Professional Documents
Culture Documents
Diterjemahkan oleh:
Pod-rock; Adadeh (bab 1);DHS (bab 7)
(http://indonesia.faithfreedom.org)
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
diterbitkan oleh :
Prometheus Books, Amherst, New York, 1995
Hal. 2
Pendahuluan
Hal. 3
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 4
Pendahuluan
Hal. 5
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 6
Pendahuluan
Hal. 7
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Keterangan:
Bab yang memakai tanda ** = sebagian sudah diterjemahkan
Bab yang memakai tanda **** = belum diterjemahkan
Hal. 8
Pendahuluan
Hal. 9
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Kata Pendahuluan
Dalam membaca buku ini, perlu dibedakan betul antara teori dan
praktek; perbedaan tentang apa yang harus dilakukan Muslim dan apa
yang dilakukan mereka dalam kenyataannya; apa yang harus mereka
percayai dan lakukan dengan apa yang mereka sebenarnya percayai
dan lakukan. Dalam hal ini ada tiga jenis Islam: Islam 1, Islam 2, dan
Islam 3.
Islam 1 adalah apa yang Muhammad ajarkan, yakni ajaran2nya
yang tercantum dalam Qur'an.
Islam 2 adalah agama setelah dipelajari, diartikan, dan
dikembangkan oleh ahli2 agama Islam melalui ahadis; ini termasuk
hukum Sharia Islam.
Islam 3 adalah apa yang sebenarnya dicapai Muslim dalam
kebudayaan Islam.
Pengamatan dalam buku ini menunjukkan bahwa Islam 3,
kebudayaan Islam, seringkali berkembang luas, meskipun ada Islam 2
dan 3, dan bukannya karena Islam 2 dan 3. Filosofi Islam, sains Islam,
sastra Islam, dan seni Islam tidak akan berkembang sedemikian jauh
jika hanya bergantung pada Islam 1 dan 2. Seni puisi, misalnya.
Setidaknya pada awalnya, Muhammad membenci para penyair:
" Mereka yang t ersesat adalah m ereka yang m engikut i para penyair"
(sura 26:224); dan dalam koleksi ahadis Mishkat, Muhammad berkata:
"Perut berisi penuh nanah lebih baik daripada perut berisi puisi."
Jika para penyair bergantung pada Islam 1 dan 2, kita sekarang
tidak akan punya puisi2 yang dinyanyikan Abu Nawas yang memuji-
muji minuman anggur dan pantat2 indah para remaja pria, atau syair
minuman anggur apapun yang terkenal dalam sastra Arab.
Tentang senirupa Islam, Kamus Islam (Dictionary or Islam = DOI)
berkata, Muhammad mengutuk pelukis dan penggambar orang dan
binatang (Mishkat, 7, bab 1, bagian 1), dan tentu saja mereka
dianggap pelanggar hukum. Seperti yang ditunjukkan oleh
Ettinghausen1 dalam kata pendahuluannya di buku Arab Painting,
hadis penuh dengan kutukan bagi pembuat gambar2 makhluk dan
menyebut mereka sebagai "manusia terburuk." Mereka dikutuki
karena dianggap menyaingi Tuhan, yang adalah pencipta satu2nya.
"Patokan yang diterapkan tidak memberi tempat untuk pelukis2 figur
manusia." Untungnya, terjadi kontak budaya dengan masyarakat yang
1
Ettinghausen, Richard. Arab Painting. Geneva, 1977. Hal.12-13
Hal. 10
Pendahuluan
2
Watt, W. Montgomery. Islamic Philosophy and Theology. Edinburgh, 1979.
hal.38
3
Nicholson, R.A. Literary History of the Arabs. Cambridge, 1930. Hal.291
Hal. 11
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
apa yang tertulis dalam Qur'an dan dikembangkan oleh para ahli
hukum Islam. Hukum Islam bersifat totalitarian, yang bertujuan untuk
mengontrol setiap segi kehidupan manusia dari sejak lahir sampai
mati. Untungnya, hukum Islam tidak selalu diterapkan secara harafiah
- jika ini dilakukan maka kebudayaan Islam nyaris tidak akan muncul.
Secara teori, Islam 1 dan Islam 2, Qur'an dan hukum Islam mengutuk
minum minuman anggur dan homoseksualitas; pada kenyataannya,
kebudayaan Islam menolerir kedua hal itu. Akan tetapi hukum Sharia
tetap mengatur sebagian praktek hidup manusia, contohnya dalam
keluarga (kawin, cerai, dll).
Dalam beberapa bidang kehidupan manusia, praktek Islam yang
terjadi malahan lebih ekstrim daripada yang ditetapkan Sharia. Sunat,
misalnya, tidak diperintahkan dalam Qur'an, dan aturan2 Islam
hanyalah menganjurkannya. Meskipun demikian, tanpa terkecuali,
semua anak laki Muslim disunat. Sunat wanita juga tidak dibicarakan
dalam Qur'an, tapi praktek ini tetap ada di beberapa negara Islam.
Qur'an menjelaskan bahwa kedudukan semua pria Muslim adalah
sama; tapi kenyataannya tidak begitu, seperti diskriminasi yang
dialami oleh para Muslim non-Arab di seluruh jaman Islam awal. Ini
berarti Islam 1 dan Islam 2 menetapkan prinsip2 moral yang tidak
ditaati oleh Islam 3.
Hal. 12
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
4
Ibn Kammuna. Examination of the Three Faiths. Terjemahan Moshe Perlmann.
Berkeley and Los Angeles, 1971. Intro. , Hal.8
5
Ibid., hal.145ff
Hal. 14
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
6
Ibid., hal.3, catatan.5
Hal. 15
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
7
Dashti, Ali. Twenty-Three Years: A Study of the Prophetic Career of Mohammed.
London, 1985., hal.10
8
Ibid., hal.48
9
Ibid., hal.50
Hal. 16
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
10
Ibid., hal.56
11
Taheri. Amir. Holy Terror. London, 1987. Hal.290
12
Pipes, Daniel. The Rushdie Affair. The Novel, The Ayatollah, and the West. New
York, 1990. Hal.74
Hal. 17
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
dan dia dinyatakan bersalah. Dia lalu dipecat dari universitas tersebut
dan dilarang memiliki jabatan keagamaan lagi.
Lulusan al-Azhar lainnya adalah orang Mesir bernama Taha
Husayn.13 Dia juga berpendidikan di Perancis di mana dia
mendapatkan pemikirannya yang skeptis (tidak mudah percaya,
cenderung ragu jika tidak ada bukti nyata). Sewaktu kembali ke Mesir,
buah pemikirannya langsung mendapat kritik pedas. Pandangan
Husayn tidak diterima oleh badan agama Islam Mesir dan dia dipaksa
meletakkan jabatannya. Dalam bukunya yang berjudul On Pre-Islamic
Poetry (Dalam Sajak Pra-Islam), Taha Husayn menulis bahwa
meskipun nama Ibrahim dan Ishmael ada dalam Qur’an, hal itu bukan
merupakan “hal yang cukup untuk membuktikan keberadaan sejarah
mereka.”
Di bulan April 196714, tak lama sebelum Perang Enam Hari
berlangsung, sebuah majalah militer Syria Jayash ash-Sha’b memuat
sebuah artikel yang menyerang tidak hanya Islam, tapi juga Tuhan
dan agama pada umumnya sebagai “mumi2 yang seharusnya digusur
ke museum peninggalan sejarah.” Sama seperti yang dulu terjadi
dalam kasus Ibn Kammuna, masyarakat Muslim murka, turun ke
jalanan di berbagai kota2 besar Syria, dan kekacauan ini menimbulkan
kekerasan, mogok kerja, dan penangkapan2.
Pihak penguasa tidak lagi berhasil menggunakan taktik lama dengan
menyalahkan konspirasi Amerika – Zionis untuk menenangkan massa,
sehingga akhirnya pengarang artikel itu yakni Ibrahim Kalas dan dua
editor majalah tersebut diadili, dinyatakan bersalah, dan dihukum
seumur hidup kerja paksa. Untungnya, mereka semua akhirnya
dibebaskan.
Di tahun 1969, setelah tentara Arab kalah habis2an melawan Israel
di tahun 1967, seorang pemikir Marxis Syria menulis sebuah kritik
tentang pemikiran agama. Sadiq al-Azm15 adalah lulusan Universitas
Amerika di Beirut, dan dia menerima gelar doktor filosofi di Universitas
Yale, AS, dan telah menerbitkan tulisan berisi pengamatan tentang
filsuf Inggris yakni Bishop Berkeley. Kritik2 pedas al-Azm terhadap
Islam dan agama2 lainnya tidak disukai oleh umat Sunni di Beirut. Dia
lalu diadili dengan tuduhan melakukan penyerangan agama tapi lalu
dibebaskan, mungkin karena dia kenal dekat dengan keluarga pejabat
13
Ibid., hal.75
14
Ibid., hal.75
15
Ibid., hal75
Hal. 18
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
16
Donohue, J.J., and Esposito, J.L. Islam in Transition. Oxford. 1965. Hal.114
17
Pipes, Daniel. The Rushdie Affair. The Novel, The Ayatollah, and the West. New
York, 1990. Hal.75-76
Hal. 19
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
18
Ibid., hal.79-80
Hal. 20
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
19
Barbulesco, Luc, and Philippe Cardinal. L’Islam en Questions. Paris, 1986.
Hal.114
Hal. 21
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
20
Pipes, Daniel. The Rushdie Affair. The Novel, The Ayatollah, and the West. New
York, 1990. Hal.71
Hal. 22
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
21
Halliday, Fred. “The Fundamental Lesson of the Fatwa.” Dalam New Statesman
and Society, 12 February 1993. Istilah “closet hooligan” juga dari Halliday.
Hal. 23
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
22
Gibbon, E. Decline and Fall of the Roman Empire. 6 vols. London, 1941. vol.5,
hal.240ff
23
Hume, David. Enquiries Concernig the Human Understanding and Concerning
the Principle of Morals, Oxford, 1966. Hal.450
24
Hobbes, Hal.136
25
Dante, Inferno, canto xxviii, baris 31.
26
Dante. The Divine Comedy. Diterjemahkan oleh M. Musa. London, 1988.
Hal.331, note 31
Hal. 24
Bab 1 Masalah Salman Rushdie
Hal. 25
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
27
Goldziher, Ignaz. Introduction to Islamic Theology and Law. Terjemahan Andras
dan Ruth Hamori. Princeton, 1981. Hal.4-5
Hal. 26
Bab 2 Asal Muasal Islam
28
Dikutip oleh Anatole France dalam “The Unrisen Dawn,” London, 1929, hal 110-
111
29
Renan, Ernest. Histoire et parole, oeuvres diverses. Paris, 1984. Hal.352
30
Zwemer, S. Islam: A Challenge to Faith. New York, 1908. Hal.24
31
Dikutip oleh Jeffery , Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda,
1938. Hal.1
Hal. 27
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Ibadah haji
32
Dikutip oleh Dashti, hal.94
33
Dikutip oleh Dashti, hal.1
34
Dikutip oleh “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, vol.8.
Hal.150
Hal. 28
Bab 2 Asal Muasal Islam
35
Zwemer, S. “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, vol.8,
Hal.148
36
Ibid., hal.150
Hal. 29
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Lalu mereka keluar dari masjidil haram melalui salah satu dari 24
pintu (kecuali ketika masuk mereka harus melalui satu pintu yang
disebut Hijr Ismail). Keluar mereka harus mendaki bukit Safa, sambil
terus baca-baca ayat Quran, diatas Safa mereka menghadap kabah
mengangkat kedua tangan bertakbir serta bertahmid dan
mengucapkan dzikir tiga kali. Lalu turun dan menuju (berjalan jika
bisa mulai berlari pada tempat yg sudah ditandai) ke bukit Marwa,
sampai diatas bukit Marwa kembali menghadap kabah mengangkat
kedua tangan bertakbir serta bertahmid dan mengucapkan dzikir tiga
kali. Selesai satu sudah satu putaran Safa-Marwa, dan ini harus
dilakukan sebanyak tujuh kali. Ritual absurd ini menandai pencarian
air oleh Hagar dulu ketika diusir oleh Ibrahim.
Hari keenam bermalam di Mekah. Hari ketujuh mendengarkan
khotbah dari Masjidil Haram dan lalu hari kedelapan berangkat ke
Mina, dimana disana melakukan ritual lain dan bermalam. Hari
kesembilan setelah matahari terbit berangkat menuju Padang Arafah
dimana mereka melakukan wuquf dan jika memungkinkan tinggal di
masjid Namirah, jika tidak langsung menuju kawasan arafah dan
singgah disana. Menurut hadis muslim, Adam dan Hawa bertemu disini
ketika mereka terpisah waktu dijatuhkan dari surga.
Paginya berangkat menuju Mina, berdesak-desakan melempar
Jumrah disana, tujuh lemparan dengan tujuh biji batu kerikil kecil,
setiap lontaran dibarengi takbir, batu itu dipegang antara ibu jari dan
jari telunjuk tangan kanan, dilempar dengan jarak tidak kurang dari 15
kaki. Setelah itu melakukan qurban, kambing atau domba. Setelah itu
mereka mencukur/memotong rambut mereka. Terakhir jika
memungkinkan mereka bermalam di Mina tanggal 11, 12 dan 13,
karena ada firman Auloh SWT : [ 2.203] “ Dan berzikirlah ( dengan
m enyebut ) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa
yang ingin cepat berangkat ( dari Mina) sesudah dua hari, m aka t iada
dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin m enangguhkan
( keberangkat annya dari dua hari it u) , m aka t idak ada dosa pula
baginya bagi orang yang bert akwa. Dan bert akwalah kepada Allah,
dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada- Nya.”
Para muslim merasionalisasi takhyul ini dg melambangkan
penolakan Ibrahim terhadap setan yang mencoba mencegah Ibrahim
utk mengorbankan anak yang dia sayangi, Ismail. Kurban hewan
mengingatkan digantinya Ismail oleh Allah dengan hewan kurban.
Bagaimana bisa Muhammad, seorang penganut monoteisme mutlak,
seorang penentang pemujaan berhala sampai menerapkan
Hal. 30
Bab 2 Asal Muasal Islam
37
Ibid., hal.157
Hal. 31
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
38
Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, hal
659-72 dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics vol.1, hal.659
Hal. 32
Bab 2 Asal Muasal Islam
Kita punya bukti bahwa batu hitam itu dipuja dibanyak dunia arab;
contohnya, Clement dari Alexandria, yang menulis th 190M
menyebutkan bahwa “Orang Arab menyembah batu”, mereka percaya
pada batu hitam Dusares di Petra. Maximus Tyrius menulis pada abad
ke-2, “Aku tidak tahu orang2 Arab menyembah Tuhan apa, tuhan yang
mereka lambangkan dengan batu kotak segi empat”; dia menyinggung
Kabah yang ada Batu Hitamnya. Keantikan batu ini juga terbukti
dengan adanya fakta bahwa orang2 Persia Kuno mengklaim Mahabad
dan penerusnya meninggalkan/menyimpan batu Hitam di Kabah,
bersamaan dengan patung2 dan gambar2 lainnya, dan bahwa batu itu
adalah tanda dari Saturnus.
Disekitar Mekah terdapat batu2 keramat lain yang dijadikan
sesembahan/jimat, “tapi mendapatkan takhyul dari Muhammad
dengan menghubungkannya pada orang2 suci tertentu jaman dulu.”39
Batu Hitam itu sendiri sebenarnya hanya sebuah meteorit dan
niscaya batu itu mendapatkan reputasi sebagai batu yang jatuh dari
‘surga’ juga dari situ. Sangat ironis para muslim memuliakan batu ini
sebagai batu yang diberikan pada Ismail oleh Malaikat Jibril utk
membangun Kabah, seperti kata Margoliouth, “keasliannya diragukan
karena batu hitam pernah diambil oleh orang Qarmatian pada abad
ke-4, dan dikembalikan mereka setelah bertahun2 kemudian; bisa jadi
batu yang mereka kembalikan bukanlah batu yang sama.”40
Hubal juga disembah di Mekah, dan patungnya berupa mata warna
merah dipasang didalam Kabah diatas sumur kering dimana para
peziarah mengucapkan sumpah atau memenuhi nazarnya. Sangat
mungkin patung Hubal ini pernah berbentuk manusia. Posisi Hubal yg
ditempatkan disebelah Batu Hitam menyiratkan bahwa ada hubungan
antara keduanya. Wellhausen berpikir Hubal aslinya adalah nama Batu
Hitam karena nama itu lebih tua dari pada patungnya sendiri.
Wellhausen juga menunjukkan Tuhan dipanggil sebagai ‘Raja Penghuni
Kabah’, dan ‘Raja Mekah’ dalam Quran. Nabi menentang persembahan
di Kabah yang ditujukan pada al-Lat, Manat dan al-Uzza, yang oleh
kaum berhala Arab disebut sebagai anak2 perempuan Allah, tapi
Muhammad tidak menyerang pengkultusan Hubal. Dari sini Wellhausen
39
Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, hal
659-72 dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics vol.1, hal.665
40
Margoliouth, D.S. “Ideas and Ideals of Modern Islam”. London, 1905. dalam
“Muslim World” vol.20, hal.241
Hal. 33
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
41
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923. hal.xci.
42
Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920. hal. 158
43
Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics,
vol1, hal 660
44
Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920, hal.159
45
Ibid., hal.160
Hal. 34
Bab 2 Asal Muasal Islam
46
Ibid., hal.159
47
Ibid., hal.161
48
Artikel Juynboll ‘Pilgrimage’ dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, vol1
Hal. 35
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Kabah
49
Dikutip oleh Bousquet dalam prakata utk Hurgronje, Snouck, C. “La Legende
qoranique d’Abraham et la politique religieuse du prophete Mohammad.” Dalam
Revue Africaine, vol.95 (1951). 273-88, terjemahan Bousquet.
Hal. 36
Bab 2 Asal Muasal Islam
Allah
Islam juga mencontek kata “Allah” dari kaum berhala Arab. Kita
punya bukti Allah ini termasuk salah satu dari banyak nama Dewa di
Arab Utara dan kaum Nabatian. Wellhausen menyebutkan literatur
pra- islam dimana Allah disebut-sebut sebagai Dewa. Kita juga punya
kesaksian Quran sendiri yang menyatakan Allah dikenal sebagai
pemberi hujan, pencipta dll; satu-satunya kejahatan orang2 Mekah
adalah karena mereka menyembah dewa lain juga selain Allah. Pada
akhirnya nama Allah hanya ditujukan pada Makhluk Maha Tinggi.
“Dalam hal apapun, merupakan fakta penting bahwa Muhammad tidak
merasa perlu mengenalkan Tuhan yang sama sekali baru, tapi cukup
puas membonceng Allahnya kaum berhala dan membuatnya menjadi
semacam pemurni dogma.. Kalau saja dia sejak mudanya tidak
terbiasa akan gagasan Allah sebagai Dewa Maha Tinggi, khususnya di
Mekah, mungkin diragukan apa dia akan benar2 maju sebagai
pendakwah monoteisme.”50
Islam juga mengambil alih – atau lebih tepatnya, mempertahankan
– kebiasaan dari kaum berhala Arab: Poligami, perbudakan,
kemudahan cerai dan hukum2 sosial umum lainnya, sunat, wudhu
(pembersihan diri). Wensinck, Noldeke dan Goldziher semua
menyumbang dalam bidang elemen animistik mengenai ritual2 yang
berhubungan dengan sholat2 Muslim.51 Utk persiapan sholat lima
waktu, khususnya wudhu, tujuannya adalah utk membebaskan
pemuja dari kehadiran atau pengaruh roh jahat dan tidak ada
hubungannya dengan kebersihan diri (karena dia juga membolehkan
wudhu memakai pasir, yg jelas2 tidaklah bersih, pen). Jelas terlihat
dari banyak hadis2 sahih Muhammad sendiri mengabadikan banyak
takhyul mengenai pengotoran manusia oleh setan, takhyul yang dia
dapatkan dari kaum berhala ketika dia muda.
Menurut satu hadis, Muhammad mengatakan, “Jika diantara kamu
terbangun dari tidur, bersihkan hidungmu sebanyak tiga kali. Karena
setan tinggal didalam hidungmu semalaman.” Disaat lain ketika
Muhammad melihat seseorang sedang wudhu membasuh kakinya dan
terliwat bagian kering pada kaki orang tsb, dia menyuruhnya utk
kembali melakukan wudhu dengan baik dan mengatakan: “Jika
seorang muslim hamba Tuhan melakukan wudhu, ketika dia mencuci
50
Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics,
vol1, hal 664
51
Zwemer, S. “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, dalam
‘Muslim World’, vol.8, hal.359
Hal. 37
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
mukanya segala dosa dibersihkan oleh air tsb. Dan ketika dia mencuci
tangannya, dosa2 tangannyapun dibersihkan air. Dan ketika dia
mencuci kakinya semua dosa2 yg kakinya lakukan dibersihkan air
sampai dia bersih dari dosa seluruhnya.” Ini membuktikan apa yang
Goldziher nyatakan bahwa: menurut konsep semit, air mengusir setan,
membersihkan dosa. Sang Nabi suka ‘membersihkan’ kakinya ketika
dia akan memakai sandal dengan cuma mengibaskan tangan kebagian
luar sandalnya.
Secara tradisi muslim harus menutupi kepalanya, khususnya bagian
belakang dari kepala. Wensinck pikir ini utk mencegah roh jahat
memasuki tubuhnya. Banyak isyarat2/gerak2, lantunan muazin,
pengangkatan tangan, dll, yang berasal dari kepercayaan animistik yg
sering dipakai dengan tujuan utk pengusiran roh jahat.
Zoroatrianisme
52
Artikel Widengren ‘Iranian Religions’ dalam Encyclopaedia Britannica, edisi
sebelas, hal.867
Hal. 38
Bab 2 Asal Muasal Islam
kontak2 orang Yahudi dengan orang Parthian pada abad ke-2 SM dan
pertengahan abad ke-1 M.53
Islam terpengaruh langsung oleh agama dari Iran, dan pengaruh
tidak langsung dari Yudaisme dan Kristen pada islam juga tidak pernah
diragukan. Utk ini layak kita simak kemiripan antara Yudaisme dan
Zoroastrianisme.
Ahura Mazda, Tuhan Tert inggi I ran, Maha Ada, Maha Kuasa dan
Abadi, m em iliki Kekuasaan dan Daya Cipt a Tinggi yang dia j alankan
lewat perant aranya yait u Spent a Mainyu – Roh Suci – dan m engat ur
j agat raya lewat m alaikat 2, m iripan dengan YHWH. Tapi Kekuasaan
Orm uzd dihalangi oleh m usuhnya, Ahrim an, m irip dengan Set an, yang
akan dihancurkan pada akhir dunia. Disini ada kem iripan dalam
aj aran2 eskat ologinya, dokt rin dunia yang m elakukan regenerasi,
keraj aan sem purna, kedat angan penyelam at / m essiah, kebangkit an
orang m at i dan hidup selam a- lam anya. Keduanya adalah agam a yang
dit urunkan dari surga; Ahura Mazda m enurunkan wahyunya dan
perint ah2nya pada Zoroast er digunung tempat pert em uan suci; YHWH
melakukan pert em uan yg m irip yait u dengan Musa di gunung Sinai.
At uran penyucian Zoroast rian t erut am a prakt ek m em buang kekotoran
karena kont ak dengan mayat atau materi kot or lain ada dalam
Avest an Vendidad yg ham pir m irip dengan at uran2 kit ab I m am at .
Enam hari pencipt aan dalam Kit ab Kej adian m irip dengan enam
perioda pencipt aan yang dit uliskan dalam ayat 2 Zoroast rian. Manusia
m enurut m asing2 agam a berasal dari sat u pasangan, Mashya ( lelaki)
sert a Mashyana ( perem puan) adalah Adam dan Hawanya versi I ran.
Dalam Bible, air bah m enghancurkan seluruh um at m anusia kecuali
sekelom pok orang2 saleh beserta keluarganya; dalam Avest a sebuah
m usim dingin m em usnahkan populasi bum i kecuali keluarga Yim a di
Vara. Dalam kedua kisah t sb bum i diisi oleh orang2 baru dengan
sepasang makhluk terbaik utk tiap jenis, dan lalu bumi terbagi menjadi
t iga keraj aan. Tiga anak dari penerus Yim a, Thraet aona: Airya,
Sairim a dan Tura m enj adi pewaris dari Persia; Shem , Ham dan Japhet
nya versi Sem it . Yudaism e dengan kuat dipengaruhi oleh
Zoroast rianism e j ika dipandang dari sudut ilm u angelologi dan
demonolog, dan mungkin juga dalam doktrin kebangkitannya.54
53
Hinnels dalam Numen 16:161-185, 1969.
54
Artikel ‘Zoroastrianism,’ dalam Jewish Encyclopaedia, hal.695-697
Hal. 39
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
55
Goldziher, Ignaz. “Parsism and Islam.” Dalam Revue de l’histoire des religions,
vol.43 (1901), 1-29, hal-163-186
Hal. 40
Bab 2 Asal Muasal Islam
56
Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. hal.14
Hal. 41
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
57
Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. hal.106
58
Tisdall, William. Original Sources of Islam. Edinburgh, 1901. hal.78
Hal. 42
Bab 2 Asal Muasal Islam
lalu dia berkat a, Selam at dat ang O Nabi terunggul. Lalu Jibril
m em bawaku ke surga lapis kedua, dan Lihat! disana ada John
( Pem bapt is) dan Yesus. Di surga ket iga ada Yusuf; dan keem pat ada
I dris ( Enoch) ; di surga kelim a ada Harun; dan keenam ada Musa.
Ket ika Musa m em balas salam , ia sampai m enangis dan ket ika dit anya
alasan kenapa dia m enangis, ia berkat a: “ Aku berduka karena lebih
banyak orang2/ pengikut 2 dia, nabi yang dikirim sesudah aku, yg
m asuk surga daripada pengikut 2ku.” Lalu kam i naik kesurga ket uj uh;
“ I nilah Bapakm u Abraham ,” kat a Jibril, dan salam dilakukan pula. Lalu
kam i naik ut k t erakhir kalinya, dim ana disana banyak buah2 yg indah
dan daun2 sebesar kuping gaj ah. “ I ni,” kat a Jibril, “ adalah surga
t erakhir; dan Lihatlah! Em pat sungai, dua kedalam dan dua keluar.”
“ Sungai apakah ini O Jibril?” Aku bert anya. Sungai yang m asuk adalah
sungai surga dan yang keluar adalah sungai Nil dan Efrat.
Kenaikan kesurga (atau Miraj) dapat dibandingkan dengan kisah
Pahlavi dalam teks yang disebut Arta Viraf (atau Artay Viraf) yang
ditulis beberapa ratus tahun sebelum era Muslim.59 Para pendeta
Zoroastrian merasa iman manusia telah memudar lalu mereka
mengirim Arta Viraf kesurga utk mencari tahu apa yang telah terjadi.
Arta naik dari satu surga kesurga lainnya dan akhirnya berhasil
kembali kebumi utk memberitahu orang2 nya apa yang telah dia lihat
disana:
Kenaikanku yang pert am a adalah ke surga t erendah; . Dan disana
kam i lihat m alaikat yg bersinar m enyilaukan. Dan aku t anya Sarosh
sang suci dan Azar sang Malaikat : “ Tem pat apakah ini, dan siapakah
m ereka?” [ Kam i lalu diberit ahu bahwa Art a j uga naik kesurga kedua
dan ketiga.] “bangkit dari singgasana emasnya, Bahman sang Malaikat
kepala, ia m engant arku hingga bert em u Orm azd yang bersam a
sekelom pok m alaikat dan para pem im pin surga, sem uanya bersinar
cem erlang, sinar yang belum pernah kulihat sebelum nya. Pem im pinku
berkat a: I nilah Orm azd. Aku m engucap salam padanya dan dia
berkat a senang sekali m enyambutku yg dat ang dari dunia ket em pat
bersinar dan suci ini.. Akhirnya guideku dan m alaikat api set elah
m enunj ukkan surga m em bawaku ke neraka; dan dari t em pat gelap
dan m engerikan it u m em bawaku keat as ket em pat yang sangat indah
dim ana Orm azd dan kelom pok m alaikat nya berada. Aku dg sem angat
m enyalam i dia, lalu dia dengan ram ah berkat a: “ Art a Viraf, pergilah
kedunia, kau t elah m elihat dan sekarang t ahu mengenai Ormazd,
karena akulah Dia; yang Sejati dan Benar, Dia yang aku kenal.
59
Ibid., hal.80
Hal. 43
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
60
Stutley, M.J. A Dictiionary of Hinduism. London, 1977. hal.16
61
Dowson. Hindu Mythology and Religion. Calcutta, 1991. hal.20
62
Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. hal.120
Hal. 44
Bab 2 Asal Muasal Islam
Hal. 45
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
63
Dikutip oleh Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920, hal
126-127
Hal. 46
Bab 2 Asal Muasal Islam
mengenai kepercayaan seputar jin ini. Bagi kita cukup utk diketahui
bahwa takhyul ini sungguh2 diakui oleh Quran, dan jin oleh Islam
secara resmi diakui pula keberadaannya, seperti Macdonald katakan,
Keberadaan mereka sudah tidak diragukan lagi. “Status mereka
(dalam hukum islam) utk segala aspek telah didiskusikan dan
ditetapkan, dan hubungan2 yang bisa terjadi antara jin dengan
manusia, khususnya dalam hal pernikahan dan kepemilikan juga telah
ditelaah.”64 Ibn Sina mungkin filsuf islam pertama yang secara
langsung menolak kemungkinan adanya jin.
Quran juga mengakui takhyul lain yang menyebar di dunia muslim,
mata iblis (dalam bhs indonesia diterjemahkan ‘kejahatan’), yang
dianggap sebagai sumber kesialan yang sering terjadi (Surah 113).
Muhammad sendiri dikatakan percaya akan pengaruh sial ini: Asma
binti Umais menceritakan bahwa: dia berkata, “O Rasul, keluarga Jafar
terpengaruh oleh mata iblis; bolehkan kugunakan jampi2 bagi
mereka?” Sang Nabi berkata, “Ya, karena jika ada sesuatu hal yang
bisa mempengaruhi takdir, maka itu adalah mata iblis.”
Islam tidak lebih dan tidak kurang sama dengan Yudaisme ditambah
pengakuan kenabian dari Muhammad.
-S.M. Zwemer65
Kita punya kesaksian dari sejarawan muslim sendiri bahwa orang
Yahudi punya peran penting dalam kehidupan sosial dan komersial
Medina. Kita tahu tentang suku Yahudi Bani Qaynuqa, Bani Qurayza
dan Bani Nadir, yang cukup kaya utk memiliki tanah dan perkebunan
sendiri. Juga ada banyak tukang kayu, artis dan pedagang yang
bekerja didalam kota itu. Orang2 Yahudi punya komunitas yang cukup
besar pula dikota2 lain di Arab Utara, seperti Khaibar, Taima dan
Fadak. Torrey berpikir mesti ada orang Yahudi yg tinggal di Taima
pada abad ke-6 SM. Pastinya ketika era Kekristenan dimulai disana,
mestilah terdapat pula pemukiman yahudi didaerah itu; migrasi
selanjutnya terjadi setelah kehancuran Yerusalem di tahun 70M. Di
Arab Selatan, kita juga punya bukti ada komunitas Yahudi yg didirikan
oleh para pedagang. Mereka juga punya pengaruh cukup kuat, seperti
ditandai dengan adanya prasasti agama Yahudi pada prasasti2 di Arab
64
Macdonald dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama artikel “Djinn”
65
Zwemer, S. Islam: A Challenge to Faith. New York, 1908. hal.17
Hal. 47
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 48
Bab 2 Asal Muasal Islam
Hal. 49
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Tauhid
Wahyu Tertulis
Penciptaan
Hal. 50
Bab 2 Asal Muasal Islam
Kam i sedikit pun t idak dit im pa kelet ihan.” (50.38). Diayat lainnya,
Quran mengatakan bumi diciptakan dalam dua hari (41.9-12).
Hal. 51
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Gunung Caf
Dalam hadis dikisahkan suatu hari “ Abdallah bert anya pada sang
nabi apa yang m enj adi t it ik t ert inggi di bum i. ‘Gunung Caf,’ kat anya..
[ t erbuat dari] zam rud hij au.” Kisah ini adalah versi kacau dan campur
aduk dari sebuah ayat dalam Hagigah dimana kita menemukan kata
“thohu” dalam Kejadian 1.2, Thohu adalah sebuah garis hijau (Cav
atau Caf) yang mengelilingi seluruh dunia, karenanya kegelapan bisa
muncul.
Hal. 52
Bab 2 Asal Muasal Islam
it u sam pai ( dat ang) m alam ” Dalam Minshnah Berachoth 1.2 kita
mendapatkan doa2 Shema harus dilakukan “ disaat orang dapat
membedakan benang biru dari benang putih.”
Dalam Surah 4.46 dikatakan orang2 percaya tidak boleh sholat
ketika mabuk, kotor atau setelah menyentuh wanita. Semua
pembatasan ini juga ada dalam Berachoth 31.2 dan 111.4 dan Erubin
64.
Sholat bisa dilakukan sambil berdiri, berjalan atau ketika naik
kendaraan – Berachoth 10; sura 2.239.
Sholat boleh diperpendek dalam keadaan darurat tanpa
mendatangkan dosa – Mishnah Berachoth 4.4; sama dengan Surah
4.101-102.
Ritual Wudhu yg dijelaskan dalam surah 5.6 mirip dengan yang
diajarkan dalam Berachot 46.
Menurut surah 4.43 dan 5.6 disebutkan jika tidak menemukan air,
bertayamumlah dengan tanah yang bersih. Talmud menyatakan
bahwa mereka “yang membersihkan diri dengan tanah sudah cukup
jika tidak ada air” (Berachot 46).
Sholat tidak harus bersuara keras (surah 17.110); Berachot 31.2
memerintahkan hal yang sama.
Quran surah 2.228 menyatakan masa idah (tunggu) tiga bulan
sebelum wanita yang diceraikan boleh menikah kembali. Lagi dalam
Mishna Jabhamoth 4.10 menyatakan aturan yang sama.
Tingkat murtad seseorang utk menikah aturannya dinyatakan dalam
Quran surah 2.221, jelas diambil dari Talmud Kethuboth 40.1.
Kedua agama ini sama-sama menganjurkan sang ibu utk menyusui
anaknya selama dua tahun – bandingkan surah 31.14 dan 2.233
dengan Kethuboth 60.1.
Hal. 53
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
kit ab Kej adian, m elihat dari banyaknya t em pat yang diberikan dalam
Quran m engenai pencipt aan langit dan bum i, m anusia sert a objek2
lain pada alam.66
66
Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.60
Hal. 54
Bab 2 Asal Muasal Islam
67
Ibid., hal.105
68
Dikutip oleh Oberman, Julian. “Islamic Origins: A Study in Background and
Foundation.” Dalam The Arab Heritage. Nabih Faris, ed. Princeton, 1944, hal 94
Hal. 55
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Penciptaan Adam
69
Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.108
Hal. 56
Bab 2 Asal Muasal Islam
Geiger mengambil kisah Kain dan Habil sebagai contoh tentang apa
yang dikritik Torrey mengenai gaya penceritaan Muhammad mengenai
poin penting yang hilang. Geiger menunjukkan bahwa apa yang
dinyatakan dalam Quran (Surah 5.27) seluruhnya tidak masuk akal
dan sulit dimengerti, kisah tersebut hanya bisa dimengerti setelah
membaca dari Mishna Sanhedrin 4.5. Pembunuhan Habil dalam Quran
dicontek dari Bible, tapi percakapan Kain dengan Habil sebelum Kain
Hal. 57
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Nuh
Sebagian kisah Nuh dalam Quran jelas2 berasal dari Kitab Kejadian,
tapi karakter nuh sendiri dicontek dari sumber2 yahudi (surah 7.59;
10.71; 22.42, dll). Percakapan Nuh dengan kaumnya ketika dia
membangun bahtera sama dengan yang kita baca dalam Sanhedrin
108; dan baik Quran maupun kitab Yahudi menyatakan bahwa
Hal. 58
Bab 2 Asal Muasal Islam
generasi banjir ini dihukum dengan air bah mendidih (Rosh Hashanah
16.2 dan Sanhedrin 108; Surah 23.27)
Yusuf
Meski kisah dari para Yusuf ini diambil kebanyakan dari bible,
Torrey71 menunjukkan bahwa masih ada ketidak masuk akalan dalam
kisah Quran mengenai Yusuf dalam surah 12, dimana seluruh surah
12 didedikasikan bagi sang patriarki ini; dan hanya jika kita mengisi
70
Tisdall, William. Original Sources of Islam. Edinburgh, 1901. Hal.23
71
Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.109ff
Hal. 59
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
hubungan yang hilang dengan ayat2 dari Midrash maka kisah itu
menjadi masuk akal (Midrash Yalqut 146).
Istri dari Potifar mencoba merayu Yusuf, yang awalnya menolak tapi
akhirnya menyerah ketika melihat sebuah penampakan yang
menggentarkannya. Quran khususnya membiarkan kita meraba-raba
seperti apakah penampakan yang menggentarkan Yusuf itu? Tapi, dari
sumber Yahudi, Sotah 36.2, darimana Quran mencontek, kita
mengetahui bahwa: “Rabbi Jochanan berkata, ‘keduanya berniat
melakukan dosa; sambil menarik bajunya istri Potifar berkata,
“berbaringlah denganku.” … Lalu tampak dalam pandangan Yusuf
bayangan ayahnya dijendela yang memanggilnya, “Yusuf! Yusuf!
Nama saudara2mu akan diukir pada batu2 di Ephod, juga namamu
sendiri; akankah itu semua engkau hapuskan?””
Sambungan kisah ini dalam Quran sepenuhnya tidak dapat
dimengerti jika tidak membaca sumber aslinya, dalam hal ini sumber
aslinya adalah Midrash Yalkut 146. Kisah dilanjutkan dengan istri
Potifar yg mengadakan pesta, dia mengundang semua wanita yang
menertawakan dia karena dg begitu mereka bisa melihat sendiri
ketampanan Yusuf, dan dalam kekaguman tangannya tidak sengaja
terpotong pisau. Dalam Quran, tidak jelas kenapa bisa ada pisau;
dalam Midrash Yalkut, kita tahu bahwa pisau itu dipakai utk makan
buah-buahan dalam pesta.
Dalam Quran Yakub berkata pada anaknya agar masuk lewat pintu
yang berbeda; sama juga dalam Midrash Rabbah Kitab kejadian,
Parashah 91, Yakub “berkata pada mereka, masuk jangan lewat satu
pintu yang sama.” Torrey menceritakan hal ini sbb:
Ketika piala itu ditemukan dalam tas Benjamin, dia langsung dituduh
pencuri, saudara2nya bilang, “ Jika it u hasil curian, maka seorang
diantara saudaranya ( maksudnya Yusuf) yang m encurinya.” Para
pem bela islam sam pai frust asi hingga m enarik2 ram but m ereka w akt u
m encoba m enj elaskan bagaim ana Yusuf sampai bisa dit uduh m encuri,
karena m em ang m ereka t idak punya sum ber islam yang m enerangkan
hal t sb. Penj elasan t ent ang hal ini kit a dapat kan dalam Midrash yang
m enyat akan bahwa ibunya Benj am in yang m encurinya; dan
menyebutkan dicurinya saat Rachel m em bawa sem ua pat ung2 dewa
ayahnya (Genesis xxxi.19.35).
Lagi, Quran bilang Yakub m enget ahui lewat wahyu t ent ang anaknya
Yusuf yg t ernyat a m asih hidup ( surah 12.86) t api dalam Midrash
Yalkut cxiii kit a pelaj ari darim ana dia m endapat kan inform asi t sb:
“ Seorang kafir bert anya pada t uan kam i. Apakah orang m at i t erus
hidup? Orang t uam u t idak percaya, akankah kam u j uga? I ni m engenai
Yakub kat anya, dia m enolak ut k dit enangkan: apakah kalau dia tahu
Hal. 60
Bab 2 Asal Muasal Islam
yang m at i it u m asih hidup, akankah dia t enang? Tapi dia m enj awab,
“ Bodoh, dia sudah t ahu dari Roh Kudus bahwa Yusuf m asih hidup, dan
ia tidak perlu ditenangkan.”
Kisah Hud, yang biasanya dikenal dengan nama biblenya, Eber, juga
dicontek dari tulisan2 rabbinical (bandingkan surah 11.63 dengan
Mishnah Sanhedrin 10.3). Contekan yang serupa juga banyak terdapat
dalam kisah Quran mengenai Musa dan Firaun. Kita ambil contoh:
Dalam Rashi, Exodus 15.27, komentator yahudi menambahkan
bahwa dua belas air mancur ditemukan dekat Elim dan setiap suku
punya satu sumur. Muhammad mengubah pernyataan ini dan
menyatakan bahwa duabelas air mancur keluar dari batu yang dipukul
Musa di Rephidim.
Dalam Aboda Sarah 2.2, kita punya kisah hebat tentang Tuhan yang
menaungi bangsa Israel dengan gunung Sinai ketika menurunkan 10
perintah Tuhan. Quran membuat versi berikut surah 7.171: “Dan
(ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan- akan
bukit it u naungan awan dan m ereka yakin bahwa bukit it u akan j at uh
m enim pa m ereka. ( Dan Kam i kat akan kepada m ereka) : " Peganglah
dengan t eguh apa yang t elah Kam i berikan kepadam u, sert a ingat lah
selalu ( am alkanlah) apa yang t ersebut di dalam nya supaya kam u
menjadi orang- orang yang bertakwa".”
Hal. 61
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 62
Bab 2 Asal Muasal Islam
Hal. 63
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
72
Artikel Wensinck ‘Al Khadir’ dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama
Hal. 64
Bab 2 Asal Muasal Islam
Contekan2 lain
Kekristenan
73
Oberman, Julian. “Islamic Origins: A Study in Background and Foundation.”
Dalam The Arab Heritage. Nabih Faris, ed. Princeton, 1944. Hal.100
74
Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. Hal.141
75
Bell, R. The Origin of Islam in Its Christian Environment. London, 1926. Hal.136
Hal. 65
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Quran. Tidak diragukan lagi, bagian terbesar dari pengaruh Syria pada
Arab berasal dari Syria dengan perantaraan orang2 kristen al-Hira.
Komunitas Kristen juga tumbuh di Arab Selatan, yaitu Najran; banyak
penduduknya menganut paham Nestorian tapi ada juga yg menganut
paham Monophysit yang berhubungan dengan gereja Monophysite di
Abyssinia. Menurut hadis Muslim, muhammad sendiri punya hubungan
dengan orang2 kristen di gereja Syria. Kita tahu dari sumber muslim
bahwa waktu muda Muhammad sering bepergian ke Syria; dan ada
kisah yang menceritakan dia mendengarkan khotbah Uskup dari
Najran, Quss, ketika berlangsung festival Ukaz dekat Mekah.
Sudah sejak lama terjalin juga hubungan dekat dengan Abyssinia
dalam bentuk hubungan dagang, dan tentu saja Arab Selatan masih
berada dibawah pemerintahan Abyssinia selama beberapa waktu
sebelum kelahiran Muhammad. Kita juga tahu tentang sekelompok
orang Mekah yang masuk islam dan pindah ke Abyssinia. Torrey
menandai saat2 ini sebagai saat ketertarikan akan kekristenan yang
baru muncul pada diri Muhammad.
Tapi meski ada semua ini Muhammad tetap saja tidak pernah
mengerti sepenuhnya tentang doktrin Trinitas. Pengertian yang dia
dapatkan dan tuliskan dalam Quran mengenai kekristenan berasal dari
sekte kristen yang menyimpang.
Tujuh Orang Tidur (Seven Sleeper)
Legenda Seven Sleeper dari Efesus muncul pada akhir abad ke-5
dan menyebar keseluruh Asia Barat dan Eropa. Legenda ini disebut
pertama kali dalam karya seorang uskup Syria ‘James of Sarug’ (452-
521), lalu diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Gregory of Tours
(540-590) menjadi ‘De Gloria Martyrum’ (1. i.c; 95). Gibbon
menyatakan, “dongeng pupuler ini, yang mungkin didengar
Muhammad ketika dia naik onta menuju pasar2 Syria, diperkenalkan
sebagai Wahyu Ilahi didalam Quran.” (Sura 18.9-26). Kisah Quran
dimulai demikian: “ At au kam u m engira bahwa orang- orang yang
m endiam i gua dan ( yang m em punyai) raqim it u, m ereka t erm asuk
tanda- tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?” Menurut dongeng,
beberapa anak muda kristen kabur menuju sebuah gua dipegunungan
utk menghindari hukuman dari Kaisar Decius. Para pengejarnya
menemukan gua itu dan menutupnya. Tapi para anak2 muda ini
secara mukjijat bisa selamat dan keluar dari gua itu 200 tahun
kemudian. Para komentaror saling berselisih pendapat tentang arti
dari ‘al-Raqim’ selama bertahun-tahun. Torrey76 berpendapat bahwa
76
Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.46-47
Hal. 66
Bab 2 Asal Muasal Islam
nama aneh ini cuma kesalahan baca nama Decius belaka yang ditulis
dalam bahasa Aramaic.
Hal. 67
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Bagian lain dari kisah Quran ini diambil dari Prot evangelium of
Jam es t he Less, ditulis dalam Hellenic Greek, dan juga dari t he Copt ic
History of the Virgin.
Yesus
Trinitas
Hal. 68
Bab 2 Asal Muasal Islam
Timbangan
Telah kita baca sebelumnya dari Persia muncul sebuah elemen yang
dipakai oleh Islam yang disebut “Timbangan”, yaitu timbangan yang
menimbang tindakan2 manusia saat hari Kiamat. Tapi ada elemen2
lain juga yg dicontek dari karya2 heretik, “The Testament of
Abraham,” dari abad ke-2. Kemungkinan besar ide2 ini juga diambil
dari buku Mesir yang berjudul ‘the Dead’.
Kita juga sudah mengetahui bagaimana kenaikan kesurga sang Nabi
banyak didasarkan pada teks2 Pahlavi. Tapi dalam buku “Testament of
Abraham” juga didapatkan cerita2 seperti ini, disana diceritakan sang
patriarki itu dibawa kesurga oleh malaikat Michael dan diperlihatkan
dua jalan yang berujung ke surga dan neraka:
Abraham m elihat j uga dua pint u, sat u lebar sepert i j alanan dan
yang lain sem pit . Didepan dua pint u it u ada seorang m anusia ( adam )
duduk disinggasana em as, m ukanya mengerikan. Mereka m elihat
jiwa2 didorong para m alaikat m em asuki gerbang yang lebar, t api
sedikit sekali j iwa yang dim asukkan m alaikat ke gerbang sem pit . Dan
ket ika m anusia it u m elihat hanya sedikit yang m asuk gerbang sem pit ,
dan banyak yg m asuk gerbang lebar, dia m enarik- narik ram but nya
dan m enangis t ersedu- sedu sam pai j at uh ket anah. Tapi ket ika dia
m elihat m ulai banyak j iwa m em asuki gerbang sem pit , dia bangkit dan
merasa senang hingga duduk kembali disinggasananya.
Sesuai karya muslim ‘Miskhat Masabi’, kita pelajari tentang
kunjungan Muhammad ke surga ketika melihat Adam: “Lihatlah:
Seorang manusia duduk, disebelah kanan ada banyak bayangan orang
yg gelap dan dikirinya ada banyak bayangan orang yg gelap. Ketika
dia melirik kekanan dia tertawa; ketika melirik kekiri dia menangis.
Dan katanya, Selamat datang nabi yang saleh, dan anak yang unggul.
Inilah Adam… orang disebelah kanannya adalah para penghuni surga
dan bayangan gelap disebelah kirinya adalah penghuni neraka; ketika
dia melihat kekanan dia tersenyum; dan ketika melihat kekiri dia
menangis.”
Hal. 69
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Lubang Jarum
Hal. 70
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
77
Hurgronje Snouck, C. Mohammedanism. New York, 1916. Hal.16
78
Burton, John. The Collection of the Quran, Cambridge, 1977, hal.225
Hal. 72
Bab 3 Masalah Sumber Islam
Hal. 73
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
dibedakan satu dari yang lain. Hadis adalah komunikasi oral yang
berasal dari nabi, dimana sunna adalah kebiasaan normal dalam
tata cara dan hukum yang mengatur perbuatan2 dalam praktek
kehidupannya; Sunnah mengacu pada tujuan religius atau legal
tanpa harus berupa ucapan/oral. Dengan kata lain, sesuatu itu bisa
dikatakan sunnah meski tidak ada hadis yang meriwayatkannya
sekalipun.
Mungkin non muslim tidaklah mengerti secara penuh bagaimana
besarnya hadis ini berpengaruh dalam dunia islam. “Hadis dipegang
sebagai referensi keramat setelah Quran diseluruh dunia islam.
Dalam beberapa kasus bahkan dipercaya ada perkataan Tuhan
langsung dalam hadis seperti juga ada pada Quran.” Kitab2 hadis
ini bertindak sebagai dasar teoritikal bagi hukum islam dan dg
demikian bagi islam itu sendiri.
Dikatakan ada enam Hadis yang otentik/sahih dan benar yang
diterima oleh muslim sunni, yaitu, kumpulan hadis :
(1) al-Bukhari 9m.870),
(2) Muslim ibn al-Hajjaj (m.875),
(3) Ibn Maja (m.887),
(4) Abu Dawud (m.889),
(5) al-Tirmidhi (m.892) dan
(6) al-Nisai (m.915).
Kadang ditambahkan hadis dari Ahmed ibn Hanbal (m.855), yang
mana ensiklopedi hadisnya yang terkenal disebut Musnad berisi
hampir 29.000 hadis dan menjadi subjek bacaan muslim2 taat.
Hal. 74
Bab 3 Masalah Sumber Islam
79
Hurgronje Snouck, C. Mohammedanism. New York, 1916. Hal.23
80
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.82
81
Hurgronje Snouck, C. Mohammedanism. New York, 1916. Hal.24
82
Ibid., hal.25
Hal. 75
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
83
Smirnov, N.A. Russia and Islam. London, 1984. Hal.48
84
Ibid., hal.48-49
Hal. 76
Bab 3 Masalah Sumber Islam
85
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.83
86
Ibid., hal.83
87
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. Hal.19 Vol.2
Hal. 77
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
88
Ibid., hal.43, Vol.2
89
Ibid., hal.44
Hal. 78
Bab 3 Masalah Sumber Islam
90
Ibid., hal.108
91
Ibid., hal.169
92
Ibid., hal.236
Hal. 79
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
93
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.83
94
Schacht, Joseph. “Law and Justice.” Dalam The Cambridge History of Islam. 4
vols. Cambridge, 1970. Hal. 4-5
Hal. 80
Bab 3 Masalah Sumber Islam
Buku ini ( karya Schacht ) akan m em ast ikan kesim pulan Goldziher
t sb, dan m alah m elebihi it u dalam hal : Banyak hadis klasik dan
kum pulan hadis lainnya disebarkan hanya set elah j am an Shafi’I
( Shafi’I adalah pendiri dari sekolah hukum pent ing yang m em akai
nam anya; dia m eninggal t ahun 820M) ; Lem baga resm i pert am a
t ent ang hadis sahih yang berasal dari pert engahan abad kedua Hij riah
( abad 8 M) , lem baga ini m enj adi lawan dari hadis2 para sahabat nabi
dan ot orit as lain yang sedikit lebih awal kem unculannya, dan dari
t radisi2 yang hidup dalam sekolah2 hukum t ua; hadis2 ini dihadapkan
pada proses perkem bangan yang sam a dan j uga dianggap sam a
set ingkat ; para isnadnya m enunj ukkan kecenderungan ut k m undur
t ahun dalam periwayat annya dan m engklaim ot orit as yang lebih t inggi
lagi sam pai m ereka m ent ok pada sang nabi; bukt i2 hadis legal ini
ternyata hanya membawa kita sampai ke tahun 100H (718M) saja.
Schacht membuktikan bahwa sebuah hadis sesungguhnya tidak ada
pada waktu tertentu, contoh, dengan menunjukkan bahwa hadis tsb
tidak digunakan sebagai argumen hukum dalam sebuah diskusi yang
terjadi diwaktu tsb yang mana seharusnya disebutkan jika hadis itu
memang benar2 ada. Bagi Schacht setiap hadis legal dari nabi harus
dianggap sebagai tidak sah dan berupa ungkapan karangan dari
sebuah doktrin legal yang dirumuskan diwaktu kemudian saja: “Kita
tidak akan menemukan hadis legal dari sang nabi yang bisa secara
positif dianggap sahih.”95
Hadis2 dibentuk secara polemik utk menyanggah doktrin atau
praktek berlawanan ; Schacht menyebut hadis2 ini sebagai “hadis
tandingan”. Doktrin2 yang dipertentangkan sering dikembalikan pada
otoritas yang lebih tinggi: “Hadis2 dari penerus sang nabi diakui
menjadi hadis2 dari para sahabat nabi, dan hadis2 dari sahabat diakui
menjadi hadis dari sang nabi sendiri.” Detil dari kehidupan sang nabi
diciptakan utk mendukung doktrin2 legal ini.
