You are on page 1of 58

Budaya Perkotaan Komunitas 200

Anak Jalanan 9

BAB I

BUDAYA PERKOTAAN

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kehidupan kota dipandang sebagai sebuah kehidupan mewah yang
menjanjikan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal paling menonjol
yang membedakan kota dengan desa. Pesatnya perkembangan yang terjadi di
kota dibandingkan desa menjadi daya tarik lainnya bagi masyarakat untuk
melakukan perpindahan. Masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi
meninggalkan daerah asalnya, dengan tujuan untuk mencapai taraf hidup
yang lebih baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah masyarakat urban
datang tanpa bermodalkan keahlian atau keterampilan yang memadai. Mereka
tidak sanggup dan siap bersaing dengan masyarakat perkotaan. Tidak adanya
pengendalian yang nyata, membuat arus urbanisasi tidak terkendali.
Perpindahan yang terus menerus ini pada akhirnya menjadi masalah
perkotaan.

Masalah yang ditimbulkan kaum urban pertama kali adalah


meningkatnya angka pengangguran. Masyarakat pedesaan terus berdatangan
ke kota dengan tidak diimbangi bertambahnya kesempatan kerja. Jumlah
lapangan pekerjaan jauh lebih kecil dibanding jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Lapangan pekerjaan yang terbatas pun menuntut standar pendidikan
dan keahlian yang tinggi sehingga hanya sumber daya manusia yang
berkualitas yang mampu mendapatkannya. Masalah pengangguran ini
kemudian menjadi akar pada kompleksnya permasalahan perkotaan.

Kaum urban menyebabkan pertambahan penduduk di kota.


Kepadatan penduduk yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan
bertambahluasnya wilayah perkotaan. Akibatnya, ruang untuk tempat tinggal

1 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

menjadi berkurang. Tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia


yang harus dipenuhi. Masyarakat urban akan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun karena terkendala pada permasalahan
ekonomi, maka jalan keluar yang diambil seringkali melanggar peraturan
yang ada. Masyarakat urban yang terpinggirkan akan mendirikan tempat
tinggal di daerah yang tidak seharusnya dipakai sebagai permukiman.

Permukiman ilegal berkembang pesat seiring tidak terkendalinya


arus urbanisasi. Semakin lama, kawasan tersebut menjadi padat dan
mengalami degradasi mutu lingkungan yang memberikan timbal balik secara
langsung terhadap kehidupan manusia. Munculnya permukiman kumuh di
suatu titik akan merambah ke titik lain, menyebabkan semakin rendahnya
kualitas hidup yang mencerminkan rendahnya tingkat pendidikan dan
ekonomi, dan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang tinggal
disana. Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan relokasi
dengan harapan dapat mengembalikan fungsi semula dan menghasilkan nilai
ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat setempat. Pembangunan
perumahan vertikal juga mulai dilirk dengan harapan bisa menjadi solusi
untuk mengurangi kawasan permukiman ilegal yang semakin merajalela.

Kedatangan kaum urban di perkotaan juga memberikan pengaruh


pada kehidupan sosial masyarakat. Setiap masyarakat urban yang datang ke
kota pasti membawa budaya atau ciri khas dari daerahnya. Sebagian
pendatang mampu beradaptasi bahkan sampai menghilangkan budaya dari
daerah asal karena terpengaruh budaya kota. Namun sebagian lainnya mampu
mempertahankan jati diri sehingga membentuk kelompok tersendiri dalam
masyarakat. Kelompok masyarakat urban ini hanya satu dari banyak
kelompok yang ada dalam lingkungan perkotaan.

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang memiliki keragaman


dalam elemen masyarakatnya. Masyarakat kota Surakarta memiliki
karakteristik masing-masing yang pengaruhnya pada berbeda satu sama lain.

2 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Ciri khas yang terdapat tiap karakter dan pengaruhnya terhadap kehidupan
masyarakat, menjadi daya tarik tersendiri untuk mempelajari budaya
perkotaan.

Melihat kompleksnya permasalahan sebuah wilayah perkotaan


dengan berbagai elemen yang ada di dalamnya, maka memberikan tantangan
bagi perencana untuk merencanakan wilayah perkotaan tersebut agar sebuah
kota mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan konflik
antar elemen yang ada.

2. PERMASALAHAN
1. Bagaimana konsepsi citra kota pada suatu wilayah perkotaan ?
2. Bagaimana konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada suatu
wilayah perkotaan ?
3. Bagaimana konsepsi jarak sosial pada suatu wilayah perkotaan ?
4. Bagaimana konsepsi luas menurut agama pada suatu wilayah perkotaan ?
5. Bagaimana konsepsi penguasaan kota pada suatu wilayah perkotaan ?
6. Bagaimana konsepsi ruang politik dan ruang perkotaan pada suatu wilayah
perkotaan?

3. TUJUAN
1. Memaparkan konsepsi tentang citra kota pada wilayah perkotaan.
2. Memaparkan konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada wilayah
perkotaan.
3. Memaparkan konsepsi tentang jarak sosial pada wilayah perkotaan.
4. Memaparkan konsepsi tentang luas menurut agama pada wilayah
perkotaan.
5. Memaparkan konsepsi tentang penguasaan kota pada wilayah perkotaan.
6. Memaparkan konsepsi tentang ruang politik dan ruang perkotaan pada
wilayah perkotaan.

3 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

4. MANFAAT
1. Sebagai bahan acuan untuk merancang wilayah suatu kota.
2. Mengetahui struktur umum kota secara fisik dan non fisik.
3. Mengetahui karakteristik masyarakat yang membentuk kehidupan
perkotaan, khususnya di Kota Solo.

B. KONSEP PENELITIAN
1. KONSEP TENTANG BUDAYA PERKOTAAN
Konsep tentang Budaya

Budaya adalah hasil cipta karya manusia, yang memiliki arti pikiran atau
akar budi, bersifat abstrak,. Budaya tidak dapat di patenkan karena budaya
tidak mempunyai bentuk yang jelas, kecuali bila suatu budaya dituangkan
menjadi sesuatu bentuk yang jelas maka dapat dipatenkan, yang biasa
disebut kebudayaan.

Konsep tentang Perkotaan

Perkotaan adalah suatu wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk


yang melebihi rata-rata jumlah penduduk. Fungsi wilayah perkotaan tidak
hanya sebagai pusat pemukiman saja, tetapi sebagai pusat pelayanan
pemerintah, pelayanan sosial, pelayanan kesehatan dan ekonomi. Mata
pencaharian yang ada di kota tidak berhubungan dengan alam, seperti
contohnya bekerja pada pemerintahan, kegiatan industri dan lain-lain.

Konsep tentang budaya perkotaan

Budaya perkotaan adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang


mempunyai ciri khas sebagai masyarakat kota yang timbul dari kebiasaan
masyarakat yang ada di kota. Pada suatu kota terdapat bermacam-macam
jenis kebiasaan yang menyatu pada masing-masing bentuk komunitas atau

4 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misal ada komunitas cina yang


berbeda dengan komunitas arab ataupun komunitas keraton.

2. KONSEPSI-KONSEPSI VARIABEL
Konsep citra kota

Citra kota terbentuk dengan sendirinya sesuai perkembangan yang terjadi


disana dan dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan kota. Citra kota ada yang
dibentuk oleh pemerintah kota dan ada yang terbentuk karena prilaku
masyarakatnya. Citra kota merupakan suatu ciri khas masing- masing kota
sehingga siapapun orang yang datang kekota itu mendapatkan kesan
tertentu yang akan membekas dalam ingatannya.

Konsep ruang politis

Ruang politis adalah pemahaman yang baru atas statu konsep kedaulatan
rakyat agar konsep ruang politis ini dapat diterapkan pada masyarakat era
globalisasi. Ruang politis mempunyai ciri, yaitu:

1. Partisipasi masyarakat hanya mungkin jika ada komunikasi.


2. Semua partisipan dalam ruang publik memiliki peluang
yang sama dalam mencapai tujuan yang fair dan mampu
memberlakukan mitra komunikasi atau lawan bicaranya sebagai
pribadi yang otonom.
3. Harus ada aturan yang melindungi proses komunikasi dari
represi dan diskriminasi.
Konsep tanah dan konsep kepemilikan tanah

Setiap komunitas memiliki konsep tanah yang berbeda, karena


dipengaruhi oleh perilaku mereka sendiri dan pengaruh dari
kebudayaannya. Ada konsep yang dapat menggambarkan secara jelas
dimana awal dan akhirnya dengan batas-batas yang jelas pula. Konsep
tanah untuk beberapa komunitas memasukkan beberapa kepercayaan dari

5 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

agama dan kebiasaan yang turun-temurun. Seperti kepercayaan feng shui


bagi masyarakat cina.

Konsep jarak sosial

Konsep jarak sosial menggambarkan kedekatan antar keluarga inti dan


keluarga besar, lalu keluarga inti tersebut dengan wilayah sekitarnya. Dan
ada juga masyarakat sekunder. Masyarakat sekunder merupakan
masyarakat yang lebih akrab dengan masyarakat diluar daerah tempat
tinggalnya karena pengaruh waktu. Pengaruh waktu disini merupakan
pengaruh banyaknya waktu yang dihabiskan oleh orang tersebut dalam
kehidupan.

