Professional Documents
Culture Documents
Dalam
Yang Terhormat:
Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah |1
Peserta FGD yang saya hormati,
Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah |3
sudah meningkat mencapai hampir 70%, namun demikian jumlah
sampah yang diolah masih tergolong rendah yaitu 7%.
Jika kita lihat dari sisi lain, sesungguhnya sampah dan berbagai
aspek pengelolaannya sebenarnya merupakan suatu sumber daya yang
menjanjikan. Disamping dijual sebagai kompos dan produk sampingan
lainnya, sampah juga bisa diolah menjadi sumber energi terbarukan
yang dapat membuka lapangan kerja. Hal ini sejalan dengan tujuan UU
Pengelolaan Sampah yang selain untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan, juga menjadikan sampah sebagai
sumber daya.
ttd
Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah |5
9/2/2010
1
9/2/2010
PEMBIAYAAN
2
9/2/2010
6. PASAL 17A
a. AYAT 1: MENTERI/KEPALA LEMBAGA/KEPALA DAERAH DAPAT MEMBERIKAN
DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PROYEK KERJASAMA SESUAI DENGAN
LINGKUP KEGIATAN;
b. AYAT 2: DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK KONTRIBUSI FISKAL
HARUS TERCANTUM DALAM APBN DAN/ATAU APBD;
c. AYAT 3: DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK PERIZINAN, PENGADAAN
TANAH, DUKUNGAN SEBAGIAN KONSTRUKSI, DAN/ATAU BENTUK LAINNYA;
d. AYAT 4: MENTERI KEUANGAN DAPAT MENYETUJUI PEMBERIAN DUKUNGAN
PEMERINTAH DALAM BENTUK INSENTIF PERPAJAKAN.
3
9/2/2010
BAHAN DISKUSI
1. SESUAI PENERAPAN PRINSIP PELAYANAN PUBLIK, PEMERINTAH DAN PEMERINTAH
DAERAH DIWAJIBKAN MEMBIAYAI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH.
DENGAN KETENTUAN INI, APAKAH POLA KPS UPAYA ‘MENGHINDARI’ KEWAJIBAN
TERSEBUT?
2. PRINSIP KERJASAMA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH -> ANTARPEMERINTAH
DAERAH -> BELUM ADA KETENTUAN YANG MENGATURNYA. APAKAH MODEL
SEKRETARIAT BERSAMA KARTAMANTUL ATAU MODEL DKI JAKARTA-BEKASI
SEBELUM 2009 DAPAT DICONTOH?
3. PRINSIP KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH -> ANTARA PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA DAN BADAN USAHA. APAKAH POLA KPS MERUPAKAN
IMPLEMENTASI PRINSIP KEMITRAAN TERSEBUT? APAKAH PENGELOLAAN TPST
BANTARGEBANG MENGGUNAKAN POLA KPS INI? APAKAH POLA KPS INI BISA
DIPAKAI DI KOTA LAIN? JIKA YA, KENAPA TPA BENOWO SURABAYA TIDAK BISA
MENGGUNAKAN POLA YANG SAMA?
4. MENGAPA PERPRES 13/2010 MEMASUKKAN INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN
(SEHARUSNYA PENGELOLAAN SAMPAH) DALAM INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH,
BUKAN BERDIRI SENDIRI? MENGAPA INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN TERDIRI
DARI ANGKUTAN DAN PEMBUANGAN, BUKAN ANGKUTAN, TEMPAT PEMROSESAN
AKHIR (TPA) DAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST)?
4
9/2/2010
PENUTUP
1. DALAM UPAYA MEMATUHI UU 18/2008 DAN MENGANTISIPASI MENINGKATNYA
JUMLAH TIMBULAN SAMPAH, KETERBATASAN LAHAN UNTUK TPA, DAN
TINGGINYA BIAYA INVESTASI, OPERASIONAL & PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR
PENGELOLAAN SAMPAH, PEMBANGUNAN TPST DENGAN POLA KPS SEPERTI TPST
BANTARGEBANG AKAN MENJADI KEBUTUHAN KOTA-KOTA BESAR DI INDONESIA
DALAM 5 TAHUN KE DEPAN.
2. OLEH SEBAB ITU, PERLU SEGERA DISUSUN ATURAN DAN MEKANISME KPS DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH YANG TETAP, SINERGIS, TRANSPARAN, ADIL, DAN SALING
MENGUNTUNGKAN.