Schacht lalu mengkritik para isnad “mereka sering
mengumpulkannya secara sembarangan. Setiap kelompok perwakilan
yang doktrinnya seharusnya diproyeksikan kembali pada otoritas lama
diambil secara acak dan dipasangkan pada sang isnadnya. Dg begitu
kita temukan sejumlah nama2 lain yang sebenarnya isnad yang
sama.”
Schacht menunjukkan bahwa dimulainya hukum islamik tidaklah
dapat ditelusur mundur kedalam tradisi islamic lebih jauh dari satu
95
Ibid., hal.149-163
Hal. 81
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
96
Crone, P. Roman, Provincial and Islamic Law? Cambridge, 1987. Hal.7
97
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.84
Hal. 82
Bab 3 Masalah Sumber Islam
98
Cook, M. Muhammad. Oxford, 1983. hal. 68
Hal. 83
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Bagi muslim ortodoks saat ini, Quran yang ada adalah yang
ditetapkan dibawah pemerintahan Usman abad ke-7. “Muslim ortodoks
percaya bahwa Qurannya Usman ini berisi semua wahyu yang
disampaikan dan dipelihara tanpa perubahan atau variasi apapun dan
bahwa Quran Usman ini diterima secara universal sejak hari
penyebarannya. Sikap muslim ortodoks ini termotivasi oleh faktor
dogmatis semata; tidak didukung oleh bukti2 sejarah.”99
Ini membawa kita pada penolakan Wansbrough akan hadis2
sebelumnya. Wansbrough menunjukkan bahwa jauh sebelum
dipastikan diabad 7, teks pasti dari Quran belum lagi ada sampai akhir
abad 9. Islam yg asli sepenuhnya buatan Arab sangatlah tak mungkin;
orang2 Arab secara perlahan memformulasikan dalil2 mereka seiring
kontak mereka dengan Yudaisme diluar Hijaz (Arab tengah, terdiri dari
Mekah dan Medinah).
Kiasan2 Quran m engisyarat kan t erbiasanya m ereka dengan m at eri2
narat if ayat 2 Yudeo- Krist ian, kiasan2 yang belum lah begit u
t erform ulasikan sepert i pada ayat 2 acuan m ereka. Dilihat secara
keseluruhan, dari j um lah referensi, perulangan, penggunaan kaidah
ret oris dan gaya polem isnya, sem ua m engesankan: adanya sebuah
at m osfir sekt arian yang kuat yang m ana sebuah kum pulan ayat 2 yang
sudah dikenal dipaksakan kedalam sebuah pelayanan dokt rin yang
belum begitu dikenal.100
Ditempat lain Wansbrough mengatakan, “tantangan utk
menghasilkan ayat yang lebih baik atau sama dengan itu, yg
diungkapkan lima kali dalam Quran, hanya dapat dijelaskan dalam
konteks polemik Yahudi.”101
Scholar lebih awal seperti Torrey, yang mengakui kebenaran
pencontekan Quran dari literatur rabbinic menyimpulkan tentang
populasi Yahudi di Hijaz (Arab Tengah). Tapi seperti kata Wansbrough,
“referensi dari literatur Rabbinic bagi Arabia sangat sedikit sekali
jasanya utk tujuan rekonstruksi sejarah, dan khususnya utk daerah
Hijaz di abad 6 dan 7.”102
Banyak dipengaruhi kisah2 rabbinic, komunitas muslim awal
mengambil Musa sebagai suri tauladan dan kemudian gambaran
Muhammad muncul – tapi hanya secara pelahan dan sebagai
99
Artikel Adams “Quran” dalam Encyclopaedia of Religion.
100
Wansbrough, J. Quranic Studies. Oxford, 1977. Hal. 56
101
Ibid., hal.79
102
Ibid., hal.51
Hal. 84
Bab 3 Masalah Sumber Islam
103
Ibid., hal.97
104
Ibid., hal.44
Hal. 85
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
105
Jeffery, Arthur. “The Quest of the Historical Mohammed.” Dalam Muslim World,
vol.16, no.4, October 1926. Hal.342
106
Wansbrough, J. Quranic Studies. Oxford, 1977. Hal.56
107
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.84-85
Hal. 86
Bab 3 Masalah Sumber Islam
Hal. 87
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 88
Bab 3 Masalah Sumber Islam
Hal. 89
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hadis2 palsu banyak t ersebar diant ara scholar abad delapan, dan
bagaim anapun j uga hadis m ulut kem ulut it ulah yang digunakan oleh
I bn I shaq sert a orang2 sej am annya. Tak ada sat upun dari hadis ini
yang bisa dipercaya. Kit a m alah yakin bahwa ada sej um lah hadis
m engenai Dogm a dan hukum yg disiapkan dengan serent et an para
isnad oleh m ereka yang m enyebarkannya; sedang disaat yg sam a kit a
punya banyak kont roversi abad delapan yang m em pert anyakan apa
boleh membuat hadis mulut kemulut itu menjadi tulisan. Implikasi dari
pem ikiran akan keandalan sum ber2 ini j elas berm akna negat if. Jika
kit a t idak dapat m em percayai rant ai ot orit as, kit a t idak bisa lagi
m engklaim punya kisah2 yang diriwayat kan t erpisah dari saksi2 yang
independen; dan j ika penget ahuan akan kehidupan Muham m ad
disam paikan secara oral selam a sat u abad sebelum lalu dij adikan
t ulisan, m aka kem ungkinan m at eri2 it u t elah m engalam i
108
pengubahan.
Cook lalu melirik pada sumber2 non muslim: Yunani, Syria dan
Armenia. Dari sinilah gambaran yang tak disangka-sangka muncul.
Meski tidak diragukan pernah ada orang bernama Muhammad, bahwa
dia itu pernah menjadi pedagang, bahwa sesuatu yang penting terjadi
tahun 622, dan bahwa Abraham menjadi pusat dari ajarannya, tidak
ada indikasi bahwa karir Muhammad berkembang di Arab, tidak
disebut-sebut tentang Mekah, dan Quran tidak muncul sampai tahun2
terakhir abad ke-7. Malah muncul dari bukti2 ini tentang para muslim
yang sholat ke arah yg lebih jauh dari Mekah; dg demikian pusat
108
Cook, M. Muhammad. Oxford, 1983. Hal. 65
Hal. 90
Bab 3 Masalah Sumber Islam
109
Ibid., hal.74
110
Ibid., hal 75-76
Hal. 91
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Jika sum ber2 luar punya t ingkat kepent ingan yang t epat , m aka
past ilah hadis2 secara serius m enyim pangkan aspek2 pent ing dalam
kehidupan Muham m ad, dan bahkan int egrit as Quran sebagai pesan-
pesan Muhammad j uga j adi diragukan. Dalam sudut pandang apa
yang dikat akan diat as t ent ang kondisi sum ber2 m uslim , kesim pulan
dem ikian m enj adi sah bagi saya; t api cukup adil j ika dikat akan j uga
bahwa ini tidak biasa terjadi pada saya.111
Cook menunjuk pada kemiripan kepercayaan tertentu Muslim
dengan praktek2 dari orang Samaritan (didiskusikan nanti). Dia juga
menunjuk bahwa gagasan fundamental Muhammad yang
mengembangkan agamanya Abraham sebenarnya telah dilakukan
dalam karya Apokripa Yahudi (bertanggal sekitar 140-100 SM) yang
disebut “Book of Jubilees” dan mungkin ini yang mempengaruhi
terbentuknya gagasan islam. kIta juga punya bukti2 dari Sozomenus,
seorang penulis kristen abad ke-5 yang “merekonstruksi monoteisme
primitif kaum Ismail yang mirip dengan yang dimiliki orang2 Yahudi
pada jamannya Musa”; dan dia berargumen dari kondisi saat itu
bahwa Hukum2 Ismail mestilah “dirusak seiring berjalannya waktu dan
dipengaruhi oleh kaum berhala tetangganya.”
Sozomenus menjelaskan bagaimana suku arab tertentu yg
mengetahui asal usul mereka dari Ismail dan mengadopsi ibadat2
yahudi. Lagi-lagi mungkin ada pengaruh terhadap komunitas muslim
dari sumber ini. Cook juga menunjuk kemiripan kisah Musa (Keluaran,
dll) dengan Hijrah Muslim (keluar dari Mekah). Dalam mesianisme
Yahudi,
Karir dari seorang m esiah dipandang sebagai ‘m elakukan kem bali’
apa yang t elah dilakukan oleh Musa; kunci perist iwa Musa adalah
‘keluaran’, at au hij rah, dari penindasan ke gurun pasir, dim ana sang
m essiah harus m em im pin peperangan suci ut k m engam bil kem bali
t anah perj anj ian, Palest ina. Melihat bukt i sebelum nya yang
m engait kan Muham m ad dengan orang Yahudi sert a kepercayaan
t ent ang Messiah- nya yahudi disaat ket ika penyerangan ke Palest ina
dim ulai, norm al sekali j ika kit a m enganggap it u sebagai t it ik awal
perebutan tanah perjanjian sebagai gagasan politisnya.
Cook dan Patricia Crone mengembangkan gagasan ini dalam karya
brilian mereka, Hagarism : The Making of t he I slam ic World ( 1977) .
Sayangnya, mereka memakai gaya yang cukup sulit dari ‘master’
mereka yaitu Wansbrough, yang mana bisa membuat mundur
pembaca yang paling berdedikasi sekalipun; seperti kata Humphrey,
“argumen mereka disampaikan lewat serangkaian kiasan, metafora
111
Ibid., hal.76-82
Hal. 92
Bab 3 Masalah Sumber Islam
112
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal.85
113
Crone, P., and Cook, M. Hagarism: The Making of the Muslim World.
Cambridge, 1977. Hal.9
Hal. 93
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
114
Ibid., hal.8
Hal. 94
Bab 3 Masalah Sumber Islam
115
Ibid., hal.114ff
Hal. 95
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
116
Ibid., hal.18
117
Ibid., hal.21
Hal. 96
Bab 3 Masalah Sumber Islam
118
Cook, M. [Muhammad. Oxford, 1983. Hal.86
119
Crone, P. Meccan Trade and the Rise of Islam. Oxford, 1987. Hal. 215
Hal. 97
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
120
Ibid., hal.230
Hal. 98
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Layak dicatat.. scholar yang akrab dengan sumber2 arab dan yang
paling mengerti kehidupan jaman itu, seperti Margoliouth, Hurgronje,
Lammens, Caetani, adalah yang paling tegas menentang pengakuan
kenabian Muhammad; orang harus mengakui bahwa semakin dekat
dengan sumbernya dalam mempelajari sesuatu semakin sulit
pemikiran kita utk lepas dari kesimpulan para scholar ini.
Arthur Jeffery (1926)121
Satu fakta yang harusnya dikenali semua orang yang punya
pengalaman tentang kemanusiaan adalah: orang yg kelihatan sangat
Religi seringkali merupakan orang2 yg sangat jahat.
Winwood Reade (1872)122
Meski kita sepakat dengan Cook, Crone, Wansbrough dan yang
lainnya bahwa kita tidak tahu banyak tentang orang yang disebut
Muhammad ini, kita harus cukup puas mendapatkannya dari sumber2
hadis. Para muslim mungkin lebih baik menolak alternatif terakhir,
karena hadis tidak seluruhnya memuji-muji sang Nabi. Susahnya bagi
muslim, mereka tidak bisa menuduh tulisan2 itu dibuat oleh musuh.
Mungkin karya barat pertama yang menerapkan metoda “Kritik
Sejarah” pada kehidupan Muhammad adalah buku Gustav Weil
“Moham m ad der Prophet , sein Leben und sein Lehre ( 1843) ”, disitu
dikemukakan pendapat Muhammad seorang penderita epilepsi (ayan).
Ini diikuti oleh karya lainnya, Sprenger, Noldeke, dan Muir. Kita nanti
akan menelaah pandangan2 Sprenger. Karya hebat Noldeke mengenai
Quran, Geschicht e des Qorans ( 1860) juga akan dibahas di bab
berikutnya tentang Quran.
Karya Muir Life of Mahom et muncul disekitar tahun 1856-1861,
dalam empat volume, didasarkan dari sumber2 asli muslim, sumber
langsung yang keandalannya dipertanyakan sengaja disimpan pada
bab terakhir, tapi justru oleh Muir disebut bab yg sangat patut utk
diperhatikan. Penilaian Muir mengenai karakter Muhammad ini
diulang-ulang oleh scholar lain. Para scholar123 membagi kehidupan
Muhammad menjadi dua periode, perioda Mekah dan periode Medinah;
121
Jeffery Arthur “The Quest of the Historical Mohammed,” in MW Vol.XVI, No4.
Oct 1926
122
Reade., hal.230
123
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923
Hal. 100
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
Hal. 101
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Yang Maha Kuasa dit anam m enj adi kekuat an m engerikan pedang
kekuasaan; dan pedang kekuasaan ini m enghasilkan kerelaan utk
m enghancurkan “ m usuh2 Tuhan” dan m engorbankan m usuh2 it u
dialt ar agam a baru ini. “ Bunuh orang2 kafir dim anapun kau t em ukan,”
m enj adi slogan dari I slam . “ Berperang dij alan Allah sam pai m usuh
dihancurkan dan agam a m enj adi m ilik Allah saj a.” Pengabdian hangat
sederhana ini yg pernah dit iupkan sang nabi sert a para pengikut nya di
Mekah, ket ika bercam pur dengan m ot if2 duniawi segera berubah
menjadi pudar dan ham bar; sem ent ara keim anan m erosot m enj adi
kefanatikan, at au m enguap dalam sebuah at uran2 form al tak
manusiawi.
Muir mengatakan selama Quran tetap menjadi standar kepercayaan,
kejahatan akan terus mengalir: “Poligami, Perceraian dan perbudakan
mengancam akar moral masyarakat, meracuni kehidupan domestik,
dan merusak kehidupan bermasyarakat; sementara hijab (kerudung)
menghapus gender wanita dari posisinya yang benar di dunia…
kebebasan berpendapat dan pendapat2 pribadi dihancurkan dan
ditiadakan. Toleransi tidak dikenal dan institusi kebebasan serta liberal
ditutup rapat.”
Muir menunjuk ketidakkonsistenan karakter Muhammad sbb:
Seiring hasrat m enggebu ut k m em usnahkan penyem bahan berhala
dan m em prom osikan agam a sert a kebaikan didunia, muncul juga
kecenderungan kesenangan pribadinya; sam pai akhirnya, karena
m enganggap diri sebagai lelaki pilihan Surga, dia m em benarkan
dirinya dengan m em akai “ wahyu2” , m em bebaskan dirinya ut k hal2
kepemilikan sosial dan kewajiban2 yang mengikat orang2 biasa.
Penilaian akhir dari Muir adalah “Pedang Mahomet dan Quran adalah
musuh bagi peradaban, kebebasan dan kebenaran yang paling keras
yang pernah dikenal dunia.” 124
Caetani, yg menulis awal abad ini, muncul dengan kesimpulan yang
sama pula. Di Medina, Muhammad lebih percaya diri, sadar akan
superioritasnya.
Muham m ad m enonj ol diant ara sem ua orang, sam pai2 Tuhan
diberinya posisi kedua, j adi hanya pem bant u Sang Nabi. Dia ( Tuhan)
t idak lagi j adi Yang Maha, pada siapa persembahan harus dit uj ukan,
t api m enj adi si Maha Kuasa yang m em bant u Nabi dalam m isi2
polit iknya, yang m em fasilit asi kem enangan2nya, m enghibur dalam
kekalahan, m em bant unya m engurai keruwet an2 dunia dalam keraj aan
kaum pria, dan m enolongnya m em perlancar kesulit an2 yang m uncul
124
Caetani Annali dell’Islam, trans in MW vo. Vi.
Hal. 102
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
set iap hari ket ika dia m enggapai fase baru dari karir nabi dan
polit iknya. Tuhan Mesin ini ( Deus ex Machina) m enj adi am at sangat
berguna baginya dalam sebuah m asyarakat kej i, bengis, pem arah,
pem benci, t inggi hasrat balas dendam , haus darah, serakah dalam
m eram pok dan m udah berubah- ubah rasa sim pat inya…. Dari m ulut
Muham m adlah dan bukan dari Tuhan ( boneka Muham m ad) keluar
j awaban2 ut k m em pert anyakan segala sesuat u, keluar fat wa yang
m enent ukan nasib seseorang, dan secara keseluruhan, Tuhan t idak
dianggap lagi t api sang Nabilah yang j adi sum ber puj a puji.
Muham m ad adalah sebuah fakt a yang nyat a dan j elas; Tuhan hanya
menjadi sekedar t eori berguna baginya, sebuah prinsip m ut akhir, yang
disimpan tinggi2 di surga at as sana, yg m engikut i dengan seksam a
dan bergairah serta penuh kekhawat iran pergerakan2 sang nabi, baik
dalam hal kecil m aupun dalam hal besar, m em bant u dengan
segerom bolan m alaikat yg siap sedia, Dia siap m engeluarkan ayat 2
ut k kesulit an2 yang m uncul, ut k m eluruskan kesalahan2, m elegalkan
kegagalan2, m endorong inst ing2 kej i dan kebrut alan t idak bermoral
dari Tuhan tirani.
Jika Muham m ad m enyim pang di t ahun2 awal m isinya, ini t idak
heran; karena dia hanyalah seorang m anusia yang kelakuan dan
t em peram ennya t idak j auh berbeda dari m asyarakat sekit arnya ket ika
it u, m asyarakat yang set engah biadab, t ercerabut dari akar budaya
m urni dan dibim bing m elulu oleh inst ing dan bakat alam yang
dim engert i secara buruk dan m enelan begit u saj a dokt rin2 Yudaism e
dan kekrist enan yg sesat yg ada saat it u. Muham m ad m enj adi m udah
rusak ket ika kekuasaan dan kekayaan menghampirinya di Medina, dia
t idak bisa m enolak t indakan2 j elek yang harus dilakukan olehnya ut k
m em pert ahankan posisi baru it u, t erlebih lagi j ika m elihat fakt a bahwa
usaha pert am anya berhasil, belum rasa sedapnya kuasa polit ik t anpa
bat as yang dia punyai…Penurunan karakt er m oralnya adalah sebuah
fenom ena yg am at sangat m anusiawi, dim ana sej arah t elah m encat at
kej adian yang sam a sepert i ini bukan sekali saj a, t api ribuan kali.
Lebih m udah ut k m at i suci dg dipancung at au m at i dit iang gant ungan
daripada bert ahan disinggasana set elah berj uang keras m elawan
m usuh yang bengis dan keras kepala. Figur Muham m ad kehilangan
kecantikannya, tapi dia mendapat kekuasaan sebagai gantinya.
Nanti saya akan menelaah argumen Muir dan Caetani utk melihat
apakah mereka adil atau tidak dalam menilai karakter sang Nabi.
Disini saya ingin melihat karya Sprenger mengenai kehidupan
Muhammad. Buku The Muslim Sources penuh referensi sang nabi
sebagai subjek, khususnya pada waktu wahyu2 secara rutin turun dan
dia terima. Ini yang dijelaskan oleh Margoliouth:
Hal. 103
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
125
Jeffery Arthur “The Quest of the Historical Mohammed,” in MW Vol.XVI, No4.
Oct 1926, hal 335
126
Buhl in MW vol 1, 1911, hal 356-64.
Hal. 104
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
127
Dikutip oleh Jeffery Jeffery Arthur “The Quest of the Historical Mohammed,” in
MW Vol.XVI, No4. Oct 1926, hal 336
128
Margoliouth, Mohammed and the Rise of Islam, London, 1905
Hal. 105
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 106
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
129
Humphreys, R.S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
hal 92-98
Hal. 107
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
130
Dikutip oleh Humphreys, di halaman 97
Hal. 108
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
Hal. 109
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
131
Dikutip dalam Rodinson, Maxime. Muhammad. New York, 1980.
Hal. 110
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
Hal. 111
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 112
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
m enginst ruksikan pada m ereka, “ Jika Ka’b dat ang, aku akan
menyent uh ram but nya dan m encium ( bau ram but ) , dan ket ika kau
m elihat aku sudah m em egang kepalanya, lucut i dia.” Ka’b bin al-
Ashraf m endat angi m ereka m em akai pakaian lengkap dan parfum .
Muham m ad bin Maslam a bilang. “ belum pernah kucium parfum
sewangi ini.” Ka’b m enj awab. “ Aku punya parfum yang t erbaik, wanit a
arab yang t ahu parfum kelas at as.” Muham m ad bin Maslam a m em int a
Ka’b “ Bolehkan kucium kepalam u?” Ka’b bilang, “ Ya.” Muham m ad bin
Maslam a m encium nya dan m em int a t em an2nya m encium j uga. Lalu
dia m int a lagi, “ boleh kucium ( kepalam u) lagi?” Ka’b bilang, “ Ya.”
Ket ika m encium dipegangnya kepala Ka’b kuat 2, dia bilang ( pada
t em an2nya) “ Serang dia! ” Lalu m ereka m em bunuhnya, set elah it u
m ereka m endat angi sang nabi dan m em berit ahunya t ent ang
keberhasilan pem bunuhan ini. ( Abu Rafi) t erbunuh set elah Ka’b bin Al-
Ashraf.)
Besok paginya setelah pembunuhan Kab nabi menyatakan: “’Bunuh
yahudi manapun yang jatuh ketanganmu.’ Lalu Muhayyisa b. Masud
menyerang Ibn Sunayna, seorang pedagang Yahudi dimana keluarga
Muhayyisa punya hubungan sosial dan dagang dengannya, dan
menbunuhnya.” Ketika saudara dari Muhayyisa memprotes hal tsb
padanya, Muhayyisa menjawab bahwa jika Muhammad
memerintahkan membunuh saudaranya itu dia akan lakukan juga.
Saat itu sisaudara bernama Huwayyisa yg belum muslim langsung
masuk islam sambil berkata, “agama apapun yang bisa membuatmu
jadi begini pastilah agama hebat!” Pembunuhan2 ini secara jujur
menggambarkan “fanatisme keji kemana ajaran2 sang Nabi bergulir
cepat.”132
Seperti kita telah ketahui, Perang Uhud merupakan kekalahan serius
bagi para muslim dan menjadi ancaman menurunnya kekuasaan serta
wibawa sang nabi. Akibat perang ini, terjadi dua eksekusi lagi yang
dilakukan sang Nabi: Yaitu Abu Uzza, seorang tawanan sisa perang
Badar dan Usman ibn Moghira.
Karena butuh kemenangan, Muhammad memutuskan utk menekan
suku Yahudi lain, Bani Nadir, yang katanya menunjukkan kegembiraan
secara terbuka akan kekalahan para muslim. Dengan alasan dia
mendapat wahyu yang memperingatkan niat Bani Nadir utk
membunuh dia secara diam-diam, Muhammad memerintahkan Bani
Nadir utk meninggalkan Medina dalam waktu sepuluh hari atau mati.
Setelah mengepung mereka selama beberapa minggu, orang2 yahudi
itu menyerah dan diijinkan utk pergi; mereka pergi dan bergabung
132
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923, hal 240
Hal. 113
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
dengan orang2 yahudi Khaybar, hanya utk kemudian dibantai lagi dua
tahun kemudian oleh gerombolan yang sama. Kemenangan atas kaum
Yahudi ini diterangkan dengan panjang dalam surah 59. Sang Nabi
sangat tahu akan banyaknya harta benda yg ditinggalkan Bani Nadir,
dimana tanah mereka juga dibagi diantara para muslim; Bagian
Muhammad membuat dia akhirnya tidak tergantung lagi secara
keuangan pada siapapun.
Tahun 627 orang Mekah dan sekutunya memulai serangan ke
Medina. Kepungan ini berakhir dalam dua minggu dan belakangan
dikenal sebagai Perang Parit. Suku Yahudi terakhir yg ada di Medina,
Banu Qurayza, ikut serta dalam pertahanan kota Medina, tapi secara
keseluruhan mereka tetap berlaku netral. Meskipun demikian,
kesetiaan mereka masih dipertanyakan dan tak ampun lagi setelah
perang parit selesai Muhammad mulai bergerak menekan mereka.
Sadar bahwa mereka tidak mungkin bisa melawan Banu Qurayza
setuju utk menyerah dengan syarat mereka akan meninggalkan
Medina tanpa membawa barang apapun. Muhammad menolak dan
ingin mereka menyerah tanpa syarat. Orang Yahudi lalu memohon Abu
Lubaba sekutu mereka di Banu Aws demi persahabatan mereka
dengan Banu Aws agar mengunjungi mereka. Abu Lubaba ditanya apa
kehendak Muhammad sebenarnya; dan jawaban Abu Lubaba hanyalah
isyarat gerakan tangan keleher, gerak seperti memotong leher,
menandakan bahwa mereka harus berjuang sampai titik darah
penghabisan karena hanya kematian yang bisa mereka terima.
Akhirnya setelah beberapa minggu orang yahudi menyerah dengan
syarat agar nasib mereka ditentukan oleh keputusan sekutu mereka
Bani Aws. Karena mereka anggap suku ini akan memberi ampunan
pada mereka, tapi Muhammad memutuskan agar nasib yahudi2 itu
diputuskan oleh satu orang saja dari Banu Aws. Muhammad menunjuk
Sa’d Ibn Muadh menjadi hakimnya. Sa’d yang masih kesakitan dari
luka2 yang dia derita karena perang Parit, menyatakan, “Keputusan
saya adalah bahwa semua lelaki harus dihukum mati, wanita dan
anak-anak dijual sebagai budak, dan harta yang mereka tinggalkan
dibagikan kepada para muslim.” Muhammad menyatakan keputusan
itu sama dengan apa yang ingin dia putuskan: “Sesungguhnya
keput usan Sad adalah keput usan Allah yg dinyat akan dari surganya
dilangit ketujuh.”
Malam nya parit 2 yang cukup besar ut k dimasuki m ayat 2 digali
disepanj ang pasar t engah kot a. Paginya Muhammad sendiri yg
m engawasi t ragedi berdarah ini, ia memerintahkan setiap tawanan
lelaki dibawa dalam sat u kelom pok m asing2 t erdiri dari lim a at au
enam orang sekaligus. Tiap kelom pok diperint ahkan ut k duduk
didepan parit kuburan m ereka, disana m ereka dipancung dan
Hal. 114
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
tubuhnya ditendang m asuk parit … Pem bant aian it u dim ulai pagi hari
berlansung sepanj ang hari dan dit eruskan dim alam hari dengan
m em akai obor. Seraya kakinya dibasahi darah karena tanah pasar
yang dibanj iri darah dan set elah m em beri perint ah agar parit t sb
dit ut up dengan t anah dan dirat akan, Muham m ad beranj ak
menghampiri Rihana, seorang wanit a cant ik yang suam i dan
kerabat2nya baru saja dipancung. 133
Harta jarahan dibagi-bagi, wanita budak dibagi juga sebagai hadiah,
wanita yang kurang cantik dijual dan dilelang. Ya, tentu saja ada
wahyu turun dari surga utk membenarkan hukuman keji yang
dijatuhkan pada orang Yahudi: Surah 33.25 “Dan Allah m enghalau
orang- orang yang kafir it u yang keadaan m ereka penuh kej engkelan,
( lagi) m ereka t idak m em peroleh keunt ungan apa pun. Dan Allah
m enghindarkan orang- orang m ukm in dari peperangan. Dan adalah
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Dihadapkan pada kekejian, tindakan barbar dan tidak manusiawi ini,
para sejarawan modern menyatakan hal yang berbeda-beda.
1. Mereka yang masih punya nurani, sejarawan seperti Tor Andrae,
H.Z. Hirschberg, Salo Baron dan William Muir mengutuk
perlakuan biadab ini. Tor Andrae, yang biografi Muhammadnya
dianggap sebagai salah satu dari dua karya penting 60 tahun
belakangan ini tanpa ragu mencela sang nabi atas “hukuman yg
tidak manusiawi” dan menambahkan, “Dalam kejadian ini sekali lagi
dia menunjukkan tidak adanya kejujuran dan moral, yang menjadi
sifat buruk karakternya.” Meskipun demikian, Andrae tetap
mencoba melihat “kekejaman Muhammad terhadap orang yahudi
melalui latar belakang fakta bahwa ejekan dan penolakan mereka
terhadap dia menjadi kekecewaan terbesar dalam hidupnya.”134
2. Para pembela (apologis) seperti Watt (heran!) secara total
membebaskan sang nabi dari kesalahan ini; membaca pembelaan
menyimpangnya ini orang diingatkan akan ucapan Lord Acton:
“Setiap penjahat selalu diikuti oleh seorang sesat yg siap dengan
alat pembersih dibelakangnya” Tapi seperti Rodinson katakan,
dengan benar, “sulit utk menerima bahwa Muhammad tidak
bersalah.” Tak ada satupun dari tindakan2nya menunjukkan
kemurahan hati terhadap orang Yahudi. Seperti Moshe Gil
nyatakan, sejak awal Muhammad setidaknya telah punya niat utk
mengusir Yahudi dari sana. Sebelumnya telah dengan terbuka
133
Ibid., hal 307-308
134
Tor Andrae, Mohammed, the Man and His Faith, diterjemahkan oleh T. Menzel,
New York, 1955.
Hal. 115
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
135
Stillman, N.A. The Jews of Arab Lands. Philadelphia, 1979. Hal.16
136
Jahanbegloo, R. Conversations with Isaiah Berlin. London, 1991. hal.107
Hal. 116
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
137
Hogbin dalam Firth, R., ed. Man and Culture. London, 1980.
138
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923, hal 241, note 1
Hal. 117
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
139
Rodinson, Maxime. Muhammad. New York, 1980., hal.213
140
Jahanbegloo, R. Conversations with Isaiah Berlin. London, 1991. hal.37
141
Runciman, S. A History of the Crusades. Cambridge, 1951-1954
Hal. 118
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
142
Dikutip dalam Stillman, N.A. The Jews of Arab lands. Philadelphia, 1979.
Hal. 119
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Zainab Affair
Satu hari sang nabi mengunjungi anak angkatnya Zaid. Zaid adalah
salah seorang mualaf awal – mualaf ketiga tepatnya – dan dia sangat
setia pada ayah angkatnya ini, hingga Muhammad sangat
memperhatikan Zaid dan menilainya lebih tinggi dari yang lain. Zaid
sudah menikah dengan Zaynab bint Jahsh, keponakan sang Nabi
sendiri. Dan tambahan lagi – ini sangat penting dalam kisah ini –
Zainab sangatlah cantik mempesona.
Hari itu, Zaid sedang tidak ada dirumah, tapi Zainab yang sedang
memakai pakaian sembarangan dan menampakkan keindahan
tubuhnya membukakan pintu bagi sang nabi, dan memintanya masuk.
Ketika Zainab membereskan pakaiannya, Muhammad tersentak oleh
kecantikan dan keindahan tubuhnya “Allah yang mulia! Allah disurga!
Betapa kau membalikkan hati para lelaki!” teriak sang Nabi. Dia
menolak utk masuk dan malah pergi sambil kebingungan. Tapi, Zainab
telah mendengar perkataannya dan lalu menceritakannya pada Zaid
ketika dia pulang. Zaid langsung pergi menemui sang Nabi dan dengan
patuh menawarkan utk menceraikan istrinya bagi sang nabi.
Muhammad menolak, sambil menambahkan “Pertahankan istrimu dan
takutlah pada Allah.” Zainab sekarang seperti terpengaruh dengan ide
menikahi sang nabi, dan Zaid, melihat bahwa Muhammad masih birahi
pada istrinya, menceraikan juga Zainab. Tapi rasa takut pada opini
masyarakat membuat Muhammad ragu: lagipula, anak angkat saat itu
dianggap sama dengan anak kandung; jadi, pernikahan demikian akan
terlihat seperti incest bagi orang arab saat itu. Seperti biasa, sebuah
wahyu turun baginya tepat waktu, mengijinkannya utk “membuang
segala keberatannya bersama dengan angin.” Ketika Muhammad
duduk disamping istrinya Aisha, mendadak dia terpelanting kerasukan.
Ketika sadar dia bilang, “Siapa yang mau pergi dan memberi selamat
pada Zainab dan bilang bahwa Allah telah menyatukan dia denganku
dalam perkawinan?” Dg itu kita mendapatkan surah 33.4-5, 33.36-40:
Allah sekali- kali t idak m enj adikan bagi seseorang dua buah hat i
dalam rongganya; …… Dia t idak m enj adikan anak- anak angkat m u
sebagai anak kandungm u ( sendiri) . ….. Panggillah m ereka ( anak- anak
angkat it u) dengan ( m em akai) nam a bapak- bapak m ereka; it ulah
yang lebih adil pada sisi Allah,
Dan tidaklah patut bagi laki- laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perem puan yang m ukm in, apabila Allah dan Rasul- Nya t elah
m enet apkan suat u ket et apan….. Dan ( ingat lah) , ket ika kam u berkat a
kepada orang yang Allah t elah m elim pahkan nikm at kepadanya dan
kam u ( j uga) t elah m em beri nikm at kepadanya: " Tahanlah t erus
Hal. 120
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
Hal. 121
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
sekali lagi kepelikan yang berlebihan yang bisa m uncul dari hasrat ut k
m em bukt ikan t eori2 yang sebenarnya t elah dinyatakan dg j elas dalam
dogma itu sendiri.143
Skandal seks lainnya mengancam dan mengganggu ketenangan
‘harem’ Muhammad. Utk mencegah kecemburuan diantara istri2nya,
Muhammad membagi waktu yg sama diantara mereka, satu malam
tiap istri bergiliran. Disaat tiba giliran Hafsa, Muhammad melihat
kecantikan budak/pembantunya Hafsa, Maria orang Koptik, hafsa
ditipunya dengan membohongi dia dipanggil ayahnya, ketika Hafsa
pergi dia gagahi Maria diranjang Hafsa itu juga. Hafsa yang kembali
karena memang ayahnya tidak memanggil dia, mendapati sang Nabi
sedang menindih budak pembantunya. Hafsa menjadi sangat marah
dan memaki-maki sang nabi dengan kasar; dia mengancam utk
mengungkapkan hal ini pada istri2nya yang lain. Muhammad
memohon Hafsa agar berdiam diri jangan memberitahu yang lain dan
bersumpah utk tidak mendekati Maria lagi. Tapi Hafsa tetap tidak bisa
berdiam diri dan memberitahu Aisha, yang kebetulan tidak senang
pada Maria. Skandal ini menyebar luas diantara harem2nya, dan
segera Muhammad mendapatkan dirinya diasingkan oleh istri2nya
sendiri. Seperti dalam masalah Zainab, sebuah wahyu surga turun utk
membereskan masalah rumah tangga ini. Wahyu surga ini
membatalkan sumpah yang dibuat Muhammad utk tidak mendekati
lagi sang budak, Maria orang Koptik dan menegur para istrinya dengan
tuduhan tidak patuh dan durhaka; wahyu itu bahkan mengisyaratkan
bahwa Muhammad boleh menceraikan semua istri2nya dan
menggantinya dengan yang lebih patuh. Lalu, Muhammad mengurung
diri dengan Maria Koptik dan menjauh dari istri2nya selama sebulan.
Akhirnya, lewat campur tangan Umar dan Abu Bakar, Muhammad
berdamai dan MEMAAFKAN para istrinya. Harmoni sekali lagi kembali
ke haremnya. Surah yang beruntung kita dapatkan dari kejadian ini
adalah:
[ 66.1] Hai Nabi, m engapa kam u m engharam kan apa yang Allah
m enghalalkannya bagim u; kam u m encari kesenangan hat i ist ri-
istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[ 66.2] Sesungguhnya Allah t elah m ewaj ibkan kepada kam u sekalian
m em bebaskan diri dari sum pahm u; dan Allah adalah Pelindungm u dan
Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[ 66.3] Dan ingat lah ket ika Nabi m em bicarakan secara rahasia
kepada salah seorang dari ist ri- ist rinya ( Hafshah) suat u perist iwa.
Maka t at kala ( Hafshah) m encerit akan perist iwa it u ( kepada Aisyah)
143
Rodinson, Maxime. Muhammad. New York, 1980., hal.207-208
Hal. 122
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
dan Allah m em berit ahukan hal it u ( sem ua pem bicaraan ant ara
Hafshah dengan Aisyah) kepada Muham m ad lalu Muham m ad
memberitahukan sebagian ( yang diberit akan Allah kepadanya) dan
m enyem bunyikan sebagian yang lain ( kepada Hafshah) . Maka t at kala
( Muham m ad) m em berit ahukan pem bicaraan ( ant ara Hafshah dan
Aisyah) lalu Hafshah bert anya: " Siapakah yang t elah m em berit ahukan
hal ini kepadam u?" Nabi m enj awab: " Telah diberit ahukan kepadaku
oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
[ 66.5] Jika Nabi m enceraikan kam u, boleh j adi Tuhannya akan
m em beri gant i kepadanya dengan ist ri- ist ri yang lebih baik daripada
kam u, yang pat uh, yang berim an, yang t aat , yang bert obat , yang
mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
Seperti yang Muir katakan, “pastinya tidak ada ayat yang lebih
menjijikan dari ayat ini dalam “Kitab Suci Orang Timur” ini; tapi ayat
ini telah berulang kali dibaca dan dilantunkan sepanjang abad, dan
sampai sekarang juga masih oleh para muslim baik dimuka umum
maupun ditempat tertutup, sebagai bagian dari ayat suci Quran yang
abadi.”144
Ayat2 Setan
144
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923, hal 414
Hal. 123
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Pada titik ini, kita diberitahu bahwa Setan telah menaruh perkataan
tsb dimulutnya, perkataan rekonsiliasi dan kompromi:
Perdamaian Hudaibiya
145
Watt, W. Montgomery. Muslim-Christian Encounters. London, 1991.
Hal. 124
Bab 4 Muhammad dan Pesannya
146
Margoliouth, D.S. Muhammad. In Encyclopaedia of Religion and Ethics, vol.8
hal 878
Hal. 125
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Bab 5 Qur’an
147
Huxley, T.H. Science and Hebrew Tradition. London, 1895
Hal. 126
Bab 5 Qur’an
- Maxime Rodinson148
Quran ditulis dalam huruf arab dan terbagi menjadi bab2 (surat atau
surah) dan ayat2 (ayah; jamak). Ada kurang lebih 80.000 kata,
sekitar 6200 sampai 6240 ayat dan 114 surah dalam Quran. Tiap
surah, kecuali surah nomor 9 dan Al-Fatihah (Surah no.1), dimulai
dengan kalimat “ Dengan m enyebut nam a Allah Yang Maha Pem urah
lagi Maha Penyayang.” Siapapun yang mengumpulkan Quran, ia
menyimpan surat2 yang panjang menjadi surat awal tanpa melihat
kronologis maupun urutan surat mana yang pertama diturunkan pada
Muhammad.
Bagi muslim Quran adalah kata2 Tuhan tanpa kesalahan satupun,
kata2 Tuhan langsung yang diturunkan lewat perantara sebuah roh
atau malaikat atau Jibril ke Muhammad dalam bahasa arab murni dan
sempurna; setiap titik koma didalamnya berlaku abadi dan bukan hasil
ciptaan. Teks aslinya ada disimpan di surga (induk Al Kitab
(Lohmahfuz), 43.3; kitab yang terpelihara (Lohmahfuz) 56.78; yang
(tersimpan) dalam Lohmahfuz 85.22). Malaikat mendiktekan wahyu
pada nabi, yang lalu mengulangnya, dan kemudian dia sampaikan
pada dunia. Muslim2 modern juga mengklaim bahwa wahyu2 ini
dipelihara persis seperti ketika diturunkan dan diucapkan oleh
Muhammad, tanpa ada perubahan, penambahan atau pengurangan
sedikitpun. Quran dipakai sebagai ‘jimat’ pada peristiwa2 penting
seperti kelahiran, kematian atau perkawinan. Meminjam kata2
Guilaume, “Quran adalah yang tersuci dari yang paling suci. Tidak
boleh ditindih oleh buku lain, harus selalu ada dibagian paling atas;
orang tidak boleh minum atau merokok ketika Quran sedang
dibacakan dan harus didengarkan dalam suasana hening (tidak boleh
ada yang bicara). Quran adalah jimat utk penyakit dan bencana.”
Sheikh Nefzawi, dalam karya erotik klasiknya The Perfum ed Garden,
bahkan menganjurkan Quran untuk dipakai sebagai alat perangsang:
“ Dikat akan bahwa pem bacaan Quran j uga m em pengaruhi kopulasi
persetubuhan.”
Baik Hurgronje maupun Guillaume menunjuk cara2 tak masuk akal
bagaimana anak2 dipaksa utk menghafal sebagian atau seluruh quran
(sejumlah 6200 ayat) diluar kepala sambil menomor duakan
pendidikan2 lainnya, seperti berpikir kritis dll: “Anak2 mampu
mengerjakan ini semua dengan risiko kehilangan kemampuan berakal
sehat mereka, karena seringnya mereka dipaksa utk menghafal hal2
yang sebenarnya belum perlu mereka pikirkan secara serius.”149
148
Rodinson, Maxime. Muhammad. New York, 1980
149
Guillaume, Alfred. Islam. London, 1954. hal 74
Hal. 127
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hurgronje mengamati:
Kitab ini, pernah m enj adi kekuat an ut k m erubah dunia, sekarang
fungsinya hanya ut k dilant unkan oleh guru2 dan orang2 awam sesuai
dengan at uran yang sudah dit ent ukan. At uran2 it u t idak sulit t api t ak
diberikan pengertian kalim at 2nya; Quran dilant unkan sem at a karena
dengan m embacanya saj a dipercaya bisa m endat angkan pahala.
Mereka t idak t ahu art i ayat 2 yang dilant unkan dengan nada t urun naik
it u, j angankan orang awam bahkan orang t erpelaj ar j uga t idak t ahu
bahwa ayat yang m ereka lant unkan it u m engaj arkan hal2 penuh dosa,
t api m ereka m elant unkannya set iap hari, set iap ada kegiat an2
istimewa.
Kode universal 1300 t ahun lalu berubah m enj adi sekedar buku t eks
yang dibacakan dengan nada2 yang dikeram at kan, pada prakt eknya
sebagian kehidupan pent ing dari anak2 m uda yang harusnya
dihabiskan utk pendidikan yg lebih baik jadi disia- siakan.150
Perkataan Tuhan?
Suyuti, Ahli tafsir dan ahli bahasa Quran, mampu menunjuk lima
ayat yang konon ‘dikatakan oleh Tuhan’ untuk diperdebatkan.
Beberapa dari kalimat dalam bagian2 itu jelas diucapkan oleh
Muhammad sendiri dan sebagian oleh Jibril. Ali Dashti151 juga
menunjuk pada beberapa bagian dimana pembicaranya tidaklah
mungkin Tuhan.
Sebagai contoh, surah pembuka yang dinamakan Al-Fatihah:
Dengan m enyebut nam a Allah Yang Maha Pem urah lagi Maha
Penyayang. Dengan m enyebut nam a Allah Yang Maha Pem urah lagi
Maha Penyayang. Segala puj i bagi Allah, Tuhan sem est a alam , Maha
Pem urah lagi Maha Penyayang, Yang m enguasai hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kam i m enyem bah dan hanya kepada
Engkaulah kam i m ohon pert olongan Tunj ukilah kam i j alan yang lurus,
( yait u) j alan orang- orang yang t elah Engkau anugerahkan nikm at
kepada m ereka, bukan ( j alan) m ereka yang dim urkai dan bukan ( pula
jalan) mereka yang sesat.
Kalimat tersebut jelas2 ditujukan pada Tuhan dalam bentuk doa.
Kalimat itu adalah perkataan Muhammad yg berdoa pada Tuhan
meminta petunjuk dan bimbingannya. Orang cukup menambahkan
150
Dikutip Zwemer, S. dalam The Influence of Animism on Islam. London, 1920
151
Dashti, Ali. Twenty- Three Years: A Study of the Prophetic Career of
Mohammed. London, 1985, hal 148f
Hal. 128
Bab 5 Qur’an
Hal. 129
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
152
Goldziher, Ignaz. I nt roduct ion t o I slam ic Theology and Law. Terjemahan Andras
dan Ruth Hamori. Princeton, 1981. hal 173
153
Dashti, Ali. Twenty- Three Years: A Study of the Prophetic Career of
Mohammed. London, 1985, hal 150
Hal. 130
Bab 5 Qur’an
bersumpah: “ Sungguh, Aku bersum pah dengan bint ang- bint ang, yang
beredar dan t erbenam , dem i m alam apabila t elah ham pir
m eninggalkan gelapnya, dan dem i subuh apabila faj arnya m ulai
menyingsing,” Muhammad yang tak mampu lagi menyembunyikan
asal-usul kepaganannya melakukan sumpah lagi dalam surah 84.16,
“ Maka sesungguhnya Aku bersum pah dengan cahaya m erah di wakt u
senj a, dan dengan m alam dan apa yang diselubunginya, dan dengan
bulan apabila j adi purnam a” Ada ayat2 lain dimana sangat mungkin
bahwa Muhammadlah yang sedang berbicara, contoh., 69.38, 70.40,
75.1, 75.2, 90.1.
Bahkan Bell dan Watt154, yang hampir bisa dibilang tidak menentang
islam juga mengakui bahwa:
Asum si bahwa Tuhan sendiri sebagai pembicara pada set iap ayat
menimbulkan kesulitan2. Seringnya Tuhan disebut dalam bent uk kata
ganti orang ket iga. Tak ragu lagi seringnya sang pem bicara menyebut
dirinya dalam bent uk orang ket iga, t api m elihat bagaim ana sang nabi
m enyebut dirinya sendiri dengan sebutan yang set ingkat lalu
m enyebut Tuhan sebagai kat a gant i orang ket iga, bukanlah hal yg
biasa. Malah hal ini j adi bahan t ert awaan, dalam Quran kok Tuhan
dibuat bersumpah sendiri. Bersumpahnya Tuhan dalam beberapa ayat,
dim ulai dengan kalim at “ Aku bersum pah …” sulit ut k disangkal ( cont oh
75.1; 56.75; 69.38 dll) … “ Dem i Tuhan,” ( 70.40) bagaim anapun hal ini
sulit dipercaya berasal dari Tuhan… Lalu ada sat u ayat yang semua
orang akui diucapkan oleh m alaikat , ayat 19.64- 65: “ Dan t idaklah
kam i ( Jibril) t urun, kecuali dengan perint ah Tuhanm u. Kepunyaan-
Nya- lah apa- apa yang ada di hadapan kit a, apa- apa yang ada di
belakang kit a dan apa- apa yang ada di ant ara keduanya, dan t idaklah
Tuhanm u lupa. Tuhan ( yang m enguasai) langit dan bum i dan apa- apa
yang ada di ant ara keduanya, m aka sem bahlah Dia dan bert eguh
hat ilah dalam beribadah kepada- Nya. Apakah kam u m enget ahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
Dalam 37.161- 166 sangat j elas j uga sang m alaikat lah
pem bicaranya. I ni jika sekali saj a diakui m ungkin akan menular ke
ayat 2 yang j uga t idak begit u j elas siapa pem bicaranya. Kesulitan2
dalam banyak ayat yang ada kat a ‘kam i’ dij elaskan dengan
m enafsirkan yang dim aksud ‘kam i’ it u adalah m alaikat bukan Tuhan
yang berbicara m em akai bent uk j am ak. Tidak m udah ut k
m em bedakan keduanya dan pert anyaan ‘empuk’ kadang m uncul
dit em pat dim ana terjadi perubahan m endadak dari Tuhan yg m em akai
kat a gant i orang ket iga menjadi ‘kami’, padahal ‘kam i’ disit u t et ap
154
Bell, R., and W.M. Watt. Introduction to the Quran. Edinburgh, 1977, hal 66.
Hal. 131
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Meski para ahli bahasa Muslim mengenali ada banyak kata2 yang
berasal dari kata asing, sifat ortodoks membuat mereka bungkam.
Satu hadis memberitahu kita bahwa “Siapapun yang bilang dalam
Quran ada kata asing selain kata Arab dia telah membuat tuduhan
serius pada Tuhan: ‘Sesungguhnya Kam i m enurunkannya berupa Al
Qur'an dengan berbahasa Arab,” ( surah 12.2) . Untungnya, ahli bahasa
seperti al-Suyuti berhasil mengemukakan argumen yang hebat utk
menghindari keberatan pemikiran kolot tsb. Al-Tha’alibi berpendapat
bahwa benar ada kata2 asing dalam Quran tapi “Orang Arab sudah
terbiasa dengan kata2 itu dan sudah meng-arab-kannya, jadi dari
sudut pandang ini, kata2 itu sebenarnya sudah jadi kata arab.” Meski
Al-Suyuti menyatakan ada sekitar 107 kata2 asing, Arthur Jeffery
dalam karya klasiknya menemukan sekitar 275 kata dalam Quran
yang bisa dikategorikan kata asing yg berasal dari: Aramaic,
H e br e w , Syr ia c, Et hiopia , Pe r sia da n Yuna ni. Kata “Quran” sendiri
berasal dari bahasa Syriac, dan Muhammad terbukti mendapatkannya
dari sumber2 kristen.
Hal. 132
Bab 5 Qur’an
Quran Resmi, yaitu Naskah Medina, kopian dari naskah ini dikirim
keseluruh kota besar dengan perintah tambahan utk menghancurkan
naskah2 Quran yg lainnya.
Codex/Naskah Usman ini bertujuan utk membuat standarisasi teks
konsonan; tapi meski demikian tetap saja masih bisa ditemukan versi2
lain dari naskah yang sudah distandarisasi ini dan banyak yg bertahan
sampai abad 4 Hijriah. Masalah menjadi besar karena ada fakta bahwa
standarisasi teks konsonantal tsb tidaklah begitu jelas, tanda titik yang
membedakan, contoh yg membedakan sebuah huruf “b” dari huruf “t”,
atau “th” tidak ada. Beberapa huruf lain (f dan q; j, h, dan kh; s dan
d; r dan z; s dan sh; d dan dh; t dan z) juga tidak bisa dibedakan.
Buntutnya banyak sekali versi bacaan yang berbeda-beda yg
diterapkan sesuai dengan bagaimana teks tersebut ditambahkan tanda
titiknya. Huruf Vokal malah lebih rumit lagi. Aslinya bahasa arab tidak
punya tanda utk vokal pendek – ini diperkenalkan belakangan. Teks
arab melulu konsonantal (hanya berisi konsonan). Meski vokal pendek
kadang dihilangkan, huruf vokal itu bisa dilambangkan dengan tanda2
ortografi yang ditempatkan diatas atau dibawah huruf tsb – ada tiga
tanda semuanya, mengambil bentuk garis miring/coret atau koma,
Setelah beres masalah konsonan para muslim masih harus
memutuskan huruf vokal mana yang dipakai dalam tiap ayat;
memakai huruf vokal yang salah tentu saja membuat pembacaan dan,
otomatis, artinya menjadi berbeda.
Kesulitan berujung pada bermunculannya pusat2 studi Quran versi
berbeda dengan cara baca dan tulisan yang berbeda pula, tergantung
bagaimana teks itu ditambahkan vokal dan diperjelas konsonannya.
Meski ada perintah dari Usman utk menghancurkan semua teks Quran
lain selain versi dia, tetap saja naskah2 tua lain bisa bertahan. Seperti
Charles Adams155 katakan, “harus ditegaskan bahwa bukannya hanya
sat u versi t eks wahyu t anpa cacat saj a yang ada dij am an Usm an,
kenyat aannya m alah t erdapat ribuan versi bacaan dari ayat 2 tertentu
… versi2 ini bahkan m em pengaruhi j uga Naskah Usm an asli, m em buat
naskah Usm an sendiri j adi diragukan keasliannya..” Sebagian Muslim
lebih suka naskah lain yg bukan naskah usman, contohnya, naskah
milik Ibn Masud, Ubayy ibn Kab, dan Abu Musa. Akhirnya dibawah
pengaruh scholar Quran Ibn Mujahid (meninggal 935M), ada
kanonisasi yang pasti dari satu sistem konsonan dan ditetapkan
sebuah batasan penempatan variasi vokal yang dipakai dalam teks,
hasilnya sistem ini diterima ditujuh tempat:
1. Nafi dari Medina (meninggal 785M)
155
Artikel Adams, Quran dalam Encyclopaedia of Religion
Hal. 133
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
156
Jeffery, Arthur. “ Progress in t he St udy of t he Quran Text .” Dalam
Muslim World, vol.25., dalam Muslim World vol.25, hal 11.
Hal. 134
Bab 5 Qur’an
Arabic Sempurna?