Konsep ruang perkotaan

Adalah perubahan lahan dari suatu desa menjadi daerah suatu perkotaan
yang memerlukan pengembangan lahan yang semakin luas. Sehingga
menjadikan kota tersebut sebagai pusat keramaian.

Konsep penguasa kota

Penguasa kota adalah orang-orang yang mempunyai power terhadap


ruang-ruang yang ada pada suatu kota. power ini bisa berbentuk kekuatan
dalam hal kekayaan, politik, atau orang orang yang menjadi panutan
banyak orang, dan terkadang penguasa bisa merugikan kaum menengah
kebawah yang tidak mempunyai wewenang sama sekali.

Konsep luas menurut agama lebih menggambarkan sesuatu yang kultur


seperti kepercayaan feng shui yang berasal dari cina dan kepercayaan
jawa.

3. KOMUNITAS PERKOTAAN
a. Etnis China

6 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga


sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu
tahun sampai pada tahun 1913. Bangsa Chin yang merantau dari Cina
ini di Indonesia lalu disebut dengan Cina perantauan. Orang-orang
Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga
mereka bisa diterima dengan baik.

Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian


membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Di
kota-kota dimana terdapat banyak orang Cina bertempat tinggal,
kampung ini lalu disebut dengan Pecinan. Orang-orang yang tinggal
di Pecinan ini banyak yang menjadi pedagang.

b. Anak Jalanan
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu
pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,
namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Pada
perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the
street atau sering disebut juga children from families of the street.
• Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan
keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:
anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang
ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan
ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan
hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala
ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
• Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh
atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki
hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau
keluarganya.

7 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

• Children in the street atau children from the families of the street
adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan
yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di
jalanan.
c. Komunitas Punk
Punk merupakan sub-budaya lahir di London, Inggris yang
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan
dari keyakinan ‘we can do it ourselves’. Punk lebih terkenal dari hal
fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan,
seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala
feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots,
rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh,
antikemapanan, antisosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas
rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa
orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai
punker.
d. Masyarakat Kraton
Keraton atau kraton (bahasa Jawa) adalah daerah tempat seorang
penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana).
Dalam pengertian sehari-hari, keraton sering merujuk pada istana
penguasa di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata kraton berasal dari kata
dasar ratu yang berarti penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata
dalam bahasa Melayu; datuk/datu. Masyarakat Keraton pada umumnya
memiliki gelar kebangsawanan.
e. Transportasi
1. Supir adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh
pengguna jasanya untuk mengemudi kendaraan bermotor. Supir
dibagi dalam dua kelompok yaitu supir pribadi yang menjalankan
kendaraan pribadi dan yang kedua adalah supir perusahaan yang
bekerja untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti
taksi, bus, ataupun angkutan barang.

8 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

2. Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan


dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia,
berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang
supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Setiap jurusan
dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.
f. Pedagang Pasar
Pedagang pasar adalah orang yang melakukan perdagangan bertempat
di pusat perdagangaan, memperjualbelikan barang yang tidak
diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan.

Pedagang dapat dikategorikan menjadi:

1. Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara


produsen dan pedagang eceran.
2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk
komoditas langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung
adalah pengecer.
Pedagang pasar mempunyai ciri sosial tersendiri, hampir sama dengan
kalangan pebisnis, yakni kurang memperhatikan kebutuhan sosial di
sekitarnya.

g. Etnis Arab
Etnis arab adalah etnis atau suku yang berasal dari dataran arab yang
memiliki matapencaharian sebagai pedagang ataupun saudagar
sehingga sampai ke Indonesia dengan jalur perdagangan. Indonesia
memiliki keturunan etnis Arab yang cukup besar, hampir di setiap kota
di Indonesia. Perdagangan kain dan parfum adalah sektor paling
menonjol yang sering ditemui di pertokoan-pertokoan daerah kampung
arab.

h. Pemukiman Liar
Pemukiman liar adalah bentuk perumahan yang dibangun pada suatu
tempat yang kurang sesuai untuk prosedur kelayakan sebuah

9 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

perumahan. Sebuah pemukiman liar umumnya menempati daerah yang


tidak memiliki izin mendirikan suatu bangunan. Pendirian bangunan ini
dapat menurunkan aspek ketertiban dan keindahan suatu kota. Kesan
kumuh sering timbul dengan seiring perkembangnya pemukiman liar.

i. Bisnisman
Kalangan bisnisman merupakan salah satu kelompok masyarakat yang
mempunyai profesi tertentu di bidang bisnis maupun kegiatan
perekonomian. Orang-orang bisnis dikenal dengan kegiatan yang sangat
sibuk dengan urusan bisnisnya sehingga kurang memperhatikan
kegiatan maupun kebutuhan sosial di lingkungan sekitarnya. Biasanya
kalangan pebisnis lebih egois dan merupakan masyarakat sekunder,
dalam arti lebih akrab dengan orang-orang di lingkungan pekerjaannya
daripada lingkungan tempat tinggalnya.

3. TEORI BUDAYA PERKOTAAN


Pengertian kota menurut N. Daljoeni mengutip dari Grunfield adalah
sebagai suatu pemukinan dengan kepadatan penduduk yang lebih besar
daripada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian
non agraris dan tata guna lahan yang beraneka ragam , serta dengan
pergedungan yang berdirinya berdekatan. Dari segi fisik, kota adalah suatu
pemukiman dengan perumahan yang relatif rapat dan sarana prasarana
serta fasilitas-fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan
penduduknya. Gideon Sjoberg mengadakan usaha penting untuk
mengumpulkan bukti-bukti tentang kota-kota zaman kuno. Ia menemukan
model ideal dari kota sebenarnya. Kota sebenarnya hanya mendekati
semacam standart gabungan. Karakteristik kota kuno itu sebagai pusat
pemerintahan dan agama, didalamnya berdian kaum elit dan hanya di
tempat kedua menjadi pusat perdagangan. Kelompok-kelompok etis

10 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

cenderung membentuk kantong-kantong terpisah. Southall (1973)


mengatakan bahwa gabungan ideal itu mengaburkan banyak variasi-
variasi yang menarik. Southall mengutip sejumlah khasus, seperti Sumeria
dan Dinasti Lama, Meksiko pada zaman Aztec, Damaskus, Kartage, dan
Eropa pada abad pertengahan dan pada zaman renaissance, dimana
pedagang-pedagang itu kaya dan berkuasa, tidak kotor dan dan bukan
golongan periferi. Terdapat dua definisi yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah kota dapat dikategorikan sebagai mempunyai
kebudayaan yang khas. Definisi yang pertama, dalam arti luas, misalnya
yang dikemukakan E.B. Taylor: “Kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Seperti dikemukakan oleh Robert Redfield, komunitas kota lebih
berorientasi kepada hal-hal yang bersifat material dan rasional sehingga
hubungan menjadi impersonal dan sekunder, bukan lagi “relation
oriented”. Individu menjadi teratomisasi dan teranomisasi sehingga
masing-masing harus mencari jalannya sendiri-sendiri untuk tetap hidup.
Karena banyaknya dan bervariasinya tuntutan dalam bertingkah laku dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang berorientasi pada goal dan
pencapaian (achievement), maka gaya hidup masyarakat kota lebih
diarahkan pada penampilan fisik dan kualitas fisik sehingga tampak
civilized. Gejala yang timbul dalam komunitas kota adalah adanya
kecenderungan masyarakat menjadi masyarakat massa (mass society)
dimana individu kehilangan identitas pribadinya. Kota mempunyai
peranan yang penting di dalam kehidupan masyarakat umum dan bangsa.
Karena kota merupakan pusat kekuasaan, ekonomi, pengetahuan, inovasi,
dan peradaban maka kehidupan kota dapat membawa dan mengarahkan
kehidupan masyarakat umum kepada peningkatan kualitas hidup manusia.
Keadaan ini sebanding dengan arti “sivilitas” yang berarti kualitas
tertinggi pada masyarakat manusia. Sekularisasi mencapai puncaknya

11 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

dalam masyarakat modern, yang mempengaruhi hampir semua bidang


perilaku, dan meluas ke kalangan penduduk. Pendekatan kehidupan kota
sebagai jaringan sistem yang utuh memang diperlukan untuk memperoleh
pengertian yang jelas dan mendalam mengenai kondisi dan proses
kemajuan dan atau kemunduran kehidupan serta kebudayaan kota.

