Professional Documents
Culture Documents
Kasriyati
Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah
memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan remaja
saat ini sudah mengarah pada perbuatan yang melanggar norma, hukum, dan agama.
Betapa sering kita sekarang ini dikejutkan oleh berita-berita kenakalan remaja yang sudah
kelewat batas. Ada anak-anak yang tega membunuh ayah kandungnya gara-gara tidak mau
membelikan sepeda motor. Ada pula yang dengan sadis mencederai atau menganiaya
teman sekolahnya hanya sekedar untuk meminta sejumlah uang. Bahkan tidak sedikit yang
berani kurang ajar menipu, mencuri atau merampok karena ingin hidup enak dan foya-foya
tanpa mau bekerja keras. Belum lagi banyaknya remaja yang sudah memiliki kebiasaan
buruk seperti merokok, minum-minuman keras, berjudi, berkelahi, membuat keonaran,
merusak serta melakukan seks bebas dan mengkonsumsi narkoba.
Peristiwa makin banyaknya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar saat ini
benar-benar telah menggelisahkan masyarakat dan keluarga-keluarga di Indonesia. Betapa
tidak, meskipun belum ada penelitian yang pasti berapa banyak remaja pengguna narkoba,
namun dengan melihat kenyataan di lapangan bahwa semakin banyak remaja kita yang
terlibat kasus narkoba menjadi indikasi betapa besarnya pengaruh narkoba dalam
kehidupan yang terjadi di kalangan remaja kita ibarat fenomena gunung es dimana kasus
yang terlihat hanya sebagian kecil saja, sementara kejadian yang sebenarnya sudah begitu
banyak.
Hasil Survai Badan Narkoba Nasional (BNN) tahun 2005 terhadap 13.710
responden di kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia
termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil
penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97%
pemakai narkoba adalah para remaja.
Di DIY sendiri kasus peredaran narkoba sudah begitu marak. Dinas Sosial Propinsi
DIY hingga akhir tahun 2004 menemukan 5.561 orang pengguna narkoba. Di tahun 2005
saja, Polda DIY menangani 181 perkara narkoba, yang meliputi 85 perkara psikotropika
dan 96 narkoba, dengan 210 tersangka (201 orang laki-laki dan 9 orang perempuan). Yang
mengerikan, dari kasus itu 28% di antara mereka yang terlibat adalah remaja berusia 17 –
24 tahun. Menurut dr. Inu Wicaksono dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta telah menjadi
kota nomor dua penyebaran narkoba di Indonesia setelah Jakarta.
Khusus di Kabupaten Kulon Progo, berdasarkan data Sat Narkoba Polres Kulon
Progo, dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 1 kasus narkoba. Namun hasil
patroli minum-minuman keras pada bulan Maret 2008 telah menemukan 11 kasus anak
minum-minuman keras yang kemungkinan besar juga terlibat dalam penyalahgunaan obat-
obatan terlarang.
Kesimpulan
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan
keluarga, masyarakat dan negera. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki
motivasi kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi
yang tidak saja sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkepribadian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sementara
dalam lingkungan keluarga akan memberi dukungan positif membangun keluarga yang
harmonis dan berketahanan. Oleh karena itu, membangun remaja yang bebas narkoba
menjadi tuntutan yang tidak bisa ditunda dan ditawar-tawar.
Membangun remaja bebas narkoba hendaknya dilakukan dengan mengintegrasikan
tiga langkah penting, yakni melalui upaya pencegahan dalam lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat serta melalui gerakan bebas narkoba yang
dicanangkan pemerintah untuk diimplementasikan di semua tingkatan masyarakat. Pihak
pemerintah juga perlu mensosialisasikan UU No 22 tahun 1997 dan UU No 5 Tahun 1997
secara luas berikut sanksinya dan berupaya keras agar kegiatan/aktivitas yang memberi
peluang terhadap peredaran narkoba dapat dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.