You are on page 1of 8

(Naskah Drama/ Teater)

GUNUNG
Oleh:
Ahmad Afandi1

Di permukaan gunung Muqattam, terdapat sebuah gua. Dari sisi kiri, tampak sebuah jalan
membentang dari titik di sisi kiri gua, naik sampai atas permukaan bukit dan berakhir di sisi luar.
Dari sisi kanan, jalan membentang dari titik di sisi gua sebelah kanan, turun sampai sisi luar kaki
bukit, tergurat memanjang.
Gua gelap. Bayangan-bayangan berkelebat. Dari bayangan, sebuah tangan menghidupkan
lentera yang tergantung di bahu gua, ruangan terang. Sesosok laki-laki dengan pakaian adapt
Mesir, duduk di sisi kiri gua dengan kedua tangan dan kaki terikat. Sementara di depannya, lima
pemuda lain dengan memakai gamis dan celana panjang, tidak jauh berbeda keadaannya.
Assaf berdiri di tengah-tengah mereka, sementara Ismail dan Hilmi di samping kanan,
Ramzi dan Husni di samping kiri.

Laki-laki terikat : (dalam keadaan ketakutan) kalian menawanku di tempat gelap, padahal aku
ingin bebas. Kalian benar-benar pencuri, padahal aku tahu, kalian adalah tetangga dan
anak-anak tetanggaku: kamu Assaf, Ismail, Hilmi, Ramzi dan Husni. Lalu apa arti semua
ini? Kenapa kalian berbuat seperti ini?
Assaf : kami akan mengadilimu.
Laki-laki : (ketakutan dan bingung) apa, kalian akan mengadiliku?
Assaf : benar.
Laki-laki: aku tidak bersalah.
Assaf : sungguh, kamu bersalah.
Laki-laki: tetapi kalian bukan pengadil.
Assaf : kami pengadil seperti yang kamu lihat.
Laki-laki: jika kalian ingin uang…
Assaf : (menyela) kami bukan pencuri…
Laki-laki: aku pun tidak bersalah…

1 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. E-mail: fandi_rrr@yahoo.com, cp:
085743904236/ 085292134678. Penerjemah terbuka untuk berdiskusi seputar Hukum dan Hukum Islam.
Assaf : kamu bersalah, kamu tahu itu.
Laki-laki: hei anak-anakku, hati-hati kalian jika keliru. Hukum tidaklah lalai, tak ada seorangpun
yang dapat lolos dari hukuman…
Assaf : terima kasih atas nasihatmu, tapi kami tidak butuh…
Laki-laki: kalian masih muda, masa depan kalian masih panjang, kalian juga bukan hakim.
Assaf : kami adalah hakim, selama tidak ada orang yang menegakkan keadilan…
Laki-laki: jika kalian hakim, apa yang memberatkanku?
Assaf : apa guna pemberatan jika kesalahanmu telah terdenganr banyak orang…
Laki-laki: kalian harus ingat, aku telah membaca undang-undang dan hukum telah
mendarahdaging di tubuhku…
Assaf : dan telah mendarahdaging pula jika orang yang mengadilimu adalah rekan-rekanmu
sendiri…
Laki-laki: banyak orang-orang yang berbuat seperti aku.
Assaf : mereka akan menyusul…
Laki-laki: aku tidak bersalah, waktulah yang bersalah.
Assaf : bahkan hal itu adalah kelaliman.
Laki-laki: lalu apa hukuman yang akan kalian timpakan padaku?
Assaf : mati.
Laki-laki: (sambil berteriak) mati!?
Assaf : kebebasabmu adalah kehancuran kami…
Laki-laki: (menyusuli) aku berjanji pada kalian…
Assaf : (menyela) saya bersumpah tidak akan membebaskanmu.
Laki-laki: ampunilah aku!
Assaf : kematianmu adalah angina segar bagi banyak orang.