Louis Wirth, dengan bertolak dari hasil penelitiannya dan definisinya


tentang kota yang kualitatif, melihat kehidupan kota , dan mengemukakan
bahwa banyak relasi kota menyebabkan tidak memungkinkan terjadinya
kontak-kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Masyarakat kota
mempunyai pola-pola budaya dan tingkah laku, lembaga, pranata, serta
struktur sosial yang berbeda dari masyarakat primitif maupun masyarakat
desa. Hal tersebut menyebabkan terjadinya urbanisasi yang semakin
meningkat. Urbanisasi sangat berimplikasi terhadap kegiatan
perekonomian dan banyak menuai konflik di perkotaan. Urbanisasi
seringkali dikaitkan terhadap sikap penduduk dalam lingkungan pedesaan
yang mendapat pengaruh dari kehidupan kota . Urbanisasi ini dapat
menimbulkan lapisan sosial baru yang menjadi beban kota karena
kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota akan
menjadi gelandangan dan membentuk daerah slum atau daerah hunian liar.
Urbanisasi dapat dipandang dari berbagai aspek yaitu material, teknologi,
spiritual, kesehatan, lingkungan, dan kelembagaan. Hal tersebut
menyebabkan urbanisasi menjadi masalah yang bersifat multidimensi.
Menurut Sarjono Herry Warsono, substansi tentang urbanisasi adalah
proses modernisasi wilayah desa menjadi kota sebagai dampak dari tingkat
kekotaan dalam suatu wilayah. Konsekuensinya adalah perpindahan
penduduk yang disertai dengan aktifitas perekonomiannya baik secara
individu ataupun kelompok yang berasal dari desa kota atau daerah
hinterland lainnya. Sedangkan menurut Prijono Tjiptoherianto, dalam
pengertian sesungguhnya urbanisasi berarti perubahan presentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Meskipun demikian,

12 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

masyarakat awam mendefinisikan urbanisasi sebagia perpindahan


penduduk dari desa menuju kota . Padahal perpindahan penduduk dari
desa menuju kota hanya merupakan salah satu penyebab proses urbanisasi.
Disamping penyebab-penyebab lainnya seperti pertumbuhan alamiah
penduduk perkotaan, perluasan wilayah, ataupun perubahan statua wilayah
dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan dan semacamnya.

Kota merupakan mimpi tersendiri bagi masyarakat desa, mereka


mempunyai anggapan bahwa di kota terdapat jaminan kepastian
peningkatan taraf hidup menjadi yang lebih baik.. Pada umumnya mereka
pergi ke kota tanpa membawa bekal ketrampilan kecuali tenaga, ongkos
yang pas-pasan, modal yang minimal, dan wawasan kecerdasan yang jauh
dari harapan. Setibanya di kota, mereka dapati dirinya berada pada situasi
dan kondisi yang berbeda dari pada sewaktu berada di desa. Tidak jarang
mereka tetap menjadi pengangguran, menambah jumlah populasi
masyarakat miskin di kota , menambah tingkat kerawanan,
ketidakamanan, dan kriminalitas di kota . Semakin luasnya pengaruh
kehidupan kota atas kehidupan daerah pedesaan yang berada di sekitarnya,
baik positif maupun negatif. Kemiskinan yang terjadi di perkotaan
didefinisikan sebagai suatu standart tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standart kehidupan pada umumnya yang
berlaku dalam masyarakat yang sudah ditentukan angkanya. Penyeban dari
kemiskinan ini dapat dilihat dari segi mikro, mezzo, dan makro.
Kemiskinan dapat bersifat struktural dan kultural. Kriminalitas di
perkotaan sering terjadi dengan dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan
budaya yang menciptakan iklim konflik vertikal (antara masyarakat
dengan pemerintah kota ) yang berlangsung secara berkepanjangan.
Tingkat kriminalitas di perkotaan yang tinggi tidak jarang diakibatkan oleh
permasalahan yang sepele dan remeh. Bahkan sekarang ini, tawuran antar
pelajar atau mahasiswa sudah menjadi barang tontonan yang biasa.

13 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Kehidupan dalam suatu perkotaan cenderung pada individualisme atau


egoisme yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha secara sendiri-
sendiri tanpa terlihat oleh anggota masyarakat lainnya. Setiap individu
memepunyai kebebasan diri untuk melakukan suatu hal seperti apa yang
mereka inginkan. Perkotaan pada umumnya mempunyai tingkatan budaya
yang lebih tinggi karena kretivitas dan dinamika kehidupan kota lebih
cepat dalam menerima sesuatu yang baru, lebih cepat mengadakan reaksi,
lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Akibat
dari sikap hidup yang individualisme atau egoisme serta pandangan hidup
yang radikal dan dinamis, menyebabkan kota umumnya lebah dalam segi
religi yang menimbulkan tindakan kurang memperhatikan tanggung jawab
sosial.

Setiap orang yang hidup di kota harus melindungi dirinya sendiri agar
tidak terlalu banyak hubungan yang bersifat pribadi, ia juga harus menjaga
diri terhadap potensi-potensi yang merugikan atau membahayakan dirinya
pribadi dan keluarga, maupun kebudayaannya. Kebanyakan hubungan
orang-orang kota digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu saja. Orang kota memiliki semacam emansipasi atau kebebasan
untuk menghindar dari pengawasan oleh kelompok kecil atas keinginan
dan emosinya. Sehubungan dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Wirth
di atas, maka Claude Fischer mengatakan bahwa kota-kota itu merupakan
tempat-tempat yang subur dimana terdapat sub kultur yang berbeda-beda
dan sehat dapat berkembang baik. Karena itu akan timbul dua proses yang
yang akibatnya berlawanan yakni intensifikasi sub kultur dan difusi
kebudayaan.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi : Surakarta
2. Alasan

14 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

a. Banyak komunitas yang tumbuh di kota Surakarta dan masing –


masing komunitas memiliki budaya yang berbeda - beda.

b. Surakarta adalah kota budaya yang menjadi daya tarik


bagi berkumpulnya berbagai komunitas yang ada.
c. Surakarta sebagai pusat kota yang menjadi tempat
berkembangnya berbagai sektor, baik formal maupun informal
sehingga menjadi daya tarik bagi para pendatang.
d. Masyarakat Surakarta mempunyai cara bersosialisasi
khas.
e. Adanya harmoni kehidupan penduduk Surakarta yang
beragam.

3. Jenis Penelitian
Deskriptif dan Kualitatif yang menggambarkan budaya pekotaan.

4. Populasi
Masyarakat Surakarta (seluruh masyarakat yang masuk dalam komunitas
Surakarta)

5. Sampel
9 komunitas yang telah dipilih yaitu :

a. komunitas pemukiman liar


b. komunitas jalanan (transportasi)
c. komunitas pedagang pasar
d. komunitas etnis Arab
e. komunitas etnis Cina
f. komunitas bussinesman
g. komunitas anak jalanan
h. komunitas Kraton
i. komunitas punk
6. Teknik Sampling

15 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Cara pengambilan sample dengan mencari informan yang memilliki


banyak informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Teknik Pengumpulan Data


Kuesioner sebagai interview guide dengan cara mewawancarai secara
mendalam informan yang dibutuhkan.

8. Teknik Pengolahan Data


Dengan model matrix dan tabulasi yang diolah menjadi tabel univarian.

9. Analisis data
Dengan melakukan interpretasi setiap matrix maupun tabel univaran.

16 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

BAB II

HASIL PENELITIAN

ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Yayasan yang menaungi para pengamen dan anak jalanan di kota


Surakarta adalah KAPAS ( Keluarga Pengamen Surakarta).

Sampai saat ini, yayasan KAPAS Sekarpace membawahi tiga sektor,


yaitu sektor Panggung (Ledoksari), Nayu, dan Nusukan. Anggota KAPAS
Sekarpace mencapai 162 orang.

• Visi

Menjadi pioner dalam menangani masalah pengamen dan anak


jalanan dengan terus meningkatkan kualitas lembaga serta
anggota komunitasnya yang tergabung dalam wadah yang
independen, produktif dan solutif

• Misi

1. Mengurangi jumlah pengamen dan anak jalanan di kota


Surakarta

2. Menciptakan saluran yang tepat guna bagi para pengamen


dan anak jalanan untuk menjadi pemusik yang handal dan
professional

3. Menciptakan dan memberikan kesempatan alih profesi


yang seluas-luasnya untuk para pengamen dan anak
jalanan demi meningkatkan kesejahteraan mereka.

17 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Di dalam yayasan KAPAS, terdapat organisasi yang mengembangkan


bakat para pengamen dan anak jalanan di atas usia 17 tahun dalam
berbagai bidang seperti musik (band), wiraswasta (laundry, jual pulsa) dan
olahraga (futsal, badminton) yaitu ROMPI (Rumah Olah Mental Pemuda
Indonesia). Untuk saat ini anggota ROMPI adalah 30 pemuda.

ROMPI adalah yayasan yang ikut menyalurkan dana dari pemerintah


kepada pengamen untuk dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha agar
tidak mengamen lagi. Tapi sekarang ini banyak dana yang disalahgunakan
oleh para pengamen.

Di sektor Nusukan, lima responden kami, yaitu Bayu, Anto, Yossar,


Chandra dan Andi memanfaatkan dana bantuan tersebut untuk latihan
band. Bayu sebagai vokalis, Anto dan Yossar sebagai gitaris, Andi sebagai
bassis dan Chandra sebagai drummer. Band mereka bernama THE
ROMPI. Mereka sudah mampu menciptakan lagu-lagu sendiri dan
kadangkala mendapat job untuk manggung di acara-acara kampus dan
acara sosial seperti di depan PGS dalam rangka mengumpulkan
sumbangan untuk korban bencana alam Gunung Merapi. Band mereka
juga telah mendapatkan tawaran untuk rekaman di Jogja.

