You are on page 1of 17

Global Public Goods (GPGs): Tinjauan

Historis dan Penyertaan Civil Society


Y ULIDA P ANGASTUTI

Abstract

This article will attempt to explore the political grounds for the development of GPGs by conducting an
examination on two main ideologies, namely libertarianism and social democracy, which afterwards are
developed for further implementations on the global level. GPGs, derived from the globalization of public
goods, are considered as one of the idea that can solve the problem of unequal distribution, which
characterizes the international world order today. This article will also explore the implementations of
GPGs by embracing the role of civil society as one of the actor whose role should be taken into account
in the GPGs decision-making.

PENDAHULUAN merupakan global public goods (GPGs) tidak


dapat dipenuhi walaupun dunia sudah
Dunia internasional selalu berusaha dipenuhi berbagai aturan dan tatanan.
menciptakan tatanan dunia yang lebih baik, Demonstrasi dan kerusuhan di kota Seattle
hal ini diperlihatkan dari berbagai dalam rangka menentang keberadaan
kesepakatan, piagam-piagam, ataupun WTO pada tahun 1999 merupakan sebuah
organisasi-organisasi yang didirikan yang momen yang menandakan ketidakpuasan
secara ideal bertujuan untuk kemaslahatan d a n k e i n g i n a n b e s a r a k a n a d a n ya
umat manusia. Namun ironisnya, pembenahan pemenuhan kebutuhan dasar
terkadang tujuan mulia itu kemudian hanya manusia yang lebih baik.
menguntungkan sebagian kelompok saja
bahkan mendatangkan bencana bagi Konsep global public goods (GPGs) telah
manusia. Kemiskinan masih membelenggu m e m b e r i k a n b a n ya k h a r a p a n b a g i
1,2 milyar orang 1 , kurang lebih 150 juta manusia. Apakah harapan ini terlalu
anak-anak di negara berkembang berlebihan? Atau justru menjadi sebuah
dinyatakan kekurangan nutrisi dan tujuan penting yang harus dan mungkin
makanan bergizi, dan sebanyak 1,1 milyar dicapai?. Tulisan ini bertujuan untuk
orang dinyatakan tidak memiliki akses memberikan deskripsi analitis dengan
terhadap air minum yang layak2. Bahkan diawali tinjauan filosofis dari akar konsep,
pelaksanaan hak untuk hidup bagi manusia identifikasi, dan mekanisme GPGs yang
pun tidak dapat terlaksana dengan baik: diharapkan dapat memperjelas makna
tercatat sepanjang abad ke-21, kurang lebih ‘public’ yang dikandung oleh GPGs yang
35 juta jiwa manusia terbunuh dalam direpresentasikan dengan peranan civil
genosida3, dan 10 juta manusia tewas dalam society dalam perwujudannya.
Perang Dunia I dan II 4 (belum termasuk
perang-perang ‘kecil’ seperti Vietnam,
Korea, Teluk I dan II). Semua data-data ini
menunjukkan kenyataan yang memilukan.
Air bersih, pasokan makanan yang layak,
serta hak untuk hidup yang seharusnya

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 49


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

DEMOKRASI SOSIAL: AKAR KONSEP dengan terjadinya beberapa revolusi dan


GPGS perang. Libertarianisme berpendapat pasar
yang ideal adalah pasar yang bebas tanpa
Pertentangan Ideologi ada intervensi dari pemerintah dan
kebebasan atas kepemilikan pribadi.
Profesor Thomas Meyer dalam sebuah Libertarianisme sangat antipati terhadap
kuliah terbuka yang diadakan oleh konsep power yang terkonsentrasi karena
PACIVIS FISIP UI pada awal April 2003 mengacu pada pernyataan Lord Acton
menyatakan bahwa terdapat tiga kekuatan bahwa “power tends to corrupt and absolute
ideologi yang berpengaruh besar dalam power corrupts absolutely.” Pembatasan
pembentukan tatanan politik baik nasional kekuasaan negara ini juga ditujukan untuk
ataupun internasional. Ketiga ideologi perlindungan hak-hak individu dan warga
tersebut adalah: fundamentalisme, negara dari tekanan represi pemerintah.
libertarianisme, dan demokrasi sosial 5 . Mengenai dasar filosofi pasar bebas, Boaz
menyatakan bahwa untuk bertahan dan
Fundamentalisme adalah sebuah ide yang berkembang individu membutuhkan
berangkat dari penggunaan keyakinan aktivitas ekonomi. Pasar bebas merupakan
relijius untuk menciptakan tujuan politik perwujudan dari sistem ekonomi yang
tertentu yang sifatnya tertutup secara menekankan pada kebebasan individu
politik, sosial, dan ideologi. Biasanya untuk menciptakan kekayaan. Bila
sifatnya radikal dan seringkali diharuskan untuk menyebutkan kriteria
menghalalkan penggunaan kekerasan. public goods, maka libertarianisme hanya
Bagaimanapun juga, fundamentalisme mengakui aspek-aspek yang berada di
melekat dalam setiap peradaban manusia. bawah kontrol pemerintah sebagai wujud
Fundamentalisme ini dapat diredam public goods, yaitu pertahanan nasional,
m e l a l u i i n s t r u m e n d e m o k r a s i ya n g serta hukum dan perangkat regulasi yang
menjamin partisipasi seluruh kelompok berfungsi melindungi hak-hak asasi
masyarakat. manusia.6

Berbeda dengan fundamentalisme, Ide libertarianisme ini ditolak oleh


libertarianisme dan demokrasi sosial sama- demokrasi sosial. Demokrasi sosial
sama berakar pada tradisi liberalisme. berpendapat bahwa perlindungan hak asasi
Liberalisme ini berkembang dengan pesat manusia dan sistem demokrasi yang
pada abad pertengahan sampai dengan menjamin keterwakilan saja tidak cukup.
abad ke-17. Liberalisme sangat Pasar yang bebas harus berada di bawah
mempercayai pluralitas dan menempatkan visible hand, yaitu kontrol pemerintah.
individu sebagai aktor utama. Pada abad Kontrol pemerintah ini diperlukan untuk
ke-18 terjadi perpecahan di tubuh menjamin adanya pemerataan distribusi
liberalisme, dan muncullah paham kebutuhan manusia yang adil. Pasar yang
libertarianisme dan demokrasi sosial. ‘tidak terkontrol’ dikhawatirkan justru
Perpecahan ini muncul karena adanya hanya semakin memperkaya individu yang
perbedaan pendapat mengenai konsep kaya, dan semakin memurukkan kalangan
penanganan pasar. Perpecahan semakin miskin. Kenyataan ini pada akhirnya akan
membesar pada abad ke-20 berkenaan mengalienasi individu dari keterlibatannya

