You are on page 1of 45

Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Isra’ Mi’raj
Meneropong
Kekuasaan Allah

Dalam Ilmu Modern

Bulan Rajab telah kita tinggalkan. Di dalamnya terdapat satu


peristiwa kembar (Isra’ dan Mi’raj) Muhammad SAW yang merupakan pilar
penting dalam rentetan Risalah Islam.
Peristiwa pertama dikenal dengan peristiwa Isra’ (perjalanan malam
hari) Rasulullah SAW berawal dari Masjidil Haram (Makkah) dan berakhir
di Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis, Palestina). Kedua tempat itu telah
diberkati sekelilingnya (alladzi barakna haulahu), sebagai tempat
diutusnya banyak Nabi dan Rasul-Rasul sejak Ibrahim AS hingga Isa ibni
Maryam.
Di sekitar Baitulmaqdis telah diturunkan Kitabullah (Taurat, Zabur,
Injil, dan beberapa shuhuf) melalui Rasul-Rasul Allah pegangan Agama
Samawi untuk bimbingan dan pedoman ummat manusia dari masa ke
masa. Di keliling Masjidil Haram (Makkah dan Madinah) diwahyukan Al
Quranul Karim kepada Muhammad SAW, yang menjadi rahmat besar
tiada ternilai untuk seluruh penduduk alam ini, sampai akhir masa.
Perjalanan Isra’ merupakan bukti kemuthlakan kekuasaan Allah Maha
Pencipta (linuriyahuu min ayatina) yang mampu merubah ruang dan
waktu, tak terpaut kepada dimensi menurut batas akal fikiran manusia.
Kecerdasan akal (rasional intelegensia) yang dipunyai manusia sangat
terbatas. Mengandalkan semata-mata kemampuan rasio tidak akan
mampu mencerna peristiwa sangat spektakular ini. Apalagi kalau yang
menjadi ukuran hanyalah jarak, waktu, ruang dan dimensi materi.
Sampai kinipun, saat teknologi transportasi sudah maju, peristiwa
Isra’ masih merupakan misteri ilmu pengetahuan. Ada yang percaya
bahwa peristiwa itu benar terjadi. Ada pula yang beranggapan sebagai
cerita dongeng dan mimpi belaka. Ilmu pengetahuan malah
mempertanyakan bagaimana persamaan geraknya dengan teknologi
transportasi dan betapa kajiannya menurut hukum dasar mekanika (ilmu
gerak) yang dikenal sekarang. Lebih ekstrim lagi kalau tidak terkaji oleh
ilmu pengetahuan modern, maka peristiwa itu mustahil diterima.
Suatu kejadian menurut embanan teori realitivitas dalam dimensi
ruang dan waktu, (keduanya bukan besaran yang muthlak, melainkan
tergantung kepada sipengamat), maka dalam dimensi ini belum ada satu
benda melebihi kecepatan maksimum (kecepatan cahaya). Kecepatan itu

Nuansa Kehidupan Islami 1


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

bisa dicapai oleh materi yang memiliki massa diam nol, yakni gelombang
elektromagnet (seperti sinar gamma, sinar X, dan cahaya).
Teori ini juga menyebutkan adanya perobahan kerangka waktu,
panjang, dan massa. Semakin tinggi kecepatan suatu materi massa
semakin bertambah besar terjadi time dilatation (pemuluran waktu) dan
panjang mengalami kontraksi. Konsekwensi teori (realitivitas) ini
melahirkan suatu kaedah, bahwa materi tidak dapat dimusnahkan, tidak
dapat diciptakan, tetapi dapat dikonversi kedalam bentuk atau gelombang.

Perjalanan menempuh jarak antara Masjidil Haram (Makkah)


dengan Masjidil Aqsha (Palestina) dengan hasil teknologi transportasi
maju hari ini bisa ditempuh kurang dari semalam (memakai kapal terbang,
termasuk rumusan mekanika klasik). Akan tetapi, tingkat teknologi
transportasi 15 millenium lalu itu adalah Kuda, Onta, Keledai atau jalan
kaki. Di sinilah tumbuhnya bantahan musyrikin Quraisy karena
kemampuan akal melihatnya sebagai suatu yang mustahil.
Pertanyaan berikut, kenderaan apa yang dipakai Muhammad
melakukan perjalanan malam (Isra’). Bila disebut dengan berkenderaan
buraq . Maka itupun dilihat sebagai suatu yang berlebihan, selanjutnya
1

juga sangat mustahil. Kilat adalah satu gelombang elektromagnet dengan


kecepatan maksimum seperti kecepatan cahaya, sehingga dengannya
jarak matahari dan bumi bisa dijelang dalam waktu delapan menit
Sebenarnya Buraq (barq) tidak sama dengan kilat dalam arti yang
lazim, karena memiliki kecepatan “sekejap mata” dan mampu menempuh
jarak sejauh mata memandang. Kenyataan keseharian kita membuktikan
bahwa mata tanpa alat bantu bisa memandang bintang dilangit yang
jaraknya ribuan kali jarak matahari. Karenanya dapat disimpulkan buraq
bukanlah kilat dalam dimensi pengertian umum dengan kecepatan
melampuai cahaya, bahkan mungkin 18 juta kali kecepatan cahaya.
Sekali lagi, bila Muhammad masih ter-kungkung pada dimensi
ruang dan waktu, mustahil dia bisa bergerak secepat kilat, kecuali jika
telah dirubah menjadi foton (paket energi gelombang elektromagnet,
yang kecepatannya sama dengan cahaya), dan bila itu yang terjadi sangat
sulit untuk kembali kepada materi semula, lebih rumit membayangkan
terjadi pada diri manusia seperti Muhammad.
Kejadian ini diluar jangkauan akal dan indera manusia. Akal tidak
mampu menggambar lintasan gerak yang terjadi. Bahkan ilmu
pengetahuan tidak mampu menuliskan persamaannnya dalam teori gerak

1 Buraq,berasal dari kata barq artinya kilat

Nuansa Kehidupan Islami 2


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

(mekanika) Newton ataupun Einstein . Kedua teori gerak tersebut dalam


2

kasus ini tidak berlaku lagi.


Kata kuncinya terletak pada kata-kata “asraa” (kata kerja transitif
yang membutuhkan obyek) dan berasal dari kata kerja intransitif “saraa”,
berarti telah berjalan malam hari. Obyek asraa adalah Muhammad. Kata-
kata Isra’ diambil dari bentuk mashdar saraa, sehingga secara harfiyah
diartikan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha,
yang sepenuhnya dalam perencanaan sampai pada pelaksanaan
perjalanan (baik dalam bentuk sarana, alat yang dipakai, sifat perjalanan,
waktu dan kecepatan) semata-mata adalah absolut (muthlak) menjadi ilmu
dan kekuasaan Allah adanya. Subhanallah. Secara bijaksana Allah
memperlihat-kan kekuasaan muthlak itu dengan awalah kalimat
“Subhanal-ladzii” dan seterusnya.
3

Disinilah wilayah iman, dan bila kita lihat dari sisi ini, jelaslah ada
satu konsep yang lebih tua dari umurnya teori gerak (mekanika) klasik
ataupun modern, yaitu teori gerak kun fa yakun (absolut kekuasaan
Allah). Kekuatan agung (raksasa) ini merupakan wilayah iman
(keyakinan) yang berurat berakar pada kalbu (hati) manusia. Suatu
kekuatan inti (inner side) dalam bentuk emotional inteligensia, yang pada
gilirannya mampu menumbuhkan kesadaran ilmiah rasionil, seperti
diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq tatkala mendengar peristiwa
Isra’ itu disampaikan oleh Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Dia membenarkan peristiwa mencengangkan ini, bahkan lebih
dari itu, diapun percaya bila Muhammad menyatakan naik kelangit
sekalipun. Inilah kesadaran rasionil ilmiah, karena Muhammad adalah
utusan Allah.

Artinya

2 Diketahui hingga sekarang ada dua hukum dasar mekanika (ilmu gerak). Kesatu,
disebut sebagai mekanika klasik (dikembangkan Isaac Newton, dengan tiga hukum
dasarnya yaitu kelembaban,gerak dan aksi-reaksi), berlaku untuk gerakan suatu materi
yang kecepatannya rendah, jauh lebih kecil dibanding dengan kecepatan cahaya
(300.000 km/detik kuadrat).
Kedua, disebut mekanika modern (dikembangkan Albert Einstein, dengan teori
relativitas dan konsep kenisbiannya), berlaku untuk materi yang kecepatannya sangat
tinggi, yang besarnya mendekati kecepatan cahaya, dan ini hanya bisa dicapai oleh
materi yang berukuran kecil seperti electron.

3 QS.17:1

Nuansa Kehidupan Islami 3


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

“sungguh Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.


(QS.17:1)

Peristiwa kedua, adalah Mi’raj (naik ketempat yang paling tinggi),


sebagai dijelaskan pembuktiannya oleh Allah dalam Firman-Nya :

Artinya :
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.
Didekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril)
ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan-Nya yang paling besar” 4

(QS.53,An-Njm,ayat 13-18).
Mi’raj adalah kelanjutan Isra’, naik ketangga.
5

Dalam Surah al Ma’arij itu disebutkan :

Artinya :

4 Muhammad melihat Jibril untuk pertama kalinya dalam bentuk asli itu adalah tatkala
diturunkan wahyu pertama Surat Al ‘Alaq (96) ayat 1-5. Keabsahan penglihatan
Muhammad ini diperkuat oleh Wahyu Allah QS.53,An-Najm, ayat 1-14)

5 Kata mi’raj mashdar dari ‘aroja, berarti telah naik tangga. Harfiyahnya, mi’raj bermakna
tangga, bentuk pluralnya ma’arij juga dipakai dalam penamaan salah satu Surat dalam
Al Quran (S,70).

Nuansa Kehidupan Islami 4


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

“Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan


dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS.70:4).
Perjalanan satu hari malaikat, berbanding sama dengan 50.000
tahun dalam hitungan manusia. Suatu angka yang misterius.
Atau dalam surah lainnya disebutkan pula :

Artinya :
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan
itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS.32:5).
Makna sesungguhnya dari angka misterius 50.000 tahun dan 1.000
tahun, dengan perbandingan hitungan waktu satu hari (kecepatan
malaikat) sesungguhnya merupakan rahasia ilmu Allah. Namun, jika
angka tersebut dipahami sebagai pemuluran waktu (time dilatation)
dalam konsep mekanika realitivistik, maka perjalanan malaikat satu hari
baru teramati dalam dimensi waktu 50.000 tahun (minimal 1000 tahun)
oleh manusia (pengamat diam). Hal ini hanya bisa terjadi kalau
kecepatan yang berlaku lebih dari kecepatan cahaya dalam teori ilmu
pengetahuan modern.
Kalau konsep ini ditelaah, pertanyaannya adalah “apakah malaikat
itu suatu gelombang elektro magnetik”? Dalam sebuah hadist, ‘Aisyah
R.’Anha, meriwayatkan bahwa Malaikat itu tercipta dari nur (cahaya).
Karena Malaikat adalah makhluk ghaib, bukan materi, maka pasti
bukan tergolongkan gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh
manusia dan dapat dikendalikan sebagaimana lazimnya gelombang
elektromagnetik lainnya dialam ini.
Inilah Wilayah Iman, yang pada gilirannya hanya mampu
menggumamkan kata kagum “Subhanallah”, dan tak akan pernah
dirasakan oleh ilmuan vrijdenker (bebas agama) atau atheis sepanjang
zaman.
Andai kata perjalanan di ma’arij itu menjadi dasar bahasan
perjalanan mi’raj, dalam kadar sehari berbanding 50.000 tahun, niscaya
perjalanan itu akan berkecepatan 18 juta kali perjalanan kecepatan
teknologi transportasi modern, dalam perhitungan manusia berdimensi
ruang dan waktu.
Peristiwa kedua ini lebih menakjubkan dari peristiwa pertama.
Lebih susah membayangkan dan sulit menerimanya, bila hanya
mengandalkan kemampuan rasio semata. Akan sangat mudah

Nuansa Kehidupan Islami 5


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

menerimanya apabila kemampuan rasio didasari haqqul-yaqin 6

(keyakinan atas kemuthlakan Allah Yang Maha Kuasa), sebagai dasar


dalam rangka pandangan pandangan hidup tauhid (Tauhidic
Weltanschaung), pandangan tauhid inilah pada akhirnya merupakan salah
satu ukuran tingkat kecerdasan yang melahirkan kemampuan untuk
menguasai nilai-nilai keseimbangan (tawazunitas), sebagai ciri khas
ilmuwan yang bijak.
Ada tiga nilai dasar dalam peristiwa besar ini ;
(1). Ujian Iman (nilai aqidah) yang melahirkan pengakuan bahwa
kekuasaan yang muthlak hanya ada pada kekuasaan Allah.
(2). Kesadaran ilmiah bahwa kemampuan rasio sangat tidak berarti
apabila tidak dilandasi oleh keyakinan tauhid.
(3). Kekhusyukan ibadah merupakan pembuktian adanya keyakinan
tauhid dalam menempuh kehidupan nyata sebagai suatu
kepantasan yang sangat rasional.

Isra’ Mi’raj adalah bukti kerasulan Muhammad (setaraf mu’jizat


Rasulullah), dengan tujuan ;
(1). Lit-tastbit atau mengukuhkan posisi kenabian dan kerasulan
Muhammad SAW,
(2). Lit-takrim, atau memuliakan kedudukan Muhammad sebagai
manusia pilihan,
(3). Lis-ti’-dalil quwwah, atau menempa kekuatan mental-spiritual
Mauhammad SAW dalam mengemban missi kerasulan, sebagai
Khataman Nabiyyin
Sebagai ummatnya kita dapat menarik hikmah dari dua peristiwa
spektakular ini antara lain;
(1) Pengukuhan iman berkaitan dengan pengakuan atas kemuthlakan
kekuasaan Allah, yang pada tahap selanjutnya akan menanamkan
kesadaran mendalam atas lemahnya kekuatan rasio manusia bila
tidak dilandasi aqidah (keyakinan tauhid),dan pada bagian akhirnya
akan melahirkan ketaatan penghambaan hanya terhadap Ma’bud
(hanya Allah yang berhak disembah).
(2) Bukti atas keutusan Muhammad SAW sebagai Rasul Allah, dengan
segala kemuliaan (mukjizat) selaku Khataman Nabiyyin (penutup
segala nabi-nabi), dan merupakan pembuktian Al Quranul Karim yang
teruji secara ilmiah.
6 Haqqul yaqin adalah tingkat puncak dari ilmul yaqin. Keyakinan ini akan menjadi
landasan utama dari pandangan hidup tauhid (tauhidic weltanschaung) selanjutnya.

