Professional Documents
Culture Documents
Anak Jalanan 9
BAB I
BUDAYA PERKOTAAN
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kehidupan kota dipandang sebagai sebuah kehidupan mewah yang
menjanjikan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal paling menonjol
yang membedakan kota dengan desa. Pesatnya perkembangan yang terjadi di
kota dibandingkan desa menjadi daya tarik lainnya bagi masyarakat untuk
melakukan perpindahan. Masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi
meninggalkan daerah asalnya, dengan tujuan untuk mencapai taraf hidup
yang lebih baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah masyarakat urban
datang tanpa bermodalkan keahlian atau keterampilan yang memadai. Mereka
tidak sanggup dan siap bersaing dengan masyarakat perkotaan. Tidak adanya
pengendalian yang nyata, membuat arus urbanisasi tidak terkendali.
Perpindahan yang terus menerus ini pada akhirnya menjadi masalah
perkotaan.
1 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
2 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Ciri khas yang terdapat tiap karakter dan pengaruhnya terhadap kehidupan
masyarakat, menjadi daya tarik tersendiri untuk mempelajari budaya
perkotaan.
2. PERMASALAHAN
1. Bagaimana konsepsi citra kota pada suatu wilayah perkotaan ?
2. Bagaimana konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada suatu
wilayah perkotaan ?
3. Bagaimana konsepsi jarak sosial pada suatu wilayah perkotaan ?
4. Bagaimana konsepsi luas menurut agama pada suatu wilayah perkotaan ?
5. Bagaimana konsepsi penguasaan kota pada suatu wilayah perkotaan ?
6. Bagaimana konsepsi ruang politik dan ruang perkotaan pada suatu wilayah
perkotaan?
3. TUJUAN
1. Memaparkan konsepsi tentang citra kota pada wilayah perkotaan.
2. Memaparkan konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada wilayah
perkotaan.
3. Memaparkan konsepsi tentang jarak sosial pada wilayah perkotaan.
4. Memaparkan konsepsi tentang luas menurut agama pada wilayah
perkotaan.
5. Memaparkan konsepsi tentang penguasaan kota pada wilayah perkotaan.
6. Memaparkan konsepsi tentang ruang politik dan ruang perkotaan pada
wilayah perkotaan.
3 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
4. MANFAAT
1. Sebagai bahan acuan untuk merancang wilayah suatu kota.
2. Mengetahui struktur umum kota secara fisik dan non fisik.
3. Mengetahui karakteristik masyarakat yang membentuk kehidupan
perkotaan, khususnya di Kota Solo.
B. KONSEP PENELITIAN
1. KONSEP TENTANG BUDAYA PERKOTAAN
Konsep tentang Budaya
Budaya adalah hasil cipta karya manusia, yang memiliki arti pikiran atau
akar budi, bersifat abstrak,. Budaya tidak dapat di patenkan karena budaya
tidak mempunyai bentuk yang jelas, kecuali bila suatu budaya dituangkan
menjadi sesuatu bentuk yang jelas maka dapat dipatenkan, yang biasa
disebut kebudayaan.
4 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
2. KONSEPSI-KONSEPSI VARIABEL
Konsep citra kota
Ruang politis adalah pemahaman yang baru atas statu konsep kedaulatan
rakyat agar konsep ruang politis ini dapat diterapkan pada masyarakat era
globalisasi. Ruang politis mempunyai ciri, yaitu:
5 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Adalah perubahan lahan dari suatu desa menjadi daerah suatu perkotaan
yang memerlukan pengembangan lahan yang semakin luas. Sehingga
menjadikan kota tersebut sebagai pusat keramaian.
3. KOMUNITAS PERKOTAAN
a. Etnis China
6 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
b. Anak Jalanan
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu
pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,
namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Pada
perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the
street atau sering disebut juga children from families of the street.
• Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan
keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:
anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang
ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan
ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan
hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala
ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
• Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh
atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki
hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau
keluarganya.
7 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
• Children in the street atau children from the families of the street
adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan
yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di
jalanan.
c. Komunitas Punk
Punk merupakan sub-budaya lahir di London, Inggris yang
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan
dari keyakinan ‘we can do it ourselves’. Punk lebih terkenal dari hal
fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan,
seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala
feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots,
rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh,
antikemapanan, antisosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas
rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa
orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai
punker.
d. Masyarakat Kraton
Keraton atau kraton (bahasa Jawa) adalah daerah tempat seorang
penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana).
