Professional Documents
Culture Documents
1
Kehidupan sosial jahiliyyah itu telah dapat diperbaiki dengan kekuatan
Wahyu Allah, dengan aplikasi syari'at Islam berupa penerapan ajaran tauhid ibadah
dan tauhid sosial (Tauhidic Weltanschaung). Ini suatu bukti tamaddun pendekatan
historik yang merupakan keberhasilan masa lalu (the glory of the past).
Allah berfirman:
"Demikian itulah umat sebelum kamu. Bagi mereka amal usahanya, dan bagi kamu
amal usahamu." (Q.S. 2: 141)
Suatu yang amat menjanjikan itu adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat,
sebagai alat untuk menciptakan kemakmuran masyarakat. Indonesia sebagai bagian
dari Asia Tenggara, dalam tiga dasawarsa ini telah menikmati pertumbuhan ekonomi
yang pesat. Bank Dunia menyebut sebagai "The Eight East Asian Miracle" yang
berkembangan menjadi macan Asia bersama: Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong
Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.
Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain syakartum la
adzidannakum", bila kamu mampu menjaga nikmat Allah (syukur), niscaya nikmat itu
akan ditambah.
Dalam bidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan rata-rata
7-8 % pertahun, sementara Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan
menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 % pertahun.
Populasi Asean sekarang 350 juta, diperkirakan tahun 2003 saat memasuki AFTA,
populasi ini akan mencapai 500 juta (Adi Sasono, Cides, 1997).
Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, Insya Allah pada tahun 2019,
saat skenario APEC, maka kawasan ini akan menguasai 50,7 % kekayaan dunia,
Amerika dan Uni Eropa hanya 39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan
Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994).
Apa artinya semua ini?
Kita akan menjadi pasar raksasa yang akan diperebutkan oleh orang-orang di
sekeliling. Bangsa kita akan dihadapkan pada "Global Capitalism". Kalau kita tidak
hati-hati keadaan akan bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan
"Colonialism Imperialis" yang sudah kita halau 50 tahun silam. Dengan "Capitalism
Imperialism" kita akan terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisik si penjajah.
Pertanyaan yang perlu dijawab segera: Sudahkah kita siap menghadapi
perubahan zaman yang cepat dan penuh tantangan ini?
Di antara jawabnya adalah, kita berkewajiban sesegeranya mempersiapkan
generasi baru yang siap bersaing dalam era global tersebut. Kita berkewajiban
membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih berkecenderungan individual
2
menjadi Sumber Daya Umat (SDU) yang bercirikan kebersamaan dengan nilai asas
"gotong royong", berat sepikul ringan sejinjing, atau prinsip ta'awunitas.
Sebuah prinsip dasar yang mulai diabaikan oleh kalangan intelektual sekuler.
Kita memerlukan generasi yang handal, dengan daya kreatif, innovatif, kritis,
dinamis, tidak mudah terbawa arus, memahami nilai-nilai budaya luhur, siap
bersaing dalam knowledge based society, punya jati diri yang jelas, memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang
memberikan motivasi emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan
fisik-material, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Disini peran yang amat crusial dari Agama Islam. Wallahu a'lam.
Padang, 7 Agustus 1997.