157
Artikel Adams, Quran dalam Encyclopaedia of Religion
158
Guillaume, Alfred. Islam. London, 1954. hal 189
159
Dikutip dalam Morey, Robert. The Islamic Invasion. Eugene, 1992, hal.121
160
Noldeke dalam Encyclopaedia Britannica, edisi sebelas, vol.15, hal 898-906
Hal. 135
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
161
Dashti, Ali. Twenty- Three Years: A Study of the Prophetic Career of
Mohammed. London, 1985, hal 49-50
Hal. 136
Bab 5 Qur’an
benar- benar ahli sihir” kata utk “dua orang ini” (hadhane) berupa
kasus nominatif; padahal harusnya berupa kasus akusatif (Hadhayne)
karena muncul setelah penekanan unsur pengenalan.
Ali Dashti menutup contoh2 ini dengan menyatakan,
Usm an dan Aisha dilaporkan m em baca kat a it u sebagai ‘hadhayne’.
Kom ent ar dari para scholar m uslim m enggam barkan bagaim ana
fanat ism e dan kekakuan int elekt ual saat it u: “ Karena kesepakatan
para m uslim akan hal ini dan karena Quran adalah ‘kalim at Tuhan’
karenanya t idak mungkin ada kesalahan sat upun, maka laporan yg
menyatakan bahwa Usman dan Aisya membacanya sebagai ‘hadhayne’
bukannya hadhane dianggap suatu hal yang jahat dan palsu.”
Ali Dashti memperkirakan ada sebanyak lebih dari seratus
penyelewengan aturan normal dan struktur arab dari Quran.
Ada hadis dari Aisha, istri sang nabi, kata Aisha tadinya ada “ayat
rajam”, dimana disitu rajam dijelaskan sebagai hukuman bagi zinah,
ayat ini menjadi bagian dari Quran tapi sekarang hilang. Kalifah2 awal
melakukan hukuman rajam bagi para penzinah meski Quran, yang kita
kenal sekarang, hanya memerintahkan seratus cambukan. Ini jadi
aneh – jika hadis itu tidak benar – kenapa hukum islam sampai saat
ini masih menetapkan hukum rajam padahal Quran hanya menuntut
hukum cambuk. Menurut hadis juga, lebih dari seratus ayat telah
hilang. Kaum Shia, tentunya mengklaim bahwa Usman telah
membuang banyak ayat2 yang condong berpihak ke Ali karena
alasan2 politisnya.
Nabi sendiri telah melupakan banyak ayat, ingatan para sahabat
juga sama2 tidak bisa diandalkan dan para penyalin bisa juga salah
menyalin ayat2. Kita juga punya kasus Ayat setan yang jelas
menunjukkan bahwa Muhammad sendiri menyembunyikan atau
menghapuskan beberapa ayat.
Keaslian banyak ayat juga dipertanyakan bukan hanya oleh scholar
barat modern tapi juga oleh para muslim sendiri. Banyak kaum Kharijit
yang menjadi pengikut Ali waktu awal islam berdiri menemukan surah
yg menceritakan kisah Yusuf yg ganas berikut kisah2 erotisnya yang
sekarang tidak ada di Quran. Bahkan sebelum Wansbrough ada
sejumlah scholar barat seperti Sacy, Weil, Hirschfeld dan Casanova
yang meragukan keaslian surah ini atau surah itu atau ayat ini dan
ayat itu. Bisa dibilang sejauh ini argumen mereka belum bisa dibantah.
Argumen Wansbrough malah menemukan dukungan diantara scholar
Hal. 137
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
generasi muda yang tidak sejalan dengan kolega mereka dari generasi
sebelumnya, seperti dijelaskan dalam bab 1-nya “Trahison des Clercs”.
Dilain pihak kebanyakan scholar benar percaya adanya interpolasi
(penyisipan/penambahan) dari Quran; interpolasi ini berupa sebagai
terjemahan yang ditambah-tambahkan pada kalimat2 yg sulit. Yang
lebih serius lagi adalah interpolasi sebuah karakter (politis atau
dogmatis) seperti pada ayat 42.40-42, yang kelihatannya ditambahkan
hanya utk membenarkan pengangkatan Usman sebagai kalifah dan
menafikan Ali. Lalu ada ayat2 lain yang ditambahkan hanya utk
menyesuaikan rimanya, atau utk menggabungkan dua ayat pendek
yang tidak ada hubungannya sama sekali agar nyambung dan bisa
dimengerti.
Bell dan Watt162 secara cermat meneliti banyak pengubahan dan
revisi dan menunjuk pada tidak samanya gaya penulisan Quran
sebagai bukti dari banyaknya perubahan2 dalam Quran:
Banyak sekali hal2 yg dem ikian dan ini diklaim sebagai bukt i adanya
perubahan yg fundam ent al. Disam ping hal2 yang sudah kit a
perhatikan – rim a2 t ersem bunyi, dan frase- rim a yang t idak m enyat u
kedalam t ekst ur dari ayat – t erdapat juga perubahan m endadak dari
rimanya; pengulangan kat a at au frase yg berim a sam a dalam ayat 2
yang berdam pingan; bercampurnya subj ek yang t ak ada hubungannya
sam a sekali kedalam ayat yang tidak homogen/bertopik sama;
perlakuan yg berbeda utk subj ek sam a dalam ayat 2 yang berdekat an,
sering dengan pengulangan kat a dan frase; pem ot ongan t at a bahasa
yang menimbulkan kesulitan untuk penafsiran; perubahan kasar dalam
ayat 2 yang panjang; perubahan mendadak dalam kisah2 dramatis
dengan m engubah kat a gant i dari t unggal ke j am ak, dari kat a gant i
orang kedua ke kat a gant i orang ket iga, dan set erusnya;
disejajarkannya pernyat aan yang j elas2 berlawanan; disejajarkannya
ayat 2 yang cerit anya j elas2 beda j am an, dengan frase yg bert anggal
belakangan disimpan diayat bertanggal lebih awal.
Dalam banyak hal sebuah ayat punya sam bungan alt ernat if yang
saling m engikut i dalam t eksnya. Alt ernat if kedua dit andai oleh sebuah
perhent ian art i dan perhent ian dalam konst ruksi t at a bahasanya,
hubungannya t idak dengan ayat yang berikutnya t api dengan yang
ada disurah yang jauh dari ayat itu.
Al-Kindi, seorang kristen163 yg menulis sekitar 830M mengkritik
Quran dengan pernyataan yang sama:
162
Bell, R., and W.M. Watt. Introduction to the Quran. Edinburgh, 1977, hal 93
Hal. 138
Bab 5 Qur’an
“Hasil dari semua ini (proses terbentuknya Quran) adalah paten bagi
anda yang m em baca kit ab suci ini dan m elihat bagaim ana dalam kit ab
itu sej arah2 dicam pur adukkan dan disem rawut kan; ini sebuah bukt i
bahwa banyak t angan t elah ikut cam pur dalam pem bent ukkannya dan
m enyebabkan ket idak sesuaian, penam bahan at au pem ot ongan
apapun yang m ereka suka at au t idak suka. Sekarang apakah wahyu
yang berasal dari surga bisa demikian?”
Mungkin harus diberi contoh:
- Ayat 15 dari Surah 20 sama sekali bukan disitu tempatnya;
rimanya berbeda dari isi ayat lainnya dalam surah tsb.
- Ayat 1-5 dari surah 78 jelas2 hasil penambahan karena baik rima
maupun sifatnya berbeda dari ayat2 lainnya; dalam surah yang
sama ayat 32, 33 dan 34 telah disisipkan antara ayat 31 dan 35, dg
demikian memotong hubungan yang jelas antara ayat 31 dan 35.
- Dalam Surah 74, ayat 31 lagi2 sebuah penyisipan yang jelas karena
sama sekali berbeda gaya penuturannya dan panjangnya juga
berbeda dari ayat2 lainnya.
- Dalam surah 50, ayat 24-32 dimasukkan kedalam sebuah konteks
yang tidak pada tempatnya.
Utk menjelaskan kejanggalan atau keanehan kata/frase, bisa
dengan memakai formula pertanyaan “Apa yang diajarkan ayat…. Itu?”
(atau “mengajarkan apa ayat …. Ini?”) yg diterapkan pada ayat2 aneh
tsb. Jelas bahwa penjelasan terjemahan tambahan ini - ada 12
semuanya – telah ditambahkan belakangan, karena dalam banyak
kejadian ‘definisi’nya tidak nyambung dengan arti asli dari kata2 atau
frasenya. Bell dan Watt164 memberi contoh surah 101.9-11, yang
harusnya terbaca: “ibunya akan j adi hawiya. Dan m engaj arkan kam u
apakah ini? api yang sangat panas.” “Hawiya” aslinya berarti “tidak
punya anak” karena kematian atau kecelakaan tapi catatan penjelasan
ayat ini menyatakannya sebagai “neraka.” Dg demikian banyak
penterjemah sekarang menganggap kalimat tersebut sebagai “maka
t em pat kem balinya adalah neraka Hawiyah. Dan t ahukah kam u
apakah neraka Hawiyah it u? ( Yait u) api yang sangat panas! ” (Lihat
juga 90.12-16)
Tentu saja interpolasi apapun, betapapun sepele, menjadi fatal
untuk dogma muslim yang menganggap bahwa Quran itu Kalimat
163
Dikutip dalam Rippin, A. Muslims: Their Religious Beliefs and Practices. Vol.1.
London, 1991. hal.26
164
Bell, R., and W.M. Watt. Introduction to the Quran. Edinburgh, 1977, hal 94-95
Hal. 139
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
William Henry Burr, penulis dari Self- Cont radict ions of t he Bible,
pasti akan berpesta pora jika memakai Quran sebagai subjeknya,
karena Quran padat dengan kontradiksi. Tapi pesta Burr hanya akan
berumur pendek saja; karena para teolog muslim punya doktrin yang
nyaman buat mereka, yang seperti Hughes166 katakan, “klop dengan
efek manfaat yang sepertinya sudah menjadi satu keistimewaan dalam
karir kenabian Muham m ad.” Menurut doktrin ini ayat2 tertentu dari
Quran dibatalkan dan diganti dengan ayat yang lain yg berbeda dan
kadang bertentangan artinya dari ayat yang digantikan. Ini diajarkan
oleh Muhammad dalam surah 2.106: “Ayat m ana saj a yang Kam i
nasakhkan, at au Kam i j adikan ( m anusia) lupa kepadanya, Kam i
dat angkan yang lebih baik daripadanya at au yang sebanding
dengannya.” Menurut al-Suyuti, jumlah ayat2 yang digantikan
165
Dashti, Ali. Twenty- Three Years: A Study of the Prophetic Career of
Mohammed. London, 1985, hal 98
166
Dictionary of Islam. Quran, hal 520
Hal. 140
Bab 5 Qur’an
167
Margoliouth, D.S. Mohammed and the Rise of Islam. London, 1905. hal 139
168
Dashti, Ali. Twenty- Three Years: A Study of the Prophetic Career of
Mohammed. London, 1985, hal 155
Hal. 141
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang- orang yang berserah
diri (kepada Allah)".
Dengan asum si bahwa Quran it u perkat aan Tuhan, harusnya t idak
ada bekas2 intelektual manusia yang tidak sempurna dalam apa2 yang
Tuhan kat akan. Tapi dalam dua ayat ini j elas2 ada ket idak pant asan.
Tent u Tuhan ‘tahu’ apa yang Dia t urunkan. Ut k alasan it u saj a
m engganti satu ayat dengan ayat lainnya akan membuat orang curiga.
Terbukt i bahkan orang2 Arab Hij azi yang t idak t erpelaj ar dan
sederhanapun bisa m engert i bahwa Allah SWT yang seharusnya tahu
yg t erbaik bagi ham baNya akan langsung m enurunkan yang t erbaik
dan tidak akan berubah pikiran seperti makhluk tak sempurna lainnya.
Doktrin penggantian in juga menjadi bahan ejekan bagi dogma
Muslim yang meyakini bahwa Quran itu reproduksi dari ayat Asli yang
ada disimpan di Surga yang tak berubah satu titikpun. Jika perkataan
tuhan itu abadi, tidak tercipta dan universal kepentingannya, lalu
bagaimana bisa kita mengatakan bahwa perkataan Tuhan telah
digantikan atau telah usang? Apakah Tuhan lebih suka perkataan anu
dibanding perkataan ani? Sepertinya iya. Menurut Muir sekitar 200
ayat telah dibatalkan dan diganti oleh yang lebih baru. Dg demikian
kita mendapatkan situasi yang aneh dimana keseluruhan Quran
diucapkan sebagai perkataan Tuhan, tapi ada ayat2 yang dianggap
tidak “benar”; dengan kata lain, 3 persen dari Quran diakui palsu.
Mari kita lihat contoh. Setiap orang tahu muslim tidak boleh minum
arak karena dilarang dalam surah 2.219; tapi banyak yang pastinya
kaget membaca Quran surah 16.67, “Dan dari buah kurm a dan
anggur, kam u buat m inum an yang m em abukkan dan rezeki yang baik.
Sesungguhnya pada yang dem ikian it u benar- benar t erdapat t anda
( kebesaran Allah) bagi orang yang m em ikirkan.” Rodwell
menerjemahkan dengan ‘wine’. Dawood menerjemahkan ‘intoxicant’
(minuman keras) dan Pickthall menuliskan ‘strong drink’ dan Sale,
dengan pesona abad 18 menuliskan ‘inebriating liquor’ menggantikan
‘wine’. Yusuf Ali mengaku bahwa kata Arab yang tepat adalah ‘sakar’
artinya ‘wholesome drink’, dan dalam sebuah catatan kaki dia berkeras
bahwa yang dimaksud adalah minuman tak beralkohol; tapi kemudian,
diakhir kalimat dia menambahkan bahwa jika ‘sakar’ harus diambil arti
harafiahnya, berarti anggur fermentasi, dan ini mengacu pada saat
sebelum minuman keras dilarang: ini adalah surah Mekah dan
larangan muncul di Medina.”
Sekarang kita bisa melihat dan mengerti betapa berguna dan
nyamannya doktrin Penggantian (Abrogasi) ini utk menyelamatkan
para scholar muslim keluar dari segala kesulitan. Tapi tetap
mengandung masalah bagi para pembela Islam karena semua ayat2
Hal. 142
Bab 5 Qur’an
Doktrin Quran
Tidak ada tuhan selain Allah (La Illaha Illallah). Islam adalah
monoteistik mutlak – satu dosa terbesar adalah menyekutukan Tuhan.
Politeisme, berhala, paganisme dan banyak tuhan semuanya dianggap
sebagai, dalam istilah arab, “Shirik/Fitnah”. Para pembela teologis dan
mungkin juga para evolusionis budaya abad 19 semuanya sepakat
menganggap bahwa monoteisme adalah bentuk kepercayaan “lebih
tinggi” dibanding politeisme. Kelihatannya para filsuf tidak menelaah
lebih jauh mengenai politeisme akhir2 ini. Apakah benar bahwa
monoteisme secara filosofi atau metafisik lebih superior dari
politeisme? Secara apa lebih superiornya? Jika ada sebuah evolusi
alam yg merubah politeisme menjadi monoteisme, maka bukankah
bisa terjadi juga perkembangan alami dari monoteisme menjadi
ateisme? Apakah monoteisme ditakdirkan utk diganti dengan bentuk
kepercayaan yang lebih tinggi lagi, yaitu ateisme? – lewat agnotisme
mungkin? Dalam bagian ini saya ingin berdiskusi tentang:
1. Monoteisme tidaklah harus, secara filosofi atau metafisik, lebih
superior dari politeisme, melihat bahwa tidak ada bukti yang benar2
valid akan keberadaan Satu dan Hanya Satu Tuhan.
2. Dilihat dari sejarahnya, dalil2 monoteisme sering diam-diam
mengandung kesan2 politeisme dalam prakteknya, meski ada
dogma2 resmi sekalipun.
3. Takhyul dalam monoteisme tidak dihilangkan tapi dipusatkan
kedalam satu Tuhan beserta UtusanNya.
4. Dilihat sejarahnya, monoteisme sering tidak punya toleransi
(intoleransi yg parah), kebalikan dari politeisme dimana dalam
politeis peperangan karena agama hampir tidak pernah terjadi.
Ketidak toleransian ini secara logis muncul dari ideologi
monoteistik. Banyak sekali hal2 yang harus dijawab oleh
monoteisme. Seperti Gore Vidal169 katakan:
169
Gore Vidal dalam New Statesman Society, 26 Juni 1992, hal 12
Hal. 143
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Kej ahat an t erbesar yang t idak disebut kan dalam kebudayaan kit a
adalah m onot eism e. dimulai dari t eks2 Abad Perunggu yg dikenal
sebagai Perj anj ian Lam a, t iga agam a ant i- human t elah berkem bang
– Yudaism e, Krist en dan I slam . I ni adalah agam a2 Tuhan Surga.
Agama2 ini bersifat patriarch (kelelakian) – Tuhan adalah Lelaki dan
Maha Kuasa – dg dem ikian m em benci wanit a, selam a 2000 t ahun
negara2 dikuasai oleh Tuhan sang Lelaki dari Surga. Tuhan surga
ini pencem buru. Dia m enunt ut kepat uhan t ot al. Mereka yang
m enolak harus menyerah atau mati. Totaliter adalah sat u2nya cara
polit ik yang benar2 bisa m elayani maksud2 Tuhan ini. Pergerakan
apapun yg sifat nya liberal m em bahayakan ot orit asnya. Sat u Tuhan,
Satu Raja, Satu master, satu Pemimpin Lelaki dalam keluarga.
5. Islam tidak mengganti Politeisme Arab hanya karena Islam lebih
ketemu dg kebutuhan spiritual orang2 Arab, tapi karena Islam
menawarkan mereka hadiah2 materi didunia sekarang dan didunia
berikutnya. Asumsi tak beralasan mengenai superioritas
monoteisme telah mewarnai pendapat2 para sejarawan tentang
penyebab diadopsinya Islam di Arab.
6. Bukannya mengangkat standar moral orang Arab, Islam malah
mendukung dan menimbulkan segala macam tindakan2 tidak
bermoral.
Monoteisme membawa semacam pesan intelektual buatan kedalam
campuran tuhan2 ‘primitif’ dan jelas2 mengurangi ketakhyulan. Tapi
ini hanya dipermukaan saja bukan sebuah kenyataan. Pertama, seperti
Zwi Werblowsky170 amati, “Ket ika polit eism e digant i oleh m onot eism e,
tuhan2 politeisme itu kalau tidak dihilangkan ( secara t eorit is) maka
dituduh sebagai penjelmaan j ahat ( j elm aan set an) at au dit urunkan
deraj at nya ket ingkat m alaikat atau yg lebih rendah. Artinya bahwa
sebuah sist em m onot eist ik secara resmi bisa m elindungi fungsi
sebenarnya dari politeisme.”
Hume171 membuat pengamatan yang sama:
Sangat m enakjubkan j ika m elihat bahwa prinsip2 agam a bisa
berubah dan lalu bisa kembali lagi keasal (berubah kembali ke semula)
dan m anusia punya kecenderungan alam i ut k bergerak dari
penyem bahan berhala kepada Teism e lalu kem bali lagi m enuj u
penyem bahan berhala… hal yang sam a j uga ada pada ‘perasaan
bahagia’, perasaan yg menelurkan ide ‘Makhluk Kuasa dan Tak
Terlihat’ ini m em buat ‘m akhluk non m anusia” bert ahan sekian lam a
170
Artikel Politeisme dalam Enxyclopaedia of Religion
171
Hume, David. The Natural History of Religion. Oxford, 1976. hal 56.
Hal. 144
Bab 5 Qur’an
172
Dictionary of Islam, Genii, hal.134
Hal. 145
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
173
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. hal.259
174
Bell, R., and W.M. Watt. Introduction to the Quran. Edinburgh, 1977, hal 122
Hal. 146
Bab 5 Qur’an
?????
175
Hume, David. Dialogues Concerning Natural Religion. Oxford, 1976. hal.192-
193, part 5
176
Ibid., hal.203, Part 7.
Hal. 147
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
177
Lewis, Bernard. Race and Slavery in the Middle East. New York, 1990. hal.175
178
Schopenhauer, Arthur. Parerga and Paralipomena. 2 vols. Terjemahan dari
E.F.J. Payne. Oxford, 1974. vol.2, hal.356-59
Hal. 148
Bab 5 Qur’an
179
Hume, David. [1] The Natural History of Religion. Oxford, 1976. hal.59
Hal. 149
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
perm usuhan dan saling serang dengan penuh sem angat dan dendam
keram at , nafsu yang paling parah dan keras kepala dari um at
manusia.
Semangat t oleran dari para penyem bah berhala baik j am an dulu
m aupun j am an sekarang sangat j elas bagi t iap orang yang set idaknya
akrab dengan t ulisan2 sej arawan at au para pengelana… ket idak
toleransian yg ada diham pir sem ua agam a yang dipert ahankan karena
keesaan t uhan, sam a m encengangkannya sepert i prinsip2 polit eist ik
it u sendiri. Sem angat sem pit dan keras kepala dari orang Yahudi
sudah sangat dikenal. Moham m edan m alah m em unculkan prinsip2
yang lebih berdarah lagi, sam pai det ik ini, m ereka m asih bergelut
dengan kutukan dan api neraka bagi ajaran2 maupun sekte2 lainnya.
Professor Watt, dalam 2 volume Biografi Muhammad yang penting
dan sangat berpengaruh, telah menampilkan sebuah penafsiran akan
kebangkitan Muhammad dan pesan2nya yang sampai sekarang masih
diterima oleh banyak scholar2, meskipun skeptis, seperti Bousquet dan
yang belum lama ini yaitu Crone. Seluruh tulisan Watt, tak heran,
diserap dengan asumsi bahwa monoteisme yang dikobarkan
Muhammad lebih superior dari politeisme yang ada di Arab Tengah
saat itu. Watt berpendapat bahwa kesuksesan pesan2 Muhammad
bergantung pada fakta bahwa pesannya merespon kebutuhan spiritual
yang dalam pada diri orang2. Mekah saat itu, yang menderita
malaise/penyakit sosial – bahkan bisa disebut krisis spiritual – yang
tidak menemukan jawaban pada dewa2 dan kultus2 lokal. Orang2
mekah terbenam dalam kemerosotan moral dan penyembahan berhala
sampai Muhammad datang dan mengangkat mereka ke tingkat moral
dan spiritual yang lebih tinggi. Itulah argumennya Watt. Tapi seperti
Crone dan Bousquet tunjukkan sangat sedikit sekali bukti2 akan
adanya malaise sosial di Mekah. Crone180 membantah sbb:
Fakt anya adalah bahwa t radisi yang ada di Mekah bukanlah
malaise/penyakit, baik it u penyakit m oral, religius, sosial maupun
politik. Malah sebaliknya orang2 m ekah dij elaskan sebagai orang2
sukses yang sangat t erkenal; dan pendapat Wat t bahwa sukses
m ereka beruj ung pada kesinisan m uncul dari usaha2 ut k m elihat
sej arah I slam hanya lewat m at a orang m uslim . Alasan kenapa orang
m ekah dianggap bangkrut secara m oral dim at a m uslim , lewat
sumber2 m uslim pula, bukanlah karena cara hidup t radisional m ereka
sudah dipat ahkan, t api j ust ru karena cara hidup m ereka berfungsi
t erlalu baik: Orang m ekah lebih suka cara hidup t radisional
dibandingkan dengan cara islam . Karena alasan2 inilah m ereka
180
Crone, P. Meccan Trade and the Rise of Islam. Oxford, 1987. hal. 234-45
Hal. 150
Bab 5 Qur’an
didakwa dem ikian oleh orang2 m uslim ; dan sem akin m engabdi
seseorang pada cara hidupnya, sem akin sinis, am oral at au m unafik ia
kedengarannya bagi muslim: Abu Sufyan ( seorang pem im pin
arist okrat di Mekah yang m enent ang Muham m ad) t idak akan bisa
bersumpah dalam nam a dewa2 pagannya t anpa membuat para
pem baca m erasa t idak suka padanya, karena pem baca berpikiran
orang yang bersum pah dem i t uhan palsu adalah orang yang t idak
percaya apapun, jadi sumpahnya dianggap palsu pula.
Sedangkan utk krisis spiritual, tidak terlihat ada hal demikian di arab
abad ke- 6.
Lalu bagaimana menjelaskan terjadinya orang masuk islam secara
besar-besaran di Arab? Seperti yang kita lihat di bab 2, masyarakat
sana diorganisir secara kesukuan dan tiap masyarakat punya dewa
utama mereka masing2 yang disembah dengan harapan akan
menolong suku mereka dg praktis, seperti menurunkan hujan,
memberi kesuburan, menghilangkan penyakit. Umumnya adalah utk
melindungi mereka dari elemen2 jahat. Tuhan2 kesukuan ini tidak
mewujud kedalam “Kebenaran mutakhir tentang sifat dan arti hidup,”
tidak juga “secara mendalam berakar dalam hidup keseharian”. Oleh
karenanya mereka mudah saja mengganti satu tuhan dengan yang
lain karena tidak perlu merubah pula kelakuan atau penampilan. Lebih
jauh lagi, tuhannya muslim “mengesahkan dan m enghorm at i
karakt erist ik kesukuan yang fundam ent al sepert i kebanggaan akan
et nis dan m ilit ansi.” Tuhannya Muslim menawarkan sesuatu yang lebih
daripada dewa2 mereka: Dia menawarkan “sebuah program form asi
negara Arab dan penaklukan2 negara lain: pencipt aan Um m at dan
dim ulainya Jihad ( perang t erhadap orang kafir) .” “Kesuksesan
Muham m ad j elas punya andil dg fakt a bahwa dia m engkhot bahkan
formasi baru tentang negara dan penaklukannya: t anpa penaklukan
ini, pert am a penaklukan di arab sendiri lalu ke suku2/ negara2 lain,
penyat uan Arabia t idaklah akan t ercapai.” Tentu saja begitu
Muhammad terbukti sukses di Medina, pengikutnya jadi bertambah,
sadar bahwa mereka pikir terbukti Allah sungguh2 besar dan pasti
lebih besar dari dewa2 mereka sebelumnya: Tuhan yang benar adalah
Tuhan yang sukses, yang palsu yang tidak sukses. Scholar2 seperti
Becker telah berargumen bahwa Arab didorong kepada penaklukan2
tersebut dengan pelahan2 dan menyedot hingga kering sumber2
Arabia, tapi seperti yang Crone nyatakan:
Kit a t idak perlu m em buat dalil kem unduran apapun dalam
lingkungan Arabia ut k m enj elaskan kenapa m ereka m enem ukan
kebij akan penaklukan yang sesuai dengan selera m ereka. Set elah
mulai menaklukan suku2 ditanah mereka sendiri, baik mereka maupun
pem im pin2 m ereka sulit ut k berhent i dalam m endapat kan t anah yang
Hal. 151
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
subur: lagipula, dim ana m ereka bisa m enem ukan sum ber2 yang
m ereka perlukan dan berfaedah bagi m ereka unt uk m elanj ut kan
penaklukan disit u m ereka harus t erus m enaklukan lagi dan lagi.
Tuhannya Muham m ad m engesahkan kebij akan penaklukan,
m em erint ahkan pengikut nya ut k m em erangi orang2 t idak percaya
dim anapun m ereka dit em ukan… PENDEKNYA, MUHAMMAD HARUS
MENAKLUKAN, PENGI KUTNYA SUKA MENAKLUKAN, DAN TUHANNYA
BILANG: TAKLUKAN! Apa perlu penjelasan lebih lanjut lagi?
181
Margoliouth, D.S. Mohammed and the Rise of Islam. London, 1905. hal.149
Hal. 152
Bab 5 Qur’an
moral para mualaf kearah yang lebih tinggi: “Tidak ada bukt i bahwa
para m uslim baik secara pribadi at aupun umum moralnya lebih baik
dibanding orang pagan.” Malah sebaliknya yang terjadi:
Ket ika Muham m ad m enj adi pem im pin kom unit as peram pok
pengaruh dem oralisasi m ulai t erasa, saat it u orang yang asalnya t idak
pernah m elanggar sum pah belaj ar bahwa m ereka bisa m enghindari
kewaj iban m ereka dan bahwa m engucurkan darah orang sesuku
sebelum nya dianggap sama sepert i m engucurkan darah sendiri t elah
dibolehkan j ika dilakukan dij alan Allah; dan bahwa berbohong sert a
m enipu dij alan I slam boleh dilakukan karena sudah m endapat ij in dari
surgawi, keraguan ut k m elakukan sem ua it u malah dianggap sebagai
sebuah kelem ahan. Saat it u pula para m uslim m enj adi t erkenal lewat
kekasaran bahasa m ereka. Saat it u pula sifat iri hat i akan hart a dan
istri (milik orang2 kafir) muncul tanpa larangan dari sang Nabi.
Monoteisme dikritik karena menekan kebebasan manusia. Banyak
scholar berargumen hal itu akan berujung pada totaliterianisme; lebih
banyak lagi filsuf modern melihat politeisme sebagai sumber yang
mungkin atas pluralisme, kreativitas dan kebebasan manusia. Para
feminis juga mengkritik Tuhannya Monoteisme sebagai Chauvinis yang
tidak sudi utk berubah dan sangat tidak sensitif akan ‘feminitas’.
182
Artikel Macdonald. Kadar dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama
Hal. 153
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
bisa diubah- ubah lagi, dan t ercat at dalam ‘buku’ surga yang dit ulis
memakai tinta nasib.”
Beberapa kutipan dari Quran menggambarkan doktrin ini:
[ 54.49] Sesungguhnya Kam i m encipt akan segala sesuat u m enurut
ukuran.
[ 3.145] Sesuat u yang bernyawa t idak akan m at i m elainkan dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
[87.2] yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan- Nya),
[ 87.3] dan yang m enent ukan kadar ( m asing- m asing) dan m em beri
petunjuk,
[ 8.17] Maka ( yang sebenarnya) bukan kam u yang m em bunuh
m ereka, akan t et api Allah- lah yang m em bunuh m ereka, dan bukan
kam u yang m elem par ket ika kam u m elem par, t et api Allah- lah yang
melempar.
[ 9.51] Kat akanlah: " Sekali- kali t idak akan m enim pa kam i m elainkan
apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.
[ 13.31] Sebenarnya segala it u adalah kepunyaan Allah. Maka
t idakkah orang- orang yang berim an it u m enget ahui bahwa seandainya
Allah m enghendaki ( sem ua m anusia berim an) , t ent u Allah m em beri
petunjuk kepada manusia semuanya.
[14.4] Maka Allah m enyesat kan siapa yang Dia kehendaki, dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
[ 18.101] yait u orang- orang yang m at anya dalam keadaan t ert ut up
dari m em perhat ikan t anda- t anda kebesaran- Ku, dan adalah m ereka
tidak sanggup mendengar.
[ 11.119] Kecuali orang- orang yang diberi rahm at oleh Tuhanm u.
Dan unt uk it ulah Allah m encipt akan m ereka. Kalim at Tuhanm u
(keputusan- Nya) t elah dit et apkan: sesungguhnya Aku akan m em enuhi
Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.
[45.26] Kat akanlah: " Allah- lah yang m enghidupkan kam u kem udian
m em at ikan kam u, set elah it u m engum pulkan kam u pada hari kiam at
yang tidak ada keraguan padanya;
[ 57.22] Tiada suat u bencanapun yang m enim pa di bum i dan ( t idak
pula) pada dirim u sendiri m elainkan t elah t ert ulis dalam kit ab
(Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Tapi ada beberapa ayat dari Quran yang kelihatannya memberi
manusia semacam ‘free-will’:
Hal. 154
Bab 5 Qur’an
[ 41.17] Dan adapun kaum Tsam ud m aka m ereka t elah Kam i beri
pet unj uk t et api m ereka lebih m enyukai but a ( kesesat an) dari pet unj uk
it u, m aka m ereka disam bar pet ir azab yang m enghinakan disebabkan
apa yang telah mereka kerjakan.
18.29] Dan kat akanlah: " Kebenaran it u dat angnya dari Tuhanm u;
m aka barangsiapa yang ingin ( berim an) hendaklah ia berim an, dan
barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Tapi seperti Wensinck183 nyatakan dalam karya klasiknya The
Muslim Creed, dalam Islam takdirlah yang mendominasi sepenuhnya.
Tidak ada satu hadispun yang menerangkan mengenai ‘free-will’, dan
kita punya bukti2 lain dari pernyataan John of Damascus, orang yang
hidup dipertengahan abad 8 M. dan seorang yang sangat mengenal
Islam dari dekat secara langsung. “ Menurut dia perbedaan t ent ang
t akdir dan free will m enj adi sat u Tit ik Pusat perbedaan ant ara krist en
dan islam.”
Terbukti dipenghujung hidup Muhammad, posisinya akan
kepercayaan takdir itu makin menguat; dan “ sikap para m uslim awal
akan subjek ini adalah mutlak.”
Sebelum berkomentar tentang doktrin takdir, saya harus menelaah
dulu konsep Quran akan neraka. Beberapa kata dipakai dalam Quran
utk menerangkan tempat Penyiksaan, yang sepertinya dengan senang
hati telah disiapkan dan selalu disebut2 oleh Allah. Kata “Jahanam”
muncul sedikitnya 30 kali, jahanam ini adalah neraka bagi semua
muslim menyucikan dosanya. Menurut Quran, semua muslim akan
masuk neraka: (surah 19.71) “ Dan t idak ada seorang pun dari
padam u, m elainkan m endat angi neraka it u. Hal it u bagi Tuhanm u
adalah suat u kem est ian yang sudah dit et apkan.” Kata “al-nar” yang
artinya api muncul beberapa kali. Istilah lain dari neraka atau api
neraka adalah:
Laza (nyala api): [88.4] “ m em asuki api yang sangat panas
(neraka)”
Al-Hutamah (penghancur) : [ 104.4] “ sekali- kali t idak!
Sesungguhnya dia benar- benar akan dilem parkan ke dalam
Hut ham ah. Dan t ahukah kam u apa Hut ham ah it u? ( yait u) api ( yang
disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.”
Sair (nyala api) : Mereka yang mengambil harta milik anak yatim
secara tidak adil, akan dimasukkan kedalam nyala api dan dipanggang
dalam nyala api. (ancaman melanggar hukum waris 4.11)
183
Wensinck, A.J. [1] The Muslim Creed. Cambridge, 1932. hal51-52
Hal. 155
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
184
Mill, J.S Three Essays on Religion. London, 1874. hal.113-114
Hal. 156
Bab 5 Qur’an
185
Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966. hal.9
186
Mackie, J.L. The Miracle of Theism. Oxford, 1982. hal. 256
187
Mackie. J.L. Ethics. London, 1977. hal.230
188
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. hal. 19
Hal. 157
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
bahwa Tuhan it u Baik. Jika anda m engat akan, sepert i para t eologi
lakukan, bahwa Tuhan it u Baik, m aka anda harus m engat akan bahwa
benar dan salah punya arti yang mandiri/terbebas dari otorisasi Tuhan,
karena ot orisasi Tuhan adalah baik dan bukan j elek karena sem at a2
Tuhan yang m encipt akannya. Jika anda bilang dem ikian, m aka anda
harus berkat a bahwa bukan hanya melalui tuhan, benar dan salah it u
m ewuj ud t api karena sem ua it u secara logis ada dalam int isari yang
lebih dahulu ada pada Tuhan. (n.d., hal 19).
Kita tidak bisa lepas dari tanggung jawab moral kita yang dihasilkan
dari pengertian akan ketidak tergantungan moral kita tsb.
Tidak juga kita bisa menghormati konsep neraka sebagai hal yang
terpuji secara etika. Semuanya kecuali dua surah (fatihah dan surah
9) memberitahu kita bahwa Tuhan itu pemurah dan penyayang, tapi
dapatkah Tuhan yang sungguh2 pemurah memasukan orang keneraka
atau disiksa selamanya hanya karena tidak percaya padaNya? Seperti
kata Russel, “ Sungguh saya t idak bisa berpikir bahwa seseorang yang
bersifat Maha Baik akan menaruh rasa takut dan teror macam itu pada
dunia.” Antony Flew189 berkata bahwa ada banyak sekali perbedaan
antara ‘ketersinggungan terbatas’ dan ‘hukuman tak terbatas’. Doktrin
Quran akan neraka sungguh2 siksaan barbar dan kejam, sangsi yg
benar2 sadis. Ini berarti Islam didasarkan atas rasa takut, yang
merusak moralitas sejati. (" Peringat kanlah olehm u sekalian,
bahwasanya t idak ada Tuhan ( yang hak) m elainkan Aku, m aka
hendaklah kam u bert akwa kepada- Ku". Dengan kata lain Takutlah
kepadaKu, Surah 16.2). Seperti kata Gibb, “Orang harus hidup t erus
m enerus dalam rasa t akut dan t erpesona pada Tuhan, selalu berj aga-
jaga dan waspada t erhadapNya – ini adalah art i idiom at is dari ist ilah
“ t akut akan Tuhan” yang t erus didengungkan Quran dari halam an
pert am a hingga akhir” (1953, hal.38)190. Bukannya bertindak
berdasarkan kewajiban bagi sesama manusia, atau berdasarkan
kemurahan hati atau perasaan empati dan/atau simpati, dalam islam
kita berbuat karena rasa takut, kita berbuat agar terhindar dari
hukuman Yang Maha Kuasa dan, egoisnya, utk mendapat pahala dari
Tuhan dalam hidup yang sekarang dan yg berikutnya. Mackie191
(hal.256) berpendapat dengan tepat bahwa:
189
Flew, Antony. “The Terrors of Islam.” Dalam P.Kurtz and T. Madigan, eds.,
Defending the Enlightment. Amherst, N.Y., 1987. Hal.277
190
Gibb, H.A.R. Islam, Oxford, 1953. Hal.38
191
Mackie, J.L. The Miracle of Theism. Oxford, 1982. Hal.256
Hal. 158
Bab 5 Qur’an
Pendapat akan perint ah Tuhan dem ikian j uga bisa m endorong orang
utk m enerim a syarat m oral yang t idak ada hubungannya sam a sekali
dengan t uj uan keberadaan um at m anusia at au dengan m akhluk2
lainnya. Pendapat ini akan m enghasilkan sebuah m oralit as t irani dan
t idak rasional. Tent u saj a, j ika hanya ada t uhan yang penuh kebaikan
dan j uga ada wahyu yang dapat diandalkan darinya, m aka kit a
m ungkin m am pu m endapat kan darinya saran2 m oral yg hebat
mengenai masalah2 yang sulit , hal2 yang t idak bisa kit a t em ukan
solusi paling baiknya. Tapi t idak ada wahyu2 yg dem ikian it u. Bahkan
seorang Teism e harus mengakui bahwa wahyu2 it u m enolak dirinya
( wahyu2) it u sendiri dengan m engabadikan at uran2 bahwa kit a harus
m enolak dengan t uduhan sem pit , kuno at au barbar. Sepert i Hans
Kung kat akan, “ Kit a bert anggung j awab at as m oralit as kit a.” Secara
lebih um um , m engait kan m oralit as pada kepercayaan religius besar
kem ungkinan akan m enj at uhkan nilai2nya, bukan saj a dengan
m erendahkan nilai2 it u secara sem ent ara j ika kepercayaannya
m em udar, t api j uga dengan m enem pat kannya lebih rendah dibanding
kekhawatiran2 lain ketika kepercayaan itu bertahan.
Kelemahan Tuhan
Kita diberitahu bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Ada dan Maha
Baik; tapi Dia bertingkah seperti seorang tiran pemarah, tak mampu
mengontrol sifat keras kepala akan subjeknya. Dia pemarah,
berbangga diri, pencemburu: semua kekurangan2 moral herannya ada
dalam makhluk Maha Sempurna. Jika Dia Merasa Cukup, kenapa butuh
umat manusia? Jika dia itu Maha Kuasa, kenapa butuh pertolongan
manusia utk menyembahnya? Diatas itu semua, kenapa Dia memilih
seorang pedagang Arab yang tak jelas keturunannya, yang hidup
dalam budaya terbelakang, sebagai Utusan Terakhirnya di bumi? Apa
konsisten bahwa moral Dzat Maha Tinggi butuh utk dipuji dan
penyembahan dari makhluk2 yang Dia sendiri ciptakan? Kita sebut apa
orang yang mencipta makhluk lain yang dia program utk nungging2
ditanah lima kali sehari menyembah dirinya? Hasrat obsesif utk
disembah ini bukanlah sebuah kebaikan moral dan pastinya tidak
pantas menjadi sifat sebuah Dzat Maha Tinggi. Palgrave192 (Dictionary
Of Islam, hal 147) memberikan penjelasan yang hidup tapi adil
tentang Tuhannya Quran:
Tuhan it u sat u dan Maha Kuasa sert a Maha ada, t idak m engakui
at uran, st andar at au bat asan apapun, kecuali kehendak Dia yang
192
Dikutip dari Dictionary of Islam, hal.147
Hal. 159
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
m ut lak dan sat u- sat unya. Dia t idak m engkom unikasikan apapun pada
m akhluk2Nya, karena kuasa dan t indakannya punya Dia sendiri, dan
sebaliknya Dia t idak m enerim a apapun dari m ereka; karena m ereka
ada dalam Dia, oleh Dia dan dari Dia saj a ( Surah 8.17) Dan yang
kedua, t idak ada superiorit as, t idak ada perbedaan, t idak ada
keunggulan yang boleh diakui oleh sat u m akhluk at as m akhluk
lainnya, dalam kesam aan, m ereka sem ua m enj adi alat dari sat u
kekuat an yang m em akai m ereka ut k m enghancurkan at au
m engunt ungkan, ut k kebenaran at au kesalahan, ut k m enghargai at au
menghina, ut k kebahagiaan at au kesengsaraan, m andiri dari
individualit as at au keunt ungan dan ini sem ua ada hanya karena dia
“Menghendakinya,” dan “sepanjang dia Menghendaki”.
Orang m ungkin pert am anya berpikir bahwa Ot okrat m aha hebat ini,
Kekuat an t anpa kont rol dan sim pat i ini, akan j auh berada diat as hal2
sepert i nafsu, hasrat at au keberpihakan. Tapi t ernyat a tidak begitu
karena Dia punya sat u perasaan dan t indakan ut am a yang bernam a
rasa cem buru akan t uhan, I a t akut j angan2 m ereka nant i m enerapkan
sifat 2 yang harusnya hanya m ilik Dia saja pada tuhan lain. Dg
dem ikian lebih m udah bagi dia ut k m enghukum daripada m em beri
pahala, ut k m em beri rasa sakit daripada rasa nikm at , ut k m erusak
daripada m em bangun. Kepuasan t unggal yang m em biarkan m akhluk2
cipt aannya t erus m enerus m erasa bahwa m ereka t idak lain hanya
budak2Nya, alat 2Nya hingga m ereka lebih m engakui superiorit asNya,
dan t ahu KekuasaanNya j auh diat as kekuat an m ereka yg lain,
kelicikanNya j auh diat as kelicikan m ereka, KehendakNya ada diat as
kehendak m ereka, rasa banggaNya diat as rasa bangga m ereka; dg
kat a lain t idak ada Kekuasaan; kelicikan, kehendak at au kebanggaan,
kecuali m ilikNya. ( Ut k kebanggaan lihat surah 59; Allah sebaik- baik
pembalas tipu daya, 3.47; 8.30).
“ Tapi Dia Sendiri, didalam ket inggianNya, t idak m encint a at aupun
m enikm at i apapun kecuali m ilikNya, t ak m em punyai anak, sahabat
at au penasehat , t idak lebih kering daripada m akhluk2Nya, dan
kegersangan sert a kesendirian ego dalam diriNya adalah penyebab
dan pengat ur dari keberbedaanNya t anpa m em andang kelaliman
sekit arnya.” Nada awal adalah kunci keseluruhan lagu, dan nada awal
Tuhan m engalir dan m engubah keseluruhan sist em dan dalil yang
berpusat dalam diriNya.
Gagasan yang diberikan tentang Tuhan, m ungkin kedengaran
dahsyat atau bisa j adi m enghuj at , adalah persis dan klop dg yang
Quran nyat akan at au yang Quran ingin sam paikan. Tapi m em ang
demikianlah adanya hingga t ak seorangpun yang secara t elit i dan
penuh perhat ian m em baca sert a m em ikirkan t eks2 arabicnya dapat
ragu. Malah set iap frase dari kalim at 2, set iap sent uhan dalam
Hal. 160
Bab 5 Qur’an
gam baran2 m enj ij ikan, t elah disarikan dg sepenuh kem am puan saya,
kat a dem i kat a, art i dem i art i, dari “ Sang Kitab” , cerm in sej at i dari
benak dan pendapat penulisnya.
Dan begit ulah kenyat aan yg ada dalam benak dan ide penulisnya,
Muhammad, hal ini sepenuhnya dipast ikan oleh lidah para saksi yang
m enyat akan hadis2nya. Unt uk ini kit a punya banyak cont oh2 ot ent ik..
sebuah perulangan yang t elah saya derit a berkali- kali dalam
mempelajari Wahhabi di Nejd.
“ Jadi, ket ika Tuhan…m em ut uskan ut k m encipt akan ras m anusia, Dia
mengambil segenggam tanah, darimana semua manusia dibentuk, dan
kem ana m ereka pergi set elah m usnah; lalu m em bagi gum palan t anah
it u m enj adi dua bagian yang sam a, dia lem par yang sebagian
keneraka sam bil berkat a, “ I ni ut k api neraka abadi, dan aku t ak
peduli’, dan merangcang yang sebagian lagi utk penambahan penghuni
surga, ‘dan ini ut k surga, aku j uga t ak peduli’” ( Mishkat u’l- Masabih
Babu’l Qadr).
Dari sini kit a m endapat kan ide t akdir ( predest inat ion) yang cukup,
at au yang lebih t epat dinam ai kut ukan ( predam nat ion) bukannya
takdir, yang dipegang dan diaj arkan disekolah2 Quran. Surga dan
neraka sam a sekali terlepas dari rasa cint a dan kebencian Tuhan,
bebas dari j asa at au cela, t indakan baik dan j ahat , dari makhluknya;
dan dalam t eori yang berkaitan karena t indakan2 yang kit a sebut baik
at au j ahat , benar at au salah, licik at au luhur, pada hakekat nya sem ua
adalah sat u, j uga j asa at aupun puj ian at aupun kesalahan, hukum an
at aupun pahala, diput uskan oleh kehendak sang m aha lalim yang
memilih, m engangkat at au m enj at uhan sem ua it u. Dengan kat a lain,
Dia bisa m em bakar sat u individu sepanj ang m asa dirant ai panas dan
laut an api m em bara, sem ent ara m enem pat kan individu lain dalam
kenikm at an abadi dari rum ah pelacuran dengan 72 bidadari.
Sem uanya it u dianggapnya adil dan sam a rat a dem i kenikm at anNya
semata dan yang terutama adalah karena Dia menghendakinya.
Manusia dg dem ikian berada dalam sat u level yang sam a, didunia
sekarang m aupun berikut nya, secara fisik, sosial dan m oral – yait u
level budak/hamba bagi satu Tuan saja, alat bagi satu agen universal.
Hal. 161
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
193
Paine Thomas. The Age of Reason. Secaucus, 1974. Hal.270
194
Paine Thomas. The Age of Reason. Secaucus, 1974. Hal.52
Hal. 162
Bab 5 Qur’an
punya otoritas lain utk itu selain dari perkataan Musa belaka; dan saya
juga t idak punya ot orit as ut k it u selain dari beberapa sej arawan yang
m engat akannya pada saya. Perint ah2 it u t idak m em bawa bukt i
int ernal keilahian didalam nya; perint ah it u hanya m em bawa at uran
moral yang baik, sepert i seseorang, penguasa at au pem buat undang2,
bisa j uga mem buatnya, t anpa harus m engat akan bahwa ada cam pur
tangan supernatural didalamnya.
Ket ika saya diberit ahu bahwa Quran dit ulis disurga dan dibawa
kepada Muham m ad oleh m alaikat , ini sam pai pada saya dalam bent uk
cerit a, kat a orang, bukt i2 dan ot orit as t angan orang lain saj a. Saya
t idak m elihat sendiri si m alaikat it u, dan dengan dem ikian, saya punya
hak utk tidak percaya.
Melihat teorinya Wansbrough, Crone dan Cook (bahwa Islam muncul
belakangan sesudah pemikiran2 yang ada hingga saat ini, islam
muncul dibawah pengaruh Yudaisme dan menyebut Musa sebagai
sebuah contoh nabi yg diberi wahyu, menciptakan Muhammad sebagai
nabi orang Arab dengan wahyu yang persis sama), penyejajaran dan
pemilihan dari Paine mengenai 2 contoh Musa dan Muhammad rasanya
sangat tepat.
Lagipula, seperti kata Paine, wahyu2 yang belakangan ditulis dalam
Quran tidaklah membawa bukti2 internal keilahian didalamnya. Malah
sebaliknya, Quran berisi banyak sekali – terlalu banyak – hal2 yang
sama sekali tidak pantas dikatakan oleh Tuhan. Dengan dasar apa kita
menentukan itu? Quran mengaku mendapat otoritas ilahi atas
tulisan2nya. Pada akhirnya, kita hanya dapat berkata bahwa tidak ada
wahyu khusus yang kredensialnya bisa diandalkan195.
Aneh sekali bahwa ketika Tuhan memutuskan utk mewujudkan
Kenapa
DiriNya, dia melakukannya hanya pada satu orang saja.
Dia tidak bisa muncul pada banyak orang dalam
sebuah stadion sepakbola ketika Final Piala Dunia
berlangsung misalnya, ketika milyaran orang
diseluruh dunia menonton? Tapi, seperti Patricia Crone bilang,
“ini kebiasaan aneh Tuhan, ket ika dia pingin m enam pakan diri pada
m anusia, dia hanya berkom unikasi pada sat u orang saj a. Um at
m anusia lainnya harus belaj ar ‘kebenaran’ dari orang t sb dan dg
dem ikian m em beli penget ahuan keilahian t sb dengan harga mahal,
harga yang dia bayar adalah m enem pat kan dirinya lebih rendah dari
orang t sb, yang pada akhirnya orang t sb digant ikan oleh sebuah
195
Mackie, J.L. Ethics. London, 1977. hal.232
Hal. 163
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
196
Voltaire. Dictionaire Philosophiqe. Terjemahan Besterman, London, 1971.
hal.17
197
Rodinson, Maxime. Les Arabes. Paris, 1991 Hal.49
198
Watt, W. Montgomery. Muslim-Christian Encounters. London, 1991. Hal.136
199
Ibid., hal.135
Hal. 164
Bab 5 Qur’an
200
Spinoza, B. A Theologico-Political Treatise. Terjemahan Elwes. New York, 1951.
Hal.124
201
Fox, R.L. The Unauthorised Version. London, 1991. Hal.176
Hal. 165
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
202
Thompson, T.L. The Historicity of the Patriarchal Narratives. London, 1974.,
Hal.328
Hal. 166
Bab 5 Qur’an
203
Fox, R.L. The Unauthorised Version. London, 1991. Hal.218
204
Margulis, Lynn, and K.V. Schwartz. Five Kingdoms. San Fransisco, 1982.
Hal.224-239
205
Ingersoll, R. Some Mistakes of Moses. Amherst, N.Y., 1986. Hal.149
Hal. 167
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
tidak selamatkan saja Nuh dan orang2 yang saleh dengan mukjijat yg
cepat daripada usaha yang berpanjang2 ini?
Tidak ada bukti geologis yang mengindikasikan pernah terjadi Banjir
Besar. Memang ada bukti2 banjir lokal tapi bukan yang menutupi
seluruh muka bumi, bahkan menutupi timur tengah saja tidak ada.
Kita sekarang tahu bahwa kisah Air Bah dalam bible, dimana Quran
mencurinya, berasal dari legenda Mesopotamia: “Tidak ada bukti
apapun yang merunut terjadinya air bah yg sama dalam kisah2
Mesopotamian dan Yahudi; Fiksi Yahudi kemungkinan berkembang dan
berasal dari legenda Mesopotamia. Kisah2 ini adalah fiksi bukan
sejarah.”206
206
Fox, R.L. The Unauthorised Version. London, 1991. Hal.218
207
Howell Smith, A.D. In Search of the Real Bible. London, 1943. Hal.75
Hal. 168
Bab 5 Qur’an
- Watt208
Quran memberi kita cerita yg kontradiksi tentang penciptaan,
hingga menimbulkan masalah besar bagi para penafsirnya.
[ 50.38] Dan sesungguhnya t elah Kam i cipt akan langit dan bum i dan
apa yang ada ant ara keduanya dalam e na m m a sa , dan Kam i sedikit
pun tidak ditimpa keletihan.
