Professional Documents
Culture Documents
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 1
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI
BOLAK-BALIK
1.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mampu memahami dan menguasai cara pembangkitan tegangan tinggi bolak-
balik.
2. Dapat mengetahui dan menguasai metode-metode pengukuran tegangan tinggi
bolak-balik dengan sela bola, rangkaian penyearah, dan rasio belitan.
Percobaan 1 I–1
1.2.2.1 Pengukuran Tegangan Puncak dengan Sela Bola
Apabila besar tegangan uji yang diterapkan pada suatu sela bola di dalam udara
melampaui nilai tegangan tembus statisnya, maka dalam selang waktu beberapa μs terjadi
tembus elektrik pada sela bola tersebut. Selama selang waktu itu, nilai puncak tegangan
tinggi bolak-balik pada trafo dianggap konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tembus elektrik pada gas atau udara dengan menerapkan tegangan tinggi bolak-
balik frekuensi rendah, selalu terjadi pada saat nilai puncak tegangannya.
Menurut standard IEC dan VDE, tegangan tembus elektrik suatu sela bola pada
kondisi atmosfer standar (p0 = 760 torr = 1013 mbar dan t 0 = 200C = 2930K) untuk berbagai
diameter bola D ialah sebagai fungsi dari besar jarak sela s.
Ûd0 = f(D,s)
Karena kondisi atmosfer atau besar kerapatan udara yang sangat bervariasi menurut
waktu dan tempat, maka menyebabkan karakteristik tembus juga terpengaruh perubahan
kondisi atmosfer. Menurut Kuffel dan Zaengl, besar tegangan tembus elektrik (U d = Ûd)
pada berbagai kondisi atmosfer dirumuskan sebagai berikut:
Ud = δÛd0 (1.1)
p 293 p
0,386
δ = 760 273 t 273 t (p dalam torr) (1.2)
p 293 p
0,289
δ = 1013 273 t 273 t (p dalam mbar) (1.3)
dengan substitusi persamaan 1.3 ke dalam persamaan 1.1, didapatkan:
p
0,289
Ud = 273 t Ûd0 (1.4)
keterangan:
Ûd0 = tegangan tembus untuk sela bola menurut Schwaiger pada kondisi kerapatan
udara standar (kV)
Ud = tegangan tembus yang terjadi pada sela bola (kV)
δ = faktor koreksi atau disebut sebagai kerapatan udara relatif
p = tekanan udara pada ruangan (mbar)
t = temperatur udara pada ruangan (0C)
s = jarak sela bola (cm)
D = diameter bola (cm)
Percobaan 1 I–2
Pada metode ini, trafo uji diseri dengan dioda tegangan tinggi sebagai penyearah
setengah gelombang. Tegangan pada terminal keluaran dioda ialah tegangan tinggi searah
yang mengandung ripel tegangan sebesar U karena adanya kapasitor perata. Besar
tegangan rata-rata akan terbaca pada alat ukur yaitu DGM yang terhubung dengan resistor
tegangan tinggi sebagai pembagi tegangan resistif (untuk lebih jelasnya, lihat gambar 1.2).
Tegangan yang terukur pada DGM ialah Udc, dan dengan menggunakan nilai tersebut
didapatkan besar tegangan tembus bolak-balik pada sela bola sebagai berikut:
U dc
Uac = 2 kV (1.5)
1.2.2.3 Pengukuran Tegangan Puncak dengan Rasio Belitan
Rasio belitan pada trafo uji tegangan tinggi merupakan perbandingan antara jumlah
lilitan tegangan tinggi atau sekunder dengan lilitan tegangan rendah atau primer.
N H U H nom
N E U E nom (1.6)
keterangan:
UE nom = tegangan nominal primer trafo (V)
UH nom = tegangan nominal sekunder trafo (kV)
Besar tegangan di atas dapat dilihat pada name plate trafo uji.
Pada Gambar 1.1.b ditunjukkan rangkaian ekivalen dari trafo uji tegangan tinggi.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa rangkaian ekivalen trafo uji tersebut tidak sama
dengan rangkaian ekivalen trafo pada umumnya. Hal ini akibat adanya kapasitansi sendiri
Ci dari belitan tegangan tinggi yang paralel dengan kapasitansi objek uji Ca. Dengan
demikian total kapasitansi pada sisi sekunder trafo uji ialah C = C i + Ca dan besar
impedansi hubung singkatnya adalah Rk + jLk.
Dari diagram fasor pada Gambar 1.1.c, dapat disimpulkan bahwa besar tegangan
sekunder trafo uji Us tidak sama dengan Up’.
U H nom
U E nom
Up’ = Up (1.7)
1 1
= Up’ 1 Lk C = Up’ 1 U k
2
Us (1.8)
keterangan:
Up = tegangan primer trafo (V)
Up’ = tegangan pada sisi sekunder trafo dengan sisi primer sebagai referensi (kV)
Us = tegangan sekunder trafo (kV)
Percobaan 1 I–3
Uk = persentase tegangan hubung singkat trafo uji (%)
Nilai Uk dapat dilihat pada name plate trafo uji. Karena nilai 1-Uk yang selalu lebih
kecil dari 1, maka akan diperoleh peningkatan tegangan sekunder trafo uji atau Us Up’,
sehingga penentuan nilai Us tidak dapat dihitung langsung berdasarkan perbandingan rasio
belitan trafo uji melainkan harus memperhitungkan juga besar Uk trafo tersebut.
