Professional Documents
Culture Documents
1
Dakwah memiliki program jelas amar makruf nahi munkar (QS.3:104).
kekuatan jin, mencari tenaga roh-roh gaib, paham kejailangkungan, bertapa ditempat sepi
dan angker, semuanya tampil karena hilangnya tauhid dan akhirnya menipu diri sendiri
4
Rasulullah mencontohkan hidup ini seperti sebuah pelayaran diatas perahu, dengan aturan-
atuiran yang terang. Tatkala seorang penumpang mencoba melobangi dinding perahu untuk
mendapatkan air dengan cepat pada tempat duduknya, jangan dibiarkan saja perbuatan
itu.Bila orang tak mau tahu dan bersikap membiarkan perbuatan itu, maka yang akan karam
tidak hanya yang melobangi perahu semata, tetapi yang diam melihat (artinya enggan
melaksanakan peran amar makruf) akan karam juga (Al Hadist).
5
Lihat QS. An Nahl (16) ayat 125, dan lihat juga QS.Al Hajj (22) ayat 67, QS.Al Qashash (28)
ayat 87.
2
Dakwah ilaa Allah yang terprogram dan berkelanjutan (sustainable) akan
menampilkan keberhasilan hidup manusia yang hakiki. Upaya dakwah menyangkut
semua minat, gita dan ikhtiar, untuk menciptakan keselamatan. Merakit kebahagiaan
hidup dalam ukuran materi, dan juga ketenteraman bathin yang menjadi inti
kenyamanan moral spiritual. Dengan landasan taqwa kepada Allah.
Melaksanakan konsep perangai dari Khalik yang wajib dilaksanakan oleh setiap
makhluk dalam bentuk akhlak. Tidak melalaikan perintah-perintah agama. Proaktif
dalam menyiapkan perangkat serta peralatan dakwah
Dakwah yang dijalankan terhadap umat Islam Indonesia adalah segala usaha
untuk mengubah posisi, situasi kondisi umat menuju keadaan yang lebih baik.6
Dakwah berperan membentuk generasi penyelesai.
Mampu mengetengahi persoalan bangsa-bangsa dalam hubungan regional dan
internasional. Generasi yang kokoh aqidah, kuat ibadah, dan teguh memegang
prinsip utama ajaran agama Islam dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang
bersifat utilitarian akan memiliki kesiapan untuk bertanding dan bersanding disegala
posisi dan zaman.
Membentuk umat yang sanggup menjadi penengah dan berperan dalam
memacu gerak reformasi kehidupan bermasyarakat, social reform.
Maka setiap upaya kearah pembentukan generasi yang kuat akidah, teguh
akhlak, lasak, kreatif dan inovatif dalam percaturan global merupa-kan prioritas
utama dalam menampilkan program umatisasi.
Dakwah Islamiyah harus mampu tampil dengan program-program yang
ummatik sifatnya. Dan akan merupakan bentuk yang sangat spesifik dalam realitas
umatan wasatan. Berpikiran jernih, dinamik dan kritis dalam menghadapi serba
cabaran.
Umat yang akan dibangun dengan dakwah adalah yang memiliki kesanggupan
besar untuk mengetengahkan ciri-ciri budaya agama Islam, yaitu Rahmatan lil
‘Alamin.7
Maka, dakwah harus dapat di jalankan secara lebih efektif dan efisien menurut
tuntunan dan pedoman Risalah Islam. Sudah barang tentu, untuk semua kegiatan
dakwah di lapangan, baik yang sudah ataupun yang sedang dilaksanakan, mesti
tersusun dalam suatu filling dokumentatif. Sehingga dengan mudah dapat diplotkan
secara prioriti, menurut posisi dan hirarki yang tepat dalam satu peta kegiatan
dakwah.
Keseluruhan kegiatan yang terdata baik dan sempurna, akan memberikan
dukungan sangat berarti, bagi pembuatan atau penyiapan suatu “peta dakwah”.8
6
Maksudnya, agar dapat ter-penuhi secara sungguh-sungguh perintah Allah. Mewujudkan
suatu tatanan masyarakat berkepribadian utama. Bisa menjadi wasit yang adil dan sanggup
menampilkan identiti umat pilihan, menjadi patron rujukan dalam kehidupan berbangsa,
khususnya di Negara Republik Indonesia. Aktif bersama-sama membentuk generasi yang
inovatif, yang menguasai ilmu pengetahuan bertauhid dan selalu menjunjung tinggi norma
moral akhlakul karimah.
