin meningkat yang didukung oleh kemajuan di berbagai
bidang maka kondisi tersebut menuntut pada segala sesuatu yang lebih praktis dan
efisien. Salah satunya, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan jadi yang
lebih praktis namun beragam. Oleh karena itu, dengan adanya peluang pasar
tersebut maka saat ini berkembang berbagai industri makanan jadi, misalnya
industri roti.
Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.
Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk jenis roti manis. Pada
awalnya roti yang diproduksi hanya berupa roti bolu, namun seiring
perkembangan usahanya, saat ini Bagas Bakery telah memproduksi lima jenis roti
yaitu roti bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Berdasarkan
definisi Usaha Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat Statistik serta
Kementerian UKM dan Koperasi, jika dilihat dari jumlah tenaga kerja dan omset
penjualannya maka usaha Bagas Bakery dapat digolongkan sebagi usaha
menengah. Hal ini karena saat ini jumlah tenaga kerja yang dimiliki Bagas Bakery
berjumlah 51 orang dan hasil penjualan rotinya sekitar Rp 250-300 juta per bulan.
Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi
roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena
jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu
meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti,
yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya
keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi. Jadi, dapat dikatakan kapasitas
produksi dari Bagas Bakery sekitar 86,67 persen. Meskipun pada umumnya usaha
Bagas Bakery mengalami peningkatan penjualan karena adanya peningkatan
permintaan terhadap produk roti, akan tetapi pada bulan tertentu penjualan Bagas
Bakery mengalami penurunan. Fluktuasi penjualan Bagas Bakery dapat dilihat
pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari
sampai Desember 2008
Sumber : Pemilik Bagas Bakery
9
II TINJAUAN PUSTAKA
3
Rahmana, Arief. 8 November 2008. Keragaman Definisi UKM di Indonesia
http://infoukm.wordpress.com/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia/. [25 November 2008]
10
antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. Selain itu, Badan Pusat
Statistik juga memiliki definisi tersendiri terkait dengan definisi Usaha Kecil
Menengah, yaitu dengan menggolongkan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1 sampai 19 orang; Usaha
Menengah adalah usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 99 orang; dan Usaha
Besar adalah usaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.4
Menurut UU No. 20/2008, yang dimaksud usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini. Adapun kriteria usaha kecil adalah :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta Rp 500 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta Rp 2,5 milyar.
Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria dari Usaha
Menengah yaitu :
1) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 500 juta Rp 10 milyar tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp 2,5 milyar - Rp50 milyar.5
4
[Anonim]. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
http://logika-hati.com/bisnis/Definisi-Usaha-Mikro-Kecil-Menengah-UMKM.html.
[7 Februari 2009]
5
[Anonim]. 9 Januari 2009. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2008. http://ukm88.blogspot.com/2009/01/kriteria-umkm-kriteria-
usaha-mikro.html. [10 Februari 2009]
11
2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya dan kemudian dipanggang. Pada
awalnya, roti dibuat dari bahan yang sederhana dan cara pembuatan yang
sederhana pula, yaitu roti dibuat dari dari gandum yang digiling menjadi terigu
murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas atau oven. Namun
dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi
ukuran, penampilan, bentuks, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya yang
disebabkan adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang
meliputu aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan
adonan.
Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2007), roti dapat dibedakan
berdasarkan rasa, warna, nama daerah/negara asal, bahan penyusun, dan cara
pengembangan adonan.
1) Roti Berdasarkan Rasa
Berdasarkan rasanya, roti dibagi menjadi dua, yaitu roti manis dan roti tawar.
Roti manis adalah roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol,
bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Selain rasa, daya tarik
yang dimiliki oleh roti manis terdapat pada bentuk yang menarik. Sedangkan
roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau
bahkan tidak sama sekali. Biasanya penggunaan gula pada pembuatan roti
tawar hanya digunakan dalam percepatan proses fermentasi.
2) Roti Berdasarkan Warna
Berdasarkan warnanya, roti dibedakan menjadi roti putih (white bread) dan
roti cokelat (brown bread). Pada umumnya semua produk roti putih dibuat
dari tepung terigu dan roti tersebut mempuntai isi atau remah (crumb)
berwarna putih cerah serta kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sedangkan
roti cokelat, pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan
gelap. Jenis roti cokelat ini lebih kaya rasa dan gizi dibandingkan dengan
produk roti putih.
12
3) Roti Berdasarkan Asal Daerah/Negara Asal
Penggolongan roti berdasarkan asal daerah/negara dibedakan menjadi roti
perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis adalah roti yang
terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak dari adonan asam.
Biasanya roti perancis berbentuk panjang seperti tongkat dan berkerak tebal,
keras, bersifat asam, serta berlubang besar sehingga remahnya kurang. Roti
italia adalah adalah roti yang terbuat dari formula yang tidak mengandung
lemak sama sekali. Roti italia memiliki ciri-ciri berbentuk panjang dan
runcing sehingga mudah dipatahkan, kerak rotinya tebal dank eras, serta
remahnya kering. Roti wina adalah roti yang butiranyya lebih terbuka dan
berlubang-lubang, remahnya kering, dan susunannya kasar. Pada umumnya
roti wina memiliki bentuk runcing dan terdapat gurat-gurat diagonal serta
dihiasi taburan wijen. Sedangkan roti belanda pada umumnya berupa roti sup
(dinner roll), bentuk permukaannya mengerak dan garing tetapi bagian
dalamnya sangat lembut.
4) Roti Berdasarkan Bahan Penyusun
Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti
kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain-lain. Roti kismis adalah
jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa
pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread adalah jenis roti yang terbuat
dari tepung gandum hitam yang pembuatannya ditambahkan asam, seperti
susu asam dan mengalami proses peragian yang cukup lama sekitar 18 24
jam. Egg twist adalah jenis roti yang dibuat dalam dua bentuk, yaitu roti
berputar melingkar atau cara lurus seperti roti biasa. Sementara roti gandum
pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari gandum
yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan.
5) Roti Berdasarkan Cara Pengembangan Adonan
Berdasarkan cara pengembangan adonan, roti dibedakan menjadi roti tanpa
pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau
mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti
tanpa pengasaman adalah roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan
bahan pengembang sehingga tidak terjadi fermentasi sama sekali. Bentuk roti
13
ini berupa lembaran seperti pancake. Roti yang dikembangkan dengan ragi
akan menghasilkan produk yang seragam, rasa dan aroma yang khas, serta
tekstur yang lembut. Pizza merupakan salah satu contoh roti dengan
pengasaman ragi. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat
dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan
pengembang kimia, seperti baking soda. Contoh roti cepat adalah muffin,
coffe cake, waffle, dan pancake.
14
c) Terigu protein sedang
Terigu protein sedang merupakan terigu campuran dari terigu jenis soft
dan hard. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten sedang dan kadar
protein 10 11 persen. Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk
membuat mi, roti, dan keperluan rumah tangga. Contoh terigu jenis ini
yang beredar di pasaran adalah cap Segitiga Biru.
2) Bahan Penunjang
Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah air, garam, yeast atau ragi,
gula, susu, lemak, telur, dan mineral yeast food. Pemilihan bahan penunjang
yang baik akan membantu pembentukan roti yang berkualitas baik. Bahan
penunjang ini berbeda fungsi antara yang satu dengan lainnya.
a) Air
Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya
gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air juga
berperan sebagai pelarut garam, penahan dan penyebar bahan-bahan
bukan tepung secara seragam, dan memungkinkan adanya aktifitas
enzim.
b) Garam
Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih,
pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari
adonan beragi, penambah kekuatan gluten, pengatur warna kulit, dan
pencegah timbulnya bakteri-bakteri dalam adonan.
c) Yeast atau ragi
Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama
pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas.
Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi
gas CO2 nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunak
gluten dengan asam yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.
d) Gula
Gula memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan roti, antara
lain sebagai makanan ragi, member rasa, mengatur fermentasi,
memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi,
15
membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberikan daya
pembasahan pada roti, dan memberikan warna cokelat yang menarik
pada kulit karena proses milliard atau karamelisasi.
e) Susu
Dalam pembuatan roti, penambahan susu pada tepung jenis lunak (soft)
atau berprotein rendah lebih banyak dibandingkan pada tepung jenis
keras atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya berupa susu
padat. Hal ini dikarenakan susu padat menambah penyerapan air dan
memperkuat adonan, susu padat menjadikan remah roti lebih baik dan
halus sehingga mudah dipotong, mempertinggi volume roti,
meningkatkan mutu simpan, mempertahankan keempukan roti pada saat
penyimpanan, serta menambah nilai gizi karena mengandung mineral,
protein, lemak, dan vitamin.
f) Lemak (shourtening)
Lemak berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
mempermudah sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak,
dan dapat menahan air sehingga shelf life roti lebih lama. Selain itu,
lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan
membantu pengembangan susunan fisik roti yang dibakar (baked bread).
g) Telur
Telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk warna, perbaikan asa,
dan penambah nilai gizi.
h) Mineral yeast food
Mineral yeast food digunakan sebagai makanan ragi, pengatur kegiatan
enzim, pengatur kerja gluten, penyesuaian jumlah makanan ragi dengan
jenis tepung yang digunakan, dan pengatur berbagai jenis air yang
tersedia. Bentuknya menyerupai vetsin dan penggunaannya hanya sekitar
0,25 0,50 persen.
17
7) Pengembangan singkat (intermediate proof)
Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat
pada suhu 35 - 36°C dengan kelembapan 80 83 persen selama 6 10 menit.
8) Pembentukan adonan (moulding)
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistirahatkan digiling dengan menggunakan roll pin, kemudian digulung atau
dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan.
9) Peletakkan adonan dalam cetakan (panning)
Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara
bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang
mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya adonan diistirihatkan
dalam cetakan sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran.
10) Pembakaran (baking)
Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kita-kira 205°C. Sebelum
pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 3 menit.
18
persen dari biaya perusahan. Untuk bahan baku telur, penghematan sebesar 86,3
persen didapatkan dengan penggunaan teknik POQ. Pengendalian susu fullcream
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PBB yang lebih hemat 25,8 persen
dari metode perusahaan. Untuk bahan baku ragi dan protea, perusahaan dapat
menghemat sebesar masing-masing 15,3 persen dan 9,8 persen.
Ebenheard (2007) meneliti tentang alokasi optimal distribusi roti Unyil
Venus produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan
yaitu program linier untuk mengatasi masalah pengalokasian sumberdaya yang
terbatas secara optimal dan model transportasi untuk meminimumkan biaya
pengiriman barang dari daerah asal ke daerah tujuan.
Berdasarkan hasil pengolahan bahwa distribusi aktual yang dilakukan oleh
Venus Bakery untuk bulan Maret 2007 belum optimal dalam menghemat biaya
distribusi dan biaya yang dikeluarkan oleh Venus Bakery juga belum optimal.
Selain itu, pengiriman yang terbesar dari Venus Bakery terdapat pada Ruko CFC
dan Tas Tajur yang kemungkinan disebabkan oleh murahnya biaya angkut per roti
unyil dari Venus Bakery.
Nababan (2007) meneliti tentang analisis strategi pemasaran produk home
industry roti (studi kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu,
Bogor). Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks
IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, dan matriks SWOT.
Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE yaitu 2,35 dan
matriks EFE yaitu 2,80 yang menempatkan posisi home industry Marinda berada
pada sel V. Strategi yang dapat diambil adalah hold and maintain berupa strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis CPM bahwa
home industry Marinda memperoleh skor 4,06 dan berada pada urutan kedua
diantara kedua pesaingnya. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tujuh alternatif
strategi yaitu (1) meningkatkan kualitas dan jaringan distribusi, (2) melakukan
promosi produk home industry Marinda, (3) kerjasama distributor yang potensial,
(4) menekan biaya operasional tanpa mengurangi nilai produk, (5) melakukan
kerjasama dengan investor untuk mengatasi permodalan, (6) diversifikasi dengan
produk baru, dan (7) koordinasi internal dalam menghadapi persaingan.
19
Budi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha
susu kedelai bubuk instan pada PD Mas Adam Berdasi, Kecamatan Rumpin,
Bogor. Dalam penelitian tersebut, metode pengolahan dan analisis data yang
digunakan terdiri dari analisis data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi
strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi
perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan
Matriks QSP.
