You are on page 1of 2

Narkoba Dalam Perspektif Islam

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Dalam laporan data Kasus Narkoba 1999 dalam wilayah POLDA Sumbar,
diberi tahukan bahwa didelapan daerah Polres telah dapat ditangkap banyak
pelaku pengedar Narkoba (Ganja, Shabu-Shabu dan ectacy), dan pelakunya
terdiri dari berbagai kalangan Swasta, Penganggur, Mahasiswa, Pelajar SMU,
pedagang, PNS, tani, sopir).
Penyalah gunaan Narkoba dan Miras mengundang berbagai bahaya
terhadap diri pemakainya. Antara lain merubah kepribadian pemakai secara
drastic manjadi penantang, pemarah, melawan apa saja, masa bodoh terhadap
dirinya. Semangat belajar menurun, bisa berkembang menjadi seperti orang gila.
Tidak ragu untuk melakukan kejahatan sexual, hilang pandangan terhadap
norma adat, agama, hukum. Menjadi pribadi penyiksa, putus asa, pemalas, tidak
punya harapan masa depan. Sungguh mengerikan. Membahayakan sendi
kehidupan bermasyarakat. Suka mengambil milik orang (mencuri), berbuat
mesum, mengganggu ketertiban umum, tidak pernah menyesal berbuat
kesalahan. Kondisi ini membahayakan bangsa dan negara. Menggganggu
ketertiban umum. Mengancam ketahanan nasional. Lebih jauh, rusaknya
generasi pewaris bangsa. Hilangnya patriotisme. Musnahnya rasa cinta
berbangsa. Menjadi ancaman stabilitas keamanan kawasan.
Karenanya mesti diperangi secara terpadu, oleh seluruh lapisan
masyarakat, petugas kemananan, kalangan pendidikan, sekolah dan kampus,
alim ulama, ninik mamak. Semua elemen masyarakat mesti bersatu memusnah
kan dan memutus jaringan pengedarannya. Penegakan hukum mesti tegas.
Penyuluhan kepada masyarakat untuk pencegahan melalui pembinaan keluarga,
remaja dan lingkungan,
Perspektif Agama Islam menempatkan NARKOBA dan MIRAS sebagai
barang haram. Menurut dalil Al Qurani, Khamar, segala minuman (ic.
makanan) yang memabukkan dan juga judi, pada keduanya itu terdapat dosa
besar, dan ada beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi “dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya”(QS.2,al-Baqarah:219).
Khamar, judi (al-maysir), berkurban untuk berhala (al-anshab) dan
mengadu nasib dengan anak panah (al-azlam), adalah keji (rijsun) dari amalan
syaithan. Jauhilah agar menang. (QS.5, al-Maidah:90).
Permusuhan dan kebencian (kekacauan) ditengah kehidupan
masyarakat ditimbulkan lantaran minuman khamar dan judi. Inilah kerja
syaitan. Karena itu berhentilah. (QS.5:91).
Hadist diriwayatkan Tirmidzi dari Shahabat Anas RA, bahwa “Rasul SAW
melaknat sepuluh orang disebabkan khamar (la’ana Rasulullah SAW fil-khamr
‘asyaratan): Orang yang memerasnya, yang menyuruh memerasnya
(produsen), peminumnya (konsumen), pembawanya (distributor), yang minta
diantarinya (pemesan), yang menuangkannya (pelayan), penjualnya (retailer),
pemakan hasil penjualannya, pembelinya dan yang minta dibelikannya.
Hadist ini terdapat didalam Jami’ Tirmizi. (lihat, Prof.Abdul Hamid Siddiqui,
Selection From Hadith, Islamic Book Publishers, Safaat Kuwait, Cetakan ke-II,
1983. Bab-XIX, tentang Halal dan Haram)

1
Dalam kata-kata adat di Ranah Minang, ada delapan perbuatan
terkutuk, yang sangat dibenci, dan bila ada pelakunya dikucilkan, digantung
tinggi, dibuang jauh dan kebawah tak berurat keatas tak berpucuk dan ditengah
digiriak kumbang. Sumpah sangat ditakuti setiap anggota masyarakat beradat
itu, adalah tuak, arak, sabuang, judi, rampok, rampeh, candu dan madat.
Kesimpulannya NARKOBA dan MIRAS, dalam pandangan dan ajaran
agama Islam, adalah haram secara syar’i. Sangat membahayakan. Berdosa
besar. Walau manfaatnya ada, tetapi mudharatnya lebih besar. Perlu di berantas
dengan berbagai cara. Secara adat dibenci.
Ditinjau dari segi keamanan dan stabilitas, sangat berbahaya. Menurut UU
No.22/1997 pasal 78 ayat 1, ancaman pidana sepuluh tahun atau denda 500 juta
rupiah. Dalam UU No.5/1997 lebih berat lagi. Pengguna, memproduksi,
pengimpor, penyimpan, pembawa, bisa diancam pidana 15 tahun dan denda
750 juta rupiah. Bila terorganisir diancam pidana 20 tahun atau denda 750 juta
rupiah, Bahkan, bila korporasi, jaringan sindikasi, diancam pidananya tambah
lagi dengan denda 5 milyar rupiah (UU No.5 pasal 59 ayat 3). Sudah cukup berat
bukan ??? Pertanyaannya, kenapa belum dilaksanakan ??? Dan pertanyaan
berikutnya, banyak pertanyaan susulan.
Wallahu a‘lamu bis-shawaab.

Padang, 28 Oktober 1999

You might also like