Professional Documents
Culture Documents
SUKACITA KASIH
OLEH BAPA SUCI
FRANSISKUS
KEPADA PARA WALIGEREJA
IMAM DAN DIAKON
KAUM RELIGIUS
PASANGAN KRISTIANI YANG TELAH
MENIKAH
SERTA SEMUA UMAT BERIMAN
TENTANG KASIH DI DALAM KELUARGA
2
1.
S ukacita Kasih yang dialami oleh keluarga-
keluarga merupakan sukacita Gereja juga.
Sebagaimana diamati oleh Bapa-bapa Sinode,
walaupun banyak tanda-tanda krisis lembaga
perkawinan, “keinginan untuk menikah dan
membangun keluarga tetap tinggi, khususnya di
antara orang-orang muda, dan ini merupakan
inspirasi bagi Gereja.”¹ Sebagai tanggapan atas
keinginan ini, “Pewartaan Kristiani mengenai
keluarga sungguh merupakan suatu kabar baik”.²
3
mendapatkan kesimpulan yang tidak semestinya
dari pertimbangan teologis tertentu.
_______________
3
Pidato Penutupan Sidang Umum Biasa Ke-14 Sinode
Para Uskup (24 Oktober 2015): L’Osservatore Romano, (26-
27 Oktober 2015, hal. 13; bdk. Komisi Biblika Kepausan,
Fede e cultura alla luce della Bibbia. Atti della sessione plenaria
1979 della Pontificia Commissione Biblica, Turin, 1981;
Konsili Ekumenis Vatikan II, Konstitusi Pastoral Gereja
Dalam Dunia Moderen Gaudium at Spes, 44; Yohanes
Paulus II, Surat Ensiklik Redemtoris Missio (7 Desember
1990), 52; AAS 83 (1991); Seruan Apostolik Evangelii
Gaudium (24 November 2013), 69, 117: ASS 105 (2013),
1049, 1068-69 .
4
4. Saya juga harus katakan bahwa proses Sinode
ini adalah mengesankan dan mencerahkan. Saya
bersyukur bagi banyaknya kontribusi yang telah
membantu saya untuk memahami secara lebih
menyeluruh mengenai berbagai masalah yang
dihadapi keluarga-keluarga di seluruh dunia.
Beragam campur tangan dari para Bapa Sinode,
yang mana saya perhatikan dengan seksama, telah
dibuat, sebagaimana adanya, sebuah permata
bersegi banyak yang memantulkan banyak masalah
penting dan berbagai pertanyaan yang jujur. Untuk
alasan ini, saya pikir sangat tepat untuk
mempersiapkan suatu Seruan Apostolik pasca-
sinode untuk mengumpulkan berbagai kontribusi
dari dua Sinode terakhir mengenai keluarga ini,
sambil menambahkan pertimbangan-pertimbangan
lainnya sebagai bantuan untuk pertimbangan,
dialog dan praktek pastoral, dan sebagai suatu
bantuan serta dorongan bagi keluarga-keluarga di
dalam komitmen dan tantangan mereka sehari-hari.
5
keluarga-keluarga, supaya tetap berlandaskan pada
kenyataan. Saya akan melanjutkan dengan
mengangkat kembali sejumlah aspek mendasar dari
ajaran Gereja tentang perkawinan dan keluarga,
yang akan menghantar kita menuju dua bab utama
yang dipersembahkan untuk cinta. Selanjutnya
saya akan menyoroti sejumlah pendekatan pastoral
yang dapat membimbing kita dalam membangun
keluarga yang baik dan berbuah sesuai dengan
rencana Allah, dengan sebuah bab yang
dipersembahkan untuk pengasuhan anak-anak.
Akhirnya, saya akan mengajak untuk berbelaskasih
dan kepekaan pastoral dari berbagai situasi yang
tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan
dari kita, dan menyimpulkannya dengan suatu
diskusi singkat mengenai spiritualitas keluarga.
6
suatu masalah; mereka pada mulanya adalah
sebuah kesempatan”. 4
_______________
4 Pidato pada Pertemuan Keluarga di Santiago de Cuba (22
September 2015): L’Osservatore Romano, 24 September
2015, hal. 7.
7
BAB SATU
_______________
5 Jorge Luis Borges, “Calle Desconocida” dalam Fervor de
Buenos Aires, 2011, 23.
Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang
subur di dalam rumahmu;
anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu!
8
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang
laki-laki yang takut akan TUHAN.
Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion,
supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem
seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari
anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!” (Mz
128:1-6)
9
milik Allah sendiri, ataukah ini berarti bahwa Allah
memiliki teman wanita yang abadi, seperti yang
ada pada agama-agama kuno? Tentu saja
jawabannya adalah tidak. Kita mengetahui
bagaimana Kitab Suci dengan jelas menolak
pemujaan terhadap kepercayaan seperti itu, yang
ditemukan diantara orang Kanaan di Tanah Suci.
Keistimewaan Allah terjaga, sebagaimana Ia juga
adalah Sang Pencipta, kesuburan dari pasangan
manusia merupakan “gambaran” yang hidup dan
efektif, yakni sebuah tanda nyata dari penciptaan-
Nya.
10
terdalam tidaklah sendiri, tetapi merupakan suatu
keluarga, karena di dalam diri-Nya sendiri terdapat
sifat kebapakan, anak dan inti dari keluarga, yaitu
cinta. Cinta itu, di dalam keluarga ilahi, adalah Roh
Kudus”.6 Oleh karena itu keluarga bukannya tidak
terhubung dengan keberadaan Allah.7 Dimensi
Trinitas ini menemukan perwujudannya dalam
teologi St. Paulus yang menghubungkan pasangan
dengan “misteri” persatuan Kristus dan Gereja
(bdk. Ef 5:21-33)
_______________
6 Homili pada Perayaan Ekaristi di Puebla de los Angeles
(28 Januari 1979), 2; AAS 71 (1979), 184.
7 Bdk. ibid
mencerminkan cinta milik Tuhan sendiri dan
adalah “milik terbaik, seorang penolong yang
sesuai untuknya dan pilar penyangga” bagi seorang
laki-laki, dalam perkataan orang bijak dalam Kitab
Suci (Sir 36:24). Atau, sebagai wanita dalam
kidung Salomo akan menyanyi dalam menyatakan
cinta yang mengagumkan dan saling memberikan
11
dirinya: “Kekasihku adalah kepunyaanku, dan aku
kepunyaan dia.” (2:16; 6:3).
12
signifikan, kata yang paling sering muncul di
Perjanjian Lama setelah nama Allah (YHWH,
“Tuhan”), adalah “anak” (ben, “anak laki-laki”)
yang di dalamnya berhubungan dengan kata kerja
“membangun” (banah). Oleh karena itu, Mazmur
128, dalam pembicaraan mengenai karunia anak,
menggunakan perumpamaan yang digambarkan
dengan bangunan rumah dan kehidupan sosial kota:
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-
sialah pengawal berjaga-jaga. Sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada
TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,
demikianlah anak-anak pada masa muda.
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh
tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak
akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan
musuh-musuh di pintu gerbang.” Mzm 127:1, 3-5).
Gambaran ini mencerminkan budaya masyarakat
kuno, namun kehadiran anak-anak merupakan
tanda kelangsungan keluarga melalui sejarah
keselamatan, dari generasi ke generasi.
13
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
(Why 3:20). Di sini kita melihat rumah yang di
dipenuhi kehadiran Tuhan, doa dan berkat. Ini
adalah arti dari kesimpulan dari Mazmur 128, yang
kita kutip di atas: “Sesungguhnya demikianlah
akan diberkati orang laki-laki yang takut akan
TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau
dari Sion!” (Mzm 128:4-5)
14
demikian generasi selanjutnya dapat menaikkan
lagu mereka kepada Tuhan : “Hai teruna dan anak-
anak dara, orang tua dan orang muda!” (Mzm 148:
12)
15
mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya." (Luk 8:21). Semuanya sama,
berkaitan dengan perhatiannya terhadap anak-anak
– yang oleh masyarakat Timur Dekat kuno anak-
anak dianggap tidak mempunyai hak khusus
bahkan dalam harta keluarga – Yesus mengatakan
demikian dengan maksud menghadirkan mereka
sebagai guru, dalam hal keyakinan dan spontanitas
nereka yang sederhana terhadap orang lain. “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan
menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar
dalam Kerajaan Sorga.” Mat 18:3-4).
16
Ishak dan Yakub, tragedi dan kekerasan menandai
keluarga Daud, masalah keluarga tercermin dalam
sejarah keluarga Tobias dan keluhan pahit Yakub
“Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku,
dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.
Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku
melupakan aku. Nafasku menimbulkan rasa jijik
kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-
saudara sekandungku.” (Ayub 19:13-14, 17)
17
abstrak tapi lebih merupakan sumber dari
kenyamanan dan persahabatan untuk setiap
keluarga yang mengalami berbagai kesulitan atau
penderitaan. Karena hal itu menunjukkan pada
mereka tujuan dari perjalanan mereka, ketika Allah
“akan menghapus segala air mata dari mata
mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan
ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita” (Why 21:4)
18
memenangkan pujian suami dan anak-anaknya.
(Ams 31:10-31). Rasul Paulus bangga hidup tidak
menjadi beban orang lain, karena dia bekerja
dengan tangannya dan menjamin hidupnya sendiri
(bdk Kis 18:3; 1 Kor 4:12; 9:12) Paulus begitu
yakin akan pentingnya pekerjaan hingga dia
menetapkan aturan yang tegas untuk komunitasnya
“Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan” (2 Tes 3:10b; 1 Tes 4:11b)
19
pada orang lain (bdk. Mat 22:39; Yoh 13:34). Dia
menegaskan itu sebagai dasar bahwa para ayah dan
ibu harus menjalankan itu dalam hidup mereka:
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih
seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13). Cinta juga
menghasilkan buah belaskasihan dan
pengampunan. Kita melihat ini secara khusus pada
wanita yang tertangkap berbuat cabul; di depan
Bait Allah, wanita itu dikelilingi musuhnya, tetapi
kemudian, tinggal sendiri dengan Yesus, dia tidak
mendapatkan hukuman tetapi peringatan untuk
hidup lebih baik (Yoh 8:1-11)
20
pada bibir Allah “Ketika Israel masih muda,
Kukasihi dia, mengangkat mereka di tangan-
Ku…..Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan,
dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti
orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang
mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk
memberi mereka makan.” (Hos 11: 1, 3-4).
21
dalam hati mereka hal-hal besar yang telah
dikerjakan Allah (bdk Luk 2:19, 51). Kekayaan hati
Maria juga mengandung pengalaman semua
keluarga yang dia hargai. Dengan alasan ini, dia
dapat menolong kita mengeri arti dari pengalaman-
pengalaman ini dan mendengarkan pesan yang
hendak Tuhan komunikasikan lewat kehidupan
keluarga kita.
BAB 2
22
dunia, saya mempertimbangkan hal ini untuk
mengangkat beberapa wawasan pastoral mereka,
bersamaan dengan beberapa hal penting yang saya
dapatkan dari pengalaman saya sendiri.
23
melemahkan ikatan keluarga dan berakhir pada
pertimbangan setiap anggota keluarga sebagai unit
yang terisolasi, yang pada beberapa kasus
mengarah pada ide bahwa kepribadian seseorang
dibentuk oleh keinginannya yang dianggap
absolut.”12 Ketegangan ini diciptakan oleh sebuah
budaya individualistis yang berlebihan, dilengkapi
dengan keinginan memiliki
_______________
9 Relatio Synodi 2014, 5.
10 Konferensi Uskup Spanyol, Matrimonio y
Familia/Perkawinan dan Keluarga (6 Juli 1979), 3, 16, 23.
11 Relatio Finalis 2015, 5.
12 Relatio Synodi 2014, 5.
dan kesenangan, mengarah pada tidak adanya
toleransi dan permusuhan dalam keluarga.”13 Di
sini saya juga ingin menyertakan langkah
kehidupan dunia masa kini yang bergerak cepat,
stress, dan organisasi sosial dan budaya, karena
semua ini adalah faktor budaya yang melawan
keputusan yang permanen. Kita juga menghadapi
ketidakpastian dan keadaan mendua yang sekarang
meluas. Contohnya, kita menilai kepribadian
sebagai suatu kenyaman yang benar. Hal ini
menawarkan spontanitas dan mempergunakan
talenta seseorang dengan lebih baik, namun bila
salah diarahkan, hal ini bisa membantu
berkembangnya sikap yang selalu curiga, takut
berkomitmen, berpusat pada diri sendiri, dan
arogansi. Kebebasan memilih membuat adanya
kemungkinan untuk merencanakan hidup kita dan
mengutamakan diri kita terus. Bila dalam
kebebasan ini kekurangan tujuan yang luhur dan
disiplin diri, ini akan merosot menjadi
ketidakmampuan untuk memberikan diri secara
murah hati kepada orang lain. Kenyataannya, di
banyak negara di mana angka perkawinan
menurun, makin banyak orang memilih hidup
24
sendiri atau menghabiskan waktu bersama tanpa
tinggal bersama sebagai suami istri. Kita juga bisa
melihat keprihatinan yang sangat mendalam
tentang keadilan, namun bila disalahartikan, ini
bisa merubah warga menjadi kepentingan klien
semata dalam pelayanan yang sementara.
25
bahwa tidak masuk akal untuk meremehkan
kejahatan masa kini, seolah-olah hal tsb bisa
membawa perubahan. Juga tidak bermanfaat bila
kita berusaha menentukan peraturan dengan
otoritas berlaku. Hal yang kita butuhkan adalah
usaha yang lebih bertanggungjawab dan murah hati
untuk memberikan alasan dan motivasi untuk
memilih perkawinan dan keluarga, dan dengan cara
ini menolong pria dan wanita untuk memberikan
respon yang lebih baik terhadap kemurahan hati
yang Tuhan tawarkan kepada mereka.
26
bioetis, dan isu moral, tanpa menekankan
keterbukaan terhadap kemurahan, kita
menyediakan dukungan yang cukup untuk
keluarga, memperkuat ikatan perkawinan dan
memberikan arti kepada kehidupan perkawinan.
Kita menemukan kesulitan untuk menyatakan
perkawinan lebih dari sebuah jalur dinamis untuk
pengembangan pribadi dan pemenuhan daripada
sebagai sebuah beban seumur hidup. Kita juga
menemukan kesulitan untuk mempercayai suara
hati. Kita yang sangat sering merespon sebaik
mungkin terhadap Injil menyadari keterbatasan
mereka, dan mampu melaksanakan pembedaan
dalam diri mereka sendiri dalam situasi yang
kompleks. Kita dipanggil untuk membentuk suara
hati, bukan untuk menggantikan mereka.
27
ini dapat menginspirasikan sebuah pendekatan
pastoral yang positif yang mampu menolong
pasangan untuk bertumbuh dalam apresiasi yang
diharapkan dalam Injil. Namun seringkali kita
bersikap defensif, membuang tenaga pastoral yang
menunjukkan kemerosotan dunia yang tidak
menjadi proaktif dalam cara yang seharusnya untuk
menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.
Banyak orang merasa bahwa pesan Gereja tentang
perkawinan dan keluarga tidak dengan jelas
merefleksikan sikap dan cara mengajar dari Yesus,
yang selalu mengajarkan belas kasih dan kedekatan
kepada kelemahan tiap individu seperi wanita
Samaria atau orang yang tertangkap berbuat zinah.
28
Lalu, selamat tinggal. Narsisme membuat orang
tidak mampu melihat diri sendiri, kemauan, dan
keinginan sendiri. Cepat atau lambat, mereka yang
menggunakan orang lain berakhir dengan diperalat
diri sendiri, termanipulasi dan terbuang dengan
cara pikir yang sama. Perlu dicatat juga bahwa
perceraian sering terjadi di antara orang dewasa
yang mencari “kebebasan” dan menolak idealisme
untuk menjadi tua bersama, saling menjaga dan
mendukung satu sama lain.
29
mereka untuk menerima tantangan perkawinan
dengan antusias dan keberanian.
_______________
14 Pidato Kongres Amerika Serikat (24 September 2015):
L’Osservartore Romano, 26 September 2015, p.7.
15 Relatio Finalis 2015, 29.
30
baru, menciptakan situasi keluarga yang kompleks
dan bermasalah dalam kehidupan Kristiani.”17
_______________
16 Relation Synodi 2014, 10.
17 Sidang Umum Luar Biasa Ke-3 Sinode Para Uskup,
Relatio Sinodi, (18 Oktober 2014), 2.
karena adanya sebuah mentalitas yang melawan
kehadiran anak dan dipromosikan oleh para
politikus dunia tentang kesehatan reproduksi, tidak
hanya menciptakan situasi di mana relasi antara
generasi ke generasi tidak terjamin, ada bahaya
juga, bahwa dengan berlalunya waktu, penurunan
ini bisa mengarah pada memburuknya
perekonomian dan kehilangan harapan masa depan.
Perkembangan bioteknologi juga mempunyai
dampak yang besar terhadap angka kelahiran.”18
Sebagai tambahan, ada faktor lain seperti
“industrialisasi, revolusi seksual, kekuatiran
jumlah penduduk yang terlalu banyak dan masalah
ekonomi... Konsumerisme juga bisa menghalangi
seseorang dari mempunyai anak sehingga mereka
bisa menjaga kebebasan dan gaya hidup mereka.”19
Kesadaran yang benar dari pasangan yang murah
hati dalam memancarkan kehidupan bisa
mengarahkan mereka pada alasan yang serius,
untuk membatasi jumlah anak mereka, tepatnya
“demi martabat kemurnian suara hati, Gereja
dengan keras menolak intervensi negara tentang
kontrasepsi, sterilisasi, bahkan aborsi.”20 Hal-hal
ini tidak bisa diterima bahkan di tempat-tempat
yang tingkat kelahirannya tinggi, kita juga bisa
melihat para politisi bahkan menganjurkan hal
tersebut di negara-negara yang tingkat
kelahirannya rendah. Seperti yang dikatakan para
31
Uskup Korea, ini adalah “bersikap dengan cara
yang kontradiktif terhadap diri sendiri dan
mengabaikan tugas seseorang.”21
_______________
18 Relatio Synodi 2014, 10.
19 Relatio Finalis 2915, 7.
20 Ibid, 63.
21 Konferensi Para Uskup Katolik di Korea, Towards A
Culture of Life!/Menuju Budaya Kehidupan! (15 Maret 2007),
2.
32
relasi yang resmi. Harus diingat bahwa “keluarga
mempunyai hak mendapatkan perumahan yang
layak, cocok untuk kehidupan keluarga dan
sepadan dengan jumlah anggota, dalam lingkungan
yang menyediakan pelayanan dasar untuk
kehidupan keluarga dan komunitas.”23 Keluarga
dan rumah berjalan
_______________
22 Relatio Synodi 2014, 6.
23 Konsili Kepausan Untuk Keluarga, Piagam Hak-hak
Keluarga (22 Oktober 1983), art. 11.
bersamaan. Ini membuat kita melihat betapa
pentingnya menuntut hak keluarga dan tidak hanya
yang individu saja. Keluarga adalah hal yang harus
dimiliki masyarakat, dan harus dilindungi.24 Gereja
selalu mengambil bagian dari misinya untuk
mempromosikan perkawinan dan keluarga dan
untuk melindungi mereka dari apa yang menyerang
mereka,”25 khususnya sekarang, ketika mereka
jarang diperhatikan dalam agenda politik. Keluarga
mempunyai hak untuk “mampu diandalkan dalam
bagian otoritas umum dalam pengadilan, ekonomi,
sosial dan bidang keuangan.”26 Terkadang keluarga
menderita bila dihadapkan dengan penyakit dari
orang yang dikasihi, mereka kekurangan akses
untuk penanganan kesehatan yang memadai, atau
berjuang untuk mencari karyawan yang bisa
dihargai. “Halangan ekonomi mencegah akses
keluarga terhadap pendidikan, aktivitas
kebudayaan, dan keterlibatan dalam kehidupan
sosial. Dengan banyak cara, situasi ekonomi saat
ini menjauhkan orang dari berpartisipasi dalam
masyarakat. Keluarga, secara khusus, menderita
karena masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan, di mana orang muda mempunyai
kemungkinan yang kecil dan tawaran pekerjaan
yang sangat selektif dan tidak aman. Hari kerja
menjadi panjang dan sering diperburuk dengan
33
waktu tempuh yang jauh dari rumah. Situasi ini
tidak membantu anggota keluarga untuk
berkumpul bersama dengan anak mereka sebagai
sarana untuk memupuk relasi mereka setiap hari.27
_______________
24 Bdk. Relatio Synodi 2015, 11-12.
25 Konsili Kepausan Untuk Keluarga, Piagam Hak-hak
Keluarga (22 Oktober 1983), Pendahuluan.
26 Ibid., 9
27 Relatio Finalis 2015, 14.
34
Pergerakan manusia, yang berhubungan dengan
pergerakan sejarah secara alami terhadap manusia,
terbukti menjadi pengayaan terhadap keluarga
yang bermigrasi dan
_______________
28 Relatio Synodi 2014, 8.
29 Bdk. Relatio Finalis 2015, 78
30 Relatio Synodi 2014, 8.
35
Kristiani dan suku dan agama minoritas di banyak
bagian dari dunia ini, terutama di Timur Tengah,
adalah percobaan yang besar dan tidak hanya untuk
Gereja tapi juga untuk seluruh komunitas
_______________
31 Relatio Finalis 2015, 23; bdk. Pesan untuk Hari Migran dan
Pengungsi Sedunia pada 17 Januari 2016 (12 September
2015), L’Osservatore Romano, 2 Oktober 2015, hal 8.
internasional. Setiap usaha perlu dilakukan,
walaupun dalam hal praktis, untuk membantu
keluarga dan komunitas Kristiani untuk tetap
bertahan di tempat asal mereka.”32
36
hal, dan peluangnya. Pendekatan ini akan
mempromosikan perhatian dan pelayanan untuk
orang-orang yang kurang beruntung ini dan akan
mengajak orang lain untuk mendekat pada mereka
dan menyediakan perhatian kepada tiap tahap
_______________
31 Relatio Finalis 2015, 24
kehidupan mereka.”33 Di sini saya ingin
menekankan dedikasi dan perhatian yang
ditunjukkan kepada pekerja migran dan orang-
orang berkebutuhan khusus selayaknya ini
merupakan tanda dari Roh Kudus. Kedua situasi ini
adalah paradigma : mereka melayani sebagai
sebuah ujian terhadap komitmen kita untuk
menenujukkan belas kasih dengan menerima orang
lain dan untuk membantu orang yang rapuh untuk
sepenuhnya menjadi bagian dari komunitas kita.
