You are on page 1of 3

TANTANGAN DAKWAH KEDEPAN

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Kita ummat Muslimin telah dipilih oileh Allah menjadi ummat dakwah. Kewajiba ini kita
laksanakan, agar kita memperoleh kemenagan di dunia dan akhirat. Bulan Ramadhan adalah
bulan Dakwah. Setiap orang dapat melakukan kegiatan dakwah di mana saja. Sejak dari
menahan makan minum, menahan ucapan, memberi sesama, peduli dengan dhu’afak,
menguatkan jamaah melalui kegiatan ibadah fardiyah dan jamaah. Semuanya itu pada
hakekatnya adalah kegiatan dakwah ilaa Allah. Akan tetapi dakwah kita seringkali tidak sampai
kesasaran utamanya, yakni “membentuk khaira ummah” atau umat pilihan. Keadaan itu terjadi
disebabkan beberapa tantangan yang menghadang di depan mata. Beberapa tantangan itu dapat
kita sebutkan sebagai berikut.
Pertama, Kehidupan pra-globalisasi. Kondisi yang terlihat menggejala di tengah
kehidupan masyarakat adalah penerapan pola hidup materialistik dan individualis. Sajian pola
kehidupan seperti ini tampak nyata dengan hilangnya tatanan bermasyarakat kebersamaan
(kurang bersilaturrahmi). Akibat nyata yang terasakan ditengah kehidupan bermasyarakat ialah ;
mulai merenggangnya hubungan kekerabatan, hilangnya rasa tanggung jawab bersama,
pudarnya kegotong royongan, yang selama ini adalah ciri khas budaya bangsa.
Kedua, Kehidupan kaula muda. Tendensi lahirnya generasi yang lemah iman (dhi’aa-
fan) berupa hilangnya tamaddun (terlihat pada kebiasaan hidup tak berbudaya). Kaula muda
seperti itu cendrungan menjadi “X-Generation”, yakni generasi yang tercerabut dari akar
budayanya. Kondisi ini terlihat nyata pada ; kesukaan meniru budaya asing, cinta mode barat,
sering melakukan penggunaan obat terlarang, yang sangat erat kaitannya dengan kebebasan
seks, suka minuman keras dan perjudian, budaya sunset, budaya lepak, bolos sekolah, suka
mengganggu ketenteraman dengan bersikap negatif, berkembangnya upaya-upaya pemurtadan
terhadap umat yang telah menganut agama Islam, terutama terhadap generasi muda, dengan
dalih hak asasi manusia, kebebasan memilih keyakinan, atau upaya terselubung lainnya
berbentuk pemberian, hadiah, bantuan LSM, bea siswa. Duapuluh tahun sebelumnya gejala-
gejala ini tidak jelas terlihat. Kondisi separah ini merupakan bias dari kemajuan teknologi
informasi (IT) disertai melemahnya saringan (filter) di kalangan rumah tangga dan keluarga
(tidak berfungsi). Dan juga disebabakan lalainya kita mengajarkan akhlaqul karimah sesuai
dengan bimbingan Alquran.
Ketiga, Penolakan asas Agama. Dalam kehidupan keyakinan dan faham keagamaan
mulai tercemari paham sekularisme dan penerapan paham persamaan hak yang kurang tepat
dengan kemasan Hak Asasi Manusia. Paham persamaan segala manusia dan hak-hak
kemerdekaannya memang berasal dari ajaran Agama. Tetapi oleh karena kepentingan pihak-
pihak imperium feodal, sejak Romawi hingga revolusi Perancis, sampai reformasi demokratisasi
dan humanisasi melanda belahan bumi. Perang paham ini senantiasa berujung kepada penolakan
asas agama.
Keempat, Konspirasi internasional. Asas agama sering dijadikan salah satu ujud sasaran
tembak dalam pertentangan-pertentangan di antara pemegang kekuasaan dunia, percaturan
politik sejagat yang mengarah persekongkolan kekuatan- kekuatan anti agama (persekongkolan
kekuatan ini sering bergulir menjadi konspirasi internasional). Kebenaran bimbingan wahyu
Allah dapat disimak dengan sangat jelas dalam percaturan memperebutkan umat diantara
kalangan Salibiyah (Christ society) dan Yahudiyah (Lobi Zionis Internasional). Dua kelompok
yang tidak pernah berdiam diri, untuk mempengaruhi paham dan pikiran manusia, sampai semua
orang bisa mengikuti ajaran (millah) nya. Sasaran utama lebih di arahkan kepada kelompok-
kelompok Muslim sejagat persada. Sasaran utamanya adalah melumpuhkan kekuatan Islam
secara sistematik.
Berkembangnya citra (imaj) bahwa paham-ajaran Islam adalah musuh bagi kehidupan
manusia dan tatanan dunia, merupakan bukti dari hasil uopaya gerakan Salibiy Yahudi ini.
Penerapannya dalam pertentangan-pertentangan kekuatan dunia sering terlihat dengan bingkai
ethnic cleansing, penempelan label teroris terhadap gerakan-gerakan dakwah Islam,
fundamentalis, radikalisme, keterbelakangan, kurang dapat menyesuaikan gerak dengan
kemajuan, adalah merek yang dikenakan terhadap organisasi-organisasi Islam lokal maupun
dunia.
Pada akhirnya umat Islam menjadi enggan menerima ajaran Islam dalam kehidupan
kesehariannya. Konsepsi Islam dipandang hanya sebatas ritual dan seremonial. Peran konsepsi
ajaran Islam dianggap tidak cocok untuk menata kehidupan sosial ekonomi dan politik. bangsa-
bangsa. Hubungan manusia secara internasional dinilai tidak pantas di kover oleh ajaran
agama Islam. Adanya pemahaman bahwa ajaran agama hanya bisa di terapkan untuk kehidupan
akhirat, bukan untuk tatanan masa kini, merupakan gejala lain dari kehidupan sekuler
materialisma. Begitulah suatu warning (peringatan) wahyu, bila mampu dipahami secara jelas
tertera dalam Al Quran (lihat QS. Al-Baqarah 120).
Kelima, Diniyah atau laa diniyah. Pertentangan pemahaman menerapkan ajaran Islam,
akan bermuara kepada memecah umat manusia (firaq) yang pada mulanya telah di ikat oleh
kewajiban kerja sama (ta’awun) menjadi dua pihak (diniyah dan laa diniyah). Satu sama lain,
atau kedua-duanya seakan harus berhadapan dalam satu satuan perang yang dipertentangkan
secara bengis dan ganas, penuh kecurigaan dan intimidasi, akhirnya memungkiri segala
keuatamaan budi manusia. Bertalian dengan agama lain, semestinya pula umat Islam
berpedoman kepada (QS.al-Baqarah 256). Bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Iman
diperoleh sebagai rahmat dan karunia Ilahi bukan melalui pemaksaan. Umat Islam berkewajiban
menolak pemahaman kepada adanya permusuhan antara golongan dalam masyarakat yang
terkam menerkam serta terlepas dari tali Allah.
Menyadari tantangan ini, sebaiknya bulan Ramadhan ini kita jadikan sebagai bulan
pelatihan bagi generasi pengganti. Agar mereka memiliki pemahaman dan keteguhan hati
menjadi penggerak dan pemandu umatan washatan atau ummat yang moderat. Semoga.
Wassalam

You might also like