Nuansa Kehidupan Islami 6


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

(3) Kerelaan dan ketaatan bukti kesetiaan kepada Allah, dengan


keteguhan mempedomani hidayah Allah (Al- Quran) dan mengikuti
Sunnah Rasul-Nya.

Menunaikan ibadah adalah nikmat Allah.


Kesempatan seseorang untuk bisa menunaikan ibadah secara
khusyuk dan tertib, sungguh merupakan nikmat Allah yang besar. Ibadah
shalat, sebagai salah satu syari’at dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang
dilaksanakan lima kali sehari semalam, sesungguhnya harus dirasakan
sebagai wahana pembentukan watak manusia yang sempurna (insan
kamil).
Karena selain bernilai spiritual, ibadah ini akan menjadi akar dari
caracter-building dalam membentuk sikap terpuji seperti; disiplin waktu,
cinta kebersihan, sehat fisik, taat aturan, tuma’ninah (teratur), memiliki
kesadaran prima (kontroling), bersikap hati-hati, tabah dan setia.
Sikap itu amat diperlukan dalam mengarungi kehidupan kini dan
menatap keberhasilan masa depan (dunia dan akhirat). Karenanya amat
mudah membuat garis kaedah terhadap orang yang lalai dalam
ibadahnya, berkecenderungan melalaikan tugas-tugas fisik dari pekerjaan
yang ada didepannya, dan cenderung mengkhianati amanah yang
dipetaruhkan padanya.

Demikianlah intisari peristiwa Isra’ Mi’raj, yang rahasianya


terkandung dalam bulan Rajab yang baru kita lepas. Semoga Allah
Subahanahu Wa Ta’ala meng-anugerahkan kepada kita semua
kecerdasan rasio dan kemantapan iman, sehingga dengan kekuatan itu
kita mampu melihat dan menapak kehidupan masa datang yang banyak
dengan tantangan ini.  7

7 Padang, 12 Desember 1997

Nuansa Kehidupan Islami 7


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Balimau Gadang
Perbauran Adat
Dengan
Agama Islam
di Minangkabau

T
idak berapa lama lagi, kita akan memasuki Bulan Ramadhan. Bagi
umat Islam, Ramadhan merupakan satu bulan mulia yang
senantiasa ditunggu secara khusus dan penuh kegembiraan. Bulan
ibadah dan bulan pengampunan. Keyakinan ini telah mengakar hingga
tampak pada prilaku orang-orang dalam menyambutnya dan
menghormatinya. Berbekas pula pada adat kebiasaan anak negeri,
khususnya dibeberapa daerah yang masih kokoh dengan adat
budayanya.

Ramadhan adalah penghulu sekalian bulan, dinamai bulan puasa


sesuai ibadah yang dilaksanakan sepanjang bulan itu. Orang Minang
menyebutnya juga dengan “bulan basaha ”. 8

Tatkala Ramadhan datang menjelang, Rasulullah SAW


menyambut dengan ucapan :” marhaban bil-muthahhir”,
artinya, “selamat datang wahai pembersih”. Sahabat yang
mendengar bertanya,“Wa mal muthahhiru ya Rasulullah?,
(siapakah yang di maksud pembersih itu, wahai Rasulullah?)”.
Rasulullah SAW menjawab “al-muthahhiru syahru Ramadhana,
yuthahhiruna min dzunubii wal ma’ashiy (pembersih itu adalah
Ramadhan, dia membersihkan kita dari dosa dan ma’shiyat)”.
Marhaban artinya, ’ruangan luas tempat perbaikan untuk
mendapatkan keselamatan dalam perjalanan’.
Kata-kata ini kerap dipakai untuk menyambut dan menghormat
tamu yang mulia. Bermakna ungkapan selamat datang. Ucapan ini

8 saha = sahur,
sahur, satu bentuk Sunnah Rasul yang diujudkan dalam makan parak siang
sebelum terbitnya fajar, menurut bimbingan ibadah shaum (puasa) mendahului imsak

Nuansa Kehidupan Islami 8


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

menyiratkan makna kegembiraan menyambut kedatangan tamu mulia


bulan Ramadhan disertai kesiapan dan kelapangan waktu maupun
tempat, hingga orang dapat leluasa melakukan amalan (tindak-perbuatan)
yang berkaitan dengan mengasuh dan mengasah jiwa untuk mewujudkan
keberhasilan dan kebersihan bersamanya. Bersih (diri dan jiwa) adalah
bukti ketaqwaan seseorang. Puasa (shaum) merupakan ibadah khusus
dalam bulan Ramadhan, niscaya sangat berperan membersihkan diri
pelakunya (shaimin), manakala bisa menerapkan sikap dan amalan-
amalan terpuji tadi.
Sesuai firman Allah :

Artimya :
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
(pengikut Taurat dan Injil) agar kamu bertaqwa (tetap terpelihara,
bersih dari dosa dan makshiayat)”. (QS.2, al Baqarah,ayat 183).

Ramadhan ditetapkan sebagai bulan pelaksanaan puasa sejak


umat terdahulu, dan turunnya Kitabullah (AlQuran) kepada Muhammad
SAW untuk petunjuk, bimbingan, pembeda antara yang benar dan salah,
penjelasan tentang paradigma hidup manusia.

Dalam kehidupan orang Minang yang beradat dengan indikasi


beragama Islam, maka bulan Ramadhan mendapat tempat yang khusus
sejak doeloe.
Setiap Mukmin bila datang bulan Ramadhan wajib mengerjakan
ibadah shaum (puasa). Bila telah mukallaf (baligh berakal) mesti
mengerjakan puasa. Allah hanya memberikan keringanan (rukhsah),
mengganti puasa Ramadhan dengan puasa dihari (bulan) lainnya atau
dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin) untuk orang
sakit (tua), musafir (melakukan perjalanan) yang tidak sanggup berpuasa.
Keringanan ini adalah bukti kasih sayang Allah.
Agama Islam adalah ajaran yang tidak memberatkan. Tidak ada
alasan seseorang Mukmin menolak melaksanakan-nya.Pada hakekatnya
semua ibadah (termasuk puasa) adalah pembuktian apakah seorang itu

Nuansa Kehidupan Islami 9


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

benar beriman dan mampu bersyukur (berterima kasih) kepada Allah yang
telah menjadikan manusia dan menyediakan segala sesuatu keperluan
dalam hidup ini.
Dapat dipahami, bahwa ibadah pada umumnya (diantaranya
puasa) adalah kesiapan melaksanakan perintah Allah dengan jujur, yang
secara pasti terlihat pada kesediaan melaksanakan imsak (menahan)
nafsu dari makan, minum, bersebadan (sanggama) suami istri di siang
hari (sejak mulai imsak hingga datangnya waktu berbuka), atau basaha
itu.
Orang Minang memandang puasa dibulan Ramadhan tidak
sekedar hanya menahan makan dan minum yang umum itu. Lebih khusus
lagi, melatih diri dengan teguh menjauhi semua tegah dan mengerjakan
semua suruh.
Bertindak tidak senonoh dan kurang terpuji (seperti bersuara keras,
berbohong, memperkatakan orang (bergunjing), menyakiti perasaan orang
lain), akan mendapatkan peringatan keras karena dianggap bisa
menyebabkan puasa seseorang bata (batal). Inilah yang senantiasa
diingatkan oleh orang tua-tua turun temurun sejak dahulu.
Karenanya puasa adalah arena pelatihan fisik dan kejiwaan, yang
berbekas kepada tindak laku disiplin diri dalam mengangkat harkat
martabat (izzatun-nafs).
Ibadah puasa adalah ibadah besar yang tegolong kepada jihadun-
nafs (pembentukan watak) sabar, setia, taat, dan sifat utama lainnya.
Sesuai bimbingan Rasulullah SAW ;

Artinya :
”Siapa saja yang melaksanakan puasa (shaum) Ramadhana
dengan iman dan ihtisab (perhitungan-perhitungan menurut syarat-
syarat puasa, memelihara segala aturan-aturan puasa), maka di
ampuni dosa-dosanya terdahulu”. (Al Hadist).

Inilah suatu kesempatan yang di janjikan kepada orang yang


beribadah puasa Ramadhan, semoga kita semua sempat merasakannya.
Insya Allah.

Nuansa Kehidupan Islami 10


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Balimau
Khusus di Minangkabau (Sumatera Barat), Ramadhan telah
dipandang sebagai bulan yang dinantikan dan sangat di rindui.
Masyarakat sudah terbiasa menyambutnya dengan suatu acara khas
yang hampir teradatkan, dan hampir merupakan penggambaran dari
rangkaian adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Satu contoh
kedatangan-nya kita nanti dengan acara balimau.
Walaupun tidak ada nash yang mendukung sebagai satu kaitan
ibadah wajib atau sunat dalam menyambut Ramadhan, akan tetapi
kebanyakan masyarakat kita telah mengadopsinya sebagai suatu kegiatan
yang punya kaitan erat dengan ibadah Ramadhan (shaum).
Kondisi ini sesungguhnya bisa dinilai positif. Karena pada masa
dulu itu kita melihat yang di kembangkan dalam acara balimau adalah
yang dikenal dengan “jelang men-jelang”, yakni anak dan menantu
mendatangi orang tua dan mertua, kemenakan mendatangi mamak dan
karib kerabat. Indah sekali.
Kegiatan seperti itu menjalin satu hubungan yang harmonis dengan
makin eratnya tali silaturrahmi diantara keluaarga dekat dan jauh, serta
terhubungkannya persaudaraan sesama. Yang jauh pulang menjelang,
yang dekat datang bertandang.
Sedikit banyak dibawa pula antaran sebagai tanda telah datang
hari baik dan bulan baik. Semua wajah jadi gembira, hati bersih dan muka
berseri-seri. Insya Allah malam harinya masjid, surau dan langgar penuh
oleh semua lapisan keluarga untuk menunaikan ibadah shalat tarawih,
tadarus Al Quran dan sebagainya. Keteraturan jelas sekali, yang tua-tua
menduduki tempat di depan, anak-anak tertib di belakang, tergambar
nyata satu susunan kehidupan masyarakat dengan ikatan aturan-aturan
ketat yang terpelihara turun temurun. Yang tua di hormati, yang kecil
disayangi.
Melalui tatanan itu terasa sekali nikmat datangnya Ramadhan
setiap tahun menjadi idaman dan penantian.
Akan tetapi, pada masa akhir-akhir ini dambaan dan idaman serupa
jarang ditemui. Kecendrungan membaurkan antara yang hak dan yang
bathil, antara suruhan dan tegah, antara ibadah dan makshiyat, sudah
menjadi suatu kebiasaan dalam kenyataan yang sangat mencemaskan.
Acara-acara balimau, tidak lagi menggambarkan rasa
persaudaraan (ukhuwwah). Kebersihan (ikhlas) telah banyak di bumbui
oleh hura-hura dan foya-foya.
Perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya terasa sekali
menerpa. Corak warna penyambutan suatu ibadah yang sakral dan ritual
telah mulai hilang sirna. Yang banyak tersua adalah pembauran muda

Nuansa Kehidupan Islami 11


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

remaja melepaskan rindu dendam, karena sebulan mendatang diri


terkekang jarang boleh bersua.
Seakan-akan orang Minangkabau tidak lagi hidup didalam
keindahan kultur budayanya. Mereka mulai larut dalam kebudayaan tak
berbudaya. Bila hal ini diingatkan, tidak jarang tuduhan dan cacian akan
dialamatkan dengan satu gelaran sumbang kolot tak mengenal kemajuan
zaman. Na’udzubillah.
Lubuk, teluk, sungai, pantai, ngarai, bukit, lembah, semak ramai
dikunjungi pencinta acara balimau. Jalan-jalan raya dipadati kenderaan
dipacu tak beraturan. Kerapkali terjadi peningkatan angka kecelakaan dan
pelanggaran lalulintas. Petugas keamanan melipat-gandakan jumlah dan
waktu tugas. Rumah-rumah sakit ikut menambah tenaga para medis, dan
obat-obatan. Sekedar berjaga-jaga, ambulance disiap-siagakan melebihi
jumlah sebelumnya.
Wartawan sibuk memantau jumlah kecelakaan, mem-buat catatan
perbandingan dengan tahun sebelumnya. Besok hari dikala Ramadhan
mulai masuk tentulah surat-surat kabar akan memberitakan jumlah korban
yang jatuh dalam acara balimau menyambut bulan puasa.
Itulah yang sering kita temui pada beberapa tahun belakangan ini.
Suatu keadaan yang jauh panggang dari api. Acara balimau tidak lagi
indah tapi suram.
Raso jo pareso mulai kurang berperan. Raso dibao turun, pareso
kaalam nyato hanya ada pada sebutan. Pergaulan sangat permisif, sawah
tak lagi berpematang, ladang tidak lagi berbintalak. Anak dipangua
kamanakan dilantiangkan, adalah bentuk kehidupan permisivistik yang
tidak bertemu dalam tataran kebudayaan Minangkabau sejak dahulu.
Ninik mamak nan gadang basa batuah, berperan mengamankan anak
kemenakan, bertukar sebut dengan memakan kemenakan.
Semua kondisi itu berubah karena alam fikiran adat kita menjadi
dangkal sebatas pidato dalam rangkaian pepatah dan petuitih. Begitulah
jadinya kalau ajaran agama hanya pada sebutan dan adat menjadi
mainan. Bila hal ini diingatkan,tidak jarang tuduhan dan cacian akan
dialamatkan dengan gelaran sumbang “kolot tak mengenal kemajuan
zaman”. Na’udzubillah.
Penyambutan Ramadhan adalah kesiapan penuh kesadaran dari
dalam (inner side) untuk siap memelihara kebersihannya selalu, yang
berbekas pada ketundukan dan kepatuhan. Membuahkan iman, shabar,
syukur dan bertaqwa (berhati-hati) senantiasa.  9

