You are on page 1of 9

“Penyakit Flu Singapura” atau HFMD (Coxsackievirus A16)

Mega Gunawan (07 8114 011)


Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

ABSTRAK
Coxsackievirus A16 penyebab penyakit Hand, Foot, and Mouth Disease
(HFMD) merupakan virus RNA yang termasuk dalam genus Enterovirus,
famili Picornaviridae, memiliki ukuran partikel 27nm; virion RNA
messenger; 31% RNA di virion; bersifat stabil dalam pH asam (pH 3,0-
5,0) selama 1-3 jam; komposisi RNA: A=30%, U=24%, G=23%, C=23%;
serta hidup di dalam sel inang dengan mengadakan replikasi RNA-nya.
HFMD merupakan penyakit yang sangat menular, terutama pada musim
panas. Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran
pernafasan. Penularan kontak tidak langsung dapat melalui barang-barang
yang terkontaminasi oleh sekresi pilek, air liur, tinja, dan cairan vesikel
penderita. Gejala yang ditimbulkan yaitu demam tinggi 2-3 hari, diikuti
sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, kemudian timbul
ruam (bercak kemerahan) dan bintil berair di sekitar tangan, kaki, dan
mulut. Dapat juga timbul gejala yang cukup berat, seperti hiperireksia
(demam tinggi dengan suhu di atas 39oC), kejang-kejang, terjadi
kelumpuhan pada saraf kranial, nafas menjadi sesak.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, sehingga pengobatan
diberikan secara simptomatik saja, misalnya dapat diberikan antiseptik di
daerah mulut, analgesik misalnya paracetamol, dan pengobatan suportif
lainnya seperti peningkatan gizi makanan dan minuman yang dikonsumsi
pasien.

DEFINISI
“Flu Singapore” adalah penyakit yang dikenal sebagai Hand, Foot, and
Mouth Disease (HFMD) dalam dunia kedokteran atau dalam Bahasa
Indonesia dikenal sebagai Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM).
Penyakit ini sudah ada sejak tahun 1957 dan mulanya muncul di Toronto,
Kanada.
Istilah “Flu Singapore” muncul karena saat itu banyak terjadi kasus dan
kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejala penyakit ini mirip
dengan penyakit flu, maka kemudian muncullah sebutan penyakit “Flu
Singapore”. Banyak pula orang yang mengatakan bahwa penyakit ini
disebabkan karena penyakit kuku-mulut dari hewan yang menular kepada
manusia. Padahal sebenarnya penyakit HFMD ini bukan penyakit yang
menular dari hewan dan juga bukan merupakan penyakit flu.

PENYEBAB
HFMD atau dikenal juga dengan sebutan PTKM merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili
Picornaviridae, genus Enterovirus, terutama virus Coxsackie Grup A,
khususnya tipe A16.
Di dalam famili Picornaviridae, terbagi menjadi genus Enterovirus dan
Rhinovirus. Di dalam genus Enterovirus, terdiri dari Poliovirus, tipe 1-3;
Coxsackievirus kelompok A, tipe 1-24 (tidak ada tipe 23); Coxsackievirus
kelompok B, tipe 1-6; Echovirus, tipe 1-34 (tidak ada tipe 10 dan tipe 28);
dan Enterovirus, tipe 68-71. Enterovirus adalah penghuni sementara
saluran pencernaan manusia dan dapat diisolasi dari tenggorokan atau
usus bawah. Enterovirus yang bersifat sitopatogenik (Poliovirus,
Echovirus, dan beberapa Coxsackievirus), pertumbuhannya dapat segera
terjadi pada suhu 36oC sampai 37oC dalam biakan primer sel ginjal
manusia dan monyet. Coxsackievirus yang termasuk dalam genus
Enterovirus, terbagi menjadi kelompok A dan B. Coxsackievirus kelompok
A serotipe tertentu menyebabkan penyakit herpangina; Penyakit Tangan,
Kaki, dan Mulut (PTKM); dan konjungtivitas hemoragik akut.
Coxsackievirus kelompok B dapat menyebabkan penyakit pleurodinia,
miokarditis, perikarditis, dan meningoensefalitis.
Penyebab HFMD yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah
Coxsackievirus A16, sedangkan yang memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau timbul komplikasi sampai menyebabkan
pasien meninggal disebabkan oleh Enterovirus 71.

IDENTIFIKASI VIRUS

Coxsackievirus A16 memiliki ukuran partikel


27nm; virion RNA messenger; 31% RNA di
virion; bersifat stabil dalam pH asam (pH
3,0-5,0) selama 1-3 jam; komposisi RNA:
A=30%, U=24%, G=23%, C=23%; memiliki
berat jenis apung kira-kira 1,34 gram/ml dalam
CsCl.
Virus ini sangat infektif pada mencit yang baru lahir, yaitu dapat
menyebabkan miositis yang meluas dalam otot-otot lurik mencit yang baru
lahir sehingga mengakibatkan kelumpuhan lemas tanpa gejala-gejala lain.
Sifat antigen dari Coxsackievirus yaitu sekurang-kurangnya sekarang
dikenal 29 tipe imunologik Coxsackievirus yang berlainan, 23 tipe
terdaftar dalam kelompok A (termasuk Coxsackievirus A16) dan 6 tipe
terdaftar dalam kelompok B.