Dalam pengertian sehari-hari, keraton sering merujuk pada istana
penguasa di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata kraton berasal dari kata
dasar ratu yang berarti penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata
dalam bahasa Melayu; datuk/datu. Masyarakat Keraton pada umumnya
memiliki gelar kebangsawanan.
e. Transportasi
1. Supir adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh
pengguna jasanya untuk mengemudi kendaraan bermotor. Supir
dibagi dalam dua kelompok yaitu supir pribadi yang menjalankan
kendaraan pribadi dan yang kedua adalah supir perusahaan yang
bekerja untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti
taksi, bus, ataupun angkutan barang.
8 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
g. Etnis Arab
Etnis arab adalah etnis atau suku yang berasal dari dataran arab yang
memiliki matapencaharian sebagai pedagang ataupun saudagar
sehingga sampai ke Indonesia dengan jalur perdagangan. Indonesia
memiliki keturunan etnis Arab yang cukup besar, hampir di setiap kota
di Indonesia. Perdagangan kain dan parfum adalah sektor paling
menonjol yang sering ditemui di pertokoan-pertokoan daerah kampung
arab.
h. Pemukiman Liar
Pemukiman liar adalah bentuk perumahan yang dibangun pada suatu
tempat yang kurang sesuai untuk prosedur kelayakan sebuah
9 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
i. Bisnisman
Kalangan bisnisman merupakan salah satu kelompok masyarakat yang
mempunyai profesi tertentu di bidang bisnis maupun kegiatan
perekonomian. Orang-orang bisnis dikenal dengan kegiatan yang sangat
sibuk dengan urusan bisnisnya sehingga kurang memperhatikan
kegiatan maupun kebutuhan sosial di lingkungan sekitarnya. Biasanya
kalangan pebisnis lebih egois dan merupakan masyarakat sekunder,
dalam arti lebih akrab dengan orang-orang di lingkungan pekerjaannya
daripada lingkungan tempat tinggalnya.
10 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
11 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
12 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
13 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Setiap orang yang hidup di kota harus melindungi dirinya sendiri agar
tidak terlalu banyak hubungan yang bersifat pribadi, ia juga harus menjaga
diri terhadap potensi-potensi yang merugikan atau membahayakan dirinya
pribadi dan keluarga, maupun kebudayaannya. Kebanyakan hubungan
orang-orang kota digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu saja. Orang kota memiliki semacam emansipasi atau kebebasan
untuk menghindar dari pengawasan oleh kelompok kecil atas keinginan
dan emosinya. Sehubungan dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Wirth
di atas, maka Claude Fischer mengatakan bahwa kota-kota itu merupakan
tempat-tempat yang subur dimana terdapat sub kultur yang berbeda-beda
dan sehat dapat berkembang baik. Karena itu akan timbul dua proses yang
yang akibatnya berlawanan yakni intensifikasi sub kultur dan difusi
kebudayaan.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi : Surakarta
2. Alasan
14 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
3. Jenis Penelitian
Deskriptif dan Kualitatif yang menggambarkan budaya pekotaan.
4. Populasi
Masyarakat Surakarta (seluruh masyarakat yang masuk dalam komunitas
Surakarta)
5. Sampel
9 komunitas yang telah dipilih yaitu :
15 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
9. Analisis data
Dengan melakukan interpretasi setiap matrix maupun tabel univaran.
16 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
BAB II
HASIL PENELITIAN
• Visi
• Misi
17 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
MANAGER
PROGRAM
WIDODO. SH
BENDAHARA SEKRETARIS
HANIK. K, A.Md IAMAM FANANI
BIDANG BIDANG
BIDANG OLAHRAGA DAN PEMBINAAN
PELATIHAN DAN SENI MENTAL DAN
KEWIRAUSAHAAN NANANG SPIRITUAL
ALIFUL ADHIM S, Pt HERMAWAN , S.S LUKMAN ALI
POPALIA, S.SOS
18 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
• Kajian
11 Mei 2009, ROMPI
19 November 2009, Nayu
3 Desember 2009, Nusukan
17 Desember, Ledoksari
31 Desember 2009, Sangkrah
• Latihan Musik
Anto CS
Hari : Sabtu & Selasa
Jam : 19.30 WIB
Tempat : Mata Dewa
Monitoring Usaha
Usaha Keterangan Personil
Laundry 40-50 kg per Hari Halini
Cuci motor Gendingan, ± 75.000 / hari Andri & Tri
Warung Hik 1 Praon, ± 150.000 / hari Yusuf & Arif
Warung Hik 2 Gulon, ± 200.000 /hari Wahyu
Pulsa 1 & 2 Mobile, ± 700.000 Elansa & Hendro
Bengkel Sumber, ± 100.000 /hari Roni
Persiapan :
Warung Mie Ayam Grand Opening 15-22 November
2009
Warung Ayam Goreng
Jamur
Cuci Motor
19 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
N Minggu Minggu II Minggu III Minggu IV Keteranga
Kegiatan
o S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M n
Jam 11.00
1 Pelatihan Komputer dan 14.00
Bimbingan Ba'da
2 Mental/Kajian Maghrib
Monitoring dan
3 Evaluasi Usaha Jam 09.00
4 Futsal Jam 19.00
3 Group
Musik,
waktu
5 Latihan Musik berbeda
3 bulan
6 Piknik sekali
20 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
B. HASIL PENELITIAN
21 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Kesimpulan :
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :
• Interaksi : mereka merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka dapat dengan mudah mendapat teman
di sini, baik teman sesama pengamen dari Solo maupun teman pengamen dari daerah lain.