[41.9- 12] Kat akanlah: " Sesungguhnya pat ut kah kam u kafir kepada
Yang m encipt akan bum i dalam dua m a sa dan kam u adakan sekut u-
sekut u bagi- Nya? ( Yang bersifat ) dem ikian it ulah Tuhan sem est a
alam". Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung- gunung yang kokoh di
at asnya. Dia m em berkahinya dan Dia m enent ukan padanya kadar
makanan- m akanan ( penghuni) nya dalam e m pa t m a sa . ( Penj elasan
it u sebagai j awaban) bagi orang- orang yang bert anya. Kem udian Dia
m enuj u langit dan langit it u m asih m erupakan asap, lalu Dia berkat a
kepadanya dan kepada bum i: " Dat anglah kam u keduanya m enurut
perintah- Ku dengan suka hat i at au t erpaksa" . Keduanya m enj awab:
" Kam i dat ang dengan suka hat i" . Maka Dia m enj adikannya t uj uh langit
dalam dua m a sa dan Dia m ewahyukan pada t iap- t iap langit
urusannya. Dan Kam i hiasi langit yang dekat dengan bint ang- bintang
yang cem erlang dan Kam i m em eliharanya dengan sebaik- baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dua hari utk menciptakan bumi, empat hari utk makanan, dan dua
hari utk tujuh langit, total jadi delapan hari (Surah 41), dimana dalam
surah 50 kita diberitahu bahwa penciptaan terjadi dalam enam hari
saja. Ini semua ada diluar jangkauan para komentator/penafsir hingga
mereka tidak mampu menerapkan sulap jungkir balik agar bisa
menjelaskan dan keluar dari kebodohan pertentangan ini.
Langit bumi dan makhluk2 didalamnya adalah bukti dari keberadaan
Tuhan dan KekuasaanNya (Levy, R. The Social St ruct ure of I slam . 2
vols. Cambridge, 1957, hal 2, 4); [21.16] “ Dan t idaklah Kam i cipt akan
langit dan bum i dan segala yang ada di ant ara keduanya dengan
bermain- main.” Manusia dan Jin telah ditetapkan kewajiban spesial utk
menyembah Tuhan, dan meski kepatuhan pada hukum Tuhan
pertama-tama ditawarkan pada langit dan bumi dan gunung2, tapi
manusialah yang menerimanya setelah langit bumi dan gunung
menolaknya (Surah 33.72) (Levy, R. The Social St ruct ure of I slam . 2
vols. Cambridge, 1957, hal 2,4)
208
Watt, W. Montgomery Muslim-Christian Encounters. London, 1991. Hal.134-
135
Hal. 169
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Bagaimana pendapat kita tentang doktrin aneh ini? Langit, bumi dan
gunung2 dianggap sebagai makhluk, dan terlebih lagi sebagai makhluk
yang punya keberanian utk menolak dan tidak patuh pada Tuhan!
Tuhan Maha Kuasa yang menciptakan jagat raya bertanya, apa
mereka (langit, bumi dan gunung) mau menerima ‘kepercayaan’ atau
‘iman’, dan ciptaanNya sendiri itu ternyata menolak menerima beban
ini.
Pencipt aan dilakukan oleh perkat aan Allah, “ Jadilah,” karena segala
sesuat u adalah at as kehendakNya. Sebelum pencipt aan
singgasanaNya m engam bang diat as air dan surga dan bum i m asih
berupa sat u kum pulan ( air) . Allah m em isahkan m ereka, langit
dibangun dan dibent angkan sebagai at ap yang m elindungi, t anpa
cacat , yang dia angkat keat as bum i dan diam diat as sana t anpa
t iang2, sem ent ara bum i dibent angkan dan gunung2 dipasang pada
perm ukaannya sebagai pasak agar m encegah bum i bergerak ket ika
m akhluk2 hidup bergerak diat asnya, karena dunia t erdiri dari t uj uh
bum i. Juga dua laut an dilepas bersisian sat u sam a lain, sat u air t awar
yang lain air garam , t api dengan sebuah penghalang diant aranya
hingga m ereka t idak bisa bersat u. ( Levy, R. The Social St ruct ure of
Islam. 2 vols. Cambridge, 1957, hal 2, 5)
Hal. 170
Bab 5 Qur’an
Hal. 171
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
209
Kaufmann, W.J., III. Universe. New York, 1985. Hal.110-116
Hal. 172
Bab 5 Qur’an
milyar tahun sebelum sistem tata surya kita ada terbentuk. “Sistem
tata surya kita dibentuk dari materi yang diciptakan dalam bintang2
yang menghilang milyaran tahun lalu. Matahari adalah bintang yang
relatif muda, hanya berumur lima milyar tahun. Semua elemen2 selain
dari hidrogen dan helium dalam sistem tata surya kita tercipta dan
dibentuk oleh bintang2 kuno selama 10 milyar pertama keberadaan
galaksi kita. Kita sebenarnya tercipta dari debu bintang.” (Kaufmann,
W.J., III. Universe. New York, 1985. hal 110). Sistem Tata Surya
dibentuk dari sebuah awan gas dan debu, yang disebut Solar Nebula,
yang bisa dijelaskan sebagai sebuah “piringan berputar yang terbuat
dari sesuatu yg seperti kepingan salju dan es yang dibungkus oleh
partikel debu.” Planet2 dalam, Mercurius, Venus, Bumi dan Mars
dibentuk lewat pertumbuhan dari partikel2 debu hingga ukurannya
menjadi seukuran planet (planetesimal) dan lalu menjadi protoplanet
yang lebih besar. Planet2 luar, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
dan Pluto, dibentuk dari pemisahan nebula luar menjadi cincin gas dan
es terbungkus debu yang bersatu menjadi protoplanet raksasa.
Matahari terbentuk dari tumbuhnya titik pusat nebula. Setelah sekitar
100 juta tahun, temperatur dari pusat protosun (matahari muda) telah
cukup tinggi utk memicu reaksi termonuklir. (Kaufmann, W.J., III.
Universe. New York, 1985. Hal 116).
Cerita2 ini, parahnya, sama sekali berbeda dengan kisah yang
dituliskan dalam Quran. Bumi tidaklah, seperti kata Quran (surah
41.12), diciptakan sebelum langit; kita telah catat bahwa matahari dan
sistem tata surya dibentuk jutaan tahun setelah Big Bang, jutaan
bintang lainnya juga sudah dibentuk sebelum matahari kita. Terlebih
lagi, istilah ‘langit’ sangatlah samar; apa ini artinya sistem tata surya
kita? Galaksi kita? Jagat raya? Jungkir balik gimanapun tidak akan bisa
mengerti kisah Quran mengenai penciptaan langit dalam enam,
delapan atau dua hari. Sinar bulan, tentu saja, bukanlah sinarnya
sendiri (surah 10.5), tapi pantulan sinar matahari. Bumi mengorbit
matahari dan bukan sebaliknya.
Mereka yang tergoda utk mencari dalam Quran segala macam ayat
yang nyerempet2 Big Bang harusnya sadar bahwa kosmologi dan
fisika modern umumnya didasarkan pada matematik. Tanpa
pengembangan dalam bidang matematik, khususnya di abad 17
(kalkulus misalnya), kemajuan dan pengertian tidaklah mungkin
tercapai. Sebaliknya dari kesamaran isi Quran, Big Bang dalam
formula kosmologi modernnya menyatakan dengan sangat teliti
memakai matematik tingkat tinggi; tentu saja sangatlah tidak
mungkin menyatakan gagasan2 demikian dalam pernyataan yang
dangkal tanpa kehilangan ketelitiannya.
Hal. 173
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Bumi terbentuk sekitar 4.5 milyar tahun lalu, dan mungkin kurang
dari 1 milyar tahun kemudian kehidupan muncul diatasnya utk
pertama kali setelah perioda evolusi kimia terjadi. Seorang ahli
biokimia Rusia, Oparin, berpendapat dalam buku The Origin of Life
(1938) bahwa bumi primitif terdiri dari elemen2 kimia yang bereaksi
terhadap radiasi luar angkasa dan juga energi yang bersumber dari
terestrial (bumi itu sendiri). “Hasil dari aktivitas fotokimia yang lama,
campuran inorganik membangkitkan senyawa organik (termasuk
amino acid yang menjadi struktur pembentuk molekul protein
makhluk). Seiring waktu dan proses pemilihan kimia, sistem organik
ini lalu bertambah stabil dan kompleks, menjadi makhluk hidup
pelopor dari segala makhluk.”210 (Birx, H. Art. “Evolution and
Unbelief”. Dalam Encyclopaedia of Unbelief, volume 1. hal 417-418).
Sejak jamannya Oparin, banyak ilmuwan (Miller, Fox, Ponnamperuma)
berhasil memproduksi senyawa organik dari benda non organik di
laboratorium.
Kont roversi m asih m engit ari penj elasan biokim ia m engenai asal
m uasal kehidupan diplanet bum i, khususnya t ent ang apakah sesuatu
yang mirip dengan m olekul DNA/ RNA m uncul terlebih dulu at au m alah
mungkin am ino acid dasar yang dibutuhkan bagi sint esa prot ein yang
lebih dulu ada. Makhluk hidup m uncul ket ika sist em organic mulai
mem punyai kem am puan unt uk m elakukan m et abolism e dan
reproduksi; perkem bangan dari sint esa inorganik dari evolusi kim ia
merintis jalan bagi evolusi biologi dan berikutnya kemampuan adaptasi
m enj adi sem akin kom pleks dan m engalam i perubahan bent uk. ( n.d.,
hal 419)
Ditahun 1859, Darwin mempublikasikan karyanya “I n t he Origin of
Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured
Races in t he St ruggle for Life”. Dalam kata pendahuluannya Darwin211
menulis:
Dalam m em pert im bangkan asal- usul Spesies, sangat m ungkin
seorang nat uralis m em akai pem ikiran m engenai daya t arik m enarik
m ut ual ant ara m akhluk2 hidup, dalam hubungan em briologinya,
dist ribusi geografiknya, suksesi geologisnya dan fakt a2 lain, ini
m ungkin akan sam pai pada kesim pulan bahwa t iap spesies t idaklah
210
Birx, H. Art. “Evolution and Unbelief”. Dalam Encyclopaedia of Unbelief, volume
1. Hal.417-418
211
Darwin, C. The Origin of Species. London, 1872. Hal. Introduction
Hal. 174
Bab 5 Qur’an
212
Ruse, hal.47
213
Darwin, C. The Origin of Species. London, 1872. Hal. Introduction
214
Huxley, T.H. Man’s Place in Nature and Other Essays. London, 1914. Hal.52-62
Hal. 175
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Sej arah perkem bangan binat ang vert ebrat a lainnya, Kadal, Ular,
Kat ak, at au ikan, sem uanya mengungkapkan hal yg sama. Selalu
dim ulai dari sebuah indung t elur yg punya st rukt ur pent ing sam a
sepert i pada anj ing: - bagian kuning t elurnya selalu m engalam i
pem belahan at au segm ent asi, ..… produk m ut akhir dari segm ent asi it u
m erupakan m at eri pem bangun t ubuh binat ang2 m uda; dan ini
dibangun dari awal yang prim it if, dari dasar dim ana not ochord ( t ulang
rawan pem bent uk kerangka) dikem bangkan. Lalu ada perioda dim ana
m asa bayi dari binat ang2 ini m irip sat u sam a lain, t idak hanya dari
bent uk luar t api dari st rukt ur2 pent ingnya, begit u m irip hingga
perbedaannya kadang t idak t erlihat , sem ent ara dalam perkem bangan
berikut nya m ereka m ulai m enunj ukkan perbedaan sat u dari yang
lainnya.
Dg dem ikian st udi perkem bangan ini m em beri sebuah ujian yang
j elas akan dekat nya st rukt ur pert alian ket urunan dan kit a jadi mulai
bert anya apa hasil yang didapat dari st udi tentang Manusia ini? Apa
m anusia sam a sekali berbeda? Apa asal usul m anusia sam a sekali
berbeda dari Anj ing, Burung, Kat ak dan I kan, hingga m em benarkan
mereka yang mengatakan bahwa kita tidak berasal dari alam dan tidak
punya pert alian ket urunan dengan dunia binat ang yang lebih rendah?
At au benarkah kit a berasal dari sel yang sam a, yang dit urunkan lewat
proses panj ang dan pelahan – yg t ergant ung pada nut risi dan prot eksi
dan akhirnya memasuki dunia sebagai manusia lewat mekanisme yang
sam a? Jawabannya t idaklah m eragukan ut k sem ent ara ini, dan j uga
t idak m eragukan selam a puluhan t ahun belakangan ini. Tanpa ragu
lagi t ahap asal m uasal dan perkem bangan m anusia ident ik dengan
binat ang yang berada dit ingkat bawahnya – t anpa ragu pula, m anusia
jauh lebih dekat pada monyet dibandingkan monyet pada anjing.
Ada banyak alasan ut k m enyim pulkan bahwa perubahan ( ovum
m anusia) m engalam i proses yang sam a dengan yang dialam i oleh
ovum dari binat ang bert ulang belakang lainnya; karena m at eri
pem bent uk bahan dasar t ubuh m anusia dalam kondisi paling awalnya,
seperti yang telah diteliti, sama dengan binatang2 lainnya.
Tapi, persis disana j ugalah perkem bangan m anusia berbeda dari
anj ing, m anusia lebih m irip dengan m onyet , dim ana m onyet punya
yolk- sac yang spheroid ( bulat ) dan placent a yang discoid ( sepert i
disc).
Jadi hanya t ahap selanj ut nya saja yang m em buat m anusia berbeda
dari m onyet , sem ent ara m onyet sangat j auh berbeda
perkembangannya dari anjing, seperti juga manusia terhadap anjing.
Mungkin ini m engej ut kan, t api t elah didem ont rasikan dan t erbukt i
benar dan itu saja cukup bagi saya utk menyimpulkan tanpa ragu akan
Hal. 176
Bab 5 Qur’an
215
Young, J.Z. An Introduction to the Study of Man. Oxford, 1974. Hal.402
216
Nietzsche. The Portable Nietzsche. Ed. W. Kaufmann. New York, 1974. Hal.628
Hal. 177
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
217
Dawkins, Richard. The Blind Watchmaker. London, 1988. Hal.141, 249
218
Hawking, S. A Brief History of Time. London, 1988. Hal.122, 143-149
Hal. 178
Bab 5 Qur’an
Teori Kuant um Gravit asi t elah m em buka kem ungkinan baru, yang
mana t idak ada lingkupan bagi ruang- wakt u dan dg begit u t idak perlu
m enet apkan polah yang t erj adi pada lingkupan it u. Tidak akan ada
singularit as dim ana hukum 2 sains dilanggar dan t idak ada uj ung dari
ruang- wakt u dim ana orang harus m erunut pada Tuhan at au hukum
yang baru ut k m enet apkan kondisi lingkupan bagi ruang- wakt u. Orang
bisa berkat a: “ Kondisi lingkup dari j agat raya adalah bahwa t idak
punya lingkupannya.” Jagat raya sepenuhnya m ewadahi sendiri dan
t idak dipengaruhi oleh apapun diluar dirinya. Tidak dicipt akan at aupun
dihancurkan. Hanya ada.
Belakangan, Hawking bertanya, “Lalu dim ana t em pat bagi sang
pencipta?”
Einstein mengamati bahwa “orang yang sangat yakin m engenai
operasi universal dari hukum sebab akibat t idak dapat , m eski sebent ar
saj a, m enerim a gagasan akan sesuat u yang ikut cam pur dalam
kejadian2 tsb.. Dia tidak butuh agama yang memupuk rasa takut.”219
219
Einstein, A. Ideas and Opinions. Delhi, 1989. Hal.39
220
Atkins, P. Creation Revisited. Oxford, 1992. Hal.vii. Preface
221
Feuerbach, Ludwig. The Essence of Christianity. Amherst, N.Y., 1989. Hal.195-
196
Hal. 179
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Mukjijat
Hal. 180
Bab 5 Qur’an
1. Bulan dibelah: [54.1- 2] “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah
terbelah bulan. Dan jika mereka (orang- orang musyrikin) melihat
sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini
adalah) sihir yang terus menerus".
2. Bantuan bagi para muslim ketika perang Badar: [3.123- 125]
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,
padahal kamu adalah (ketika itu) orang- orang yang lemah. Karena
itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri- Nya.
(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin:
"Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga
ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" ya (cukup), jika kamu
bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan
lima ribu Malaikat yang memakai tanda.”
3. Perjalanan Isro-Mi’raj: [17.1] “Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al
Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-
tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
4. Quran, bagi Muslim tetap menjadi mukjijat terbesar dari Islam :
[29.50- 51] “ Dan orang- orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya mukjizat- mukjizat dari Tuhannya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada
Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan
yang nyata". Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya
Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia
dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang- orang yang
beriman.”
Hadis2 juga penuh dengan mukjijat2 dari Muhammad,
menyembuhkan orang sakit, memberi makan ribuan orang dari
makanan satu orang anak kecil, dll.
Seiring dengan bertambahnya pengetahuan kita akan alam, ada
penurunan yang sebanding akan kepercayaan pada mukjijat. Kita tidak
lagi gampang berpikir bahwa Tuhan ikut campur dalam urusan2
manusia dengan cara menahan atau mengubah gejala2 alam yg
normal, yang sudah menjadi hukum alam. Begitu kepercayaan kita
akan penemuan hukum2 alam bertambah, kepercayaan kita akan
mukjijat jadi menurun.
Hal. 181
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
222
Hume, David. Essential Works of Davide Hume. New York, 1965. Hal.114-115
Hal. 182
Bab 5 Qur’an
223
Hospers, John. An Introduction to Philosophical Analysis. London, 1973.
Hal.454
224
Dikutip oleh Feuerbach, hal.304
Hal. 183
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
225
Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and Myth. Amherst,
N.Y., 1986. Hal.233-252
Hal. 184
Bab 5 Qur’an
Hal. 185
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
anak/ bani’, dan ini t ransisi yang m udah dari bani m enj adi anak. Tapi
segera m endapat kan pewarnaan dari gagasan asli krist ologi, gagasan
yang m enem ukan kebut uhan dari lingkungannya ini diam bil dan
diungkap dalam Surat 2 Paulus. Gagasan ini m enem ukan pem benaran
dari pengikut Paulus dan Johannine dalam dokt rin keberadaan ilahi
sert a inkarnasi Tuhan. Legenda Kelahiran dari Perawan adalah
pem benaran lainnya lagi, m uncul dari lingkungan int elekt ual yang
sam a sekali berbeda, t api m irip dengan yang disebut kan diat as, dan
m enem ukan konfirm asi dari ayat 2 biblenya, ket ika kebut uhan m uncul
ut k m em bela kont roversi yang dikem ukakan oleh orang sekit ar, dalam
Yesaya 7: 14. Mat ius dan Lukas m enam pilkan dua perwuj udan yang
kongkrit , berbeda dalam bent uk t api sam a dalam sem angat dan art i
dari kepercayaan krist en: “ Dia adalah Anak Tuhan. Dia lahir dari Roh
Kudus.”
Kelahiran Yesus
Kisah kelahiran Yesus dalam surah 19.22-34 menunjukkan
kemiripan yang luarbiasa bukan hanya pada kisah dari Leto, seperti
yang ditunjukkan Sale, tapi juga pada kisah yang belum pernah saya
lihat dikutip dimanapun, yaitu kelahiran yang bersejarah dari Buddha.
Mari kita lihat versi Quran lebih dulu, surah 19.22-34:
“ Maka Maryam m engandungnya, lalu ia m enyisihkan diri dengan
kandungannya it u ke t em pat yang j auh. Maka rasa sakit akan
m elahirkan anak m em aksa ia ( bersandar) pada pangkal pohon kurm a,
ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku
m enj adi sesuat u yang t idak berart i, lagi dilupakan" . Maka Jibril
menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanm u t elah m enj adikan anak sungai di bawahmu.
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan m enggugurkan buah kurm a yang m asak kepadam u. Maka
m akan, m inum dan bersenang hat ilah kam u. Jika kam u m elihat
seorang m anusia, m aka kat akanlah: " Sesungguhnya aku t elah
bernazar berpuasa unt uk Tuhan Yang Maha Pem urah, m aka aku t idak
akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini" . Maka
Maryam m em bawa anak it u kepada kaum nya dengan
m enggendongnya. Kaum nya berkat a: " Hai Maryam , sesungguhnya
kam u t elah m elakukan sesuat u yang am at m ungkar. Hai saudara
perem puan Harun, ayahm u sekali- kali bukanlah seorang yang j ahat
dan ibum u sekali- kali bukanlah seorang pezina" , m aka Maryam
m enunj uk kepada anaknya. Mereka berkat a: " Bagaim ana kam i akan
berbicara dengan anak kecil yang m asih dalam ayunan?" Berkat a I sa:
" Sesungguhnya aku ini ham ba Allah, Dia m em beriku Al Kit ab ( I nj il)
dan Dia m enj adikan aku seorang nabi. dan Dia m enj adikan aku
Hal. 186
Bab 5 Qur’an
Mungkin orang muslim akan kaget jika tahu bahwa ada dan masih
ada scholar yang meragukan keaslian sejarah tentang Yesus, yang
keberadaannya oleh para Muslim benar2 dipercayai. Bruno Bauer
(1809-1882), J.M. Robertson (1856-1933), Arthur Drews (1865-1935),
van den Bergh van Eysinga, Albert Kalthoff, dan yang lebih baru Guy
Fau (Le Fable de Jesus Christ, Paris, 1967), Prosper Alfaric (Origines
Sociales du Christianisme, Paris 1959), W.B. Smith (The Birth of the
Gospel, New York, 1957), dan Professor G.A. Wells dari Birbeck
College, University of London telah mengembangkan semua teori
Hal. 187
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
226
Artikel Wells, G.A. “Jesus, Historicity of.” In KU, vol.1.
227
Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and Myth. Amherst,
N.Y., 1986. Hal.179
Hal. 188
Bab 5 Qur’an
228
Dikutip dalam Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and
Myth. Amherst, N.Y., 1986, Hal.135-136
Hal. 189
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Argumen- argumen
Strauss
Dalam karyanya Life of Jesus Crit ically Exam ined (1835), David
Strauss menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengambil injil sebagai
biografi sejarah; bukan itu fungsi utamanya. Kristen2 awal ingin
memenangkan orang agar masuk kristen ‘lewat propagasi mitos
religius yang sintetis.”231
229
Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and Myth. Amherst,
N.Y., 1986. Hal.21-22
230
Ibid., hal.199
231
Ibid., hal.13
Hal. 190
Bab 5 Qur’an
Bauer
Bauer lebih berani lagi dan menyatakan bahwa orang2 kristen awal
menemukan Yesus Kristus dari penggambaran nabi2 yang ada dalam
Perjanjian Lama. Yesus tidak pernah ada dan kekristenan yg bangkit di
pertengahan abad pertama berasal dari gabungan gagasan Judaic dan
Greco-Roman. Bauer berpendapat, contohnya, bahwa orang kristen
memakai istilah Yunani “Logos” yang berasal dari Philo, Stoicisme, dan
Heraclitus. Bagi Philo, Logos adalah kekuatan kreatif yang memerintah
dunia dan sebagai perantara manusia dengan Tuhan. Tentu saja,
dalam injil Yohanes, Logos disamakan dengan Tuhan, yang lalu
berinkarnasi jadi Yesus Kristus.
Sedang utk pengaruh2 klasik lainnya dalam kekeristenan mulai
diawal abad 4 penulis2 anti kristen menunjuk pada kemiripan
kehidupan Yesus dengan kehidupan dari Apollonius dari Tyana,
seorang pengajar Neo-Pythagorean yang lahir sebelum era kristen.
Dia melakukan kehidupan berkelana dan bertapa, mengaku punya
kekuatan mukjijat, dan selalu berada dalam bahaya sepanjang
kehidupannya selama kekuasaan Kaisar Roma Nero dan Domitian.
Para pengikutnya menyebut dia sebagai Anak Tuhan; mereka juga
bilang Dia dibangkitkan didepan mata mereka sendiri dan naik ke
surga.
Misteri kultus Mithra ini pertamanya ada didunia Romawi pada
pertengahan abad pertama SM. Kultus ini mengembangkan ritual dan
upacara serta tahapan2 rahasia utk inisiasi para pengabdi dewa2 itu
untuk lulus. Misteri Mithraic juga menunjukkan kemiripan dengan
Baptisan dan Ekaristi kekristenan.
232
Wells, G.A. Artikel “Strauss.” In KU, vol. 2. Hal.657
Hal. 191
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Wrede
Mengakui karyanya berhutang pada karya Bauer, Wilhelm Wrede yg
menulis diawal abad 20 menunjukkan bahwa injil Markus “disaring
dengan kepercayaan teologis dari komunitas kristen awal. Bukannya
sebuah biografi, injil ini adalah pembacaan kembali kedalam
kehidupan Yesus, iman dan harapan dari gereja2 awal yang
menganggap Yesus sebagai Mesiah dan Anak Tuhan.”234
Kalthoff
Albert Kalthoff, juga menulis diawal abad ini, berpendapat bahwa
kita bisa menjelaskan asal muasal kekristenan tanpa harus
menempatkan penmu sejarah. Kekristenan bangkit dengan ledakan
spontan ketika “materi religius dan sosial yang mudah terbakar, yang
dikumpulkan oleh kekaisaran Romawi, bergesekan dengan harapan2
233
Wells, G.A. Artikel “Bauer.” In KU, vol.1. hal.44-46
234
Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and Myth. Amherst,
N.Y., 1986. Hal.15
Hal. 192
Bab 5 Qur’an
Injil2
Kita mengenal bahwa injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohannes)
tidak ditulis oleh murid2 Yesus. Injil itu bukanlah kesaksian langsung,
dan ditulis oleh penulis yang tidak dikenal sekitar 40 sampai 80 tahun
setelah penyaliban Kristus. Matius, Markus dan Lukas biasanya disebut
Injil Sinoptik karena kesamaan subjek dan kemiripan frase pada
ketiganya. Markus dianggap yang lebih awal dari ketiga injil itu dan
mungkin juga dipakai sebagai sumber oleh dua injil lain. Sangat tidak
mungkin bahwa apa yang katanya diucapkan oleh Yesus dalam injil
benar2 pernah diucapkan oleh figur sejarah Yesus yang sebenarnya.
Seperti disimpulkan oleh Hoffmann:
Sangat Sulit bahkan ut k m em bicarakan sekalipun seorang Yesus yg
asli m enurut “ sej arah” , jika m elihat proporsi dan kesegeraan proses
pem buat an m it os yang m engkarakt erisasi hari2 awal pengult usan
Yesus. Apa benar ada pendiri sej arahnya at au t idak ( dan ini t idak
begit u diperlukan karena kesaksian m ist eri dari agam a2, dem i
suksesnya sebuah pengult usan dan kisah2 yang berkait an dengan
pendirinya it u) , para scholar sekarang m enganggap past i bahwa I nj il
adalah kom pilasi at au kum pulan ‘t radisi2/ hadis2’ yang dit ulis oleh
orang2 kristen awal bukannya oleh penulis2 sejarah.237
Pengadilan Sanhedrin, pengadilan dihadapan Pilatus, dan faktor
utama dalam kisah Passion of Christ, punya masalah serius, dan kita
tidak dapat menganggapnya sebagai kejadian sejarah; tapi semua itu
dikarang oleh kristen2 awal. Seperti Nineham katakan, kebanyakan
235
Ibid., hal.184
236
Stein, Gordon. An Anthology of Atheism and Rationalism. Amherst, N.Y., 1980.
Hal.178
237
Hoffmann, R. Joseph. The Origins of Christianity. Amherst, N.Y., 1985. Hal.177
Hal. 193
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
yang kita temukan dalam injil Markus mungkin adalah kesimpulan dari
ramalan2 Perjanjian Lama mengenai apa yang ‘harusnya’ terjadi
ketika Sang Messias datang.”238
Surat2 Paulus
Surat2 Paulus ditulis sebelum Injil Markus dan mengagetkan
didalamnya tidak disebutkan banyak perincian mengenai kehidupan
Yesus yang kita temukan dalam injil; tidak ada tentang orang tua
Yesus, atau kelahiran dari Perawan, atau tempat kelahiran Yesus;
tidak disebutkan tentang Yohanes Pembaptis, Yudas, tidak juga
tentang penyangkalan Petrus. Seperti G.A. Wells239 tunjukkan, “tidak
ada indikasi wakt u at au t em pat t ent ang keberadaan Yesus dibum i.
Tidak pernah acuan t ent ang pengadilan dihadapan pet inggi Rom awi,
t idak j uga t ent ang Yerusalem sebagai t em pat eksekusinya. Tidak ada
disebut kan m ukj ij at 2 yang kat anya dia lakukan.” Bahkan jika misalnya
ada doktrin2 tertentu ditujukan pada Yesus dalam injil yg jelas dipakai
oleh Paulus dalam doktrinnya tapi tetap tidak ada hal yg demikian.
Surat2 Paulus awal yg ditulis sebelum 90M, juga tidak memberikan
perincian sejarah yang meyakinkan. Hanya dalam surat2 yang
terakhir, yang ditulis sekitar 90M – 110 M, kita mendapatkan rincian
yang kita telah kenal lewat injil. Akibatnya, Wells240 menyimpulkan:
Set elah it u, surat 2 t erakhir ini m em berikan referensi biografikal dari
Yesus, t idak bisa dibant ah bahwa secara keseluruhan surat 2 Paulus ini
pada um um nya t idak t ert arik akan biografi dari Yesus, dan ini perlu
dij elaskan kenapa hanya surat 2 awal saj a ( dan bukan hanya surat
Paulus) yang m enulis sej arahnya Yesus dengan t ulisan pendek2 saj a.
Perubahan penulisan m engenai Yesus ini j uga t erj adi set elah t ahun
90M, dan ini sem ua dapat dim engert i j ika kit a m enerim a bahwa
kehidupannya dibum i pada abad pert am a di Palest ina ini hanya
dikarang belakangan saj a. Tapi hal ini m enj adi t eka- t eki j ika kit a
mengakui keberadaannya sebagai fakta sejarah.
238
Ibid., hal.184
239
Wells, G.A. Art. “Jesus, Historicity of.” In KU, vol.1. Hal.364
240
Ibid., hal.365
Hal. 194
Bab 5 Qur’an
Dalam bab 3 kita melihat teori kebangkitan islam dari generasi baru
scholar2 islamik. Kita sekarang ada dalam posisi utk menilai kemiripan
dari teori ini dengan teori2 yang disajikan diatas mengenai asal muasal
dari kekristenan. Kita mencatat sebelumnya bagaimana Goldziher
mengabaikan banyak hadis tentang kehidupan Nabi, karena dianggap
palsu. Goldziher menganggap sejauh ini bagian terbesar dari hadis
adalah merupakan pengembangan sosial, religius dan sejarah dari
Islam selama dua abad awalnya. Hadis tidak berguna sebagai dasar
sejarah apapun, hadis hanya berfungsi sebagai penggambaran
kecenderungan komunitas muslim awal. Dalam bagian berikutnya, kita
mencatat bagaimana kristen2 awal menempelkan perkataan2 pada
Yesus padahal kenyataannya perkataan2 itu hanya menggambarkan
pengalaman, harapan dan pendirian dari komunitas kristen belaka.
241
Wells, G.A. Art. In Free Inquiry, vol 3., no.4, Fall 1983.
Hal. 195
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hari Kiamat
Pusat dari dalil islam adalah doktrin Hari Kiamat. Beberapa istilah
dipakai dalam Quran utk menandakan hari ‘menakjubkan’ ini; Day of
Standing Up, Day of Separation, Day of Reckoning, Day of Awakening,
Day of Judgment, The Encompassing Day, atau lebih sederhana dan
mengerikan lagi, The Hour. Sumber mutakhir dari ide2 Muhammad
akan Hari Kiamat ini berasal dari Kekristenan Siria. Kisah2 dari Siria
242
Shacht, Joseph, and C.E. Bosworth. The Legacy of Islam. Oxford, 1974.
Hal.156
243
Hoffmann, R. Joseph and G.A. Larue, eds. Jesus in History and Myth. Amherst,
N.Y., 1986. Hal.15
244
Ibid., hal.48
Hal. 196
Bab 5 Qur’an
245
Momigliano, A., ed. The Conflict between Paganism and Christianity in the 4th
Century. Oxford, 1970. Hal.161
Hal. 197
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Tapi ada satu keberatan akan cerita demikian, yang Antony Flew246
kemukakan:
Tent ulah Allah yang Maha Kuasa m est inya punya “ kekuat an ut k
m encipt akan t ubuh m ereka at au yg m irip m ereka.” Tapi jika Allah
m elakukan it u, berarti sang Nabi t elah keseleo bicara. Karena dg
m em buat objek tubuh yang persis, m irip, t ak bisa dibedakan dari
objek pertama yang sudah rusak total dan yg sudah menghilang, sama
saj a dengan m em buat ‘bukan obj ek yang sam a’, t api sebuah ‘replika’.
Menghukum at au m em beri pahala pada sebuah replika yang dibuat
pada hari Kiam at karena dosa dan kebaikan dari Ant ony Flew lam a
yang sudah m at i dan dikrem asi dit ahun 1984 sangatlah t idak pant as
dan t idak adil, sam a sepert i m em beri pahala at au m enghukum
seorang kem bar ident ik akan sesuat u yang dilakukan oleh saudara
kembarnya yang lain.
Muslim keras kepala akan kontradiksi ini. Mereka bilang semua
manusia akan menghadap penciptanya (atau pencipta replika kita) di
hari Kiamat, tapi pada surah 2.159 dan surah 3.169 dikatakan bahwa
pejihad yang meninggal dalam peperangan di Jalan Allah akan hidup
dan berada dihadapannya saat itu juga. Tuhan dg demikian
membangkitkan mereka sebelum hari Kiamat. Demikian pula dengan
musuh2 islam, Tuhan akan mengirim mereka langsung keneraka,
tanpa menunggu hari Kiamat terlebih dahulu. Pertanyaan menarik
muncul di jaman transplantasi organ sekarang ini. Jika seorang
pejuang suci islam mati ketika berperang dijalan Allah, dan disaat itu
organnya, misal jantung, ditransplantasikan keorang lain, bagaimana
si pejuang suci itu dibangkitkan tubuhnya. Dalam hal ini, tubuh yang
sama tidak akan ‘sama’, karena hanya sebuah replika dengan jantung
yang ‘lain’.
Jawaban “semuanya mungkin bagi Allah” hanyalah pengakuan kalah
akan kemustahilan, kalah akan irasionalitas mendasar dari doktrin
kebangkitan ini. Secara umum, meski ada berabad-abad budaya
pemanggilan arwah, medium, sihir dan segala macam mistik, tak
satupun pernah ada bukti yang meyakinkan akan keberadaan hidup
sesudah mati. Diluar dari kesombongan pribadi, jelas rasa takut mati
adalah penyebab keras kepalanya kepercayaan akan hidup dimasa
datang, meski semua indikasi mengatakan sebaliknya.
246
Flew, Antony. God, Freedom and Immortality. Amherst, N.Y., 1984. Hal.107
Hal. 198
Bab 5 Qur’an
247
Nietzsche. The Portable Nietzsche. Ed. W. Kaufmann. New York, 1974. Hal.618
248
Ibid., hal.484
249
Ibid., hal.535
250
Ibid., hal.612
Hal. 199
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
pengem bangannya, ket ika pert am a kali dibukt ikan oleh para
Moham m edan, kepercayaan akan Surga punya nilai m ilit er yang
sangat besar ut k m em perkuat bant uan t enaga dan menolong sifat2
suka berperang mereka.”251
Mereka yang siap mati bagi imannya telah diperalat secara
mengerikan sepanjang sejarah islam, para martir dipakai sebagai
pembunuh2 politik jauh sebelum pembunuh2 modern bermunculan
diabad 11 dan 12. Teroris Timur Tengah diabad modern atau Mujahidin
dianggap sebagai martir dan dimanipulasi untuk alasan2 politis dengan
hasil yang hebat. Kebanyakan dari mereka telah kebal dari rasa takut,
dengan mengutip Dawkins, “ Karena kebanyakan dari m ereka
sungguh2 percaya bahwa seorang m art ir yang m at i akan dikirim
langsung ke surga. Benar2 senj at a yang hebat ! I m an pada agam a ini
layak m endapat bab t ersendiri dalam buku sej arah t eknologi Perang,
sejajar dengan Panah Besar, Kuda Perang, Tank dan Bom Netron.”252
Kemungkinan2 dalam hidup harusnya membuat manusia sadar akan
keindahan dan keberhargaannya. Kenyataan yang kejam bahwa hanya
inilah kehidupan yang kita punya harusnya membuat kita mencoba
dan memperbaikinya sebaik mungkin.
Ketika pusat kehidupan seseorang berada bukan pada kehidupan
yang sekarang, tapi pada alam baka – orang itu sama saja
mencerabut seluruh kehidupannya (kehidupan yg sekarang dan
kehidupan alam baka yang dia percayai ada padahal tidak ada).
Kebohongan besar akan keabadian manusia menghancurkan segala
alasan, segala insting alaminya, insting kebaikan dan keberpihakan
pada kehidupan atau pada jaminan masa depan berubah menjadi
ketidak percayaan. Untuk hidup sedemikian sehingga seakan tidak ada
gunanya lagi hidup didunia ini lebih lama, bahwa saat ini menjadi
“rasa” dari hidup itu sendiri, rasa utk secepatnya mati di jalan Allah.
Untuk apa rasa kebersamaan, untuk apa keturunan dan nenek
moyang, bekerja sama, percaya, mempromosikan dan membayangkan
kesejahteraan bersama?253
251
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. Hal.72
252
Dawkins, Richard. “A Deplorable Affair.” Dalam New Humanist, vol.104,
London, May 1989.
253
Nietzsche. The Portable Nietzsche. Ed. W. Kaufmann. New York, 1974. Hal.618
Hal. 200
Bab 5 Qur’an
Hukuman Ilahi
254
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. Hal.25
255
Gibb, H.A.R. Islam, Oxford, 1953. Hal.27
Hal. 201
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Surah 5.38 mengatakan : “Laki- laki yang m encuri dan perem puan
yang m encuri, pot onglah t angan keduanya ( sebagai) pem balasan bagi
apa yang m ereka kerj akan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bij aksana.” Menurut hukum islam, “tangan
kanan pencuri harus dipotong pada pergelangan tangan dan ujung
lengannya bekas potongan tsb lalu dibakar, dan utk pencurian kedua,
kaki kiri dipotong, utk pencurian berikutnya dia harus ditambah dg
menderita dipenjara.”256
Penyaliban
Wanita dipenjara
Pencambukan
256
Dictionary of Islam, hal.285
Hal. 202
Bab 5 Qur’an
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah”
Rajam diterapkan pada tahap berikutnya. Seperti kita catat
sebelumnya, ayat rajam bisa jadi pernah menjadi bagian dari Quran,
tapi ini disangkal oleh beberapa scholar islam.
Para pembela islam sering berpendapat bahwa hukum islam sesuai
dengan Hak Asasi Manusia. Artikel 5 dari Deklarasi HAM 1948
menyatakan, “tidak boleh ada penyiksaan atau perlakuan atau
hukuman yang merendahkan, tidak manusiawi atau kejam.” Apakah
memotong tangan, mencambuk dan merajam itu manusiawi atau
tidak?
Quran berisi juga aturan2 dan kaidah2 lain utk bertingkah laku
sebagaimananya seorang muslim dalam komunitasnya. Kita bisa
melihat posisi wanita, tentang perkawinan dan cerai didalam surah 14,
institusi perbudakan dan doktrin perang suci di surah 8 dan 9, dan
larangan2 makan minum tertentu di surah 15. Resep sosial lain
mengenai zakat, bunga, warisan, sholat, ibadah haji dan puasa.
Sebagian dilakukan sebagai kewajiban dan yg lainnya bukan. Quran
juga menggabungkan banyak aturan moral yang, meski bukan orisinil
ataupun dalam, tapi tak ada yang protes: tentang kebaikan dan rasa
hormat pada orang yg lebih tua dan pada orang tua, murah hati pada
Hal. 203
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
257
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. Hal.24
258
Quine, W.V.O Quiddities. An Intermittently Philosophical Dictionary.
Cambridge, 1987. Hal.209
259
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. Hal.24
Hal. 204
Bab 5 Qur’an
Sudan
Indonesia
Hal. 205
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
berani keluar setelah jam 6 sore,” kata seorang keturunan cina yang
keluarganya lari dari Jawa Timur. “Mereka memotong buah dada para
wanita; membuang banyak mayat kelaut hingga orang tidak mau
memakan ikan laut utk waktu yang lama. Saudara saya masih bekerja
ditoko ketika pagi itu para anak muda muslim datang menyerbu
dengan memakai kalung bertahtakan kuping manusia.” (Guardian
Weekly 23 September 1990). Dalam penyerangan indonesia ke Timor
Timur th 1975, sedikitnya 200 ribu sipil terbunuh.
Saya menegaskan kengerian2 ini sebagai balasan akan omong
kosong sentimental tentang “dunia timur yang spiritual,” dimana kita
terus menerus diberitahukan sebagai dunia yang lebih superior dari
pada dunia barat yang ateis dan amoral; dan sebagai contoh balasan
pada kepercayaan bahwa agama membuat orang jadi baik. Orang
Eropa dan Asia, Kristen dan Muslim sama-sama bersalah akan
kekejaman yang mengerikan; dimana ada ribuan orang2 ateis yang
bukan saja menjalani kehidupan tak bersalah tapi juga bekerja keras
bagi kebaikan sesama manusia.
260
Robinson, Richard. An Atheist’s Values. Oxford, 1964. Hal.117
Hal. 206
Bab 5 Qur’an
orang2 unort odoks akan dianggap sebagai krim inal yang harus
disingkirkan, dim usnahkan at au dipenj arakan. Saya bisa m enghorm at i
orang yang berpendapat bahwa agam a it u benar dg dem ikian bisa
dipercaya, t api saya hanya m erasa sebal pada m ereka yang bilang
agam a it u harus dipercaya karena berguna dan ut k m em pert anyakan
kebenarannya adalah buang2 waktu saja.261
Bahkan ada orang yang sungguh2 percaya berpendapat demikian.
Prof. Watt lagi dan lagi berpendapat bahwa kebenaran sejarah kurang
penting daripada kebenaran “simbolis” atau “perlambang”. Tapi ini
adalah ketidakjujuran intelektual. Dengan kata lain dari Paul: “Jika
kristus itu dikatakan bangkit dari kematian, bagaimana bisa ada
diantara kalian yang bilang tidak ada kebangkitan orang mati? Tapi
jika tidak ada kebangkitan itu maka Kristus tidaklah dibangkitkan: Dan
jika Kristus tidak bangkit, maka khotbah2 kita percuma saja, juga
iman anda” (1 Korintus 15.12-14)
Muslim sungguh2 percaya bahwa Abraham membangun Kabah; tapi,
seluruh peziarah haji jadi tak berarti – ‘iman anda juga percuma’ – jika
kebenaran sejarah diungkapkan, bahwa Abraham tidak pernah
menginjakan kakinya di Arab, dan mungkin bahkan Abraham itu tidak
pernah ada. Juga ini merupakan argumen mengagumkan datang dari
manusia yang percaya pada Tuhan. Pastinya Tuhan akan menyetujui
pencarian manusia akan kebenaran. Mungkinkah Tuhan mau
berbohong dan berdalih agar manusia menyembahnya?
Ada banyak variasi pendapat akan kegunaan yang sepertinya sulit
diabaikan bagi saya, saya memikirkan sebuah kasus orang yang
menderita hebat, dan masih juga menderita; atau orang yang tidak
punya jalan lain utk memperbaiki hidupnya dibumi – orang yang
mendapatkan kekejaman hidup. Apakah kita punya hak utk
mengatakan pada dia bahwa kepercayaan dia akan Tuhan dan Hari2
sesudah kematian adalah mimpi belaka, padahal segala ketidak adilan
telah menimpanya? Kepercayaan dia adalah satu-satunya hal yang
membuat dia bisa bertahan menghadapi hidup ini. Saya tidak punya
jawaban utk ini. Tapi, tentu saja, pertanyaan ini jangan menjadi alat
utk meringankan suara hati kita sendiri, jangan jadi alasan utk tidak
melakukan apapun yg memperbaiki kehidupan jika mungkin – lewat
pendidikan dan tindakan sosial maupun politik.
261
Russell, Bertrand. Why I Am Not a Christian. London, 1921. Hal.25
Hal. 207
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
262
Russell, Bertrand. Theory and Practice of Bolshevism. London, 1921.
Hal.5,29,114.
263
Dikutip dalam Muslim World vol.28. hal.6
Hal. 208
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
tusuk gigi, ritual pakaian, larangan laki2 memakai emas atau cincin
perak hingga perlakuan bagi binatang, semuanya diatur disana.
Hukum islam adalah sebuah doktrin kewajiban – kewajiban2 luar –
yaitu, kewajiban2 “yang rentan dikontrol oleh otoritas manusia
diinstitusikan oleh Tuhan. Tapi tanpa kecuali adalah juga kewajiban
pada Tuhan dan didasarkan pada kehendak Tuhan itu sendiri. Ini
termasuk semua kewajiban yang manusia lakukan; kewajiban apapun
yang dilakukan, dan dalam hubungannya dengan siapapun.”264
Sebelum menelaah hukum islam secara rinci, kita perlu tahu kenapa
dikembangkan demikian.
264
Ibid., hal.261
265
Lewis, preface utk karya “Kepel The Prophet and Pharaoh”, London 1985,
hal.10-11
Hal. 209
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hukum Islam
Quran
Quran, seperti kita lihat sebelumnya, bagi muslim adalah
perkataan/firman Tuhan itu sendiri. Meski didalamnya ada aturan dan
undang2 bagi komunitas2 awal dalam hal2 seperti perkawinan,
perceraian dan warisan, Quran tidak menyatakan prinsip2 yg umum
lainnya. Banyak masalah diselesaikan dengan cara yang
membingungkan dan asal-asalan dan sejumlah besar pertanyaan2
vital malah tidak disinggung sama sekali.
Sunnah
Sunnah (arti harafiahnya: garis; jalan; cara hidup) mengungkapkan
kebiasaan atau adat kehidupan para muslim didasarkan pada sikap
ucapan dan perbuatan sang nabi, jadi adalah semua sikap, ucapan dan
perbuatan sang nabi dihadapan para periwayat hadis, bahkan juga apa
yang dilarang olehnya. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh
para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah
disebut sebagai hadits. Sunnah yang dilaksanakan oleh Allah disebut
Sunnatullah. Sunnah dicatat dalam hadis, tapi belakangan kita ketahui
bahwa kebanyakan hadis2 ini adalah karangan belaka. Meski
demikian, bagi muslim sunnah itu melengkapi Quran dan penting utk
mengerti Quran dengan benar, utk menjelaskan kesamaran dari Quran
dan mengisi hal2 yang tidak dibahas oleh Quran. Tanpa Sunnah,
muslim seperti orang tersesat karena tidak ada perincian yang
diperlukan bagi keseharian hidup mereka.
Quran dan Sunnah adalah penjabaran dari perintah Tuhan,
kehendak pasti dan tak dapat dimengerti dari Allah yang harus mutlak
dipatuhi, tanpa ragu, tanpa tanya dan tanpa kecuali. (well kecuali bagi
sang nabi dong, penerjemah).
Tapi dengan segala ketidakjelasan yang ada, kita masih tetap saja
perlu semacam penafsiran dari Sunnah dan Quran, dan ini adalah
tugas dari ahli hukum yang disebut Fiqih (sainsnya syariah). Mereka
mendirikan banyak sekali penafsiran, empat diantaranya bertahan
Hal. 210
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
hingga abad ini dan masih diikuti oleh seluruh populasi islam sunni,
ortodoks dan aliran lainnya. Anehnya, keempat-empatnya dianggap
sama valid/sah, meski secara mendasar agak berbeda.
1. Malik Ibn Abbas (meninggal 795) mengembangkan gagasannya di
Medina, dimana dia dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi
yang tersisa. Doktrinnya dicatat dalam karyanya, MUWATTA, yang
diadopsi oleh kebanyakan muslim di afrika dengan perkecualian
Mesir Bawah, Zanzibar dan Afrika Selatan.
2. Abu Hanifa (m.767), pendiri dari sekolah Hanifi, lahir di Irak.
Sekolahnya disebut memberikan jangkauan lebih dalam hal akal
dan logika dibanding sekolah2 lain. Para Muslim India dan Turki
banyak bersekolah disini.
3. Al-Shafi’I (m.820), dianggap moderat dalam pendapat2nya,
mengajar di Irak lalu di Mesir. Pengikut sekolah ini dikenal di
Indonesia, Mesir Bawah, Malaysia dan Yaman. Dia menempatkan
penekanan besar pada Sunnah Nabi, sebagai perwujudan dari hadis
dan sumber dari Syariah.
4. Ahmad Ibn Hanbal (m.855) lahir di Baghdad. Dia mengikuti kuliah2
al-Shafi’I, juga mengajarnya dalam hal hadis. Meski dianiaya, ibn
Hanbal tetap berpegang pada doktrin bahwa Quran itu bukan
ciptaan/tidak diciptakan (uncreated), tapi ada. Kaum Wahhabi
modern dari Arab Saudi mengikuti ajaran2 dari Ibn Hanbal.
Ketika macam2 tafsir ini dikritik karena mengenalkan inovasi2 tanpa
pembenaran, mengadaptasi hukum2 religius yang sesuai dengan
kepentingan dunia saat itu dan karena mentoleransi penganiayaan,
para doktor hukum terpelajar mengembangkan doktrin ‘ijma/mufakat
tanpa salah’, yang menjadi fondasi ketiga dari hukum islam atau
Syariah.
IJMA (Mufakat)
Ungkapan “Komunitasku tidak akan pernah menerima kesalahan”
dianggap berasal dari sang nabi, hasilnya adalah munculnya sebuah
lembaga ‘tanpa salah’ yg terdiri dari komunitas para scholar terkenal.
Seperti Hurgronje katakan, “Ini adalah imbangan dari doktrin kristen
katolik dg tradisi eklesiastiknya: ‘quod semper, quod ubique, quod ab
omnibus creditum est.’ (yang dipercaya dimana-mana, setiap saat,
oleh semua orang)” gagasan akan ijma ini tidak punya rasa
demokratis sama sekali; massa sama sekali tidak diikutkan. Mufakat
yang diperhatikan hanya dg mereka yang dianggap memenuhi syarat
dan dg otoritas terpelajar.
Hal. 211
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
266
Shacht, Joseph. An Introduction to Islamic Law. Oxford, 1964.. Hal.69
267
Ibid., hal.70-71
268
Ibid., Hal.75
Hal. 212
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
Kiyas
Kiyas atau persamaan terhadap suatu hal yang mirip dan sudah
jelas hukumnya, dianggap oleh banyak ahli islam punya tingkatan
yang lebih rendah, kepentingannya berada dibawah tiga prinsip hukum
islam lainnya. Dimasukkannya kiyas mungkin adalah kompromi antara
kebebasan pendapat yang tidak terlarang dan penolakan akan semua
pendapat akal manusia dalam hukum religius.
269
Ibid., hal.201
Hal. 213
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
adalah penj ualan ganda. Cont ohnya, yg pinj am m enj ual pada
pem inj am sej um lah uang, dan segera m em belinya kem bali dari dia
dengan sejumlah uang yang dijanjikan utk dibayar dikemudian hari;
j um lah uang ini sebagai j am inan bagi sipem inj am dan perbedaan
diant ara dua j um lah uang ini dalam dunia perbankan sehari- hari
bisa kita sebut sebagai bunga.270
Bagaimana kita menamakan praktek2 diatas? Fiksi yang
dilegalkan/disahkan adalah penamaan yang terlalu lunak.
Penghindaran moral? Kemunafikan moral? Ketidak jujuran moral?
3. Meski hukum islam dianggap hukum keramat, tetap saja esensinya
tidak masuk akal; diciptakan bukan oleh sebuah proses irasional
pewahyuan terus menerus.. tapi oleh metoda rasional penafsiran,
dg cara ini yg diperoleh adalah intelektualitas dan bagian lahiriah
pelajaran tsb. Dimana hukum islam mewujudkan dirinya sebagai
sebuah sistem yang rasional dengan basis materi, karakter formal
juridisnya sedikit berkembang. Tujuannya adalah utk menyediakan
standar materi dan konkrit, dan bukan utk memaksakan aturan
formal yang terbagi utk kepentingan2 lainnya (yg mana ini menjadi
tujuan dari hukum sekular). Ini menghasilkan pertimbangan bahwa
tujuan baik, keadilan, kejujuran, kebenaran dan lain lain hanya
memainkan peran lebih rendah dari sistem itu sendiri.271
4. Tidak seperti hukum Romawi, hukum islam membawa subjek legal
kedalam sistemnya dengan metoda analogi/persamaan, parataxis
dan asosiasi. Yang bertalian dekat dengan metoda ini adalah cara
berpikir kasuistis, yang menjadi satu dari aspek menggemparkan
dari hukum tradisional islam. “Hukum islam berfokus bukan pada
pelepasan elemen hukum yang relevan dari tiap kasus dan
memasukkannya kedalam aturan umum, seperti serangkaian kasus
yang mereka tetapkan.”272 contoh, mengenai suksesi, kita lihat
diskusi kasus dari seorang individu yang meninggalkan pada
pewaris tunggal 32 orang kakek buyutnya; hak waris dari makhluk
hermaphrodite (karena dua jenis seks tidak punya hak yang sama);
warisan individu yang diubah menjadi hak binatang; dan
khususnya, warisan dari individu yang sama jika hanya
setengahnya saja diubah jadi binatang, baik secara horizontal
maupun vertikal.
