Professional Documents
Culture Documents
Pertanyaan
Al-Qur'anul Karim dan Hadits Syarif menyebutkan pengharaman khamar, tetapi tidak
menyebutkan keharaman bermacam-macam benda padat yang memabukkan, seperti ganja
dan heroin. Maka bagaimanakah hukum syara' terhadap penggunaan benda-benda
tersebut, sementara sebagian kaum muslim tetap mempergunakannya dengan alasan
bahwa agama tidak mengharamkannya?
Jawaban
Segala puji kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah.
Wa ba'du:
Ganja, heroin, serta bentuk lainnya baik padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan
mukhaddirat (narkotik) adalah termasuk benda-benda yang diharamkan syara' tanpa
diperselisihkan lagi di antara ulama.
Dalil yang menunjukkan keharamannya adalah sebagai berikut:
1. Ia termasuk kategori khamar menurut batasan yang
dikemukakan Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a.:
Dalil lainnya mengenai persoalan itu ialah bahwa seluruh pemerintahan (negara)
memerangi narkotik dan menjatuhkan hukuman yang sangat berat kepada yang
mengusahakan dan mengedarkannya. Sehingga pemerintahan suatu negara yang
memperbolehkan khamar dan minuman keras lainnya sekalipun, tetap memberikan
hukuman berat kepada siapa saja yang terlibat narkotik. Bahkan sebagian negara
menjatuhkan hukuman mati kepada pedagang dan pengedarnya. Hukuman ini memang
tepat dan benar, karena pada hakikatnya para pengedar itu membunuh bangsa-bangsa
demi mengeruk kekayaan. Oleh karena itu, mereka lebih layak mendapatkan hukuman
qishash dibandingkan orangyang membunuh seorang atau dua orang manusia.
Syekhul lslam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya mengenai apa yang wajib
diberlakukan terhadap orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan bahwa
semua itu jaiz, halal, dan mubah?
Beliau menjawab:
"Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk seburuk-buruk
benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap
dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum muslim.
Sedangkan orang yang menganggap bahwa ganja halal, maka dia terhukum kafir dan
diminta agar bertobat. Jika ia bertobat maka selesailah urusannya, tetapi jika tidak mau
bertobat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir murtad, yang tidak perlu dimandikan
jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di pemakaman kaum muslim.
Hukum orang yang murtad itu lebih buruk daripada orang Yahudi dan Nasrani, baik ia
beriktikad bahwa hal itu halal bagi masyarakat umum maupun hanya untuk orang-orang
tertentu yang beranggapan bahwa ganja merupakan santapan untuk berpikir dan berdzikir
serta dapat membangkitkan kemauan yang beku ke tempat yang terhormat, dan untuk
itulah mereka mempergunakannya."
Sebagian orang salaf pernah ada yang berprasangka bahwa khamar Itu mubah bagi orang-
orang tertentu, karena menakwilkan firman Allah Ta'ala:
"Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh karena
memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta
beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa
dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan ..." (al-
Ma'idah 93)
Ketika kasus ini dibawa kepada Umar bin Khattab dan dimusyawarahkan dengan beberapa
orang sahabat, maka sepakatlah Umar dengan Ali dan para sahabat lainnya bahwa apabila
yang meminum khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka
dijatuhi hukuman dera, tetapi jika mereka terus saja meminumnya karena menganggapnya
halal, maka mereka dijatuhi hukuman mati. Demikian pula dengan ganja, barangsiapa yang
berkeyakinan bahwa ganja haram tetapi ia mengisapnya, maka ia dijatuhi hukuman dera
dengan cemeti sebanyak delapan puluh kali atau empat puluh kali, dan ini merupakan
hukuman yang tepat. Sebagian fuqaha memang tidak menetapkan hukuman dera, karena
mereka mengira bahwa ganja dapat menghilangkan akal tetapi tidak memabukkan, seperti
al-banj (Ienis tumbuh-tumbuhan yang dapat membius) dan sejenisnya yang dapat menutup
akal tetapi tidak memabukkan. Namun demikian, semua itu adalah haram menurut
kesepakatan kaum muslim. Barangsiapa mengisapnya dan memabukkan maka ia dijatuhi
hukuman dera seperti meminum khamar, tetapi jika tidak memabukkan maka pengisapnya
dijatuhi hukuman ta'zir yang lebih ringan daripada hukuman jald (dera). Tetapi orang yang
menganggap hal itu halal, maka dia adalah kafir dan harus dijatuhi hukuman mati.
