You are on page 1of 19

BAB.

II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Minat Belajar

Dalam memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam

pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar.

1. Pengertian minat

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu.”1 Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri

seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang

sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak

dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard

yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to

pay attention to end enjoy some activity and content.”2

Sardiman A. M. berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara

situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-

kebutuhannya sendiri.”3 Sedangkan menurut I. L. Pasaribu dan

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 583.
2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), h. 57.
3
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali,
1988), h. 76.

11
12

Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan

individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya.”4

Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat

adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang

berharga bagi orang.”5

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti

yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah

kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang

digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan

keaktifan berbuat.

2. Pengertian belajar

Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya

mendapatkan kepandaian”.6 Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan

oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan

belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau

diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang

terjadi”.7

Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang

mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of experience”.8

4
I. L. Pasaribu dan Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1983),
h. 52.
5
Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet.1, h. 133.
6
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
h. 965.
7
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk, (Bandung: CV Pustaka Setia,2004), Cet.ke-2,
h. 44.
8
Slameto, Op.Cit., h. 2.
13

Selanjutnya Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga

mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.9

Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif,

belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar

individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu.”10

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh

para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.

Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya

(kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

Dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah

diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu

keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja

yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik

berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

B. Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar

1. Unsur-unsur minat

9
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h. 4.
10
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987),
h. 28.
14

a. Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan

baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam

belajar. Menurut Sumadi Suryabrata “perhatian adalah banyak

sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang

dilakukan.”11 Kemudian Wasti Sumanto berpendapat “perhatian

adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu

obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu

aktivitas.”12

Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih

sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai

seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak

didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang

diajarkannya.

Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan

memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan

waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang

siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti

akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan

belajar.

11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), h. 14.
12
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 32.
15

b. Perasaan

Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak

didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan

didefinisikan “sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang

umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami

dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf.”13

Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu

diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan

tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi

mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati,

menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu.

Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan

senang dan perasaan tertarik. “Perasaan merupakan aktivitas psikis

yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek.”14

Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus

berpengaruh terhadap semangat belajar. Jika seorang siswa

mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya

tentang pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu

menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan

senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif maka timbul

perasaan tidak senang.

13
Sumadi Suryabrata, Op.Cit., h. 66.
14
W.S. Winkell, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),
h. 30.
16

Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat

dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan

menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif

sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.

c. Motif

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan “sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan

kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.”15 Menurut Sumadi

Suryabrata, motif adalah “keadaan dalam pribadi orang yang

mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

guna mencari suatu tujuan.”16

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang

mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya

yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan

potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi

bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan

melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi

pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat

apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda

bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh

15
Sardiman AM, Op.Cit., (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 73.
16
Sumadi Suryabrata, Op.Cit., h. 32.
17

karena itu guru harus bisa membangkitkan minat anak didik.

Sehingga anak didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk

belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya

untuk belajar.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab

seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda

bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh

kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu

selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh

karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan

minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan

kepentingannya sendiri.

Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong

aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu

objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

2. Fungsi minat dalam belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan

usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi

tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat

dapat mengerti dan mengingatnya.


18

Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan

anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.


Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka
cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang
anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya
menjadi dokter.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya
untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana
sedang hujan.
c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan
diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan
jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh
intensitas minat mereka.
d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil
sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.
Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak
akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela.
Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi
yang akan dibawa sampai mati.17

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat

mempunyai peranan dalam “melahirkan perhatian yang serta merta,

memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan

perhatian dari luar.”18

Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam

belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-

17
Abdul Wahid, “Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha (eds), PBM-
PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), h. 109-110.
18
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, (Yogyakarta: Gajah Mada
Press, 2004), h. 57.
19

baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan

pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan

disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force

yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang

berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun

belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran.

mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun

karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil

yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap

pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.

C. Tinjauan Umum Mata Pelajaran Matematika di SMP/MTs

Tentang tinjauan umum mata pelajaran Matematika akan dijelaskan

secara singkat seperti yang tercantum dalam buku Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah

Tsanawiyah, yaitu meliputi: pengertian pelajaran Matematika, fungsi dan

tujuan, ruang lingkup dan standar kompetensi pelajaran Matematika.

1. Pengertian pelajaran Matematika

Menurut bahasa latin Matematika berasal dari kata “manthanein

atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari”.19 Sedangkan

menurut bahasa Belanda disebut “wiskunde atau ilmu pasti”20 Kemudian

19
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
SMP & MTs, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 5.
20
Ibid.
20

menurut istilah, Somardyono mengemukakan bahwa “Matematika adalah

produk dari pemikiran intelektual manusia”.21

Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran

suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran

sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam

Matematika bersifat konsisten.

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat

diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.

Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep

Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta

yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),

memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan

secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat

digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari

Matematika. Penerapan cara kerja Matematika diharapkan dapat

membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa.