50 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

di politik, yang berarti menghambat Demokrasi Sosial dalam Tataran Global


pelaksanaan dan perlindungan HAM
terhadap individu. Poros kekuatan demokrasi sosial dipercayai
berada di dataran Eropa, Inggris, serta
Untuk memastikan adanya pendistribusian Australia. Di Jerman, Willy Brandt telah
yang merata, demokrasi sosial berpendapat mengemukakan idenya mengenai
bahwa harus terdapat barang atau jasa yang pemerintahan global di bawah pengaruh
sifatnya penting yang dengan mudah dapat demokrasi sosial 7 . Di tengah dominasi
diperoleh oleh setiap individu. Konsep paham libertarianisme, Brandt berharap
barang dan jasa ini disebut dengan public bahwa munculnya demokrasi sosial ke
goods. Konsep public goods adalah salah tataran global akan membentuk building
satu karakter yang membedakan blocks dari sebuah tatanan politik ekonomi
libertarianisme dengan demokrasi sosial. yang baru. Bentuk ini dapat dirintis dari
Libertarianisme menjadi paham yang diskusi dalam partai yang beraliran
paling berpengaruh dalam skala nasional demokrasi sosial dan deklarasi progresif
ataupun internasional, terutama karena yang mempromosikan demokrasi sosial
sifatnya yang radikal. Berada di kutub yang yang mengglobal. Bentuk-bentuk ini
berlawanan dengan kutub otoritarianisme ditandai dengan elemen-elemen sebagai
membuat libertarianisme menjadi lebih berikut8:
populer dibandingkan demokrasi sosial 1. pembentukan kewarganegaraan global
terutama di masa transisi. Pendapat ini dengan hak manusia yang mengglobal
dapat menimbulkan permasalahan besar, pula. Hal ini lambat-laun harus
mengingat masyarakat yang otoriter membentuk struktur-struktur yang
cenderung ‘tidak siap’ untuk melakukan mengefektifkan keberadaan hak-hak ini
perubahan radikal yang berdampak pada baik pada tingkatan global, lokal, nasional,
semakin meningginya pengganguran makro regional, dan global;
karena adanya privatisasi dan pasar bebas. 2. penolakan fundamentalisme pasar neo-
liberal dan penyusunan kembali peranan
Pada awalnya konsep public goods hanya a k i f d a n b e r t a n g g u n g j a wa b d a r i
dapat diterapkan pada lingkup nasional pemerintah dalam arena transnasional.
atau di dalam negara saja. Arus globalisasi Dengan syarat prioritas terletak pada
yang menghapuskan batasan antarnegara, demokrasi global;
telah membuat pasar bebas yang dianut 3. menghadapi globalisasi negatif yang
o l e h l i b e r t a r i a n i s m e s e m a k i n l i a r. sifatnya menghapus batasan negara melalui
Masyarakat dari negara-negara miskin mekanisme globalisasi positif yang
semakin terpuruk dengan adanya konstruktif dengan jalan membangun
p r i va t i s a s i , p e r s a i n g a n ya n g t i d a k institusi-institusi politik, rejim, dan jaringan
seimbang, dan yang semakin menjauhkan yang mengontrol pasar dan mengefektifkan
masyarakat dari barang dan jasa (goods) penyediaan global public goods.
yang mereka perlukan untuk hidup. 4. membangun sebuah kerangka pengaturan
untuk perdagangan yang lebih sehat,
dengan distribusi yang lebih adil dan lebih
menekankan keterbukaan dan
pengendalian pasar;

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 51


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

5. membangun kerangka ekologi bagi ada sejak kekaisaran Romawi di bawah


ekonomi global; Julius Caesar. Pada saat itu GPGs dikenal
6. m e n g h a d a p i k e t i d a k s a m a a n d a n dengan istilah res publica (public things atau
kemiskinan oleh upaya yang hal-hal publik) 10 . Bagi Caesar, makna
dikoordinasikan oleh organ-organ domain publik adalah lingkup situasi yang
internasional untuk menyediakan GPGs mempengaruhi semua orang, termasuk
u n t u k s e m u a m a s ya r a k a t d u n i a ; agensi yang dipercaya oleh publik sebagai
7. m e m b u a t i n s t i t u s i - i n s t i t u s i pengatur masalah-masalah publik. Inilah
kepemerintahan global yang ada menjadi asal-muasal dikenalnya kedaulatan, yaitu
lebih inklusif, lebih adil dan lebih negara diminta oleh masyarakatnya untuk
demokratis; dan, mengatur dan menjaga hak-hak yang
8. mengintensifkan, memperpanjang serta dimiliki masyarakat11. Peran negara inilah
mendemokratisasikan pilar-pilar yang menjadi legitimasi atas keberadaan visible
terkait dalam pemerintahan global. hand dalam pengaturan pasar dalam
demokrasi sosial; bertentangan dengan
Martin Shaw mengemukakan bahwa konsep invisible hand yang kemudian
demokrasi sosial harus melakukan dikemukakan oleh Adam Smith.
advokasi agenda-agenda ‘sosial’ untuk
pembangunan demokrasi global dengan Makna public goods, seringkali disamakan
melibatkan kerangka dari ekonomi, sosial, dengan sosialisme dalam artian komunisme
lingkungan yang diharapkan mengatasi yang erat dengan penghapusan hak-hak
perbedaan struktural yang mendalam 9 . individu, ketiadaan kepemilikan pribadi,
dan dengan demikian memungkinkan
terjadinya pelanggaran HAM oleh negara
GLOBAL PUBLIC GOODS (GPGS): Berbeda dengan komunisme, kata-kata
IDENTITAS DAN MEKANISME ‘public’ dalam ‘public goods’ tidak hanya
berarti publik dalam segi konsumsi, namun
Karakter GPGs juga berarti barang ini dihasilkan oleh
publik, sehingga tidak tersentralisasi pada
Menurut Inge Kaul dan et.al., untuk negara. Sehingga dapat dikatakan bahwa
mengidentifikasi GPGs kita harus global public goods bersifat publik dalam
memilah-milah makna yang dikandung dua hal, pertama publik dalam artian bukan
oleh GPGs itu sendiri. Cara terbaik dan pribadi (private); dan kedua publik dalam
termudah adalah dengan membedakan artian melebihi batasan-batasan negara 12.
makna privat dan publik. Publik, masih
menurut Kaul dan et.al., adalah keadaan Sebuah benda atau jasa disebut public
alami dari kebanyakan hal. Seperti yang goods bila ia memenuhi kriteria-kriteria
kita ketahui, di masa awal manusia belum dari public goods itu sendiri. Karakter
mengenal hak kepemilikan. Berkebalikan yang membedakan global public goods dari
dengan publik, privat sifatnya adalah yang lainnya adalah terpenuhinya dua
temuan dan buatan manusia. prinsip utama: non-rivalry dan non-
excludability. Non-excludability adalah
Untuk menelaah GPGs dari sisi filosofis kemampuan dari public good untuk
kita bisa melihat konsep GPGs yang telah menghasilkan keuntungan yang mustahil

52 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

mengesampingkan setiap orang untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu


menikmatinya. Sedangkan non-rivalry pembangunan yang memenuhi kebutuhan
adalah keadaaan di mana konsumsi atas masa sekarang tanpa mengurangi
suatu barang oleh satu orang tidak berarti kemampuan generasi yang akan datang
mengurangi konsumsi bagi orang lain 13 , dalam memenuhi kebutuhan mereka.
contohnya perdamaian, lapisan ozon, dan Contohnya menurut Sandler adalah
air. Sandler 14 menambahkan karakter penggunaan energi nuklir; ia bisa
ketiga yaitu tindakan di mana kontribusi meningkatkan kebutuhan energi pada masa
menentukan penyediaan agregat (agregat sekarang, namun dalam jangka panjang
teknologi), yang mempengaruhi akan muncul sampah-sampah nuklir yang
kemungkinan pembiayaan GPGs. berbahaya bagi generasi mendatang.

