Professional Documents
Culture Documents
Mukaddimah
Ibu :
Arieeeeeeeef, kok masih juga main mobil-mobilannya, Mama kan sudah bilang
dari tadi, kamu sekarang harus mengerjakan pr dari sekolah, sebentar lagi kan
mau berangkat les kumon.
Anak :
Aaaah Mama, nanti dulu deh, Arief kan mainnya baru sebentar banget, belum
selesai nih Ma. Ini kan ambulans, ambulansnya lagi antar Lala ke rumah sakit,
nggak boleh berhenti di jalan harus cepat sampai, kalau brenti-brenti kan
kasian Lalanya, nanti nggak cepat sembuh. Brem brem brem brem
breemmmmmmmmm
Handout Materi 1
Permainan Edukatif
mengembangkan hobby atau bakatnya (termasuk bermain) karena sebagian
besar waktu terpakai untuk kegiatan-kegiatan belajar demi mengejar prestasi
akademik di sekolah sudah sangat sering kita dengar. Sekolah-sekolah untuk
anak-anak bahkan ada yang sudah dimulai dari anak umur 1,5 tahun
(walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar). Banyak TK yang
menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, menulis dan
berhitung, bukan lagi sekedar bermain-main. Anak-anak SD bersekolah
dengan waktu sekolah yang lebih panjang. Pulang sekolah anak masih harus
mengikuti bermacam-macam les, misalnya kumon, sempoa, menggambar,
balet, piano, komputer, dll. Selain untuk sekolah dan les, anak-anak juga
masih perlu waktu untuk mengerjakan pr, mandi, makan dan istirahat (tidur).
Jika melihat kenyataan ini, jadi kapan dong waktu anak-anak untuk bermain?
Lalu sebenarnya, apakah anak-anak memang malas belajar atau mereka
memang tidak cukup waktu untuk bermain?
Dalam beberapa bidang perkembangan telah terjadi perubahan radikal dalam
sikap terhadap pentingnya penyesuaian pribadi dan sosial anak-anak
ketimbang dalam bermain. Perubahan sikap ini bukan saja terjadi di kalangan
para ilmuwan tetapi juga di kalangan orang awam.
Sudah merupakan keyakinan sejak beberapa generasi bahwa meskipun
bermain menyenangkan, ia juga merupakan pemborosan waktu yang dapat
digunakan secara lebih menguntungkan untuk melakukan hal lain yang
berguna. Karena anak kecil tidak mampu melakukan sesuatu yang berguna,
dianggap sudah selayaknya mereka menghabiskan waktu dengan bermain.
Akan tetapi, ketika usianya telah cukup untuk bersekolah, anak diharapkan
melakukan hal-hal yang akan mempersiapkan dirinya dalam mengarungi
kehidupan.
Sejak peralihan abad sekarang telah terjadi perubahan sikap yang radikal
terhadap bermain srbagai hasil studi ilmiah mengenai apa saja yang dapat
disumbangkan bermain bagi perkembangan anak. Ahli-ahli menganggap
bermain sebagai pemborosan waktu, para ilmuwan telah menunjukkan bahwa
bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga.
Mereka menekankan bahwa tidak ada bidang lain yang lebih benar kecuali
belajar menjadi seseorang yang sosial. Karena belajar menjadi sosial
Handout Materi 2
Permainan Edukatif
bergantung pada kesempatan berhubungan dengan anggota kelompok teman
sebaya dan karena hal ini terutama terjadi dalam kegiatan bermain, maka
bermain sekarang dianggap sebagai alat yang penting bagi sosialisasi.
Bukan hanya ilmuwan yang menekankan pentingnya bermain bagi penyesuaian
pribadi dan sosial anak. Banyak orang tua, dalam upaya mempertahankan
keyakinannya bahwa anak harus bahagia dan bebas bila mereka diinginkan
dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang menyesuaikan diri dengan baik,
menginginkan anaknya hidup dalam dunia bermain selama mungkin. Mereka
memberi anaknya berbagai jenis peralatan bermain dan membebaskannya dari
tugas dan tanggung jawab rumah. Karena sekarang tekanannya pada
penyesuaian sosial yang baik, orang tua mendorong anaknya untuk bermain
dengan anak lain, dan mereka memilih rumah didaerah yang banyak terdapat
tempat bermain.
Sekolah telah mengakui nilai bermain yang mendidik dengan mencakupkan
permainan dan olah raga, drama, seni suara, dan seni rupa yang teratur dalam
kurikulum.
Dewasa ini, pabrik yang memproduksi alat dan perlengkapan bermain
menekankan nilai pendidikan alat tersebut. Bayak orang tua merasa bahwa bila
mainan yang mahal mempunyai nilai mendidik dan sekaligus menghibur, maka
barang itu cukup berharga untuk dimiliki.