Struktur organisasi penyelenggara ROMPI Kota Surakarta

MANAGER
PROGRAM
WIDODO. SH

BENDAHARA SEKRETARIS
HANIK. K, A.Md IAMAM FANANI

BIDANG BIDANG
BIDANG OLAHRAGA DAN PEMBINAAN
PELATIHAN DAN SENI MENTAL DAN
KEWIRAUSAHAAN NANANG SPIRITUAL
ALIFUL ADHIM S, Pt HERMAWAN , S.S LUKMAN ALI
POPALIA, S.SOS

18 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

ANGGOTA ROMPI KOTA SURAKARTA

Kegiatan Kajian dan Latihan Musik

• Kajian
11 Mei 2009, ROMPI
19 November 2009, Nayu
3 Desember 2009, Nusukan
17 Desember, Ledoksari
31 Desember 2009, Sangkrah
• Latihan Musik
Anto CS
Hari : Sabtu & Selasa
Jam : 19.30 WIB
Tempat : Mata Dewa

Monitoring Usaha
Usaha Keterangan Personil
Laundry 40-50 kg per Hari Halini
Cuci motor Gendingan, ± 75.000 / hari Andri & Tri
Warung Hik 1 Praon, ± 150.000 / hari Yusuf & Arif
Warung Hik 2 Gulon, ± 200.000 /hari Wahyu
Pulsa 1 & 2 Mobile, ± 700.000 Elansa & Hendro
Bengkel Sumber, ± 100.000 /hari Roni
Persiapan :
Warung Mie Ayam Grand Opening 15-22 November
2009
Warung Ayam Goreng
Jamur
Cuci Motor

19 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
N Minggu Minggu II Minggu III Minggu IV Keteranga
Kegiatan
o S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M n
Jam 11.00
1 Pelatihan Komputer dan 14.00
Bimbingan Ba'da
2 Mental/Kajian Maghrib
Monitoring dan
3 Evaluasi Usaha Jam 09.00
4 Futsal Jam 19.00
3 Group
Musik,
waktu
5 Latihan Musik berbeda
3 bulan
6 Piknik sekali

20 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
B. HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Komunitas anak jalanan


kenyamanan Tinggal
No Nama Kenyamanan Tinggal
Interaksi Hubungan Sosial Cara Bermukim
1 Supri Mudah cari teman mbak, dari Semarang, Podho – podho ngamene mbak,
Surabaya, gitu mbak. enak cara bertamane mbak. Gag
ndelok asale mbak. Enak
berhubungane. Sak roso
2 Nugiyati Diganggu koncone mbak, kudu kuat Dikejar satpol PP mbak, kasar.
dadine.

3 Bayu Nyaman, banyak temen mbak, udah kaya


punya banyak saudara jadinya.

4 Yossar Solo aman mbak, gag enek GAM, ra


dioyak – oyak kon nyekel bedhil dadine.

5 Chandra Pergaulan baik mbak, banyak temen disini.

6 Takhim Nyaman mbak, pergaulane nyaman


mbak, banyak temen, sering ngobrol
nyambung ma temen – temen disini.
7 Andi Nyaman mbak tinggal disini, sama mbak
ma yang lain, banyak temen disini.

8 Ari Nyaman, punya banyak teman

21 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Kesimpulan :

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :

• Interaksi : mereka merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka dapat dengan mudah mendapat teman
di sini, baik teman sesama pengamen dari Solo maupun teman pengamen dari daerah lain.

• Hubungan sosial : ada yang merasa nyaman tinggal di Solo karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga yang merasa tidak nyaman karena mempunyai
hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum
memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik.

• Cara bermukim : mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan separatis, semacam GAM atau yang lainnya.

22 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan


Konsep Perkotaan
n nama Lokasi Tempat Tinggal Frekuensi Keberadaan Di rumah
o Apartemen Kompleks Perkampungan Lainnya
Perumahan
1 Supri Perkampungan mbak, di Keluar dari rumah itu jam dua
daerah deket pasar itu lho belasan mbak, terus ngamen
mbak, Doksari RT 4 / sampe jam sembilan sepuluhan
RW 7 mbak

2 Nugiyati Tetangga sama Supri Pulang sekolah terus ngamen


mbak, jadi ya sama mbak, jam dua an, pulange jam
rumahnya mbak. sembilan maleman mbak.
3 Bayu Saya tinggal di kampung Ngamen dari jam delapan mbak,
Sumber mbak, ya daerah sampai jam tengah tigaan mbak,
deket studio ini mbak, itu nek senin sampai kamis, nek
deket Mbonoloyo. hari jumat sampai malem mbak,
itu lho kalau di pasar ada jatah
buat pengamen, jadi pas hari itu
semua ngasih mbak.

4 Yossar Tinggal di Sumber mbak, Dulu ngamen sampai umur enam


beda RT ma Bayu ma belas tahun mbak, sekarang kerja
Anto, saya RT 8 / RW X di sablon, nyablon ngunu lho
mbak, tapi pas ada pesenan thok
kerjane.

5 Chandra Di Bibis Luhur mbak, RT Dulu pas kerja di batu bara ada
4 / RW XX. jam kerja mbak, tapi sekarang
23 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
udah gak kerja jadi di rumah.
6 Takhim Tetangga ma Bayu mbak, Kadang masih ngamen mbak,
satu RT, deket kuburan. lha kerjaannya gak tentu,
Rumahnya banyak sablonan musiman gitu mbak,
kijingnya mbak, hahaha. ntar nek ada pesanan ya sampai
Ruang tamu ada kijing gak tidur gitu mbak. Tapi pas
gitu mbak. Dulu bekas gak ada pesanan ya di rumah
makam, tanah mbak, nganggur, jadi ikut Bayu
pemerintah gitu mbak. ngamen gitu mbak.

7 Andi Saya tinggal di Sumber Dulu kerja di Aceh mbak,


Bakalan mbak, deket sekarang nganggur mbak,
Nayu juga mbak. Di RT makane saya minta mas Aliful
6 / RW XI nyariin kerja mbak. Sekarang
cuma maen ma temen – temen
mbak.
8 Ari Omah neng Ngamen dua kali seminggu,
perkampungan, Kadipiro akehe dolan neng njobo, nonton
RT 5 RW XI, desa balapan, nongkrong, muleh
Gambir Sari subuh
Kesimpulan :

Dari hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat baik itu di daerah
tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang sampai
malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Namun, ada
juga anak jalanan yang tidak punya kerjaan apa – apa, dan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman – temannya di rumah.

24 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan


Konsep Budaya
Perkotaan

No Nama Mengenal Tetangga Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial Frekuensi Keikutsertaan dalam Kegiatan
Sosial
Ya tidak Selalu Jarang Tidak Pernah Selalu Jarang Tidak Pernah
1 Supri Kenal mbak, Gak pernah Acara sosial
tetangga di mbak, gak tau gak pernah
rumah ma teman acaranya apa, mbak, tapi
kelompok lain tapi saya ikut kalau
juga kenal pengajian pengajian
mbak, lha mas sama futsal di saya rutin
saya juga anak KAPPAS mbak sejak
punk, jadi kenal mbak. satu tahun
anak punk juga. lalu.
2 Nugiyati Kenal, yo cah Dulu pernah Ya itu
ngamen og mbak, pernah mbak,
mbak. Melu diajak di TPA diajak TPA
ngamen neng saya kaya acara saya.
kene. sosial gitu mbak.
Gak tau mbak.
Saya juga ikut
TPA mbak.

3 Bayu Kenal mbak, Dulu pernah Kalau tau

25 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
masa ma diajak ada acara
tetanggane gak KAPPAS itu terus
kenal mbak. Ya mbak, pas diajak ya
ngrumpi – gunung pasti ikut
ngrumpi gitu merapi itu mbak.
mbak kalau lho, ngamen
malem, ngumpul amal gitu.
gitu lah mbak. Terus pas
gempa di
Jogja yang di
gerabah –
gerabah itu
lho mbak,
mbantu di
situ, nek di
rumah ya
kerja bakti.

4 Yossar Kenal mbak, Jarang mbak. Jarang


tapi jarang mbak, gak
ngobrol mbak, gitu cocok
gak cocok ma ma orang –
pemuda – orangnya
pemuda ne. mbak.
5 Candra Kenal mbak, ya Jarang mbak, Jarang
ngobrol gitu sekarang sering mbak, lha
mbak pas maen di luar ya gara –
malem. rumah. gara itu tadi
mbak,
seringe

26 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
maen ma
temen
kampung
sebelah.
6 Takhim Kenal mbak nek Berpartisipas Sama kaya
sama tetangga, i pas gunung Bayu mbak,
tapi sekarang merapi itu nek tau ya
jarang ngobrol, mbak, ikut mbak.
udah gedhe ini ngamen ma
seringe ma Bayu di
teman luar PGS, buat
mbak. Ma disumbangin
pemuda beda gitu, terus
RT gitu mbak. pas ada
gempa ke
Jogja jadi
relawan gitu,
mbantu ketua
KAPPAS, di
rumahe Pak
Widodo
mbak. Nek di
rumah ya
ikut kerja
bakti ma
karang
taruna gitu.