NH
NE
Up’ Ci Us Ca
~ Up
(a)
Rk Ī
jwLk Ī
Rk w Lk
Ī
US
Up’
Up’ C US
Ī
(b) (c)
Gambar 1.1 Rangkaian dasar trafo uji tegangan tinggi
(a) Diagram rangkaian
(b) Rangkaian ekivalen
(c) Diagram fasor
Percobaan 1 I–4
D1 D2
TU RL
CM
RM
SB
~
DGM
Gambar 1.2 Rangkaian percobaan pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi bolak-balik
Percobaan 1 I–5
1.3.4 Prosedur Percobaan
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan:
a. Susun komponen-komponen rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
b. Catat nilai temperatur dan tekanan udara di dalam ruangan laboratorium pada saat
dilakukan percobaan. Catat pula besar Uk, UE nom , dan UH nom yang tertera pada
name plate trafo uji.
c. Pada percobaan, besar diameter elektroda bola yang dipakai ialah d = 5 cm dan
jarak sela s diubah-ubah mulai dari 5, 10, 15, dan 20 mm.
d. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
e. Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada SB. Catat besar
tegangan tembus Udc yang terbaca pada alat ukur DGM dan tegangan primer trafo
Up.
f. Lakukan langkah e sebanyak tiga kali untuk setiap perubahan jarak sela, kemudian
semua data hasil percobaan ditulis pada Tabel 1.1.
g. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control desk
dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
Percobaan 1 I–6
b. Hitung besar Uac untuk setiap perubahan jarak sela menggunakan persamaan 1.5,
kemudian hitung nilai rata-rata Ūac. Catat nilai-nilai Uac dan Ūac tersebut pada
Tabel 1.3.
c. Hitung besar Up’ dan Us untuk setiap perubahan jarak sela berturut-turut
menggunakan persamaan 1.7 dan 1.8, kemudian hitung nilai rata-rata Ū s. Catat
nilai-nilai Up’, Us, dan Ūs tersebut pada Tabel 1.4.
d. Dari hasil percobaan dengan metode sela bola, buat kurva Ud fungsi s (Grafik 1.1).
5 2
10 2
15 2
20 2
Percobaan 1 I–7
a. Metode Sela Bola
Tabel 1.2 Perhitungan Ud pada pengukuran dengan metode sela bola
5 17,4
10 32
15 46,2
20 59,5
10
15
20
5 2
10 2
Percobaan 1 I–8
1
15 2
20 2
Ud (kV)
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
s (mm)
0
5 10 15 20 25
Percobaan 1 I–9
1.7 KESIMPULAN
Percobaan 1 I – 10
1.8 TUGAS
1. Dari analisis data hasil percobaan, menurut anda metode apakah yang
lebih teliti untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi bolak-balik?jelaskan
mengapa demikian!
2. Jelaskan mengenai prinsip dasar rangkaian penyearah sebagai salah satu
metode pengukuran tegangan tinggi bolak-balik!
3. Jelaskan secara singkat disertai gambar, efek Ferranti pada trafo uji
tegangan tinggi!turunkan rumus perhitungan Us pada persamaan 1.8!
Percobaan 1 I – 11
LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 2
FAKTOR EFISIENSI MEDAN LISTRIK PADA BEBERAPA
BENTUK GEOMETRIS ELEKTRODA
2.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mampu menentukan besar efisiensi medan listrik pada bermacam-macam
konfigurasi susunan elektroda dengan bentuk geometris yang berbeda.
2. Dapat mengetahui pengaruh dari bentuk geometris elektroda terhadap kuat medan
listrik dan tegangan tembusnya.
= E maksimum
E rata rata
(2.2)
Ud
E maksimum = s m (2.3)
keterangan:
η = efisiensi medan listrik pada susunan elektroda
E rata rata = kuat medan listrik rata-rata (kV/cm)
E maksimum = kuat medan listrik lokal tertinggi (kV/cm)
Ud = tegangan tembus pada susunan elektroda (kV)
s = jarak sela antar elektroda (cm)
m = 1 kV/cm
Pada susunan elektroda keping sejajar, distribusi medan listriknya homogen sehingga
besar E maksimum sama dengan E rata rata . Sebaliknya pada distribusi medan listrik non
homogen akan terdapat kuat medan listrik lokal pada daerah tertentu yang nilainya lebih
besar dari kuat medan listrik rata-ratanya. Dengan demikian maka batas nilai faktor
Percobaan 2 II – 1
efisiensi medan listrik untuk berbagai susunan elektroda dengan bentuk geometris tertentu
memenuhi syarat:
η ≤1
Besar faktor efisiensi medan listrik bergantung pada bentuk geometris dari susunan
elektroda, yaitu untuk susunan elektroda yang memberikan distribusi medan listrik
homogen semisal susunan pelat datar sejajar maka η = 1, sedangkan pada susunan
elektroda yang menghasilkan distribusi medan listrik non homogen seperti jarum-piring,
batang-bola, maka nilai η < 1.