9 Padang, Desember 1997.

Nuansa Kehidupan Islami 12


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

DIBAWAH NAUNGAN
SYARI'AT ISLAM

"ORANG-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya


dengan keaniayaan (kedzaliman), untuk mereka keamanan, dan mereka
(golongan) yang memproleh petunjuk (hidayah)". (Q.S VI-Al An'aam, ayat
82).
Tahun demi tahun telah kita lepas. Setiap tahun baru dimulai, kita bukan
dengan harapan-harapan. Sesuatu yang baik dari tahun silam, menjadi
dambaan. Namun kecemasan selalu menghantui kita. Karena hilangnya
keamanan dan ketertiban.
Hampir pada setiap sudut duni pada tahun yang baru kita
lepas-terjadi kemelut. Kadang-kadang juga terjadi di samping kita.
Kemelut yang selalu berakhir dengan terinjaknya martabat kemanusiaan.
Hilangnya keamanan dan rusaknya nilai-nilai kehidupan, yang manusiawi.
Dalam setiap keadaan terjadi kedzaliman atau keaniayaan. Dalam
berbagai bentuk. Dia tampil ke permukaan bertepatan dengan saat-saat
manusia meninggalkan aturan-aturan. Atau dikala orang mencecerkan
hukum-hikum Allah dan syari'at Agama-NYA (Syari'at Islam). Peringatan
Allah Subhanahu wa ta'ala, menyebutkan :
Senantiasa orang-orang kafir (orang-orang yang meninggalkan
hukum-hukum Allah) itu, ditimpa bahaya, sebab perbuatan mreka sendiri,
bahkan tiba bahaya itu dekan rumah mereka (dalam negeri sendiri),
sehingga datang janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah memungkiri
janji" (Q.S. XIII-Ar-Ra'ad, ayat 31).
Janji Allah, berupa munculnya rasa takut karena ulah manusia jua.
Hilangnya tauhid bertukar syirik, merupakan salah satu penyebabnya.
Hilangnya aman lantaran tumbuhnya kufur. Terbangnya iman dari lubuk
hati, sirna-lah aman dari kehidupan. Merajalelanya kedzaliman
disebabkan lupa kepada hukum-hukum Allah (hududallah).
Kebahagiaan manusia dan lingkungan yang aman terancam punah.
Tanaman kehidupan yang baik tak kunjung menjadi kenyataan. Semuanya
terjadi karena kesalahan manusia semata. Ukuran "benar-nya suatu
kebenaran sering diukur dari kualitas pelakunya. Kualitas kebenaran

Nuansa Kehidupan Islami 13


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

terabaikan. Kualitas kebenaran, ukurannya adalah syari'at (aturan-aturan)


Agama Allah (Islam). Asasnya adalah iman dan taqwa kepada Allah
semata.
Realisasi taqwa adalah kerelaan melaksanakan hukum Allah Yang
Maha Kuasa. Suka atau tidak. Di dalam syari'at itu, tercakup semua
aturan, yang menyangkut harkat kemanusiaan. Semua kaedahnya tertera
dengan jelas, didalam syariat Islam.
Iman, tidak berarti hanya sekedar percaya kepada adanya Allah,
tanpa diikuti serta perilaku. Perilaku itu berupa amal-shaleh. Unsurnya
adalah ikhlas, bersih dan lurus. Ukurannya, sesuai dengan kehendak Allah
- yang dimani- semata. Amal, merupakan konsekwensi logis dari iman.
Aktivitas; sedemikian, melahirkan ibadah-ibadah yang benar. Teguh
dan kokoh pada setiap perintah Allah. Terjauh dari semua unsur
keaniayaan. Baik itu menyangkut hubungan individu, atau hubungan yang
luas, hubungan masyarakat. Sampai kepada suatu tatanan kehidupan
yang menyeluruh. Suatu aturan (syari'at), ruang lingkungannya universal.
Tidak membedakan pangkat dan derajat. Tidak mengenal perbedaan
bangsa dan bahasa. Pelaksanaan aturan-aturannya tidak hanya terbatas
pada kedudukan elit, juga tidak pada perbedaan kulit.
Dengan penerapan iman secara benar dan utuh ini, muncullah
suatu sistem keadilan yang indah. Terpatri dalam sejarah, tentang kisah Al
Makhzumiyan, sosok seorang pembesar (Quraisy) yang terpandang.
Dikala ia melakukan tindak pencurian, korupsi dan manipulasi pada
jabatannya semasa itu. Dia ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman.
Hukuman potong tangan. Beberapa pemuka Quraisy berpendapat,
sebaiknya diajukan saja permohonan ampunan (grasi) kepada
Muhammad Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wasallam). Mengingat
Al-Makhzumiyan termasuk seorang anggota keluarga Quraisy yang
disegani. Lagi pula Muhammad Rasulullah SAW, juga seorang putra
Quraisy yang "terbaik" dan mulia. "Kita coba memanfaatkan situasi ini...,"
demikian usulan pemimpin-pemimpin Quraisy yang lainnya. Hubungan
keluarga dan tali darah, mungkin bisa merubah putusan syari'at yang
ditimpakan. Begitulah jalan fikiran pembesar Quraisy umumnya waktu itu.
Diutuslah seorang shahabat yang dikenal dekat dengan Muhammad SAW,
sebagai perantara. Usamah bin Zaid, pilihan yang tepat. Dia akan dipilih

Nuansa Kehidupan Islami 14


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

menjadi utusn menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,


mengajukan permohonan "maaf" dari sang koruptor al Makhzumiyah ini.
Hubungan "kekerabatan" ditampilkan Shahabat dan kenalan,
dipilihkan sebagai formula pembuka jalan. Demi nama baik keluarga
Quraisy, kiranya Al-Makhzumiyah tidak jadi dijatuhi hukuman.
Setidak-tidaknya agar hukuman kepadanya menjadi ringan. Jangan
ditimpakan hukum "potong tangan", yang bisa dianggap "mempermalukan
seumur hidup.
Tatkala permohonan seperti itu disampaikan oleh Usamah bin Zaid
kepada Rasulullah SAW, mukanya berubah merah padam. Beliau menjadi
marah, lantas balik bertanya. Satu pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Adakah kalian
meminta keringanan dari suatu ketetapan dari satu keputusan yang telah
ditetapkan oleh Allah....???"
Usamah bin Zaid, dan juga para sahabat lainnya menjadi terdiam
dan kecut. Rasulullah SAW menyampaikan pidato dihadapan orang
banyak, yang pada waktu itu. Amanat yang berisikan garis-garis yang
jelas. Amanat itu menjelaskan tentang cara-cara menumbuhkan aman.
Tentang penyebab hilangnya stabilitas. Tentang penerapan nilai-nilai
keadilan dalam mencapai kemakmuran. Tentang kemakmuran yang adil,
yang didambakan setiap insan, dalam setiap kurun.
Sabda Rasullullah SAW ini pendek dan padat, jelas lagi bernas.
Isinya menembus jauh relung-relung dihampir atau hati nurani insani. Jika
diterapkan tidak akan ada lagi para pencoleng. Tidak akan ada pula
ditemui lagi para koruptor dan pencuri, yang bisa berlindung dengan
aman, karena tak terjangkau tangan-tangan hukum.
Rasulullah SAW bersabda,
Kehancuran yang telah menimpa ummat sebelum kamu, hanya
(karena) ketimpangan penerapan hukum. Andaikata yang melakukan
kesalahan (pencurian) atau korupsi, adalah orang-orang terpandang di
kalangan mereka, kalian telah membebaskannya (mereka kalian beri
kekebalan hukum). Tetapi kalau yang melakukan pencurian (korupsi)
adalah orang-orang yang lemah (rakyat kebanyakan saja) diantara kamu,
disaat itu (serta merta) kamu terapkan (kamu tegakkan) hukum dengan
pasti. (Terjadilah apa yang terjadi, pudarnya kepastian hukum, dan

Nuansa Kehidupan Islami 15


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

hilanglah sumber keadilan). Demi kemuliaan Allah, andaikata Fathimah


Binti Muhammad (putri Rasulullah sendiri) melakukan pencurian, pasti
akan aku potong juga tangannya". (Al Hadist).
Terlihat di sini bagaimana halus dan tegasnya Syari'at agama
Islam. Suatu kepastian hukum, tanpa membedakan pelakunya. Keadilan
yang tidak mengena perbedaan peradilan. Pernilaian tidak dititik beratkan
kepada siapa pelakunya, tetapi kepada apa yang dilakukannya. Dari sini
lahirlah keadilan. Dari sini pula tercipta keamanan yang kemudian
menelorkan kebahagiaan. Setiap orang tidak cemas akan perkosaan
haknya. Setiap pemerkosa hak, tidak akan merasa aman dari
tangan-tangan hukum, karena merasa memiliki hak-hak istimewa.
"Kepastian hukum" yang diterapkan oleh Syari'at akan melahirkan
"kesejahteraan" secara individu atau pun bermasyarakat. Tumbuh pulalah
satu perlombaan yang sehat. Saling memelihara tegaknya aturan.
Sama-sama terpelihara karena tegaknya aturan-aturan itu. Sama-sama
bahagia dalam membangun, sama-sama pula dalam membangun
kebahagiaan.
(Syari'at Islam memulai langkahnya dengan nasehat.
Nasihat itu ditujukan untuk seluruh manusia. Mencakup seluruh
segi kehidupan. Sumbernya pun jelas. Nasihat yang berpangkal dari Allah
(Al Qur'an). Merujuk kepada contoh dan petunjuk pelaksanaan dari
Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam), yang dikenal sebagai
Sunnah Rasul. Mematuhi Allah berarti mematuhi sunnah Rasulullah. Satu
sama lainnya tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa diingkari atu ditolak.
Ad-dien (Syari'at agama Islam) itu adalah nasehat. (Mau'izhah
Hasanah). Kami bertanya, ata dasar apa wahai Rasulullah?" . Dengan
tegas Rasulullah SAW menjawab .." dari Allah dan dengan Kitabullah
(Al-Qur'an), dan Sunnah Rasul. Kemudian dengan kesepakatn
pimpinan-pimpinan ummat (dalam setiap urusan mereka-dunia dan
akhirat-berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Nabi). (Al Hadist).
Dengan patokan ini, para Shahabat ber-baiat kepada Rasulullah
agar tegaknya Syari'at Islam itu dengan sempurna.
Diantara isinya, para Shahabat syirik, atau tidak mempersekutukan
Allah. Tidak melakukan pencurian, menjauhkan diri dari perbuatan
korupsi, manipulasi dalam bentuk dan kesempatan apapun. Tidak berzina,

Nuansa Kehidupan Islami 16


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

yang melingkupi kepada pergaulan bebas, sehingga kaburnya


batas-batas antara yang boleh dan yang tidak. Terutama dalam hubungan
manusia berlainan jenis. Tidak membunuh anak, baik itu secara
penanaman nilai-nilai fikrah yang tidak agamis. Semuanya dijalankan
melalui jalur Nasihat Agama, mencakup syari'at Islam.

Silaturrahmi Idul Fithri


Nuansa Kehidupan Islami 17
Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Besarkan Allah
Alunan zikir menyebut asma Allah, dengan takbir, tahlil dan tahmid,
di kumandangkan tatkala melepas bulan Ramadhan. Kalimat takbir adalah
syiar kaum Muslim sepanjang masa, yang dengannya shalat di mulai,
azan di kumandangkan, iqamat di awali, bahkan sembelihan hewan
qurban di laksanakan. Kalimat ini pula dipakai memasuki idul-fithri setiap
tahun. Takbir telah menjadi kekuatan bagi mujahid (para pejuang) di
medan laga. 10
Mengagungkan Allah Yang Maha Besar, adalah ciri
Muslim dalam mengakui besarnya nikmat anugerah Allah yang melahirkan
sikap tawadhu' (sikap hormat atau tahu diri) dihadapan Allah Yang Maha
Kuasa.

Manusia yang tak tahu diri, senantiasa terjerembab kepada sikap


sombong, takabur, angkuh, dan akhirnya kufur nikmat serta melecehkan
peringatan Allah. Dalam kesehariannya tidak peduli dengan lingkungan,
melupakan tata hubungan bermasyarakat, hilangnya rasa toleransi
(ukhuwwah), tumbuhnya sikap permisif yang cenderung mengerjakan
sesuatu seenak hati tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku.

Gejala ini tampil pada generasi yang tercerabut dari akar budaya
(tamaddun), suatu perkembangan yang sangat di takuti menimpa generasi
baru (new-generation) di Asia (Asean) di masa datang, antara lain ;
1. Kehidupan pra-globalisasi telah menyajikan suatu gejala
masyarakat ber kehidupan materialistik dan individualis, yang
tampak jelas pada hilangnya tatanan bermasyarakat kebersamaan
(kurang bersilaturrahmi). Akibat nyata yang terasakan di daerah-
daerah terpencil (IDT) ialah ;
• mulai merenggangnya hubungan kekerabatan,
• hilangnya rasa tanggung jawab bersama,

10 Kalimat takbir "Allahu Akbar, La Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar Wa lillahil-hamd" artinya
Allah Maha Besar, Tiada yang berhak di sembah kecuali hanya Allah semata, Allah maha
Agung, untuk-Nya segala puji-pujian. Pernyataan ini mulai di kumandangkan oleh
Rasulullah SAW tatkala Futuh Makkah, mengantisipasi gejolak rasa gembira atas
kemenangan fisik Mukmin terhadap kaum Musyrikin Quraisy yang telah melakukan
penindasan fisik dan psikis sebelumnya. Gejolak rasa (kegembiraan dan kemenangan)
tanpa batas berkecendrungan membawa seseorang kepada kesombongan dan
pembalasan dendam yang berakhir dengan perampasan materi yang bisa berakibat
menindas hak orang lain. Karena itu setiap kegembiraan dalam Agama Islam di kaitkan
kepada rasa syukur kepada Allah, seperti dengan mengucapkan tahmid Alhamdulillah
atau takbir memuji kebesaran Allah, serta Tahlil (sebagai satu zikir yang afdhal).
Sebagai contoh tatkala Bung Tomo, menandai berawalnya perang menumpas penjajah di
persada pertiwi bulan Nopember 1945 dan arek-arek Suroboyo, membakar semangat
pejuang dengan Takbir ini.