Yang benar, ganja itu memabukkan seperti minuman keras, karena pengisapnya menjadi
kecanduan terhadapnya dan terus memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak). Berbeda
dengan al-banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecanduan dan tidak digemari. Kaidah
syariat menetapkan bahwa barang-barang haram yang digemari nafsu seperti khamar dan
zina, maka pelakunya dikenai hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu,
seperti bangkai, maka pelakunya dikenai hukum ta'zir.
Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisapnya dan sulit untuk
ditinggalkan. Nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah mengharamkan atas orang yang berusaha
memperoleh sesuatu yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Dan munculnya
kebiasaan memakan atau mengisap ganja ini di kalangan
masyarakat hampir bersamaan dengan munculnya pasukan Tatar. Karena ganja ini muncul
lantas muncul pula pedang pasukan Tatar."4
Maksudnya, kemunculan atau kedatangan serbuan pasukan Tatar sebagai hukuman dari
Allah karena telah merajalelanya kemunkaran di kalangan umat Islam, diantaranya adalah
merajalelanya ganja terkutuk ini.
Di tempat lain beliau (Ibnu Taimiyah) berkata pula:
"Ada juga orang yang mengatakan bahwa ganja hanya mengubah akal tetapi tidak
memabukkan seperti al-banj, padahal sebenarnya tidak demikian, bahkan ganja itu
menimbulkan kecanduan dan kelezatan serta kebingungan (karena gembira atau susah),
dan inilah yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dan merasakannya. Mengisap
ganja sedikit akan mendorong si pengisap untuk meraih lebih banyak lagi seperti halnya
minuman yang memabukkan, dan orang yang sudah terbiasa mengisap ganja akan sangat
sulit untuk meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggalkan khamar. Karena
itu, bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya khamar. Maka para fuqaha
bersepakat bahwa pengisap ganja wajib dijatuhi hukum had(hukuman yang pasti bentuk
dan bilangannya) sebagaimana halnya khamar.
Adapun orang yang mengatakan bahwa masalah ganja ini tidak terdapat ketentuan
hukumnya dalam Al-Qur'an dan hadits, maka pendapatnya ini hanyalah disebabkan
kebodohannya. Sebab di dalam Al-Qur'an dan hadits terdapat kalimat-kalimat yang simpel
yang merupakan kaidah umum dan ketentuan global, yang mencakup segala
kandungannya. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan al-hadits dengan istilah 'aam
(umum). Sebab tidak mungkin menyebutkan setiap hal secara khusus (kasus perkasus).
Dengan demikian, nyatalah bagi kita bahwa ganja, opium,Mheroin, morfin, dan sebagainya
yang termasuk makhaddirat (narkotik) --khususnya jenis-jenis membahayakan yang
sekarang mereka istilahkan dengan racun putih-- adalah haram dan sangat haram menurut
kesepakatan kaum muslim, termasuk dosa besar yang membinasakan, pengisapnya wajib
dikenakan hukuman, dan pengedar atau pedagangnya harus dijatuhi hukuman mati,
karena ia memperdagangkan ruh umat untuk memperkaya dirinya sendiri. Maka orang-
orang seperti inilah yang lebih utama untuk dijatuhi hukuman seperti yang tertera dalam
firman Allah:
Adapun hukuman ta'zir menurut para fuqaha muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa
saja berupa hukuman mati, tergantung kepada mafsadat yang ditimbulkan pelakunya.
Selain itu, orang-orang yang menggunakan kekayaan dan jabatannya untuk membantu
orang yang terlibat narkotik ini,maka mereka termasuk golongan:
ABSTRACT
Kasus penyalahgunaan narkoba beberapa tahun ini meningkat pesat. Kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar termasuk Yogyakarta dulu dikenal hanya
merupakan daerah transit peredaran narkoba, namun seiring perkembangan waktu, kota-
kota besar di Indonesia sudah merupakan pasar peredaran narkoba. Keadaan ini sungguh
sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan, apalagi para pelakunya sebagian besar
adalah generasi muda yang diharapkan menjadi pewaris dan penerus perjuangan bangsa di
masa depan. Secara yuridis, instrumen hukum yang mengaturnya baik berupa peraturan
perundang-undangan maupun konvensi yang sudah diratifikasi, sebenarnya sudah jauh
dari cukup sebagai dasar pemberantasan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba.
