You are on page 1of 4

Pertanian Organik

Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti


daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi,
batang jagung serta kotoran hewan. Bila bahan-bahan itu sudah
hancur dan lapuk, disebut pupuk organik. Jenis-jenis bahan ini
menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan
lembab, seperti halnya daun-daunan menjadi lapuk bila jatuh ke
tanah dan berubah menjadi bagian tanah.

Di lingkunagn alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya,


lewat prose alami. Rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta
sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerjasama antara
mikro-organisme dengan cuaca.

Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, hingga


menghasilkan kompos yang berkualitas baik, dalam waktu yang tidak
terlalu lama.

Optimalisasi fungsi lahan melalui penanganan pola budidaya


pertanian masyarakat Desa Pangeureunan sangat diharapkan dapat
menuju ketahanan pangan masyarakat. Dengan letak desa yang
berada diwilayah pegunungan, dan sulit terjangkau oleh transportasi,
kegiatan pembuatan pupuk organik tentunya sangat diharapkan
dapat membantu program peningkatan ekonomi masyarakat.

Penerapan manajemen pertanian yang memfasilitasi masyarakat


petani untuk mendapatkan penghasilan harian, bulanan serta
tahunan, tentunya dapat membuka pemahaman masyarakat akan
pertanian merupakan sebuah bentuk perniagaan (bisnis) yang juga
memerlukan pengelolaan (manajemen).

0
Efektifitas Mikroorganism (EM / Bakteri / Starter)
Dalam pembuatan pupuk organik, tentunya kita membutuhkan Efektifitas
Mikroorganism (EM), atau bisa disebut Bakteri juga kadang disebut sebagai Starter.
Efektifitas Mikroorganism (EM) berperan sebagai pengurai yang akan mempercepat
proses fermentasi bahan organik menjadi nutrisi
Bahan-bahan untuk membuat EM memakai bahan lokal. Bahan dan alat :
Bahan : Terasi, Gula Pasir, Gedebong Pisang, Dedak dan air mendidih
Alat : Wadah, Tali rapiah, Kantong plastic, kayu / bamboo, Drigen
Cara pembuatan :
Tahap 1
Rebus air sampai mendidih. Sisihkan.
Potong-potong terasi dan masukkan ke dalam air mendidih
Masukkan gula pasir dan aduk
Bekatul diaduk rata
Dinginkan
Tahap 2
Gedebong pisang yang sudah busuk diperas
Sisihkan air perasannya
Tahap 3
Campur adonan pada tahap 1 dan tahap 2
Tutup rapat campuran selama 3 hari dengan plastic yang diikatkan tali rapiah
pada wadah (diriken)
Tahap 4
Buka campuran setelah 3 hari. Aduk campuran
Tutup kembali dan buka keesokan harinya untuk diaduk sesuai kebutuhan. Ulang
proses serupa sampai hari ke 10

Pada tahap 4 dilakukan evaluasi terhadap adonan media bakteri pengurai. Media
bakteri pengurai yang siap digunakan memiliki ciri-ciri :
Berbusa
Berbau asam

Untuk pengembangan atau penambahan produksi:


Ampas dari perasan tadi jangan dibuang, tambahkan air dingin, 1 kg Gula dan 2 ons
trasi, biarkan selama 5 hari dan peras maka akan didapat bakteri 5-6 Liter (ini untuk
satu kali saja, setelah ini ampas tidak dapat digunakan lagi untuk membuat bakteri,
kalaupun dapat kualitas bakterinya kurang bagus)

Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil akhir bahan organik yang diproses dengan bantuan bakteri.
Kompos tidak hanya terdapat unsur hara N, P, dan K saja, tetapi mengandung unsur
hara Fe, S, Ca, Mg, dan lain-lain. Keuntungan dalam menggunakan pupuk kompos
adalah mengurangi problem pencemaran lingkungan hidup secara nyata terutama
sampah-sampah organik.

Cara Pembuatan Kompos


Bahan-bahan :
1. 600 kg Pupuk kandang
2. 150 kg Sekam
3. 300 kg Daun-daun hijau
4. 2,5 kg Dolomit
5. 1,5 liter Baktri (starter / EM)

1
Perbandingan antara kotoran kambing : sekam : Daun-daun hijau : dolomit adalah 2 :
1 : 1 : 0,1. Sedangkan Mikroorganisme pengurai yang digunakan sebanyak 5 takaran
untuk air 1 gembor dan setiap lapisan memerlukan 4 gembor sampai 5 gembor.
Cara pembuatan :
Proses pembuatan pupuk organik ini pada lapisan pertama alas dari daun-daunan
hijau tanpa di cincang yang sudah dipersiapkan setinggi 10-20 cm. Alas tersebut
dibasahi dengan starter/bakteri pengurai secukupnya sampai seluruh bagian basah.
Diatasnya diberikan kotoran kambing setinggi 20 cm. Diatas kotoran kambing
ditaburi dengan dolomite secukupnya, kemudian ditutup dengan sekam. Setelah
sekam merata disiram dengan Mikroorganisme pengurai yang telah dilarutkan air
dan disiram sampai seluruh bagian basah selanjutnya dilakukan proses yang sama
untuk lapisan kedua. Setelah semua bahan selesai selanjutnya dibiarkan selama 2
bulan untuk proses dekomposisi dan pupuk siap digunakan.

Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis zat makanan, seperti :
Pupuk N (Nitrogen), Pupuk P (Fosfor) dan Pupuk K (Kalium).

c.1. Nitrogen (N)


Pupuk N ini, biasanya digunakan oleh petani bagi petumbuhan tanaman sayur
berjenis daun-daunan, seperti : bayam, kangkung, pakcoy, dll.
Cara Pembuatan N (Nitrogen)
Bahan-bahan :
Daun-daunan Hijau = (Kirinyuh, Babadotan, Kacang Babi)
Bakteri = 0,25 liter
Air = 5 liter
Wadah / Ember = 1 buah
Penutup wadah / ember = 1 buah

Cara pembuatan :
Daun-daunan di potong-potong halus (cacag), kemudian ditempatkan dalam wadah
(ember) yang telah berisi air, selanjutnya masukan bakteri. Kemudian ditutup rapat
dan disimpan didalam tanah. Biarkan selama 7-14 hari.
Apabila setelah 7-14 hari, terjadi perubahan warna air kehijau-hijauan dan berbau
menyengat serta terlihat kental airnya, maka bahan tersebut telah siap di
pergunakan

c.2. Fosfor (P)


Pupuk P ini, biasanya digunakan oleh petani bagi petumbuhan tanaman sayur
berjenis buah-buahan, seperti : tomat, cabai, terong, dll.

Cara Pembuatan P (Fosfor)


Bahan-bahan :
Batang pohong pisang segar = 1 batang
Air = 5 liter
Wadah / Ember = 1 buah
Penutup wadah / ember = 1 buah

Cara pembuatan :
Batang pohon pisang dipotong-potong, dengan ukuran kurang lebih 3 -5 cm,
kemudian masukan potongan batang pisang tersebut kedalam wadah yang telah
berisi air. Selanjutnya tutup rapat wadah tersebut dan biarkan selama 7 - 14 hari.
Apabila setelah 14 hari, kondisi air berwarna kecoklatan dan berbau menyengat
busuk pisang, maka bahan tersebut telah siap di pergunakan.

2
c.3. Kalium (K)
Pupuk K ini, biasanya digunakan oleh petani bagi petumbuhan tanaman sayur
berjenis Umbi-umbian, seperti : kacang tanah, wortel, lobak, dll.

Cara Pembuatan K (Kalium)


Bahan-bahan :
Jerami = 1 Kg
Daun bambu = 0,25 Kg
Sabut kelapa = 5 Kg
Air = 5 liter
Wadah / Ember = 1 buah
Penutup wadah / ember = 1 buah

Cara pembuatan :
Semua bahan dirajang, kecuali sabut kelapa. Kemudian masukan bahan-bahan
tersebut kedalam wadah yang telah berisi air. Selanjutnya tutup rapat wadah
tersebut dan biarkan selam 7 - 14 hari.
Apabila setelah 7 - 14 hari, kondisi air berwarna kehitaman dan berbau menyengat
busuk, maka bahan tersebut telah siap di pergunakan.

Pestisida Organik (Biopestisida)

Pestisida organik adalah pestisida yang terbuat dari bahan – bahan alami, dan
mudah didapat. Pestisida ini berguna untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman tanpa menggangu kelestarian lingkungan.
Sebagai catatan, pestisida alami ini hanya digunakan bila diperlukan. Jangan
menyemprotkan pestisida alami ini bila tidak terdapat hama pada tanaman kita.
Biarkan tanaman itu sendiri menangkal hama secara alami
Salah satu contoh Pestisida Alami dari Ekstrak Tanaman
Bahan yang digunakan :
a. Daun legum/kacang-kacangan (kacang babi), terutama yang masih muda.
b. EM4 sebanyak 20 ml/l air.
Cara pembuatan :
Daun-daunan dicincang dan selanjutnya diberi larutan EM4. Bahan selanjutnya
direndam selama 3-5 hari. Selama direndam bahan ditutupi dengan plastik
hitam. Setelah lima hari larutan dapat digunakan sebagai pestisida. Dosis
pemakaian adalah 5 ml/l air.

Filosofi pertanian adalah mendorong kesehatan tanah dan tanaman,


melalui daur ulang limbah atau sisa-sisa tanaman
dan kotoran ternak,
pengolahan lahan yang tepat, kombinasi dan
rotasi tanaman yang tepat,
pemeliharaan yang tepat serta tidak menggunakan
pupuk dan pestisida kimia.
Dengan tanah yang sehat,
akan menghasilkan tanaman yang sehat
yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.

You might also like