Professional Documents
Culture Documents
TEORI DASAR
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur fungsional pokok, yaitu :
Bangunan – bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari
sungai atau waduk.
Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak
tersier.
Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif,
air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di
dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
ke sungai atau saluran-saluran alamiah
Ad. 1. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur,
air kelebihan akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam
suatu kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah dalam
organisasi jaringan irigasi semacam ini.
Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang
sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
pembagian air. Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah diorganisir tapi
memiliki kelemahan yang serius.
Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya jaringan irigasi
itu terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai
daerah rendah yang subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan banyak biaya dari
penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
Karena bangunan pengelaknnya bukan bangunan tetap atau permanen, maka umurnya
mungkin pendek.
2.8. SALURAN
Pada jaringan irigasi, saluran pembawa dapat dibagi :
Saluran induk (primer)
Adalah saluran yang dimulai dari pintu pemasukan atau pengambilan bebas sampai
ke bangunan bagi.
Saluran sekunder
Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan menerima air
dari saluran induk atau saluran tersier sebulumnya.
Saluran tersier
Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air dari saluran
sekunder. Luas petak tersier 50 – 150 ha.
Saluran kuarter
Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air dari saluran
tersier. Luas petak kuarter 8 – 15 ha.
Saluran pembuang
Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah dipakai pada petak-
petak petani dan mengaliri daerah garis tinggi atau tegak lurus di atasnya dan
terletak pada daerah rendah atau lembah-lembah.
2.10.2.Petak Tersier
Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang terjauh dari
bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam pembagian air.
Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar 50 – 150 ha.
Batas-batas petak tersier sedapat mungkin nyata kelihatan, misalnya
ditentukan menurut :
Jalan raya / jalan desa
Saluran induk / saluran sekunder
Saluran pembawa / saluran pembuang
Batas kabupaten / kecamatan / desa
Sungai
2.11.PERHITUNGAN LUAS PETAK
Untuk menghitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan alat
plannimeter. Namun dengan cara pendekatan, petak sawah dapat dibagi atas bentuk
segitiga, trapesium, empat persegi panjang dan sebagainya, kemudian dikali dengan
skala pada peta, maka luas sesungguhnya diperoleh.
2.12.1.Sistem supply
SiKi
90 120
artinya adalah :
unit tersier ini dilayani saluran tersier siki
luas unit tersier adalah 90 ha
kebutuhan air pada saat rendaman penuh 120 l/dt
2.12.2.Saluran Pembuang
Saluran pembuang pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang lebih
kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak
sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama
dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d=drainase).
A × NFR × c
Q= (sumber : Kp 03, hal 4)
e
dimana :
Q = debit rencana (m3/dt)
c = koefisien lengkung kapasitas tegal / rotasi
= 1 untuk l < 10.000 ha
A = luas daerah yang akan diairi (ha)
e = efisieinsi
= 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran primer dan
sekunder
NFR = kebutuhan air normal / netto untuk tanaman padi
= 1,2 – 1,5 l/dt/ha
= 1 mm/hr = 1/8,64 l/dt/hr
Debit rencana K
m3/dtk m /dtk
1/3
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
Q<1 dan saluran tersier 35
Sumber : Kp-03, hal 18
2.13.3.Dimensi Saluran
Pada perhitungan dimensi saluran digunakan rumus Harring Huizen :
V = 0,42 (Q)0,182 (m/dt)
h’ = 0,775 (Q)0,284 (m)
n = 3,96 (Q)0,25 - m (m)
b = n * h’
Kontrol h’ akibat pembulatan b ;
A =Q/V
A = (b + m.h)h
P = b +( 2h × 1 +m 2 )
A
R = (m)
P
w = 0,25h + 0,3 (m)
T = b + 2 mh (m)
2
V
I = 2/3
k .R
Dimana :
A = luas penampang saluran (m2)
h = tinggi muka air pada saluran (m)
m = kemiringan talud
n = perbandingan b dengan h
w = tinggi jagaan (m)
Q = debit aliran (m3/dt)
2.15.1.1.Perencanaan Hidrolis
Perencanaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian segi empat
adalah:
Q = Cd Cv 2/3 (2/3 g)1/2 bc h11,50 (sumber : Kp 04, hal 7)
Dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
= Cd adalah 0,93 – 0,10 H1/L ; untuk 0,1 < H1/L < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu, m
L adalah panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari gambar 2.1, yang
memberikan harga-harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
Gambar 2.1 Cv sebagai fungsi perbandingan Cd A*/A’
(sumber Kp-04, hal 8)
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk trapesium adalah:
Q = Cd (bcyc + mc2) [2g ( H1 – yc)0,5] (sumber : Kp-04,hal 8)
Dimana :
bc = lebar mercu pada bagian pengontrol, m
yc = kedalaman air pada bagian pengontrol, m
m = kemiringan samping pada bagian pengontrol
2.16.2.Pintu Sorong
2.17.1.Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer, sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur muka air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu
bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu
sadap lainnya hanya mengukur debit.