Tetapi dalam praktek penegakan hukumnya masih terkesan tidak sungguh-sungguh,
karena seringkali pelaku hanya dihukum ringan atau malah dibebaskan begitu saja.
Mengingat peredaran narkoba sekarang ini sudah begitu merebak, maka upaya
penanggulangannya tidak dapat semata-mata dibebankan kepada pemerintah dan aparat
penegak hukum saja, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama.
A. Pendahuluan
Kemajuan-kemajuan yang dicapai di era reformasi cukup memberikan harapan yang lebih
baik, namun di sisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya menyangkut
perilaku sebagian generasi muda kita yang terperangkap pada penyalahgunaan
NARKOBA/NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat adiktif lainnya) baik mengkonsumsi maupun
mengedarkannya. Hal itu mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan memperhatikan
secara lebih khusus untuk menanggulanginya, karena bahaya yang ditimbulkan dapat
mengancam keberadaan generasi muda yang kita harapkan kelak akan menjadi pewaris
dan penerus perjuangan bangsa di masa-masa mendatang.
Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar termasuk Yogyakarta
dulu dikenal hanya merupakan daerah transit peredaran narkoba, namun seiring
perkembangan globalisasi dunia, kota-kota besar di Indonesia sudah merupakan pasar
peredaran narkoba.
Sasaran pasar peredaran narkoba sekarang ini tidak terbatas pada orang-orang yang
broken home, frustasi maupun orang-orang yang berkehidupan malam, namun telah
merambah kepada para mahasiswa, pelajar bahkan tidak sedikit kalangan eksekutif
maupun bisnisman telah terjangkit barang-barang haram tersebut.
Meskipun diakui bersama bahwa narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat dibidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication (ketagihan dan
ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
seksama dari pihak yang berwenang.
Dalam upaya pananggulangannya, masyarakat mempunyai kesempatan yang luas-luasnya
untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk itulah dalam tulisan ini akan
dikemukakan masalah penyalahgunaan narkoba dalam tinjauan yuridis, terutama
didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika. Diharapkan dengan disosialisasikannya masalah ini kepada
masyarakat luas, dapat digunakan sebagai salah satu upaya preventif (pencegahan) serta
untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahayanya narkoba.
D. Upaya Penanggulangannya
Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui beberapa cara,
sebagai berikut ini :
a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai
ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada
pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang
kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-
tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan
melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba
melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang
dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada
pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun
dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan
rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren,
yayasan Pondok Bina Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban
Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai
pecandu narkoba.
E. Penutup
Upaya penanggulangan bahaya Narkoba tidak semata-mata tugas Pemerintah (Kepolisian),
tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu harus ada upaya
terpadu (integrated) dari semua pihak, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, ulama, LSM
dan Pemerintah untuk bersatu padu mencegah dan memberantas bahaya Narkoba. Masing-
masing dapat berperan sesuai bidangnya masing-masing, proporsional dan tidak
melanggar rambu-rambu hukum. Mari kita perangi narkoba, selamatkan saudara-saudara
kita.
Bahaya Narkoba
Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Berbagai
kampanye anti narkoba dan penanggulangan terhadap orang-orang yang ingin sembuh
dari ketergantungan narkoba semakin banyak didengung-dengungkan.
Sebab, penyalahgunaan narkoba bisa membahayakan bagi keluarga, masyarakat, dan masa
depan bangsa.
Secara umum semua jenis narkoba jika disalahgunakan akan memberikan empat dampak
sebagai berikut:
1. Depresan
Pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.
2. Halusinogen
Pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).
3. Stimulan
Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa
lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja
di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan
kematian.
4. Adiktif
Pemakai akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar terus
bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada
pada kondisi kritis (sakaw).
