You are on page 1of 25

SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

SYARA’ DIGALI DARI AJARAN ISLAM

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap


untuk maju, antara lain:

1. Keseimbangan

Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara perkembangan hidup


rohani dan perkembangan jasmani ;

a) "Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas (supaya kamu


pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu
pelihara" (Hadist).

b) "Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati


besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup
selama-lamanya". (Hadist).

2. Self help

1
H. MAS’OED ABIDIN

Mencari nafkah dengan "usaha sendiri", dengan cara yang amat sederhana
sekalipun adalah "lebih terhormat", daripada meminta-minta dan akhirnya
menjadi beban orang lain :

c) "Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi kehutan
belukar mencari kayu bakar untuk dijual pencukupan nafkah bagi
keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada berkeliling meminta-
minta". (Hadist).

Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan


tidak berusaha adalah salah :

d). "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran


(keengkaran)" (Hadist).

3. Tawakkal

Tawakkal bukan berarti "hanya menyerahkan nasib" kepada Tuhan,


dengan tidak berbuat apa-apa;

e) Jangan kamu menadahkan tangan dan berkata : “Wahai Tuhanku,


berilah aku rezeki, berilah aku rezeki", sedang kamu tidak berikhtiar apa-
apa. Langit tidak menurunkan hujan emas ataupun perak.

2
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

f) "Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal". (Atsar


dari Shahabat).

Tak ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia berdagang,
tetapi tak kurang, setiap pagi dia terbang meninggalkan sarangnya dalam
keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam keadaan "kenyang".

4. Kekayaan Alam

g) "Di arahkan perhatian kepada alam sekeliling yang merupakan


sumber kehidupan bagi manusia. 1)

Kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna 2)

yang menghasilkan buah bermacam rasa. 3)

Kepada alam hewan dan ternak serba guna dapat dijadikan kendaraan
pengangkutan barang berat, dagingnya dapat dimakan, kulitnya dapat
dipakai sebagai sandang.4)

Kepada perbendaharaan bumi yang berisi logam yang mempunyai


kekuatan besar dan banyak manfaat.5)

3
H. MAS’OED ABIDIN

Kepada lautan samudera yang terhampar luas, berisikan ikan dan


berdaging segar, dan perhiasan yang dapat dipakai, permukaannya dapat
diharungi dengan kapal-kapal; supaya kamu dapat mencari karunia-Nya
(karunia Allah), dan supaya kamu pandai bersyukur".6)

Kepada bintang di langit, yang dapat digunakan sebagai petunjuk-


petunjuk jalan, penentuan arah bagi musafir".7)

5. Time - Space - Consciousness

h. "Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time


consciousness) kepada peredaran bumi, bulan dan matahari, yang
menyebabkan pertukaran malam dan siang dan pertukaran musim, yang
memudahkan perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingan nya waktu
yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan amal perbuatan.10)

'

i. "Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan


kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup". 11)

j. "Dibandingkan kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah


ini" dianjurkan supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan
yang kecil, dan sempit"12) dan,

Dia lah yang menjadikan bumi mudah untuk kamu gunakan.

4
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya


dan kepada Nya lah tempat kamu kembali.13)

Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di
samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai
kejayaan". 14)

6. Jangan Boros

k. "Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai
mengendalikan diri,agar jangan melewati batas, dan berlebihan ;16)

"Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi) ke


masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan jangan
melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas".17).

Kalau disimpulkan , alam ditengah-tengah mana manusia berada ini, tidak


diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sia-sia, dalamnya terkandung
faedah-faedah kekuatan, dan khasiat-khasiat yang diperlukan oleh
manusia untuk memperkembang dan mempertinggi mutu hidup
jasmaninya.

Manusia diharuskan berusaha membanting tulang dan memeras otak


untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam sekelilingnya itu,
menikmatinya, sambil mensyukurinya, beribadah kepada ilahi, serta
menjaga dari pada melewati batas-batas yang patut dan pantas, agar
jangan terbawa hanyut oleh materi dan hawa nafsu yang merusak. Dan ini

5
H. MAS’OED ABIDIN

semua adalah suatu bentuk persembahan manusia kepada Maha Pencipta,


yang menghendaki keseimbangan antara kemajuan dibidang rohani dan
jasmani.

