You are on page 1of 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2
fungsi utama yaitu mengeleminasi sisa – sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta
mempertahankan homostatis cairan tubuh.
Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 – 1500 ml urine dalam satu
hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet
tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada
proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi,
volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk
metabolisme tubuh adalah 500 ml.
Ada beberapa metode pemeriksaan atau uji terhadap urine. Diantaranya adalah uji
benedict, uji obermeyer, uji koagulasi, uji pigmen empedu, dan lain-lain. Uji indikan atau
obermeyer merupakan uji untuk mengetahui adanya pembusukan triptofan oleh bakteri
usus yang diubah menjadi indol kemudian mengalami penyerapan kembali ke dalam
darah dan dibawake hati dan akan mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil
sulfat. Sedangkan untuk uji glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan uji
semikuantitatif dengan pereaksi benedict, sedangkan uji protein dalam urine dapat
dilakukan dengan koagulasi melalui pemanasan. Dan uji pigmen empedu bila diperoleh
adanya pigmen empedu pada urine.
Oleh karena pentingnya penentuan kadar glukosa pada urine maka diperlukan
pengujian diatas agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dan juga untuk mengetahui hasil
pemeriksaan urine normal dan urine diabetes.

1.2. Tujuan Percobaan


 Mengetahui hasil uji warna pada uji benedict dan penafsirannya.
 Mengetahui hasil uji indikan pada penderita diabetes dan urin normal.
 Mengetahui hasil uji koagulasi pada urine diabetes dan urine normal.
 Mengetahui hasil uji pigmen empedu pada urine diabetes dan urine
normal.
1.3. Prinsip Percobaan
1.3.1. Uji Benedict
Didasarkan pada senyawa glukosa yang mempunyai gugus aldehid bebas
akan mereduksi ion kupri (benedict) dalam suasana alkalis menjadi
kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah (Cu2O). Banyak
endapan merah bata yang terbentuk menunjukkan kadar glukosa didalam
urin.
1.3.2. Uji Indikan (obermeyer)
Didasarkan pada ada tidaknya pembusukan asam amino triptofan dalam
usus dimana gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang
mengandung FeCl3 dalam HCl pekat yang akan membentuk warna indigo
yang larut dalam kloroform.
1.3.3. Uji Koagulasi
Didasarkan pada penentuan adanya protein dalam urine dimana urine yang
dipanaskan akan mengalami koagulasi akibat kenaikan suhu. Endapan
protein ini bersama fosfat, dimana penambahan asam asetat akan
menunjukkan perbedaan yaitu fosfat yang larut dalam asam asetat
sehingga bila masih ada endapan maka positif adanya protein.
1.3.4. Uji Pigmen Empedu
Didasarkan pada penentuan pigmen empedu yang merupakan salah satu
protein yang mengalami denaturasi oleh penambahan HNO 3 pekat yang
tampak sebagai cincin putih diantara dua cairan. Oksidasi terhadap pigmen
– pigmen ini menghasilkan sejumlah pigmen – pigmen lain denagn warna –
warna mulai hijau menjadi biru, ungu, merah dan jingga.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Urin
Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2
fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta
mempertahankan homostatis cairan tubuh.
Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 – 1500 ml urin
dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi.
Pembentukan urine dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi
protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses
metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume
urine berkembang. Volume urine yang diperlukan untuk mengekskresi produk
metabolisme tubuh adalah 500 ml.
Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam,
nefritis akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri
(tidak berbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok,
nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal.
Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada
diabetes inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiapa hari dapat
mencapai 10-20 L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1
hari.
Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 – 20.00) dan urin malam hari (pukul
20.00 – 08.00) adalah 2 : 1, kadang – kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat
berubah atua bahkan terbalik.
Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih
dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24
jam adalah 1,003 – 1,030. pH bersifat (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai
8,0.
Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :
 Klorida sebagai NaCl = ± 100 gr
 Ca2+, Mg2+ dan iodium = sedikit
 Urea = ± 20 – 30 gr
 Kreatinin = 1,5 gr
 Amonia = 0,7 gr
 Asam Urat = 0,7 gr
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan
enzim.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein dan
berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit tertentu.
Dalam saluran kemih dapat terjadi pembentukan batu sebagai akibat menurunnya
kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira – kira satu per tiga batu saluran kemih
terdiri dari Ca-fosfat, Ca-karbonat dan Mg aluminium fosfat. Pembentukan batu terjadi
akibat peningkatan eskresi kalsium , infeksi dan peningkatan pH. Dalam urin juga dapat
ditemukan batu oksalat dan batu asam urat. (Hafiez Soewoto,2001)