Adalah biasa untuk memasang pintu pengatur disalurkan terbesar dan membuat alat-
alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yan lebih kecil.
2.17.2.Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempat-tempat dimana
terletak bangunan sadap dan bagi.
Khususnya di saluran-saluran yang kelihatan tinggi energinya harus kecil, bangunan
pengatur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan
sewaktu terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong harus dapat diangkat
sepenuhnya dari dalam air selama tejadi debit rencana, kehilangan energi harus kecil
pada pintu scot balk jika semua balok dipindahkan. Disaluran-saluran sekunder dimana
kehilangan tinggi energi tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat
dirancang tanpa menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas.
2.17.3.Bangunan Sadap
2.18.1.Bangunan terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan maksimum telah
lebih curam dari kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini
mempunyai empat bagian fungsional yang masing-masing memiliki sifat perencanaan
yang khas.
• Bangunan hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aluran menjadi superkritis.
• Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
• Bagian tepat di sebelah hilir potongan U yaitu tempat dimana energi
diredam.
• Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi.
Vu = 2.g.∆ Z
Dan selanjutnya :
Yu = q / Vu
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan
Froude tak berdimensi :
Fru = Vu / 2.g.∆ Z
Geometri bangunan terjun dengan perbandingan panjang yd/∆ z dan Lp/∆ z
kini dapat dihitung dari Gambar 2.3
Gambar 2.3 Grafik tak berdimensi dari geometri bangunan terjun tegak
(KP-04 Hal 88)
Catatan :
• Bila perubahan tinggi energi di atas bangunan < 1,50 m, digunakan bangunan
terjun tegak.
• Bila perubahan tinggi energi ( tinggi jatuh ) > 1,50 m, digunakan bangunan
terrjun miring.
• Untuk Fru < 1.7 ; tidak diperlukan kolam olak.
• Bila 1,7 < Fru < 2,5 ; digunakan terjunan dengan ambang ujung.
• Bila 2,5 < Fru < 4,5 ; digunakan kolam USBR tipe III, kolam Vlugter atau
kolam dengan ambang ujung.
2.18.2.Siphon
Shipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran (biasanya
pembuang) atau jalan. Pada shipon air mengalir karena tekanan. Perencanaan hidrolis
shipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk,
kehilangan karena gesekan, kehilangan pada bagian siku shipon, serta kehilangan pada
peralihan keluar. Diameter minimum shipon adalah 0,60 m, untuk memungkinkan
pembersihan dan inspeksi. Disaluran-saluran yang lebih besar, shipon dibuat dengan
pipa rangkap (double barrels) guna menghindari kehilangan yang besar didalam shipon,
jika bengunan itu tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga
menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan
pembangunan. Shipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang
periksa ( man hole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan khususnya untuk
jembatan shipon.
Kecepatan aliran
Untuk mencegah sedimentasi, kecepatan aliran dalam shipon harus tinggi.
Tetapi kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi.
Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepata aliran dan kehilangan tinggi energi
yang diijinkan harus tetap terjaga. Kecepatan aliran dalam shipon harus dua kali lebih
tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran. Kecepatan yang dianjurkan adalah
1,5 – 3,0 m/det
Potongan melintang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan ole nilai banding b/h,
dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai banding
berkisar antara 1 – 3 yang menghasilkan potongan melintang hidrolis yang ekonomis.
Kemiringan melintang
Kecepatan dalam bangunan lebih tinggi daripada kecepatan di potongan
saluran biasa, tetapi kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
akan terjadi kecepatan superkritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil.
Untuk itu nilai banding potongan melintang diatas memberikan kemiringan maksimum
(i)=0,002.
Tinggi jagaan
Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang harus dipakai harga-harga
ruang bebas berikut :
• Pembuang intern : Q5 + 0,50 m
• Pembuang ekstern: Q25 + 1,00 m
• Sungai : Q25 + ruang bebas bergantung keputusan perencana, tetapi tidak
kurang dari 1,50 m.