270
Ibid., hal.79
271
Shacht, Joseph, “Islamic Religious Law”. Dalam The Legacy of Islam, Schacht
and Bosworth, eds. Oxford, 1974.Hal.397
272
Shacht, Joseph. An Introduction to Islamic Law. Oxford, 1964. Hal.205.
Hal. 214
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
273
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. Hal.63-64
Hal. 215
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
m anusia. Dalam hal ini sebuah kesalahan krim inal pada prakt eknya
sam a sekali t idak dianggap ada. Dim ana bila ada j uga akan
dihadapkan pada t anggung j awab religius. Jadi t idak ada hukum an
yang t et ap ut k pelanggaran hak m anusia t erhadap dirinya at au
hart a m iliknya, yg ada hanya gant i rugi dari kerusakan yang
disebabkannya. I ni beruj ung pada balas dendam pem bunuhan dan
penganiayaan disat u pihak dan t idak adanya denda bagi pihak
lain.274
Ringkasnya, syariah adalah kumpulan dari hukum2 teoritis yang
diterapkan dalam sebuah komunitas muslim yang ideal yang patuh
pada kehendak Tuhan. Ini semua didasarkan pada otoritas ilahi yang
harus diterima tanpa kritik. Hukum islam dg demikian bukanlah
produk dari kepandaian manusia, dan tidak bisa disebut sebagai
menggambarkan realitas sosial yang berkembang dan selalu berubah
(seperti hukum Eropa). Hukum islam itu abadi, dan fiqih atau sainnya
syariah terdiri dari tafsir teks2 keramat yang pasti dan tak mungkin
salah. Tak mungkin salah karena sekelompok ahli hukum islam yang
telah diberi kuasa utk menarik solusi dan kesimpulan yg pasti dari
Quran serta hadis; dan pasti karena setelah tiga abad, semua solusi
utk masalah yang ada ‘katanya’ telah diberikan. Sementara hukum
Eropa itu manusiawi dan berubah, syariah itu ilahi dan abadi. Ia
tergantung dari kehendak Allah yang tak bisa diduga, yang tak dapat
digenggam oleh kepandaian manusia. – harus diterima tanpa ragu dan
jangan banyak tanya. Karya ahli2 hukum islam terkenal dari syariah
ini bukanlah aplikasi sederhana dari firman Allah atau nabinya: tapi
hanya penjabaran dalam batas yang sempit, yang ditetapkan oleh
Allah sendiri, yang bisa dipakai orang utk berpikir yang dikenal sebagai
qiyas, berpikir secara analogi, cari persamaan hukumnya pada pihak
lain. Keputusan para kaum terpelajar, yang mempunyai kuasa hukum,
juga bersandar pada komunitas yang katanya ‘tak mungkin salah’,
sebuah komunitas yang Tuhan ciptakan lewat Muhammad, komunitas
ini disebut ‘tanpa salah’ karena diatur oleh hukum yang ‘tanpa salah’.
[Bousquet, Hurgronje, Schacht]
1. Dua sumber islam adalah Quran dan Sunnah yang tercatat dalam
hadis.
274
Shacht, Joseph, “Islamic Religious Law”. Dalam The Legacy of Islam, Schacht
and Bosworth, eds. Oxford, 1974.Hal.399
Hal. 216
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
Pertama, kita sudah beri alasan kenapa Quran tidak bisa kita
anggap berasal dari Tuhan – yaitu karena disusun sekitar abad 7
dan 9 M, penuh contekan dari talmud Yudaisme, dari kitab2
apokripanya (apokripa= kitab yg diragukan) Kristen, Samaritan,
Zoroastrianisme dan Arab pra-islam. Juga berisi anakronisme (salah
waktu) dan kesalahan sejarah, kesalahan sains, kontradiksi,
kesalahan tata bahasa, dll.
Hal. 217
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
kem egahannya… dengan cara keras dan penuh keilm uan, para
ulam a m em form ulasikan apa yang m ereka inginkan, yait u ‘apa
kehendak t uhan it u sebenarnya.’ Mulai sekarang segala sesuat u
dalam hidup yang sudah dit ent ukan oleh para ulam a t idak bisa
begitu saja dihiraukan.275
275
Nietzsche. The Portable Nietzsche. Ed. W. Kaufmann. New York, 1974. hal.596-
597
276
Gibb, H.A.R. Islam, Oxford, 1953. Hal.67
Hal. 218
Bab 6 Sifat Totalitarian Islam
Hal. 219
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Ba b 7 Apa k a h I sla m se su a i dg D e m ok r a si
dan HAM
Hal. 220
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
Hal. 221
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 222
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
277
Lihat Gaudeul, secara umum
Hal. 223
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal yang sama juga terjadi terhadap kaum muslim Shia. Mereka
diusik, ditangkap, disiksa dan dalam beberapa kasus, dipenggal.
Contohnya, pada tanggal 3 September 1992, Sadiq Abdul Karim
Malallah dipancung di depan umum di Al-Qatif setelah dinyatakan
murtad dan menghujat. Sadiq, seorang muslim Shia, ditangkap
tahun 1988 dan dikenakan hukuman rajam oleh polisi setempat
karena menyelundupkan sebuah Alkitab ke negara tersebut. Waktu
itu dia dirajam di tempat tertutup.
Keadaan penganut Ahmadi di Pakistan juga hampir sama. Gerakan
Ahmadiyah ini didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmed (meninggal
1908), dia dianggap seperti nabi oleh pengikutnya. Amnesty
Internasional (ASA/33/15/91) menyimpulkan keadaan mereka
sebagai berikut:
Penganut Ahmadi menamakan diri mereka sebagai muslim namun
mereka dianggap oleh golongan muslim ortodoks sebagai golongan
sesat karena mereka menyebut pendiri mereka dengan "Al-Masih",
sang Mesias: Ini menunjukkan bahwa Muhammad bukan meterai
penutup dari segala nabi seperti yang diyakini oleh golongan
muslim ortodoks, yaitu nabi yang menyampaikan pesan terakhir
dari Allah kepada umat manusia. Menurut kaum Ahmadi, iman
mereka bukan mengingkari status Nabi Muhammad karena Mirza
Ghulam Ahmed tidak mengaku membawa satu wahyu baru yang
menambah hukum ilahi, Qur'an. Mirza Ghulam Ahmed menganggap
diri sendiri sebagai seorang "Mahdi", pewujudan ulang dari Nabi
Muhammad, dan menganggap bahwa adalah tugasnyalah untuk
merevisi Islam. Sebagai akibat dari perpecahan ini, golongan
Ahmadiyah mendapat diskriminasi dan penganiayaan di beberapa
negara. Dalam pertengahan tahun 1970-an, Saudi Arabia -
berdasarkan Liga Muslim Sedunia berseru kepada para pemerintah
negara-negara Islam di seluruh dunia untuk menindak Ahmadiyah.
Sejak saat itu Ahmadiyah dilarang di Saudi Arabia.
Sepanjang sejarah Pakistan, golongan Ahmadiyah telah menjadi
korban kekerasan yang dalam peristiwa-peristiwa tertentu meminta
korban darah yang serius. Keadaan menjadi lebih parah ketika
presiden Zia-ul Haq berkuasa pada tahun 1977 setelah melalui
kudeta militer. Dia mengintroduksi usaha Islamisasi dan
mengadkan banyak pembatasan terhadap kaum Ahmadiyah. Pada
tahun 1984, kepemerintahan selanjutnya mengumumkan bahwa
Ahmadiyah adalah golongan sesat. Dengan demikian kaum
Ahmadiyah dilarang mengaku diri sebagai muslim. Sejak saat itu,
banyak kaum ini yang menjadi korban hukum negara Pakistan.
Mereka dipenjara dan bahkan dihukum mati hanya sekedar karena
mempraktekkan hak kebebasan mereka untuk beragama, termasuk
Hal. 224
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
Hal. 225
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 226
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
Hal. 227
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
278
Paine Thomas. The Age of Reason. Secaucus, 1974. Hal.51
279
Dikutip dalam Alley, R.S., ed. James Madison on Religious Liberty. Amherst,
N.Y.,1985. Hal.56
Hal. 228
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
Am erika, yang m enj adi penj aga t erbaik sat u- sat unya bagi kebebasan
beragam a dalam segala lapisan m asyarakat . Karena di m ana ada
kelom pok yang m enonj ol, kelom pok t ersebut t idak dapat m enekan
kelom pok yang lain. ... Tidak ada bayang- bayang hukum dalam
pemerintah yang menjadi penengah soal agama. Saya menyerukan hal
ini agar dij alankan secara serem pak, agar j elas bahwa saya dengan
hangat mendukung kebebasan beragama.280
Apa arti pemisahan antara gereja dan pemerintah dalam konteks
moderen, dijelaskan oleh Court Justice Hugo Black tahun 1947 dalam
"Everson" yang berbunyi demikian:
" Pendirian Agam a" yang t ercant um dalam Am endm ent pert am a
paling t idak berart i: Baik negara m aupun negara bagian t idak dapat
m endirikan gerej a. Keduanya t idak dapat m elam paui hukum unt uk
menolong satu agama, atau semua agama, atau lebih condong ke satu
agam a daripada agam a lain. Keduanya t idak dapat m em aksa
seseorang unt uk ikut m enet ap at au m eninggalkan gerej a t ert ent u.
Tidak seorangpun yang bisa dihukum karena m eninggalkan at au
m enghadiri gerej a. Tidak ada paj ak dari inst it usi m anapun yang boleh
m engat asnam akan agam a. Baik negara m aupun negara bagian t idak
diperkenankan unt uk m engam bil bagian keseluruhan m aupun part ial
akan urusan- urusan organisasi gerej a at au kelom pok- kelompok
dem ikian j uga sebaliknya. Dalam pengucapan Jefferson, klausa
t ent ang pendirian gerej a di luar hukum secara sengaj a didirikan
sebagai "benteng pemisah antara gereja dan negara."281
Begitu anda memiliki satu institusi agama yang telah berdiri, tanpa
ragu lagi berarti, seperti yang dikatakan oleh Kant dan Paine (dikutip
sebelumnya), anda mempunyai tirani, bertindak sebagai polisi dan
kehilangan sifat kritis yang melingkupi progresi akal dan moral. Dalam
teokrasi Islam, Allah adalah pengatur absolut yang kata-katanya harus
ditaati secara absolut, tanpa diskusi, tanpa ragu, tanpa pertanyaan;
kita tidak dapat tawar-menawar dengan Allah, tidak juga dapat
melanggar vetonya. Allah Islam itu tidak demokrat. Kita tidak dapat
lari darinya seperti yang dapat kita lakukan terhadap pemilihan
manusia dalam mewakili demokrasi. Jika penguasa korup, maka
Penguasa Mutlak pastilah juga korup mutlak.
280
Ibid., hal.71
281
Dalam ‘Oxford Companion to the Supreme Court, New York, 1992, hal.262-263
Hal. 229
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
282
Bouquet, A.C. Comparative Religion. London, 1954. Hal.269
Hal. 230
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
283
Shacht, Joseph. An Introduction to Islamic Law. Oxford, 1964. Hal.126-127
Hal. 231
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
284
Ibid., hal.130-132
Hal. 232
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
285
Hayek, F.A. [1] The Road to Serfdom. London, 1944. Hal.152-153
286
Dikutip oleh Mayer, A.E. Islam and Human Rights. Boulder, 1991. Hal.60-61
Hal. 233
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
dipanggil untuk taat pada Hukum Ilahi dan HAM semacam ini dibuat
untuk untuk menyatakan tugas utamanya taat kepada Allah.
Natur totalitarian dari filsafat ini adalah bukti yang harus
digarisbawahi, "Dengan menerima hidup dalam Kungkungan Hukum
Ilahi, manusia belajar untuk menjadi bebas," ini mengingatkan kita
pada istilahnya Orwell "Kebebasan dalam Perbudakan", seorang
pemikir muslim yang pada tahun 1979)287 menulis:
Liberalism e Barat m enekankan kebebasan at as pem bat asan yang
bagi I slam it u aneh. ... Kebebasan pribadi ( dalam I slam ) t erlet ak
pada sikap pasrah t erhadap Kehendak I lahi ... I ni t idak dapat
direalisasikan sekalipun dengan kebebasan pem bat asan dari
sum ber luar ... kebebasan pribadi berakhir m anakala kebebasan
dari kom unit as dim ulai. ... HAM m uncul hanya dalam hubungannya
dengan kewaj iban- kewaj iban... Barangsiapa yang t idak m enerim a
kewajiban- kewaj iban ini, dia t idak punya hak- hak ... Banyak t eologi
muslim cenderung menuju pada sukarela totalitarian.
Di sini, paling tidak, pengarang mengaku akan natur totalitarian
Islam.
5. Ide akan ketidaksalahan dari suatu kelompok atau "buku" adalah
suatu kendala untuk kemajuan moral, politik dan pengetahuan.
6. Seorang muslim tidak punya hak untuk beralih agama. Hukuman
untuk murtad adalah mati!
7. Kebebasan berpikir dalam beberapa variasi bentuk sangat tidak
memuaskan. Segala macam inovasi akan dengan mudah dicap
sebagai penghujatan", yang hukumannya adalah mati.
Mungkin salah satu batu sandungan terbesar dalam Islam untuk
menuju ke arah demokrasi liberal terletak pada penekanan akan
perkataan akhir dari Allah, kode mutlak untuk ditaati; Islam tidak
mengijinkan alternatif. Sebaliknya, dalam demokrasi liberal, apa
yang dimengerti sebagai kebebasan berpikir, berkata dan berita
adalah hak untuk membantah, kebebasan untuk menampilkan sisi
lain dari argumen. Setiap orang boleh menyampaikan sebuah
filsafat alternatif. Mayoritas tidak berhak menghalangi minoritas
dalam mengekspresikan ketidaksepakatan, kritik, atau
perbedaannya.
287
Ibid., hal.62-63
Hal. 234
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
Ide bahwa ada alasan baik untuk menerapkan hak-hak atas umat
manusia hanya karena mereka manusia, itu hanya dikembangkan
dalam peradaban Barat. Orang akan menelusuri ide ini kembali pada
Plato dan Aristoteles, atau yang lainnya, paling tidak, golongan Stoic,
yang berkeyakinan akan adanya hukum alam - berbeda dengan
hukum Athena atau Roma - hukum yang mengikat semua manusia
sedemikian rupa sehingga "barangsiapa yang tidak taat, sedang
menyangkali diri dan natur kemanusiaannya" (dikutip di Melden 1970,
hal 1).
Sebagian filsuf telah mencoba mendasarkan hak-hak ini dalam natur
kemanusiaan; sedangkan yang lain, tidak senang dengan
membicarakan natur kemanusiaan, karena pengertian itu sering
mengarah pada peradaban atau kebudayaan tertentu. Bagaimanapun
juga, diskusi moderen tentang HAM oleh para filsuf Barat tidak ada
yang mengacu kepada Allah atau Kehendak Ilahi, namun hanya
kepada akal manusia, argumen rasio dan pemikiran kritis.
Kebanyakan filsuf akan setuju bahwa ide akan HAM menyangkut
gabungan dari ide-ide respek diri, kedalaman moral, oknum bebas,
pilihan moral, kepribadian dan hak yang bersangkutan dengan
kesetaraan dan respek. Sejak pengembangan Lock lebih lanjut tentang
ide-ide HAM dalam abad 17, moderen pendukung paling tidak
mengklaim tiga hal:
(1) Bahwa hak-hak ini adalah fundamental dalam arti bahwa tanpa
itu tidak ada hak-hak spesifik yang berdasar pada keadaan khusus di
mana satu individu tinggal, (2) bahwa hak-hak ini tidak dapat
dilepaskan, ditransfer, atau digadaikan (misal, hak-hak itu tidak dapat
dipisahkan dari mereka oleh apapun yang mungkin dapat dilakukan
oleh siapapun), karena (3) itu adalah hak-hak yang dimiliki oleh umat
manusia sekedar karena mereka adalah umat manusia, dan cukup
mandiri dalam berbagai ragam lingkungan sosial dan derajat
kegunaannya. 378. Dengan kata lain, hak-hak ini adalah universal dan
tidak terkait oleh budaya atau bersifat relatif.
Di bawah Islam, tidak ada satu ide di atas yang dikembangkan.
Umat manusia mempunyai tugas-tugas. Tugas-tugas terhadap Allah;
hanya Allah yang empunya segala hak. Di bawah Islam, tidak ada hal
seperti "kesetaraan hak bagi setiap orang untuk bebas." Tidak satupun
diskusi Muslim yang menggambarkan dengan jelas akan "HAM" yang
diturunkan dari "tugas-tugas manusia" seperti digambarkan dalam
sharia.
Hal. 235
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
288
Lewis, Bernard. Islam and the West. New York, 1993 Hal.89-98
Hal. 236
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
289
Shacht, Joseph. An Introduction to Islamic Law. Oxford, 1964. Hal.125
Hal. 237
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 238
Bab 7 Apakah Islam sesuai dg Demokrasi dan HAM
ada. Dalam 14 abad semenjak misi sang Nabi, muncul banyak gerakan
- fanatik, intoleran, agresif dan kekerasan." Jika Lewis tidak
mengkontradiksikan dirinya sendiri secara formal, tentu dia akan
dilihat sebagai membutuhkannya dengan dua cara - "banyak gerakan
semacam itu" sebagai lawan dari "jarang dan tidak umum".
Konklusi:
Kebenaran dalam hal ini adalah bahwa Islam tidak akan pernah
meraih demokrasi dan HAM, selama penerapan sharia dipertahankan
dan selama tidak ada pemisahan antara negara dan agama. Tetapi
sebagaimana yang disebut oleh Muir: "Suatu reformasi iman yang
mempertanyakan otoritas ilahi di atas mana (lembaga-lembaga Islam)
didirikan, atau usaha oleh seleksi rasional untuk suatu dampak
perubahan, akan menjadikan itu semua tidak Islam lagi.
Banyak reformator Islam yang berusaha mengadopsi lembaga Barat
telah berpura-pura menemukan riwayat Islami untuk merea dengan
maksud agar lembaga asing ini cocok untuk kaum mereka sendiri.
Namun strategi ini telah mengarah pada banyak ketidakjujuran
intelektual dan meninggalkan banyak masalah seperti sebelumnya. -
"bagaimana Islam asli memperlakukan wanita setara," "Islam asli yang
demokratis," dll. Problem nyata - manakala sharia diterima - tetap
tidak terjamah.
Hal. 239
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Islam
Hal. 240
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
290
Cook, M. Muhammad. Oxford, 1983, hal.86
291
Crone, P., and Cook, M. Hagarism: The Making of the Muslim World.
Cambridge, 1977, hal viii, kata pengantar
292
Humphreys, R. S. Islamic History, A Framework for Inquiry. Princeton, 1991.
Hal. 241
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 242
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
Sej arah, dalam buku- buku sekolah di Pakist an yang saya baca,
dim ulai dengan Arab dan I slam . Dalam t eks2 yang m udah, kisah
sang Nabi, em pat Kalifah dan anak2 sang Nabi, dengan t anpa j eda,
dit uliskan set elah puisi2 Iqbal, Kisah Mr. Jinnah ( polit ikus pendiri
Pakist an) dan kisah dua at au t iga orang t ent ara ‘Pej ihad” yang m at i
dalam peperangan SUCI melawan India ditahun 1965 dan 1971.
Kebencian akan masa lalu para penyembah berhala ditujukan utk
membatasi imajinasi sejarah para muslim, utk menyempitkan
cakrawala intelektual mereka. Awalnya, sains dari Egyptologi,
Assiriology dan Iranology menjadi sebuah hal yg penting bagi
akademisi2 dan arkeologis Eropa serta Amerika. Sekarang, terserah
pada para arkeologis barat utk menemukan dan mengembalikan
sejarah sejati umat manusia sebagai bagian dari masa lalunya yang
cemerlang.
293
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. Vol.1 Hal.12
294
Ibid, hal.15
Hal. 243
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
kisah2, tak salah lagi diambil dari kejadian nyata, yang menjelaskan
perbedaan2 pendapat diantara orang2 Padang Pasir Arab mengenai
sholat, ketidaktahuan mereka akan elemen2 ritual muslim bahkan
perbedaan terhadap Kitab Suci Allah itu sendiri dan ketidak tahuannya
menjadi bagian yang sangat penting. Orang Arab lebih suka
mendengar kisah2 atau lagu2 tentang pahlawan paganisme dibanding
lantunan suci Quran.” 295
Tapi orang2 Arab sendiri mendapatkan bahwa larangan2 Islam akan
makanan dan minuman tertentu sangat menjengkelkan sekali. Banyak
yang menolak larangan minuman arak meski diancam dengan
hukuman. Goldziher menjelaskan situasi seperti ini sbb:
Hadis2 dari hari2 awal I slam m enunj ukkan bahwa diant ara wakil2
orang Arab asli ada orang2 yang m enghargai kebebasan, dim ana
sist em yang baru yang m engut uk sert a m enghukum kenikm at an
bebas begit u m enj ij ikan bagi m ereka hingga m ereka lebih suka
m eninggalkan m asyarakat islam sam a sekali, ket ika dit egaskan:
memaksakan pada mereka agama islam atau kehilangan kebebasan
mereka
Orang yang memilih bebas itu diantaranya adalah Rabi’a b. Umayya
b. Khalaf, seorang t erkenal dan dihorm at i, t erkenal karena
kederm awanannya. Dia t idak set uj u larangan m inum anggur
dibahwa islam , bahkan ia m inum anggur ket ika bulan Puasa
Ram adhan. Karenanya Kalifah Um ar m elarang dia m asuk Medina,
ini m em buat nya benci akan islam hingga t idak t idak kepingin
kem bali ke Medina m eski Um ar t elah m eninggal, walaupun dia
percaya Usm an ( Kalifah ket iga) akan lebih longgar t erhadap
dirinya. Dia lebih suka pindah kekeraj aan Krist en dan m enj adi
seorang Kristen.296
Arab Rasisme
Mitos bahwa islam tidak bersalah dalam hal Rasial adalah ciptaan
barat sendiri karena hal itu menolong membantu tujuan2 barat saat
itu. Bukan utk pertama kalinya, sebuah islam yang mitologis dan
diidealisasi menyiapkan tongkat kekerasan yang ditujukan utk
menghukum dan menimbulkan kejatuhan dunia barat.297
295
Ibid, hal.43
296
Ibid, hal.34
297
Lewis, Bernard; The Arabs in History. New York, 1966. hal.101
Hal. 244
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
298
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71, hal.98
299
Dikutip oleh Goldziher dalam Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol.
terjemahan C.R. Barber dan S.M. Stern. London, 1967-71, hal.79
Hal. 245
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Perbudakan
Buat muslim – seperti telah diketahui oleh setiap peradaban lain
dalam sejarah – dunia beradab artinya adalah dunia mereka sendiri.
Mereka sendiri yang memiliki pencerahan dan iman sejati; dunia diluar
itu dihuni oleh kafir dan barbarian. Beberapa diantaranya dikenali
sebagai pemilik sebentuk agama dan setitik peradaban. Sisanya –
300
Lewis, Bernard; The Arabs in History. New York, 1966. hal.42
301
Cambridge History of Islam, hal.40
Hal. 246
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
302
Lewis, Bernard; The Arabs in History. New York, 1966. hal.42
Hal. 247
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
ham ba sahaya yang m ereka m iliki supaya t idak m enj adi kesem pit an
bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
33.51 Kam u boleh m enangguhkan ( m enggauli) siapa yang kam u
kehendaki di ant ara m ereka ( ist ri- ist rim u) dan ( boleh pula) m enggauli
siapa yang kam u kehendaki. Dan siapa- siapa yang kam u ingini unt uk
menggaulinya kem bali dari perem puan yang t elah kam u cerai, m aka
t idak ada dosa bagim u. Yang dem ikian it u adalah lebih dekat unt uk
ket enangan hat i m ereka, dan m ereka t idak m erasa sedih, dan
sem uanya rela dengan apa yang t elah kam u berikan kepada m ereka.
Dan Allah m enget ahui apa yang ( t ersim pan) dalam hat im u. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
33.52 Tidak halal bagim u m engawini perem puan- perempuan
sesudah it u dan t idak boleh ( pula) m enggant i m ereka dengan ist ri- istri
( yang lain) , m eskipun kecant ikannya m enarik hat im u kecuali
perempuan- perem puan ( ham ba sahaya) yang kam u m iliki. Dan adalah
Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.
Quran juga menganjurkan berbuat baik terhadap budak, dan
membebaskan sang budak dianggap sebagai tindakan saleh, tapi tidak
melarang perbudakan itu sendiri. Sang Nabi sendiri mengambil banyak
tawanan perang sebagai budak dalam peperangannya melawan suku2
Arab lain; mereka yang tidak ditebus pihak lawan dijadikan budak.
Dibawah islam, budak tidak punya hak apapun, mereka dianggap
‘benda’ belaka, barang milik Tuannya, yang boleh dibuang semaunya –
dijual, diberikan dll. Budak2 tidak bisa menjadi pelindung atau
memberi kesaksian, dan yang mereka dapatkan otomatis jadi milik
Tuannya. Budak tidak bisa jadi saksi didepan Hukum. Bahkan masuk
islampun tidak otomatis membebaskannya dari perbudakan kecuali
sang Tuan membebaskannya. Tapi tidak ada kewajiban sang Tuan utk
membebaskannya, hanya anjuran belaka.
Pada tahun2 awal penjajahan Arab, sejumlah besar budak
didapatkan lewat tawanan perang; “Pemakaian tenaga gratis ini
membuat arab bisa hidup ditanah taklukan sebagai kelas tuan tanah
dan mengeksploitasi potensi2 ekonomi dari tanah yang mereka jajah
tsb.”303 Tapi ketika orang2 yang mereka taklukan mulai diberikan
status ‘terlindungi’ (karena masuk islam), sumber2 budak ini mulai
habis, dan orang Arab mulai melirik tanah yang lebih jauh lagi utk
suplai budak mereka. Negara2 taklukan secara berkala dipaksa
menyerahkan ratusan lelaki dan wanita budak sebagai bagian dari
upeti.
303
Bosworth, C.E. The Islamic Dynasties. Edinburgh, 1980. hal.6
Hal. 248
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
304
Dictionary of Islam, hal.680
Hal. 249
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Pembebasan/penghapusan Perbudakan
Perbudakan didunia islam berlanjut, hebatnya, hingga ke abad 20.
Menurut Brunschvig,306 “Budak kulit hitam lelaki maupun perempuan
terus diimpor ke Maroko sampai abad 20, terakhir dengan tingkat
kerahasiaan tinggi karena perjalanan dari Timbuktu dan penjualan
budak secara terbuka sudah dilarang dan tidak memungkinkan.”
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa perbudakan masih ada
di Saudi Arabia dan Yaman hingga tahun 1950. Perbudakan begitu
dalam berakar dinegara ini hingga pembebasan budak adalah sebuah
305
Lewis, Bernard; The Arabs in History. New York, 1966. hal.36
306
Karya seni Brunschvig dalam Encyclopaedia of Islam, edisi baru
Hal. 250
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
Reaksi Anti-Arab
Shu’ubiya
Nama ini diambil dari Surah 49.13, yang mengajarkan kesetaraan
diantara semua MUSLIM. Shu’ubiya adalah sebuah kelompok yang
memprotes arogansi Arab bahkan mereka meninggikan bangsa non
Arab diatas bangsa Arab yang mereka benci dan mereka anggap
sebagai barbarian padang pasir. Kelompok ini mencapai puncak
pengaruhnya selama abad kedua dan ketiga Hijriah. Dibawah Kalifah
Abbasid, Kelompok Persia tertentu menuntut dikembalikannya
kebiasaan2 Zoroastrian – sebuah pertanda jelas bahwa Islam
sangatlah tidak berarti bagi lingkaran orang Persia kelas atas dan
berpendidikan. Contoh, Jendral di jaman Kekalifahan Abbasid al-
Mutasim (833), Kha ydha r b. Ka w us juga dikenal sebagai Afshin,
sangat aktif dan sukses secara militer dalam perang2 agama melawan
pihak Kristen dan ‘kafir’ macam Babak – pendeknya, dia adalah
pahlawan Islam yang pertama-tama. Tapi jelas sekali bahwa dia itu:
Menganggap rem eh orang m uslim hingga dia m enyiksa dua
propagandis islam yang ingin m engubah kuil kaum pagan m enj adi
m esj id; dia m engej ek hukum islam dan m akan daging dari binat ang
yang m at i dicekik dan j uga m enganj urkan orang lain m em akan daging
yang sam a seraya berkat a bahwa daging dem ikian lebih segar
daripada yang didapat dengan cara rit ual islam ik. Dia m engej ek t radisi
sunat dan t radisi2 lainnya sert a t idak peduli akan it u sem ua. Dia
Hal. 251
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
307
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71, Vol.1, hal.139
308
Ibid, hal.140
309
Ibid, hal.146
Hal. 252
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
astronomi dan kain2 sutra, yang dipraktekan oleh orang non arab
padahal orang2 Arab jaman itu masih berada dalam barbarisme yg
paling dalam, segala sesuatu yang bisa dibanggakan arab saat itu
hanya berpusat mengenai syair; tapi disinipun mereka dikalahkan oleh
bangsa lain, terutama Yunani.” Permainan-permainan yang diciptakan
oleh orang non arab, catur dan Nard, juga disebut-sebut. Apa yang
dilakukan oleh orang Arab utk melawan kehebatan2 perabadan itu, utk
membuat peradaban arab terdengar hebat juga? “menghadapi semua
ini mereka hanya bisa berteriak saling membunuh, menghancurkan
satu sama lain dan bertempur tanpa henti.”310429
Khurrami dan Babak Revolusi311
Mungkin pemberontakan Kaum Khurramis membuat penguasa
Abbasid menjadi lebih berhati-hati dibanding pemberontakan lainnya.
Kaum Khurrami mewakili pergerakan religius dan sosial yang berasal
dari Mazdakisme dan menonjol diabad ke-8. Apapun sifat pergerakan
ini di abad 8, ketika Babak Khurrami mengambil alih kepemimpinan di
awal abad 9, dia mengubahnya menjadi sebuah gerakan anti-Arab,
anti-Kekalifahan dan sampai titik tertentu berubah menjadi revolusi
anti-muslim. Rasa tidak suka terhadap penguasa arab menjadi makin
populer dan makin menambah jumlah pengikut Babak di Azerbaijan,
tapi banyak juga terdapat kaum Khurrami dikota2 lain dan daerah2
lain seperti Tabarestan, Khorasan, Balkan, Isfahan, Qom dan Armenia.
Babak sukses melawan kekuatan Abbasid selama hampir 20 tahun,
berulang kali menang dari peperangan yang dilakukan dijalan2
pegunungan yang sempit. Akhirnya Kalifah al-Mutasim menunjuk
Jenderal al-Afshin (lihat sub bab sebelumnya) sebagai Komandan, dan
dalam dua tahun saja Babak bisa tertangkap. Tahun 838, Babak
dipermalukan dimuka umum dan lalu dieksekusi dengan cara yang
sangat keji atas perintah al-Mutasim.
Pergerakan Khurrami sepertinya akan berlanjut hingga ke abad 9,
dan ada bukti gerakan Babak ini berubah menjadi sebuah gerakan
kultus hingga akhir abad 11.
Kejayaan Pra-Islam
Baru pada abad 19 sajalah, sekali lagi, sebuah negara muslim
menunjukkan ketertarikannya pada masa lalu Pra-Islam. Ditahun
1868, Sheikh Rifa al-Tahtawi, sejarawan, penyair, sastrawan,
menerbitkan sebuah buku sejarah Mesir, dengan penekanan pada
310
Ibid, hal 155
311
Artikel Khurrami di Encyclopaedia of Islam, edisi baru
Hal. 253
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
masa lalu jaman Firaun. Hingga saat itu, tentu saja, sejarah Mesir
hanya dimulai sejak penaklukan Arab saja. Al-Tahtawi mencari
identitas mesir dalam hubungan nasional dan patriotis – bukan
hubungan dengan islam, atau Pan-arabisme. Mungkin untuk pertama
kalinya dalam sejarah islam, seseorang mencoba melihat negaranya
sendiri sebagai “identitas yg hidup dan terus menerus mengalami
beberapa perubahan bahasa, agama dan peradaban.”312
Alasan kenapa pencapaian Sheikh Rifa ini begitu penting adalah
bahwa utk pertama kalinya sejak Shu’ubiyya, seseorang berani
menantang dogma muslim yang resmi, dogma yang mengatakan
jaman pra-islam adalah jaman barbarisme dan kebodohan dan tidak
pantas ditulis dalam sejarah atau diingat-ingat. Dia berani memuji-
muji Paganisme Mesir; dia berani memberi suara akan pemikiran yang
sebelumnya merupakan alternatif lain dari peradaban islamik, bahwa
peradaban tsb bisa dan memang mengambil bentuknya yang berbeda.
Jika proses pendidikan sejarah dilanjutkan dinegara2 muslim lainnya –
lagipula Irak dan Iran juga bisa membanggakan masa lalu pra-islam
mereka yang luarbiasa – ini akan berujung pada perkembangan hidup
intelektual disana yg memang perlu, toleransi yang lebih dalam bagi
gaya hidup lain, perkembangan akan pengetahuan sejarah yang
sampai sekarang masih dibatasi dan sempit.
Pengetahuan lebih banyak akan masa lalu pra-islam akan berakibat
berkurangnya rasa fanatisme. Jika Jaman Firaun, dan belakangan
masa lalu Kristen Koptik, dipandang sebagai sumber kebanggaan yang
sejajar, maka Kristen Koptik sekarang bisa diterima sebagai bangsa
Mesir yang setara, bukannya dianiaya sebagai minoritas ditanah nenek
moyang mereka sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini. Tidakkah
kita akan mengenal identitas Aljazair yang sejati, tanya Slimane
Zeghidour, jika kita mengenali masa lalu kita yang bermacam-macam
dan mirip – seperti Berber, Romawi, Arab, Perancis? (Telerama 1, July
1992). Ide akan perubahan dan keberlanjutan akan juga menjadi
bagian dari kesadaran muslim jika masyarakat muslim ingin maju – ini
hanya bisa terjadi dengan mengenali masa2 pra-islam, dan penilaian
yang adil akan periode kolonialisme Eropa.
Pengabaian sengaja akan masa pra-islam punya pengaruh merusak
yang sangat halus pada orang2 didunia muslim. Seperti kata Naipaul,
“Kepercayaan menghilangkan masa lalu. Dan jika masa lalu
dihilangkan seperti ini, bukan hanya gambaran sejarah saja yang
dihilangkan. Tingkah laku manusia, dan hal2 ideal akan perbuatan
mulia juga akan menghilang.” Segala sesuatu dipandang lewat sudut
312
Lewis, Bernard. Race and Slavery in the Middle East. New York, 1990, hal.172
Hal. 254
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
Imperialisme Eropa
Benar Perancis menjajah Aljazair, tapi begitu juga Arab dan Turki
sebelumnya. Benar bahwa mereka mengkolonisasi negeri itu dan
mengambil banyak dari tanah negeri itu, tapi begitu juga dengan Arab
dan Turki sebelumnya. Perancis tak pelak lagi bersalah, tapi apa
kesalahan mereka lebih besar dari bangsa penjajah sebelumnya? Saat
Perancis berkuasa terdapat kemiskinan dan penganiayaan, tapi apakah
Aljazair Corsair ataukah Aljazair yang terbentuk tahun 1962, yang
menjadi contoh kebebasan, kemakmuran dan keadilan? Berapa
banyak orang aljazair sekarang malah rela berada dijaman kekuasaan
Perancis lagi, seperti dulu.
Kedouri, Times Literary Supplement, 10 Juli 1992
Aljazair sebelum Perancis datang tahun 1830 masih ‘tidak beradab’
dipandang dalam definisi apapun.
Hugh Thomas313
Tidak ada orang India yang berpendidikan dan punya penghargaan
tentang kebenaran sejarah akan menyangkal bahwa, dengan segala
kekurangannya, Penjajahan Inggris telah menimbulkan kesejahteraan
dan kebahagiaan pada penduduk India.
313
Thomas, H. An Unfinished History of the World, London, 1981, hal.602
Hal. 255
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Nirad Chaudhuri314
314
Chaudhuri, N. Thy Hand, Great Anarch, Delhi, 1987, hal.774
315
Tarkunde, V. M., Radical Humanism, Delhi, 1983, hal.11
Hal. 256
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
316
Kedouri, hal.322 dalam B. Lewis (ed), The World of Islam, London, 1976
Hal. 257
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
317
Kanan Makiya. Cruelty and Silence, New York, 1993. hal.235
Hal. 258
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
Nasionalisme Berber
Masyarakat berbahasa Berber telah tinggal di Afrika Utara sejak
jaman Prasejarah. “Proto-Berber” tinggal di North Afrika sejak 7.000
SM. Berber sering kontak dengan kaum Carthage, tapi secara
keseluruhan menjalankan hidup tanpa ketergantungan pihak lain dan
terpecah kedalam persaingan antar suku. Kadang muncul Pemimpin
jenius yg berhasil menyatukan suku2 ini kedalam satu kerajaan yang
mengagumkan. Masinissa (238 SM – 148 SM), anak dari Gaia, raja
dari Numidian Timur Massyles, dibesarkan di Carthage dan bertempur
dipihak mereka (Carthaginian) melawan Romawi. Tapi kemudian dia
bergabung dengan pihak Romawi dan pasukannya menjadi penentu
dalam kemenangan Romawi yang terkenal di Zama (202 SM).
Masinissa setelah itu mampu membentuk sebuah kerajaan yang terdiri
dari seluruh kaum Numidia, menyatukan semua suku2 berbahasa
Berber.
Tujuan saya bukanlah memberikan sejarah tentang kaum Berber,
tapi hanya utk menggambarkan adanya sebuah peradaban yang kaya
dan kompleks, yang punya bahasa, tulisan dan sejarah sendiri
sebelum kedatangan bangsa Arab. Penggambaran ini akan memberi
latar belakang akan pandangan dari intelektual Berber modern yang
menolak Imperialisme Arab dan islam.
Setelah Masinissa, penerus kerajaan Romawi, Vandals dan
Byzantine sama-sama tidak mampu menjinakkan kebebasan kaum
Berber. Tidak juga, ketika datang bangsa Arab utk pertama kali,
dengan segala cara mencoba mempengaruhi kebebasan bangsa ini.
Ok ba b. N a fi, Jendral Muslim, mencoba dengan sia-sia utk
menaklukan suku2 hebat ini. Malah, salah satu pemimpin Berber,
Kusaila, mampu mengejutkan mereka dan membunuh Okba berserta
300 pasukannya di Tahuda tahun 683. Karena banyaknya suku2 Arab,
kaum Berber secara pelahan memeluk Islam, bukan karena pendirian
religius yang dalam tapi hanya karena alasan materi belaka, dengan
harapan bisa mendapatkan harta jarahan. Dengan pertolongan kaum
Berber sajalah, yang beberapa diantaranya secara ironis dianggap
sebagai “Pahlawan Arab” – seperti Ta r iq I bn Za id, arab mulai
menaklukan Spanyol – dan Jendral2 Arab bisa sepenuhnya
menaklukan Afrika Utara.
318
Dikutip dalam Lewis, Bernard. Race and Slavery in the Middle East. New York,
1990, hal.117
Hal. 259
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Tapi, seperti juga dengan muslim non Arab di Persia dan Syria,
kaum Berber merasa tersinggung diperlakukan sebagai warga kelas
dua oleh orang Arab, dan mengeluh bahwa mereka tidak mendapat
harta jarahan yang sama. Tak pelak lagi, mereka berontak melawan
orang Arab, yang tentu saja menderita kekalahan luar biasa. Abad 11
dan 12 bisa dilihat sebagai kebangkitan dua dinasti kaum Berber,
Almoravid (1056-1147) dan Almohad (1130-1269), bahkan yang
muncul belakangan yaitu Marinid juga masih keturunan dari kaum
Berber.
Berber termasuk kedalam keluarga bahasa Afro-Asiatic (atau Semit-
Hamitic). Saat ini, sekitar 200 sampai 300 dialek Berber dipakai oleh
sekitar 12 juta orang di Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Chad,
Burkina Faso, Nigeria, Mali dan Mauretania. Pemakaian dialek
utamanya di Aljazair adalah Kabyle dan Shawia; Shluh, Tamazight dan
Riff di Maroko; Tamahaq (Tamashek) atau Tuareg di beberapa negara
Sahara. Prasasti tertua dalam bahasa Berber bertanggal sekitar 200
SM dan ditulis dalam dialek Tifinag, yang masih dipakai sekarang oleh
orang2 Tamahaq.
Penolakan Kaum Berber modern atas Imperialisme Arab
Kateb Yacine (1929-1989), penulis aljazair, adalah intelektual paling
terkenal yang menolak imperialisme budaya dari Islam dan Arab, dan
yang paling gigih membela pemakaian bahasa nenek moyangnya,
Berber. Dia ragu akan islam sejak mula; “Aku sekolah di sekolah
Quran, tapi tidak suka agama islam, malah, aku jadi benci
dengannya,” kenang Yacine, “khususnya ketika mereka mulai
memukul telapak kaki kami memakai penggaris utk membuat kita
belajar, tanpa pengertian apapun tentang isinya, belajar Quran. Di
sekolah Perancis, guru kami malah seperti ibu kedua saya, saya punya
guru yang begitu luarbiasa, yang tahu bagaimana menarik minat diri
kami, dia membuat saya selalu ingin sekolah” (Le Monde, 31 Okt
1989).
Dalam sebuah wawancara (sekarang wawancara ini jadi terkenal) dg
radio Beur (radio khusus bagi keturunan Perancis Aljazair), Yacine
membuat heboh setiap orang dengan mengatakan bahwa dia bukan
islam ataupun Arab, tapi Aljazair. Lalu tahun 1987, dalam sebuah
wawancara utk journal harian ‘Awal’, Yacine mengungkapkan
kebenciannya akan islam:
“Orang Aljazair yang beragama islam arab adalah orang aljazair
yang melawan dirinya sendiri, yang asing bagi dirinya sendiri. Orang
Aljazair yang dipaksa oleh senjata, karena Islam tidak disebarkan
memakai gula-gula dan bunga-bunga, tapi dengan airmata dan darah.
Islam berkembang dengan menghancurkan, dengan kekerasan,
Hal. 260
Bab 8 : Imperialisme Arab, Kolonialisme Islam
Hal. 261
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Ait Menguellet, yang menulis dalam bahasa Berber adalah orang asing
[Le Monde, 3 Nov 1989].
Identitas Berber di Aljazair, 1994
Bulan April 1994, dilakukan serangkaian pawai utk memperingati
“Musim Semi Berber” tahun 1980 ketika kaum Berber melakukan
kerusuhan membela bahasa mereka. Mereka diorganisasi oleh
sejumlah kelompok budaya Berber yang berkeras ingin menunjukkan
identitas Berber mereka: “Kami menginginkan,” Kata salah seorang
pendiri Rassemblement pour la culture et la democratie (RCD),
“diakuinya bahasa nasional kedua yaitu Berber, dan sebuah identitas
yang berbeda dari Islam-Arab, yaitu menuntut pluralisme. Ini adalah
Gerakan Budaya Berber yang merupakan sumber dari Liga HAM dan
Demokrasi pertama di Aljazair.”
Orang2 Berber yang berpikiran reformis ini melihat tidak ada
kesamaan ide antara Islam dan Demokrasi serta HAM. Kaum Berber
percaya sudah menjadi ‘kewajiban mereka menentang segala bentuk
fasisme,” mereka tidak ingin melihat negara mereka tenggelam
kedalam “Barbarisme” (Information, 20 April 1994).
Hal. 262
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Ba b 9 Pe n a k lu k a n ole h Ar a b da n Posisi
Quran terbagi menjadi Surah Awal dan Surat Akhir, Surah Mekah
dan Surah Medinah, secara berurutan. Kebanyakan hal2 yang toleran
dari Muhammad ditemukan dalam surah Awal, Surah Mekah:
Surah 109:1-6 Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu
dan untukkulah agamaku".
[ 50.45] Kam i lebih m enget ahui t ent ang apa yang m ereka kat akan,
dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.
Hal. 264
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
[ 43.88- 89] dan ( Allah m enget ahui) ucapan Muham m ad: " Ya
Tuhanku, sesungguhnya m ereka it u adalah kaum yang t idak berim an" .
Maka berpalinglah ( hai Muham m ad) dari m ereka dan kat akanlah:
" Salam ( selam at t inggal) ." Kelak m ereka akan m enget ahui ( nasib
mereka yang buruk).
Kecuali beberapa ayat yang ditemukan dalam Surah 2, yang
biasanya dianggap sebagai Surah Medinah, Surah Akhir.
[2.256] Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)
[ 2.62] Sesungguhnya orang- orang m ukm in, orang- orang Yahudi,
orang- orang Nasrani dan orang- orang Shabiin, siapa saj a di ant ara
m ereka yang benar- benar berim an kepada Allah, hari kem udian dan
beram al saleh, m ereka akan m enerim a pahala dari Tuhan m ereka,
t idak ada kekhawat iran t erhadap m ereka, dan t idak ( pula) m ereka
bersedih hati.
Sayangnya, begitu Muhammad mendapat kepercayaan dan
kekuatan militer serta politiknya bertambah, dia berbalik dari seorang
“Pembujuk menjadi seorang Pejuang, pembuat peraturan,
mendiktekan kepatuhan.” Surah2 Medina seperti Surah 2, 4, 5, 8, 9,
22 dan 47 mengungkapkan Muhammad yang suka perang, dogmatik
dan tidak toleran.
Teolog Muslim sama sepakat dalam mengatakan bahwa tidak ada
toleransi agama dikembangkan bagi para penyembah berhala di Arab
ketika jaman Muhammad. Pilihan yang diberikan hanya Mati atau
Masuk Islam. Total intoleransi ini sepertinya tidak dijadikan
pertimbangan bagi para pembela islam ketika mereka mengklaim
tentang Toleransi Islam. Orang2 kafir secara umum tidak diberi ampun
dalam Quran, yang penuh dengan penjelasan seram akan hukuman
yang menanti orang2 kafir ini.
[22.19- 21] …Maka orang kafir akan dibuat kan unt uk m ereka
pakaian- pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih
ke at as kepala m ereka. Dengan air it u dihancur luluhkan segala apa
yang ada dalam perut m ereka dan j uga kulit ( m ereka) . Dan unt uk
mereka cambuk- cambuk dari besi.
Quran juga memerintahkan supaya semua muslim memerangi dan
membunuh orang kafir.
[ 47.4] Apabila kam u bert em u dengan orang- orang kafir m aka
pancunglah bat ang leher m ereka. Sehingga apabila kam u t elah
mengalahkan m ereka m aka t awanlah m ereka dan sesudah it u kam u
boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan.
Hal. 265
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 266
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 267
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Pemusnahan berdarah dingin dari Suku Qurayza (antara 600 s/d 900
kaum prianya) dan pengusiran dari Suku Nadir yang belakangan juga
dibantai (kejadian yang sering diliwat oleh buku2 sejarah) bukanlah
pertanda dari kehebatan ataupun belas kasihan. Tindakan Muhammad
terhadap orang2 Yahudi di Khaybar berlaku “sebagai contoh perjanjian
yang diadakan oleh para penakluk (yg arab) dan orang2 yang
ditaklukan, bahkan hal ini berlaku jauh hingga keluar tanah arab.”
Muhammad menyerang Khaybar tahun 628, memerintahkan salah
satu pemimpinnya disiksa agar mengatakan tempat harta karun suku
tsb, lalu ketika suku tsb menyerah, dia setuju membiarkan mereka
merawat tanaman2 mereka hanya jika setengah dari hasil panen
diberikan padanya. Muhammad juga suka membatalkan perjanjian dan
bisa mengusir kaum yahudi kapan saja dia suka. Perjanjian atau
persetujuan ini disebut Dhimma, dan mereka yang menerima
perjanjian itu disebut sebagai “Dhimmi”. Semua non muslim yang
menerima supremasi muslim dan setuju utk membayar pajak sebagai
balasan dari “perlindungan muslim” tsb sejak saat itu dipanggil
sebagai dhimmi.
Kalifah kedua, Umar, belakangan mengusir kaum yahudi dan kristen
dari Hijaz (daerah Mekah dan Medina) tahun 640, ia mengacu pada
dhimma (perjanjian) di Khaybar. Dikabarkan dia mengutip sang nabi
yang berhak utk membatalkan pakta perjanjian apapun,
sekehendaknya, dan perkataan sang Nabi yang terkenal adalah: “Dua
agama tidak bisa berada bersama-sama di semenanjung Arab.” Hingga
saat ini, mendirikan agama apapun di Saudi Arabia adalah hal
terlarang.
Jihad 438
Sifat totaliter dari Islam paling terlihat secara kentara adalah dalam
konsep Jihad, perang suci, yang tujuan akhirnya adalah utk
menaklukan seluruh dunia kedalam satu agama islam dan hukum
Allah, Syariah. Hanya pada Islam sajalah kebenaran diturunkan: tidak
ada kemungkinan keselamatan diluar islam. Ini menjadi kewajiban
suci – Kewajiban agama yang ditetapkan dalam Quran dan Sunnah –
bagi semua muslim utk membawa islam pada semua seluruh umat
manusia. Jihad adalah institusi Ilahi, diberikan khusus utk tujuan
memajukan Islam. Muslim harus berjuang, berperang dan membunuh
dalam nama Allah.
Q9.5 bunuhlah orang- orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai
mereka, dan tangkaplah mereka
Q4.76 Orang- orang yang beriman berperang di jalan Allah
Hal. 268
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Q8.12 Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang- orang kafir,
m aka penggallah kepala m ereka dan pancunglah t iap- tiap uj ung j ari
mereka.
Q8.38- 39 Kat akanlah kepada orang- orang yang kafir it u: " Jika
m ereka berhent i ( dari kekafirannya) , niscaya Allah akan m engam puni
m ereka t ent ang dosa- dosa m ereka yang sudah lalu; dan j ika m ereka
kem bali lagi sesungguhnya akan berlaku ( kepada m ereka) sunah
( Allah t erhadap) orang- orang dahulu" . Dan perangilah m ereka, supaya
jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata- mata untuk Allah.
Dosa besar bagi muslim utk menghindar dari peperangan melawan
kafir – mereka yang menghindar akan dibakar di api neraka.
8.15- 16 Hai orang- orang yang berim an, apabila kam u bert em u
dengan orang- orang yang kafir yang sedang m enyerangm u, m aka
j anganlah kam u m em belakangi m ereka ( m undur) . Barang siapa yang
m em belakangi m ereka ( m undur) di wakt u it u, kecuali berbelok unt uk
( siasat ) perang at au hendak m enggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, m aka sesungguhnya orang it u kem bali dengan m em bawa
kem urkaan dari Allah, dan t em pat nya ialah neraka Jahanam . Dan
amat buruklah tempat kembalinya.
9.39 Jika kam u t idak berangkat unt uk berperang, niscaya Allah
m enyiksa kam u dengan siksa yang pedih dan digant inya ( kam u)
dengan kaum yang lain.
Mereka yang mati dalam peperangan bagi agama ‘sejati’ ini, Islam,
akan diberi pahala di akhirat.
4.74 Karena it u hendaklah orang- orang yang m enukar kehidupan
dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang siapa
yang berperang di j alan Allah, lalu gugur at au m em peroleh
kem enangan m aka kelak akan Kam i berikan kepadanya pahala yang
besar.
Jelas sekali dari banyak ayat dalam Quran, bahwa Quran tidak
berbicara mengenai peperangan kiasaan atau pun perang moral
ataupun perang sesaat ketika ayat itu turun belaka: Quran
membicarakan peperangan utk setiap saat, sepanjang masa. Membaca
perintah haus darah tersebut dalam sebuah buku yang mengaku ‘suci’
sungguh2 membuat kita tersentak.
Umat manusia dibagi dalam dua kelompok, muslim dan non muslim.
Muslim adalah kelompok dari komunitas islam, ummat islam, yang
memiliki daerah didalam Dar al-Islam, Tanah Islam, dimana perintah2
Islam secara penuh dilaksanakan. Non muslim adalah kelompok Harbi,
penghuni dari Dar al-Harb, tanah Peperangan, adalah negara mana
saja yang menjadi milik kafir yang belum tunduk pada islam baik lewat
Hal. 269
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Penaklukan Islam
Hal. 270
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Nabi tapi pemaksaan kekuatan perang tersebut ada ditempat lain lagi.
Muhammad tidak akan berhasil kalau saja dia mengajarkan
kerendahan hati dan kepatuhan. Bagi pejuang2 arab, “Benar” artinya
sukses, dan “Salah” artinya tidak sukses. Maka agama bukanlah sebab
yang utama dari penaklukan2 ini, tapi lebih berupa insting pejuang
jaman dulu belaka.