Hasil penelitian menunjukkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar
2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat
ini dalam matriks IE PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold
and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT menghasilkan delapan buah strategi
yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan analisis matriks QSP. Urutan
prioritas strategi yang dilaksanakan meliputi pertama, mencari alternatif modal
kerja untuk membiayai kegiatan promosi dan memperluas jaringan distribusi
pemasaran (TAS = 6,031); kedua, mempertahankan hubungan baik dengan
stakeholder perusahaan (TAS = 5,905); ketiga, melakukan pengembangan atau
diversifikasi produk (TAS = 5,899); keempat, melakukan efisiensi biaya produksi
(TAS = 5,886); kelima, memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk
menjaga image produk (TAS = 5,876); keenam, mempertahankan kualitas susu
kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS
=5,830); ketujuh, optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784); dan
kedelapan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS =
5,706).
Kristiyani (2008) melakukan penelitian mengenai strategi bersaing
Merdeka Bakery, Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam merumuskan
strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, matriks
SWOT, dan matriks QSP.
Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE adalah 2,7901 yang
berarti Merdeka Bakery berada dalam kondisi internal rata-rata. Sedangkan total
skor matriks EFE adalah 2,3491 yang berarti Merdeka Bakery memiliki respon
sedang terhadap peluang dan ancaman eksternal yang terjadi. Hasil analisis
20
matriks CPM menunjukkan bahwa Merdeka Bakery berada di peringkat keempat
di bawah venus, BreadTalk, dan Bogor Permai. Hasil analisis matriks IE
menggambarkan posisi perusahaan berada pada posisi V, yaitu tahap hold and
maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh sembilan alternatif strategi dan
dari hasil AHP diperoleh prioritas strategi bersaing Merdeka Bakery secara
berurut-urut adalah (1) melakukan riset pasar, (2) memperluas wilayah distribusi
produk dan memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3)
meningkatkan mutu produk, (4) meningkatkan kegiatan promosi, (5)
meningkatkan pelayanan kepada konsumen, (6) meningkatkan diferensiasi
produk, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8)
mengkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko, dan (9)
melakukan efisiensi biaya.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian tentang roti telah banyak
dilakukan. Akan tetapi dari keempat penelitian di atas belum pernah melakukan
penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada Bagas Bakery di Kendal.
Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pernah dilakukan tetapi bahan
kajian yang diamati berbeda, yakni dalam penelitian sebelumnya, produk yang
diteliti adalah produk minuman susu kedelai bubuk instan. Oleh karena itu,
dengan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha diharapkan
dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat
perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan
usaha di masa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan
dalam menghadapi persaingan dalam industri bakery yang semakin ketat.
21
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Alat Analisis
Faisal 2005 Analisis Pengendalian Bogor Permai Bakery tidak § Melakukan identifikasi § Metode Material
Rahman Bahan Baku Di Bogor melakukan perhitungan terhadap sistem Requiretment
Syarif Permai Bakery berdasarkan metode pengendalian persediaan Planning (MRP)
Sitompul pengendalian bahan baku bahan baku di Bogor § Teknik Lot for lot
tertentu dalam hal Permai Bakery § Teknik EOQ
penentuan jumlah bahan § Mendapatkan model § Teknik POQ
baku yang dipesan sehingga alternatif pengendalian § Teknik PPB
sering terjadi kelebihan atau persediaan bahan baku
kekurangan pesanan bahan yang lebih efisien bagi
baku yang berdampak pada Bogor Permai Bakery
tingginya biaya persediaan.
Ronald 2007 Alokasi Optimal Adanya pengalokasian § Menganalisis alokasi § Program linier
Ebenheard Distribusi Roti Unyil produk roti venus yang distribusi optimal Roti § Model transportasi
Venus Produksi Venus belum optimal ke masing- Unyil dari Venus Bakery
Bakery Bogor, Jawa masing outlet sehingga ke daerah tujuan atau
Barat menyebabkan meningkatnya outlet
biaya penyimpanan dan § Menganalisis
biaya transportasi. penyimpanan distribusi
actual terhadap distribusi
optimal
§ Menganalisis perbedaan
biaya distribusi riil dengan
biaya distribusi optimum
yang dilakukan venus
Bakery
22
Togar 2007 Analisis Strategi Belum adanya landasan § Mengidentifikasi faktor § Matriks IFE dan
Rusman Pemasaran Produk strategi dalam memasarkan internal dan eksternal EFE
Nababan Home Industry Roti produk Marinda Bakery yang mempengaruhi § Mtriks CPM
(Studi Kasus di Home yang berdampak terhadap strategi pemasaran home § Matriks IE
Industry Marinda, menurunnya omzet industry Marinda Bakery § Matriks SWOT
Kelurahan Gunung penjualan. § Menganalisis posisi
Batu, Bogor) persaingan yang tengah
dihadapi home industry
Marinda Bakery
§ Menyusun dan mencari
solusi dalam penentuan
alternatif strategi
pemasaran yang tepat dan
efektif pada home industry
Marinda Bakery
Agus Satrio 2008 Analisis Strategi Perusahaan menghadapi 3)Mengidentifikasi faktor- 5)Matriks IE
Budi Pengembangan Usaha baik kendala internal seperti faktor lingkungan 6)Matriks SWOT
Susu Kedelai Bubuk kendala suberdaya manusia, eksternal dan internal PD 7)Matriks QSP
Instan (Studi Kasus : keuangan, produksi operasi, Mas Adam Berdasi.
PD Mas Adam Berdasi dan pemasaran maupun 4)Merumuskan alternatif
Kec. Rumpin, Bogor kendala eksternal seperti strategi yang dapat
persaingan yang ketat antar diterapkan pihak PD Mas
perusahaan sejenis dan Adam Berdasi sesuai
peningkatan harga kedelai dengan kondisi
impor sebagai bahan baku lingkungan usaha.
utama dalam pembuatan
susu kedelai bubuk instan.
23
Dian 2008 Analisis Strategi Tingkat persaingan yang § Mengidentifikasi faktor § Matriks IFE dan
Kristiyani Bersaing Merdeka semakin tinggi dalam eksternal dan internal EFE
Bakery, Kota Bogor industri bakery dan hasil yang dihadapi Merdeka § Mtriks CPM
penjualan yang belum Bakery. § Matriks IE
mencapai target penjualan. § Menganalisis posisi § Matriks SWOT
bersaing Merdeka Bakery. § AHP
§ Merumuskan alternatif
strategi yang dapat
dilakukan oleh Merdeka
Bakery untuk menjalankan
usahanya.
24
III KERANGKA PEMIKIRAN
26
pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran
yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya.
Berikut ini merupakan model strategi generik dari Porter, yaitu :
KEUNGGULAN STRATEGIS
Kekhasan yang
Posisi Biaya Rendah Dirasakan Pelanggan
Seluruh Industri
Kepemimpinan
Diferensiasi
Biaya Menyeluruh
TINGKAT STRATEGIS
(Differentiation)
(Cost Leadership)
Hanya Segmen
tertentu
Fokus
Fokus Biaya
Diferensiasi
27
sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan,
terlalu mahal, atau tidak dapat memnuhi kebutuhan perusahaan.
c) Strategi Integrasi Horisontal
Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan
atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan
2) Strategi Intensif
Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif
perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini
dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Strategi Penetrasi Pasar (market penetration)
Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat
ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup
meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan
promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas.
b) Strategi Pengembangan Pasar (market development)
Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area
geografi yang baru.
c) Strategi Pengembangan Produk (product development)
Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan
dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini.
Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar.
3) Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu :
a) Strategi Konsentrik
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau
jasa baru yang masih berhubungan.
b) Strategi Horizontal
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk tau jasa
baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini
adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk
memuaskan pelanggan yang sama.
28
c) Strategi Konglomerat
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau
jasa baru, yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama. Tujuan strategi
ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk
pasar yang berbeda.
4) Strategi Defensif
Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrenchment, divestasi, dan
likuidasi.
a) Strategi Retrenchment
Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang
melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan
laba yang menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi
berputar atau reorganisasi.
b) Strategi Divestasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagaian dari suatu
organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis
atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari
keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis
perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal,
atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.
c) Strategi Likuidasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik
secara tepisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya.
30
31
Melakukan
Audit
Eksternal
Implementasi
Strategi
Isu-Isu
Pemasaran,
Membuat Menetapkan Merumuskan, Implementasi Keuangan, Mengukur dan
Pernyataan Tujuan Jangka Mengevaluasi, Strategi Akuntansi, Mengevaluasi
Visi dan Misi Panjang dan Memilih Isu-Isu Penelitian dan Kinerja
Strategi Manajemen Pengembangan,
Sistem
Informasi
Manajemen
Melakukan
Audit
Internal
31
3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha
Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan
untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya.
Pentingnya keputusan strategi berkaitan dengan sumber daya perusahaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi
yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Menurut Nurdjannah (2006), strategi yang berhasil pada
umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal berdasarkan perencanaan yang
telah dilakukan yaitu :
1) Sasaran sederhana jangka panjang
Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak,
strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan.
Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi pada tanggung
jawab terhadap pemegang saham, para pegawai dan konsumen.
2) Melalui analisis lingkungan persaingan
Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen
dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam
memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian
pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta
kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumber daya manusia
perusahaan.
3) Penilaian sumber daya yang objektif
Kesadaran akan kondisi sumber daya dan kemampuan perusahaan, termasuk
reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk,
kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani
kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan
mengendalikan mutu produk.
4) Penerapan yang efektif
Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika
tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan
pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang
32
mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai
dan mobilisasi sumber daya sebagai pelengkap strategi.
33
merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan
kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi.
Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam
lingkungan internal perusahaan, yaitu :
1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan
pengendalian.
2) Pemasaran
Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat
macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
3) Keuangan/Akuntansi
Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi, adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal
tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,
pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan
penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal (Umar 2008).
4) Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen
produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.
5) Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan
34
karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek
sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai
manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem
imbalan (Umar 2008).
6) Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan
pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk
memperbaiki kualitas produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk
menurunkan biaya.
35
b) Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi
kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di
lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan
dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi
etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat
upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat
melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor
lingkungan (Pearce dan Robinson 1997).
c) Faktor Politik
Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting
bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor
politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi
perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui
keputusan tentang perdagangan yang adil, Undang-Undang antitrust,
program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi
dan penetapan harga, batasan administrative dan tindakan-tindakan
lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,
masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan
dan undang-undang bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut
cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi,
beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan member
manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi
pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat
membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson
1997).
d) Faktor Teknologi
Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk
menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus
mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi
industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka
36
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang
sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran
(Pearce dan Robinson 1997).
2) Lingkungan Industri
Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat
dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar
perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi
pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok,
dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
Pendatang
baru
Ancaman masuknya
Kekuatan tawar- pendatang baru
menawar pemasok
Persaingan di
kalangan anggota
industri
Pemasok Pembeli
Persaingan di antara
perusahaan yang ada Kekuatan tawar-
menawar pembeli
Ancaman produk
atau jasa pengganti
Produk
Pengganti
38
saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh
perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit
memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang
besar untuk membangun saluran sendiri.
vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan
biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang
akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan
yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan
atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah,
dan kurva belajar atau pengalaman.
b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi para peserta industri melalui kemampuan
pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau
jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat
apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak
menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri
bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok,
produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli,
produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya
peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang
meyakinkan untuk melakukan integrasi maju.
c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga
turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik.
Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau
membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari
biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli
standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli
menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri
39
tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki
informasi lengkap.
d) Ancaman Produk Substitusi
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat
jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk
substitusi memiliki harga yang lebih murah tapi dengan kualitas sama
bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
e) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah
competitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya
tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.
3.1.8. Matriks IE
Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh dari
matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks
ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda,
yaitu :
1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)
Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).
40
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)
Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat
dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Tuai atau Divestasi
Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat
dianjurkan adalag strategi divestasi.
43
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin
meningkat yang berimplikasi pada tingkat persaingan
yang semakin ketat
45
teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok
atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang
latar belakang, sifat-sifat, karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status
dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif melalui metode kasus dilakukan
untuk mendeskripsikan gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan
perkembangan perusahaan; visi, misi, dan tujuan perusahaan; struktur perusahaan;
karakteristik produk yang dihasilkan; fasilitas usaha; sumber daya perusahaan
baik sumber daya fisik, sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan,
produksi dan operasi serta pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan
kondisi riil perusahaan. Adapun hasil informasi yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabulasi, gambar, maupun grafik.
46
4.6. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan
analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat
bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor
internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan
matriks QSP (QSPM).
Keterangan :
= bobot variabel ke-i
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan
kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting
relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.
Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan
kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling
besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling
tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
48
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan
utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2),
kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat =
4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4
dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah
berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah dua adalah
berdasarkan industri.
