You are on page 1of 5

Akhlaq Qur'ani.

Oleh: H.Mas'oed Abidin.

Sayangi umat binaan


Keberhasilan dakwah banyak ditentukan oleh indahnya
hubungan sesama di dalam pergaulan sehari-hari. Juru dakwah
di lapangan medan dakwah tidak boleh menyendiri, apalagi
kalau dihinggapi perangai tidak mau menyayangi masyarakat
yang didakwahinya.
Keberhasilan juru dakwah amat ditentukan oleh
kesediaannya menerima dan menghormati jamaah
dikelilingnya dalam rangkaian dakwah ila-Allah.
Semestinya disadari bahwa Juru Dakwah adalah
pengayom, dan panutan.Tempat bertanya, dan tempat
mengadukan masalah pelik yang tak mungkin dapat
diselesaikan oleh jamaahnya secara sendiri-sendiri.
Sikap juru dakwah dalam memuliakan jamaahnya, selalu
akan dijadikan ukuran akhlak terhadap para du'aat.
Seorang juru dakwah semestinya merasa senang
menerima seseorang yang memasuki arena dakwahnya. Dia
tidak boleh menolak sesiapa yang mengharapkan bantuannya.
Dia harus selalu tanggap dengan kesulitan orang lain.
Seorang juru dakwah semestinya memiliki dorongan
kuat untuk berbuat lebih banyak untuk orang lain (jamaah bi-
naannya), dalam batas-batas hubungan yang harmonis dan
saling menghormati.
Sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya,
sekecil apapun, akan bermakna dalam menumbuhkan
semangat dan percaya diri bagi umat yang dibinanya.
Jika belum mampu memberikan materi, maka senyum
dengan penuh perhatian, sebenarnya dapat menjadi satu
pemberian yang bernilai besar. Begitulah, salah satu gambaran
yang jelas dari pengamalan akhlaq menurut al-Quran.

Dermawan.
Al Quranul Karim menceritakan suatu perangai mulia,
yang perlu dipunyai juru dakwah untuk menempati posisi
pelanjut tugas-tugas risalah dinul haq. Contoh tersebut,
ditampilkan oleh Nabi Ibrahim AS yang didatangi tujuh
pemuda, guna menguji kedermawanannya. Tujuh pemuda ini
sama sekali belum di kenal oleh Ibrahim AS.
Sungguhpun begitu, Nabi Ibrahim AS telah menerima
ketujuh pemuda yang menjadi tamunya dengan senang hati.
Tanpa sedikitpun rasa kecurigaan. Sikap tulus yang
diperlihatkan oleh Nabi Ibrahim AS. dalam memuliakan
tamunya, perlu ditiru oleh setiap juru dakwah.
Nabi Ibrahim AS. memang memiliki kebiasaan, dikala
menerima setiap tamunya yang datang, tidak akan dilepas
meninggalkan majlisnya, sebelum mereka disuguhi hidangan

1
menurut kemampuannya. Sikap tersebut, sebagai suatu
bentuk penghormatan dari "tuan rumah".
Pemuda-pemuda yang senyatanya bukan tamu
sembarangan ini, menolak untuk menerima jamuan tuan
rumahnya dengan cara yang amat halus. Sesungguhnya
mereka, tamu yang datang serombongan ini, bukanlah
manusia biasa yang memerlukan makan dan minum. Mereka
adalah tujuh malaikat terhormat yang sengaja diutus Allah
menguji kedermawanan Ibrahim sebagai juru dakwah dijalan
Allah. Namun, Nabi Ibrahim AS. Tidak mengetahui, bahwa yang
datang itu adalah para malaikat utusan Allah. Rangkaian kisah
indah ini diulangkan berbentuk wahyu kepada Nabi Muhamad
SAW dalam Al-Quranul Majid, sehingga menjadi salah satu
bentuk dari "Akhlaq al-Qur'ani".
Seorang juru dakwah, perlu belajar kepada sikap Nabi
Ibrahim AS ini, dan jauhilah sifat m,encurigai orang yang
datang. Tetapi muliakanlah tamu. Entahkan, barangkali
mereka datang karena suatu keperluan, yang sesungguhnya
kita belum mengetahui rahasia apa dibalik itu.
“Siapa saja yang benar-benar beriman kepada Allah dan
Hari Akhir, pandai-pandailah menghormati tamu”.
Begitulah pesan Rasulullah SAW. yang perlu menjadi
pegangan setiap kita.

