You are on page 1of 38

Presentasi Kasus

Penyakit Jantung Tiroid e.c Hipertiroidisme

Disusun Oleh :

MUHAMMAD EKO ANDARU

1102005164

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

Pembimbing :

Dr. Hami Zulkifli Abbas Sp.PD, MH.Kes


Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD
Dr. Sunhadi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD ARJAWINANGUN

KATA PENGANTAR

1
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
tugas presentasi kasus yang berjudul Penyakit Jantung Tiroid et causa Hipertiroidisme.
Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan
yang akan datang penulis dapat membuat yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami Zulkifli
Abbas, Sp.PD, MH.Kes; Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD; dan Dr. Sunhadi serta berbagai
pihak yang telah membantu penyelesaian presentasi kasus ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Arjawinangun, 05-07-2010

Penyusun

2
BAB I
KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 Tahun
Alamat : Guwa Lor
Pekerjaan : Pengangguran
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Tgl. Masuk : 17-06-2010
Tgl. Keluar : 23-06-2010

II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan
yang lalu. Sesak terutama timbul saat aktifitas ringan seperti menyapu lantai, mandi
atau mencuci, bahkan ketika di rumah sakit ketika berjalan sebanyak 10 langkah,
pasien sudah merasa sesak. Sesak berkurang bila dibawa istirahat. Sesak bila tidur
telentang dan berkurang bila kepala ditinggikan sebanyak 3-4 bantal. Ketika tidur
pasien juga miring kesebelah kanan unutk menghilangkan rasa sesaknya. Keluhan
juga disertai batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu, batuk jarang, tidak berdahak dan
tidak berdarah. Kedua tungkai bengkak sejak 2 bulan yang lalu.
Benjolan pada leher sejak 1 tahun yang lalu, benjolan pertama-tama dirasakan kecil
dan lama-lama makin cepat membesar, benjolan tidak sakit, dan tidak terasa panas.
Muka tampak pucat disertai badan terasa lemah, letih, dan lesu sejak 6 bulan yang

3
lalu. Dada terasa berdebar–debar yang disertai rasa gelisah dan sering berkeringat
banyak sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga merasa bola mata terasa menonjol ke arah
luar. Pasien mengaku nafsu makannya meningkat dan sering lapar, disertai berat
badan menurun dari 55 kg menjadi 48 kg dalam 2 tahun terakhir. Pasien mengeluh
sering BAB dengan konsistensi cair selama 3 hari dengan frekuensi 3-4 x dan pada
BAB tidak ditemukan adanya darah maupun lendir . BAK normal. Keluhan tidak
disertai dengan rasa mual dan muntah. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien
mempunyai emosi yang labil belakangan ini. Pasien mengaku tidak mengetahui
riwayat terpapar radiasi pada waktu kecil.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada. Riwayat
diabetes tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti
ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran : Compos mentis


- Tekanan darah : 130/70 mmHg
- Nadi : 104 x / menit
- Pernapasan : 36 x /menit,
dispneu (+)
- Suhu : 38,2 0 C
- Ikterus : -/-
- Oedema : +/+
- Cyanotik : -/-
- Anemia : -/-
- Ptechia : -
- Turgor kulit : Baik

4
- Tinggi Badan : 165 cm
- Berat badan : 48 Kg

KEPALA
- Bentuk : Normal, simetris
- Rambut : Hitam, tidak mudah tercabut
- Mata : Exophtalmus
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
edema palpebra (-)
pupil isokor kanan = kiri,
Refleksi cahaya (+).

- Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak


- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi
- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak
hiperemis, tidak ada nyeri menelan.

LEHER
Bentuk normal, deviasi trakhea (-).
Kelenjar tiroid : Teraba membesar di kedua lobus kanan dan kiri, ikut bergerak
ke atas ketika menelan. Konsistensi padat/keras dan melekat ke jaringan sekitar
dengan batas yang tidak tegas. Tidak nyeri pada penekanan.
KGB tidak membesar , JVP meningkat (5 + 4 cmH2O).

THORAKS
- Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris
pergerakan napas kanan = kiri.
Iktus kordis terlihat
- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Fremitus vocal kanan melemah daripada kiri
5
Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri
teraba meningkat dan meluas.

- Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, redup pada lapang


paru kanan setinggi sela iga III
Batas Jantung
Batas atas : sela iga II garis sternalis kanan
Batas kanan : sulit dinilai
Batas kiri : sela iga V garis axillaris anterior kiri
Batas paru hati : sulit dinilai
- Auskultasi : Rhonki basah kasar +/- , wheezing -/-
Bunyi jantung I>II cepat,irreguler

ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar simetris
vena kolateral (-)
caput Medussae (-)
umbilikus tidak menonjol
- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Tidak ada pembesaran hepar
Tidak ada pembesaran lien
- Perkusi : Shifting dullnes (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal,

GENITALIA
♂ T.A.K

EKSTREMITAS
- Superior : Hangat
Tremor (+)
Eritema palmaris (-/-)
Sianosis (-/-)
6
Clubbing finger (-/-)
edema (-/-)