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada
tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal
untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan
akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan IFE 3,0 4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi
atau kuat, kemudian jika 2,0 2,99 berarti kondisi internal
perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0 1,99 berarti kondisi
internal perusahaan rendah atau lemah.
10.
Total 1,00
49
b) Matriks EFE
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang
menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri
dimana perusahaan berada, dan data ekternal relevan lainnya. Seperti
halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan
kerja dalam membuat matriks EFE :
i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian, dilakukan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi eksternal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih
dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk
menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
50
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap
veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
= bobot variabel ke-i
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan
kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting
relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.
Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan
ancaman, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar
dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi.
Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang
atau ancaman, yaitu :
1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-
rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut di atas rata-rata
51
4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut superior
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada
tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal
untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan
akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan EFE 3,0 4,0 berarti perusahaan merespon kuat
terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan,
kemudian jika 2,0 2,99 berarti perusahaan merespon sedang
terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0 1,99 berarti
perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.
10.
Total 1,00
2) Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap
input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan
dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan
menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.
52
a) Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata
tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada
sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal
dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah;
nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0
adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambrkan
posisi eksternal dimana dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga
1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan
nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi
mengenai matriks IE (Gambar 6).
Tinggi I II III
3,0 - 4,0
3,0
Menengah V VI
IV
2,0 2,99
2,0
Rendah
1,0 1,99 VII VII IX
1,0
53
V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan
pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga,
rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel
VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai
untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat,
dan strategi likuidasi.
b) Matriks SWOT
Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT)
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan
empat tipe strategi, yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesess-
opportunities), ST (strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats).
i) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal.
iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal.
Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 7.
Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
i) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan
ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan
iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan
iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan
v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat
strategi SO dalam sel yang ditentukan
vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
strategi WO dalam sel yang ditentukan
54
vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
strategi ST dalam sel yang ditentukan
viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
strategi WT dalam sel yang ditentukan
KEKUATAN KELEMAHAN
(STRENGTHS S) (WEAKNESESS - W)
Biarkan selalu
kosong
3) Tahap Keputusan
Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka
langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut
55
David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan
alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan
Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix QSPM). QSPM
menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari
analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antar alternatif
strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor
keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk
mengembangkan QSPM.
a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini
harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum
sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor
keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM.
b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot
tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.
c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores AS). Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau
eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.
e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores TAS). Total
Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot
(langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-
masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif
dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan
pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat.
Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif
strategi tersebut.
56
f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya
Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan
Total Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling
menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti
strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.
57
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
59
5.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Pada dasarnya, Bagas Bakery belum memiliki pernyataan secara tertulis
mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi secara umum ketiga hal
tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik Bagas Bakery. Visi
merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan kita ingin
menjadi apa di masa depan. Sedangkan misi menyatakan langkah apa yang harus
dilakukan atau dikerjakan. Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang
menyatakan tujuan perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Bagas Bakery, maka
pernyataan mengenai visi dan misi Bagas Bakery tersirat dalam slogan perusahaan
yang terdapat pada kemasan kardus pembungkus produk Bagas Bakery, yaitu
Anda Puas Kami Bangga, Anda Senang Beritahu Teman . Jadi dapat
digambarkan bahwa visi Bagas Bakery adalah menjadi produsen roti yang
memiliki kualitas terbaik sehingga mampu menciptakan loyalitas di hati
pelanggan. Sedangkan misi Bagas Bakery adalah mengutamakan kualitas baik
dari segi rasa, variasi bentuk, variasi ukuran, serta kualitas pelayanan terhadap
pelanggan. Berdasarkan visi dan misi Bagas Bakery tersebut, maka tujuan
perusahaan adalah dapat memperbaiki perekonomian keluarga pada khususnya
dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya.
Usaha roti merupakan salah satu usaha makanan jadi yang mampu menyerap
tenaga kerja cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada Bagas Bakery mencapai 51 orang, dimana hampir 80 persen tenaga
kerjanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Bagas Bakery dan
sisanya, 20 persen berasal dari luar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,
keberadaan Bagas Bakery tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi
pemilik usaha, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar
lokasi produksi.
PEMILIK BAG.
PEMASARAN
BAG. BAG.
KEUANGAN PRODUKSI
62
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6.1.1. Manajemen
Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha Bagas Bakery, terdapat
beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian.
1) Perencanaan
Saat ini usaha roti Bagas Bakery belum memiliki perencanaan tertulis baik
untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari
belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan
secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak
mempengaruhi pemilik Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal
ini terlihat dari keputusan yang diambil oleh pemilik Bagas Bakery pada saat
akan meningkatkan produksi rotinya, dimana memperhatikan permintaan
pasar tehadap produk Bagas Bakery. Biasanya jika jumlah agen dan sales
serta konsumen Bagas Bakery semakin bertambah, maka dilakukan
peningkatan produksi roti. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk Bagas
Bakery semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan
pasar.
63
2) Pengorganisasian
Struktur organisasi Bagas Bakery seperti yang terlihat pada Gambar 9
menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh
pemilik, dimana pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap
pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha dan
sekaligus bertanggung jawab terhadap bidang pemasaran. Untuk bagian
keuangan ditempati oleh istri pemilik Bagas Bakery, dimana pada posisi ini
istri pemilik bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan
mulai dari pembayaran upah karyawan, persediaan bahan baku, kasir, dan
berbagai hal yang terkait dengan arus keluar masuk keuangan perusahaan.
Sedangkan pihak yang diberi wewenang oleh pemilik untuk bertanggung
jawab pada bidang produksi berasal dari luar keluarga, dimana pada posisi ini
bertugas untuk mengawasi jalannya proses pembuatan roti mulai dari
penggilingan, penimbangan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan
pengemasan. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik Bagas
Bakery menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando
dilakukan langsung oleh pemilik usaha kemudian unit-unit di bawahnya
hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.
3) Pemberian Motivasi
Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik Bagas Bakery lebih
bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pemilik
tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja.
Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu
usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan
motifasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri (pemilik bersama istri
pemilik) untuk ikut serta dalam proses produksi. Pemberian motivasi terhadap
karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan
terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman
selama bekerja.
4) Pengelolaan Staf
Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim
kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja
64
adalam kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang
ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam Bagas Bakery, budaya atau iklim
kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu,
komunikasi yang terjalin antara pemilik Bagas Bakery kepada para
karyawannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan
pemilik dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para
karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada pemilik yang terkait dengan
masalah kerja.
5) Pengendalian
Pada umumnya pihak Bagas Bakery melakukan pengendalian hanya terbatas
pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan
pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting
dilakukan karena terkait langsung dengan proses produksi pembuatan roti
sehingga kontinuitas pembuatan roti tetap terjaga. Sama halnya dengan
pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting
dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu roti yang dihasilkan. Oleh
karena itu, untuk menjaga kualitas roti biasanya pihak Bagas Bakery
melakukan sortasi terhadap roti yang dihasilkan. Proses sortasi dilakukan
setelah pengovenan atau roti matang.
6.1.2. Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang
dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga,
distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
masing-masing bauran pemasaran pada Bagas Bakery :
1) Produk
Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk roti manis, yaitu
roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan
diberi bermacam-macam isi. Produk roti yang dijual oleh Bagas Bakery tidak
hanya terdiri dari satu macam saja, namun saat ini Bagas Bakery telah
memproduksi lima macam roti dengan variasi ukuran dan bentuk yang
65
berbeda, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti pisang, dan roti cokelat.
Aneka macam roti yang dihasilkan oleh Bagas Bakery merupakan salah satu
hal yang membedakan Bagas Bakery dengan produsen roti lainnya. Selain
melakukan variasi bentuk dan ukuran, pihak Bagas Bakery juga selalu
mengutamakan kualitas rasa terhadap setiap produk yang dijualnya. Kualitas
rasa ini dapat dilihat dari tekstur roti atau bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan roti Bagas Bakery. Hal inilah yang dilakukan oleh Bagas Bakery
terhadap produk rotinya, dimana kualitas rasa menjadi faktor penting yang
menjadi perhatian Bagas Bakery. Bagas Bakery merupakan nama perusahaan
sekaligus nama merek dari roti yang dihasilkan. Pemberian nama Bagas
Bakery diambil dari nama anak sulungnya, dimana kata bagas berarti sehat,
sehingga jika diimplemantasikan arti kata Bagas Bakery adalah harapan dari
pemilik (Bapak Samsudin) agar usahanya semakin berkembang dan mampu
bersaing dengan produsen roti bahkan produsen makanan jadi lainnya.
Segmentasi pasar untuk produk Bagas Bakery adalah kelas menengah ke
bawah dengan target utamanya adalah anak-anak sekolah atau ibu rumah
tangga.
Kemasan yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk membungkus
roti adalah plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan hampir untuk
sebagian besar produk roti. Sedangkan kemasan kardus hanya digunakan
untuk roti sobek ukuran sedang sampai besar yang biasanya merupakan
pesanan untuk acara-acara pengajian, syukuran atau acara-acara tertentu
lainya. Untuk labelisasi kemasan roti Bagas Bakery sudah cukup baik karena
telah dilengkapi nomor PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal,
komposisi bahan baku, nama merek, dan lokasi produksi Bagas Bakery. Akan
tetapi, terdapat kekurangan pada labelisasi kemasan roti Bagas Bakery, yaitu
tidak adanya pencantuman tanggal kadaluarsa, padahal pencantuman tanggal
kadaluarsa pada produk makanan sangat penting untuk menginformasikan
kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Oleh
karena itu, kemungkinan hal ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen
terhadap produk yang ditawarkan.
66
Bentuk jaminan yang diberikan oleh pihak Bagas Bakery jika seandainya
produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan
maka pihak Bagas Bakery bersedia untuk menggantinya dengan produk lain
sesuai dengan produk yang ditukarkan tersebut. Oleh karena itu, biasanya
pihak Bagas Bakery akan meminta kepada para pelanggannya untuk
mengecek barang yang dipesan tersebut apakah telah sesuai dengan
pesanannya. Upaya ini dilakukan oleh pihak Bagas Bakery guna
meminimalisasi terjadinya pemesanan barang yang tidak sesuai.
2) Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya
menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam
persaingan. Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu
(1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu
mark up baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan
konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah
pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan
sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok;
(3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang
yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada
konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan
setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka
penetapan harga pada produk Bagas Bakery didasarkan atas pendekatan
persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk roti
yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak
Bagas Bakery dengan mengikuti harga roti yang sudah ada di pasaran. Oleh
karena itu, tidak ada perbedaan harga antara pihak Bagas Bakery dengan
produsen roti lainnya. Secara umum penetapan harga jual pada Bagas Bakery
dibagi menjadi dua, yaitu penetapan harga jual untuk tipe pelanggan A dan
harga jual untuk tipe pelanggan B. Tipe pelanggan A adalah para pelanggan
67
Bagas Bakery yang membeli produk bukan untuk dikonsumsi sendiri
melainkan untuk dijual kembali, misalnya agen, sales, dan pengecer.
Sedangkan tipe pelanggan B, adalah para pelanggan Bagas Bakery yang
membeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau melakukan pemesanan untuk
acara-acara tertentu misalnya syukuran, pengajian, dan arisan. Oleh karena
itu, penetapan harga jual pada pelanggan A akan lebih murah daripada
pelanggan B. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai penetapan
harga jual pada produk Bagas Bakery (Tabel 11).
Konsumen
69
Gambar 9 menunjukkan saluran distribusi roti pada Bagas Bakery terdiri dari
empat pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah Bagas Bakery
menyalurkan produknya kepada agen kemudian disalurkan ke sales,
kemudian dari sales disalurkan kepada pengecer dan dari pengecer
selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Pada umumnya, para agen ini
berada di luar Kabupaten Kendal, seperti Mijen, Semarang, dan Demak.