Sikap hidup (attitude towards life) yang demikian, tak dapat tidak
merupakan sumber dorongan bagi kegiatan penganutnya, juga di bidang
ekonomi, yang bertujuan terutama untuk keperluan-keperluan jasmani
(material needs).

"Hasil yang nyata" dari dorongan-dorongan tersebut tergantung kepada


dalam atau dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa
penganutnya itu sendiri, kepada tingkat kecerdasan yang mereka capai
dan kepada keadaan umum di mana mereka berada.

Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syarak dan


syarak yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu
memberikan pula pelajaran-pelajaran antara lain:

1. Bekerja:

Ka lauik riak mahampeh

Ka karang rancam ma-aruih

Ka pantai ombak mamacah

Jiko mangauik kameh-kameh

Jiko mencancang, putuih - putuih

6
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Lah salasai mangko-nyo sudah

Caranya:

Senteng ba-bilai,

Singkek ba-uleh

Ba-tuka ba-anjak

Barubah ba-sapo

Anggang jo kekek cari makan,

Tabang ka pantai kaduo nyo,

Panjang jo singkek pa uleh kan,

mako nyo sampai nan di cito,

Adat hiduik tolong manolong,

Adat mati janguak man janguak,

Adat isi bari mam-bari,

Adat tidak salang ma-nyalang,

7
H. MAS’OED ABIDIN

Karajo baiak ba-imbau-an,

Karajo buruak bahambau-an,

Panggiriak pisau sirauik,

Patungkek batang lintabuang,

Satitiak jadikan lauik,

Sakapa jadikan gunuang,

Alam takambang jadikan guru.

Jiko mangaji dari alif,

Jiko babilang dari aso,

Jiko naiak dari janjang,

Jiko turun dari tanggo.

Pawang biduak nan rang Tiku,

Tandai mandayuang manalungkuik,

Basilang kayu dalam tungku,

Disinan api mangko hiduik.

Handak kayo badikik-dikik,

8
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Handak tuah batabua urai,

Handak mulia tapek-i janji,

Handak luruih rantangkan tali,

Handak buliah kuat mancari,

Handak namo tinggakan jaso,

Handak pandai rajin balaja.

Dek sakato mangkonyo ado,

Dek sakutu mangkonyo maju,

Dek ameh mangkonyo kameh,

Dek padi mangkonyo manjadi.

Nan lorong tanami tabu,

Nan tunggang tanami bambu,

Nan gurun buek kaparak

Nan bancah jadikan sawah,

Nan munggu pandan pakuburan,

Nan gauang katabek ikan,

Nan padang kubangan kabau,

Nan rawang ranangan itiak.

9
H. MAS’OED ABIDIN

Alah bakarih samporono,

Bingkisan rajo Majopahik,

Tuah basabab bakarano,

Pandai batenggang di nan rumik.

Latiak-latiak tabang ka Pinang

Hinggok di Pinang duo-duo,

Satitiak aie dalam piriang,

Sinan bamain ikan rayo.

Kemakmuran :

Rumah gadang gajah maharam,

Lumbuang baririk di halaman,

Rangkiang tujuah sajaja,

Sabuah si bayau-bayau,

Panenggang anak dagang lalu,

Sabuah si Tinjau lauik,

Birawati lumbuang nan banyak,

10
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Makanan anak kamanakan.

Manjilih ditapi aie,

Mardeso di paruik kanyang.

Perhatian :

Ingek sabalun kanai,

Kulimek balun abih,

Ingek-ingek nan ka-pai

Agak-agak nan ka-tingga

Teranglah sudah ...., bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di
bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin material dan spiritual
pasti dia akan menemui disini satu iklim (mental climate) yang subur bila
pandai menggunakannya dengan tepat akan banyak sekali membantunya
dalam usaha pembangunan itu.

Lah masak padi 'rang singkarak,

masaknyo batangkai-tangkai,

11
H. MAS’OED ABIDIN

satangkai jarang nan mudo,

Kabek sabalik buhus sontak,

Jaranglah urang nan ma-ungkai,

Tibo nan punyo rarak sajo.

Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk menatap


setiap peradaban yang tengah berlaku.

Melupakan atau mengabaikan ini, mungkin lantaran menganggapnya


sebagai barang kuno yang harus dimasukkan kedalam museum saja, di
zaman modernisasi sekarang ini berarti satu kerugian. Sebab berarti
mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam pembangunan
masyarakat dan negara.

Membangun kesejahteraan dengan bertitik tolak pada pembinaan unsur


manusia nya, sehingga menjadi homo ekonomikus, sebagaimana yang kita
lihat sekarang sedang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan dapat dimulai
setiap waktu. Tidak menunggu sampai datangnya kredit luar negeri, atau
kapital asing yang akan mendirikan pabrik-pabrik modern di negeri kita
lebih dulu. Tidak.

Sebab dia dimulai dengan apa yang ada.

Yang ada ialah kekayaan alam dan potensi yang terpendam dalam unsur
manusia.

12
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Ibarat orang mengaji dia memulai dari alif. Sesudah itu baa, kemudian taa,
dan seterusnya. Selangkah demi selangkah - step by step - thabaqan ‘an
thabag.

Dia mulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia,
masyarakat pedesaan itu. Kepada kesadaran akan benih-benih kekuatan
yang ada dalam dirinya masing-masing.

Yakni : observasinya yang bisa dipertajam

daya pikirnya yang bisa ditingkatkan

daya gerak nya yang bisa didinamiskan,

daya ciptanya yang bisa diperhalus,

daya kemauannya yang bisa dibangkitkan.

Dimulai dengan menumbuh dan mengembalikan kepercayaan


kepercayaan kepada diri sendiri.

Dengan kemauan untuk melaksanakan idea self help kata orang sekarang
sesuai dengan peringatan Ilahi.

"Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah keadan sesuatu


kaum, kecuali mereka mau merubah apa-apa yang ada dalam dirinya
masing-masing ...."

Mencukupkan dari yang ada ..., telapak tangan.... dan tulang delapan kerat.
Di sini kita melihat peranan hakiki dari Sumber daya manusia yang

13
H. MAS’OED ABIDIN

berkualitas yang mampu mengolah dan memelihara alam kurnia Allah


untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriyah, dimulai dengan nilai-nilai
rohani.

Bila di lihat cara yang sederhana itu, tampak jelas di belakang kiat itu ada
satu perkembangan potensi pribadi dari manusia-manusia yang telah
melalui process, harap cemas kegagalan, dinamika-dinamika dan daya
cipta yang berkembang penuh dengan suka-duka dan cucuran keringat.
Seringkali pula di iiringi oleh tetesan air mata, dalam menghadapi
kesulitan yang serasa tak dapat diatasi. Namun, dalam menghadapi
kegagalan-kegagalan yang hampir membawa hanyut kedalam putus asa
silih berganti selalu dihadapi dengan kebesaran jiwa dan dengan gertaman
gigi, didorong oleh cita-cita dan kemauan untuk berjalan terus sampai
berhasil... " tidak pernah berhenti tangan mendayung, karena sangat tahu
dan mengerti nantinya bisa berakibat arus membawa hanyut" ..... Artinya
ada keyakinan, usaha dan kreativitas yang mendorong kepada inovasi.

Memang pada permulaannya akan terasa lambat kaji beralih, dari reha ke
reha berangsur-angsur. Disatu saat kaji self help --menolong diri sendiri—
pasti akan beralih juga kepada kaji mutual help -- tolong-menolong, bantu-
membantu --. Yang sangat perlu dipelihara adalah penempatan tenaga
yang pantas, cakap dan sepatutnya, dalam rangka pembagian pekerjaan,
ber-ta'awun kata ahli agama, sesuai dengan anjuran Ilahi.

Bantu membantu, ta'awun, mutual help dalam rangka pembagian


pekerjaan (division of labour) menurut keahlian masing-masing ini, akan
mempercepat proses produksi, dan mempertinggi mutu, yang dihasilkan.