37
keluarga menunjukkan kepada kita bahwa adalah
mungkin untuk mendekati tahap akhir kehidupan
_______________
33 Ibid., 21
34 Ibid., 17
dengan menekankan pentingnya pemenuhan
kehadiran seseorang dan partisipasinya dalam
misteri kebangkitan Yesus. Sejumlah besar sesepuh
diperhatikan dalam institusi Gereja, di mana, secara
material dan spiritual, mereka hidup dalam
lingkungan yang damai dan penuh kekeluargaan.
Kasus Euthanasia dan bunuh diri adalah ancaman
serius terhadap keluarga karena di berbagai negara,
hal tersebut sudah dilegalkan. Gereja, yang secara
resmi menolak praktek ini, merasakan perlunya
membantu keluarga yang memperhatikan orang-
orang lanjut usia dan anggota keluarga yang
lemah.”35
38
kasih karunia dan terang pesan Injil, sebagian orang
lebih suka “mengindoktrinasi” pesan tersebut,
_______________
35 Ibid., 20
36 Bdk. Ibid., 15
mengubahnya menjadi “batu kematian yang
dilemparkan kepada orang lain.”37
BEBERAPA TANTANGAN
39
diatasi, namun masyarakat dan politik tidak melihat
keluarga berada dalam resiko
_______________
37 Pidato Penutupan Sidang Umum Biasa Ke-14 Sinode Para
Uskup (24 Oktober 2015): L’Osservatore Romano, (26-27 Oktober
2015, hal. 13
“kehilangan kemampuan beraksi untuk membantu
anggota mereka... Kita melihat akibat serius dari
perpecahan dalam keluarga, yang muda dibuang
dan yang lanjut usia diabaikan, anak-anak yang
menjadi yatim piatu walaupun orang tuanya masih
hidup, anak remaja dan dewasa muda kebingungan
dan tidak didukung.”38 Seperti yang disebutkan
Uskup Mexico, kekerasan dalam keluarga
melahirkan agresi sosial dalam bentuk baru, karena
“relasi dalam keluarga juga bisa menjelaskan
adanya kecenderungan tentang kepribadian yang
keras.” Inilah kasus yang sering terjadi pada
keluarga yang kurang berkomunikasi, sikap
defensif mendominasi, anggota tidak saling
mendukung satu sama lain, tidak ada aktivitas
keluarga yang partisipatif, hubungan orang tua-
anak sering diwarnai dengan konflik, kekerasan,
dan permusuhan. Kekerasan dalam keluarga adalah
dasar dari kebencian yang ada dalam hubungan
antar manusia.”39
40
lengkap dalam masyarakat sebagai kestabilan
komitmen
_______________
38 Konferensi Uskup Argentina, Navega mar adentro (31 Mei
2003), 42
39 Konferensi Uskup Meksiko, Que en Cristo Nuestra Paz
Mexico tenga vida digma (15 Februari 2009), 67.
yang menghasilkan buah dalam kehidupan yang
baru. Kita perlu mengakui besarnya variasi dalam
situasi keluarga yang dapat menawarkan suatu
kestablian, namun faktanya, misalnya perkawinan
sesama jenis, tidak bisa disamakan dengan
perkawinan. Tidak ada persatuan yang sementara
atau dekat dengan perubahan hidup yang dapat
menjamin masa depan masyarakat. Saat ini siapa
yang berusaha untuk memperkuat perkawinan,
membantu pasangan yang menikah untuk
mengatasi masalah mereka, membantu dalam
pekerjaan untuk membesarkan anak-anak, dan
secara umum, mendorong kestabilan dalam ikatan
perkawinan?
41
menolak bentuk lama dari keluarga tradisional
yang ditandai dengan otorisasi bahkan kekerasan,
namun hal ini juga tidak boleh mengarah
pada peremehan nilai perkawinan sendiri,
_______________
40 Relatio Finalis 2015, 25.
42
bahwa banyak masalah saat ini muncul karena
emansipasi wanita. Argumentasi ini tidak benar,
“ini salah, tidak benar, sebuah tindakan dari pria
yang berlebihan.” Martabat setara antara pria dan
wanita membuat kita bersukacita melihat bentuk
lama dari diskriminasi menghilang, dan dalam
keluarga ada timbal balik yang berkembang. Bila
beberapa bentuk feminimsme sudah berkembang
dirasa tidak cukup, kita harus melihat dalam
pergerakan wanita ada pekerjaan Roh Kudus untuk
memperjelas pengakuan tentang martabat dan hak
wanita.
43
berjalannya waktu.” Menjadi perhatian kita bila
beberapa ideologi semacam ini, yang mencari
respon terhadap aspirasi yang bisa dimengerti,
menyatakan bahwa diri mereka absolut dan tidak
dapat dipertanyakan, bahkan mendikte tentang
bagaimana anak-anak harus dibesarkan. Harus
ditekankan bahwa “seks secara biologi dan aturan
gender secara sosial budaya dapat dibedakan tapi
tidak dapat dipisahkan.” Di sisi lain, “revolusi
teknologi dalam era penciptaan manusia
memperkenalkan kemampuan memanipulasi
tindakan reproduksi, membuat hal tersebut menjadi
bebas dari hubungan seksual antara pria dan
wanita. Dengan cara ini, kehidupan manusia dan
pendidikan anak menjadi modular dan kenyataan
yang terpisah, tergantung keinginan individu atau
pasangan.” Adalah satu hal untuk mengerti
kelemahan manusia dan kompleksitas hidup, di sisi
lain kita haris menerima ideologi yang berusaha
memisahkan aspek realita yang tidak bisa
dipisahkan. Janganlah kita jatuh dalam dosa ketika
berusaha menggantikan Sang Pencipta. Kita adalah
ciptaan, bukan yang maha kuasa. Kita telah
diciptakan lebih dulu dan ini harus diterima sebagai
karunia. Di waktu yang sama, kita dipanggil untuk
melindungi kemanusiaan, dan hal ini berarti,
pertama-tama, menerima hal tersebut dan
menghormatinya karena hal itu telah diciptakan.
44
realita, dengan segala sukacita, harapan, dan
masalahnya. Situasi yang perlu kita perhatikan
adalah tantangannya. Kita tidak boleh terperangkap
dengan menghabiskan tenaga kita dengan meratap,
namun kita perlu mencari bentuk baru dari
kreativitas misionaris. Dalam setiap situasi yang
ada, “Gereja sadar tentang pentingnya menawarkan
kebenaran dan harapan... Nilai yang agung dari
perkawinan dan keluarga Kristiani yang sesuai
dengan cita-cita adalah bagian dari eksistensi
manusia.” Jika kita melihat sejumlah masalah,
seharusnya, seperti yang dikatakan Uskup
Kolombia, adalah panggilan untuk “menghidupkan
kembali harapan kita dan membuat hal tersebut
menjadi sumber dari penghilatan para nabi (visi
profetik), tindakan yang transformatif, dan bentuk
kreatif dari amal kasih.”
BAB TIGA
PANDANGLAH YESUS:
PANGGILAN BAGI KELUARGA
45
lebih tepat, mendalam, aman, bermakna dan
bijaksana daripada pesan Injil". Dengan demikian
maka, "semua pengajaran Kristiani mencakup
masuk lebih dalam ke dalam kerygma".53
46
Tuhan juga bersama kita hari ini, kita berusaha
untuk berlatih dan meneruskan Injil keluarga.
47
jelas menyajikan teladan Yesus yang ...
menyatakan makna pernikahan sebagai kepenuhan
wahyu yang mengembalikan rencana awal Allah
(bdk. Mat 19:3). "55
48
Dengan cara ini Ia menunjukkan arti sebenarnya
dari belas kasihan, yang memerlukan pemulihan
perjanjian (lih Yohanes Paulus II, Dives di
Misericordia, 4). Hal ini jelas dari percakapan
dengan wanita Samaria (Yoh 1: 4-30) dan dengan
wanita yang tertangkap berbuat zinah (Yoh 8: 1-
11), ketika kesadaran akan dosa berhadapan
dengan 'cinta tanpa syarat" dari Yesus. 57
49
Kerajaan Allah. Ini adalah misteri Natal dan rahasia
Nazareth yang memancarkan keindahan kehidupan
keluarga! Inilah yang membuat Fransiskus dari
Assisi, Theresa dari Kanak-kanak Yesus dan
Charles de Foucauld begitu terpesona, dan terus
mengisi keluarga Kristiani dengan harapan dan
sukacita.
50
tentang "landasan pasangan di dalam Kristus.
Tuhan Yesus Kristus 'membuat diri-Nya hadir
untuk pasangan Kristiani dalam sakramen
perkawinan' (48) dan tetap berada bersama mereka.
Dalam penjelmaan-Nya, Ia menerima cinta
manusia, memurnikannya dan membawanya
kepada pemenuhan. Oleh Roh-Nya, ia memberikan
kepada suami-istri kemampuan untuk
menghidupkan cinta itu, menembus setiap bagian
dari kehidupan iman, harapan dan kasih mereka.
Dengan cara ini, pasangan itu disucikan, dan
melalui rahmat khusus membangun Tubuh Kristus
dan membentuk gereja rumah tangga (lih. Lumen
Gentium, 11), sehingga Gereja, agar memahami
misterinya secara penuh, memperhatikan keluarga
__________
58 Ibid., 38.
51
menyoroti hubungan antara keluarga dan Gereja
".60
52
mana kita belajar pengalaman melakukan kebaikan
bersama ".62
Sakramen Perkawinan
71. "Kitab Suci dan Tradisi memberi kita akses
memperoleh pengetahuan tentang Tritunggal, yang
terungkap melalui Pengalaman hidup keluarga.
Keluarga adalah gambar Allah, yang merupakan
persekutuan antar pribadi. Ketika Yesus dibaptis,
suara Bapa terdengar, menyebut Yesus adalah
Anak-Nya yang terkasih, dan dalam kasih-Nya itu
kita dapat mengenali Roh Kudus (bdk. Mrk 1: 10-
11). Yesus, yang mendamaikan
__________
61 Relatio Synodi 2014, 18.
62 Ibid., 19.
segala sesuatu dalam diriNya sendiri dan menebus
kita dari dosa, bukan hanya mengembalikan status
perkawinan dan keluarga kepada bentuknya yang
asli, tetapi mengangkat pernikahan menjadi
sakramen cinta-Nya bagi Gereja (bdk. Mat 19: 1-
12; Mk 10: 1- 12; Ef 5: 21-32). Dalam keluarga
umat manusia yang dikumpulkan oleh Kristus,
'gambar dan rupa' Tritunggal Mahakudus (bdk. Kej
1:26) itu telah dipulihkan, suatu misteri yang
menjadi sumber semua arus cinta sejati. Melalui
Gereja perkawinan dan keluarga menerima rahmat
Roh Kudus dari Kristus, dengan maksud untuk
menjadi saksi Injil kasih Allah".63
53
menikah adalah pengingat tetap bagi Gereja
tentang apa yang terjadi di salib; mereka untuk satu
sama lain dan kesaksian bagi anak-anak mereka
akan keselamatan yang mereka bagikan melalui
sakramen".64 Pernikahan adalah suatu panggilan,
sebab itu adalah tanggapan terhadap panggilan
khusus untuk mengalami kasih suami-isteri sebagai
tanda belum sempurnanya cinta antara Kristus dan
Gereja. Dengan demikian maka keputusan untuk
menikah dan memiliki keluarga harus menjadi
buah dari suatu proses panggilan.
___________
63 Relatio Finalis 2015, 38.
64 John Paul II, Apostolik Familiaris Consortio (22 November
1981), 13: AAS 74 (1982), 94. 65 Relatio Synodi 2014, 21.
73. "Saling memberi diri dalam sakramen
perkawinan didasarkan pada rahmat sakramen
baptis, sakramen yang menetapkan perjanjian yang
mendasar dari setiap orang dengan Kristus di dalam
Gereja. Dengan menerima satu sama lain, dan
dalam rahmat Kristus, pasangan berjanji satu
sama lain untuk memberi diri secara total,
terlibat dalam kesetiaan dan keterbukaan
untuk kehidupan baru. Pasangan ini mengenal
unsur-unsur ini sebagai pokok pernikahan, sebagai
hadiah yang ditawartakan oleh Allah kepada
mereka, dan memandang serius janji bersama
mereka dalam nama Tuhan dan di hadapan Gereja.
Iman memungkinkan mereka untuk mengambil
kebaikan-kebaikan pernikahan sebagai komitmen
yang dapat disimpan dengan lebih baik melalui
bantuan rahmat sakramen ... Akibatnya, Gereja
memandang pasangan yang sudah menikah sebagai
jantung dari seluruh keluarga, yang pada
gilirannya, memandang kepada Yesus".65
Sakramen bukanlah"hal" atau "kuasa", karena di
dalamnya Kristus sendiri" sekarang menjumpai
pasangan Kristiani ... Dia berdiam dengan mereka,
54
memberi mereka kekuatan untuk memikul salib
mereka dan mengikuti-Nya, mereka bangkit lagi
setelah jatuh, untuk memaafkan satu sama lain,
untuk menanggung beban satu sama lain."66
Perkawinan Kristiani adalah tanda betapa Kristus
telah mengasihi Gereja-nya dalam perjanjian yang
dimeteraikan di kayu salib, namun juga membuat
cinta hadir di dalam persekutuan dengan pasangan.
Dengan menjadi satu daging, mereka mewadahi
penerimaan sifat manusiawi oleh Anak Allah. Oleh
karena itu "dalam kegembiraan cinta dan
kehidupan keluarga, Ia memberikan kepada
__________
66 Katekismus Gereja Katolik, 1642.
mereka di bumi ini suatu awal dari pesta
perkawinan Anak Domba" 67. Meskipun gambaran
hubungan suami istri itu ibarat hubungan Kristus
dan Gereja-nya yang "belum sempurna",68
hubungan itu memberikan inspirasi bagi kita untuk
memohon kepada Tuhan agar mencurahkan kasih
ilahi-Nya kepada setiap pasangan yang menikah.
55
itu datang dari misteri inkarnasi dan Paskah, ketika
Allah menunjukkan kepenuhan cintanya kepada
umat manusia dengan menjadi satu dengan kita.
Tak satu pun dari pasangan akan menjadi sendiri
dalam menghadapi tantangan apa pun yang
mungkin datang dalam hidup mereka. Keduanya
__________
67 Ibid.
68 Katekese (6 Mei 2015): L'Osservatore Romano, 7 Mei 2015,
p. 8.
69 Leo Agung, Epistula Rustico Narbonensi Episcopo, Inquis.
IV: PL 54, 1205A; lih Hincmar dari Rheims, Epist. 22: PL 126,
142.
dipanggil untuk menanggapi karunia Allah dengan
komitmen, kreativitas, ketekunan dan usaha sehari-
hari. Mereka selalu dapat meminta bantuan
dari Roh Kudus yang menyucikan hubungan
mereka, sehingga kasih karunia-Nya dapat
dirasakan dalam setiap situasi baru yang mereka
hadapi.
56
pelayan tertahbis.71 Sebenarnya hukum telah
sedemikian dijiwai oleh kasih karunia penebusan
Yesus yaitu bahwa: "suatu janji pernikahan yang
sah tidak bisa ada tanpa baptisan karena itulah yang
menjadi fakta sakramen"72. Gereja dapat
__________
70 Cf. Pius XII, Ensiklik Surat Mystici Corporis Christi (29 Juni
1943): AAS 35 (1943), 202: "Matrimonio enim quo coniuges
Sibi invicem sunt ministri gratiae ..."
71 bdk.. Kitab Hukum Kanonik, cc. 1116; 1161-1165; Kitab
Hukum Kanonik Gereja-gereja Timur, 832; 848-852.
72 Ibid., C. 1055 § 2.
mengharuskan pernikahan dirayakan secara
terbuka, dengan kehadiran saksi dan kondisi lain
yang bervariasi sepanjang waktu, tetapi ini tidak
mengurangi fakta bahwa pasangan yang menikah
disebut sebagai pelayan sakramen. Juga tidak
mempengaruhi sentralitas perjanjian yang
diberikan oleh pria dan wanita, yang dengan
sendirinya membentuk ikatan sakramental. Ini
telah dijelaskan, bahwa ada kebutuhan untuk
refleksi lebih lanjut tentang tindakan Allah dalam
ritus perkawinan; hal ini jelas dilaksanakan dalam
Gereja Timur melalui pentingnya berkat yang
diterima oleh pasangan sebagai tanda pemberian
karunia Roh.
57
kesatuan lebih penuh dari misteri ini dalam hidup
mereka".74
58
anak-anak agar senang dengan setiap gerakan yang
bertujuan untuk mengatasi kejahatan - sebuah
keluarga yang menunjukkan bahwa Roh itu hidup
dan ketika bekerja - akan menjumpai rasa syukur
dan penghargaan kita. Apapun orangnya,
agamanya atau asal-usulnya."77
__________
75 Relatio Finalis 2015, 47.
76 Ibid.
77 Homili untuk Misa Penutup dari Kedelapan Dunia
Pertemuan Keluarga di Philadelphia (September 2015 27):
L'Osservatore Romano, 28-29 September 2015, p. 7.
78. "Terang Kristus menerangi setiap orang (bdk.
Yoh 1: 9; Gaudium et Spes, 22). Memahami suatu
hal dengan mata Kristus mengilhami pelayanan
pastoral Gereja bagi umat beriman yang hidup
bersama, yang hanya menikah secara sipil, atau
yang bercerai dan menikah lagi.
Mengikuti pedagogi ilahi ini, Gereja menaruh kasih
pada orang-orang yang berpartisipasi dalam
hidupnya dengan cara yang belum sempurna: ia
mencari rahmat untuk mengubah mereka; ia
mendorong mereka untuk berbuat baik, untuk
membagikan kasih sayang satu sama lain dan untuk
melayani masyarakat di mana mereka tinggal dan
bekerja ... Ketika pasangan berada dalam
perkawinan yang belum sah namun mencapai
cukup stabil dalam ikatan publik - dan ditandai oleh
kasih sayang yang mendalam, tanggung jawab
terhadap anak-anak dan kemampuan untuk
mengatasi cobaan - ini dapat dilihat sebagai suatu
kesempatan, untuk memimpin mereka kepada
merayakan sakramen Perkawinan."78
59
untuk berlatih memahami situasi ini dengan jelas”
(Familiaris Consortio, 84). Tingkat tanggung
jawab tidak sama dalam semua kasus dan mungkin
ada faktor yang membatasi kemampuan untuk
membuat keputusan.
Oleh karena itu, ketika menyatakan pengajaran
Gereja secara jelas, para pastor harus menghindari
__________
78 Relatio Finalis 2015, 53-54 .
penilaian tanpa memperhitungkan rumitnya situasi,
mereka harus memperhatikan, bagaimana orang
mengalami dan bertahan dalam kesusahan karena
kondisi mereka".79
__________
79 Ibid., 51.
60
80 Konsili Vatikan Kedua, Konstitusi Pastoral tentang Gereja
di Dunia Modern Gaudium et Spes, 48.
81 Cf. Kitab Hukum Kanonik, c. 1055 § 1: "ad bonum
coniugum atque ad prolis generationem et educationem
ordinatum".
82 Katekismus Gereja Katolik, 2360.
83 Ibid., 1654.
84 Konsili Vatikan Kedua, Konstitusi Pastoral tentang Gereja
di Dunia modern Gaudium et Spes, 48.
85 Katekismus Gereja Katolik, 2366.
61
terbukti sudah direncanakan oleh individu atau
pasangan".90
__________
86 Cf. Paul VI, Ensiklik Humanae Vitae (25 Juli 1968), 11-12:
AAS 60 (1968), 488-489.
87 Katekismus Gereja Katolik, 2378.
88 Kongregasi untuk Ajaran Iman, Instruksi Donum Vitae (22
Februari 1987), II, 8: AAS 80 (1988), 97.
89 Relatio Finalis 2015, 63.
90 Relatio Synodi 2014, 57.
Ajaran Gereja dimaksudkan untuk "membantu
pasangan agar mengalami selengkapnya, hubungan
suami-istri yang harmonis dan sadar, bersama
dengan tanggung jawab mereka untuk menciptakan
kehidupan. Kita perlu kembali ke pesan dari
Ensiklik Humanae Vitae Beato Paulus VI, yang
menyoroti pentingnya menghormati martabat
manusia yang secara moral menaati metode
pengaturan kehamilan... Pilihan adopsi atau
orangtua asuh juga dapat mengungkapkan
keberhasilan yang merupakan karakteristik dari
kehidupan pernikahan".91 Dengan rasa syukur yang
khusus dari Gereja "mendukung keluarga yang
menerima, mengangkat dan melindungi dengan
kasih sayang anak-anak yang cacat"92.
62
Keluarga melindungi kehidupan manusia dalam
semua tahapan, termasuk yang terakhir. Dengan
demikian maka, "orang-orang yang bekerja di
bidang kesehatan agar diingatkan kewajiban moral
keberatan hati nurani mereka.