Untuk pendistribusian produk dari Bagas Bakery ke lokasi para agen,
biasanya pihak Bagas Bakery sendiri yang mengantarkan sampai ke lokasi
tujuan dan hal ini tidak dipungut biaya transportasi, karena jika jumlah
pembelian roti lebih dari 3.000 bungkus maka pihak Bagas Bakery akan
memberikan fasilitas jasa pengiriman secara gratis. Pola saluran yang kedua
adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada sales, kemudian dari
sales disalurkan kepada pengecer, dan dari pengecer selanjutnya disalurkan
kepada konsumen. Pada umumnya, para sales ini berlokasi di sekitar
Kabupaten Kendal dan untuk pengambilan produk dilakukan dengan
mendatangi langsung lokasi produksi Bagas Bakery. Biasanya jumlah roti
yang diambil oleh para sales sekitar 200 sampai 500 bungkus. Pola saluran
yang ketiga, adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada pengecer
tanpa melalui agen atau sales dan dari pengecer selanjutnya disalurkan
kepada konsumen. Para pengecer yang dimaksud adalah kios atau toko yang
berada di sekitar lokasi produksi Bagas Bakery sehingga untuk pengambilan
produk dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi produksi Bagas
Bakery. Pola saluran yang keempat adalah Bagas Bakery melakukan
penjualan langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung
datang ke lokasi produksi Bagas Bakery. Untuk pola saluran yang keempat
ini, selain melakukan penjualan langsung, Bagas Bakery juga menerima
pesanan untuk acara pengajian, syukuran, arisan, atau acara pernikahan. Jenis
roti yang sering dipesan oleh konsumen adalah roti sobek kombinasi enam
rasa ukuran sedang sampai besar atau roti bolu ukuran besar (30 cm). Sistem
pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery adalah pembayaran secara
tunai dan biasanya pembayaran dilakukan pada saat pengambilan produk.
Kondisi ini berlaku untuk semua pelanggan Bagas Bakery, baik untuk agen,
70
sales, pengecer, maupun konsumen akhir. Hal inilah yang menjadi salah satu
kekuatan bagi Bagas Bakery karena adanya perputaran keuangan yang cepat.
Biasanya jika produk yang dijual terdapat sisa atau tidak laku maka dapat
ditukarkan dengan produk baru yang sejenis pada saat pengambilan produk
Bagas Bakery selanjutnya. Namun kondisi ini jarang terjadi, karena pada
umumnya produk Bagas Bakery sering habis terjual dan meskipun terdapat
roti yang dikembalikan, biasanya telah ada pihak yang bersedia untuk
menampung roti sisa tersebut. Pihak ini adalah para peternak bebek atau
bandeng dan untuk memperoleh roti sisa tersebut, peternak tersebut dapat
membelinya dengan harga Rp 1.000/kg.
4) Promosi
Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga
produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk
ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan
promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah melakukan
penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal
dilakukan melalui penerimaan pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian,
syukuran, atau acara pernikahan. Sedangkan untuk promosi penjualan,
dilakukan dengan memberikan gratis satu bungkus roti jika melakukan
pembelian roti sebanyak 100 bungkus. Akan tetapi, salah satu hal terpenting
yang dilakukan oleh pihak Bagas Bakery untuk membina loyalitas pelanggan,
yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan kualitas
rasa dengan harga yang terjangkau.
73
melakukan pemesanan melalui telepon dua hari sebelum pembelian barang,
sehingga pihak distributor dapat menyiapkan terlebih dahulu.
Untuk menunjang proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini pihak
Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern yang tidak dikerjakan
secara manual, misalnya mixer listrik dan mesin penggiling. Selain itu, peralatan
yang digunakan dalam proses pembuatan roti adalah alat pengepres, timbangan,
loyang, oven, pisau, gunting, dan baki. Untuk menjaga loyalitas pelanggaannya,
pihak Bagas Bakery sangat mengutamakan kualitas rasa dan melakukan sortasi
terhadap roti yang diproduksinya sehingga pelanggan benar-benar memperoleh
produk yang berkualitas. Berikut ini akan diperlihatkan proses produksi
pembuatan roti pada Bagas Bakery, yaitu :
1) Penimbangan Bahan Baku
Siapkan bahan baku yang akan digiling, seperti tepung terigu, telur, gula,
mentega, susu, ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing
bahan baku tersebut sebelum diproses akan dilakukan penimbangan terlebih
dahulu.
2) Penggilingan
Proses penggilingan tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan
mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg. Pada proses ini akan memerlukan
waktu sekitar 30 menit.
3) Penimbangan adonan
Adonan yang telah kalis dan tidak lengket di tangan menunjukkan bahwa
adonan roti ini siap untuk diproses selanjutnya, yaitu proses penimbangan.
Pada proses penimbangan, besarnya ukuran adonan yang ditimbang harus
disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.
4) Pengepresan Adonan
Proses pengepresan bertujuan untuk menyeragamkan berat adonan roti
sebelum proses pencetakan. Adapun hasil pengepresan adonan juga akan
berbeda karena disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.
5) Pencetakan Adonan
Adonan yang telah dipres kemudian dicetak sesuai dengan jenis roti yang
diinginkan.
74
6) Pengovenan
Setelah adonan selesai dicetak kemudian diletakkan pada loyang dan siap
untuk dioven. Lamanya proses pengovenan tergantung dengan jenis roti yang
dibuat. Biasanya semakin besar ukuran roti maka proses pengovenan juga
akan semakin lama.
7) Pengemasan
Setelah roti selesai dioven kemudian dipindahkan ke rak roti untuk menunggu
roti tersebut dingin. Selanjutnya dilakukan proses pengemasan dengan
menggunakan plastik. Untuk roti tertentu, seperti roti sobek kombinasi enam
rasa ukuran sedang sampai besar, selain menggunakan plastik pada
pengemasannya juga menggunakan kardus dan kantong pembungkus
berbahan baku kertas.
76
lakukan. Berikut ini akan diperlihatkan besarnya kompensasi yang diberikan
untuk masing-masing unit produksi pada Bagas Bakery (Tabel 12).
78
a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota
melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji.
Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap
orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan
siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan
pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memperhatikan
aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji
harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan
nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk
kelompok produk pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga
diberi kode registrasi PIRT, untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode
registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML.
sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri Rumah Tangga). Bentuk
sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha
untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud
kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan
konsumen.
b) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 07/PMK.011/2009 tentang
Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif bea masuk atas impor
tepung terigu sebesar 5 persen merupakan bentuk perlindungan
pemerintah terhadap industri dalam negeri agar industri dapat
berkembang. Penetapan peraturan ini terkait dengan penurunan harga
gandum dunia. Oleh karena itu, dengan adanya kenaikan bea masuk
tepung terigu tersebut akan memberikan dampak positif terhadap industri
di dalam negeri karena akan menggairahkan investasi terigu di Indonesia.
79
c) Peraturan Menteri Keuangan No.02/PMK.011/2009 mengenai pencabutan
subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP)
atas Tepung Terigu
Kebijakan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2009. Pemerintah
menghapus subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas gandum dan
tepung terigu sebesar 10 persen karena harga gandum dan tepung terigu
di dalam negeri telah terjangkau dan stabil. Seharusnya dengan adanya
pencabutan subsidi PPN-DTP atas tepung terigu maka diperkirakan akan
meningkatkan harga tepung terigu di pasar domestik. Namun
kenyataannya terjadi sebaliknya, dimana harga tepung terigu cenderung
turun. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga
gandum di pasaran dunia dan adanya penurunan komponen-komponen
biaya lain seperti TDL dan bahan bakar. Oleh karena itu, dengan adanya
kecenderungan penurunan harga tepung terigu di pasar domestik maka
akan memberikan dampak positif terhadap para pelaku usaha yang
menggunakan tepung terigu sebagai bahan bakunya.
d) Peraturan Menteri ESDM No.16 Tahun 2008 tentang penurunan BBM
Sejak tanggal 15 Januari 2009, harga BBM kembali mengalami
penurunan menjadi Rp 4.500/liter untuk premium dan minyak solar,
serta Rp 2.500/liter untuk minyak tanah. Dengan adanya penurunan BBM
maka dapat memberikan dorongan bagi pelaku usaha yang menggunakan
BBM sebagai salah satu faktor pendukung kelancaran produksinya untuk
semakin berkembang.
e) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
i) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi
kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga
daerahnya sendiri, termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini
karena dengan adanya otonomi daerah maka peluang untuk
mengembangan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh
80
karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (KUKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim
usaha yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya
memuat pasal-pasal tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
maka Dinas KUKM memiliki tanggung jawab terhadap penumbuhan
iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah terhadap sumber pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
maka Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan
kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk
memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan,
dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit.
ii) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota
Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan
Perusahaan Penjamin
Sesuai dengan kebijakan tersebut, maka pemerintah telah
meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas
penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit
Indonesia (PT. Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha.
Adapun Bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri, dan
Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas
pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama
yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan.
Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi
peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal
dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan
usahanya.
81
2) Ekonomi
Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung
terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah
tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan
pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung
kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula
mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi,
jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat
terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu
usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun
beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara
lain :
a) Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Kendal secara agregat menunjukkan
adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebesar 4,28 persen lebih tinggi jika
dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 yang sebesar 3,66
persen. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun
maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana
dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini
merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun
2004 sampai tahun 2007 (Tabel 13):
82
Tabel 13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2003 - 2007
Tahun Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal
(persen)
2004 2,61
2005 2,63
*
2006 3,66
**
2007 4,28
Tabel 14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 - 2007
Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan
(Milyar Rp)
2004 4.167,63
2005 4.277,35
*
2006 4.433,80
**
2007 4.623,58
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006* 2007**
Pertanian 1.316,71 1.418,74 1.720,43 1.924,91
54,93 63,58 76,44 85,68
Pertambangan dan Penggalian
2.066,00 2.278,84 2.459,05 2.727,99
Industri Pengolahan
75,79 89,84 107,19 131,82
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan 211,02 225,55 271,35 279,29
Perdagangan, Hotel, dan
973,60 1.072,31 1.191,50 1.332,12
Restoran
149,80 174,68 225,35 251,38
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 148,85 167,95 194,07 218,79
Perusahaan
Jasa-Jasa 509,04 570,66 668,34 736,61
Total PDRB 5.505,72 6.062,14 6.913,71 7.688,58
85
c) Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah
tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan
konsumsi non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan,
pajak, asuransi, dan lain-lain). Persentase pengeluaran makanan dan non
makanan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat
kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari distribusi pengeluaran
menurut kelompok pendapatan. Berikut ini merupakan data tentang
pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal per kapita sebulan
(Tabel 17) :
86
Tabel 18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten
Kendal pada Tahun 2007
Jenis Makanan Persentase Pola Konsumsi Makanan
(Persen)
Padi-padian 20,96
Umbi-umbian 0,61
Ikan/ Udang/ Cumi/ Kerang 3,96
Daging 2,90
Telur dan Susu 5,99
Sayur-sayuran 6,58
Kacang-kacangan 4,96
Buah-buahan 3,19
Minyak dan Lemak 3,61
Bahan Minuman 4,09
Bumbu-bumbu 2,68
Konsumsi Lainnya 2,93
Makanan dan Minuman Jadi 27,54
Tembakau dan Sirih 10,02
87
waktu yang berbeda. Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen
Kabupaten Kendal, maka pada tahun 2007 kembali terjadi inflasi. Berikut
ini merupakan data tentang perkembangan laju inflasi selama periode
2004-2007 dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Tabel 19):
88
Tabel 20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok
Pengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007
(Persen)
Tahun
Kelompok Pengeluaran
2006 2007
I. Makanan 12,90 8,18
II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 7,52 18,53
III. Perumahan 2,81 3,66
IV. Sandang 3,09 11,71
V. Kesehatan 5,69 5,30
VI. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 11,66 0,95
VII.Transportasi dan Komunikasi 1,58 0,67
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)
90
ii) Harga Gula
Selain tepung terigu, bahan baku lain yang juga digunakan dalam
jumlah cukup besar untuk pembuatan roti adalah gula. Berbeda
dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka harga gula
terjadi sebaliknya dimana harga gula justru menunjukkan tren
kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula di dalam
negeri (Gambar 11) :
92
Tabel 21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009
Harga BBM (Rp/liter)
Terhitung Mulai
No. Minyak Minyak
Tanggal Premium
Tanah Solar
1 24/05/2008 6.000 2.500 5.500
2 01/06/2008 6.000 2.500 5.500
3 15/06/2008 6.000 2.500 5.500
4 01/08/2008 6.000 2.500 5.500
5 15/08/2008 6.000 2.500 5.500
6 01/09/2008 6.000 2.500 5.500
7 15/09/2008 6.000 2.500 5.500
8 01/10/2008 6.000 2.500 5.500
9 15/10/2008 6.000 2.500 5.500
10 01/11/2008 6.000 2.500 5.500
11 15/11/2008 6.000 2.500 5.500
12 01/12/2008 5.500 2.500 5.500
13 15/12/2008 5.000 2.500 4.800
14 01/01/2009 5.000 2.500 4.800
15 15/01/2009 4.500 2.500 4.500
16 01/02/2009 4.500 2.500 4.500
17 15/02/2009 4.500 2.500 4.500
Sumber : PT. Pertamina (2009)
93
Tabel 22. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)
Harga Gas Elpiji
Tahun
3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg
2005 - 25.500 51.000 212.500
2006 - 25.500 51.000 212.500
2007 12.750 25.500 51.000 312.950
Jan-08 12.750 25.500 51.000 396.600
Apr-08 12.750 25.500 51.000 340.150
Jul-08 12.750 31.500 63.000 343.900
Agust-08 12.750 - 69.000 362.750
Sumber : PT. Pertamina (2009)
94
modal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Dinas KUKM
Kabupaten Kendal telah memberikan bantuan pinjaman permodalan
dengan bunga rendah yaitu 6 persen per tahun sebesar Rp 200 juta pada
tahun 2008, dan rencananya pada tahun 2009 Dinas KUKM Kabupaten
Kendal telah mempersiapkan bantuan pinjaman permodalan sebesar Rp
250 juta. Selain Dinas KUKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
juga berperan dalam membantu akses permodalan, misalnya Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal berperan sebagai
pendamping dalam pengajuan kredit ke PT Phapros untuk mendapatkan
pinjaman modal dengan bunga rendah. Dengan adanya skim kredit yang
ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga perbankan, maupun lembaga
bukan perbankan maka dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk
meningkatkan modal kerja.