Selain mengacu pada persamaan 1, faktor efisiensi medan listrik dapat pula
ditentukan secara empiris dengan menyatakan η sebagai fungsi dari satu atau dua
besaran karakteristik geometris susunan elektroda p dan q. Berdasarkan pada buku faktor
efisiensi geometri elektroda menurut Schwaiger halaman pertama, maka:
sr
p= r (2.4)
R
q= r (2.5)
keterangan:
s = jarak sela (cm)
r, R = jari-jari elektroda (cm) dengan r < R
= Ed s
Ud
Ud
Ed s
= (2.6)
keterangan:
Ud
= tegangan tembus pada susunan elektroda (kV)
Ed
= kuat medan listrik yang menyebabkan terjadi tembus (kV/cm)
Percobaan 2 II – 2
2.3 PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.3.1 Rangkaian Percobaan
D1 D2
RL
TU
CM
RM
SE
~
DGM
Gambar 2.1 Rangkaian percobaan dengan berbagai macam sela elektroda (SE)
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 2.2 Susunan elektroda SE dengan variasi bentuk geometris sebagai
objek uji pada percobaan
1. elektroda piring-piring
2. elektroda bola-bola
3. elektroda batang-batang
4. elektroda jarum-jarum
5. elektroda jarum-piring
6. elektroda batang-piring
Percobaan 2 II – 3
7. elektroda bola-piring
Percobaan 2 II – 4
Prosedur Percobaan
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan:
a. Susun komponen-komponen rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
b. Urutan penggunaan objek uji SE dimulai dari elektroda piring-piring kemudian
diikuti sesuai urutan pada Gambar 2.2.
c. Pada percobaan, besar diameter elektroda bola yang dipakai ialah d = 5 cm dan
jarak sela s dibuat sama sebesar 15 mm.
d. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
e. Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada SE. Catat besar
tegangan tembus Ud yang terbaca pada alat ukur DGM.
f. Lakukan langkah e sebanyak tiga kali, kemudian semua data hasil percobaan ditulis
pada Tabel 2.1.
g. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control desk
dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
maka terlebih dahulu menghitung E d udara selama percobaan. Hitung besar p dan
q sesuai persamaan 2.4 dan 2.5 dengan cara mendapatkan nilai R dan r pada
Percobaan 2 II – 5
d. Nilai E d dapat dihitung dengan memasukkan nilai η di atas ke dalam persamaan
2.6 ( U ac = U d ).
e. Hitung η tiap susunan elektroda sesuai dengan persamaan 2.6.
f. Kemudian hitung nilai E maksimum dan E rata rata berdasarkan persamaan 2.2 dan 2.3.
Catat semua nilai , E maksimum dan E rata rata pada Tabel 2.2.
DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 2.1 Hasil percobaan faktor efisiensi medan listrik pada beberapa bentuk geometris
elektroda
1. piring – piring
2. bola – bola
3. batang – batang
4. jarum – jarum
5. jarum – piring
6. batang – piring
Percobaan 2 II – 6
No. Susunan Elektroda (s = 15 mm) Udc (kV) U dc U ac
(kV) (kV)
7. bola – piring
Pada Tabel 2.1, nilai Ud ( U ac ) rata-rata tertinggi diperoleh pada susunan ………………….
didapatkan nilai efisiensi medan listrik pada susunan tersebut adalah:
p = ,q =
η
=
sehingga Ed =
Tabel 2.2 Kuat medan maksimum dan rata-rata untuk masing-masing susunan elektroda
1.
Percobaan 2 II – 7
No. Susunan Elektroda η Emaksimum (kV/cm) Erata-rata (kV/cm)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.7 KESIMPULAN
2.8 TUGAS
Percobaan 2 II – 8
1. Berapa besar kuat medan listrik tembus udara standar dari hasil percobaan? berikan
alasannya!
2. Bagaimana pengaruh bentuk geometris elektroda terhadap efisiensi medan η
pada percobaan?mengapa demikian?
3. Jelaskan tentang distribusi medan listrik homogen dan non homogeny!
4. Hitunglah efisiensi medan η dengan menggunakan persamaan 2.1, (gunakan
software FEMM untuk mencari Emaks) ! Bandingkan dengan perhitungan
sebelumnya!
Percobaan 2 II – 9
LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 3
TEMBUS PADA GAS
3.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mempelajari karakteristik tembus gas untuk berbagai tekanan.
2. Mempelajari kurva Paschen gas (kurva Ud fungsi ps).
3. Memahami pengaruh tekanan gas (udara) terhadap tingkat tegangan tembus pada
gas dengan tegangan tinggi bolak-balik dan tegangan tinggi searah.
Untuk menentukan nilai tekanan gas dan jarak sela (ps) yaitu pada percobaan ini
jarak sela elektroda dibuat tetap untuk perubahan pb, maka dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
p×s
ps = 1000 (3.2)
keterangan:
ps = perkalian tekanan gas dan jarak sela (barmm)
p = tekanan gas dalam tabung uji (mbar)
s = jarak sela (mm)
Percobaan 3 III –1
3.2.1 Mekanisme Townsend
Sinar ultra
violet
KATODA ANODA
-
-
-
d Resistor
R pembatas
Sumber arus
tegangan
Uvar
A
Dalam pergerakannya menuju anode, elektron tersebut akan menumbuk molekul gas
dan menghasilkan ion-ion positif serta elektron-elektron bebas baru. Elektron bebas baru
ini akan membentuk banjiran elektron primer yang bergerak ke anode sebagai arus listrik.