Mengedepankan kepentingan umat


Berbuat baik sesama kerabat, merupakan perangai yang
teramat mulia. Kehormatan seorang juru dakwah akan diuji
dalam sikap ini.
Perhatian terhadap kaum kerabat, dan umat banyak,
sangat tinggi nilainya. Mementingkan urusan pribadi bukan
sikap terpuji seorang juru dakwah.
Bila manusia yang banyak tengah terpuruk dalam
mengurus diri sendiri, dan kadangkala tidak ambil peduli
dengan keperluan orang lain atau lingkungannya, maka,
tunggulah bencana akan datang timpa bertimpa.
Medan dakwah akan jadi sempit.
Melupakan kepentingan orang banyak sangat dicela dan
dinilai aniaya, dengan ukuran dzalim menurut ajaran Islam.
"Dzurriyat" atau generasi yang akan menyandang darjah
pimpinan dan panutan. Untuk ukuran sedemikian, tidak akan
pernah ditemui seseorang yang akan menjadi pimpinan atau
panutan itu, bersikap dzalim atau aniaya.
Ibadah didalam bimbingan agama Islam senyatanya
berperan menghapuskan kezaliman dalam diri seseorang.
Ibadah akan semestinya menumbuhkan sikap senang
dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
Buah dari ibadah sedemikian itu, adalah perangai
dengan "menyayangi orang lain sebagai mengasihi diri
sendiri".

2
Nabi Muhammad SAW mengingatkan tugas risalahnya
supaya setiap pribadi berperilaku panutan, dengan
mempedomani secara teguh kepada akhlaq Al Qur'ani.
"innama bu'ist-tu li utammi makarimul akhlaaq" artinya, "aku
diutus menyempurnakan akhlak yang mulia".
Allah SWT telah pula mencontohkan dalam Firman-Nya;
"Sungguh Ibrahim adalah seorang Imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (maksudnya:
seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak
pernah meninggalkannya).
Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan).
Dia (termasuk) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah telah memilih dan menunjukinya kepada jalan yang
lurus"(QS.16,An Nahl,ayat 120-121).

Diantara perangai mulia, yang menjadi millah dari Nabi


Ibrahim AS, yaitu patuh, jujur, pandai berterima kasih,
berkasih sayang sesama --keluarga dan masyarakat--, pandai
memilih tindakan yang tidak merugikan orang lain, dan
senantiasa memimipin ummat ke jalan yang benar.
Memupuk sikap mulia ini, hanya dimungkinkan dengan
selalu "berpegang teguh kepada Hidayah Agama Allah". Atau,
dengan kata lain adalah berupaya selalu menerapkan akhlaq al
Qur'ani.

