You are on page 1of 1

Buhul Masyarakat

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Kehidupan bermasyarakat di Sumatra Barat sudah lama direkat oleh kentalnya hubungan
kebersamaan (ta’awun) di dalam tataran budaya berat sepikul ringan sejinjing sebagai perwujudan
nyata nilai-nilai Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Tataran budaya sedemikian telah terbukti dalam masa sangat panjang mampu memberikan
dorongan-dorongan beralasan (motivasi) bagi semua gerak perubahan (reformasi) dari satu generasi
ke generasi berikut di Ranah Bundo ini. Bahkan telah pula terbukti menjadi modal sangat besar untuk
meraih kemajuan di berbagai bidang pembangunan di daerah dan nagari, di dusun dan taratak. Serta
memberikan sumbangan yang tidak kecil dalam mewujudkan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah di
Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.
Kehidupan masyarakat Sumatra Barat kedepan di Alaf Baru ini, mesti di pacu dengan ajakan agar
selalu menanam kebaikan-kebaikan yang makruf. Mesti pula dipagar rapat-rapat dengan pencegahan
dari hal-hal yang merusak dan mungkara., Didalamnya ditanamkan upaya berguna yang dapat
menumbuhkan harga diri dengan sikap mental mau berusaha sendiri, giat bekerja (enterprising). Yang
dituju adalah masyarakat baru Sumatra Barat yang dapat menolong diri sendiri (independent) serta
mampu mereposisi kondisinya dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan diberbagai bidang.
Insya Allah masyarakat kita di Sumatra Barat akan mendapatkan hak asasinya yang setara dengan
kewajiban asasi yang telah ditunaikan. Sesungguhnya bimbingan aqidah kita bersendikan Kitabullah
telah mengajarkan bahwa tidak pantas bagi satu masyarakat yang hanya selalu menuntut hak tanpa
dibebani keharusan menunaikan kewajiban.
Martabat satu kaum akan hilang bila yang ada hanya memiliki kewajiban-kewajiban tetapi tidak
dapat menentukankan hak apa-apa. Karena itu, hak asasi manusia tidak akan pernah ujud tanpa
didahului oleh kewajiban asasi manusia. Hal ini sangatlah penting ditanamkan kembali dalam upaya
mambangkik batang tarandam.
Kandungan Kitabullah mewajibkan kita untuk memelihara hubungan yang langgeng dan akrab
dengan karib dan daerah tetangga, sebagai kewajiban iman dan taqwa kita kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai Firman-Nya, “ Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu-bapak. Berhubungan baiklah kepada karib kerabat.
Berbuat ihsan kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, dan tetangga yang hampir, tetangga yang
jauh, dan teman sejawat serta terhadap orang-orang yang keputusan belanja diperjalanan (yaitu orang-orang
yang berjalan dijalan Allah) dan terhadap pembantu-pembantu di rumah tanggamu. Sesungguhnya Allah tidak
suka terhadap orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS.4, An-Nisak ayat 36).
Menumbuhkan harga diri, dan memperbaiki nasib secara keseluruhan dalam berbagai bidang,
diyakini akan terwujud melalui ikhtiar yang terus menerus, sustainable disertai akhlak sabar tanpa
kesombongan serta mampu melawan sikap mudah menyerah dan tidak mudah berputus asa. Sikap
jiwa masyarakat seperti inilah yang sangat dituntut mengedepan dalam menyambut Otonomi Daerah
di Sumatra Barat pada awal abad ini. ***

Padang, 29 Pebruari 2000

You might also like