Kaul, Gurnberg dan Stern mengingatkan Produksi GPGs


pentingnya memperhatikan eksternalitas,
baik positif ataupun negatif 15 . Menurut GPGs dapat dibentuk dalam dua tipologi.
pakar ekonomi, penentuan positif atau Pertama, final GPGs yang menekankan pada
negatif dari suatu eksternalitas ditentukan outcome dibandingkan keberadaan goods itu
dari kegunaan yang dikandung oleh pihak sendiri dalam konsep standar. Bentuk
ketiga (publik). Eksternalitas negatif GPGs ini bisa tak terukur (seperti
muncul ketika seorang individu atau lingkungan atau sejarah atau warisan
perusahaan mengambil tindakan namun bersama seluruh umat manusia); dan kedua,
tidak ikut merasakan dampak atau biaya intermediate GPGs, yang mengacu pada
yang seharusnya ia keluarkan, contohnya tatanan dan regulasi, seperti rejim, yang
pencemaran sungai oleh limbah pabrik. berkontribusi terhadap ketersediaan final
Sementara eksternalitas positif adalah GPGs. Misalnya GPGs dalam bentuk
kebalikannya, ketika seorang individu tidak pertumbuhan ekonomi merupakan hasil
bisa ikut merasakan keuntungan dari dari input publik dan privat. Rejim
sebuah tindakan, misalnya pendidikan bertanggung jawab dalam mengatur
perempuan berdampak positif terhadap kombinasi keduanya.
kemampuan bertahan seorang anak dan
memperlambat laju pertumbuhan Biaya produksi GPGs ini ditentukan oleh
penduduk. ongkos yang dikeluarkan dalam hal17: (a)
penelitian yang berfungsi untuk
Karakteristik GPGs yang lainnya adalah m e n g a n a l i s i s d a s a r- d a s a r p r o s e d u r
‘generasi’, diambil dari perspektif penyediaan GPGs misalnya bagaimana
lingkungan terutama berdasarkan laporan konsep keberlanjutan mempengaruhi
dari komisi Brundtland: “Our Common mekanisme kebijakan alternatif penyediaan
F u t u re ” 1 6 . I d e a l n ya , s e l u r u h a s p e k GPGs; (b) koordinasi atau penentuan
kemanusiaan seharusnya dapat prioritas, tinjauan kemajuan, mobilisasi
memperoleh keuntungan dari adanya sumber daya, alokasi dana, dan
mekanisme GPGs. Namun hidup seseorang pengawasan tingkatan kontribusi; (c)
hanya terbatas pada suatu rentang waktu implementasi, yaitu bagaimana
saja. Dengan demikian, penting untuk mengorganisasikan institusi baru atau
memahami makna kemanusiaan. Komisi institusi yang sudah ada, proses-proses
Brundtland ini menelurkan konsep legislatif, dan mekanisme pengaturan serta
CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 53
Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

kerangka kebijakan yang dikeluarkan. subsidi sangat dibutuhkan untuk


Dalam penyediaan GPGs terdapat proses meningkatkan riset dan pembangunan yang
yang menitikberatkan pada dua dimensi. terkait dengan isu ini. Riset ini memiliki
Pertama, pengambilan keputusan politis di relevansi yang kuat pada negara
mana stakeholders-lah yang memutuskan berkembang dan tidak akan dapat terjadi
barang atau jasa manakah yang paling tanpa adanya metode subsidi. Ilustrasi
dibutuhkan, bagaimana memproduksinya, lebih lanjut subsidi termasuk berbagai
dan bagaimana mendistribusikan variasi pembayaran, biasanya dalam bentuk
keuntungan yang diperoleh. Dimensi yang dana bantuan. Inisiatif subsidi ini sangat
kedua adalah dimensi produksi yang vital dalam mengintegrasikan pasar
merupakan hasil keputusan politis yang lintasteritori.
diimplementasikan. Proses ini terdiri atas
d u a b a g i a n , ya i t u p e m b i a ya a n d a n Metode kompensasi menekankan pada
manajemen. Pembiayaan adalah usaha- pertimbangan biaya eksternalitas.
usaha yang ditempuh untuk memunculkan Kompensasi digunakan atas penggunaan
alokasi sumber daya yang layak—privat fasilitas lingkungan global untuk tujuan-
ataupun publik—dalam lingkup GPGs; tujuan seperti konservasi keragaman hayati
sementara manajemen lebih mengacu pada dan pengurangan emisi karbon. Tipe
strategi yang diambil dalam mengawasi pembayaran ini kebanyakan ditujukan
produksi dan memastikan barang-barang kepada negara-negara berkembang sebagai
produksi tersebut sampai ke pengguna pembayaran atasbiaya yang mereka harus
dengan utuh, efektif dan efisien18. k e l u a r k a n d a l a m m e n ye d i a k a n j a s a
lingkungan global yang hampir mustahil
Pembiayaan GPGs m e r e k a l a k u k a n s e n d i r i b i l a h a n ya
berdasarkan kepentingan nasional mereka
Mengingat sifatnya yang global, tidak dapat saja.
dipungkiri bahwa kerjasama internasional
merupakan kunci terpenting dalam Metode yang ketiga adalah user fees and
produksi GPGs. Bila di tataran nasional- charges yang ditarik dalam situasi yang
domestik, public goods dibiayai sepenuhnya berbeda-beda. Sistem ini hampir mirip
oleh pemerintah dengan menggunakan dengan sistem royalti, misalnya para
pajak sebagai senjata utama, di tataran penandatangan perjanjian internasional
internasional situasinya sangat jauh tentang Plant Genetic Resource for Food and
berbeda. Ketiadaan organ supranasional Agriculture harus membayar ketika mereka
sangat mempengaruhi hal ini. Setidaknya mengambil material genetik dari sistem
terdapat enam metode yang dapat multilateral ini. Sistem yang keempat
diaplikasikan dalam proses pembiayaan adalah metode pembiayaan yang sangat
GPGs, yaitu subsidi, kompensasi, user fees klasik, yaitu iuran dalam bentuk
and charges, direct payment, new property pembayaran langsung dalam rangka
rights and markets, serta regulasi19. membiayai GPGs. Pembiayaan ini dapat
dilakukan di organisasi-organisasi
A r h i n Te n k o r a n g d a n C o n c e i a o internasional seperti yang terdapat dalam
menekankan pada pentingnya subsidi 20 . sistem PBB, dan organisasi-organisasi
Dalam kasus peningkatan kesehatan global, lainnya.

54 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

New property rights and market seperti yang terbesarlah yang paling mungkin membawa
dijelaskan oleh Castro dan Cordero adalah keberhasilan dalam menanggulangi
dengan memberikan harga yang adil dan penyakit-penyakit tersebut; dan, (4) mirip
efisien bagi komoditas-komoditas baru dengan metode kompensasi yang
yang berguna bagi suplai GPGs, misalnya ditawarkan Kaul, metode weighted sum juga
dalam kasus reduksi CO2. Cara yang mencerminkan pembagian keuntungan
terakhir adalah melalui regulasi. Seperti ya n g t i d a k s e t a r a , t e r g a n t u n g d a r i
yang telah dijelaskan, ‘soft’ regulasi permasalahan yang dihadapi. Misalnya
mungkin adalah cara yang paling sering dalam kasus pembasmian wabah pes di
digunakan untuk meningkatkan alokasi suatu negara tentu akan menguntungkan
s u m b e r d a ya u n t u k G P G s . N a m u n negara yang kebetulan terletak lebih dekat
biasanya regulasi ini berdasarkan pada dan kurang menguntungkan negara-negara
p e r j a n j i a n i n t e r n a s i o n a l ya n g t i d a k yang letaknya lebih jauh.
mengikat yang hanya bisa meminta negara-
negara untuk mematuhinya. Bentuk Realitas Pelaksanaan GPGs
perjanjian dan regulasi ini menurut Berrett
kurang efektif karena ketiadaan insentif.21 Seperti yang disebutkan di bagian awal
tulisan ini, di dunia politik baik nasional
Todd Sandler yang menekankan pada ataupun global, ideologi yang mendominasi
metode agregasi teknologi untuk mengatasi adalah libertarianisme yang menekankan
suplai dari GPGs berpendapat setidaknya pada kebebasan pasar. Demokrasi sosial
terdapat empat cara untuk memastikan yang menjadi motor penggerak konsep
pemenuhan GPGs, yaitu (1) summation atau GPGs adalah ideologi yang kalah populer.
pengumpulan kontribusi yang mencukupi Meyer mengatakan bahwa memang dalam
kebutuhan akan suplai public goods. Strategi kerangka diskusi, atau forum-forum
ini memiliki kelemahan karena seringkali internasional ide mengenai demokrasi
dikarakteristikan dengan adanya bentuk sosial dengan tujuan penciptaan GPGs
prisoner’s dilemma atau free riders. Strategi sangat dominan, namun tidak dalam
ini membutuhkan organisasi multilateral kenyataan realisasi politiknya 22 . Seperti
dengan kepemimpinan dari negara-negara yang dikemukakan oleh Presiden
kaya untuk mencukupi kebutuhan public ECOSOC, Francesco Paolo Fulci, telalu
goods; (2) weakest link, adalah metode untuk banyak konferensi-konferensi PBB dan
memastikan suplai GPGs telah terpenuhi puluhan deklarasi sejak tahun 1990-an,
dengan menguji pada titik terlemah. namun hal yang paling dibutuhkan saat ini
Misalnya untuk memastikan suplai air adalah tindakan-tindakan yang lebih
bersih tercukupi, cukup dengan menguji konkret dan sedikit bicara23.
dan mengamati distribusi air bersih di
negara-negara atau kawasan-kawasan yang Rejim-rejim dengan semangat
paling rawan akan air bersih; (3) ‘best-shot’ libertarianisme seperti IMF atau pun WTO
sebagai metode ketiga yang menekankan memang telah berhasil melepaskan banyak
b a h wa k o n t r i b u s i s e b e s a r- b e s a r n ya sistem ekonomi negara-negara miskin dari
menentukan level agregat GPGs yang cengkeraman ekonomi otoritarianisme,
tersedia untuk konsumsi. Contohnya ketika namun sayangnya rejim-rejim ini justru
menemukan penawar AIDS, malaria, mendatangkan permasalahan besar bagi
ataupun penyakit lainnya usaha yang negara-negara tersebut, karena
CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 55
Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

