Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This article will attempt to explore the political grounds for the development of GPGs by conducting an
examination on two main ideologies, namely libertarianism and social democracy, which afterwards are
developed for further implementations on the global level. GPGs, derived from the globalization of public
goods, are considered as one of the idea that can solve the problem of unequal distribution, which
characterizes the international world order today. This article will also explore the implementations of
GPGs by embracing the role of civil society as one of the actor whose role should be taken into account
in the GPGs decision-making.
New property rights and market seperti yang terbesarlah yang paling mungkin membawa
dijelaskan oleh Castro dan Cordero adalah keberhasilan dalam menanggulangi
dengan memberikan harga yang adil dan penyakit-penyakit tersebut; dan, (4) mirip
efisien bagi komoditas-komoditas baru dengan metode kompensasi yang
yang berguna bagi suplai GPGs, misalnya ditawarkan Kaul, metode weighted sum juga
dalam kasus reduksi CO2. Cara yang mencerminkan pembagian keuntungan
terakhir adalah melalui regulasi. Seperti ya n g t i d a k s e t a r a , t e r g a n t u n g d a r i
yang telah dijelaskan, soft regulasi permasalahan yang dihadapi. Misalnya
mungkin adalah cara yang paling sering dalam kasus pembasmian wabah pes di
digunakan untuk meningkatkan alokasi suatu negara tentu akan menguntungkan
s u m b e r d a ya u n t u k G P G s . N a m u n negara yang kebetulan terletak lebih dekat
biasanya regulasi ini berdasarkan pada dan kurang menguntungkan negara-negara
p e r j a n j i a n i n t e r n a s i o n a l ya n g t i d a k yang letaknya lebih jauh.
mengikat yang hanya bisa meminta negara-
negara untuk mematuhinya. Bentuk Realitas Pelaksanaan GPGs
perjanjian dan regulasi ini menurut Berrett
kurang efektif karena ketiadaan insentif.21 Seperti yang disebutkan di bagian awal
tulisan ini, di dunia politik baik nasional
Todd Sandler yang menekankan pada ataupun global, ideologi yang mendominasi
metode agregasi teknologi untuk mengatasi adalah libertarianisme yang menekankan
suplai dari GPGs berpendapat setidaknya pada kebebasan pasar. Demokrasi sosial
terdapat empat cara untuk memastikan yang menjadi motor penggerak konsep
pemenuhan GPGs, yaitu (1) summation atau GPGs adalah ideologi yang kalah populer.
pengumpulan kontribusi yang mencukupi Meyer mengatakan bahwa memang dalam
kebutuhan akan suplai public goods. Strategi kerangka diskusi, atau forum-forum
ini memiliki kelemahan karena seringkali internasional ide mengenai demokrasi
dikarakteristikan dengan adanya bentuk sosial dengan tujuan penciptaan GPGs
prisoners dilemma atau free riders. Strategi sangat dominan, namun tidak dalam
ini membutuhkan organisasi multilateral kenyataan realisasi politiknya 22 . Seperti
dengan kepemimpinan dari negara-negara yang dikemukakan oleh Presiden
kaya untuk mencukupi kebutuhan public ECOSOC, Francesco Paolo Fulci, telalu
goods; (2) weakest link, adalah metode untuk banyak konferensi-konferensi PBB dan
memastikan suplai GPGs telah terpenuhi puluhan deklarasi sejak tahun 1990-an,
dengan menguji pada titik terlemah. namun hal yang paling dibutuhkan saat ini
Misalnya untuk memastikan suplai air adalah tindakan-tindakan yang lebih
bersih tercukupi, cukup dengan menguji konkret dan sedikit bicara23.
dan mengamati distribusi air bersih di
negara-negara atau kawasan-kawasan yang Rejim-rejim dengan semangat
paling rawan akan air bersih; (3) best-shot libertarianisme seperti IMF atau pun WTO
sebagai metode ketiga yang menekankan memang telah berhasil melepaskan banyak
b a h wa k o n t r i b u s i s e b e s a r- b e s a r n ya sistem ekonomi negara-negara miskin dari
menentukan level agregat GPGs yang cengkeraman ekonomi otoritarianisme,
tersedia untuk konsumsi. Contohnya ketika namun sayangnya rejim-rejim ini justru
menemukan penawar AIDS, malaria, mendatangkan permasalahan besar bagi
ataupun penyakit lainnya usaha yang negara-negara tersebut, karena
CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 55
Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI
57
Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI
kebijakan tersebut sangat bergantung pada yang didapatkan berasal dari sumber-
legitimasi pada pengetahuan dan sumber dari luar dari NGDOs sendiri.
penerimaan dari masyarakat tersebut. Menurt Padron, NGDOs menekankan pada
partisipasi populer, dan pembelajaran
Kaul, et.al., menerjemahkan publik sebagai bersama dibandingkan transfer
civil society yang mulai dari tingkat bawah pengetahuan semata. Organisasi yang
sampai dengan pergerakan di lingkup berada dalam posisi terdekat adalah GRO,
internasional dalam bentuk NGOs baik yang berfungsi mensuplai informasi
tingkat lokal ataupun internasional l a n g s u n g d a r i d a n k e m a s ya r a k a t .
