You are on page 1of 6

KAUM KHAWARIJ

Kaum Khawarij terdiri atas pengikut-pengikut ‘Ali Ibn Talib yang


meninggalkan barisannya, karena tidak setuju dengan sikap ‘Ali Ibn Talib dalam
menerima arbitrase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan tetang Khalifah
dan Mu’Awiyah Ibn Abi Sufyan. Kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai
seorang yang meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan
diri kepada Allah dan Rasul Nya. Mereka pun menyebut diri mereka Syurah, yang
berasal dari kata Yasyri (menjual), sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah
(207) : “Ada manusia yang menjual dirinya untuk keridlaan Allah”. Nama yang lain
juga diberikan kepada meeka yaitu Haruriah, Dari kata Harura, yang merupakan
sebuah desa yang terletak di dekat kota Kufah, di Irak.
Nama Khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Kaum Khawarij
umumnya terdiri dari orang-orang Arab. Badawi. Hidup di padang pasir yang serba
tandus membuat mereka sederhana dalam hidup dan pemikiran. Perubahan agama
yang terjadi tidak membawa mereka kepada perubahan sikap keBadawian mereka.
Mereka tetap bersikap bengis, suka kekerasan, dan tak gentar mati. Sebagai orang
Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Ajaran-ajaran Islam, sebagaimana
terdapat dalam Al Qur’an dan Hadis, mereka artikan menurut lafaznya dan harus
dilaksanakan sepenuhnya. Iman dan paham orang Badawi adalah iman dan paham
orang yang sederhana dalam pemikiran (pemikirannya sempit) serta terlalu fanatik.
Kaum Kahawarij terpecah ke dalam golongan-golongan yang lebih kecil
dikarenakan sikap dan kelakuan mereka yang selalu menentang dan mengadakan
perlawanan terhadap penguasa-penguasa Islam dan umat Islam yang ada di zaman
mereka. Golongan-golongan tersebut ialah :

Al Muhakkimah
Golongan asli yang terdiri dari pengikiut-pengikut Ali. Mereka menyetujui
arbitrase bersalah dan menjadi kafir, dan mereka pun meluaskan pengartiannya
sehingga orang yang berbuat dosa besar termasuk golongan orang yang kafir.
Menurut mereka berbuat zinah dan membunuh adalah suatu perbuatan dosa besar
yang menurut paham golongan ini orang yang mengerjakannya menjadi kafir dan
keluar dari agama Islam.

Al Zariqah
Golongan ini adalah golongan yang muncul setelah golongan Al Muhakkimah
hancur. Daerah kekuasaannya adalah diperbatasan Irak dan Iran. Nama Al Zariqah
diambil dari Nafi ‘Ibn al-Azraq. Pengikutnya menurut al-Baghdadi adalah lebih dari
20 ribu orang.
Golongan ini sifatnya lebih radikal dari golongan Al Muhakkimah. Mereka
tidak lagi memakai term kafir, tetapi term musyrik atau polyteist, yang dalam Islam
merupakan dosa besar, lebih besar dari kufr. Selanjutnya orang yang tidak sepaham
dan yang sepaham namun tidak tinggal diwilayah atau dilingkungan golongan Al
Zariqah dianggap juga seorang yang musyrik. Siapapa pun orang yang mereka jumpai
dan mengaku bahwa orang Islam namun tak sepaham dengan Al Zariqah, mereka
bunuh. Barang siapa yang datang dan mengaku bahwa dia adalah seorang pengikut
golongan ini, orang itu akan diuji terlebih dahulu, yaitu membunuh seorang tawanan,
dan bila tawanan itu tidak dibunuhnya maka kepala ialah yang dipenggal.