PATOGENESIS
Virus yang termasuk genus Enterovirus, menular lewat mulut atau
tenggorokan. Virus menular pada jaringan mukosal dari tenggorokan, usus,
atau keduanya, akhirnya masuk ke dalam aliran darah dan meningkatkan
akses ke dalam sel dan menetapkan target organ tubuh, misalnya sumsum
tulang belakang, miokardium, dan kulit. Virus umumnya berada di dalam
tenggorokan selama 1 minggu pertama dari atau saat sakit dan terdapat
pada feses dari 1-4 minggu setelah serangan penyakit; saat itu virus
tersebut sudah dapat diisolasi dari urat saraf tulang belakang, otak, hati,
dan pada kulit yang luka.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM) yang disebabkan oleh
Coxsackievirus A16 ini, sangat menular dan sering terjadi pada musim
panas. PTKM adalah penyakit yang sering terjadi pada kelompok
masyarakat yang berpenduduk padat dan umumnya menyerang anak-anak
berusia antara 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun). Orang
dewasa jarang menderita penyakit tersebut karena daya tahan tubuhnya
lebih kuat, walau kadang orang dewasa bisa juga terserang penyakit ini.
Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran
pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan
vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau
ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju,
peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu.
Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (“carrier”) seperti lalat dan kecoa.
Kontak dalam keluarga merupakan sumber utama infeksi Coxsackievirus
A16 ini. Begitu virus sudah masuk dalam keluarga, semua orang yang
rentan dalam keluarga tersebut biasanya terkena infeksi, meskipun tidak
semuanya memiliki gejala klinis yang nyata. Penyakit ini memberi imunitas
spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain
Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi Coxsackievirus A16 ini adalah 2 – 5
hari.
MANIFESTASI KLINIS
Masa prodromal ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan
nyeri tenggorokan yang timbul 1-2 hari sebelum timbul enantem. Enantem
adalah manifestasi yang paling sering pada PTKM. Lesi dimulai dengan
vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm
yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah
serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil.
Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan,
berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal
atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat
berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadi bula dan
biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi. Lesi
menghilang tanpa bekas.

GEJALA
Mula-mula demam tinggi 2-3 hari, diikuti
sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu
makan, pilek, gejala seperti flu pada
umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel
yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut
seperti sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga
sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh
kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal
ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada
dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari,
dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Contoh penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM) dapat dilihat pada
gambar berikut:
Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di
rumah sakit.
Gejala yang cukup berat tersebut antara lain:
- Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C.
- Demam tidak turun-turun - Takikardia (nadi menjadi cepat)
- Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak
- Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi.
- Letargi, lemas, dan mengantuk terus
- Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.
- Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial
- Keringat dingin - Fotofobia (tidak tahan melihat sinar)
- Ketegangan pada daerah perut
-Halusinasi atau gangguan kesehatan
Komplikasi penyakit ini adalah:
- Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik
- Ensefalitis (radang otak)
-Myocarditis (Coxsackievirus Carditis) atau pericarditis
-Acute Flaccid Paralysis atau Lumpuh Layuh Akut (“Polio-like illness”)
Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
v Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71
(Penyakit ini)
v Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
v Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10
DIAGNOSA LABORATORIUM
Sampel (spesimen) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan
serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit
spesimen atau biopsi otak. Spesimen dibawa dengan “Hank‛s Virus
Transport”. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse
inoculation. Setelah dilakukan “Tissue Culture”, kemudian dapat
diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll.
Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi virus:
- Immuno histochemistry (in situ)
- Imunofluoresensi antibodi (indirek)
- Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.
2. Deteksi RNA:
RT-PCR
Primer : 5‛ CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3”
5‛ GGGAACTTCGATTACCATCC 3”
Partial DNA sekuensing (PCR Product)
3. Serodiagnosis:
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap
virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji elisa sedang
dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis PTKM,
hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16
atau Enterovirus 71.

