Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
masyarakat, karena tingginya morbiditas dan mortalitas, serta biaya yang harus
penyakit ini tetap meningkat. Hal ini dikarenakan, belum ada perubahan yang
hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian
hipertensi, dan stroke merupakan masalah utama. Oleh sebab itu, Amerika telah
1
Di Indonesia, menurut Prof. dr. Syakib Bakri, Sp. PD-KGH dari
Universitas Hasanudin dari hasil wawancara tahun 2008, Makassar, secara umum
pada orang dewasa di atas 20 tahun, prevalensinya adalah sekitar 15-20%. Tetapi
seperti umur, jenis kelamin dan ras, serta faktor lain seperti asupan natrium,
dan penuaan populasi juga berperan penting terhadap kejadian hipertensi melalui
mekanisme pola diet, aktifitas fisik, stress, dan akses pelayanan kesehatan. 15
diagnosis, under treatment, dan belum tercapai pengendalian tekanan darah yang
optimal pada penderita yang diberi terapi. Hipertensi disebut juga sebagai silent
disease karena tidak menunjukkan gejala; sekitar 32% penderita hipertensi tidak
dan kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi adalah kunci untuk
mengendalikan hipertensi.5,9
2
berada di urutan ke tujuh dengan presentasi sebesar 3,6% dari 7721 angka
dilakukan di Puskesmas Aeng Towa, Kec. Galesong Utara ini dilakukan untuk
mengetahui :
3
Tujuan Umum.
Tujuan Khusus.
kelamin.
derajat hipertensinya.
komplikasi.
3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti lain,
4
4) Hasil penelitian ini bermanfaat dalam penyelesaian studi peneliti dan berguna
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) VII tahun 2003, tekanan
darah disebut normal apabila tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik <
80 mmHg. 9
Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena penderita umumnya
darahnya. 9
organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Hipertensi juga
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan gagal jantung kongestif. 9
hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita
6
hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan
adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pada
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau
Klasifikasi ini telah ditetapkan oleh The Seventh Report of The Joint National
Pressure (JNC VII) pada tahun 2003, yang dapat dilihat pada tabel berikut. 2,10
salah satu besaran tekanan sistolik atau diastolik. Setiap orang dengan tekanan darah
defenisi WHO terdahulu berdasarkan kedua tekanan sistolik maupun diastolik, yaitu
7
jika sistolik 160 mmHg dan diastolik 95 mmHg. Dengan pergantian defenisi ini
Selain berdasarkan penyebab hipertensi dan tingkat tekanan darah, ada juga
pembagian hipertensi berdasarkan kerusakan organ, yang dapat terlihat pada tabel di
bawah ini. 5
2.3. Epidemiologi
8
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama di dunia, mengenai hampir
50 juta orang di Amerika Serikat, dan hampir 1 miliar orang di seluruh dunia.
study menunjukkan bahwa pada individu berusia lebih dari 55 tahun, memiliki
(PKV), menjadi pembunuh nomor satu di dunia dengan korban sebesar 12 juta tahun
atau 20% - 50% dari seluruh kematian. Hipertensi sering dijumpai pada individu yang
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, data Pola
diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko di atas
yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, dislipidemia, dan
diabetes mellitus. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi
dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5%
(1993), dan 12,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi hipertensi pada usia lebih
dari 50 tahun berkisar antara 15% - 20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan
prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita. (14a) Banyak penderita
9
hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6 – 15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya. 1,3
2.4. Patofisiologi
hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita
hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan
karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor – faktor yang mendorong
• Faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetis
10
Hipertensi Sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain karena kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau pemakaian obat seperti pil KB, kortikosteroid,
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi
segera, yang bereaksi kurang cepat dan yang bereaksi dalam jangka panjang. 8
bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus karotis
dan arkus aorta yang berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain
sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang bereaksi segera adalah reflex
kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflex yang berasal dari
dikontrol oleh hormone angiotensin dan vasopressin termasuk sistem kontrol yang
bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan
oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ
terutama ginjal. Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat
kompleks. Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem
11
yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten yang berlangsung
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan
perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap
karena curah jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang
dalam waktu lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan
pada hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan
anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut.