(mereka berdiri, laki-laki itu gemetar. Empat orang membawanya, sementara orang yang kelima
membawa batu-batu besar, berjalan beriringan di sisi kiri mereka. Laki-laki tadi tidak henti-
hentinya berteriak minta tolong)

(gelap/lampu mati)
2
(terang/lampu menyala)

(mereka kembali dengan muka masam. Suasana hening beberapa jurus. Kemudian Husni
memulai pembicaraan, dia adalah yang terburuk keadaannya di antara mereka)

Husni : membunuh manusia adalah perbuatan yang sangat keji. Saya tidak akan pernah dapat
melupakan tatapan laki-laki itu, juga bekunya kematian yang mengungkapkan
kebianasaan, tiada yang dapat memahami hakikat kehidupan kecuali kematian yang
sekejap. Sungguh, seakan aku telah mati bersamanya…(hening, Husni mengelap
keringat). Ini pertama kalinya aku membunuh…
Ramzi : kami pun demikian…
Assaf : (beberapa saat, menyeruak) apakah kalian mulai kendur dan akan berhenti di sini?
Ramzi, Ismail, dan Hilmi: Tidak akan…tidak akan…tidak akan…
Assaf : (menghadap Husni) Husni, saya sama sepertimu seutuhnya. Kita harus berjuang dengan
segenap kemampuan.
Husni : kita harus memiliki otot baja dan hati yang tak gentar!
Assaf : ingat kesewenang-wenangan mereka, kita harus percaya sepenuhnya pada kekuatan
yang melekat. Kita telah membahas ini. Kita memasrahkan jiwa raga demi
memperjuangkan missi ini, dan missi itu tidak lain dikobarkan dengan penyiksaan…
Hilmi : inilah yang kita sepakati dengan penuh kesadaran…
Assaf : membudayakan kelaliman lebih keji daripada membudayakan pembunuhan…
Husni : lalim dan membunuh, keduanya sama-sama keji…
Ismail : tetapi kita dapat diampuni dengan niat baik kita.
Assaf : camkan, kita adalah orang-orang mulia dan dikasihi…
Husni : kita tidak mengenal senyum…
Assaf : jadilah syuhada’!
Ramzi : jadilah syuhada!
Assaf : (dengan suara lantang) kita harus melupakan gunung ini jika telah kembali ke wilayah
kita.
Hilmi : kita harus memperlakukan hidup laiknya orang-orang yang masih tersisa…
Ismail : kita juga harus menjaga rahasia tentang hilangnya orang-orang ini jika kita ditanya…
Assaf : laknat bagi para pencuri. Tetapi kita tidak akan menyakiti anak-anak mereka!
Husni : anak-anak! Mereka seperti kita, teraniaya…
Assaf : (dengan kasar) kita pengadil bukan pengacara, sejarah tak lain adalah sungai panjang
dengan luapan darah yang tumpah, 9/10-nya dari darah orang-orang tidak bersalah…
Assaf : (berbalik ke sisi kanan dan berkata): jangan lupa bahwa suatu saat nanti darah kita akan
bercampur dengan darah mereka…

(mereka beranjak satu demi satu dalam jalan setapak…)

(gelap/lampu mati)