___________
91 Ibid., 58.
92 Ibid., 57.
Demikian pula, Gereja tidak hanya memandang
penting untuk menegaskan hak orang mati secara
alami, tanpa tindakan medis yang berlebihan dan
euthanasia (mati atas permintaan sendiri)", tetapi
juga" tegas menolak hukuman mati ".93
63
anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan orang
tua. Sekolah tidak
__________
93 Relatio Finalis 2015, 64.
94 Relatio Synodi 2014, 60.
95 Ibid., 61
96 Kitab Hukum Kanonik, c. 1136; lih Kitab Hukum
Kanonik Gereja-gereja Timur, 627.
menggantikan peran orang tua, tetapi
melengkapinya. Ini adalah prinsip dasar: "semua
pihak lain dalam proses pendidikan hanya mampu
melaksanakan tanggung jawab mereka atas nama
orangtua, dengan persetujuan mereka dan, pada
tingkat tertentu, dengan otorisasi orangtua".97
Namun, "suatu jarak mungkin terjadi antara
keluarga dan masyarakat, antara keluarga dan
sekolah; janji pendidikan saat ini telah dirusak
sehingga terjadi krisis hubungan kesatuan
pendidikan antara masyarakat dan keluarga"98
64
97 Dewan Kepausan untuk Keluarga, Kebenaran dan
Makna Seksualitas Manusia (8 Desember 1995), 23.
98 Katekese (20 Mei 2015): L'Osservatore Romano, 21 Mei
2015, p . 8. 67
99 Yohanes Paulus II, Apostolik Familiaris Consortio (28
November 1981) 38: AAS 74 (1982), 129.
100 bdk. Sambutan kepada Konferensi Keuskupan Roma (14
Juni 2015): L'Osservatore Romano, 15-16 Juni 2015, p. 8.
65
__________
101 Relatio Synodi 2014, 23.
102 Relatio Finalis 2015, 52.
__________
103 Ibid., 49-50. 71
BAB EMPAT
66
tentang perkawinan dan keluarga, seandainya kita
tidak juga membicarakan kasih. Sebab kita tidak
dapat mendorong suatu jalan kesetiaan dan
pemberian diri timbal-balik tanpa mendorong
pertumbuhan, penguatan dan pendalaman dari
kasih suami-istri dan keluarga. Sesungguhnya,
rahmat sakramen perkawinan terlebih dahulu
bertujuan untuk "menyempurnakan cinta
104
pasutri" Di sini pun kita dapat berkata,
"sekalipun aku memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna"
(1 Kor 13:2-3). Namun demikian, kata "kasih",
sudah umum digunakan dan sering
disalahgunakan.105
__________
104 Catechism of the Catholic Church, 1641.
105 Cf. BENEDICT XVI, Encyclical Letter Deus Caritas Est (25
December 2005), 2: AAS 98 (2006), 218.
67
percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).
68
memanfaatkan kita. Kita menemui masalah jika
berpikir bahwa relasi atau orang-orang harus
sempurna, atau ketika kita menempatkan diri kita
sebagai pusat dan berharap semua berjalan sesuai
dengan cara kita. Bila demikian ini segala sesuatu
akan membuat kita tidak sabar, membuat kita
bereaksi secara agresif. Terkecuali jika kita
menumbuhkan kesabaran, kita akan selalu
menemukan alasan untuk marah. Kita akhirnya
tidak sanggup untuk hidup bersama, bersikap
antisosial, tidak dapat mengontrol impuls kita, dan
keluarga kita akan menjadi medan pertempuran.
Oleh sebab itu Sabda Allah mengingatkan kita:
"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara
kamu, demikian pula segala kejahatan" (Ef 4:31).
Kesabaran mengakar ketika saya mengakui bahwa
orang lain juga memiliki hak hidup di dunia ini,
sebagaimana adanya mereka. Tidak peduli apakah
mereka menghambat saya, melemahkan rencana
saya, atau mengganggu saya dengan cara tindakan
atau berpikirnya, atau mereka tidak seperti yang
saya inginkan. Kasih selalu memiliki sifat belas
kasih mendalam yang dapat menerima orang lain
sebagai bagian dari dunia ini, meskipun ia
berperilaku tidak sesuai dengan keinginan saya.
69
total, namun sikap yang disertai kegiatan, oleh
interaksi dinamis dan kreatif dengan yang lain.
Kata ini menunjukkan bahwa kasih itu
menguntungkan dan menolong orang lain. Oleh
sebab itu diterjemahkan sebagai "murah hati";
kasih itu senantiasa siap menjadi penolong.
70
melihat mereka sebagai musuh. Ia membebaskan
kita dari rasa asam kecemburuan. Ia mengenali
bahwa setiap orang memiliki karunia berbeda dan
jalur hidup yang unik. Maka ia akan berusaha
mencari jalan kebahagiaannya sendiri, sambil
membiarkan orang lain menemukan jalannya juga.
71
berikutnya - physioútai – juga serupa,
menunjukkan bahwa kasih itu tidaklah sombong.
Secara harfiah, kita tidak menjadi "besar kepala" di
hadapan orang lain. Ia juga menunjukkan pada
sesuatu yang lebih tersamar: obsesi untuk
menyombongkan diri dan kehilangan rasa realitas.
Orang demikian berpikir bahwa, karena mereka
lebih "spiritual" atau "bijak", mereka menjadi lebih
penting daripada kondisi mereka yang
sesungguhnya. Paulus menggunakan kata kerja ini
dalam peristiwa lain ketika dia berkata bahwa
"pengetahuan menjadikan sombong", sedangkan
"kasih membangun" (1Kor 8:1). Sejumlah orang
berpikir bahwa mereka penting sebab mereka lebih
berpengetahuan daripada yang lain; mereka ingin
menjadi tuan atas orang lain. Namun yang
sesungguhnya membuat kita penting adalah kasih
yang memahami, menunjukkan kepedulian, dan
merangkul yang lemah. Di tempat lainnya kata ini
digunakan untuk mengkritik orang yang
"menggembung" karena merasa diri mereka
penting (bdk. 1Kor 4:18) namun sesungguhnya
hanya penuh dengan perkataan kosong daripada
dengan "kuasa" yang sesungguhnya dari Roh
Kudus (bdk. 1Kor 4:19).
72
bahwa di dalam dunia di mana kekuasaan
merajalela, masing-masing pihak berusaha
mendominasi pihak lain, namun "tidaklah
demikian di antara kamu" (Mat 20:26). Logika
kasih Kristiani bukanlah mengenai kepentingan
dan kekuasaan; melainkan, "barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hambamu" (Mat 20:27). Dalam kehidupan
keluarga, logika dominasi dan kompetisi tentang
siapa yang paling pintar dan berkuasa
menghancurkan kasih. Peringatan Santo Petrus
berlaku juga untuk keluarga: "Dan kamu semua,
rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain,
sebab: 'Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati.'" (1Ptr
5:5)
73
tersebut telah memiliki hubungan dengan
kehidupan kita, dibutuhkan kepekaan dan
pengekangan diri yang dapat memperbarui
kepercayaan dan rasa hormat. Sesungguhnya,
semakin makin dalam kasih itu, semakin terpanggil
untuk menghormati kemerdekaan orang lain dan
kemampuan menunggu sampai orang lain
membuka pintu hatinya".109
74
Inilah perkataan yang diucapkan Yesus sendiri:
"Percayalah, hai anak-Ku" (Mat 9:2); "Hai ibu,
besar imanmu" (Mat 15:28); "Bangunlah" (Mrk
5:41); "Pergilah dengan selamat" (Luk 7:50);
"Jangan takut" (Mat 14:27). Semua ini bukanlah
kata-kata yang merendahkan, membuat sedih,
marah atau menghina. Dalam keluarga, kita mesti
belajar untuk meneladani kelemah-lembutan Yesus
dalam cara berbicara kita satu sama lain.
75
melampaui dan melebihi tuntutan keadilan,
"dengan tidak mengharapkan balasan" (Luk
6:35), dan kasih yang terbesar dapat menyebabkan
"seseorang memberikan nyawanya" bagi orang lain
(bdk. Yoh 15:13). Dapatkah kemurahan hati
demikian, yang memampukan kita memberi secara
bebas dan penuh, benar-benar dapat terjadi? Ya,
karena hal itu dituntut oleh Injil: "Kamu telah
memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma" (Mat 10:8)
__________
110 THOMAS AQUINAS, Summa Theologiae, II-II, q. 27, art.
1, ad 2.
111 Ibid., q. 27, art. 1.
Kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain
76
Kristiani tidak dapat mengabaikan peringatan
terus-menerus dari Sabda Allah untuk tidak
memelihara kemarahan: "Janganlah kamu kalah
terhadap kejahatan" (Rom 12:21). "Janganlah kita
jemu-jemu berbuat baik" (Gal 6:9). Adalah hal
yang berbeda antara merasakan dorongan seketika
untuk marah dibandingkan dengan larut dalam
kemarahan, membiarkannya berakar dalam hati
kita: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah
kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu" (Ef 4:26). Saran saya
jangan membiarkan hari berakhir tanpa berdamai
dalam keluarga. "Dan bagaimana saya berdamai?
Dengan berlutut? Tidak. Cukup dengan tindakan
kecil, sesuatu yang sederhana, maka keharmonisan
di dalam keluarga anda akan dipulihkan. Hanya
dengan sedikit belaian, tidak perlu kata-kata.
Namun jangan biarkan hari berlalu tanpa
menciptakan damai di dalam keluarga anda".112
Reaksi pertama kita ketika kita kesal seharusnya
memberkati dengan tulus, meminta Allah untuk
memberkati, membebaskan dan menyembuhkan
orang itu. "Tetapi sebaliknya, hendaklah kamu
memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil,
yaitu untuk memperoleh berkat" (1Ptr 3:9). Jika
kita harus memerangi kejahatan, lakukanlah; tetapi
kita harus mengatakan "tidak" terhadap kekerasan
dalam rumahtangga.
Kasih Mengampuni
77
yang berakar pada sikap positif yang mencari
pemahaman kelemahan orang lain dan
memaafkan mereka. Sebagaimana Yesus katakan,
Bapa, ampunilah mereka; karena mereka tidak tahu
apa yang mereka lakukan” (Luk 23:3 4). Namun
demikian kita tetap saja mencari lebih banyak
kesalahan lagi, membayangkan kejahatan yang
lebih besar, beranggapan ada aneka macam niat
buruk, dan dengan demikian kepahitan bertumbuh
dan menjadi semakin mendalam. Jadi, setiap
kesalahan atau kekhilafan dari pihak pasangan
dapat melukai ikatan kasih dan stabilitas keluarga.
Ada yang salah bila kita melihat setiap persoalan
itu sama seriusnya; dalam hal ini, kita beresiko
menjadi kasar berlebihan terhadap kegagalan orang
lain. Keinginan wajar untuk melihat hak-hak kita
dihormati berubah menjadi suatu kehausan
membalas dendam dan bukan suatu pembelaan
martabat yang beralasan.
78
107. Sekarang kita mengenali bahwa kemampuan
memafkan orang lain melibatkan pembebasan
pengalaman memahami dan memaafkan diri kita
sendiri. Seringkali kesalahan-kesalahan kita, atau
kritik yang kita terima dari orang-orang yang kita
kasihi, dapat mengakibatkan hilangnya citra diri.
Kita menjadi jauh dari orang lain, menghindari
afeksi dan lalu menjadi takut dalam hubungan
_________
113 JOHN PAUL II, Apostolic Exhortation Familiaris
Consortio (22 November 1981), 21: AAS 74 (1982), 106.
interpersonal. Menyalahkan orang lain menjadi
cara memulihkan kepercayaan diri yang salah. Kita
perlu belajar untuk mendoakan masa lalu kita,
menerima diri kita sendiri, belajar bagaimana
hidup dengan keterbatasan kita, dan bahkan
memafkan diri kita sendiri, supaya kita dapat
memiliki sikap yang sama terhadap orang lain.
79
Kasih bersukacita bersama orang lain
80
Kasih menanggung segala sesuatu
81
“menodai seluruh tubuh” (Yak 3:6); ia adalah
“sesuatu yang buas, yang tak terkuasai dan penuh
racun yang mematikan” (3:8). Sementara lidah
dapat digunakan untuk “mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah” (3:9), kasih
bersukacita atas nama baik orang lain, bahkan
musuhnya. Dalam upaya menegakkan hukum
Allah kita jangan pernah melupakan persyaratan
khusus akan kasih ini.
82
“menanggung segala sesuatu” dan dapat
mempertahankan kedamaiannya di hadapan
berbagai keterbatasan orang yang dikasihinya.
83
kasih tak bersyarat, akan cenderung menyimpan
rahasia, menutupi kegagalan dan kelemahan
mereka, dan berpura-pura menjadi seseorang yang
bukan diri mereka. Di pihak lain, keluarga yang
ditandai dengan kepercayaan penuh kasih, apapun
yang terjadi, akan menolong anggota keluarganya
menjadi diri mereka sendiri dan secara spontan
menolak penipuan, kepalsuan, dan kebohongan.
84
perspektif supranatural, dengan cahaya
pngharapan, dan menunggu kepenuhan yang ia
akan terima di dalam kerajaan surga, walaupun hal
itu belumlah tampak.
85
Manakala anda naik ke tingkat kasih, dari
keindahan dan kekuatannya yang besar, anda hanya
akan mencari bagaimana mengalahkan berbagai
sistem kejahatan. Orang-orang yang terperangkap
dalam sistem tersebut, anda kasihi, namun anda
berniat mengalahkan sistem jahat tersebut… Benci
lawan benci hanya meningkatkan kehadiran
kebencian dan kejahatan di alam ini. Bila saya
memukul anda dan anda memukul saya dan saya
membalas memukul anda dan anda membalas
memukul saya dan seterusnya, anda lihat, hal ini
akan berlangsung tak terbatas. Ia tidak akan pernah
berakhir. Di suatu tempat seseorang harus memiliki
sedikit kesadaran, dan itulah dia orang yang kuat.
Orang yang kuat adalah orang yang dapat
memotong rantai kebencian, rantai kejahatan..
Seseorang harus memiliki agama yang cukup dan
moralitas yang cukup untuk memotongnya dan
menyuntikkan ke dalam struktur alam yang tiada
tara yaitu unsur kasih yang kuat dan berkuasa”.114
86
perlindungan diri mereka sendiri, namun, karena
kasih perkawinan mereka yang tahan uji, masih
berusaha meolong mereka, bahkan dengan
memohonkan bantuan dari orang lain lagi, di masa-
masa sakit, menderita atau pencobaan. Di sini juga
kita melihat suatu kasih yang tidak pernah
menyerah.
87
wanita mampu mengasihi satu sama lain seperti
Kristus mengasihi kita. Kasih perkawinan
mencapai kepenuhan tersebut di mana ia
ditahbiskan secara batiniah: amal kasih
perkawinan."118
__________
118 JOHN PAUL II, Apostolic Exhortation Familiaris
Consortio (22 November 1981) 13: AAS 74 (1982), 94.
119 Catechesis (2 April 2014): L’Osservatore Romano, 3 April
2014, p. 8.
120 Ibid.
88
ada di antara Kristus dan Gereja-Nya, sebab
perkawinan sebagai tanda mencakup "suatu proses
yang dinamis..., sesuatu yang maju secara perlahan
dengan integrasi progresif karunia-karunia
Allah".121
89
perkawinan untuk menjadi definitif. Persatuan
seumur hidup yang diungkapkan dalam janji
perkawinan itu lebih dari sekedar formalitas atau
rumusan tradisional; ia berakar dalam
kecenderungan alami dari pribadi manusia. Bagi
kaum beriman, juga merupakan janji di hadapan
Allah yang menuntut kesetiaan: "TUHAN telah
menjadi saksi antara engkau dan isteri masa
mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia,
padahal dialah teman sekutumu dan isteri
seperjanjianmu ... Dan janganlah orang tidak setia
terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku
membenci perceraian, firman TUHAN" (Mal 2:14-
16).
__________
123 Encyclical Letter Lumen Fidei (29 June 2013), 52: AAS 105
(2013), 590.
90
disatukan dengan seorang wanita dalam ikatan
yang tak terceraikan, dan mereka tetap bersatu
meskipun menghadapi banyak kesulitan, meskipun
saat tidak ada harapan lagi mendapatkan anak-
anak, hanya dapat merupakan tanda suatu misteri
agung".124
91
126. Dalam perkawinan, sukacita kasih perlu
ditumbuhkan. Ketika pencarian kenikmatan
menjadi bersifat obsesif, ia memperhamba kita dan
menghalangi kita mengalami kepuasan yang lain.
Sukacita, di sisi lain, meningkatkan kesenangan
kita dan membantu kita mengalami kepenuhan
dalam banyak hal, bahkan pada masa-masa
kehidupan ketika kenikmatan fisik sudah surut.
Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa kata
"sukacita" mengacu pada perluasan hati.127
Sukacita perkawinan dapat dialami meski
ditengah-tengah kesedihan; ia melibatkan
penerimaan akan perkawinan sebagai perpaduan
tak terelakkan dari kenikmatan dan pergumulan,
ketegangan dan istirahat, kesakitan dan kelegaan,
kepuasan dan kerinduan, gangguan dan
kesenangan, tetapi selalu dalam jalur persahabatan,
yang mengilhami pasangan suami-istri untuk
peduli satu sama lain: "mereka menolong dan
melayani satu sama lain".128
92
mereka, yang lebih besar dari kebutuhan saya. Ini
memampukan saya untuk mencari kebaikan
mereka meskipun mereka tidak dapat menjadi
kepunyaanku, atau ketika mereka sudah tidak
menarik secara fisik melainkan mengganggu dan
menjengkelkan. Sebab "kasih dengan mana
seseorang menyenangkan orang lain bergantung
pada pemberiannya secara bebas".130
__________
130 Ibid., q. 110, art. 1.
93
kita tahu bahwa tidak ada sukacita yang lebih besar
daripada berbagi hal yang baik: "Beri, terima dan
bersenang-senang" (Sir 14:16). Sukacita yang
paling kuat dalam hidup timbul ketika kita mampu
memunculkan sukacita di dalam sesama, sebagai
awal citarasa surga. Kita dapat memikirkan suatu
adegan indah dalam film Babette’s Feast, ketika
koki yang murah hati menerima pelukan terima
kasih dan pujian: "Ah, betapa engkau akan
menyenangkan para malaikat!" Suatu sukacita dan
penghiburan besar yang membawa kegembiraan
bagi orang lain, melihat mereka menikmati diri
mereka. Sukacita ini, buah dari kasih persaudaraan,
bukan sesuatu yang sia-sia dan egois, namun dari
para kekasih yang merasa senang karena kebaikan
yang dialami oleh orang yang mereka kasihi, yang
memberikan secara cuma-cuma kepada mereka dan
dengan demikian menghasilkan buah yang baik.
94
diungkapkan dalam perkawinan. Pertemuan
penyatuan mereka dalam institusi ini sarana untuk
memastikan bahwa kasih mereka akan sungguh
bertahan dan bertumbuh. Secara alami, kasih lebih
dari sekedar persetujuan luar atau kontrak, namun
bagaimanapun benarlah bahwa memilih untuk
memberi perkawinan suatu bentuk yang tampak
dalam masyarakat dengan mengambil komitmen
tertentu menunjukkan betapa pentingnya perkara
itu. Ia memanifestasikan keseriusan identifikasi
masing-masing pribadi dengan pribadi lainnya dan
keputusan teguh mereka untuk meninggalkan
individualisme remaja di belakang dan menjadi
sikap saling memiliki. Perkawinan adalah cara kita
menunjukkan bahwa kita sungguh telah
meninggalkan rasa aman di rumah tempat kita
dibesarkan agar kita bisa membangun suatu ikatan
kuat lainnya dan mengambil tanggungjawab baru
terhadap orang lain. Ini jauh lebih bermakna
daripada sekedar persekutuan spontan demi
kebahagiaan bersama, yang akan menjadikan
perkawinan hanya murni urusan pribadi saja.
Sebagai institusi sosial, perkawinan melindungi
dan membentuk komitmen bersama untuk
pertumbuhan kasih lebih dalam dan komitmen satu
sama lain, demi kebaikan masyarakat menyeluruh.
Itulah sebabnya perkawinan itu lebih dari gaya
(fashion) yang cepat berlalu; ia memiliki nilai
penting yang berdaya tahan. Esensinya berasal
dari sifat manusia dan karakter sosial. Melibatkan
serentetan tanggungjawab yang lahir dari kasih itu
sendiri, kasih yang begitu serius dan murah hati
yang siap menghadapi setiap resiko.
95
publik tidak berasal dari keputusan terburu-buru,
tapi bukan pula keputusan yang tertunda tanpa
batas. Memberikan diri secara eksklusif dan pasti
kepada orang lain selalu melibatkan resiko dan
taruhan yang berani. Keengganan membuat
komitmen seperti ini adalah suatu hal yang egois,
hitung-menghitung dan picik. Ia gagal mengenali
hak-hak orang lain dan mempersembahkan dia
kepada masyarakat sebagai seseorang yang layak
menerima kasih tak bersyarat. Jika dua orang
sungguh jatuh cinta, mereka secara alami akan
menunjukkannya kepada orang lain. Ketika kasih
diungkapkan di hadapan orang lain dalam kontrak
perkawinan, dengan seluruh komitmen publiknya,
hal itu jelas menunjukkan dan melindungi kata "ya"
yang diucapkan oleh mereka secara bebas dan
tanpa syarat satu sama lain. Kata "ya" ini
memberitahukan mereka bahwa mereka bisa saling
mempercayai, dan bahwa mereka tidak akan
ditinggalkan ketika kesulitan muncul atau
ketertarikan baru atau kesenangan diri muncul.
96
kesalahan dan mampu berkata: 'Maaf!', maka
keluarga kita akan mengalami damai dan
sukacita".133 Janganlah kita pelit dalam
menggunakan kata-kata ini, namun terus
mengulang-ulanginya, setiap hari. Sebab "berdiam
diri tertentu itu membebani, bahkan walau hanya
kadang kala saja terjadi di dalam keluarga, antara
suami dan isteri, antara orangtua dan anak-anak, di
antara saudara kandung".134 Kata-kata yang tepat,
diucapkan pada waktu yang tepat, melindungi dan
merawat kasih setiap hari.
