Professional Documents
Culture Documents
dan Perubahan1
Mukaddimah
Sudah lama kita mendengar ungkapan, “jadilah kamu berilmu yang mengajarkan
ilmunya, atau belajar (muta’alliman), atau menjadi pendengar (mustami’an). Dan sekali
jangan menjadi kelompok keempat, yang tidak memiliki aktifitias keilmuan sama sekali.
Yakni tidak mengajar, tidak pula belajar, serta enggan untuk mendengar”.
Peran Guru adalah sesuatu pengabdian mulia dan tugas sangat berat.
Kemuliaannya terpancar dari keikhlasan membentuk anak manusia menjadi pintar,
berilmu dan mampu mengamalkan ilmunya, untuk kebaikan diri sendiri, kerluarga, dan
kemaslahatan umat dikelilingnya.
Tugas itu berat, karena umat hanya mungkin dibuat melalui satu proses pembelajaran
dengan pengulangan terus menerus (kontiniutas) serta pencontohan (uswah) yang baik.
Maka, tidak dapat tidak pekerjaan ini memerlukan ketaletenan dan semangat yang
prima.
Keberhasilan akan banyak ditopang oleh kearifan yang dibangun oleh kedalaman
pengertian serta pengalaman dalam membaca situasi serta upaya membentuk kondisi
yang kondusif (mendukung) disekitar kita. Pemahaman ini sangat perlu ditanamkan
tatkala kita mulai melangkah ke alaf baru.
1
Globalisasi menjanjikan pula harapan dan kemajuan seperti pertumbuhan ekonomi
yang pesat, menjadi alat menciptakan kemakmuran. Masyarakat. Indonesia sebagai
bagian dari Asia Tenggara, sebelum terjadinya krisis ekonomi 1997, dampaknya masih
terasa hingga hingga sekarang, selama tiga dasawarsa 1967-1997 pernah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang semu secara pesat.
Bank Dunia memasukkan kedalam "The Eight East Asian Miracle", menjadi macan Asia
bersama: Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.2
Globalisasi membawa perubahan prilaku, terutama pada generasi muda (para remaja).
Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih yang terhempas dipantai
menjadi dzurriyatan dhi’afan. Generasi buih adalah suatu generasi yang berpeluang
menjadi “X-G” the loses generation, tidak berani ikut serta didalam berlomba melawan
gelombang samudera globalisasi.
Penyimpangan prilaku menjadi ukuran atas kemunduran moral dan akhlak.
Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan bangsa akan lenyap dengan
lemahnya remaja. Penyebab utama karena;
• rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan.
• diperparah oleh hilangnya tokoh panutan,
• berkembangnya kejahatan orang tua,
• luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat,
• impotensi dikalangan pemangku adat,
• hilangnya wibawa ulama,
• bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi bisnis,
• profesi guru dilecehkan.
2
Dalam bidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan rata-rata
7-8 % pertahun, sementara Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan menikmati
tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 % pertahun. Populasi Asean
sekarang 350 juta, diperkirakan tahun 2003 saat memasuki AFTA, populasi ini akan
mencapai 500 juta (Adi Sasono, Cides, 1997).
Sayang sekali, pertumbuhan ekonomi ini tidak dapat dipelihara. Maka scenario
pertumbuhan untuk tahun 2019, atau APEC, dimana termimpikan kawasan ini akan
menguasai 50,7 % kekayaan dunia, Amerika dan Uni Eropa hanya 39,3% dan
selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994),
tampaknya jauh panggang dari api.
Bila mimpi ini menjadi kenyataan, apa artinya semua ini? Kita akan menjadi pasar
raksasa yang akan diperebutkan oleh orang-orang di sekeliling. Bangsa kita akan
dihadapkan pada "Global Capitalism". Kalau kita tidak hati-hati keadaan akan
bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan "Colonialism Imperialis"
yang sudah kita halau 50 tahun silam. Dengan "Capitalism Imperialism" kita akan
terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisik si penjajah.
2
Pengaruh budaya asing berkembang pesat, seperti ;
a. pengagungan materia secara berlebihan (materialistik),
b. pemisahan kehidupan duniawi dari supremasi agama
(sekularistik),
c. pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan badani
(hedonistik).
Ketiga perangai dimaksud merupakan penyimpangan sangat jauh dari budaya luhur,
yang pada akhirnya berpeluang besar melahirkan Kriminalitas, perilaku Sadisme, dan
Krisis moral secara meluas.