Nuansa Kehidupan Islami 18


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

• pudarnya kegotong royongan, yang selama ini adalah ciri khas


budaya bangsa.

2. Kehidupan kaula muda terlihat pula tendensi lahirnya generasi


yang lemah iman (dhi’a^fan) dan hilangnya tamaddun (terlihat
pada kebiasaan tak berbudaya), cendrungan menjadi “X-
Generation”, yakni generasi yang tercerabut dari akar budayanya.
Kondisi ini terlihat nyata pada ;
• kesukaan meniru budaya asing,
• cinta mode barat,
• sering melakukan penggunaan obat terlarang,
• suka minuman keras dan perjudian,
• budaya sunset,
• budaya lepak, bolos sekolah,
• suka mengganggu ketenteraman dengan bersikap negatif,
Pada masa sepuluh tahun sebelumnya kondisi ini jarang sekali
terlihat, walaupun sesungguhnya dirasakan bahwa ini merupakan
bias dari kemajuan teknologi informasi (IT) disertai melemahnya
saringan (filter) di kalangan rumah tangga atau karena lembaga
keluarga tidak berfungsi.

3. Kehidupan konsumerisme (berbelanja tanpa takaran) telah


memancing keluarga kepada hidup boros yang terlihat kepada ;
• terikat dengan hutang (kredit lunak berbunga besar)
• rusak kerukunan bermasyarakat,
• hilangnya ketenteraman, melemahnya peran extended family,
• timbulnya penipuan, pemalsuan, perampokan, pembunuhan, dan,
• berbagai tindakan kriminal.
• pemurtadan aqidah, karena yang kuat akan selalu memakan yang
lemah, pada akhirnya patriotisme berbangsa dan bernegara mulai
terasa hilang. Islam mengingatkan “kekafiran itu seringkali datang
karena kefakiran”.
• krisis akhlaq mulai menjangkiti masyarakat desa, tersebab mulai
menjauhnya umat dari bimbingan agama, melemahnya tabligh,
pengajian, majlis ta’lim, dan mulai lengangnya masjid dan langgar,
orang tua enggan memasukkan anak-anaknya kesekolah-sekolah
agama.

Selanjutnya masyarakat tumbuh dengan melupakan tata pergaulan


bertamaddun atau beragama yang menganut ritual sinkeretis, agama
ceremonial, hilang pegangan hidup, cepat stress, depressi bahkan
bersikap pesimis. Suatu tata pergaulan negatif karena pemahaman
materialisme, individualisme, leberalisme yang salah pasang, serta
westernisasi yang tidak sepadan dengan adat budaya ketimuran. Yang

Nuansa Kehidupan Islami 19


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

diperlukan sebenarnya adalah modernisasi yang sesuai dengan budaya


bangsa. Tidak hanya semata kemajuan fisik yang menggadaikan nilai-nilai
moral atau harga diri sehingga kehilangan semangat patriotisme.

Agama Islam menuntun agar membina kehidupan masa depan


yang lebih baik, sesuai bimbingan Rasulullah SAW, "siapa yang hari
sekarangnya lebih baik dari hari kemarin, itulah orang- orang yang
berbahagia" . Firman Allah membimbing masyarakat selalu mawas diri
11

(taqwa) dengan menjauhi sikap hidup yang tak tahu diri; "laa takuunuu
kal-ladziina nasullaha, fa ansaahum anfusahum", artinya "janganlah kamu
menjadi kelompok yang melupakan Allah, karena akibatnya adalah Allah
akan menjadikan kamu lupa terhadap dirimu sendiri" . Lupa diri akan
12

berujung dengan lupa daratan, dan tersesat dalam pelayaran hidup ini.
Kaedah Agama Islam menyebutkan, " man 'arafa nafsahu faqad 'arafa
rabbahu ", artinya siapa yang ingat dirinya akan mengenal tuhannya.
Sebaliknya, "yang melupakan tuhannya jua yang selalu berpeluang lupa
kepada diri sendiri". Inilah hakekat mendasar "kembali kepada fithrah" . 13

Sempurnakan ibadah
Berbeda dengan kebanyakan perayaan yang lazimnya berbungkus
kegembiraan glamourious, hura-hura atau foya-foya dalam ukuran
kebendaan, maka Perayaan Idul Fithri adalah rakitan ibadah sebagai
rangkaian kewajiban "la'allakum tasykurun", atas nikmat-nikmat Allah yang
telah di anugerahkan-NYA.

Nikmat besar sesuai eksistensi manusia di jadikan. "Wa maa


khalaqtul jinna wal insa illa li-ya'buduuni" artinya "tidak di jadikan makhluk
jinn dan manusia, hanya semata untuk mengabdi kepada Allah" 14

Mengabdi kepada Allah merupakan nilai ruhiyah. Bila dalam kehidupan


duniawi (fisikal) tidak ditemui nilai-nilai ruhani, maka kehidupan nyata ini
terasa hambar dan kosong.

Antara ruh dan jasad terdapat hubungan berpadanan yang tak


terpisahkan. "Yas alu^naka 'anir- ru^hi, qulir- ru^hu min amri rabbi, wa ma^
utitum minal 'ilmi illa qali^lan" artinya ruh yang merupakan urusan Tuhan

11Sebaliknya, siapa yang harinya sekarang sama saja dengan hari kemarin itu tandanya
orang-orang yang merugi, bahkan disesaalkan sangat orang yang hari ininya lebih buruk
dari hari kemarin, itulah orang (bangsa) yang terkutuk (Al Hadist).
12 QS. Al Hasyar (59) ayat 18-19.
13 Dalam Islam ada dua hari raya, dikenal dengan (1) IDUL FITHRI, artinya kembali
kepada fithrah dan (2) IDUL ADH-HA artinya kembali melakukan pemotongan hewan
qurban mengikut sunnah Nabi sejak dari Ibrahim AS. Hari Raya ('Id) dalam Islam adalah
ibadah, dilaksanakan sebagai satu keharusan dalam bersyukur kepada Allah SWT.

14 QS.Adz-
QS.Adz-Dzariyat, ayat 56

Nuansa Kehidupan Islami 20


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

itu sedikit sekali dimengerti oleh manusia. Padahal ruh di hidupkan


15

dengan sikap suka memberi (shadaqah) untuk dapat merasakan nikmat


ditengah kehidupan bersama dengan melahirkan tanggung jawab
bersama. Hidup yang hanya mementingkan aspek jasmaniyah dan
melupakan kebutuhan ruhiyahnya akan berakibat hilangnya
keseimbangan dalam perjalanan hidup manusia.

Agama Islam menuntun setiap kegembiraan (seperti, hari raya Idul


Fithri dan Idul Adhha), dan kesedihan (seperti, kematian, kerugian,
kebakaran), supaya dihadapi secara shabar dan tawakkal (menyerah diri
kepada Allah) serta beribadah (shalat), sebagai pernyataan pendirian
yang teguh menerima ketentuan dari Allah Yang Maha Menjadikan.
Kegembiraan berhari raya tidak terletak pada baju baru, penganan enak,
tabuhan irama bunyi gendang di iringi tarian gemulai yang eksotis,
gembira dalam suatu ikatan keyakinan (tauhid) sehingga menanamkan
keinsafan terhadap keberadaan diri atau fithrah kejadiannya. Bimbingan
Islam mengarahkan bergembira secara wajar atau bersedih secara sadar
dalam ukuran mengabdi kepada Allah. Inilah diantara rahasia besar
fithrah kemanusiaan.

Tanamkan Ruhul Infaq


Menanamkan ruhul- infaq bertujuan menumbuhkan masyarakat
16

berkualitas memiliki harga diri (Izzah) yang ditandai oleh tidak mau
meminta kiri dan kanan. Artinya adalah masyarakat mandiri (self- help)
yang bergerak menjadi mutual-help, kemudian bersikap selfless- help.
Masyarakat yang senang menerima dan suka menampung, pada
gilirannya akan menjerumuskan bangsa kepada kerelaan menjual diri
atau pelecehan nilai-nilai bangsa.

Uungkapan Umar bin Khattab RA. menyimpan satu rahasia besar, "
harrik yadaka unzil 'alaika ar-rizqa " artinya adalah "gerakkan tanganmu,
Allah akan menurunkan untukmu rezeki". Sikap ini tertumpu kepada sikap
masyarakat yang proaktif dan produktif.

Salah anggapan bahwa agama Islam hanya sebatas ritual di


hari-hari atau bulan-bulan tertentu saja.
Salah menilai bila agama hanya dibatasi ruang dan sekat tertentu,
seperti masjid, surau, langgar, pesantren, majlis ta'lim semata. Diluar itu

15 QS.Israk (17) ayat 85.


16Ruhul Infaq artinya jiwa rela berkorban, memberi kepada orang lain dikeliling kita,
dalam rangka menjalin hubungan bermasyarakat (ukhuwwah, kekeluargaan) senasib
sepenanggungan, dan menjadi alat yang ampuh menimbun jurang antara orang
berpunya (the have) dengan yang belum bernasib baik (fuqarak wal masakin). Infaq juga
merupakan pembuktian dari iman seseorang.

Nuansa Kehidupan Islami 21


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

agama tidak kena mengena (relevan) untuk diperankan, karena adanya


anggapan bahwa gerak kehidupan riil tidak ada kaitannya dengan agama.

Pandangan yang keliru dari sebahagian orang Islam yang sekuler


dengan paham materialis-rasionis serta phobi mengikut sertakan agama
dalam arena kehidupan fisiknya. Sementara pandangan orientalis yang
jernih walaupun berpaham sekuler mengatakan bahwa "Islam itu tidak
17

sebatas sistim peribadahatan dalam lingkupan teologia semata, akan


tetapi sesungguhnya ia mencakup semua rangkaian peradaban
(civilisasi) selengkapnya".

Al Quran menempatkan peran agama dalam multi-fungsi "


yukhrijuhum minadz-dzulumaati ilan- nuuri ", yaitu untuk mengeluarkan
manusia dari sisi gelap kealam terang bercahaya (nur). 18

Bila kenyataannya masih ada orang Islam tenggelam dalam


kegelapan, suatu bukti bahwa belum mengambil inti ajaran agama secara
benar.
Kemungkinan baru yang di ambil adalah kulit luar dari ajaran ritual,
ceremonial, yang tidak menyangkut kaedah isi dari nilai-nilai dasar Dinul
Islam (basic of value). Suatu kondisi mencemaskan bagi sebahagian
terbesar intelektual Muslim yang belum melihat kesiapan umat untuk
bersanding dan bertanding ditengah perkembangan globalisasi yang
nyatanya datang lebih cepat dari perkiraan.

Pada abad keduapuluh satu kedepan, yang akan banyak berperan


adalah masyarakat dengan kultur-dominan berbasiskan ilmu pengetahuan
(knowledge base society), berbasiskan budaya (culture base society) dan
berbasiskan agama (religious base society). Para intelektual Muslim di
tantang untuk bertindak proaktif dalam menata ulang masyarakat dengan
nilai-nilai kehidupan berketuhanan dan bertamaddun itu.

Masyarakat integratif
Kesempurnaan berhari raya ( termasuk idul fithri = kembali kepada
fithrah ), yang secara hakiki bernilai kesucian atau sesuai fithrah kejadian.
Nikmat ini akan terasa bermakna bila di iringi dengan peduli kepada orang
sekeliling, terutama kepada yang belum bernasib baik (fuqarak wal
masakin), sebagai pembuktian dari rasa syukur.

Salah satu pembuktiannya dengan mengeluarkan zakat fithrah


untuk meringankan beban derita kaum tak berpunya sesuai bimbingan

17 Seorang orientalis menulis tentang Islam ; "Islam is indeed much more than a system
of theology but its a completed civilization"

18QS. Al Baqarah (2) ayat 257, lihat juga QS. 5 (al Maidah) :16; QS. 57 (Al Hadid): 9;
QS. 65 (ath-Thalaq) :11.

Nuansa Kehidupan Islami 22


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Rasulullah SAW ; (aghnuhum 'anis- suaal fii hadzal yauma, maksudnya


tiada lain adalah mengayakan orang-orang tak berpunya dari masaalah
meminta-minta pada hari-raya ini). Suatu bimbingan Islam dengan tegas
menetapkan supaya merasakan kegembiraan secara bersama (ijtima'i),
pada setiap hari raya. Semuanya di maksudkan sebagai pengikat tali rasa
(mawaddah fil-qurba). 19

Agama Islam menganjurkan perhatian terhadap karib kerabat yang


terdekat (al aqrab fal aqrab), artinya secara makro anjuran bagi setiap
umat Muslim memperhatikan kepentingan orang banyak (nasional)
mendahului segala-galanya. Ajaran Islam ini menjadi dasar sikap peduli
dalam berbangsa atau bernegara. Islam mengajarkan "hubbul wathan
minal iman" artinya mencintai negeri atau negara adalah bahagian dari
iman. Memperhatikan lingkungan adalah rangkaian ibadah, di sebut
"hablum minannas" yakni hubungan muamalah sesama manusia sebagai
konsekwensi terhadap pelaksanaan hablum minallah (hubungan dengan
Allah). Kedua hubungan ini mesti dipelihara dalam rangkaian agama
tauhid. 20

Masyarakat berkualitas di gambarkan dalam satu semboyan


"tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah" sesuai hadist
Rasulullah SAW. Mewujudkan “masyarakat bertangan di atas” tidaklah
mudah. Usaha kearah ini adalah suatu pekerjaan berat dan besar.
Pertama harus di tumbuhkan adalah “keberpunyaan” pada diri mereka.
Berpunya dalam arti sebenar adalah punya harta, punya keinginan, punya
kerelaan, punya sikap (patriotisme) untuk memberi itu, dan punya
kepedulian yang tinggi.

