Bapak Dr. H. Anwar Harjono SH, termasuk salah seorang dari
pejuang sejati, mantan Ketua Fraksi Masyumi di DPR Republik Indonesia. Sejak wafatnya Bapak Mohamad Natsir, mantan Perdana Menteri Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia, telah memerankan tugas umat yang sangat berat, sebagai motor penggerak Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sedari awal.
Sebagai seorang politikus pejuang dikalangan pemimpin umat
Islam di Indonesia, beliau pernah berucap ; "Kita dapat memulai timbulnya gejolak sosial kapan saja, tetapi kapan dapat mengakhirinya tak seorangpun dapat memperkirakannya. Kalau kekuatan beradu dengan kekuatan akan membuahkan kekerasan. Tetapi kekerasan tidak menyelesaikan persoalan, karena kekerasan akan membuahkan kekejaman. Dan kekejaman akan beranak dendam dan seterusnya. Dan setiap yang berlebihan akan mengakibatkan ketidak-adilan dan kesewenangan".1 Pemimpin dengan buah pikiran "langka" dan bernas seperti itu kini telah tiada. Beliau, tokoh pimpinan yang pemegang amanah terakhir Masyumi. Bapak DR.H.Anwar Harjono SH, sebagai tokoh terakhir Masyumi lahir pada 8 November 1923 di kampung Kauman, Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Riwayat perjuangan Bapak Anwar sudah dimulai sejak usia muda. Bapak Anwar ikut berjuang dalam wadah Partai Islam Yogyakarta, Hizbul Wathan Muhammadiyah, semasa negeri ini masih melancar-kan revolusi memperjuangkan kemerdekaan. Merintis, mendirikan dan kemudian memimpin GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), kemudian perjuangannya berlanjut dalam wadah Partai Islam Masyumi. Sebelum Masyumi bubar pada masa Orde Lama, Bapak Anwar Harjono ditunjuk sebagai juru bicara yang menyangkut hal-ihwal Masyumi, sampai akhir hayatnya.
Dakwah Komprehensif 189
Patah Tumbuh Hilang Berganti
Dinamika perjuangan politik umat Islam setelah Soekarno
tumbang, para pemimpin Islam di Indonesia berusaha merehabilitasi Partai Masyumi. Tapi ditolak Soeharto dan ABRI. Tidak ada istilah gagal dalam berjuang untuk umat. Bila tidak bisa lewat partai politik, lapangan dakwah selalu terbuka. Bapak Anwar Harjono, bersama para pemimpin umat Islam mulai aktif dalam memimpin Dewan Dakwah, tanpa apatis terhadap politik. Dalam menyikapi perkembangan politik dan prilaku politik para penguasa Orde Baru, banyak pemimpin umat bergabung dalam Petisi 26, yang dikenal juga sebagai Petisi Kasman Singodimejo pada tahun 1980 berlanjut dengan Petisi 50, yang mengkritik kebijakan dari Presiden Soeharto dalam memimpin pemerintahan Orde Baru. Memang ada kesamaan jejak antara Bapak Anwar Harjono dengan Bapak Mohamad Natsir. Tampak dalam kepribadian, seperti keikhlasan dan ketulusannya. Menurut penilaian banyak orang dalam banyak hal, Bapak Anwar Harjono bisa seperti duplikat dari Bapak Mohamad Natsir. Walaupun dalam ketokohan, Bapak Mohamad Natsir senyatanya adalah seorang dari tokoh Islam luar biasa dan berciri khas. Mungkin sulit untuk dicapai oleh semua orang. Dalam memimpin organisasi dan melancarakan program, jelas ada perbedaan antara dua tokoh yang telah memimpin Dewan Dakwah ini. Perbedaan antara Bapak Mohamad Natsir dan Bapak Anwar Harjono, dalam policy. Dewan Dakwah semasa Bapak Mohamad Natsir terkesan agak jauh dari pemerintah dan lebih independen. Meskipun Bapak Mohamad Natsir tidak pernah bersikap men-jauhi pemerintah, apalagi memusuhi pemerintah. Kerapkali yang tersua adalah, pemerintah juga yang senantiasa menjaga jarak menjauh dari Dewan Dakwah. Inilah yang terjadi, sehingga gerak langkah Dewan Dakwah seringkali dibatasi, setidak-tidaknya diawasi, bahkan dihalangi. Kesan jauh dan lebih independen dari Dewan Dakwah ini sedikit berubah, ketika pimpinan berada ditangan Bapak Anwar Harjono. Demikian banyak pandangan orang dari luar. Senyataanya, sampai kapan dan dalam periode kepemimpinan siapa saja, Dewan Dakwah akan terlihat selalu menjaga indepen-denitas sesuai landasan taqwa dan menacari Redha Allah.