2.2. Insulin Merupakan Hormon Hipoglikemia


Pada akhir abad ke-19, penemuan bahwa pengambilan pankreas dari anjing
menimbulkan keadaan menyerupai diabetes melitus pada manusia. Pada hewan
tersebut, seperti pada manusia dengan diabetes, tingkat glukosa darah menjadi tinggi
secara abnormal. Keadaan ini disebut hiperglikemia. Begitu banyak glukosa dikeluarkan
di dalam air seni sehingga rasanya manis, keadan ini disebut glikosuria. (Diabetes
melitus dan diabetes inpidus, keduanya menimbulkan pengeluaran air seni dalam
jumlah banyak, pernah dibedakan berdasarkan pengujian air seni). Usaha untuk
mengobati anjing-anjing yang sudah tidak memiliki pankreas lagi yang dilakukan dengan
memberi makanan berupa jaringan pankreas mentah dari hewan normal, gagal ; tetapi
suntikan ekstrak pankreas normal terhadap anjing-anjing tersebut mengurangi gejala
diabetes. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya unsur aktif yang ada di dalam
ekstrak pankreas dapat diisolasi dalam bentuk murni pada tahun 1922. Zat tersebut
dinamakan insulin (“zat dari pulau”), karena jaringan pulau-pulau dikenal sebagai
sumber hormon tersebut. Dalam waktu singkat insulin digunakan dalam pengobatan
penyakit diabetes pada manusia.
Insulin disintesis oleh sel-sel β atau B pada pankreas dalam bentuk prekursor yang
tidak aktif. Prekursor insulin langsung disebut proinsulin yang merupakan polipeptida
berantai tunggal dengan 78-86 residu, tergantung pada spesiesnya. Proinsulin dari
pankreas lenibu mempunyai 81 residu dan dua jembatan disulfida. Zat-zat ini disimpan
dalam granula sel-sel B dari jaringan pulau-pulau sampai datangnya isyarat untuk
sekresi. Pada saat itu proinsulin darah diubah menjadi insulin aktif oleh kegiatan
peptida-peptida spesifik, yang menguraikan ikatan dua peptida dalam rantai proinsulin,
memindahkan bagian tengahnya. Dua residu asam amino kemudian digeser dari ujung
segmen tengah oleh kegiatan peptidase untuk menghasilkan L-peptida. Dua segmen
yang dari rantai asal proinsulin menjadi rantai A dan B insulin yang disatukan oleh dua
jembatan disulfida.
Proinsulin sendiri dibuat dari prekursor sebelumnya, preproinsulin yang
mengandung 23 residu asam amino lebih banyak pada ujung amino terminal proinsulin.
Urutan amino terminal ini digeser oleh peptidase untuk membentuk proinsulin. Urutan
ekstra asam amino pada ujung amino terminal yang baru dibuat ke tujuan khususnya
didalam sel dalam hal ini gelembung sekresi insulin. Dimana secara genetis adalah
urutan “pemula” atau “pemberi isyarat” yang mengarahkan proinsulin. (lehninger,1982)