g) Tarif Dasar Listrik
Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh
pemerintah untuk para pelanggan PLN. Penurunan TDL penting
dilakukan sebagai stimulus fiskal bagi sektor riil di tengah dampak krisis
ekonomi global. Oleh karena itu, bersamaan dengan kebijakan
pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009,
pemerintah juga menetapkan penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL)
sebesar 8 persen. Akan tetapi penurunan TDL ini hanya berlaku bagi
pelanggan industri I-3 dengan daya tersambung 14-200 kVA dan industri
I-4 dengan daya tersambung 201 kVA. Penurunan itu juga hanya
pengurangan disinsentif bagi pelanggan industri yang menggunakan
listrik melebihi daya tertentu saat beban puncak. Dengan kata lain,
penurunan TDL belum berdampak terhadap pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku
usaha yang menggunakan listrik dalam proses produksinya.
3) Sosial
Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar
bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah
penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
95
penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar
ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk
memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama
periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 23.
96
Tabel 24 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal
setiap tahunnya selama periode 2001-2007 sebesar 0,99 persen. Jumlah
penduduk Kabupaten Kendal yang semakin meningkat merupakan pangsa
pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan
produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Roti
merupakan salah satu produk makanan jadi yang cukup diminati. Hal ini
terlihat dari penjualan produk Bagas Bakery dimana terjadi kelebihan
permintaan terhadap produk roti yang dijualnya.
4) Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-
kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya
mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.
a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi
Dalam industri roti, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat
dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama
proses pembuatan roti, misalnya penggunaan mixer listrik dimana dalam
proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses pengadukan
adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu, juga terdapat
mesin penggiling, dimana fungsinya hampir sama dengan mixer yaitu
untuk menggiling adonan roti tetapi kapasitas alatnya lebih besar
daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg
dalam satu kali proses penggilingan adonan. Selanjutnya juga terdapat
alat pengepres yang berfungsi untuk membentuk adonan roti sehingga
memiliki bobot dan ukuran yang seragam. Dengan pemanfaatan
teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan
mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada
jika dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam
pembuatan roti, saat ini Bagas Bakery telah memiliki mesin/peralatan
tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas.
97
b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran
Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja
melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya
perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi.
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi,
seperti telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara
pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha
dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan
perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman
akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga
akan memperlancar proses pemasaran produk. Untuk mendukung
pemasaran produk, pihak Bagas Bakery telah melengkapi rumah
produksinya dengan fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan
pengangkutan bahan baku dari pemasok atau digunakan untuk
pendistribusian produk ke pengecer atau pelanggan.
99
usaha yang kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas
produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan roti
yang telah ada.
b) Diferensiasi Produk
Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan roti hampir
sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan roti dapat
dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau
ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti pencantuman
merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan
(No. PIRT).
c) Kebutuhan Modal
Meskipun untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala
usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan
untuk membuka usaha roti cukup besar. Hal ini karena modal tersebut
digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan roti, seperti oven,
mixer, dan loyang dimana harga masing-masing peralatan tersebut cukup
mahal.
d) Biaya Beralih Pemasok
Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh
pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha roti yang telah ada untuk
pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku
usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga
pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha roti
yang telah ada agar beralih dari pemasok lama.
e) Akses ke Saluran Distribusi
Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya
telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya
sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran
yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun
saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak
terjadi pada industri roti. Hal ini karena para pendatang baru pun masih
berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh
100
perusahaan roti yang telah ada, asalkan mampu memproduksi roti dengan
mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif
lebih murah.
f) Biaya tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Para produsen roti yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan
biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru
yang akan masuk ke dalam industri roti, misalnya dalam hal pengalaman,
teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang
menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih
berpotensi untuk masuk ke dalam industri roti karena bahan baku
maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan roti cukup banyak
tersedia.
3) Ancaman Produk Substitusi
Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki
fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan
produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat
menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut
mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama
dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga
jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam
menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri roti (bakery), produk
yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal,
wafer, brownies, mi instan dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk
substitusi roti dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat
memberikan ancaman bagi Bagas Bakery sebagai salah satu produsen roti.
Meskipun keberadaan produk substitusi roti ini tinggi, tetapi keputusan
pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang
memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan
seleranya. Pada kenyataannya, produk Bagas Bakery tetap mampu bersaing
dengan dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan
konsumen terhadap produk Bagas Bakery yang semakin meningkat.
101
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi
hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk
mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi Bagas Bakery, keberadaan
pemasok bahan baku seperti tepung terigu, telur, dan gula memiliki peranan
yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena
itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Bagas Bakery
tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Bagas Bakery telah
memiliki beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pada
umumnya para pemasok tersebut berada di sekitar Kabupaten Kendal
sehingga pihak Bagas Bakery tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi
pada saat berganti pemasok jika seandainya salah satu pemasok tidak mampu
mencukupi kebutuhan bahan baku pada Bagas Bakery atau jika bahan baku
yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas,
maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan di atas, kekuatan tawar-
menawar pemasok terhadap Bagas Bakery dapat dikatakan tidak terlalu kuat,
karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke
pemasok lainnya.
5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika
konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam
jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan
pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen Bagas
Bakery dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat
dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. Hal ini karena
pada umumnya pembeli Bagas Bakery sebagian besar berasal dari agen atau
sales dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar di setiap
transaksinya, meskipun pihak Bagas Bakery juga tetap melayani pembelian
oleh pengecer atau konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi.
Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam
sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga
102
yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah
perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten Kendal, dimana masing-masing
perusahaan roti menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin
banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk.
Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil
karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan roti
ke perusahaan roti yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang
lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko
dan harga jual dari masing-masing perusahaan roti. Meskipun sampai saat ini,
Bagas Bakery mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi
Bagas Bakery harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana
pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk
roti. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif
Bagas Bakery dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu
menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk
Bagas Bakery.
103
BAB VII FORMULASI STRATEGI
104
5) Produk Telah Memiliki Izin dari Dinas Kesehatan
Saat ini produk Bagas Bakery telah dilengkapi nomor PIRT dengan nomor
registrasi, yaitu PIRT No. 206332401216. Upaya Bagas Bakery untuk
melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan adalah bentuk perlindungan
konsumen, karena produk yang telah memiliki nomor PIRT berarti produk
tersebut secara legal aman untuk dikonsumsi.
6) Akses Perusahaan terhadap Bahan Baku Terjamin
Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan
suatu proses produksi. Pada umumnya bahan baku dalam pembuatan roti
cukup mudah diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Kabupaten Kendal.
Oleh karena itu, sampai saat ini akses Bagas Bakery terhadap bahan baku
terjamin sehingga proses pembuatan roti dapat berjalan lancar.
7) Perusahaan memiliki Saluran Distribusi yang Efisien
Saluran distribusi yang efisien dapat menunjang sebuah perusahaan dalam
proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum, proses
pendistribusian produk Bagas Bakery melalui empat saluran distribusi.
Dengan adanya saluran distribusi yang efisien, saat ini produk Bagas Bakery
tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Kendal saja, akan tetapi telah
mencapai beberapa daerah di sekitar Kabupaten Semarang dan Demak.
8) Hubungan yang Terjalin Baik antara Pemilik dan Pelanggan
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan merupakan salah
satu upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan guna menumbuhkan
loyalitas pelanggan. Secara umum, pihak Bagas Bakery selalu berupaya
membangun hubungan baik dengan pelanggannya, dengan cara memberikan
pelayanan secara optimal pada saat proses transaksi berlangsung maupun
memberikan produk yang berkualitas untuk kepuasan konsumen.
9) Sistem Pembayaran secara Tunai
Secara umum, sistem pembayaran yang terjadi pada Bagas Bakery dilakukan
secara tunai. Dengan adanya pembayaran tunai ini maka dapat memberikan
beberapa keuntungan kepada pihak Bagas Bakery, misalnya proses
perputaran modal yang lancar sehingga dapat menunjang biaya produksi
selanjutnya dan proses produksi Bagas Bakery tidak terhambat.
105
10) Penggunaan Peralatan Modern dalam Proses Produksi
Penggunaan peralatan modern sangat membantu Bagas Bakery selama proses
produksi pembuatan roti. Hal ini karena dengan adanya peralatan modern
tersebut dapat menghasilkan adonan roti yang baik dan produk yang
dihasilkan memiliki mutu yang seragam, baik dari bentuk maupun ukuran
roti. Adapun peralatan modern yang digunakan Bagas Bakery untuk
mendukung proses produksinya, adalah mesin penggiling, mixer, dan alat
pengepres.
Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi
Bagas Bakery adalah sebagai berikut :
1) Labelisasi Kemasan Belum Lengkap
Meskipun Bagas Bakery telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan berupa
nomor PIRT, akan tetapi pada kemasan produk tidak dilengkapi keterangan
mengenai tanggal kadaluarsa produk. Padahal pencantuman tanggal
kadaluarsa produk pada sebuah kemasan penting untuk memberikan
informasi kepada konsumen tentang jangka waktu sebuah produk aman
dikonsumsi.
2) Keterbatasan Modal Sendiri
Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh
suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga
terjadi pada Bagas Bakery dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak
Bagas Bakery untuk memperluas tempat produksi maupun penambahan
peralatan modern untuk mendukung proses produksinya. Oleh karena itu, hal
ini mempengaruhi Bagas Bakery untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
3) Tempat Produksi (Bangunan) Kurang Luas
Dengan kapasitas produksi saat ini, maka tempat produksi yang dimiliki
Bagas Bakery dapat dikatakan kurang cukup luas sehingga ruang gerak
menjadi terbatas. Padahal hampir semua aktivitas usaha Bagas Bakery
terpusat di tempat tersebut, yaitu mulai dari aktivitas penyimpanan bahan
baku, produksi pembuatan roti, pengemasan, sampai dengan transaksi jual
beli.
106
4) Keterbatasan Jumlah Peralatan Modern yang Dimiliki Perusahaan
Meskipun saat ini Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern,
akan tetapi jumlah peralatan yang dimiliki tersebut dirasakan kurang. Oleh
karena itu, kondisi ini menghambat Bagas Bakery untuk meningkatkan
kapasitas produksinya.
5) Sistem Pembukuan atau Pengelolaan Keuangan Kurang Rapi
Pengelolaan keuangan yang dilakukan Bagas Bakery tergolong sederhana
bahkan cenderung kurang rapi. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat
dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber
dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha
bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut terpakai untuk kebutuhan
rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari pihak Bagas
Bakery mengenai pentingnya melakukan pembukuan untuk menganalisis
usaha.
6) Kurangnya Keterampilan dalam Pengelolaan Manajemen Perusahaan
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilan cukup berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usaha Bagas Bakery, khususnya dalam hal
pembukuan keuangan dan catatan usaha. Padahal kemampuan sebuah
perusahaan dalam mengelola keuangan sangat penting karena hal ini terkait
dengan pengalokasian modal untuk aktifitas usaha, yaitu mulai dari
ketersediaan bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembelian peralatan,
dan lain-lain.
7) Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada
Saat ini Bagas Bakery tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan
(litbang). Padahal bidang litbang memiliki peran yang cukup besar terkait
dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan
keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya
bidang litbang dalam sebuah usaha yang berskala kecil dan menengah.
108
Bakery dapat menjadi alternatif masyarakat guna memenuhi kebutuhan
pangan yang semakin beragam. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi
peluang bagi Bagas Bakery untuk memperluas pangsa pasarnya.
5) Kecenderungan Harga Tepung Terigu dan Telur Semakin Turun
Tepung terigu dan telur merupakan dua komponen utama dalam pembuatan
roti. Dengan adanya kecenderungan harga tepung terigu dan telur yang
semakin turun maka kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi
Bagas Bakery. Hal ini karena biaya produksi akan semakin turun sehingga
mampu memperbesar keuntungan yang diperoleh Bagas Bakery.
6) Kecenderungan Harga BBM Semakin Turun
Kecenderungan harga BBM yang semakin turun merupakan peluang bagi
Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena penurunan
harga BBM dapat menyebabkan biaya produksi juga semakin turun.
7) Kebutuhan Pangan yang Semakin Meningkat Seiring dengan Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat berimplikasi terhadap
peningkatan kebutuhan pangan. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi
Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena jumlah
penduduk yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial
untuk memasarkan produknya.
8) Perkembangan Teknologi yang Cepat
Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar
bagi Bagas Bakery. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini dapat
mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran.
9) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Terhadap Perusahaan Tergolong Kecil
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Bagas Bakery tergolong kecil,
hal ini karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu
pemasok ke pemasok lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan roti.
Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi
Bagas Bakery, antara lain :
109
1) Tingkat Inflasi yang Fluktuatif
Tingkat inflasi yang fluktuatif dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu
usaha. Hal ini karena inflasi yang tinggi menunjukkan adanya kenaikan harga
rata-rata barang atau jasa di tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga
terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau
jasa. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan suatu usaha, termasuk
juga usaha Bagas Bakery.
2) Kecenderungan Harga Gula dan Gas Elpiji Semakin Meningkat
Harga gula dan gas elpiji yang cenderung meningkat dapat menjadi ancaman
bagi Bagas Bakery, khususnya pada aspek produksinya. Hal ini karena gula
merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses pembuatan
roti dan gas elpiji digunakan oleh pihak Bagas Bakery sebagai bahan bakar
pada saat proses pengovenan. Oleh karena itu, peningkatan harga gula dan
gas elpiji dapat menyebabkan biaya produksi juga naik.
3) Tarif Dasar Listrik untuk Skala UMKM belum Turun
Saat ini pemerintah belum menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk skala
UMKM, meskipun telah terjadi penurunan harga BBM. Penurunan TDL
hanya berlaku bagi pelanggan industri yang menggunakan listrik melebihi
daya tertentu saat beban puncak. Padahal banyak pelaku usaha yang berskala
kecil dan menengah yang mengunakan listrik dalam proses produksinya. Oleh
karena itu, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.
4) Jumlah Produsen Roti di Kabupaten Kendal Semakin Meningkat
Jumlah produsen roti yang semakin meningkat juga berimplikasi terhadap
tingkat persaingan yang semakin tinggi. Selain itu, skala usaha yang
dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga,
kecil, sampai menengah. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produsen roti di
Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.
5) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Roti Kecil
Hambatan masuk ke dalam industri roti yang kecil menyebabkan setiap orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha roti. Kondisi ini
tentunya dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang telah ada termasuk
110
Bagas Bakery karena adanya perebutan pangsa pasar atau sumber daya
produksi.
6) Perkembangan Mi Instan, Biskuit, atau Jenis Makanan Jadi Lain yang
Tergolong Produk Substitusi Roti
Produk substitusi roti yang semakin beragam baik dari segi harga maupun
mutu produk, misalnya mi instan, biskuit, brownies, sereal, atau wafer
merupakan salah satu ancaman bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten
Kendal.
7) Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan Diantara Perusahaan
Roti yang Ada
Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan dalam
membeli produk roti sesuai dengan seleranya. Hal ini disebabkan oleh
semakin meningkatnya jumlah perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten
Kendal, dimana masing-masing perusahaan roti menawarkan produk yang
semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu
produk dan harga jual produk. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi
ancaman bagi Bagas Bakery.
112
Tabel 25 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahan utama bagi Bagas Bakery. Kekuatan utama bagi Bagas Bakery
adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan
kelemahan utama bagi Bagas Bakery adalah variabel kelemahan dengan nilai
bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi Bagas Bakery adalah
hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan dengan bobot skor rata-
rata sebesar 0,248. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel
tersebut karena pihak Bagas Bakery selalu berupaya dalam membangun loyalitas
pelanggan sehingga para pelanggan merasa puas dengan produk Bagas Bakery
dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Kelemahan utama bagi Bagas
Bakery adalah kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,075. Kondisi ini memiliki implikasi
terhadap pengelolaan manajemen perusahaan yang belum terorganisir secara baik
misalnya masalah administrasi dan pembukuan keuangan Bagas Bakery. Akan
tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar
2,752 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di atas rata-
rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa
usaha roti Bagas Bakery memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu
menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.
114
Tabel 26 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi
peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Peluang utama bagi Bagas Bakery
adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu kecenderungan
harga BBM yang semakin turun dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,269.
Sedangkan ancaman utama bagi Bagas Bakery adalah variabel yang memiliki
bobot skor rata-rata terkecil, yaitu perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis
makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti dengan bobot skor rata-
rata sebesar 0,116. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE
sebesar 2,959 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di
atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
4, 3, 2, 1,0
2,752
Tinggi I II III
3,0 - 4,0
3,0
2,959
EFE
Menengah V VI
IV
2,0 2,99 Pertahankan
dan pelihara
2,0
Rendah VI IX
VI
1,0 1,99
1,0
115
Gambar 13 menunjukkan bahwa posisi Bagas Bakery berada pada kuadran
V yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang sedang.
Perusahaan seperti ini paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi hold and
maintance (pertahankan dan pelihara). Strategi yang biasa digunakan oleh
perusahaan yang terletak pada kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih
besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran
yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan
dengan memperbaiki pproduk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan
yang baru.
117
produknya sehingga loyalitas konsumen terhadap produk Bagas Bakery
semakin meningkat.
b) Memanfaatkan Skim Kredit yang Ditawarkan oleh Pemerintah untuk
Meningkatkan Kapasitas Produksi sehingga Mampu Mengatasi
Kelebihan Permintaan terhadap Produk Bagas Bakery Saat Ini
Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar bagi Bagas
Bakery, karena dengan modal yang terbatas tersebut, pihak Bagas Bakery
belum mampu untuk memperluas tempat produksinya saat ini. Kondisi
ini juga menghambat pihak Bagas Bakery untuk menambah jumlah
peralatan modern yang digunakan selama proses produksi karena di
tempat produksi tersebut sudah tidak ada ruang lagi yang dapat
digunakan untuk meletakkan peralatan. Padahal untuk memenuhi seluruh
permintaan konsumen maka pihak Bagas Bakery harus meningkatkan
kapasitas produksinya. Oleh karena itu, pihak Bagas Bakery dapat
memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan modal kerjanya.
3) Strategi S-T
a) Meningkatkan Mutu Produk dan Pelayanan
Seiring dengan persaingan dalam industri roti yang semakin meningkat
maka pihak Bagas Bakery harus mampu mempertahankan pasar
konsumen yang sudah ada. Dalam kondisi seperti ini, pihak Bagas
Bakery harus mampu menjaga bahkan meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan, misalnya melanjutkan pengawasan mutu produk dalam hal
pemilihan bahan baku utama seperti tepung terigu, sortasi produk, tekstur
roti, penampilan fisik roti, nilai gizi yang dikandung oleh roti, rasa, dan
aroma roti. Selain peningkatan mutu produk, pelayanan kepada
pelanggan juga harus ditingkatkan, sehingga loyalitas pelanggan terhadap
produk Bagas Bakery semakin meningkat.
b) Mengembangkan Produk Baru pada Pasar Konsumen yang Sudah Ada
Dengan adanya pengembangan produk baru, baik dari segi variasi rasa,
jenis, ukuran, maupun bentuk roti berarti jenis roti yang ditawarkan
kepada konsumen semakin beragam sehingga konsumen memiliki
118
banyak pilihan dalam menentukan jenis roti yang sesuai seleranya. Oleh
karena itu, dengan adanya variasi produk Bagas Bakery yang semakin
beragam maka diharapkan respon konsumen terhadap produk Bagas
Bakery semakin tinggi, serta dapat menjadi alternatif strategi bagi Bagas
Bakery dalam menghadapi persaingan dalam industri roti yang semakin
ketat.
4) Strategi W-T
a) Melakukan Pengaturan dalam Pengalokasian Keuangan Perusahaan
Bagas Bakery harus mampu melakukan pengaturan dalam
mengalokasikan keuangan usahanya, khususnya jika terjadi kenaikan
harga bahan baku seperti tepung terigu, telur, atau gula. Hal ini karena
jika terjadi kenaikan harga bahan baku maka akan berdampak terhadap
kenaikan biaya produksi, yang nantinya dapat berimplikasi terhadap
harga jual produk. Padahal jika suatu perusahaan yang berada pada
industri yang tingkat persaingannya sangat tinggi, maka dengan adanya
kenaikan harga jual produk dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan.
Oleh karena itu, Bagas Bakery harus mampu mengalokasikan
keuangannya dengan baik sehingga mampu mengatasi kondisi dimana
terjadi kenaikan harga bahan baku.
b) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung
kelancaran usaha. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas
SDM Bagas Bakery, perusahaan dapat melakukan seleksi pada saat
rekrutmen atau menempatkan karyawan sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki. Selain itu, bentuk pelatihan yang dapat dilakukan, adalah
pelatihan pembukuan atau administrasi perusahaan.
119
7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM)
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari
analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat
analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks
Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-
QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil
pencocokan dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif
diantara alternatif strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan
atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-
masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS
diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kelima responden yaitu
pemilik Bagas Bakery, istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery,
pengawas bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala bidang Perindustrian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Nilai TAS (Total
Attractiveness Scores) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil
perkalian antara bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis.
Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores)
dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari
masing-masing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari
masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11. Selanjutnya, setelah
diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden kemudian dilanjutkan
perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden dengan cara membagi
hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan jumlah responden.
Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat prioritas strategi pada
usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat pada Tabel 27.
120
Tabel 27. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery
Respon- Respon- Respon- Respon- Respon- STAS Prioritas
den 1 den 2 den 3 den 4 den 5 Rata-Rata Strategi
STAS 1 5,863 5,485 5,390 4,857 6,143 5,548 8
STAS 2 6,154 5,814 5,512 4,547 6,060 5,618 7
STAS 3 6,682 5,341 5,558 4,885 6,632 5,819 6
STAS 4 7,267 6,171 5,284 4,851 6,847 6,084 4
STAS 5 7,076 6,124 5,864 4,820 6,993 6,175 2
STAS 6 6,790 5,699 5,590 5,102 6,949 6,026 5
STAS 7 7,076 6,545 5,810 4,739 6,512 6,136 3
STAS 8 6,835 5,874 6,511 4,873 7,491 6,317 1
Sumber : Data Primer
Keterangan :
Responden 1 = Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Responden 2 = Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus Pengelola Keuangan Bagas
Bakery)
Responden 3 = Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Responden 4 = Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawas Industri
Disperindag Kab. Kendal)
Responden 5 = Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM
Kab. Kendal)
121
5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
(STAS = 6,026)
6) Memperbaiki label kemasan produk (STAS = 5,819)
7) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari
produsen ke konsumen (STAS = 5,618)
8) Membuka outlet khusus untuk direct selling (STAS = 5,548)
Tabel 28. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan dengan
Strategi yang telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery
Strategi yang telah
Alternatif Strategi yang Diberikan kepada Perusahaan
Dijalankan Perusahaan
Ø Melakukan diversifikasi Ø Membuka outlet khusus untu direct selling
produk Ø Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam
Ø Menggunakan perantara penyampaian produk dari produsen ke konsumen
dalam pendistribusian Ø Memperbaiki label kemasan produk
produk Ø Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan
Ø Menjaga mutu produk pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi
Ø Melayani atau menerima sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan
pesanan untuk acara- terhadap produk Bagas Bakery saat ini
acara tertentu Ø Meningkatkan mutu produk dan pelayanan
Ø Mengembangkan produk baru pada pasar
konsumen yang sudah ada
Ø Melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan
Ø Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM)
123
Tabel 28 menunjukkan adanya kesesuaian antara strategi yang telah
dijalankan oleh Bagas Bakery dengan alternatif strategi yang diberikan kepada
perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada
Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh
perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang
sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk,
mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari
produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan
perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan
pelayanan yang masih berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Strategi-
strategi tersebut masih dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh Bagas Bakery
karena alternatif strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan
perusahaan saat ini yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang
sudah ada bahkan memperluas pasar Bagas Bakery saat ini. Selain ketiga
alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi lain yang belum
pernah diterapkan oleh pihak Bagas Bakery, yaitu membuka outlet khusus untuk
direct selling, memperbaiki label kemasan produk, memanfaatkan skim kredit
yang ditawarkan pemerintah, melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Meskipun kelima alternatif strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh
perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan
mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini. Hal ini karena pada
dasarnya alternatif-alternatif strategi tersebut dibuat dengan melihat kondisi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery saat ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang
diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.