7 Andi Kenal mbak, ya Ikut kerja Nek ada


ngobrol – bakti di kerja bakti

27 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
ngobrol gitu kampung ikut terus
mbak. mbak. mbak.

8 Ari Kenal mbak, Jarang mbak. Jarang ikut


tapi jarang begiuan
ngobrol, dolane mbak.
karo wong
njobo, tau
ngobrol tapi
karo konco
cedak tog.
Kesimpulan :

Dari paparan hasil wawancara quesioner di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan mempunyai interaksi dengan lingkungan cukup baik, hal
ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun teman sekomunitasnya walau itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih lanjut
maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Di samping itu, untuk kegiatan sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam
kegiatan sosial tergantung pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka yang sudah paham dan sadar,
mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil atau karena
masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.

28 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan


Konsep ruang politis
No Nama Ada Tidaknya Perkumpulan Dalam Komunitas Keikutsertaan Dalam Perkumpulan Anak Jalanan
Ada Tidak Sering Jarang Tidak Ada
1 Supri Ora enek i mbak, gur Cuman ngumpul mbak,
ngumpul – ngumpul jadi ya gak dijadwal
biasa thog og, gak gawe mbak. Ngumpul ya
komunitas. Nek kaya gini. Nek ada yang
KAPPAS ikut kegiatane ulang tahun ya
tapi gak dadi anggotane ngumpul. Gitu – gitu
mbak. aja mbak. Kalau
kegiatan KAPPAS saya
ikut mbak.
2 Nugiyati Gak enek mbak. Paling Gur ngumpul bar
KAPPAS, tapi aku rung ngamen mbak, nek
melu. kesel leren ngunu.
3 Bayu Ada mbak, saya ikut Saya ikut terus acara
KAPPAS mbak, udah KAPPAS mbak, dulu
setahunan saya ikut yang dari Nusukan yang

29 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
KAPPAS, ngumpul ikut banyak mbak, tapi
ma anak – anak lama – lama mlorot jadi
ngamen se Surakarta, Cuma saya ma Anto
dulu pernah ikut juga mbak.
Yamama mbak.
4 Yossar Ada kelompok, tapi Cuma ikut ngebande
saya gak ikut mbak.
kelompok –
kelompok mbak, di
KAPPAS gara – gara
ngeBand dadi melu
anggotane.

5 Candra Dulu pernah ikut Cuma ngeBand.


capcus, gank motor
gitu mbak, tapi
sekarang gak ikut
lahi, Cuma ngeBand
ini, jadi anggota
KAPPAS deh.
6 Takhim Sama Bayu mbak, Nek ada pertemuan
ikut KAPPAS sektor selalu ikut mbak, kaya
Nusukan sing Bayu lah mbak.
ndampingi mas Aliful
ini mbak, ikut
pertemuan rutinnya.
7 Andi Ada kelompok mbak, Cuma ngumpul
cuma ngumpul ngeBand mbak,
ngeBand aja, terus kalao training –
dadi anggota training gitu gak

30 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
KAPPAS. ikut.

8 Ari Ada mbak, ya kayak Saiki jarang


KAPPAS terus gank balapan goro – goro
motor. sering kegaruk,
sekali kegaruk
motore disita.
Kesimpulan :

Dari pendeskripsian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan sebenarnya tidak membuat satu
komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan anak dengan
profesi yang sama yang seringnya ngumpul pada lampu merah tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak terkomunitaskan dan merasa
sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan anggota dari
yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan
hanya sebatas “ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu
untuk kegiatan yang diberi KAPPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota maupun yang belum menjadi
anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPPAS semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama.

31 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Hasil Penelitian Komunitas anak jalanan


Konsep Jarak
Sosial
No Nama Teman Tinggal Pekerjaan frekuensi Bekerja Dalam sehari
Ada Tidak Bekerja Tidak Bekerja
1 Supri Ada mbak, kaya Ngamen ini mbak. Tadi mbak, jam dua belasan sampai jam
Fajar sama – Gak bisa ngapa – sembilan sepuluhan mbak. Ngamen di sini,
sama ngamen ngapa og mbak, terus nek gak ada hasil ya kadang muter
mbak, terus selain ngamen. mbak ke bangjo – bangjo gitu.
Dwi, lulusan
SMA 21 tahun
2 Nugiyati Ada teman Ngamen disini Pulang sekolah sampai malem mbak.
mbak, namane mbak sama temen
Pita, ngamen – temen.

32 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
disini juga ug
mbak. Terus
teman rumah
mbak, namane
Agus umure 17
tahun.
3 Bayu Ada pak Dodo, Ngamen dari satu Jam tengah delapanan sampai jam tigaan
juragan Tarup, pasar ke pasar lain mbak, tergantung harinya mbak.
istrine namane mbak. Lumayan. Kaya tadi udah tak jawab nug mbak.
Bu Dodo mbak,
eh Bu Dewi
dink, anake
lima mbak,
Slamet, Sodron,
Bodeng, Rina
ma Nina. Terus
ada juga Bu
Yeni, bojone
Pak Agus, duwe
telu anak,
Wawan, Ria,
Fitri

4 Yossar Kenal tapi dikit, Kerja di sablon ma Kerja tergantung pesenan mbak, nek ada
Wawan mbak, ngamen mbak. pesenan ya nglembur nek gak ada ya
temen sablon. nganggur, terus ngamen.
Mbake i
mending tanya
ma RT ne ajah
mbak, kayak

33 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
sensus.
5 Chandra Kenal semua Dulu kerja di Batu Dulu pas di Batu Bara kerja ne jam tujuh
mbak, ada Bara, sekarang sampai jam empat sore mbak. Sekarang
Fajar, istrinya nganggur mbak. nganggur, kadang ngamen, maen ma di
udah mati rumah thog.
mbak, anaknya
satu, Excel.
Terus ada
Gesang, temen
maen mbak,
nganggur.

6 Takhim Kenal semua Sablon musiman Pas ada omset nyablon spanduk dari rokok
mbak, Pak mbak, koyo ya lembur mbak, sampe gak tidur, tapi pas
Parjono, nyablon spanduk gak ada pesenan ya gak kerja mbak. Gak
juragan sayur, rokok anyar, dadi tentu mbak. Mending ngamen, lumayan
istrine namane nek enek rokok buat tambahan.
Bu Ginah, anyar, saya wis
anake namane ngerti seg,
Rina, terus sakdurunge iklane
Suryo, lum metu. Karo
nikah. ngamen karo
Bayu.
7 Andi Ada mbak Gak punya kerja Gak kerja mbak, di rumah cuman maen
temen rumah, mbak, nek ada thog. Ngumpul ma temen – temen. Maen
namane Deki, kerja kasihke saya sampai malem. ngeBand.
orang kuliahan ya mbak, parkir –
mbak, terus ada parkir gitu juga
Wawan mbak, gak papa mbak.
juragan Dulu saya

34 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
maeman cilik merantau sampai
gitu, istrine Aceh mbak, terus
mbak Fitri, pulang lagi disini.
anake namane
Alpin.

8 Ari Enek mbak, Ngamen ini. Pulang pagi, nonton balapan, nongkrong.
Tahu, Agus,
Fajar

No Nama Pengenalan
Tetangga Dekat Tetangga Jauh
1 Supri Nama : Fajar Nama : Dwi
Pekarjaan : ngamen Pekarjaan : lulusan SMA
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
2 Nugiyati Nama : Fajar Nama : Agus
Pekarjaan : Ngamen Pekarjaan : sekolah
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
3 Bayu Nama : Pak Dodo Nama : Mbak Yem
Pekarjaan : Juragan Tarup Pekarjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami / istri : Bu Dwi Nama Suami / istri : Pak Agus
Jumlah anak : 5 Jumlah anak : 3
Nama anak : Slamet, Sodron, Bodeng, Rina, Nina Nama anak : wawan, Ria, Fitri
4 Yossar Nama : Wawan Nama :

35 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Pekarjaan : Tukang Sablon Pekarjaan :
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
5 Chandra Nama : Fajar Nama : Gesang
Pekarjaan : pedagang Pekarjaan : nganggur
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : 1 Jumlah anak :
Nama anak :Excel Nama anak :
6 Takhim Nama : Pak Parjono Nama : Suryp
Pekarjaan : Juragan Sayur Pekarjaan : wiraswasta
Nama Suami / istri : Bu Ginah Nama Suami / istri :
Jumlah anak : 1 Jumlah anak :
Nama anak : mbak Rina Nama anak :
7 Andi Nama : Deki Nama : Wawan
Pekarjaan : kuliah Pekarjaan : juragan makanan
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri : Fitri
Jumlah anak : Jumlah anak : 1
Nama anak : Nama anak : Alpin
8 Ari Nama : Agus Nama : Fajar
Pekarjaan : ngamen Pekarjaan : sekolah
Nama Suami / istri : Nama Suami / istri :
Jumlah anak : Jumlah anak :
Nama anak : Nama anak :
Kesimpulan :

Dari berbagai jawaban di atas dapat disimpilkan bahwa anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan lingkunagn rumahnya meski dia lebih
banyak menghabiskan waktu di jalanan. Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan mereka. Selain
menganen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar
36 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
membantu orang tua, namun ada juga yang tidak mempunyai pekerjaan dan juga sudah berhenti mengamen, sehingga hidup mereka masih
bergantung pada orang tunya. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata mereka berada di luar selama delapan jam an.

Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan


Konsep citra Kota
No Nama Warga Asli Warga Pendatang Kesan Terhadap Kota Solo
1 Supri Saya di sini udah agak lama, sejak Solo itu tambah bersih, makin aman, makin
umur enam tahun dulu di ajak orang nyaman. Pembangunane juga tambah maju, kan
tua sing pindah dari Semarang. Tapi sekarang ada apartemen, trus ada city walk,
trus bapak sama ibu pindah lagi ke sekarang terminal sama pasar jadi rapi.
Semarang. Saya disini tinggal sama Pokoknya Solo tambah berkembang kok mbak,

37 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
mas. Mas juga jadi anak punk. daripada Semarang, bedane Solo lebih sempit
timbang Semarang mbak.

2 Nugiyati Saya asli Solo mbak, wong Wah nek sekarang Solo wi tambah rusuh. Lha kan
saya dari lahir udah di Solo. ada banyak pendatang, lha yang pendatang jadi
pengamen itu suka bikin rusuh, dan suka ngambil
tempat. Kadang malah ada tawuran, apalagi kalau
sudah kemasukan anak punk, dulu pernah ada
tawuran sampai kakakku yang anak punk sampe
masuk rumah sakit.

3 Bayu Saya asli Solo. Dulu orang tua Wah nek Solo sekarang tambah berkembang
saya juga tinggal di Solo tapi banget mbak. Sekarang kan pembangunan banyak
sekarang sudah pisah. banget, Solo jadi tambah bagus, rapi. Dimana-
mana ditata, tapi ya itu kalo lagi ngamen jadi
tambah sering dikejar-kejar satpol PP.
4 Yossar Saya pendatang, dulu saya tinggal di Solo itu rame, modern tempat hibuarane banyak,
Aceh, pindah ke Solo tahun 2007 gara- lha nek di Aceh nggak ada tempat hiburan saya
gara Di Aceh nggak aman, disana saya kan tinggale ning daerah pelosok mbak. Sing isih
dioyak – oyak kon dadi anggota GAM, hutan, daerahe koyo hutan. Tapi nek masalah
ya gara-gara itu saya trus lari ke Solo, bebas, luih bebas Aceh, lha kan tempatnya hutan
orang tua saya kan warga Solo yang jadi masalah peraturan masih bebas banget.
dulu ikut transmigrasi ke Aceh.
5 Chandra Saya asli Solo, ya walaupun Solo tu banyak yang udah dibangun, Jalan yang
dulu hidup pindah – pindah, dulunya rusak parah sekarang sudah diperbaiki.
tapi masih tetep disolo. sekarang kota Solo tu jadi damai nggak seperti
dulu, banyak terjadi kerusuhan.

6 Takhim Saya warga pendatang, di Solo sejak Solo itu tambah rapi, taman kotanya banyak yang
umur lima tahun, dulu tu ikut orang dibangun,turisnya jadi tambah banyak, trus
tua. tempat-tempat yang di pinggiran sungai itu
38 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
banyak yang direlokasi.
7 Andi Saya asli Solo tapi pernah Solo yo tambah bagus, salurane, tamane,
merantau ke Aceh. pembangunane, yo menguntungkan pokoke.

8 Ari Asli Solo mbak. Majune lagi saiki pas walikota ne Jokowi, okeh
pembangunane terminal, pasar – pasar, sing
penak soyo penak sing rapenak tambah rapenak.
Tapi yo penak – penak wae lhawong tanah
kelahiran.

Kesimpulan :

Menurut pendapat warga pendatang, Solo pada umumnya dirasa sebagai kota yang nyaman, maju dan modern dan merasa lebih nyaman tinggal
di Solo dibanding tinggal di daerah asalnya.
Menurut pendapat warga asli, ada yang berpendapat bahwa Solo merupakan kota yang berkembang menjadi semakin baik, dari segi
pembangunan, dan penataannya dan keamanan pada umumnya semakin baik. Namun ada pendapat warga asli yang merasa dunia jalanan kota
Solo semakin rusuh karena semakin banyaknya jumlah pendatang yang menjadi pengamen seperti mereka. Pendapat ini datang dari anak jalanan
perempuan warga asli. Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat dari sudut pandang warga asli laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain
jika menyangkut masalah keamanan, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan
separatis anti pemerintahan, tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh dengan kedatangan kaum pendatang,
karena mereka maen serobot lahan untuk mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas. Namun secara garis besar, kesan
mereka terhadap Solo berorientasi pada perkembangan Solo yang semakin pesat dan banyak dilakukan pembangunan, penataan, dan perbaikan
sehingga menjadikan Solo menjadi lebih baik lagi. Perkembangan Solo yang semakin maju itu memberikan secercah harapan bagi para anak
jalanan, mereka berharap dengan adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada mereka, padahal pada

39 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang
sesungguhnya mempunyai potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.

Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan


Konsep Ruang Perkotaan

40 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Lama Tinggal Di Solo Lokasi Tempat Tinggal Keadaan Tempat Tinggal
No Nama
Dulu Sekarang
1 Supri Saya di Solo sudah Saya tinggal sama Solo dulu itu nggak terlalu Kalau sekarang Solo udah tambah
sejak umur enam kakak di deket pasar ramai, trus juga nggak macet. rame dan macet, Pembangunane juga
tahun mbak. Ledoksari, di RT 4 / tambah banyak. Kan kalau
RW VII. pembangunane tambah terus, nanti jadi
ada pekerjaan buat saya.

2 Nugiyati Saya tinggal di solo Rumah saya deketnya Dulu itu Solo nggak seramai sekarang Solo tambah ramai, konco ku
udah dari lahir mbak, Supri, tetangga saya sekarang. dadi akeh mbak, ora mung konco
umur saya aja itu. ngamen, tapi konco sekolah, konco
sekarang udah 13 rumah, seneng mbak jadine.
tahun.
3 Bayu Saya tinggak sejak tinggal di pinggiran Dulu tu waktu awal tinggal di Kalo sekarang Solo sudah padat
kecil dulu sama orang kota, daerah Sumber rumah saya yang sekarang, tambah ramai, banyak mall, banyak
tua, tapi terus tinggal RT 8 / RW XII, bekas masih sepi, tetangganya baru dibangun bangunan – bangunan sing
sendiri karena mereka makam, tanah satu dua orang, soalnya kan duwur.
cerai mbak. pemerintah, nek rumah saya itu tanah
digusur ya udah siap pemerintah, bekas makam.
mbak. Dulu Solo sempet rusuh, pas
tahun 1998, bakar – bakaran itu
lho mbak, pas itu bikin cari
kerja jadi susah mbak.
4 Yossar Saya tinggal di Solo Saya mbangun rumah Dulu waktu awal pindah kesini Tapi kalu Sekarang, Solo tambah reme,
sejak tahun 2007, di daerah rumahe Bayu Solo udah rame. Kan saya modern tempat hiburane banyak.
awalnya ikud pakde, tapi beda RT saya RT 7 awale dari Aceh yang sepi,
tapi sekarang tinggal / RW XII. lihat Solo langsung kaget, rame
sendiri, gak enak banget.
mbak numpang.
5 Chandra Saya di Solo sejak Saya tinggal sama Dulu Solo itu nggak seramai Sekarang kan, Solo udah banyak

41 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
masih kecil, awale keluarga di daerah dan semaju sekarang. mbangun, perbaikan jalan, mbangun
emang pindah-pindah Bibis Luhur di RT 4 / taman.
kontrakan. RW XXII
6 Takhim Saya di Solo dari Rumah saya di Nayu Dulu daerah rumah saya awale Sekarang sudah padat. Malah sekarang
tahun 1993. RT 8 / RW XII. Dulu banyak sawah. udah nggak ada sawah.
itu bekas makam.
7 Andi Saya tinggal di Solo Rumah saya belakang Dulu Solo belum bersih, Sekarang tambah maju, mallnya
sejak kecil, wong saya itu lhoh, daerah sumber
belum rapi, mallnya dikit, dulu banyak, jadi rapi, bersih.
asli Solo. di RT 6 / RW XI. kan nggak ada Solo Square,
Grand Mall.
8 Ari Tinggal disini ko Mbien cilikane neng Sepi, sitik mbangune Akeh mbangune pas pak jokowi dadi
kelas 5 SD Bibis Luhur, ues padet walikota
omah terus pindah
Kadipiro, Gambir Sari
RT 5 / RW 1
Kesimpulan :

Dari jawaban anak jalanan di atas, dapat disimpulkan bahwa mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka kebanyakan sudah lama tinggal di Solo, namun ada juga yang pendatang dan baru saja tinggal di Solo, tetapi pada dasarnya mereka
punya pandangan yang hampir sama menegnai perkembangan Solo.