ketidaksiapan dalam menghadapi arus bentuk dari GPGs.


pasar bebas dunia yang demikian kuat.
Keadaan ini menjadi pemicu fenomena Tabel 1
pelebaran kesenjangan antara negara kaya Kuota IMF dan GNP
dan negara miskin.
Kuota,
Negara Efektif Purchasing GNP
Negara-negara dengan hutang besar seperti Januari 1999 power Parity 1998
Afrika harus merelakan lebih dari 60% dari (milyar GNP, 1998 (milyar US$)
US$) (milyar US$)
pendapatan ekspor mereka untuk Federasi Rusia 5.945 580.3 337.9
membayar bunga hutang. Tercatat total Negeri Belanda 5.162 339.3 388.7
hutang eksternal dari negara-negara Cina 4.687 3,983.6 928.9
Belgia 4.607 239.7 259
berkembang mencapai lebih dari dua Swiss 3.458 189.1 284.8
trilyun dolar, dan dari hutang sebesar ini Brazil 3.036 1,021.4 758
Meksiko 2.586 785.8 380.9
sekitar 216 milyar dolar tidak dapat dibayar Denmark 1.643 126.4 176.4
oleh negara-negara ini. Hutang dengan Republik Korea 1.634 569.3 369.9
jumlah sangat besar ini terbukti tidak bisa Sumber : Ariel Buira, The Governance of the
menyelesaikan masalah karena berdasarkan International Monetary Fund, dikutip oleh Kaul.,
perhitungan dari PBB dan Bank Dunia, et.al .25
lebih dari 1 sampai 1,3 milyar orang hidup
dalam kemiskinan dengan pendapatan
harian kurang dari satu dolar. Jumlah Tabel 2
penduduk yang mengalami malnutrisi di Distribusi Kuota IMF berdasarkan Kelompok
Negara, 2001
negara berkembang mengalami
peningkatan dari 822 juta menjadi 828 Special Total
KELOMPOK NEGARA Drawing Rights Pembagian
juta.24 Secara struktural, rejim-rejim seperti (Juta US$) (%)
IMF juga menerapkan peraturan yang 130,567 61.4
24 negara industri
‘memihak’ negara-negara kaya, seperti yang
20,307 9.6
terlihat dari ketentuan Special Drawing Negara pengekspor
minyak
Rights (SDR) yang sangat menentukan
29.0
pengambilan keputusan di tubuh IMF. Negara non-eksportir 61,527
minyak
Cina, negara kedua terbesar bila diukur 212,.401 100.0
Total
dari purchasing power parity harus berada
di bawah negara sekecil Belanda dan Sumber : Ariel Buira, “The Governance of International
hampir disamakan dengan Belgia. Monetary Fund,” dalam Kaul, et.al26.
Sementara itu negara sekecil Belgia
memiliki kuota 52% lebih besar dari Brazil
dan 78% lebih besar dari Meksiko. Bahkan Keberadaaan GPGs semakin dipertanyakan
secara persentase 24 negara industri terutama dalam menghadapi globalisasi.
menguasai 61,4 persen dari keseluruhan Menurut Kenneth Waltz27, globalisasi dapat
kuota SDR ini. Dapat katakan bahwa nasib diartikan sebagai proses homogenisasi
negara-negara ‘kecil’ sangat bergantung dalam bentangan suatu budaya yang
pada kebijakan negara-negara kaya, semakin menyerupai satu sama lainnya.
padahal pembangunan ekonomi dan Namun, dampak globalisasi tersebut justru
kestabilan moneter merupakan salah satu seringkali berupa ketidaksetaraan atau
ketidaksamarataan. 28 Waltz kemudian

56 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

menambahkan bahwa proses globalisasi Bagan 1


telah meninggalkan negara seperti hampir Segitiga Global Public Goods (GPGs)
semua negara-negara di Afrika, Amerika PC
Latin, Rusia, seluruh jazirah Timur Tengah
kecuali Israel, dan sebagian besar Asia.
Hal ini tentu memperlihatkan bahwa lebih
banyak negara yang dirugikan
dibandingkan yang diuntungkan, dan
sayangnya negara-negara yang merugi
justru adalah negara-negara yang
seharusnya mendapatkan keuntungan yang PD PB

besar bagi perbaikan negaranya. Seperti PD : Publicness in Decision Making


PC : Publicness in Consumption
PB : Publicness in Distribution
yang dikemukakan oleh Linda Weiss, pada
tahun 1991, sebesar 81% dari stok foreign Sumber : Providing Global Public Goods 31
direct investment (FDI) justru berputar di
negara-negara Utara seperti Inggris, Jerman Publicness dalam konsumsi merupakan
dan Kanada29, sementara kurang lebih 140- tujuan terpenting, namun pada
an negara lainnya harus memperebutkan kenyataannya publik secara keseluruhan
19% sisa dari FDI yang ada. belum dapat mengkonsumsi GPGs, karena
kekurangan publicness dalam distribusi
keuntungan. Tentu kenyataan ini sangat
PUBLICNESS: HARAPAN dipengaruhi oleh aspek publicness lainnya,
PENYELESAIAN yaitu publicness dalam pengambilan
keputusan. Permasalahan GPGs ini dianggap
Mekanisme GPGs yang ideal adalah dengan sebagai masalah di luar jangkauan atau
mempertahankan makna publik dalam melewati batasan-batasan wilayah suatu
operasi-nya. Hal ini tidak berarti GPGs negara, sehingga dalam proses pengambilan
anti terhadap sektor private goods, karena keputusan, negaralah yang menjadi aktor
tidak dapat dipungkiri sebagian besar GPGs dominan. Menurut studi yang dilakukan
justru didukung oleh kehadiran dari private oleh Alger 32 , negara ketika berhadapan
goods ini. Dengan mempertimbangkan dengan negara lainnya di dunia internasional
keberadaan private goods dan sifat dasar memiliki kecenderungan untuk semakin
dari makna publik yang diembannya, menjauhi kenyataan pada tataran lokal,
seharusnya GPGs bersifat publik dalam hal bahkan di negara yang demokratis sekalipun
konsumsi, distribusi keuntungan, dan dari pengambilan keputusan cenderung berpusat
proses pengambilan keputusan. Ketiga pada elit-elit yang sangat terbatas. Begitu
s i f a t p u b l i c i n i l a h ya n g k e m u d i a n juga dengan inter-governmental organization
membentuk segi tiga GPGs30. (IGO) yang merupakan perpanjangan
kebijakan luar negeri negara. Padahal
pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kebijakan global melibatkan
dan berdampak pada kesertaan lapisan-
lapisan masyarakat, terutama masyarakat
yang berada di lapisan terbawah (grass-roots),
sehingga efektivitas penerapan

