Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Monika Yoke Lusiani
K1A006004
2010
PERBANDINGAN TINGKAT SENSITIVITAS
OFLOKSASIN DENGAN KLORAMFENIKOL
TERHADAP ISOLAT Pseudomonas aeruginosa
PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Monika Yoke Lusiani 1), Anton Budi Darmawan 2), Dwi Utami Anjarwati 3)
1) Mahasiswa, Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
2) SMF Ilmu THT RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto
3) Bagian Mikrobiologi, Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
Abstrak
Monika Yoke Lusiani 1), Anton Budi Darmawan 2), Dwi Utami Anjarwati 3)
1) Mahasiswa, Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
2) SMF Ilmu THT RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto
3) Bagian Mikrobiologi, Jurusan Kedokteran FKIK UNSOED
Abstract
tengah lebih dari 2 bulan. Infeksi ini ditandai dengan adanya perforasi membran
timpani dan keluarnya sekret dari telinga yang terus menerus atau hilang timbul.
Sekret dapat berbentuk encer atau kental, bening atau berupa nanah (Helmi,
antara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang
lebih 6,6 juta penduduk Indonesia menderita OMSK (Depkes R.I, 2005). Bakteri
kuman gram negatif dan positif penyebab OMSK adalah 3 : 1 (Loy, 2002).
antibiotik. Penggunaan terapi antibiotik harus secara rasional dan diberikan sesuai
dengan dosis terapi. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional pada strain tertentu
bisa mengakibatkan terjadinya resistensi, hal ini terjadi karena adanya mekanisme
pertahanan diri di dalam bakteri agar tetap bertahan (Soleha et al., 2006).
adalah perubahan ekologi, pemanasan global, serta perubahan pola hidup manusia
termasuk pola makan yang merupakan sarana penyebaran bakteri patogen
antibiotik merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan
antibiotika. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah hasil dari
yang tepat. Syarat minimal pemilihan antibiotik yang tepat adalah mengetahui
jenis bakteri penyebab penyakit. Pemilihan antibiotik akan lebih baik lagi apabila
Otitis media supuratif kronik dipilih pada penelitian ini karena merupakan
penyakit infeksi telinga tengah yang sering diderita oleh anak-anak dan orang
Untuk mengobati OMSK yang disebabkan oleh bakteri, sebagian besar rumah
Padahal kloramfenikol memiliki efek samping ototoksik. Oleh karena itu, peneliti
kuman yang ditemukan pada pemeriksaan kultur dan resistensi seseorang terhadap
antibiotik tertentu.
METODE
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak dan dewasa yang menderita
otitis media supuratif kronik di klinik THT RSMS bulan November 2009 sampai
Januari 2010.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita
otitis media supuratif kronik dan memenuhi kriteria inklusi di klinik THT Rumah
Materi dan bahan diperoleh dengan mengambil sekret telinga pasien otitis
media supuratif kronik lalu diletakkan dalam media transport untuk dibawa ke
UNSOED.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
A. HASIL
halus berwarna fluoresensi kehijauan, permukaan rata, dan tumbuh pada suhu
42°C. Hasil identifikasi selanjutnya menunjukkan pewarnaan gram (-) dan sel
berbentuk batang lurus atau lengkung, pada uji katalase hasilnya (+) yang
Pseudomonas aeruginosa.
didapatkan zona hambat yang relatif kecil pada kloramfenikol, yaitu 6,5 mm.
kloramfenikol. Selain itu, zona hambat yang relatif kecil tersebut dapat
protein. Selain itu dapat juga terjadi resistensi kromosom melalui mutasi
genetik pada P. aeruginosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Gulimand (2007).
tetes telinga lebih dipilih oleh pemerintah untuk pengobatan OMSK di RSMS
berlebih, serta peresepan yang salah dapat menyebabkan flora normal menjadi
2006).
melakukan fungsi metabolismenya. Sealin itu juga dapat terjadi dengan cara
mutasi pada DNA atau membran sel kuman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ruiz (2007).
kloramfenikol. Zona ini merupakan zona antara sensitif dan resisten. Zona
tahap yang cukup tinggi, sehingga kurang berespon terhadap antibiotik. Zona
intermediet dapat juga terjadi karena dosis yang diberikan dalam konsentrasi
tinggi, tetapi relatif tidak toksik terhadap tempat infeksi (Reese, 2000).
etiologi yang pasti. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang efektif
dan menghindari pemberian dosis terapi yang berlebihan sehingga dapat
KESIMPULAN
aeruginosa pada pasien otitis media supuratif kronik di Klinik THT RSMS.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Gulimand, Marc, Guy Gerbaud, Martine Guibourdenche, Jeani Yves Riou, and
Patrice Courvalin. 2007. High-Level Chloramphenicol Resistance in
Neisseria meningitides. The New England Journal of Medicine. 340 : 824.
Helmi. 2001. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan Mastoiditis. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 5.
Jakarta : FKUI. Hal 63-73.
Lestari, E. S., and J. A. Severin. 2009. Prevalence, determinants and genetic basis:
Antimicrobial Resistance in Indonesia. Thesis to obtain the degree of
Doctor from the Erasmus University Rotterdam.
Lorian, Victor, and Lois Strauss. 2007. Increased Bacterial Density at the Edge of
Antibiotic Zones of Inhibition. Journal of Bacteriology. Vol. 92, No 4.
Lutan, Ramsi, and Farid Wajdi. 2001. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis
Media Supuratif Kronik Jinak Aktif. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Cermin Dunia Kedokteran. No. 132, 41.
Nursiah, Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik
Medan. Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit
THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Reese, R., R. F. Betts, and B. Gumustop. Handbook of Antibiotics Third Edition.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelpia.
Yuen, Po Wing., Sai Kit Lau, Pak Yin Chau, Yau Hui, Shu Fai Wong, and Simon
Wong. 2004. Ofloxacin Eardrop Treatment for Active Chronic Suppurative
Otitis Media. The American Journal of Otology. Vol 15.