You are on page 1of 6

Pariwisata Luhak Agam

Antara Potensi dan Nilai-nilai


Adat dan Agama
Oleh : H. Mas’oed Abidin

Pendahuluan
Dari mana akan kita mulai ???
Pertanyaan ini mengusik kita untuk mendahului.
Padahal sebelumnya, kita sudah berada didepan. Tapi tidak pernah
mencapai garis finish.
Allah telah mentakdirkan kita sebagai satu kaum yang menempati dataran
tinggi. Berbukit, berlurah, dihiasi tebing dan munggu. Sungainya mengalir
melingkar membalut negeri, seperti Batang Sianok diam - diam mengalir terus.
Ditingkah gemercik air menimpa dedaunan dipagi hari. Bila hujan pun tidak turun,
embun tetap menyuburkan tanah. Dikelilingnya didapati sawah berjenjang, ladang
berbintalak. Diapit gunung menjulang tinggi, dikawal Singgalang dan Merapi.
Danau Maninjau airnya biru, tampak nan dari Embun Pagi..
Sungguhpun risau sering mengganggu, kampung halaman selalu
menanti.
Indah sekali !!!
Alam yang indah karunia Ilahi ini, seakan “qith’ah minal jannah fid-
dunya”, sepotong sorga tercampak kebumi. Mengundang orang yang datang
berdecak kagum.
Keindahan alam ini, bertambah cantik, karena ada pagar adat yang kuat
dan agama yang kokoh. Tampak dalam tata pergaulan dan sikap laku sejak
dahulu. Masyarakatnya ramah. Peduli dengan anak dagang.
Pendidikannya maju.
Dengan negeri ribuan dokter, dan para ahli. Hanya didataran tinggi ini,
ditemui Parabek dan Canduang. Tempat bermukim para penuntut ilmu dari
seluruh penjuru.
Bahkan dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Pattani. Disamping dari seluruh
Nusantara, bahkan dari Aceh, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Disini pula didapati
satu-satunya Kwik School, sekolah guru, kata orang doeloe, yang melahirkan
banyak pujangga dan pendidik.
Dari halamannya tempat bermain para cendekiawan, Agus Salim, Hatta,
Syahrir, Natsir, dan sederetan nama yang panjang, yang dikenal menjadi
negarawan yang diakui.
Dan ini adalah bahagian dari kaba itu.
Bila kaba ini ingin di lanjutkan pula.
Yang bersua adalah hidup anak negeri berpagarkan nilai-nilai.

1
Nilai-nilai Adat
Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan
syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan
pula pelajaran-pelajaran antara lain:
1). Bekerja:
Ka lauik riak mahampeh. Ka karang rancam ma-aruih. Ka pantai ombak mamacah. Jiko
mangauik kameh-kameh. Jiko mencancang, putuih – putuih. Lah salasai mangko-nyo sudah.
Artinya setiap yang dilakukan haruslah program oriented. Sama sekali bukanlah kemauan
perseorangan (orientasi personal) semata. Sejak dari perencanaan hingga sasaran yang hendak
dicapai terpolarisasi melalui persilangan pendapat masyarakat ditempat mana program itu akan
dilaksanakan.

2). Caranya:
• Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo.
Artinya, ada kesamaan visi dan kesediaan kontrol.
• Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa
uleh kan, mako nyo sampai nan di cito,
Artinya, harus dihidupkan kerja sama, tidak hanya sebatas sama bekerja.
• Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat isi bari mam-
bari, Adat tidak salang ma-nyalang, (basalang tenggang.).
Maknanya, kesediaan investasi mensukseskan misi yang ada pada visi yang sama.
• Karajo baiak ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-an.
Tiada lain yang diminta adalah terjalinnya network yang sempurna.
• Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik,
Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru.
Dipastikan adanya satu kearifan, membaca setiap perubahan dalam membuat satu
estimasi.
• Jiko mangaji dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang, Jiko turun
dari tanggo.
Adanya prinsip taat asas, dan terjaminnya law enforcement, pelaksanaan program pada
koridor yang tepat.
• Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu
dalam tungku, Disinan api mangko hiduik
Dituntut adanya kesepahaman akan adanya keberagaman usaha, yang satu sama lain
terikat, terkait dan saling mendukung, serta sustainable.
• Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i
janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo
tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.
Kaedah ini tiada lain adalah penerapan dinamika kehidupan masyarakat yang inovatif,
kreatif, yang sangat diperlukan untuk pengembangan daerah dalam menggali potensinya.