Percobaan 3 III –2
3.2.1.2 Proses Sekunder
Bila elektron awal telah berhasil mencapai anode maka proses avalance tunggal telah
selesai. Ion positif yang terbentuk pada proses primer akan bergerak menuju katode dan
dipercepat oleh medan listrik. Ketika ion positif menumbuk katode maka elektron akan
dibebaskan ke luar permukaan katode dan terjadi penambahan elektron yang akan
membentuk banjiran muatan ruang yang lama-kelamaan menjembatani terjadinya kanal
peluahan antara anoda-katode pada sela elektroda, sehingga terjadi tembus total.
Ud (kV)
Daerah I
Daerah II
Daerah III
1000
900
800
ps (barmm)
700 Gambar 3.2 Kurva Paschen untuk gas (Ud fungsi ps)
Pada Gambar 3.2 diperlihatkan kurva Paschen untuk udara dengan konstanta A =
1,125370188 mm-1 mbar-1, konstanta B = 27,3840079 V mm-1 mbar-1, dan = 0,02. Kurva
600
Paschen dibagi menjadi 3 daerah tembus yaitu daerah I yang merupakan karakteristik
tembus gas pada keadaan vakum. Pada kondisi awal diberikan tegangan tembus yang
cukup tinggi untuk memicu terbentuknya elektron bebas sebagai pemicu terjadinya
500
tegangan tembus pada gas.
Berikutnya daerah II merupakan daerah terjadinya tembus Townsend pada tekanan
rendah dan jarak sela yang kecil (ps ≤ 10 barmm) dengan medan homogen. Untuk daerah
400
III merupakan daerah terjadinya tembus Streamer pada tekanan tinggi dan jarak sela yang
lebih besar dari daerah II. Pada kondisi ini (daerah III) molekul-molekul udara semakin
300
Percobaan 3 III –3
padat dan menekan ke segala arah sehingga elektron bebas untuk dapat bergerak
membutuhkan energi yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan nilai tegangan tembus U d
semakin besar.
D1 D2
RL
TU
CM RM
SB
~
DGM
(a)
D1 D2
TU
CM RM SB
~
DGM
(b)
Gambar 3.3 Rangkaian percobaan untuk tembus pada gas
(b) Tegangan tinggi bolak-balik
(c) Tegangan tinggi searah
Percobaan 3 III –4
3.3.2 Komponen-komponen Pada Rangkaian Percobaan
TU : ............................................................................................................
............................................................................................................
RL : ............................................................................................................
............................................................................................................
SB : ............................................................................................................
............................................................................................................
D1, D2 : ............................................................................................................
............................................................................................................
CM : ............................................................................................................
............................................................................................................
RM : ............................................................................................................
............................................................................................................
DGM : ............................................................................................................
............................................................................................................
PV : ............................................................................................................
............................................................................................................
PK : ............................................................................................................
............................................................................................................
Percobaan 3 III –5
3.3.4 Prosedur Percobaan
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan:
a. Susun komponen-komponen rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar
3.3.
b. Urutan percobaan dimulai dari tembus gas pada tegangan tinggi bolak-balik,
kemudian dilanjutkan untuk tembus gas pada tegangan tinggi searah.
c. Catat nilai temperatur dan tekanan udara di dalam ruangan laboratorium
pada saat dilakukan percobaan.
d. Pada percobaan, besar diameter elektroda bola yang dipakai ialah d = 5 cm
dan jarak sela s dibuat sama sebesar 5 mm untuk setiap perubahan pb.
e. Kurangi tekanan udara dalam tabung objek uji dengan mengatur besar pb
(bernilai negatif) menggunakan pompa vakum.
f. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
g. Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada SB. Catat
besar tegangan tembus Ud yang terbaca pada alat ukur DGM.
h. Lakukan langkah g sebanyak tiga kali untuk setiap p b negatif (jangan lupa
untuk mematikan control desk pada saat akan mengurangi tekanan pb), kemudian
semua data hasil percobaan ditulis pada Tabel 3.1 untuk percobaan tembus gas
bolak-balik dan Tabel 3.2 untuk percobaan tembus gas searah.
i. Matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control desk.
j. Tambahkan tekanan udara dalam tabung objek uji dengan mengatur besar pb
(bernilai positif) menggunakan pompa kompresor dengan terlebih dahulu
menyamakan tekanan udara dalam tabung objek uji dengan tekanan pa.
k. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
l. Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada SB. Catat
besar tegangan tembus Udc yang terbaca pada alat ukur DGM.
m. Lakukan langkah l sebanyak tiga kali untuk setiap pb positif (jangan lupa
untuk mematikan control desk pada saat akan menambah tekanan pb), kemudian
semua data hasil percobaan ditulis pada Tabel 3.1 untuk percobaan tembus gas
bolak-balik dan Tabel 3.2 untuk percobaan tembus gas searah.
n. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan
control desk dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
Percobaan 3 III –6
3.4 TAHAP ANALISIS DATA PERCOBAAN
Tata cara menganalisis data hasil percobaan adalah sebagai berikut:
Percobaan 3 III –7
3.5 DATA HASIL PERCOBAAN
Jarak sela =
Tekanan (pa) =
Temperatur =
Tabel 3.1 Data hasil percobaan tembus pada gas dengan tegangan tinggi bolak-balik
Tabel 3.2 Data hasil percobaan tembus pada gas dengan tegangan tinggi searah
Udc (kV)
No. pb (mbar) Ûdc (kV)
Data ke-1 Data ke-2 Data ke-3
1. - 800
2. - 600
3. - 400
4. - 200
5. 0
6. 2000
7. 3000
Percobaan 3 III –8
No. pa (mbar) pb (mbar) p (mbar)
Perhitungan tekanan gas dan jarak sela pada tegangan tinggi bolak-balik
Tabel 3.3 Data hasil perhitungan hubungan tekanan gas p dan ps dengan tegangan tembus
pada tegangan tinggi bolak-balik
No. p (mbar) ps (barmm) Ud (kV)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perhitungan tekanan gas dalam tabung objek uji pada tegangan tinggi searah
Percobaan 3 III –9
Perhitungan tekanan gas dan jarak sela pada tegangan tinggi searah
Tabel 3.4 Data hasil perhitungan hubungan tekanan udara p dan ps dengan tegangan
tembus pada tegangan tinggi searah
No. p (mbar) ps (barmm) Ud (kV)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
80
70
60
50
40
30
20
10
p (mbar)
0
400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600 4000 4400 4800 5200
Ud (kV)
80
70
60
50
40
30
20
10
ps (barmm)
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
3.8 TUGAS
1. Jelaskan mengenai proses ionisasi!
2. Jelaskan tentang proses pelepasan bertahan sendiri dengan pelepasan tidak
bertahan sendiri pada kurva pertumbuhan arus Townsend!
3. Jelaskan secara singkat disertai gambar, mekanisme tembus pada gas dan
Kurva Paschen!
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 4
DISTRIBUSI TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PADA ISOLATOR RANTAI
4.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mampu mengukur dan menentukan besar distribusi tegangan tinggi bolak-balik
pada isolator rantai.
Isolator rantai yang dibebani dengan tegangan tinggi bolak-balik dapat dinyatakan
dengan rangkaian pengganti seperti pada Gambar 4.1. Pada gambar tersebut, jumlah
isolator yang digunakan ialah 5 buah isolator piring (suspension insulator), sehingga akan
diperoleh 5 buah kapasitansi C, dan 4 buah kapasitansi masing-masing Ce dan Ch .
Percobaan 4 IV – 1
n=0
C X
Ce Ch
n=1
C
Ce Ch
n=2
C L
Ce Ch
n=3
C
Ce Ch
n=4
n=5
Gambar 4.1 Rangkaian pengganti isolator rantai dengan 5 buah isolator penyusun
Dengan analisis rangkaian listrik dapat diperoleh distribusi tegangan pada isolator
rantai:
1 sinh Ka sinh K (1 a )
C e sinh K C h 1 sinh K
Ui(n) = C e C h (4.1)
Besar Ui(n) dapat pula dicari secara praktek atau berdasarkan hasil percobaan, melalui
persamaan pendekatan yaitu:
U
Ui(n) = Un ¿ 100% (4.2)
dengan syarat batas, yaitu pada:
n = 0, (X = 0), Ui(n) = 0 atau Un = ~
n = 5, (X = L), Ui(n) = 1 atau Un = U
Percobaan 4 IV – 2
X
a = L (4.3)
C e +C h
K = √ C (4.4)
Besar distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada tiap-tiap isolator piring ialah:
ΔUn = Ui(n) – Ui(n-1) (4.5)
keterangan:
Un = tegangan pada jepitan ke-n isolator rantai (kV)
Ui(n) = tegangan pada jepitan ke-n isolator rantai (%)
U = tegangan pembebanan pada isolator rantai atau tegangan antara
kawat penghantar tegangan tinggi dengan tanah (kV)
ΔUn = distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada isolator ke-n (%)
Kurva Ui(n) fungsi a pada isolator rantai untuk nilai kapasitansi C e dan Ch yang
berbeda-beda ditunjukkan pada gambar 4.2.
Ui(n)
a
0 1
Ce > Ch
Ce = Ch
Ce = Ch = 0
Ce < Ch
Percobaan 4 IV – 3
4.3 PELAKSANAAN PERCOBAAN
4.3.1 Rangkaian Percobaan
RL
n=0 B
D1 D2 n=1
TU
n=2
SB
INS
n=3
CM RM
~ n=4
n=5
A
DGM
Percobaan 4 IV – 4
4.3.4 Prosedur Percobaan
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan:
a. Susun komponen-komponen rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3.
b. Pada percobaan, posisi ujung-ujung sela bola dihubungkan pada n = 5 dan n = 0
(ke sistem pembumian atau tanah) untuk setiap perubahan posisi jepitan A. Jarak
sela bola s dibuat tetap sebesar 5 mm.
c. Untuk kondisi pertama, hubungkan jepitan A pada posisi n = 5. Untuk setiap
perubahan posisi jepitan A, posisi jepitan B (ke sistem pembumian) tetap
terhubung pada posisi n = 0 dari isolator rantai.
d. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
e. Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada SB. Catat besar
tegangan tembus Ud yang terbaca pada alat ukur DGM.
