You are on page 1of 4

RAJA ADIL, RAJA DISAMBAH

Raja adil, raja disambah


Oleh : H. Mas’oed Abidin

Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap


orang untuk berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan
membantu karib kerabat. Dan, Allah juga memerintahkan
untuk melakukan pencegahan terhadap perilaku keji dan
tercela (fahsya’, anarkis). Allah SWT juga memerintahkan
untuk menghindar dari kemungkaran (perbuatan
terlarang) dan aniaya (anarkis), juga dari perlakuan yang
melampaui batas (bagh-ya). Semua peringatan Allah ini
harus selalu di ingat oleh manusia (QS.An Nahl,90).
Adil, adalah pakaian setiap pemimpin, tidak
semata ucapan. Adil, adalah suatu perbuatan, yang di
dambakan setiap orang. Karenanya, menjadi kewajiban
setiap pribadi untuk menegakkan dan
mempertahankannya. Agama mengajarkan bahwa setiap
orang adalah pemimpin.
Setiap pemimpin akan diminta pertanggungan
jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Agama
menegaskan bahwa, penguasa adalah pemimpin dari
rakyatnya. Sebagai layaknya seorang suami menjadi
pemimpin atas istri, keluarga dan rumah tangganya.
Seorang pekerja (khadam) adalah pemimpin atas harta
yang di amanahkan oleh majikannya.
Konsekwensinya adalah, setiap pemimpin
memikul tanggung jawab berlaku adil dan amanah
menjaga rakyat yang di pemimpinannya. Karena, setiap
pemimpin akan ditanya pertanggungan jawab atas
kepemimpinannya.(Hadist di riwayatkan Al-Bukhari dari
‘Abdullah ibn ‘Umar RA).
H. Mas’oed Abidin 1
RAJA ADIL, RAJA DISAMBAH
Pemimpin yang adil, semestinyalah bersikap
merendah (tawadhu’) terhadap rakyat yang dipimpinnya
(HR.Bukhari, dalam Riyadhus-Shalihin, Imam Nawawy).
Maknanya adalah, kepentingan (aspirasi) rakyat wajib di
utamakan. Hanya ada satu kepentingan, demi
kemashlahatan rakyat banyak.
Pemimpin dalam pandangan Islam tidak untuk
kepentingan kelompok atau golongan, tetapi untuk
kemashlahatan orang banyak. Di kebanyakan paham
sekuler sering bersua di bangunnya dinding batas antara
pemimpin dan rakyat pada sisi berlawanan. Dalam konsep
Agama dia adalah sebagai amanah Allah untuk
melaksanakan pemerintahan amanah umat (rakyat).
Kepemimpinan sesungguhnya adalah amanat dari
Allah SWT. Wajib di tunaikan sebagai ibadah di tengah
kehidupan masyarakat (rakyat)-nya, atau hablum min an-
naas.
Adil adalah pakaian setiap pemimpin.. Adil,
adalah ciri taqwa. Konsep ini bukan semata teologis,
melainkan sangat humanis universal. Dalam pandangan
Islam, seorang pemimpin pemegang tampuk kekuasaan
yang melalaikan kepentingan rakyatnya adalah pemimpin
yang sangat dicela.
Rasulullah SAW memperingatkan, “tidak
seorangpun yang diberi amanat oleh Allah untuk
memimpin rakyatnya, kemudian dia mengelak dari
memperhatikan kepentingan rakyatnya dikala dianya
berkuasa (hingga mati), kecuali Allah mengharamkan
baginya syorga” (HR.Muttafaqun ‘alaihi dari Abi Ya’la
(Ma’qil) bin Yasar RA).

2 H.
Mas’oed Abidin
RAJA ADIL, RAJA DISAMBAH

Dalam hadist lainnya, Rasulullah SAW berkata;


“Allah telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua
tawadhu’ (merendah diri tidak sombong atau congkak
besar kepala). Tidak perlu seorang berlaku kejam dan
sombong kepada yang lainnya”, (HR.Abu Daud).
Dengan sikap tawadhu’ terlihat adilnya seorang
pemimpin. Konsekwensinya adalah, “siapapun
(pemimpin) yang di serahi tanggung jawab mengatur
kepentingan orang banyak (rakyat), kemudian dia
bersembunyi (mengelak) dari memperjuangkan
kepentingan mereka (orang banyak) itu, niscaya Allah
akan menolak kepentingan dan kebutuhannya pada hari
kiamat”, (HR.Abu Daud, Tirmidzi dari perkataan Abu
Maryan al ‘Azdy kepada Mu’awiyah).
Sahabat ‘Aidz bin Amru ketika menemui Sahabat
Ubaidillah bin Ziyad mengingatkan pesan Rasulullah
SAW, yang berisi “sejahat-jahat pemerintah yaitu yang
kejam”. Karena itu, wahai anakku Ubaidillah, janganlah
engkau tergolong kepada mereka, (HR.Bukhari Muslim,
dalam Riyadhus Shalihin).
Sungguh celakalah para pemimpin yang
melupakan dan menganggap enteng aspirasi rakyat
banyak.
Maka, untuk terhindar dari kecelakaan, wajiblah di
ingat selalu firman Allah; “Berlaku adillah, karena Allah
kasih terhadap orang-orang yang adil” (QS.Al-Hujurat
,9).

Padang, Pebruari 2002.

H. Mas’oed Abidin 3
RAJA ADIL, RAJA DISAMBAH

4 H.
Mas’oed Abidin

You might also like