3. MENGINGAT SUDAH BANYAK INVESTOR YANG MELIRIK BISINIS SAMPAH.
TERIMA KASIH
Prepared by Uso
usosidik@menlh.goid
5
9/2/2010
Outline presentasi
• Pengelolaan sampah
• Kondisi kesiapan daerah
• Kerjasama pengelolaan sampah
• Dasar hukum pembiayaan
• Strategi dan arah kebijakan pembangunan
pengelolaan sampah
• Kerjasama Pemerintah Swasta
1
9/2/2010
Pengelolaan Sampah
Dasar hukum:
• UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah
– Perubahan paradigma: kumpul-angkut-buang prinsip 3R terintegrasi
– Pelibatan seluruh stakeholder
– Sanitary landfill
• RPJMN 2010-2014
– Target pembangunan persampahan yaitu tersedianya akses pengelolaan
sampah bagi 80% rumah tangga di daerah perkotaan
• Rencana Aksi Nasional – Gas Rumah Kaca
– Termasuk dalam Sektor Limbah, mempunyai target penurunan emisi
sebesar 0,048 GigaTon atau sebesar 6,1 % dari target nasional 26% di tahun
2020
– Pengembangan/revitalisasi TPA menjadi sistem sanitary landfill, serta
peningkatan cakupan sistem pengolahan air limbah terpusat (off site)
Pengelolaan Sampah
Kondisi Umum
• Sampah terangkut meliputi 20,63% timbulan sampah atau sekitar 40% di
perkotaan (BPS, 2007).
• Pembakaran sampah dipraktekkan oleh lebih dari 60% rumah tangga, dan lebih
dari 20% lainnya membuang sampah sembarangan (BPS, 2007).
• 98% TPA masih berupa open dumping
• Paradigma pengelolaan persampahan di masyarakat masih berupa ”end of pipe
treatment”
• Kegiatan 3R masyarakat masih sporadis, belum terintegrasi dan terkoneksi
dengan sistem skala kota
• Rendahnya alokasi dana*:
– tidak lebih dari Rp 15.000,- /ton sampah (rata-rata kota di Indonesia) dari dana ideal
Rp 100.000,00/ ton sampah
– Rp 10.070/orang/tahun (<1% GDP/cap Indonesia 2008, + USD 2200 ) Lebih kecil
daripada rata-rata pengeluaran ”Low Income Country” sebesar 11% GDP (kira-kira Rp
570.000)
2
9/2/2010
DEMAND
- Kesadaran akan kebutuhan pembangunan sarana
dan prasarana pengelolaan sampah
WILLINGNESS
Permasalahan pendanaan : terbatasnya
pendanaan
1. Pendanaan
Pengembangan alternatif
– Masih bertumpu pada dana pemerintah
pendanaan selain dana
– Belum tariff recovery
pemerintah
– Rendahnya keberlanjutan, kurang efektif dan
efisien
2. Kapasitas perencanaan
Peningkatan kualitas
– Belum adanya rencana yang jelas
perencanaan
– Kurangnya baseline data
5
SSK: Perencanaan strategis pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif dan koordinatif
Prinsip penyusunan:
• Dari, oleh, dan untuk kabupaten/kota
• Komprehensif, skala kota (city wide), dan lintas sektor
• Penggabungan pendekatan top down dan bottom up
• Didasarkan pada data/kondisi sebenarnya (cakupan layanaan, program/kegiatan existing,
perilaku, dll)
• Penentuan kondisi saat ini, isu prioritas, strategi, kebijakan, dan program
• Perencanaan sebagai portfolio pendanaan (swasta, donor, dll)
3
9/2/2010
• Pemerintah:
– Skema regional
– Twinning program: capacity building.
• Masyarakat: •Tujuan non-profit
– Skala yang lebih kecil, pengumpulan dan 3R skala •Lebih Pro-MBR
komunal
– Fasilitasi kelembagaan, teknis dan pembiayaan
mandiri (biaya operasional, termasuk untuk biaya
pengangkutan ke sistem pengelolaan sampah
kota)
• LSM:
– advokasi, fasilitasi dan penguatan kapasitas
masyarakat
– operasional pengelolaan sampah komunal
4
9/2/2010
Sumber-sumber pendanaan
1. APBN
2. APBD
3. Pinjaman/Hibah Luar Negeri
4. Swasta
5. Masyarakat
10
5
9/2/2010
11
12
6
9/2/2010
Mengapa KPS?