• Hubungan sosial : ada yang merasa nyaman tinggal di Solo karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga yang merasa tidak nyaman karena mempunyai
hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum
memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik.
• Cara bermukim : mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan separatis, semacam GAM atau yang lainnya.
22 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
5 Chandra Di Bibis Luhur mbak, RT Dulu pas kerja di batu bara ada
4 / RW XX. jam kerja mbak, tapi sekarang
23 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
udah gak kerja jadi di rumah.
6 Takhim Tetangga ma Bayu mbak, Kadang masih ngamen mbak,
satu RT, deket kuburan. lha kerjaannya gak tentu,
Rumahnya banyak sablonan musiman gitu mbak,
kijingnya mbak, hahaha. ntar nek ada pesanan ya sampai
Ruang tamu ada kijing gak tidur gitu mbak. Tapi pas
gitu mbak. Dulu bekas gak ada pesanan ya di rumah
makam, tanah mbak, nganggur, jadi ikut Bayu
pemerintah gitu mbak. ngamen gitu mbak.
Dari hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat baik itu di daerah
tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang sampai
malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Namun, ada
juga anak jalanan yang tidak punya kerjaan apa – apa, dan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman – temannya di rumah.
24 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
No Nama Mengenal Tetangga Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial Frekuensi Keikutsertaan dalam Kegiatan
Sosial
Ya tidak Selalu Jarang Tidak Pernah Selalu Jarang Tidak Pernah
1 Supri Kenal mbak, Gak pernah Acara sosial
tetangga di mbak, gak tau gak pernah
rumah ma teman acaranya apa, mbak, tapi
kelompok lain tapi saya ikut kalau
juga kenal pengajian pengajian
mbak, lha mas sama futsal di saya rutin
saya juga anak KAPPAS mbak sejak
punk, jadi kenal mbak. satu tahun
anak punk juga. lalu.
2 Nugiyati Kenal, yo cah Dulu pernah Ya itu
ngamen og mbak, pernah mbak,
mbak. Melu diajak di TPA diajak TPA
ngamen neng saya kaya acara saya.
kene. sosial gitu mbak.
Gak tau mbak.
Saya juga ikut
TPA mbak.
25 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
masa ma diajak ada acara
tetanggane gak KAPPAS itu terus
kenal mbak. Ya mbak, pas diajak ya
ngrumpi – gunung pasti ikut
ngrumpi gitu merapi itu mbak.
mbak kalau lho, ngamen
malem, ngumpul amal gitu.
gitu lah mbak. Terus pas
gempa di
Jogja yang di
gerabah –
gerabah itu
lho mbak,
mbantu di
situ, nek di
rumah ya
kerja bakti.
26 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
maen ma
temen
kampung
sebelah.
6 Takhim Kenal mbak nek Berpartisipas Sama kaya
sama tetangga, i pas gunung Bayu mbak,
tapi sekarang merapi itu nek tau ya
jarang ngobrol, mbak, ikut mbak.
udah gedhe ini ngamen ma
seringe ma Bayu di
teman luar PGS, buat
mbak. Ma disumbangin
pemuda beda gitu, terus
RT gitu mbak. pas ada
gempa ke
Jogja jadi
relawan gitu,
mbantu ketua
KAPPAS, di
rumahe Pak
Widodo
mbak. Nek di
rumah ya
ikut kerja
bakti ma
karang
taruna gitu.
27 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
ngobrol gitu kampung ikut terus
mbak. mbak. mbak.
Dari paparan hasil wawancara quesioner di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan mempunyai interaksi dengan lingkungan cukup baik, hal
ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun teman sekomunitasnya walau itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih lanjut
maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Di samping itu, untuk kegiatan sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam
kegiatan sosial tergantung pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka yang sudah paham dan sadar,
mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil atau karena
masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.