2
• Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh mangkonyo
kameh, Dek padi mangkonyo manjadi.
Arti yang lebih menukik adalah kooperatif. Adalah wajar sekali, kalau bapak koperasi itu
lahir dari putra Minangkabau.
• Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek kaparak.
Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek
ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak.
Makna yang lebih dalam adalah berlakunya prinsip-prinsip ekonomi pembangunan
secara makro dan mikro, dengan berwawasan lingkungan.
• Alah bakarih samporono, Bingkisan rajo Majopahik, Tuah basabab bakarano,
Pandai batenggang di nan rumik.
Modal utama untuk siap bersaing dan bertanding disaat AFTA-2003, persaingan global
dan akan diterapkannya borderless-community system itu
• Latiak-latiak tabang ka Pinang. Hinggok di Pinang duo-duo, Satitiak aie dalam
piriang, Sinan bamain ikan rayo.
Ada suatu unggulan yang sangat spesifik dan mendorong kepada optimisme yang
tinggi. Lebih egaliter, tak pernah mau dikalahkan. Konsekwensinya, adalah siap tampil
dengan keungulan. Tidak hanya semata tampil beda.
3). Kemakmuran :
Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah sajaja.
Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu. Sabuah si Tinjau lauik, Birawati
lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan.
Makmur tidak milik satu orang. Kemakmuran akan terpelihara bila keamanan terjamin. Semua
orang dapat menimati kemakmuran secara patut dan pantas dalam keserta-mertaan. Dalam
pengembangan setiap usaha, sangat diperlukan pemerataan penghasilan.
Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.

4). Perhatian dengan penuh kehati-hatian sangatlah penting.


Ingek sabalun kanai, Kulimek balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai. Agak-agak nan ka-tingga.

Teranglah sudah ...., bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di
bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin material dan spiritual pasti dia
akan menemui disini satu iklim mental climate yang subur. Bila pandai
menggunakannya dengan tepat akan banyak sekali membantunya dalam usaha
membangun anak nagari dan kampung halaman.
Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang
nan mudo. Kabek sabalik buhua sontak, Jaranglah urang nan ma-ungkai, Tibo nan
punyo rarak sajo.
Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk menatap setiap
peradaban yang tengah berlaku. Melupakan atau mengabaikan ini, lantaran
menganggap sebagai barang kuno, yang harus dimasukkan kedalam museum, di
zaman modernisasi sekarang, ini berarti satu kerugian. Sebab berarti mengabaikan
satu partner "yang amat berguna" dalam pembangunan masyarakat dan negara.

3
Nilai Agama
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka ?
(Pada hal), Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah
bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka
makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-
bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.
Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang
lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-
olokkannya” (QS.30, Ar-Rum, ayat 9-10).

Sekarang, kita tengah menyaksikan satu kondisi terjadinya pergeseran


pandangan masyarakat dunia dewasa ini.
Maka masyarakat Minang, khususnya di Luhak Agam yang umatnya
seratus prosen Islam wajib berperan aktif kedepan diabad XXI.
Dengan upaya menjadikan firman Allah sebagai aturan kehidupan.
Melaksanakan secara murni konsep agama dalam setiap perubahan. Agar
peradaban kembali gemerlapan.
Berpaling dari sumber kekuatan murni, Kitabullah dan Sunnah Rasul,
dengan menanggalkan komitmen prinsip syar’i dan akhlak Islami akan berakibat
fatal untuk umat Islam, bahkan penduduk bumi.
Pada gilirannya umat Islam akan menjadi santapan konspirasi dari
kekuatan asing.
Konsekwensinya adalah wilayah yang sudah terpecah akan sangat
mudah untuk dikuasai.
Kembali kepada watak Islam tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bila kehidupan
manusia ingin diperbaiki.
Tuntutan kedepan agar umat lahir kembali dengan iman dan amal nyata
dalam ikatan budaya (tamaddun).
• Tatanan masyarakat harus dibangun diatas landasan
persatuan (QS.al-Mukminun:52).
• Mayarakat mesti ditumbuhkan dibawah naungan ukhuwwah
(QS.al-Hujurat:10).
• Anggota masyarakatnya didorong hidup dalam prinsip
ta’awunitas (kerjasama) dalam al-birri (format kebaikan) dan
ketakwaan (QS.al-Maidah:2).
• Hubungan bermasyarakat didasarkan atas ikatan mahabbah
(cinta kasih), sesuai sabda Rasul: “Tidak beriman seorang kamu
sebelum mencintai orang lain seperti menyayangi diri sendiri”.
• Setiap masalah diselesaikan dengan musyawarah (QS.asy-
Syura:38).

4
• Tujuan akhirnya, penjelmaan satu tatanan masyarakat yang
pantang berpecah belah (QS.Ali Imran:103).
Rahasia keberhasilan adalah “tidak terburu-buru” (isti’jal) dalam bertindak.
Tidak memetik sebelum ranum. Tidak membiarkan jatuh ketempat yang dicela.
Kepastian amalan adanya husnu-dzan (sangka baik) sesama umat.
Mengiringi semua itu adalah tawakkal kepada Allah.
Dalam tatanan berpemerintahan, kekuasaan akan berhasil jika menyentuh hati
nurani rakyat banyak, sebelum kekuasaan itu menjejak bumi.
Ukurannya adalah adil dan tanggap terhadap aspirasi yang berkembang.
Takarannya adalah kemashlahatan umat banyak.
Kemasannya adalah jujur secara transparan.
Kekuatan hati (dhamir) penduduk (rakyat) terletak pada ditanamkannya
kecintaan yang tulus.
Menghidupkan energi ruhanik lebih didahulukan sebelum menggerakkan fisik
umat.
Titik lemah umat karena hilangnya akhlaq, moralitas Islami.
Enggan memahami syari’at, berakibat hilangnya kecintaan (kesadaran)
terhadap Islam. Lahirnya radikalisme, berlebihan dalam agama, menghapuskan
watak Islam.
Tidak menghormati hubungan antar manusia, merupakan kebodohan
pengertian terhadap prinsip sunnah. Akibatnya adalah tindakan merusak
(anarkis).