(international non-governmental organizations, Selanjutnya Padron menyertakan tiga
INGOs). Sementara, Chadwick berusaha model kerjasama antara NGDOs, IDCI,
memperlihatkan distribusi sumber daya ataupun GRO (diagram 1). Pada model A,
dari berbagai NGOs, termasuk didalamnya NGDO hanya berfungsi menerima uang
adalah hubungan antara Utara dan Selatan dari IDCI dengan sikap: let gringos give
dalam konteks NGOs. Menurut Chadwick, us the money
after all they are just giving
NGOs sekalipun memiliki kecenderungan us back what was ours. Dalam model B,
yang sama dengan aktor negara, semakin NGDO memposisikan diri sebagai cabang
mereka dekat dengan dunia internasional teknis dari GRO yang dianggap memenuhi
maka mereka memiliki potensi untuk syarat menerima bantuan asing dengan
semakin menjauhi kenyataan tataran lokal. mengatasnamakan dukungan dari anggota
Mario Padron 33, seorang pakar pergerakan masyarakat; sementara pada Model C,
sosial dari Peru membentuk tiga tipologi NGDO, IDCI, dan GRO membentuk
NGO yang aktif dalam proses rekanan dalam kerjasama pembangunan.
pembangunan. Tipologi-tipologi yang Tentu saja dalam kasus hubungan antar
dibuat oleh Padron ini dapat NGO, model C menjadi model yang terbaik.
menghubungkan antara NGOs di tingkat
internasional dengan NGOs di tingkat akar Diagram 1
rumput, mereka adalah: (1) Institusi Tiga Model Hubungan
(A)
Kerjasama Pembangunan Internasional
(IDCI); (2) NGO yang asli berasal dari D R
Konsep GPGs masih sangat muda dalam Heyzer, Noeleen., et.al. (eds.), NGO
dunia internasional, karenanya belum Relations in Asia: Prospects and Challenge for
terdapat wacana-wacana matang mengenai People Centered Development. New York, St.
ide kinerja dari GPGs. Belum lagi GPGs Martins Press, Inc., 1995.
terbentuk, telah banyak bermunculan kritik
dan pertanyaan mengenai GPGs. Juwana, Hikmahanto, Bunga Rampai Hukum
Pemikiran mendasar dari tulisan ini, Ekonomi dan Hukum Internasional. Jakarta:
walaupun GPGs banyak diremehkan oleh Lentera Hati, 2002.
banyak ahli, tetapi kemiskinan dan
ketimpangan tidak bisa dibiarkan begitu Kaul, Inge, Isabelle Gurnberg, dan Marc A.
saja. Tulisan ini ingin memberikan Stern, Global Public Goods: International
perenungan kembali mengenai makna Cooperation in the 21 st Century. New York,
public yang ada dalam konsep GPGs. Oxford University Press, 1999.
Publik yang berarti masyarakat luas, tidak
hanya berada di bawah perwakilan negara Kaul, Inge, et.al.(eds.). Providing Global
yang seringkali dianggap tidak Public Goods: Managing Globalization.
representatif dalam menyuarakan Executive Summary. New York: Oxford
kepentingan masyarakat lokal. Partisipasi University Press, 2003.
civil society tidak bisa dianggap sebagai
p e n a wa r d a r i s e g a l a p e r m a s a l a h a n Meyer, Thomas. Demokrasi Sosial Modern
ketimpangan yang ada karena sifat dari Globalisasi dan Regionalisasi. Jakarta:
GPGs sendiri yang multi-facet dan harus Friedrich Ebert Stiftung Indonesia, 2002.
dihadapi dengan front-front yang berebeda-
beda pula. Namun setidaknya partisipasi
civil society bisa memperbaiki ketimpangan
The American Economic Review, Volume 76, 1. Riza Primahendra, Pembangunan Berkelanjutan
dan Peran Masyarakat Sipil, Global Volume 5 Nomor
Issue 1, Maret 1996.
1 November 2002, hlm. 10.
2. Children 2002:Charting Change, dalam UN
UN Chronicle, Volume XXXIX Nomor 2, Chronicle, Volume XXXIX Nomor 2, Juni-Agustus 2002,
Juni Agustus 2002. hlm. 40-41.
3. Lihat website yang dibuat oleh World Federalist
A s s o c i a t i o n ( W F A ) , d i
www.endgenocide.org/genocide/index.html , diakses
Terbitan Khusus
tanggal 23 Maret 2003.