Arti Bermain
“ Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti
utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar atau kewajiban. (Brooks, J.B. and D.M. Elliot. Human
Development, 1971,14,15-61)
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedar untuk kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim kegiatan bermain
adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
Handout Materi 3
Permainan Edukatif
pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.”
(Bettelheim, B.Play and education. School Review, 1972, 81, 1-13)
Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori, Aktif dan Pasif
(“Hiburan”). Apa saja kategori tersebut dan karakteristiknya lihat tabel berikut :
Tabel 1. Kategori Bermain
BERMAIN AKTIF BERMAIN PASIF
Dalam bermain aktif, kesenangan Dalam bermain pasif atau
timbul dari apa yang dilakukan “hiburan”, kesenangan diperoleh
individu, apakah dalam bentuk dari kegiatan orang lain. Pemain
kesenangan berlari, atau membuat menghabiskan sedikit energi. Anak
sesuatu dengan lilin atau cat. Anak- yang menikmati temannya
anak kurang melakukan kegiatan bermain, memandang orang atau
bermain secara aktif ketika hewan di televise, menonton
mendekati masa remaja dan adegan lucu atau membaca buku
mempunyai tanggung jawab lebih adalah bermain tanpa
besar di rumah dan di sekolah serta mengeluarkan banyak tenaga,
kurang bertenaga karena tetapi kesenangannya hamper
pertumbuhan pesat dan perubahan seimbang dengan anak yang
tubuh. menghabiskan sejumlah besar
tenaganya ditempat olah raga atau
tempat bermain
Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu
yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada
usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-
masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol pada awal
masa kanak-kanak dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa puber,
namun hal itu tidak selalu benar. Sebagai contoh, anak kecil mungkin lebih
menyukai menonton televisi ketimbang bermain aktif karena mereka belum
belajar permainan yang disukai teman sebayanya, dan akibatnya mereka tidak
di terima sebagai anggota kelompok teman sebaya. (Neumann, E. A. The
element of play. New York : MSS information Corp.,1971)
Handout Materi 4
Permainan Edukatif
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak
menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya,
mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia
tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain,
anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan
belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan
apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan
terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
akan berkembang.
Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja.
Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya
Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam
suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah :
Handout Materi 5
Permainan Edukatif
“Bekerja” berbeda dari “Bermain” karena bekerja merupakan kegiatan menuju
suatu akhir sedangkan bermain, hasil akhir kegiatan tidak penting. Sebaliknya,
dalam bekerja kegiatan yang dilakukan tidak harus menimbulkan kesenangan
individu melainkan lebih disebabkan oleh keinginan individu akan hasil akhir.
Setiap kegiatan yang diarahkan pada suatu tujuan akhir selain kesenangan
tidak dapat disebut bermain. Permainan dan olah raga merupakan permainan
bagi anak kecil karena menang atau bersaing tidak diperhitungkan; tujuannya
hanya untuk kesenangan. Namun, dengan bertambahnya usia, persaingan
antar kelompok menjadi penting dan permainan atau olah raga kemudian
menjadi persaingan. Akibatnya, kegiatan ini menjadi lebih menyerupai kerja
ketimbang bermain. Hasil akhirnya bertujuan mengalahkan kelompok lawannya
ketimbang kesenangan itu sendiri.
Handout Materi 6
Permainan Edukatif
Sumbangan Bermain
Bermain aktif penting bagi anak untuk Agar dapat bermain dengan baik
mengembangkan otot dan melatih bersma yang lain, anak harus belajar
seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berkomunikasi dalam arti mereka dapat
Handout Materi 7
Permainan Edukatif
berfungsi sebagai penyaluran tenaga mengerti dan sebaliknya mereka harus
yang berlebihan yang bila terpendam belajar mengerti apa yang
terus akan membuat anak tegang, dikomunikasikan anak lain.
gelisah, dan mudah tesinggung.
Handout Materi 8
Permainan Edukatif
Penyaluran bagi kebutuhan dan Penyaluran bagi energi
Keinginan emosional yang terpendam
Kebutuhan dan keinginan yang tidak Bermain merupakan sarana bagi anak
dapat dipenuhi dengan cara lain untuk menyalurkan ketegangan yang
seringkali dapat dipenuhi dengan disebabkan oleh pembatasan
bermain. Anak yang tidak mampu lingkungan terhadap perilaku mereka.
mencapai peran pemimpin dalam
kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu
dengan menjadi pemimpin tentara
mainan
Sumber Belajar Standar Moral
Handout Materi 9
Permainan Edukatif
Handout Materi 10
Permainan Edukatif