7
Usaha mengubah masyarakat dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, tidak
mungkin terlaksana tanpa rencana yang terpadu.Mengubah diri menuju keadaan yang lebih
baik, sudah dilakukan terus menerus semenjak umat ini terbentuk 14 abad yang lalu. Tidak
akan pernah berhenti sampai datang hari kiamat.
8
Peta dakwah ini, kemudian memegang peran penting menetapkan antisipasi gerakan dakwah.
Termasuk dalam menghadapi berbagai keadaan di semua level perkembangan. Berisi
berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dan agama. Intervensi budaya dan
3
Gagasan-gagasan dakwah
Dapat diterjemahkan dalam makna pengupayaan diri. Melalui program dakwah
nyata, seperti pembangunan rumah sakit Islam, pondok pesantren, pesantren
pertanian, masjid-masjid kampus, Gerak dakwah ini dikaji dan ditelaah secara efektif
melalui data informasi. Di olah dalam labor dakwah. Maka lembaga Dakwah menjadi
salah satu tempat di bahas problematika dakwah. Semua problema di medan
dakwah, yang terjadi dan ditemui para du’aat disetiap pelosok negeri, hingga
kewilayah terpencil sekalipun, tidak boleh luput dari pengkajian.
Laporan du’at
Darimanapun datangnya, menjadi prioritas pertama, untuk didengar dan
dibahas. Kemudian selalu diupayakan jalan keluarnya, melalui pemberdayaan
hubungan emosional spiritual dengan ahlul-qurba.
Kadangkala dengan, atau tanpa dana tersedia, program keumatan dalam
bidang dakwah tetap dilaksanakan, dengan dorongan motivasi, nawaitu,
menumbuhkan vitalitas dan kreativitas yang tinggi. Sehingga dakwah tetap
bergerak dan sanggup berjalan di daerah-daerah sesulit dan sejauh apapun.
Kenyataannya pergerakan dakwah tidak semata lantaran adanya suntikan dana
semata, tetapi karena selama adanya da’i Dakwah Islamiyah itu, tetap ber-dakwah.
Beriring dengan kekukuhan motivasi membina umat, lahirlah dukungan besar dari
umat itu. Tidak ada persoalan kecil, dalam kamus dakwah. Sekecil apapun persoalan
juru dakwah di lapangan, adalah masalah sangat besar, yang tak boleh diabaikan.
Karena problema itu menyangkut kepentingan umat dakwah, yang tengah menjadi
beban di medan dakwah. 9
Semuanya berkehendak kepada gerak yang kontinyu, utuh dan terprogram.
Hasilnya tidak mungkin diraih dengan kerja sambilan. Karena buah yang dipetik
adalah sesuai dengan bibit yang ditanam. Begitu suatu natuur-wet (sunnatullah, =
undang-undang alami).
Langkah da'wah Ila-Allah,
Setiap muslim berkewajiban menapak tugas tabligh (menyampaikan),
kemudian mengajak (da'wah) kemudian mengwujudkan kehidupan agama yang
mendunia (dinul-harakah al-alamiyyah). Inilah tugas dan peran "ummat da'wah"
menurut nilai-nilai Al-Qur'an (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).
Perjalanan kepada kemajuan
Kerja ini tidak perlu ditunggu waktu sampai besok, kerjakan dari sekarang
mana yang bisa dikerjakan,dan mulailah dengan apa yang ada, karena yang ada itu
sebenarnya sudah amat cukup untuk memulai.
Begitu mabda' (prinsip) satu gerak amal yang disebut "harakah Islamiyah" di
masa persaingan ketat sekarang. Setiap Muslim harus memulai melakukan perbaikan
(ishlah). Dimulai dengan,
4
(1). Ishlahun-nafsi, yaitu perbaikan kualitas diri sendiri, sebagaimana arahan
Rasulullah "Mulailah dari diri kamu kemudian lanjutkan kepada keluargamu dan
kepada lingkunganmu" (Al Hadist).
(2) Islahul-ghairi yaitu perbaikan kualitas terhadap lingkungan menyangkut
masalah keluarga, hubungan sosial masyarakat, sosial ekonomi, kebudayaan dan
pembinaan alam lingkungan yang dikenal sebagai pembangunan yang bersifat
sustainable development atau pengembangan pembangunan yang
berkesinambungan.
Da'wah ini tidak akan berhenti dan akan berkembang terus sesuai dengan
variasi zaman yang senantiasa berubah.
Di bawah konsep mencari ridha Allah.
