Professional Documents
Culture Documents
BERDASARKAN PRINSIP
“ADAT BASANDI SYARAK
SYARAK BASANDI KITABULLAH”
oleh :
H. MAS’OED ABIDIN
1
kali tercecerkan – yang kemudian berujung rawan
akibatnya.
2
perlu tampilnya penggerak pembangunan nagari berbekal
teoritikus yang tajam, dan effektif, qanaah dan istiqamah di
bidangnya.
3
No.9/2000 tentang penugasan pemerintahan di nagari di
Sumatera Barat – sehingga tidak jarang terjadi setiap nagari
tumbuh dengan sikap bernafsi-nafsi dan condong kepada
melupakan nasib orang lain – yang tentu saja tidak pernah
terbayangkan adanya di dalam prinsip ABS-SBK itu --.
Persaingan bebas antar nagari -- tanpa kawalan -- akan
bergerak kepada “yang kuat akan bisa bertahan dan yang
lemah akan mati sendiri”, dan yang kuat akan menelan yang
lemah di antara mereka".
Tantangan sosial, budaya, ekonomi, politik disertai lemahnya
penghayatan agama di nagari-nagari dewasa ini, telah tampak
pada semua aspek kehidupan -- bahayanya tidak terelakkan
dan sangat terasa di beberapa medan dakwah dengan
maraknya pekat hingga ke taratak-taratak terpencil seperti
tuak, arak, judi, dadah, pergaulan bebas di kalangan kaula
muda, narkoba, dan beberapa tindakan kriminal dan anarkis –
sulit dibantah telah mengarah kepada dekadensi moral yang
merusak tatanan keamanan dan kaburnya prinsip-prinsip
ABS-SBK --. Kita perlu meyakini bahwa pengendali
kemajuan sebenarnya adalah agama dan budaya umat
(kita menyebutnya ABS-SBK dalam tataran umatisasi).1 Selain
itu mesti didukung budaya dan tamaddun yang dipakai turun
temurun oleh masyarakat kita – yang tidak lain adalah Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah --.
4
7. Peranan alim ulama di Minangkabau sejak dulu adalah
membawa umat -- melalui informasi dan aktifiti -- kepada
keadaan yang lebih baik, Kokoh dengan prinsip, qanaah
dan istiqamah. Berkualitas, dengan iman dan hikmah.
Ber-‘ilmu dan matang dengan visi dan misi.
Amar makruf nahyun ‘anil munkar dengan teguh dan
professional. Research-oriented dengan berteraskan
iman dan ilmu pengetahuan serta mengedepankan
prinsip musyawarah sebelum mufakat.
Keteguhan peran sedemikian, Insya Allah akan mampu
merajut khaira ummah yang niscaya akan diperhitungkan
mendunia karena masyarakat nagari akan pacak menghadapi
kompleksitas di alaf baru – yang amat ditentukan kekuatan
budaya dominan yang dipunyai.
Suatu kecemasan ada di depan kita -- bahwa sebahagian
generasi yang bangkit kurang menyadari tempat berpijak --,
maka sangat diperlukan penyatuan gerak langkah dalam
membentuk generasi pembaharuan (inovator) yang tidak
boleh diabaikan agar tidak terlahir generasi konsumptif yang
akan menjadi benalu bagi bangsa dan negara.
Kelemahan mendasar ditemui pada melemahnya jati diri
karena kurangnya komitmen kepada nilai-nilai luhur
agama yang menjadi anutan bangsa.
Kelemahan ini dipertajam oleh tindakan isolasi diri dan
perbudakan politik, ekonomi, sosial budaya – disertai oleh
lemahnya minat menuntut ilmu -- yang menutup peluang
untuk berperan serta dalam kesejagatan.2
Semakin parah karena adanya pihak-pihak lain yang
memulai geraknya dengan uluran tangan pemberian.
5
SBK – di dalam tatanan kehidupan menjadi landasan dasar
pengkaderan re-generasi di nagari-nagari di Minangkabau
-- dengan menanamkan kearifan dan keyakinan -- bahwa
apa yang ada sekarang akan menjadi milik generasi
mendatang. Konsekwensinya, kita memikul beban
kewajiban -- memelihara dan menjaga warisan kepada
generasi pengganti, secara lebih baik dan lebih sempurna.