3
(Gua. Assaf, Ismail, Ramzi, Husni)
Assaf : mari kita berdoa untuk Hilmi, semoga dia diberi petunjuk dalam urusannya (menawan
orang yang datang ke pelacuran).
Ismail : ide bagus, orang yang bersalah adalah lelaki yang suka mengunjungi wanita. Semoga
dia cepat kembali, dia datang pada malam yang tepat…
Ramzi : kali ini, wilayah ini akan bergetar sampai kedalaman tanah…
Assaf : mereka akan percaya bahwa hal ini hanyalah pertumpahan darah yang getir…
Ramzi : para eksekutor tidak akan pernah mengampuni mereka…
Ismail : yang patut disayangkan, ketakutan akan membinasakan semuanya…
Husni : mungkin juga, mereka akan segera mengetahui hal-hal yang selama ini tersembunyi…
Assaf : semoga hal itu berguna bagi missi kita.
Husni : dalam keadaan demikian, saya khawatir orang-orang akan curiga…
Assaf : tidak perlu dikhawatirkan…
Husni : bias saja mereka menghalangi kita karena sesuatu yang menyakitkan…
Assaf : saya merasa, kamu tidak dapat melepaskan diri dari ketidakberdayaan…
Husni : bukankah aku berbuat seperti kalian?
Assaf : yang kumaksud adalah hati. Sebab hati terkadang terlepas dari tangan dan lisan!
Ramzi : assaf, tenangkanlah hatinya sebagaimana kamu menenangkan hatimu.
(suara-suara samara terdengan bersahutan dari luar. Hilmi masuk diikuti laki-laki dengan pakaian
adapt mewah. Laki-laki itu terkejut setelah melihat yang lainnya, langkahnya terhenti)
Laki-laki: (menghadap Hilmi) apa arti ini?
(seketika mereka menjungkalkan dan mengikat laki-laki itu dan dilemparkan ke tanah. Lalu
kedua tangan dan kakinya diikat, tanpa perlawanan berarti. Mereka mendudukkannya di tempat
pembantaian, laki-laki itu terlihat ketakutan)
Laki-laki: apa maksud semua ini, hei anak-anakku?..tak ragu lagi…kalian adalah pencuri…
Hilmi : benar, kau akan segera tahu…
Assaf : kami bukan pencuri seperti yang kamu kira, kami adalah para pengadil bagi orang-orang
yang berbuat lalim di wilayah kami…
Laki-laki: (bingung) pengadil… hukuman…lalim…!
Assaf : seperti yang kamu lihat…sebelum kamu, sudah dieksekusi seorang paman dan seorang
laki-laki.
Laki-laki: apa yang kamu lakukan pada mereka?
Assaf : (menunjuk arah kiri) mereka kamu bunuh di gunung.
Laki-laki: tidak takutkah kalian pada undang-undang?
Assaf : kamilah penegak undang-undang tertinggi, bersiaplah.
Laki- laki: (ketakutan) saya dalam kekuasaan kalian…ambillah dariku semua yang kalian mau.
Assaf : bersiaplah.
Laki-laki: (memohon dengan sangat) sabarlah. Pikirkan sejenak, apa salahku pada kalian di
Mesir? Apa motivasi kalian membunuh?
Assaf : mengurangi orang-orang lalim satu demi satu.
Laki-laki: masalahnya lebih besar dari sekedar itu, pikirlah sejenak agar kita sama-sama
memahami. Kalian menjadi pembunuh tanpa hasil yang sesungguhnya…
Assaf : masih ada pembelaan lain?
Laki-laki: apa, apa yang mungkin lagi bisa dikatakan? Masalah tetap tidak akan hilang. Masalah
itu tidak dapat saya selesaikan, juga kalian. Masih ada solusi, tapi bukan membunuh…

(mereka berdiri. Empat orang membawanya k atas gunung, seorang lagi mengikuti dengan
membawa batu)
(gelap/lampu mati)

4
(terang/lampu menyala)