190 Gerak Langkah Kiprah Dakwah
Menapak Alaf Baru
Perubahan sikap Bapak Anwar Harjono ter-hadap Soeharto pada
tahun 1990-an, hanyalah cerminan dari sikap seorang Muslim. Tidak ada dendam politik pada citra fatsoen politik Islam. Uluran tangan Soeharto disambut positif. Karena realita objektif, Soeharto sangat berkuasa dan umat Islam sedang membutuhkan jalan untuk tampil. Tanpa mengurangi kewaspadaan, Bapak Anwar Harjono memanfaatkan situasi “cuaca tengah berubah”. Kondisi yang tengah berlangsung tidak berarti bahwa pemimpin umat Islam telah me- nyerahkan urat lehernya kepada Soeharto. Sikap ini menjadi mainstream seluruh umat Islam
.Bagi kalangan Islam, era reforfamasi membawa nilai positif yang
lebih besar. Meski umat Islam masih juga dihadapkan pada persoalan berat, ekonomi dan sosial politik.
Para pimpinan Dewan Dakwah, diantaranya Bapak Dr. Anwar
Harjono SH., masih menyaksikan semua perubahan itu.
Meski dalam keadaan sakit serta menggunakan kursi roda setelah
mengalami stroke pada bulan Januari 1996, namun tekad dan semangat Beliau untuk selalu memberikan kontribusi bagi kepentingan umat dan bangsa tidak pernah surut selangkahpun.
Beliau tak pernah mengeluh dan kehilangan harapan. Beliau tidak
pernah putus asa terhadap ma’unah Allah untuk bisa sembuh kembali.
Partisipasi terakhir Dr. Anwar Harjono yang bernilai monumental
sebagai sesepuh umat adalah pada Silaturahmi Nasional (Silaknas) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia tanggal 1 - 2 November 1998, dan acara pembukaan di Istana Negara diresmikan oleh Prof, DR. Ing. Haji Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia.
Pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-3 yang berlansung
di Jakarta tanggal 3 - 7 November 1998, Bapak Dr. Anwar Harjono SH., telah menulis-kan beberapa buku yang menjadi "ujung lidah" keluarga besar Dewan Dakwah dan Masyumi serta kaum muslim Indonesia.
Dr. Anwar Harjono SH., kini telah tiada. Almarhum, telah
berpulang kerahmatullah di Rumah Sakit Islam Jakarta, hari Selasa, 16 Februari 1999, pukul 02.40 WIB, dalam usia 75 tahun, setelah di-opname selama lebih kurang dua bulan. Jenazah Almarhum, dimakamkan di TPU
Dakwah Komprehensif 191
Patah Tumbuh Hilang Berganti
Tanah Kusir, ditempat mana juga dimakamkan tokoh-tokoh umat,
diantaranya Almarhum Bapak Mohammad Natsir, Ketua dan Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang pertama. Beliau, telah mewariskan sikap politik yang patut diteladani tulus tanpa pamrih.