Dari taraf ini berangsur-angsur kepada take-off kata orang sekarang.


Dimana ibarat mesin sudah hidup, baling-baling sudah berputar
pesawatnya mulai bergerak, meluncur di atas landasan, naik berangsur-
angsur semakin lama semakin tinggi.

14
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Kalau sudah demikian maka akan sampailah ke taraf ketiga, yaitu taraf
yang biasa kita namakan selfless help yaitu dimana kita sudah dapat
memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan dengan tidak
mengharapkan balasan apa-apa.

Itulah taraf ihsan yang hendak kita capai sesuai dengan maqam yang
tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup duniawi ini oleh seorang Muslim
dan masyarakat Muslimah.

Yakni untuk melaksanakan Firman Ilahi;

"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah


berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa harapkan
balasan).

Satu kemajuan Insya Allah akan terwujud dengan semboyan:

"Mulai dengan melatih diri sendiri, mulai dengan alat yang ada,
mencukupkan dengan apa yang ada. Yang ada itu adalah cukup untuk
memulai.

Kita menuju kepada taraf yang memungkinkan kita untuk melakukan


selfless help, memberikan bantuan atau infaq fii sabilillah dari rezeki yang
telah diberikan kepada kita tanpa mengharapkan balasan jasa.

15
H. MAS’OED ABIDIN

"Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi
karena hendak mencapai keredhaan Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi". (Q.S.
Al Lail, 19 - 20).

Itu tujuan yang hendak kita capai

Begitu khittah yang hendak kita tempuh.

Yang sesuai dan munasabah dengan fithrah kejadian manusia yang


universil.

Dalam rangka satu konsepsi tata cara hidup, sistem sosial dalam "iklim
adat basandi syara' syara' basandi Kitabullah".

Dalam rangka pembinan negara dan bangsa kita keseluruhannya, kekuatan


moral yang dimiliki terdapat pada menanamkan keyakinan atau "nawaitu"
dalam diri masing-masing untuk membina umat dalam masyarakat nagari
yang sudah di ketahui kekuatan, ataupun kelemahan di dalamnya, karena
telah bersama-sama dengan mereka mengalami suka dan duka, manis dan
pahitnya.”

"Mandaki ka gunung Marapi,

Manurun ka Tabek Patah,

Nampak nan dari Koto Tuo,

Lah barapo kali musim baganti,

16
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Lah urang awak bana nan mamarintah,

Nasib kami baitu juo". )

Maka jawablah pantun itu dengan "amal", dengan Syi'ir posisie kucuran
keringat dan perasan otak, jawabkan saja ;

Ba-ririk bendi di Indarung

Mandaki taruih ke Tinjau Lauik

Jan baranti tangan mandayuang,

Nanti aruih mambao hanyuik". )

Dengan demikian ada keyakinan untuk memulai mengembangkan layar


bahtera kecil menuju pulau harapan dengan kebersamaan dan iringan do'a
bersama-sama ;

Tukang nan tidak mambuang kayu,

Nan bungkuak kasingka bajak,

Nan luruih katangkai sapu,

Satangkok kapapan tuai,

Nan ketek pa pasak suntiang )

Anak urang Padang Mangateh,

Nak lalu ka Payokumbuah,

17
H. MAS’OED ABIDIN

Namun nan singgah iko ka ateh,

Bijo barandang nan ka tumbuah.

Mamutiah cando riak danau,

Tampak nan dari muko-muko,

Batahun-tahun dalam lunau,

Namun nan intan bakilek juo. )

KEMBALI KE NAGARI

Kembali ke Nagari semestinya lebih dititik beratkan kepada kembali


banagari.

Perubahan cepat yang sedang terjadi, apakah karena sebab derasnya


gelombang arus globalisasi, atau penetrasi budaya luar (asing) telah
membawa akibat bahwa perilaku masyarakat, praktek pemerintahan,
pengelolaan wilayah dan asset, serta perkembangan norma dan adat
istiadat di banyak nagari di Sumatera Barat mulai tertinggalkan.