4. Lihat Hikmahanto Juwana, Bunga Rampai: Hukum
Gardiner Rosalie, Katell Le Goulven. Ekonomi dan Hukum Internasional, (Jakarta: Lentera
Sustaining Our Global Public Goods, Hati, 2002), hlm. 87 mengutip Jurnal Magister Hukum
Briefing Paper. World Summit 2002, No. 11, Volume 6 Tahun 1999.
5. Disarikan dari kuliah terbuka Thomas Meyer, Civil
Johannesburg.
Society, Sosial Demokrat dan Proses Politik: Kaitannya
dengan Masa Transisi Indonesia, FISIP Universitas
Korten, David C., Nicanor Perlas, dan Indonesia, 9 April 2003.
Vandana Shiva. Global Civil Society: The 6. Charles P. Kindleberger, International Public Goods
Path Ahead, Discussion Paper 20 November without International Government, The American
2002. Economic Review, Volume 76, Issue 1, Maret 1996,
hlm.2.
7. Ibid., hlm. 23.
Sandler, Todd, On Financing Global and 8. Ibid., hlm. 24.
International Public Goods, Policy Research 9. Martin Shaw, The Deep Challenge of Global Social
Working Paper, the World Bank Economic Democracy,
Policy and Prospect Group, July 2001. www.fabianglobalforum.net/forum/article001.html
diakses tanggal 30 April 2003.
ajang konflik dan kekacauan. Unjuk rasa kalangan dan diketuai bersama oleh John
massal di Genoa pada 2001 bahkan Cavanagh (Direktur Institute for Policy
memakan korban ketika seorang Studies) serta Jerry Meander (Ketua Dewan
demonstran meninggal dunia dan menurut IFG). Dalam pendahuluan buku ini, diakui
Stiglitz ini mungkin merupakan permulaan bahwa mencapai konsensus mengenai isu
dari gerakan antiglobalisasi yang lebih dan analisisnya di antara ke-19 orang
besar dan akan memakan banyak korban. 2 tersebut ternyata lebih sulit dibandingkan
dengan merangkai hal-hal yang mereka
Inti dari gerakan sosial dan masyarakat tentang. Artinya mencapai kesepakatan
sipil3 adalah menentang kekuasaan mengenai alternatif lebih sulit ketimbang
korporasi global (multinational mengorganisasikan dan mengartikulasikan
corporations/MNC) yang semakin besar4 dan protes serta kritik terhadap globalisasi.
gagasan tunggal bahwa globalisasi ekonomi Karena itu, para penulis tidak berpretensi
adalah satu-satunya cara menuju bahwa semuanya sepakat dengan apa yang
kesejahteraan. Lembaga internasional ditulis dalam buku itu, tetapi mereka
seperti Bank Dunia, WTO, dan IMF sepakat mengenai arah argumentasi yang
dianggap sebagai pengejawantahan dari disajikan. Dan, mereka bersepakat bahwa
globalisasi ekonomi dan wahana yang a d a b a n ya k a l t e r n a t i f , a d a b a n ya k
memperkuat dominasi MNC tersebut. kemungkinan untuk menentang dominasi
Karena itulah protes global hampir selalu kekuasaan korporasi global. Dan itulah inti
dilakukan berkaitan dengan sidang-sidang pesan buku ini.
lembaga tersebut. Protes massal itu sering
ditangani dengan kekerasan. Pada bagian pertama, buku ini mengajukan
kritik terhadap model globalisasi yang
Pada tingkat wacana, para pendukung sudah ada selama lima abad berdasarkan
globalisasi ekonomi mengatakan dua hal ciri-ciri utamanya. Para pendukung
utama. Pertama, bahwa memang globalisasi globalisasi ekonomi sering menyatakan
ekonomi pasar adalah satu-satunya jalan bahwa hal tersebut tidak terelakkan karena
atau TINA (there is no alternativetidak ada kekuatan ekonomi dan teknologi yang
alternatif). Kedua, para pengunjuk rasa dan mendorongnya. Tetapi dari beberapa ciri
pengkritisi globalisasi tidak memberikan yang diuraikan, jelas bahwa globalisasi
alternatif. Buku ini menjawab kedua bukanlah suatu evolusi alami namun
tuduhan itu dengan menyajikan kritik atas diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
globalisasi korporat, kemudian prinsip bagi satu tujuan yaitu mengutamakan nilai
pembangunan masyarakat yang ekonomi (baca: ekonomi korporasi) di atas
berkelanjutan, dan diakhiri dengan semua nilai lain dan kemudian
memberikan alternatif pada tingkat memaksakan agar nilai tersebut dijadikan
operasional serta alternatif kelembagaan. peraturan atau hukum global.