19 Al Quran menyebutkan salah satu nilai dari idul fithri adalah "la'allakum tasykurun",
supaya kamu mensyukuri nikmat Allah atas di berikannya hidayah (petunjuk), lihat
QS.2:184. Umpamanya pada hari raya idul adhha (hari raya Hajji) di warnai dengan
menyantuni orang-orang keliling (fuqarak wal masakin) dengan daging sembelihan
hewanqurban.
Mawaddah fil qurba atau hubungan tali rasa yang di ikat oleh keimanan (keyakinan)
tauhid pada masa sekarang sudah tidak di hiraukan oleh masyarakat maju, terutama di
Barat, karena kehidupan yang di warnai oleh aliran materialistik dan individualistik, yang
secara pasti menjalar dengan cepat kenegeri-negeri yang tengah berkembang
(development countries), sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai budaya.
20Agama Islam mengajarkan hubbul wathan minal iman sebagai rangkaian ibadah. Kiat
ibadah inilah yang telah terbukti berhasil menggerakkan umat merebut kemerdekaan dari
tangan penjajah 52 tahun lalu, dan memelihara nilai berketuhanan dalam negara
Republik Indonesia pada 32 tahun lalu dengan lahirnya Orde Baru.
Al Quran menjelaskan adanya hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah) dan
horizontal sesama manusia (hablum minannaas) yang perlu dijaga, sebagai suatu
rangkaian ibadah (lihat QS.3-Ali Imran, ayat 112). Yang di tumbuhkan dengan kiat ibadah
ini adalah mendalamnya rasa peduli kepada orang lain, serta sikap rela memberi
(shadaqah). Memberi adalah gambaran moralitas terpuji yang dimiliki oleh masyarakat
berkualitas, masyarakat yang memiliki izzah (kemuliaan), dan pada hakekatnya setiap
umat Muslim di ajar untuk menjadi orang kaya melalui ruhul infaq (jiwa suka memberi).

Nuansa Kehidupan Islami 23


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Memberi adalah suatu izzah (kemuliaan) yang dimiliki oleh aghniya'


(orang kaya). Ukuran kaya sebenarnya tidak semata kekayaan harta
berlimpah, tetapi kaya dengan sikap, teguh dalam pendirian, cinta kepada
sesama, berkemampuan tinggi dalam mengamalkan penghematan dan
tidak dihinggapi penyakit loba-tamak . 21

Perankan dakwah dengan baik :

1. Dakwah memiliki program jelas amar makruf nahi munkar.22 Bila


amar maruf nahi munkar tidak dilaksanakan terjadi bencana.23

2. Dakwah mendapat sanjungan ahsanu qaulan (seruan indah)


karena ajakan kepada mengikuti perintah-perintah Allah (da’aa
ilallaah), kemudian realisasi nya berbentuk karya nyata yang baik
(wa ‘amila shalihan), atas dasar penyerahan semata kepada Islam
(wa qaala innani minal muslimin), sebagai bukti ketaatan Muslim
yang tidak menyamaratakan yang baik dan buruk.24

3. Dakwah berlandaskan Kitabullah dan Sunnah Rasul (dakwah


salafiyah) menyajikan Dinul Haq (Agama Islam) berjalinkan
hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal
(hablum minan-naas)25 dalam rangkaian ibadah sanggup
mengetengahkan rekonstruksi alternatif untuk kehidupan kekinian
(duniawi) sejalan dengan kehidupan kedepan (ukhrawi) karena
ajaran yang solid (rahmatan lil ‘alamin)26 antara lain telah terbukti
sebagai ;
• agama fithrah yang damai,
• alamiyah insaniyah, sesuai dengan zaman,
• mengajarkan hidup harmoni dan mampu berdampingan secara
damai sejahtera,
• dengan ajaran kaedah syar’I yang menaruh perhatian mendalam
terhadap kesejahteraan materiil dan immateriil,
• menyeru manusia untuk hidup secara baik (shalih) dalam
kehidupan individu, keluarga, kelompok, bangsa bahkan dunia.
21 Lihat juga ciri-ciri ‘ibadur-rahman dalam QS.25-Al Furqan, ayat ayat 67.
22 QS.3:104.
23 Rasulullah mencontohkan hidup ini seperti sebuah pelayaran diatas perahu, dengan
aturan-atuiran yang terang. Tatkala seorang penumpang mencoba melobangi dinding
perahu untuk mendapatkan air dengan cepat pada tempat duduknya, jangan dibiarkan
saja perbuatan itu. Bila orang tak mau tahu dan bersikap membiarkan perbuatan itu,
maka yang akan karam tidak hanya yang melobangi perahu semata, tetapi yang diam
melihat (artinya enggan melaksanakan peran amar makruf) akan karam juga (Al Hadist).
24 QS.Fush-shilat (41) ayat 33.
25 QS.Ali Imran (3) ayat 112.
26 QS.Al Anbiya’ (21) ayat 107.

Nuansa Kehidupan Islami 24


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Hidupkan Silaturrahmi
Ajaran agama Islam menyebutkan "barangsiapa menginginkan
rezekinya bertambah, panjang usianya, senang kehidupannya,
mendapatkan syorga tempat tinggalnya, membuktikan keimanannya
kepada Allah dan hari akhirat, kewajibannya adalah menghubungkan
silaturrahim". Ajaran Islam seperti ini terungkap dalam banyak
hadist-hadist Rasulullah SAW . 27

Silaturrahmi adalah suatu kiat untuk berhasil (sukses) dalam kiat


relation-shipness, mencakup hubungan ekonomi, manajemen dan bisnis,
bahkan dalam kehidupan politik modern. Silaturrahmi adalah hubungan
serasi yang bersih, jujur, terang, setara dan penuh kasih sayang.
Hubungan kasih sayang yang menjadi idaman dan dambaan manusia
sepanjang kehidupan manusia.

Manusia tidak menyenangi segala bentuk penindasan martabat


kemanusiaan di manapun. Eksploitasi manusia atas manusia selalu
dikecam dan di tentang. Manusia dalam kehidupannya sangat
memerlukan hubungan baik yang dibina oleh rasa setara "duduk sama
rendah, tegak sama tinggi", masing-masing melaksanakan tugas menurut
kewajiban yang terpikul di pundaknya.
Setiap orang pasti akan menerima hak sesuai dengan kewajiban
yang di laksanakan, inilah ukuran kadar martabat kemanusiaan itu.
Tidaklah bermartabat orang-orang yang menuntut haknya tanpa
melaksanakan kewajiban yang menjadi bebannya. Sama halnya, tidak
bermartabat orang yang memikul kewajiban tanpa hak apa-apa.

Pendekatan Agama Islam adalah tunaikan kewajiban supaya setiap


yang berhak bisa memperoleh haknya dengan sempurna , dengan 28

syari'at yang jelas dan aqidah (tauhid) yang mengikat tatanan masyarakat
yang rukun, damai, aman dan sejahtera, dengan tali silaturrahmi yang
ikhlas.

Tunaikan kewajiban
Ada kewajiban bersama untuk saling memaafkan. Ada hak untuk di
maafkan. Ada kewajiban saling asih-asuh-asah, supaya masing-masing
menerimakan hak berupa "hayatan thaiyyibah" atau hidup yang thayyibah,
bersih dan tertib. Pahala menanti bila ada kesediaan pertama
memaafkan orang lain, pahala juga menanti tatkala mau menerima
kemaafan orang lain. Hina orang yang menghindar dari pemeliharaan
hubungan kekerabatan (berbangsa). Kehinaan bagi orang yang tidak hirau
27 Salah satu hadist Rasulullah SAW menyebutkan “man “man ka^na yu’minu billahi wal
yaumil akhir fal yashil rahimahu”,
rahimahu”, artinya siapa yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah dianya memperhubungkan tali silaturrahim.
28 Lihat juga QS.2:83, 4:36, 8:41, 16:90, dan 59:7.

Nuansa Kehidupan Islami 25


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

dengan kepentingan orang lain. Kemelut akan menyertai tatkala terjadi


pemutusan hubungan silaturrahmi.

Rugi menimpa orang yang mengabaikan hubungan keakraban


sebangsa dan setanah air. Rugi ditimpakan untuk orang yang
memperturutkan kehendak nafsu yang "pantang kerendahan, pantang
kelongkahan". Kerugian dan kehinaan untuk orang yang lupa kepada
tanggung jawabnya sebagai pemimpin. 29

Berlipat keuntungan disediakan bagi seorang yang dalam kalbunya


ada bilik kemaafan. Kemuliaan diberikan kepada orang yang merasakan
sedih terhadap kemelaratan disekelilingnya kemudian berupaya
mengatasinya. Keuntungan dijanjikan untuk siapapun yang senantiasa
berusaha mengatasi derita orang lain melalui suatu hubungan baik.
Bermacam rahmat akan dijelang, tatkala hati redha atas setiap ketentuan
Allah. 30

Sebaliknya, kehinaan menanti orang-orang yang hanya


mementingkan diri sendiri. Kewajiban semua pihak menjalin silaturrahmi.
Insya Allah, melalui cara-cara silaturrahmi yang bersih akan terbangunkan
masyarakat yang jauh dari penyakit depressi ataupun stress berat.

Banyak nikmat akan diterima tatkala seseorang senang


mendo'akan orang lain dengan kalimat penuh arti "taqabbal Allahu minna
wa minkum, taqabbal Yaa Karim" yang berarti " diterima hendaknya oleh
Allah semua amalan anda dan amalan kita, terimalah wahai Allah Yang
Maha Mulia".

Inilah makna silaturrahmi secara hakiki. 31

LABBAIKA
ALLAHUMA LABBAIKA
(MAKBUL-NYA DO'A NABI IBRAHIM)
29 “Kullukum ra^’in wa kullukum mas^ulun ‘an ra’iyyatihi”,
ra’iyyatihi”, bahwa setiap orang adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungan jawab dari
kepemimpinannya (Al Hadist)._
30 Ada kaedah berbunyi; "man lam yardhaa bi qadhaa-i, wa lam yashbir 'ala balaa-i, fal
yathlub rabban siwaa-i" artinya, "bagi yang tak redha dengan ketentuan-KU, tak
shabar dengan cobaan-cobaan-KU, silahkan cari saja Tuhan yang lainnya selain dari
AKU", dan mustahillah mencari tuhan yang lain dari Allah, kecuali bertuhan kepada
selain Allah.

31 Padang, Pebruari 1998 Syawal 1418


Disampaikan dalam acara Silaturrahmi Idul Fithri 1418 H di Padang.

Nuansa Kehidupan Islami 26


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

ALHAMDULILLAH, WA SYUKRU 'ALAA NI'MATILLAH


Rombongan Jamaah Hajji Indonesia setiap tahun bertolak
meninggalkan tanah air. Menuju "tanah suci", menyahuti "panggilan Allah",
Nida' Makkah untuk melaksanakan "ibadah haji", sebagai Rukun Islam
kelima. Setiap muslim mendambakan dapat menunaikan ibadah ini, tanpa
membedakan asal-usul, pangkat dan derajat, semata hanya
menyempurnakan Iman dan Taqwa kepada Allah.
Setiap tahun jumlah jamaah haji Indonesia jumlahnya bertambah,
sesuai dengan angka kuota yang di sepakati anatara pemerintah
Indonesia dan pemerintah Saudi Arabia. (pada tahun haji 1418 H
mendekati 220 ribu orang). Satu angka yang drastis jika diperkirakan dari
estimasi gejolak moneter yang tengah melanda bangsa Indonesia selain
prediksi kemelut politik yang melanda kawasan Teluk. Kecemasan yang
mengganjal hanya teratasi oleh adanya keyakinan bahwa haji adalah
menyahuti panggilan Allah yang merupakan keyakinan tauhid dari jamaah
sejagat.
Dalam satu dasawarsa terakhir dalam pelaksanaan haji memang
sering terjadi peristiwa menyedihkan, seperti 1990 dengan Musibah
Terowongan Al- Mu'ashiem, atau dikenal juga sebagai "peristiwa Mina"
yang merengut banyak nyawa. Sungguh semua adalah "taqdir" yang tak
terelakkan. Satu dari ketentuan qadha dan qadar Allah semata. Belum lagi
"kecemasan" itu lengang dari pikiran. Hiru-biru perang dahsyat (peristiwa
Teluk) terasa pula mengerikan, sehingga ada yang "menunda" perjalanan
haji dengan alasan "keamanan".
Dalam setiap fikiran insan Muslim menggelantung sebuah
pertanyaan, hikmah apa yang tersimpan di balik peristiwa-peristiwa itu
semua. Ada yang melihatnya sebagai satu peringatan keras dari Allah
'Azza Wa Jalla, agar umat manusia segera sadar. Supaya tidak terperosok
lebih lebih dalam kepada mengandalkan materi semata dengan sandaran

Nuansa Kehidupan Islami 27


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

superioritas duniawi berbalut kecanggihan teknologi. Tidak semua


"masalah" di-jagat-raya ini bisa diatasi dengan faktor keandalan manusia,
iptek atau kebendaan semata. Ada faktor "Yang Maha Menentukan", yakni
kekuasaan Allah yang muthlak, sebagai "walayatu lillahil haq", dan
seringkali terlupakan dalam setiap pengambilan langkah putusan oleh
manusia dalam hidupnya.
Sering sekali "sang manusia" terpeleset jalan, terperosok jauh
kedalam jurang kehancuran karena melupakan wilayah iman, akhirnya
kehidupan dengan berbuah penderitaan diciptakan sendiri oleh hasil
rekayasa pikiran serta perbuatan tangannya. Perasaan sedih dan kecewa
memadati relung-relung hati setiap Muslim.
Indonesia yang cinta damai dan sangat menghargai nilai-nilai
kemerdekaan suatu bangsa, menjadi terkejut dan sesak dada tatkala
perisitiwa demi peristiwa datang himpit berhimpit, walaupun terjadinya di
kawasan Timur Tengah yang tidak henti-hentinya bergolak sepanjang
kurun, sungguhpun "nikmat Allah" berlimpah ruah membanjiri kawasan itu.
Masalah Al Quds dan Bangsa Palestina belum selesai, di samping
Israel dengan lobby Zionis belum teratasi. Kemiskinan dan kemelaratan
menghimpit kebanyakan Umat di Afrika, yang notabene juga beragama
Islam, seperti peristiwa di Eritheria, Kamerun, Nigeria ataupun Sudan.
Ratap tangis para janda dan anak-anak belum lagi reda di Iran dan Irak
sebagai akibat perang tanding kedua-duanya selama delapan tahun.
Libiya yang di isolir oleh kekuatan Barat, kehidupan Islam di Bosnia masih
merana, kemelut Kosovo datang pula melanda. Irak di paksa menderita
dengan embargo ekonomi. Kuweit hidup dalam kecemasan invasi negara
tetangga, sehingga semuanya itu sangat berdampak kepada
kebijaksanaan yang tidak manusiawi.
Negeri kaya di Timur Tengah sebagai wilayah makmur dinikmati
hampir seluruh pelosok negeri, dalam sekejab mata berubah menjadi
neraka, di mangsa oleh kekuasaan raksasa. Keamanan dan
kesejahteraan merupakan kata-kata yang menghiasi kamus belaka.