- Inferior : Hangat
Edema pretibial (+/+)
Sianosis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin Tgl (17-06-2010)
Hemoglobin : 10,2 g/dl 11,0 – 17,0
Leukosit : 6,0 H 103/μl 4,0 – 10,0
Limfosit : 2,6 103/μl 1,0 – 5,0
Monosit : 0,4 103/μl 0,1 – 1,0
Granulosit : 2,9 H 103/μl 2,0 – 8,0
Hematokrit : 32,3 % 35,0 – 55,0
MCV : 85,3 μm3 80,0 – 100,0
MCH : 28,2 pg 26,0 – 34,0
MCHC : 33,0 g/dl 31,0 – 35,5
Trombosit : 152 103/μl 150 - 400

Kimia klinik
Glukosa (20-06-2010)
Glukosa sewaktu : 120 70 – 150 mg/dl

Fungsi Ginjal (18-06-2010)


– Ureum : 26,4 mg/dl 10 -50
– Kreatinin : 0,29 mg/dl 0,6 – 1,38
– Uric Acid : 4,52 mg/dl 3,34 – 7,0

7
Fungsi Hati (18-06-2010)
- Albumin : 2,50 g/dl 3,5 – 5,0
- SGOT : 24 U/l 0 - 38
- SGPT : 11 U/l 0 – 41
Lipid
- Cholesterol Total 73 mg/dl
Elektrolit (22-06-2010)
- Natrium : 137 mmol/L 136 – 145
- Kalium : 4,7 mmol/L 3,5 – 5,1
- Clorida : 102 mmol/L 97 – 111
- Kalsium : 1,10 mmol/L 1,15 – 1,29

Urine rutin ( 18-06-2010)


Warna : kuning
pH : 6.0
Berat jenis : 1020
Nitrit : negatif
Protein : +1
Glukosa : negatif
Keton : negatif
Bilirubin : negatif
Urobilinogen : negatif

Sedimen
Leukosit : +0-1/LPB
Eritrosit : negatif
Epitel : +0-1/LPB
Kristal : negatif
Bakteri : negatif
Silinder : negatif

8
Serologi
Thyroid function
- FT4 : 75,62 12,00 – 22,0 pmol/l
- T3 : 5,21 1,30 – 3,10 pmol/l
- T4 : 211,0 66,0 – 181,0 pmol/l
- TSH : 0,089 0,270 – 4,20 uIUl/ml

Pemeriksaan EKG :

Kesan :
• Sinus Aritmia, HR : 169 x /menit
• Atrial Flutter
• Axis normal

9
Pemeriksaan Radiologi :

Foto Thoraks PA

Batas kanan jantung sulit dinilai, sinus kanan dan diafragma kanan tetutup bayangan
opak, sinus kiri dan diafragma kiri normal.

Pulmo : Hili tertutup bayangan opak


Corakan paru bertambah
Tidak tampak perbercakan lunak
Tampak bayangan opak pada lapang tengah dan bawah paru kanan
Kesan : Efusi pleura kanan
Kardiomegali

USG Thyroid
Tiroid :
Kedua tiroid membesar dengan ukuran kanan 24,3 x 32,5 x 35,1 mm, kiri 24,0 x 27,3 x
34,4 mm.
Tekstur parenkim difusa heterogen solid. Pada pemeriksaan Doppler tampak
hipervaskularisasi.Tidak tampak kalsifikasi.

10
Kesan :
Struma difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada pemeriksaan
Doppler.

Resume:
Pasien laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan paroxismal nocturnal
dispneu (+). Ketika tidur pasien miring kesebelah kanan untuk menghilangkan rasa
sesaknya. Keluhan batuk (+), edema pretibial (+). Benjolan pada leher (+), badan terasa
lemah, letih, dan lesu. Palpitasi (+) yang disertai rasa gelisah dan sering berkeringat.
Exophltamus (+). Nafsu makan meningkat, berat badan menurun dari 55 kg menjadi 48
kg. Pasien mengeluh mencret tanpa darah dan lendir (+). Emosi labil.
Pada pemeriksaan fisik terdapat frekuensi nadi takikardi frekuensi nafas ↑. Mata
exophtalmus dan tremor pada ekstremitas (+). Pembesaran kelenjar tiroid dan JVP↑.
Thoraks perkusi redup dan fremitus vokal melemah pada lapang paru kanan. Iktus kordis
↑ dengann pembesaran jantung kiri. Rhonki basah kasar +/- bunyi jantung I>II
cepat,irreguler.

11
Pada pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan kadar T3, T4, FT4 dan
penurunan kadar TSH. Pemeriksaan fungsi hati kadar albumin turun. Pada pemeriksaan
elektrolit didapatkan penurunana kadar calsium, dan peningkatan kadar kalium.
EKG menunjukkan adanya atrial fibrilasi, sinus aritmia,
Hasil rontgen Thoraks PA : Efusi pleura kanan. Hasil USG tiroid kesan : Struma
difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada pemeriksaan Doppler.