__________
132 Address to the Pilgrimage of Families during the Year of
Faith (26 October 2013): AAS 105 (2013), 980.
133 Angelus Message (29 December 2013): L’Osservatore
Romano, 30-31 December 2013, p. 7.
134 Address to the Pilgrimage of Families during the Year of
Faith (26 October 2013): AAS 105 (2013), 978.
97
4:9-10). Lebih bersungguh-sungguh lagi! Kasih
perkawinan tidak dipertahankan terutama dengan
menyajikan hal tak terceraikan sebagai kewajiban,
atau dengan mengulang-ulang doktrin, tetapi
dengan menolongnya senantiasa bertumbuh
semakin kuat di bawah dorongan rahmat. Kasih
yang gagal bertumbuh itu beresiko. Pertumbuhan
hanya terjadi jika kita menanggapi rahmat Allah
melalui tindakan kasih terus-menerus, tindakan
kebaikan yang menjadi semakin sering, intens,
murah hati, lembut dan gembira. Suami dan isteri
"menjadi sadar akan kesatuannya dan
mengalaminya semakin mendalam dari hari ke
hari".136 Karunia kasih Allah ditumpahkan bagi
pasangan adalah juga panggilan untuk
pertumbuhan terus-menerus dalam rahmat.
98
menjawab panggilan untuk tumbuh bersama,
membawa kasih kepada kedewasaan dan
menguatkan persatuan, apapun yang terjadi
terjadilah.
Dialog
__________
137 CHILEAN BISHOPS’ CONFERENCE, La vida y la
familia: regalos de Dios para cada uno de nosotros (21
July 2014).
137. Ambil waktu, waktu yang berkualitas. Ini
berarti bersiap diri mendengarkan dengan sabar dan
penuh perhatian terhadap semua yang ingin
dikatakan orang lain. Hal demikian membutuhkan
disiplin diri untuk tidak berbicara sampai waktu
yang tepat. Daripada menawarkan pendapat dan
nasihat, kita perlu memastikan bahwa kita telah
mendengarkan segala sesuatu yang harus dikatakan
oleh lawan bicara. Ini berarti menumbuhkan
keheningan batin yang memungkinkan untuk
mendengar orang lain tanpa distraksi/pengalihan
mental atau emosional. Jangan terburu-buru,
99
singkirkan semua kebutuhan dan kekhawatiranmu,
dan sediakanlah ruang. Seringkali pasangan tidak
membutuhkan solusi bagi permasalahannya,
namun cukup didengarkan, untuk merasakan
bahwa seseorang menyadari kesakitannya,
kekecewaannya, ketakutannya, kemarahannya,
harapannya dan impian-impiannya. Berapa sering
kita mendengar keluhan seperti: "Ia tidak
mendengarkan saya." "Meskipun kamu tampaknya
melakukan hal itu, sesungguhnya kamu sedang
melakukan hal yang lain." "Saya berbicara
kepadanya dan saya merasa sepertinya dia tidak
sabar menunggu saya selesai." "Ketika saya
berbicara kepadanya, dia berusaha merubah topik,
atau dia memberikan kepadaku tanggapan singkat
yang tidak menyenangkan untuk mengakhiri
percakapan".
100
keprihatinannya yang terdalam dan mengambilnya
sebagai titik tolak untuk dialog selanjutnya.
101
140. Tunjukkanlah afeksi dan perhatian terhadap
orang lain. Kasih mengatasi penghalang terburuk
sekalipun. Ketika kita mengasihi seseorang, atau
ketika kita merasa dikasihi mereka, kita lebih
mudah memahami apa yang sedang mereka coba
komunikasikan. Takut terhadap orang lain seperti
terhadap seorang "lawan" menunjukkan suatu
kelemahan dan perlu diatasi. Sangat penting untuk
mendasari posisi seseorang pada pilihan-pilihan,
kepercayaan atau nilai-nilai yang teguh, dan bukan
pada kebutuhan untuk memenangkan suatu
argumentasi atau membuktikan diri benar.
102
melambangkan persatuan hati manusia dengan
Allah: "Semua mistikus telah menegaskan bahwa
kasih ilahi dan kasih surgawi menemukan
perlambangnya di dalam kasih perkawinan, bukan
di dalam persahabatan, devosi kepada anak atau
devosi kepada suatu keyakinan lainnya. Alasannya
ditemukan secara persis di dalam sifat
totalitasnya”.139 Oleh karena itu mengapa kita tidak
berhenti untuk berbicara tentang perasaan dan
seksualitas dalam perkawinan?
Dunia emosi
103
orang lain (bdk. Mrk 06:34). Dia sangat merasakan
kesedihan mereka (bdk. Yoh 11:33), dan Ia
menangis atas kematian seorang sahabat (bdk. Yoh
11:35). Contoh-contoh kepekaan-Nya ini
menunjukkan betapa besar hati manusiawi-Nya
yang terbuka bagi orang lain.
104
146. Ini berarti, jika gairah diikuti tindakan bebas,
gairah itu dapat mewujudkan kedalaman tindakan.
Cinta perkawinan berusaha untuk memastikan
keseluruhan kehidupan emosi kita bermanfaat bagi
keluarga secara juga berguna untuk melayani
kepentingan umum. Sebuah keluarga disebut
dewasa ketika kehidupan emosi anggotanya
menjadi suatu bentuk kepekaan yang tidak
menghambat atau mengaburkan keputusan maupun
nilai-nilai besar, melainkan mengikuti kebebasan
masing-masing,141 darimana ia memperkaya,
menyempurnakan dan mengharmoniskannya
dalam pelayanan bagi semua.
__________
141 Cf. ibid., q. 59, art. 5.
105
palsu tentang eros … sesungguhnya melucuti
martabat ilahi dan merendahkan martabat
manusia”. 143
__________
142 Encyclical Letter Deus Caritas Est (25 December 2005), 3:
AAS 98 (2006), 219-220.
143 Ibid., 4: AAS 98 (2006), 220.
144 Cf. THOMAS AQUINAS, Summa Theologiae I-II, q. 32,
art.7.
Seseorang pasti bisa menyalurkan gairahnya
dengan cara yang indah dan sehat, semakin banyak
mengarahkannya pada altruisme dan pemenuhan
diri terpadu yang hanya akan memperkaya
hubungan antar pribadi dalam jantung keluarga. Ini
tidak berarti menahan diri dari saat-saat sukacita
yang mendalam,145 melainkan menyatukannya
dengan saat-saat lain dari komitmen yang
melimpah, harapan penuh kesabaran, kelelahan
yang tak terelakkan dan perjuangan untuk
mencapai yang ideal. Kehidupan keluarga adalah
semua ini, dan ini membuatnya layak untuk
dihidupi sepenuh-penuhnya.
106
ketika dengan cinta yang besar Ia mengatakan:
"Anakku, hendaklah baik memelihara dirimu..
Jangan melewatkan bagian kebahagiaan yang
diinginkan" (Sir 14:11-14). Pasangan yang
menikah juga menanggapi kehendak Allah ketika
mereka menerima perintah Kitab Suci: "Pada hari
mujur bergembiralah" (Peng 7:14). Yang penting
adalah memiliki kebebasan untuk menyadari
bahwa kenikmatan dapat diekspresikan secara
berbeda-beda pada waktu yang berbeda dalam
kehidupan, sesuai dengan kebutuhan untuk saling
__________
145 Cf. id., Summa Theologiae II-II, q. 153, art. 2, ad 2:
“Abundantia delectationis quae est in actu venereo
secundum rationem ordinato, non contrariatur medio
virtutis”.
mencintai. Dalam hal ini, kita menghargai ajaran
beberapa ahli dari Timur yang mendesak kita untuk
memperluas kesadaran kita, jangan sampai kita
dipenjarakan oleh salah satu pengalaman yang
terbatas yang dapat membuat kita seperti
mengenakan kaca mata kuda. Perluasan kesadaran
ini bukanlah penyangkalan atau pemusnahan
keinginan melainkan pelebaran dan
penyempurnaannya.
107
seksualitas "karena itu perlu untuk keturunan".147
Keinginan seksual bukanlah sesuatu yang harus
dipandang rendah, "dan tidak dapat dimunculkan
upaya apapun untuk mempertanyakan pentingnya
hal itu”. 148
108
cinta di dalam mana pribadi manusia dengan tepat
merupakan suatu pemberian”.153 Suatu hasrat
seksual yang sehat, meskipun erat hubungannya
dengan mengejar kesenangan, selalu melibatkan
rasa kagum, dan karena alasan itulah dapat
memanusiawikan berbagai dorongan tersebut.
__________
149 Catechesis (12 November 1980), 2: Insegnamenti III/2
(1980), 1133.
150 Ibid., 4.
151 Ibid., 5.
152 Ibid., 1: 1132.
153 Catechesis (16 January 1980), 1: Insegnamenti III/1 (1980),
151.
109
kesempatan khusus dan alat bagi penonjolan-diri
dan kepuasan egoistis berbagai nafsu dan naluri
pribadi”.155 Dalam situasi sekarang ini, seksualitas
berisiko diracuni oleh mentalitas "pakai dan
buang". Tubuh pihak lain sering dipandang sebagai
obyek yang akan dipakai sejauh tubuh itu
menawarkan kepuasan, dan dibuang setelah tidak
lagi menarik. Bisakah kita benar-benar tidak peduli
atau mengabaikan bentuk-bentuk dominasi,
arogansi, pelecehan, penyimpangan seksual dan
__________
154 JOSEF PIEPER, Über die Liebe, Munich, 2014, 174.
English: On Love, in Faith, Hope, Love, San Francisco,
1997, p. 256.
kekerasan yang terus berlangsung hal mana
merupakan produk dari pemahaman seksualitas
yang sesat? Atau kenyataan bahwa martabat orang
lain dan panggilan manusia untuk mengasihi akan
berakhir sebagai hal yang kurang penting
dibandingkan kebutuhan yang tidak jelas untuk
"menemukan diri sendiri"?
110
menyalahgunakan saudaranya dengan tidak baik
atau memperdayakannya" (1 Tes 4:6). Meskipun
Paulus menulis dalam konteks budaya patriarkat
yang menganggap perempuan sebagai bawahan
laki-laki, ia tetap mengajarkan bahwa seks harus
melibatkan komunikasi antar pasangan: itu
membawa kemungkinan pada penundaan
hubungan seksual untuk sementara waktu, tetapi
"atas persetujuan bersama" (1 Kor 7: 5).
__________
157 SECOND VATICAN ECUMENICAL COUNCIL,
Pastoral Constitution on the Church in the Modern World
Gaudium et Spes, 49.
155. Santo Yohanes Paulus II dengan sangat halus
memperingatkan bahwa pasangan dapat "terancam
oleh sifat tidak-terpuaskan"158. Dengan kata lain,
sementara terpanggil untuk semakin bersatu
dengan kuat, mereka dapat beresiko memudarkan
perbedaan-perbedaan mereka dan jarak yang
semestinya ada di antara keduanya. Karena
masing-masing memiliki martabatnya dengan tepat
dan tidak dapat diambil darinya. Manakala rasa
memiliki timbal balik berubah menjadi dominasi,
"struktur komuni dalam relasi interpersonal (antar
pribadi) pada dasarnya berubah".159 Ini adalah
bagian dari mentalitas dominasi di mana mereka
yang mendominasi akhirnya menghilangkan
martabat mereka sendiri.160 Pada akhirnya, mereka
tidak lagi "mengenal tubuh mereka sendiri secara
subyektif",161 karena mereka menghilangkan
makna terdalamnya. Mereka berakhir dengan
menggunakan seks sebagai bentuk pelarian dan
menolak indahnya kesatuan perkawinan.
111
Paulus kepada umat di Efesus di mana Paulus
mengatakan bahwa perempuan "tunduklah kepada
suamimu" (Ef 5:22). Bagian ini mencerminkan
kondisi budaya pada waktu itu, tapi perhatian kita
tidaklah pada titik pandang budaya tetapi pada
__________
158 Catechesis (18 June 1980), 5: Insegnamenti III/1 (1980),
1778.
159 Ibid., 6.
160 Cf. Catechesis (30 July 1980), 1: Insegnamenti III/2 (1980),
311.
161 Catechesis (8 April 1981), 3: Insegnamenti IV/1 (1981),
904.
ajaran atau pesan yang disampaikannya. Santo
Yohanes Paulus II dengan bijaksana menyatakan:
"Cinta menyingkirkan setiap jenis penundukan di
mana istri dapat menjadi hamba atau budak dari
suami... Masyarakat atau kesatuan yang harus
mereka bangun melalui pernikahan didasari oleh
sumbangan diri timbal balik, yang juga saling
tunduk satu terhadap yang lain."162 Oleh karena itu
Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa
"suami harus mengasihi isterinya sama seperti
tubuhnya sendiri" (Ef 5:28). Teks Kitab Suci
sebenarnya peduli dengan mendorong semua orang
untuk mengatasi rasa puas diri dan terus-menerus
memperhatikan pasangannya: "Rendahkanlah
dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
akan Kristus" (Ef 5:21). Dalam pernikahan, "saling
tunduk" secara timbal balik mengambil makna
khusus, dan dipandang sebagai rasa saling
memiliki yang dipilih dengan bebas yang ditandai
dengan kesetiaan, rasa hormat dan perhatian.
Seksualitas tak terpisahkan dalam pelayanan
persahabatan suami-istri ini, karena ia
dimaksudkan untuk menambah pemenuhan
terhadap pasangannya.
112
157. Demikian pula, penolakan terhadap
penyimpangan seksualitas dan erotisisme jangan
pernah membawa kita pada penistaan atau
penolakan seksualitas dan eros itu sendiri.
Idealisme perkawinan tidak dapat dilihat sebagai
donasi dan pengorbanan diri yang melimpah, di
mana masing-masing pasangan menyangkal semua
kebutuhan pribadinya dan hanya mencari
__________
162 Catechesis (11 August 1982), 4: Insegnamenti V/3 (1982),
205-206.
kebaikan pasangannya tanpa memperhatikan
kepuasan pribadi. Kita perlu ingat bahwa cinta
sejati juga perlu untuk dapat menerima
pasangannya, menerima kerapuhan dan kebutuhan
sendiri, dan untuk menyambut dengan rasa syukur
yang tulus dan penuh sukacita ekspresi fisik dari
cinta yang ditemukan dalam belaian, pelukan,
ciuman dan hubungan seksual. Benediktus XVI
menyatakan hal ini dengan sangat jelas: "Haruskah
manusia bercita-cita memiliki roh yang murni dan
menolak daging karena berkaitan dengan sifat
hewani semata, bila demikian maka baik roh
maupun tubuh keduanya kehilangan
163
martabatnya. Untuk alasan ini, "manusia tidak
bisa hidup dengan kasih persembahan yang bersifat
ke bawah saja. Ia tidak bisa selalu memberi, ia juga
harus menerima. Siapa saja yang ingin memberikan
cinta juga harus menerima cinta sebagai suatu
hadiah.164 Namun, kita tidak boleh lupa bahwa
keseimbangan manusia masih rapuh; ada bagian
dari diri kita yang menolak pertumbuhan manusia
sejati, dan setiap saat ia dapat melepaskan
kecenderungan yang paling primitif dan egois.
113
158. "Banyak orang yang tidak menikah bukan
hanya mempersembahkan diri bagi keluarga
mereka sendiri tetapi juga sering memberikan
pelayanan besar di dalam kelompok teman-teman
mereka, dalam komunitas Gereja dan dalam
__________
163 Encyclical Letter Deus Caritas Est (25 December 2005), 5:
AAS 98 (2006), 221.
164 Ibid., 7.
kehidupan profesional mereka. Kadang-kadang
kehadiran dan perhatian mereka terabaikan,
mengakibatkan mereka seperti terisolasi. Banyak di
antara mereka yang menyumbangkan bakat untuk
melayani komunitas Kristen melalui kegiatan amal
dan kerja sukarela. Lainnya tetap tidak menikah
karena mereka ingin mempersembahkan hidup
mereka kepada kasih Kristus dan sesama. Dedikasi
mereka ini sangat memperkaya keluarga, Gereja
dan masyarakat”.165
114
orang menerima dari Allah karunianya yang khas,
yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu" (1
Korintus 7:7). Merefleksikan hal ini, Santo
Yohanes Paulus Paul II mencatat bahwa teks Kitab
Suci "tidak memberikan alasan untuk menegaskan
'inferioritas' perkawinan, ataupun 'superioritas'
keperawanan atau selibat"166 berdasarkan pantang
seksual. Daripada berbicara secara absolut tentang
keunggulan keperawanan, cukuplah untuk
menunjukkan bahwa kondisi kehidupan yang
berbeda-beda melengkapi satu sama lain, dan
dengan sendirinya sebagian dapat lebih sempurna
dalam satu cara dan sebagian lain lebih sempurna
dalam cara lainnya. Alexander dari Hales,
misalnya, menyatakan bahwa dalam arti tertentu
perkawinan dapat dianggap lebih unggul di antara
sakramen-sakramen gerejani lainnya, karena
sakramen perkawinan itu melambangkan realitas
besar "persatuan Kristus dengan Gereja, atau
penyatuan sifat ilahi Kristus dan kodrati
manusia”.167
115
161. Nilai keperawanan terletak pada lambang
cinta yang tidak perlu untuk memiliki orang lain;
dengan cara ini ia mencerminkan kebebasan
Kerajaan Surga. Keperawanan mendorong
pasangan menikah untuk menghidupi kasih
perkawinan mereka sendiri dengan latar belakang
kasih definitif Kristus, melakukan perjalanan
bersama menuju kepenuhan Kerajaan Allah.
Menurut bagiannya, kasih perkawinan
melambangkan nilai-nilai lainnya. Di satu sisi, ia
adalah refleksi tertentu tentang kesatuan penuh
dalam perbedaan yang ditemukan di dalam Allah
Tritunggal. Keluarga adalah juga tanda Kristus.
Keluarga mewujudkan kedekatan Allah yang
merupakan bagian dari setiap kehidupan manusia,
karena Ia menjadi satu dengan kita melalui
inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Setiap
pasangan menjadi "satu daging" dengan
pasangannya sebagai tanda kesediaan untuk
berbagi segala sesuatu dengan pasangannya sampai
mati. Sementara keperawanan adalah tanda
"eskatologis" Kristus yang bangkit, perkawinan
adalah tanda "historis" bagi kita yang hidup di
dunia ini, tanda Kristus duniawi yang memilih
untuk menjadi satu dengan kita dan menyerahkan
diriNya bagi kita bahkan sampai mencurahkan
darahNya. Keperawanan dan pernikahan adalah,
dan sudah seharusnya, cara-cara yang berbeda
dalam mencintai. Karena "manusia tidak bisa hidup
tanpa cinta. Dia tetap merupakan makhluk yang
tidak bisa dimengerti bagi dirinya sendiri, hidupnya
menjadi tidak masuk akal, jika cinta tidak
diungkapkan kepadanya.”171
116
membelanjakan uang untuk apa yang disukainya,
menghabiskan waktu bersama orang-orang lain
sesuai keinginannya sendiri. Di dalam hal seperti
itu, kesaksian orang-orang yang menikah menjadi
sangat mengesan. Mereka yang terpanggil untuk
tetap perawan dapat menemukan pada sejumlah
perkawinan tanda yang jelas kesetiaan Allah yang
murah hati dan tahan uji terhadap perjanjianNya,
dan hal ini dapat menggerakkan mereka kepada
ketersediaan yang konkret dan murah hati terhadap
orang lain. Banyak pasangan yang sudah menikah
tetap setia ketika salah satu dari mereka telah
menjadi tidak menarik secara fisik, atau gagal
untuk memenuhi kebutuhan pasangannya,
meskipun suara dalam masyarakat kita yang
mungkin mendorong mereka untuk menjadi tidak
setia atau meninggalkan yang lain. Seorang istri
dapat merawat suaminya yang sakit dan dengan
demikian, dengan mendekatkan diri pada Salib, ia
memperbaharui janjinya untuk mencintai sampai
mati. Dengan cinta seperti itu, martabat kekasih
sejati semakin terpancar, sehingga lebih tepat untuk
karya amal yaitu untuk mencintai daripada
dicintai.172 Kita juga bisa menunjuk pada kehadiran
di banyak keluarga suatu kapasitas melayani tanpa
pamrih dan penuh kasih manakala anak-anak
menjadi bermasalah dan bahkan tidak tahu
berterima-kasih. Hal ini membuat orang tua seperti
itu menjadi tanda kasih Yesus yang bebas dan tanpa
pamrih. Kasus-kasus seperti ini mendorong orang-
orang yang hidup selibat untuk menghidupi janji
mereka bagi Kerajaan Allah dengan lebih bermurah
hati dan lebih terbuka. Sekarang ini, sekularisasi
telah mengaburkan nilai penyatuan seumur hidup
dan keindahan panggilan untuk menikah. Untuk
alasan ini, "perlulah memperdalam pemahaman
tentang aspek-aspek positif tentang kasih
perkawinan".173
117
TRANSFORMASI KASIH
118
pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Dalam
perjalanan hidup ini, kasih bersukacita di setiap
langkah dan di setiap tingkatan yang baru.
119
mentransformasikan kasih kita di dalam setiap
situasi yang baru.
__________
174 JOHN PAUL II, Catechesis (31 October 1984), 6:
Insegnamenti VII/2 (1984), 1072.
175 BENEDIT XVI, Encyclical Letter Deus Caritas Est (25
December 2005), 8: AAS 98 (2006), 224.
120
BAB LIMA
121
dari kehidupan mereka, banyak anak-anak yang
ditolak, ditinggalkan dan dirampas masa kanak-
kanak dan hari depannya”. Ada juga orang-orang
yang berani berkata, sepertinya membenarkan
dirinya sendiri, bahwa merupakan suatu kesalahan
untuk membawa anak-anak ini ke dalam dunia.