f.Lakukan langkah e sebanyak tiga kali untuk setiap perubahan posisi jepitan A (n =
5, n = 4, n = 3, n = 2, dan n = 1), kemudian semua data hasil percobaan ditulis
pada Tabel 4.1 (jangan lupa untuk mematikan control desk pada saat akan
memindahkan posisi jepitan A).
g. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control desk
dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
Percobaan 4 IV – 5
4.4 TAHAP ANALISIS DATA PERCOBAAN
Tata cara menganalisis data hasil percobaan adalah sebagai berikut:
Percobaan 4 IV – 6
4.5 DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 4.1 Hasil percobaan distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada isolator rantai
dengan 5 buah isolator penyusun
2. 4
3. 3
4. 2
5. 1
Berdasarkan perhitungan Ui(n) di atas, maka dapat dicari besar distribusi tegangan
ΔUn yaitu:
Percobaan 4 IV – 7
ΔU5 =
ΔU4 =
ΔU3 =
ΔU2 =
ΔU1 =
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan ΔUn pada isolator ke-n dan Uin tiap posisi jepitan A
Jepitan A pada
No. isolator ke- ΔUn (%) Ui(n) (%)
n ke-
1.
2.
3.
4.
5.
Percobaan 4 IV – 8
4.6.2 Grafik Hasil Percobaan
Grafik 4.1 Ui(n) fungsi n (jepitan A ke-n)
Ui(n) (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
n
0
1 2 3 4 5
Percobaan 4 IV – 9
4.7 KESIMPULAN
4.8 TUGAS
1. Mengapa distribusi tegangan pada isolator rantai perlu diketahui?pada isolator
piring ke berapakah yang mendapat distribusi tegangan terbesar?jelaskan!
2. Dari percobaan, apabila diameter D ataupun jarak sela s bola diubah-ubah yang
berarti tegangan pembebanan isolator rantai dibuat variabel, apakah besar Ui(n) dan
distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada tiap-tiap isolator piring ΔUn akan ikut
berubah?jelaskan jawaban anda!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karakteristik tegangan yang terjadi pada isolator
rantai selama dibebani tegangan tinggi bolak-balik!
4. Bagaimana sebaiknya harga Ce dan Ch untuk suatu isolator rantai?mengapa
demikian!
5. Usulkan cara-cara untuk mengatasi ketidakrataan distribusi tegangan pada isolator
rantai!
Percobaan 4 IV – 10
LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 5
PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI SEARAH DAN EFEK POLARITAS
5.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mampu memahami dan menguasai cara pembangkitan tegangan tinggi searah.
2. Dapat mengetahui pengaruh dari efek polaritas pada susunan elektroda jarum-
piring.
Percobaan 5 V–1
ÛV ≈ 2ÛT
Dengan melihat kembali Gambar 5.1.c, maka besar ripel tegangan dapat dicari yaitu:
1
untuk tv << T = f dan δ U<<Ū, perubahan muatan pada kapasitor perata selama
periode padam:
T
∫ ig dt
2 δ UC ≈ 0 = T Īg
1
δ U = Īg 2 fC
(5.2)
uv
V ig
uT C u(t) = ig R
(a)
u(t) u(t)
2 U
Û Û Ū Umin
Ûv
Û
tv tv
uT uT
T T
(b) (c)
Gambar 5.1 Rangkaian pembangkitan tegangan tinggi searah dengan metode
penyearah setengah gelombang
(a) Rangkaian pengganti
(b) Bentuk gelombang tegangan beban tanpa kapasitor perata C
Percobaan 5 V–2
(c) Bentuk gelombang tegangan beban dengan kapasitor perata C
R1
u(t)
R2 DGM
Gambar 5.2 Pengukuran tegangan tinggi searah dengan suatu resistor seri atau
pembagi resistif
Tahanan R2 ialah resistor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan resistif yang
diseri dengan R1 dan diparalel dengan alat ukur tegangan tinggi searah DGM. Besar
tegangan yang diukur DGM ialah nilai rata-rata tegangan searah Ū. Cara lain untuk
pengukuran tegangan tinggi searah adalah dengan menggunakan meter-volt elektrostatik
dan sela bola.
Percobaan 5 V–3
listrik tersebut dan otomatis menambah jumlah muatan ruang di dalam sela elektroda.
Proses ini dinamakan avalance, yang terjadi berulang kali sehingga timbul elektron-
elektron dan ion positif dalam jumlah besar disekitar daerah ujung elektroda tersebut yang
akhirnya menyebabkan terjadinya tembus parsial atau korona.
Penampilan visual korona dapat diamati berupa penampakan sinar korona yang
tergantung pada polaritas elektroda koronanya dan timbulnya suara desisan. Korona positif
biasanya menampakkan cahaya yang seragam pada permukaan elektrodanya, sedangkan
korona negatif tampak seperti noda-noda terang pada tempat tertentu. Korona dipengaruhi
oleh beberapa kondisi yaitu tekanan udara, bahan elektroda, adanya uap air di udara,
fotoionisasi dan tipe tegangan tinggi yang diterapkan.