Tanpa KPS* KPS*
Bila biaya tinggi dan cakupan Sektor swasta dapat menyediakan cara untuk:
layanan tidak mencukupi •meningkatkan efisiensi
•menurunkan biaya
dengan prinsip-prinsip komersial, dengan tetap
memperhatikan pelayanan kepada pelanggan
Bila dana pemerintah untuk Sektor swasta dapat memobilisasi dana investasi yang
investasi tidak mencukupi diperlukan
Bila pengalaman pemerintah Sektor swasta dapat mengadopsi pengalaman lokal dan
kurang dalam mengelola internasional dalam pengelolaan sampah,
persampahan memperkenalkan teknologi yang terbukti efektif, dan
keahlian dalam manajemen pengelolaan
Memerlukan:
• Persiapan/perencanaan: Skema institusional, Mekanisme pendanaan, Subsidi dan
kebijakan untuk layanan untuk MBR
• Kapasitas dan komitmen pemerintah
• Perlu dukungan eksternal: fasilitasi, finansial
*)Sumber: Cointreau, Private Sector Participation in Municipal Solid Waste Management, 2000
13
Sumber KAB/KOTA A
sampah TPA
Regional
Sumber
sampah Transfer
Sumber Station Sumber
sampah KAB/KOTA sampah
B
APBD Kab/Kota APBD Provinsi/ APBN/ Swasta
• Investasi sistem pengumpulan sampah • Investasi jalan akses ke TPA Regional • Investasi sel-sel dan
Kab/Kota • Investasi OP di TPA Regional kolam lindi
• Investasi alat angkut sampah ke TPA • Pengadaan lahan untuk TPA • Pengadaan alat-alat
Regional Regional berat di TPA Regional
• Fasilitasi pengadaan lahan Transfer • Pembentukan institusi Pengelola • Investasi jalan
Station TPA Regional operasional di TPA
• Melaksanakan pengumpulan & • Pembentukan Badan Regulator Regional
pengangkutan sampah dari sumber ke • Penerbitan Peraturan • Bantek Perencanaan
TPS/TPA Pengoperasian TPA Regional • Perkuatan Institusi
• Perkuatan institusi pengangkutan • Pengaturan Tipping Fee
sampah di kab/kota
• Pembayaran jasa pengelolaan jasa
pengelelolaan sampah ke TPA Regional 14
Sumber: Sambutan Dir. Bina Program, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010
• Pengaturan tarif retribusi sampah
7
9/2/2010
15
Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission
Reduction in Cities, SWM, 2010
16
Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission
Reduction in Cities, SWM, 2010
8
9/2/2010
17
Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission
Reduction in Cities, SWM, 2010
18
Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission
Reduction in Cities, SWM, 2010
9
9/2/2010
Wrap up
19
Terima kasih
20
10
9/2/2010
Outline Presentasi
Latar belakang/faktor pendorong
Aktor dan stakeholder
Nilai/prinsip integrasi
Mekanisme/prosedur integrasi
Role sharing/pembagian peran
Bentuk dan Substansi integrasi
System Pengelolaan
Manajemen pengelolaan konflik
Manajemen pengembangan jaringan
Hasil & refleksi integrasi
1
9/2/2010
Latar Belakang
Faktor geografis
Hubungan fungsional integratif
sarana dan prasarana
Komitmen bersama meningkatkan
pelayanan publik di wilayah
Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta
Kabupaten Bantul
Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta
2
9/2/2010
Permasalahan:
Banyak llegal Dumping di wilayah “grey area”
Penempatan Lokasi TPA.....?
Bagaimana keterlibatan masyarakat/swasta.....?
DPRD Kota
DPRD Propinsi Yogyakarta
Tokoh
DPRD Kabupaten Aktor Utama: Masyarakat,
Sleman Bappeda , Dinas Swasta
PU, Dinas Teknis
Terkait
Perguruan Tinggi
3
9/2/2010
Manfaat Kerjasama
Kekuatan yg Kemajuan yg
lebih besar lebih tinggi
(sinergi)
Dapat lebih
Menghilangkan ego
Alasan perlunya berdaya
daerah
kerjasama
Memelihara Mencegah
keberlanjutan konflik
Memperoleh
akses yg sama
4
9/2/2010
Penerima Mandat
(bergilir 3 tahun)
Tim Pengawas
(Kepala SKPD Teknis)
Kabupaten/Kota
Tim Teknis
UPTD Pengelola
5
9/2/2010
System Pengelolaan
Existing:
Controlle Landfill sedang diupayakan menuju Sanitary
Landfill untuk memenuhi UU 18/2008
Sharing pembiayaan untuk Operasi dan pemeliharaan
berdasarkan volume sampah
Mengupayakan penerapan teknologi Methane Capture
untuk reduksi gas beracun dari TPA Piyungan bekerjasama
dengan pihak Asing (Shimizu Co Japan) telah teregister di
UNFCCC No. 2751.