Al Najdah
Najdah Berlainan dengan dua golongan di atas. Menurut mereka orang yang
berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal dalam neraka adalah orang Islam yang tak
sepaham dengan golongannya. Adapun pengikutnya jika berdosa besar, betul akan
mendapat siksaan, tetapi tidak dalam neraka, dan kemudian akan masuk surga. Dosa
kecil bagi golongan ini akan menjadi dosa besar jika dikerjakan terus menerus dan
orang yang mengerjakannya adalah orang yang musyrik.
Golongan ini berpendapat bahwa yang diwajibkan bagi tiap-tiap Muslim
adalah mengetahui Allah dan Rasul-rasul Nya, mengetahui haram membunuh orang
Islam dan percaya pada seluruh apa yang diwahyukan Allah kepada Rasul Nya. Orang
yang tak mengetahui ini tak diampuni.
Dalam Al KHawarij, golongan inilah yang pertama kali membawa paham
taqiah, yaitu merahasiakan dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri
seorang. Taqiah menurut pendapat mereka bukan hanya dalam bentuk ucapan tetapi
dalam bentuk perbuatan.
Al Ajaridah
Mereka adalah pengikut dari ‘Abd Al-Karim Ibn’ Ajrad yang menurut Al
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi.
Kaum Al Jaridah bersifat lebih lunak, karena menurut paham mereka berhijrah
bukanlah merupakan suatu kewajiban sebagaimana yang diajarkan oleh Nafi Ibn Al-
Azraq dan Nadjah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Seterusnya mereka
berpendapat bahwa anak kecil tidak bersalah atau berdosa, tidak musyrik seperti
orangtuanya bila orang tuanya musyrik.
Selanjutnya kaum Al Jaridah tidak mengakui surat Yusuf sebagai bagian dari
Al Quran, karena menurut mereka surat yusuf membawa cerita cinta, dan Al Quran
sebagai kitab suci tidak mungkin mengandung cerita cinta.
Al Ajaridah terpecah menjadi golongan-golongan kecil, diantaranya; golongan
Al Maimunnah dan Al Hamziah yang menganut paham qadariah dan golongan Al
Syuaibiah dan Al Hazimiah yang menganut paham “Tuhanlah yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan manusia dan sebagai manusia tidak dapat menentang kehendak
Allah”.

Al Sufriah
Pemimpin golongan ini adalah Zaid Ibn Al Asfar. Dalam paham mereka tidak
jauh berbeda dengan golongan Al Azariqah. Namun, ada pendapat-pendapat mereka
yang menjadikan mereka kurang ekstrim yaitu:
a. Orang sufriah yang berhijrah tidak dipandang kafir.
b. Mereka tidak berpendapat bahwa anak-anak kaum musyrik boleh dibunuh.
c. Mereka berpendapat tidak semua orang yang berdosa besar musyrik.
d. Daerah golongan Islam yang tak sepaham dengan mereka buka dar harb yaitu
daerah yang harus diperangi; yang diperangi hanyalah maaskar atau camp
pemerintah, sedang anak-anak dan perempuan tidak boleh ditawan.
e. Kufr dibagi dua; kufr bin inkar al nimah yaitu mengingkari rahmat Tuhan dan
kufr bin inkar al rububiah, yaitu mengingkari Tuhan. Dengan demikian term
kafir tidak selamanya keluar dari Islam.
Disamping pendapat tersebut ada pendapat yang spesifik bagi mereka:
a. Taqiah. Menurut mereka hanya boleh dalam bentuk perkataan.
b. Perempuan boleh menikah dengan laki-laki kafir jika untuk keamanan dirinya
(di daerah bukan Islam).
Al Ibadiah
Golongan ini adalah golongan yang paling moderat dibandingkan dengan
golongan-golongan Khawarij yang lain. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad,
yang pada ahun 686 M, memisahkan diri dari golongan Al Zariqah. Paham moderat
mereka sebagai berikut:
a. Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah mukmin dan
musyrik, tetapi kafir.
b. Daerah oran Islam yang tak sepaham dengan mereka, kecuali camp
pemerintah merupakan dar tawhid, daerah orang yang mengesakan Tuhan,
tidak boleh diperangi. Yang merupakan dar kufr, yaitu harus diperangi
hanyalah ma askar pemerintah.
c. Mengerjakan dosa besar tidak membuat orang keluar dari Islam.
d. Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata. Emas dan
perak harus dikembalikan kepada yang memiliki.
Golongan khawarij Al Ibadiah ini masih ada sampai sekarang, terdapat di
Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan.
QADARIAH dan JABARIAH