Percobaan 5 V–4
Ēmedan utama Ēmedan utama
- U kV + U kV
Ē1 Ē1
Ē2 Ē3 Ē2
-E +E
0 x s 0 x s
(a) (b)
Distribusi medan listrik sebelum adanya muatan ruang
Distribusi medan listrik setelah adanya muatan ruang
E1, E2, E3 Kuat medan listrik yang dibangkitkan oleh muatan ruang
Gambar
Pada jarum 5.3 Efek
negatif, polaritas padabergerak
elektron-elektron susunan elektroda jarum-piring
menuju elektroda piring atau pelat.
(a) Jarum
Ion-ion positif yang tertinggal akannegatif, (b) Jarum
menyebabkan positif kuat medan listrik sangat
penaikan
tinggi tepat pada ujung jarum, sedangkan pada daerah ruang medan listrik lainnya hanya
memiliki kuat medan listrik yang lebih kecil. Dengan demikian pengembangan kanal
peluahan muatan listrik ke arah elektroda pelat akan semakin lama.
Pada jarum positif, elektron-elektron bergerak menuju elektroda jarum. Ion-ion
positif yang tertinggal akan memperkecil besar kuat medan listrik di ujung jarum. Dengan
demikian maka kuat medan listrik ke arah elektroda pelat akan meninggi sehingga
memudahkan dan mempercepat pengembangan kanal peluahan muatan listrik. Untuk
selengkapnya, efek polaritas dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Percobaan 5 V–5
D1 D2
TU
RM elektroda jarum
CM
~ elektroda piring
DGM
(a)
D1 D2
TU
RM elektroda jarum
CM
~ elektroda piring
DGM
(b)
Gambar 5.4 Rangkaian percobaan untuk efek polaritas
(a) Polaritas positif
(b) Polaritas negatif
5.3.2 Komponen-komponen Pada Rangkaian Percobaan
TU : ............................................................................................................
............................................................................................................
SE : ............................................................................................................
............................................................................................................
D1, D2 : ............................................................................................................
............................................................................................................
CM : ............................................................................................................
............................................................................................................
RM : ............................................................................................................
............................................................................................................
DGM : ............................................................................................................
............................................................................................................
Percobaan 5 V–6
5.3.4 Prosedur Percobaan
Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan:
a. Susun komponen-komponen rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4.
b. Urutan percobaan dimulai dari polaritas positif, kemudian dilanjutkan untuk
polaritas negatif.
c.Pada percobaan, besar jarak sela s ditentukan sebesar 10, 15, dan 20 mm.
d. Nyalakan control desk untuk memulai percobaan sesuai dengan prosedur
penggunaan control desk.
e.Naikkan tegangan primer TU hingga terjadi korona listrik pada ujung elektroda
jarum. Catat besar tegangan korona Uc yang terbaca pada alat ukur DGM.
f. Naikkan kembali tegangan primer TU hingga terjadi tembus listrik pada sela
elektroda. Catat besar tegangan tembus Ud yang terbaca pada alat ukur DGM.
Percobaan 5 V–7
g. Lakukan langkah e dan f sebanyak tiga kali untuk setiap perubahan jarak sela,
kemudian semua data hasil percobaan ditulis pada Tabel 5.1 untuk percobaan
polaritas positif dan Tabel 5.2 untuk percobaan polaritas negatif.
h. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control
desk dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
No U c (kV) U d (kV)
s (mm) Uc (kV) Ud (kV)
.
1. 10
2. 15
Percobaan 5 V–8
3. 20
No U c (kV) U d (kV)
s (mm) Uc (kV) Ud (kV)
.
1. 10
2. 15
3. 20
Percobaan 5 V–9
U (kV)
25
20
15
10
s (mm)
0
5 10 15 20 25
-5
-10
-15
-20
-25
-30
-35
5.7 KESIMPULAN
Percobaan 5 V – 10
5.8 TUGAS
1. Sebutkan dan jelaskan rangkaian pengganda tegangan tinggi searah beserta gambar
tegangan outputnya!
2. Jelaskan secara singkat terjadinya korona positif (korona anoda) dan korona
negatif (korona katoda) pada susunan elektroda jarum-piring!sertakan juga
gambarnya!
Percobaan 5 V – 11
LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Semester: .......................
Mengetahui,
Koordinator Asisten
...............................
NIM.
PERCOBAAN 6
PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS
Percobaan 6 VI – 1
−at −bt
V =V 0 (e −e ) (6.1)
Bentuk tegangan semacam ini mudah dibuat, yaitu dengan menetapkan konstanta a dan b,
sedangkan nilai maksimumnya disebut sebagai nilai puncak tegangan impuls.
Contoh-contoh berbagai bentuk tegangan impuls ialah seperti gambar di bawah ini:
puncak
0,9 Û punggung
dahi
Td Û
Û Û
t t t
Td
(a) (b) (c)
Gambar 6.1 Bentuk gelombang tegangan tinggi impuls
(a) Tegangan impuls persegi
(b) Tegangan impuls terpotong (taji)
(c) Tegangan impuls eksponensial ganda
Tegangan impuls persegi mengalami waktu muka yang sangat singkat dan menjadi
konstan setelah mencapai puncak sesaat sebelum terjadi tembus. Sedangkan tegangan
impuls terpotong adalah tegangan impuls yang tiba-tiba menjadi nol pada saat mencapai
puncak atau sewaktu di dahi atau di punggung. Tegangan impuls eksponensial ganda
digunakan untuk peniruan tegangan surja petir dan tegangan surja hubung. Perbedaannya
ditentukan pada lama waktu dahi dan waktu punggung.