2. Fungsi dan tujuan pelajaran Matematika

a. Fungsi pelajaran Matematika

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan


menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus
Matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui
materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model

21
Sumardyono, “Karakteristik Matematika Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Matematika”, Disertasi, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004), h. 5. t.d.
21

Matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan


Matematika, diagram, grafik atau tabel.22

b. Tujuan pelajaran Matematika

Pelajaran Matematika sangatlah penting dalam kehidupan

sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berpikir secara logis

(masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan

permasalahan.

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,


misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten
dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan
gagasan.23

3. Ruang lingkup pelajaran Matematika

Ruang lingkup pelajaran Matematika di SMP/MTs, seperti yang

dijelaskan dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika untuk

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, adalah:

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat


kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh
siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran Matematika. Standar
ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya,
indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian
dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut
disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan
yang hendak ingin dicapai. Ruang lingkup materi pada standar

22
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., h. 6.
23
Ibid.
22

kompetensi Matematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri,


aljabar serta peluang dan statistik.24

4. Standar kompetensi mata pelajaran Matematika SMP dan MTs

Matematika SMP dan MTs dikelompokkan ke dalam 13 Standar

Kompetensi yang tercakup pada 4 (empat) aspek Matematika (Bilangan,

Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar). Tiga belas

standar kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut:

a. Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya


dalam pemecahan masalah
b. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar,
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta
dapat menggunakan dalam pemecahan masalah
c. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat
menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya
d. Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan
garis, dan sistem persamaan, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah
e. Menentukan panjang suatu garis dalam segi tiga serta dapat
menggunakannya dalam pemecahan masalah
f. Mengidentifikasi lingkaran serta menentukan besaran-besaran yang
terkait di dalamnya
g. Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) serta
menentukan besaran-besarannya
h. Memahami kesebangunan bangun datar
i. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan
besaran-besaran di dalamnya
j. Melakukan kegiatan statistika
k. Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma
l. Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah
m. Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam
pemecahan masalah.25

24
Ibid.
25
Ibid, h.10.
23

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran Matematika

Minat belajar tiap-tiap siswa tidak sama, ketidaksamaan itu disebabkan

oleh banyak hal mempengaruhi minat belajar, sehingga ia dapat belajar

dengan baik atau sebaliknya gagal sama sekali. Demikian juga halnya dengan

minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika, ada siswa yang minatnya

tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi

aktivitas dan hasil belajarnya dalam mata pelajaran Matematika.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara

garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Intern

Faktor ini meliputi :

a. Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran

Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran

Matematika sangat berpengaruh terhadap minat dan aktivitas

belajarnya. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan

tidak dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam

memusatkan perhatian terhadap pelajaran. Sebab pelajaran

Matematika memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut

banyak perhatian dan pikiran jernih. Oleh karena itu apa bila siswa

mengalami kelelahan atau terganggu kesehatannya, akan sulit

memusatkan perhatiannya dan berpikir jernih.


24

b. Pengalaman belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya

Pengalaman belajar sangat berkaitan dengan kemampuan

awal (entry behavior). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom,

“kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan

kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat

mempelajari suatu pelajaran baru atau lebih lanjut.”26

Setiap siswa masing-masing telah memiliki berbagai

pengalaman belajar yang berbeda-beda yang diperolehnya di jenjang

pendidikan sebelumnya. Hal tersebut merupakan modal awal bagi

siswa dalam melakukan kegiatan belajar selanjutnya.

Pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh siswa besar

pengaruhnya terhadap minat belajar. Pengalaman tersebut menjadi

dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang akan

sangat membantu dalam minat belajar siswa.

Sebagai contoh, seseorang siswa akan sangat mudah dalam

menguasai dan memahami materi pelajaran Matematika, karena ia

telah memahami dan menguasai dengan baik materi pelajaran

Matematika sewaktu di SD/MI. Jadi, dapat dipahami bahwa

pengalaman belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya

turut berpengaruh terhadap belajar siswa, terutama dalam mata

pelajaran Matematika.

26
H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Belajar Mengajar,
(Jakarta: Delia Press, 2004), Cet. ke-2, h. 64.
25

2. Faktor Ekstern

a. Metode dan gaya mengajar guru Matematika

Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh

terhadap minat siswa dalam belajar Matematika. Oleh karena itu

hendaknya guru dapat menggunakan metode dan gaya mengajar yang

dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa. Dominikus Catur

Raharja menyatakan:

Guru adalah kreator proses belajar mengajar. Guru adalah


orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk
mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide
dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang
ditegakkan secara konsisten.27

Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan

siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya.

Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya

yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan

bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya

untuk terus mempelajarinya. Cara seorang guru dalam menyampaikan

pelajaran sangat terkait dengan tipe atau karakter kepribadiannya,

seperti yang di kemukakan Muhibin Syah, sebagai berikut:

1) Guru yang otoriter (Autoriterian)


Secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau
sewenang-wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter
mengarahkan dengan keras segala aktivitas para siswa tanpa
dapat ditawar-tawar. Hanya sedikit sekali kesempatan yang
diberikan kepada siswa untuk berperan serta memutuskan cara

27
Dominikus Catur Raharja, “Kesesuaian Pendidikan Bakat Menentukan Prestasi Siswa” ,
Penabur, XXVIII, 2 (Jakarta, 2001), h. 7.
26

terbaik untuk kepentingan belajar mereka, sehingga antara


guru dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab.
2) Guru Laissez-Faire (Lezeifee)
Padanannya adalah individualisme (paham yang
menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak ini
biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan PBM
secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam
mempersiapkan diri. Sebenarnya guru tersebut tidak
menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun ia
memiliki kemampuan yang memadai.
3) Guru yang demokratis (Democratie)
Arti demokratis adalah bersifat demokratis yang pada
intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak
dan kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat ini
pada umumnya dipandang sebagai guru yang paling baik dan
ideal. Alasannya, dibanding dengan guru yang lainnya guru
tipe demokratis lebih suka bekerjasama dengan rekan-rekan
seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnya secara
mandiri. Ditinjau dari sudut hasil pengajaran, guru yang
demokratis dengan yang otoriter tidak jauh berbeda. Akan
tetapi dari sudut moral, guru yang demokratis dan karenanya
ia lebih disenangi oleh rekan-rekan sejawatnya maupun oleh
para siswanya sendiri.
4) Guru yang otoritatif (Authoritative)
Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan
baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang
diberikan. Guru yang otoritatif adalah guru yang memiliki
dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan bidang studi
faknya maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya
ditandai oleh kemampuan memerintah secara efektif kepada
para siswa dan kesenangan mengajak kerja sama kepada para
siswa bila diperlukan dalam mengikhtiarkan cara terbaik
untuk penyelenggaraan PBM. Dalam hal ini, guru ini hampir
sama dengan guru yang demokratis. Namun, dalam hal
memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada
umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa
dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan
paknya. 28

Di samping itu, metode yang digunakan dalam menyampaikan

pelajaran besar pula pengaruhnya terhadap minat belajar siswa.

28
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya), h. 253.
27

Apabila guru hanya menggunakan satu metode saja dalam mengajar

maka akan membosankan, yang akhirnya siswa tidak tertarik

memperhatikan pelajaran. Jadi hendaknya guru dapat menggunakan

berbagai metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran Matematika

Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam

memotivasi minat siswa pada suatu pelajaran. Tersedianya fasilitas

dan alat yang memadai dapat memancing minat siswa pada mata

pelajaran Matematika.

Fasilitas dan alat penunjang pelajaran Matematika yang

dimaksud di sini bisa berupa :

• Alat dan fasilitas yang digunakan bersama-sama dengan murid.

Sebagai contoh, papan tulis, kapur tulis/spidol, ruangan kelas

dan sebagainya.

• Alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru.

Misalnya : alat tulis, buku pelajaran Matematika, buku

pengangan guru dan lain sebagainya.

• Alat peraga yang berfungsi untuk memperjelas atau memberi

gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang diajarkan.

Belajar dengan menggunakan fasilitas dan alat lebih efektif

dan lebih menyenangkan dibandingkan tanpa menggunakan alat

peraga atau hanya dengan teori saja.


28

c. Situasi dan kondisi lingkungan

Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh

terhadap minat belajar siswa dalam pelajaran. Faktor situasi dan

kondisi lingkungan yang dimaksud di sini adalah faktor situasi dan

kondisi saat siswa melakukan aktivitas belajar Matematika di

sekolah, baik fisik ataupun sosial.

Faktor kondisi lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah

seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, pencahayaan

dan sebagainya. Belajar Matematika pada keadaan udara yang segar,

akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang

panas dan pengap, atau belajar pagi hari akan lebih baik dari pada

belajar siang hari. Jadi, minat dan perhatian siswa akan lebih baik

jika jam pelajaran Matematika di letakkan di pagi hari.

Di samping itu, pengaturan cahaya yang kurang baik dapat

mengganggu proses pembelajaran Matematika di dalam kelas.

Karena cara mengajar dan sistem pengajaran pada umumnya sangat

banyak menggunakan penglihatan dan pendengaran.

Sedangkan faktor kondisi lingkungan sosial dapat berupa

manusia atau hal-hal lainnya. Misalnya siswa yang sedang belajar

memecahkan soal Matematika yang rumit dan membutuhkan

konsentrasi tinggi, akan terganggu apabila ada siswa lain yang

mondar-mandir di dekatnya atau bercakap-cakap keras di dekatnya.


29

Kondisi lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin

pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, gemuruh pasar dan sebagainya, juga

berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian siswa saat belajar

Matematika. Karena itulah disarankan hendaknya lingkungan

sekolah agar didirikan jauh dari pabrik, keramaian lalu lintas dan

pasar.

You might also like