28 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
29 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
KAPPAS, ngumpul ikut banyak mbak, tapi
ma anak – anak lama – lama mlorot jadi
ngamen se Surakarta, Cuma saya ma Anto
dulu pernah ikut juga mbak.
Yamama mbak.
4 Yossar Ada kelompok, tapi Cuma ikut ngebande
saya gak ikut mbak.
kelompok –
kelompok mbak, di
KAPPAS gara – gara
ngeBand dadi melu
anggotane.
30 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
KAPPAS. ikut.
Dari pendeskripsian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan sebenarnya tidak membuat satu
komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan anak dengan
profesi yang sama yang seringnya ngumpul pada lampu merah tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak terkomunitaskan dan merasa
sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan anggota dari
yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan
hanya sebatas “ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu
untuk kegiatan yang diberi KAPPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota maupun yang belum menjadi
anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPPAS semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama.
31 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
32 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
disini juga ug
mbak. Terus
teman rumah
mbak, namane
Agus umure 17
tahun.
3 Bayu Ada pak Dodo, Ngamen dari satu Jam tengah delapanan sampai jam tigaan
juragan Tarup, pasar ke pasar lain mbak, tergantung harinya mbak.
istrine namane mbak. Lumayan. Kaya tadi udah tak jawab nug mbak.
Bu Dodo mbak,
eh Bu Dewi
dink, anake
lima mbak,
Slamet, Sodron,
Bodeng, Rina
ma Nina. Terus
ada juga Bu
Yeni, bojone
Pak Agus, duwe
telu anak,
Wawan, Ria,
Fitri
4 Yossar Kenal tapi dikit, Kerja di sablon ma Kerja tergantung pesenan mbak, nek ada
Wawan mbak, ngamen mbak. pesenan ya nglembur nek gak ada ya
temen sablon. nganggur, terus ngamen.
Mbake i
mending tanya
ma RT ne ajah
mbak, kayak
33 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
sensus.
5 Chandra Kenal semua Dulu kerja di Batu Dulu pas di Batu Bara kerja ne jam tujuh
mbak, ada Bara, sekarang sampai jam empat sore mbak. Sekarang
Fajar, istrinya nganggur mbak. nganggur, kadang ngamen, maen ma di
udah mati rumah thog.
mbak, anaknya
satu, Excel.
Terus ada
Gesang, temen
maen mbak,
nganggur.
6 Takhim Kenal semua Sablon musiman Pas ada omset nyablon spanduk dari rokok
mbak, Pak mbak, koyo ya lembur mbak, sampe gak tidur, tapi pas
Parjono, nyablon spanduk gak ada pesenan ya gak kerja mbak. Gak
juragan sayur, rokok anyar, dadi tentu mbak. Mending ngamen, lumayan
istrine namane nek enek rokok buat tambahan.
Bu Ginah, anyar, saya wis
anake namane ngerti seg,
Rina, terus sakdurunge iklane
Suryo, lum metu. Karo
nikah. ngamen karo
Bayu.
7 Andi Ada mbak Gak punya kerja Gak kerja mbak, di rumah cuman maen
temen rumah, mbak, nek ada thog. Ngumpul ma temen – temen. Maen
namane Deki, kerja kasihke saya sampai malem. ngeBand.
orang kuliahan ya mbak, parkir –
mbak, terus ada parkir gitu juga
Wawan mbak, gak papa mbak.
juragan Dulu saya
34 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
maeman cilik merantau sampai
gitu, istrine Aceh mbak, terus
mbak Fitri, pulang lagi disini.
anake namane
Alpin.