Pendapat mereka Perkembangan Solo dulu dan sekarang hampir sama, Dulu, Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata,
bahkan peristiwa kerusuhan Solo merupakan peristiwa yang cukup mempengaruhi kota Solo dan kehidupan mereka. Sekarang berubah menjadi
kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri lainnya) di berbagai daerah.

42 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Hasil Penelitian komunitas anak Jalanan
Konsep Tanah Dan Kepemilikan
No Nama Sejarah Menempati Kota Pemahaman tentang tempat Pengaruh Komunitas Terhadap pola bertempat tinggal
Solo tinggal
1 Supri Saya dari Semarang, dulu rumah itu tempat berteduh, Nggak ada pengaruh nya mbak
dari umur enam tahun tempat beristirahat. Pokoknya
diajak orang tuanya pindah habis kerja terus pulang kerumah.
ke Solo. Dapat rumah di
deket pasar situ, tapi
setelah setahun bapak sama
ibu balik lagi ke Semarang
saya tetep disini sama
kakak.
2 Nugiyati Saya tinggal ikut orang tua Rumah itu tempatnya ngumpul Nggak mbak, nek waktune pulang aku yo pulang.
dari lahir mbak. sama keluarga, melepas lelah,
pokonya Rumahku Istanaku.

3 Bayu Saya tinggal sendiri, soale Rumah adalah istana, tempat buat Nggak mbak
orang tuaku kan cerai, trus ngumpul keluarga paling nyaman.
pindah – pindah akhirnya
tinggal di lahan bekas
makam, ya tanahe
pemerintah. Ya meski saya
asline punya saudara
kembar mbak, rumahnya di
tanah resmi, tapi saya gak
enak ma gak mau ngrepoti
dia mbak. Terus ya udah,
saya mbangun di tanah
pemerintah ini mbak.

43 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
4 Yossar Tinggal ning kono goro- Nggo turu mbak. Omah yo omah Nggak mbak.
goro ngerti ana tempat mbak.
tinggal bekas makam, yo
trus melu mbangun ning
kono, timbang nunut
pakde.
5 Chandra Tinggal karo keluarga, Rumah ya tempat istirahat, untuk Nggak mbak.
sing golek omah orang tua tidur dan nglepas cape.
mbak.
6 Takhim ning Solo sejak tahun Rumah adalah surga, walaupun Nggak, ya emang ada pengamen yang milih nggak
1993, ini rumah embah og pergi kemana – mana tetap inget pulang tapi nek saya tetep pulang. Kerja ya kerja pas
mbak, dulu sekitar sini rumah. waktu pulang ya pulang.
amsih sawah, gak kaya
sekarang banyak rumah
gini.
7 Andi Rumahku turun temurun Rumah nggo istirahat mbak. Nggak, mbak, tetep pulang, kesel yo penak di rumah.
dari mbah-mbahku dulu
mbak.
8 Ari Ndisik ngontrak neng Bibis Tempat beristirahat sementara, Iya, lha kan balapane bengi – bengi dadi mulihe sog
Lor terus mbangun omah tempat berkumpul keluarga subuh – subuh.
ning Kadipiro, awale kuwi mencurahkan kasih sayangnya.
omahe wong tuoku tapi
goro – goro enek masalah
dadi hak milik bulikku.
Kesimpulan :

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak jalanan tinggal di rumah yang berada pada lahan pemerintah, mereka siap dengan
segala resiko yang ada, yaitu siap jika suatu saat digusur. Karena mereka memang tidak mempunyai cukup uang untuk mendapatkan rumah
resmi atau bahkan membangun rumah layak bagi mereka. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah seharian melakukan
44 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya sebagai
tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup dengan pendapatan hari itu

Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan


Konsep Penguasa Kota
No Nama Bidang yang Menonjol Di kota Solo Tokoh Penguasa
1 Supri faktor seni / budaya, yo pokokmen budayane lah mbak. Nggak ono penguasa mbak.

2 Nugiyati faktor budaya mbak, lha dulu aku pernah diajak putra- Nggak ono penguasane, bebas kok.
putri Solo ikut acara social, lihat keraton, trus ke
Balekambang, enak nggo rekreasi.

3 Bayu bidang Ekonomi, soale akeh pembangunan mall, dadi Penguasa yo walikota Solo, pak Jokowi
kan ekonomine jadi maju, tapi budayane barang dink
mbak.
4 Yossar Bidang kebudayaan Pak Jokowi.

5 Chandra Sama, bidang kebudayaan, sesuai slogan kan Solo kota Pak Walikota mbak.
budaya.
6 Takhim bidang kebudayaan, kan di solo ada alun – alun trus Orang yang paling kuasa ya Bapak Walikota Solo, Bapak
banyak acara yang hubungane sama budaya , Jokowi.
contohnya sekaten, wayang neng alun - alun.
7 Andi Sama mbak, budayanya. walikota Solo, pak Jokowi.
8 Ari Budayane, ono akeh, sego liwet, apem, serabi. Pak Jokowi, lha walikota og.
Kesimpulan :

45 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9
Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara –
acara yang sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat
bahwa sektor budaya yang mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri sektor ekonomi juga sedang mulai
merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota Solo, Bapak Jokowi.

46 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

BAB III
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya.

Dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan


mereka dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya remaja. Dengan
kata lain, secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila mereka bersama
keluarganya. Tentu saja keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang harmonis,
sehingga remaja memperoleh berbagai jenis kebutuhan, seperti kebutuhan fisik-
organis, sosial maupun psiko-sosial.

Adapun karakteristik anak jalanan menurut Yayasan Kesejahteraan Anak


Indonesia adalah:
1. Anak-anak yang berusia 6-21 tahun, terutama usia 6-15 tahun
2. Meninggalkan keluarganya
3. Memiliki kegiatan keseharian tertentu yang rutin
4. Meninggalkan sekolahnya
5. Tinggal di kota

Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street
dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan
kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from
families of the street.

47 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

• Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan


ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.
Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak
yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah
setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan
tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan
keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang
tidak rutin.
• Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh
atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan
atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
• Children in the street atau children from the families of the street adalah
anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang
berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun


kuantitas. Penelitian menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan
berasal dari keluarga tidak mampu. Namun demikian hubungan kemiskinan
dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Diantaranya
terdapat faktor-faktor intermediate seperti harmoni keluarga,kemampuan
pengasuhan anak dan langkanya dukungan keluarga (family support) pada saat
krisis keluarga di rumah.
Hingga saat ini penanganan masalah anak jalanan masih terbatas. Tinjauan
terhadap berbagai kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa secara konseptual
penanganan anak jalanan dijamin oleh kebijakan yang ada, namun hasil survei
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak, menunjukkan hanya
10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia, terutama di
perkotaan, penanganan yang serius terhadap masalah anak jalanan merupakan
suatu isu kebijakan yang mendesak. Penanganan tuntas tentunya tidak hanya

48 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

mencakup upaya-upaya yang bersifat rehabilitatif saja, tetapi juga mencakup


usaha yang bersifat pencegahan dan pengembangan.
UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak, menjelaskan bahwa
kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Namun demikian, pemeliharaan kesejahteraan anak belum
dapat dilakukan oleh anak sendiri sehingga tanggung jawab tersebut menjadi
tanggungan orang tua, keluarga masyarakat dan pemerintah. Orang tua dan
keluarga memiliki tanggung jawab pertama terhadap kesejahteraan anak karena
keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak untuk
tumbuh dan berkembang.
Meskipun secara konseptual kesejahteraan anak dilindungi undang-undang
namun realitas di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua anak mendapatkan
haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Berbagai masalah sosial dan
ekonomi menjadi sebab anak tidak memperoleh kesejahteraannya.
Para partisipan (keluarga, masyarakat, pemerintah dan anak itu sendiri)
dalam terlaksananya perlindungan anak harus mempunyai pemahaman yang baik
berkaitan dengan masalah anak jalanan agar dapat bersikap dan bertindak secara
tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan penanggulangan anak jalanan. Masalah anak jalanan merupakan
suatu interrelasi antar fenomena sosial, ekonomi, dan budaya. Ini berarti dalam
pengadaan dan pelaksanaan penanggulangan anak jalanan yang baik diperlukan
kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak yang berkompeten. Dengan
kerjasama dan koordinasi yang baik diharapkan akan dapat menghindari
terjadinya penghalangan secara sadar maupun tidak terhadap upaya perlindungan
anak oleh individu, kelompok, dan organisasi baik swasta maupun pemerintah.
Mengingat bahwa fenomen anak jalanan dilihat sebagai suatu hasil
interrelasi dari beberapa permasalahan sosial ekonomi di masyarakat maka
diperlukan sebuah kebijakan penanganan yang integral dan komprehensif. Model
kebijakan penanggulangan anak jalanan yang telah dirumuskan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi usaha penanggulangan anak jalanan oleh pihak-

49 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

pihak yang berkompeten. Dalam mendukung realisasi model perlu adanya usaha
untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang tepat kepada masyarakat
tentang fenomena anak dalam rangka pengembangan citra yang positif mengenai
kepentingan dan kewajiban masyarakat dalam memberikan kesejahteraan terhadap
anak umumnya dan anak jalanan khususnya. Penanggulangan anak jalanan harus
dijamin dengan kebijakan perundangan yang mantap dan tegas sehingga dapat
secara tegas dan kongkrit dilaksanakan.