Nuansa Kehidupan Islami 28


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Kesenjangan merupakan hal yang biasa dalam kenyataan di kawasan


yang selama ini telah berkomunikasi dalam satu bahasa, bertata-krama
dalam satu adat yang sama. Seketika bertukar menjadi kancah nista dan
duka, saling menghancurkan nilai-nilai manusia. Krisis telah menjadi
tampilan tatkala persaudaraan dan persatuan hanya sebatas sebutan.
Kedaulatan dan kemerdekaan negeri-negeri tetangga, ikut
terancam, keamanan dan keselamatan manusia jadi taruhan. Kekuasaan
dengan kekuatan senjata, tidak lagi menjadi jaminan bagi terciptanya
kedamaian. Ketenangan berubah menjadi pembantaian.
Teluk Persi yang tenang, bergejolak dengan kehadiran kekuatan
"multi-nasional" yang tak dapat ditolak. Semua pihak mempunyai
kepentingan yang sama, demi perdamaian. Keamanan, kedaulatan,
kemerdekaan, disamping pertimbangan ekonomi, dan "minyak" membuka
peluang untuk Yahudi dengan lobby-zionis-nya dengan leluasa melakukan
tindakan kasar kepada warga Arab dan Palestina. Sementara itu semua
mata tertuju ke Teluk Persia, suatu kawasan rebutan, dan hingga kini sulit
di cari solusinya.
Keprihatian situasi ini tidak luput dari perhatian. Terutama Indonesia
dengan kenyataan terbanyak jumlah umat Islamnya dan dominan bila
dihimpun dalam satu kawasan Asia Tenggara. Semuanya setiap saat,
minimal lima kali sehari semalam, wajah mereka menghadap ke Kiblat
yang sama, Ka'batullah di Mekkah al Mukarramah.
Kekhawatiran Ummat Islam terhadap kawasan Teluk yang di incar
Zionis (dibawah naungan lobby Amerika Serikat) adalah suatu yang wajar
dan cukup beralasan. Melihat apa yang pernah dilakukan pada beberapa
negara-negara lainnya di dunia, telah terbukti kehadiran kekuatan asing
pada satu kawasan sangat berbahaya, (sungguhpun masyarakat Arab
Saudi sebelumnya terlebih dahulu meminta persetujuan para Ulama Saudi
Arabia, demi menjaga keamanan wilayah semata). Kehadiran pasukan
asing di jazirah Arab (baca: Timur Tengah) sejak dahulu tidak disenangi.

Nuansa Kehidupan Islami 29


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Jika sekarang pintu itu terbuka, sebenarnya yang membuka


peluang adalah hilangnya sikap percaya diri dan pudarnya semangat
kebersamaan di tengah kehidupan kawasan itu. Umumnya kawasan Timur
Tengah (termasuk Kerajaan Saudi Arabia), tidak membangun pasukan
besar dengan maksud expansi. Akan tetapi berusaha selalu membantu
negara-negara tetangga yang beragama Islam. Hanya Irak diantara
beberapa negara lainnya (Mesir, Iran, Siria, Turki) yang mempunyai
kekuatan andal selama ini dan sering membantu Bangsa Palestina
terutama untuk mewujudkan kemerdekaannya, dan pembebasan Masjidil
Aqsha (kiblat pertama Ummat Islam) dan pencemaran Yahudi belum
terlaksana sepenuhnya.
Selama sepuluh tahun sejak KTT Baghdad 1978, Saudi Arabia
(sampai 1988) telah memikul kewajiban Bangsa Palestina dalam bidang
keuangan, memperkuat ketahanan Rakyat Palestina diwilayah yang
diduduki, dan jumlahnya mencapai lebih dari 1,3 milyar dolar Amerika.
Dan untuk kepentingan negara-negara di Benua Afrika, telah mendanai
lebih dari 17 milyar dollar Amerika, di antaranya 59% berupa hibah.
Hampir 70 negara berkembang memanfaatkan bantuan keuangan Saudi
Arabia, yang jumlahnya lebih dari 34 milyar dollar Amerika. Belum
terhitung sumbangan dermawan perorangan melalui lembaga-lembaga
sosial dan keuangan Timur Tengah, menyebar sampai kedesa-desa
terpencil di seantero dunia. Semuanya telah menunjang perkembangan
dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan, dan juga
penyempurnaan sarana-sarana ibadah dan dakwah. Kondisi ini pasti tidak
bisa bertahan lama tatkala solidaritas Islam dicabik-cabik, berganti dengan
kemuraman dan ketidak percayaan. Memang, perang membawa duka.
Yang menang, menderita. Yang kalah lebih celaka. Peristiwa teluk (1990)
telah menghadiahkan hutang yang menghimpit beberapa negara di
kawasan itu, secara pelan namun pasti tengah meniti proses pemelaratan
bangsa dengan beban biaya tinggi.

Nuansa Kehidupan Islami 30


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Persahabatan Indonesia dengan Timur Tengah telah terjalin lama


sekali. Sejak dari pertama sekali orang Indonesia menunaikan ibadah haji
ke Mekkah.
Bahkan jauh sebelum itu, ketika pedagang-pedagang Arab mulai
menjejakkan kakinya ke bumi Nusantara, banyak keturunan Arab tersebar
diseluruh tanah air, sebagai bukti eratnya persahabatan itu. Di Indonesia
kita mengenal nama keluarga Baswedan, Afiff, Alattas, Salim, Albar,
Muhammad, Bafadhol, Baraja, dan banyak lagi yang telah menyatu dalam
kerukunan satu bangsa Indonesia. Khusus bagi Sumatera Barat yang
memakai panggilan "Serambi Mekkah", arti persahabatan (Saudi Arabia -
Indonesia), mempunyai makna yang dalam. Persahabatan yang diikat
oleh "aqidah" dan pandangan hidup yang satu. Persaudaraan Islam, atau
"ukhuwah Islamiyah". Hampir semua "ulama tua" di Minangkabau adalah
"alumni Masjidil Haram". Sejak dari Sheikh Ahmad Khatib Al
Minangkabawy yang tidak pernah pulang keranah Minang, hingga Haji
Jalaluddin, mantan Ketua Masjlis Ulama Indonesia Sumbar. Bahkan lebih
dari itu, tatkala delegasi haji Indonesia ke Saudi Arabia (1947) bisa
mengibarkan "sangsaka Merah Putih" ditengah Padang Arafah. Waktu itu
delegasi Indonesia beranggotakan K.H. Adnan, Haji Syamsir (berasal dari
Bukittinggi), dan K.H. Saleh Su'aidy. Delegasi itu kemudian dikenal
sebagai "delegasi haji" Indonesia pertama.
Bila kita melihat perkembangan dan hubungan akrab yang telah
terbina dengan solidaritas (ukhuwwah) serta akidah Islamiyah ini di buhul
lebih erat dalam kesejagatan pasti dapat dijadikan kekuatan ampuh dan
nyata dalam mengatasi berbagai krisis (termasuk moneter) yang di hadapi
sekarang ini. Implementasinya terpulang kepada kesediaan kita juga.

Padang, Maret 1998/Dzul qa’idah 1418 H

Bimbingan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tegas sekali.

Nuansa Kehidupan Islami 31


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

"Jikalau mereka cenderung kepada perdamaian, hendaklah kamu


cenderung pula. Serta bertawakkal-lah kepada Allah. Allah itu
Maha-Mendengar lagi Maha Mengetahui.
"Jika mereka berkeinginan menipu, engkau, sungguh (yakinlah),
Allah akan memelihara kamu. Allah jua yang menguatkan kamu dengan
pertolongan-Nya. (Juga) dengan (pertolongan bersama-sama)
orang-orang yang ber-Iman".
"Dia (Allah) mempersatukan antara hati mereka (dengan kasih
sayang). Jika engkau belanjakan semua yang ada dibumi ini, -- untuk
mempersatukan hati dengan hati --, niscaya tidak bisa engkau
(mempersatukan kasih sayang) diantara hati mereka. Namun Allah jua
yang mampu mempersatukan kasih sayang antara sesama mereka. Allah
itu sungguh Amat Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. VIII - Al Anfal, ayat
61,62 dan 63).
Berbagai sollution telah ditempuh oleh manusia, untuk mengatasi
masalah sesama mereka. Memilih jalan Allah adalah pilihan yang paling
bijak. Tawakkal dalam artian yang luas. Menyerah dan berusaha. Bekerja
dan berdoa. Introspeksi dan interaksi positif, membentuk manusia yang
bermutu, yang ampuh dan tangguh.
Dibawah naungan Ka'bah semua perbedaan jadi luluh. Tiada tutup
kepala, juga tiada terompa. Sang prajurit dari medan laga, atau panglima,
Kepala Negara, Raja dan orang biasa. Semua sama. Pangkat dan harta
ditinggalkan, hanya pakaian ihram membalut badan. Seayun langkah,
sebait do'a munajah. Lidah basah dengan "asma Allah".
"Labbaika Allahuma laka labbaika". Aku datang menyahuti
panggilan Mu. Wahai Allah, untuk Mu semata aku datang. Kusahuti
panggilan Mu.
"Labbaika laa syarika laka, labbaika"
Aku datang menyahuti panggilan Mu. Tiada satu kekuasaan
apapun yang menandingimu. Tiada syarikat bagimu. Aku datang hanya
karena panggilan Mu.
"Innal hamda, wan-ni'mata, wal mulka laka, laa syarika laka,
labbaika"

Nuansa Kehidupan Islami 32


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Semua pujian. Semua ni'mat. Semua kekuasaan. Semua, milik Mu


semata. Tiada sekutu apapun bersama Mu. Aku datang hanya karena
panggilan Mu. Aku datang, menyahuti panggilan Mu.
Terasa alangkah makbulnya do'a Ibrahim. Hanya karena kesediaan
menerima ujian. Hanya, karena kerelaan melaksanakan perintah Allah
semata.
"(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa
perintah. Dipatuhinya semua perintah itu. Allah berfirman : "Sungguh AKU
akan angkat engakau menjadi ikutan bagi manusia ".
Menjawab Ibrahim : "(begitu pula hendaknya) dari anak cucuku". Berkata
Allah : "(baik), tapi orang-orang yang aniaya (dari anak cucumu) tidak
mendapat perjanjian Ku ini.
"(Ingatlah pula), ketika KAMI menetapkan Baitallah (Ka'bah) tempat
pulang balik bagi menusia dan aman. Dan ambillah maqam tempat berdiri
- Ibrahim menjadi tempat Shalat. Dan kami perintahkan kepada Ibrahim
dan Ismail, supaya membersihkan rumah-Ku (Ka'bah Allah) untuk
orang-orang thawaf. Dan untuk orang-orang i'tikaf. Dan untuk orang-orang
ruku' dan sujud".
"(Dan ingatlah juga), Ketika Ibrahim berdo'a. "Wahai Tuhanku,
Jadikanlah ini sebuah negeri yang aman. Dan berilah penduduknya rezeki
dengan bermacam ragam buah-buahan. (Penduduknya itu ialah) orang
yang ber-Iman kepada Allah dan Hari yang Kemudian". Berfirman Allah,
"Barang siapa yang kafir, maka AKU beri juga kesenangan sedikit
(kemenangan sementara); Kemudian AKU masukkan dia kedalam azab
neraka; Dan disitulah tempat tinggalnya yang sejahat-jahatnya".
"(Dan ingatlah), Tatkala Ibrahim (menyelesaikan tugas)
mempertinggi asas Baitullah (Ka'bah) bersama Ismail. (Kemudian
berkata); "Wahai Tuhan kami, terimalah amalan kami. Sesungguhnya
ENGKAU Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Wahai Tuhan kami,
Jadikanlah kami dua orang Muslim, (yang patuh mengikuti perintah MU).
Dan dari anak cucu kami menjadi Ummat Muslim yang patuh dan taat bagi
ENGKAU. Dan perlihatkanlah kepada kami amalan hajji kami (dalam
bentuk perangai dan akhlak kami). Dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya ENGKAU Penerima taubat, lagi Penyayang". (QS. II -
Surah Al Baqarah, ayat 124 - 128).