8 Ari Enek mbak, Ngamen ini. Pulang pagi, nonton balapan, nongkrong.
Tahu, Agus,
Fajar
No Nama Pengenalan
Tetangga Dekat Tetangga Jauh
1 Supri Nama : Fajar Nama : Dwi
Pekarjaan : ngamen Pekarjaan : lulusan SMA
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
2 Nugiyati Nama : Fajar Nama : Agus
Pekarjaan : Ngamen Pekarjaan : sekolah
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
3 Bayu Nama : Pak Dodo Nama : Mbak Yem
Pekarjaan : Juragan Tarup Pekarjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami / istri : Bu Dwi Nama Suami / istri : Pak Agus
Jumlah anak : 5 Jumlah anak : 3
Nama anak : Slamet, Sodron, Bodeng, Rina, Nina Nama anak : wawan, Ria, Fitri
4 Yossar Nama : Wawan Nama :
35 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Pekarjaan : Tukang Sablon Pekarjaan :
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
5 Chandra Nama : Fajar Nama : Gesang
Pekarjaan : pedagang Pekarjaan : nganggur
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : 1 Jumlah anak :
Nama anak :Excel Nama anak :
6 Takhim Nama : Pak Parjono Nama : Suryp
Pekarjaan : Juragan Sayur Pekarjaan : wiraswasta
Nama Suami / istri : Bu Ginah Nama Suami / istri :
Jumlah anak : 1 Jumlah anak :
Nama anak : mbak Rina Nama anak :
7 Andi Nama : Deki Nama : Wawan
Pekarjaan : kuliah Pekarjaan : juragan makanan
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri : Fitri
Jumlah anak : Jumlah anak : 1
Nama anak : Nama anak : Alpin
8 Ari Nama : Agus Nama : Fajar
Pekarjaan : ngamen Pekarjaan : sekolah
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
Kesimpulan :
Dari berbagai jawaban di atas dapat disimpilkan bahwa anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan lingkunagn rumahnya meski dia lebih
banyak menghabiskan waktu di jalanan. Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan mereka. Selain
menganen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar
36 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
membantu orang tua, namun ada juga yang tidak mempunyai pekerjaan dan juga sudah berhenti mengamen, sehingga hidup mereka masih
bergantung pada orang tunya. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata mereka berada di luar selama delapan jam an.
37 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
mas. Mas juga jadi anak punk. daripada Semarang, bedane Solo lebih sempit
timbang Semarang mbak.
2 Nugiyati Saya asli Solo mbak, wong Wah nek sekarang Solo wi tambah rusuh. Lha kan
saya dari lahir udah di Solo. ada banyak pendatang, lha yang pendatang jadi
pengamen itu suka bikin rusuh, dan suka ngambil
tempat. Kadang malah ada tawuran, apalagi kalau
sudah kemasukan anak punk, dulu pernah ada
tawuran sampai kakakku yang anak punk sampe
masuk rumah sakit.
3 Bayu Saya asli Solo. Dulu orang tua Wah nek Solo sekarang tambah berkembang
saya juga tinggal di Solo tapi banget mbak. Sekarang kan pembangunan banyak
sekarang sudah pisah. banget, Solo jadi tambah bagus, rapi. Dimana-
mana ditata, tapi ya itu kalo lagi ngamen jadi
tambah sering dikejar-kejar satpol PP.
4 Yossar Saya pendatang, dulu saya tinggal di Solo itu rame, modern tempat hibuarane banyak,
Aceh, pindah ke Solo tahun 2007 gara- lha nek di Aceh nggak ada tempat hiburan saya
gara Di Aceh nggak aman, disana saya kan tinggale ning daerah pelosok mbak. Sing isih
dioyak – oyak kon dadi anggota GAM, hutan, daerahe koyo hutan. Tapi nek masalah
ya gara-gara itu saya trus lari ke Solo, bebas, luih bebas Aceh, lha kan tempatnya hutan
orang tua saya kan warga Solo yang jadi masalah peraturan masih bebas banget.
dulu ikut transmigrasi ke Aceh.
5 Chandra Saya asli Solo, ya walaupun Solo tu banyak yang udah dibangun, Jalan yang
dulu hidup pindah – pindah, dulunya rusak parah sekarang sudah diperbaiki.
tapi masih tetep disolo. sekarang kota Solo tu jadi damai nggak seperti
dulu, banyak terjadi kerusuhan.
6 Takhim Saya warga pendatang, di Solo sejak Solo itu tambah rapi, taman kotanya banyak yang
umur lima tahun, dulu tu ikut orang dibangun,turisnya jadi tambah banyak, trus
tua. tempat-tempat yang di pinggiran sungai itu
38 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
banyak yang direlokasi.
7 Andi Saya asli Solo tapi pernah Solo yo tambah bagus, salurane, tamane,
merantau ke Aceh. pembangunane, yo menguntungkan pokoke.
8 Ari Asli Solo mbak. Majune lagi saiki pas walikota ne Jokowi, okeh
pembangunane terminal, pasar – pasar, sing
penak soyo penak sing rapenak tambah rapenak.
Tapi yo penak – penak wae lhawong tanah
kelahiran.
Kesimpulan :
Menurut pendapat warga pendatang, Solo pada umumnya dirasa sebagai kota yang nyaman, maju dan modern dan merasa lebih nyaman tinggal
di Solo dibanding tinggal di daerah asalnya.