Ironis sekali bahwa pahlawan2 islam dimasa awal faktanya sama
sekali tidak tertarik pada agama: Khalid, Jendral yang sukses melawan
Byzantin digambarkan sebagai orang yang “tak peduli apapun kecuali
perang dan tidak ingin belajar apa-apa lagi.” Hal yang sama juga
berlaku bagi Amir b. Al-As, penakluk Mesir dan Usman b. Talha, yang
menimbun kekayaan besar dari taklukan2nya. Seperti Wensinck 441
jelaskan secara realistis, “Para penghuni Mekah yang makin mengerti,
tak lama setelah pengepungan Medina yang gagal, sudah
memperkirakan bahwa fakta ini akan menjadi titik balik dari karir
Muhammad. Maka tidaklah aneh bahwa orang2 seperti Khalid b. Al-
Walid, Usman b. Talha dan Amir b. Al-As berpaling pada Islam bahkan
sebelum Mekah jatuh. Kisah masuknya mereka pada islam itu sendiri
tidaklah menjadi hal penting, hanya tempelan yang ditempelkan
belaka.” (1932).
PENAKLUKAN2 AWAL
Hal. 271
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
INDIA
Hal. 272
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 273
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Firuz Shah
Tahun 1351, Firuz Shah naik tahta dan menjadi penguasa India
Utara. Meski dalam banyak hal dia sangat berpikiran maju, tapi dalam
masalah agama dia adalah orang fanatik. Dia berkata telah membuat
“Hukum2 Sang Nabi menjadi Buku Petunjuknya.” Dia mendorong
penjualan budak besar-besaran, dan mempunyai 180.000 budak
didalam kotanya, semuanya “menjadi muslim”. Tapi seperti Vincent
Smith 447 katakan, dia akan jadi sangat biadab jika masalah
agamanya dikutik-kutik. Dia menangkap sejumlah orang Shia;
sebagian dipancung, sebagian lagi didakwahi dan kitab2 mereka
dibakar.
Hal. 274
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 275
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 276
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Aurangzeb (1618-1707)
Akbar's great-grandson, Aurangzeb, was, in total contrast, a Muslim
puritan, Who wished to torn his empire into a sand of orthodox Sunni
Islam. Aurangzeb ruled in accordance with the principles laid down by
the early caliphs. Once again, we enter the world of Islamic
intolerance: temples are destroyed (during the campaigns of 1679-80.
at Udaipur 123 were destroyed, at Chitor 63. at Jaipur 66), and non-
Muslims become second-class citizens in their own country. The
imperial bigot—to use Smiths phrase**—reimposcd the "hated pzya,or
polltax on non-Muslims, which Akbar had wisely abolished early in bis
reign" Aurangzeb's aim was to curb the infidels and demonstrate the
"distinction between a land of Islam and a land of unbelievers."
"To most Hindus Akbar is one of the greatest of the Muslim
emperors of India and Aurangzeb one of the worst; to many Muslims
the opposite is the case. To an outsider there can be little doubt that
Akbar's way was the right one.... Akbar disrupted the Muslim
community by recognizing that India is not an Islamic country:
Aurangzebdisrupted India by behaving as though it were."450
Hal. 277
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 278
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 279
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 280
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 281
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Discriminatory faxes
KHARAJ
The kharaj was a kind of land tax that had both a fiscal and
symbolic rose. Under kharaj. the peasant no longer owned the land but
worked it as a tenant. Tne kharaj also symbolized the the God-
confcrrcd rights of the conquerors over the land of the conquered and
the infidels. The peasants were theoretically protected. but, in periods
of instability, they suffered the most
JIZYA
Tne jizya was a poll-tax that, in accordance with the Koran 9.29
("until they pay the jizya from their hand, being brought tow**!, had
to be paid individu¬ally at a humiliating public ceremony to remind the
dhimmis that they were in¬ferior to the believers, that is. the Muslims.
The Muslim commentator on the Koran, al-Zamakhshari (1075-1144),
interpreted sura 9.29 to mean "the jizya shall be taken from them with
bclittlcment and humiliation. [The dhimmi] shall come in person,
walking not riding- When he pays, he shall stand, while the lax
col¬lector sits. The collector shall seize him by the scruff of the neck,
shake him, and say: 'Pay the jizya!1 and when he pays it he shall be
slapped on the nape of his neck.”
Hal. 282
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
OTHER TAXES
Apart from paying higher commercial and travel taxes than
Muslims, the dhimmis were subject to other forms of fiscal oppression.
In periods of economic hardship, the Muslim rulers often had recourse
to arbitrary taxes on dhimmis. Church leaders were imprisoned and
tortured until ransoms were paid for them.
These taxes proved such a crushing burden that many villages were
abandoned as the villagers lied to the hills or tried to lose themselves
in the anonymity of large towns to escape the tax collector. In Lower
Egypt, for example, the Copts, utterly ruined by the taxes, revolted in
832. The Arab governor ruthlessly suppressed the insurrection—
burning their villages, their vineyards, gardens, and churches. Those
not massacred were deported.
Public Office
Hal. 283
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 284
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 285
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
from the Serbs, Bulgarians, Armenians, and Albanians, and often from
among the children of the priests.
On a fixed date, all the fathers were ordered to appear with their
children in the public square. The recruiting agents chose the most
sturdy and handsome children in the presence of a Muslim judge. Any
father who shirked his duty to provide children was severely punished.
77ns system was open to all kinds of abuse. The recruiting agents
often took {more than the prescribed number of children and sold the
"surplus" children back to tlwar parents. Those unable to buy hack
their children had to accept their being ¦ old into slavery. This
institution was abolished in 1656; however, a parallel system, in which
young children, between the ages of six and ten, were taken to be
trained in the seraglio of the sultan, continued until the eighteenth
century.
The number of children taken each year seems to have varied.
Some scholars place it as high as 12,000 a year, others at 8,000, but
there was probably an [average of at least 1,000 a year. The
devshirme is an obvious infringement of the rights of the dhimmis—a
reminder that their rights were far from secure, once and for all.
Religious Matters
PLACES OF WORSHIP
In the late nineteenth century, al-Sharani413 summed up the views
of the four main Sunni schools on the question of the building of new
churches and synagogues:
All schools agree that h is not allowed to build new churches or
synagogues In towns or cities of Islam. They differ whether this is
permitted in the neigh¬bourhood of towns. Malik. SfaaJeT, and Ahmad
do nor permit it; Abu Hanifa says that if the place is a mile or Ten front
a town, it is not permitted; if the distance is greater, it is. Another
question is. whether it is allowed to restore ruinous or rebuild ruined
churches or synagogues in Islamic countries. Abu Hanifa, Malik, and
Shafe't permit it Abu Hanifa adds the condition that the church is in a
place that surrendered peaceably; if it was conquered by force, it is
not allowed. Ahmad... says that the restoration of the ruinous and the
rebuilding of the ruined is never permitted.
The fate of churches and synagogues, at that of Christians and
Jews, varied from country to country and ruler to ruler. Some Muslim
rulers were very tolerant, others extremely intolerant In AJX 722, for
Hal. 286
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 287
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 288
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
with the Franks. The adult inhabitants were massacred and the
children enslaved. When the Christians from Acre sent a deputation to
ask to be allowed to bury the dead, he roughly refused, saying that if
they wished for martyrs' corpses they would find them at home. To
carry out his threat he marched down to the coast and slaughtered
every Christian that fell into his hands.475
As for Baibars and the Muslims' capture Of Antioch in 1268,
Runciman's says, "Even the Moslem chroniclers were shocked by the
carnage that followed."
la the fourteenth and early fifteenth centuries, we hare the terror
spread by the infamous Timur the Lame, otherwise known as
Tamerlane or the "bloody and insatiate Tamburlaine" of Marlowe's
play. Tamerlane constantly referred to the Koran and tried to tan
every one of his battles into a holy war, even though in many
instances he was lighting fellow Muslims. At least in Georgia, he was
able 10 give his campaign the color of a jihad, ha 1400 Tamerlane
devastated the country in and around TiiTus. In 1403, he returned to
ravage the country again and destroyed seven hundred large villages
and minor towns, massacring the inhabitants and razing to the ground
all use Christian churches of Tifflis Rene Grousset*wsummed up
Tamerlane?? peculiar character by saying that whereas the Mongols of
the thirteenth century had killed simply because for centuries this had
been the instinctive behavior of nomad herdsmen toward sedentary
farm¬ers, Tamerlane killed out of Koranic piety. To the ferocity of the
cruel Mongols, Tamerlane added a taste for religious murder.
Tamerlane "represents a synthesis, historically lacking up to now, of
Mongol barbarity and Muslim fanaticism, and symbolizes that advanced
form of primitive slaughter which it murder committee! for the sake of
an abstract idoclogy, as a duty and sacred mission."
In terms of non-Muslims, we note that he destroyed the town of
Tana, at the mouth of the Don. All use Christians were enslaved and
their shops and churches destroyed.
According to the "Zafer Namch," our main source of information for
Tamer aaaek campaigns, written at the beginning of the fifteenth
century, Tamerlane Set forth to conquer India solely to make war on
the enemies of the Muslim faith. He considered the Muslim rulers of
northern India far too lenient toward pagans, that is to say, the
Hindus. The "Zafer Namch" tells us that "The Koran emphasizes that
the highest dignity to which man may attain is to wage war in person
upon the enemies of the Faith. This is why the great Tamerlane was
always concerned to exterminate the infidels, as much to acquire merit
as from fave of glory.”
Hal. 289
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Zoroastrians
According to the "Tarikh-i Bukhara," a history of Bukhara written in
about AO. 944, Islam had to be enforced on the reluctant inhabitants
of Bukhara. The Bukharans reverted to their original beliefs no less
than loar times: "The resident* of Bukhara became Muslims. But they
renounced | Islam) each time the Arabs turned back. Qutayba b.
Muslim made them Muslim three times, [but] they renounced [Islam]
again and became nonbelievers. The fcaarth time, Quijryba waged
war, seized the city, and established Islam after considerable strife....
They espoused Islam overtly but practiced idolatry in secret."4"
Many Zoroastrians were induced to convert by bribes, and later, out
of economic necessity. Many Of these "economic converts' wart later
executed for having adopted Islam to avoid paying the poll-tax and
land tax.
In Khurasan and Bukhara, the Muslims destroyed Zoroastrian lire
temples and constructed mosques on these sites. The "Tarikh-i
Bukhara" records that there was considerable outrage at these acts of
sacrilege, and a concerted resis¬tance to the spread of Islam. One
scholar sums up the situation thus: "Indeed, coexistence between
Muslims and Zoroastrians was rarely peaceful, cooperation wa*
fleeting, and conflict remained the prime form of inlcrcommunal
contact from the initial Arab conquest of Transoxiana until the late
thirteenth century A.D" A similar situation existed in Khurasan: "The
»Tofcnf military contacts between the forces of the Arab commander
Abd Allah b. Amir and the local Iranian lords, combined later with use
destruction of Zoroastrian religious institutions, produced lasting
enmity between Muslims and Zoroastrians in Khurasan.*
Hal. 290
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
All scholars agree, and even apologists of Islam cannot deny, that
the situation of the dhimmis got progressively worse. Many scholars
believe that as the Muslim world became weaker, the position of
dhimmis deteriorated correspondingly. The same scholars would put
the beginning of the decline at the time of the Crusades. This
perception has had the unfortunate consequence of reinforcing the
myth of the Golden Age, when supposedly total harmony reigned
between the different faiths, especially in Muslim Spain, It is a lovely
image, but, as Fletcher480 put it, this won't do. The witness of those
Hal. 291
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
who lived through the horrors of the Berber conquest, of the Almoravid
invasion ... must give it the lie. The simple and verifiable historical
truth is that Moorish Spain was more often a land of turmoil than H
was a land of tranquillity." Was there ever tolerance? "Ask the Jews of
Grenada who were massacred in 1066, or the Christians who were
deported by the Almoravids to Morocco in 1126 (like the Moriscos five
centuries later)." 1 have already alluded to the general causes of the
rise of this myth of Islamic tolerance. More specifically, the notion of
the Golden Age of Moorish Spain was perpetrated in the nineteenth
century by "newly and still imperfectly eman¬cipated" Western
European Jews as a means to chastise Western failings. Inevitably,
there was a tendency to idealize Islam, to better contrast the situation
of the Jews in Europe and "to serve at once as a reproach and an
encouragement to their somewhat dilatory Christian emancipators.
Richard Fletcher has his own analysis.
So the nostalgia of Maghribi writers was reinforced by the romantic
vision of the nineteenth century. This could be flavoured with a dash of
Protestant prejudice from the Anglo-Saxon world; it cm be detected in
Kane-Poole's reference to the Inquisition.___In Ihe second half of the
twentieth century a new agent of obfuscation makes its appearance:
the guilt of the liberal conscience, which sees the evils of colonialism-
assumed rather than demonstrated —foreshadowed in the Christian
conquest of al-AndaJus and the persecution of the Moriscos (but not,
oddly, in the Moorish conquest and colonization). Stir the mix well
together and issue k tree to credulous academics and media persons
throughout the western world. Then pour it generously over the truth.
— But Moorish Spain was not a tolerant ami enlightened society even
in Its most cultivated epoch, (my emphasis)482
Hal. 292
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
10*9 ihe Jews of Damascus were subject to ihe first of a long series of
blood libels in many cities. Other outbreaks followed in Morocco,
Algeria, Tunisia. Libya, and the Arab countries of the Middle East.483
Corning to the twentieth century, we may mention the virulent anti-
Jewish literature that has been produced in the last forty yean in the
Islamic world. Much of this hate-filled literature is in the form of
translations from European languages of such works as Killer's Mem
Kampf. and "The Protocols of the Elders of Zion." But as Wistrich says,
Muslim writers, "even when they exploit [Western antisemitic images
and concepts, usually manage to link these imported notions in a
natural, even an organic manner, with ideas from within their own
cultural tradition.”484
Hal. 293
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Three Conclusions
Hal. 294
Bab 9 Penaklukan oleh Arab dan Posisi Non- Muslim sebagai Subjek
Hal. 295
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Revelation****
Throughout the history of Islam there have been a number of, what
Robertson calls, "rationalizing heresies." While Islam has shown a
remarkable tolerance for these divergent unorthodox opinions—as
Goldziher says, -Mutual tolerance coined the hadith formula, traced
back to the Prophet: 'Difference of opinion within my community is a
(sign of divine) mercy': thus all four schools of jurisprudence in Sunni
Islam are considered equally valid and orthodox"—it has nonetheless
also shown itself to be totally intolerant of unbelief, the penalty for
which is death, and of all those it considers extremists among the
Shiites, Kharijites, Murji'ites, Mu'tazilites, and even the Sunnis, those,
that is, who deny some of the fundamental tenets of orthodox doctrine
such as prophecy, and indulge in outrageous fantasies of reincarnation
and metempsychosis. In particular anyone who denied the unity of
God and cast doubt on the prophethood of Muhammad and the divine
origin of the Koran was considered beyond the Muslim pale.
As we shall see, persecutions of heresies and heretics are more
common than the modern apologists of Islam are willing to allow.
Under the influence of Greek phylosophy, rationalism—the trust and
respect for human reason as a means for arriving at truth and as a
guide to the way of living- -flourished in certain groups and certain
courageous individuals. Philosophers and theologians of a rationalistic
tendency, and individual skeptics such as al-Ma'arri, often challenged
some of the basic assumptions of the orthodox, but in the end
orthodox Islam emerged victorious from the encounter with Greek
philosophy. Islam rejected the idea that one could attain truth with
unaided human reason and settled for the unreflective comforts of the
putatively superior truth of divine revelation. Wherever one decides it)
place the date of this victory of orthodox Islam (perhaps in the ninth
century with the conversion of al-Ashari; or in the eleventh century
with the works of al-Ghazali), it has been, I believe, an unmitigated
disaster for all Muslims, indeed all mankind, a disaster whose full
consequences we are now witnessing in the barbarism of "resurgent
Hal. 296
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Islam" in Algeria, Iran, the Sudan, Pakistan, Saudi Arabia, and Egypt.
The consequences of this disaster are also evident in the fact that
Islam, in particular political Islam, has totally failed to cope with the
modern world and all its attendant problems social, economic, and
philosophical.
Early Years
We know from the Koran itself that there were Arab skeptics in
Mecca who did not accept the "fables" recounted by Muhammad—they
scoffed at the notion of the resurrection of the body, they doubted the
divine origins of his "revelation" and even accused him of plagiarizing
the pagan Arab poets. Even now certain verses of the Koran are
attributed to the pre-Islamic poet, al-Qays. As Robertson suggests, it
is thanks to these Meccas freethinkers that we have so few miracles
attributed to Muhammad in the early days of Islam; for these
opponents of Muhammad disbelieved in a future life and miracles, and
they put to Muhammad challenges that "showed they rationally
disbelieved his claim to inspiration. Hence, clearly, the scarcity of
miracles in [Muhammad's] early legend, on the Arab side," But, its
Robertson concludes, "On a people thus partly 'refined, skeptical, in
credulous,' whose poetry showed no trace of religion, the triumph of
Islam gradually imposed a tyrannous dogma, entailing abundance of
primitive superstition undo the aegis of monotheistic doctrine."
Pagan Arabs lacked any deep religious sense; they were not
inclined to thank superior powers for their worldly successes. Thus it is
not surprising that these pagan attitudes prevailed in the early years
of Islam. Arabs converted out ill cupidity and hope of booty and
success in this world. Thus many outwardly, confessed their belief but
in fact had no inclination toward Islam and its dogma and ritual.
Sprenger estimates that at the death of Muhammad the number who
really convened to Muhammad's doctrine did not exceed a thousand. If
things went wrong, the Bedouins were ready to drop Islam its quickly
as they had adopted it. The fact that Islam restricted wine drinking
and sexual intercourse, "the two delicious things," did not endear
Muhammad to them, either.
The Arabs also resisted the institution of Muslim prayers and
ridiculed the movements of the body connected with them. As
Goldziher Says'489
there are countless stories. unmistakably taken from free life, which
describe the indifference of the desert Arabs to prayer, their ignorance
of the elements of Muslim rites and even their indifference toward the
Hal. 297
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
sacred book (11 00 itself and their ignorance of its most important
parts. 'I lie Arabs always preferred to heal the songs of the heroes of
paganism rather than holy utterances of the Koran, It is related that
Ubayda b. Hilal, one of the chiefs of the Khawarij, used to ask his men,
while they were resting from battle, to come to his tent. Once two
warriors came. "What would you prefer," lie asked them, "that I should
read to you from the Koran, or that I should recite poems to you hey
replied: "We know the Koran as well as we know you: let us hear
poems." -You godless men," said Ubayda, "I knew that you would
prefer poems to the Koran."
We have already noted the lack of interest in religion manifested by
the early "heroes of Islam," such m Khalil b. al-Walid, Outman b. Talha
and Amr b. .11 As. We might here quote a Muslim leader of the early
days who is reputed to have said: "If there were a God, I would swear
by his name that I did not believe in him.
Hal. 298
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
The Kharijites
Hal. 299
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
institutions not laid down in the Koran. They also insisted (hat all who
had committed a grave sin were destined for hell, as this was stated in
the Koran. These grave sinners were considered apostates who had to
he killed along with their wives and children, for this reason the
Azraqites were responsible for numerous appalling massacres Here we
have, as Della Vida says, the principle of religious murder. 492
In contrast to their intolerance of other Muslims, the Kharijites were
very tolerant of non-Muslims, sometimes even recognizing them as
equals to Muslims.
As Goldziher points out, before their beliefs took the form of a fixed,
positive system the Kharijite theologians showed rationalist
tendencies, and in this they influenced the later rationalist Mu'tazilites.
One of their groups even impugned the reliability of the Koranic text:
they held that sura 12, sura Joseph, did ow belong in the Koran as its
"contents were worldly and frivolous," an erotic tale with nothing
sacred about it, and hence unworthy to be the word of God.
Another Kharijite theologian. Yazid b. Abi Anisa, put forward
another idea that Was certainly unorthodox He said that God would
reveal a new Koran to a prophet among die Persians and that he would
found a new religion for them, a religion divine in the same sense as
Judaism, Christianity, and Islam. This clearly goes against the
orthodox doctrine of Islam being the final revelation, and Muhammad
being the seal of the Prophets.
Thus Kharijites played an important part in the development of
Muslim theology by making the Muslims reflect on their faith in a
rational manner.
The Qadarites
Hal. 300
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Hal. 301
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 302
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Hal. 303
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 304
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
for two years, during which period he seems to have been scourged.
Hanbal was released because he was popular, and officials feared an
uprising.
Al-Ma'mun's brother and successor al-Mutasim does not seem to
have pursued the Minna with much conviction or rigor. However his
son al-Wathik continued the policy of al-Ma'mun. Al-Wathik personally
tried to behead one theologian who refused to follow the official
doctrine. The calilph did not succeed and eventually had to have
professional aid to finish the job. Several other prominent met) died in
prison, many were tortured and harrassed. Under al-Mutawakkil
(reigned 847-861) the Militia was stopped, and the caliph even forbade
the profession of the creation of the Koran on pain of death. Under al-
Mutawakkil, who was also an "unappealing bigot," the persecuted
became the persecutors. The Militia obviously caused irreparable
damage to the cause of the Mu'tazilites.
Hal. 305
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
The modern scholars Kraal and Gabrieli have pointed out that the
"European Enlightenment" style of rationalism of the great Ibn al-
Rawandi (to be discussed later) was but "the development taken to
their logical conclusion, of certain Mu'tazilite positions (e.g., on the
miracles of the Prophet and the related tradition), and above all the
place they had made for reason and rationality in their theology and
theodicy." 504
Eighteenth-century rationalism is something that Islam badly
needs, and it is significant that those modern Arab philosophers who
are keen to inaugurate an enlightenment in Islam (e.g., Fouad
Zakariya) often refer to the Mu'tazilites with affection, and wonder
what they have missed. Gibb abhors the idea of a rationalist victory
because of its consequences: I welcome it for the same reasons.
Hal. 306
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
was not required for religious understanding. Religious truth lay in the
Koran and the sunna, both of which had to be accepted without
question and doubts. Such an attitude can only lead to a rigid
conservatism, and the disastrous consequence has been the inability of
the ulama to adapt jurisprudence and theology to the needs of (lie
second half of the twentieth century. In the words of R. A. Nicholson.
"About the middle of the tenth century the reactionary spirit assumed
a dogmatic shape in the system of Abu al-Hasan al-Ashari, the father
of Muhammadan Scholasticism, which is essentially opposed to
intellectual freedom and has maintained its petrifying influence almost
unimpaired down to the present time." 506
Hal. 307
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 308
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Hal. 309
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
proceed any further. But the crowd insisted, and to calm a potentially
dangerous situation, he brought a portrait of the prophet of the
dualists, Mani, and asked Abu Nuwas, to spit on it. Abu Nuwas did
even better than that. He pushed a finger down his throat and vomited
on the picture, whereupon the inquisitor set him free. We know that on
another occasion Abu Nuwas was in prison on the charge of zandaqa.
Heresy seems to have penetrated even the Hashimite family, the
family to which the Prophet had beonged. Several members of the
family were executed or died in prison." 511
Hal. 310
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Hal. 311
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
But, in the words of Blachere, "along with these beliefs there would
seem always to have been a profound skepticism mingled with a
fatalistic outlook leading Bashshar to pessimism and hedonism." 514
But out of prudence he was obliged to pay lip service to orthodoxy.
This view of Bashshar being a skeptic is endorsed by Vadja who argues
that it seems totally out of character for someone as dissolute as he to
adhere to a religion as ascetic as Manichaeism.
Hal. 312
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
ABU'L ATAHIYA
We are told in one of our sources that Abu 'I Atahiya, fearing arrest
by the Grand Inquisitor, passed himself off as a seller of copping
glasses and disappeared in the crowds of the city. Unfortunately we
are not told why the inquisitor might have wanted to interview our
poet. Nonetheless, Abu'l Atahiya was often accused of zandaqa by his
contemporaries. He may have secretly held Manichacan views, but
there is nothing in his poetry that could offend most orthodox Muslims.
However Goldziher does profess to see a reference to the Buddha in
the following two lines:
Hal. 313
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 314
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
AL-MUTANABBI (915-965)
Al-Mutanabbi is considered by many Arabs as the greatest poet in
the Arabic language. Born in Kufa and educated in Damascus, al-
Mutanabbi modeled himself on the poetry of Abu Tammam and
consciously set out to make a name for himself. According to Machete,
al-Mutanabbi was influenced in his religious and philosophical
development by a certain Abu 'I Fadl of Kula who watt "complete
agnostic," and an early patron of his works. Under Abu 'l Fadl's
influence. al- Mutanabbi "cast off religious dogmas which lie regarded
as spiritual instruments of oppression. He then adopted a stoic and
pessimistic philosophy. . . . The world is made up of seductions which
death destroys; stupidity and evil alone triumph there." 520
Not achieving the fame he dreamed of, and felt he merited, al-
Mutanabbi was now determined to dominate by violent means. He
began revolutionary propaganda, and then led a rebellion of a politico-
religious character, in which he claimed to be a prophet with a new
Koran (hence his name "Mutannabi," in Arabic, "one who pretends to
be a prophet'). He was defeated, captured, and imprisoned for two
years in Hims. He was obviously extremely fortunate to be spared his
life, since to claim to be a prophet is extreme heresy and, equally, to
claim to have a new Koran is against all orthodox belief.
After his release, al-Mutanabbi was lucky enough to find patronage
at the court of Saif al-Daula at Aleppo. For nine years, al-Mutanabbi
sang the praises of this prince, and the odes he composed for him are
considered the -greatest masterpieces of Arabic literature."
Al-Mutanabbi seems to have quarreled with Saif al-Daula and was
obliged to slip away from Aleppo to Egypt where he found patronage
with the Ikhshidid ruler, Kafur. He was to quarrel with the latter, as
well, and obliged to flee. He was eventually killed by bandits when
returning to Baghdad.
Hal. 315
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 316
Bab 10 Heretics and Heterodoxy, Atheism and Freethought, Reason and Revelation****
Hal. 317
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 318
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
The scholar F. R. RosenthaI 526 has pointed out that the process of
assimilation of the heritage of classical antiquity into Islam between
the eighth and tenth centuries can justly be called the renaissance of
Islam. It is unthinkable how Islamic civilization could have developed
without the classical heritage. Rosenthal puts it in a forthright manner:
Islamic rational scholarship, which we have mainly in mind when we
speak of the greatness of Muslim Civilisation, depends in its entirety on
classical antiquity, down to such fundamental factors as the
elementary principles of scholarly and scientific research. More than
that, the intellectual life of Islam in its most intimate expressions
bowed to the Greek spirit.... However, in Islam as in every civilisation,
what is really important is not the individual elements but the
synthesis that combines them into a living organism of its own. . . .
The indisputable fact remains, though, that Islamic civilisation as we
know it would simply not have existed without the Greek heritage.
Islamic Philosophy
Translations
Hal. 320
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
Hal. 321
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
AL-FARABI
With al-Farabi (870-950), we do meet with ideas that seem
incompatible with orthodox Islam. As Arberry 528 points out, al-
Farabi's "conception of life after death appears to leave no room for
the resurrection of the body." But al-Farabi is far from consistent on
this subject, and as Pines has suggested some of al-Farabi's
inconsistencies might be due to considerations of prudence: "But this
is not certain, though al-Farabi was certainly not unaware of the
necessity of being cautious. In fact, the seemingly deliberate
abstractness, which occasionally calls to mind Spinoza's way of
expressing himself, may have meant to mask his intentions and the
content of his reflections, many of which must have been unacceptable
to even a very tolerant religious and political orthodoxy."
Al-Farabi, following Aristotle, assigns immortality only to the
intellectual part of the soul. But only those virtuous souls that have
attained a certain degree of intellectual apprehension and perfection
will find happiness. These virtuous souls lose their individuality after
death and become part of the "active intellect" of the kingdom of
heaven. Other souls will go through a cycle of rebirth or perish with
the body.
Al-Farabi's account of the active intellect, derived from late
Neoplatonic speculation, also poses serious problems for the adherents
of a rigid monotheism. Al-Farabi sees the active intellect "as a
separate metaphysical entity, a kind of intermediary between the
spiritual world above the moon and the human mind, through which
both the human mind and the human imagination arc linked with the
divine." Al-Farabi's defense of reason and subordination of prophecy to
philosophy also rendered him suspect in the eyes of the orthodox. For
al-Farabi, only the perfection of the faculty of reason will lead to
Hal. 322
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
human happiness; "as the divine mind rules the universe, so reason
should govern and control the life of man. No human faculty higher
than reason can be conceived." 529 Unlike a]- Kindi, al-Farabi was not
content to relegate philosophy to a secondary role as the handmaiden
of theology. In any conflict in his philosophical system, it is reason that
is the ultimate arbitrator, not revelation. "If the times were propitious,
one universal world-state might come into existence; if not, several
religions might exist side by side, and, if this also were impracticable,
Islam at least might he reshaped according to the demands of the
royal power of philosophy, which was the highest perfection of which
man was capable." 530
Hal. 323
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 324
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
Hal. 325
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 326
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
Hal. 327
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
This is like a breath of fresh air after the dogmatic certainties of al-
Ghazali and his beloved, pathological imagery of the torments of hell.
At last, we come to those views of al-Rani that earned him from
Muslims universal condemnation for blasphemy. Ibn Hazm, Nasir-i
Khusrau, al-Kirmani, and even al-Biruni joined in the chorus of
reproach. Unlike al-Kindi, al-Razi sees no possibility of a reconciliation
between philosophy and religion. In two heretical works, one of which
may well have influenced the European freethought classic De Tribus
Impostoribus, al-Rani gave vent to his hostility to the revealed
religions. Al-Razi's heretical book On Propheccy has not survived, bill
we know that it maintained the thesis that reason is superior to
revelation, and salvation is only possible through philosophy.
The second of al-Razi's heretical works has partly survived in a
refutation by an Ismaili author. Its audacity will be apparent as soon
as we examine, with the help of Kraus,"') Pines, and Gabrieli, its
principal theses.
All men are by nature equal and equally endowed with the faculty of
reason that must not be disparaged in favor of blind faith; reason
further enables men to perceive scientific truths in an immediate way.
'I he prophets- these billy goats with long beards, as al-Razi
disdainfully describes them cannot claim any intellectual or spiritual
superiority. 'These billy goats pretend to conic with a message from
God, all the while exhausting themselves in spouting their lies, and
imposing on the masses blind obedience to the "words of the master."
The miracles of the prophets are impostures, based on trickery, or the
stories regarding them are lies. The falseness of what all the prophets
say is evident in the fact that they contradict one another—one affirms
what the other denies, and yet each claims to be the sole depository of
the truth; thus the New Testament contradicts the Torah, the Koran
the New Testament. As for the Koran, it is but an assorted mixture of
"absurd and inconsistent fables," which has ridiculously been judged
inimitable, when, in fact, its language, style, and its much vaunted
"eloquence" are far from being faultless. Custom, tradition, and
intellectual laziness lead men to follow their religious leaders blindly.
Religions have been the sole cause of the bloody wars that have
ravaged mankind. Religions have also been resolutely hostile to
philosophical speculation and to scientific research. The so-called holy
scriptures are worthless and have done more harm than good,
whereas the "writings of the ancients like Plato, Aristotle, Euclid and
Hippocrates have rendered much greater service to humanity."
Hal. 328
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
The people who gather round the religious leaders are either feeble-
minded, or they are women and adolescents. Religion stifles truth and
fosters comity. If a book in itself can constitute a demonstration that it
is true revelation, the treatises of geometry, astronomy, medicine and
logic Can justify such a claim much better than the Quran, the
transcendent literary beauty of which, denied by Razi, was thought by
orthodox Muslims to prove the truth (it Muhammad's mission. 540
In his political philosophy, al-Ravi believed one could live in an
orderly society without being terrorized by religious law or coerced by
the prophets. Certainly the precepts of Muslim law, such as the
prohibition of wine, did not trouble him in the least. It wits, as noted
already, through philosophy and human reason that human life could
he improved, not through religion. Finally, aI-Razi believed in scientific
and philosophical progress—the sciences progressed from generation
to generation. One had to keep an open mind and not reject empirical
observations simply because they did not fit into one's preconceived
scheme of things. Despite his own contributions to the sciences, lie
believed that one day they would be superseded by even greater
minds than his. It is clear from the preceding account that al-Razi's
criticisms of religion are the most violent that appeared in the entire
Middle Ages, whether European or Islamic. His heretical writings,
significantly, have not survived and were not widely read; nonetheless,
they are it witness to a remarkably tolerant culture and society.-a
tolerance lacking in other periods and places.
Hal. 329
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
an atheist who had rejected the Koran and all the Muslim dogmas and
these enemies may have poisoned him.
AVERROES (1126-1198)
Abu al-Walid Muhammad b. Ahmad ibn Rushd or Averroes came
from a family of jurists, and he himself was trained in the legal
sciences, later serving its a judge in Seville and Cordoba. He also
studied medicine and philosophy and is considered one of the greatest
commentators on Aristotle. His philosophical views are the subject of
furious debate among the specialists, and the nonspecialist has to
tread with care. It is on the very subject that concerns us, the relation
between philosophy and religion, that the most diverse opinions exist
on Ibn Rushd's real position.
According to Ernest Renan, Averroes was a supreme rationalist who
was opposed to all religious dogmas, and his theological writings were
Hal. 330
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
Hal. 331
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
the fact that women are kept like "domestic animals or house plants
for purposes of gratification, of a very questionable character besides,
instead of being allowed to take part in the production of material and
intellectual wealth, and in the preservation of the same." 545
Averroes had a profound influence on the Latin philosophers and
scientists of the thirteenth century. A school of Averroists arose at the
University of Padua where Averroes's work on Aristotle was responsible
for the development of the inductive, empirical sciences. And yet,
Averroes had no influence at all on the development of Islamic
philosophy. After his death, he was practically forgotten in the Islamic
world. Philosophy itself went into a decline within Islam, which was
now to be dominated by Ash'arism, with its attendant petrifying
dogma. In the words of Arberry,
As for Islam, the sweet reason of Averroes' patient voice would be
silenced by the thunder of Ibn Taimiya's uncompromising
denunciation. By the time the illustrious Ibn Khaldun (d. 1406) came
to draw tip his catalogue of the sacred and profane sciences,
philosophy had fallen so far from grace as to be relegated to a string
of contemptuous paragraphs following the discussion of magic,
talismans and alchemy, and to share with astrology the signal honor of
his summary refutation." 565
There was a rather misguided attempt by the Islamic renaissance
movement, the Nahda, at the beginning of the century to take
Averroes on board as an out-and-out rationalist who advocated a
secular state. The movement was much influenced by Renan's
interpretation of Averroes, an interpretation that overemphasized
Averroes's rationality and belittled his religious and juridical work.
Hal. 332
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
Hal. 333
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 334
Bab 11 Greek Philosophy and Science and Their Influence on Islam****
beyond and possibly against the basic strains of orthodox thought and
feeling." 550
Renan makes a similar point:
Science and philosophy nourished on Musalman soil during the first
half of the middle ages; but it was not by reason of Islam, it was in
spite of Islam. Not a Musalman philosopher or scholar escaped
persecution. During the period just specified persecution is less
powerful than the instinct of free enquiry, and the rationalist tradition
is kept alive, then intolerance and fanaticism win the day, It is true
that the Christian Church also cast great difficulties in the way of
science in the middle ages; but she did not strangle it outright, ;is did
the Musalman theology. To give Islam the credit of Averroes; and so
many other illustrious thinkers, who passed half their life in prison, in
forced hiding, in disgrace, whose books were burned and whose
writings almost suppressed by theological authority, is as if one were
to ascribe to the Inquisition the discoveries of Galileo, and a whole
scientific development which it was not able to prevent. 551
Not only did orthodoxy stifle the research of the scientists but it was
also obvious "that their researches had nothing to give to their
community which this community could accept as an essential
enrichment of their lives." For us, looking from the outside, this loss of
scientific endeavor is an impoverishment of Islamic civilization, but for
the Muslims there was no loss since this science did not serve the
Muslim aim of serving God. 'The idea of knowledge for its own sake
was meaningless in the Muslim context; Sarton in his history of
science gives the example of Muslim zoology: "One can find in many
Arabic and Persian writings speculations on the order of nature its far
as the distribution of the three kingdoms is concerned. The Muslims,
with but few exceptions, were hardly interested in the scientific
aspects of these matters, but rather in their theological implications;
they were not thinking so much of evolution from the human or
naturalistic point of view as of creation from the divine one." 552
As an example of the persecution of the scientists that Renan
alluded to previously, we might cite the case of Ibn al-Haitham
(Alhazen), whose works were branded as heretical and then forgotten
in the Muslim Fast.
A disciple of Maimonides, the Jewish philosopher, relates that he
was in Baghdad on business, when the library of a certain philosopher
(who died in 1214) was burned there. The preacher, who conducted
the execution of the sentence, threw into the Dames with his own
hinds. an astronomical work of Ibn al-Haitham, after he had pointed to
Hal. 335
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 336
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 338
Bab 12 Sufism or Islamic Mysticism ****
The great achievement of the Sufis was their insistence that true
religion find nothing to do with the doctrinal and legal system of
orthodoxy, which only restricted man's religious horizon. In the
mystic's vision there were no heavenly rewards and hellish
punishments, the written word of God was abrogated by a direct and
intimate revelation. Instead of being ruled by fear, the mystic is more
concerned with the love and knowledge of God, detachment from the
self, and "the divine service is regarded as a service of hearts," rather
than the observance of external rules that had to be obeyed blindly.
The more Sufism moved toward pantheism the more it produced
a series of works, which, under pretense of orthodoxy and
devoutness, in reality substituted for the personal God and the future
life of Islam notions that were irreconciliable with either and were
supported by an interpretation of the Quran so far-fetched as to be
ludicrous and irreverent. The most famous of these arc the poem of
Ibn al-Farid (1161-1235) ... and the treatise of Ibn Arabi [1155 12401
. . . "Gems of Maxims." Both these works at different times brought
their owners into danger, and were the cause of riots (see Ibn Iyas,
History of Egypt,.... where the latter book is described as the work of a
worse unbeliever than Jew, Christian, or Idolater). Of the comments
on the Quran which this work contains it is sufficient to cite that on the
story of the Golden Calf according to Ibn Arabi .... Moses found fault
with his brother for not approving of the worship of the Calf, since
Aaron should have known that nothing but God could ever be
worshipped, and therefore [lie Calf was (like everything else) God. 555
Sufi philosophy had the consequence of erasing the boundaries
between the different creeds--Islam is no better than idolatry, or as
one student of Ibn Arabi put it, "The Koran is polytheism pure and
simple." Ibn Arabi himself wrote that his heart was a temple for idols,
a Kaaba for pilgrims, the tables of the Torah and the Koran; love alone
was his religion.
"I am neither Christian, nor Jew. nor Muslim." sings another mystic.
The Sufis did not lay much store by the different creeds and their
particulars. As Abu Said wrote. "Until mosque and madrasa arc quite
effaced, the work of the dervishes will not be accomplished; until belief
and unbelief are quite alike, no man will be a true Muslim." And, to
quote Nicholson.
Hafiz sings more in the spit it of the freethinker, perhaps than of
the mystic
"Love is where the glory falls
of thy face- on convent walls
Hal. 339
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 340
Bab 12 Sufism or Islamic Mysticism ****
distinction was drawn between good and bad bida (innovation). In the
words of al-Shaft r "An innovation which contradicts the Koran, a
sunna, . I . or ijma is a heretical bida, if however, something new is
introduced which is not evil in itself and does not contradict the above-
mentioned authorities of religious life, then it is a praiseworthy,
unobjectionable innovation." This convenient device enabled Muslims
to accept as good bida things that in theory were absolutely contrary
to Islam. Goldziher has emphazised a very important point:
There is no parallel between dogma in [shim and dogma in the
religious system of any Christian church. In Islam there are no councils
and synods that, after vigorous debate, fix the formulas that
henceforth must be regarded as sound [relief. There is no ecclesiastic
office that provides a standard of orthodoxy. There is no exclusively
authorized exegesis of the sacred texts, upon which the doctrines of a
church, and the manner of their inculcation, might be based. The
consensus is the highest authority in all questions of religious theory
and practice, but it is a vague authority, and its judgment can scarcely
be precisely determined. Its very concept is variously defined. In
theological questions it is especially difficult to reach unanimity about
what is to be accepted without dispute, as the verdict of consensus.
Where one party sees consensus. another may be far front seeing
anything of the sort. 558
Despite Goldziher's insights in the above passage, it gives a
misleading picture of an Islam of doctrinal free-for-all where anything
goes—you can believe and think what you like. If this were the case,
what would justify us in calling it Islam at all? Contrary to the idea of a
fluid, slippery Islam, Schacht poses before us the notion of, for
instance, Islamic law that became "increasingly rigid and set in its final
mold." True, there was, as always, enormous discrepancy be- tween
theory and practice, but Islamic law did succeed in imposing itself on
the practice, especially on the law of family.
There may not have been a single church body to fix the dogma of
the faithful, but in reality throughout Islamic history certain doctrines
were definitely adopted in certain areas of the Islamic world. For
instance. about 1048-1049, the doctrines of the school of Malik were
adopted in the Maghrib. "The triumph of these doctrines caused the
abandonment of all efforts to seek an allegorical interpretation for
those verses of the Koran for which there was no satisfactory literal
interpretation. Had not Malik b. Anas for instance said 'we know that
Allah is seated on his throne, but not how this word is to be
understood.' To believe it is a duty; asking questions about it is
heresy"! In other words a certain doctrine was adopted and put into
Hal. 341
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 342
Bab 12 Sufism or Islamic Mysticism ****
Hal. 343
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 344
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
1
Kami tertawa. meskipun itu sendu
Layaklah kami menangis dengan tersedu
Dengan hati yang pecah seperti kaca remuk
Hancur dan tak lagi dibentuk
2
Dosa ini ayahku yang melakukan
319
Satu Bab ini didasarkan pada karya dari Nicholson, R.A. Studies in Islamic
Poetry. Cambridge, 1921. Terjemahannya dilakukan oleh Nicholson dan muncul
dalam bukunya tsb.
Hal. 346
Bab 13 Al- Ma’arii
3
Lebih baik buat Adam dan yang dihasilkan dari rusuknya
Adam dan dia, yg belum lagi lahir, tak pernah diciptakan!
Saat tubuhnya hanya debu dan tulang ditanah
Ah, apa dia rasakan yang dilihat dan diderita anak2nya.
4
Kadang kau temukan orang yang ahli dagang, sempurna dalam
kecerdikan dan argumen, tapi ketika masuk dalam masalah agama dia
menjadi bodoh dan keras kepala, begitulah dia ikuti alur2 tua itu.
Kebaikan tertanam dalam sifat alami manusia; tempat yang pasti.
Ajaran utk anak yg berasal dari mulut orang2 tua akan tinggal didalam
mereka sepanjang hidup. Rahib2 dibiara dan ulama di mesjid
menerima dalil seakan seperti sebuah kisah dari yang
menceritakannya, tanpa membedakan tafsir sejati dan palsu. Jika ini
sampai pada sanak saudara kaum Magian, atau kaum Sabian, dia akan
mengumumkan dirinya sebagai orang Magian, atau diantara Kaum
Sabian dia akan menjadi mirip seperti mereka.
5
Jadi, begitu pula iman manusia: ia menang
Lalu gagal ; ketika iman lain datang
Saat iman lain berjaya; ay, dunia benar2 merindu
Hal. 347
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
6
Disela reruntuhan iman
diatas unta buluh dimainkan
Dan diseru orang-orangnya – “Mari kita pergi!
Penuh rumput berbisa padang disini.
7
Para Hanif (muslim) tersandung, Kristen tersesatkan
Yahudi kebingungan, Magian salah jalan
Kami kaum mortal dua aliran cendekia
Bajingan yg dicerahkan atau sitolol yg religia
8
Apakah agama itu? Gadis yg dekat tapi tak boleh dipandang;
Ongkos nikah dan maharnya membuat susah para peminang
Kudengar dari mimbar semua doktrin kebaikan
Tak sepatahpun hati pernah mengabulkan
9
Perang jihad oleh pejuang muslim ditarungi
Pekerjaan Suci oleh para kristen diarungi
Dan juga keyakinan para Yahudi dan Sabian
Keberanian mereka tidak menjangkau kebaikan orang indian
Darimana kefanatikan dan pesona religi terilhami
Keatas tumpukan bara tubuh mereka dilempari
Hal. 348
Bab 13 Al- Ma’arii
10
Dan kematian seperti India aku tak khawatir
Menghadap Ilahi dalam nyala api; yang berkobar
Malaikat api lebih halus gigi dan mulutnya,
Lebih baik dari Munkar dan Nakir yg mengerikan
11
320
Margoliouth, D.S. “Atheism (Muhammadan).” Dalam Encyclopaedia of Religion
and Ethics.
Hal. 349
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
12
Sang Nabi juga, yg datang diantara kita utk mengajari
Sama saja dengan mereka yang di mimbar mendakwahi
Mereka berdoa dan membunuh dan terbunuh, tapi tetap saja
Penderitaan kita seperti pasir ditep pantai
13
Muhammad atau Messiah! Kalian dengarkan saya
Seluruh kebenaran tidak disini tidak juga disana
Bagaimana bisa Tuhan yang mencipta matahari dan bulan
Memberi semua cahayaNya pada seorang yang tak bisa kupandang
14
Dengan Tuhan sebagai saksi, jiwa manusia itu tanpa
akal, seperti jiwa para ngengat
Mereka katakan “Orang suci!” tapi sang suci tidak jujur
suka berdalih dan kata2nya melukai
Hal. 350
Bab 13 Al- Ma’arii
15
Demi tujuan akhir kotornya
Ke mimbar dia mendaki
Dan meski tak percaya kebangkitan
Dia buat semua pendengar gemetar
Sementara dia mengucap kebohongan
Tentang kiamat yang menyengat ingatan
16
Mereka lantunkan Kitab Suci, meski fakta padaku berkata
Bahwa semua itu fiksi dari awal sampai akhirnya
O Akal, kau (sendiri) yang menyuarakan kebenaran
Lalu binasakan sang bodoh yang memalsukan hadis dan
menafsirkan!
17
Oh, gantungkan dirimu dijalan akal kebenaran kau pastikan
Jangan biarkan harapan digantungkan kecuali pada sang
Pemelihara!
Dan padamkan sinar sang Maha Kuasa, karena Lihatlah, Dia telah
berikan semua
Sebuah cahaya akal utk dipakai dan dinikmati
Kulihat umat manusia tersesat dalam kebodohan: bahkan mereka
yg
Berumur muda mengira-ngira, layaknya anak2 bermain mora
Hal. 351
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
18
Hadis datang dari masa lalu, penting sangat jika itu betul
Ay, tapi betapa lemah untaian mereka yang meriwayatkan
Pakai akal dan biarkan kutukan membawa yang tidak memakai
Dari semua, pertemuan akal terbaik akan mengawal
19
Dengan ketakutan kupercaya temukan jalan
Menuju kebenaran; dengan percaya penuh aku dikhianatkan
Percaya pada kebijaksanaan; jauh lebih baik adalah meragukan
Yang membawa kepalsuan menuju sinar terang
20
O Bodoh, bangunlah! Ritual yang kau pandang keramat
321
Nicholson, R.A. Studies in Islamic Poetry. Cambridge, 1921. Hal.173
Hal. 352
Bab 13 Al- Ma’arii
21
Puji tuhan dan bersholat
Berjalan tujuhpuluh bukannya tujuh kali, Kabah diputari
Tapi tetap tak beriman
Kesalehan hanya dia seorang, yang ketika dia bisa
Melahap keinginan, ditemukan
Keteguhan utk berpantang
22
Pahala dibagikan, batu dihampiri
disentuh tangan dan diciumi
Seperti Batu Suci atau Dua Malaikat Qurayshi
Namun tetap keduanya hanya batu yang dulu ditendangi
23
Aneh cara Quraish dan orang2nya membersihkan diri
juga muka mereka dalam bau-bauan yang menakutkan;
Dan seru kristen, O God Almighty
Disiksa, dihina dan disalibkan
Yang Esa harusnya yg Yahudi gambarkan
Yang suka akan bau tubuh dipanggang;
Dan tetap saja aneh para muslim jauh berjalan
Hanya utk mencium batu yg katanya hebat dan berwarna hitam
Almighty God! Akankah semua ras manusia
Tersesat membuta dari altar kebenaran?
Hal. 353
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
24
Mereka tidak mendasarkan agama pada dasar logis apa2, dg jalan
mana mereka barangkali memutuskan Sunni dan Shia. Dalam
pendapat sebagian yang aku tidak sebutkan, Batu Hitam hanya sisa
berhala sembahan dan batu altar pengorbanan.
25
Jika orang berpenilaian baik memakai akalnya,
Dia pandang rendah macam2 keyakinan dan membencinya
ambil daripadanya sebanyak yg dibawakan akal
Dan jangan biarkan kebodohan menceburkanmu kedalam kolam
membosankan
26
Jika saja mereka dibiarkan memakai akal, mereka tidak akan
menerima kebohongan yang disampaikan; tapi cambuk telah diangkat
(utk mereka).
Hadis telah dibawakan pada mereka, dan mereka diperintahkan utk
bicara
“Kebenaran telah disampaikan”; dan jika mereka menolaknya,
pedang akan bermandikan darah mereka.
Mereka ngeri akan sarung pedang penuh bencana, dan tergoda oleh
mangkuk penuh meluapkan pahala
27
Hal. 354
Bab 13 Al- Ma’arii
Hanya masalah tempat pada buku ini saja yang membatasi contoh2
lain dari serangan ‘tanpa ampun’ bagi segala macam jenis takhyul –
astrologi, nujum, percaya akan pertanda2; kebiasaan menyerukan
“Alhamdulillah” ketika bersin; mitos2 seperti umur ratusan tahun dari
kakek moyang, mukjijat2 dll.
Disini, di surga m uslim diubah m enj adi sebuah ruangan yang dihuni
oleh para penyair kafir yang t elah dim aafkan – lihat j udulnya – dan yg
t elah dit erim a diant ara orang2 yang diberi pahala. I de t ulisan ini
dibuat dengan kecerdikan luarbiasa dan dengan sem angat m engej ek
yang sangat berani yang m engingat kan kit a pada Lucian. Para penyair
dit am pilkan dalam serangkaian pem bicaraan khayal dengan seseorang
bernam a Shaykh Ali b. Mansur, pada siapa buku ini dit uj ukan,
pelant unan dan penj elasan ayat 2 m ereka, perdebat an ant ar m ereka
dan bertingkah seperti seniman sastra umumnya.322
322
Nicholson, R.A. Literary History of the Arabs. Cambridge, 1930. Hal.318-19
Hal. 355
Ibn Warraq: M engapa Aku Bukan M uslim
Hal. 356
Mengapa Aku Bukan Muslim
Ba b 1 4 Pe r e m pu a n da n I sla m 323
323
Pengaruh dari Ascha harusnya terlihat dalam tiap halaman bab ini meski saya
jarang mengutipnya secara langsung.
324
Burton, Richard. The Book of the Thousand Nights and a Night. 17 vols.
London, n.d. Vol.x, hal.195
325
Nefzawi, Shaykh. The Glory of the Perfumed Garden. London, 1978. Hal.203-
204
Hal. 358
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 359
Mengapa Aku Bukan Muslim
326
Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966. Hal.49
327
Artikel “Wania,” dalam Dictionary of Islam.
Hal. 360
Bab 14 Perempuan dan Islam
328
Shacht, Joseph. The Origins of Muhammada Jurisprudence. Oxford, 1974.
hal.545
329
Artikel “Women” dalam Dictionary of Islam”
Hal. 361
Mengapa Aku Bukan Muslim
330
Dikutip dalam Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam.
Paris, 1989, hal.13
331
Mimouni, Rachid. De la barbarie en general et de l’integrisme en particulier.
Paris, 1992. Hal.156
Hal. 362
Bab 14 Perempuan dan Islam
Tapi utk berperang dengan kaum ortodoks, kaum fanatik dan para
mullah mengenai penafsiran teks2 ini sama saja dengan berperang
memakai cara, kondisi dan syarat mereka sendiri, ditanah mereka
pula. Setiap teks yang kau keluarkan akan dibantah oleh lusinan teks
yang mengkontradiksi teks punyamu. Para reformis tidak akan bisa
menang dengan cara ini – apapun jungkir balik mental yang dilakukan,
mereka tidak bisa lolos dari fakta bahwa Islam sangat anti feminis.
I slam adalah penyebab fundam ent al penindasan wanit a m uslim dan
t et ap m enj adi penghalang ut am a akan kem aj uan posisi m ereka. 332
Islam selalu menganggap wanita sebagai makhluk yg lebih rendah
dalam segala hal: fisik, kepandaian dan moral. Pandangan negatif ini
dari langit telah ditetapkan dalam Quran, dikuatkan oleh hadis dan
diabadikan oleh para penafsir, para pemelihara dogma dan kebodohan
muslim.