darah dan jantung, pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding, sedangkan pada
12
Selanjutnya oleh hormon rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin II, yang memegang peranan penting dalam menaikkan tekanan darah
rasa haus. ADH diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang dikeluarkan dari tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
menarik cairan dari bagian interseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
NaCl dengan cara mereabsorbsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x
Tahanan Perifer. 17
mempengaruhi kenaikan tekanan darah bukan hanya berasal dari dalam, namun
13
terdapat pula faktor-faktor demografi yang mempengaruhi, antara lain: usia, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, status pendidikan, riwayat penyakit keluarga, riwayat
Pada pasien yang berusia kurang dari 50 tahun yang menderita hipertensi,
mengalami hipertensi sistolik saja, yaitu tekanan sistolik >140 mmHg dan
• Ras – Di Amerika Serikat didapati hipertensi pada orang kulit hitam Amerika
pada usia lebih muda dan menyebabkan kerusakan organ yang lebih
bermakna. 6
antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin,
cerai dan janda. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
14
dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab
penyakit-penyakit tertentu.
pemeliharaan kesehatan.
aktivitas fisik secara umum bisa dibagi kepada kegiatan rumah tangga dan
kegiatan olahraga. Inaktivasi fisik secara kuat dan positif diasosiasi dengan
2007, didapati bahwa orang dewasa muda yang berolahraga rata-rata 5 kali
seminggu dan membakar kira-kira 300 kalori per sesi olahraga mengalami
kafein mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini karena kafein yang
15
terkandung dalam kopi maupun teh. Dari studi kontrol placebo menunjukkan
Kebiasaan yang selanjutnya yang juga berperan dalam kenaikan tekanan darah
darah. 4
kadar curah jantung, dan denyut jantung berdasarkan studi eksperimental pada
16
Evaluasi hipertensi bertujuan untuk : 1). Menilai pola hidup dan identifikasi
kenaikan tekanan darah. 3). Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan
penyakit kardiovaskular.17
keluhan pasien, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis
2.5.1 Anamnesis
menggali informasi tentang penyakit pasien. Anamnesis ini bisa dilakukan langsung
meliputi:17
1. Sudah berapa lama pasien menderita hipertensi dan berapa tekanan darahnya?
17
c. Apakah ada gejala – gejala, seperti episode berkeringat, sakit kepala,
d. Apakah ada gejala – gejala, seperti episode lemah otot dan tetani?
aldesteronisme)
hipertensi, seperti :
keluarga pasien?
olahraga pasien?
seperti :
a. Otak dan mata : Apakah ada gejala-gejala seperti sakit kepala, vertigo,
18
b. Jantung : Apakah ada gejala – gejala seperti palpitasi, nyeri dada,
hematuria?
klaudikasio intermiten?
pasien istirahat selama 5 menit. Kaki di lantai dengan lengan pada posisi setinggi
standar orrang dewasa) dan stetoskop harus benar. Pengukuran dilakukan 2 kali,
19
2.6. Terapi
• Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi <130/80
mmHg
• Menghentikan rokok
• Latihan fisik
20
Normal < 120 dan/atau < Dianjurkan Tidak ada
80 indikasi obat
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
adanya tanpa adanya campur tangan peneliti dalam kejadiannya. Data yang
21
diperoleh dari data sekunder ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan
1. Populasi
Populasi yang diteliti adalah pasien di Puskesmas Aeng Towa yang terletak di
2. Sampel
Pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Aeng Towa yang terletak
22
3.1. Cara Pengumpulan Data
• Data Sekunder
Data yang diperoleh diolah dengan alat bantu kalkulator dan komputer
menggunakan Microsoft excel, kemudian disusun dalam bentuk tabel, grafik, dan
23
BAB 4
Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Luasnya 7,99 km2, yang memiliki
batas masing-masing:
Utara, yaitu : Desa Pakkabba, Desa Bonto Lanra, Desa Aeng Batu-Batu, dan Desa
Aeng Towa. Dari keempat desa tersebut, satu diantaranya (Aeng Batu-Batu)
merupakan desa pesisir pantai dan 3 desa lainnya, yaitu Pakkabba, Aeng Towa, dan
Bonto Lanra merupakan desa dengan dataran rendah dan sedikit berawa.
Jumlah penduduk dalam 4 desa yang dilayani adalah ± 14.093 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 6667 jiwa, dan perempuan 7426 jiwa. Jumlah penduduk miskin
yang dilayani adalah 4422 KK yang terdiri dari 14.093 jiwa. Sebagian besar
penduduknya adalah petani dan nelayan, dan sebagian lagi adalah buruh kasar dan
buruh tani. Sebagian kecil penduduknya adalah pegawai negeri sipil dan swasta.
