You are on page 1of 36

∗)

SISTEM FILSAFAT PANCASILA


(TEGAK SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA - UUD
PROKLAMASI 45 )

Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH

I. LATAR BELAKANG SEJARAH NILAI DAN FUNGSI FILSAFAT

Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai
filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai
filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran
( kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup,
(Weltanschauung); sekaligus memancarkan jiwa bangsa, jatidiri bangsa
(Volksgeist) dan martabat nasional !.
Integritas filsafat Pancasila terjabar sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila
dengan visi-misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.
Menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
adalah pembudayaan filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya!

A. Makna, Sejarah, dan Fungsi Filsafat


Istilah filsafat secara etymologis terbentuk dari kata bahasa Yunani: filos dan
sophia. Filos = friend, love; sophia = learning, wisdom. Jadi, makna filsafat = (orang)
yang bersahabat dan mencintai ilmu pengetahuan, serta bersikap arif bijaksana.
Karena itulah diakui orang belajar filsafat berarti mencari kebenaran sedalam-
dalamnya, kemudian menghasilkan sikap hidup arif bijaksana. Demikian pula para
pemikir filsafat (filosof) dianggap manusia berilmu dan bijaksana.
Sesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang, terutama di wilayah Timur
Tengah sejak sekitar 6000 – 600 SM; juga di Mesir dan sekitar sungai Tigris dan
)
Makalah disajikan dalam Konggres Pancasila diselenggarakan UGM—MK RI 30 – 31 Mei dan 1
Juni 2009 di Kampus UGM Yogyakarta.

1 MNS, Lab. Pancasila UM


Eufrat sekitar 5000 – 1000 sM; daerah Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi
sekitar 4000 – 1000 SM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey 1961: 3-7). Juga di
India sekitar 3000 – 1000 SM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 – 500 SM.
Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental,
universal dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan
penganutnya.
Sedangkan pemikiran filsafat yang dianggap tertua di Eropa (Yunani) baru
berkembang sekitar 650 SM. Jadi, pemikiran filsafat tertua bersumber dari wilayah
Timur Tengah; sinergis dengan ajaran nilai religious. Fenomena demikian merupakan
data sejarah budaya sebagai peradaban monumental, karena Timur Tengah diakui
sebagai pusat berkembangnya ajaran agama supranatural (agama wahyu, revealation
religions). Kita juga maklum, bahwa semua Nabi/Rasul berasal dari wilayah Timur
Tengah (Yahudi, Kristen dan Islam). Berdasarkan data demikian kita percaya bahwa
nilai filsafat sinergis dengan nilai-nilai theisme religious. Karena itu pula, kami
menyatakan bahwa nilai filsafat Timur Tengah dianggap sebagai sumur madu
peradaban umat manusia karena kualitas dan integritas intrinsiknya yang
fundamental-universal theisme religious.
Nilai ajaran filsafat Barat (Eropa, Yunani) adalah nilai filsafat natural dan
rasional (ipteks); karenanya dianggap sebagai sumur susu peradaban. Makna uraian
di atas: manusia atau bangsa yang ingin sehat dan jaya, hendaknya memadukan nilai
theisme religious dengan ipteks; sebagaimana pribadi manusia yang ingin sehat
minumlah susu dengan madu. Artinya, budaya dan peradaban yang luhur dan unggul
akan berkembang berdasarkan nilai-nilai (moral) agama dan ipteks.
Budaya dan peradaban modern mengakui bahwa perkembangan ipteks dan
kebudayaan manusia bersumber dan dilandasi oleh ajaran nilai filsafat. Karena itu
pula, filsafat diakui sebagai induk ipteks (= philosophy as the queen and as the
mother of knowledge as well). Nilai filsafat menjangkau alam metafisika dan misteri
alam semesta; visi-misi penciptaan manusia. Alam semesta dengan hukum alam
memancarkan nilai supranatural dan suprarasional sebagaimana rokhani manusia
dan martabat budinuraninya juga memancarkan integritas suprarasional!
Sistem filsafat dan cabang-cabangnya --- termasuk sistem ideologi--- dalam
kepustakaan modern diakui sebagai Kultuurwissenschaft, dan atau
Geistesswissenschaft (terutama filsafat hukum, filsafat politik, filsafat manusia,
filsafat ilmu, filsafat ekonomi dan filsafat etika).

2 MNS, Lab. Pancasila UM


Sedemikian besar dan dominan pengaruh ajaran sistem filsafat dan atau
ideologi dimaksud terlukis dalam skema 1, dalam makna : lingkaran global
menunjukkan supremasi nilai filsafat religious yang bersumber dari Timur
Tengah yang memberikan martabat moral kepribadian manusia secara
universal!

SUMBER DAN PUSAT PERKEMBANGAN FILSAFAT


Pusat Pengembangan Moral dan Ipteks dalam Wawasan Filsafat

3 MNS, Lab. Pancasila UM


ONTOLOGY --------------- EPISTEMOLOGY -------------- AXIOLOGY

RUANG dan WAK TU

E R O P A

A S I A
AMERIKA
TIMUR TENGAH CINA

INDIA
PERADABAN &
MORAL T -- T JEPANG

INDONESIA

AFRIKA
AUSTRALIA

skema 1 (MNS, 1980)

B. Ajaran Sistem Filsafat sebagai Sistem Ideologi : tegak sebagai Sistem


Kenegaraan.

Ajaran berbagai nilai filsafat --- sebelum berkembang sebagai sistem


ideologi!--- terutama menampilkan nilai fundamental sebagai essensi dan
integritas ajarannya; berupa ajaran : materialisme, animisme, dynamisme,
polytheisme, pantheisme, secularisme, dan atheisme …. yang berpuncak sebagai
ajaran monotheisme, universalisme --- sering disamakan sebagai sistem filsafat :
theisme-religious ---. Peradaban modern menyaksikan, bahwa sistem filsafat
Pancasila memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem
filsafat monotheisme-religious!. Integritas ini secara fundamental dan intrinsik

4 MNS, Lab. Pancasila UM


memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari sistem
filsafat Timur (yang berwatak : theisme-religious).

Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban
umat manusia. Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem
filsafat yang mereka anut (sebagai dasar negara, ideologi negara). Berbagai negara
modern menunjukkan keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan
supremasi dan dominasi sistem kenegaraannya: liberalisme-kapitalisme,
marxisme-komunisme, zionisme, theokratisme; sosialisme, naziisme, fascisme,
fundamentalisme. Juga termasuk negara berdasarkan (nilai ajaran) agama: negara
Islam ….. termasuk sistem ideologi Pancasila (=sistem kenegaraan Pancasila
sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia menegakkan
sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup
(Weltsanschauung) yang diamanatkan oleh PPKI sebagai pendiri negara!.

Secara ontologis, epistemologis dan axiologis sistem filsafat Pancasila


mengandung ajaran tentang potensi dan martabat kepribadian manusia (SDM) yang
dianugerahi martabat mulia sebagaimana terjabar dalam ajaran HAM berdasarkan
filsafat Pancasila ! Keunggulan dan kemuliaan ini merupakan anugerah dan amanat
Tuhan Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Kuasa, Maha Rahman dan Maha Rahim ---
sebagai tersurat di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 ! --- sebagai asas
kerokhanian bangsa dan NKRI.
Sesungguhnya ajaran filsafat merupakan sumber, landasan dan identitas
tatanan atau sistem nilai kehidupan umat manusia. Sedemikian berkembang, maka
khasanah ajaran nilai filsafat kuantitati-kualitatif terus meningkat; terbukti dengan
berbagai aliran (sistem) filsafat yang memberikan identitas berbagai sistem budaya,
sistem kenegaraan dan peradaban bangsa-bangsa modern.
Nilai-nilai filsafat, termasuk filsafat Pancasila ditegakkan (dan dibudayakan)
dalam peradaban manusia modern ---khususnya bangsa Indonesia, --- terutama :
1. Aktualisasi Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;
2. Aktualisasi nilai kebangsaan dan kenegaraan Indonesia Raya, sebagai terlukis
dalam skema 3 dan 4;
3. Secara ontologis-axiologis bangsa Indonesia belum secara signifikan
melaksanakan visi-misi yang diamanatkan oleh sistem filsafat Pancasila,

5 MNS, Lab. Pancasila UM


sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45 ---terutama dalam era reformasi
1998 – sekarang

Dalam dinamika peradaban modern, semua bangsa berkembang dan


menegakkan tatanan kehidupan nasionalnya dengan sistem kenegaraan. Sistem
kenegaraan ini dijiwai, dilandasi dan dipandu oleh sistem filsafat dan atau sistem
ideologi; seperti : theokratisme, sistem liberalisme-kapitalisme, sosialisme,
zionisme; marxisme-komunisme-atheisme, naziisme, fascisme, fundamentalisme
…. dan sistem ideologi Pancasila!

II. INTEGRITAS SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM


IDEOLOGI NASIONAL

Dinamika politik modern antar negara berjuang merebut supremasi ideologi


dalam makna secara fungsional adalah supremasi sistem kenegaraan masing-
masing. Dinamika (baca : perebutan politik supremasi!) bermuara sebagai wujud
neo-imperialisme! (metamorphose : kolonialisme-imperialisme!).
Fenomena demikian menjadi tantangan nasional (baca : tantangan antar
ideologi) bangsa-bangsa dan negara-negara modern. Artinya, sistem kenegaraan
Pancasila secara niscaya (a priori) terus bersaing demi eksistensi (kemerdekaan dan
kedaulatan) bangsa, negara dan budaya (jatidiri nasional!).

6 MNS, Lab. Pancasila UM


A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional

Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia ---
terutama sebagai jiwa dan asas kerokhanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan
dari kolonialisme-imperialisme 1596-1945 ---. Nilai filsafat Pancasila baik sebagai
pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung) bangsa, sekaligus sebagai jiwa
bangsa (Volksgeist, jatidiri nasional) memberikan identitas dan integritas serta
martabat (kepribadian) bangsa dalam budaya dan peradaban dunia modern;
sekaligus sumber motivasi dan spirit perjuangan bangsa Indonesia!.
Nilai filsafat Pancasila secara filosofis-ideologis dan konstitusional
berkembang dalam sistem kenegaraan Indonesia ; yang dapat dinamakan : sebagai
Sistem Kenegaraan Pancasila yang terjabar dalam UUD Proklamasi 45. Jadi,
tegaknya bangsa dan NKRI sebagai bangsa merdeka, berdaulat, bersatu dan
bermartabat amat ditentukan oleh tegaknya integritas sistem kenegaraan
Pancasila dan UUD Proklamasi 45 !
Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, semua
komponen bangsa wajib setia dan bangga (imperatif : mengikat, memaksa) kepada
sistem kenegaraan Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45;
termasuk kewajiban bela negara! .
Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental
filosofis-ideologis sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup,
Weltanschauung) yang telah menjiwai dan sebagai identitas bangsa (jatidiri
nasional, Volksgeist) Indonesia. Nilai-nilai fundamental warisan sosio-budaya
Indonesia ditegakkan dan dikembangkan dalam sistem kenegaraan Pancasila,
sebagai pembudayaan dan pewarisan bagi generasi penerus.
Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka dan berdaulat ---sejak Proklamasi
17 Agustus 1945 berwujud NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI
ditegakan oleh kelembagaan negara (suprastruktur) bersama semua komponen
bangsa (=infrastruktur) dan warganegara (subyek SDM pemilik, penegak dan
pewaris) berkewajiban menegakkan asas normatif filosofis-ideologis secara
konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945 seutuhnya sebagai wujud kesetiaan
dan kebanggaan nasional.
Nilai-nilai fundamental dimaksud terutama filsafat hidup (Weltanschauung)
bangsa (i.c. filsafat Pancasila) yang oleh pendiri negara (PPKI) dengan jiwa

7 MNS, Lab. Pancasila UM


hikmat kebijaksanaan dan kenegarawanan, musyawarah mufakat menetapkan
dan mengesahkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka (dalam UUD
Proklamasi 45 seutuhnya). Berdasarkan legalitas dan otoritas PPKI sebagai pendiri
negara, maka UUD Proklamasi sesungguhnya mengikat (imperatif) seluruh
komponen bangsa, bahkan seluruh generasi bangsa untuk setia menegakkan dan
membudayakannya. Asas demikian diakui dan berlaku secara universal sebagai
aktualisasi nilai sosio-budaya dan martabat nasional dapat dilukiskan dengan ringkas
dalam uraian berikut.

