You are on page 1of 1

Panggilan Habib

Assalaamu 'alaikum wr wb. Saya mengajukan per-tanyaan yang


selama ini masih membingungkan. Siapa sajakah yang berhak
dipanggil habib? Apa benar mereka itu merupakan keturunan
langsung dari Nabi Muhammad SAW? Benarkah mereka akan
diistimewakan di akhirat nanti? Wassalam.

Kata habib dari segi bahasa berarti yang dicintai. Siapapun dapat
Anda namai demikian, selama ia Anda cintai. Ada istilah yang juga
dikenal dalam masyarakat Muslim Indonesia, lebih-lebih masyarakat
Betawi bahwa yang dinamai habib adalah orang-orang shaleh dan
berbu-di luhur serta memiliki garis keturunan hingga Nabi
Muhammad SAW. Itu adalah istilah khusus. Sama dengan istilah
Sayyid atau Husahiy atau Hasany. Tetapi sekali lagi Anda boleh saja
menggunakannya dalam istilah keba-hasaan. Dengan demikian tentu
saja —bagi yang enggan menggunakan istilah itu— tidak semua yang
dinamai Habib atau Sayyid otornatis adalah keturunan Nabi
Muhammad SAW. Bahkan orang-orang terhormat di negara-negara
Arab yang non-Muslim pun mereka sapa dengan Sayyid.
Namun jika Anda bertanya apakah hingga kini masih ada keturunan
Nabi Muhammad SAW, maka jawaban ulama dan cendekiawan
adalah hingga kini di Indonesia pun mereka masih banyak. Begitu
antara lain jawaban almarhum Buya Hamka, Abubakar Aceh, dan
lain-lain. Namun semua perlu mengingat bahwa penyimpangan dari
ajaran Nabi Muhammad SAW tidak akan memberi sedikit
keistimewaan pun walau kepada mereka yang memiliki garis
keturunan dengan beliau. Memang anak yang ber-iman dan taat
beragama —walau tidak setaat orang tuanya— akan bergabung kelak
dengan orang tuanya seba-gaimana firman Allah, "Dan orang-orang
yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. dan
Kami tiada mengurangi sedikitpun dari paha-la amal mereka. Tiap-
tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS Alh-
Thuur/52:21).
Inilah agaknya salah satu keistimewaan mereka, ken-dati yang
mencintai Rasul SAW pun akan bersama beliau, karena Nabi SAW
bersabda: "Seseorang —di hari kemu-dian— akan bersama siapa yang
dicintainya." Demikian wa Allah A'lam.

You might also like