24
4.2. Visi
Wilayah Kerja Puskesmas Aeng Towa yang sehat dengan masyarakat yang
4.3. Misi
untuk berprilaku hidup bersih dan sehat, serta hidup dalam lingkungan yang
sehat.
wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa untuk hidup sehat dengan menggunakan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Aeng Towa tahun
25
Tabel 4.1 Sarana Pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Aeng Towa Tahun
2008
SaranaPendidikan
NO Desa
TK SD SMP SMA
1 Pakkabba 1 3 0 0
2 Bt. Lanra 1 5 1 0
3 AengBatu-Batu 1 1 1 0
4 AengTowa 0 1 0 0
JUMLAH 3 10 2 0
Penduduk yang berada di wilayah Puskesmas Aeng Towa adalah suku
samping menggunakan Bahasa Indonesia dan begitu juga dalam acara resmi yang
Makassar. Sebagian besar penduduknya beragama islam, yaitu sekitar 98%, dengan
Puskesmas Aeng Towa ditunjang oleh dokter pemeriksa dan tenaga paramedis, yang
26
Tabel 4.2 Jenis Pendidikan Pegawai Puskesmas Aeng Towa
2008
untuk Puskesmas Aeng Towa masih belum seimbang dengan tingkat kebutuhan
pelayanan yang makin berkembang dan tuntutan masyarakat yang makin besar
terhadap tingginya mutu pelayanan kesehatan. Tenaga dokter umum yang ada (satu
orang) masih perlu ditambah lagi, mengingat pelayanan rawat inap dan rawat jalan
yang sudah berjalan dengan baik. Pembagian poliklinik anak dan dewasa serta KIA
dan UGD minimal perlu dilayani oleh tiga orang dokter umum. Tenaga administrasi,
tenaga keuangan dan tenaga perawat juga perlu mendapatkan penambahan agar tidak
tempat tidur dan kegiatan puskesmas ditunjang pula beberapa fasilitas kesehatan.
27
Tabel 4.3 Jenis Sarana Puskesmas Aeng Towa
No JenisSarana Jumlah
1 Mobil Puskesmas Keliling 1
2 SepedaMotor 3
3 Puskesmas Pembantu(Pustu) 3
4 Ruang Perawatan 1
5 RumahDinas 2
6 Posyandu 19
Dari segi jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada cukup memadai,
namun dari segi mutu sarana dan prasarana yang tersedia belum cukup optimal untuk
Siaga Sehat di Aeng Batu-Batu dan Bonto Lanra. Dengan demikian sudah ada 2 desa
dalam wilayah Puskesmas Aeng Towa yang saat ini dibina sebagai desa siaga.
4.6. Kegiatan
Puskesmas Aeng Towa, antara lain : Promosi Kesehatan, Imunisasi, Kesehatan Ibu
Angka Kematian di daerah kerja Puskesmas Aeng Towa belum tercatat berapa
28
wilayah kerjanya, yaitu ISPA, Influenza, Penyakit Kulit Alergi, Diare, Gastritis,
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Puskesmas Aeng Towa, dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
faktor risiko dan terapi yang diberikan pada penyakit hipertensi di Puskesmas Aeng
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas Aeng Towa
dari Januari sampai dengan Desember 2008 terdapat 219 pasien penderita hipertensi.
Dari jumlah tersebut 31,1 % adalah laki-laki dan 68,9 % adalah perempuan.
Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari data rekam
medik Puskesmas Aeng Towa. Selanjutnya hasil penelitian ini, akan kami sajikan
dalam bentuk tabel dan grafik, yang kemudian dilengkapi dengan penjelasan.
29
1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng
Towa, Periode Januari – Desember 2008
Tabel 5.1
Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa
Periode Januari – Desember 2008
Golongan Umur Total
(tahun) N %
20 – 29 0 0
30 – 39 16 7,3
40 – 49 39 17,8
50 – 59 71 32,4
≥ 60 93 42,5
Jumlah 219 100
Sumber : Data Sekunder
golongan umur. Dari data di atas untuk golongan umur ≥ 60 tahun menempati
urutan pertama, yaitu sebanyak 42,5 %. Sementara yang paling sedikit adalah
untuk golongan umur 30 – 39, 40 – 49, dan 50 – 59 tahun adalah 7,3%, 17,8%,
dan 32,4%.