B. Identitas dan Integritas Sistem Filsafat dan Sistem Ideologi Nasional

Totalitas sistem filsafat dan sistem ideologi nasional memberikan integritas dan
martabat nasional; selanjutnya ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan --- yang
dinamakan dengan predikat berdasarkan sistem filsafat dan atau sistem ideologi yang
menjiwai dan melandasi sistem kenegaraan dimaksud.
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional sistem kenegaraan inilah yang
ditegakkan dalam wujud kemerdekaan dan kedaulatan serta kepribadian (martabat)
nasional bangsa-bangsa modern. Secara ontologis dan axiologis, sistem filsafat dan
atau sistem ideologi ini menjadi asas dan landasan budaya dan moral nasional--- yang
kompetitif antar bangsa dalam rangka merebut supremasi ideologi! ---.
Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral
Pancasila, yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya
Indonesia. Nilai mendasar ini ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volkgeist)
Indonesia Raya.
Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui nilai
filsafat Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan
budaya Indonesia Raya (Asas-asas Wawasan Nusantara).

8 MNS, Lab. Pancasila UM


Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sebagai berikut:

7. Sistem Nasional (cermati skema 4)


6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya
Indonesia: asas budaya dan moral politik NKRI.
5. Ideologi Negara, ideologi nasional.
4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD
45): asas kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45;
Nilai Dasar Grundnorm, basic norm, sumber dari segala
Filsafat Pancasila sumber hukum.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional
(Volkgeist) Indonesia.
2. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).
1. Warisan sosio-budaya bangsa sebagai bagian
Filsafat Timur

Skema 2 (MNS, 1980)

Sesungguhnya nilai dasar filsafat Pancasila demikian, telah terjabar secara


filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam UUD Proklamasi (pra-amandemen)
dan teruji dalam dinamika perjuangan bangsa dan sosial politik 1945 – 1998 (1945 –
1949; 1949 – 1950; 1950 – 1959 dan 1959 – 1998). Reformasi 1998 sampai sekarang,
mulai amandemen I – IV: 1999 – 2002 cukup mengandung distorsi dan kontroversial
secara fundamental (filosofis-ideologis dan konstitusional) sehingga praktek
kepemimpinan dan pengelolaan nasional cukup memprihatinkan.
Bangsa-bangsa modern menyaksikan bagaimana supremasi ideologi neo-
liberalisme yang bermuara neo-imperialisme--- lebih-lebih pasca perang dingin,
dengan runtuhnya Uni Soviet 1990 ---. Atas nama globalisasi-liberalisasi dan
postmodernisme negara-negara adidaya sekutu USA dan UE sebagai representasi
neo-liberalisme terus memacu supremasi ideologi dalam sosial politik dan
ekonomi global!.
(Perhatikan dan cermati Bagian IV makalah ini!)

9 MNS, Lab. Pancasila UM


III. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA DAN UUD
PROKLAMASI ’45

Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi


(nasional) Pancasila secara ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan
sebagai integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan
asas-asas fundamental berikut :

A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Negara

Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat
manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM
berdasarkan filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif theisme-religious,
secara fundamental sbb:
1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup,
kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati dan
disyukuri oleh umat manusia.
2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan
kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat)
manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.
3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:
a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan
Maha Pencipta (sila I).
b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas
semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan
c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta
(Tuhan Yang Maha Esa), atas anugerah dan amanat yang dipercayakan
kepada (kepribadian). Manusia terikat dengan hukum alam dan hukum
moral !.
Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan
KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.
Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur
atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat
anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai

10 MNS, Lab. Pancasila UM


subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007:
147-160)
Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk
wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem
kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai
negara berkedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat).
Asas-asas fundamental ini memancarkan identitas, integritas dan keunggulan
sistem kenegaraan RI (berdasarkan) Pancasila – UUD 4, sebagai sistem
kenegaraan Pancasila.
Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious
sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena
sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.
Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari
ajaran sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing.
Berdasarkan asas demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem
kenegaraan Pancasila, dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD
Proklamasi 45 --- yang orisinal, bukan menyimpang sebagai “ terjemahan “ era
reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang kita rasakan amat sarat kontroversial,
bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional inilah amanat nasional dalam


visi-misi Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi
Nasional! Visi-misi mendasar dan luhur ini menjamin integritas SDM dalam
Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD 45

B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi
Nasional dalam Integritas UUD Proklamasi 45

Secara ontologis-axiologis (filsafat Pancasila) terjabar dalam UUD


Proklamasi 45 bersifat imperatif (filosofis-ideologis dan konstitusional) ontologi
bangsa dan NKRI adalah integral (manunggal) dan bersifat t e t a p (integritas,
jatidiri / Volksgeist) atau kepribadian dan martabat nasional.

11 MNS, Lab. Pancasila UM


Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan sebagai
wujud kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat
dinyatakan sebagai: Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi.
Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional atas
UUD Proklamasi 45 dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan asas dan
landasan filosofi-ideologis dan konstitusional berikut :
1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans
Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang
fundamental yang bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari
segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah,
oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali
oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 – 52; Kelsen 1973: 127 – 135; 155 –
162; Notonagoro 1984: 57 – 70; 175 – 230; Soejadi 1999: 59 – 81). Sebagai
kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara
dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa).
Artinya, semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam
negara imperatif untuk melaksanakan dan membudayakannya.
Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara
yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi
merubahnya.
2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan
bagi negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud:
Pembukaan UUD Proklamasi 45. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara
mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita
menegakkan sistem kenegaraan Pancasila – UUD 45. Asas demikian terpancar
dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45
sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan
apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan
hanya 1x oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki
legalitas dan otoritas pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang
mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara). Artinya, mengubah
Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula
mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru;
mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi

12 MNS, Lab. Pancasila UM


apapun yang tidak mengamalkan dasar negara Pancasila ---beserta jabarannya di
dalam UUD negara---; bermakna tidak loyal dan tidak membela dasar negara
Pancasila; maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap sebagai makar
(tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat
dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.
3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam
Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara (geistlichen
Hinterground dan Weltanschauung ) bangsa terutama:
4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemnusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung


dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-


Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam
pasal-pasalnya."

Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan


dasar negara Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis
dan legalitas supremasi otoritas secara konstitusional (terjabar dalam
Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45).
Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional
yang bertujuan menegakkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar
negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian
negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state) dengan
membudayakannya.

13 MNS, Lab. Pancasila UM


Secara filosofis-ideologis ajaran Filsafat Pancasila menjadi sumber dan
landasan Metatheory dan Megatheory (Grandtheory) dari Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang memancarkan integritas dan keunggulan
sebagai diuraikan dalam Bagian IV !.
Nilai-nilai ontologis-axiologis Pancasila terjabar dan diaktualisasi melalui
Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dan sebagai Sistem Ideologi
Nasional Indonesia Raya masa depan!

Asas-asas fundamental filosofis-ideologis dan konstitusional diatas, adalah


jabaran dan aktualisasi asas filsafat Pancasila (ontologis-axiologis), terutama :
1. Asas filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi secara ontologis-axiologis tegak
dalam aktualisasi Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
2. Menjamin ranah (in casu : HAM) privat dan publik berdasarkan asas
keseimbangan HAM dan KAM sebagai diamanatkan bagian III A diatas.
Tegasnya, individualitas dan komunitas berkembang dalam asas keseimbangan
dalam wujud asas kekeluargaan sebagai asas integralisme fungsional!
3. Menjiwai dan melandasi asas moral dan budaya politik nasional : politisi,
kepemimpinan nasional, bahkan warganegara dalam pergaulan nasional dan
internasional senantiasa menegakkan integritas moral dan martabat nasional!
4. Asas HAM, hak kemerdekaan (kebebasan) tetap dijamin selama warganegara,
golongan / parpol tetap setia (loyal, bangga) kepada dasar negara (ideologi
negara) Pancasila dan UUD Proklamasi 45.
5. Secara filosofis-ideologis dan UUD Pasal 29 bangsa dan NKRI menganggap
ideologi marxisme-komunisme-atheisme bertentangan dengan ideologi
Pancasila yang beridentitas theisme-religious; karenanya dikategorikan
sebagai : separatisme ideologi, makar !
Sebaliknya, siapapun atas nama kebebasan (=liberalisme) dan demokrasi
(=kedaulatan rakyat) mengembangkan / memperjuangkan nilai ideologi selain
ideologi negara Pancasila (non-Pancasila), dikategorikan sebagai melakukan
tindakan : separatisme ideologi, makar dan atau mengkhianati sistem kenegaraan
Pancasila! ---Waspadalah kepada berbagai sistem ideologi yang mengancam
integritas ideologi Pancasila, seperti : ideologi liberalisme-kapitalisme,
sekularisme; dan marxisme-komunisme-atheisme!---

14 MNS, Lab. Pancasila UM


Amanat menegakkan NKRI dalam integritas sebagai sistem kenegaraan
Pancasila, bermakna bahwa bangsa Indonesia (rakyat, warganegara RI) berkewajiban
membela NKRI dalam integritasnya sebagai sistem kenegaraan Pancasila ---antar
sistem kenegaraan: kapitalisme – liberalisme, dan marxisme – komunisme –
atheisme --- yang dapat mengancam integritas bangsa dan NKRI. Jadi, bangsa
Indonesia senantiasa waspada dan siap bela negara atas tantangan dan ancaman
bangsa dan negara yang mengancam integritas ideologi Pancasila: baik
neoimperialisme Amerika maupun ideologi marxisme – komunisme – atheisme
dari manapun datangnya; termasuk kebangkitan PKI, neo-PKI atau KGB.

IV. KEUNGGULAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN (IDEOLOGI)


PANCASILA

Berdasarkan asas-asas ontologis-axiologis Pancasila (asas jatidiri dan asas


kerokhanian bangsa), sebagai dimaksud Bagian III A-B, maka aktualisasinya dalam
sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi 45 adalah sebagai berikut.

A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan Pancasila


Sesungguhnya secara filosofis-ideologis-konstitusional bangsa Indonesia
menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan dalam tatanan negara Proklamasi,
sebagai NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Asas dan identitas fundamental,
bersifat imperatif; karenanya fungsional sebagai asas kerokhanian-normatif-
filosofis-ideologis dalam UUD 45.
Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara
Pancasila sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara
dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-
konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik
nasional, terjabar secara konstitusional:
1. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: sila IV= sistem demokrasi
Pancasila).
2. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan
nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI.

15 MNS, Lab. Pancasila UM


3. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi
keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai
sistem negara hukum Pancasila.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan
kenegaraan RI; ditegakkan sebagai budaya dan moral manusia warga negara dan
politik kenegaraan RI.
5. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungai
seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia. Negara mengatasi
paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V); ditegakkan dalam
sistem ekonomi Pancasila (M Noor Syam, 2007: 108 - 127).

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang


bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara
Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam
kelembagaan negara bangsa (nation state).
NKRI adalah negara bangsa (nation state) sebagai pengamalan sila III yakni
nilai Wawasan Nasional yang ditegakkan dalam NKRI dan Wawasan Nusantara.
Jadi, aktualisasi asas ontologis-axiologis filsafat Pancasila ditegakkan dalam sistem
kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45; diuraikan
secara ringkas sebagai berikut :
Perwujudan dan Sistem NKRI (Berdasarkan) Pancasila - UUD 45*

TAP MPR

U U D 45

P A N C A S I L A

(MNS, 1985: 2005)


skema 3

16 MNS, Lab. Pancasila UM


*) = NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila

B. Sistem Ideologi Pancasila ditegakkan dalam N-Sistem Nasional


Maknanya, secara das Sein und das Sollen dasar negara Pancasila (ideologi
nasional) sebagai terlukis dalam skema 2 dan 3, dikembangkan, ditegakkan dan
dibudayakan dalam N-Sistem Nasional sebagai aktualisasi integritas sistem
kenegaraan Pancasila (UUD Proklamasi 45).