Sungguh memalukan!...Bagaimana kita bisa
mengeluarkan deklarasi tentang hak azasi manusia
dan hak perlindungan bagi anak-anak, jika kita
kemudian menhukum anak-anak itu atas kesalahan
daripada kaum dewasa? Jika seorang anak lahir ke
dunia dalam situasi yang tidak diinginkan, para
orang tua dan seluruh anggota keluarganya harus
melakukan segala upaya untuk menerima anak
tersebut sebagai karunia dari Allah dan mengambil
tanggung jawab untuk menerima anak-anak ini
dengan keterbukaan dan kasih sayang. Sebab
“ketika berbicara tentang anak yang lahir ke dunia,
tidak ada pengorbanan yang dilakukan orang
dewasa yang akan dianggap terlalu besar atau
terlalu mahal, jika ini dimaksudkan agar sang anak
tidak pernah harus merasakan bahwa ia adalah
suatu kesalahan atau tidak berharga atau
ditinggalkan kepada empat penjuru angin dan
kepada keangkuhan manusia”.180 Karunia seorang
anak, yang dipercayakan Tuhan kepada seorang
bapak dan ibu, dimulai dengan penerimaan,
dilanjutkan dengan perlindungan seumur hidup dan
memiliki tujuan akhirnya berupa sukacita
kehidupan abadi.
Dengan teduh merenungkan pemenuhan akhir
hidup manusia, orang tua akan lebih menyadari
akan karunia berharga yang dipercayakan kepada
_________
179 Catechesis (8 April 2015): L’Osservatore Romano, 9 April
2015, p. 8.
180 Ibid.
122
mereka. Sebab Tuhan memperbolehkan para orang
tua memilihkan nama yang dengan nama itu Dia
sendiri akan memanggil anak-anak mereka masuk
ke dalam keabadian.181
123
Keibuan adalah buah dari “Potensi kreatif khusus
dari tubuh seorang wanita, yang ditujukan untuk
pembuahan dan kelahiran seorang manusia
baru”.183 Setiap wanita berpartisipasi dalam
“misteri penciptaan, yang selalu diperbaharui
dengan tiap kelahiran”.184 Pemazmur mengatakan:
”Engkau merangkai aku di dalam rahim
ibuku.(Mzm 139 : 13). Setiap anak yang tumbuh di
dalam rahim ibunya adalah bagian dari rencana
kasih abadi dari Allah Bapa: “Sebelum Aku
membentukmu di dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau”. (Yer
1:5). Setiap anak mempunyai tempat di hati Tuhan
dari segala keabadian; sekali ia dikandung, impian
kekal sang Pencipta menjadi kenyataan. Marilah
kita berhenti sejenak dan merenungkan betapa
luhur nilai sang janin dari saat pembuahannya. Kita
perlu melihatnya dari sudut pandang Allah, yang
selalu melihat lebih dari sekedar penampilan.
124
tersebut. Dengan doa-doa mereka, orangtua
mempersiapkan baptisan, mempercayakan bayi
mereka kepada Yesus bahkan sebelum ia
dilahirkan.
125
mereka karena mereka adalah anak-anak. Seorang
anak adalah seorang anak”.186 Kasih orangtua
merupakan sarana yang dengannya Allah Bapa kita
menunjukkan kasihNya sendiri. Ia menanti-natikan
kelahiran setiap anak, menerima anak tersebut
tanpa syarat, dan menyambut mereka dengan
bebas.
126
nama pribadi, berbagi bahasa, tatapan kasih dan
cerahnya senyuman. Dengan cara ini, mereka
belajar bahwa keindahan relasi manusia menyentuh
jiwa, mengupayakan kebebasan kita,, menerima
perbedaan orang lain, mengenali dan menghormati
mereka sebagai rekan dialog… Seperti itulah kasih,
dan ia mengandung sepercik kasih Allah!”187
Setiap anak berhak menerima kasih dari seorang
ibu dan seorang bapak; keduanya perlu bagi
perkembangan anak yang integral dan harmonis.
Sebagaimana diamati Uskup Australia, masing-
masing pasangan “berkontribusi dengan cara yang
berbeda untuk membesarkan seorang anak. Dengan
menghormati martabat seorang anak berarti
meneguhkan kebutuhannya dan hak alaminya
untuk memiliki seorang ibu dan seorang bapak”.188
Kita sedang membicarakan bukan semata-mata
tentang kasih bapak dan ibu sebagai pribadi, namun
juga kasih timbal balik antar mereka, yang diamati
sebagai sumber kehidupan seseorang dan dasar
yang kokoh bagi keluarga. Tanpa hal ini, seorang
anak dapat hanya menjadi mainan. Suami dan
isteri, bapak dan ibu, keduanya “bekerjasama
dengan kasih Allah sang Pencipta, dan merupakan,
dalam arti tertentu, penterjemahNya”.189 Mereka
menunjukkan kepada anak - anak mereka wajah
__________
187 Catechesis (14 October 2015): L’Osservatore Romano, 15
October 2015, p. 8.
188 AUSTRALIAN CATHOLIC BISHOPS’ CONFERENCE,
Pastoral Letter Don’t Mess with Marriage (24 November
2015), 13.
189 SECOND VATICAN ECUMENICAL COUNCIL,
Pastoral Constitution on the Church in the Modern World
Gaudium et Spes, 50.
keibuan dan kebapakan dari Tuhan. Bersama-sama
mereka mengajarkan nilai timbal-balik, rasa
hormat atas perbedaan dan menjadi mampu untuk
memberi dan menerima. Bila karena suatu sebab
127
yang tidak dapat dihindarkan tidak tersedia salah
satu orang tua, penting untuk mengkompensasikan
kehilangan ini, demi perkembangan yang sehat
menuju kedewasaan anak tersebut.
128
174. “Ibu-ibu adalah antidotum terkuat terhadap
penyebaran individualism yang mementingkan diri
sendiri… Merekalah yang bersaksi akan keindahan
hidup”.192 Sudah pasti, “masyarakat tanpa ibu akan
mengalami dehumanisasi, karena ibu-ibu
senantiasa, bahkan di masa-masa yang paling sulit,
memberi kesaksian akan kelembutan, dedikasi dan
kekuatan moral. Kaum ibu sering menjelaskan arti
yang mendalam dari praktek keagamaan dalam
doa-doa perdana dan kegiatan devosi yang
dipelajari anak-anak mereka... Tanpa kaum ibu,
bukan saja tidak akan ada kaum beriman yang baru,
tetapi juga iman itu sendiri akan kehilangan
sebagian besar kehangatannya yang sederhana dan
terasa dengan kuat… Para ibu: terima kasih!
Terima kasih untuk apa yang anda perankan di
dalam keluarga dan apa yang telah anda berikan
kepada Gereja dan dunia”.193
129
perhatian kepada isterinya seperti halnya seorang
ibu yang penuh perhatian. Memang ada
kelonggaran tertentu dari peran dan tanggung
jawab ayah dan ibu dalam keluarga tergantung dari
keadaan nyata dari masing-masing keluarga. Tetapi
kehadiran serta fungsi yang jelas dan telah
ditetapkan bagi kedua tokoh itu, pria dan wanita,
akan menciptakan suasana yng terbaik bagi
pertumbuhan sang anak.
130
diperlakukan dengan kasar. Mereka sendiri
menjadi tidak pasti dan karenanya gagal
memberikan bimbingan yang mantap kepada anak-
anaknya. Pembalikan peran antara orang tua dan
anak-anak adalah tidak sehat sebab hal itu
menghalangi proses perkembangan semestinya
yang perlu dialami anak-anak dan ini mengingkari
mereka akan kasih dan bimbingan yang dibutuhkan
untuk menjadi dewasa.196
131
itu”.198 Adalah kurang baik bagi anak-anak untuk
kehilangan ayahnya dan bertumbuh sebelum
mereka siap.
__________
199 SECOND VATICAN ECUMENICAL COUNCIL, Pastoral
Constitution on the Church in the Modern World
Gaudium et Spes, 50.
200 FIFTH GENERAL CONFERENCE OF THE LATIN
AMERICAN AND CARIBBEAN BISHOPS, Aparecida
Document (29 June 2007), No. 457.
132
Penting untuk mendesak agar legislasi membantu
memfasilitasi proses adopsi ini, terutama dalam
kasus anak yang tidak dikehendaki, guna mencegah
tindakan aborsi atau meninggalkan anak. Mereka
yang menerima tantangan untuk mengadopsi dan
menerima seseorang tanpa syarat dan dengan
murah hati menjadi saluran kasih Allah. Karena
Dia bersabda: ”sekalipun ibumu melupakanmu,
Aku tidak akan melupakan engkau“ (Yes 49:15).
133
yang menopang mereka. Keluarga-keluarga
Kristiani tidak boleh lupa bahwa iman tidak
memindahkan kita dari dunia, tetapi mendekatkan
kita lebih dalam kepadanya… Masing-masing dari
kita, pada kenyataannya, mempunyai peran khusus
dalam menyiapkan kedatangan Kerajaan Allah di
dunia kita”.203 Keluarga-keluarga tidak boleh
memandang dirinya sebagai tempat
pengungsian dari masyarakat, sebaliknya
keluarlah dari rumah-rumah mereka dengan
semangat solidaritas bersama dengan orang-
orang lainnya. Dengan cara ini, mereka menjadi
pusat untuk mengintegrasikan orang-orang ke
dalam masyarakat dan menjadi titik temu antara
area public dan area privat. Pasangan yang
menikah
134
Jika aku mengasihimu, itu karena engkau adalah
Kasihku, pendampingku dan segalanya bagiku,
Dan di jalan, berjalan berdampingan,
Kita lebih dari sekedar dua orang”.204
135
merasa dipandang rendah atau dihakimi oleh
mereka.
136
atau perjamuan malam, janganlah engkau
mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-
saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-
tetanggamu yang kaya, karena mereka akan
membalasnya dengan mengundang engkau pula
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat,
orang-orang lumpuh dan orang-orang buta, dan
engkau akan bahagia” (Luk 14:12-14). Engkau
akan diberkati! Inilah rahasia dari keluarga
bahagia.
Membeda-bedakan tubuh
137
lebih kaya cenderung mendiskriminasikan anggota
yang lebih miskin, dan terbawa bahkan dalam
jamuan agape yang mengikuti perayaan Ekaristi.
Sementara yang kaya menikmati makanannya,
yang miskin hanya melihat dan pergi dengan lapar.
“Hingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.
Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri
untuk makan dan minum? Atau maukah kamu
menghinakan Jemaat Allah atau memalukan orang-
orang yang tidak mempunyai apa-apa? (bdk ayat
21-22).
138
tidak berarti. Sebaliknya, keluarga-keluarga yang
menempatkan dan menerima ekaristi ini dengan
pantas dan teratur, akan menguatkan keinginannya
akan persaudaraan, kesadaran sosial dan
komitmennya terhadap mereka yang
membutuhkan.
139
seseorang telah menjadi dewasa, atau orang yang
dianggap tua, bahkan jika seseorang telah menjadi
orang tua, atau jika seseorang menduduki posisi
yang penting, di bawah semua itu masih ada
identitas sebagai seorang anak. Kita semua adalah
anak-anak laki-laki dan perempuan. Dan hal ini
selalu membawa kita kembali pada kenyataan
bahwa kita tidak menciptakan hidup kita sendiri,
tetapi kita menerimanya. Karunia kehidupan yang
begitu besar ini adalah karunia yang pertama kita
terima.
140
kegagalan melakukan ini sebagai suatu
pengorbanan dan penyerahan diri yang diperlukan.
Orangtua tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan,
namun perkawinan itu sendiri menuntut kalau
mereka “ditinggalkan”, supaya keluarga baru itu
dapat menjadi perapian keluarga sejati, suatu
tempat keamanan, harapan dan rencana masa
depan, dan pasangan itu dapat benar-benar menjadi
“satu daging” (ibid). Di dalam sejumlah
perkawinan, satu pasangan menjaga rahasia
terhadap pasangannya, mempercayakan rahasia
tersebut hanya kepada orangtuanya. Akibatnya,
pendapat dari orangtuanya menjadi lebih penting
daripada perasaan dan pendapat pasangannya.
Situasi
__________
210 Catechesis (11 February 2015): L’Osservatore Romano, 12
February 2015, p. 8.
seperti ini tidak dapat belangsung terus, dan
walaupun memerlukan waktu, kedua pasangan
perlu berusaha untuk tumbuh dalam kepercayaan
dan komunikasi. Perkawinan menantang suami dan
isteri menemukan cara-cara baru menjadi putera
dan puteri.
141
terhadap usia lanjut. Kita harus membangkitkan
kembali kesadaran kolektif rasa syukur, apresiasi,
keramah-tamahan, yang membuat kaum lanjut usia
merasa seperti menjadi bagian hidup komunitas.
Para lanjut usia kita adalah pria dan wanita, ayah
dan ibu, yang telah hadir sebelum kita di jalan kita
sendiri, di dalam rumah kita, di dalam pertempuran
sehari-hari memperjuangkan hidup yang
berharga”. 212
Sesungguhnya, “betapa saya
menghendaki sebuah Gereja yang menantang
budaya membuang dengan suatu sukacita yang
mengalir dari rangkulan baru antara orang muda
dan orang tua!” 213
142
membangun relasi yang stabil dan untuk menyadari
bahwa realitas itu lebih besar daripada diri mereka
sendiri. “Perhatian kepada kaum lanjut usia
membuat perbedaan dalam masyarakat. Apakah
masyarakat menunjukkan kepedulian bagi para
lanjut usia? Tersediakah ruang bagi kaum lanjut
usia? Masyarakat seperti itu akan bergerak maju
bila ia menghormati kaum lanjut usia”.217
__________
214 Apostolic Exhortation Familiaris Consortio, 27 (22
November 1981): AAS 74 (1982), 113.
215 Id., Address to Participants in the “International Forum
on Active Aging” (5 September 1980), 5: Insegnamenti
III/2 (1980), 539.
216 Relatio Finalis 2015, 18.
217 Catechesis (4 March 2015): L’Osservatore Romano, 5
March 2015, p. 8.
193. Hilangnya ingatan sejarah merupakan suatu
kelemahan serius dalam masyarakat kita. Suatu
mentalitas yang hanya dapat berkata, “Dulu ya
dulu, sekarang ya sekarang”, pada dasarnya bersifat
tidak matang. Mengetahui dan menilai peristiwa
masa lalu merupakan satu-satunya cara untuk
membangun masa depan yang bermakna. Ingatan
itu penting bagi pertumbuhan: “Ingatlah akan masa
yang lalu” (Ibr 10:32). Dengan mendengarkan para
lanjut usia menceritakan kisah mereka adalah baik
bagi anak-anak dan orang-orang muda; hal itu
membuat mereka merasa tersambungkan kepada
sejarah hidup keluarga mereka, para tetangga
mereka dan negara mereka. Keluarga yang gagal
menghormati dan memelihara kakek-neneknya,
yang merupakan ingatan hidup mereka, sudah
mengalami kemerosotan, sementara keluarga yang
mengingat mereka memiliki masa depan. “Suatu
masyarakat yang tidak memiliki ruang bagi para
lanjut usia atau membuang mereka karena mereka
membuat masalah, mempunyai suatu virus yang
mematikan”.218 “Hal itu merupakan suatu robekan
143
dari akarnya”.219 Pengalaman kontemporer kita
menjadi yatim-piatu sebagai akibat diskontinuitas
budaya, tercabutnya dan runtuhnya kepastian-
kepastian yang membentuk kehidupan kita,
menantang kita untuk membuat keluarga kita
menjadi tempat di mana anak-anak dapat
membenamkan akarnya di tanah yang kaya akan
sejarah kolektif.
218 Ibid.
219 Address at the Meeting with the Elderly (28 September
2014): L’Osservatore Romano, 29-30 September 2014, p. 7.
144
lemah, sakit atau cacat"221. Harus diakui bahwa
"memiliki saudara atau saudari yang mencintai
Anda adalah pengalaman yang mendalam,
berharga dan unik "222. Anak-anak perlu sabar
diajarkan untuk memperlakukan satu sama lain
sebagai saudara dan saudari. Pelatihan yang cukup
menuntut ini, adalah sekolah yang
__________
220 Catechesis (18 February 2015): L’Osservatore Romano, 19
February 2015, p. 8.
221 Ibid.
222 Ibid.
145
bagian dari keluarga besar ini, begitu juga
komunitas keluarga-keluarga yang menyokong
satu sama lain di dalam kesulitan mereka,
komitmen sosial dan iman mereka.
146
pasangan. Kesediaan melakukan hal tersebut
merupakan juga suatu ekspresi yang baik sekali
akan kasih yang murah hati kepada pasangannya.
BAB ENAM
BEBERAPA PANDANGAN PASTORAL
147
kekosongan batin dan kesepian' (Evangelii
Gaudium, 1). Seperti dalam perumpamaan tentang
penabur (lih. Mat 13: 3-9), kita dipanggil untuk
membantu menabur benih; selanjutnya adalah
pekerjaan Allah. Kita tidak boleh lupa juga bahwa,
dalam pengajaran Gereja tentang keluarga, Gereja
adalah suatu tanda kontradiksi"226. Pasangan
menikah bersyukur
______________
225 Relatio Synodi 2014, 30.
226 Ibid., 31.
bahwa pastor mereka menjunjung idealism tinggi
tentang cinta yang kuat, padat, berdaya-tahan dan
mampu mempertahankan mereka melewati
pencobaan apapun yang harus mereka menghadapi.
Gereja berkeinginan, dengan rendah hati dan kasih
sayang, menjangkau keluarga-keluarga dan
"menolong setiap keluarga untuk menemukan cara
terbaik mengatasi hambatan apapun yang ia
temukan"227. Tidaklah cukup untuk menunjukkan
kepedulian umum bagi keluarga dalam
perencanaan pastoral. Memampukan keluarga
untuk mengambil peran mereka sebagai agen aktif
kerasulan keluarga untuk melakukan "suatu upaya
evangelisasi dan katekese di dalam keluarga"228.
148
nilai-nilai yang jelas diperlukan saat ini, bahkan di
negara-negara yang paling sekuler sekalipun.230.
Para Bapa Sinode juga "menyoroti kenyataan
bahwa penginjilan perlu mengecam tanpa ragu
__________
227 Relatio Finalis 2015, 56.
228 Ibid., 89.
229 Relatio Synodi 2014, 32.
230 Ibid., 33
149
yang dihadapi oleh keluarga. Kita juga boleh
belajar dari pengalaman para imam-imam Gereja
Timur yang hidup berkeluarga.
__________
231 Relatio Synodi 2014. 3238.
232 Relatio Finalis 2015, 77.
233 Ibid., 61. 154
203. Para seminaris harus menerima interdisiplin
ilmu yang lebih luas, dan bukan hanya doktrin,
formasi di bidang pertunangan dan pernikahan.
Pelatihan bagi mereka ini tidak selalu
memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi latar
belakang psikologis dan afektif mereka sendiri.
Sebagian dari mereka berasal dari keluarga yang
bermasalah, ketiadaan orang tua dan kurangnya
stabilitas emosi. Perlu untuk memastikan bahwa
proses formasi dapat memungkinkan mereka untuk
mencapai kematangan dan keseimbangan
psikologis yang dibutuhkan untuk pelayanan
mereka di masa depan. Ikatan keluarga sangat
penting untuk memperkuat harga diri yang sehat.
Adalah penting bagi keluarga untuk menjadi bagian
dari proses seminari dan kehidupan imamat, karena
keluarga membantu untuk mengukuhkan kembali
hal-hal ini dan menjaga mereka berpijak dengan
kokoh dalam dunia nyata. Sangat perlu bagi para
seminaris untuk mengkombinasikan waktu mereka
di seminari dengan waktu mereka di paroki-paroki.
Di paroki mereka akan memiliki kontak yang lebih
besar dengan realitas konkrit kehidupan keluarga,
karena dalam pelayanan di masa depan, mereka
akan banyak berurusan dengan keluarga.
"Kehadiran orang awam, keluarga dan terutama
kehadiran wanita dalam formasi imam,
mempromosikan suatu apresiasi terhadap
perbedaan dan saling melengkapi dalam panggilan
Gereja yang berbeda-beda".234
150
204. Respon atas konsultasi juga mendesak
perlunya pelatihan bagi para pemimpin awam yang
dapat membantu dalam pelayanan pastoral
keluarga, dengan bantuan para guru dan konselor,
dokter keluarga dan dokter komunitas, pekerja
sosial, pendamping remaja dan keluarga, dan
menegaskan pada kontribusi psikologi, sosiologi,
terapi perkawinan serta konseling. Para
profesional, khususnya mereka yang memiliki
pengalaman praktis, membantu menjaga inisiatif
pastoral yang berdasar pada situasi nyata dan
keprihatinan nyata keluarga-keluarga. "Kursus-
kursus dan program-program, yang direncanakan
khusus untuk pekerja pastoral, dapat membantu
dengan mengintegrasikan program persiapan
perkawinan ke dalam dinamika kehidupan gerejani
yang lebih luas"235. Pelatihan pastoral yang baik
adalah penting "terutama mengingat situasi darurat
tertentu yang timbul dari kasus-kasus kekerasan
dan pelecehan seksual dalam rumah tangga”. 236.
Semua ini tidak mengurangi, melainkan
melengkapi nilai dasar pengarahan spiritual, harta
rohani Gereja yang kaya, dan Rekonsiliasi
sakramental.
151
dengan cara memberikan konteks terbaik bagi
pertumbuhan dan perkembangan mereka.