Nuansa Kehidupan Islami 33


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Makna yang dalam dari kutipan Firman Allah ini, akan memenuhi
rongga hati, insan yang beruntung. Yang menampakkan kaki di keliling
Ka'bah. Yang dengan penuh kesadaran mengaku salah, Yang dengan
kejujuran melakukan interospeksi dan koreksi. "Wahai Tuhanku, sudah
banyak ni'mat MU kepadaku yang kucicipi. Namun aku sadar kini. Lebih
banyak dosaku yang telah kulalui. Ampunilah aku, Wahai Tuhanku. Tiada
yang mampu mengampuni, kecuali ENGKAU sendiri". Do'a inipun
berulang kali diucapkan. Disetiap mendekati Hijr Islmail. Setiap kali
dengan kesadaran yang tinggi.
"Kesadaran yang tinggi itulah sebenarnya modal dalam
pembangunan.
Insya Allah.
Padang, 25 Syawal 1411 H/10 Mei 1991 M.

PENGALAMAN
MENJADI TAMU NEGARA
Berkurangnya Nikmat Membawa Rahmat

Suatu hari di tahun 1992 ketika saya berada di Padepokan Budi Mulia,
Padang, telepon berdering menyebut nama saya. Saya berge- gas
menjawab
telpon tersebut. Tidak dinyana, telpon tersebut berasal dari almukarram
Abah Muhammad Natsir dari Jakarta. Perintah beliau singkat, saya harus
mempersiapkan paspor dan harus berada besok harinya di Jakarta.
Dengan
bergegas, saya pulang ke rumah dan menyampaikan pesan Abah kepada
isteri
saya di rumah.

Isteri maklum, jika ada perintah dari Abah dari Jakarta, saya tidak
bisa menolak dan harus berangkat kemana saja dan kapan saja. Saya
mempersiapkan
diri dengan memakai tas dan dua helai pakaian.

Saya tidak tahu apa keinginan Abah terhadap diri saya, yang saya ketahui
adalah saya harus berangkat ke Jakarta. Saya sampai di Jakarta dengan
membawa

Nuansa Kehidupan Islami 34


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

bekal apa adanya, antaranya dua helai pakaian untuk saya pakai sehari-
hari.
Termasuk pakaian pengganti yang saya simpan pada tas sekolah mirip
kepunyaan
anak saya.

Saya menghadap Abah. Abah kemudian menyerahkan sebuah surat berisi


perintah
yang berasal dari Rabithah al Islami, dalam perintah tersebut tercantum
pesan agar saya harus berangkat ke tanah suci Mekah al Mukarramah,
untuk
menghadiri suatu pertemuan mewakili Abah.

Dalam hati, saya tidak hanya menghadiri sidang tersebut, tetapi saya
juga mempunyai niat untuk melaksanakan ibadah haji. Abah berpesan
agar
saya hati-hati di rumah orang dan pandai membawakan diri sebagai tamu.
Apalagi, saya mewakili sebuah nama besar. Abah DR. Muhammad Natsir.

<P>Pesan ini diiringi oleh uang yang diberikan Abah sejumlah US$ 300.
Uang
ini terlalu sedikit untuk mereka yang ingin menunaikan ibadah haji. Namun
saya berketatapan hati untuk terus berangkat. Saya berangkat
menggunakan
pesawat Saudia, sebuah maskapai pener- bangan pemerintah Arab Saudi,
setelah
sebelumnya saya menelpon isteri di rumah yang kaget mengetahui saya
harus
tiba-tiba be- rangkat ke tanah suci Mekah. </P>

<P>Setibanya di embarkasi haji bandara internasional Jeddah, saya baru


tahu, di atas pesawat terdapat tamu-tamu negara Arab Saudi. Antaranya,
Jenderal Rudini dan beberapa pejabat tinggi negara lainnya. </P>

<P>Kesulitan yang saya hadapi adalah pada waktu akan memakai


pakaian ihram,
saya hanya membawa dua helai pakaian, tanpa ada ihram dalam tas
jinjing.
Dalam hati saya masygul, apakah saya berada dalam diri saya sendiri
ataukah
sedang bermimpi. Mengapa saya harus berada di tengah pesawat jumbo
jet
sedang menuju tanah suci Makkah.</P>

<P>Tiba-tiba, para pramugari pesawat datang menemui saya dan menye-


diakan

Nuansa Kehidupan Islami 35


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

dua helai pakaian ihram untuk saya pakai. Pakaian ihram ini kemudian
memungkinkan
saya dapat bergabung dengan para jemaah haji lainnya di embarkasi haji.
</P>

<P>Kesulitan kedua adalah masalah paspor. Ternyata paspor yang saya


tunjukkan
bukanlah paspor haji, tetapi paspor tamu negara. Petugas embarkasi ribut
sesama mereka, terdapat rasa kesalahan besar di antara mereka yang
menempatkan
tamu negara pada tempat yang tidak seharusnya. Saya dipindahkan ke
sebuah
ruangan, ruan- gan ini terpisah dari ruangan lain yang dijejali oleh para
jamaah haji lain. </P>

<P>Dua orang pejabat tinggi negara pemerintah Arab Saudi telah


menunggu
dalam ruangan ini dengan dua bintang besar di pundaknya. Dia
memandang
saya dengan tersenyum, seolah-olah mengetahui apa yang ada dalam
hati saya
yang sedang masygul.</P>

<P>Hati saya berubah setelah seorang berhegal putih bersih dan tampan
masuk
kedalam ruangan, menyalami saya dan bertanya apakah saya utusan
Abah Muhammad
Natsir dan bagaimana keadaan saya dan juga keadaan Abah yang
ditinggalkan.
</P>

<P>Kemudian saya dibawa ke sebuah hotel oleh mobil limousine mewah,


mobil
ini menunggu di luar ruangan lobby bandara dengan pengawa- lan
beberapa
petugas keamanan. Saya dipersilahkan masuk dan diberlakukan sebagai
tamu
negara. Hal yang belum pernah saya alami sebelumnya.</P>

<P>Mobil yang terdiri dari tiga ruangan ini merupakan mobil mewah
pertama
yang belum pernah saya lihat dan saya jumpai sebelumnya. Di dalamnya
tersedia
fasilitas pesawat telpon, televisi dan kulkas berisi minuman. </P>

Nuansa Kehidupan Islami 36


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

<P>Saya duduk dalam ruangan belakang mobil berdinding kaca otomatis,


memisahkan
saya dengan pengemudi. Saya masih masygul apakah saya masih berada
dalam
diri saya atau sedang bermimpi. Saya dibawa ke sebuah hotel 11 tingkat.
Seorang petugas menyerah- kan sebuah kartu elektronik sebagai
password
untuk memasuki ruangan kamar hotel ini. Saya ditempatkan di sebuah
kamar
di lan- tai 6. Saya mengalami kesulitan waktu menggunakan kartu ini.
Saya
tidak bisa memanfaatkannya, sehingga saya bolak-balik dengan lift dari
lantai 1 sampai 11, tanpa mengetahui bagaimana cara keluar dari lift ini
untuk menuju lantai 6. </P>

<P>Dua orang yang ingin memasuki lantai 6 menarik perhatian saya.


Mereka
dengan tangkas memasukan kartu elektronik tersebut kedalam sebuah
tempat
yang disediakan dan menuju lantai 6 yang dikehenda- ki. Alhamdulillah
saya
bisa mengikuti mereka.</P>

<P>Saya tidak membayangkan bahwa saya akan menempati ruangan


mewah, President
Suite. Saya langsung melakukan sujud syukur dan menel- pon keluarga,
mengatakan
bahwa saya telah sampai dengan selamat di Jeddah. President suite ini
terdiri
dari tiga kamar yang terpisah. Ruangan paling depan adalah ruangan
tamu
dan dibatasi pintu dengan kamar tidur. </P>

<P>Petugas hotel meneriakkan futhur (sarapan pagi) dan menyuruh turun


ke
ruangan lobby hotel untuk melakukan sarapan pagi. Hati saya masygul
pada
waktu petugas hotel membuat catatan tagihan sebesar 35 rial untuk
minuman
kopi secangkir dan sepotong roti. Meskipun petugas ini mengatakan tidak
perlu dibayar sekarang, tetapi saya berfikir apa yang saya lakukan jika
nanti makan siang. Harus mengeluarkan berapa rial? Padahal persiapan
hanya
300 dolar.</P>

Nuansa Kehidupan Islami 37


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

<P>Saya angkat telpon, mengadukan hal ini ke Jakarta, kepada saudara


Mazni
Yunus yang menjadi salah seorang sekretaris Abah di Dewan Dakwah
Pusat.
Bagaimana cara membayar makanan dan sewa hotel ini? Sedangkan
tagihannya
tidak seimbang dengan jumlah uang yang saya bawa. Saudara Mazni
sambil
tertawa hanya menasehatkan: &quot;nanti, nanti pula kita hitung. Urusan
sekarang, bulatkan hati Kanda untuk beribadah.&quot; Telpon pun
ditutupnya.
Masya Allahu kaana, wa man lam yasya' lam yakun.</P>

<P>Kalau begitu, saya berketatapan hati lebih baik tidur saja di lantai
Masjidil Haram, daripada kembali ke ruangan hotel mewah ini. Tatkala
saya
diajak ke kota Mekah, tanpa berpikir panjang, saya sambut dengan
Alhamdulillah.
Mobil limousine mewah yang semalam, sudah menunggu di luar untuk
membawa
saya meninggalkan hotel ini menuju Masjidil Haram dengan bekal tas
sekolah
berisi lembar pakaian, satu-satunya bekal yang dibawa dari Indonesia.
</P>

<P>Dua hari dua malam (6 dan 7 Zulhijjah) saya tinggal dan tidur di lantai
Masjidil haram. Perasaan saya lega gembira tatkala saya mendapati di
luar
masjid seorang tukang jual roti menawarkan 2 rial untuk sepotong roti
besar
yang tak habis sekali makan, ditambah secangkir kopi susu.</P>

<P>Saya berfikir tidur di lantai Masjidil Haram dengan makan roti


sekenyang
perut seharga dua rial, lebih pas dibanding tidur di ranjang hotel dengan
memakan roti seharga 35 rial. Suatu yang saya anggap merupakan
pemborosan.
Apalagi selama ini, tatkala saya pergi ke Mentawai, menu yang tersedia
hanya getek (keladi/talas) direbus. </P>

<P>Dua hari kemudian (8 Zulhijjah), saya kembali ke Mekkah Inter


Continental
Hotel, menemui panitia, kalau-kalau ada tugas yang akan dilaksanakan.
Di
luar Masjidil Haram saya temui mobil limousine yang mengantar saya dua
hari lalu, persis seperti saya tinggalkan dua hari lalu. Alangkah setianya

Nuansa Kehidupan Islami 38


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

sopir ini, dua hari menunggu di tempat yang sama.</P>

<P>Di hotel saya disambut oleh saudara Hamdan Amir BA, petugas
Kementrian
Haji Saudi yang berasal dari Bugis dan telah bermukim di Mekah sejak
empat
generasi sebelumnya. </P>

<P>Rupanya, dia telah mencari-cari saya selama dua hari, dan malah
telah
memberi tahu Abah di Jakarta bahwa saya termasuk jamaah yang telah
hilang.
Dia sangat heran, entah kemana hilangnya tamu negara selama beberapa
hari
sejak meninggalkan hotel mewah. Dia bertanya, kemana saja dalam dua
hari
ini? Dengan pendek dan sangsi saya menjawab, saya diundang untuk
beribadah,
maka saya berada di Masjidil Haram. </P>

<P>Dia balik bertanya: &quot;Makan minum dan tidurnya


bagaimana?&quot;
Yaa, di Masjidil Haram, jawab saya singkat.</P>

<P>Dengan terkejut dia menjawab: &quot;Yaa salaam.&quot; Dialog


terhenti
dan kami saling berangkulan erat sekali.</P>

<P>Dari saudara Jamaluddin, saya mengetahui bahwa selama di Saudi,


fasilitas
yang saya nikmati sepenuhnya ditanggung oleh negara Arab Saudi,
termasuk
cuci pakaian, kendaraan, makan minum, kecua- li biaya percakapan
telpon.
Biaya tersebut tidak akan menjadi beban Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia
(DDII) yang mengirimkan saya. </P>

<P>Akan tetapi, hari ini adalah hari terakhir kami berada di Mekah (tidur
di hotel), karena pada hari itu pula, saya dan rombongan sudah harus
beranagkat
ke Mina, untuk melaksanakan wajib Haji. Selanjutnya, segala bentuk
protokoler
telah diatur oleh Wazaratul Haj wal Auqaf. </P>

Nuansa Kehidupan Islami 39


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

<P>Saya diselamatkan Allah, dari mempergunakan fasilitas hotel yang


mewah,
dibawanya ke tengah masjid yang dengannya saya dapat menamatkan Al-
Quranul
Kariiem.</P>

<P>Andaikata saya tahu semua fasilitas telah disediakan untuk saya,


wallahu
a'lam. Mungkin tawaf saya hanya dari kamar ke kamar hotel mewah itu
saja.
Allah telah ambil sebagian nikmat itu dari saya, dan digantinya dengan
rahmat yang lebih besar. Bisa bertawaf keliling Ka'bah sepuas hati dua
hari dua malam. Allahu Akbar. Saya tidak habis pikir, kenepa begitu besar
fasilitas yang saya miliki. Saudara saya, Muslim Aboud Ma'aniy memberi
jawaban di ruang tunggu Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah,
tatka-
la mau pulang. &quot;Sebenarnya, fasilitas yang akhi terima adalah
fasilitas
yang seharusnya diterima Abah Mohammad Natsir. Begitu- lah
penghormatan
orang pada beliau.&quot;</P>

<P>Sesampai di Jakarta, saya baru tahu bahwa dalam paspor saya


sebagai
tamu negara terdapat juga voucher untuk berbelanja gra- tis, yang bisa
saja saya gunakan di Mekah ataupun Medinah. Tapi tak sempat saya
belanjakan,
karena saya tidak tahu.</P>