Menurut pendapat warga asli, ada yang berpendapat bahwa Solo merupakan kota yang berkembang menjadi semakin baik, dari segi
pembangunan, dan penataannya dan keamanan pada umumnya semakin baik. Namun ada pendapat warga asli yang merasa dunia jalanan kota
Solo semakin rusuh karena semakin banyaknya jumlah pendatang yang menjadi pengamen seperti mereka. Pendapat ini datang dari anak jalanan
perempuan warga asli. Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat dari sudut pandang warga asli laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain
jika menyangkut masalah keamanan, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan
separatis anti pemerintahan, tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh dengan kedatangan kaum pendatang,
karena mereka maen serobot lahan untuk mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas. Namun secara garis besar, kesan
mereka terhadap Solo berorientasi pada perkembangan Solo yang semakin pesat dan banyak dilakukan pembangunan, penataan, dan perbaikan
sehingga menjadikan Solo menjadi lebih baik lagi. Perkembangan Solo yang semakin maju itu memberikan secercah harapan bagi para anak
jalanan, mereka berharap dengan adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada mereka, padahal pada
39 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang
sesungguhnya mempunyai potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.
40 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Lama Tinggal Di Solo Lokasi Tempat Tinggal Keadaan Tempat Tinggal
No Nama
Dulu Sekarang
1 Supri Saya di Solo sudah Saya tinggal sama Solo dulu itu nggak terlalu Kalau sekarang Solo udah tambah
sejak umur enam kakak di deket pasar ramai, trus juga nggak macet. rame dan macet, Pembangunane juga
tahun mbak. Ledoksari, di RT 4 / tambah banyak. Kan kalau
RW VII. pembangunane tambah terus, nanti jadi
ada pekerjaan buat saya.
2 Nugiyati Saya tinggal di solo Rumah saya deketnya Dulu itu Solo nggak seramai sekarang Solo tambah ramai, konco ku
udah dari lahir mbak, Supri, tetangga saya sekarang. dadi akeh mbak, ora mung konco
umur saya aja itu. ngamen, tapi konco sekolah, konco
sekarang udah 13 rumah, seneng mbak jadine.
tahun.
3 Bayu Saya tinggak sejak tinggal di pinggiran Dulu tu waktu awal tinggal di Kalo sekarang Solo sudah padat
kecil dulu sama orang kota, daerah Sumber rumah saya yang sekarang, tambah ramai, banyak mall, banyak
tua, tapi terus tinggal RT 8 / RW XII, bekas masih sepi, tetangganya baru dibangun bangunan – bangunan sing
sendiri karena mereka makam, tanah satu dua orang, soalnya kan duwur.
cerai mbak. pemerintah, nek rumah saya itu tanah
digusur ya udah siap pemerintah, bekas makam.
mbak. Dulu Solo sempet rusuh, pas
tahun 1998, bakar – bakaran itu
lho mbak, pas itu bikin cari
kerja jadi susah mbak.
4 Yossar Saya tinggal di Solo Saya mbangun rumah Dulu waktu awal pindah kesini Tapi kalu Sekarang, Solo tambah reme,
sejak tahun 2007, di daerah rumahe Bayu Solo udah rame. Kan saya modern tempat hiburane banyak.
awalnya ikud pakde, tapi beda RT saya RT 7 awale dari Aceh yang sepi,
tapi sekarang tinggal / RW XII. lihat Solo langsung kaget, rame
sendiri, gak enak banget.
mbak numpang.
5 Chandra Saya di Solo sejak Saya tinggal sama Dulu Solo itu nggak seramai Sekarang kan, Solo udah banyak
41 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
masih kecil, awale keluarga di daerah dan semaju sekarang. mbangun, perbaikan jalan, mbangun
emang pindah-pindah Bibis Luhur di RT 4 / taman.
kontrakan. RW XXII
6 Takhim Saya di Solo dari Rumah saya di Nayu Dulu daerah rumah saya awale Sekarang sudah padat. Malah sekarang
tahun 1993. RT 8 / RW XII. Dulu banyak sawah. udah nggak ada sawah.
itu bekas makam.
7 Andi Saya tinggal di Solo Rumah saya belakang Dulu Solo belum bersih, Sekarang tambah maju, mallnya
sejak kecil, wong saya itu lhoh, daerah sumber
belum rapi, mallnya dikit, dulu banyak, jadi rapi, bersih.
asli Solo. di RT 6 / RW XI. kan nggak ada Solo Square,
Grand Mall.
8 Ari Tinggal disini ko Mbien cilikane neng Sepi, sitik mbangune Akeh mbangune pas pak jokowi dadi
kelas 5 SD Bibis Luhur, ues padet walikota
omah terus pindah
Kadipiro, Gambir Sari
RT 5 / RW 1
Kesimpulan :
Dari jawaban anak jalanan di atas, dapat disimpulkan bahwa mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka kebanyakan sudah lama tinggal di Solo, namun ada juga yang pendatang dan baru saja tinggal di Solo, tetapi pada dasarnya mereka
punya pandangan yang hampir sama menegnai perkembangan Solo.