Formulasi strategi yang telah diberikan kepada Bagas Bakery diharapkan
dapat menjadi pelengkap strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk
mengatasi permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.
Berikut ini merupakan beberapa persiapan (prakondisi) yang harus dilakukan
Bagas Bakery sebelum penerapan strategi (Tabel 29).
124
Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery
Sebelum Penerapan Strategi
Persiapan yang Harus Dilakukan
Strategi
(Prakondisi)
Membuka outlet khusus untuk direct 1. Menentukan lokasi pendirian outlet.
selling 2. Merancang lay out outlet.
3. Menentukan karyawan yang akan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan
outlet.
4. Menentukan besarnya proporsi produk
roti yang akan dijual melalui outlet atau
perantara.
125
Lanjutan Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan
Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi
Persiapan yang Harus Dilakukan
Strategi
(Prakondisi)
Mengembangkan produk baru pada 1.Melakukan variasi produk, baik dari segi
pasar konsumen yang sudah ada rasa, bentuk, maupun ukuran yang
bertujuan agar pembeli tidak mudah
bosan.
2.Menjaga hubungan baik dengan
pembeli.
126
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha roti Bagas
Bakery, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada Bagas Bakery, maka
perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor-faktor strategi
internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi
perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara pemilik dan karyawan terjalin
baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik, (4) Mutu produk
yang dihasilkan baik, (5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan,
(6) Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin, (7) Perusahaan memiliki
saluran distribusi yang efisien, (8) Hubungan yang terjalin baik antara
pemilik dan pelanggan, (9) Sistem pembayaran secara tunai, dan (10)
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi. Sedangkan faktor-
faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah
(1) Labelisasi kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3)
Tempat produksi (bangunan) kurang luas, (4) Keterbatasan jumlah peralatan
modern yang dimiliki perusahaan, (5) Sistem pembukuan atau pengelolaan
keuangan kurang rapi, (6) Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan
manajemen perusahaan, serta (7) Bidang penelitian dan pengembangan tidak
ada.
2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, yaitu lingkungan
jauh dan lingkungan industri, maka perusahaan mempunyai peluang dan
ancaman. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi
Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber
pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal
semakin baik, (3) Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur
ekonomi Kabupaten Kendal, (4) Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten
Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi, (5) Kecenderungan harga
tepung terigu dan telur semakin turun, (6) Kecenderungan harga BBM
semakin turun, (7) Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk, (8) Perkembangan teknologi yang
127
cepat, dan (9) Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan
tergolong kecil. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi
ancaman bagi Bagas Bakery, adalah (1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2)
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat, (3) Tarif Dasar
Listrik untuk skala UMKM belum turun, (4) Jumlah produsen roti di
Kabupaten Kendal semakin meningkat, (5) Hambatan masuk ke dalam
industri roti kecil, (6) Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan
jadi lain yang tergolong produk substitusi roti, serta (7) Pembeli memiliki
kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada.
3) a) Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan delapan buah strategi
dimana prioritas pelaksanaan strategi tersebut diurutkan dengan
menggunakan matriks QSP (QSPM). Adapun urutan prioritas strategi
yang dilaksanakan oleh pihak Bagas Bakery, adalah (1) Meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (2) Meningkatkan mutu produk
dan pelayanan, (3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian
keuangan perusahaan, (4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan
pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu
mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini,
(5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada,
(6) Memperbaiki label kemasan produk, (7) Mengoptimalkan saluran
distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke
konsumen, serta (8) Membuka outlet khusus untuk direct selling.
b) Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara
alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan
oleh Bagas Bakery. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang
diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang
sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk
baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan
strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada
dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih
berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian
produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih
128
berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif
strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak
Bagas Bakery belum menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan
dengan strategi yang sudah ada sebelumnya, namun secara umum
alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu melengkapi dan mengatasi
permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena penyusunan strategi
didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang dihadapi Bagas Bakery.
8.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada usaha roti Bagas Bakery,
adalah :
1) Bagas Bakery sebaiknya memperluas tempat produksi dan menambah jumlah
peralatan modern, khususnya mesin penggiling adonan. Hal ini dilakukan
dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Bagas Bakery saat ini yang
masih dinilai kurang.
2) Bagas Bakery harus menjaga konsistensi mutu produk bahkan jika perlu
melakukan peningkatan mutu produk baik pada jenis produk, pilihan rasa
produk, bentuk produk, maupun ukuran produk secara terus-menerus agar
mampu bertahan dalam industri roti (bakery).
3) Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan pola rekrutmen. Hal ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.
129
DAFTAR PUSTAKA
Astawan M. 30 Juni 2008. Roti Lebih Baik dari Mie dan Nasi.
http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-
dan-mie/. [18 November 2008].
Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk
Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2008. Data Industri Kecil dan Menengah di
Kabupaten Kendal. Kendal.
Mudjajanto ES, Lilik NY. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nababan TR. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Produk Home Industry Roti
(Studi Kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
130
Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis.
http://tumoutou.net/mm_ku/sm/0667/nurdjannah.pdf. [10 Februari 2009]
Porter ME. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Competitive Strategy.
Sitompul FRS. 2005. Analisis Pengendalian Bahan Baku di Bogor Permai Bakery.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
131
LAMPIRAN
132
Lampiran 1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal dan
Eksternal pada Bagas Bakery
135
iv) Teknologi
• Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan
dalam industri industri roti di Kabupaten Kendal, dilihat dari
segi:
- produksi (baik metode maupun peralatan)
- pemasaran
- komunikasi dan informasi
- transportasi
• Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi?
b) Lingkungan Industri
i) Pendatang baru
• Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akan
masuk ke dalam industri roti jika dilihat dari segi:
- Skala ekonomis
- Diferensiasi produk
- Kebutuhan modal
- Keunggulan biaya
- Akses saluran distribusi
- Kebijakan pemerintah
• Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri roti?
ii) Pemasok
• Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagi
Bagas Bakery?
• Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolah
produk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yang
dihasilkan oleh Bagas Bakery?
• Apakah produk yang dijual Bagas Bakery unik sehingga sangat
bergantung hanya kepada satu pemasok tertentu?
• Apakah Bagas Bakery membeli dalam jumlah besar atau kecil
terhadap bahan baku yang dijual oleh pemasok?
iii) Pembeli
• Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk
Bagas Bakery?
• Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang
diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produk
yang dijual Bagas Bakery?
• Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjual
produk yang hampir sama dengan produk Bagas Bakery?
• Apakah produk Bagas Bakery memiliki andil besar terhadap
kebutuhan pembeli?
• Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga pada
Bagas Bakery jika membeli dalam jumlah besar?
iv) Barang substitusi
• Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk
pengganti atau substitusi bagi roti Bagas Bakery?
136
• Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualan
roti Bagas Bakery?
137
Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
138
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
139
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
140
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
141
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
142
Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v
Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
143
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas
Bakery)
Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v
Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
144
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v
Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
145
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
A Lokasi Perusahaan yang strategis v
B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v
C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v
D Mutu produk yang dihasilkan baik v
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v
F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v
G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v
H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v
I Sistem pembayaran secara tunai v
J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v
K Labelisasi kemasan belum lengkap v
L Keterbatasan modal sendiri v
M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v
N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v
O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v
P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v
Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v
Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
146
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
Peringkat
No Faktor-Faktor Strategis Internal (rating)
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
147
148
Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery
Bobot
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5
Rata-Rata
Lokasi Perusahaan yang strategis 0,031 0,046 0,048 0,048 0,046 0,044
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 0,061 0,044 0,064 0,064 0,055 0,058
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 0,048 0,044 0,051 0,059 0,050 0,050
Mutu produk yang dihasilkan baik 0,068 0,070 0,057 0,079 0,048 0,064
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 0,042 0,057 0,046 0,063 0,046 0,051
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 0,068 0,051 0,055 0,085 0,052 0,062
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 0,059 0,059 0,064 0,059 0,044 0,057
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 0,064 0,068 0,061 0,075 0,044 0,062
Sistem pembayaran secara tunai 0,066 0,075 0,068 0,057 0,052 0,064
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 0,051 0,068 0,059 0,040 0,042 0,052
Labelisasi kemasan belum lengkap 0,050 0,055 0,074 0,074 0,077 0,066
Keterbatasan modal sendiri 0,081 0,077 0,072 0,074 0,076 0,076
Tempat produksi (bangunan) kurang luas 0,075 0,077 0,068 0,051 0,068 0,068
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 0,063 0,072 0,044 0,039 0,063 0,056
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 0,077 0,062 0,068 0,063 0,079 0,070
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 0,035 0,029 0,035 0,031 0,079 0,042
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 0,061 0,046 0,066 0,040 0,079 0,058
Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Keterangan :
Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
149
Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery
Rating Rata-
Faktor-Faktor Strategi Internal Rating 1 Rating 2 Rating 3 Rating 4 Rating 5
Rata
Lokasi Perusahaan yang strategis 4 4 3 3 3 3,4
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 4 4 4 3 4 3,8
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 4 3 4 4 4 3,8
Mutu produk yang dihasilkan baik 4 4 3 4 4 3,8
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 4 3 4 3 4 3,6
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 4 4 4 4 3,8
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 4 4 4 3 4 3,8
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 4 4 4 4 4 4,0
Sistem pembayaran secara tunai 4 4 3 3 4 3,6
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 4 3 3 4 3,4
Labelisasi kemasan belum lengkap 2 2 2 1 2 1,8
Keterbatasan modal sendiri 1 1 2 1 1 1,2
Tempat produksi (bangunan) kurang luas 1 1 1 2 2 1,4
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 2 1 2 2 2 1,8
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 2 1 1 1 1 1,2
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 2 2 2 2 1 1,8
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 2 2 1 1 2 1,6
Keterangan :
Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Rating 4 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Rating 5 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
150
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
151
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery)
152
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
153
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
154
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal)
Keterangan :
1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
155
Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Esternal Strategis
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior
156
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas
Bakery)
Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior
157
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior
158
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)
Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v
Keterangan :
1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior
159
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM
Kabupaten Kendal)
Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
1 2 3 4
Keterangan :
1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut
rendah
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang
(respon sama dengan rata-rata)
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas
rata-rata
4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut
superior
160
Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery
Keterangan :
Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
161
Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery
Rating
Rating Rating Rating Rating Rating
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rata-
1 2 3 4 5
Rata
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM 4 4 2 2 2 2,8
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 4 1 3 3 2,8
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 4 3 2 3 3,0
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 4 3 3 3 3 3,2
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 4 2 4 3 3,2
Kecenderungan harga BBM semakin turun 4 4 3 4 3 3,6
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 3 3 4 3 3 3,2
Perkembangan teknologi yang cepat 3 3 2 1 3 2,4
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 3 3 3 3 3,0
Tingkat inflasi yang fluktuatif 4 4 2 2 2 2,8
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 4 4 4 3 2 3,4
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 3 3 4 2 3,0
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 4 4 3 2 2 3,0
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 4 2 2 2 2,6
