You are on page 1of 3

SHAUMU RAMADHAN MEMBENTUK JASMANI YANG SEHAT

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Nabi Muhammad SAW menjelaskan, “shu-muu ta shih-huu”, artinya “puasalah, kamu


sehat”. Setiap manusia memerlukan puasa (menahan dari memakan makanan dan minum),
sekalipun dalam keadaan sakit. Racun makanan dan obat apabila sudah berhimpun dalam
tubuh menyebabkan manusia kurang bergairah. Puasa adalah obat yang tepat, disamping resep
dokter. Makan sahur walau tidak menjadi syarat sahnya puasa dan hukumnya adalah sunat.
Bersahur di sunnahkan oleh Rasul SAW, agar pelaksanaan puasa terjaga, di samping untuk
meraih keberkatan. Sanda Rasulullah SAW, “Bersahurlah kalian, karena dalam sahur ada
berkat” (HR.Muttafaqun ‘alaih dari Anas RA). Hadist lainnya, “Jadikanlah makan sahur sebagai
penolong untuk puasa di siang hari, dan bi qay-luulatin-nahaari (tidur sebentar disiang hari)
untuk qiyamul-laili (ibadah di malam hari Ramadhan)”, seperti disebut di dalam HR.Imam
Hakim. Ketika Rasulullah ditanya, “Dengan apa makan sahur?” Rasulullah SAW berkata “ta-
sahharuu walau bi jur-‘ati maa-in” artinya “bersahurlah kamu, walau hanya dengan seteguk
air” (HR. Ibnu Hibban, Syarah Bajuri I:294.).
Puasa mulai dengan menahan (imsak). Menahan dari makan, minum, nafsu syahwat, di
mulai saat fajar atau sebelum masuk waktu subuh hingga terbenam matahari (magrib). Firman
Allah, “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar…kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam (maghrib datang)…” (QS.2, al-Baqarah :
187). Memulai imsak (menahan) menurut fiqih Imam Ahmad menyebutkan “apabila seseorang
masih ragu bahwa fajar sudah terbit, masih boleh makan dan minum hingga sungguh yakin
fajar telah datang”. Imam Nawawi dan sahabat-sahabat Imam Syafe’i berpendapat masih boleh
makan sahur bagi orang yang belum yakin fajar telah terbit. Nasehat agama adalah, lebih baik
berhati-hati daripada menunda-nunda yang berakibat akan jatuh kepada hal-hal yang subhat
(diragukan).

Tujuan Ibadah Puasa agar mendapat takwa (lihat QS.2, Al Baqarah 183-184). Takwa,
bermakna takut, hati-hati, rindu kepada nikmat Allah, terpelihara dan dekat dengan Allah.
Puasa membuka pintu permohonan manusia kepada Tuhannya. “Ada tiga golongan yang
doanya tidak akan ditolak, yaitu: orang yang berpuasa ketika berbuka, pemimpin yang adil dan
do’anya orang yang teraniaya. Do’anya itu akan dinaikkan Allah diatas awan lalu dibukakan
untuknya pintu-pintu langit, dan berfirmanlah Allah, “Demi keagungan dan kemuliaan Ku,
sungguh engkau akan Kami tolong, sekalipun sudah lewat waktunya”.( HR.Ahmad, Tirmidzi, Ibn
Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibn Hibban). Karena itu, setiap muslim diminta untuk saling
meningkatkan keimanan dan ketakwaan di dalam Ramadhan ini.

Banyak program yang dapat ditampilkan di bulan ini. Antara lain dengan meneguhkan
pegangan umat terhadap keyakinan dasar Islam secara komprehensif. Menyebarkan budaya
wahyu membimbing akal pikiran. Memperbanyak program meningkatkan kedekatan umat
dengan Alquran. Meningkatkan pengetahuan umat mengenai sirah Rasulullah SAW.
Menyuburkan amalan ruhaniah yang positif untuk membangun masyarakat melalui
peningkatan ibadah jama’i (bersama). Menyebar luaskan penyampaian fiqh Islam dalam aspek-
aspek sosio politik, ekonomi, komunikasi, pendidikan dan lain-lain. Menghidupkan semangat
kesungguhan (jihad) di jalan Allah dengan menanamkan kembali semangat kepahlawanan dari
kejayaan sejarah silam dan menjadi semangat pendorong (motovasi) di dalam menghadapi
pertarungan kesejagatan global.

Pesantren Ramadhan yang dilaksanakan di dalam bulan Ramadhan ini hendaknya pula
mengajarkan anak didik agar menjauhi paham kebendaan yang menjadi asas budaya di Barat
dan membentengi umat dari bahaya pemurtadan. Memperbanyakkan program mengasuh dan
mendidik generasi baru dan remaja Islam agar tidak dapat dimusnahkan budaya cabul dan
pornografis. Meningkatkan keselarasan, kesatuan, kematangan haraki Islami (social
movement) menampilkan kekuatan bersama untuk menghalangi gerakan yang ingin
menyesatkan umat Islam. Disamping itu semua, dapat pula diajarkan kepada murid-murid
peningkatan amalan musyawarah dalam bermasyarakat, agar budaya syura menjadi teras
kehidupan bermasyarakat. Meningkatkan program melahirkan masyarakat penyayang yang
santun dan terjauh dari sifat menganiaya satu sama lain.
Al Sunnah telah memberikan perhatian mendalam kepada masalah nilai-nilai akidah.
Sabda Nabi SAW: “Yang merasakan lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah
sebagai Tuhannya, dan redha terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap
Muhammad sebagai Rasul.” (Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi.). Rasulullah SAW juga
bersabda, “ Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya, maka dia akan merasakan
lazatnya keimanan : Orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya,
orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci untuk dilempar ke
dalam neraka.” (Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi).

Wallahu’alamu bis-shawaab.

You might also like