Pendapat mereka Perkembangan Solo dulu dan sekarang hampir sama, Dulu, Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata,
bahkan peristiwa kerusuhan Solo merupakan peristiwa yang cukup mempengaruhi kota Solo dan kehidupan mereka. Sekarang berubah menjadi
kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri lainnya) di berbagai daerah.
42 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Hasil Penelitian komunitas anak Jalanan
Konsep Tanah Dan Kepemilikan
No Nama Sejarah Menempati Kota Pemahaman tentang tempat Pengaruh Komunitas Terhadap pola bertempat tinggal
Solo tinggal
1 Supri Saya dari Semarang, dulu rumah itu tempat berteduh, Nggak ada pengaruh nya mbak
dari umur enam tahun tempat beristirahat. Pokoknya
diajak orang tuanya pindah habis kerja terus pulang kerumah.
ke Solo. Dapat rumah di
deket pasar situ, tapi
setelah setahun bapak sama
ibu balik lagi ke Semarang
saya tetep disini sama
kakak.
2 Nugiyati Saya tinggal ikut orang tua Rumah itu tempatnya ngumpul Nggak mbak, nek waktune pulang aku yo pulang.
dari lahir mbak. sama keluarga, melepas lelah,
pokonya Rumahku Istanaku.
3 Bayu Saya tinggal sendiri, soale Rumah adalah istana, tempat buat Nggak mbak
orang tuaku kan cerai, trus ngumpul keluarga paling nyaman.
pindah – pindah akhirnya
tinggal di lahan bekas
makam, ya tanahe
pemerintah. Ya meski saya
asline punya saudara
kembar mbak, rumahnya di
tanah resmi, tapi saya gak
enak ma gak mau ngrepoti
dia mbak. Terus ya udah,
saya mbangun di tanah
pemerintah ini mbak.
43 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
4 Yossar Tinggal ning kono goro- Nggo turu mbak. Omah yo omah Nggak mbak.
goro ngerti ana tempat mbak.
tinggal bekas makam, yo
trus melu mbangun ning
kono, timbang nunut
pakde.
5 Chandra Tinggal karo keluarga, Rumah ya tempat istirahat, untuk Nggak mbak.
sing golek omah orang tua tidur dan nglepas cape.
mbak.
6 Takhim ning Solo sejak tahun Rumah adalah surga, walaupun Nggak, ya emang ada pengamen yang milih nggak
1993, ini rumah embah og pergi kemana – mana tetap inget pulang tapi nek saya tetep pulang. Kerja ya kerja pas
mbak, dulu sekitar sini rumah. waktu pulang ya pulang.
amsih sawah, gak kaya
sekarang banyak rumah
gini.
7 Andi Rumahku turun temurun Rumah nggo istirahat mbak. Nggak, mbak, tetep pulang, kesel yo penak di rumah.
dari mbah-mbahku dulu
mbak.
8 Ari Ndisik ngontrak neng Bibis Tempat beristirahat sementara, Iya, lha kan balapane bengi – bengi dadi mulihe sog
Lor terus mbangun omah tempat berkumpul keluarga subuh – subuh.
ning Kadipiro, awale kuwi mencurahkan kasih sayangnya.
omahe wong tuoku tapi
goro – goro enek masalah
dadi hak milik bulikku.
Kesimpulan :
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak jalanan tinggal di rumah yang berada pada lahan pemerintah, mereka siap dengan
segala resiko yang ada, yaitu siap jika suatu saat digusur. Karena mereka memang tidak mempunyai cukup uang untuk mendapatkan rumah
resmi atau bahkan membangun rumah layak bagi mereka. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah seharian melakukan
44 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya sebagai
tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup dengan pendapatan hari itu
2 Nugiyati faktor budaya mbak, lha dulu aku pernah diajak putra- Nggak ono penguasane, bebas kok.
putri Solo ikut acara social, lihat keraton, trus ke
Balekambang, enak nggo rekreasi.
3 Bayu bidang Ekonomi, soale akeh pembangunan mall, dadi Penguasa yo walikota Solo, pak Jokowi
kan ekonomine jadi maju, tapi budayane barang dink
mbak.
4 Yossar Bidang kebudayaan Pak Jokowi.
5 Chandra Sama, bidang kebudayaan, sesuai slogan kan Solo kota Pak Walikota mbak.
budaya.
6 Takhim bidang kebudayaan, kan di solo ada alun – alun trus Orang yang paling kuasa ya Bapak Walikota Solo, Bapak
banyak acara yang hubungane sama budaya , Jokowi.
contohnya sekaten, wayang neng alun - alun.