Potensi Pariwisata Di Luhak Agam


1. Keindahan Alamnya sangat potensial. Indah. Sangat indah. Menjadi alat
promosi pariwisata internasional. Sudahkah dicatatkan sebagai trade mark ???
2. Adatnya kokoh. Masih tersimpan dalam prilaku empat jinih di nagari nan
ampek kali ampek (IV Angkat Canduang, IV Koto, Tilatang Kamang, Sungai
puar). Masihkah masyarakat Minang tahu di nan ampek ???
3. Agamanya kuat. Banyak sekolah, madrasah yang bisa diangkat kualitasnya.
Sebab promosinya sudah lama dikenal. Problematikanya, kenyataan bahwa
jalinan ini mulai mengendur. Karena pergeseran nilai-nilai. Akibatnya, kita
kehilangan salah satu asset yang amat potensial. Apa upaya mendudukkanny
kembali ???
4. Rakyatnya rajin. Bagaimana memelihara dan memacunya ???
5. Setiap daerah memiliki keunggulan. Dari segi makanan, ada Rinuak
Maninjau, Karak kaliang Sungai Jariang, Pisang di Jambak, Kampung
Pisang dan Baso, Gulai Itiak Koto Gadang, Daun Kahwa dari Pagadih,
Randang Koto Tuo, Kue Kacang dari Biaro, Sarang Balam dari Batagak,
Bika dari Batu Palano, Kue Sangko dari Sungai Puar, Saka Lawang dan
Sungai Landir, Nasi Kapau dari Tilkam. Banyak sekali potensi yang bisa dijual.
Siapakah yang menjualnya sekarang ???
6. Setiap desa ada produk. Jauh sebelum Jepang menerapkan “one village one
product”. Tenunan Pandai Sikek (Batagak), Kerajinan emas (Guguak Tinggi,
Guguak Randah), Silver Work (Kotogadang), Konveksi (IV Angkat),

5
Kerajinan Besi (Sungai Puar), Tarawang (IV Angkat), Suji (Kamang dan
Tilatang). Tugas kedepan, adalah mebuat perubahan program dari
memperdayakan kepada memberdayakan. Mampukah kita ???
Kesimpulan
Pariwisata, mengundang orang untuk melihat apa yang tidak ada pada
mereka.
Pariwisata yang berhasil adalah yang menyajikan produk wisata yang bisa
mengasilkan pendapatan anak nagari. Mendorong mereka untuk hidup, dan
memberi hidup.
Pariwisata menyajikan produk yang belum atau tidak dimiliki orang lain
(produk unggulan). Semuanya itu, memerlukan kesiapan-kesiapan antara lain ;
1. Melibatkan seluruh unsur anak nagari berprilaku yang menarik.
2. Melibatkan kembali semua anak nagari memakaikan adat dan
agama yang terjalin erat dan rapi. Sehingga menjadi bahan
penelitian bagi orang lain. Contoh dinegeri orang, seperti di Bali,
Brunei, Malaysia, India, yang melaksanakan apa yang kita
sebutkan “indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan”, yaitu
budaya dan tamaddun.
3. Pariwisata yang akan lama bertahan dimasa mendatang, di abad
keduapuluh satu, adalah wisata budaya, alam, spiritual, ilmu
pengetahuan, disamping situs-situs peninggalan lama. Di Agam
masih tersimpan semuanya itu. Lebih jauh, akan lahir dengan
sendirinya para peneliti, kolektor potensi-potensi budaya tersebut.
4. Latihan pemandu wisata, yang beradat dan beragama menjadi
satu yang sangat utama sebagai pendukung pariwisata Luhak
Agam.
5. Event-event Internasional,
• Pertemuan pelukis sketsa Manca Negara dikaki Merapi,
Singgalang, Embun Pagi Danau Maninjau dan sebagainya.
• Pencak Silat Harimau Campo Luhak Agam,
• Layang-layang seperti Jepang atau Thailand,
• Festival tari, folk-lore, dan sejenisnya. Dan banyak lagi yang
bias digali secara kreatif.

Akhirulkalam, gagasan ini sesungguhnya bisa dikembangkan dalam scope


yang lebih luas Minangkabau, sebagai asset pariwisata Sumatera Barat.

Insya Allah.

Padang, 7 Nopember 1999

You might also like