__________
237 Cf. Relatio Synodi 2014, 26.
206. "Kompleksitas masyarakat saat ini dan
berbagai tantangan yang dihadapi keluarga
membutuhkan upaya yang lebih besar di pihak
seluruh komunitas Kristiani dalam mempersiapkan
mereka yang akan menikah. Pentingnya nilai-nilai
luhur perlu disertakan. Di antaranya, bertarak
terbukti sangat bernilai bagi pertumbuhan cinta
yang murni di antara dua pribadi. Dalam hal ini,
para para Bapa Sinode setuju bahwa adanya
kebutuhan untuk melibatkan seluruh masyarakat
lebih ekstensif lagi dengan menekankan kesaksian
dari keluarga itu sendiri dan dengan menempatkan
dasar persiapan perkawinan di dalam proses inisiasi
Kristiani dengan menampilkan hubungan antara
perkawinan, pembaptisan dan sakramen-sakramen
lainnya. Para Bapa Sinode juga berbicara tentang
perlunya program khusus tentang persiapan
perkawinan yang ditujukan untuk memberikan
kepada pasangan pengalaman berpartisipasi dalam
kehidupan gerejani dan pengenalan lengkap
tentang berbagai aspek kehidupan keluarga".238
152
dapat menular dan mendorong pertumbuhan
persahabatan serta persaudaraan di dalam
komunitas Kristiani di mana mereka adalah bagian
daripadanya".239 Ada sejumlah cara yang absah
untuk menyusun program persiapan perkawinan,
dan masing-masing Gereja lokal akan
membanding-bandingkan bagaimana (discern) cara
terbaik untuk menyediakan formasi yang cocok
tanpa menjauhkan generasi muda dari sakramen
tersebut. Mereka tidak perlu diajari dengan seluruh
materi Katekismus atau ditimbuni dengan terlalu
banyak informasi. Di sini juga, "tentu bukan
pengetahuan yang besar, melainkan kemampuan
untuk merasakan dan menikmati hal-hal batin yang
mencukupkan dan memuaskan bagi jiwa".240
Kualitas lebih penting daripada kuantitas, dan
prioritas harus diberikan - bersamaan dengan
pewartaan kerygma yang diperbaharui – menuju
penyampaian informasi yang menarik dan
bermanfaat yang dapat membantu pasangan untuk
menjalani sisa hidup mereka bersama-sama
"dengan keberanian besar dan kemurahan hati"241.
Persiapan Perkawinan harus menjadi semacam
"inisiasi" menuju ke sakramen perkawinan,
menyediakan bagi pasangan bantuan yang mereka
butuhkan untuk menerima sakramen dengan layak
dan untuk membuat awal hidup yang solid sebagai
sebuah keluarga.
__________
238 Ibid., 39.
239 ITALIAN BISHOPS’ CONFERENCE, Episcopal
Commission on Family and Life, Orientamenti pastorali
sulla preparazione al matrimonio e alla famiglia (22
October 2012), 1.
240 IGNATIUS OF LOYOLA, Spiritual Exercises, Annotation
2.
241 Ibid., Annotation 5.
153
208. Dengan bantuan keluarga-keluarga
misionaris, keluarga pasangan itu sendiri dengan
berbagai sumber daya pastoral, berbagai cara
234 Ibid.
235 Ibid.
236 Ibid.
234 Ibid.
235 Ibid.
236 Ibid.
154
bagi kehidupan perkawinan mereka di kemudian
hari. Kita tidak boleh meremehkan nilai pastoral
praktek keagamaan tradisional. Sebagai contoh:
Saya berpikir tentang Hari Valentin; di beberapa
negara, kepentingan komersial lebih cepat melihat
potensi dari perayaan ini daripada kita di dalam
Gereja.
155
210. Dalam hal apapun, jika salah satu orang
dengan jelas mengenali titik-titik lemah
pasangannya, ia perlu memiliki kepercayaan
realistis dalam kemungkinannya menolong
mengembangkan hal-hal baik guna
mengimbanginya, dan dengan cara ini memupuk
pertumbuhan manusiawi mereka. Hal ini
memerlukan kesediaan untuk menghadapi
pengorbanan, masalah dan situasi konflik yang
akan datang; ia menuntut suatu keputusan kuat
untuk siap menghadapi hal tersebut. Pasangan
harus mampu mendeteksi tanda-tanda bahaya
dalam hubungan mereka dan menemukan, sebelum
hari pernikahan, cara-cara efektif menyikapinya.
Sayangnya, banyak pasangan menikah tanpa benar-
benar mengenal satu sama lain. Mereka telah
menikmati pertemanan satu sama lain dan
melakukan banyak hal bersama-sama, tapi belum
pernah menghadapi tantangan yang
mengungkapkan diri mereka sendiri dan berupaya
untuk mengetahui siapa sesungguhnya orang lain
itu.
156
yang berharga, tetapi juga menawarkan program-
program praktis, nasihat yang baik, strategi yang
telah terbukti dan bimbingan psikologis. Semua ini
adalah panggilan bagi pedagogi kasih yang
diselaraskan dengan perasaan dan kebutuhan
orang-orang muda dan mampu membantu mereka
untuk bertumbuh di dalam. Persiapan perkawinan
juga harus menyediakan bagi pasangan nama-nama
tempat, orang-orang dan jasa yang dapat mereka
hubungi ketika timbul masalah. Penting pula untuk
mengingatkan mereka tentang tersedianya
Sakramen Rekonsiliasi yang memungkinkan
mereka untuk membawa d0sa-dosa mereka dan
kesalahan-kesalahan masa lalu, serta hubungan
antar mereka sendiri, di hadapan Allah, dan
sebaliknya mereka akan menerima
pengampunanNya yang maharahim serta kekuatan
penyembuhan.
Persiapan Perayaan
157
masyarakat konsumtif dan penampilan yang
kosong. Yang penting adalah kasih yang anda
bagikan, diperkuat dan dikuduskan oleh kasih
karunia Allah. Anda sanggup untuk memilih
perayaan yang lebih ekonomis dan sederhana di
mana cinta lebih dipentingkan di atas segala
sesuatu lainnya. Pekerja pastoral dan seluruh
masyarakat dapat membantu membuat prioritas ini
menjadi norma dan bukan sesuatu yang dianggap
tidak lazim.
__________
242 JOHN PAUL II, Catechesis (27 June 1984), 4:
Insegnamenti VII/1 (1984), 1941.
158
ini tidak dapat dikurangi hingga saat ini; kata-kata
itu melibatkan totalitas yang meliputi masa depan:
"sampai kematian memisahkan kita". Isi kata-kata
persetujuan menjelaskan bahwa "kebebasan dan
kesetiaan tidak berlawanan satu sama lain; mereka
saling mendukung, baik dalam hubungan
interpersonal maupun sosial. Oleh karena itu
marilah kita memperhatikan kerusakan yang
timbul, di dalam budaya komunikasi global kita,
dengan makin meningkatnya janji yang tidak
ditepati…Dengan menghormati perkataan
seseorang, kesetiaan kepada janjinya: hal-hal ini
adalah perkara yang tidak bisa dibeli dan dijual.
Mereka tidak dapat dipaksakan dengan kekuatan
atau dipertahankan tanpa pengorbanan”. 243
159
216. Pasangan juga dapat merenungkan bacaan
Alkitab dan makna cincin yang akan mereka
pertukarkan dan tanda-tanda lain yang menjadi
bagian dari ritual. Adalah tidak baik bagi mereka
bila tiba di tempat upacara pernikahan tanpa berdoa
bersama-sama, yang satu mendoakan yang lainnya,
untuk mencari pertolongan Allah agar tetap setia
dan murah hati, untuk bersama-sama bertanya
kepada Tuhan apa yang Dia inginkan dari mereka,
dan untuk menguduskan cinta mereka di hadapan
simbol Bunda Maria. Mereka yang membantu
mempersiapkan perkawinan mereka harus
membantu pasangan mengalami saat-saat doa yang
mana dapat membuktikan bahwa doa itu sangat
menguntungkan. "Liturgi perkawinan adalah
peristiwa unik, merupakan sebuah perayaan
keluarga dan juga perayaan komunitas. Mujizat
pertama dibuat Yesus dalam pesta perkawinan di
Kana. Anggur yang baik, yang dihasilkan dari
mujizat Yesus itu yang membawa sukacita kepada
permulaan sebuah keluarga baru, adalah anggur
baru dari perjanjian Kristus dengan pria dan wanita
semua usia.. Sering Pastor selebran sering
berbicara tentang mujizat Kana ini kepada jemaat
termasuk kepada orang-orang yang jarang
berpartisipasi dalam kehidupan Gereja, atau yang
berasal dari
__________
246 JOHN PAUL II, Catechesis (4 July 1984), 3, 6:
Insegnamenti VII/2 (1984), pp. 9, 10.
denominasi Kristen lainnya atau komunitas
religious lainnya. Dengan demikian kesempatan
tersebut memberikan peluang berharga untuk
mewartakan Injil Yesus Kristus"247
160
MENDAMPINGI TAHUN-TAHUN AWAL
HIDUP PERKAWINAN
__________
247 Relatio Finalis 2015, 59.
161
diarahkan ke masa depan yang, dengan bantuan
kasih karunia Allah, mereka setiap hari dipanggil
untuk membangun. Untuk alasan penting ini, satu
pasangan tidak boleh mengharapkan yang lainnya
untuk menjadi sempurna. Masing-masing harus
menepikan semua ilusi pribadi dan menerima
pasangannya apa adanya: sebagai suatu produk
yang belum selesai, yang perlu bertumbuh, suatu
pekerjaan yang sedang berjalan. Sikap kritis terus
menerus terhadap pasangan merupakan tanda
bahwa pernikahan tidak dimasukkan sebagai
proyek untuk dikerjakan bersama-sama, dengan
kesabaran, pengertian, toleransi dan kemurahan
hati. Perlahan tapi pasti, cinta itu akan tergantikan
dengan sikap terus menerus mempertanyakan dan
mengkritik, berkisar pada hal-hal baik dan buruk,
mengeluarkan ultimatum dan terlibat dalam
kompetisi serta pembelaan diri. Pasangan ini
kemudian terbukti tidak mampu membantu satu
sama lain untuk membangun penyatuan yang
matang. Fakta ini perlu disampaikan secara realistis
kepada pasangan yang baru menikah sejak
awalnya, sehingga mereka dapat menangkap
bahwa pernikahan itu "barulah awalnya saja".
Dengan mengatakan "saya mau", mereka baru
memulai suatu perjalanan yang mengharuskan
mereka untuk mengatasi semua rintangan yang
muncul di perjalanan mereka mencapai tujuan.
Berkat perkawinan yang mereka terima merupakan
anugerah dan insentif bagi perjalanan ini. Mereka
hanya bisa mendapatkan manfaat lewat duduk
bersama dan berbicara satu sama lain tentang
bagaimana, secara konkret, mereka berencana
untuk mencapai tujuan mereka.
162
pengalaman cinta pasangan tersebut menjadi
stagnan, ia akan kehilangan rasa kegembiraan yang
seharusnya menjadi kekuatan pendorongnya. Cinta
orang muda butuh terus menari menuju masa depan
dengan harapan besar. Harapan adalah ragi yang,
pada tahun-tahun pertama pertunangan dan
pernikahan, memungkinkan untuk melihat
melampaui berbagai argumentasi, konflik dan
masalah serta untuk melihat hal-hal dalam
perspektif yang lebih luas. Ia mengekang
ketidakpastian dan keprihatinan kita sehingga
pertumbuhan dapat terjadi. Harapan juga meminta
kita hidup sepenuhnya di masa sekarang, memberi
semua untuk kehidupan keluarga, karena cara
terbaik untuk mempersiapkan masa depan yang
solid adalah dengan hidup baik di masa sekarang.
163
masing-masing pasangan berbagi tanggung jawab
atas keluarga; namun masing-masing keluarga itu
unik dan setiap perkawinan akan menemukan cara
yang paling sesuai bagi mereka.
164
bertemu satu sama lain. Dalam kehidupan
pasangan yang menikah, bahkan pada saat-saat
yang sulit sekalipun, satu orang dapat selalu
mengejutkan yang lainnya, dan pintu baru dapat
terbuka bagi hubungan mereka, seolah-olah mereka
baru bertemu untuk pertama kalinya. Pada setiap
tahap baru, mereka tetap "membentuk" satu sama
lain. Cinta membuat seorang menunggu yang lain
dengan kesabaran seorang pengrajin, kesabaran
yang berasal dari Allah sendiri.
165
keputusan lewat nasihat dan usaha pada umumnya.
Biarkan mereka dengan penuh pertimbangan
memperhitungkan kesejahteraan mereka sendiri
dan anak-anak mereka, yang sudah lahir dan yang
mungkin dibawa oleh masa depan. Untuk
permasalahan ini mereka perlu memperhitungkan
baik kondisi material dan spiritual zaman sekarang
maupun keadaan mereka dalam kehidupan.
Akhirnya, mereka harus mencari tahu tentang
kepentingan kelompok keluarga, kepentingan
masyarakat saat itu dan kepentingan Gereja sendiri.
Orang tua sendiri, dan bukan orang lain, pada
akhirnya harus membuat keputusan ini di hadapan
Allah "249 Lebih lagi,"penggunaan metode
berdasarkan pada 'metode alamiah dan saat
kesuburan’ (Humanae Vitae, 11) perlu
dipromosikan, karena ‘metode ini menghormati
tubuh pasangan, mendorong kelembutan di antara
mereka serta memberikan
__________
248 Ibid., 63.
249 SECOND VATICAN ECUMENICAL CONCIL, Pastoral
Constitution on the Church in the Modern World
Gaudium et Spes, 50.
166
Perkawinan (Familiaris Consortio, Bagian III).
Dalam hal ini, pasangan yang berpengalaman
memiliki peran penting untuk dijalankan. Paroki
adalah tempat di mana pasangan yang
berpengalaman seperti itu dapat membantu
pasangan lebih muda, melalui kerjasama dari
berbagai asosiasi, gerakan gerejani maupun
komunitas-komunitas yang baru. Pasangan muda
perlu didorong agar pada dasarnya terbuka bagi
karunia besar mendapatkan anak-anak. Penekanan
juga diberikan pada pentingnya spiritualitas
keluarga, doa dan partisipasi dalam Ekaristi hari
Minggu, dan mereka dianjurkan agar bertemu
secara teratur untuk meningkatkan pertumbuhan
kehidupan rohani dan solidaritas dalam tuntutan
hidup yang konkret. Liturgi, praktek devosional
dan Ekaristi yang dirayakan bagi keluarga,
khususnya pada ulang tahun pernikahan, disebut
sebagai faktor penting dalam menumbuhkan
evangelisasi melalui keluarga".251
__________
250 Relatio Finalis 2015, 63.
251 Relatio Synodi 2014, 40.
224. Proses ini membutuhkan waktu. Cinta
membutuhkan waktu dan tempat; segala sesuatu
yang lain adalah nomor dua. Waktu dibutuhkan
untuk membicarakan berbagai hal, untuk
menyambut waktu santai, untuk berbagi rencana,
untuk mendengarkan satu sama lain dan menatap
mata satu sama lain, untuk menghargai satu sama
lain dan untuk membangun hubungan yang lebih
kuat. Kadang-kadang hingar-bingar masyarakat
kita dan tekanan dari tempat kerja menciptakan
masalah. Di waktu-waktu lainnya, masalahnya
adalah kurangnya kualitas waktu bersama-sama,
berbagi ruangan yang sama tanpa menyadari
kehadiran satu sama lain. Pekerja pastoral dan
kelompok orang menikah harus memikirkan cara-
167
cara untuk membantu pasangan muda atau
pasangan rentan untuk mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari kesempatan tersebut, agar
mereka hadir satu sama lain, dan dapat berbagi
saat-saat hening yang bermakna.
168
tahun suatu peristiwa dan acara-acara-acara khusus
dalam keluarga. Kita perlu saat-saat untuk
menghidupi berbagai karunia Allah dan
memperbaharui semangat untuk hidup. Selama kita
bisa merayakan, kita mampu untuk menghidupkan
kembali cinta kita, membebaskannya dari rasa
monoton dan mewarnai rutinitas sehari-hari dengan
harapan.
169
ditemui oleh pasangan menikah dan keluarga-
keluarga”. 252
170
tangga, program pertumbuhan rohani, lokakarya
untuk orang tua dengan anak yang bermasalah dan
berbagai pertemuan keluarga. Kantor paroki harus
siap untuk menangani dengan penuh pertolongan
dan kepekaan berbagai kebutuhan keluarga dan
dapat membuat rujukan, bila perlu, kepada orang-
yang dapat membantu. Ada juga kontribusi yang
dibuat oleh kelompok-kelompok pasangan
menikah menyediakan bantuan sebagai bagian dari
komitmen mereka bagi pelayananan, mendoakan,
mengajarkan dan saling mendukung. Kelompok
tersebut memampukan pasangan untuk bermurah
hati, untuk membantu keluarga lain dan
membagikan iman; pada saat yang sama pelayanan
itu memperkuat perkawinan mereka dan membantu
mereka untuk bertumbuh.
171
untuk membantu pasangan muda di lingkungan
dengan mengunjungi mereka dan menawarkan
bimbingan pada tahun-tahun awal pernikahan.
Mengingat laju kehidupan saat ini, sebagian besar
pasangan tidak bisa menghadiri pertemuan rutin;
walaupun demikian, kita tidak bisa membatasi
jangkauan pastoral untuk kelompok-kelompok
kecil atau kelompok yang terpilih saja. Saat ini,
pelayanan pastoral bagi keluarga pada dasarnya
harus bersifat misionaris, pergi ke luar ke mana
umatnya berada. Kita tidak bisa lagi bekerja seperti
pabrik, menyelenggarakan kursus-kursus yang
sebagian besar tidak dihadiri.
172
yang matang dan tersimpan jauh di dalam hati
mereka".253 Pasangan seperti itu telah berhasil
mengatasi krisis dan kesulitan tanpa melarikan diri
dari tantangan atau menyembunyikan masalah.
Tantangan Krisis
173
ketakutan akibat krisis ini atau tergoda untuk
mengambil keputusan yang tergesa-gesa. Setiap
krisis mempunyai pelajaran untuk mendidik kita;
kita perlu belajar bagaimana mendengarkannya
dengan telinga hati.
174
dan perasaan terdalam mereka dan
mengungkapkannya. Seperti proses melahirkan,
hal ini adalah proses yang menyakitkan yang
memunculkan suatu harta baru. Jawaban-jawaban
yang diberikan kepada konsultasi pra-sinode
menunjukkan bahwa kebanyakan orang dalam
situasi sulit atau kritis biasanya tidak mau mencari
bantuan pastoral, karena mereka tidak
mendapatkannya sebagai simpatik, realistis atau
prihatin terhadap kasus-kasus individual. Ini harus
memacu kita untuk berusaha mendekati krisis
pernikahan dengan kepekaan yang lebih besar
terhadap beban penderitaan dan kecemasan
mereka.
175
Situasi tak terduga bisa muncul, mengganggu
kehidupan keluarga dan membutuhkan proses
pengampunan dan rekonsiliasi. Dalam
menyelesaikan masalah dengan tulus memaafkan
yang lain, masing-masing harus bertanya dalam
ketenangan dan kerendahan hati kalau-kalau ia
dengan cara tertentu telah menciptakan kondisi
yang membawa kepada kesalahan yang dilakukan
pasangannya. Sejumlah keluarga hancur ketika
pasangan terlibat dalam saling menyalahkan, tapi
"pengalaman menunjukkan bahwa dengan bantuan
yang tepat dan tindakan rekonsiliasi, melalui kasih
karunia, kebanyakan perkawinan yang bermasalah
akhirnya menemukan solusi dengan cara yang
memuaskan. Mengetahui bagaimana mengampuni
dan merasa diampuni adalah pengalaman dasar
dalam kehidupan keluarga".254 “Sulitnya seni
rekonsiliasi, yang memerlukan dukungan dari kasih
karunia, memerlukan kerjasama yang murah hati
dari kerabat dan teman-teman, dan kadang-kadang
bantuan dari luar serta bantuan profesional".255
176
dihargai, atau mungkin tertarik kepada seorang
lainnya. Kecemburuan dan ketegangan mungkin
muncul, atau ketertarikan baru mulai menyita
banyak waktu dan perhatian.
_________
254 Relatio Synodi 2014, 44.
255 Relatio Finalis 2015, 81.
Perubahan fisik secara alami terjadi pada setiap
orang. Hal ini, dan begitu banyak hal lainnya,
bukannya mengancam cinta, dalam banyak
kesempatan justru menghidupkan dan
memperbaharui kembali cinta mereka.
177
menangani mereka yang relasi perkawinannya
telah hancur". 256
__________
256 Ibid., 78.
Luka-luka Lama
178
jika dibiarkan tak tersembuhkan, bisa muncul
kembali dan melukai perkawinan. Masalah yang
belum terselesaikan harus ditangani dan proses
pembebasan harus terjadi. Ketika aneka masalah
muncul dalam perkawinan, sebelum keputusan
penting dibuat pentinglah untuk memastikan
bahwa setiap pasangan telah datang untuk
mengatasi masa lalu masing-masing. Hal ini
melibatkan pengenalan akan kebutuhan
penyembuhan, doa yang terus-menerus agar
memperoleh rahmat untuk mengampuni dan
diampuni, kesediaan untuk menerima bantuan, dan
tekad untuk tidak menyerah tetapi untuk terus
mencoba. Sebuah uji diri yang tulus akan
memungkinkan untuk melihat bagaimana
kekurangan dan ketidak-dewasaannya sendiri
mempengaruhi hubungan mereka. Bahkan
walaupun sudah jelas bahwa orang lain itu
bersalah, krisis tidak akan pernah diatasi hanya
dengan mengharapkan orang lain berubah. Kita
juga harus bertanya, apa yang dalam hidup kita
sendiri perlu untuk ditumbuhkan atau disembuhkan
bila konflik mau diselesaikan.
179
penghinaan dan eksploitasi, dan dari pengabaian
dan ketidakpedulian".257 Meskipun demikian,
__________
257 Catechesis (24 June 2015): L’Osservatore Romano, 25 June
2015, p. 8.