Hilangnya keseimbangan moral (dis-equilibrium) dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat menyebabkan krisis-krisis, diantaranya ;
a. Krisis nilai. Akhlaq, etika individu dan moral sosial berubah drastik.
Prilaku luhur bergeser kencang kearah tidak acuh. Kadang-kadang
sudah mentolerir sesuatu yang sebelumnya disebut maksiat.
b. Krisis konsep pergeseran pandang (view) cara hidup, dan ukuran
nilai jadi kabur. Sekolahan yang merupakan cerminan idealitas
masyarakat tidak bisa dipertahankan.
c. Krisis kridebilitas dengan erosi kepercayaan. Pergaulan orang
tua, guru dan muballig dimimbar kehidupan mengalami
kegoncangan wibawa.
d. Krisis beban institusi pendidikan terlalu besar.Tuntutan
tanggung jawab moral sosial kultural dikekang oleh sisitim dan
aturan birokrasi. Kesudahannya, membelenggu dinamika institusi,
akhirnya impoten memikul beban tanggung jawab. Krisis relevansi
program pendidikan mendukung kepentingan elitis non-populis,
tidak demokratis. Orientasi pendidikan beranjak dari
mempertahankan prestasi kepada orientasi prestise, keijazahan.
e. Krisis solidaritas, dan membesarnya kesenjangan miskin kaya, dan
kesempatan mendapatkan pendidikan tidak merata, kurangnya
idealisme generasi remaja tentang peran dimasa datang.
3
b. Pendidikan moral berpaksikan tauhid, mengamalkan nilai-nilai
amar makruf nahi munkar seperti tertera dalam QS.31,
Lukman:13-17.
c. Integrasi moral yang kuat, berakhlak dan memiliki
penghormatan terhadap orang tua, mempunyai adab
percakapan ditengah pergaulan,
d. Pendalaman ajaran agama tafaqquh fid-diin, dan berpijak pada
nilai-nilai ajaran Islam yang universal, tafaqquh fin-naas.
e. Perhatian besar terhadap masalah sosial atau umatisasi, teguh
memilih kepentingan bersama dengan ukuran moralitas taqwa,
responsif dan kritis terhadap perkembangan zaman,
f. Mengenal kehidupan duniawi yang bertaraf perbedaan,
memacu penguasaan ilmu pengetahuan,
g. Kaya dimensi dalam pergaulan mencercahkan rahmatan lil
‘alamin menampilkan kecerahan bagi seluruh alam.
h. Iman dan ibadah, menjadi awal dari ketahanan bangsa.
Ketahanan umat bangsa terletak pada kekuatan ruhaniyah keyakinan agama dengan
iman taqwa dan siasah kebudayaan.
Intinya adalah tauhid. Implementasinya akhlaq.
Maka umat masa kini hanya akan menjadi baik dan kembali berjaya, bila sebab-sebab
kejayaan umat terdahulu dikembalikan. Bertindak atas dasar mengajak orang lain untuk
menganutnya. "Memulai dari diri sendiri, mencontohkannya kepada masyarakat lain", (Al
Hadist). Inilah cara yang tepat.
Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan untuk mereka keberkatan
langit dan bumi (QS.7,al-A’raf:96).
4
b) Seruan untuk menyembah Allah, kepada seluruh manusia .
Perintah untuk menyeru Allah, tidak boleh musyrik, supaya
meminta kepadaNya dan persiapan diri untuk kembali kepada-
Nya (QS.Al Qashash, 28 : 87).
4
(Mohammad Natsir, Tausiyah 24 tahun Dewan Dakwah, Media Dakwah,
Jakarta 1992, Da'wah kita adalah Da'wah Ila-Allah).
5
Menurut bimbingan Rasulullah bahwa al haqqu bi-laa nizham yaghlibuhu al baathil
bin-nizam bermakna bahwa yang hak sekalipun, tetapi tidak mengindahkan
pengaturan (organisasi) senantiasa akan di kalahkan oleh yang bathil tetapi
dijalankan terorganisir. Allah menghendaki, kelestarian Agama ini dengan
kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak bersifat bersitegang.
5
g. individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai mulia iman
dan taqwa,
h. motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat
beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen
perubahan,
i. memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris
dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material, tanpa harus
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Semestinya dipahami bahwa kekuatan hubungan ruhaniyah (spiritual emosional)
dengan basis iman dan taqwa akan memberikan ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada hubungan struktural
fungsional.
Generasi baru yang mampu mencipta akan menjadi syarat utama keunggulan.
Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan masyarakat yang mampu
mempersatukan seluruh potensi yang ada.
Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas kesejagatan di alaf
(millenium) baru. Karena itu, generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang
kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era
globalisasi.
Generasi masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir dengan
a. budaya luhur (tamaddun),
b. berpaksikan tauhidik,
c. kreatif dan dinamik,
d. memiliki utilitarian ilmu berasaskan epistemologi Islam yang
jelas,
e. tasawwur (world view) yang integratik dan umatik sifatnya
(bermanfaat untuk semua, terbuka dan transparan).
Prakarsa umat Islam di Indonesia terhadap perguruan Islam, lazimnya disebut
Madrasah atau Pesantren, sangat signifikan bahkan sangat dominan. Sepanjang
sejarah pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Minangkabau sejak lama, dalam
pendirian, pengembangan, pemberdayaan pendidikan madrasah sangat besar.
Buktinya bertebaran pada setiap daerah, bahkan sampai kepelosok kampung-kampung.
Sumatera Thawalib, Madrasah Diniyah Islamiyah, baik tingkat awaliyah, tsanawiyah,
bahkan ‘aliyah, sudah dikenal sejak lama. Sebagai contohnya ditemui dimana-mana.6
6
Para thalabah lulusan madrasah dan pendidikan sistim surau, umumnya berkiprah
dikampung halaman setelah selesai menuntut ilmu, dengan mendirikan sekolah-
sekolah agama, bersama-sama dengan masyarakat, memulainya dari akar rumput.
Pemberdayaan potensi masyarakat digerakkan secara maksimal dan terpadu untuk
menghidupkan pendidikan Islam, untuk mencerdaskan umat dan menanamkan budi
pekerti (akhlak Islami), seiring dengan berlakunya kaedah adat bersendi syarak,
syarak bersendi Kitabullah. Semuanya didorong oleh pengamalan Firman Allah,
6
Pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan akhlak, budi pekerti.
Maka akhlak karimah (budi pekerti sempurna) adalah tujuan sesungguhnya dari
proses pendidikan, dan menjadi wadah diri dalam menerima ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu yang benar membimbing umat kearah amal karya, kreasi, inovasi, motivasi yang
shaleh (baik).
Dapat diyakini bahwa Akhlak merupakan,
- jiwa pendidikan,
- inti ajaran agama,
- buah dari keimanan.
Gerakan ini membuahkan agama yang mendunia (globalisasi agama). Usaha ini
akan menjadi gerakan antisipatif terhadap arus globalisasi negatif pada abad-abad
mendatang. Al-Qur'an telah mendeskripsikan peran agama Allah (Islam) sebagai agama
yang kamal (sempurna) dan nikmat yang utuh, serta agama yang diridhai (QS.Al
Maidah, 5 : 3).
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan
dirinya kepada Allah secara ikhlas, yakni orang Muslim, merekapun mengerjakan
kebaikan-kebaikan" (QS. An Nisak, 4 : 125).
Karena itu setiap Muslim, dengan nilai-nilai Al Qur'an wajib mengemban missi
yang berat dan mulia (mission sacre), yaitu merombak kekeliruan ke arah kebenaran.
Inilah yang dimaksud secara hakiki "perjalanan kepada kemajuan (al madaniyah,
modernitas)".
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang.
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah,
ayat 122).
7
Semuanya berkehendak kepada gerak yang kontinyu, utuh dan terprogram.
Hasilnya tidak mungkin diraih dengan kerja sambilan. Karena buah yang dipetik adalah
sesuai dengan bibit yang ditanam. Begitu suatu natuur-wet (sunnatullah, = undang-
undang alami).
Dalam langkah da'wah Ila-Allah, setiap muslim berkewajiban menapak tugas
tabligh (menyampaikan), kemudian mengajak (da'wah) kemudian mengwujudkan
kehidupan agama yang mendunia (dinul-harakah al-alamiyyah). Inilah tugas dan peran
"umat da'wah" menurut nilai-nilai Al-Qur'an (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).
"Perjalanan kepada kemajuan" ini tidak perlu ditunggu waktu sampai besok,
kerjakan dari sekarang mana yang bisa dikerjakan,dan mulailah dengan apa yang ada,
karena yang ada itu sebenarnya sudah amat cukup untuk memulai. Begitu mabda'
(prinsip) satu gerak amal yang disebut "harakah Islamiyah" di masa persaingan ketat
sekarang.
Setiap Muslim harus memulai melakukan perbaikan (ishlah). Dimulai dengan,
(1). Ishlahun-nafsi, yaitu perbaikan kualitas diri sendiri,
sebagaimana arahan Rasulullah "Mulailah dari diri kamu kemudian
lanjutkan kepada keluargamu dan kepada lingkunganmu" (Al
Hadist).