30
2. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng
Towa, Periode Januari – Desember 2008
Tabel 5.2
Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa
Periode Januari – Desember 2008
Total
Jenis Kelamin
N %
Laki – Laki 68 31,1
Perempuan 151 68,9
Jumlah 219 100
Sumber : Data Sekunder
Kelamin. Dari data di atas terlihat bahwa penderita hipertensi yang terbanyak
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 68,9%. Dari total 219 penderita
Tabel 5.3
Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi di Puskesmas Aeng Towa
Periode Januari – Desember 2008
Total
Derajat Hipertensi
N %
Pre Hipertensi 12 5,5
Stage 1 131 59,8
Stage 2 74 33,7
Krisis Hipertensi 1 0,5
Hipertensi Malignan 1 0,5
Jumlah 219 100
Sumber : Data Sekunder
31
Tabel di atas menunjukkan distribusi penderita hipertensi menurut derajat
hipertensi. Didapatkan bahwa sebanyak 59,8% berada pada stage 1, dan terdapat
Tabel 5.4
Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng Towa, Periode
Januari – Desember 2008
Derajat Hipertensi
Golongan Pre Krisis Hipertensi
Umur Stage 1 Stage 2
Hipertensi Hipertensi Malignan
N % N % N % N % N %
20 – 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 – 39 2 16,7 11 8,4 3 4,1 0 0 0 0
40 – 49 3 25 22 16,8 14 18,9 0 0 0 0
50 – 59 4 33,3 45 34,3 22 29,7 0 0 0 0
≥ 60 3 25 53 40,5 35 47,3 1 100 1 100
Jumlah 12 100 131 100 74 100 1 100 1 100
Sumber : Data Sekunder
terbanyak pada golongan umur ≥60, yaitu sebanyak 40,5%. Untuk hipertensi
stage 2 terbanyak pada golongan umur ≥60, yaitu 47,3%. Dari data juga
32
Tabel 5.5
Distribusi Derajat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Aeng Towa, Periode
Januari – Desember 2008
Derajat Hipertensi
Golongan Pre Krisis Hipertensi
Umur Stage 1 Stage 2
Hipertensi Hipertensi Maligna
N % N % N % N % N %
41, 95 72,5 50 0 0 1 100
Laki – Laki 5 67,6
7
58, 36 27,5 24 1 100 0 0
Perempuan 7 32,4
3
Jumlah 12 100 131 100 74 100 1 100 1 100
Sumber : Data Sekunder
berjenis kelamin laki-laki. Didapatkan juga 1 kasus krisis hipertensi dengan jenis
kelamin perempuan, dan 1 kasus hipertensi maligna dengan jenis kelamin laki-
laki.
33
BAB 6
PEMBAHASAN
Puskesmas Aeng Towa, Periode Januari – Desember 2008”. Penelitian ini bertempat
Kabupaten Takalar.
penelitian retrospektif. Data yang diambil merupakan data sekunder yang berasal dari
rekam medik pasien tahun 2008. Subjek penelitian ini adalah pasien hipertensi yang
Puskesmas Aeng Towa merupakan puskesmas yang tergolong masih baru, sehingga
data - data yang ada pada puskesmas tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari jumlah 7712 angka kesakitan di
puskesmas ini pada tahun 2008 terdapat 219 orang diantaranya menderita hipertensi.
34
1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur di Puskesmas Aeng
Towa, Periode Januari – Desember 2008
Hasil temuan pada penelitian ini didapatkan bahwa untuk golongan umur ≥
60 tahun menempati urutan pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bustan, bahwa
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dimulai sejak umur 40
tahun. Menurut Burt, seperti yang dikatakan dalam laporan JNC 7, prevalensi
hipertensi meningkat sejajar dengan usia sehingga lebih dari setengah kelompok usia
60 – 69 tahun dan kurang lebih ¾ dari kelompok usia lebih dari 70 tahun akan
usia, lumen pembuluh darah menjadi menyempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku dan kurang fleksibel, penurunan kadar rennin karena menurunnya
ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada
natrium di tubulus ginl serta meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer
dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah. 7 Peningkatan risiko
hipertensi oleh usia ini disebabkan oleh adanya interaksi dengan faktor risiko lainnya.
35
Distribusi frekuensi pada jenis kelamin yang didapatkan pada penelitian ini,
menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.
tahun lebih tinggi pada laki-laki karena wanita relative terlindungi oleh adanya
horomon estrogen yang mana kadar estrogen menurun setelah menopause. 1,6 Namun,
36
Dari penelitian didapatkan bahwa derajat hipertensi terbanyak berada pada
tahun. Hal ini kembali bertolak pada proses aging yang mulai terjadi. Menurut Hadi
dan Martono, insidensi dan prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan makin
populasi orang kulit putih usia 50 – 59 tahun prevalensinya sekitar 35% yang
37
Berdasarkan grafik yang terlihat, peningkatan angka penyakit hipertensi
bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia 50 – 59 tahun tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara prehipertensi, stage 1, dan stage 2. Namun, pada
usia ≥ 60 tahun perbedaan yang berarti terlihat antara prehipertensi, stage 1 dan stage
2. Hal ini sekali lagi sesuai dengan teori – teori yang telah dikemukakan, bahwa
proses aging mengambil peranan penting dalam angka kejadian hipertensi. angka
kejadian hipertensi ini juga tidak terlepas dari faktor-faktor risiko yang ada.