18
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Perubahan perilaku tersebut tampak dari lebih mengedepannya perebutan


prestise yang berbalut materialistis dan individualis. Akibatnya, perilaku
yang kerap tersua adalah kepentingan bersama dan masyarakat sering di
abaikan. Menyikapi perubahan-perubahan sedemikian itu, acapkali
idealisme kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Indikasinya
terlihat sangat pada setiap upaya pencapaian hasil kebersamaan (kolektif
dan bermasyarakat) menjadi kurang diacuhkan dibanding pencapaian
hasil perorangan (individual).

Sebenarnya, nagari dalam daerah Minangkabau (Sumatera Barat) seakan


sebuah republik kecil. Mini Republik ini memiliki sistim demokrasi murni,
pemerintahan sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat masyarakat
sendiri, sumber penghasilan sendiri, bahkan hukum dan norma-norma
adat sendiri.

Semestinya dipahami bahwa kembali kenagari tentu bukanlah kembali


kepada pemerintahan nagari dizaman penjajahan, yang dalam banyak hal
mungkin tidak sesuai dengan alam kemerdekaan dan reformasi.

Kembali kenagari haruslah bermula dengan kesediaan untuk rujuk kepada


hukum adat (norma yang berlaku di nagari) dan kesetiaan melaksanakan
hukum positf (undang-undang negara).

Muara pertama terdapat pada supra struktur pemerintahan nagari, dimana


kepala pemerintahan negari (kepala negari) akan berperan sebagai kepala
pemerintahan di nagari dan juga pimpinan adat. Sebagai kepala
pemerintahan terendah dinagari memiliki hirarki yang jelas dengan
pemerintahan diatasnya (kecamatan atau kabupaten). Sebagai kepala adat
harus berurat kebawah yakni berada ditengah komunitas dan pemahaman
serta perilaku adat istiadat yang dijunjung tinggi anak nagari (adat
salingka nagari). Minangkabau tetap bersatu, tetapi tidak bisa disatukan.

19
H. MAS’OED ABIDIN

Muara kedua, dukungan masyarakat adat (kesepakatan tungku tigo


sajarangan yang terdiri dari ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai,
bundo kanduang dan kalangan rang mudo), dan mendapat dukungan
dalam satu tatanan sistim pemerintahan (perundang-undangan). Anak
nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya. Konsepnya
tumbuh dari akar nagari itu sendiri, bukanlah suatu pemberian dari luar.
Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai
jarang nan mudo, Kabek sabalik buhus sintak, Jaranglah urang nan ma-
ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo. Artinya diperlukan orang-orang yang
ahli dibidangnya untuk menatap setiap perubahan peradaban yang tengah
berlaku. Hal ini perlu dipahami supaya jangan tersua seperti kata orang
“ibarat mengajar kuda memakan dedak”.

Masyarakat nagari sesungguhnya tidak terdiri dari satu keturunan (suku)


saja tetapi terdiri dari beberapa suku yang pada asal muasalnya
berdatangan dari berbagai daerah asal di sekeliling ranah bundo.

Yang datang dihargai dan masyarakat yang menanti sangat pula di


hormati. Dima bumi di pijak, di sinan langik di junjuang, di situ adaik
bapakai. Disini tampak satu bentuk perilaku duduk samo randah tagak
samo tinggi, sebagai prinsip egaliter di Minangkabau.

Kalau bisa dipertajam, inilah prinsip demokrasi yang murni dan otoritas
masyarakat yang sangat independen.

Langkah Penting adalah,

1. Menguasai informasi substansial

2. Mendukung pemerintahan yang menerapkan low-enforcment

3. Memperkuat kesatuan dan Persatuan di nagari-nagari

4. Muaranya adalah ketahanan masyarakat dan ketahanan diri.

20
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Tugas kembali kenagari, sesungguhnya adalah, menggali kembali potensi


dan asset nagari. Bila tidak digali, akan mendatangkan kesengsaraan baru
bagi masyarakat nagari itu. Dimulai dengan memanggil potensi yang ada
dalam unsur manusia, masyarakat nagari. Kesadaran akan benih-benih
kekuatan yang ada dalam diri masing-masing, untuk kemudian
observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya
didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan,
dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepada diri
sendiri.