Jauh lebih baik bagi para intelektual ini utk membuang argumen2
religius mereka, utk menolak teks2 keramat ini dan bersandarkan
pada Akal saja. Mereka harus berpaling pada Hak Asasi Manusia.
Deklarasi Universal HAM (diadopsi 10 December 1948 oleh
Perserikatan Bangsa Bangsa di Paris dan diratifikasi oleh banyak
negara2 muslim) tidak ada mengacu pada argumen2 religius. Hak2 ini
didasarkan pada hak2 alami manusia, yang manusia dewasa mampu
pilih. Hak2 itu adalah hak umat manusia karena memang mereka juga
termasuk umat manusia. Akal dan rasionalitas adalah pengadil
mutakhir bagi Hak Asasi Manusia – Hak2 bagi wanita.
Sayangnya dalam praktek di negara2 muslim orang tidak bisa begitu
saja mengabaikan para ulama yg berpikiran sempit, fanatik. Orang
tidak bisa mengabaikan mereka, yang katanya para doktor terpelajar
dalam bidang hukum islam, yang dengan fatwa2nya menentukan
masalah2 umum dan pribadi dimana kepentingannya menentukan
kehidupan masyarakat muslim. Mereka masih punya kuasa yang besar
utk menyetujui atau melarang tindakan tertentu. Lalu utk apa
meneruskan pengaruh para Mullah ini?
Quran ada utk semua muslim, bukan hanya utk para
‘fundamentalis’, perkataan abadi Tuhan. Berlaku utk segala waktu,
jaman dan tempat; gagasan2 didalamnya mutlak pasti benar dan jauh
diatas segala kritik. Mempertanyakan Quran sama saja dengan
mempertanyakan Tuhan dan itu adalah penghujatan. Kewajiban
muslim adalah utk percaya dan patuh pada perintah2 ilahi.
Faktor2 lain menjadi penyumbang akan berkelanjutannya pengaruh
para ulama ini. Agama apapun yang menuntut kepatuhan total tanpa
332
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.11
Hal. 363
Mengapa Aku Bukan Muslim
333
Ibid., hal.23f
Hal. 364
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 365
Mengapa Aku Bukan Muslim
dan sejak itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam kisah muslim.
Muhammad sendiri mengatakan: “Kalau bukan karena Hawa, wanita
tidak akan tidak setia pada suaminya.”
Hadis islam juga menuduh wanita tidak jujur dan penuh tipu
muslihat dan mendapat dukungan dari ayat Quran berikut:
[12.22- 34] Dan t at kala dia cukup dewasa, Kam i berikan kepadanya
hikm ah dan ilm u. Dem ikianlah Kam i m em beri balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik.
Dan wanit a ( Zulaikha) yang Yusuf t inggal di rum ahnya m enggoda
Yusuf unt uk m enundukkan dirinya ( kepadanya) dan dia m enut up
pintu- pint u, seraya berkat a: " Marilah ke sini." Yusuf berkat a: " Aku
berlindung kepada Allah, sungguh t uanku t elah m em perlakukan aku
dengan baik." Sesungguhnya orang- orang yang zalim t iada akan
beruntung.
Sesungguhnya wanit a it u t elah berm aksud ( m elakukan perbuat an
it u) dengan Yusuf, dan Yusuf pun berm aksud ( m elakukan pula)
dengan wanit a it u andaikat a dia t iada m elihat t anda ( dari) Tuhannya.
Dem ikianlah, agar Kam i m em alingkan daripadanya kem ungkaran dan
kekej ian. Sesungguhnya Yusuf it u t erm asuk ham ba- ham ba Kam i yang
terpilih.
Dan keduanya berlom ba- lom ba m enuj u pint u dan wanit a it u
m enarik baj u gam is Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-
duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata:
" Apakah pem balasan t erhadap orang yang berm aksud berbuat serong
dengan ist rim u, selain dipenj arakan at au ( dihukum ) dengan azab yang
pedih?"
Yusuf berkat a: " Dia m enggodaku unt uk m enundukkan diriku
( kepadanya) " , dan seorang saksi dari keluarga wanit a it u m em berikan
kesaksiannya: " Jika baj u gam isnya koyak di m uka, m aka wanit a it u
benar dan Yusuf termasuk orang- orang yang dusta.
Dan j ika baj u gam isnya koyak di belakang, m aka wanit a it ulah yang
dusta, dan Yusuf termasuk orang- orang yang benar."
Maka t at kala suam i wanit a it u m elihat baj u gam is Yusuf koyak di
belakang berkat alah dia: " Sesungguhnya ( kej adian) it u adalah di
antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar."
( Hai) Yusuf: " Berpalinglah dari ini dan ( kam u hai ist riku) m ohon
am punlah at as dosam u it u, karena kam u sesungguhnya t erm asuk
orang- orang yang berbuat salah."
Dan wanit a- wanit a di kot a berkat a: " I st ri Al Aziz m enggoda
buj angnya unt uk m enundukkan dirinya ( kepadanya) , sesungguhnya
Hal. 366
Bab 14 Perempuan dan Islam
334
Ibid., hal.29f
Hal. 367
Mengapa Aku Bukan Muslim
Pat ut kah Dia m engam bil anak perem puan dari yang dicipt akan- Nya
dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki- laki.
Padahal apabila salah seorang di ant ara m ereka diberi kabar
gem bira dengan apa yang dij adikan sebagai m isal bagi Allah Yang
Maha Pem urah; j adilah m ukanya hit am pekat sedang dia am at
menahan sedih.
Dan apakah pat ut ( m enj adi anak Allah) orang yang dibesarkan
dalam keadaan berperhiasan sedang dia t idak dapat m em beri alasan
yang terang dalam pertengkaran.
Dan m ereka m enj adikan m alaikat - m alaikat yang m ereka it u adalah
hamba- ham ba Allah Yang Maha Pem urah sebagai orang- orang
perem puan. Apakah m ereka m enyaksikan pencipt aan m alaikat -
m alaikat it u? Kelak akan dit uliskan persaksian m ereka dan m ereka
akan dimintai pertanggungjawaban.
[ 52.39] At aukah unt uk Allah anak- anak perem puan dan unt uk kam u
anak- anak laki- laki?
[37.149- 150] Tanyakanlah ( ya Muham m ad) kepada m ereka ( orang-
orang kafir Mekah) : " Apakah unt uk Tuhanm u anak- anak perem puan
dan unt uk m ereka anak laki- laki, at au apakah Kam i m encipt akan
malaikat- malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)?
[53.21- 22] Apakah ( pat ut ) unt uk kam u ( anak) laki- laki dan unt uk
Allah ( anak) perem puan? Yang dem ikian it u t ent ulah suat u pem bagian
yang tidak adil.
[ 53.27] Sesungguhnya orang- orang yang t iada berim an kepada
kehidupan akhirat , m ereka benar- benar m enam akan m alaikat it u
dengan nama perempuan.
Jika Mr. Bouhdiba masih belum yakin akan ini, ada lagi ayat2 Quran
lain yang benci terhadap wanita:
[ 2.178] Hai orang- orang yang berim an, diwaj ibkan at as kam u
qishaash berkenaan dengan orang- orang yang dibunuh; orang
m erdeka dengan orang m erdeka, ham ba dengan ham ba dan wanit a
dengan wanita.
[ 2.228] Wanit a- wanit a yang dit alak hendaklah m enahan diri
( m enunggu) t iga kali quru. Tidak boleh m ereka m enyem bunyikan apa
yang dicipt akan Allah dalam rahim nya, j ika m ereka berim an kepada
Allah dan hari akhirat . Dan suam i- suam inya berhak m eruj ukinya
dalam m asa m enant i it u, j ika m ereka ( para suam i) it u m enghendaki
ishlah. Dan para wanit a m em punyai hak yang seim bang dengan
kewaj ibannya m enurut cara yang m akruf. Akan t et api para suam i
Hal. 368
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 369
Mengapa Aku Bukan Muslim
dengan kedua m at a kaki, dan j ika kam u j unub m aka m andilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air ( kakus) at au m enyent uh perem puan, lalu kam u t idak m em peroleh
air, m aka bert ayam um lah dengan t anah yang baik ( bersih) ; sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
[33.32- 33] Hai ist ri- ist ri Nabi, kam u sekalian t idaklah sepert i wanit a
yang lain, j ika kam u bert akwa. Maka j anganlah kam u t unduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias
dan bert ingkah laku sepert i orang- orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah salat , t unaikanlah zakat dan t aat ilah Allah dan Rasul- Nya.
Sesungguhnya Allah berm aksud hendak m enghilangkan dosa dari
kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya.
[ 33.53] Apabila kam u m em int a sesuat u ( keperluan) kepada m ereka
(istri- ist ri Nabi) , m aka m int alah dari belakang t abir. Cara yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.
[ 33.59] Hai Nabi kat akanlah kepada ist ri- ist rim u, anak- anak
perem puanm u dan ist ri- ist ri orang m ukm in: " Hendaklah m ereka
m engulurkan j ilbabnya ke seluruh t ubuh m ereka" . Yang dem ikian it u
supaya m ereka lebih m udah unt uk dikenal, karena it u m ereka t idak
diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
Hadis juga sama saja, dalam hadis yg menjadi dasar hukum2 islam
kita pelajari peran wanita adalah – diam dirumah, siap dipanggil kaum
pria, patuh padanya (ini kewajiban agama) dan membuat lelaki
merasa tenang selalu. Ini contoh hadis2 tsb:
- Jika diberikan padaku ut k m em erint ahkan seseorang bersuj ud
dihadapan selain Tuhan, past ilah kuperint ahkan para wanit a ut k
bersuj ud dihadapan suam i2 m ereka.. Seorang wanit a t idak dapat
m em enuhi kewaj iban2nya t erhadap Tuhan t anpa lebih dulu
menyempurnakan kewajiban2 mereka pada sang suami.
- Wanita yang meninggal dan padanya sang suami merasa puas akan
masuk surga.
- Seorang ist ri t idak akan pernah m enolak dirinya ut k sang suam i
meskipun jika itu diminta diatas punggung unta.
- Api neraka dit unj ukkan padaku dalam m im pi dan kulihat
penghuninya kebanyakan wanit a yang t idak t ahu bert erim akasih.
“ Apakah t erhadap Tuhan m ereka t idak t ahu bert erim a kasihnya?”
Mereka t idak m enunj ukkan rasa t erim a kasih t erhadap suam i
m ereka unt uk apa yang t elah m ereka t erim a. Bahkan m eski j ika
Hal. 370
Bab 14 Perempuan dan Islam
kau banj iri wanit a dengan barang2 sepanj ang hidupm u dia t et ap
akan m enem ukan sesuat u ut k m encelam u suat u hari dan berkat a,
“Kau tidak pernah melakukan apapun untukku.”
- Pertanda buruk ada pada: rumah, wanita dan kuda.
- Tak akan pernah suat u bangsa akan berhasil j ika m ereka
mempercayakan urusannya pada wanita.
Peradaban dan budaya islam sangatlah anti wanita, seperti yang
diungkapkan perkataan kalifah, mentri, filsuf dan teolog sepanjang
abad berikut ini:
Um ar Kalifah kedua ( 581- 644) berkat a: “ Cegah wanit a belaj ar
menulis! Bilang tidak utk cara2 mereka yang tak bisa diduga.”
Dikesempatan lain dia berkata, “ Am bil posisi yang m enent ang para
wanit a. Ada kebaikan besar dalam posisi dem ikian.” Dan lagi,
“ Paksakan para wanit a ut k t elanj ang karena pakaian bisa j adi sat u
alasan m ereka keluar rum ah, m enghadiri pernikahan dan m uncul
dimuka um um ut k upacara2 dan pest a2. Ket ika seorang wanit a sering
keluar rum ah dia berisiko ket em u lelaki lain dan m elihat nya lebih
m enarik dari suam inya sendiri; karena dia m udah t ert arik dan bosan
dengan apapun yang tidak mereka miliki.”
Perkataan anti feminis dari Ali (600-661), sepupu sang nabi dan
kalifah keempat, sangatlah terkenal:335
“ Wanit a keseluruhannya adalah set an dan j eleknya lagi m ereka it u
setan yg diperlukan!”
“ Kau j angan pernah m em int a nasihat pada wanit a karena
nasihatnya tak berharga. Sembunyikan mereka agar tidak bisa melihat
lelaki lain! .. Jangan m enghabiskan wakt u lam a dit em ani m ereka
karena mereka akan mendatangkan kejatuhanmu!”
“ Kaum lelaki, j angan pernah sekalipun pat uhi wanit am u. Jangan
pernah m em biarkan m ereka m enasihat im u dalam segala hal t ent ang
hidup keseharianm u. Jika kau biarkan m ereka m enasihat im u m ereka
akan m engham burkan sem ua m ilikm u dan m elanggar sem ua perint ah
dan hasrat m u. Ket ika sendirian m ereka lupa agam a dan m em ikirkan
dirinya saj a; dan segera j ika berurusan dengan hasrat birahi m ereka
m ereka t idak t ahu m alu. Mudah sekali m endapat kan kenikm at an dari
mereka tapi mereka memberimu sakit kepala yang hebat pula. Bahkan
wanit a paling salehpun dem ikian. Mereka punya t iga kualit as yang
pant as bagi kafir saj a: m ereka m engeluh j ika dit indas padahal
m erekalah yang m enindas; m ereka bersum pah padahal ket ika it u j uga
335
Ibid., hal.38f
Hal. 371
Mengapa Aku Bukan Muslim
berbohong; m ereka bert ingkah seakan m enolak cum buan kaum lelaki
padahal m ereka sangat m enginginkannya. Mari kit a m em ohon
pertolongan Allah agar lepas dari sihir mereka.”
Dan terakhir pada seorang lelaki yang sedang mengajarkan wanita
menulis: “jangan tambahkan kejahatan pada ketidak bahagiaan.”
Pantas sekali utk mengakhiri pendahuluan ini dengan kutipan dua
pernyataan terkenal dan yg banyak dipakai dari filsuf al-Ghazali
(1058-1111), yang oleh Professor Montgomery Watt jelaskan sebagai
Muslim terbesar setelah Muhammad. Dalam karyanya “The Revival of
the Religious Sciences,” Ghazali menjelaskan peran wanita sbb:336
Dia harus t inggal dirum ah dan m em int al, dia t idak boleh sering2
keluar rum ah, dia j angan diberi banyak inform asi, j angan biarkan j uga
dia bercakap- cakap dengan t et angganya dan kunj ungi t et angga hanya
j ika perlu saj a; dia harus m engurus suam inya dan m enghorm at i suam i
baik ket ika suam i dirum ah m aupun ket ika t idak ada dirum ah dan
berusaha m em uaskan dia dalam segala hal; dia j angan curang
padanya j angan j uga m em eras uang darinya; dia j angan keluar rum ah
tanpa ijinnya dan jika diberi ijin harus pergi dengan sembunyi2.
Dia harus memakai baju2 tua dan mengambil jalan atau gang2 yang
sepi, hindari pasar2 dan past ikan bahwa orang asing t idak m endengar
suaranya at au m engenalinya; dia t idak boleh berbicara pada t em an
dari suaminya bahkan jika hal itu diperlukanpun… Kekhawatiran utama
dia haruslah kebaikan dia, rumahnya, juga sholat serta puasanya.
Jika seorang t em an suam i m em anggil ket ika suam i t idak ada dia
j angan buka pint u at au m enj awab ut k m enj aga m art abat dia dan
suam inya. Dia harus m enerim a apa yang diberikan sang suam i
sebagai keperluan seks yang cukup kapan saj a… dia harus bersih dan
siap memuaskan keperluan seks suami kapan saja.
Teolog besar itu lalu memperingatkan semua kaum lelaki agar hati-
hati terhadap wanita karena “penuh tipu muslihat dan kejahatan
mereka sangat bahaya; mereka tidak bermoral dan berjiwa jahat.”
“Sudah menjadi fakta bahwa semua cobaan, kesialan dan
kesengsaraan yang menimpa kaum lelaki datang dari wanita,” rintih
al-Ghazali.
Dalam bukunya “Book of Counse ls for Kings”, al-Ghazali
menyimpulkan bahwa seorang wanita harus menderita dan memikul
penderitaan karena kelakuan buruk Hawa di taman Eden:
336
Ibid., hal.41
Hal. 372
Bab 14 Perempuan dan Islam
337
Dikutip dalam Tannahill, hal.233-234
Hal. 373
Mengapa Aku Bukan Muslim
338
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989,
hal.49f
Hal. 374
Bab 14 Perempuan dan Islam
[4.43] Hai orang- orang yang berim an, j anganlah kam u salat ,
sedang kam u dalam keadaan m abuk, sehingga kam u m engert i apa
yang kam u ucapkan, ( j angan pula ham piri m esj id) sedang kam u
dalam keadaan j unub, t erkecuali sekedar berlalu saj a, hingga kam u
m andi. Dan j ika kam u sakit at au sedang dalam m usafir at au kem bali
dari t em pat buang air at au kam u t elah m enyent uh perem puan,
kem udian kam u t idak m endapat air, m aka bert ayam um lah kam u
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
[ 5.6] Hai orang- orang yang berim an, apabila kam u hendak
m engerj akan salat , m aka basuhlah m ukam u dan t anganm u sam pai
dengan siku, dan sapulah kepalam u dan ( basuh) kakim u sam pai
dengan kedua m at a kaki, dan j ika kam u j unub m aka m andilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air ( kakus) at au m enyent uh perem puan, lalu kam u t idak m em peroleh
air, m aka bert ayam um lah dengan t anah yang baik ( bersih) ; sapulah
m ukam u dan t anganm u dengan t anah it u. Allah t idak hendak
m enyulit kan kam u, t et api Dia hendak m em bersihkan kam u dan
menyempurnakan nikmat- Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Para ulama mengandalkan Quran utk membuktikan maksud mereka
bahwa wanita lebih rendah dari lelaki, dan dengan dalil itu mereka
telah berhasil menghentikan segala diskusi, karena bagi mereka tak
seorangpun akan protes terhadap perkataan Tuhan. Dg demikian
mereka menemukan sangsi ilahi bagi pandangan2 pseudosains omong
kosong mereka. Inilah ayat2 yang relevan tsb:
[ 3.36] Maka t at kala ist ri I m ran m elahirkan anaknya, dia pun
berkat a: " Ya Tuhanku, sesungguhnya aku m elahirkannya seorang
anak perem puan; dan Allah lebih m enget ahui apa yang dilahirkannya
it u; dan anak laki- laki t idaklah sepert i anak perem puan.
Sesungguhnya aku t elah m enam ai dia Maryam dan aku m ohon
perlindungan unt uknya sert a anak- anak ket urunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk."
[ 43.18] Dan apakah pat ut ( m enj adi anak Allah) orang yang
dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia t idak dapat
memberi alasan yang terang dalam pertengkaran
[ 53.21] Apakah ( pat ut ) unt uk kam u ( anak) laki- laki dan unt uk Allah
(anak) perempuan?
[ 4.122] Dan siapakah yang lebih benar perkat aannya daripada
Allah?
Wanita secara alamiah lebih rendah dan disamakan dengan sebuah
botol yang retak tidak bisa diperbaiki lagi. Muhammad selalu berkata:
“Tangani botol2 (wanita) dengan hati-hati.”
Hal. 375
Mengapa Aku Bukan Muslim
339
Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966. hal.118
340
Ibid., hal.156
Hal. 376
Bab 14 Perempuan dan Islam
Ulama berkeras bahwa keadilan yang dituntut pada sang suami bagi
banyak istri adalah dalam hal nafkah atau hadiah bagi masing2 istri,
bukan dalam hal cinta, kasih sayang atau hubungan seks. Sang nabi
pastinya punya keistimewaan spesial dari Tuhan yang ditegaskan oleh
Quran: Dia boleh punya lebih dari empat istri tanpa harus diwajibkan
utk membagi sama malam2nya bagi tiap istri:
[ 33.50] Hai Nabi, sesungguhnya Kam i t elah m enghalalkan bagim u
istri- ist rim u yang t elah kam u berikan m as kawinnya dan ham ba
sahaya yang kam u m iliki yang t erm asuk apa yang kam u peroleh
dalam peperangan yang dikaruniakan Allah unt ukm u, dan ( dem ikian
pula) anak- anak perem puan dari saudara laki- laki bapakm u, anak-
anak perem puan dari saudara perem puan bapakm u, anak- anak
perem puan dari saudara laki- laki ibum u dan anak- anak perem puan
dari saudara perem puan ibum u yang t urut hij rah bersam a kam u dan
perem puan m ukm in yang m enyerahkan dirinya kepada Nabi kalau
Nabi m au m engawininya, sebagai pengkhususan bagim u, bukan unt uk
sem ua orang m ukm in. Sesungguhnya Kam i t elah m enget ahui apa
yang Kam i waj ibkan kepada m ereka t ent ang ist ri- ist ri m ereka dan
budak- budak yang m ereka m iliki supaya t idak m enj adi kesem pit an
bagimu.
[ 33.51] Kam u boleh m enangguhkan ( m enggauli) siapa yang kam u
kehendaki di ant ara m ereka ( ist ri- ist rim u) dan ( boleh pula) m enggauli
siapa yang kam u kehendaki. Dan siapa- siapa yang kam u ingini unt uk
m enggaulinya kem bali dari perem puan yang t elah kam u cerai, m aka
tidak ada dosa bagimu.
Aisha, sang istri bocahnya pernah menyindir, “Tuh a n sa nga t
ce k a t a n m e nolon gm u j ik a m e nya ngk ut m a sa la h birahi.” Sang
nabi menikmati pelukan kesembilan istrinya dan, menurut al-Ghazali,
Muhammad mampu melakukan nafkah batin bagi sembilan istrinya
dalam satu pagi saja. Yang jelas adalah bahwa wanita dipandang
sebagai objek belaka: utk diambil dan disingkirkan semau lelaki. Jika
satu istri saja tidak cukup, nasihat al-Ghazali, ambil lagi yg lain
(maksimal empat!). Jika belum juga menemukan kedamaian, ganti
mereka semua. Sederhana sekali!
Sang istri tidak dapat meminta sang suami utk memuaskannya
secara seksual – dia hanya boleh menuntut diberi makan, pakaian dan
rumah. Secara seksual, sang suami adalah tuan yang harus diberi
kenikmatan oleh sang istri. Yang sebaliknya tidak bisa. Penolakan
suami utk bersetubuh dengan sang istri dianggap sebagai kebebasan
hak seksualnya.
Ulama semua sepakat bahwa jika sang suami tidak mampu
melakukan persetubuhan dengan istri karena kehilangan penisnya,
Hal. 377
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hal. 378
Bab 14 Perempuan dan Islam
“Seorang wanita kehilangan hak utk nafkah hidupnya jika dia menolak
memberikan dirinya pd sang suami tanpa alasan sah.”
Kita telah melihat bagaimana sang suami melalui pernikahan
mendapatkan “organ reproduksi” sang istri tapi tidak utk
kebalikannya. Malah, sang wanita tidak punya hak utk “organ dirinya
sendiri.” Seperti Muhammad Qotb, penulis muslim terkenal tuliskan,341
Pem elihara t idak punya hak ut k m engundang orang agar m encuri
barang yang bukan m iliknya, barang yang dij aganya. Sepert i it u pula
wanit a hanya menjadi pem elihara yang t idak punya hak ut k
m enggunakan ‘anunya’ j uga dia t idak boleh m engundang siapapun ut k
m elanggarnya. Karena ini bukan sekedar kasus ‘kehorm at an’ belaka
t api j uga m enyangkut kehorm at an orang t ua dan keluarga dan
masyarakat serta seluruh umat manusia.
Disini kita akan menelaah tentang sunat. Tak pernah ada perbedaan
yang besar antara teori dan praktek mengenai masalah sunat ini, dan
kali ini praktek muslim tuntutannya jauh lebih besar dari hukum islam
itu sendiri. Karena bagi mayoritas muslim utk menjadi islam harus
disunat. Di jawa “disunat’ kadang artinya adalah ‘menerima seseorang
kedalam pelukan islam.” Ini sama seperti baptisan di kristen. Dalam
kisah Shakeaspeare Othello, si orang Turki Aleppo disebut “anjing
sunat.” Tapi dalam hukum islam sunat ini tidak wajib. Malah tidak ada
sama sekali disebutkan dlm Quran. Meski demikian hal ini didasarkan
pada Sunnah Nabi. Tapi muslim awal sepertinya tidak begitu
menganggap serius hal ini: Umar sang Kalifah pernah berkata bahwa
Muhammad dikirim kedunia utk mengislamkan bukan utk menyunat.
Di masyarakat muslim modern, sunat adalah sebuah kebiasaan
universal yang diikuti oleh muslim liberal dan bahkan keluarga2 barat
sekalipun. Sunat anak adalah sebuah acara besar bagi keluarga dan
diselenggarakan dengan meriah, kemeriahannya hanya kalah oleh
perkawinan. Apakah sunat itu perlu atau hanya sebuah tradisi barbar
yang tertinggal dari jaman pra islam? Disini Bouhdiba
342
mengkarakterisasi sbb:
Sedangkan bagi sang anak sat u- sat unya yang bisa dia lakukan
hanya bert eriak kesakit an dan m enangis karena kekej ian yang
dilakukan pada t ubuhnya. Lebam pada ot ot nya, para wanit a dan lelaki
yang m enyiksanya, pisau t aj am yang berkilat , racauan wanit a2 t ua,
penis yang dikorbankan… para lelaki dan wanit a it u sem ua
m engucapkan selam at pada sang pasien “ selam at ! ” – it ulah art i sunat
341
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989, hal.58
342
Bouhdiba, Abdelwahab. La Sexualite en Islam. Paris, 1975. Hal.217-218
Hal. 379
Mengapa Aku Bukan Muslim
bagi sang bocah.. Dit am bah lagi dengan luka yang m enyakit kan, yang
lam a sem buh ( kadang berm inggu- minggu dg rasa sakit yg m enyiksa) ,
kadang t erj adi kom plikasi serius: infeksi, pendarahan, penis yang
t erpot ong, art eri yang t erpot ong… Tak ada hal apapun yang
m em benarkan prakt ek sunat khususnya j ika dilihat dari kerusakan
psikologis dan fisik yg diakibat kannya. Bukan t anpa alasan ada yang
bilang ini adalah operasi barbar dan traumatis.
Ini membawa kita pada sunat wanita. Menurut Dictionary of Islam
abad 19 dan Burton, kebiasaan ini menyebar luas di Arab, dimana
“pe m ot ong clit or is” menjadi profesi yang resmi dipraktekkan oleh
para wanita tua, dan mungkin banyak lagi dinegara2 islam lainnya.
Bousquet pikir ini jarang terjadi di Afrika Utara. Tulisan Bouhdiba
tahun 1978 berpendapat bahwa hal ini jarang terjadi di Maroko,
Tunisia, Aljazair, Turki dan Iran tapi dipraktekkan dinegara2 lainnya.
Menurut Laporan Kelompok Hak2 Minoritas “Fe m a le Ge nit a l
M ut ila t ion: Pr oposa ls for Cha nge ,” yang diterbitkan tahun 1992,
praktek ini masih terjadi dan menyebar luas di Afrika Barat, Sahara
dan Afrika Timur, juga di Yaman dan Oman, oleh para muslim, kristen,
yahudi dan animis. “Puluhan juta wanita jadi korban setiap tahun.”
Tidak seperti sunat lelaki yang berlaku terang-terangan dimuka
umum, sunat perempuan dilakukan dengan diam-diam, dan tidak
punya kepentingan simbolis apapun – keperawanan dimalam pertama
perkawinan mereka jauh lebih berarti daripada pemotongan
clitorisnya.
Juga sunat wanita tidak disebut-sebut dalam Quran dan para doktor
teologi terpelajar, ketika mereka diminta pendapatnya tentang hal ini,
mereka menghabiskan waktu sedikit saja utk itu, mereka hanya
berkata itu adalah tindakan yang saleh. Tepatnya apa saja yang
dilibatkan dalam operasi ini? Menurut Burton si Maha tahu,343 dipotong
“pada bagian clitoris yang menonjol melebihi bibir vagina dan
pemotongan ini adalah sunat wanita.” “Pemotongan,” lanjut Burton,
Biasa dilakukan diant ara orang2 negro Nil Hulu, Som alia dan suku2
lainnya. Sang pem ot ong, nenek2, m engeluarkan alat nya, pisau at au
silet yang diikat pada gagang kayu, dan dengan t iga kali sapuan
m em ot ong sebagian kecil bibir vagina dan kepala dari clit oris. Bagian
it u lalu dij ahit dengan benang dari kulit dom ba; di Darfur sebuah
selongsong at au t ube kecil dim asukkan kelubang air kencing. Sebelum
m enikah, sang m em pelai pria berlat ih selam a sebulan dg m akan
daging, m adu dan susu; dan j ika dia bisa ‘m enem bus’ si m em pelai
343
Burton, Richard. The Book of the Thousand Nights and a Night. 17 vols.
London, n.d. Hal.279, vol. v
Hal. 380
Bab 14 Perempuan dan Islam
wanit a dengan senj at anya dia dianggap ‘j ago pedang’ yang diakui oleh
para wanit a sesukunya. Jika gagal, dia m encoba dulu m em asukkan
j arinya dan m elebarkannya hingga t erbuka lebar. Penderit aan
beberapa hari pertama bagi sang wanita mestilah sangat mengerikan.
Di jaman modern sekarang sedikit sekali yang berubah; tulisan pada
t he Econom ist menjelaskan situasi tahun 1992: “prosedurnya
bermacam-macam mulai dari yang sakitnya sedikit sampai yang luar
biasa, dan bisa melibatkan pemotongan clitoris dan organ2 lain
memakai pisau, pecahan kaca dan silet – tapi jarang memakai
anestesi (pembiusan). Biasanya berujung pada masalah2 akut yang
berhubungan dengan menstruasi, persetubuhan dan kelahiran anak,
gangguan psikologi bahkan kematian.” Dalam tindakan ‘sunat wanita’
yang mengerikan ini tertanam semua ketakutan muslim pria akan
seksualitas wanita. Sunat wanita adalah “tambahan bagi sunat pria,
utk menyamakan rasa sensitif organ kelamin dengan mengurangi
organ sensitif kedua seks tersebut: wanita yang tidak disunat bisa
mendapat orgasme jauh lebih cepat dan sering daripada lelaki yg
disunat dan persetubuhan yang sering akan merusak kesehatan
siwanita,” Burton meyakinkan kita. Dengan pengurangan kesensitifan
bagian seksual wanita, lelaki harus melipat gandakan usahanya utk
memuaskan dia; dan jika clitoris wanita telah sepenuhnya dibuang,
pemuasan ini mustahil bisa dilakukan. Fakta terakhir ini menjadi
sumber banyaknya sakit syaraf psychosexual diantara lelaki Arab.
“Anatomi adalah takdir,” kata Freud, dalam hal ini anatomi yang
dipotong-potong adalah takdir yang dipotong-potong pula. Saya akan
kembali pada subjek sunat wanita ini pada bagian tentang “Assimilasi
dan Multi Budaya” dimana akan didiskusikan usaha2 utk
memusnahkan kebiasaan barbar ini.
“ Ket ika orang berim an m enyet ubuhi ist rinya, para m alaikat
m engelilingi m ereka dari bum i hingga surga, kenikm at an dan
hasratnya bagai kecant ikan gunung2. Set iap kali kau berset ubuh,
kalian t elah m em anj at kan doa.” Kata Muhammad kepada para
pengikutnya. Quran menguatkan hal ini pada Surah 5.89: “janganlah
kam u haram kan apa- apa yang baik yang t elah Allah halalkan bagi
kamu;” Sura 24.32. “ Dan kawinkanlah orang- orang yang sendirian di
ant ara kam u,” Dikesempatan lain Muhammad berkata, “Aku menikah
banyak kali dan mereka yang tidak mengikuti tauladanku tidaklah
bersamaku. Mereka yang sudah mampu mendirikan rumah harus
menikah.” Muhammad juga melarang pengikutnya utk membujang.
Dan tentu saja, Muhammad sendiri punya kehidupan seks yang sangat
aktif, bagi sejarawan kristen kelakuan Muhammad adalah hobby yang
diresmikan belaka.
Hal. 381
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hal. 382
Bab 14 Perempuan dan Islam
m anakah yang kam u dust akan? Mereka bert elekan pada bant al- bantal
yang hij au dan perm adani- perm adani yang indah. Maka nikm at Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?
[37.43- 49] di dalam surga- surga yang penuh nikmat, di atas takhta-
t akht a kebesaran berhadap- hadapan. Diedarkan kepada m ereka gelas
yang berisi kham ar dari sungai yang m engalir. ( Warnanya) put ih
bersih, sedap rasanya bagi orang- orang yang m inum . Tidak ada dalam
kham ar it u alkohol dan m ereka t iada m abuk karenanya. Di sisi m ereka
ada bidadari- bidadari yang t idak liar pandangannya dan j elit a
m at anya, seakan- akan m ereka adalah t elur ( burung unt a) yang
tersimpan dengan baik.
[56.36- 38] dan Kam i j adikan m ereka gadis- gadis perawan, penuh
cint a lagi sebaya um urnya, ( Kam i cipt akan m ereka) unt uk golongan
kanan,
[52.19- 20] ( Dikat akan kepada m ereka) : " Makan dan m inum lah
dengan enak sebagai balasan dari apa yang t elah kam u kerj akan" ,
m ereka bert elekan di at as dipan- dipan berderet an dan Kam i kawinkan
mereka dengan bidadari- bidadari yang cantik bermata jeli.
[ 37.48] Di sisi m ereka ada bidadari- bidadari yang t idak liar
pandangannya dan j elit a m at anya, seakan- akan m ereka adalah t elur
(burung unta) yang tersimpan dengan baik.
[44.51- 55] Sesungguhnya orang- orang yang bert akwa berada
dalam t em pat yang am an, ( yait u) di dalam t am an- t am an dan m at a-
air- m ata- air; m ereka m em akai sut era yang halus dan sut era yang
t ebal, ( duduk) berhadap- hadapan, dem ikianlah. Dan Kam i berikan
kepada m ereka bidadari. Di dalam nya m ereka m em int a segala m acam
buah- buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran),
[38.49- 53] I ni adalah kehorm at an ( bagi m ereka) . Dan
sesungguhnya bagi orang- orang yang bert akwa benar- benar
( disediakan) t em pat kem bali yang baik, ( yait u) surga ` Adn yang
pintu- pint unya t erbuka bagi m ereka, di dalam nya m ereka bert elekan
( di at as dipan- dipan) sam bil m em int a buah- buahan yang banyak dan
m inum an di surga it u. Dan pada sisi m ereka ( ada bidadari- bidadari)
yang t idak liar pandangannya dan sebaya um urnya. I nilah apa yang
dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.
[2.25] Mereka diberi buah- buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada istri- istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
Tidak percuma apa yang dikatakan Muhammad, “Tidak akan ada
bujangan disurga.” Dalam dongeng fantasi seks ini, wanita sekali lagi
diciptakan hanya utk melayani kaum pria – tidak ada fantasi akan
gigolo bermata jeli yang bertelekan dipan-dipan melayani para wanita.
Hal. 383
Mengapa Aku Bukan Muslim
344
Dikutip dalam karya Bouhdiba, hal.95-96
Hal. 384
Bab 14 Perempuan dan Islam
345
Bouhdiba, Abdelwahab. La Sexualite en Islam. Paris, 1975. Hal.59-74
Hal. 385
Mengapa Aku Bukan Muslim
346
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989,
hal.63f
Hal. 386
Bab 14 Perempuan dan Islam
Kesaksian dari dua orang yang dianggap cacat tidak sama dengan
kesaksian dari satu orang yang kepandaiannya berfungsi dengan
sempurna – Itulah matematikanya islam! Dengan logika ini, jika
kesaksian dari dua orang wanita sama harganya dengan kesaksian
satu lelaki, maka kesaksian dari empat wanita harusnya seharga
dengan dua lelaki, yang mana dengan demikian bisa kita pakai utk
menggantikan kesaksian kaum pria. Tapi tidak! Dalam islam aturannya
adalah jangan menerima kesaksian dari wanita saja dalam hal2 yang
secara teoritis dipakai juga oleh kaum lelaki. Dikatakan bahwa Nabi
tidak menerima kesaksian para wanita dalam hal2 seperti pernikahan,
perceraian dan hudud.
Hudud adalah hukuman yang diterapkan oleh Muhammad dalam
Quran dan Hadits utk:
(1) Zinah pertama (melibatkan dua orang yang sudah menikah) –
dirajam sampai mati;
(2) Zinah kedua (yg melibatkan orang yang belum menikah) –
Cambuk 100 kali;
(3) tuduhan palsu akan zinah thd orang yang sudah menikah –
delapan puluh kali cambukan
(4) Murtad – Mati!
(5) Minum arak - delapan puluh kali cambukan
(6) Pencurian – potong tangan
(7) Perampokan dijalan – potong tangan dan kaki; perampokan dg
pembunuhan – mati, pakai pedang atau disalib.
Mengenai perzinahan, Quran 24.4 bilang:
[ 24.4] Dan orang- orang yang m enuduh wanit a- wanit a yang baik-
baik ( berbuat zina) dan m ereka t idak m endat angkan em pat orang
saksi, m aka deralah m ereka ( yang m enuduh it u) delapan puluh kali
dera
Tentu saja, para ahli hukum islam hanya akan menerima kesaksian
empat lelaki. Para saksi ini harus menyatakan bahwa mereka telah
benar2 “melihat secara langsung si tertuduh melakukan perbuatan
yang dituduhkan, yakni perzinahan.” Sekali tuduhan zinah dibuat, si
penuduh tsb ada kemungkinan mendapat hukuman jika dia tidak bisa
mendatangkan kesaksian yang diperlukan. Kesaksian yang sama juga
diperlukan dalam situasi berikut. Jika seorang lelaki masuk paksa
kekamar seorang wanita dan memperkosa, misal enam orang wanita,
dia tidak bisa dihukum karena tidak ada saksi lelaki yang
menyaksikannya.
Hal. 387
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hal. 388
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 389
Mengapa Aku Bukan Muslim
347
Bousquet, G.H. L’Ethique sexuelle de l’Islam. Paris, 1966.
Hal. 390
Bab 14 Perempuan dan Islam
Artikel 158 dari hukum Syria menyatakan “sang anak – lelaki atau
perempuan – wajib bertanggung jawab terhadap orang tuanya.”
Melahirkan anak wanita masih dianggap sebagai malapetaka dalam
masyarakat muslim. Sistem waris hanya menambah penderitaan
siwanita dan ketergantungannya pada lelaki. Jika si wanita adalah
anak satu2nya dia menerima hanya setengah dari warisan ayahnya;
setengahnya lagi jatuh keanggota lelaki dari keluarga si ayah. Jika ada
dua atau lebih anak perempuannya, mereka mewarisi 2/3. Ini
mendorong para orang tua utk lebih menyukai anak lelaki daripada
perempuan agar mereka bisa meninggalkan lebih banyak harta
warisan didalam keluarga mereka sendiri.
Q 43.17 " Yet when a new- born girl is announced t o one of t hem his
countenance darkens and he is filled with gloom
(terjem ahan versi Depag: Padahal apabila salah seorang di ant ara
m ereka diberi kabar gem bira dengan apa yang dij adikan sebagai m isal
bagi Allah Yang Maha Pem urah; j adilah m ukanya hit am pekat sedang
dia amat menahan sedih.)
Terjemahan versi gue:
“ Padahal ket ika anak perem puan lahir dium um kan pada m ereka,
jadilah mukanya hitam pekat dan dipenuhi rasa sedih”
Situasi ini tambah parah lagi ketika siwanita kehilangan suami – dia
hanya menerima seperempat dari warisan sang suami. Jika sang
suami meninggalkan lebih dari satu istri, semua istrinya wajib saling
berbagi diantara mereka, seperempat atau seperdelapan dari harta
warisan.
Hak utk membalas dendam348 juga diakui oleh Islam. Surah 2.178
menyatakan: “ Hai orang- orang yang berim an, diwaj ibkan at as kam u
qishaash berkenaan dengan orang- orang yang dibunuh; orang
m erdeka dengan orang m erdeka, ham ba dengan ham ba dan wanit a
dengan wanit a.” Dari ayat ini jelas bahwa laki2 dan wanita tidak
berstatus legal sama. Ulama memutuskan bahwa dalam kasus2
penganiayaan uang ganti ruginya (dalam bahasa arabnya “diya”) utk
wanita adalah setengah daripada lelaki. Utk kaum Malek, diya utk
seorang wanita atau lelaki yahudi/kristen sama dengan setengah dari
pria muslim – apa itu penganiayaan ataupun pembunuhan. Ulama juga
memutuskan bahwa siapapun yang menyebabkan keguguran harus
membayar diya; diya bagi bayi lelaki muslim dua kali dari bayi
perempuan.
348
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989,
hal.76f
Hal. 391
Mengapa Aku Bukan Muslim
349
Ibid., hal.89
Hal. 392
Bab 14 Perempuan dan Islam
350
Ibid., hal.95-96
351
De Beauvoir, Simone. The Second Sex. London, 1988. Hal. 632
Hal. 393
Mengapa Aku Bukan Muslim
352
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989,
hal.100-101
353
Ibid., hal.108
Hal. 394
Bab 14 Perempuan dan Islam
Menget ahui apa yang kam u kerj akan.” ) Bagi teolog modern, meski
sang suami itu kejam, penuntut atau sulit, tetap sang istri yang harus
beradaptasi, berubah dan menyesuaikan dengan kehendak2 sang
suami.
Kerudung354
Kata arab “Hijab” kadang diterjemahkan sebagai ‘kerudung’, tapi
bisa berarti apapun yang mencegah sesuatu terlihat – cadar, gorden
bahkan dinding dan hymen (selaput dara). Akar dari kata kerja
“hajaba” artinya “utk menyembunyikan”. Perluasannya hijab dipakai
utk mengartikan sesuatu yang terpisah, membatasi, menetapkan
rintangan. Akhirnya hijab jadi punya kesan larangan moral. Quran
juga memakai dua kata lain, ‘djilbab’ dan ‘Khibar’. Yang pertama juga
diterjemahkan sebagai kerudung, tapi kadang juga sebagai pakaian
luar bahkan kadang sebagai jubah. Khibar juga diterjemahkan sebagai
kerudung tapi juga sebagai syal, selendang. Jika kita kesampingkan
tatanan bahasa2 ini, kita juga boleh menyebut nama2 pakaian lain
yang digunakan utk menutupi muslimah disebagian atau seluruh dunia
islam. Di Maroko, Aljazair dan Tunisia disebut haik, safsari, akhnif dan
adjar. Di Mesir, Israel, Syria, Irak dan diantara kaum Bedouin disebut
abaya, tarna, izar, milhafa, khabara, chambar, niqab, litham dan
burka; di Iran, bourda, tchador, pitcha dan rouband; di Turki,
yatchmek, yalek, harmaniya dan entari; di india dan Pakistan, burka.
Dalam perjuangan bagi kebebasan muslimah, kerudung telah
menjadi sebuah perlambang perbudakan mereka. Tahun 1923
Presiden dari Persatuan Feminis Mesir, Ms. Houda Cha’araroui dan
koleganya bersikap menantang dengan membuang kerudung mereka
kelaut. Juga tahun 1927 ada kampanye “de-hijabisasi” oleh kaum
komunis Turkestan. Tidak kurang dari 87.000 wanita Uzbekistan
didepan umum menanggalkan “kerudung hitam” mereka, sekitar 300
orang dari mereka terbunuh oleh sang kepala keluarga karena
dianggap mengkhianati islam. Tahun 1928, pada saat perayaan
kemerdekaan, Shah dari Afghanistan memerintahkan istrinya utk
membuka kerudung dimuka umum. Tapi sang shah harus mundur dari
proyeknya tentang emansipasi wanita karena terlibat skandal publik.
Dia sendiri merasa wajib utk mengabdikan dirinya utk emansipasi itu.
Tahun 1936 Reza Shah Iran melarang cadar dengan sebuah dekrit
khusus. Jelas penduduk saat itu belum siap utk melepas tradisi
mereka jadi setelah terjadi protes besar-besaran tahun 1941 dia harus
menarik dekritnya.
354
Ibid., hal.123f
Hal. 395
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hijab ini juga dipaksakan dalam Quran (lihat surah 33.53, 33.59 dan
33.32-33) dan juga:
[ 24.31] Kat akanlah kepada wanit a yang berim an: " Hendaklah
m ereka m enahan pandangannya, dan m em elihara kem aluannya, dan
j anganlah m ereka m enam pakkan perhiasannya, kecuali yang ( biasa)
nam pak daripadanya. Dan hendaklah m ereka m enut upkan kain
kudung ke dadanya, dan j anganlah m enam pakkan perhiasannya,
kecuali kepada suam i m ereka, at au ayah m ereka, at au ayah suam i
m ereka, at au put ra- put ra m ereka, at au put ra- put ra suam i m ereka,
at au saudara- saudara laki- laki m ereka, at au put ra- put ra saudara laki-
laki m ereka, at au put ra- put ra saudara perem puan m ereka, at au
wanita- wanit a I slam , at au budak- budak yang m ereka m iliki, at au
pelayan- pelayan laki- laki yang t idak m em punyai keinginan ( t erhadap
wanit a) at au anak- anak yang belum m engert i t ent ang aurat wanit a.
Dan j anganlah m ereka m em ukulkan kakinya agar diket ahui perhiasan
yang m ereka sem bunyikan. Dan bert obat lah kam u sekalian kepada
Allah, hai orang- orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Kerudung dan perintah utk tinggal dirumah bagi muslimah ada
menyatu dalam islam; karena jelas bahwa wanita Bedouin menikmati
kebebasan yang cukup, menemani suami2 mereka dalam perjalanan
jauh dan kadang mereka tidak tergantikan. Tapi semua ini diubah
ketika Islam mulai menjadi fenomena kaum urban dan kontak dengan
peradaban yang lebih berkembang dimana kebiasaan2nya diadopsi
para muslim. Kerudung diadopsi orang arab dari orang2 Persia, dan
kewajiban para wanita utk tinggal dirumah saja adalah tradisi yang
dicontek dari Byzantin, yang juga mencontek dari kebiasaan kuno
Yunani.
Tentunya, para teolog muslim punya penjelasan yang sama sekali
berbeda mengenai asal muasal hijab ini. Menurut mereka ini
diterapkan pada wanita oleh Tuhan utk menyenangkan satu orang,
yakni Omar ibn al-Khallab. Mereka mengacu pada sebuah hadis yang
meriwayatkan bahwa Umar satu hari berkata pada sang nabi: “orang
saleh dan mata keranjang mudah sekali masuk rumahmu dan melihat
istri2mu. Kenapa tidak kau perintahkan ibu2 semua orang percaya itu
utk menutupi diri mereka?” dan Muhammad otomatis menerima
wahyu yang ayatnya sudah kita kutip tadi. Menurut versi lain,
diriwayatkan oleh Aisha, Umar tidak sengaja menyentuh tangannya
dan minta maaf sambil berkata bahwa kalau saja dia punya kuasa tak
seorangpun akan bisa melirik dia (Aisha). Tapi periwayatan yg lain lagi
ada ditulis di al-Tabari.
Fungsi sesungguhnya dari Hijab adalah utk menutupi Aurat yang
tidak berhak utk kita lihat. Aurat artinya adalah bagian tubuh yg
Hal. 396
Bab 14 Perempuan dan Islam
memalukan dan dalam bagian itu kita menyembunyikan harga diri dan
martabat. Sedang para wanita, keseluruhan tubuh mereka merupakan
Aurat.355 Menurut ahli muslim, aurat lelaki terdiri dari bagian tubuh
antara puser dan lutut dan harus ditutupi kecuali dihadapan istri atau
selir. Mengenai aurat wanita, sepertinya tak ada yang sepakat atau
sependapat. Menurut Hanafi, wanita dapat membuka wajah dan
tangannya, sepanjang hal itu tidak menyebabkan atau memancing
godaan, rayuan atau perselisihan. Sedang tiga sekte Sunni lainnya
berpendapat wanita hanya boleh membuka wajah dan tangan jika
keadaan darurat saja – perlu perawatan medis misalnya. Sikap kaum
Liberal terhadap kaum Hanafi sepertinya jelas dan tidak sungguh2356 –
pada kenyataannya, wanita cukup tersenyum dan terlihat cantik
dihadapan para Ulama jika ingin aturan kerudung ini lebih diperketat
lagi (jadi ditutup mukanya memakai cadar!).
Quran 24.60 berkat a, “ Dan perem puan- perem puan t ua yang t elah
t erhent i ( dari haid dan m engandung) yang t iada ingin kawin ( lagi) ,
t iadalah at as m ereka dosa m enanggalkan pakaian m ereka dengan
t idak ( berm aksud) m enam pakkan perhiasan, dan berlaku sopan
adalah lebih baik bagi m ereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Mereka yang ingin membiarkan wajah dan tangan wanita terlihat
bersandarkan pada hadis yang diriwayatkan Aisha: “Asma, anak Abu
Bakar (saudari Aisha) suatu hari ada dihadapan sang nabi tanpa cadar.
Nabi berkata padanya – ‘Asma, wanita dewasa harusnya hanya
menunjukkan ini.’” Dan sang Nabi menunjuk wajah dan tangan Asma.
Sementara ahli islam lain saling bertentangan satu sama lain dalam
hal ini. Ada yang berkeras bahwa bahkan tumit wanitapun harusnya
tertutup, menyebutkan hadis tertentu yang mendukung argumen
mereka. Tidak saja ini menjadi lambang tunduknya wanita tapi juga
menjadi lambang dari tidak percayanya sang wanita pada ayah,
saudara atau suami; dan disaat yang sama ada rasa kepemilikan dari
kaum pria: bagi saudara dan ayahnya siwanita hanyalah barang toko
yang tidak boleh terkotori; dan bagi suami siwanita hanya objek utk
dipakai dirumah lalu dengan hati-hati dibungkus kembali dan
disimpan, jangan sampai orang lain melihat dan iri. Pertanyaan2
tentang Hijab ini terus memainkan peran penting dalam debat2
modern dan menjadi lebih penting nilai akademisnya. Seorang
355
Zeghidour, Slimane. La Voile et la ranniere. Paris, 1990. Hal.34
356
Ascha, Ghassan. Du Status inferieur de la Femme en Islam. Paris, 1989,
hal.100-101
Hal. 397
Mengapa Aku Bukan Muslim
357
Ibid., hal.132f.
Hal. 398
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 399
Mengapa Aku Bukan Muslim
358
Ibid., hal.146
359
Ibid., hal.161f
Hal. 400
Bab 14 Perempuan dan Islam
360
Ibid., hal.174
Hal. 401
Mengapa Aku Bukan Muslim
361
Ibid., hal.185f
Hal. 402
Bab 14 Perempuan dan Islam
Hal. 403
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hal. 404
Bab 14 Perempuan dan Islam
362
Dikutip oleh Schork, Schork, Kurt. “Pakistan’s Women in Despair.” Dalam
Guardian Weekly, September 23, 1990.
363
Dikutip oleh Kureishi. Kureishi, Hanif. My Beautiful Laundrette and the Rainbow
Sign. London, 1986.
364
Ibid., hal.22
365
Dikutip oleh Goodwin, hal 72. Goodwin, Jan. Price of Honor. Boston, 1994
Hal. 405
Mengapa Aku Bukan Muslim
366
Dikutip dalam Wolpert Stanley, Jinnah of Pakistan, Oxford, 1984, hal.339-340
367
Akbar, M.J. India: The Siege Within. London, 1985
Hal. 406
Bab 14 Perempuan dan Islam
368
Schork, Kurt. “Pakistan’s Women in Despair.” Dalam Guardian Weekly,
September 23, 1990
369
Goodwin, Jan. Price of Honor. Boston, 1994 Hal.72
Hal. 407
Mengapa Aku Bukan Muslim
370
Schork, Kurt. “Pakistan’s Women in Despair.” Dalam Guardian Weekly,
September 23, 1990
Hal. 408
Bab 14 Perempuan dan Islam
terjadinya zinah dan otomatis dia dihukum tiga tahun masa tahanan,
lima belas cambukan dan denda seribu rupee. Sang hakim bilang dia
sudah meringankan hukumannya mengingat dia masih kecil dan buta.
Untungnya tekanan masyarakat berujung pada dicabutnya hukuman
tsb.