Percobaan 6 VI – 2
S
punggung
0,9 Û
B
u(t)
dahi
Û C
0,5 Û
0,3 Û A
t
0
Ts
Tr
Waktu muka (Ts) ialah waktu yang terjadi pada muka gelombang dimulai dari titik
perpotongan sumbu waktu t dengan garis lurus yang dibentuk dari titik 0,3Û (A), 0,9Û (B)
dan S hingga mencapai titik potong sumbu waktu t dengan garis vertikal dari titik S.
Sedangkan waktu paruh punggung (Tr) adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari titik nol
hingga mencapai setengah dari nilai puncak tegangan 0,5Û (titik C) pada ekor gelombang.
Ie Ie
U0 Cb U0 Cb
Cs Re u(t) Cs Re u(t)
(t=0) (t=0)
(a) (b)
Gambar 6.3 Diagram rangkaian dasar pembangkit tegangan tinggi impuls
(a) Rangkaian a, (b) Rangkaian b
Percobaan 6 VI – 3
Prinsip kerja rangkaian di atas yaitu kapasitor pemuatan Cs dimuati dengan tegangan
tinggi searah U0. Dengan penyalaan sela percik bola F, terjadi peluahan muatan untuk
mengisi kapasitor beban Cb dan tahanan peluahan Re. Tegangan tinggi impuls u(t)
diperoleh pada terminal kapasitor beban Cb. Jika diinginkan waktu dahi Ts yang singkat,
maka peluahan muatan yang mengisi kapasitor beban Cb harus secepat mungkin untuk
mencapai tegangan puncak Û, sedangkan waktu punggung T r yang lama ditentukan oleh
tahanan peluahan Re yang jauh lebih besar dibandingkan tahanan peredam Rd.
T1 ¿ Re (C s +C b ) (6.2)
Cs Cb
¿ Rd
T2 C s +C b (6.3)
Ts = k2T2 (6.4)
Tr = k1T1 (6.5)
dengan k1 = 0,73 dan k2 = 2,96
CS
η≈
C S +C b (6.6)
Dari persamaan-persamaan diatas, waktu muka Ts berbanding lurus dengan Rd. Jadi
semakin kecil Rd, maka waktu muka akan semakin singkat dan begitu pula sebaliknya.
Percobaan 6 VI – 4
Sedangkan waktu paruh punggung Tr berbanding lurus dengan Re. Semakin besar Re,
waktu paruh punggung akan semakin lama dan begitu pula sebaliknya.
Besar medan pada rangkaian b berdasarkan hasil percobaan ialah didekati dengan
rumus pendekatan sebagai berikut:
U DSTM
η≈
U DGM (6.7)
keterangan:
UDSTM = Nilai puncak tegangan impuls yang terbaca pada alat ukur DSTM (kV)
UDGM = Nilai tegangan searah pada alat ukur DGM (kV)
RL D1 D2 EZK Rd
TU
RM
CS Re Cb
PLOTTER
~ NTZ
OSC
Percobaan 6 VI – 5
............................................................................................................
ZAG : ............................................................................................................
............................................................................................................
OSC : ............................................................................................................
............................................................................................................
DGM : ............................................................................................................
............................................................................................................
DSTM : ............................................................................................................
............................................................................................................
Percobaan 6 VI – 6
d. Naikkan tegangan primer TU hingga mencapai nilai tegangan UDGM yang diberikan
asisten. Catat besar UDGM yang terbaca oleh DGM pada Tabel 6.1.
e. Aktifkan EZK dengan men-trigger-nya menggunakan ZAG, lalu catat besar
tegangan UDSTM yang terukur oleh DSTM pada Tabel 6.1.
f. Siapkan sebuah kertas milimeter pada plotter, kemudian aktifkan plotter untuk
menggambar gelombang tegangan impuls yang terlihat pada OSC.
g. Selesai percobaan, matikan control desk sesuai prosedur penggunaan control desk
dan kembalikan komponen percobaan pada tempatnya.
Percobaan 6 VI – 7
6.5 DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 6.1 Hasil percobaan tegangan tinggi impuls petir
s (mm) UDGM (kV) UDSTM (kV)
T1 =
T2 =
Ts =
Tr =
η =
Ts =
Tr =
η =
Tabel 6.2 Perbandingan perhitungan Ts, Tr, dan η secara teori dan praktek
TEORI
PRAKTEK
Percobaan 6 VI – 8
6.6.2 Grafik Hasil Percobaan
Grafik 6.1 Tegangan impuls petir fungsi waktu untuk penentuan Ts
time/div =
volt/div =
time/div =
volt/div =
6.7 KESIMPULAN
Percobaan 6 VI – 9
6.8 TUGAS
1. Jelaskan secara singkat prinsip kerja pembangkitan gelombang tegangan impuls
petir! Bagaimana cara mengubah nilai Ts dan Tr pada rangkaian impuls b?
2. Jelaskan dengan disertai gambar, rangkaian pengali Marx 3 tingkat pada perluasan
rangkaian b!
Percobaan 6 VI – 10