DIPERLUKAN KERJA KERAS

Meningkatkan Mutu SDM anak nagari melalui kerja keras dalam


rangkaian,

Penguatan (pemerkasaan) potensi yang sudah ada melalui program utama,


menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi cukup, meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama terapan),
mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari menjadi sehat
rohani, menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat, sehingga
anak nagari menjadi masyarakat beradat yang beragama (Islam). Menggali
potensi SDA yang ada di nagari, yang diselaraskan dengan perkembangan
global yang tengah berlaku, Memperkuat ketahanan ekonomi rakyat.
Membangun kesejahteraan bertitik tolak pada pembinaan unsur
manusianya. Dari self help (menolong diri sendiri) kepada mutual help,
tolong-menolong, sebagai puncak budaya adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah.

Dalam rangka pembagian pekerjaan, ber-ta'awun sesuai dengan anjuran


Islam, "Bantu membantu, ta'awun, mutual help dalam rangka pembagian
pekerjaan (division of labour) menurut keahlian masing-masing ini, akan

21
H. MAS’OED ABIDIN

mempercepat proses produksi, dan mempertinggi mutu, yang dihasilkan.


Itulah taraf ihsan yang hendak di capai.

Memperindah nagari dengan menumbuhkan percontohan-percontohan di


nagari, yang tidak hanya bercirikan ekonomi tetapi indikator lebih utama
kepada moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan
indah baso”.

Mengefisienkan organisasi pemerintahan nagari dengan reposisi


(dudukkan kembali komponen masyarakat pada posisinya sebagai subyek
di nagari) dan refungsionisasi (pemeranan fungsi-fungsi elemen
masyarakat).

ULAMA MINANGKABAU MENUJU PEMERINTAHAN NAGARI

Yang mesti dikembangkan di nagari-nagari adalah "hidup modern dan


maju dengan keimanan yang kokoh". Disinilah peran alim ulama ninik
mamak dan pemimpin formal dan informal membentuk kader terarah
yang selektif dengan misi dakwah membangun negeri.

Di abad mendatang, Sumatera Barat harus menjadi tempat berkembangnya


industri menengah, kalau kita mau membaca gambaran berkembangnya
usaha perkebunan besar di ulayat Ranah Bundo ini. Dengan sendirinya,
diperlukan tenaga kerja yang terampil, dan ahli dalam "mangakok" kerja
itu. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang mampu
mempertemukan otak dan otot. Konsekwensi dari keadaan ini, penyediaan
sumber daya manusia yang berkualitas menjadi pekerjaan rumah. Tentu
mendesak pula akan adanya program pelatihan keterampilan, yang khusus

22
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

diperlukan oleh bidang yang membutuhkan, sebelum kesempatan itu di isi


oleh tenaga lainnya, dari luar. Disinilah kita memerlukan segera
melaksanakan social reform. Bila tidak, kondisi ini juga akan mengundang
kerawanan sosial, apalagi bila penduduk desa-desa yang menjadi sentra
perkebunan besar di Sumatera Barat ini tidak berkemampuan dalam
mengantisipasi dampak besar yang akan timbul, dan tidak pula memiliki
kesiapan menerima abad Duapuluh Satu.

Perubahan zaman dalam kemajuan teknologi maklumat (globalisasi


informasi dan komunikasi), telah membawa berbagai dampak bagi
kehidupan masyarakat. Tuntutan zaman terus bergulir, sebagai bagian dari
“Sunnatullah”.

Memang sangat memilukan sekali bahwa rakyat kecil itu pula dimasa
derasnya arus globalisasi ini senantiasa dijadikan sasaran empuk. Karena
ketiadaan juga rupanya mereka menjadi kafir. Tantangan di bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik dan lemahnya penghayatan agama paling terasa
di berapa medan dakwah dan daerah terpencil, berbentuk gerakan
salibiyah dan bahaya pemurtadan. Ditengah perkotaan berkembang upaya
pendangkalan agama dan keyakinan seiring dengan menipisnya
pengamalan agama serta pula bertumbuhnya penyakit masyarakat (tuak,
arak, judi, dadah, pergaulan bebas dikalangan kaula muda, narkoba, dan
beberapa tindakan kriminal dan anarkis) dan semuanya tidak dapat
dibantah telah mengarah kepada dekadensi moral.