57
Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

kebijakan tersebut sangat bergantung pada yang didapatkan berasal dari sumber-
legitimasi pada pengetahuan dan sumber dari luar dari NGDOs sendiri.
penerimaan dari masyarakat tersebut. Menurt Padron, NGDOs menekankan pada
partisipasi populer, dan pembelajaran
Kaul, et.al., menerjemahkan publik sebagai bersama dibandingkan transfer
civil society yang mulai dari tingkat bawah pengetahuan semata. Organisasi yang
sampai dengan pergerakan di lingkup berada dalam posisi terdekat adalah GRO,
internasional dalam bentuk NGOs baik yang berfungsi mensuplai informasi
tingkat lokal ataupun internasional l a n g s u n g d a r i d a n k e m a s ya r a k a t .
(international non-governmental organizations, Selanjutnya Padron menyertakan tiga
INGOs). Sementara, Chadwick berusaha model kerjasama antara NGDOs, IDCI,
memperlihatkan distribusi sumber daya ataupun GRO (diagram 1). Pada model A,
dari berbagai NGOs, termasuk didalamnya NGDO hanya berfungsi menerima uang
adalah hubungan antara Utara dan Selatan dari IDCI dengan sikap: “let ‘gringos’ give
dalam konteks NGOs. Menurut Chadwick, us the money… after all they are just giving
NGOs sekalipun memiliki kecenderungan us back what was ours”. Dalam model B,
yang sama dengan aktor negara, semakin NGDO memposisikan diri sebagai cabang
mereka dekat dengan dunia internasional teknis dari GRO yang dianggap memenuhi
maka mereka memiliki potensi untuk syarat menerima bantuan asing dengan
semakin menjauhi kenyataan tataran lokal. mengatasnamakan dukungan dari anggota
Mario Padron 33, seorang pakar pergerakan masyarakat; sementara pada Model C,
sosial dari Peru membentuk tiga tipologi NGDO, IDCI, dan GRO membentuk
NGO yang aktif dalam proses rekanan dalam kerjasama pembangunan.
pembangunan. Tipologi-tipologi yang Tentu saja dalam kasus hubungan antar
dibuat oleh Padron ini dapat NGO, model C menjadi model yang terbaik.
menghubungkan antara NGOs di tingkat
internasional dengan NGOs di tingkat akar Diagram 1
rumput, mereka adalah: (1) Institusi Tiga Model Hubungan
(A)
Kerjasama Pembangunan Internasional
(IDCI); (2) NGO yang asli berasal dari D R

dunia ketiga (NGDRO), dan yang ketiga


NGDO
adalah (3) grass-roots organization (GRO).
Kebanyakan IDCI berasal dari Utara dan
berbentuk organisasi-organisasi yang (B)

mengumpulkan sumber daya yang akan


IDCIs NGDOs GROs
ditransfer ke Selatan, sementara NGODs
adalah organisasi yang dibentuk oleh
individu-individu yang menerima bayaran
atas tugas yang mereka lakukan, dan (C)

mereka bersifat privat, nirlaba, dan


IDCI GRO
memiliki badan hukum. Mereka beroperasi P

melalui proyek-proyek atau pun program


NGDO
pembangunan yang bertujuan
menguntungkan masyarakat diatas diri Sumber: Journal of Peace Research34
mereka sendiri, dan biasanya pembiayaan

58 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

Menurut David Korten 35 , terdapat empat masyarakat. Hanya melalui partisipasi


fungsi utama dari pergerakan ini, (1) inilah dapat dipastikan kedaulatan
advokasi mendefinisikan kembali masyarakat.
kebijakan-kebijakan, mentransformasikan
institusi, dan membantu masyarakat dalam Alasan lain mengapa civil society perlu
mendefinisikan, menginternalisasi dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan
mengaktualisasikan visi pembangunan m e n g e n a i p e n ye d i a a n G P G s a d a l a h
yang berpusat pada masyarakat (people- keyakinan bahwa civil society sifatnya
centered development); (2) pengawasan n i r l a b a , ya k n i t i d a k m e n e m p a t k a n
terhadap sistem; ( 3 ) p r o t e s ya n g keuntungan material sebagai tujuan utama.
memfasilitasi rekonsiliasi dengan keadilan; Dalam konteks NGOs terlibat dalam
dan, (4) mengimplementasikan program penyediaan GPGs tentu yang paling terlibat
p e m b a n g u n a n . Pe m b a n g u n a n ya n g adalah NGOs internasional (INGOs) karena
berpusat pada masyarakat yang disebutkan kemampuan mereka di dalam forum-forum
oleh Korten, memiliki tiga prinsip dasar, internasional tentu lebih baik dibandingkan
yakni 36 : (1) kedaulatan negara melemah NGOs yang tidak pernah keluar dari
seiring dengan munculnya masyarakat negaranya. Ann M. Florini38 mengatakan
sebagai aktor sosial riil dari perubahan bahwa definisi transnational civil society
positif; (2) untuk melaksanakan kedaulatan berasal dari tiga buah konsep. Pertama,
mereka dan pertanggungjawaban atas seperti semua bentuk civil society,
pembangunan mereka dan komunitasnya, transnational civil society terdiri atas
masyarakat harus memiliki kontrol atas kelompok non-pemerintah dan bukan
sumber daya mereka, dan memiliki akses berbentuk entitas privat yang berorientasi
informasi yang relevan, serta memiliki keuntungan. Kedua, sifatnya
instrumen untuk memastikan akuntabilitas menghubungkan batasan-batasan nasional.
negara beserta aparaturnya; dan, (3) pihak- Ketiga, seperti yang banyak diperlihatkan
pihak yang mendukung pembangunan dari kasus-kasus yang ada, transnational
masyarakat harus mengakui bahwa mereka civil society memiliki beragam bentuk,
harus mendukung agenda dan tujuan dari terkadang ia bisa berbentuk INGO tunggal
m a s ya r a k a t d a n b u k a n s e b a l i k n ya . dengan keanggotaan individu-individu di
berbagai negara, seperti bentuk
Kemunculan peran civil society ini dijelaskan Transparency International. Dalam kasus
oleh teori-sistem ketiga (third system-theory), lainnya, transnational civil society terdiri atas
yang menekankan pada pada munculnya lebih dari sekadar koalisi-koalisi informal
krisis pembangunan. Krisis ini terjadi secara antarnegara seperti asosiasi ataupun
terus-menerus meliputi sektor-sektor organisasi seperti International Campaign
ekonomi, finansial, ekologi, sosial, budaya, to Band Landmines. Dalam melihat aktor
ideologi, dan politik. Karena terjadinya transnasional tersebut, terdapat kategori-
krisis ini maka muncullah pergerakan yang kategori yang membatasinya, yaitu 39 : (1)
berusaha mencari kontrol atas setiap proses harus dapat menjalankan fungsi penting
yang dinilai mengancam keamanan diri dan berkelanjutan, terutama memiliki
setiap orang37. Secara singkat, politik teori- pengaruh dalam hubungan antar-negara;
sistem ketiga adalah mengenai peningkatan (2) harus dipandang berpengaruh, baik
peranan masyarakat dalam pembuatan besar maupun kecil, oleh pengambil
keputusan pada semua tingkatan keputusan luar negeri dan turut