Sejak program islamisasi Zia berjalan, jumlah serangan terhadap
wanita meningkat. Dalam segala hal kaum wanita makin memburuk
keadaannya dibawah hukum islam. Dengan undang2 Syariah tahun
1991, posisi mereka makin menukik lagi, itupun jika diibaratkan
mereka belum ada didasar jurang. Seperti yang dinyatakan oleh
seorang feminis, “Undang-undang Syariah adalah alat utk mengatur
wanita dan membatasi mereka bukannya mendatangkan keadilan. Ini
adalah sebuah undang2 yang memfasilitasi penganiayaan terhadap
wanita tapi mengabaikan korupsi dan membiarkan kekerasan terhadap
wanita.”371
Media barat secara naif percaya bahwa pemilihan Benazir Bhutto
menjadi Perdana Mentri Pakistan November 1988 akan
merevolusionalisasi peran wanita bukan saja di Pakistan, tapi diseluruh
dunia islam. Dibawah hukum islam tentunya, wanita tidak bisa jadi
pemimpin negara, dan Pakistan telah menjadi Republik Islam dibawah
konstitusi baru ditahun 1956. Dg begitu, Benazir Bhutto telah melawan
para Mullah dan menang. Tapi pemerintahannya hanya bertahan
sekitar 20 bulan saja, selama 20 bulan itu Nawaz Sharif, yang
kemudian menjadi PM diawal 1990, dikatakan telah mendorong para
Mullah utk menentang wanita menjadi pemimpin negara islam.
Pemerintahan Benazir disingkirkan dengan tuduhan korupsi, dan
suaminya dipenjara tahun 1990.
Kaum wanita muslim telah menderita sebelum pemilihan Benazir,
dan tidak ada yang berubah. Benazir telah menjadi calo dari lobby2
agama, para Mullah, orang2 yang berkeras bahwa wanita tidak bisa
memegang kekuasaan dalam negara islam, dan berulang-ulang
menunda tindakan2 positif dalam hal posisi wanita. Seorang wanita
anggota oposisi di National Assembly tahun 1990 menyatakan,
“Benazir Bhutto tidak menunjukkan komitmen akan apapun selain dari
hasratnya utk berkuasa.”372 Benazir Bhutto telah menunjukkan dirinya
sangat kurang radikal dari yang diharapkan media2 barat. Dia setuju
dinikahkan dengan seorang pria yang baru dia kenal tujuh hari, dan
dia terus menerus memakai kerudung tradisional. Pada konferensi di
371
Goodwin, Jan. Price of Honor. Boston, 1994 Hal.61
372
Schork, Kurt. “Pakistan’s Women in Despair.” Dalam Guardian Weekly,
September 23, 1990
Hal. 409
Mengapa Aku Bukan Muslim
373
Ibid
374
Goodwin, Jan. Price of Honor. Boston, 1994 Hal.64
Hal. 410
Bab 14 Perempuan dan Islam
bisa terjadi, sang wanita muda itu dibakar sampai mati. Tahun 1991
saja ada lebih dari dua ribu kematian karena mahar ini. Sedikit sekali
dari kasus itu yang diselidiki oleh polisi, dan kebanyakan ditulis
sebagai kecelakaan didapur.
Dua saudari muda dibawa ke Rumah Sakit375 dimana dokter
mendiagnosa sebuah infeksi tulang karena kekurangan sinar matahari.
Ayah sang gadis melarang mereka keluar rumah. Pengurungan ini
kadang menjadi kejadian yang aneh dan tragis, seperti kasus
muslimah2 yang dikenal sebagai Para Pengantin Quran, yang dipaksa
oleh para keluarganya utk menikahi Quran.
Pada keluarga feodal yg besar, keluarga pemilik tanah, khususnya di
provinsi Sind, para wanita hanya boleh menikah dengan keluarga lagi
– kebanyakan menikahi sepupu – utk memastikan harta milik keluarga
tetap milik keluarga. Perkawinan dengan orang luar akan berujung
pada pembagian harta milik ketika sang wanita mewarisi bagian dari
warisannya. Jika keluarga itu kehabisan sepupu lelaki, si wanita muda
dipaksa utk menikahi Kitab Quran dalam sebuah upacara yang persis
seperti pernikahan sesungguhnya kecuali tidak ada mempelai pria.
Sang mempelai wnaita memakai pakaian pengantin, tamu diundang,
makanan dan pesta berlangsung. Pada upacaranya sendiri, sang
mempelai diperintahkan utk menaruh tangannya diatas Quran dan dia
dinikahkan dengan Kitab Suci tsb. Sisa hidupnya dihabiskan dalam
kurungan dari dunia luar. Dia tidak boleh bertemu lelaki – bahkan
televisi juga dilarang. Para mempelai ini diharapkan utk mengabdikan
sisa hidupnya mempelajari Quran atau membuat hasil karya seni.
Kekosongan hidup demikian memakan korban, banyak istri Quran
menjadi sakit jiwa. Diperkirakan ada tiga ribu istri Quran di Sindu,
Salah seorang menyatakan “Aku berharap dilahirkan ketika orang2
Arab suka mengubur anak2 perempuan. Bahkan itupun akan lebih baik
dari siksaan yang kuterima sekarang.”
Jinnah sama sekali tidak sadar betapa benar perkataan dia ketika
dia berpidato tahun 1944:376 “Tidak ada negara bisa dibangun menuju
kejayaan kecuali kaum wanita ada disisimu. Kita menjadi korban dari
kebiasaan jahat. Merupakan kejahatan kemanusiaan wanita kita
dikurung dalam ruangan rumah sebagai tahanan.”
Meski terdapat pandangan sekular dari pendirinya, Jinnah. Pakistan
telah terseret kearah negara teokratis. Politisi Pakistan secara
pengecut menyerah pada tuntutan para Mullah. Ketakutan akan kaum
375
Schork, Kurt. “Pakistan’s Women in Despair.” Dalam Guardian Weekly,
September 23, 1990
376
Ahmed R. (ed), Sayings of Quaid-i-Azam (Jinnah), Karachi, 1986, hal.98
Hal. 411
Mengapa Aku Bukan Muslim
Hal. 412
MABM
homoseksualitas
377
Singh, Khushwant. Sex, Scotch and Scholarship. Delhi, 1992. Hal.122
Hal. 414
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
378
Kureishi, Hanif. My Beautiful Laundrette and the Rainbow Sign. London, 1986.
Hal.16
Hal. 415
MABM
Bagi orang Arab, dua hal ini adalah kenikmatan tiada tara “alatyaban”.
Puisi2 sebelum islam379 penuh dengan penyebutan kenikmatan mabuk
diwarung2 minuman. Bahkan pada saat munculnya Islam, pujian akan
arak tetap menjadi bagian integral dalam puisi2 arab selama berabad-
abad. Malah, tidak ada karya sastra lain yang begitu banyak dipenuhi
dengan koleksi puisi tentang arak, atau “Khamriyya” dalam bahasa
Arab. Sekali lagi, seiring dengan perkembangan sains dan filosofi
islam, sastra tetap berkembang meski ditekan islam.
Pada pengadilan2 Kalifah dimana perlindungan dari keluarga kalifah
dipandang cukup utk melindungi para pelanggar dari hukuman 80
cambukan, arak mengalir bebas pada pesta2. Bahkan rakyat biasa
(Arab) juga menolak melepaskan arak meski bisa kena hukuman. Kita
bisa mengutip Abu Mihjan, yang ditahan lalu dikucilkan oleh Kalifah
Umar karena terus menerus memuji2 arak:
Give me, o friend, some wine to drink; though I am
well aware of what God has revealed about wine.
Give me pure wine to make my sin bigger because only
when it is drunk unmixed is the sin complete
Though wine has become rare and though we have been
deprived of it and though Islam and the threat of
punishment have divorced us from it:
Nevertheless I do drink it in the early morning hours
in deep draughts, I drink it unmixed and from time to
time I become gay and drink it mixed with water.
At my head stands a singing girl and while she sings she flirts;
Sometimes she sings loudly, sometimes
softly, humming like flies in the garden.
(Beri aku, o teman, minuman arak, meski aku sadar akan apa yg
Allah turunkan tentang Arak.
Beri aku arak murni agar dosaku lebih besar karena hanya saat aku
mabuk arak murni dosaku jadi lengkap
Meski arak jadi langka dan meski kita dilarang meminumnya dan
meski Islam dan hukuman memisahkan kita darinya:
379
Artikel “Khamriyya,” dalam Encyclopaedia of Islam, edisi baru
Hal. 416
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
380
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. Hal.32-33 Vol.1
381
Ibid., hal.35
Hal. 417
MABM
menulis tentang penolakan agama dan rejim politik saat itu, sebuah
penolakan yang membuat dia digantung dimuka umum.
Diabad kedua, kita punya Walid b. Yazid yang terkenal dan
dikelilingi oleh sekelompok besar penyair yang melantunkan puji2an
akan arak dan hidup hedonistik/bersenang-senang. Kita juga punya
sekelompok penyair yang oleh Bencheikh382 disebut “Kaum Merdeka
dari Kufa:”
“ Disinilah, dan dalam m asa puncaknya, Bacchism e m uncul sebagai
ungkapan pem beront akan, dan para penyair bersikap lebih subversif.
Pem beront akan ini secara spekt akuler diarahkan ut k m elawan prinsip2
agam a; bukan kebet ulan bahwa kebanyakan penyair ini dikenakan
t uduhan zandaka, dan bahkan beberapa dari m ereka m em bayar
dengan nyawanya dem i m enolak pem bat asan t erhdp sist em sosio-
kultural.”
Nama2 lain seperti Bakr b. Kharidja, yang banyak menghabiskan
waktunya diwarung2 minum, dan Ziyad al-Harithi, yang suka
melakukan pesta seks sambil minum dengan temannya Muti b. Iyas.
Dibawah pemerintahan Abbasid, kita juga perlu menyebut
langganan warung minum lainnya spt budak kulit hitam Abu
Dulama383, yang juga seorang penyair, macam Eddie Murphynya orang
Arab. Dia juga dengan bebas meledek islam dan hukum islam dengan
sangat berani.
Penyair2 arak lainnya tak terhitung, semuanya hidup bersenang-
senang, pindah2 dari satu tempat minum ketempat minum lain, &
masih punya cukup waktu utk menulis puisi2. Arak juga memainkan
peranan penting dalam penulisan mistik2, dimana mistik menjadi salah
satu lambang ecstasy (kenikmatan).
Abu Nawas adalah penyair arak terbesar – dan mungkin penyair
terbesar – dalam bahasa Arab. Dia muncul dibanyak episode2 komik
dalam k isa h 1 0 0 1 m a la m , dimana ia sering ditemani oleh Harun al-
Rashid. Banyak yang menilai dia sebagai penyair terbesar arab. Dia
lahir di Ahwaz tahun 747. Kita hanya tahu sedikit tentang orang
tuanya, tapi Abu Nawas selalu menganggap dirinya lebih Persia
daripada Arab. Dia menghabiskan masa mudanya di Basra dan Kufa,
mempelajari filologi dan puisi. Dia akhirnya berhasil masuk kekerajaan
Harun al-Rashid di Baghdad. Nicholson384 menjelaskan dirinya sebagai
382
Artikel Khamriyya dalam Encyclopaedia of Islam, edisi baru
383
Artikel Abu Dulama dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama
384
Nicholson, R.A. Literary History of the Arabs. Cambridge, 1930. Hal.293
Hal. 418
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
385
Ibid., hal.295
Hal. 419
MABM
pagi2, dia sedang minum (biasanya Scotch). Aku makan pagi dan lalu
pergi… ketika aku kembali siang harinya, dia minum lagi. Aku makan
siang dan tidur sebentar. Belakangan disore hari aku bergabung
dengannya utk minum beberapa gelas dan makan malam. Dia terus
minum, sampai subuh hari.”
Faiz adalah seorang komunis, setidaknya pada satu perioda
hidupnya, tapi, menurut Singh, “Dari konsumsi satu hari untuk
minuman Scotch dan rokok impornya, dia bisa memberi makan satu
keluarga selama satu bulan.”386
Faiz menulis :
There will be no more war.
Bring the wine and the glasses
champagne and goblets
Bloodletting is a thing of the past: so is
weeping.387
386
Singh, Khushwant. Sex, Scotch and Scholarship. Delhi, 1992. Hal.76-77
387
Faiz Ahmed Faiz. The True Subject. Terjemahan Naomi Lazard. Lahore, 1988.
Hal.123
Hal. 420
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
t idak t ahu,” sang eksekut if bilang, …” kat a pork t idak boleh diucapkan
ditelevisi Pakistan.” Titik.”388
Buku Animal Farm karya George Orwell dilarang dinegara2 islam
karena karakter utamanya adalah seekor babi, meski babi2 itu
ditunjukkan sebagai tiranis dan paling kejam.
Dari waktu ke waktu, dinegara2 muslim, polisi religius menggeledah
toko mainan utk memeriksa bentuk2 mainan seperti karakter Miss
Piggy dalam film the Muppet, yg jika ditemukan akan dihancurkan
dimuka umum.
“Tahu nggak,” kata penulis Paul Theroux, “kau sadar kau berada
dlm rumah kaca (baca : dunia aneh) ketika kau berada dinegara
dimana karakter Miss Piggy dipandang sebagai perwujudan jahat.”
Ketidaksukaan islam bahkan terhadap huruf ‘pig’ itu sendiri
membuat para muslim kehilangan kenikmatan kisah2 P.G. Wodehouse
dgn cerita ttg Lord Emsworth dan babinya yg paling berharga, the
Empress of Blandings. Muslim kemungkinan juga benci Winnie the
Pooh dan temannya Piglet.
Kejijikan dan kebencian mutlak yg ada dalam benak para muslim
karena membayangkan akan memakan “makhluk paling jijik’ ini
mengarah pada fanatisme yg pantas utk di-psikoanalisa. John Stuart
Mill389 jelas melihat sifat khusus dan penting dari kebencian ini:
“ Tak ada aj aran at au prakt ek Krist en yang lebih m eracuni kebencian
Muslim selain fakt a bahwa m ereka m em akan daging babi. Ada
beberapa t indakan m uslim yang dianggap j ij ik oleh Krist en t api t idak
berpengaruh dalam kehidupan m ereka sehari2. arak j uga dilarang
agam a m ereka, dan m em inum arak dianggap dosa oleh m uslim , t api
t idak m em buat m ereka j ij ik akan arak. Kej ij ikan m ereka akan daging
babi, “ m akhluk kot or’ ini, sebaliknya, lebih m irip naluri ant ipat i akan
‘kot oran’, yang sekali m asuk dalam perasaan, m em bangkit kan
perasaan yang luarbiasa, bahkan pada Muslim yang hidupnya sangat
jorok sekalipun. Ini adalah contoh yang mengherankan ...”
Quran jelas melarang babi:
“ Diharam kan bagim u ( m em akan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah..” (Q 5.3)
388
Rushdie, Salman. Imaginary Homelands. London, 1991. Hal.38
389
Mill, J.S. Utilitarianism. Liberty, Representative Government. London, 1960.
Hal.141
Hal. 421
MABM
Kat akanlah: " Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuat u yang diharam kan bagi orang yang hendak
m em akannya, kecuali kalau m akanan it u bangkai, at au darah yang
m engalir at au daging babi, karena sesungguhnya sem ua it u kot or at au
binat ang yang disem belih at as nam a selain Allah.” ( Q 6.145, Lihat
juga 2.173; 16.115)
Dalam surat 6.145, alasan larangan ini adalah bahwa daging babi
adalah “kotor”. Setidaknya, Yusuf Ali, Arberry, dan Sale
menerjemahkan kata Arab “rijas” sebagai “abomination” sebagai
terjemahan yang tepat; tapi Dawud dan Rodwell menerjemahkannya
sebagai “unclean, tidak bersih”. Kita akan kembali kembali ke poin ini
nanti.
Sikap atas larangan makanan dll dalam Quran dapat dimengerti
hanya jika kita melihatnya sebagai usaha2 Muslim utk mendefinisikan
diri sendiri, khususnya jika dibandingkan dengan Yudaisme. Aturan
Quran dikembangkan dalam sebuah lingkungan pergaulan “yang mana
tiap komunitas religius dikenal dari aturan khusus mereka masing2
tentang makanan.”390
Jadi dlm surat 2.168, 5.87, 6.118 dan 7.32, Quran mempertanyakan
mereka yang terlalu memberatkan orang dgn larangan makanan
ketimbang malah bersyukur atas kelimpahan yg diberikanNya. (2.
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.)
Ayat2 ini jelas ditujukan pada para kristen dan kaum berhala yang
baru2 itu memeluk Yudaisme dan mengadopsi prinsip2 aturan
larangan makanan ini. Belakangan, “hal itu menjadi penting sebagai
hal yang membedakan Islam dengan Yudaisme.”
Muhamad bukanlah seorang pemikir sistematis, dan sia-sia saja utk
mencari aturan2/prinsip yang bertalian secara logis dengan hal ini
dalam Quran. Muhamad mengatasi masalah sesuai dgn apa yg
dihadapkan padanya dan kita bisa melacak latar belakang setiap
aturan yang ditulis dalam Quran. Dg demikian kita sering temukan
konflik dan bahkan kontradiksi dalam Quran ttg hukum larangan ttg
makanan ini; semua ini oleh Cook391 dinamakan kecenderungan liberal
dan restriktif.
Contoh, mari kita lihat kecenderungan liberal, mungkin dihasilkan
dari polemik kristen terhadap orang yahudi. Banyaknya larangan2
390
Artikel “Ghidha,” dalam Encyclopaedia of Islam, edisi baru
391
Cook, M. “Early Islamic Dietary Law.” Dalam Jerusalem Studies in Arabic and
Islam 7, 1964, hal.242f
Hal. 422
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
392
Dikutip dalam Encyclopaedia Judaica, edisi New English, Vol.6 hal.43
Hal. 423
MABM
393
Lihat Simoons secara umum utk keseluruhan section ini
Hal. 424
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
Kebiasaan kotor apa yang tersohor dari babi itu? Babi tidak lebih
parah dari ayam dan kambing yang juga sama2 makan tahi.
Buffalo/sapi berkubang dalam air kotor, lumpur. Diantara orang2
Melanesia Barat Laut, seperti yang diterangkan oleh Malinowski, anjing
dianggap jauh lebih jorok dari babi.394
Jadi, jika kebiasaan2 babi memang betul menimbulkan kejijikan
yang luar biasa, kenapa babi diternak secara domestik ? Kita tahu babi
diternakkan di Asia Tenggara sekitar 9.000 SM dan 6.000 SM, dan
menjadi elemen penting dalam pola makan orang Sumeria. Herodotus
menyatakan terdapat sekelompok babi yang dimiliki oleh masyarakat
kelas atas di Mesir. Tapi jika benar ada sekelompok babi peliharaan
maka pastinya ada kebutuhan akan daging babi. Jika orang yahudi
sadar akan penyakit yang disebabkan karena makan daging babi yang
dimasak tidak baik, kenapa pengetahuan ini tidak dimiliki juga oleh
kelompok lain yang tidak makan babi? Malah, Hippocrates mengklaim
bahwa makan daging babi memberinya kekuatan.
Orang2 Kristen menyebarkan pemakaian daging babi, tapi orang
Kristen permulaan adalah orang2 yahudi. Kalau pertimbangan higienis
benar2 jadi alasan larangan daging babi, maka pastilah mereka akan
meneruskan kebiasaan larangan ini dan orang2 Kristen akan
mengadopsi larangan ini juga.
Istilah seperti “menjijikan” dan “kotor” sangatlah subjektif. Ini dapat
dilihat dari fakta bahwa sekolah2 Yurisprudensi Islam mengijinkan
binatang2 tertentu utk dimakan yang mungkin akan membuat orang2
Eropa merasa jijik. Contohnya395, tiga dari empat sekolah utama kaum
Sunni dan ahli Hukum Ibn Hazm, mengijinkan memakan kadal.
Pastilah tidak ada binatang yang lebih menjijikan daripada Hyena,
yang memakan daging2 mayat yang bau dan busuk; tapi Ibn Hazm,
dan Hambali, orang yang pada keadaan normalnya tidak toleran,
mengijinkan Hyena utk dimakan. Kaum Maliki, Shafi’I dan Ibn Hazm
juga mengijinkan landak utk dimakan. Semua sekolah, tanpa kecuali,
mengijinkan unta dan belalang utk dimakan.
Kalau begitu apa alasan sebenarnya utk tabu memakan daging
babi? Menurut Robertson Smith396, orang Yahudi kuno punya ritual
tertentu utk babi, dagingnya dilarang sebagai makanan biasa, namun
394
Malinowski, The Sexual Life of Savages in North Western Melanesia, London,
1982, hal.400
395
Cook, M. “Early Islamic Dietary Law.” Dalam Jerusalem Studies in Arabic and
Islam 7, 1964, hal.242.
396
Robertson Smith, The Religion of the Semites, hal.153
Hal. 425
MABM
397
Frazer, J.G. The Golden Bough. London, 1959. Hal.472
398
Douglas, Mary. Purity and Danger. London, 1966 Hal.54-55
Hal. 426
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
399
Firmage, E. “The Biblical Dietary Laws and the Concept of Holiness.” Dalam
Studies in the Pentateuch (1990), edit oleh J.A. Emerton. Hal.177-208
Hal. 427
MABM
dim ana j enis hewan kurbannya m enj adi ukuran ‘kebersihan’ bagi
hewan2 lain dalam Larangan Israel ini.
Ket ika akan dit erapkan perbandingan st andar ini, hanya binat ang2
yang mirip dengan hewan kurbanlah yang diperbolehkan dimakan.
Tapi para pemuka agama harus memberikan semacam petunjuk
bagi orang2 awam, dan mereka mengambil contoh2 kemiripan yang
mereka percaya bisa dg mudah diterapkan dalam kasus2 yang sulit.
“Kriteria yang mereka sebutkan itu dg demikian tidaklah harus persis
sama. Tapi hanya mengindikasikan kriteria umum dan mendasar akan
perbedaan dengan paradigma2 yang dipakai sebagai hewan kurban.
Dengan dasar inilah terbentuk Larangan Jenis Hewan yang boleh
dimakan berasal.”
Kelemahan dari argumennya Firmage ada pada gagasan “Ada
beberapa hewan yang cocok utk dikurbankan pada altar, yang diterima
secara bersam a sebagai hewan kurban sej ak awalnya”. Dengan kata
lain, orang2 israel punya gambaran hewan mana yang sesuai utk
dijadikan kurban. Hal ini tentunya tidaklah cukup utk menjelaskan
kenapa hewan tertentu dari awalnya sudah diterima. Ini adalah
pertanyaan yang muncul – kriteria apa yang mereka pakai sampai
mereka menetapkan ada beberapa hewan yang cocok utk
dikorbankan? Orang2 Israel mengambil contoh hewan kurban sebagai
paradigma mereka, tapi darimana mereka mendapatkan paradigma ini
awalnya?
Kita mungkin bisa menelaah solusi yang ditawarkan oleh Marvin
Harris400 dan Simoons. Haris memberikan penjelasan ekologis utk
pelarangan babi sebagai kurban. Bagi asalnya dipelihara melulu utk
dagingnya – sebagai sumber protein hewani. Dalam habitat hutannya,
babi hidup dari memakan akar2, umbi2 dan buah2an. Ketika hutan
menghilang babai harus makan biji2an, dan dengan demikian bersaing
dengan sumber makanan utk manusia. Jadi babi menjadi terlalu mahal
utk dipakai sebagai sumber daging. Larangan utk memakan babi
adalah sebuah cara utk meyakinkan para petani agar tidak punya
keinginan utk memeliharanya, karena jika tidak hal ini akan berakibat
buruk pada komunitas saat itu. Teori ini, meski masuk akal,
menimbulkan pertanyaan lain. Jika babi dipelihara memakai makanan
marjinal (seperti kata Firmage), maka pastilah babi tidak akan
menjadi ancaman bagi sumber2 makanan komunitas tsb. Juga timbul
pertanyaan mengenai seberapa besar kerusakan hutan yang timbul
400
Didiskusikan dalam Firmage, hal.194
Hal. 428
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
401
Artikel “The Geographical Setting,” dalam Cambridge History of Islam
402
Simoons, F.J. Eat Not This Flesh. Madison, 1961.
403
Personal Communication
Hal. 429
MABM
Babi modern yg tak berbulu, yg kita kenal saat ini turunan dari Sus
scrofa vittatus, yang dibiakkan di Cina sejak jaman Neolithic, tapi
mencapai Eropa diabad 18. Charles Lamb menyanyikan pujian bagi
babi di abad 19, dan berikut penjelasan filsuf modern akan kebaikan2
babi:
Past ilah babi dicipt akan ut k dihidangkan.. Babi j uga m irip m akanan:
bulat , gem uk, pant as pada t usukan kayu, selalu siap kapan saj a ut k
kehilangan individualit asnya dan m enuruni t angga m et afisik dari
binat ang m enj adi m akanan. Terlebih lagi, rasanya uenak, dan bisa
lebih uenak lagi j ika kau m engolahnya dengan t epat . Bisa j adi daging
yang didinginkan, seni m engolah m akanan cit a rasa paling t inggi yang
j auh m elam paui keberanian dan kem ahiran apapun yang orang Yahudi
at au m uslim m am pu capai lewat pant angan m ereka… Dg begit u,
t erpikirkan oleh saya, m aksud Tuhan sepert inya t idak benar2 disim ak
oleh para penulis Kit ab I m am at ( dan Quran) dan saya cenderung
berpandangan bahwa dalam m asalah babi, ada rasa t idak t ahu
bert erim a kasih, bahkan penghuj at an karena t elah menolak
memakannya.405
404
Dikutip dalam Simoons, F.J. Eat Not This Flesh. Madison, 1961.
405
Scruton R. “The Higher Meaning of Food.” Times Literary Supplement, Sept 30,
1994
Hal. 430
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
Homoseksualitas
406
Mackenzie, Compton. Thin Ice. London, 1956. Hal.38
407
Babur. Memoirs (Babur-Nama). Diterjemahkan oleh A. Beveridge. Delhi, 1979.
Hal.120
Hal. 431
MABM
408
Burton, Richard. The Book of the Thousand Nights and a Night. 17 vols.
London, n.d. Hal.236, vol.x
409
Dikutip dalam Leach, Edmund. Social Anthropology. London, 1982 Hal.210
Hal. 432
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
( kepada m ereka) , bukan kepada wanit a, m alah kam u ini adalah kaum
yang melampaui batas.”
Surah 26.165- 166: “ Mengapa kam u m endat angi j enis lelaki di
ant ara m anusia, dan kam u t inggalkan ist ri- ist ri yang dij adikan oleh
Tuhanm u unt ukm u, bahkan kam u adalah orang- orang yang
melampaui batas"
Surah 27.55: “ Mengapa kam u m endat angi laki- laki unt uk
( m em enuhi) nafsu ( m u) , bukan ( m endat angi) wanit a? Sebenarnya
kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)"
Kita tahu dari hukuman yang dijatuhkan pada kaumnya Lot
(Kemudian Kami binasakan yang lain. 26.172) bahwa sodomi dilarang.
Tapi, kemenduaan ada dalam ayat2 Quran yang menjelaskan tentang
nikmatnya surga:
Surah 52.24: “ Dan berkeliling di sekit ar m ereka anak- anak m uda
unt uk ( m elayani) m ereka, seakan- akan m ereka it u m ut iara yang
tersimpan.”
Surah 56.17: “ Mereka dikelilingi oleh anak- anak m uda yang t et ap
muda,”
Surah 76.19: “ Dan m ereka dikelilingi oleh pelayan- pelayan m uda
yang t et ap m uda. Apabila kam u m elihat m ereka kam u akan m engira
mereka, mutiara yang bertaburan.”
Apakah anak2 muda ini disana utk melayani secara seksual atau
hanya utk melayani saja?
Jika Quran mendua dalam poin ini, hadis sebaliknya sangat jelas
dan keras menentang praktek sodomi. Nabi melihat sodomi menjijikan
dan pantas dihukum mati – kedua pelakunya.
Ulama2 berbeda pendapat tentang hukuman bagi orang homoseks.
Ibn Hambali dan pengikutnya berkeras menghukum rajam, sementara
yang lain dengan cambukan, biasanya seratus kali. Tapi sepertinya
hukuman2 ini tidak pernah diterapkan karena toleransi akan homoseks
seakan telah ditetapkan secara tidak tertulis sejak awalnya.
Kita punya cukup bukti2 sejarah dan bahasa2410 utk menunjukkan
bahwa homoseks dikenal di arab sebelum islam. Bukti kita lebih
banyak lagi ketika abad ke-7. Kalifah pertama menghukum homoseks
dengan kejam – dirajam, bakar dan dilempar dari menara mesjid, dll.
Selama periode Abbasid banyak kalifah yang justru homoseksual: al-
Amin (memerintah tahun 809); al-Mutasim (833); Aghlabid Ibrahim
410
Artikel “Liwat,” dalam Encyclopaedia of Islam, edisi baru
Hal. 433
MABM
411
Nefzawi, Shaykh. The Perfumed Garden. London, 1963. Hal.37-39
Hal. 434
Bab 15 Tabu: Arak, Babi, dan homoseksualitas
412
Ibid., hal.24
Hal. 435
MABM
Muhammad
413
Popper, K.R. The Open Society and its Enemies. 2 vols. London, 1969. Vol.1
Pendahuluan
414
Artikel “Muhammad” dalam Cambridge History of Islam, vol.1A, hal.55
415
Margoliouth, D.S. Mohammed and the Rise of Islam. London, 1905. hal.24-25
Hal. 436
Bab 16 Pengamatan Akhir tentang Muhammad
416
Artikel “Muhammad” dalam Cambridge History of Islam, vol.1A, hal.55
417
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. 2 vol. terjemahan C.R. Barber dan S.M.
Stern. London, 1967-71. Vol.1, hal.25
Hal. 437
MABM
semua orang percaya dihadapan Allah. Sialnya, teori adalah satu hal
dan praktek hal yang lain lagi. Pertama-tama, Muhammad sendiri
tidak mempraktekkan yang dia khotbahkan. Sering sekali dalam
kelakuannya terhadap orang Yahudi, orang Mekah dan musuh2nya,
Muhammad menyalurkan kecenderungan sifat kejinya, tanpa ada
tanda2 pengampunan sedikitpun. Bukhari418 memberi contoh
kekejaman Muhammad:
Anas berkat a “ beberapa orang dari suku Ukl at au Uraina dat ang ke
Medinah dan m em eluk islam ; t api iklim di sana t idak cocok unt uk
mereka dan m ereka ingin pergi dari sana. Jadi sang nabi m enyuruh
m ereka unt uk pergi ke gem bala unt a untuk m em inum susu dan
kencing ( sebagai obat ) agar m ereka sem buh. Jadi m ereka pergi ke
arah yang dit unj ukkan dan set elah it u m ereka menyat akan keluar
islam, m em bunuh gem bala sang nabi dan m em bawa lari unt anya.
Berit a it u sam pai ke sang nabi pada pagi hari dan dia m engirim
(orang) unt uk m engej ar dan m ereka t ert angkap dan dibawa ke
Medinah saat sore. Kem udian sang nabi m enyuruh orang memotong
kaki dan t angan m ereka sebagai hukum an unt uk pencurian dan
kem udian m at a m ereka dicungkil keluar dan m ereka di t aruh di “ al-
harra” (gurun) dan saat m ereka m em int a air, t idak ada air yang
diberikan, m ereka m at i. Abu Qilaba berkat a, “ orang2 it u m encuri dan
m em bunuh, m enj adi orang t ak berim an set elah m em eluk islam dan
melawan allah dan nabinya.”
William Muir419 merangkum banyaknya kekejaman yang ditulis dan
diriwayatkan oleh – ingat-ingat dengan baik – orang muslim sendiri,
otoritas muslim terkenal seperti Ibn Ishaq dan al-Tabari serta yang
lainnya:
Keluhuran budi, kem urahan hat i at aupun sikap norm al t idak t erlihat
m enj adi keist im ewaan dalam t indakan2 Muham m ad t erhadap
musuh2nya. Diatas mayat2 Quraish yang dibantai di Badar dia bersuka
ria dengan kepuasan biadabnya; dan beberapa t awanan, yang t idak
bersalah at as kej ahat an apapun kecuali karena skept is t erhadap
Muham m ad dan m enj adi m usuh polit iknya, dengan sengaj a dieksekusi
at as perint ahnya. Pangeran Khaibar, set elah disiksa secara t idak
m anusiawi dem i m engorek ket erangan hart a sukunya yang konon dia
sem bunyikan, bersam a sepupunya dihukum m at i dengan t uduhan
t elah curang m enyem bunyikan hart a t sb, lalu ist rinya dit angkap dan
dibawa ut k dikeloni dikem ah sang nabi. Hukum an pengusiran
dipaksakan Muham m ad dengan sangat kej am t erhadap dua suku
418
Dikutip dalam Dictionary of Islam, hal.63-64
419
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923. Hal.497-498
Hal. 438
Bab 16 Pengamatan Akhir tentang Muhammad
420
Margoliouth, D.S. “Muhammad” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics,
vol.8. hal.877
421
Cambridge History of Islam Vol.1A, hal.55
Hal. 439
MABM
Kejujuran Muhammad
422
Watt, W. Montgomery. Muhammad at Medina. Oxford, 1956. Hal.325
Hal. 440
Bab 16 Pengamatan Akhir tentang Muhammad
423
Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923. Hal.660
Hal. 441
MABM
yang sam a oleh m alaikat Jibril. Dalam t iga kesem pat an lain Um ar
mengaku ternyat a dia punya pem ikiran yang sam a dengan Allah,
set elah dia m enyam paikan ide2nya kepada sang nabi lagi- lagi ide2nya
it u t ernyat a ‘telah’ diwahyukan pada sang nabi, persis sepert i yang
t elah dia nyat akan. “ Kebet ulan2” yang m enakj ubkan ini m em buat nya
bangga t api aj aibnya Umar t idak curiga. Para pengikut lainnya
mungkin t idak sesederhana ( baca: sebodoh) dia t api m ereka sadar
akan bahayanya m engej ek Quran. Perselisihan sering m uncul diant ara
para m uslim m engenai fakt a bahwa Quran t elah m engulang beberapa
kali ayat yang sebenarnya t elah diwahyukan sebelum nya dalam
bent uk lain dan m asing2 m engklaim bahwa versi yang m ereka
dengarlah yang paling benar: sang nabi, yg t ak pernah kehilangan
aka, m engakui bahwa ayat yang sam a dalam Quran t idak pernah
diturunkan kurang dari tujuh ayat.424
“Salah satu delusi (penipuan diri) yang paling menarik dan paling
berbahaya bagi manusia dan bangsa2 adalah membayangkan dirinya
sendiri menjadi alat khusus “Kehendak Tuhan”, tulis Russell425.
Sialnya, baik Muhammad maupun para muslim menderita sakit delusi
semacam ini. Hanya muslim yang dijamin keselamatannya –
keselamatan diluar islam tidaklah mungkin. Tuhan telah memilih
mereka utk menyebar luaskan pesan2nya pada umat manusia.
Reformasi Moral
424
Margoliouth, D.S. Mohammed and the Rise of Islam. London, 1905. Hal.218-
219
425
Russell, Bertrand. Unpopular Essays. New York, 1950. Hal.161
426
Perron, hal.105
Hal. 442
Bab 16 Pengamatan Akhir tentang Muhammad
bagi kaum wanit a. Wanit a Pagan Arab dulu punya kebebasan diri,
m em ilih j odoh; m encari calon suam i yang dia sukai berdasarkan
simpati, intelektual ataupun kelebihan2 lainnya.
Tapi tidak adil jika tidak menyebutkan juga bahwa sebagian scholar
lain seperti Bousquet percaya bahwa Muhammad telah berusaha
semampu dia utk memperbaiki kondisi wanita tapi tidak bertindak
cukup jauh; seperti Lane Poole katakan, “ Muham m ad sebenarnya bisa
bert indak lebih baik lagi.” Yang pasti dalam hal kepemilikan wanita
islam sebenarnya bisa sejajar dengan pria. Kenyataannya dalam
segala hal wanita lebih rendah dari laki-laki.
Tapi Bousquet juga menyatakan contoh2 mengerikan yang
ditetapkan oleh Muhammad dalam pernikahannya dengan Aisha,
ketika aisha hanya berumur 9 tahun. Kebiasaan perkawinan anak ini
bertahan hingga jaman modern dan berujung pada akibat yg tragis.
Tapi para muslim ragu dan takut utk mengkritik kebiasaan yang
ditetapkan oleh nabinya.
Muhammad juga mengenalkan institusi lain yang berujung pada
kengerian dan kejahatan serius, contoh saja, ditetapkannya
kompensasi dari sumpah.
Pada Surah 16.94 ( Dan j anganlah kam u j adikan sum pah- sumpahmu
sebagai alat penipu di ant aram u, yang m enyebabkan t ergelincir kaki
( m u) sesudah kokoh t egaknya, dan kam u rasakan kem elarat an ( di
dunia) karena kam u m enghalangi ( m anusia) dari j alan Allah: dan
bagim u azab yang besar) ada sebuah perint ah ut k m em egang sum pah
t api dalam surah 5.89 ( j uga 2.225) ( Allah t idak m enghukum kam u
disebabkan sum pah- sum pahm u yang t idak dim aksud ( unt uk
bersum pah) , t et api Dia m enghukum kam u disebabkan sum pah-
sum pah yang kam u sengaj a, m aka kafarat ( m elanggar) sum pah it u,
ialah m em beri m akan sepuluh orang m iskin, yait u dari m akanan yang
biasa kam u berikan kepada keluargam u, at au m em beri pakaian
kepada m ereka at au m em erdekakan seorang budak. Barang siapa
t idak sanggup m elakukan yang dem ikian, m aka kafarat nya puasa
selam a t iga hari. Yang dem ikian it u adalah kafarat sum pah- sumpahmu
bila kam u bersum pah ( dan kam u langgar) . Dan j agalah sum pahm u.
Dem ikianlah Allah m enerangkan kepadam u hukum - hukum- Nya agar
kam u bersyukur ( kepada- Nya)) pelanggaran sum pah ini bisa
digant ikan dengan sem acam kom pensasi. Dan dalam surah 3.77 hal
ini dipast ikan lagi dan dit erapkan pada suat u kasus dim ana sang Nabi
sendiri t erlibat . Hal ini berpengaruh sangat serius bahwa sepert inya
t idak ada m ode yang bisa dipercaya dalam hukum nya Muham m ad
m engenai sebuah sum pah, sum pah yang harusnya m engikat secara
legal; karena bukan saj a Quran sej ara j elas m enyat akan bahwa
Hal. 443
MABM
t indakan am al t ert ent u bisa m enggant ikan t indakan lainnya, t api sang
Nabi j uga m engenalkan perum pam aan yang m enj elaskan j ika seorang
yang t elah bersum pah m elakukan sesuat u t api ket ahuan t idak
m elakukannya m alah m elakukan hal yang sebaliknya m aka dia harus
melakukan amal lain sebagai gantinya.427
Sebaliknya, kehidupan Muhammad malah penuh dengan
kontradiksi, ini menunjukkan bahwa dia seringkali siap utk
berkompromi terhadap prinsip2nya demi mendapatkan keuntungan
politik atau kekuasaan, seperti ketika dia setuju utk menghapus gelar
“Rasul Allah” dari sebuah dokumen karena menghalangi diratifikasinya
sebuah perjanjian. Dia mengejek dan menista penyembahan berhala
tapi memasukkan banyak praktek2 kaum berhala Arab kedalam
ibadah haji – seperti mencium batu hitam. Dia menghilangkan judi
panah yang dianggapnya sebagai takhyul, tapi dia sendiri banyak
menceritakan takhyul tentang kakek2 moyang bangsanya – dia
menggantungkan kepentingan2 yg besar pada pertanda2, khususnya
yang berhubungan dengan nama-nama. Dia sungguh2 percaya pada
‘mata setan’ dan menghindarinya dg memakai jimat.
Orang tua dihormati tinggi2 dalam surah2 awal, tapi ketika generasi
muda bergabung dengan Muhammad tanpa persetujuan orang tua,
pengabdian pada orang tua jadi dianggap menghalangi dan tidak dia
inginkan, karenanya mendadak anak2 muda dilarang utk mendoakan
orang2 tua mereka. Dorongan2 Muhammad utk mengucurkan darah
kerabat juga punya pengaruh mengerikan pada para pengikutnya.
Sementara Quran mengkhotbahkan sikap sederhana dalam segala hal,
tapi makin kedepan menjadi makin tidak toleran Pembunuhan2
terhadap musuh2 Muhammad, sialnya, malah dijadikan teladan dalam
hadis dan dipakai dijaman modern sekarang juga oleh para pembela
Khomeini yang membela seruannya utk membunuh Rushdie. Dalam
pernyataan margoliouth428
“ Pengalam an2 dari kehidupan sang nabi, pert um pahan darah t erus
m enerus yang m enandai karirnya di m edina sepert inya m alah
berkesan dihati para pengikutnya dan menimbulkan kepercayaan amat
dalam akan nilai pert um pahan darah sebagai pem buka gerbang ke
surga.” Sulit utk mengerti bagaimana begitu banyak gubernur muslim,
kalifah, para ulama dan muslim seperti Hajjaj atau Mahmud dari
Ghazni mengacu tindakan2 Muhammad utk membenarkan
pembunuhan2, perampokan dan penghancuran yang mereka lakukan
427
Margoliouth, D.S. The Early Development of Mohammedanism. London, 1914.
Hal.48-49
428
Ibid., hal.56-60
Hal. 444
Bab 16 Pengamatan Akhir tentang Muhammad
Hal. 445
MABM
Hal. 446
Bab 17 Islam di Barat
Hal. 447
MABM
429
Hiskett, Mervyn. Some to Mecca Turn to Pray. St. Albans, 1993. Hal.235
Hal. 448
Bab 17 Islam di Barat
430
Ibid., hal.238-239
431
Singer, Peter. Animal Liberation. London, 1976. Hal.153-156
Hal. 449
MABM
m ereka yang t idak m au m akan daging sem belihan cara barat punya
alternat if sederhana lain: j angan m akan daging sam a sekali. Dalam
mengajukan usul ini saya tidak bertanya orang2 muslim lebih jauh tapi
cukup bert anya pada diri sendiri; karena it ulah sat u- sat unya alasan
bagi m ereka ut k m enghindari penderit aan hewan, j angan m akan
daging bukannya m akan daging hewan yang disem belih pakai pisau
tajam.
Undang-undang Inggris tentang Penyembelihan Hewan ditetapkan
karena alasan2 etis, dg kata lain metoda lain selain yang ditetapkan
dianggap tidak bermoral. Dan jika menyerah pada tuntutan kaum
muslim dengan metoda penjagalan mereka sama saja dengan
melakukan tindakan yang sebelumnya kita anggap tidak bermoral.
Kita melarang ketidak bermoralan karena rasa hormat kita akan
agama lain. Kenapa kekejaman terhadap binatang tidak apa-apa,
boleh-boleh saja jika menyangkut masalah agama.
Standar ganda yang sama juga ada dalam sikap kita terhadap
muslimah di barat. Setelah Urusan Rushdie ini, beberapa organisasi
didirikan para muslimah yg merasa terancam oleh kaum
fundamentalis, contoh, Women Against Fundamentalism, Hannana
Siddiqui pendirinya berkata: “Wanita dipaksa menikah, tak punya
rumah dan tidak boleh bersekolah. Kaum multibudaya gagal ikut
campur dan mendukung kaum wanita ini. Bagi mereka ini semua
adalah bagian dari budaya dan agama yang harus ditoleransi. Dan
kaum anti rasis membiarkan hal ini berlanjut karena mereka merasa
jika melawan hal ini dianggap rasis.”432
Kaum multibudaya tidak mampu berpikir kritis dan malah mereka
terasa lebih rasis dari orang rasis itu sendiri. Bukannya menentang
ketidak adilan yg muncul dimana-mana, mereka malah menutup mata
jika kekerasan kulit hitam terhadap kulit hitam lagi terjadi atau
kekejaman antar muslim dengan muslim lagi terjadi. Banyak muslimah
muda lari dari rumah, lari dari pernikahan paksa dan diburu oleh
pemburu profesional utk dikembalikan pada keluarganya, kadang
berujung tragis: kematian sigadis baik bunuh diri ataupun karena
dihukum secara berlebihan dari kaum pria keluarganya. Polisi dan
bahkan pekerja sosial menutup mata dalam nama multibudaya, dan
dengan demikian muncullah kebutuhan akan organisasi2 wanita
seperti Women Against Fundamentalism. Tragis sekali mengingat
wanita2 inggris ini tidak merasa terlindungi oleh hukum inggris jika
polisi dan pihak2 lain terus menutup mata.
432
Dikutip dalam “New Statesman and Society”, 1 Mei 1992, hal.19
Hal. 450
Bab 17 Islam di Barat
Tak diragukan lagi, pendukung paling lihay bicara dari dunia islam
adalah Dr. Kalim Siddiqui, direktur dari Muslim Institute, London. Dia
adalah salah seorang pendiri dari Muslim Parliament of Great Britain,
yang berutujuan utk “menentukan, membela dan mempromosikan
kepentingan2 Muslim di Inggris.” Dr Siddiqui telah menulis banyak
sekali buku dan artikel tentang islam dan misi2nya di barat serta
dunia. Tema2 yang sering muncul adalah kedatangan kuasa islam
global, kebesaran dari Ayatollah Khomeini; perlunya perjuangan
memakai senjata; perlunya menghilangkan semua pengaruh
peradaban barat dalam hal politik, ekonomi, sosial, budaya dan filosofi
yang memasuki dunia islam; semua otoritas2 penting hanya milik
Allah; dan kesatuan yang tak terpisahkan antara agama dan politik.
Bertebaran dalam tulisan2nya kebencian terhadap demokrasi, sains,
filosofi, nasionalisme dan free will. Dia cuma punya rasa benci pada
“orang2 yang berkompromi yang mencoba membuktikan bahwa islam
itu sesuai dengan ambisi2 sekular dan kesukaan2 barat”433 dan yang
mencoba mendirikan kembali Iran yang liberal dan demokratik dengan
sedikit ‘keislaman’ sebagai kosmetik belaka. Orang2 demikian “harus
sadar bahwa pendidikan (barat) mereka telah memperalat mereka utk
melayani sistem politik, sosial, ekonomi, budaya, administratif dan
militer yang sebenarnya harus kita hancurkan.” Muslim harusnya
sepakat “menyerang para intelektual demikian yang tergila-gila
dengan barat dan timur dan mengembalikan ‘identitas sejati’.. dengan
populasi lebih dari satu milyar dan sumber2 kekayaan tak terbatas,
anda bisa mengalahkan semua kekuasaan itu.”
Seperti kata Hiskett:
Kasusnya sering sepert i it u ket ika m em pert im bangkan I slam , orang
harus m enyerahkan kekuat an kepast ian akan gagasan2nya. Tapi
ket ika gagasan2 ini diserukan didalam wilayah kit a sendiri, dan
sebagai pilihan dari inst it usi kit a sendiri, orang harus bert anya: m ana
yang disuka? Sekular barat , inst it usi pluralis, yang t idak sem purna
it u? At au pilihan t eokrasi I slam ? Dan j ika orang m em ut uskan salah
sat u, ia lagi2 harus bert anya: Berapa j auh pilihan islam it u
m em bolehkan kit a, sebelum m enj adi kepat uhan m ut lak? Dan pada
t it ik ini, apa sih yang bisa kit a lakukan? Terakhir, apakah polit isi
liberal, dem okrat ik punya nyali m oral dan nyali polit is ut k m elakukan
yang perlu dilakukan? At au m ereka m enyerah, sedikit dem i sedikit ,
poin dem i poin, kepada t ekanan t erus m enerus dan insist en dari
Muslim “Parliament” dan lobby2 kepentingan muslim semacamnya?434
433
Hiskett, Mervyn. Some to Mecca Turn to Pray. St. Albans, 1993. Hal.269
434
Ibid., hal.273
Hal. 451
MABM
Multikulturalisme
Orang akan berpikir bahwa pendidikan harusnya memainkan
peranan penting dalam hal asimilasi anak2 imigran kedalam budaya
inggris mainstream. Tapi ada yang salah drastis dalam hal ini.
Asimilasi tidak lagi digemari, tidak lagi jadi mode. Multikulturalisme
dan Bilingualisme (lebih dari satu bahasa) telah menjadi mode sejak
tahun 1970 (setidaknya). Pemikiran bahwa orang bisa menghasilkan
seusap Pria Inggris atau Wanita Inggris dari kaum Immigran sekarang
dituduh sebagai chauvinisme, rasisme, imperialisme budaya atau
penjagalan budaya.
Tapi multikulturalisme didasarkan pada kesalahpahaman yg
fundamental. Ada kepercayaan yang salah dan bernada sentimen
bahwa semua budaya sebenarnya, jauh didalam, punya nilai2 yang
sama; atau jika nilai2 ini berbeda, keduanya sama2 harus dan layak
utk dihargai. Multikulturalisme, adalah turunan dari relativisme, tidak
mampu mengkritik budaya itu sendiri, membuat penilaian antar
budaya. Yang benar adalah bahwa tidak semua budaya punya nilai2
yang sama, dan tidak semua nilai2 itu layak utk dihargai. Tidak ada
yang keramat dalam hal tradisi budaya atau adat kebiasaan – mereka
bisa dan harus berubah dalam tekanan kritikan.
Lagipula, nilai2 sekular Barat belum lebih dari dua ratus tahun
umurnya, bukankah kita dibenarkan utk menentangnya – dengan akal,
argumen, kritik dan jalur legal, utk memastikan bahwa hukum dan
konstitusi dari negara kita dihargai dan menghargai semua orang?
Sudah menjadi kewajiban kita utk membela nilai2 dimana kita hidup.
Hiskett menunjukkan bahwa “kepercayaan religius itu ditoleransi,
sedangkan praktek2 dan institusi2 religius tidaklah harus selalu sejajar
dengan kebebasan yang sama jika keduanya bertentangan dengan
hukum dan konstitusi negara secara lebih luas.” Ini, sialnya, tidak
diterima oleh banyak muslim, seperti telah kita lihat sebelumnya.
Sementara dalam sebuah demokrasi, seorang muslim punya
kebebasan beragama yang mutlak, menjadi suatu masalah yang lain
lagi jika orang muslim itu menuntut hukuman mati bagi mereka yang
tidak mau tetap dalam agama meraka; jika dia mencoba utk:
Menunt ut sensor versi dia sendiri pada seluruh dom ain publik;
m em bat asi anak perem puannya, yang lahir dan dididik sebagai
warganegara inggris lengkap dengan sem ua hak2 yang m enj adi
haknya, kedalam pernikahan paksa, kadang beruj ung pada Honor
Killing; m enyem belih hewan dengan cara yang oleh non m uslim
negaranya anggap t idak hewani; m enunt ut kurikulum sekolah
m enghilangkan t eori evolusi dari pelaj aran biologi karena anaknya ikut
Hal. 452
Bab 17 Islam di Barat
435
Ibid., hal.328
436
Ibid., hal.331
Hal. 453
MABM
Hal. 454
Bab 17 Islam di Barat
437
Ibid., hal.312
Hal. 455
MABM
438
Popper, K.R. “The Importance of Critical Discussion.” Dalam Free Inquiry,
vol.2, no.1. Amherst, N.Y., 1981/1982.
Hal. 456
Bab 17 Islam di Barat
Ditingkat Dunia, juga, kita harus punya keyakinan yang lebih dalam
nilai2 kita. Judith Miller, menulis dalam Foreign Affairs, dengan
maksud yang sama:
Pada akhirnya, kem enangan islam m ilit an di Tim ur Tengah m ungkin
m engat akan hal yg sam a t ent ang Barat sepert i j uga t ent ang Arab dan
t ent ang kegagalan sist em 2 m ereka. Kaum I slam is, pada um um nya,
bisa berkuasa j ika t idak ada yang bersedia m elawan m ereka
dinegerinya at au diluar negri. Dalam orde dunia m anapun, orang2
Am erika j angan m alu m engat akan m ereka lebih suka pluralism e,
t oleransi dan perbedaan, dan bahwa m ereka m enolak pendapat Tuhan
ada disalah sat u pihak.. Milit ansi I slam m ewakili kebalikannya Barat .
Sem ent ara kaum liberal bicara perlunya perbedaan dengan
keset araan, kaum islam is m elihat hal ini sebagai kelem ahan.
Liberalism e cenderung t idak m engaj arkan para pendukungnya ut k
berj uang secara efekt if. Yang dibut uhkan cukup sebuah ist ilah yang
kont radiksi: m ilit ansi liberal, at au liberalism e m ilit an yang t anpa
ampun dan tidak malu- malu.439
Barat harus serius tentang demokrasi, dan harus menjauh dari
kebijakan2 yang membahayakan prinsip2nya hanya demi keuntungan
jangka pendek dinegerinya atau diluar negeri. Bangkitnya fasisme dan
rasisme di Barat adalah bukti bahwa tidak semua orang di Barat
terpikat pada demokrasi. Dg demikian, peperangan terakhir tidaklah
harus antara Islam dan Barat, tapi antara mereka yang menghargai
kebebasan dan mereka yang tidak.
439
Miller dalam ‘Foreign Affairs’, Musim Semi tahun 1993, Vol.72, no.1, hal.43-56
Hal. 457
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.