"pemisahan harus dianggap sebagai upaya terakhir,
setelah semua upaya rekonsiliasi yang wajar
lainnya telah terbukti sia-sia".258
180
258 JOHN PAUL II, Apostolic Exhortation Familiaris
Consortio (22 November 1981), 83: AAS 74 (1982), 184.
259 Relatio Synodi 2014, 47.
260 Ibid., 50.
181
261 Catechesis (5 August 2015): L’Osservatore Romano, 6
August 2015, p. 7.
262 Relatio Synodi 2014, 51; cf. Relatio Finalis 2015, 84.
263 Ibid., 48.
182
266 Relatio Finalis 2015, 82.
183
psikologis yang sangat besar ditanggung oleh anak-
anak dalam keluarga di mana anggotanya
menganiaya dan menyakiti satu sama lain, sampai
memutuskan ikatan kesetiaan perkawinan?"269
Pengalaman berbahaya seperti itu tidak membantu
anak-anak bertumbuh menuju kedewasaan yang
dibutuhkan untuk membuat komitmen definitif.
Karena alasan ini, komunitas Kristiani tidak boleh
meninggalkan orangtua bercerai yang telah
memasuki penyatuan yang baru, melainkan harus
melibatkan dan mendukung mereka dalam upaya
membesarkan anak-anak mereka. "Bagaimana kita
bisa mendorong para orangtua untuk melakukan
segala sesuatu yang mungkin untuk membesarkan
anak-anak mereka di dalam kehidupan Kristiani,
untuk memberikan kepada mereka contoh iman
yang taat dan praktis, jika kita sendiri menjaga
jarak mereka dari kehidupan komunitas, seolah-
olah mereka dikucilkan? Kita harus menghindari
tindakan yang menambahkan lebih banyak lagi
beban yang sudah ditanggung anak-anak dalam
situasi ini!”270 Membantu menyembuhkan luka
batin orang tua dan mendukung mereka secara
rohani juga bermanfaat bagi anak-anak, yang
membutuhkan wajah kekeluargaan dari gereja
untuk membantu mereka melewati pengalaman
traumatis ini. Perceraian adalah suatu kejahatan
dan makin meningkatnya jumlah perceraian
sangatlah memprihatinkan. Oleh karena itu, tugas
pastoral yang paling penting bagi kita berkaitan
dengan keluarga adalah memperkuat cinta mereka,
membantu menyembuhkan luka dan bekerja untuk
mencegah penyebaran drama ini pada zaman kita.
__________
269 Catechesis (24 June 2015): L’Osservatore Romano, 25 June
2015, p. 8.
270 Catechesis (5 August 2015): L’Osservatore Romano, 6
August 2015, p. 7.
184
Situasi-situasi Kompleks Tertentu
185
istimewa untuk dialog antar agama dalam
kehidupan sehari-hari... Mereka melibatkan
kesulitan-kesulitan khusus menyangkut baik
identitas Kristiani keluarga maupun pendidikan
agama bagi anak-anak... Jumlah rumah tangga dari
pasangan menikah dengan disparitas kultus,
meningkat di wilayah misi, dan bahkan di negara-
negara dengan tradisi Kristiani yang sudah lama,
perlu segera mendapatkan pelayanan pastoral yang
dibedakan menurut berbagai konteks sosial dan
budaya. Di beberapa negara yang tidak memiliki
kebebasan beragama, pasangan Kristiani
diwajibkan untuk pindah ke agama lain agar dapat
menikah, karena itu mereka tidak bisa merayakan
pernikahan kanonik yang melibatkan disparitas
kultus atau membaptis anak-anak. Oleh karena itu
kita harus terus mengulang-ulang perlunya
kebebasan beragama dihormati".272 "Perhatian
perlu diberikan kepada orang-orang yang
memasuki perkawinan seperti itu, tidak hanya pada
periode sebelum pernikahan. Tantangan unik
adalah menghadang pasangan dan keluarga di
mana yang satunya katolik dan yang lainnya bukan
orang percaya. Dalam kasus seperti ini,
mewartakan kesaksian tentang kemampuan Injil
meresap masuk dalam situasi ini akan
memungkinkan untuk membesarkan anak-anak
mereka di dalam iman Kristiani".273
186
mengenal iman Kristiani. Dalam kasus tersebut,
uskup berperan untuk memberikan discernment
pastoral yang sepadan dengan kondisi spiritual
mereka"274
187
homoseksual dengan cara apapun serupa atau
bahkan analog jauh terhadap rencana Allah bagi
perkawinan dan keluarga". Tidak dapat diterima
"bahwa Gereja-Gereja lokal menjadi subyek
tekanan dalam perkara ini dan bahwa badan-badan
internasional harus memberikan bantuan keuangan
kepada negara-negara miskin bergantung pada
penerbitan hukum untuk menetapkan 'perkawinan'
antara orang-orang dengan jenis kelamin yang
sama".278
188
Kita tidak boleh gagal menawarkan cahaya iman
sebagai bentuk dukungan bagi keluarga-keluarga
yang melewati pengalaman ini.280 Berpaling dari
keluarga yang berduka akan menunjukkan
kurangnya rahmat, berarti hilangnya kesempatan
pastoral, dan menutup pintu untuk upaya
evangelisasi lainnya.
189
ketersediaan khusus, terutama jika mereka
miskin".282
190
menerima mereka berubah sebagaimana adanya
sekarang. Yesus yang bangkit, ketika temanNya
Maria mencoba untuk memeluk-Nya, berkata
kepadanya untuk tidak memegangNya (bdk. Yoh
20:17), untuk membawa dia kepada perjumpaan
yang berbeda.
191
257. Satu cara menjaga persekutuan dengan orang
yang kita cintai adalah berdoa untuk mereka.285
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa "berdoa
untuk orang mati" adalah "kudus dan saleh" (2
Makabe 12: 44-45). "Doa kita bagi mereka tidak
hanya mampu membantu mereka, tetapi juga
membuat doa syafaat mereka bagi kita menjadi
efektif".286 Kitab Wahyu menggambarkan martir
menjadi perantara bagi mereka yang menderita
ketidakadilan di bumi (bdk Why 6:9-11), dalam
berbela rasa dengan dunia dan sejarahnya.
Beberapa orang kudus, sebelum meninggal,
menghibur orang yang mereka cintai dengan
menjanjikan mereka bahwa mereka akan dekat
untuk membantu. Santa Theresia dari Lisieux ingin
terus berbuat baik dari surga.287 Santo Dominikus
menyatakan bahwa "dia akan lebih berguna setelah
kematian .... lebih kuat dalam memperoleh
rahmat".288 Semua ini benar-benar "ikatan kasih",
289
karena "penyatuan peziarah di bumi dengan
saudara-saudara yang tidur dalam Tuhan sama
sekali tidak terhalangi ... [tetapi] diperkuat oleh
pertukaran harta rohani".290
__________
285 Cf. Catechism of the Catholic Church, 958.
286 Ibid.
287 Cf. Therese of Lisieux, Derniers Entretiens: Le “carnet
jaune” de Mère Agnès, 17 July 1897, in Oeuvres
Complètes, Paris, 1996, 1050. Her Carmelite sisters spoke
of a promise made by Saint Therese that her departure
from this world would be “like a shower of roses” (ibid.,
9 June 1897, 1013).
288 JORDAN OF SAXONY, Libellus de principiis Ordinis
Praedicatorum, 93: Monumenta Historica Sancti Patris
Nostri Dominici, XVI, Rome, 1935, p. 69.
289 Cf. Catechism of the Catholic Church, 957.
290 SECOND VATICAN ECUMENICAL COUNCIL,
Dogmatic Constitution on the Church Lumen Gentium,
49.
192
258. Jika kita menerima kematian, kita dapat
mempersiapkan diri kita untuk itu. Caranya adalah
dengan bertumbuh dalam kasih bagi mereka yang
berjalan di sisi kita, sampai pada saat "maut tidak
akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan"
(Wahyu 21: 4). Dengan demikian kita akan
mempersiapkan diri untuk bertemu sekali lagi
dengan orang yang kita cintai yang telah
meninggal. Sama seperti Yesus "menyerahkan
kembali anak yang telah meninggal itu kepada
ibunya" (bdk Luk 7:15), maka ia akan ada bersama
kita. Mari kita tidak membuang tenaga dengan
tinggal di masa lalu. Semakin baik kita hidup di
bumi ini, semakin besar kebahagiaan yang dapat
kita bagikan bersama dengan orang yang kita cintai
di surga. Semakin kita mampu menjadi dewasa dan
berkembang di dunia ini, semakin banyak hadiah
yang dapat kita bawa ke perjamuan surgawi.
BAB TUJUH
193
MENUJU PENDIDIKAN ANAK-ANAK
YANG LEBIH BAIK
194
261. Obsesi, di pihak lain, bukanlah pendidikan.
Kita tidak bisa mengontrol setiap situasi yang akan
dialami seorang anak. Dalam hal ini tetaplah benar
bahwa “waktu lebih luas daripada ruang”.291
Dengan kata lain, lebih penting memulai suatu
proses daripada mendominasi ruang. Bila orangtua
terobsesi dengan selalu ingin tahu di mana anak-
anaknya berada dan mengontrol semua pergerakan
mereka, maka mereka hanyalah mencari dominasi
akan ruang. Hal demikian sama sekali bukan cara
mendidik, menguatkan dan menyiapkan anak-anak
menghadapi berbagai tantangan. Apa yang lebih
penting adalah kemampuan penuh kasih membantu
anak-anak bertumbuh dalam kemerdekaan,
kematangan, disiplin secara menyeluruh dan
otonomi sesungguhnya. Hanya dengan cara inilah
anak-anak akan memiliki kecakapan yang
dibutuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri
dan bertindak dengan cerdas dan bijaksana
manakala mereka menghadapi kesulitan.
Pertanyaan sesungguhnya, dengan demikian,
bukanlah di mana anak-anak berada secara fisik,
atau dengan siapa mereka berada di suatu waktu
tertentu, melainkan di mana mereka berada secara
eksistensinya, (saran: sesungguhnya berada) di
mana mereka berdiri dalam hal (saran: ketika
mereka menyatakan) keyakinan, tujuan, keinginan
dan impian mereka. Pertanyaan yang akan saya
ajukan kepada para orangtua adalah: “Apakah kita
mencoba mengerti ‘di mana’ anak-anak kita
sesungguhnya berada di dalam perjalanan mereka?
Apakah kita sungguh-sungguh mengetahui di mana
jiwa mereka berada? Dan di atas segalanya, apakah
kita mau tahu akan hal ini?”292
195
ada dalam kode genetik kita, maka tidak banyak
yang harus dilakukan lagi. Namun demikian,
kebijaksanaan, pertimbangan baik dan akal sehat
bergantung bukan melulu pada faktor pertumbuhan
kuantitatif, namun lebih pada rangkaian
keseluruhan berbagai hal yang dialami jauh di
dalam diri tiap-tiap manusia, atau lebih tepat lagi,
di bagian paling inti kemerdekaan kita. Tidak dapat
disangkal, setiap anak akan mencengangkan kita
dengan ide-ide dan proyek-proyek yang lahir dari
kemerdekaan tersebut, hal mana menantang kita
untuk berpikir ulang akan ide-ide kita sendiri.
Keadaan ini merupakan hal yang baik. Pendidikan
itu mencakup mendorong penggunaan
kemerdekaan kita dengan bertanggung-jawab guna
menghadapi isu-isu tentang akal sehat dan
kepintaran.Ia melibatkan pembentukan orang-
orang yang siap memahami bahwa hidup mereka
sendiri, dan hidup komunitasnya berada di tangan
mereka, dan bahwa kemerdekaan itu sendiri
merupakan hadiah yang besar.
196
anaknya kepercayaan dan rasa hormat penuh kasih.
Manakala anak-anak tidak lagi merasakan, lepas
dari aneka kesalahan mereka, bahwa mereka
bernilai penting bagi orangtuanya, atau merasa
bahwa orang tuanya benar-benar tulus
mempedulikan mereka, maka akan timbul suatu
luka mendalam dan banyak kesulitan di sepanjang
jalan hidup menuju kedewasaan. Ketidakhadiran
fisik atau emosional ini menciptakan luka yang
lebih besar lagi dibandingkan omelan yang
diterima sang anak sewaktu berbuat salah.
197
dilakukan, juga sama pentingnya dengan hal ini.
Seringkali kita menemukan inkonsistensi dalam
keyakinan kita, seberapa teguhpun keyakinan itu
dipegang; bahkan sewaktu suara hati kita
menentukan keputusan moral yang jelas, faktor-
faktor lain kadang-kadang terbukti lebih menarik
dan lebih kuat pengaruhnya.Kita harus sampai pada
titik di mana hal baik yang dapat digapai
intelektual, dapat berakar pada kecenderungan
afektif yang menonjol, seperti suatu rasa haus akan
kebaikan yang melebihi daya tarik lainnya dan
membantu kita menyadari bahwa apa yang kita
anggap baik secara obyektif adalah baik pula ‘bagi
kita’ di sini dan saat ini. Suatu pendidikan etika
yang baik mencakup menunjukkan kepada orang
tersebut bahwa bagi kepentingannya sendirilah
untuk melakukan apa yang benar. Sekarang ini,
makin kurang efektif menuntut sesuatu yang
membutuhkan usaha dan pengorbanan, tanpa
menunjukkan dengan jelas manfaat apa yang bisa
diperoleh darinya.
198
tidaklah cukup untuk memasukkan sifat baik tanpa
kehadiran tindakan nyata yang dimotivasi dengan
seksama.
199
menghasilkan efek yang dimaksud ini. Pentinglah
untuk melatih anak-anak dengan ketat untuk
meminta maaf dan memperbaiki hal buruk yang
dilakukannya terhadap orang lain. Sebagaimana
prose pendidikan ini menghasilkan buah dalam
perkembangan kebebasan pribadi, anak-anak akan
mengapresiasi bahwa sungguh baik bertumbuh di
dalam keluarga bahkan dalam melakukan tuntutan
yang muncul dalam setiap proses pembentukan.
200
merusaknya. Yang satu berusaha membuat segala
sesuatu berputar di sekeliling keinginan anak;
anak-anak demikian akan bertumbuh dengan
kesadaran akan hak-haknya tapi tidak memiliki
kesadaran akan tanggungjawabnya. Yang lainnya
akan memiskinkan anak dari kesadaran akan harga
dirinya, identitas dan hak-hak pribadinya; anak-
anak demikian akan berujung pada kondisi
kewalahan dijejali aneka tugas dan kebutuhan
untuk mewujudkan keinginan orang lain.
201
buruk, mereka perlu pertolongan di dalam proses
penyembuhan dalam diri mereka dan dengan cara
ini mereka bertumbuh menjadi manusia yang
mampu memahami dan hidup dalam damai dengan
orang lain serta dengan komunitas yang lebih besar.
202
bebas”, karena pada kenyataannya mereka tidak
dapat memilih, sementara memaparkan mereka
pada obat terlarang hanya akan meningkatkan
adiksi mereka saja. Mereka butuh pertolongan dari
orang lain dan suatu proses rehabilitasi.
203
lebih pada menemukan berbagai jalan untuk
menolong mereka mengembangkan kemampuan
kritis dan tidak berpikir bahwa kecepatan digital
dapat diterapkan pada segala sesuatu di dalam
hidup.Menunda keinginan tidak berarti
menyangkalnya namun hanyalah menunda
pemenuhannya.Bila anak-anak atau kaum remaja
tidak dibantu menyadari bahwa sejumlah hal harus
ditunggu kehadirannya, mereka bisa menjadi
terobsesi untuk memuaskan kebutuhannya sesaat
dan mengembangkan sikap buruk “menghendaki
semua itu sekarang.”Hal ini merupakan ilusi
raksasa yang tidak memerkuat kebebasan namun
malah memperlemahnya. Sebaliknya, bila kita
diajarkan untuk menunda sesuatu sampai tiba
waktunya yang tepat, kita belajar akan penguasaan-
diri dan pelepasan diri dari dorongan hati kita
semata. Manakala anak-anak menyadari bahwa
mereka harus bertanggungjawab atas diri mereka
sendiri, citra diri mereka akan diperkaya.
Selanjutnya hal ini akan mengajarkan mereka
untuk menghormati kebebasan orang lain juga.
Tentu saja ini bukan berarti mengharapkan anak-
anak berperilaku seperti orang dewasa, namun juga
bukan berarti meremehkan kemampuan mereka
untuk bertumbuh dalam kebebasan yang
bertanggungjawab.Di dalam keluarga yang sehat,
proses pembelajaran ini biasanya terjadi melalui
berbagai tuntutan kehidupan pada umumnya.
204
bersama di dalam rumah yang lebih besar ini. Di
dalam keluarga kita belajar tentang kedekatan,
kepedulian dan rasa hormat kepada orang lain. Kita
keluar dari daya hisap diri yang fatal dan menyadari
bahwa kita hidup bersama dan berdampingan
dengan orang-orang lain yang berharga untuk
dipedulikan, diberi kebaikan dan diberi afeksi.
Tidak ada ikatan sosial tanpa aspek utama, hari
demi hari, hampir-hampir mikroskopik, hidup
berdampingan, hidup bersilangan di berbagai
waktu, peduli akan segala sesuatu yang
mempengaruhi kita, saling membantu satu sama
lain dalam hal-hal kecil yang biasa ditemukan
dalam hidup. Setiap hari keluarga harus
menemukan cara-cara baru menghargai dan
mengakui anggota keluarganya.
205
mampu menghadapi penderitaan dan menghidupi
pengalaman keterbatasan”.295
206
anak menjadi apatis dan terputus hubungan dengan
dunia sesungguhnya. “Diskoneksi teknologis” ini
membuat anak-anak lebih mudah terpapar
manipulasi oleh orang-orang yang akan
menginvasi ruang pribadi mereka dengan minat
yang mementingkan diri semata.
207
Konsili Vatikan Kedua membicarakan perlunya
“edukasi seks yang positif dan penuh hikmat”
ditanamkan kepada anak-anak dan remaja “pada
saat mereka bertambah usianya”, dengan “bobot
memadai pada kemajuan di bidang ilmu psikologi,
pedagogi dan didaktik”.301 Kita sendiri juga layak
bertanya apakah lembaga pendidikan kita telah
menerima tantangan ini. Tidaklah mudah
mendekati isu edukasi seks pada suatu jaman di
mana seksualitas cenderung dianggap biasa dan
menjadi merosot nilainya.Ia hanya dapat dilihat di
dalam kerangka yang lebih lebar sebagai edukasi
cinta, pemberian diri satu sama lain. Dengan cara
__________
298 Catechesis (9 September 2015): L’Osservatore Romano, 10
September 2015, p. 8.
299 Relatio Finalis 2015, 68.
300 Ibid., 58
208
merusak gambaran seksualitas.Anak-anak muda
perlu menyadari bahwa mereka sedang
dibombardir dengan pesan-pesan yang tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan kedewasaan
mereka. Mereka perlu dibantu untuk mengenali dan
mendapatkan pengaruh-pengaruh positif, sambil
menghindari hal-hal yang melumpuhkan kapasitas
mereka akan cinta. Kita juga perlu menyadari
bahwa “suatu bahasa yang baru dan sesuai”
dibutuhkan “dalam memperkenalkan kepada anak-
anak dan remaja topik tentang seksualitas”.302
209
dewasa bermain-main dengan tubuhnya dan
keinginannya, seolah-olah mereka memiliki
kematangan, nilai-nilai, komitmen timbal balik dan
tujuan-tujuan yang semestinya ada di dalam
perkawinan. Mereka akan berakhir pada dorongan
untuk memperalat orang lain tanpa sungkan
sebagai sarana memuaskan keinginannya atau
keterbatasannya. Hal yang penting adalah
mengajarkan kepada mereka akan sensitifitas
terhadap berbagai ekspresi berbeda dari cinta,
perhatian dan kepedulian timbal balik, rasa hormat
penuh cinta dan komunikasi mendalam yang
bermakna. Semua hal ini mempersiapkan mereka
untuk pemberian diri yang integral dan murah hati
yang akan diekspresikan, diikuti komitmen publik,
dalam bentuk pemberian tubuh mereka. Kesatuan
seksual dalam perkawinan dengan demikian akan
muncul sebagai tanda komitmen yang mencakup
keseluruhannya, diperkaya dengan segala sesuatu
yang sudah mendahuluinya.
210
cara mereka menunjukkan cinta. Namun siapa yang
akan membicarakan hal ini di masa sekarang?
Siapa yang mampu menangani anak-anak muda
dengan serius? Siapa yang menolong mereka
menyiapkan dengan serius sebuah cinta yang besar
dan murah hati? Manakala pendidikan seksual
menjadi perhatian, ada banyak sekali hal
dipertaruhkan.
211
lagi mengetahui bagaimana menangani hal
tersebut”.305
212
ketergantungan yang tulus yang tertanam di dalam
kondisi nyata suatu perkawinan. Kekakuan seperti
itu,pada gilirannya, dapat menghambat
perkembangan kemampuan seorang individu
sampai pada titik yang membuatnya berpikir,
misalnya, bahwa tidaklah maskulin bila melakukan
aktivitas seni atau menari, atau bukanlah hal
feminine untuk melatih kepemimpinan.Kita
berterima kasih kepada Tuhan bahwa hal ini
sekarang sudah berubah, namun di beberapa tempat
kepercayaan yang kurang memadai ini masih
menentukan kebebasan absah dan menghambat
perkembangan otentik identitas dan potensial
spesifik anak.
MENERUSKAN IMAN
213
Betapa banyaknya cinta di dalam tindakan tersebut!