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 59


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

mempengaruhi kebijakan luar negeri ya n g c u k u p a k u r a t d a n s e r i n g k a l i


negara yang bersangkutan, baik secara digunakan oleh aktor negara yang berisi
langsung maupun tidak langsung; dan, (3) masukan dan kebutuhan masyarakat; dan
memiliki derajat kemandirian atau otonomi (2) NGO dapat memotong jalur yang dilalui
dalam merumuskan dan menentukan pemerintah (bypassing the state); jalan ini
kebijakan atau keputusannya. diambil NGO untuk memudahkan
penerapan kebijakan, karena tidak semua
Korten, Perlas, dan Shiva40 kebijakan dapat menjangkau seluruh
mempertentangkan civil society dengan lapisan masyarakat. Tetapi kelemahannya
kehadiran negara. Mereka beranggapan adalah NGO harus tetap bekerja di bawah
bahwa dalam pembentukan GPGs, global aturan yang ditetapkan oleh negara-negara,
civil society mengemban fungsi karena jika tidak maka kekuatan
penyeimbang bagi kekuatan kekaisaran pemerintah akan menghalangi langkah
negara-negara 4 1 . Dalam pandangan NGO selanjutnya.
komunitas, dunia adalah sebuah tempat
terbaik di mana kesempatan-kesempatan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sebuah
untuk berkreasi dapat direalisasikan I G O ya n g k e r a p d i a n g g a p s e b a g a i
melalui kerjasama dan pembagian serta pencerminan pemerintahan dunia (world
kontrol GPGs yang setara. Sementara governance), melalui ECOSOC telah
pandangan mengenai dunia bagi memberikan ruangan tersendiri bagi
kekaisaran negara adalah sebuat tempat kehadiran NGOs dalam rangka konsultasi.
yang sifatnya ‘bermusuhan’ dan kompetitif. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 71 Piagam
Dalam konteks kekaisaran aturan pilihan PBB yang menyebutkan:
yang ada adalah menjadi pemenang atau
pihak yang kalah, mengatur atau di atur. “The Economic and Social Council may
Logika yang mempengaruhi adalah yang make suitable arrangements for consultation
terpintar, terkuat, dan paling rasional-lah with nongovernmental organizations which
yang dapat memperoleh hak dan kewajiban are concerned with matters within its
competence. Such arrangements may be
untuk memperoleh kekuasaan dengan
made with international organizations and,
instrumen apapun yang tersedia untuk
where appropriate, with national
menciptakan perdamaian dan tatanan organizations after consultation with the
dunia. Pa n d a n g a n i n i b e r p o t e n s i member of the United Nations concerned”
memunculkan sifat otoritarianisme
Namun ketentuan formal ini tidak berarti
Dalam menganalisis peran-peran NGO, menghasilkan perluasan pengaruh INGOs
terdapat beberapa kapabilitas NGO yang dalam kinerja ECOSOC. Hal ini disebabkan
tidak dimiliki oleh aktor negara, yaitu42 : ECOSOC sendiri pada kenyataannya, tidak
(1) NGO sebagai advokator bagi kapabilitas memainkan peranan penting bagi PBB.
negara, dengan kemampuannya Negara-negara miskin dan berkembang
menjangkau masyarakat terpencil, NGO lebih menyukai menggunakan forum
memiliki kapabilitas yang dapat Majelis Umum karena lebih mudah
memberikan publikasi. NGO dapat pula menarik dukungan dan memunculkan isu-
m e n g a wa s i p r o g r a m - p r o g r a m ya n g isu baru43.
diterapkan pada masyarakat. Kelebihan
ini juga membuat NGO memiliki laporan

60 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

PENUTUP publicness dalam pengambilan keputusan.


Peranan civil soceity dalam proses GPGs
Keberadaan GPGs dalam masa globalisasi tidak ditujukan untuk mendobrak dan
bersifat paradoks, di satu sisi GPGs menggantikan peranan negara, namun
seringkali dianggap tidak akan mampu menjadi pelengkap dan pembantu atas
menghadapi globalisasi, namun di sisi lain, ketidakmampuan negara.
GPGs justru muncul sebagai konsep yang
menyiratkan harapan akan tatanan yang
lebih adil, karena GPGs ini sifatnya tidak DAFTAR PUSTAKA:
didominasi oleh satu isu saja melainkan
lintas-isu. Mulai dari isu stabilitas ekonomi, Buku
distribusi kebutuhan mendasar, sampai
dengan isu keamanan dan hak asasi Cosgrove, Carol Ann, dan Kenneth J.
manusia. Ketimpangan yang ada di dunia, Twitchett. The International Actors: The UN
tidak bisa diserahkan kepada pasar bebas and The EEC. London: MacMillan, 1970.
semata karena telah terbukti pasar bebas
justru semakin melebarkan bentangan Florini, Ann M. (ed.). The Third Force: The
perbedaan antara negara miskin dengan Rise of Transnational Civil Society, Carnegie
negara kaya. Endowment for International Peace, 2000

Konsep GPGs masih sangat muda dalam Heyzer, Noeleen., et.al. (eds.), NGO
dunia internasional, karenanya belum Relations in Asia: Prospects and Challenge for
terdapat wacana-wacana matang mengenai People Centered Development. New York, St.
ide kinerja dari GPGs. Belum lagi GPGs Martin’s Press, Inc., 1995.
terbentuk, telah banyak bermunculan kritik
dan pertanyaan mengenai GPGs. Juwana, Hikmahanto, Bunga Rampai Hukum
Pemikiran mendasar dari tulisan ini, Ekonomi dan Hukum Internasional. Jakarta:
walaupun GPGs banyak diremehkan oleh Lentera Hati, 2002.
banyak ahli, tetapi kemiskinan dan
ketimpangan tidak bisa dibiarkan begitu Kaul, Inge, Isabelle Gurnberg, dan Marc A.
saja. Tulisan ini ingin memberikan Stern, Global Public Goods: International
perenungan kembali mengenai makna Cooperation in the 21 st Century. New York,
public yang ada dalam konsep GPGs. Oxford University Press, 1999.
Publik yang berarti masyarakat luas, tidak
hanya berada di bawah perwakilan negara Kaul, Inge, et.al.(eds.). Providing Global
yang seringkali dianggap tidak Public Goods: Managing Globalization.
representatif dalam menyuarakan Executive Summary. New York: Oxford
kepentingan masyarakat lokal. Partisipasi University Press, 2003.
civil society tidak bisa dianggap sebagai
p e n a wa r d a r i s e g a l a p e r m a s a l a h a n Meyer, Thomas. Demokrasi Sosial Modern
ketimpangan yang ada karena sifat dari Globalisasi dan Regionalisasi. Jakarta:
GPGs sendiri yang multi-facet dan harus Friedrich Ebert Stiftung Indonesia, 2002.
dihadapi dengan front-front yang berebeda-
beda pula. Namun setidaknya partisipasi
civil society bisa memperbaiki ketimpangan

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 61


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

Princen, Thomas, Matthias Finger (eds.), Situs Internet


Environmental NGOs in World Politics:
Linking the Local and the Global. New York: www.cato.org/cgi-
Routledge, 1994. bin/scripts/printtech.cgi/dailiys/01-01-99.

Riker, James V., Antonio B. Quizon (eds.), www.endgenocide.org/genocide/index.ht


International Organization: A Comparative ml.
Approach. New York: Praeger Publisher
1983. www.fabianglobalforum/forum/article00.
html.