10. Menurut Kaul et.al., public goods bukanlah elemen Research, Volume 27, No.2, 1990, hlm. 155168.
tunggal dalam domain publik. Di antara hal-hal 33. Mario Padron , Non-governmental Development
lainnya, hubungan antarindividu, antarkelompok juga Organization: From Development Aid to Development
menentukan karakter dari lingkup publik ini. 11. Ibid. Cooperation, World Development, Volume 15,
12. Ibid., hlm. 12. Supplement, hlm. 69-77, seperti yang dikutip oleh
13. Rosalie Gardiner dan Katell Le Goulven, Alger, ibid., hlm. 158.
Sustaining Our Global Public Goods, Briefing Paper, 34. Ibid.
World Summit 2002, Johannesburg. 35. Ibid.
14. Todd Sandler, On Financing Global and 36. Ibid., hlm. 8-59.
International Public Goods, Policy Research Working 37. Matthias Finger, NGOs and Transformation:
Paper 2638, The World Bank, Economic Policy and B e y o n d S o c i a l M o v e m e n t T h e o r y, d a l a m
Prospects Group, Juli 2001. Environmental NGOs in World Politics: Linking the Local
15. Inge Kaul, Isabelle Gurnberg, dan Marc A. Stern, and the Global, Thomas Princen dan Matthias Finger,
Defining Global Public Goods, dalam Inge Kaul, (London: Routledge, 1994), hlm. 57m
Isabelle Gurnberg, Marc A. Stern, Global Public Goods: 38. Ann M. Florini (ed.), The Third Force: The Rise of
International Cooperation in the 21st Century, (New York: Transnational Civil Society, Carnegie Endowment for
O x f o r d U n i ve r s i t y P r e s s , 1 9 9 9 ) , h l m . 5 - 6 . International Peace, 2000, hlm. 7-8.
1 6 . Wo r l d C o m m i s s i o n o f E n v i r o n m e n t a n d 39. Carol Ann Cosgrove dan Kenneth J. Twitchett, The
Development, 1987, hlm 43. Lihat juga Paul Wapner, International Actors: The UN and The EEC, (London:
Politics Beyond the State: Environmental Activism MacMillan, 1970).
and World Civil Politic,Volume 43, Issue No. 3, April 40. David C. Korten, Nicanor Perlas, dan Vandana
1997, hlm. 321. Shiva, Global Civil Society: The Path Ahead,
17.Gardiner dan Le Goulven, Op.cit., hlm. 7. Discussion Paper 20 November 2002.
18. Kaul, et.al., Op.cit., hlm. 19. 41. Korten, Perlas dan Shiva menggunakan istilah
19. Ibid., hlm. 52-53. empire (kekaisaran) untuk menjelaskan konsep negara,
20. Dyna Arhin-Tenkorang dan Pedro Conceiao, sementara untuk civil society digunakan istilah
Beyond Communicable Disease Control: Health in community dalam konteks GPGs.
Age of Globalization, dikutip dalam Kaul, et.al., 42. James V. Riker, Contending Perspectives for
op.cit., hlm 52. Intepreting Government NGO Relations in South
21. Scott Berrett, Creating Incentives for Cooperation: and Southeast Asia: Constraints, Challenges, and the
Strategic Choices, seperti yang dikutip Kaul, et.al., Search for Common Ground in Rural Development,
op.cit., hlm. 53. dalam Government NGO Relations in Asia: Prospects
22. Lihat Thomas Meyer dalam Kuliah Terbuka Pacivis and Challenges for People Centered Development,
FISIP UI, 9 April 2003. Noeleen Heyzer, James V. Riker, Antonio B. Quizon
23. Dikutip oleh Thalif Deen, UN Seeks Global Plan (eds.), (New York: St. Martins Press, Inc., 1995), hlm.
to fight Poverty, diakses dari situs Third World 20-22.
Network, http://www.twnside.org.sg/title/seeks- 43. Werner J. Feld, dan Robert S. Jordan, International
cn.htm tanggal 3 Mei 2003. Organizations: A Comparative Approach, (New York:
24. Ibid. Praeger Publisher, 1983), hlm. 227.
25. Kaul., et.al., op.cit., hlm. 41.
26. Ibid., hlm 42.
2 7 . K e n n e t h N . Wa l t z , G l o b a l i z a t i o n a n d
Governance, PS: Political Science and Politics, Volume
32, Issue 4.
28. Globalization Widens the Rich Poor Gap, Third
World Network, Briefing Paper, diakses dari situs
TWN di http://www.twnside.org.sg/title/rich-ch.htm
tanggal 3 Mei 2003.
29. Waltz, op.cit., hlm. 694.
30. Kaul, et.al., op.cit., hlm. 30 atau lihat juga Gardiner
dan Le Goulven, op.cit., hlm. 5.
31. Ibid.
32. Chadwick F. Alger, Grass-roots Perspectives on
Global Policies for Development, Journal of Peace