Bukakan Pintu Hati


Hendaknya disadari, bahwa di keliling kita terserak
sumber daya yang besar dari umat, yang sedang terpelanting
dan menderita, ada berbagai kelompok dan kedudukan.
Diantaranya, Pelajar dan Mahasiswa, bekas pegawai-pegawai
Negeri Sipil, Militer, pegawai perusahaan-perusahaan swasta
dan guru-guru sekolah partikulir (Madrasah-Madrasah),
Masyarakat Tani, pedagang kecil dan buruh kecil. Semuanya
adalah sumber daya manusia (SDM) yang besar kontribusinya.
Kesemuanya merupakan kekuatan masyarakat yang
perlu di bina untuk ikut berperan aktif dalam proses
kehidupan bangsa ditengah bergulirnya roda pembangunan
(development) itu.
Untuk menghimpunnya, diperlukan usaha dengan
berbagai upaya, baik yang bersifat psikologis ataupun teknis.
Langkah pertama, adalah buka kan “pintu hati” dan
“pintu rumah” bagi mereka yang memerlukan bantuan dalam
rangka pemulihan kehidupan. Tunjukkan minat kepada mereka
dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
Andaikata belum mampu memberikan bantuan sewaktu
itu juga, sekurang-kurangnya sokongan moril harus diberikan.

3
Hidupkan harapan mereka kepada kekuatan kerahiman
Ilahi, suburkan kepercayaan mereka kepada kekuatan yang
ada pada diri mereka sendiri, dengan hati yang tulus ikhlas.
Hati yang lebih tulus dan pikiran yang jernih serta lega,
akan kembali mengisii harapan. Upaya ini niscaya akan
menambah himmah (gita dan minat) untuk bekerja terus.
Sekurang-kurangnya, akan menambah daya tahan umat untuk
menghindarkan diri dari tindakan menyalahi hukum Syar’iy,
maupun urusan duniawi.
Sekali-kali jangan ditinggalkan umat dengan bermacam-
macam perasaan tak tentu arah. Tanpa pegangan yang pasti,
umat akan patah hati dan semangat untuk bisa menjumpai
kita kembali.
Kriteria untuk merebut suatu keberhasilan oleh seorang
pemimpin, dalam semua level kedudukannya, adalah selalu
berada ditangah umat yang di pimpinnya. “TIAP-TIAP KAMU
ADALAH PEMIMPIN, DAN TIAP-TIAP PEMIMPIN AKAN DIMINTA
PERTANGGUNGAN JAWAB ATAS YANG DIPIMPINNYA”(Al Hadist
Riwayat Al Bukhary, dari Abdullah Ibn Umar) Begitu peringatan
Rasulullah SAW.
Pemikiran (ide) seorang pemimpin walaupun belum
selalu komplet dan limitatif, menjadi tidak terbatas bila
berpadu dengan pengalaman. Pengalaman disertai kearifan
membaca kondisi keliling merupakan pelajaran sangat
berharga sebagai penggugah dan pengantar pemikiran.
Pengalaman serta daya pikir dan daya cipta, bila dipadukan
akan sangat bermanfaat untuk menciptakan kesempurnaan
dalam praktek.
Sambil berjalan kumpulkan data pengalaman sebanyak
mungkin, karena tindakan seperti ini bukan barang lama, tidak
pula ilmu baru.
Semua hal yang baru, sebenarnya dapat di kerjakan oleh
semua orang, asal mau. Semua barang yang lama itu tetap
akan baru, selama orang belum mengerjakannya.
Yang terpenting selalu mencoba untuk membangkitkan
kreativitas dalam berusaha. Sebagai upaya inovatif untuk
tetap bersemangat dalam menjalani roda kehidupan ini.
Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal yang
baru itu ada yang teramat barunya sehingga sukar, malah
serasa tak mungkin dapat mencapainya. Namun, Insya Allah
akan menjadi mudah, bila semboyan amal, bertolak dari,
“Yang mudah sudah dikerjakan orang, Yang sukar kita
kerjakan sekarang, Yang “tak mungkin” dikerjakan besok”
Demikian diantara pesan Bapak DR.Mohamad Natsir (1961).
Dengan mengharapkan hidayat Ilahi, mari kita sahuti
panggilan Allah SWT, “Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah
kamu sehabis-habis kemampuan-mu, akupun berbuat”
Mudah-
Mudah-mudahan kita semua senantiasa berada dalam
lindungan Rahmat dan Inayah-
Inayah-Nya. Amin.

4
Padang, September 1999.

You might also like