DIAGNOSIS KERJA
Congestive Hearth Failure grade III e.c Hipertiroidism e.c Susp. Ca Tiroid

DIAGNOSIS BANDING
Congestive Hearth Failure grade III e.c Hipertiroidism e.c Grave disease
Congestive Hearth Failure grade III
PROGNOSIS : Dubia at malam

V. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
2. Diit : Tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam.
3. Medikamentosa :
• D5% 20 tetes/ menit
• O2 3L
• Ceftriaxon 2 x 1 gram IV
• Untuk mengatasi peningkatan asam lambung : Dexanta 3 x CI, Ranitidin
3x 1 amp
• Propanolol 3 x 10 mg
• PTU 3 x tab 100 mg
• Digoksin 2 x 1 selama 3 hari setelah itu dilanjutin 1 x 1
• Infus Albumin 20 %
• Furosemid 2 x 1
• KSR 3 x 1

12
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus kelenjar tiroid (BAJAH)
2. Sintigrafi Tiroid
3. Terapi Supresi Tiroksin
4. Torakosintesis

FOLLOW UP

Tanggal 18-06-2010 19-06-2010 20-06-2010


Keluhan - Sesak (+) - Sesak (+) - Sesak (+)
- Batuk (+) - Batuk (+) - Batuk (+)

- Berdebar-debar (+) - Berdebar-debar(+) - Berdebar-debar(+)

- Mencret (+) - Mencret (+) - Mencret (-)


- Malaise (+) - Kepala pusing (+)

Pemeriksaan fisik
- Kesadaran CM CM CM
- TD 130/90mmHg 120/80mmHg 160/90mmHg

- Nadi 90x/mnt 88x/mnt 84x/mnt


23x/mnt 36x/mnt 24x/mnt
- Pernapasan
36,40 C 36,00 C 36,20 C
- Suhu

Leher

Pembesaran kel. Tiroid (+) (+) (+)


JVP meningkat meningkat meningkat

Mata

- eksoftalmus (+) (+) (+)


Thorak

Cor pulmo Rhonki basah Rhonki basah Rhonki basah


kasar+/-, BJ I>II, kasar+/-, BJ I>II, kasar+/-, BJ I>II,
cepat irreguler cepat irreguler cepat irreguler

13
palpitasi (+) (+) (+)

Ekstremitas Inferior

-Oedem (+) (+) (+)

-Tremor (+) (+) (+)

-keringat ( +) ( +) ( +)

Diagnosa Penyakit jantung Penyakit jantung Penyakit jantung


tiroid e.c tiroid e.c tiroid e.c
Hipertiroidisme Hipertiroidisme e.c Hipertiroidisme e.c
susp. CA tiroid susp. CA tiroid

Penatalaksanaan
Bed rest (+) (+) (+)
D5% 20 tetes/ menit (+) (+) (+)
Ceftriaxon 2 x 1 gram IV (+) (+) (+)

Dexanta 3 x CI, (+) (+) (+)


(+) (+) (+)
Ranitidin 3x 1 amp
(+) (+) (+)
Propanolol 3 x 10 mg
(+) (+) (+)
PTU 3 x tab 100 mg
(+) (+) (+)
Digoksin 2 x 1
(-) (-) (-)
Infus Albumin 20 % (-) (-) (-)
Furosemid 2 x 1 (-) (-) (-)
KSR 3 x 1 (-) (-) (-)

Pemeriksaan anjuran -Lab TSH, T3, T4


-Elektrolit
tambahan
-EKG
-Ro foto toraks
-USG tiroid

14
Tanggal 22-06-2010 23-06-2010 24-06-2010
Keluhan - Sesak (+) - Sesak (-) - Sesak (-)
- Batuk (+) - Batuk (+) - Batuk (+)
- Berdebar-debar (+) - Berdebar-debar(+) - Berdebar-debar(+)
- Kepala pusing (-)

Pemeriksaan fisik
- Kesadaran CM CM CM
- TD 120/70mmHg 110/80mmHg 140/100mmHg

- Nadi 88x/mnt 88x/mnt 79x/mnt


36x/mnt 24x/mnt 26x/mnt
- Pernapasan
0 0
36,4 C 36 C 370 C
- Suhu

Leher

Pembesaran kel. Tiroid (+) (+) (+)


JVP meningkat meningkat meningkat

Mata

- eksoftalmus (+) (+) (+)


Thorak

Cor pulmo Rhonki basah Rhonki basah Rhonki basah


kasar+/-, BJ I>II, kasar+/-, BJ I>II, kasar+/-, BJ I>II,
cepat irreguler cepat irreguler cepat irreguler

palpitasi (+) (+) (+)


Ekstremitas Inferior

-Oedem (+) (+) (+)


-Tremor (+) (+) (+)
-keringat ( +) ( +) ( +)

Diagnosa Penyakit jantung Penyakit jantung Penyakit jantung


tiroid e.c tiroid e.c tiroid e.c

15
Hipertiroidisme e.c Hipertiroidisme e.c Hipertiroidisme e.c
Susp. CA tiroid susp. CA tiroid susp. CA tiroid
Penatalaksanaan
Bed rest (+) (+) (+)
D5% 20 tetes/ menit (+) (+) (+)
Ceftriaxon 2 x 1 gram IV (+) (+) (+)

Dexanta 3 x CI, (+) (+) (+)


(+) (+) (+)
Ranitidin 3x 1 amp
(+) (+) (+)
Propanolol 3 x 10 mg
(+) (+) (+)
PTU 3 x tab 100 mg
(+) (+) (+)
Digoksin 2 x 1
(+) (+) (+)
Infus Albumin 20 % (+) (+) (+)
Furosemid 2 x 1 (+) (+) (+)
KSR 3 x 1 (+) (+) (+)

Pemeriksaan anjuran -Lab TSH, T3, T4


-Elektrolit
tambahan Acc. pulang
-EKG
-Ro foto toraks
-USG tiroid

ANALISA KASUS

16
Saya mendiagnosa pasien ini dengan penyakit Congestive Heart Failure Grade III
e.c hipertiroid e.c susp Karsinoma Tirod karena dari:

Congestive Hearth Failure Grade III :


Ditemukan Kriteria Framingham untuk menegakan diagnosis gagal jantung kongestif.
Kriteria mayor:
1. paroxismal nocturnal dispneu : Sesak bila tidur telentang dan berkurang bila
kepala ditinggikan sebanyak 3-4 bantal
2. distensi vena leher
3. ronkhi paru : Rhonki basah kasar +/-
4. kardiomegali
5. edema paru akut
6. gallop s3
7. peninggian tekanan vena jugularis : JVP meningkat (5 + 4 cmH2O)
8. refluks hepatojugular

Kriteria minor:
1. edema ekstremitas : edema pretibial +/+
2. batuk malam hari
3. dispneu de effort : Sesak terutama timbul saat aktifitas ringan seperti menyapu
lantai, mandi atau mencuci
4. hepatomegali
5. efusi pleura :
• anamnesis : Ketika tidur pasien juga miring kesebelah kanan untuk
menghilangkan rasa sesaknya
• Pemeriksaan Fisik : Fremitus vocal kanan melemah daripada kiri, perkusi
redup pada hemithoraks kanan. Rhonki basah kasar +/-
• Thoraks PA : efusi pleura kanan
6. takikardi : Bunyi jantung I>II cepat,irreguler, HR 104 x/ menit
7. penurunan kapasitas vital sepertiga dari normal

Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor
harus ada pada saat yang bersamaan.

CHF menurut New York Heart Assosiation dibagi menjadi :


Grade 1 : Penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala

17
Grade 2 : Sesak nafas saat aktivitas berat
Grade 3 : Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
Grade 4 : Sesak nafas saat sedang istirahat.

Hipertiroid et causa Ca Tiroid :


Gejala dan tanda hipertiroidisme

Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan meningkat, tidak


tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air besar,
oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor halus, refleks
meningkat, emosi labil, kulit hangat dan basah, rambut rontok, bruit.
Diagnosis dikenal dengan indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan oleh
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.

18
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada pemantauan
cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan membaik.
Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon tiroid, sehingga lamban
pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa mata disamping klinis digunakan alat
eksofalmometer Herthl. Karena hormon tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ
maka tanda kliniknya ditemukan pada organ kita.1

19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium TSHs, T4 atau fT4, T3 atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul
infeksi pada awal pemakaian obat antitiroid)2

2. Sidik tiroid (thyroid scan) terutama membedakan penyakit Plummer dari penyakit
Graves dengan komponen nodosa2

3. EKG2

4. Foto thoraks 2

Pada pasien ini pemeriksaan Thyroid function didapatkan :


- FT4 : 75,62 12,00 – 22,0 pmol/l
- T3 : 5,21 1,30 – 3,10 pmol/l
- T4 : 211,0 66,0 – 181,0 pmol/l
- TSH : 0,089 0,270 – 4,20 uIUl/ml
Karsinoma Tiroid
Karsinoma tiroid jarang didapati, insidensnya sekitar 3- 5% dari semua tumor
maligna, terutama di negara endemik dan untuk tipe yang tidak berdifferensiasi. Dapat
dijumpai disegala usia dengan puncak pada usia muda (7- 20 tahun), usia setengah baya
(40- 60 tahun). Pada Pria insidensnya 3/100.000/tahun dan wanita sekitar
8/100.000/tahun.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga kecenderungan nodul
tiroid tersebut ganas atau tidak, yaitu dari besar dan bentuknya, konsistensi, hubungan
dengan struktur sekitarnya, hiperfungsi atau hipofungsi dari kelenjar tiroid dan pada
pmeriksan biopsi jarum halus. Juga riwayat terpapar sinar radiasi pada saat anak- anak,
intake yodium yang tinggi berhubungan dengan karsinoma papiller yang biasa terlihat.
Sedangkan usia kurang dari 40 tahun, asupan yodium kurang biasa didapati pada
penderita karsinoma tiroid follikuler. Kanker tiroid mempunyai 4 tipe, yaitu: papiler,
folikuler, meduller dan anaplastik. Kanker jarang memberikan gejala pembesaran
kelenjar, lebih sering memberikan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Kanker
tiroid seringkali memberikan hambatan dalam penyerapan yodium dan membatasi dalam

20
produksi hormon tiroid namun seringkali menghasilkan cukup banyak hormon tiroid
sehingga memberikan gejala hipertiroidisme.

Pendekatan Diagnosis

Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan nodul soliter. Anamnesis
penting dalam rangka penegakan diagnosis.

Berikut adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang


meningkatkan kecurigaan kearah keganasan tiroid, yaitu : usia < 20 tahun atau > 60 tahun
mempunyai prevalensi keganasan pada nodul yang teraba. Nodul pada pria mempunyai
kemungkinan 2 kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita :

• Keluhan suara serak, susah nafas, batuk, disfagia

• Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak

• Padat, keras tidak rata dan terfixir

• Limfadenopati servikal

• Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Pada pasien ini ditemukan :

Pasien adalah seorang pria dengan usia muda yaitu 21 tahun dengan riwayat terasa
benjolan di leher sejak 1 tahun yang lalu, disertai keluhan batuk. Pada pemeriksaan
fisik kelenjar tiroid :

Teraba membesar di kedua lobus kanan dan kiri, ikut bergerak ke atas ketika
menelan. Konsistensi padat/keras dan melekat ke jaringan sekitar dengan batas
yang tidak tegas. Tidak nyeri pada penekanan.