Mengupayakan teknologi landfill mining untuk
memperpanjang umur teknis TPA
Pengurangan sampah dari sumber (3R) berbasis masyarakat
6
9/2/2010
7
9/2/2010
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
8
9/2/2010
Pengelolaan Lingkungan
Sosialisasi
Penanganan masalah
dengan melibatkan
masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat
Menindaklanjuti
komplain masyarakat
dengan cepat
Pemberdayaan 3R
9
9/2/2010
Kerjasama Sekber
Kartamantul dengan
Shimizu Coporation Jepang
dan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
untuk pemanfaatan gas
metana di TPA Piyungan
3 Local Government
STEERING TEAM STAKEHOLDER
PROVINCE Direction, Instruction Request
HEAD/SECRETARY SEKBER
External Advisory Management Operation Team
TECHNICAL TEAM
Preparation & Implementation
10
9/2/2010
11
PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI
BERBASIS KOMUNITAS
DI KOTA SURABAYA
KOMPOSISI SAMPAH
ANORGANIC ORGANIC
Plastic : 10,09 % Total : 72,41 %
Metal : 1,41 %
Clothes : 2,68 %
Glass : 1,70 %
Woods : 2,39%
Paper : 7,26 %
Roads : 0,46%
Other : 1,48 %
Total : 27,59 %
27,59%
Organic
72,41%
Anorganic
1
BAGAN ALUR DAN TANGGUNG JAWAB PENGUMPULAN DAN
PENGANGKUTAN SAMPAH BERDASARKAN PERDA NO 4 TAHUN 2000
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN
1. Pemukiman
TPS
2. Penyapuan Jalan
Pasar PD Pasar
DKP
Masyarakat RW
TPS
( Pemukiman ) Gerobak Sampah Kendaraan
Angkutan Sampah
2
KEGIATANNYA MELIPUTI:
E. PRODUK
1. Kompos
Diawali kerjasama dengan Universitas Surabaya dalam
penemuan metode pembuatan kompos dengan tong
komposter aerob (skala 5-10 keluarga). Kemudian
dilanjutkan kerjasama dengan Kota Kitakyushu dalam
ditemukannya “Takakura home method”, yaitu suatu
metode pembuatan kompos berskala rumah tangga.
Selanjutnya dikembangkan oleh masyarakat dengan beberapa
bentuk tetapi dengan metode yang sama.
2. Komoditas Daur Ulang
Sampah anoganik didaur ulang menjadi berbagai macam produk,
seperti tas, payung, dll.
Ada 10 UKM yang memproduksi komoditas daur ulang dalam
masyarakat yang mendapatkan pendanaan dari pemerintah lokal.
3
STRUKTUR HUBUNGAN
YANG BAIK
Keuntungan Keuntungan
Bersama Bersama
PEMERINTAH
LINGKUNGAN
Keuntungan
MASYARAKAT Bersama STAKEHOLDERS
20000
PENAMBAHAN JUMLAH
JUMLAH RT PESERTA PESERTA
SURABAYA 15000
SURABAYA GREEN
GREEN AND CLEAN
AND CLEAN
10000 5684
2774
3000 5000
2500 0
1797 2007 2008 2009
2000
0 400
2005 2006 2007 2008 2009 350
300
173
250
123
200
150
100
50
0
2007 2008 2009
4
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) BENOWO
• Terletak di Wilayah Surabaya Bagian Barat (Benowo)
• Dimanfaatkan pertama kali pada Tahun 2001
• Controlled Landfill System
• Luas total lahan = 37,4 Ha
5
KENDALA DAN MASALAH
1. Peraturan yang menunjang untuk pengelolaan sampah;
2. Belum semua warga kota Surabaya melakukan pengolahan sampah dari
sumbernya;
3. Sulitnya mencari lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat
Pembuangan Sementara (TPS);
4. Keterbatasan peralatan;
5. Pengolahan sampah di TPA masih menggunakan Controlled Landfill System
(karena keterbatasan anggaran untuk Sanitary Landfill System).
T
E
R
I
M
A
K
A
S
I
H