PENGOBATAN
1. Istirahat yang cukup
2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara
simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada
3. Dapat diberikan:
§ Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau
neonatus
§ Extracorporeal membrane oxygenation.
Pengobatan simptomatik:
· Antiseptik di daerah mulut
· Analgesik, misalnya parasetamol
· Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum karena
demam
· Pengobatan suportif lainnya (misalnya gizi)
Penyakit ini adalah “self limiting diseases”, yaitu dapat sembuh dengan
sendirinya, dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan
tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan
komplikasi tersebut diatas.
Anak yang menderita penyakit ini harus tetap mandi, namun ketika
menggosok tubuh dengan sabun harus perlahan agar bintil berairnya tidak
pecah. Bila demam penderita sangat tinggi, dapat dibantu dengan kompres
dan obat penurun panas. Jika bagian kulit yang terdapat ruam dan bintil
berair terasa gatal, dapat ditaburi dengan bedak pengurang rasa gatal.
Bintil yang pecah dapat diberi salep antibiotik untuk mencegah
menyebarnya infeksi. Pasien yang tidak mau makan dan minum, tubuhnya
akan menjadi kekurangan cairan (dehidrasi), sehingga rentan terhadap
infeksi yang lebih berat. Untuk pasien seperti itu, maka perlu dirawat di
rumah sakit agar mendapat terapi cairan yang cukup. Dalam jumlah kecil,
juga terdapat pasien yang mengalami komplikasi yang cukup berat yaitu
ensefalitis (radang selaput otak). Pasien HFMD dengan ensefalitis
memiliki gejala demam yang terus menerus tinggi dan hilang kesadaran.
Bila seperti itu, maka harus segera dibawa ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat agar pasien bisa mendapatkan perawatan yang memadai dan
intensif.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang
baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan
kepadatan lingkungan; kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan
maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya
membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan
penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang
memungkinkan terkontaminasi. Selalu waspada dan segera berobat apabila
anak tidak mau makan-minum, muntah terus-menerus dan selalu
mengantuk tapi anak sukar dibangunkan. Anak yang terserang penyakit ini
bisa dipertinggi daya tahan tubuhnya dengan tetap makan secara teratur,
dengan gizi yang baik, makanan hendaknya cukup mengandung protein dan
kalori. Dianjurkan minum sebanyak mungkin, terutama sari buah segar,
sekaligus untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral anak yang
terserang penyakit ini, sebaiknya sari buah yang diberikan berupa jus
buah, seperti jus jambu, jeruk, mangga atau apel. Bila perlu anak tidak
bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang.
Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap
berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga
kebersihan perorangan. Di Rumah sakit, “Universal Precaution” harus
dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi).

PTKM ATAU CACAR AIR?


Ruam dan bintil berair membuat PTKM kadang
dianggap sebagai penyakit lain, seperti cacar
air. PTKM sebenarnya berbeda dengan cacar
air, perbedaannya yaitu:

o Pada PTKM biasanya ruam dan bintil berair hanya terdapat di


daerah tangan, kaki, dan mulut, sedangkan pada campak dan cacar
air, ruam timbul mulai dari daerah tubuh hingga ke wajah, tangan,
dan kaki
o Pada PTKM, bila bintil berairnya pecah, setelah sembuh tidak
menimbulkan bekas, sedangkan pada cacar air setelah pecah bintil
berair akan menjadi keropeng
o Selain ruam dan bintil berair, yang paling khas pada PTKM adalah
luka di dalam mulut, terutama lidah yang sangat nyeri, sedangkan
pada cacar air tidak ada luka di dalam mulut.

UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI


ü Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
ü Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan
pencegahan PTKM untuk memotong rantai penularan
ü Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala PTKM
ü Menjaga kebersihan perorangan
ü Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya tahan
tubuhnya menurun dan agar si anak tidak menularkan penyakitnya
ke balita lain
ü Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana PTKM termasuk
pelaksanaan “Universal Precaution”nya.
Sumber:

Anonim, 2008, Flu Singapore,


http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=2001
&idktg=20&idobat=&UID=20080131175124202.69.96.126,
diakses 6 Februari 2008
Anonim, 2008, Hand-Foot-Mouth Disease,
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=44, diakses 6
Februari 2008
Anonim, 2008, Mencegah Penyakit Flu Singapura,
http://www.freelists.org/archives/pistons92/06-
2004/msg00018.html, diakses 8 Februari 2008
Anonim, 2008, PTKM, http://www.vadscorner.com/coxsack01.jpg,
diakses 2 April 2008
Anonim, 2008, PTKM,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/tnails/294
0t.jpg, diakses 2 April 2008
Anonim, 2008, PTKM,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/tnails/294
1t.jpg, diakses 2 April 2008
Anonim, 2008, HFMD,
http://yasmin1076.blogs.friendster.com/mutiaraiin/science/index.
html, diakses 2 April 2008
Anonim, 2008, Coxsackievirus A16,
http://vietnamnet.vn/dataimages/200604/original/images943451
_coxR1.jpg, diakses 8 Mei 2008
Collier, L., 1998, Microbiology and Microbial Invection Virology, volume
I, ninth edition, 486, 487, 494, Oxford University Press, New
York
Jawetz, dkk., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, 471, 472, 478, 479, EGC
Press, Jakarta
Johnson, A., 1994, Microbiology and Immunology, 147, Binarupa
Aksara, Jakarta
Journal of Clinical Microbiology, October 2001, p.3690-3692, Vol. 39,
No. 10, http://jcm.asm.org/cgi/content/full/39/10/3690,
diakses 6 Februari 2008
Majalah Dokter Kita, Februari 2008, edisi 02, tahun III, 68-69,
PT Dian Rakyat, Jakarta

You might also like