Pemeriksaan Penunjang

1. BAJAH

21
2. Laboratorium

3. Sintigrafi Tiroid

4. USG

USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan
jumlah nodul, meski sebenarnya USG tidak dapat membedakan nodul jinak dari
yang ganas. USG pada nodul tiroid dingin sebagian besar akan menghasilkan
gambaran solid, campuran solid kistik dan sedikit kista simple. Dari suatu seri
penelitian USG tiroid, didapatkan 69% solid, 12 % campuran dan 19 % kista.
Dari seluruh 19 % kista tersebut hanya 7 % yang ganas, sedangkan kemungkinan
ganas dari nodul solid atau campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan untuk
menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan palpasi, khususnya pada
individu dengan riwayat radiasi pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul
soliter atau multiple yang lebih kecil dari 1 cm yang hanya terdeteksi dengan
USG umumnya jinak dan tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan lain kecuali
evaluasi USG ulang secara periodic.

Pada pasien ini ditemukan gambaran USG Tiroid dengan hasil :

Kedua tiroid membesar dengan ukuran kanan 24,3 x 32,5 x 35,1 mm, kiri
24,0 x 27,3 x 34,4 mm.
Tekstur parenkim difusa heterogen solid. Pada pemeriksaan Doppler tampak
hipervaskularisasi.Tidak tampak kalsifikasi.
Kesan :

Struma difusa tipe padat yang menunjukkan hipervaskularisasi pada


pemeriksaan Doppler.

5. Terapi supresi Titoksin

PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan penyakit jantung tiroid adalah secepatnya menurunkan
keadaan hipermetabolisme dan kadar hormon tyroid yang berada dalam sirkulasi.
Hiperdinamik dan aritmia atrial akan respon baik dengan penghambat beta, propanolol

22
bekerja cepat dan mempunyai keampuhan yang sangat besar dalam menurunkan
frekuensi jantung, diberikan berkisar 40-160 mg dengan dosis terbagi. Propanolol dapat
menurunkan kadar T4 dalam sirkulasi dan mengubahnya kembali menjadi T3, disamping
juga dapat menurunkan kadar T3 dalam sirkulasi sebanyak 20-30 %. Pada penderita
dengan gagal jantung berat, maka penggunaan obat penghambat beta haruslah hati-hati
karena dapat memperburuk fungsi miokard, disamping bahaya lainnya berupa spasme
bronkus.
Obat anti tiroid seperti metimazol 60-80 mg per hari atau propiltiourasil 400-600
mg perhari dengan dosis terbagi, bila keadaan eutiroid sudah tercapai dosis dapat
diturunkan menjadi pemeliharaan (maintenance). Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat
dapat dihentikan tanpa menimbulkan gejala hipertiroidisme.

Penatalaksanaan Untuk CA tiroid :

1. Pembedahan

Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan
adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas
kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa
tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus
rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan
ruptur esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis
supresif untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid

2. Radiasi

Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis
kontralateral, dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang
mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga
diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor

23
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor
inoperable atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian
eksterna terapi radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis,
kekeringan mulut, disfagia, kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.

Yang diberikan pada pasien ini :


• Obat anti tiroid yang diberikan PTU 3 x 100 mg bertujuan untuk mencapai
keadaan eutiroid. Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat dapat dihentikan tanpa
menimbulkan gejala hipertiroidisme.
• Propanolol 3 x 10 mg (Penghambat B-adrenergik). Untuk menurunkan frekuensi
jantung
• Digoksin. Untuk menigkatkan kontraktilitas. Bisa mengurangi volume dan
peregangan ruang ventrikel.
• Furosemid ( diuretic ). Menambah kecepatan pembentukan urin/meningkatkan
eskresi air, natrium, klorida--> menurunkan volume darah --> sehingga aliran
balik vena dan peregangan serabut otot jantung berkurang.

BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit Jantung Tyroid


Pengaruh hormon tyroid pada jantung digolongkan menjadi 3 kategori; efek
terhadap jantung langsung, efek hormon tyroid pada sistem saraf simpatis dan efek
sekunder terhadap perubahan hemodinamik.
Hormon tiroid meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen
yang secara tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung. Hormon tiroid
menyebabkan efek inotropik, kronotropik, dan dromotropik, yang mirip dengan efek

24
stimulasi adrenergik, hormon tiroid meningkatkan sintesis miosin dan Na, K, ATP ase,
mirip seperti pada reseptor beta adrenergik miokard.

Gejala Klinis
Meskipun tanpa gagal jantung, manifestasi kardiovaskuler tirotoksikosis secara
subjektif maupun objektif akan mendominasi gejala klinis penderita. Gejalagejala ini
berupa palpitasi, takikardi, perasaan tak enak di epigastrium sebagai akibat kontraksi
aorta decenden yang berlebihan, lekas lelah, sesak nafas, gelisah, keringat yang
berlebihan dan sebagainya. Secara objektif ditemukan takikardi, nadi seler, denyut nadi
karotis dan aorta meningkat, apeks impuls yang kuat, pulsasi kapiler pada ujung jari,
bunyi jantung pertama yang kuat. Kadang-kadang dijumpai murmur sistolik di daerah
prekordial, berbagai gangguan irama, fibrilasi atrium dan pembesaran jantung.