Secara skematis, terlukis dalam skema berikut.

N-SISTEM NASIONAL
SISTEM HUKUM NASIONAL

SISTEM POLITIK SISTEM EKONOMI


N E G A R A H U K U M

FILSAFAT HUKUM
FILSAFAT NEGARA
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

skema 4 MNS, 1988)

*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama:

1. Sistem filsafat Pancasila


2. Sistem ideologi Pancasila
3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila
4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila
5. Sistem ekonomi Pancasila
6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)
7. Sistem budaya Pancasila
8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

17 MNS, Lab. Pancasila UM


Skema ini melukiskan bagaimana sistem filsafat Pancasila dijabarkan secara
normatif-konstitusional dan fungsional sebagai terlukis dalam struktur (nilai)
kenegaraan yang dimaksud komponen-komponen dalam skema 3-4 dimaksud !.

C. Integritas Filsafat Pancasila dalam Keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila


Sebagai pelaksanaan asas kerokhanian bangsa dan negara sesungguhnya NKRI
berdasarkan Pancasila UUD Proklamasi 45 memancarkan keunggulan sistem
kenegaraan Indonesia.
Secara konstitusional NKRI ditegakkan (dan dibudayakan) sebagai sistem
kenegaraan dalam integritas dan identitas fundamental dan asas kenegaraan, berikut:
Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila
sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri
bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa;
menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar
dalam asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional dengan membudayakan N-
Sistem Nasional dimaksud.

Asas-asas fundamental ini ditegakkan secara normatif-fungsional dalam N-


sistem nasional (sejumlah sistem nasional): prioritas 1 – 8 sistem nasional !
Sebaliknya, dalam era reformasi nilai dasar negara Pancasila dan UUD
Proklamasi 45 mengalami distorsi; sehingga dalam praktek kita menyaksikan
berkembangnya budaya neo-liberal (demokrasi-liberal; dan ekonomi-liberal ;
bahkan mengalami degradasi wawasan nasional!
Sesungguhnya pendidikan nasional ---in casu pendidikan nilai dasar
Pancasila adalah asas dan inti nation and character building--- sinergis dengan
System bildung (pembangunan dan pengembangan sistem, yakni sistem nasional);
terutama: sistem nasional dalam politik dengan asas kedaulatan rakyat atau
demokrasi (= demokrasi berdasarkan Pancasila); sistem nasional dalam ekonomi ( =
sistem ekonomi Pancasila); dan sistem nasional dalam hukum (= sistem hukum
Pancasila)….. dan sebagainya.

18 MNS, Lab. Pancasila UM


V. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA DALAM
TANTANGAN GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME

Dinamika Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme sesungguhnya adalah


gelombang negara adidaya untuk merebut supremasi ideologi liberalisme-
kapitalisme; sebagai otoritas neo-imperialisme dunia. Dinamika ini juga sinergis
dengan gelombang Postmodernisme yang laksana badai menggoda dan melanda
bangsa dan negara modern, terutama bangsa negara berkembang. Fenomena
dimaksud nampak dalam karsa elite untuk mempelopori reformasi--- karena merasa
warisan nilai lama perlu di reformasi --- , meskipun ternyata menjadi bencana yang
dapat meruntuhkan integritas nasional dan integritas negara !.
Kita menyaksikan bagaimana reformasi glasnost dan perestroika yang
dicanangkan Michael Gorbachev di Unie Soviet kemudian r u n t u h menjadi
negara tidak berdaya dan “ m u r t a d “ dari ideologi marxisme-komunisme-
atheisme !.
Catatan: Runtuhnya negara adidaya Unie Soviet menjadi negara tidak berdaya,
namun rakyatnya bersyukur dapat kembali memuja Tuhan (Agama, Theisme)
sehingga negara Rusia sekarang amat sangat meningkat kemakmuran dan
kejayaannya.

A. Tantangan Nasional : Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme

Menyelamatkan bangsa dan NKRI dari tantangan demikian (baca: keruntuhan


sebagaimana yang dialami Unie Soviet), maka bangsa Indonesia wajib
meningkatkan kewaspadaan nasional dan ketahanan mental-ideologi Pancasila.
Visi-misi demikian terutama meningkatkan wawasan nasional dan kepercayaan
nasional (kepercayaan diri) agar SDM warganegara kita mampu mewaspadai
tantangan: globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme dan neo-PKI/KGB!
Kemampuan menghadapi tantangan yang amat mendasar dan akan melanda
kehidupan nasional ---sosial-ekonomi dan politik, bahkan mental dan moral bangsa---
maka benteng terakhir yang diharapkan mampu bertahan ialah keyakinan nasional
atas kebenaran dan kebaikan (baca: keunggulan) dasar negara Pancasila baik
sebagai jatidiri bangsa dan filsafat hidup bangsa (Volksgeist, Weltanschauung),
sekaligus sebagai dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional). Hanya dengan