Pada saat itu hati anak menjadi tempat doa”.308
Menangani iman presume bahwa orangtua itu
sendiri percaya dengan tulus kepada Allah, mencari
Dia dan merasakan kebutuhan akan Dia, karena
hanya dengan cara ini “Angkatan demi angkatan
akan memegahkan pekerjaan-pekerjaanMu dan
akan memberitakan keperkasaanMu” (Mzm 145:4)
dan “seorang bapak memberitahukan
kesetiaanMukepada anak-anaknya” (Yes 38:19).
Hal ini berarti kita kita perlu meminta Allah bekerja
di dalam hati mereka, di tempat di mana kita sendiri
tidak dapat menjangkaunya.Biji sesawi, yang
begitu kecil, menjadi pohon yang besar (bdk Mt
13:31-32); hal ini mengajarkan kita untuk melihat
ketidakseimbangan antara tindakan kita dan efek
yang ditimbulkannya.Kita ketahui bahwa kita
tidaklah memiliki pemberian itu, namun
pemeliharaannya dipercayakan kepada kita.
Komitmen kreatif kita itu sendiri merupakan suatu
persembahan yang memungkinkan kita
bekerjasama dengan rencana Allah. Untuk alasan
ini, “pasangan dan orangtua haruslah dihargai
dengan semestinya sebagai agen aktif dalam
katekese… Katekese keluarga merupakan bantuan
yang sangat besar sebagai metode yang efektif
dalam melatih orangtua muda menyadari misi
mereka sebagai penginjil bagi keluarganya
sendiri”.309
214
kesaksian-kesaksian yang menarik yang
memenangkan mereka lewat pertobatan yang
indah. Orangtua yang begitu mendambakan
mengasuh iman anak-anaknya akan peka terhadap
pola pertumbuhan anak, karena mereka tahu bahwa
pengalaman spiritual itu tidak dipaksakan tapi
ditawarkan dengan bebas. Penting bagi anak-
__________
309 Relatio Finalis 2015, 89.
anak untuk melihat dengan nyata, pada orangtua
mereka, bahwa doa merupakan sesuatu yang benar-
benar penting. Karena itu momen doa keluarga dan
tindakan devosi dapat menjadi lebih dahsyat untuk
penginjilan daripada kelas katekese atau khotbah
manapun. Di sini saya hendak menyampaikan rasa
terimakasih saya secara khusus kepada para ibu
yang terus berdoa, sama seperti Santa Monika, bagi
anak-anak mereka yang telah terhilang dari Kristus.
215
yang sakit (bdk Mrk 1:40-45; 7:33).Demikian juga
terjadi pada para rasul, yang tidak memandang hina
orang lain, atau berkumpul dalam kelompok kecil
yang elit, terpisah dari kehidupan masyarakat
mereka.Walaupun pihak otoritas selalu memusuhi
mereka, mereka tetap menikmati disukai “semua
orang” (Kisah 2:47; bdk 4:21, 33; 5:13).
216
menjadi gereja domestik dan juga menjadi ragi
evangelisasi di masyarakat.
__________
310 Ibid., 93
BAB DELAPAN
MENDAMPINGI, MEMBEDAKAN
DAN MENGINTEGRASIKAN KELEMAHAN
217
Gereja seringkali menyerupai rumah sakit
lapangan.
__________
311 Relatio Synodi 2014, 24.
312 Ibid. 25.
218
sewaktu-waktu dengan pandangan pada akhirnya
akan dirayakan dengan sakramen perkawinan”.315
__________
313 Ibid., 28.
314 Cf. ibid., 41, 43; Relatio Finalis 2015, 70.
315 Ibid., 27.
219
316 Ibid., 26.
317 Ibid., 41.
318 Ibid.
__________
320 Cf. ibid.
321 Relatio Synodi 2014, 42.
220
322 Ibid., 43.
221
324 Ibid., 9: AAS 74 (1982), 90.
325 Cf. Catechesis (24 June 2015): L’Osservatore Romano, 25
June 2015, p. 8.
222
__________
326 Homily at Mass Celebrated with the New Cardinals (15
February 2015): AAS 107 (2015), 257.
327 Relatio Finalis 2015, 51.
223
Kristiani, suatu kesadaran akan ketidaksahan
dan adanya kesulitan besar untuk kembali pada
pasangan lama tanpa merasa
__________
328 Relatio Synodi 2014, 25.
224
Church offers them, point out that if certain expressions
of intimacy are lacking, “it often happens that
faithfulness is endangered and the good of the children
suffers” (second Vatican Ecumenical Council, Pastoral
Constitution on the Church in the Modern World
Gaudium et Spes, 51).
330 Ibid.
331 Relatio Synodi 2014, 26.
332 Ibid., 45.
225
mereka dengan afeksi dan menguatkan mereka
sepanjang jalan kehidupan dan jalan Injil. Integrasi
ini juga diperlukan dalam memelihara dan
mengasuh anak-anak, yang seharusnya dianggap
paling penting”.334
__________
333 BENEDICT XVI, Address to the Seventh World Meeting
of Families in Milan (2 June 2012), Response n. 5:
Insegnamenti VIII/1 (2012), 691.
334 Relatio Finalis 2015, 84.
226
beriman; teladan apa yang dimunculkan bagi
generasi muda yang sedang
__________
335 Ibid., 51
336 This is also the case with regard to sacramental discipline,
since discernment can recognize that in a particular
situation no grave fault exists. In such cases, what is
found in another document applies: cf. Evangelii
Gaudium (24 November 2013), 44 and 47: AAS 105 (2013),
1038-1040.
227
memperoleh keistimewaan sakramental karena
kedekatan dengan imam. Apabila seorang
bertanggungjawab dan berhati-hati, yang tidak
serta merta menempatkan keinginannya di depan
kepentingan bersama Gereja, menemui seorang
pastor yang sanggup dalam mengenali keseriusan
__________
337 Relatio Finalis 2015, 85.
338 Ibid., 86
228
ia berada di dalam situasi konkrit di mana tidak
memungkinkan baginya untuk bertindak lain dan
memutuskan sesuatu hal lain tanpa melakukan dosa
berikutnya. Sebagaimana dinyatakan Bapa-Bapa
Sinode, “berbagai faktor dapat muncul yang
membatasi kemampuan mengambil keputusan”.340
__________
339 Santo Yohanes Paulus II, Apostolic Exhortation
Familiaris Consortio (22 November 1981), 33: AAS 74
(1982), 121.
340 Relatio Finalis 2015, 51.
229
yang didapatnya, kondisi kecemasan atau faktor
psikologis serta faktor sosiologis lainnya yang
mengurangi atau malah melemahkan
__________
341 Cf. Summa Theologiae I-II, q. 65, art. 3 ad 2; De Malo, q.
2, art. 2.
342 Ibid., ad 3.
343 No. 1735.
__________
344 Ibid., 2352; CONGREGATION FOR THE DOCTRINE OF
THE FAITH, Declaration on Euthanasia Iura et Bona (5
May 1980), II: AAS 72 (1980), 546; John Paul II, in his
230
critique of the category of “fundamental option”,
recognized that “doubtless there can occur situations
which are very complex and obscure from a
psychological viewpoint, and which have an influence on
the sinner’s subjective culpability” (Apostolic
Exhortation Reconciliatio et Paenitentia [2 December
1984], 17: AAS 77 [1985], 223).
345 Cf. Pontificaal Council for Legislative Texts, Declaration
Concerning the Admission to Holy Communion of
Faithful Who are Divorced and Remarried (24 June 2000),
2.
346 Relatio Finalis 2015, 85.
231
304. Merupakan hal penyederhanaan menganggap
apakah suatu aksi seseorang berhubungan dengan
aturan atau hukum umum, karena hal itu tidaklah
cukup untuk memilah dan memastikan kesetiaan
penuh kepada Allah di dalam kehidupan nyata
seorang manusia. Saya dengan sangat meminta
agar kita selalu mengingat suatu ajaran Santo
Thomas Aquinas dan belajar menyatukannya ke
dalam discernment pastoral kita; “Walaupun ada
suatu keharusan dalam prinsip-prinsip umum,
semakin kita menjabarkannya dengan rinci, makin
sering kita menjumpai kelemahan-kelemahan…
Dalam hal tindakan, kebenaran atau hal praktis
yang benar tidaklah sama bagi semuanya, dalam
rinciannya, namun hanya bagi prinsip-prinsip
umum; dan apabila ada hal benar di dalam rincian,
ia tidak diketahui dengan sama pada semuanya…
Prinsip tersebut akan ditemukan gagal, semakin
jauh kita merincinya”.347 Benarlah bahwa aturan-
aturan umum menghasilkan kebaikan yang tidak
dapat dianggap remeh, namun dalam formulasinya
mereka tidak dapat menyediakan diri sepenuhnya
bagi semua situasi khusus. Di saat yang sama, harus
juga dikatakan bahwa, persis untuk alasan tersebut,
sesuatu yang merupakan bagian discernment
praktis di dalam kondisi tertentu tidak dapat
diangkat sampai ke tingkat aturan. Hal tersebut
bukan hanya akan membawa kepada kesimpulan
yang tidak dapat ditolerir, namun akan
membahayakan nilai-nilai penting yang harus
dipertahankan dengan penuh kehati-hatian.348
232
dilemparkan kepada kehidupan orang-orang. Hal
__________
347 Summa Theologiae, I-II, q. 94, art. 4.
348 In another text, referring to the general knowledge of the
rule and the particular knowledge of practical
discernment, Saint Thomas states that “if only one of the
two is present, it is preferable that it be the knowledge of
the particular reality, which is closer to the act”: Sententia
libri Ethicorum, VI, 6 (ed. Leonina, t. XLVII, 354.)
233
350 INTERNATIONAL THEOLOGICAL COMMISSION, In
Search of a Universal Ethic: A New Look at Natural Law
(2009), 59.
351 In certain cases, this can include the help of the
sacraments. Hence, “I want to remind priests that the
confessional must not be a torture chamber, but rather an
encounter with the Lord’s mercy” (Apostolic Exhortation
Evangelii Gaudium [24 November 2013], 44: AAS 105
[2013], 1038). I would also point out that the Eucharist “is
not a prize for the perfect, but a powerful medicine and
nourishment for the weak” (ibid., 47: 1039).
234
yang diajarkan Santo Agustinus: “Sama seperti,
pada saat ada ancaman dari api, kita akan berlari
mencari air untuk memadamkannya... demikian
pula, bila kobaran dosa muncul dari sekam kita dan
kita menjadi susah karenanya, bila ada peluang
melakukan suatu karya kerahiman yang
__________
352 Apostolic Exhortation Evangelii Gaudium (24 November
2013), 44: AAS 105 (2013), 1038-1039.
ditawarkan kepada kita, marilah kita bersukacita di
dalamnya, sepertinya itu suatu mata air yang
ditawarkan kepada kita untuk memadamkan
kobaran tersebut”.353
235
usaha pastoral untuk memperkuat perkawinan dan
dengan demikian mencegah kehancuran mereka.
__________
353 De Catechizandis Rudibus, I, 14, 22: PL 40, 327; cf.
Apostolic Exhortation Evangelii Gaudium (24 November
2013), 194: AAS 105 (2013), 1101.
354 Relatio Synodi 2014, 26.
236
tempat yang bagus baik pribadi maupun komunal
yang bisa memberikan perlindungan bagi
_________
355 Apostolic Exhortation Evangelii Gaudium (24 November
2013), 44: AAS 105 (2013), 1038.
356 Ibid., 45.
237
karena kerahiman lebih dahulu telah ditunjukkan
kepada kita”.360
_____________
357 Ibid., 270.
358 Bull Misericordiae Vultus (11 April 2015), 12: AAS 107
(2015): 407.
359 Ibid., 5: 402.
360 Ibid., 9: 405.
238
penitents a purpose of amendment so lacking in nuance
that it causes mercy to be obscured by the pursuit of a
supposedly pure justice. For this reason, it is helpful to
recall the teaching of Saint John Paul II, who stated that
the possibility of a new fall “should not prejudice the
authenticity of the resolution” (Letter to Cardinal William
W. Baum on the occasion of the Course on the Internal
Forum organized by the Apostolic Penitentiary [22 March
1996], 5: Insegnamenti XIX/1 [1996], 589).
239
mendorong kaum beriman yang mendapatkan diri
mereka di dalam situasi yang kompleks untuk
berbicara dengan penuh keyakinan kepada pastor
mereka atau kaum awam lainnya yang hidupnya
__________
365 INTERNATIONAL THEOLOGICAL COMMISSION,
The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being
Baptized (19 April 2007), 2.
366 Bull Misericordiae Vultus (11 April 2015), 15: AAS 107
(2015), 409.
dipersembahkan kepada Allah. Mereka mungkin
tidak selalu akan menemukan suatu konfirmasi
akan ide atau keinginan mereka, namun mereka
sudah pasti akan menerima sejumlah cahaya untuk
membantu mereka memahami dengan lebih baik
situasi mereka dan menemukan jalan menuju
pertumbuhan pribadi. Saya juga mendorong para
pastor Gereja untuk mendengarkan mereka dengan
sensitifitas dan keteduhan, dengan keinginan tulus
untuk memahami kemalangan mereka dan sudut
pandang mereka, supaya dapat menolong mereka
menghidupi kehidupan yang lebih baik dan
mengenali tempat mereka yang sesuai di dalam
Gereja.
240
241
BAB SEMBILAN
242
masalah dan pergumulan sehari-hari, berbagai
sukacita dan harapan. Tinggal di dalam keluarga
membuat sulit bagi kita untuk berpura-pura atau
berbohong; kita tidak dapat bersembunyi di balik
topeng. Bila otentisitas itu diilhami oleh cinta,
maka Tuhan memerintah di atasnya, dengan
sukacitaNya dan damaiNya. Spiritualitas cinta
keluarga tersusun dari ribuan perilaku kecil namun
nyata. Di dalam aneka karunia dan perjumpaan
yang memperdalam komuni, Allah memiliki
tempat tinggalNya. Perhatian timbal balik ini
“mempersatukan yang-manusiawi dan yang-
ilahi”.369 karena ia diisi dengan cinta dari Allah.
Pada akhirnya, spiritualitas perkawinan merupakan
suatu spiritualitas ikatan, di mana cinta ilahi
tinggal.
243
terhadap Allah”,370 dan bahwa, pada akhirnya, cinta
merupakan cahaya satu-satunya yang dapat “terus
menerus menerangi dunia yang semakin
temaram”.371 Jika saja kita “saling mengasihi,
Allah tetap di dalam kita, dan kasihNya sempurna
di dalam kita.” (1 Yoh 4:12). Karena “pribadi
manusia memiliki dimensi sosial di dalamnya”,372
dan “ekspresi pertama dan mendasar dari dimensi
sosial manusia itu berupa pasangan yang menikah
dan keluarga”,373 spiritualitas menjadi terinkarnasi
di dalam komuni keluarga. Karena itu, mereka
yang memiliki aspirasi spiritual yang mendalam
hendaknya tidak merasa kalau berkeluarga
mengurangi nilai pertumbuhan mereka di dalam
kehidupan Roh, melainkan melihatnya sebagai
jalan di mana Tuhan sedang gunakan untuk
memimpin mereka kepada ketinggian persatuan
mistis.
244
ditinggalkan sendiri dapat menolong keluarga
menghindari perpecahan.
245
banyak keluarga. Perjalanan doa bersama keluarga
ini memuncak dengan berbagi ekaristi bersama-
sama, khususnya dalam konteks istirahat hari
Minggu. Yesus mengetuk pintu keluarga-keluarga,
untuk berbagi bersama mereka hidangan Ekaristi
(bdk. Why 3:20). Di sana, pasangan dapat selalu
memeteraikan anew ikatan perjanjian paskah yang
menyatukan mereka dan yang semestinya
mencerminkan ikatan perjanjian yang Allah
meteraikan terhadap manusia di dalam salib.377
Ekaristi merupakan sakramen ikatan perjanjian
baru, di mana karya pembebasan Kristus
dilaksanakan (bdk. Luk 22:20). Ikatan yang erat
antara hidup perkawinan dan Ekaristi dengan
demikian menjadi jauh lebih jelas.378 Karena
makanan Ekaristi menawarkan bagi pasangan
kekuatan dan insentif yang dibutuhkan untuk
menghidupi ikatan perjanjian perkawinan setiap
hari sebagai “gereja domestik”.379
246
“prasyarat interior ikatan perjanjian cinta yang
menyatukan”,380 karena “orang yang tidak dapat
memilih untuk mencintai selamanya akan sulit
dapat mencintai bahkan hanya sehari saja”.381 Pada
kesempatan yang sama, kesetiaan seperti itu akan
menjadi tidak berarti secara spiritual bila ia hanya
sekedar pasrah menaati suatu hukum. Sebaliknya,
hal ini merupakan permasalah hati, ke dalam mana
Allah mengamatinya (bdk. Mat 5:28). Setiap pagi,
pada saat bangun tidur, kita mengukuhkan kembali
di hadapan Allah keputusan kita untuk menjadi
setia, apapun yang mungkin akan terjadi di
perjalanan hidup kita hari ini. Dan kita semua,
sebelum berangkat tidur, berharap untuk bangun
dan melanjutkan perjalanan hidup ini, dengan
mempercayai pertolongan Tuhan. Dengan cara ini,
tiap orang menjadi tanda dan sarana bagi
pasangannya, kedekatan dengan Tuhan, yang tidak
pernah meninggalkan kita: ”Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman” (Mat 28:20).
247
mereka. Di saat yang sama, prinsip realisme
spiritual menuntut seseorang untuk tidak
beranggapan bahwa pasangannya akan memuaskan
seluruh kebutuhannya secara utuh. Perjalanan
spiritual masing-masing pasangan –sebagaimana
dinyatakan dengan indah oleh Dietrich Bonhoeffer
– perlu membantu mereka sampai pada suatu tahap
“disilusi” terhadap pasangan mereka,382 berhenti
berharap dari pasangannya sesuatu yang hanya
dapat dipenuhi oleh kasih Allah sendiri. Hal ini
menuntut adanya pengosongan di dalam diri.
Ruangan yang dibuat masing-masing pasangan
secara eksklusif bagi relasi mereka dengan Allah
tidak hanya menolong mereka menyembuhkan
luka-luka kehidupan pada umumnya, namun juga
memampukan pasangan menemukan di dalam
kasih Allah sumber terdalam arti hidup mereka
masing-masing. Setiap hari kita harus meminta
pertolongan Roh Kudus untuk membuat kebebasan
interior ini mungkin terjadi.
SPIRITUALITAS PERHATIAN,
PENGHIBURAN DAN INSENTIF
248
dari spiritualitas keluarga kita. Hidup sebagai
pasangan merupakan peristiwa berbagi setiap hari
dalam karya kreatif Allah, dan masing-masing
orang merupakan tantangan terus menerus dari Roh
Kudus bagi pasangannya. Kasih Allah
diproklamirkan “melalui pernyataan yang hidup
dan nyata di mana seorang pria dan wanita
menunjukkan cinta yang mempersatukan
385
mereka”. Dengan demikian keduanya
merupakan refleksi timbal balik atas kasih ilahi
yang menghibur lewat perkataan, tatapan mata,
tangan yang membantu, belaian, pelukan. Untuk
alasan ini “niat membentuk sebuah keluarga adalah
untuk resolve menjadi bagian dari impian Allah,
memilih untuk bermimpi bersamaNya, kehendak
untuk membangun bersamaNya, bergabung
bersamaNya di dalam saga membangun dunia di
mana tidak ada orang yang merasa sendirian”.386
249
5:5) kepada orang-orang lain, atau sebagai petani
yang menggarap tanah baru dari mereka yang ia
kasihi, mengupayakan untuk menghasilkan yang
terbaik dari mereka. Keberbuahan perkawinan
melibatkan pertolongan dari orang-orang lainnya,
karena “mengasihi seseorang berarti
mengharapkan darinya sesuatu yang tidak dapat
didefinisikan ataupun dibayangkan; pada saat yang
sama ia dengan suatu cara membuatnya mungkin
untuk memenuhi harapan terebut”.387 Hal ini
dengan sendirinya merupakan suatu cara
menyembah Allah, yang telah menabur begitu
banyak kebaikan di dalam diri orang lain dengan
harapan mereka akan membantu membuatnya
bertumbuh.
250
mengungkapkan pertanyaan: “Apa yang kau
kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Mrk
10:51). Inilah yang kita alami di dalam kehidupan
keseharian keluarga. Kita terus menerus diingatkan
bahwa setiap dari mereka yang tinggal bersama kita
berharga untuk mendapatkan perhatian yang
seutuhnya, karena ia memiliki jati diri tak terbatas
sebagai obyek kasih Bapa yang demikian besar.
Hal ini memunculkan kelembutan yang dapat
“memunculkan di dalam diri orang lain sukacita
dikasihi. Kelembutan dinyatakan dalam cara yang
khusus dengan melatih memberi perhatian yang
penuh cinta dalam menghadapi keterbatasan orang
lain, terutama ketika mereka nyata hadir”.388
251
kerygma dalam seluruh turunan komunalnya.
Keluarga menghidupi spiritualitasnya dengan tepat
dengan menjadi pada saat yang sama suatu gereja
domestik dan sel hidup bagi pengubahan dunia.391
252
kita temui di dalam Kerajaan kelak. Hal ini juga
menjaga kita dari sikap menghakimi dengan kasar
mereka yang hidup dalam situasi kelemahan. Kita
semua terpanggil untuk terus berjuang menuju hal
yang lebih besar dari diri kita sendiri dan keluarga
kita, dan setiap keluarga harus merasakan dorongan
kuat yang terus- menerus ini. Marilah kita
melakukan perjalanan kita sebagai keluarga, mari
kita terus berjalan bersama-sama. Apa yang telah
dijanjikan kepada kita lebih besar daripada yang
dapat kita bayangkan. Semoga kita tidak
kehilangan semangat karena keterbatasan kita, atau
berhenti mencari kepenuhan cinta dan komuni yang
Allah siapkan di depan kita.
253
Yesus, Maria dan Yosef,
Bermurah hatilah mendengarkan doa kami.
Amin.
Fransiscus
254