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti 2 3 2 2 2 2,2
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 2 3 3 3 3 2,8
Keterangan :
Rating 1 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Rating 2 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Rating 3 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Rating 4= hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)
Rating 5 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
162
Lampiran 10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery
STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
1. Lokasi perusahaan strategis 1. Labelisasi kemasan belum
2. Komunikasi terjalin baik lengkap
antara pemilik dan karyawan 2. Keterbatasan modal
3. Koordinasi dalam pemba- sendiri
gian tugas cukup baik 3. Tempat produksi kurang
4. Mutu produk yang dihasilkan luas
baik 4. Keterbatasan jumlah
5. Produk telah memiliki izin peralatan modern yang
dari Dinas Kesehatan dimiliki
6. Akses perusahaan terhadap 5. Sistem pembukuan atau
bahan baku terjamin pengelolaan keuangan
7. Memiliki saluran distribusi kurang rapi
yang efisien 6. Kurangnya keterampilan
8. Hubungan baik antara dalam pengelolaan
pemilik dan pelanggan manajemen perusahaan
9. Sistem pembayaran secara 7. Bidang penelitian dan
tunai pengembangan tidak ada
10. Penggunaan peralatan
modern dalam proses
produksi
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Dukungan pemerintah ter-hadap akses 1. Membuka outlet khusus 1. Memperbaiki label kema-san
sumber pem-biayaan bagi UMKM untuk direct selling (S4, S5, produk (W1, O2, O3, O4,
2. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal S9, O2, O4, O7,) O7)
semakin baik 2. Mengoptimalkan saluran 2. Memanfaatkan skim kredit
3. Sektor industri pengolahan masih distribusi yang ada dalam yang ditawarkan oleh
mendominasi struk-tur ekonomi Kab. penyampaian produk dari pemerintah untuk mening-
Kendal produsen ke konsumen (S1, katkan kapasitas produksi
4. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. S7, S8, O2, O4, O7) sehingga mampu mengatasi
Kendal untuk kelompok makanan kelebihan permintaan
masih tinggi terhadap produk Bagas
5. Kecenderungan harga tepung terigu Bakery saat ini (W2, W3,
dan telur semakin turun W4, W7, O1, O2, O3, O4,
6. Kecenderungan harga BBM semakin O5, O6, O7, O8, O9)
turun
7. Kebutuhan pangan yang semakin
meningkat seiring pertumbuhan jumlah
penduduk
8. Perkembangan teknologi yang cepat
9. Kekuatan tawar-menawar pemasok
terhadap peru-sahaan tergolong kecil
THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Tingkat inflasi yang fluktuatif 1. Meningkatkan mutu produk 1. Melakukan pengaturan
2. Kecenderungan harga gula dan gas dan pelayanan (S4, S5, S8, dalam pengalokasian
elpiji semakin meningkat S10, T4, T5, T6, T7) keuangan perusahaan (W2,
3. TDL untuk skala UMKM belum turun 2. Mengembangkan produk W5, T1, T2, T3, T4)
4. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal baru pada pasar konsumen 2. Meningkatkan kualitas
meningkat yang sudah ada (S2, S3, S4, Sumber Daya Manusia
5. Hambatan masuk industri roti kecil S5, S6, S10, T4, T6, T7) (SDM) (W5, W6, W7, T4,
6. Perkembangan mi instan, biskuit, atau T5, T6)
jenis makanan jadi lain yang termasuk
produk substitusi roti
7. Pembeli memiliki kekua-tan untuk
menentukan pilihan di antara peru-
sahaan roti yang ada
163
Lampiran 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery
A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175
B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228
H 0,062 3 0,187 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 4 0,209 3 0,157
Kelemahan
K 0,066 3 0,197 2 0,132 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197 3 0,197 3 0,197
L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 4 0,303 3 0,227 3 0,227 3 0,227
M 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 4 0,272 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204
N 0,056 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168
O 0,070 1 0,070 2 0,140 3 0,210 4 0,279 3 0,210 3 0,210 3 0,210 3 0,210
P 0,042 1 0,042 2 0,084 3 0,126 2 0,084 4 0,168 3 0,126 3 0,126 3 0,126
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 3 0,175 3 0,175
Peluang
R 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215
S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289
T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
164
Lanjutan Lampiran 11A. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Samsudin)
Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
AS TAS
Peluang
U 0,065 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 3 0,224 4 0,299 4 0,299 3 0,224
X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178 3 0,178
Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185
Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193
Ancaman
AA 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186
BB 0,060 1 0,060 3 0,179 2 0,119 3 0,179 3 0,179 3 0,179 4 0,238 3 0,179
CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,185 3 0,185 1 0,062 3 0,185 3 0,185
DD 0,057 4 0,227 4 0,227 3 0,170 4 0,227 4 0,227 4 0,227 3 0,170 3 0,170
EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 4 0,212
GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163
STAS 5,863 6,154 6,682 7,267 7,076 6,790 7,076 6,835
165
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175
B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 3 0,152 3 0,152 3 0,152 4 0,203 4 0,203 4 0,203 3 0,152 3 0,152
F 0,062 3 0,186 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 3 0,186 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171
H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 1 0,062 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 3 0,197 4 0,263 3 0,197 3 0,197 4 0,263 1 0,066 4 0,263 1 0,066
L 0,076 3 0,227 3 0,227 1 0,076 3 0,227 1 0,076 1 0,076 3 0,227 1 0,076
M 0,068 1 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068
O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 3 0,210 1 0,070
P 0,042 2 0,084 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 2 0,117
Peluang
R 0,054 3 0,161 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 3 0,161
S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 3 0,216
T 0,064 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 4 0,257
U 0,065 2 0,131 3 0,196 1 0,065 3 0,196 4 0,262 4 0,262 3 0,196 3 0,196
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
166
Lanjutan Lampiran 11 B. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Junarti)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237
Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 1 0,064 3 0,193 3 0,193 4 0,257
Ancaman
AA 0,062 3 0,186 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 2 0,124
BB 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 3 0,179 1 0,060
CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 4 0,247 2 0,123
DD 0,057 3 0,170 3 0,170 1 0,057 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 2 0,113
EE 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 3 0,171 1 0,057 1 0,057 3 0,171
FF 0,053 1 0,053 1 0,053 1 0,053 3 0,159 2 0,106 1 0,053 3 0,159 3 0,159
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 3 0,163 4 0,217 3 0,163
STAS 5,485 5,814 5,341 6,171 6,124 5,699 6,545 5,874
167
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 3 0,131 3 0,131 4 0,175 3 0,131 4 0,175
B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 3 0,173 3 0,173 4 0,231 3 0,173
C 0,050 3 0,151 3 0,151 3 0,151 3 0,151 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 3 0,193
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 3 0,186 4 0,249 3 0,186 4 0,249 4 0,249 3 0,186 3 0,186 4 0,249
G 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228
H 0,062 4 0,250 4 0,250 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187
I 0,064 3 0,191 3 0,191 3 0,191 3 0,191 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 3 0,157 4 0,209 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 1 0,066 1 0,066 3 0,197 1 0,066 2 0,132 1 0,066 3 0,197 3 0,197
L 0,076 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 3 0,227
M 0,068 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068 2 0,136 1 0,068 3 0,204 2 0,136
N 0,056 3 0,168 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 1 0,056 2 0,112 3 0,168
O 0,070 1 0,070 2 0,140 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140
P 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 1 0,058 1 0,058 2 0,117
Peluang
R 0,054 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 4 0,215
S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 3 0,216 3 0,216 3 0,216 3 0,216 4 0,289
T 0,064 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 2 0,128 3 0,193
U 0,065 3 0,196 2 0,131 2 0,131 2 0,131 3 0,196 3 0,196 2 0,131 3 0,196
168
Lanjutan Lampiran 11 C. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Sobari)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
V 0,080 2 0,160 4 0,320 3 0,240 3 0,240 3 0,240 3 0,240 4 0,320 4 0,320
W 0,075 2 0,149 4 0,299 3 0,224 3 0,224 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 2 0,118 2 0,118 1 0,059 2 0,118 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178
Y 0,062 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 1 0,064 2 0,128 1 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193
Ancaman
AA 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 3 0,186 3 0,186
BB 0,060 1 0,060 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 2 0,119
CC 0,062 3 0,185 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185
DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 4 0,227 3 0,170 4 0,227
EE 0,057 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 1 0,057 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 2 0,106 3 0,159 3 0,159 2 0,106 2 0,106 2 0,106 3 0,159
GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 2 0,108 2 0,108
STAS 5,390 5,512 5,558 5,284 5,864 5,590 5,810 6,511
169
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 3 0,131 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088
B 0,058 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 3 0,173
C 0,050 2 0,101 2 0,101 2 0,101 2 0,101 3 0,151 2 0,101 2 0,101 3 0,151
D 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 4 0,257 2 0,129 3 0,193
E 0,051 2 0,101 3 0,152 4 0,203 2 0,101 3 0,152 3 0,152 2 0,101 2 0,101
F 0,062 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124
G 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 2 0,114 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,114
H 0,062 3 0,187 2 0,125 2 0,125 2 0,125 3 0,187 3 0,187 2 0,125 3 0,187
I 0,064 2 0,127 3 0,191 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127
J 0,052 2 0,104 2 0,104 3 0,157 3 0,157 2 0,104 3 0,157 2 0,104 3 0,157
Kelemahan
K 0,066 2 0,132 2 0,132 4 0,263 2 0,132 3 0,197 2 0,132 2 0,132 3 0,197
L 0,076 2 0,151 2 0,151 2 0,151 4 0,303 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151
M 0,068 2 0,136 1 0,068 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136
N 0,056 2 0,112 2 0,112 1 0,056 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 3 0,168
O 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 2 0,140 3 0,210
P 0,042 1 0,042 1 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 3 0,126
Q 0,058 1 0,058 2 0,117 2 0,117 3 0,175 2 0,117 2 0,117 2 0,117 3 0,175
Peluang
R 0,054 3 0,161 2 0,108 2 0,108 4 0,215 3 0,161 4 0,215 2 0,108 2 0,108
S 0,072 4 0,289 3 0,216 3 0,216 2 0,144 3 0,216 3 0,216 2 0,144 2 0,144
170
Lanjutan Lampiran 11D. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
T 0,064 3 0,193 3 0,193 2 0,128 2 0,128 2 0,128 3 0,193 3 0,193 2 0,128
U 0,065 4 0,262 2 0,131 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196
V 0,080 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160
W 0,075 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149
X 0,059 3 0,178 2 0,118 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 2 0,118 2 0,118
Y 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185
Z 0,064 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128
AA 0,062 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124
BB 0,060 2 0,119 3 0,179 2 0,119 3 0,179 2 0,119 2 0,119 3 0,179 2 0,119
CC 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123 3 0,185 1 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123
DD 0,057 4 0,227 3 0,170 4 0,227 2 0,113 3 0,170 3 0,170 3 0,170 3 0,170
EE 0,057 3 0,171 2 0,114 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171
FF 0,053 3 0,159 1 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 2 0,106 3 0,159
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 4 0,217 2 0,108 4 0,217 4 0,217 2 0,108 2 0,108
STAS 4,857 4,547 4,885 4,851 4,820 5,102 4,739 4,873
171
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175
B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231
C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201
D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203
F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249
G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228
H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250
I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254
J 0,052 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209
Kelemahan
K 0,066 2 0,132 1 0,066 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197
L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 3 0,227 3 0,227 4 0,303 3 0,227
M 0,068 2 0,136 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 4 0,272 3 0,204
N 0,056 2 0,112 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 2 0,112 3 0,168
O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 4 0,279
P 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168
Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 4 0,234
Peluang
R 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215
S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289
172
Lanjutan Lampiran 11E. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Juni Suhendra)
Faktor Bobot Rata- Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
Kunci Rata
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
U 0,065 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262
V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320
W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299
X 0,059 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237
Y 0,062 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247
Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257
AA 0,062 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124
BB 0,060 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119
CC 0,062 2 0,123 1 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 4 0,247
DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 4 0,227 4 0,227 1 0,057 4 0,227
EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228 4 0,228 2 0,114 4 0,228
FF 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 2 0,106 4 0,212
GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 2 0,108 4 0,217
STAS 6,143 6,060 6,632 6,847 6,993 6,949 6,512 7,491
Keterangan :
Faktor-Faktor Strategi Internal-Eksternal
A. Lokasi perusahaan strategis F. Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
B. Komunikasi terjalin baik antara pemilik dan karyawan G. Memiliki saluran distribusi yang efisien
C. Koordinasi dalam pemba-gian tugas cukup baik H. Hubungan baik antara pemilik dan pelanggan
D. Mutu produk yang dihasilkan baik I. Sistem pembayaran secara tunai
E. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan J. Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
173
K. Labelisasi kemasan belum lengkap
L. Keterbatasan modal sendiri
M. Tempat produksi kurang luas
N. Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki
O. Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
P. Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
Q. Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
174
Alternatif Strategi
Strategi 1 : membuka outlet khusus untuk direct selling
Strategi 2 : mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen
Strategi 3 : memperbaiki label kemasan produk
Strategi 4 : memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan
terhadap produk Bagas Bakery saat ini
Strategi 5 : meningkatkan mutu produk dan pelayanan
Strategi 6 : mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
Strategi 7 : melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan
Strategi 8 : meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
AS = 1, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 2, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 3 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 4 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
175