Hipertensi yang terjadi pada usia menengah dapat dikaitkan dengan beberapa faktor
38
Distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa lebih besar proporsi
prevalensi hipertensi dibawah umur 50 tahun lebih banyak pada laki-laki karena
wanita relative terlindungi oleh hormone estrogen. Dari grafik yang terlihat untuk
hipertensi stage 1 dan stage 2 lebih besar pada laki-laki, dan untuk pre hipertensi
Beberapa temuan data yang ada tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat
bahwa hipertensi disebut juga sebagai the silent disease, yang dalam artian bahwa
penyakit ini pada awalnya tidak menimbulkan gejala, sehingga untuk laki-laki
penyakit lain, ataupun tanpa sengaja teridentifikasi pada saat berobat untuk penyakit
lainnya. Kebiasaan yang juga memegang peranan adalah kebiasaan merokok dan juga
Jadi, berdasarkan teori yang ada dan bukti di lapangan menunjukkan bahwa
angka penderita hipertensi yang ada tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal
39
tubuh tetapi juga dari faktor eksternal berupa kebiasaan hidup masyarakat sekitar
40
BAB 7
A. Kesimpulan
bahwa:
hipertensi.
usia ≥ 60 tahun.
41
5. Distribusi penderita hipertensi di Puskesmas Aeng Towa, Periode
B. Saran
42
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini dalam skala
lebih besar yang didukung oleh tenaga peneliti yang lebih banyak,
43
DAFTAR PUSTAKA
2007. . Available at :
[ cited : August1,2008]
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan- faktor-
risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/
2. Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Edisi ke-2. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Brodish, P.H., The Irreversible Health Effects of Ciggarette Smoking,
. Available at : http://www.religion-
[ cited : July28,2008]
cults.com/deliverance/smoking.htm
5. Girianto, Leoneed E., Sasonto, M. Mei 2007. Hubungan Antara Pasien
Hipertensi dengan Penyakit Stroke di RSUD Koja, Periode 2002 – 2004.
majalah kedokteran damianus. VI (2) :163 – 168.
6. Goldman, Ausiello. Cecil’s Textbook of Medicine, 22nd edition. .
[ CD − ROM ]
Philadelphia:Lipincot Wiliams & Wilkins; 2002.
44
7. Hadi, Martono. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Usia Lanjut. Darmojo,
R.B., Martono, H. H. (Eds),Buku Ajar Geriatri (hlm. 396 - 403). Jakarta :
Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Harison’s Principle of Medicine 15th edition . New York :
[ CD − ROM ]
McGraw-Hill; 2002.
9. Informasi Produk Terapetik. 2008, 2 November. Hipertensi. hlm. 3 – 10.
10. Kusmana, D. Mei – Juni 2009. Hipertensi : Defenisi, Prevalensi,
Farmakoterapi, dan Latihan Fisik. cermin dunia kedokteran. 36 (3) : 161 –
167.
11. Laporan Tahunan Puskesmas Aeng Towa Tahun 2008. 2008. Takalar : UPT-
DINKES.
12. Massie, B.M., 2002. Hipertensi Sistemik. McPhee, S.J., Papadakis, M.A.,
Tierney, L.M (Eds), Diagnosis dan Terapi Kedokteran (hlm. 379 - 419).
Jakarta : Salemba Medika
13. Mukhtar, D. September – Desember 2007. Faktor Risiko Penyakit Degeneratif
Pada Usia Lanjut Sedenter : Studi Kasus Pada Perempuan Usia Lanjut di Panti
Wreda Khusnul Khotimah, Tangerang.jurnal kedokteran YARSI. 15 (3): 161 –
170.
14. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Etichal digest. 2009, Juni. Waspadai
Dampak Hipertensi. hlm. 20 – 30.
15. Setiawan, Z. 2006. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa,
Tahun 2004. KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, I (2): 57 –
61.
16. Suleman, A., Siddiq, N.H., Haemodynamic And Cardiovaskular Effets of
45
17. Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial. Alwi, I., Setiyohadi, B.,
Simadibrata M. K., Setiati, S., Sudoyo A.W (Eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam (hlm. 610 – 614) , Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
46