(2) Islahul-ghairi yaitu perbaikan kualitas terhadap lingkungan
menyangkut masalah keluarga, hubungan sosial masyarakat, sosial
ekonomi, kebudayaan dan pembinaan alam lingkungan yang dikenal
sebagai pembangunan yang bersifat sustainable development atau
pengembangan pembangunan yang berkesinambungan.
Da'wah ini tidak akan berhenti dan akan berkembang terus sesuai dengan
variasi zaman yang senantiasa berubah. Jumlah pendidikan Islam (madrasah, taman
kanak-kanak Islam) berkembang atas inisiatif masyarakat Muslim ditengah
komunitasnya. Ekspansi ormas Islam seperti Muhammadiyah, Perti dan lainnya gesit
sekali. Fenomena diakhir abad keduapuluh menggambarkan telah terjadi stagnasi yang
signifikan.7
7
Merosotnya peran kelembagaan pendidikan madrasah di Minangkabau dalam
bentuk surau, mendorong para elit untuk mengadopsi istilah pondok pesantren
yang semula nyaris diidentikkan dengan perguruan tradisional di Jawa.
8
keseimbangan dan minat (motivasi) dan gita kepada iptek,
keterampilan dan pemantapan siyasah. Aspek pendidikan dan
latihan adalah faktor utama dalam peng-upayaan. Konsep-konsep
visi, misi, selalu terbentur dalam pencapaian oleh karena lemahnya
metodologi dalam operasional pencapaiannya.
• Langkah ketiga memantapkan tahapan pelaksanaan
aktualisasi secara sistematis (the level of actualization). Bila
pendidikan ingin dijadikan modus operandus disamping
kurikulum ilmu terpadu dan holistik, sangat perlu
pembentukan kualita pendidik (murabbi) yang sedari awal
mendapatkan pembinaan. Pendekatan integratif dengan
mempertimbangkan seluruh aspek metodologis berasas kokoh
tamaddun yang holistik dan bukan utopis.
9
•
pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir,
•
penajaman visi,
•
perubahan melalui ishlah atau perbaikan,
•
mengembangkan keteladanan uswah hasanah,
•
sabar, benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui
pengamalan warisan spiritual religi.
• Menguatkan solidaritas beralaskan pijakan iman dan adat
istiadat luhur, “nan kuriak kundi nan sirah sago, nan baik
budi nan indah baso”
Intensif menjauhi kehidupan materialistis, “dahulu rabab nan
batangkai kini langgundi nan babungo, dahulu adat nan bapakai kini
pitih nan paguno”.
Khatimah
1. Menetapkan langkah kedepan
a. pembinaan human capital melalui keluasan ruang gerak mendapatkan
pendidikan,
b. pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan berkualiti,
memiliki jati diri, padu dan lasak, integreted inovatif.
c. Mengasaskan agama dan akhlak mulia sebagai dasar pembinaan generasi
muda.
d. Langkah drastik mencetak ilmuan Muslim yang benar-benar beriman
taqwa.
e. Pembinaan minat dan wawasan generasi muda kedepan yang bersatu
dengan akidah, budaya dan bahasa bangsa.
f. Secara sungguh-sungguh mewujudkan masyarakat madani yang
berteras kepada prinsip keadilan (equity) sosial yang terang.
Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain syakartum la adzidannakum", bila
kamu mampu menjaga nikmat Allah (syukur), niscaya nikmat itu akan ditambah.
2. Meyakini Peran krusial Ajaran Islam ,
a. Kemenangan hanya disisi Allah. Sesuai Firman Allah yang
artinya, “(Ingatlah!), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya Aku akan
mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang
dating berturut-turut”. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirimkan
bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu
menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(QS.8, Al-Anfal : 9-10).
b. Allah akan menolong setiap orang yang membantunya.
Firman Allah menyebutkan : Artinya, “Jika Allah menolong kamu,
maka tidak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah
10
membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu selain dari Allah sesudah itu ?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin
bertawakkal” (QS.3, Ali “Imran : 160).
c. Kuatkan hati, karena Allah selalu beserta orang yang
beriman. Sesuai Firman Allah Artinya, “Jikalau kamu tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya, yaitu ketika orang kafir (musyrikin Makkah)
mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua
orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata
kepada temannya “Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita” Maka Allah menurunkan
ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah
itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS.9, at-Taubah : 40).
11
Padang , 7 Pebruari 2000.
12