1. Opioid:
o depresi berat
o apatis
o rasa lelah berlebihan
o malas bergerak
o banyak tidur
o gugup
o gelisah
o selalu merasa curiga
o denyut jantung bertambah cepat
o rasa gembira berlebihan
o banyak bicara namun cadel
o rasa harga diri meningkat
o kejang-kejang
o pupil mata mengecil
o tekanan darah meningkat
o berkeringat dingin
o mual hingga muntah
o luka pada sekat rongga hidung
o kehilangan nafsu makan
o turunnya berat badan
2. Kokain
o denyut jantung bertambah cepat
o gelisah
o rasa gembira berlebihan
o rasa harga diri meningkat
o banyak bicara
o kejang-kejang
o pupil mata melebar
o berkeringat dingin
o mual hingga muntah
o mudah berkelahi
o pendarahan pada otak
o penyumbatan pembuluh darah
o pergerakan mata tidak terkendali
o kekakuan otot leher
3. Ganja
o mata sembab
o kantung mata terlihat bengkak, merah, dan berair
o sering melamun
o pendengaran terganggu
o selalu tertawa
o terkadang cepat marah
o tidak bergairah
o gelisah
o dehidrasi
o tulang gigi keropos
o liver
o saraf otak dan saraf mata rusak
o skizofrenia
4. Ectasy
o enerjik tapi matanya sayu dan wajahnya pucat,
o berkeringat
o sulit tidur
o kerusakan saraf otak
o dehidrasi
o gangguan liver
o tulang dan gigi keropos
o tidak nafsu makan
o saraf mata rusak
5. Shabu-shabu:
o enerjik
o paranoid
o sulit tidur
o sulit berfikir
o kerusakan saraf otak, terutama saraf pengendali pernafasan hingga merasa
sesak nafas
o banyak bicara
o denyut jantung bertambah cepat
o pendarahan otak
o shock pada pembuluh darah jantung yang akan berujung pada kematian.
6. Benzodiazepin:
o berjalan sempoyongan
o wajah kemerahan
o banyak bicara tapi cadel
o mudah marah
o konsentrasi terganggu
o kerusakan organ-organ tubuh terutama otak
Sejarah Narkoba
Sebelum muncul istilah narkoba lama sudah kita mengenal apa yang dinamakan dengan
Candu. dalam catatan sejarah kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria ditemukan sari
bunga opium atau kemudian lebih dikenal dengan nama OPIUM ( Candu = Papavor
somniferitum). Bunga ini tumbuh subur didaerah dataran tinggi diatas ketinggian 500
meter diatas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke daerah India, Cina, dan
Wilaya-wilayah asia lainnya.
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama friedrich Wilhelim menemukan
modifikasi candu yang dicampur amoniak yang dikenal dengan nama Morphin ( diambil
dari nama dewi mimpi yunani yang bernama Morphius).tahun 1856 waktu pecah perang
saudara di Amerika Seriakt, Morphin ini dipergunakan untuk penghilang rasa sakit akibat
luka-luka perang.
Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London merebus cairan
morphin dengan asam anhidrat ( cairan asam yang ada pada sejenis jamur). Campuran ini
membawa efek ketika diuji coba pada anjing. Anjing tersebut memberikan reaksi yaitu :
tiarap, ketakutan, mengantuk, dan muntah-muntah. Tahun 1898 pabrik obat “BAYER”
memproduksi obat tersebut dengan nama HEROIN, sebagai obat resmi penghilang sakit.
Sakit ini Heroin tidak lagi dipakai sebagai obat, hanya Morphin saja. Perkembangan
teknologi tak dapat dibendung, sehingga candu tersebut diolah dengan berbagai campuran
khusus dan jenisnyapun bertambah banyak seperti Extasy, Putaw, dan sebagainya.
3. Jangan menghindar dari problem, tetapi hadapi dan atasi persoalan sampai tuntas, bila
tak mampu konsultasi pada ahli.
5. Pilih kegiatan yang sehat, tak merugikan diri sendiri ataupun orang lain, ikutilah klub
olah raga, organisasi sosial. Lakukan hobi bersama teman dan keluarga.
6. Gunakan waktu dan tempat yang aman, jangan keluyuran malam-malam. Bersantailah
dengan keluarga, berkaraoke, piknik, makan bersama, masak bersama, beres-beres
bersama nonton bersama keluarga.
7. Selalu berusaha menjadi pribadi yang baik, bertindak positif, bertanggungjawab, jadilah
figure/sosok yang diteladani.
9. Buatlah keluarga, rumah tangga, menjadi tempat yang paling menyenangkan, paling
menenangkan sehingga membuat "betah" tinggal bersama "sahabat".
10. Selalu ingatkan, bahwa ancaman hukuman untuk penyalah guna Narkoba, apalagi bagi
pengedar Narkoba adalah Lembaga Pemasyarakatan.
11. Ingatkan bahwa Narkoba akan merusak kerja otak, susunan syaraf pusat, merusak
ginjal, lever dan sebagainya.
Lebih baik mencegah putra-putri kita terkena pengaruh Narkoba daripada kita harus
mengobatinya. Karena untuk proses pengobatan dan penyembuhan tidaklah mudah dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.