Terbitan Berkala (Jurnal) www.libertarianism.org/ex-8.html.

Global. Volume 5 Nomor 1 November 2002. www.sussex.ac.uk/Users/hafa2/socdem.h


tm.
Journal of Peace Research. Volume 27, Nomor
2 1990. www.twnside.org.sg/title/seeks-cn.htm.

PS: Political Science and Politics, Volume 32,


Issue 4. CATATAN BELAKANG

The American Economic Review, Volume 76, 1. Riza Primahendra, “Pembangunan Berkelanjutan
dan Peran Masyarakat Sipil,” Global Volume 5 Nomor
Issue 1, Maret 1996.
1 November 2002, hlm. 10.
2. “Children 2002:Charting Change,” dalam UN
UN Chronicle, Volume XXXIX Nomor 2, Chronicle, Volume XXXIX Nomor 2, Juni-Agustus 2002,
Juni Agustus 2002. hlm. 40-41.
3. Lihat website yang dibuat oleh World Federalist
A s s o c i a t i o n ( W F A ) , d i
www.endgenocide.org/genocide/index.html , diakses
Terbitan Khusus
tanggal 23 Maret 2003.
4. Lihat Hikmahanto Juwana, Bunga Rampai: Hukum
Gardiner Rosalie, Katell Le Goulven. Ekonomi dan Hukum Internasional, (Jakarta: Lentera
“Sustaining Our Global Public Goods,” Hati, 2002), hlm. 87 mengutip Jurnal Magister Hukum
Briefing Paper. World Summit 2002, No. 11, Volume 6 Tahun 1999.
5. Disarikan dari kuliah terbuka Thomas Meyer, “Civil
Johannesburg.
Society, Sosial Demokrat dan Proses Politik: Kaitannya
dengan Masa Transisi Indonesia,” FISIP Universitas
Korten, David C., Nicanor Perlas, dan Indonesia, 9 April 2003.
Vandana Shiva. “Global Civil Society: The 6. Charles P. Kindleberger, “International Public Goods
Path Ahead,” Discussion Paper 20 November without International Government,” The American
2002. Economic Review, Volume 76, Issue 1, Maret 1996,
hlm.2.
7. Ibid., hlm. 23.
Sandler, Todd, “On Financing Global and 8. Ibid., hlm. 24.
International Public Goods,” Policy Research 9. Martin Shaw, “The Deep Challenge of Global Social
Working Paper, the World Bank Economic Democracy,”
Policy and Prospect Group, July 2001. www.fabianglobalforum.net/forum/article001.html
diakses tanggal 30 April 2003.

62 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Resensi Buku HIRA P. JHAMTANI

ajang konflik dan kekacauan. Unjuk rasa kalangan dan diketuai bersama oleh John
massal di Genoa pada 2001 bahkan Cavanagh (Direktur Institute for Policy
memakan korban ketika seorang Studies) serta Jerry Meander (Ketua Dewan
demonstran meninggal dunia dan menurut IFG). Dalam pendahuluan buku ini, diakui
Stiglitz ini mungkin merupakan permulaan bahwa mencapai konsensus mengenai isu
dari gerakan antiglobalisasi yang lebih dan analisisnya di antara ke-19 orang
besar dan akan memakan banyak korban. 2 tersebut ternyata lebih sulit dibandingkan
dengan merangkai hal-hal yang mereka
Inti dari gerakan sosial dan masyarakat tentang. Artinya mencapai kesepakatan
sipil3 adalah menentang kekuasaan mengenai alternatif lebih sulit ketimbang
korporasi global (multinational mengorganisasikan dan mengartikulasikan
corporations/MNC) yang semakin besar4 dan protes serta kritik terhadap globalisasi.
gagasan tunggal bahwa globalisasi ekonomi Karena itu, para penulis tidak berpretensi
adalah satu-satunya cara menuju bahwa semuanya sepakat dengan apa yang
kesejahteraan. Lembaga internasional ditulis dalam buku itu, tetapi mereka
seperti Bank Dunia, WTO, dan IMF sepakat mengenai arah argumentasi yang
dianggap sebagai pengejawantahan dari disajikan. Dan, mereka bersepakat bahwa
globalisasi ekonomi dan wahana yang a d a b a n ya k a l t e r n a t i f , a d a b a n ya k
memperkuat dominasi MNC tersebut. kemungkinan untuk menentang dominasi
Karena itulah protes global hampir selalu kekuasaan korporasi global. Dan itulah inti
dilakukan berkaitan dengan sidang-sidang pesan buku ini.
lembaga tersebut. Protes massal itu sering
ditangani dengan kekerasan. Pada bagian pertama, buku ini mengajukan
kritik terhadap model globalisasi yang
Pada tingkat wacana, para pendukung sudah ada selama lima abad berdasarkan
globalisasi ekonomi mengatakan dua hal ciri-ciri utamanya. Para pendukung
utama. Pertama, bahwa memang globalisasi globalisasi ekonomi sering menyatakan
ekonomi pasar adalah satu-satunya jalan bahwa hal tersebut tidak terelakkan karena
atau TINA (there is no alternative–tidak ada kekuatan ekonomi dan teknologi yang
alternatif). Kedua, para pengunjuk rasa dan mendorongnya. Tetapi dari beberapa ciri
pengkritisi globalisasi tidak memberikan yang diuraikan, jelas bahwa globalisasi
alternatif. Buku ini menjawab kedua bukanlah suatu evolusi alami namun
tuduhan itu dengan menyajikan kritik atas diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
globalisasi korporat, kemudian prinsip bagi satu tujuan yaitu mengutamakan nilai
pembangunan masyarakat yang ekonomi (baca: ekonomi korporasi) di atas
berkelanjutan, dan diakhiri dengan semua nilai lain dan kemudian
memberikan alternatif pada tingkat memaksakan agar nilai tersebut dijadikan
operasional serta alternatif kelembagaan. peraturan atau hukum global.

Ya n g m e n a r i k , b u k u i n i d i s u s u n Ciri pertama adalah pertumbuhan hiper


berdasarkan laporan drafting committee pada (hypergrowth) yang dicapai dengan selalu
Alternatives Task Force dari International mencari sumber daya dan pasar yang baru,
Forum on Globalization 5 . Task force itu serta tenaga kerja yang baru dan murah.
sendiri terdiri dari 19 orang dari berbagai Hal ini akan dicapai jika korporasi