Radiologi
Gambaran radiologi umumnya normal, kadang-kadang dijumpai pembesaran
aorta asenden atau desenden, penonjolan segmen pulmonal dan pada kasus yang berat
dijumpai pula pembesaran jantung.

Elektrokardiografi
Pada EKG sering ditemui gangguan irama atau gangguan hantaran. Biasanya
dengan sinus takikardi, atrium fibrilasi ditemui 10-20 % kasus. Pada kasus berat bisa
ditemui pembesaran ventrikel kiri, kadang-kadang ditemui pelebaran dan pemanjangan
gelombang P dan pemanjangan PR interval, gelombang T yang prominen, peninggian
voltase, perobahan gelombang ST-T dan pemendekan interval QT.

Ekokardiografi

25
Pada ekokardiografi bisa ditemui hiperkontraksi dengan pengisian yang cepat,
peningkatan masa ventrikel kiri dan hipertrofi otot jantung (4).

Pengobatan
Tujuan pengobatan penyakit jantung tiroid adalah secepatnya menurunkan
keadaan hipermetabolisme dan kadar hormon tyroid yang berada dalam sirkulasi.
Hiperdinamik dan aritmia atrial akan respon baik dengan penghambat beta, propanolol
bekerja cepat dan mempunyai keampuhan yang sangat besar dalam menurunkan
frekuensi jantung, diberikan berkisar 40-160 mg dengan dosis terbagi. Propanolol dapat
menurunkan kadar T4 dalam sirkulasi dan mengubahnya kembali menjadi T3, disamping
juga dapat menurunkan kadar T3 dalam sirkulasi sebanyak 20-30 %. Pada penderita
dengan gagal jantung berat, maka penggunaan obat penghambat beta haruslah hati-hati
karena dapat memperburuk fungsi miokard, disamping bahaya lainnya berupa spasme
bronkus.
Obat anti tiroid seperti metimazol 60-80 mg per hari atau propiltiourasil 400-600
mg perhari dengan dosis terbagi, bila keadaan eutiroid sudah tercapai dosis dapat
diturunkan menjadi pemeliharaan (maintenance). Setelah pemberian 1-1,5 tahun obat
dapat dihentikan tanpa menimbulkan gejala hipertiroidisme.

HIPERTIROIDISME

I. DEFINISI
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif.
Tiroksikosis adalah manifestasi klinis berlebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi.
Apapun sebabnya manifestasi klinik dari kedua gangguan ini adalah sama, karena
efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Terdapat dua

26
tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter
nodular toksik.
1. penyakit Graves
- Terjadi pada usia 30-40
- Lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki
- Predisposisi familial
- Gejala hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan
- Pasien mengeluh: lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat >>,
berat badan menurun, palpitasi, takikardi
- Oftalmopati yang ditandai dengan mata melotot.
- Ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia hormon tiroid yang
berlebihan
- Hipertiroidisme akibat sekresi tiroidisme berupa manifestasi
hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan
- Manifestasi esktratiroidal berupa oftalmopati yang ditandai dengan
mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (
keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata)
2. goiter nodular toksik
- ditemukan pada usia lanjut
- Gejala hipertiroidisme dan hipermetabolisme timbul lebih lambat dan
lebih ringan daripada penyakit Graves
- Mungkin menglami gagal jantung , aritmia yang resisten dengan terapi
digitalis
Gejala serta tanda Hipertiroidisme umumnya dan pada Penyakit Graves
Sistem Gejala dan tanda Sistem Gejala dan tanda
Umum Tak tahan hawa Psikis dan saraf Labil, iritabel,
panas, hiperkinesis, tremor, psikosis,
BB turun, tumbuh nervositas, paralisis
cepat, toleransi obat periodik, dispneu,
hipertensi,
Gastrointestinal Hiperdefekasi, Jantung aritmia, gagal
lapar, makan jantung, palpitasi

27
banyak, haus,
muntah disfagia,
splenomegali
Muskular Rasa lemah Darah dan limfatik Limfositosis,
anemia,
splenomegali, leher
membesar
Genitourinaria Oligomenorea, Skelet Osteoporosis,
amenorea, libido epifisis cepat
turun, infertil, menutup, nyeri
ginekomasti tulang
Kulit Rambut rontok,
berkeringat, kulit
basah, silky hair,
onikolisis

II. ETIOLOGI
Kira-kira 70% tirotoksikosis karena penyakit Graves, sisanya karena gondok
multinodular toksik dan adenoma toksik.

Penyebab Tirotoksikosis
Hipertiroidisme Primer Tirotoksikosis tanpa Hipertiroidisme Sekunder
hipertiroidisme
Penyakit Graves Hormon tiroid berlebihan TSH
Gondok multinodular toksik Tiroiditis subakut (viral Tirotoksikosis gestasi
atau De Quervain (trimester pertama)
Adenoma toksik Silent thyroiditis Resistensi hormon tiroid
Obat: yodium lebih, litium Destruksi kelenjar
Karsinoma tiroid Radiasi, adenoma, infark
Struma ovarii
Mutasi TSH

III. DIAGNOSIS
Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar T3 T4 dan TSH, kadar yodium
urine, dan kadar tiroglubulin. Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 dan TSH ,

28
namun pada pemantauan cukup diperiksa T4 saja sebab sering TSH tetap tersupresi
padahal keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotop oleh
hormon tiroid sehingga lamban pulih.
Untuk memeriksa mata disamping kinis digunakan alat eksoftamometer Herthl.
Pada kelompok usia lanjut gejala dan tanda tidak sejelas pada usia muda, malahan
dalam beberapa hal sangat berbeda. Perbedaan ini antara lain dalam hal: berat badan
menurun mencolok, nafsu makan menurun, mual, muntah dan sakit perut, fibrilasi atrium,
payah jantung, eye signs tidak nyata atau tidak ada, bukannya gelisah justru apatis.