2.3. Sekresi Insulin Diatur Terutama Oleh Glukosa Darah


Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak di lekukan usus dua
belas jari sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, yaitu untuk
orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dua jam sesudah
makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara
kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar
glukosa darah cenderung naik.
Seseorang sudah dapat dikatakan menderita diabetes melitus jika menderita dua
dari tiga gejala dibawah ini :
1. Keluhan “TRIAS” :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Penurunan berat badan yang tak jelas sebabnya.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dl.
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl.
Karena kadar glukosa darah pada waktu puasa meningkat, kelebihan glukosa
tersebut akan dikeluarkan melalui urin, sehingga terjadilah glukosaria, yaitu adanya
glukosa di dalam urin. Pada orang normal tidak terjadi glukosaria.
Adanya glukosaria, ini dapat diketahui dengan beberapa cara antara lain :
1. Urin penderita tersebut segera dikerumuni semut karena mengandung glukosa.
2. Rasanya manis di urin (Dr.Thomas Wilis dari Inggris yang pertama kali mencoba
menjilat urinnya).
3. Timbulnya rasa gatal di daerah kemaluan pada bekas kencing.
4. Yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa di dalam urine
dengan cara :
 Reaksi fehling (reaksi rebus urin)
 Reaksi dengan tablet yaitu dengan clinictest.
 Kertas strip yang disebut BM test, Glukotest, Diastrix
Salah satu atau beberapa dari cara diatas biasanya telah diketahui oleh diabetisi.
(Askandar Tjokoprawiro, 2006)
Pengukuran biokimia maupun komponen spesifik darah dan air seni merupakan
indikator penting keadaan metabolik dan dipakai di dalam diagnosis penyakit dan
pengobatan. Sebuah contoh adalah diabetes melitus yang menyebabkan abnormalitis
nyata pada metabolisme.
Diabetes melitus benar-benar merupakan kelompok penyakit dimana aktivitas
pengaturan insulin mungkin terhambat dalam berbagia hal. Lebih lagi, beberapa hormon
lainnya dapat mempengaruhi metabolisme glukosa. Diabetes mempunyai suatu
komponen genetik, diduga bahwa infeksi yang disebabkan virus meningkatkan
perkembangannya.
Batasan diabetes melitus berarti “kelebihan ekskresi air seni manis”. Dalam
keadaan parah, yaitu diabetes melitus yang tidak dikontrol , jumlah glukosa dalam urine
dapat melebihi 100 gr/24 jam, sedangkan pada individu normal untuk mengeluarkan
urin hanya sedikit. Jumlah urine yang besar pada diabetes menggambarkan kebutuhan
ginjal untuk mengeluarkan sejumlah air bersama glukosa sejak kapasitas ginjal untuk
membersihkan larutan pada urine ada batasnya. (Lehninger,1982)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat Dan Bahan