(mereka kembali dengan muka masam. Kali ini, mereka lebih dapat menguasai diri dari pada
sebelumnya. Husni bersandar di sisi samping dalam keadaan buruk sekali. Empat orang
memandang Husni dengan gelisah, spesialis orang-orang lalim)
(diam)
Assaf : tidak mungkin menyelesaikan semua masalah dengan cara ini saja…
(diam)
Assaf : aku kembali bertanya, kapan kau akan keluar dari kelemahanmu itu!
Husni : diriku dipenuhi perasaan asing, mungkin itu penyakit…
Assaf : bukan, itu kilahan dan perintah.
Husni : (ingin memberi kesadaran) Assaf saudaraku, seharusnya aku ungkapkan padamu bahwa
pembelaan laki-laki tadi mulai menyadarkanku!
(diam beberapa saat)
Assaf : ma sya Allah. Kalau begitu, orang itu kita aniaya dan penduduk daerah kita yang
bersalah?
Husni : bukan begitu maksudku. Maksudku, membunuhnya bukanlah solusi untuk
menyelesaikan masalah.
Assaf : ikuti pandangan kami yang lalu, kita selesaikan hal ini!
Husni : (terpengaruh) kita hanya akan melewati satu kelaliman ke kelaliman yang lain. Kita
akan menghentikan kelaliman sedangkan kita tidak tahu. Kurasa aku masih merasa
sakit…
Assaf : kamu memang benar-benar sakit, sakit kehendak dan sakit jiwa…
Husni : (tegang) sebaliknya, itulah yang benar!
Assaf : benarkah? Apakah maksudmu berarti kamu sehat dan kamilah yang sakit?
Hilmi : (kepada Husni) apa itu yang kamu maksudkan?
Ramzi : (kepada Husni) apa yang kamu pilih?
Assaf : dengan penuh kelapangan, hal itu dapat membuat keretakan…
Husni : tidak akan…saya mengusulkan agar kita menimbang segala sesuatu menurut prinsip
kita.
Assaf : tidak lagi menghentikan kelaliman?
(diam)
Assaf : tidak ada gunanya kita melanjutkan pembicaraan. Berdiam dirilah sejenak di
keheningan malam yang menusuk tulang, istirahatlah dengan tenang, nanti kita lanjutkan
kembali pembicaraan.
Husni : (ragu sejenak. Kemudian beranjak ke sisi kanan dan keluar. Dia memandang ke
berbagai arah)
Assaf : apa pendapatmu?
Hilmi : semoga dia mendapat pahala atas kecakapannya.
Ismail : saya tidak meragukan ketulusannya.
Assaf : saya pun demikian. Tetapi kelemahan menggerogotinya. Kita harus mengkhawatirkan
akibat dari kelemahannya itu…
Ramzi : mungkin menurutnya hal itu baik, yakni bahwa kita harus menghentikan cara kita ini
Assaf : itu adalah solusi yang terkadang memang penuh dengan resiko
Ismail : dia tidak akan menjadi teman yang baik bagi kita…
Assaf : aku sangat setuju denganmu. Tetapi apa langkah kita selanjutnya?
(setan merasuki)
Ramzi : kita bebaskan dia dari tugas.
Assaf : apakah dapat dijamin bahwa dia akan diam?
Ismail : dia sangat tulus
Hilmi : membeberkan hal ini dapat membahayakannya, juga kita.
Assaf : kelemahan terkdang dapat mengantarkan pada keruntuhan, lebih besar dari pada
mengantarkan pada kekuatan.
(diam)
Ismail : kemungkinannya jauh sekali.
Assaf : apakah kita akan menggantungkan nyawa dan missi kita pada belas kasihan orang?
Ramzi : aku punya usulah lain. Bagaimana kalau kita membatasi tugasnya untuk memperdayai
orang-orang yang lalim?
Assaf : hal itu tidak dapat merubah apapun
Ismail : mari kita coba, karena kamu bukanlah peramal
Assaf : doakan aku, aku akan mencobanya
(Assaf keluar menemui Husni. Ismail, Hilmi, dan Ramzi saling pandang dalam
ketidakmenentuan yang jelas)
Ismail : sabar. Ini akan berakhir dengan baik.
Ramzi : semoga.
Hilmi : hatiku tertekan.
(assaf kembali dengan langkah berat. Dia lalu duduk dengan lutut diangkat menempel ke perut.
Membenamkan wajahnya di antara dua lututnya. Mereka melihat Assaf dengan risau, lalu minta
penjelasannya)
Ismail : apa yang terjadi?
(diam)
Ramzi : kamu tampak tidak menerimanya?
(diam)
Hilmi : Assaf, bicaralah. Jangan membuat kami was-was.

You might also like