Banyak gelombang besar perjuangan mene-gakkan Islam telah
Beliau lampui. Berbagai ragam ujian dan cobaan dapat diatasi, dengan modal keimanan dan keteguhan hati. Mujahid dakwah sepanjang usia mereka telah memberikan suri tauladan bagi kita semua. Para pemimpin umat terdahulu adalah seorang mujahid dan demokrat sejati. Tokoh Masyumi lama, dan barisan pimpinan Dewan Dakwah seperti Mohamad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, Kasman Singodimejo, Prawoto Mangkusasmito, dan Anwar Harjono punya persamaan yang menonjol. Selain ketulusan hati dan sikap dari barisan pemimpin langka memiliki perilaku unggul, dengan ciri-ciri hidup sederhana, rendah hati, mau mendengar perkataan orang, tanpa membedakan wong cilik ataupun pejabat, mudah menerima perbedaan pendapat, dan demokratis , sungguh merupakan unggulan tersendiri dari barisan para pemimpin umat Islam. DR. H. M. Amien Rais MA., yang sekarang adalah Ketua Umum PAN, yang juga adalah salah seorang anggota pleno Dewan Dakwah Pusat, berujar: bahwa pak Anwar itu seri kedua dari pak Natsir, bahkan cara berpikir dan berperilaku beliau itu mirip sekali dengan pak Natsir. Kita tahu seorang politikus yang sangat arif yang memegang prinsip-prinsip moral yang sangat luhur.
Dalam acara Silaturrahmi Keluarga Besar Dewan Dakwah, disaat
baru berlangsungnya geraakan reformasi, ternyata bahwa idea Bapak Dr.H.Anwar Harjono SH., untuk menyatukan umat Islam dalam wadah partai politik Islam mendapat sambutan banyak kalangan." Idea pak Anwar Harjono mengenai persatuan umat sangat menarik. Kalaupun kini tidak mungkin menyatukan seluruh partai-partai politik Islam namun paling tidak partai-partai itu menyatukan visi”. Demikian diantara butir pandangan Amin Rais. Dalam kualitas pribadi, memang sulit mencari pengganti dari pemimpin yang telah tiada. Namun perlu ditanamkan keyakinan, bahwa ”setiap generasi memiliki tokohnya sendiri". Almarhum Haji Agus Salim pernah berkata, " Jangan dipuji suatu hari sebelum datang magribnya".
192 Gerak Langkah Kiprah Dakwah
Menapak Alaf Baru
Bapak Anwar Harjono dapat dijadikan satu contoh dari profil
muslim pejuang dan pejuang Islam, yang selama hayatnya telah "mewakafkan" hidupnya di jalan Allah. Melanjutkan garis perjuangan para pendahulu. Walaupun Bapak Anwar Harjono sudah meninggalkan kita untuk selamanya, namun warisan ilmu, pengalaman dan keteladanan perjuangan Beliau, tetap dapat diambil manfaat oleh umat Islam di Indonesia dari generasi ke generasi berikutnya. Patah tumbuh hilang berganti. Sepeninggal Bapak Anwar Harjono, sebagai pejabat Ketua Dewan Dakwah sampai tahun 2000 ditempatkan Pak Affandi Ridwan, tokoh lama dengan low profile,. seperti disebutkan dalam edaran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, tertanggal 22 Dzul-qa'dah 1419 H / 10 Maret 1999 M, Nomor: 082/A-DDIIP/III/99. Penunjukkan Bapak Affandi Ridwan, sebagai Pejabat Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat dan untuk pelaksana sehari-hari dibantu sepenuhnya oleh seluruh Wakil-wakil Ketua secara kolektif, tanpa melakukan perobahan komposisi ke-pengurusan yang telah ada. Keadaan ini akan berglangsung sampai tahun 2000, dimana Insya Allah akan diselenggarakan Musyawarah Besar Luar Biasa yang akan membentuk Kepengurusan Baru.
Dakwah Komprehensif 193
1 Catatan DR. H. Anwar Harjono, SH. Media Dakwah No. 254, Juli 1995.