19 MNS, Lab. Pancasila UM


keyakinan nasional ini manusia Indonesia tegak-tegar dengan keyakinannya yang
benar dan terpercaya: bahwa sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat
Timur memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat
theisme-religious. Sebagai jiwa UUD negara yang menjiwai dan melandasi
budaya dan moral politik Indonesia dalam integritas sistem kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Bandingkan dengan ajaran filsafat kapitalisme-liberalisme yang
beridentitas individualisme-materialisme-sekularisme-pragmatisme (neo-
imperialisme) akan hampa spiritual religius sebagaimana juga identitas ideologi
marxisme-komunisme-atheisme! Kapitalisme-liberalisme memuja kebebasan dan
HAM demi kapitalisme (baca: materi, kekayaan sumber daya alam yang dikuasai
neoimperialisme): dalam praktek politik dan ekonomi liberal, yang menjajah Irak
awal abad XXI ---negara adidaya yang bergaya pembela HAM di panggung dunia!---
ternyata HAM yang HAMPA!. Mengapa bangsa-bangsa beradab, bahkan PBB
sebagai organisasi dunia yang beradab tetap bungkam ?!
Tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme dapat berwujud
adanya degradasi wawasan nasional dan wawasan ideologi nasional. Demikian
pula adanya degradasi mental ideologi, seperti budaya demokrasi liberal dan
HAM individualisme-egoisme--- bukan kesatuan dan kerukunan sebagai asas
moral filsaafat dan ideologi bangsanya---. Perhatikan beberapa fenomena sosial
politik dan ekonomi (neo-liberal) dalam era reformasi sebagai praktek budaya:
kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme dalam hampir semua bidang
kehidupan Indonesia, bermuara sebagai neoimperialisme! Sinergis dengan kondisi
global maka dalam NKRI juga tantangan kebangkitan neo-PKI / KGB;
1. Watak setiap ajaran filsafat dan ideologi dengan asas dogmatisme senantiasa
merebut supremasi dan dominasi atas berbagai ajaran filsafat dan ideologi
yang dipandangnya sebagai saingan. Ideologi kapitalisme-liberalisme yang
dianut negara-negara Barat sebenarnya telah merajai kehidupan berbagai
bangsa dan negara: politik kolonialisme-imperialisme. Karena itulah, ketika
perang dunia II berakhir 1945, meskipun mereka meraih kemenangan atas
German dan Jepang, namun mereka kehilangan banyak negara jajahan
memproklamasikan kemerdekaan, termasuk Indonesia. Sejak itulah penganut
ideologi kapitalisme-liberalisme menetapkan strategi politik neo-imperialisme

20 MNS, Lab. Pancasila UM


untuk melestarikan penguasaan ekonomi dan sumber daya alam di negara-
negara yang telah mereka tinggalkan (disusun strategi rekayasa global, 1947).
2. Melalui berbagai organisasi dunia, mulai PBB, World Bank dan IMF sampai
APEC dipelopori Amerika Serikat mereka tetap sebagai kesatuan Sekutu dan
Unie Eropa dalam perjuangan merebut supremasi politik dan ekonomi
dunia (neo-imperialisme). Lebih-lebih dengan berakhirnya perang dingin
(1950-1990) mereka makin menunjukkan supremasi politik
neoimperialisme!
3. Hampir semua negara berkembang yang kondisi ipteks, industri dan ekonomi
amat tergantung kepada negara maju (G-8) maka melalui bantuan modal
pembangunan baik bilateral maupun multilateral, seperti melalui IMF dan
World Bank, termasuk IGGI kemudian CGI semuanya mengandung strategi
politik ekonomi negara Sekutu (USA dan UE).
4. Melalui kesepakatan APEC, mereka mempropagandakan doktrin ekonomi
liberal, atas nama ekonomi pasar ---tidak boleh ada proteksi demi
peningkatan kemampuan dan kemandirian---. Sementara potensi ekonomi
berbagai negara berkembang tanpa proteksi, tanpa daya saing yang
memadai...... semuanya dilumpuhkan dan ditaklukkan. Tercapailah politik
supremasi ekonomi kapitalisme-liberalisme, sebagai neo-imperialisme.
5. Sesungguhnya sejak dimulai perang dingin (sekitar 1950 – 1985) Sekutu telah
menampilkan watak untuk merebut dominasi dan supremasi politik
internasional. Kondisi perang dingin yang amat panjang meskipun menguras
dana dan biaya perang (angkatan perang dan persenjataan), namun juga
dijadikan media propaganda bahwa otoritas supremasi politik dan ideologi
dunia tetap dimiliki Blok Barat. Supremasi politik dan ideologi ini juga
didukung oleh supremasi ipteks .......sehingga banyak intelektual negara
berkembang (baca: negara GNB) yang belajar ipteks ke negara-negara blok
Barat. Sebagian intelektual kita itu telah tergoda dan terlanda wawasan
politiknya, sehingga sebagai elite reformasi mempraktekkan demokrasi
liberal, ekonomi liberal, bahkan juga budaya negara federal!

Ternyata kemudian, mereka telah dididik juga sebagai kader pengembang


ideologi dan politik ekonomi kapitalisme-liberalisme ---termasuk dalam NKRI---.
Kepemimpina mereka belum membuktikan keunggulannya dalam mengatasi multi –

21 MNS, Lab. Pancasila UM


krisis nasional yang makin menghimpit rakyat warga bangsa tercinta. Kondisi buruk
ini dapat menjadi lahan subur bangkinya neo-PKI/KGB yang berpropaganda
menjadi ”penyelamat ” kaum miskin dan buruh tani dalam NKRI!

Inilah fenomena dan bukti sebagian elite dalam NKRI tergoda dan terlanda
ideologi neo-liberalisme dan neo-komunisme!

Perhatikan dan hayati skema 5 berikut !

22 MNS, Lab. Pancasila UM


INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

TAP MPR

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB


NEO-IMPERIALISME
KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),
NEO-LIBERALISME
KOLEKTIVISME –
SEKULARISME-PRAGMATISME
U U D 45 INTERNASIONALISME MARXISME –
DEMOKRASI LIBERAL,
KOMUNISME – ATHEISME,
INDIVIDUALISME – AN. HAM
DIALEKTIKA–HISTORIS–
KAPITALISME
MATERIALISME

P A N C A S I L A

ERA – REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI – LIBERALISASI

7. UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI): TERUTAMA PASAL 107a
– 107f. SEBAGAI
6. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4
5. UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA ……. (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )
4. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA
3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA
2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA
1. SOSIO – BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

*) = UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007) skema: 5

23 MNS, Lab. Pancasila UM


B. Tantangan Nasional dalam Era Reformasi

Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen


bangsa berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas
nasional dan NKRI.
Tantangan nasional yang mendasar dan mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan
alternatif pemecahannya, terutama:
1. Amandemen UUD 45 yang sarat kontroversial; baik filosofis-ideologis bukan sebagai
jabaran dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen cukup
memprihatinkan karena berbagai konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian
berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional
mengalami distorsi nilai ---dari ajaran filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya
kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme---. Terutama demokrasi liberal dan
ekonomi liberal……..bermuara sebagai supremasi neo-imperialisme!
2. Elite reformasi dan kepemimpinan nasional hanya mempraktekkan budaya demokrasi
liberal atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara
(suprastruktur dan infrastruktur sosial politik) hanyalah: praktek budaya oligarchy,
plutocracy.......bahkan sebagian rakyat mempraktekkan budaya anarchy (anarkhisme)!
3. Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional ---bahkan juga degradasi
kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi
nasional---. Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan
budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme. Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia
mengalami erosi jatidiri nasional!
4. NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak
menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila – UUD 45. Praktek dan
“budaya” korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah:
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan
demi kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi.
Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk
HAM belum dapat ditegakkan.
5. Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur
(lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan
kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial
politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 (tahap V)

16
MNS, Lab. Pancasila UM
sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan.
Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan
pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis
pemecahannya. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal,
bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud
stress massal dan anarchisme!
6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong
bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan
budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan
degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi
Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen
pimpinan, manusia, bangsa!)
7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM,
dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan “pelurusan sejarah”
---terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan
Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila – UUD 45) dan
rambu-rambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama:
a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat
dan ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan
moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila
berhadapan dengan separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang
diperjuangkan neoPKI / KGB dan antek-anteknya.
b. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai
Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.
c. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No.
I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.
d. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan
e. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi,
terutama Pasal 107a—107f).

Perhatikan dan hayati isi nilai dalam skema 5

Praktek dan Budaya Neo-Liberalisme Menggoda dan Melanda NKRI

17
MNS, Lab. Pancasila UM
Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi
ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama
demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda
sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian
rakyat bahkan elite dalam era reformasi.
Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan
(=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai
individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam
krisis multi dimensional.
Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat
diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : “ ........
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... “ dapat terlaksana, dalam
makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan
budaya demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan
anarchy…….berwujud konflik horisontal…..degradasi wawasan nasional dan moral
(korupsi menggunung) dapat bermuara disintegrasi bangsa dan NKRI.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan
HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui
ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (UU
RI No: 9 tahun 2009 tentang BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat
rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau.
Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun
2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak
sosial ekonomi bangsa !
Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup
memprihatinkan ---konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa ---
adalah tragedi penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan Pancasila!
----lebih-lebih pasca Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 !

C. Kebijaksanaan dan Strategi Nasional : Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila


dan Ideologi Nasional

Sesungguhnya sub thema ini adalah aktualisasi pembudayaan ontologis-epistemologis-


axiologis filsafat Pancasila seutuhnya demi integritas SDM Indonesia Raya dan Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

18
MNS, Lab. Pancasila UM
Demi tegaknya integritas nilai filsafat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional ---dan tegaknya integritas Sistem Kenegaraan Pancasila--- negara berkewajiban
melaksanakan amanat Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi
Nasional.
Demi SDM warganegara NKRI sebagai generasi penerus, penegak dan bhayangkari negara
Pancasila wajarlah semua rakyat warga bangsa Indonesia Raya menghayati dan mengamalkan
filsafat Pancasila (sebagai filsafat hidup, dasar negara, ideologi negara!). Visi-Misi demikian
makin mendesak sebagai kesiapan Ketahanan Nasional menghadapi TANTANGAN
GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME sebagai terlukis dalam
skema 5.

Negara berkewajiban membentuk Kelembagaan yang melaksanakan visi-misi Pendidikan dan


Pembudayaan Filsafat Pancasila; dengan alternatif : lintas kelembagaan Departemental dan
Non Departemental, terutama : Depdiknas, Depag, Depdagri; Lemhannas, Wantannas,
LIPI; Meneg. Pemuda dan Olah Raga, Menkominfo.
Kelembagaan dimaksud dapat bekerjasama dan atau dibantu oleh berbagai PTN-PTS yang
diperlukan.

Pembudayaan dilaksanakan mulai dan melalui keluarga, media komunikasi (cetak dan
elektronika) dengan program : Mimbar Nasional Filsafat Pancasila.
Program dimaksud sinergis dengan peningkatan program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah! Khusus untuk
Pendidikan Tinggi juga dikembangkan matakuliah : Filsafat Pancasila sebagai Ideologi
Nasional.
Amanat pendidikan dan pembudayaan Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional sejiwa
dengan visi-misi yang diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45 : “......memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ........” yang dijabarkan sebagai : nation
and character building. Karenanya, menjadi kewajiban moral dan konstitusional (imperative)
untuk kita laksanakan.
Guna melaksanakan visi-misi ini secara memadai, tenaga pembina dan dosen perlu
dipersiapkan; termasuk : kurikulum dan kepustakaannya.

19
MNS, Lab. Pancasila UM
PENUTUP

Berdasarkan uraian ringkas makalah Sistem Filsafat Pancasila secara mendasar dapat
dirumuskan pokok-pokok pikiran berikut :
1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan
integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila yang
dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam integritas
sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45).
2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas
keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa.
Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan
melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-
filosofis-ideologis-konstitusional:
a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara:
sila III), ditegakkan sebagai NKRI.
b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).
c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang
adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan
sebagai budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia.
d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan
keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.
e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan
dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam
sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai
SDM subyek penegak integritas NKRI.