IV. TERAPI
Dengan pemberian Tirostatika / OAT – Obat Anti Tiroid. Terpenting adalah
kelompok derivat tioimidazol ( CMZ Karbimazol 5 mg, MTZ Metimazol atau tiamazol 5,
10, 30 mg) dan derivat tiourasil ( PTU propiltiourasil 50, 100 mg). Metode yang
digunakan dalam penggunaan OAT ini ada dua. Yang pertama adalah, berdasarkan titrasi.
Dosis diberikan dimulai dengan dosis besar, yaitu 30 mg CMZ, 30mg MTZ, atau 400MG
PTU sehari dalam dosis terbagi. Dosis diberikan hingga tercapai eutiroidisme. Biasanya
dalam 4-6 minggu tercapai masa eutiroidisme.
Metode yang kedua adalah berdasarkan klinis/laboratoris. Dosis diturunkan sampai
mencapai dosis terendah di mana pasien masih dalam keadaan eutiroidisme.
Efek samping yang sering ditemukan oleh karena pemakaian OAT ini adalah rash,
urtikari, demam dan malaise, alergi, nyeri otot dan altralgia, perubahan rasa dan kecap,
artritis, dan agranulositosis. Efek samping yang jarang adalah trombositopenia, anemia
aplastik, hepatitis, vaskulitis, hipoglikemia.
Efek berbagai obat yang digunakan dalam pengelolaan tirotoksikosis
Kelompok obat Efek Indikasi
Obat Anti Tiroid Menghambat sintesis Pengobatan lini pertama
- Propiltiourasil/ PTU hormon tiroid dan berefek pada Graves. Obat jangka
- Metimazol / MTZ imunosupresif ( PTU juga pendek prabedah/ pra RAI
- Karbimazol / CMZ menghambat konversi T4)
B-adrenergik antagonis Mengurangi dampak Obat tambahan kadang
- Propanolol hormon tiroid pada jaringan sebagai obat tunggal pada
- Metoprolol tiroiditis

29
- Atenolol
- Nadolol
Bahan mengandung Iodine Menghambat keluarnya T4 Persiapan tiroidektomi.
- Kalium iodida dan T3, menghambat Pada krisis tiroid, bukan
- Solusi lugol produksi T3 ekstratiroidal untuk penggunaan rutin
- Natrium ipodat
- Asam lopanoat
Obat lainnya Menghambat transpor Bukan indikasi rutin, pada
- Kalium perklorat yodium, sintesis dan subakut tiroiditis berat, dan
- Litium karbonat keluarnya hormon, krisis tiroid.
- glukokortikoid memperbaiki efek hormon
di jaringan dan sifat
imunologis

Pelaksanaan tiroidektomi dilakukan bila keadaan pasien sudah eutiroid, klinis


maupun biokimiawi. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks mensisakan
jaringan seujung ibu jari atau lobektomi total termasuk ismus dan tiroidektomi subtotal
lobus lain.

V. KOMPLIKASI
1. penyakit jantung tiroid
2. oftalmopati Graves
3. infeksi karena agranulositosis
4. krisis tiroid

VI. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

30
Karsinoma Thyroid
Pendahuluan
Kanker Thyroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan yang tersering. Lebih
banyak pada wanita dengan distribusi sekitar antara 2:1 sampai 3:1. insidennya berkisar
antara 5,4 – 30 %. Berdasarkan jenis histopatolologi. Sebarannya adalah kanker Thyroid
jenis papilar (71,4 %), kanker Thyroid jenis folikuler (16,7 %), kanker Thyroid jenis
anaplastik (8,4%) dan kanker Thyroid jenis meduler (1,4%). Berdasarkan usi kanker
thyroid jenis papiler biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun,berbeda
dengan kanker thyroid folikuler yang banyak pada usia diatas 40 tahun. Sedangkan
kanker jenis meduler sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).

Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya well differentiated
carcinoma (papilar dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jeni
meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk
kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker thyroid anaplastik berasal dari
perubahan kanker thyoid berdifferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan
kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma pada tiroid
diperkirakan karena perubahan perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis hashimoto.

Manifestasi Klinik

31
Gejala karsinoma Thyroid adalah sebagai berikut:

1. kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak cepat dan
nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.