<P>Waktu ditanyakan apa saja oleh-oleh yang saya bawa dari Arab
Saudi.
Jawab saya: &quot;Tidak ada! Kecuali sebuah kesempatan besar, dapat
melaksanakan
ibada haji.&quot; </P>

<P>Semua teman tertawa karena sebenarnya kesempatan berbelanja


tersedia
secukupnya. Namun tak sempat dilakukan. Seandainya saya mengetahui
bahwa
kepergian saya ke Arab Saudi merupakan fasilitas biaya negara
pemerintahan
Arab Saudi, tanpa membebani siapapun, maka tentu saya akan
mempergunakannya
secara maksimal.Namun hal ini tidak terjadi oleh kebodohan saya. </P>

Nuansa Kehidupan Islami 40


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

<P>Jika Abah pernah tidak memanfaatkan belanja gratis yang disedia-


kan
pemerintah Arab Saudi. Itu karena beliau bersifat sangat qa- naah. Jauh
bedanya dengan saya, yang tidak memanfaatkannya yang karena tidak
tahu
dan kebodohan diri semata. </P>

<P>Hikmah yang saya tangkap dari peristiwa perjalanan haji tahun 1992
ini
(saat terjadinya peristiwa Mina) adalah kesempatan yang diberikan Allah
supaya saya dapat melaksanakan ibadah wajib dengan sempurna,
ditambah dengan
ibadah sunat yang lain, memenuhi pelaksanaan tugas almukarram Abah
DR.
Muhammad Natsir. </P>

<P>Seandainya saya tahu bahwa banyak fasilitas negara bersifat materiel


yang bisa saya manfaatkan dalam rangka melaksanakan ibadah suci
tersebut,
mungkin sekali saya tidak akan sempurna dalam melaksanakan ibadah
suci
ini secara khusyuk. Namun dengan berkurangnya nikmat Allah SWT yang
diturunkan
kepada diri saya, ternyata di balik itulah tersembunyi Rahmat Allah SWT
yang sangat banyak dan besar sekali. </P>

<P>Benarlah firman Allah:<I> 'asa an takrahuu syaian wahuwa khairun


lakum,
wa 'asa an tuhibbu syaian, wahuwa syarrun lakum. Wallahu a'lamu wa
antum
la ta'lamuun.</I>&quot; (Bisa saja yang tak engkau senan- gi itu, di
baliknya
terdapat kebaikan untukmu, dan bisa pula sebaliknya, yang engkau
sangat
cintai, tersimpan di belakangnya kesusahan untukmu. Hanya Allahlah
yang
tahu semuanya, engkau tak mengetahui apa-apa rahasia yang
sebenarnya).
Inilah suatu pengalaman yang takkan terlupakan sepanjang hayat.<I>
Alhamdulillah
ya Rabbal Alamiin.

Sheikh DR. Mohammed bin Nasser Al A'boudy, Deputy Sekjen Rabithah Al


'Alam Al Islamy (Liga Muslim Sedunia) yang berkantor pusat di Makkah Al

Nuansa Kehidupan Islami 41


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Mukarramah, menjelaskan tentang posisi Saudi Arabia dala "krisis - teluk"


waktu itu (Des. 1990). "Yang Mulia Raja Fahd bin Abd. Aziz, Khadimul
Haramain Asy Syarifain, senantiasa berusaha menjamin dan memelihara
kesucian Al Haramain (kedua tanah suci Makkah dan Madinah), serta pula
menjamin setiap muslim yang akan menunaikan Ibadah Hajji dan Umrah
kesana. Sepanjang sejarah, kedua kota suci Ummat Islam ini belum dan
tidak akan pernah "dijamah" dan "ternoda" oleh orang kafir", kata beliau
dengan tegas waktu itu, kehadapan Gubernur Sumbar Drs. Hasan Basri
Durin, dalam satu pertemuan jamuan pagi di Gubernuran (30/12/90) yang
lalu.
ketegasan sejarah ini telah dibuktikan dimasa lalu, dikala Jenderal
Abrahah mengirimkan balatentara darat yang ampuh, pasukan bergajah
yang terkenal dengan sebutan "Ash-habil fiil", yang tujuan utamanya
merebut posisi kunci tanah haram, dengan merusak dan menodai Ka'bah
Asy Syarief di Makkah Al Mukarramah. Yang berakhir dengan kehancuran
yang amat menyedihkan "ka 'ashfin mak-kuul", bagaikan daun kayu
dimakan rayap. Pasukan darat yang hanya bermodalkan kepatuhan dan
ketaatan, mengikuti perintah "pemimpin" yang gila ambisi, ikut kena lumat,
diporak porandakan oleh serangan payung udara yang dikenal "thairan
ababiil", dalam waktu sekejap. (Shadaqallahul'adhiem, kisah Al Qur'an,
surah Al Fiil, Q.S. 105, ayat 1 - 5).
Peristiwa dramatis, yang terjadi hampir 1500 tahun yang lalu itu,
diulang kembali oleh Allah dalam bentuk lain. Yang dilakonkan oleh
manusia secara sophisticated dengan menampilkan "mesin perang" yang
tergolong "mutakhir" pada penghujung abad 20 ini.

Sheikh DR. Hassan Bajodah (Mahaguru Universitas Ummul Qura, Makkah


Al Mukarramah / Anggota Dewan Tertinggi Juri Musabaqah Tilawatil Quran
Internasional) telah datang ke Sumatera Barat ini untuk kedua kalinya.
Dalam sambutannya di kampus AIQ (Akademi Ilmu Al-Quran) Padang,
menyatakan "Hendaknya kita membantah isu-isu yang ditimbulkan oleh
pihak-pihak diluar Islam. Seolah-olah kedua tanah suci tidak aman lagi,
karena "krisis teluk". Isu seperti itu adalah satu kebohongan nyata",
ujarnya.

Nuansa Kehidupan Islami 42


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Kita harapkan, kata DR. Hasan Bajodah selanjutnya, "Insya Allah


musim haji tahun ini (141 H/991 M), sama sekali tidak akan ada
pengaruhnya tersebab krisis teluk sekarang ini. Dan, katanya lagi "Hanya
sebagai seorang Muslim, kita waji berdoa'a selalu. Semoga Allah
(Subhanahu Wa Ta'ala) selalu memberikan kemenangan kepada Ummat
Islam", kata Sheikh DR. Hassan Bajodah mengakhiri sambutannya.
Dalam pertemuan dengan para cendekiawan Muslim di IAIN Imam
Bonjol Padang, Sheikh DR.Abdul Aziz Al Mun'iem (Sekjen Ulama-Ulama
Terkemuka Saudi Arabia) yang juga adalah anggota delegasi menjelaskan
; "Dalam era informasi abad ini, peperangan yang paling berat adalah
menjawab tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Serta
menyampaikan informasi yang lugas". Selanjutnya, kata beliau "Informasi
yang tidak benar menyebabkan suatu kemajuan yang dicita-citakan, bisa
berakhir dengan kemelaratan dan bencana".
Mengenai situasi Teluk, DR. Abd. Aziz Al Mun'iem, menilai "Adalah
salah sakali, kalau Saddam Hussein menyatakan bahwa dia berperang
untuk kepentingan mengusir Israel dari tanah Palestina. Karena
kenyataan yang terjadi, moncong meriam seharusnya tidak dihadapkan ke
Kuwait. Satu negara kecil yang sama-sama Arab, dan sama-sama
Muslim", tukasnya.
Kuwait yang kaya dan selalu bersahabat itu, sekarang menjadi satu
bangsa yang terpencar-pencar. Menjadi pengungsi dinegara-negara
tetangganya, termasuk di Saudi Arabia sendiri. Keadaan inilah yang amat
menyedihkan. Karenanya Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, selalu
menginginkan penyelesaian secara damai. Lebih diutamakan dari pada
penyelesaian melalui peperanngan. Perang, bagaimanapun akan
berakibat berat terhadap daerah-daerah dikawasan itu. Juga berakibat
langsung atau tidak langsung, kepada "tatanan" kehidupan mansuai
didunia.
Karena itu, "kita mengimbau", tukas DR. Abdul Aziz Al Mun'iem
"Kiranya Dunia dan Ummat Islam, selalu berusaha menciptakan
kedamaian dikawasan itu". Katanya mengakhiri sambutannya.
Diantara rombongan delegasi persahabatan Saudi Arabia
Indonesia, terdapat juga Mister Conselor Kedubes Saudi Arabia di Jakarta
MR.HISYAM AL SUWEYLAN, dan SHEIKH MOHAMMAD BIN ABDUL

Nuansa Kehidupan Islami 43


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

AZIZ AD DAYEL (Atase Agama Kedubes Saudi Arabia di Jakarta), dan


juga diikuti oleh SHEIKH HUSEIN AT THAWIYL (Direktur Kantor Rabithah
Alam Islamy di Jakarta).
Ditengah pertemuan dengan para Ulama, Da'i Muballigh dan
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumatera Barat di Bukittinggi, DR.
Abdul Aziz Al Mun'iem kembali menegaskan bahwa "kedua tempat suci,
Makkah dan Madinah, tidak disentuh kecuali oleh dahi mereka yang
shalat, yang rukuk dan sujud", katanya.
Yang perlu kita kerjakan, ialah "Kami ingin anda berdo'a" lanjutnya, "agar
yang terjadi adalah penyelesaian damai. Dan tidak terjadi perang". Namun
kunci persoalannya disini terletak pada Saddam Husein. Kami ingin dia
keluar dari negara berdaulat yang dicaploknya. Kami tak ingin keadaan
kacau. Saudara-saudara disini adalah saudara kami juga, karena itu kami
wajib menyampaikan harapan ini". Katanya mengakhiri pertemuan
dimalam hari itu.
Dampak "krisis teluk" terhadap beberapa pembangunan sarana
sosial dan peribadatan di Sumatera Barat ikut terganggu. Pembangunan
Asrama Yatim Putra Bangsa Simpang Haru terhenti. Bangunan yang
tadinya sumbangan seorang Muhsinin Kuwait, suami isteri, tak bisa
dilanjutkan. Keadaan ini memperihatinkan sekali. Kata Sheikh Mohammed
Nasser Al A'boudy, dalam "jumpa pers" di aula Pangeran's Beach Hotel
Padang. Sebelum mengakhiri lawatan persahabatan ke Ranah Minang ini
selama tiga hari.
Hanya selang 17 hari setelah kunjungan ini. Seperti petir disiang
hari. Mengejutkan. Irak mengirimkan scudnya ke Riyadh dan Tel Aviv.
Perang nampaknya suatu hal yang tak dapat dihindarkan lagi. Selanjutnya
terlihatlah adegan "perang" yang paling lengkap dalam liputan.
Kehancuran tak dapat dihindarkan. "Badai Gurun" satu sandi yang hampir
sama dengan peringatan Allah dalam Al Quran. "Sailal 'arim, the desert
storm. 17 Januari 1991, sebagai ucapan selamat Tahun Baru.
Kecemasn bukan lagi merupakan sebutan. Tetapi telah merupakan
kenyataan. Bangunan, jembatan, bahkan kehidupan itu telah ikut hancur.
Puluhan ribu sortie penerbangan, mengulangi adegan "thairan ababiil"
lima belas abad lalu. Pasukan tank yang ribuan itu lumpuh. Anak-anak
menangis kehabisan susu. Ibu-ibu meraung kehilangan tempat berteduh.

Nuansa Kehidupan Islami 44


Pernik-Pernik Dibalik Peristiwa Besar

Air minum susah dicari. Listrik mati. Roti habis. Minyak terbakar. Ranjau
dan bom "puluhan ribu ton" meledak. Padang pasir yang panas menjadi
membara. Pemusnahan manusia oleh manusia sedang berlangsung.
"Zhaharal fasaadu fil barri wa bahri, bima kasabat aidin nass". "Adegan
penghancuran didarat dan dilaut, karena hasil buah tangan manusia
sendiri. Terlihat nyata".
Bom pertama meledak menghancurkan bangunan perdamaian.
Rudal kedua meledak menghancurkan jembatan persahabatan. Ranjau
ikut menyapu tali-tali persaudaraan. Pesawat tempur melesat setiap detik.
Menghapus kebenaran sebuah informasi. Ujung bedil telah menggantikan
kefasihan lidah dan tajamnya mata pena. Kebijakan berganti dengan
pemusnahan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun.
Para pakar sibuk menganalisa. Mengumpul fakta dan bukti
Lamakah perang ini. Tiga hari. Satu minggu saja lebih logis. Satu bulan,
itu lebih tepat dikata tiga puluh hari. Ternyata 1001 jam atau empat puluh
dua hari. Satu kenyataan sulit dicari. Dinegeri yang menyimpan seribu
satu misteri. Seribu satu kemungkinan bisa terjadi.
Namun peang belum berakhir hanya ketika salak bedil berhenti.
Pasca perang sesuatu yang lebih berat lagi. Perbaikan tatanan sosial
yang mapan. Pembangunan kembali sarana yang telah hancur. Semua
memerlukan dana dan tenaga yang besar. Waktu dan kesabaran amat
diperlukan. Masalah yang dihadapi lebih kompleks. Mengatasi masalah
pengungsi dan tatanan ekonomi sering tidak sejalan. Menghadapi
masalah dalam negeri masing-masing kawasan. Pembangunan kembali
hubungan insaniyah, yang telah sampai porak poranda. Seluruh segi
aktifitas manusiawi harus mendapat sentuhan prioritas. Peningkatan dan
pengembangan Ukhuwah Islamiyah, dalam segala aspeknya adalah
pilihan tepat. Pembentukan watak bangsa berdisiplin, dengan "aqidah"
yang kokoh. Kwalitas manusia yang tak dapat diabaikan.
Untuk itu semua, tidak bisa diciptakan hanya dengan seribu satu
hari. Bahkan, tidak bisa hanya dengan semata-mata keandalan teknologi.

Nuansa Kehidupan Islami 45

You might also like