3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neo-


liberalisme) sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam integritas
sistem kenegaraan Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia masa depan!.
Tantangan ini makin mendesak karena sinergis dengan fenomena kebangkitan neo-PKI / KGB

20
MNS, Lab. Pancasila UM
dalam NKRI yang “cucitangan” atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan dalih : pelurusan
sejarah---
4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat
Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah diubah
menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan budaya dan
moral demokrasi liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja kebebasan (=liberalisme),
demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama HAM (HAM yang
individualistik, yang dipropagandakan oleh USA sementara fenomena sosial politik global
mereka menindas HAM, dengan menjajah beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan
Afghanistan ! ). Fenomena demikian menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M
PA!
5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era
reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita tidak
tegak-tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi
nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme;
bahkan materialisme-kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian bermuara
sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan!
6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global
crisis financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi neo-
imperialisme dari ideologi neo-liberalisme !
7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi
dan Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya sebagai
audit reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga dengan
sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45; ataukah
kita telah tergoda dan terlanda oleh “kejayaan” negara liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita
ikut membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral
liberal).
Demikian sebagai bahan pertimbangan dan renungan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mengayomi dan memberkati bangsa Indonesia dalam
integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Malang, 20 Mei 2009


Laboratorium Pancasila
Universitas Negeri Malang (UM)
Ketua,

21
MNS, Lab. Pancasila UM
Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
(Guru Besar Emiritus UM)
Kepustakaan:

Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan
pustaka firdaus).

Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga
Wijaya Persada.

_________________ 2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II),
Jakarta, Penerbit ArgaWijaya Persada.

Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.

Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government,
Calabasas, California, U.S Departement of Education.

Huston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh : Saafroedin
Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo.

Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,
Penerbit Alumni.

Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell

McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell &
Bain Ltd.

Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai
Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,
Laboratorium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural,


Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to


Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.

Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.

22
MNS, Lab. Pancasila UM
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.

Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London,
George Allen and Unwind Ltd.

UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO

UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001,
2003) dan PP RI No. 6 tahun 2005.

Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York,
Harvard College, University Press.

23
MNS, Lab. Pancasila UM
LAMPIRAN :

Untuk lebih memahami HAM berdasarkan ajaran Filsafat Pancasila, dilengkapi dengan studi
perbandingan dengan ajaran HAM berdasarkan Teori Natural Law (teori hukum alam) yang
dianut ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan dengan ajaran HAM berdasarkan Filsafat
Idealisme Murni (Hegel) yang dianut ideologi marxisme-komunisme-atheisme; perhatikan
skema terlampir;

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA


(Asas Keseimbangan HAM dan KAM)

Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) Kewajiban Asasi Manusia (KAM)

1. Hak Hidup = Life HAM berdasarkan filsafat Pancasila


2. Hak Kemerdekaan = Liberty (1 - 7), termasuk HAKI dilandasi asas
3. Hak Milik = Property KAM:
+
1. Hak Pribadi (Personal rights) = hak 1. Kewajiban mengakui dan menerima
hidup, beragama, berkeluarga (cinta). bahwa Allah Yang Maha Esa adalah
2. Hak Ekonomi (Economical rights) = hak Maha dan Sumber alam semesta,
memiliki, bekerja dan usaha, hidup- termasuk manusia.
sejahtera, kontrak kerja. 2. Kewajiban mengakui dan menerima
3. Hak Hukum (Legal rights) = hak Kedaulatan Allah Yang Maha
mendapat kewarganegaraan, hak Berdaulat (Kuasa) atas semesta,
mendapat keadilan, hak membela diri, termasuk nasib manusia.
praduga tak bersalah. 3. Kewajiban berkhidmat (berterima
4. Hak Politik (Political rights) = hak kasih/bersyukur) kepada Allah Yang
berserikat-berkumpul, menyatakan Maha Rahman (dan mencintai Allah
pendapat lisan & tertulis, hak memilih & dan agama yang diamanatkan-Nya).
dipilih, hak suaka politik. 4. Kewajiban setia dan bangga kepada
bangsa negaranya; kewajiban setia
5. Hak Sosial-budaya (Social-cultural
ideologi dan konstitusi.
rights) = hak mendapat & memilih
5. Kewajiban bela negara, dan
pendidikan, hak menikmati seni, hak
membayar pajak.
cipta (HAKI), hak menikmati mode.

24
MNS, Lab. Pancasila UM
Asas HAM dan Substansi HAM di atas, HAM berdasarkan filsafat Pancasila
adalah pokok-pokok ajaran HAM (meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai
berdasarkan teori Hukum Alam dan dilandasi asas keseimbangan HAM
(Natural theory) yang dianut negara dan KAM sebagai asas moral sistem
Barat (liberalisme-kapitalisme) filsafat Pancasila yang beridentitas
theisme-religious.

Skema 6 (MNS, 2000: 85 – 98)

25
MNS, Lab. Pancasila UM
26
MNS, Lab. Pancasila UM
HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA
(DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL)

Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia,


Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom
(Maha Rahman dan Rahim)

HAM = ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmati


Hak hidup, sekaligus sebagai AMANAT
Kemerdekaan, (= Kewajiban Asasi Manusia/KAM)
Hak Milik

Asas HAM seimbang dengan KAM


NKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan
Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat)

NATURAL LAW HEGEL THEORY


Sumber HAM = Tuhan (God)
Sumber HAM = Alam Semesta Life, Liberty & Property
Life For humankind, collectivity, State
Liberty (Theocratism, Etatism) for State
Property as Represents of God Idea.
For Men as Individuality -------------------------------------
Ditegakkan dalam sistem Dijiplak dan diterapkan Karl
demokrasi liberal – kapitalisme: Marx dalam Sistem Kedaulatan
Individualisme, Secularisme, Negara (Etatisme, Atheisme,
Pragmatisme Totalitarianisme)

(MNS, 1983 – 1993; 2003)

skema 7
Catatan:
Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah
“hanyalah” untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya
berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan ketakwaan)
inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas kemuliaan martabat manusia di
hadapan Maha Pencipta dan Maha Berdaulat Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan
amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana
dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56).
Sesungguhnya, hakekat HAM dalam asas keseimbangan dengan HAM ialah kemuliaan martabat
manusia jasmani-rohani, dan dunia-akhirat. Hakekat demikian menjamin martabat HAM
yang hidup dengan kerohaniannya dalam alam keabadian (akhirat), yang dipercaya umat
beragama (sekaligus sebagai pengamalan Dasar Negara Pancasila, sila I dan II).

27
MNS, Lab. Pancasila UM
28
MNS, Lab. Pancasila UM

You might also like