Pengendali kemajuan sebenar adalah agama dan budaya umat (umatisasi).

Bagi masyarakat Barat tercerabutnya agama dari diri masyarakat tidak


banyak pengaruh pada kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Akan
lainlah halnya bila tercerabutnya agama dari diri masyarakat Sumatera
Barat (Minangkabau), tercerabutnya agama dari budaya mereka akan
berakibat besar kepada perubahan prilaku dan tatanan masyarakatnya.

23
H. MAS’OED ABIDIN

Penyebabnya hanya sebuah, yaitu masyarakat beradat dengan “adatnya


bersendi syarak, syaraknya bersendi kitabullah” dan “syarak (=agama)
mangato (=memerintahkan) maka adat mamakai (=melaksanakan)”.

Sungguh suatu kecemasan ada didepan kita, bahwa sebahagian generasi


yang bangkit kurang menyadari tempat berpijak. Dalam hubungan ini
diperlukan penyatuan gerak langkah.

Kelemahan mendasar ditemui pada melemahnya jati diri karena


kurangnya komitmen kepada nilai-nilai luhur agama yang menjadi anutan
bangsa. Dipertajam lagi oleh tindakan isolasi diri dan kurang menguasai
politik, ekonomi, sosial budaya, lemahnya minat menuntut ilmu, yang
menutup peluang untuk berperan serta dalam kesejagatan.

Semakin parah karena adanya pihak-pihak agama lain yang memulai


sarana dakwahnya dengan uluran tangan pemberian. Sementara juru
dakwah jangankan memberi untuk hidup pun kadang-kadang susah.

Pemantapan tamaddun, agama dan adat budaya didalam tatanan


kehidupan menjadi landasan dasar pengkaderan re-generasi, dengan
menanamkan kearifan dan keyakinan bahwa apa yang ada sekarang akan
menjadi milik generasi mendatang. Konsekwensinya, kita memikul beban
kewajiban memelihara dan menjaga warisan kepada generasi pengganti,
secara lebih baik dan lebih sempurna agar supaya dapat berlangsung
proses timbang terima kepemimpinan secara estafetta alamiah, antara
pemimpin yang akan pergi dan yang akan menyambung, dalam suatu
proses patah tumbuh hilang berganti. Kesudahannya yang dapat
mencetuskan api adalah batu pemantik api juga.

24
SYARA’ DI GALI DARI AJARAN ISLAM

Dinagari kita di Minangkabau semestinya ditanamkan komitmen


fungsional bermutu tinggi. Memiliki kemampuan penyatuan konsep-
konsep, alokasi sumber dana, perencanaan kerja secara komprehensif,
mendorong terbinanya center of excelences. Pada ujungnya, tentulah tidak
dapat ditolak suatu realita objektif bahwa, “Siapa yang paling banyak bisa
menyelesaikan persoalan masyarakat, pastilah akan berpeluang banyak
untuk mengatur masyarakat itu.”

Rusaknya dakwah dalam pengalaman selama ini karena melaksanakan


pesan sponsor diluar ketentuan wahyu agama.

Kemunduran dakwah selalu dibarengi oleh kelemahan klasik kekurangan


dana, tenaga, dan hilangnya kebebasan gerak. Akibatnya masyarakat mati
jiwa.

Masyarakat yang mati jiwa akan sulit diajak berpartisipasi dan akan
kehilangan semangat kolektifitas.

Bahaya akan menimpa tatkala jiwa umat mati di tangan pemimpin. Tugas
ulama menghidupkan umat. Jangan dibiarkan umat digenggam oleh
pemimpin otoriter dengan meninggalkan prinsip musyawarah. Hal
tersebut akan sama dengan menyerahkan mayat ketangan orang yang
memandikannya. Karena itu, hidupkan lembaga dakwah sebagai institusi
penting dalam masyarakat.

25

You might also like