Terdapat beberapa alternatif “Kesempatan” yang diperlukan anak jalanan :

1. Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan


menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak
yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan
percaya diri mereka. “Uang” kita dapat dialihkan dengan waktu yang kita
berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap “Penerimaan kita”
tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.
2. Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan
bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi
dengan Beasiswa, Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang
telah melewati batas usia sekolah. “Uang” kita dapat kita konversi
menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telah membebaskan uang SPP
untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan pungutan
lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan
dengan mengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-
lainnya.
3. Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta
lingkungan yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit
penyakit. Pada kondisi sekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang
untuk berobat namun kesadaran akan mahalnya kesehatan sangat rendah
dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah menjadi
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi
obat-obatan serta subsidi perawatan kesehatan.

50 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

4. Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour


melakukan terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan
yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini
merupakan salah satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang
menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini. Bayangkan
jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan
tersebut, mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena
orang tua mereka telah mulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan
seperti semula, orang tua menjadi penopang keluarga
5. Bantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat
marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan
“Uang” dapat kita konversi dengan bantuan pangan dengan mengadakan
Bazaar sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada
mereka secara gratis.

B. ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Dalam hal kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo jika dilihat oleh
orang awam, pastilah menganggap mereka hidup dalam keadaan kurang bahagia
dan kekurangan, namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka yang tetap
merasa nyaman, dan bahagia dengan segala keterbatasan mereka dari segi
ekonomi, namun mereka mau berjuang untuk hidup, dan mampu bertahan dengan
segala hiruk pikuk perkembangan kota Solo saat ini. Mereka menganggap bahwa
mereka tetap merasa nyaman karena berbagai hal, yakni dari segi Interaksi mereka
merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka
dapat dengan mudah mendapat teman di sini, baik teman sesama pengamen dari
Solo maupun teman pengamen dari daerah lain. Maupun dari cara bermukimnya
yang dirasa aman. Dari segi hubungan sosial mereka nyaman tinggal di Solo
karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga
yang merasa tidak nyaman karena mempunyai hubungan yang buruk dengan
petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan

51 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

pemerintah belum memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar


menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik. Dari segi cara bermukim,
mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan
separatis, semacam GAM atau yang lainnya.

Anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat


baik itu di daerah tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka
menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang
sampai malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat
disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Mereka cenderung
lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, karena mereka merasa jika di jalan
mereka bisa mendapat uang baik dengan bekerja maupun dengan mengamen dan
dapat bertemu dengan orang-orang yang senasib, dan serasa dengan mereka.
Namun terlepas dari semua itu, mereka tetap merasa rumah adalah tempat paling
nyaman untuk beristirahat dan melepas lelah. Kehidupan mereka di jalan tidak
lantas menyebabkan mereka menjadi orang yang sama sekali lupa dengan rumah.

Anak jalanan mempunyai interaksi yang cukup baik dengan


lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun
teman sekomunitasnya walaupun itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih
lanjut maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Pada
umumnya mereka tinggal dalam satu kompleks permukiman yang hampir
berdekatan dan kondisi ekonomi penduduk di permukiman tempat mereka tinggal
juga rata-rata hampir sama. Anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan
lingkungan rumahnya meskipun dia lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan.
Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan
mereka. Selain mengamen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah
mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar
membantu orang tua. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata
mereka berada di luar selama sekitar 8 sampai 12 jam. Sedangkan, untuk kegiatan
sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam kegiatan sosial tergantung
pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka

52 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

yang sudah paham dan sadar, mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan
tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil
atau karena masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya
pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.

Pada umumnya anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan
sebenarnya tidak membuat satu komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas
tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan
anak dengan profesi yang sama dengan seringnya mereka berkumpul pada lampu
merah atau spot-spot tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak
terkomunitaskan dan merasa sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu
terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan
anggota dari yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan
memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena
pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan hanya sebatas
“ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan
merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu untuk kegiatan yang diberi
KAPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota
maupun yang belum menjadi anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPAS
semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama. Dengan keikutsertaan
mereka dengan KAPAS membuat mereka memiliki jaringan yang lebih luas, baik
dalam hal peluang pekerjaan maupun dalam hal pergaulan, yang tidak hanya
melulu dengan orang-orang yang bisa dibilang senasib dengan mereka.

Anak jalanan berasal dari warga asli yang ekonominya pas – pas an dan
juga warga pendatang dari daerah lain. Meskipun dari segi ekonomi mereka
kekurangan, kesan mereka terhadap Solo hampir seragam yaitu Solo semakin
nyaman dan aman untuk ditinggali karena adanya pembenahan di berbagai
tempat. Mayoritas mereka tinggal di Solo sejak kecil (warga pendatang) dan
mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka lumayan peka terhadap perkembangan Solo dari awal sampai sekarang.

53 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah
menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri
lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu
memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan
adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada
mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi
kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai
potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.

Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka


memiliki pandangan tersendiri tentang Solo, baik dalam hal citra kota, maupun
perkembangan pembangunan yang ada, diantara mereka ada yang memiliki
kepekaan lebih terhadap kota Solo, walaupun kehidupan kota cenderung
menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum marginal
seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak
mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan,
namun ada juga yang bersikap biasa saja dengan perkembangan kota Solo.
Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota
maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di
lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan
komunitas lainnya).

Dalam hal pemahaman mengenai konsep kepemilikan akan tanah


sebagai tempat tinggal, karena kebanyakan dari mereka, tinggal di rumah yang
berada pada lahan pemerintah, mereka memang tahu dan siap dengan segala
resiko yang ada, karena tinggal di atas tanah pemerintah, yakni mereka siap jika
suatu saat digusur. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah
seharian melakukan aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di
jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya

54 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

sebagai tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup
dengan pendapatan hari itu.

Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang


seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara – acara yang
sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti
Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat bahwa sektor budaya yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri
sektor ekonomi juga sedang mulai merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt
mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota
Solo, Bapak Jokowi.

55 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

BAB IV

KESIMPULAN

Meskipun mereka berprofesi sebagai anak jalanan, tapi kondisi itu tidak
serta merta membuat mereka menghabiskan seluruh hidupnya di jalanan. Mereka
masih mengenal apa itu rumah dan masih menemukan kenyamanan di dalamnya
meskipun rumah mereka berada pada lahan pemerintah. Mereka menjadikan
rumah sebagai tempat menyandarkan penat setelah seharian berkutat dengan
jalanan kota. Memang waktu mereka dirumah sangat sedikit tetapi para anak
jalanan itu masih mengenal lingkungan mereka.

Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka


memiliki pandangan tersendiri tentang perkembangan pembangunan di Solo. Solo
yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah
menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri
lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu
memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan
adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada
mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi
kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai
potensi dan kritis terhadap perkembangan kota. Disamping itu ada juga anak
jalanan yang merasa tidak nyaman dengan semakin maju dan tertibnya kota Solo
karena mempunyai hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu
dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum
memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa
adanya pendekatan yang baik.

56 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

Seringkali orang awam menganggap bahwa anak jalanan memiliki


komunitas tersediri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Para anak jalanan tersebut
menganggap bahwa mereka sama seperti yang lainnya. Pandangan tersebut
muncul akibat seringnya para anak jalanan “mangkal” di spot tertentu. Jangan
berpikir bahwa kegiatan anak jalanan hanya sebatas ngamen. Anak jalanan di
Kota Solo tergabung dalam satu komunitas yang bernama KAPAS. Ada banyak
sekali kegiatan yang diikuti oleh mereka dalam organisasi itu. Walaupun mereka
termasuk kaum marginal, tetapi mereka rasa kepekaan taupun rasa kepedulian
terhadap perkembangan di Kota Solo. Sudut pandang warga asli laki-laki dan
perempuan berbeda satu sama lain jika menyangkut masalah keamanan seiring
dengan berkembangnya Solo, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai
daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan separatis anti pemerintahan,
tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh
dengan kedatangan kaum pendatang, karena mereka maen serobot lahan untuk
mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas.

Pandangan mereka terhadap budaya perkotaan, dalam hal ini kota Solo
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berbeda dengan pandangan
masyarakat lain pada umumnya (komunitas lain). Mereka ternyata lebih peka
terhadap perubahan yang terjadi di kota Solo, walaupun kehidupan kota
cenderung menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum
marginal seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak
mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan.
Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota
maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di
lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan
komunitas lainnya).

57 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas 200
Anak Jalanan 9

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia/anak_jalanan.html

www.google/executive2004.htm

sutrisnomahardika.blogspot.com

UU Kesejahteraan Anak

58 Sosiologi Perkotaan

You might also like