Prakarsa umat Islam di Indonesia terhadap perguruan Islam, lazimnya disebut
Madrasah atau Pesantren, sangat signifikan bahkan sangat dominan.
Sepanjang sejarah pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Minangkabau
sejak lama, dalam pendirian, pengembangan, pemberdayaan pendidikan madrasah
sangat besar. Buktinya bertebaran pada setiap daerah, bahkan sampai kepelosok
kampung-kampung. Sumatera Thawalib, Madrasah Diniyah Islamiyah, baik tingkat
awaliyah, tsanawiyah, bahkan ‘aliyah, sudah dikenal sejak lama. Sebagai contohnya
ditemui dimana-mana. Para thalabah sistim surau, umumnya berkiprah dikampung
halaman setelah selesai menuntut ilmu, dengan mendirikan sekolah-sekolah agama,
bersama-sama dengan masyarakat, memulainya dari akar rumput.
Pemberdayaan potensi masyarakat digerakkan secara maksimal dan terpadu
untuk menghidupkan pendidikan Islam, untuk mencerdaskan umat dan menanamkan
budi pekerti (akhlak Islami), seiring dengan berlakunya kaedah adat bersendi syarak,
syarak bersendi Kitabullah. Semuanya didorong oleh pengamalan Firman Allah, “Tidak
sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya,
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
(QS.IX, at Taubah, ayat 122).
Jumlah pendidikan Islam (madrasah) berkembang atas inisiatif masyarakat
Muslim ditengah komunitasnya, mulai berkurang. Ekspansi ormas Islam seperti
Muhammadiyah, Perti dan lainnya gesit sekali. Tetapi kenyataanya telah terjadi
stagnasi yang signifikan. Merosotnya peran kelembagaan pendidikan madrasah di
Minangkabau dalam bentuk surau, mendorong para elit untuk mengadopsi istilah
pondok pesantren yang semula nyaris diidentikkan dengan perguruan tradisional di
Jawa.
Pemberdayaan
Jika kondisinya demikian, peran serta bagaimana yang dituntut kepada
masyarakat ? Rasanya tidak adil kalau pihak pemerintah menuntut lebih banyak dari
masyarakat, khususnya dalam bidang dana dan daya (tenaga pengajar).
Apalagi kalau kita melihat selama ini madrasah adalah anak tiri pemerintah.
Anehnya masyarakat tidak pula mengaggap anak kandungnya.
Jadinya, madrasah lahir dan berkembang sebagai anak yatim, dari ibu
masyarakat yang meninggal dimeja Operasi Cesar dikala melahirkan madrasah itu.
Peran serta masyarakat
1. Dalam pemberdayaan manajemen pendidikan, yakni dalam peningkatan
managemen yang lebih accountable, baik dari segi keuangan maupun
5
organisasi. Melalui peningkatan ini, sumber finansial masyarakat dapat
dipertanggung jawabkan secara lebih efisien dan peningkatan kualitas
pendidikan dapat dicapai. Segi organisasi lebih menjadi viable (dapat hidup
terus, berjalan, bergairah, aktif dan giat) dan juga durable (dapat tahan lama)
sesuai perubahan dan tantangan zaman.
2. Peran serta masyarakat dalam pengembangan dengan quality oriented.,
berkualitas unggulan, sehingga mendorong madrasah menjadi lembaga center
of exellence, yang menghasilkan anak didik berparadigma ilmu yang
komprehensif, yakni pengetahuan agama plus keterampilan.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber sumber
belajar yang terdapat didalam masyarakat sehingga sistim pendidikan Islam
tidak terpisah dan menjadi bagian integral dari masyarakat Muslim
keseluruhan. Melalui pengembangan ini madrasah bisa menjadi core, inti, mata
dan pusar dari learning society, masyarakat belajar. Sasarannya, membuat
anak didik menjadi terdidik, berkualitas, capable, fungsional, integrated
ditengah masyarakatnya.
Pengembangan dakwah yang teratur, pada gilirannya akan selalu berbekas di
hati umat.
Begitulah upaya penanaman kesadaran tinggi (the high level awareness),
selalu di upayakan. Konsistensi dalam memberikan pengawalan penuh, setiap saat,
agar nawaitu umat selalu terjaga. Nawaitu yang lurus dari da’i dan umat, akan
memperlancar gerak dakwah.
Karena itu dakwah mesti selalu berurat di hati umat. Kawalan dakwah seperti
ini, telah menjadi program dasar yang utama.