Professional Documents
Culture Documents
Sambil menunggu ritual dimulai, para penduduk dan masyarakat yang datang
memanfaatkan waktu dengan melihat-lihat keindahan panorama tiga kawah danau
dengan air berbeda warna, tiada duanya di dunia. Kawasan Nasional Kelimutu secara
administratif berada dalam wilayah 5 kecamatan, yakni Kecamatan Wolowaru,
Kelimutu, Ndona Timur, Ndona, dan Detusoko.
Menjelang tengah hari ritual baru dimulai. Hari itu untuk pertama kalinya di
puncak Gunung Kelimutu, dengan ketinggian 1.777 meter di atas permukaan laut,
digelar Pati Ka Ata Mata, upacara adat memberi makan bagi arwah leluhur atau orang
yang sudah meninggal.
Sembilan mosalaki pu’u itu secara bersama-sama menuju tugu batu dan
bersama-sama pula meletakkan sesaji di tugu tersebut, yang artinya dari sembilan
mosalaki itu kedudukannya tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Ritual
adat ini diikuti oleh seluruh komunitas adat di kawasan Kelimutu. Sekaligus ritual ini
merupakan aset seni budaya daerah dan juga nasional yang patut dilestarikan. Ritual
ini juga dapat mempersatukan suku-suku di Kelimutu. Wilayah Kabupaten Ende
terdiri dari dua suku asli, yakni Ende dan Lio. Kawasan suku Ende dominan di bagian
barat ke selatan, sedangkan suku Lio dari Kota Ende ke timur hingga utara.
Setelah upacara pemberian makan leluhur yang dilakukan oleh para mosalaki,
kemudian para pengunjung ditawari pula untuk turut menikmati sesaji sebagai tanda
bersukaria bersama dengan para leluhur. Tahapan ritual itu lalu dilanjutkan dengan
gawi, tari bersama para mosalaki tersebut dengan mengelilingi tugu batu.
Dari mitos yang diyakini turun-temurun oleh masyarakat Ende Lio, kawasan
puncak Danau Kelimutu merupakan tempat tinggal atau berkumpulnya para arwah
orang yang sudah meninggal. Pintu gerbang (pere konde) Danau Kelimutu dijaga oleh
Konde Ratu, sang penguasa.
Di puncak Gunung Kelimutu terdapat tiga kawah danau, selain Tiwu Nua
Muri Koo Fai, terdapat Tiwu Ata Polo yang kini berwarna hijau tua, yang diyakini
sebagai tempat berkumpuk orang jahat. Danau ketiga, Tiwu Ata Mbupu, berwarna tua
hijau kehitam-hitaman yang merupakan tempat berkumpulnya arwah orang tua.
Itu sebabnya masyarakat setempat menilai begitu sakral dan keramat areal
puncak Gunung Kelimutu. Mereka juga tidak berani berbuat yang aneh-aneh atau
sembrono di situ. Letak Danau Kelimutu sekitar 55 kilometer arah timur Kota Ende.
Kegiatan ritual ini digelar oleh Pemerintah Kabupaten Ende sebagai bentuk
pelestarian budaya daerah. Dari upacara adat yang telah berlangsung turun-temurun,
pemberian makan kepada leluhur hanya dilakukan di tiap rumah warga, kampung,
atau suku. Kini digelar upacara adat di puncak Kelimutu yang melibatkan suku-suku
Lio. Selanjutnya, ritual ini akan digelar rutin tiap tahun sekali dan tradisi ini juga
menjadi agenda pariwisata Ende. Ritual Pati Ka Ata Mata diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan untuk meningkatkan pendapatan
mereka dari sektor pariwisata.
Upacara Pati Ka Ata Mata diharapkan diadakan setelah semua acara adat
serupa di setiap suku selesai digelar sehingga upaca adat di Danau Kelimutu itu
benar-benar sebagai rangkaian ritual puncak atau akhir. Ritual tersebut diharapkan
turut meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di sekitar Danau Kelimutu. Hal
itu perlu difasilitasi secara serius oleh dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.
Mereka harus melakukan komunikasi yang baik dengan para pengusaha biro
perjalanan dan wisata serta hotel-hotel sehingga agenda tahunan ritual adat ini bisa
turut dipromosikan ke luar. Warga sekitar kawasan juga perlu dibina sehingga mereka
benar-benar dapat menerima, menyambut, dan memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada wisatawan.
Upacara adat yang digelar memang masih banyak terdapat kekurangan, salah
satunya ketidaktepatan waktu pelaksanaan. Jadwal semula pukul 08.00, ketika
masyarakat maupun wisatawan antusias memadati lokasi pada pagi itu, ternyata ritual
baru digelar pukul 11.00.
Selain itu, segala atribut yang berhubungan dengan pakaian adat radisioanal
yang dikenakan mosalaki dalam ritual itu, seperti destar, sarung, dan baju dari kain
tenun ikat tradisional, semestinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan
menjualnya kepada wisatawan. Pihak Taman Nasional Kelimutu atau pemkab Ende
dapat memfasilitasi dengan menyediakan tempat penjualannya.
TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
DASAR
Oleh :