7 Andi Sama mbak, budayanya. walikota Solo, pak Jokowi.
8 Ari Budayane, ono akeh, sego liwet, apem, serabi. Pak Jokowi, lha walikota og.
Kesimpulan :
45 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara –
acara yang sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat
bahwa sektor budaya yang mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri sektor ekonomi juga sedang mulai
merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota Solo, Bapak Jokowi.
46 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
BAB III
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya.
Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street
dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan
kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from
families of the street.
47 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
48 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
49 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
pihak yang berkompeten. Dalam mendukung realisasi model perlu adanya usaha
untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang tepat kepada masyarakat
tentang fenomena anak dalam rangka pengembangan citra yang positif mengenai
kepentingan dan kewajiban masyarakat dalam memberikan kesejahteraan terhadap
anak umumnya dan anak jalanan khususnya. Penanggulangan anak jalanan harus
dijamin dengan kebijakan perundangan yang mantap dan tegas sehingga dapat
secara tegas dan kongkrit dilaksanakan.
50 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Dalam hal kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo jika dilihat oleh
orang awam, pastilah menganggap mereka hidup dalam keadaan kurang bahagia
dan kekurangan, namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka yang tetap
merasa nyaman, dan bahagia dengan segala keterbatasan mereka dari segi
ekonomi, namun mereka mau berjuang untuk hidup, dan mampu bertahan dengan
segala hiruk pikuk perkembangan kota Solo saat ini. Mereka menganggap bahwa
mereka tetap merasa nyaman karena berbagai hal, yakni dari segi Interaksi mereka
merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka
dapat dengan mudah mendapat teman di sini, baik teman sesama pengamen dari
Solo maupun teman pengamen dari daerah lain. Maupun dari cara bermukimnya
yang dirasa aman. Dari segi hubungan sosial mereka nyaman tinggal di Solo
karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga
yang merasa tidak nyaman karena mempunyai hubungan yang buruk dengan
petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan
51 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
52 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
yang sudah paham dan sadar, mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan
tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil
atau karena masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya
pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.
Pada umumnya anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan
sebenarnya tidak membuat satu komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas
tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan
anak dengan profesi yang sama dengan seringnya mereka berkumpul pada lampu
merah atau spot-spot tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak
terkomunitaskan dan merasa sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu
terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan
anggota dari yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan
memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena
pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan hanya sebatas
“ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan
merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu untuk kegiatan yang diberi
KAPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota
maupun yang belum menjadi anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPAS
semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama. Dengan keikutsertaan
mereka dengan KAPAS membuat mereka memiliki jaringan yang lebih luas, baik
dalam hal peluang pekerjaan maupun dalam hal pergaulan, yang tidak hanya
melulu dengan orang-orang yang bisa dibilang senasib dengan mereka.
Anak jalanan berasal dari warga asli yang ekonominya pas – pas an dan
juga warga pendatang dari daerah lain. Meskipun dari segi ekonomi mereka
kekurangan, kesan mereka terhadap Solo hampir seragam yaitu Solo semakin
nyaman dan aman untuk ditinggali karena adanya pembenahan di berbagai
tempat. Mayoritas mereka tinggal di Solo sejak kecil (warga pendatang) dan
mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka lumayan peka terhadap perkembangan Solo dari awal sampai sekarang.
53 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah
menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri
lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu
memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan
adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada
mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi
kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai
potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.
54 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
sebagai tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup
dengan pendapatan hari itu.
55 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
BAB IV
KESIMPULAN
Meskipun mereka berprofesi sebagai anak jalanan, tapi kondisi itu tidak
serta merta membuat mereka menghabiskan seluruh hidupnya di jalanan. Mereka
masih mengenal apa itu rumah dan masih menemukan kenyamanan di dalamnya
meskipun rumah mereka berada pada lahan pemerintah. Mereka menjadikan
rumah sebagai tempat menyandarkan penat setelah seharian berkutat dengan
jalanan kota. Memang waktu mereka dirumah sangat sedikit tetapi para anak
jalanan itu masih mengenal lingkungan mereka.
56 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Pandangan mereka terhadap budaya perkotaan, dalam hal ini kota Solo
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berbeda dengan pandangan
masyarakat lain pada umumnya (komunitas lain). Mereka ternyata lebih peka
terhadap perubahan yang terjadi di kota Solo, walaupun kehidupan kota
cenderung menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum
marginal seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak
mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan.
Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota
maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di
lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan
komunitas lainnya).
57 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia/anak_jalanan.html
www.google/executive2004.htm
sutrisnomahardika.blogspot.com
UU Kesejahteraan Anak
58 Sosiologi Perkotaan