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 65


Resensi Buku HIRA P. JHAMTANI

dideregulasi, artinya dibebaskan dari adalah prinsip-prinsip untuk membangun


segala peraturan, sementara negara dan masyarakat yang berkelanjutan; kedua
pemerintah dihadapkan pada berbagai mendefinisikan milik bersama (commons)
peraturan dan hambatan. Privatisasi dan dan mana yang tidak boleh disentuh oleh
komodifikasi adalah ciri berikutnya. Untuk globalisasi; dan, ketiga berkaitan dengan
meraih laba sebesar-besarnya, semua aspek konsep subsidiaritas yaitu mengutamakan
k e h i d u p a n h a r u s d i p r i va t i s a s i d a n kepentingan lokal daripada global.
dijadikan komoditas, tidak terkecuali air,
benih, pelayanan kesehatan dan bahkan Ada sepuluh prinsip untuk pembangunan
uang. Berikutnya dalah homogenisasi masyarakat berkelanjutan yang disebutkan
ekonomi dan kultural di mana masyarakat buku ini. Pertama, demokrasi baru atau
dipaksa menganut rasa, nilai dan gaya demokrasi hidup, yaitu demokrasi yang
hidup yang sama–monokultur global. Hal bukan sekedar disetarakan dengan
ini terlihat dari monokulturasi cara orang pemilihan umum, tetapi menghidupkan
berpakaian, makan di restoran cepat saji, kembali hak masyarakat untuk meminta
menikmati film dan musik yang sama. Ciri pemerintah bertanggung jawab kepada
berikutnya adalah pola perdagangan dan mereka, bukan lagi kepada perusahaan
investasi yang berorientasi ekspor sehingga global. Kedua, subsidiaritas yaitu hak
mengabaikan potensi ekonomi nasional masyarakat untuk menentukan nasibnya
dan lokal. sendiri melalui pembuatan keputusan di
tingkat lokal, pengelolaan sumber daya di
Para pendukung globalisasi mengatakan tingkat lokal dan keswadayaan di tingkat
bahwa pola ekonomi yang disebutkan di lokal serta nasional. Ketiga adalah
atas adalah jalan mengentaskan keberlanjutan ekologi, sebuah wacana yang
kemiskinan; para kritikus—termasuk sudah kerap diajukan. Keempat, warisan
penulis buku ini—mengatakan jelas ada bersama, yaitu sumber daya yang harus
tanda-tanda bahwa globalisasi ekonomi ini dibagi bersama secara adil; ada tiga
tidak adil dan justru meningkatkan kategori: sumber daya alam (air, hutan,
kemiskinan. Masalahnya adalah bahwa lahan, benih, dan sebagainya),
kegagalan eksperimen globalisasi tidak pengetahuan, dan kebudayaan, dan
dipaparkan di dalam media, karena media pelayanan publik (kesehatan, pendidikan,
arus utama juga sudah dikooptasi listrik). Prinsip kelima adalah
korporasi. Selain itu, para birokrat keanekaragaman, berkaitan dengan
internasional, yaitu Bank Dunia, IMF, dan dihormatinya semua sistem yang ada, dan
WTO sering ‘menyembunyikan’ kegagalan tidak memaksakan satu sistem pada
ini dalam retorika dan tetap memaksakan seluruh dunia. Keenam, asasi manusia,
pola kebijakan ekonomi tersebut pada kembali merupakan wacana yang sudah
negara sedang berkembang. dikenal umum. Prinsip ketujuh adalah
pekerjaan, penghidupan dan lapangan
Setelah mengupas masalah globalisasi kerja. Kedelapan, keamanan dan ketahanan
ekonomi, buku ini menyajikan usulan pangan. Kedua prinsip terakhir ini
alternatif pada tiga tingkatan yaitu konsep, berkaitan erat dengan hak asasi manusia.
sistem operasional, dan kelembagaan. Kesembilan, keadilan sosial baik di dalam
Untuk konsep diajukan tiga hal. Pertama negeri maupun antarnegara. Kesepuluh

66 CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003


Global Public Goods YULIDA PANGASTUTI

10. Menurut Kaul et.al., public goods bukanlah elemen Research, Volume 27, No.2, 1990, hlm. 155–168.
tunggal dalam domain publik. Di antara hal-hal 33. Mario Padron , “Non-governmental Development
lainnya, hubungan antarindividu, antarkelompok juga Organization: From Development Aid to Development
menentukan karakter dari lingkup publik ini. 11. Ibid. Cooperation,” World Development, Volume 15,
12. Ibid., hlm. 12. Supplement, hlm. 69-77, seperti yang dikutip oleh
13. Rosalie Gardiner dan Katell Le Goulven, Alger, ibid., hlm. 158.
“Sustaining Our Global Public Goods,” Briefing Paper, 34. Ibid.
World Summit 2002, Johannesburg. 35. Ibid.
14. Todd Sandler, On Financing Global and 36. Ibid., hlm. 8-59.
International Public Goods, Policy Research Working 37. Matthias Finger, “NGOs and Transformation:
Paper 2638, The World Bank, Economic Policy and B e y o n d S o c i a l M o v e m e n t T h e o r y, ” d a l a m
Prospects Group, Juli 2001. Environmental NGOs in World Politics: Linking the Local
15. Inge Kaul, Isabelle Gurnberg, dan Marc A. Stern, and the Global, Thomas Princen dan Matthias Finger,
“Defining Global Public Goods,” dalam Inge Kaul, (London: Routledge, 1994), hlm. 57m
Isabelle Gurnberg, Marc A. Stern, Global Public Goods: 38. Ann M. Florini (ed.), The Third Force: The Rise of
International Cooperation in the 21st Century, (New York: Transnational Civil Society, Carnegie Endowment for
O x f o r d U n i ve r s i t y P r e s s , 1 9 9 9 ) , h l m . 5 - 6 . International Peace, 2000, hlm. 7-8.
1 6 . Wo r l d C o m m i s s i o n o f E n v i r o n m e n t a n d 39. Carol Ann Cosgrove dan Kenneth J. Twitchett, The
Development, 1987, hlm 43. Lihat juga Paul Wapner, International Actors: The UN and The EEC, (London:
“Politics Beyond the State: Environmental Activism MacMillan, 1970).
and World Civil Politic,”Volume 43, Issue No. 3, April 40. David C. Korten, Nicanor Perlas, dan Vandana
1997, hlm. 321. Shiva, “Global Civil Society: The Path Ahead”,
17.Gardiner dan Le Goulven, Op.cit., hlm. 7. Discussion Paper 20 November 2002.
18. Kaul, et.al., Op.cit., hlm. 19. 41. Korten, Perlas dan Shiva menggunakan istilah
19. Ibid., hlm. 52-53. empire (kekaisaran) untuk menjelaskan konsep negara,
20. Dyna Arhin-Tenkorang dan Pedro Conceiao, sementara untuk civil society digunakan istilah
“Beyond Communicable Disease Control: Health in community dalam konteks GPGs.
Age of Globalization,” dikutip dalam Kaul, et.al., 42. James V. Riker, “Contending Perspectives for
op.cit., hlm 52. Intepreting Government – NGO Relations in South
21. Scott Berrett, “Creating Incentives for Cooperation: and Southeast Asia: Constraints, Challenges, and the
Strategic Choices,” seperti yang dikutip Kaul, et.al., Search for Common Ground in Rural Development,”
op.cit., hlm. 53. dalam Government – NGO Relations in Asia: Prospects
22. Lihat Thomas Meyer dalam Kuliah Terbuka Pacivis and Challenges for People – Centered Development,
FISIP UI, 9 April 2003. Noeleen Heyzer, James V. Riker, Antonio B. Quizon
23. Dikutip oleh Thalif Deen, UN Seeks Global Plan (eds.), (New York: St. Martin’s Press, Inc., 1995), hlm.
to fight Poverty, diakses dari situs Third World 20-22.
Network, http://www.twnside.org.sg/title/seeks- 43. Werner J. Feld, dan Robert S. Jordan, International
cn.htm tanggal 3 Mei 2003. Organizations: A Comparative Approach, (New York:
24. Ibid. Praeger Publisher, 1983), hlm. 227.
25. Kaul., et.al., op.cit., hlm. 41.
26. Ibid., hlm 42.
2 7 . K e n n e t h N . Wa l t z , “ G l o b a l i z a t i o n a n d
Governance,” PS: Political Science and Politics, Volume
32, Issue 4.
28. Globalization Widens the Rich – Poor Gap, Third
World Network, Briefing Paper, diakses dari situs
TWN di http://www.twnside.org.sg/title/rich-ch.htm
tanggal 3 Mei 2003.
29. Waltz, op.cit., hlm. 694.
30. Kaul, et.al., op.cit., hlm. 30 atau lihat juga Gardiner
dan Le Goulven, op.cit., hlm. 5.
31. Ibid.
32. Chadwick F. Alger, “Grass-roots Perspectives on
Global Policies for Development,” Journal of Peace

CIVIC Vol.1 No.2 Agustus 2003 63

You might also like