6
melemahnya syarak diantaranya berkurangnya minat
menyerahkan anak-anak ke Surau-surau, Majelis Ta’lim,
TPA, MDA, bahkan melemahnya frekuensi pengajian-
pengajian Al-Qur’an, dan merebaknya kebiasaan
meminum minuman keras (Miras) pada sebahagian – kecil
(?) -- kalangan muda-remaja di nagari-nagari dan
berkembangnya keinginan bergaul bebas di luar tatanan
dan batas-batas adat dan syarak (agama) --.
• Keberhasilan mengembalikan umat kembali kepada
syari’at – agama Islam -- tidak semata hasil perjuangan
para ulama dan da’i tetapi juga keikut sertaan semua
komponen di tengah masyarakat itu. Pada beberapa
nagari dewasa ini dalam euforia kembali ke nagari mulai
tampak keinginan membangun nagari dengan memulai
dari penataan akhlak masyarakat anak nagari, akan tetapi
seringkali tidak terikuti oleh pembinaan yang intensif,
antara lain disebabkan :
a. Kurangnya tenaga tuangku, imam khatib dan alim
ulama yang berpengalaman – di antaranya mungkin
juga disebabkan berkurangnya jumlah mereka di
nagari-nagari atau karena perpindahan ke kota dan
kurangnya minat menjadi imam-khatib dan alim ulama
di nagari itu --.
b. Penyebab lain, mungkin mulai terabaikannya
kesejahteraan alim ulama di nagari-nagari secara
materil yang tidak seimbang dengan tuntutan yang
diharapkan oleh masyarakat dari seorang da’i – di
antara jalan keluarnya dapat diupayakan pemerkasaan
mereka dengan jalan pelembagaan musyawarah, dan
penetapan anggaran nagari atau sumber tetap dari
masayarakat --, karena umumnya imam-khatib
bukanlah pegawai nagari yang memiliki penghasilan
bulanan yang tetap – telah dianggarkan dalam APBD –
padahal mereka senantiasa dituntut oleh tugasnya
untuk selalu berada di tengah umat di nagari yang
dibinanya.
c. Memang tantangan dakwah selalu berhadapan dengan
tantangan yang sangat banyak, namun uluran tangan
yang didapat hanya sedikit. Mengatasi situasi ini selain
7
dengan modal kesadaran dan memanfaatkan jalinan
hubungan yang sudah lama terbina – perlu pula
penyadaran prinsip-prinsip ABS SBK yang akan
mampu melahirkan sikap (mental attitude) yang penuh
semangat vitalitas, enerjik, dan bernilai manfaat
sesama masyarakatnya.
8
mencapai ujud keberhasilan, mesti di sejalankan dengan
kelompok umara’ – pemegang kendali pemerintahan nagari
-- yang adil, agar dapat dirasakan spirit perubahan
membangun kembali masyarakat nagari.
Khulasahnya adalah,
Memerankan kembali organisasi informal di nagari-nagari
di seiringkan dengan refungsionisasi peran alim ulama cerdik
pandai “suluah bendang dalam nagari” yang andal sebagai alat
untuk membangun masyarakat nagari berdasarkan prinsip ABS-SBK
dengan sistem komunikasi dan koordinasi antar komponen
masyarakat di nagari pada pola pembinaan dan kaderisasi pimpinan
dan organisasi banagari secara jelas.
9
meng-efektifkan media pendidikan anak nagari dalam pembinaan
umat untuk mencapai derajat pribadi taqwa, serta merencanakan
dan melaksanakan kegiatan dalam hubungan hidup bermasyarakat
sesuai tuntunan syarak (Agama Islam).
10
Bio Data
H. Mas’oed Abidin bin Zainalabidin Abdul Jabbar Imam
Moedo, bergelar adat Majo Kayo,
11
4. Taushiyah DR. Mohammad Natsir, Pustaka Mimbar
Minang, Padang – 2001 (dalam proses pencetakan).
5. Pernik-Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang,
Padang 2001 (dalam pencetakan).
12