Paham Qadariah
Kaum Qadariah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan
kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Meurut paham Qadariah manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehenaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Paham Qadariah dibawa oleh orang-orang Islam yang bukan berasal dari Arab
padang pasir. Hal itu menyebabkan kegoncangan dalam pemikiran mereka. Paham
Qadariah itu mereka anggap bertentangan dengan ajaran Islam. Paham Qqadariah
timbul pertama kali oleh seseorang yang bernama Ma bad Al-Juhani. Menurut Ibn
Nabatah, Ma bad Al-Juhani dan temannya Ghailan al-Dimasyqi mengambil paham ini
dari seorang Kristen yang masuk Islam di Irak, dan menurut Al-Zahabi, Ma bad Al-
Juhani adalah seorang Tabii yang baik, namun ia memasuki dunia politik dan
memihak pada Abd Al-Rahman Ibn Al-Ilyas, Gubernur Sajistan, dalam menentang
kekuasaan Banu Umayyah. Dalam pertempuran dengan Al Hajjaj Ma bad mati pada
tahun 80 H. Paham ini berpendapat bahwa manusia itu, merdeka dalam tingkah
lakunya. Ayat-ayat yang boleh membawa kepada kaum Qadariah adalah sebagai
beikut; Al-Kahf (18)-29, Fussilat (41)-40, Al-Imran (3)-164.

Paham Jabariah
Berbeda dengan kaum Qadariah, kaum Jabariah berpendapat bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya.Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi
nama Jabariah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Memang dalam paham
ini ada pendapat bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
Jadi perbuatan-perbuatan manusia semuanya telah ditentukan oleh Tuhan.
Masyarakat Arab sebelum Islam kelihatanya dipengaruhi oleh paham Jabariah
ini. Bangsa Arab yang pada waktu itu besifat sederhana dan jauh dari pengetahuan,
terpaksa menyesuaikan hidup mereka dengan suasana padang pasir, dengan panasnya
yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul.
Aliran ini pertama kali dimunculkan oleh Al Jad Ibn Dirham, tetapi yang
menyiarkannya adalah Jahm Ibn safwan dari khurasan. Jahm yang terdapat pada
aliran Jabariah ini sama dengan Jahm yang mendirikan golongan Al Jahmiah dalam
kalangan Murjiah. Sebagai sekretaris dari syuriah Ibn Al Haris turut dalam gerakan
melawan kekuasaan Bani Umayyah.
Manusia menurut Jahm tidak mempunyai kekuasaan apa-apa; tidak
mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
Manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan,
kemauan, dan pilihan baginya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang
yang digerakan oleh dalang dan dalang yang menggerakan manusia adalah Tuhan.
Ayat-ayat yang memperbolehkan kita ke paham Qadariah sebagai beikut; Al-
An’am (6)-112, Al-Safaat (37)-96, Al-Hadid (57)-22, Al-Anfat (8)-17, Al-Insan (76)-
30.

Jika dilihat paham-paham diatas mempunyai ayat-ayat seperti yang telah tersebut, dan
tidak mengherankan jika paham Qadariah dan paham Jabariah masih tetap ada
dikalangan umat Islam walupun penganjur-panganjurnya telah meninggal. Dalam
sejarah teologi selanjutnya paham Qadariah dianut oleh kaum Mutazilah, sedang
paham Jabariah terdapat dalam aliran Al Asy-ariah.

You might also like