2. terdapat factor factor risiko yaitu

 masa kanak kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya

 anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok (endemis)

 tetangga atau penduduk sekanpung ada yang menderita kelainan kelenjar


gondok

3. merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan menelan yang
menunjukkan adanya desakan esophagus atau perasaan sesak yang menunjukkan
adanya desakan/infiltrasi ke trakea

4. pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)

5. penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di kepala)

6. perasaan sesak dan batuk batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru paru
bagi jenis folikuler)

Dari pemeriksaan fisis didapatkan:

1. pemeriksaan Thyroid. Nodul soliter pada thyroid kemungkinan ganasnya 15-20%,


sedang nodul multiple mempunyai kemungkinan 5%. Kadang kadang nodul soliter
yang ganas lama lama dapat berubah menjadi bernodul nodul. Pembesaran difus
mungkin merupakan suatu tirotoksikosis

2. Pemerikaan pada tempat tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor


(pembesaran kelenjar getah bening, dan organ organ). Metastase jauh karsinoma
thyroid ialah paru paru, tulang (pelvis, vertebra, sternym, tengkorak dan humerus),

32
hati, ginjal dan otak. Bagian tulang yang terkena adalah yang spongiosa dan kaya
vaskularisasi.

Klasifikasi

Klasifikasi histopatologi karsinoma thyroid epithelial adalah

1. Adenokarsinoma berdifferensiasi baik, terdiri atas:

 Papiler

 Folikuler

 Campuran papiler dan folikuler

2. Adenikarsinoma berdiferensiasi buruk, terdiri atas:

 Karsinoma sel kecil

 Karsinoma sel besar

 Karsinoma sel spindel

3. Karsinoma meduler

4. Karsinoma sel skuamosa

Sedangkan klasifikasi histopatologi karsinoma thyroid non epithelial adalah limfoma,


sarcoma, metastatik tumor, teratoma malignan dan tomur yang tidak dapat
diklasifikasikan.

Stadium kanker

Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan
metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai
berikut.

33
Tipe dan stadium <45> > 45 tahun
Papiler Setiap T, setiap N, M0 Setiap T, N0, M0, T1, N1, M0

 Stadium I Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N1, M0

 Stadium II Setiap T, setiap N, M0

 Stadium III

 Stadium IV
Tipe dan stadium <45> >45 tahun
Folikuler Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0

 Stadium I Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0

 Stadium II - Setiap T, N1, M0

 Stadium III - Setiap T, setiap N, M0

 Stadium IV
Meduler - T1, N0, M0

 Stadium I setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0

 Stadium II - Setiap T, N1, M0

 Stadium III setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1

 Stadium IV
Tdk dapat - -
dikalsifikasikn
- -
 Stadium I
- -
 Stadium II
setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N, setiap M
 Stadium III

34
 Stadium IV

Catatan :

Tx : tumor tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak ada tumor

T1 : tumor berdiameter terpanjang <>

T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm

T3 : fikus intraglanduler multiple

T4 : tumor primer terfiksasi

Metastase Kanker

Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya
penyakit. Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap
pembesaran limfonodi servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid,
yang kadang kadang menderita tumor primer yang sangat kecil untuk diraba,
diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy limfonodi. Paru paru merupakan tempat
metastase yang paling lazim di luar leher. Mungkin tidakada menifestasi klinis yang
dapat diacu padanya, secara rontgenografis, tumor ini tampak sebagai infiltrasi nodular
atau milies difus, terutama bagian basal. Tumor ini mungkin terkelirukan dengan TBC,
histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain meliputi mediatinum,
tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.

Diagnosis

Secara klinis ditegakkan diagnosis struma nodusa dengan persangkaan jinak atau ganas.
Diagnosis yang diperoleh dapat berupa :

1. kelainan yang bukan neoplasma


35
2. neoplasma jinak
3. neoplasma ganas. Bila diagnosisnya suatu proses keganasan tiroid maka harus
dinilai apakah masih operable ataukah sudah inoperable.

Diagnosis pasti dengan histopatologi. Sediaan dapat diperoleh denganpemerisaan potong


beku atau pemeriksaan dengan paraffin coupe (gold standar).

Pemeriksaan Penunjang

Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan
memeriksa TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi
thyroid normal. Tetap abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya
menghilangkan kemungkinan keganasan.

1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar


kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar
human Thyroglobulin, suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang
berdiferensiasi baik terutama untuk monitoring setelah terapi pembedahan total
tiroidektomi.
2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan
sebagai penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.
3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran
muklir. Bila nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal
disebut nodul dingin. Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma
thyroid sebagian besar nodul dingin.
4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum
halus. Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.
5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru
posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral
dengan posisi leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara
klinis terdapat tanda tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada
tanda tanda metastasis ke tulang.

36
Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan
adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas
kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa
tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus
rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan
ruptur esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis
supresif untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid

2. Radiasi

Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis
kontralateral, dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang
mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga
diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor

b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor
inoperable atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian
eksterna terapi radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis,
kekeringan mulut, disfagia, kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.

Prognosis
Prognosis pasien dengan kanker thyroid berdiferensiasi baik tergantung pada umur,
adanya ekstensi, adanya lesi metastasis, diameter tumor dan jenis histopatologi.

37
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.2007.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan

Pelayanan Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI. 2006.

3. Kapita Selekta “Metabolik Endokrin”

4. Ganong,2003.Fisiologi Kedokteran.ed 20,EGC.Jakarta

5. The New England Journal of Medicine “Grave’s Disease” 26 October 2000.

6. SA, Price.1995.Patofiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, ed 4, EGC, Jakarta.

7. Baxter, JD.2000. Fungsi Endokrinologi Dasar dan Klinik,EGC.Jakarta.

38

You might also like