3.1.1. Alat – Alat :
 Rak Tabung Reaksi
 Tabung Reaksi
 Gelas Ukur
 Pipet Tetes
 Pipetr Volume
 Bulp
 Penangas air
 Beaker Gelas
3.1.2. Bahan-bahan :
 Urin normal
 Urin diabetes
 Pereaksi Obermeyer
 Kloroform
 HNO3 pekat
 Pereaksi Benedict
 Larutan Glukosa 0,75 %
 Larutan Glukosa 1,5 %
 Larutan glukosa 5%
 Asam Asetat 2 2%
 Larutan glukosa 0,3%
 Tissu
3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Pembuatan Larutan Standar
 Disiapkan 6 tabung reaksi
 Di tabung 1, diambil 1 ml urin diabetes
 Tabung 2, diambil 1 ml urin normal
 Tabung 3, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 0,3%
 Tabung 4, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 0,75%
 Tabung 5, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 1,5%
 Tabung 6, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 5%
 Kemudian masing-masing tabung ditambah dengan 10 tetes pereaksi
benedict.
 Dipanaskan selama 5 menit
 Diamati perubahan warnanya.
3.2.2. Uji Indikan
 Diambil 8 ml urin normal
 Dimasukkan dalam tabung reaksi
 Diambil 8 ml pereaksi obermeyer
 Diamkan 5 menit
 Ditambahkan larutan kloroform 3 ml
 Diamati dan dicatat perubahannya
 Diulangi perlakuan diatas untuk sampel diabetes
3.2.3. Uji Pigmen Empedu
 Diambil 1 ml larutan HNO3(p), dimasukkan dalam tabung reaksi
 Ditambah 1 ml urin normal melewati dinding
 Diamati dan dicatat perubahannya
 Diulangi perlakuan diatas dengan sampel urin diabetes
3.2.4. Uji Koagulasi
 Diambil 5 ml urin normal, dimasukkan dalam tabung reaksi
 Didihkan selama 10 menit
 Diamati
 Ditambah larutan CH3COOH 2% sebanyak 5 tetes
 Diamati dan dicatat perubahannya
 Diulangi perlakuan diatas dengan sampel urin diabetes.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Pengamatan
4.1.1. Penentuan Kadar Glukosa dalam urin
Tabung Ke -
Larutan
1 2 3 4 5 6
Urin Diabetes 1 ml
Urin Normal 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Glukosa 0,3% 10 ml
Glukosa 0,75% 10 ml
Glukosa 1,5% 10 ml
Glukosa 5% 10 ml
Pereaksi Benedict 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes
Dipanaskan selama 5 menit
Diamati Kuning Hijau Hijau Hijau Kuning Kuning
Hijau Muda Kuning
< 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% 0,5%-1% 0,5%-1%

4.1.2. Uji Indikan


Perlakuan Pengamatan
 8 ml urin normal  Pada urin normal hasilnya negatif
 Ditambah 8 ml pereaksi
obermeyer
 Diamkan beberapa menit
 Diamati
 Ditambahkan 3 ml kloroform
 Diamati
 Dilakukan utnuk urin diabetes  Pada urin diabetes hasilnya negatif

4.1.3. Uji Pigmen Empedu


Perlakuan Pengamatan
 1 ml asam nitrat pekat  Tidak terbentuk cincin
 Ditambah 1 ml urine normal
 Diamati
 Dilakukan perlakuan diatas untuk  Terbentuj cincin putih pada
urine diabetes sampel urin diabetes

4.1.4. Uji Koagulasi


Perlakuan Pengamatan
 Dimasukkan 5 ml urine normal  Tidak diperoleh endapan
 Didihkan beberapa menit
 Ditambahka asam asetat 2%
sebanyak 5 tetes
 Diamati  Diperoleh endapan putih dan pada
 Dilakukan hal yang sama pada penambahan asam asetat,
urin diabetes endapan tetap ada.

4.2. Reaksi
Reaksi Oksidasi – Reduksi Uji Benendict

4.3. Pembahasan
Prinsip uji benedict yaitu penentuan kadar glukosa dalam urin secara
semikuantitatif dimana gula yang memiliki gugus aldehid bebas akan mereduksi ion
kupri (benedict) dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan
berwarna merah (endapan Cu 2O). Banyak endapan yang terbentuk menentukan kadar
glukosa yang terdapat di dalam urin.
Dalam percobaan penentuan kadar glukosa dalam urine dimana disediakan 6
buah tabung yang diisi masing-masing, tabung 1 yaitu 1 ml urin diabetes, tabung 2 yaitu
1 ml urin normal, tabung 3 yaitu 1 ml urin normal dan 10 glukosa 0,3%, tabung 4 yaitu 1
ml urin normal dan 10 ml glukosa 0,75%, tabung 5 yaitu 1 ml urin normal dan 10 ml
glukosa 1,5% dan tabung 6 yaitu 1 ml urin normal dan 10 ml glukosa 5% kemudian
masing-masing ditambahkan 10 tetes larutan benedict dan dipanaskan. Diperoleh warna
pada tabung 1 yaitu kuning hijau yang berarti kadarnya < 0,5%, tabung 2 berwarna hijau
yang berarti kadarnya <0,5%, tabung 3 dan 4 berwarna hijau kuning yang berarti
kadarnya < 0,5%, tabung 5 dan 6 berwarna kuning yang berarti kadarnya antara 0,5% -
1%.
Prinsip uji indikan yaitu pemeriksaan adanya pembusukan asam amino triptofan
dalam usus yang bereaksi dengan pereaksi obermeyer membentuk warna biru indigo
yang larut dalam klororform.
Dalam percobaan ini menunjukkan hasil negatif pada pengujian terhadap darah
normal dan darah diabetes. Hal ini disebabkan mungkin kurangnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung asam amino triptofan.
Prinsip uji koagulasi yaitu penentuan adanya protein dalam urin dimana urin
yang dipanaskan akan terkoagulasi akibat kenaikan suhu sehingga protein dan fosfat
terendapkan dan penambahan asam asetat untuk mengetahui aoakah protein yang
mengendap atau fosfat dimana fosfat larut dalam asam asetat.
Dalam percobaan ini hasil urin normal tidak menunjukkan koagulasi protein
sedangkan hasil urin diabetes menunjukkan koagulasi pritein dan penambahan asam
asetat, endapan tetap ada menunjukkan bahwa urin diabetes mengandung protein.
Prinsip uji pigmen empedu yaitu penentuan pigmen empedu dalam urin dimana
denganlarutan asam nitrat pekat akan terbentuk cincin putih yang menunjukkan adanya
pigmen empedu.
Dalam percobaan ini menunjukkan hasil negatif pada urin normal sedangkan
pada urin diabetes terbentuk cincin putih antara dua fasa larutan yang berarti hasilnya
positif adanya pigmen empedu.
Komponen urin di dalam tubuh manusia yaitu merupakan kandungan zat padat
dalam urin 24 jam adalah :
 Klorida sebagai NaCl = ± 100 gr
 Ca , Mg dan iodium
2+ 2+
= sedikit
 Urea = ± 20 – 30 gr
 Kreatinin = 1,5 gr
 Amonia = 0,7 gr
 Asam Urat = 0,7 gr
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan
enzim.
Dalam urin normal hanya ada urea, garam-garam, asam urat dan senyawa
molekul kecil yang tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh namun pada urin diabetes dari hasil
percobaan bahwa terbukti adanya glukosa, protein dan pigmen empedu yang
sebenarnya tidak boleh ada dalam urin, ini disebabkan rusaknya membran yang
menyaring senyawa atau molekul yang akan masuk ke ginjal.

BAB 5
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
 Adapun hasil uji benedict penentuan kadar glukosa pada urin diperoleh tabung 1
dan 4 berwarna kuning muda, kadar nilainya < 0,5%, tabung 2 dan 3 berwarna
hijau kadar nilainya < 0,5% dan tabung 5 dan 6 berwarna kuning yang nilai
kadarnya 0,5% - 1%.
 Hasil uji indikan pada urin normal dan urin diabetes adalah negatif.
 Hasil uji koagulasi pada urin normal menunjukkan hasil negatif sedangkan pada
urin diabetes terbentuk endapan yang tidak larut larutan asam asetat.
 Hasil uji pigmen empedu pada urin normal menunjukkan hasil negatif dan pada
urin diabetes diperoleh cincin putih yang menunjukkan hasil positif.

5.2.Saran
Sebaiknya dilakukan pendeteksian warna pigmen empedu pada urin diabetes
dan normal agar diketahui secara kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L.1982.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: Erlangga


Soewoto, Hafiz.2001.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta:UI Press
Tjokoprawiro,Askandar.2006.Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes
Melitus.Jakarta : Gramedia.

You might also like